Chapter 5
update dikit ya suhu...
***
( senin pagi )
( Om hen dan tante nia sudah terlihat rapih, karena mereka berdua sudah ambil cuti untuk membawa vivi kesini. )
"oia vi, nanti yang antar kamu itu namnya pak agus, nanti kamu bareng anak om berangkatnya ya.." ucap om hen.
( persaaan tegang menyelimuti vivi, dada terasa berdebar-debar karena saking pensaran dengan anaknya.)
"maaf pak, den rendra nya belum bangun.. susah di banguninnya" ucap bi inah di sela-sela pembicaraan.
"huftt..." om dan tante tarik nafas bersama-sama.
"ya.. udah duluan aj vi, lagian anak baru harus tepat waktu ya" di elusnya rambut vivi,
( setelah sarapan, vivi pun pamit dengan cium tangan om hen dan tante nia sambil membawa tas menuju mobil, pak agus melihat vivi keluar rumah dengan sigap membukakan pintu mobil.)
"silakaan non.." sapa pak agus ramah.
"ia pak makasih" jawab vivi sambil lempar senyum.
***
"non,, calonnya den rendra ya?" ucap pak agus membuka pembicaraan.
"hmmm ngk tau juga pak hehe... saya disini di sekolahin hmm" jawabnya senyum
"ouh.. padahal cocok loh den rendra sama kamu.." ucapnya sambil sesekali lihat spion tengah.
( obrolan ringan mengiringi vivi ke sekolah barunya, dan tak lama sampailah di gerbang sekolah. Gedung sekolah yang bertingkat, vivi pun terpukau melihat gedung sekolahnya berbeda dengan di kampung tidak bertingkat seperti di kota. Vivi pun turun dari mobil, berjalan memasuki halam sekolah. Mobil-mobil mewah pun keluar masuk dari sekolah itu, kakinya terasa berat melangkah ke lobby sekolah. Di pegang eratnya tas nya di ikuti jalannya perlahan.)
" permisi pak, kalau kelas X.9 dimana ya?" tanya vivi ke salah satu petugas di loby sekolah.
"oh. Itu disana.. lorong ke 2 dekat taman belok kiri" jawab petugas ramah.
"makasih mbak.."
( vivi pun menlurusi jalan menuju kelasnya. Lapangan upacara yang begitu luas, di kelilingi kelas-kelas yang bertingkat. Wajah siswa-siswi seperti memandang aneh dirinya, vivi tak berani tegur sapa dengan siapapun. Dan sampailah di kelas X.9. )
"tok tok tok.. permisi.." sapa nya ragu sambil berjalan masuk ke kelas, tapi sayang tak ada seorang pun di kelas.
(karena masih belum ada orang vivi memutuskan untuk duduk di bangku dekat depan kelasnya. Terasa asing baginya sekolah ini. Walau banyak orang tapi dirinya merasa sendiri, merasa takut dan memandang aneh dirinya. Bel pun berbunyi, tetapi vivi merasa ragu masuk ke kelasnya.
" heii siniiii" teriak seoang wanita ke vivi.
"saya?" vivi sambil menunjuk dirinya sendiri.
"iaahh.. kesini.." pintanya, dan vivi sambil mendekap tasnya mendekati wanita tersebut
"kamu anak baru? Saya bu marni, saya kesini untuk menemani kamu berkenalan di kelas" ucapnya dengan lembut.
"iaah bu.. " vivi mengikuti sambil mendekap tas nya.
***
"dieem aanak-anak...... harap diaammm" teriak bu marni di kelas dan ruangan pun langsung hening.
"di sini kita kedatangan murid baru.. silakan perkenalkan diri kamu" pinta bu marni.
"hai teman-teman." Sapa vivi, tak ada respon dari anak lainya, membuat vivi grogi.
"nama saya vivi, salam kenal" ucapnya ragu.
"Udah pada kenal kan, silakan kamu duduk di bangku sana." Bu marni menunjuk bangku paling depan dekat meja guru.
"iaa bu makasih," jawabnya menunduk sambil menuju bangkunya.
( vivi pun duduk bersebelahan dengan cewek berkacamata, terlihat jutek )
"lo vivi? Gue reni.... Salam kenal" sapanya dengan senyum
"iaah,, salam kenal " vivi berjabat tangan dengannya
***
"woii ren.. tuh anak baru.... Gak minat?" ucap salah satu temannya.
"cihh.. bocah kampung itu.. yang di bawa bokap gue.. males banget." Ucapnya
"tapi cakep juga tuh ren... " ucap lagi salah satu temannya.
"bodo amatt,,,, " wajahnya membuang muka.
"gue aja deh nanti kenalan.. " jawab salah satu temannya.
"ambil aja.. lo bawa ke hotel... kalau berhasil, gue tidur goyang tuh si arin," sambil tunjuk cewek gendut paling depan..
"anjrittt.... Sadiss..." di ikuti tawa bersamaan di bangku belakang.
"ok deal" jawab ambisius salah satu temannya.
"ok... " jawabnya
( Perlajaran pun di mulai, karena vivi tertinggal pelajaran 2 minggu. Mau gak mau dia harus mengejar ketinggalannya, tak terasa bel istirahat pun ber bunyi. Vivi dan reni jalan bersama ke kantin, vivi merasa canggung saat melihat siswa lain, dan diam-diam salah satu seorang teman rendra mengikuti dari belakang.)
"vi... gue ke kelas dulu, ketinggalan ambil duit, tunggu bentar ya ", ucap reni dan vivi pun berdiri di lorong arah kantin.
"hi...." Ucap seseorang
"hi juga.." sapa balik vivi.
"Gue ben.. lo vivi kan?" ucapnya cengar cengir.
"ia.." jawab pendek vivi, karena ada firasat yang gak enak dari si ben. Karena di kampungnya banyak modus kayak gini.
"dih sombong lo mukanya," ucap ben saat vivi tidak mau melihat mukanya.
"................." tak ada jawab dari vivi dan tetap cuek.
"oii gue ngajak lo ngomong... " nadanya agak meninggi, sambil di pepetkan tubuhnya ke tembok,
"gue tanya baik-baik ya tadi, belagu banget jadi cewek", ucapnya di depan muka vivi.
".............." vivi tak menjawab dan memlilih buang muka.
"liat sini.. lonte kampung..." di pegang dagunya di arahin ke mukanya ben.
"apa lo bilang tadi?" sorotan mata vivi berubah drastic dan menatap tajam ke ben.
"LONTEEEE KAMPUNGGG" jawabnya perlahan dan jelas di depan mukanya.
(di dorongnya tubuh bend an hampir tersungkur , siswa yang di sekitar lorong langsung berdiri di tempat dan menyaksikan.)
"berani lo yaa sama guaa.." didorongnya tubuh vivi, dan di angkat kerah baju vivi oleh ben.
"eghh." Lehernya agak tercekik.
"bugggggggg......" di tendang kerasnya selangkangan si ben
"bangsaaaattttt.... Aaahh" teriaknya kesakitan sambil berbaring di lantai lorong.
"AAahhhh....." ben meraung-raung kesakitan...
(suara riuh di loroang menarik perhatian yang lainnya, dan berkumpul untuk menyaksikan kegaduhan di lorong.)
"Ada apa nih," ucap seseorang di ikuti di kasih jalannya orang tersebut.
" Kenapa lo ben?" ucap seseorang
"ituuu.." tanganya menunjuk vivi sambil memegang kemaluannya
"Anak baru aja bikin ulah?" ucap seseorang yaitu rendra.
"Bukan gue, dia duluan.." sambil tunjuk balik.
"Gue percaya sama si ben, pantes aja sikap lo gini, di kampung gak pernah di ajarin sopan santun?" hardik rendra.
"Temen lo tuh yang gak ada sopan santun, tanaya yang liatin daritadi yang mulai duluan siapa" jwab vivi masih terbawa emosi.
"oke.. gue tanya ke kalian disini, yang mulai si ben apa ini anak ha?" tanya sambil tolak pinggang.
"diaaaa ia .. ia dia dlun, anak baru itu duluan yang pukul" ucap siswa-siswa bergantian.
( persaannya campur aduk, kesal, marah dan terasa terhina )
"lo mau cari masalah di sini?" rendra mendekati vivi.
"lo siapa emang ha?" ucapnya gak mau kalah.
"guee...? Liat siapa gue." Di dekatnya mukanya ke vivi.
"........" tanpa jwaban vivi melotot ke wajahnya.
( saat vivi melihatnya wajahnya, terbayang wajah seseroang yang mirip di foto keluarga dan vivi langsung terkejut saat menyadari di depannya itu adalah rendra. Dan vivi pun salah tingkah)
"kenapa lo kaget gitu ha?" ucapnya
"......." Tak ada jawaban dari vivi, vvi panic dan harus ngomong apa, dada berdebar kencang.
"heee gue tanya?" di anggkatnya dagu vivi.
"iaa gue tau, tapi temen lo yang jelekin gue lonte kampung" jelas vivi ke rendra.
"ouhh terus kenapa lo marah? Emang bener kan lonte kampung?" tanya sambil angkat alis.
"..........." vivi diem sejenak, perasaaan yang salah tingkah, gugup, kini mulai berubah menjadi emosi.
"lo bilang gue gitu lagi, gak segan gue pukul lo.. ngerti?" nafasnya menahan emosi.
"Masa? Anak lonte kampungg upss.. keceplosan.." ucapnya pelan.
"ehhh..... " tanganya sudah mau tampar muka rendra tapi, berhenti setelah teringat om hen dan tante nia. Dan juga orangtuanya di kampung.
"Kenapa berhenti? Tampar donk..plak plak plak.." ucap rendra sambil menampar pipinya sendiri.
(vivi pun langsung menarik tanganya dan langsung mengepalkan tanganya, amarahnya tertahan .)
"kamu di tampar ya sayang?" ucap seorang peremmpuan memegang pipi rendra.
"berani banger lo sama cowok gue.. plaaakkkkk..." wajah vivi di tampar keras oleh perempuan itu,
(vivi yang terkejut karena tamparan itu langsung terjatuh, di tatap tajamnya perempuan itu dan juga rendra, sorot matanya masih mengandung amarah)
"dah bubar.. bubarrr...." Ucap rendra teriak, di ikuti siswa yang lain.
***
"vii lo gpp? " ucap reni lihat vivi masih di lantai, tatapan mata vivi terasa kosong
"iahh gpp kok.." jawabnya singkat, sambil di bantu reni ke teras depan kelas.
"gue gak bisa bantuin lo vi.." ucap reni memegang tangan vivi.
"ia gue emang yang cari masalah kok, wajar gue kena kayak gini." Persaannya kecewa campur aduk.
"lo kenapa nekat adu mulut sama si rendra.." sambungnya
"dia bilang gue anak lonte kampung, lo gak kesel di bilang gitu?" ucap vivi.
"yah kesel, tapi vi... anak-anak sekolah ini gak ada yang berani sama dia.. walau dia salah, dia tetep yang benar.." jelasnya reni.
"kok bisa gitu?" tanya vivi bingung.
"ya ini sekolahan punya orang tua dia, guru-guru, kepsek, gak ada yang berani sama dia. Di tegur pun gitu-gitu aja gak ada efek." Ucap reni.
"terus cewek tadi yang tampar gue?"
"itu angel.. ceweknya rendra.. primadona sekolah ini, sama anak kelas X juga." Jelasnya lagi.
"gue takut vi.. lo bakal di bully sampai keluar dari sekolah ini.." sambunganya.
"kenapa?"
"kemarin pas MOS, ada yang adu mulut dan pas masuk sekolah, dia di bully 3 hari, akhirnya dia depresi keluar dari sekolah ini." Ucap reni.
"cewek juga?" tanya vivi ragu.
"Cowok kok.. dan ini kejadian lagi, tapi kali ini cewek dan lo orangnya." Lanjutnya.
"kenapa gak ada yang berani? Terus kenapa masih banyak yang sekolah disini?" tanya vivi heran.
"duit berbicara vi.. disini orang tuanya kaya semua, dan ini sekolah swasta yang bergengsi , ya pasti banggalah masuk sini vi.." ucapnya.
*Sfx.. kringggggg.. krinnggg... krinnggg.... Bel istrirahat selesai.
"yuk masuk... " ucap reni sambil senyum.
" kenapa lo peduli sama gue ren? Tanya vivi sambil jalan ke kelas.
"yah kenapa ya,,, gue aja gak tau.." jawabnya
( vivi dan reni pun duduk di bangkunya, dan tak lama di susul, rendra dkk, termasuk sib en, jalan masuk sambil pegangin burungnya).
" kenapa kamu ben?" tanya pak guru.
"salah lobang pak, lobang pintu di masukin..." celetuk salah satu siswa di belakang.
(sontak satu kelas ketawa bersama, vivi pun ikut tertawa dan anehnya rendra terlihat ikut tertawa, pelajaran pun di mulai, melupakan kejadian yang tadi sejenak. Tak lama bell pulang pun berbunyi, vivi pun memlihi ke kantin, karena tak sempat beli minum, memasuki lorong vivi di cegat salah satu temannya rendra.)
To be Continue