Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Baydeway, here's come the last episode... Ah I'm mean 10th episode... Ehehe

Vr3Zz2Ok_o.jpg

Jadi konfliknya seputar itu, tapi sabar yha... Lagi di proses WKWKWKWKWK
 
Yang masih menunggu, kemungkinan nanti malam bisa apdet ehehe tinggal 10% lagi, makasih loh masih nungguin baik yg komen atau yang mampir doang..

70xJV94H_o.jpg


Salam dari mereka ehehehe~
 
PART 10 (Shania POV's)

aYuyDQTA_o.jpg


"NGGHH... SSHHH... SHAANN..."
"ENAAKK... YOOVVV... MMHHH..."


Malam ini malam terakhir kami di Bali, Yuvia tergeletak lemas di sebelahku sementara aku dan Yovie masih bersetubuh. Berubung ini malam terakhir kami bisa threesome sepuasnya...


"AAARRGGHHH!! SHAAANNN!!!"

Satu...
Dua...
Tiga...
Empat...
Lima...
Enam kali Yovie orgasme di dalam vaginaku...


Kami sama-sama kelelahan...


"Makasih ya kalian..." Bisik Yovie yang masih terengah.

Aku dan Yuvia hanya tersenyum seperti tidak bisa berkata-kata...


***

x0k6vBY0_o.jpg


Kami kembali ke Jakarta. Seminggu di Bali kok kayaknya Yovie yang enak ya? Yaudah lah apapun itu yang jelas sekarang aku bahagia. Aku dan Yovie resmi berpacaran, tapi sekarang ada satu hal yang aku takutkan...


Apakah Yuvia mau nerima aku sebagai kekasih kakaknya?


Semuanya kembali seperti semula, hanya bedanya kini aku dan Yovie sudah berpacaran. Seminggu berlalu setelah kami pulang dari Bali perasaan itu makin kuat. Aku terus berpikiran kalo suatu saat Yuvia akan menolak diriku... Apa yang harus aku lakukan?


"Kenapa sih pacar gue yang satu ini?"


Suara Yovie memecahkan lamunanku...


"Ehe, gapapa kok. Bab tiga gue di suruh revisi..." Aku berbohong.
"Yaudah nanti gue bantuin... Janji!"


DEG...


Mendengar kata janji dari bibir Yovie seketika aku menoleh...


"Kenapa?" Dia bingung,
Aku tersadar, "Ng-nggak, gapapa. Gue ngerasa flashback aja barusan..."


Kata-kata yang bikin aku menangis semalaman suntuk...


"Hmm... Sambil makan ayam pedes yang di kasih keju itu?" Yovie nyengir menatapku.


"Boleh! Tapi level lima ya? Berani ga?!" Aku menantangnya.
"Level tiga aja gue udah kepedesan..." Yovie melemah.


Aku berpikir...


"Kalo lo berhasil makan level lima sampe habis...


Aku mendekati telinganya...


...Kita bersetubuh sampe pagi..."


Dia kaget, melotot menatapku. "Lo serius?"


Aku tersenyum mengangguk, "Deal?"


"Oke deal!" Yovie cengegesan.


Dasar mesum! Aku juga sih... Ehehe...


Kamipun langsung berangkat menuju restoran fastfood yang kami maksud, kalian juga pasti tau lah restoran fastfood yang menjual ayam pedas dengan saus keju. Sekarang ayam tersebut sudah ada di depan mata kami, wajah Yovie memerah sekarang...


"Ini serius, Shan?"

"Iya, habisin..." Aku nyengir.

"...Sendirian?" Dia masih tidak yakin.


Aku hanya mengangguk sambil nyengir...


Dia terlihat menghela nafas sesaat tidak yakin, wajahnya memerah keringatnya mulai bercucuran...


"Demi gue, Yov!" Aku memegang tangannya.
"Lo kan tau gue gabisa makan pedes... Lagian kenapa jadi gini sih? Gue kan niatnya mau bantuin lo revisian..."


"Oh gitu, jadi gamau? Yaudah sana cari Gracia ke Jerman terus begituan sampe lo puas!" Aku pura-pura kesal.


"Apaan sih? Bisa nggak gausah perpanjang masalah kayak gini? Yaudah iya ini gue makan!"

Dia mengambil sepotong ayam di depan kami lalu melahap ayam tersebut sambil melotot menatapku. Aku mau tertawa cuman aku tahan...


"Abisin! Kalo nggak abis gue bakalan sebut-sebut Gracia sampe kuping lo panas..." Aku judes menatapnya.
"Yaampun... Lo bunuh gue aja..." Yovie melemah.


***


Ternyata Yovie berhasil menghabiskan satu porsi pesanan kami, sekarang mukanya merah semua apa lagi bibirnya. Dia berkeringat matanya menangis. Aku? Aku cuman bisa menahan tawa melihat ekspresinya. Jahat ya aku ngerjain dia? Gapapa lah ya...


"Sekarang... Sshh... Shhh... Udah... Abis..." Dia berbisik sambil menggeleng beberapa kali.


Emang pedes banget apa?


"Ya terus?" Aku mengerti maksudnya.
"Adohhh... Mulut gue kebakar!" Dia mendesis terus.
"Lo lebay deh, itu tuh nggak pedes..." Aku berdecak.

"Iya buat lo ga pedes. Lo ga liat muka gue udah merah gini?!" Dia kesal.
"Udah pokoknya sekarang ke toilet!" Lanjutnya.

Reflek aku melotot, "Eh, lo gila ya? Nggak-nggak! Gamau gue disini!"

"Terus dimana? Sesuai deal lah. Kan gue udah ngabisin!" Yovie sedikit gusar.

"Emang bener kata mereka, lo itu otak selangkangan! Ya nanti lah di rumah gue!" Aku ikutan gusar.

"Biarin, yang penting gue puas..." Dia cengengesan.


PLAAKKK!!!


"Aduh! Makin panas! Udah mulut panas, sekarang pipi panas!" Yovie mengelus-elus pipinya.


"Udah lama gue nggak nampar lo. Buruan ayok pulang..."

Aku bergegas meninggalkannya yang mungkin sekarang kesal denganku...


***

S2UDU7Ia_o.jpg


Kami sudah berada di rumahku, tepatnya di kamarku. Suasana kamar yang cukup berantakan saat ini, beberapa pakaian berserakan di lantai. Aku tidak perduli...


"AAARRGGGHH... Jangaann... OOOHH... Keras-keraaass!!"


Aku teriak melenguh, sementara Yovie seperti tidak perduli. Dengan sedikit kasar dia terus memompa penisnya keluar masuk vaginaku... AAAHHH... INI ENAAKK!!!


"Jangann... Teriak... NNGHHH... Lo mau... Ketauan... HMMM... Nyokap lo?" Yovie mengingatkanku.


"Abis... Enaakk... MMHHH..."


Aku memeluknya lebih erat dan kakiku juga melingkar di pinggangnya lebih kuat...


Tiba-tiba, aku merasa akan ada yang keluar...


"MMHHH... Yovv... YoVV... MMMHHH..."


Aku menatapnya sayu...


"Tahan... Barengan... NNGHHH... NNGHHHH..."


Yovie juga menatapku sayu...


Aku nggak kuat! Aku nggak kuat!


Kami reflek berciuman, sqirting dan orgasme bersamaan...


Satu...
Dua...
Tiga...
Empat...
Lima kali Yovie orgasme di dalam vaginaku...


Hhhh... Hhhh... Hhhh...


Nafas kami saling bersautan...


"Masih sore... Katanya seharian?" Yovie mendengus.

Aku melirik sesaat, "Emang masih kuat...?"


Tiba-tiba Yovie membalik tubuhku...


"AAAHHH... YOOVV!!!"


***


Tidak terasa kami sudah berpacaran selama sebulan, Tapi aku masih belum yakin kalo Yuvia mau menerima hubungan ini, ya walaupun dia terlihat biasa aja tapi aku tetep belum yakin...


"Eh kakshan... Kok nggak bareng kakyov?"


Yap...

Aku di tinggal Yovie dari kampus, dia bilang mau pergi dulu...


Dan sekarang aku sudah berdiri di depan rumah Yovie untuk memastikan sendiri kalo Yuvia memang benar menerima aku sebagai kekasih kakaknya. Ini cukup sulit karena posisi Yuvia yang sedang hamil anak Yovie, kakaknya...


Kami berdiri berhadapan...


"Yup...

...Kamu ikhlas aku jadi pacar kakakmu?"


DEG...


Aku to the point?


Jantungku berdegup... Aku tidak sanggup mendengar jawaban Yuvia...


Dia diam...


Damn... Am I wrong to talk this?


"Sini kak masuk dulu, nggak enak ngobrol di luar gini..."


Yuvia berubah jadi sedikit serius sekarang, aku jadi takut...


"Aku cuman takut kamu berubah... Nggak kayak dulu lagi, soalnya sekarang keadaannya begini..."


Aku menjelaskan semampuku tentang ketakutanku kalo Yuvia suatu saat berubah karena cemburu, terlebih sekarang rasa sayang ke kakaknya pasti lebih banyak setelah hamil...

ZF2nKmQe_o.jpg


Dia masih diam menatapku. Berusaha berkata...


"Mungkin...


"Shan?"


Tiba-tiba Yovie sudah berdiri di ambang pintu, aku kaget... Tapi anehnya, Yuvia berubah tersenyum...


"Gue gatau gue kenapa sekarang, tapi please... Gue mau serius sama lo..."


DEG...


Apa ini? Kenapa jadi gini?


Aku bingung, aku menatap Yovie dan Yuvia bergantian...


Ketakutanku semakin menjadi, tapi Yuvia berubah jadi tersenyum? Ini ada apa?


"Gue...


Maaf yov, aku nggak bisa...


"Gue nggak bisa..."


Aku dengan cepat reflek lari keluar. Aku nggak ngerti kenapa Yovie begitu? Aku takut aku malah ngancurin hubungan adik kakak. Tolong ngertiin aku yov. Tolong...


"Shan... Tunggu Shan!"


Dia mengejarku...


Dia menarik bahuku menghadapnya...


Dengan cepat memelukku...


Aku tau aku salah, nggak seharusnya begini... Maafin aku yov...



***


Dua tahun kemudian...


Kami sudah menikah...


Saat ini aku dan Yovie sudah memiliki anak kembar, Vella dan Velly. Mereka memiliki kakak bernama Jovi, yang merupakan anak dari Yovie dan Yuvia. Cukup sulit untuk kami menjelaskan kepada mereka bertiga bahwa mereka mempunyai dua ibu dan satu ayah...


Begitu cepat ya? Aku juga ngerasa gitu. Tau-tau kami langsung menikah dan punya anak...

Hmm...

Apapun kejadiannya, apapun masalahnya... Yang jelas kalian harus mau bicara. Jangan di pendam sendiri terus bikin perkiraan sendiri! Well, nggak tau lagi deh mau ngomong apa...


Ya yang jelas sepenglihatan aku dan sepengetahuan aku ya seperti inilah ceritanya...


8zw8BjtZ_o.jpg



Terimakasih udah membaca!



Jadi part sepuluh ini bakalan di bikin dua POV (Sudut Pandang) dari POV Shania emang sengaja di bikin pendek gini, mudah-mudahan nanti bisa kejawab di POV yang kedua ya! Enjoy reading!
 
Terakhir diubah:
Ga pake besok-besok deh. Hajar terus!


PART 10 ( Yovie POV's )

obBRgZOd_o.jpg


Setelah malam yang panjang...


Penisku masih nyeri sampe saat ini. Mereka berdua luas biasa...

Aku nggak kebayang kalo ada Gracia disini, mungkin aku bisa mati kehabisan sperma...


Shania sekarang sedang mandi, Yuvia terlihat masih malas tiduran di kasur. Aku memperhatikannya...


Lebih tepatnya dadanya...


Mengembang...
Mengempis...
Membusung...
Merenggang...


"Kenapa? Mau?"


Suaranya membuatku kaget...


"Hmm?" Aku menatapnya,
"Ngeliatin dada aku terus. Pasti pengen..." Balasnya santai menatapku.
"Iya sih, dikit..." Aku nyengir lalu bergerak mendekatinya.


Dia tenang menatapku, dengan satu gerakan...


"Mmmhh... Kaakk..." Dia berbisik,


Aku tidak peduli, dengan sedikit liar aku menarik bajunya kebawah dan menghisap puting kiri adikku sementara tangan kiriku memilin-milin puting kanannya. Sedikit-sedikit keluar susu dari sana...


"Kaakk... Pelan... Pelan... Aahh..."


Aku terus memilin sambil terus menghisap...


"Mmmhh... KaaKK... Ssshh..."


Dia mulai bergerak sedikit gelisah...

Aku mulai menyedot sedikit dalam hingga mendesis...


"Mmmhhh... Jangan gitu..."


Aku nyengir. Lalu kembali menyedot...


"Kaaakk... Nakaal..."


Aku terbawa suasana sampai akhirnya...


"KaaKKkKK AaaaKKK... MMHHH..."


Kaki Yuvia merapat gelisah, tangannya mencengkram bantal dengan kuat, dia mendongak...

Putingnya menyemburkan susu...

Sepertinya squirting...


Aku menghentikan kegiatanku lalu menatapnya...


"Hhhh... Hhhh... Hhhh... Udah nyusunya?" Dia terengah menatapku.
"Enak manis..." Aku mencubit dadanya gemas.
"Ish, sakit!" Dia memukul bahuku.


Kami berciuman...


"Kalo kakak serius sama Shania gimana?" Tanyaku tiba-tiba setelah ciuman terlepas.


Dia sempat terdiam sebentar menatapku...


"Kakak yakin?" Tanyanya balik.
"Salah ga sih kalo aku cinta sama kakak?"


DEG...



Aku kaget mendengar pertanyaan Yuvia. Dia cinta aku? Kakaknya?


"K-kamu serius?" Aku jadi panik.
"Aku gatau juga, tapi semenjak ada dia... Aku jadi cinta sama kakak..."


Dia menatap sambil mengelus-elus perutnya yang mulai keliatan membuncit...


"Aku salah ya kayak gini?" Dia berganti menatapku sayu.


Sebenernya salah...


"Nggak kok, nggak salah..."

Yov? Salah! Kalian sedarah!


"Kakak juga cinta sama kamu...


...Tapi kita kakak adik, nggak mungkin mengikat janji meskipun kita saling mencintai..."


Aku sadar kalo ini salah, tapi nasi sudah menjadi bubur. Sekarang Yuvia adikku sudah mengandung seorang anak dariku kakaknya, sementara aku sendiri jadi bingung dengan perasaanku terhadap Shania...


Apa yang harus aku lakukan?



Yuvia menatapku dalam, dia menyentuh pipiku lembut...


"Kalo kakak emang beneran mau serius sama kakshan. Aku gapapa... Tapi biarin aku tetep cinta sama kakak..."


DEG...



Lagi, dua kali dia membuat jantungku berdegup. Kenapa selalu seperti ini?


"Kita pergi yuk, kita masih di Bali loh..."


Aku mengalihkan topik, bermaksud membuatnya senang...


"Tembak dia... Tembak kakshan..."
"Yup?"

"Aku mau kakak berani... Ajak dia pergi..."
"Yuvia?"

"Apa?" Wajahnya sayu hampir menangis.


Reflek aku memeluknya...


Kenapa kita harus jadi kakak adik?



"Maafin kakak ya... Bukan kakak gamau, tapi emang keadaan yang bikin kita kayak gini...

...Kalo boleh kakak putar ulang semua, kakak nggak akan mau ngintip kamu ganti baju, mergokin kamu pipis, terus bersetubuh sama kamu sampe sekarang..."


Aku mencium keningnya...


"Ada apa nih? Kenapa kamu nangis, Yup?"


Suara Shania mengejutkan kami.


"Ha? Ah nggak... Tangan aku kepentok meja..." Yuvia mengelak,
"Kepentok meja?" Shania curiga.
"Oiya kak, kakyov ngajak jalan-jalan keliling Bali. Mau ga?" Yuvia mengalihkan topik.


Aku hanya tersenyum...


"Wah, boleh-boleh!" Shania sumringah.
"Tapi, aku nggak ikut ya..." Celetuk Yuvia.


DEG...


Mati aku...


"Yaah, kok gitu? Masa cuman aku sama kakak kamu?" Shania berubah sedikit kecewa.
"Ya... Gapapa kan? Aku males capek-capek kak..." Yuvia memelas.


Shania menatapku yang sedang menatapnya reflek menaikkan kedua bahuku.


"Yaudah deh. Kamu gapapa kan kita tinggal?" Aku memastikan.
"Kalo ada apa-apa telepon aja, Yup..." Timpal Shania.


Yuvia hanya tersenyum...


***

xyut6E34_o.jpeg


Kami sudah pulang dari Bali, sekarang aku jadi kasihan dengan adikku yang satu ini. Aku sudah tau kenyataannya bahwa dia mencintaiku tapi harus merelakan aku untuk orang lain. Aku makin menyesal dengan keadaan kami sebagai adik kakak...

Mungkin dulu aku menyesal telah bersetubuh dengannya sampai bingung gimana harus menjelaskan kepada orang tua kami yang justru sudah meninggal. Tapi, sekarang... Aku menyesal kami terlahir sebagai adik kakak bukan sebagai sepasang kekasih...


"AARRGGHHH..."


Semua berawal dari munculnya seorang gadis junior kampus dengan cara pertemuan yang cukup konyol, aku menabraknya terjatuh dan menindihnya hingga tiba saat dia pergi ke Jerman, cuman numpang lewat di hidupku... Saat ini aku udah nggak tau keadaannya gimana di Jerman sana...


"DAMN!"


Di sisi lain, aku baru sadar kalo ternyata ada seorang gadis yang tetap setia menungguku yang terlalu bodoh ini di seberang sana. Gadis yang menyamar sebagai sahabatku selama hampir dua puluh tahun dari kami sama-sama umur 3 tahun...


Mana yang harus aku pilih? Tetap bertahan atau justru berlari mengejar?


"Ada apa sih kak? Aku denger dari dapur teriak-teriak sendiri..." Yuvia duduk di sampingku.
"Kakak gatau, yup... Kakak bingung sama diri kakak sendiri..." Aku bersender memejamkan mata.


Yuvia terdiam di sebelahku...


"Kalo kakak serius sama kakshan. Jangan lama-lama... Kalian udah kenal bertahun-tahun..."

"Kamu gapapa? Kakak tau kamu jadi mulai nggak suka sama Shania, kakak bisa ngerasain..." Aku berganti menatapnya.


"Wajar nggak sih? Aku cinta sama kakak... Aku juga sebenernya mau biasa aja sama kakshan. Bahkan aku yang nyuruh kakak nembak kan?

...Aku berusaha biasa aja, tapi hati aku nggak kak... Sakit rasanya... Aku harus gimana lagi?"


Aku terdiam mendengar penjelasan Yuvia yang badannya mulai bergetar dan sekarang menangis. Aku melihat pengorbanan hatinya disini, adikku sudah bener-bener dewasa. Bahkan lebih dewasa dari aku kakaknya... Wajar sih dia sesedih ini...


"Yaudah okey, kakak bakal ngelamar Shania sesuai keinginan kamu..."


Aku memeluknya yang sekarang makin menangis...


Semenjak saat itu Yuvia mulai melatih dirinya agar terbiasa dengan keadaan aku dan Shania adalah sepasang kekasih walau masih agak kaku...



***

UR3VNiAk_o.jpeg


Beberapa minggu yang lalu aku dan Yuvia pergi ke toko cincin untuk membuat sebuah cincin buat Shania, agak sedikit ironis emang tapi Yuvia yang menawarkan diri ikut denganku ke toko cincin tersebut. Dia juga keliatan biasa aja sih tapi gatau perasaannya...


Dan...


Hari ini cincin itu sudah bisa di ambil...


"Lama amat sih..." Shania menggerutu,

"Tau, tadi dosennya banyak banget ngomongnya padahal revisian gue dikit doang..." Aku nyengir.
"Tapi kayaknya kita gajadi pulang bareng deh... Gue ada urusan dulu..." Lanjutku.


Ekspresinya berubah...


"Kenapa nggak bilang dari tadi? Biar gue nggak nungguin gini. Kan sia-sia gue nungguin lo gini."


"I-iya soalnya baru tadi gue di kabarin kalo...


"Ah yaudah gue pulang ya..." Potong Shania.


"Shan... Tunggu dulu..."


Ya Shania marah padaku setelah itu, pikiranku malah tertuju padanya terus sampai sekarang. Aku sedang menunggu cincinku tiba-tiba Yuvia memberitahuku kalo Shania ada di rumah sekarang. Mau ngapain dia?


Setelah beres aku bergegas menuju rumahku...


"Aku cuman gamau kamu jadi benci sama aku itu aja kok, maaf kalo aku juga cinta sama kakak kamu..."


DEG...



"Mungkin...


"Shan?" Potongku.


Dia menoleh, ekspresinya kaget...


"Gue gatau gue kenapa sekarang, tapi please... Gue mau serius sama lo..."


Dia bingung, menatap kami berdua bergantian...


"Gue...
"Gue gabisa, maaf..."


Shania reflek berlari keluar, aku sempet diam...


"KAK! KEJAR!" Yuvia berteriak,

"Tapi...

"KEJAR KAK! GAUSAH PAKE TAPI! CEPET!" Suara Yuvia sedikit bergetar, aku tau dia menahan tangis.


"Shan! Tunggu!"

Aku mengejar Shania yang belom terlalu jauh...


Mendekat, kutarik bahunya berbalik menghadapku...


"Kenapa lo lari? Gue nggak main-main Shan..." Aku memegang bahunya.
"Lo nggak ngerti, yov..." Shania merunduk.
"Gimana gue mau ngerti kalo lo terus-terusan ngindar nggak mau jujur?" Tanyaku menggetarkan bahunya...


"Gue... Gue cuman takut jadi penghalang diantara kalian..." Shania mulai terisak.


"Penghalang apa? Satu-satunya penghalang gue sama Yuvia itu karena kami sedarah!

...Gue sama dia udah ngerti itu, mangkanya dia belajar ikhlasin gue sama lo...

...Gue udah ngerencanain ini semua, Shan...

...Kita kenal udah lama, bahkan Yuvia juga tau itu, jadi gaada alasan lagi buat gue nggak serius sama lo..."


Aku menjelaskan semuanya semampuku, Shania menatapku. Wajahnya sayu hampir menangis...

Entah kenapa aku memeluknya...


"Gue tau kita baru pacaran sebulan, tapi kita udah sahabatan lebih lama dari pacaran... So... Mau nggak lo nikah sama gue?"


DEG...



Kata orang, ngomong will you marry me itu susah... Tapi barusan?


Dia diam menatapku, matanya berkaca-kaca... "Iya, gue mau..."


"Makasih... Makasih tetep nungguin gue disana... Makasih banget..."


Aku memeluknya erat...



***


Banyak pilihan dalam hidup. Bisa dari mana aja... Tapi itu semua tergantung dari kita mau memilih yang mana... Aku memilih untuk tetep menunggu dan itu membuahkan hasil, Yovie memilih untuk tetap mempertahankan apa yang udah dia punya selama ini, Yuvia. Dia paling tangguh sih. Dia memilih untuk mengikhlaskan orang yang dicinta untuk orang lain karena keadaan mereka yang nggak mungkin bersatu...

Gracia? Aku nggak tau sih kemana dia sekarang... Tapi aku rasa dia punya pilihan hidup sendiri...


Ya inilah akhir dari namaku... Crescentia, sebuah nama sebuah cerita... Kayak judul lagu sih, tapi aku suka sama judulnya kok! Ehehehe... Makasih udah setia membaca! Sampe ketemu di lain cerita!



TAMAT?

mB438Iu6_o.jpg

Crescentia Shania Junianatha

QpbRz0xl_o.jpg

Cindy Dea Yuvia


Makasih banget udah mau nungguin ngikutin cerita ini dari awal sampe sekarang ini ehehe tetep support sub forum fiksi ya, kalo perlu bikin karya juga biar rame ehehehe MANGATS~~
 
Terakhir diubah:
Tiba tiba udah nikah aja nih Yovie. Punya anak 3 pula.


Btw kentang ya, semoga cepet update biar tau akhir ceritanya.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd