Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Friends ( Jkt48 )

Status
Please reply by conversation.

Irminsul

Semprot Baru
Daftar
7 Jan 2018
Post
31
Like diterima
41
Lokasi
FX
Bimabet
Salam Kenal semuanya , Suhu dan agan skalian... Nubi ijin buat crita nih. Selama ini baca-baca doang kurang afdol rasanya wkwkwkw ceritanya mau dibuat ada sdikit drama dan misteri dan fantasi jadi ga melulu ekse-ekse wkwkwk monggo kritik dan saran ya.


( belum sempat index, sorry, yang penting update kan?)

- Part 2 di page 3
- Part 3 di page 5
- Part 4 di page 7
- Part 5 di page 9
- Part 6 di page 13

***



Prolog



Brak! Bruk! Brak!


Aku terkejut. Tepat saat aku membuka kamar hotelku, penglihatanku dibutakan oleh semacam kain. Belum sempat aku berteriak, tiba-tiba aku didorong secara kasar ke dalam kamarku sendiri. Aku yakin setidaknya ada empat orang yang menyeret aku secara paksa lalu dalam waktu sekejap aku dijatuhkan di atas ranjangku dengan kondisi kedua tanganku ditahan oleh dua orang.

“Woi!! Apa-apa…”

“Ssshh…tenang…” suara seseorang yang aku kenal baik berbisik di telinga kananku.

“V…Ve?” tanyaku.

“Udah lama kan kita gak begini?” kali ini seseorang yang lain mendesah di telinga kiriku.

“Nju??”

Aku mendengar suara cekikikan tapi bukan dari Veranda dan Shania saja, tapi juga dari dua orang lainnya yang aku tidak tahu siapa.

“Hei! Hei! Stop! Kalian ngapain?” seruku saat aku merasakan celana jeanku ditarik paksa. Aku berusaha memberontak, tapi tenaga para member JKT48 ini terlalu kuat. Bahkan aku ragu kalau benar hanya ada empat orang di ruanganku sekarang. Mereka tidak tanggung-tanggung, dalam waktu sekejap, penisku sudah tidak tertutup sehelai benangpun.

“Berdiri dong!” ucap Ve entah Shania, aku sudah tidak bisa membedakan lagi karena panik. Yang jelas sekarang ada sebuah tangan yang lembut mengocok penisku.

“S..stop! Shania! Ve!”

Mereka tidak berhenti, yang ada penisku menjadi tegang karena kocokan mereka.

“HMMMPHHH!!!! HMMPHHH!!!”

Aku mendengar suara perempuan yang mulutnya dibekap. Siapa yang mereka bawa ke ruangan ini?

“Coba tebak, Kak. Mulut siapa yang sebentar lagi ngulum penismu,” ucap Veranda lagi.

Apa? Siapa? Mereka ini apa-apaan?

“HMMMPHhh!! HMMMPHHH!!!”

“Buka mulutnya dong, Kak. Katanya dah kebelet ga tahan pengen ngerasain kontol.”

Kali ini suara Kinal, tapi dia bukan sedang berbicara padaku. Entah dengan siapa dia berbicara.

“SLLRRPPP!! HMMMPHHH!!”

Aku menggelinjang. Penisku tiba-tiba dijejalkan ke dalam mulut seseorang yang jelas dipaksa menghisap penisku. Tapi siapa? Aku ingin memberontak atau sekedar melepaskan penutup mataku pun aku tak bisa.

“Emmm? Enak kan, Kak? Kita kasian sama Kakak belum pernah ngerasain kontol,” ucap Shania pada perempuan yang mereka paksa menghisap kontolku.

“EMMMPHHH!! STHOOOPP!!!” jerit perempuan itu tidak jelas karena mulutnya penuh oleh kontolku. Aku sendiri sulit menahan geli di bawah sana karena perempuan bermulut mungil ini terus memberontak. Lidahnya yang jelas menunjukkan rasa tidak suka malah tersu bersentuhan dengan batang penisku. Belum lagi air liurnya yang tidak terkontrol kurasa membasahi sampai keluar.

“Boy,” panggil Veranda padaku. “Bisa tebak gak siapa di bawah sana?”

“V..Ve! Stop! Siapapun dia, jangan pak…”

Plak!

Veranda menamparku. “Aku suruh kamu nebak, bukan kasih perintah lagi.”

“Gak tau,” jawabku. “Aahh..”

“Kita buka ya?” ucap Shania. “Jangan kaget ya, Boy.”

“Satu…dua…tiga!”

Penutup mataku ditarik dan betapa terkejutnya aku melihat perempuan yang mulutnya dipenuhi penisku adalah Kak Melody. Matanya ditutup oleh penutup yang sama dengan yang mereka kenakan padaku tadi dan kepalanya ditahan oleh Kinal dan Beby agar kulumannya tidak terlepas dari penisku. Jelas terlihat Kak Melody menangis dan terus memberontak, tapi dia kalah tenaga.

“Ciee..gimana rasanya diblowjob sama GM JKT48 ? Enak mana sama blowjob kami?” Shania merangkul leherku dan berbicara tepat di depan mulutku hingga nafas hangatnya mengenai mulutku. Dan yang lebih parahnya lagi, Shania tidak mengenakan apapun.

Salah, bukan hanya Shania, tapi tidak seorangpun di kamar hotelku ini mengenakan penutup tubuh. Semuanya telanjang dari ujung kepala sampai ujung kaki, kecuali Kak Mel. Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan, benar saja ada lebih dari empat orang. Selain Shania, Ve, Kinal, dan Beby, ada juga Ayana dan Gaby yang memperhatikanku seperti predator lapar melihat mangsa.

“Kalian ! Gila! Kenapa kalian ngelakuin ini sama…”

“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Kinal dan Beby melepaskan cengkraman mereka pada Kak Melody dan kulihat Kak Melody kehabisan nafas, tapi jelas keduanya belum selesai pada kakak tertua mereka itu. Kinal dan Beby bergantian menahan tubuh Melody sementara Gaby melucuti pakaian Melody tanpa mempedulikan rintihan Melody yang memohon agar mereka berhenti.

Tiba-tiba Ayana naik ke atas tubuhku dan duduk di atas perutku. Aku bisa merasakan vagina-nya yang basah di sana. Ayana mencondongkan kepalanya ke arahku sampai bibir kami menempel.

“Hari ini giliranku ya, Kak Boy. Pokoknya gak boleh istirahat sampai rahimku penuh cairan cintamu!” desisnya.

“A…Ayana…” lirihku sebelum bibirku dilumatnya.

Aku memejamkan mataku. Ayana, orang yang selama ini kuanggap sebagai adikku, kenapa kamu jadi seperti ini, Ay?

“Tar dulu, Ay! Gantian dong sama Kakak kita! Lo ga liat ni memek dah gatel minta sentuhan cowok ?” seru Kinal.

“Ih tapi hari ini kan giliranku! Kenapa aku harus ngalah!?” Ayana memeluk kepalaku dan menempelkan kepalaku di kedua dadanya. Aku sudah pasrah saja.

“Giliran lo sama gue ya, Ay. Jangan rakus juga,” Shania menarikku ke dekapannya juga, hingga sekarang aku terjebak di antara dua dada ranum yang siap untuk dipetik.

“Aahhh! Kemarin kan Shania udah kebagian sama Kak Kinal! Sekarang aku dong!” Ayana tak mau kalah dan lebih erat lagi memeluk kepalaku.

Harum, lembut, hangat, semua bercampur jadi satu. Bahkan penisku yang sudah sering menghadapi hal seperti ini langsung memuncak karena pertengkaran mereka.

“Minggir dulu lo berdua, kasih kesempatan buat Kakak tertua kita. Kasian memeknya kering tuh minta dibasahin,” kata-kata kasar itu keluar dari mulut seorang Beby.

Shania dan Ayana melepaskan pelukan mereka kemudian mereka menahan kedua tanganku hingga kepalaku kembali terbaring di ranjang. Beby, Kinal, dan kini dibantu oleh Veranda menggiring Kak Melody ke arahku. Secara kasar mereka menarik kedua kaki Melody hingga mau tak mau, Melody ngangkang di hadapanku. Vaginanya yang masih rapat dan kemerahan terpampang jelas di hadapanku.

“Jangan…jangan… tolong…kalian ini kenapa….” Pekik Melody. Kasihan, dia tidak mengerti apa yang terjadi.

Tanpa aba-aba lebih lanjut, keempat member itu mendorong Kak Melody ke depan dan bibirku langsung bersentuhan dengan bibir vaginanya. Aku tak ada pilihan lain. Kujulurkan lidahku dan sekali-kali kuhisap vaginanya yang perlahan mulai basah itu. Pinggul Kak Mel digoyang-goyangkan secara paksa membuat klitorisnya mengenai hidungku. Kak Mel merintih, melenguh, dan memohon, tapi mereka sama sekali tidak peduli. Belum lagi di sela-sela jilatanku itu, tiba-tiba aku merasakan dua buah lidah menyapu kepala penisku disusul dengan kecupan-kecupan. Aku tidak tahu siapa yang mengoralku. Sejauh mataku memandang, aku hanya melihat liang senggama yang kian lama kian memerah.


Mungkin kalian melihat hal ini menyenangkan. Mungkin kalian rela melakukan apapun agar bisa bertukar tempat denganku. Tapi sejujurnya, aku sedih. Sedih sekali sampai ingin menangis rasanya. Mereka adalah sahabat dan adik-adikku yang aku sayangi dengan hati, bukan dengan cara seksual seperti ini.

Akulah yang membuat mereka jadi seperti ini…

Akulah yang membuat mereka jadi lebih rendah daripada pelacur…

Akulah yang membuat mereka jadi maniak seks seperti ini…

Aku…dan benda terkutuk itu..



***


Dua tahun sebelumnya


“Makasih ya, kak!”

“Datang lagi ya, Kak!”

“Halo, Kak Boy! Datang lagi ya, Kak!”

“Dadahh…!”


Senyum mengembang sempurna di mulutku saat aku mencapai barisan terakhir pada sesi Hightouch. Apalagi saat melewati Shania, Shania menatap ke dalam mataku dan mengucapkan namaku disertai senyumnya yang sempurna.

Namaku Boy. Boy Alexander. Kalau orang-orang malu disebut wota, justru aku sebaliknya. Aku tidak pernah malu mengakui aku adalah seorang fans JKT48. Malah aku tidak mengaku sebagai fans, aku mengaku sebagai sahabat JKT48. Aku hanyalah lulusan SMA dan sekarang bekerja sebagai pramusaji di salah satu restoran di ibukota Indonesia. Gajiku hanya UMR namun meski begitu kedatanganku di teater sudah lebih dari seratus. Dan yang paling kutunggu-tunggu adalah…event handshake! Setiap kali event handshake adalah surga bagiku. Aku siap menghabiskan gajiku dalam sebulan hanya demi bicara dan mengobrol banyak hal dengan ‘sahabt-sahabatku’

Kalian boleh bilang aku munafik. Kalian boleh bilang aku pembohong. Namun aku tidak pernah berpikiran mesum pada member-member JKT48. Bahkan saat menonton saja aku tidak memperhatikan bagian tubuh mereka yang terbuka. Kuarahkan pandanganku 100% pada ekspresi serta gerakan mereka. Aku menyimpan banyak sekali foto-foto mereka, tapi tidak satupun foto salkus. Aku malah membenci orang-orang yang sengaja mengambil atau menyebar luaskan foto yang membuat mereka merasa risih.

Mereka adalah sahabat-sahabatku. Aku mendukung mereka semua dan aku paling mengagumi lingkaran pertemanan antara member gen 1. Setiap kali Ve, Shania, Beby, Kinal, Gaby, Ayana, berkumpul dan share foto-foto di medsos, aku selalu berimajinasi aku ikut serta bersama mereka. Hanya bercanda dan mengobrol. Tidak lebih.

Aku bukanlah orang yang bisa bergaul. Jangan kan pacar. Teman-teman saja rasanya aku tidak bisa menemukan yang benar-benar cocok. Aku tidak tahu kenapa mereka tidak mau berteman denganku. Apa karena aku tidak rupawan? Atau karena aku tidak memiliki kekayaan ? Ataukah karena aku hanyalah orang dari daerah yang bodoh dan tidak bisa bersosialisasi.

Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Yang penting aku sudah memiliki orang-orang yang bisa kuanggap sebagai teman.

Semua itu berlangsung begitu baik, begitu indah selama selama hampir dua tahun. Sampai tiba-tiba, di suatu malam minggu, restoranku mendapat tamu spesial.

“Boy! Lo wota kan? Tuh kayanya barisan tamu yang datang barusan ada member JKT !” teriak supervisorku.

“Mana? Mana? Mana?” Aku langsung bangkit berdiri dan mengintip keluar. Jantungku langsung berdetak kencang. Benar, barisan tamu yang datang barusan adalah member. Bukan hanya member, tapi di antara kumpulan orang-orang itu aku melihat Shania, Ve, Ayana, dan Kinal. Mereka tidak hanya berempat, ada beberapa cowo dan cewe lain yang kurasa staff atau teman mereka.

“Biar saya yang ke meja mereka!” kataku dengan semangat. Aku merebut daftar menu serta catatan kecil dari tangan temanku dan langsung ke meja mereka. Kurapikan dulu penampilanku sebelumnya.

“Silakan,” ucapku sambil menghampiri meja mereka. Aku sengaja tidak menyapa member lebih dulu, aku berharap merekalah yang mengenaliku lebih dulu.

Mereka masih asyik sendiri mengobrol satu dengan yang lain. Mungkin karena penampilanku beda jadi mereka belum mengenaliku, pikirku. Padahal aku sudah sering cerita sama Shania dan Ayana kalau aku kerja di restoran ini. Ah, mungkin mereka lupa.

“Mas, tinggalin dulu aja biar kita milih dulu, “ kata seorang cowo yang aku tidak mengenalnya.

“Ohh ya…” aku kecewa tapi aku tahu sebaiknya aku tidak terburu-buru. Kutinggalkan dulu mereka tapi aku tetap memperhatikan mereka dalam pantauanku.

Ada rasa senang dan puas saat aku melihat mereka bercanda dan tertawa di depanku secara langsung. Meski ada rasa cemburu juga pada cowo-cowo yang duduk bersama mereka saat itu. Mereka bisa bercanda, mengobrol, bahkan menyentuh dengan member-member dengan leluasa. Tapi aku tetap menahan diri.

“Mas, mas!” seorang dari kumpulan itu memanggilku lagi dan aku segera menghampiri mereka. “Kita udah siap order.”

Aku ingin menyapa Shania, tapi banyaknya pesanan yang mereka pesan membuat aku tidak sempat. Akhirnya kalimat yang kuucapkan hanyalah pengulangan menu yang mereka pesan.

Untuk sesaat, Shania sempat menatap ke arahku. Cantik, cantik sekali dia malam ini. Dia menatapku cukup lama saat aku mengulang menu yang mereka pesan dan aku berharap dia mengenalku setidaknya menyebut namaku.

“A…ada lagi?” aku gelagapan.

“Itu saja, terima kasih.”

Lagi-lagi aku kecewa, setelah lama menatap ke arahku, Shania kembali menatap layar hp-nya seolah tidak ada apa-apa.

Kenapa ya? Apa sebegitu bedanya wajahku saat di teater dan saat di sini?

“Mas, itu dulu aja,” kata seorang lain.

“O..oh ya.”

Aku kembali ke dapur, mengoper pesanan mereka, lalu aku kembali ke tempat semula. Aku menghela nafas panjang. Kenapa ya? Bahkan Ayana, Ve, dan Kinal juga melihat ke arahku. Tapi tak seorang pun menyapaku.

Apa mereka malu? Ataukah mereka benar-benar asyik sendiri sampai lupa?

“Boy! Jangan ngelamun di sana! Layanin tamu yang lain juga!”

“Baik, Pak.”

Sementara makanan mereka selesai, aku melayani tamu yang lain. Aku bekerja cepat dan mengatur sebisa mungkin agar akulah yang mengantarkan makanan ke meja mereka.

“Boy! Nih orderan meja tiga!”

Nah! Itu giliranku!

Aku mengambil makanan tersebut dan satu per satu dari dapur ke meja mereka. Sengaja aku menghidangkan makanan mereka satu per satu di meja dengan harapan agar dikenal oleh member, tapi tetap nihil.

Sepertinya akulah yang harus menyapa mereka duluan, kataku dalam hati saat aku mengantarkan makanan terakhir.

“Sudah semua ya pesananannya?” tanyaku.

“Sudah,” seseorang menjawab tapi aku tak peduli siapa karena pandanganku masih terarah pada member yang masih belum menyapaku.

“Emm..emmm…Shania atau Ve, mau pesen sesuatu ? Aku gratisin satu desert deh buat kalian?” ucapku pada mereka berdua karena kebetulan mereka berdua yang posisinya paling dekat denganku.

“Hah?” seketika seisi meja itu semua melihat ke arahku. Akhirnya keempat member itu sama-sama melihat ke arahku.

“Ini aku, Boy. Kalian inget aku kan? Kemarin ini kan aku ambil MVP di team J, “ kataku dengan yakin. “Karena kalian ada di restoran tempat aku kerja, gimana kalau aku…”

Ucapanku dipotong oleh seorang pria yang tiba-tiba berdiri. “Mas, mas. Mas fans ya? Tolong ya ini kan di luar pekerjaan , jadi saya minta jangan ganggu ya.”

“Saya enggak ganggu, Mas, “kataku. “Saya hanya nyapa…”

“Mas, saya ngerti, tapi tolong hargai waktu pribadi member juga.”

Aku melirik ke arah Shania, Veranda, Ayana, dan Kinal bergantian. Tapi mereka cuek dan sama sekali tak membelaku. Jangan membela, mereka hanya melirik sebentar lalu membuang wajah mereka. Seolah usahaku selama ini mendukung mereka adalah sia-sia.

“Ah, saya...enggak…” sekali lagi aku menatap pada Veranda, memohon setidaknya sapaan singkat atau penjelasan. Namun yang terus mengusirku adalah si cowo yang entah siapa ini.

Akhirnya dengan perasaan kecewa, aku meninggalkan meja itu. Dan setelah aku pergi dari meja itu, mereka semua kembali bercanda tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Aku tak kembali kembali lagi ke meja mereka karena aku benar-benar kecewa. Apa mereka tidak tahu aku sudah menghabiskan setidaknya 50 juta untuk mereka? Begitukah mereka? Menyapa saja tidak mau?

Satu jam kemudian, makan malam mereka selesai. Di sana aku mencoba peruntunganku sekali lagi. Aku hanya ingin mencoba kesempatanku sekali lagi. Aku menunggu di dekat pintu keluar.

“S..Shan, panggilku,” kebetulan Shania orang yang terakhir keluar restoran. “Besok perform?”

Shania hanya mendeliku sekilas. Benar-benar sekilas sampai aku yakin kalau aku tidak memperhatikannya, aku tidak akan menyadari.

“Liat web aja ntar.”


Itulah jawaban dari gadis yang selama ini kuanggap sebagai sahabat. Begitu dingin dan kasar. Aku mematung di samping meja kasir sampai kumpulan member itu hilang di balik parkiran.


***


Langkahku menuju kosan terasa lebih berat daripada malam-malam sebelumnya. Biasanya kalau besok aku dapat off dan ada jadwal teater, aku pasti bersemangat. Tapi tidak kali ini. Kali ini aku benar-benar merasa lelah. Tatapan Shania Junianatha tadi sore masih membekas di hatiku. Bukan hanya Shania, tapi Veranda yang sering disebut-sebut sebagai bidadari FX pun cuek saja padaku.

Selagi menunggu angkutan kota, aku menyalakan sebuah rokok. Setelah setahun lamanya, ini pertama kalinya lagi aku merokok. Dulu Veranda-lah yang mengatakan padaku kalau aku sebaiknya berhenti merokok. Namun setelah kejadian tadi, aku akhirnya merokok lagi.

Aku mengingat-ingat lagi percakapan dengan mereka semua saat aku di bilik HS


“Kak Boy! Mampir lagi ya! Seneng banget nih ngobrol sama Kak Boy!” ucap Shania dengan mata dan bibir yang membulat seperti bulan sabit.

“Kak Boy boleh kok curhat sama aku lagi. Aku selalu siap kasih solusi buat Kak Boy,” ucap Veranda dengan senyum yang bisa menghilangkan semua masalahku dengan sekejap.

“Kak Boy, jadi MVP di siapa nih? Jangan pehapein aku dong!” rengek Ayana yang membuat aku tidak tega melepaskan tangannya cepat-cepat.


Semua itu seperti mimpi…

Aku malah teringat perkataan teman-temanku yang tahu kalau aku ini wota.

“Halah, Boy! Ya mereka senyum, baek, ketawa-ketawa sama lo ya karena lo bayar! Lo sewa PSK juga mereka senyum kok sama lo!”

Apa yang mereka katakan selama ini benar?

Apa member JKT48 ini hanyalah kumpulan penipu yang tidak pernah menganggap fans lebih dari sekedar ladang uang?

Tanpa sadar air mataku menetes, meski cepat-cepat aku menghapusnya karena saat ini aku sedang berada di halte bus. Memang waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan sudah sepi, tapi aku tak berniat nangis di sini seperti orang gila.

“Kenapa lo?”

Aku nyaris melompat karena kaget. Kukira ada hantu, tapi ternyata suara tersebut bersumber dari orang yang duduk tidka jauh dariku. Orang itu kuperhatikan agak aneh. Dia memakai jaket hitam dengan hoodie. Suaranya serak seperti suara seorang pria yang sudah lanjut usia.

“Bukan urusan lo,” jawabku ketus.

Dia tertawa. Tawa yang aneh dan agak mengerikan. Apalagi saat kusadar ternyata di halte ini hanya ada aku dan dirinya.

“Orang nanya kok digalakin. Pantes lo kagak punya temen,” ucapnya.

Lagi-lagi aku dibuatnya terkejut. Kok dia tahu? Kebetulan? Aku mencondongkan tubuhku agar aku bisa melihat wajahnya, tapi pencahayaan yang remang-remang ditambah posisi dia yang menunduk membuat aku kesulitan.

“Hahahahaha…dulu gue juga punya masalah yang sama kaya lo. Mau gue kasih solusi?”

Aku tidak menjawabnya. Pria misterius itu mengeluarkan sebuah botol kecil yang bentuknya menyerupai guci dari kantongnya. Guci yang mirip peninggalan-peninggalan dan ada di museum-museum. Mendadak aku merasa merinding. Aku ingin segera pergi dari sana tapi pria itu keburu mengucapkan hal yang membuat aku tetap tinggal.

“Di dalam guci ini, ada sebuah kertas. Manusia yang kamu tulis di kertas itu akan terikat padamu selamanya. Baik itu sebagai teman atau mungkin...yang lain.”

Aku melongo. Ini apa sih maksudnya si bapak tua ini? Apa aku lagi ada di acara televisi? Terus ada kamera tersembunyi?

“Tapi hati-hati, nama yang sudah ditulis di sini, tidak bisa dihapus. Dan hal apapun yang kamu lakukan pada mereka, tidak bisa dihapus,” lanjutnya. “Silakan diambil.”

Aku tidak bergerak. Antara takut dan bingung bercampur jadi satu.

“Hahahaha…yasudah kalau tidak mau. Gue taruh saja di sini. Siapa tau ada orang yang lebih beruntung mendapatkan kesempatan ini.”

Setelah berkata begitu, pria tersebut bangkit berdiri dan berjalan menjauh. Botol yang dia sebut-sebut guci itu dia letakkan begitu saja di tempat duduknya. Dan dia pun menghilang dalam kegelapan malam.

“Itu orang gila apa gimana sih?” gumamku.

Pandanganku terarah pada guci tersebut. Aku ragu hendak meraihnya. Apa jangan –jangan isinya narkoba? Apa ini jebakan?

Meski aku takut, sedikit demi sedikit aku bergerak mendekati benda tersebut. Satu pertanyaan muncul dalam otakku saat aku mendengar ucapannya tadi.

Kalau aku tulis nama Shania dan yang lain. Apa yang akan terjadi? Apa mereka akan menjadi temanku? Apa mereka akan berhenti membuang muka padaku seperti tadi.

Selagi aku menimang-nimang haruskah kubawa atau tidak. Tiba-tiba bus yang kutunggu sudah tiba. Rasa sakit hati yang masih menancap begitu dalam, membuatku akhirnya mengambil guci tersebut. Kumasukkan ke dalam ranselku dan akupun masuk ke dalam bus.


Singkat cerita, aku sudah tiba di kosanku. Kosan sederhana tanpa AC ataupun wifi. Aku sengaja mengirit biaya hidupku demi oshi-oshiku di JKT48. Hal yang pertama kulakukan adalah mengecek guci pemberian orang misterius itu. Kukeluarkan benda tersebut dari tasku lalu kuperhatikan lebih jeli. Benar dugaanku, guci itu agak mirip guci-guci khas Jawa kuno.

Apa jangan-jangan benar ada kuasa mistis dalam guci ini?

Kalau benar begitu…apa hal yang selama ini kudamba-dambakan bisa terwujud?

Aku membuka penutup guci itu dan benar saja, ada sebuah kertas yang sudah kekuningan. Bau usang tercium dari kertas itu. Tanpa mempedulikan apapun, aku mengambil pulpen lalu kutulis nama-nama mereka di sana.

Shania Junianatha

Jessica Veranda

Ayana Shahab

Devi Kinal Putri

Beby Chaesara

Gabriella Margareth

Jelas aku tidak menulis semua member, hanya mereka yang selama ini kurindukan untuk berbincang. Kutulis nama mereka lalu kumasukkan ke dalam guci tersebut dan kututp kembali.

5 menit

10 menit

Hingga 15 menit aku menunggu keajaiban, tapi ternyata guci itu hanya ‘diam di tempat’

“Boy! Lo ****** banget sih! Mau aja dikerjain kaya gini!!” kataku pada diri sendiri sambil memukul kepalaku berkali-kali. “Udah dibego-begoin member sekarang dibego-begoin orang gak dikenal!” kuambil guci tersebut lalu kulempar kasar ke tong sampah.

Tanpa merapikan barang-barang ataupun beres-beres, aku membaringkan tubuhku di atas ranjang. Pupus sudah semuanya. Alasanku untuk tinggal di kota ini rasanya sudah tidak ada. Apa besok aku balik saja ya ke kampung halamanku?

Aku merasa tiga kali lebih lelah hari ini. Akhirnya kupejamkan mataku dan akupun tertidur.


***


Tok!Tok!Tok!

TOK!TOK!TOK!!!

“BOYYYY!!!”


Aku terkejut. Mimpi ? Siapa yang ngetok-ngetok pintu kamarku? Jam berapa sekarang?

“BOOYYY!!! BANGUN!!”

Aku bangkit dari tempat tidurku. Siapa sih pagi-pagi gini? Kayaknya matahari aja belum terbit loh kok udah dateng ?

Ntar dulu…suaranya kaya kenal?

“Si…siapa ya?” tanyaku di balik pintu.

“Guee!”

Adrenalinku tiba-tiba meledak. Aku yakin aku mengenal suara tersebut. Cepat-cepat kubuka pintu kamar kosku dan benar saja sang pemilik suara adalah sesuai dengan tebakanku sebelumnya.

“Ki…nal?”




======================


Segitu dulu deh prolognya. Mulustrasi" lebih banyak next part lah yaaa.. hehehe
 
Terakhir diubah:
Wkkkk bener bener wota emang selalu diacuhkan ama member kalo udah keluar dari lingkungan fx
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Makasih buat responny suhu2 sekalian wkwkw diusahakan besok update

Maaf bang kalo karakter utama lu sesuci Dan sepolos ini kayaknya dia nggak bakalan jadi wota.

Eh tapi beneran ada temen ane yang ky gini loh. Gak mau salkus2an pokoknya nganggep semuanya itu temen. Meski tetap gesrek kalau di wink atau eyelock hehehe namanya jg cowo
 
Kayanya bakal bagus ceritanya

Lanjutkan, ditunggu update nya
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd