Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Episode 5 – Para Pelindung



POV Rivaldo


Kring… kring… kring…


‘Ihhhh… bikin kaget aja. Orang masih asik tiduran sudah telpon pagi-pagi. Dengan cepat aku melirik jam yang ada di dinding… astaga sudah pagi, tepatnya jam delapan lewat.


Dengan malas aku mengambil HP yang ada di meja kecil di pinggir tempat tidur sekaligus memasang lampu kamar. Eh, dari Keia, sepupuku yang paling manja. Tumben… Terpaksa dengan suara yang masih mengantuk aku membalas video call tersebut.


“Halloooo”


“Kak Rivo… bangun dong! Malas sekali, udah jam 8.30 masih di tempat tidur. “ Suaranya yang keras memekakkan telinga.


“Iya… iya… Kakak udah bangun kok dari tadi!”


“Tuh masih di tempat tidur.”


“Ok… ok, tuan putri ada apakah gerangan pagi-pagi sudah nelpon.”


“Jemput aku di kostan Doni…”


“Eh?”


“Iya, jemput aku sekarang!”


“Dimana?” Aku ingin memastikan kalo ia bilang benar bilang Doni.


“Kostan sainganmu itu… DONI” Keia setengah berteriak menyebutkan nama Doni, membuat aku bengong dan bertanya-tanya. Keia nginap di kostan Doni tadi malam?”


Aku gak sadar langsung membuka selimut. Dan tindakanku justru membuat seseorang gadis yang tidur disampingku terekspose. Ia juga sempat terbangun waktu samar-samar mendengar nama Doni… ia berpaling menghadap kamera.


“Astaga Kak Rivo?” Aku terkejut melihat pandangan Keia seperti melihat hantu.


“Eh, kenapa?”


“Kak Rivo harus jelaskan kenapa ada Kak Cherry tidur di samping kakak?”


“Keia?” Cherry kaget sekali, ia sangat terkejut melihat video gadis itu di hape. Dengan segera Rivo menyingkirkan selimut supaya tidak kelihatan baru bangun.


“Eh, gini… ini gak seperti yang kamu bayangkan?” Rivaldo mencoba menjelaskan.


“Astaga?”


“Keia, dengar dulu!” Mata Keia tambah membesar melihat kami.


“Kenapa kalian berdua telanjang? OMG?”


“Ahhh aaaahhhhhh” Suara teriakan Cherry langsung bergema, sementara aku langsung melepaskan hape. Untung jatuh di tempat tidur.


“Ihhh…” Cherry langsung menyerangku dengan cubitan-cubitannya.


“Eh, aduh…. Sakit nih...” Aku mencoba menghindar tapi Cherry menyerang terus. Sakit juga sih…


“Kamu sengaja mau jebak aku?” Cherry masih marah-marah.


“Eh… tunggu dong Cher, aku juga gak sadar kalo kamu ada tidur disini.”


“Ihhhh… aku malu, pasti ia sudah ngerti kalo kita ngentot tadi malam” Cherry masih mencubitku.


“Eh, memangnya tadi malam kita ngentot yah?” Aku masih kaget, gak sadar apa yang terjadi. Maklum baru bangun.


“Astaga Rivo, tadi malam kita ngentot sampai tiga ronde, kamu lupa lagi?” Suara Cherry terdengar setengah tertawa.


“Oh iya yah! Rasanya kayak mimpi. Aku baru ingat sudah buat kamu orgasme terus, kan? Bukan cuma tadi malam… tapi udah tiga hari berturut-turut, kan” Aku mulai meledeknya.


“Ihhh…. Bahaya ini, anak itu gak boleh tahu. Eh, mana hapenya, sudah kamu matikan?” Tanya Cherry.


“Astaga…”


Ketika aku mengangkat hape aku terkejut melihat gambar Keia masih ada…


“Wah, Kak… sampe tiga hari yah, gak kuat! Hahaha….” Keia kayaknya mendengar semua kata-kata kami.


Dengan cepat aku mematikan video call, sementara Cherry udah menutup wajahnya dengan selimut tanda kalo ia malu sekali.


‘Astaga! Anak ini harus dibungkam dulu mulutnya… Eh tunggu, apa Doni dengar tadi?’


-----


Akhirnya aku melihat sosok Keia berjalan keluar dari kostan Doni, ia sudah hapal mobilku yang diparkir hampir 100 meter dari depan rumah. Ketika ia masuk mobil, wajahnya masih tertawa-tawa.


“Gimana, Kak Cherry setuju dengan syaratnya?” Tanya Keia dengan nakal ketika mobil mulai berjalan.


“Iya, asal hanya hari ini…”


“Tapi ingat, harus seharian… gak pake korting-korting.” Ia hanya menertawakanku.


“Ihhh jahat banget!”


“Tapi kan Kak Rivo yang beruntung, hehehe…” Ia meledekku lagi tapi tidak kutanggapi.


Aku menghilangkan kecanggungan dengan memutar radio mobil. Sekilas aku memperhatikan penampilannya, keknya agak berbeda. Yah, Keia mengenakan pakaian milik Cherry yang agak longar.


Kenapa? Apa yang terjadi di rumah Doni? Tak sadar aku menatap Keia lekat-lekat.


“Kak Rivo… gak pernah lihat gadis cantik yah? hush, lihat jalan sana!” Keia protes walaupun aku menangkap kalo suaranya bergetar gelisah.


“Kenapa kamu tidur di tempat Doni semalam?” Aku langsung tanya to the point.


“Eh… itu… anu!” Keia mulai gugup, dan aku jadi stress. Pasti ada sesuatu yang terjadi antara anak itu dengan Doni. Aku tahu anak itu sempat naksir ke Doni… jangan jangan…


Aku langsung menghentikan mobil di pinggir jalan.


“Kak, kenapa?”


“Sekarang cerita jujur, apa yang terjadi tadi malam…” Aku menuntut. Keia menatapku dan melihat pandangan yang membuat ia gak bisa menghindar. Tatapannya mulai melembut… ia kelihatan sedih.


Aku langsung tahu. Astaga… kayaknya aku harus buat perhitungan dengan Doni. Apa ia sengaja balas dendam karena Cherry? Padahal… justru itu semua kemauan Cherry, ia memaksa… dan aku hanya korban.


“Kakak gak marah?”


“Aku gak marah kalo Keia ngomong yang jujur…”


“Aku belum bisa ngomong sekarang… nanti kalo aku siap yah?” Keia menggenggam tanganku. Aku mencoba meredahkan amarahku…


“Doni tidak memaksamu kan?”


Keia menggeleng… “Nanti aku cerita yah, Kak Doni gak salah. Ini semua kebodohanku.”


“Astaga!” Aku terus menatap sampai Keia menundukkan kepala. Ia gak berani menatapku lagi.


Aku harus buat perhitungan dengan cowok itu.


-----


“Keia… senyum dong! Jangan sedih gitu dong! Nanti Kak Cherry curiga…”


Benar aja, waktu kusebut nama Cherry, gadis itu langsung senyum.


“Kak Cherry sudah setuju kan syaratnya…”


Aku hanya tertawa mengiyakan.


“Ayo Kak cepat, aku mau lihat…” Keia cepat-cepat turun dari mobil dan menarik tanganku.


Waku jalan ke rumah, Keia bergantung manja di tanganku. Agaknya ia mencoba membuat aku jangan marah… Entah kenapa aku gak bisa marah kepada sepupuku yang paling manja ini…. Ups. Hampir keceplos, bisa kena cubit lagi aku.


Kami hanya berdiam diri ketika melangkah memasuki rumah. Aku kaget, ada seorang gadis mengejar kami. Ia nampaknya ingin menemuiku…


“Eh… Melania?”


“Kak Rivo, eh. Aku mau ngomong sesuat….” Kata-kata Nia terhenti ditengah jalan. Dan kali ini ia terpaku menatap Keia dengan pandangan yang kurang senang.


“Brisik… datang-datang bikin ribut di rumah orang!” Keia mengeratkan pelukannya ke tanganku.


“Dasar pelakor…” Melania mencibir Keia dan sambil menatap Rivaldo ia melanjutkan, “Aku rasa aku tahu kenapa mereka membawa Kevin ikut dengan mereka! Ternyata ibu dari Kevin…”


“Sudah… sudah, nanti kita ngomong di dalam!” Aku merasa info ini cukup penting, dan segera mengajak Nia masuk. Karena urusan ini pelik, kami bertiga langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu.


“Sudah, sekarang kamu ngomong. Dan Keia diam dulu…” Aku kembali memisahkan kedua gadis ini yang mulai ribut lagi. Terpaksa keduanya duduk manis ditempat tidur sementara Melania melanjutkan ceritanya.


“Kemarin aku dengar dari keluarganya Kevin kalo mereka mengancam mama-nya yang kerja di kedutaan Amerika untuk mengurus visa Amerika buat gadis-gadis yang dibawah kesana. Itu yang menyebabkan mereka gampang aja bawa gadis-gadis kesana. Jadi Kevin itu sebenarnya adalah sandera di sana” Nia berbicara berapi-api. Jelas sekali ia mengkhawatirkan cowok playboy yang ia kini dianggap pacarnya..


“Ternyata masalah ini tambah pelik aja… nanti aku ngomong dengan Kak Titien, siapa tahu ia punya jalan keluar.”


“Iya, kita juga harus segera ngomong ke Kak Cherry!” Nia masih terus bersemangat.


Tiba-tiba nama yang dibicarakan langsung keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Langkahnya yang ringan gemulai tak terdengar membuat kaget mereka semua. Dengan segera semua menatap kearah gadis itu sambil melongo…


“Astaga Kak Cherry! Kok telanjang bulat di kamar Rivo?” Nia terkejut.


“Nia? Ahhhhhhhh….” Cherry terkejut dan terpaku menyadari keberadaan Nia. Ia segera menyambar selimut di tempat tidur.


“Astaga, aku curiga pasti ada sesuatu antara Kak Cherry dan Rivo?” Nia tertawa melihat kegugupan Cherry, sedangkan Rivaldo dan Keia ikutan tertawa.


“Iihhhhhh… dasar, ini semua gara-gara Keia… pake syarat yang aneh-aneh!” Cherry menutup tubuhnya dengan selimut.


---


POV Ryno


“Hallo…” Suaraku parau karena sudah mau tidur.


“Apa betul ini dengan Ryno Marcello?” Terdengar suara asing.


“Yah saya sendiri.” Aku terpaksa merespons. Mudah-mudahan ini bukan salesman yang lagi menjajakan produk asuransi.


“Apakah istri anda bernama Titien Mokoginta?


“Iya benar, ia baik-baik saja kan?” Aku terkejut ini pasti kabar buruk.


“Apakah istri anda sedang bersama Anda?”


“Tidak dia menghilang sejak 4 hari lalu.


Dengar, baik-baik Mr. Marcello. Ada kemungkinan istri anda dan sepupu istri anda sekarang ini sementara diculik bersama beberapa gadis lainnya oleh sebuah kelompok kriminal yang berasal dari Indonesia. Kemungkinan rencana mereka untuk mengambil keuntungan seksual kepada mereka. Kami minta anda tetap tenang, Karena aparat yang berwajib sementara menyiapkan rencana untuk membebaskan mereka secepatnya.”


“Apa?” Aku terbangun dari tempat tidur.


“Tenang dulu Mr. Marcello, untuk itu kami minta anda stand by di rumah anda. Bila ada sesuatu info yang kamu butuhkan, atau disaat kami perlu, harap anda siap-siap untuk terbang ke Los Angeles bila terjadi emergensi. Untuk itu mohon anda stand by terus di line ini.”


“Tunggu siapa ini?”


“Maaf Mr. Marcello, saya tidak bisa memberitahu agen mana yang menangani penculikan ini, tapi kami bisa pastikan kalo kami berbuat yang terbaik untuk anda.”


“Dari mana kamu dapat info?” Aku penasaran.


“Istri anda mengupload video ke youtube menggunakan time lapse yang ditujukan ke agensi kami, yang menyatakan kalo ia belum kembali dalam 24 jam, maka ia diculik oleh sebuah kelompok kriminal asal Indonesia. Dan kami sedang menyelidiki keterangan yang diberikan istri anda kepada kami lewat email. Mohon anda bersabar, dan untuk demi keamanan istri anda kami tidak dapat memberikan info mengenai penculikan itu.”


Kepalaku makin aja tunduk. Pertama masalah selingkuh dengan Deya, kemudian Deya menghilang, terus Titien juga ikutan menghilang. Mana Shaun lagi gak tauh lagi dimana.


“Aaarrrrgggghhhhhh!” Aku memukul dinding rumahku. Sudah hampir pukul 10 malam, harusnya aku gak angkat telpon. Ini sudah gak bisa tidur lagi.


Apa yang harus ku buat? Yang pasti aku gak bisa tidur malam ini.


-----


Tanpa aku sadari, langkah kaki mulai membawaku ke suatu bar terdekat untuk mencari minuman. Mungkin saja dengan mabuk aku bisa meringankan penderitaaan batin dan sakit dikepalaku.


“Arrrggggghhh”


Entah kenapa bar ini terasa lain. ‘Apa aku sudah lama gak pernah kesini? Kayaknya baru dua atau tiga tahun lalu. Kenapa tidak ada lagi orang yang ku kenal?’


Aku terus memesan minuman demi minuman. Banyak yang menyapaku, tapi aku gak layani. Kebanyakan gadis-gadis muda yang gak tahan lihat cowok ganteng. Hehehe…


‘Titiennnn aku rindu kamu…..’ Aku berjalan terhuyung-huyung kembali ke bar. Aku mau minum lebih banyak lagi.


Aku menutup mataku kembali, antara sadar atau tak sadar aku mendengar percakapan bartender.


“Huh, lempar aja di jalan pemabuk ini. Kita harus tutup, udah hampir jam dua tiga puluh pagi.”


“Astaga… Kak Ryno…? Bangun…” Suara seorang wanita.


“Dia teman mu?”


“Iya, nanti aku antar dia pulang”


“Ok… jangan lupa yah, tunggu dua hari. Kalo kami butuh anda seperti malam ini, nanti aku akan kontak!”


“Ok, thank you.”


Aku merasa saku celanaku diraba-raba, dan tubuhku dibawah ke mobil. Aku mencoba berjalan bertumpu ke gadis itu. Kayaknya ia orang baik…


“Udah kak, nanti aku antar ke rumah!”


Itu hal yang terakhir yang kudengar malam itu sebelum aku hilang di awan mimpi.


-----


“Whoahhhh”


Aku terbangun sudah siang. Ketika memandang keliling, aku baru menyadari sudah kembali berada di kamar. Kok bisa?


‘Apa yang terjadi tadi malam?’


Aku mencoba mengingat-ingat, yang terakhir aku ada dibar. Oh iya, aku dibantu seorang gadis yang mengantar aku pulang.


Aku langsung bangun dan menuju kamar mandi.


-----


Eh… ada suara dari dapur. Juga tercium bau masakan yang mengundang. Baru kali ini aku makan di rumah, setelah Titien pergi aku tidak lagi banyak mengurus kebutuhan makanku.


‘Eh siapa itu?’


Aku melihat seorang gadis sementara sibuk masak di dapur. ‘Apa Titien sudah balik? Atau Deya?’


“Kak Ryno sudah bangun?” Gadis itu tersenyum menatapku.


“Darla? Kamu…”


“Pa kabar Kak? Nyenyak tidurnya?”


“Tunggu… kenapa kamu ada di bar tadi malam… kenapa kamu bisa menolongku?”


Darla hanya tersenyum.


“Kak Ryno makan dulu. Nanti aku ngomong…”


Akhirnya kami berdua menghadap makanan di meja, nasi goreng pake ayam dan bakso. “Hmmm, Lumayan sih… mirip masakan Titien…!” ‘eh kok Titien lagi.’


Tanpa malu-malu aku makan banyak, Darla justru tambah senyum melihat aku makan dengan lahap. Setelah itu aku mendengar ceritanya yang cukup menyentuh hati.


Ternyata setelah keluar dari rumah ini, Darla mencari pekerjaan dan tempat tinggal di New York, dan terpaksa harus bekerja sebagai pelayan bar sekaligus cleaner di bar yang aku masuki tadi malam. Darla juga nginap di tempat itu, tepatnya di gudang. Sungguh tak layak, namun mau apa lagi.


“Kamu sih gak bilang kalo butuh bantuan!”


“Aku gak mau merepotkan orang lain, Kak. Apa lagi Kak Ryno lagi punya masalah dengan Titien dan Deya. Aku juga gak mau lagi minta pertolongan Aldo. Aku mau cari uang sendiri.”


“Kamu butuh uang?”


“Bukan kak, aku butuh pekerjaan. Aku gak berani pulang Indonesia kalo belum kumpul uang. Aku mau kuliah lanjut, kak”


“Iya, tapi kerja gak di tempat seperti itu. Untung kamu gak diganggu orang…?” Aku bertanya penuh kuatir.


“Iya sih, tapi mau gimana lagi kak?”


“Gini aja, mulai hari ini kamu tinggal disini. Kerja untuk siapkan makanan juga bersih-bersih rumah ini. Nanti ku gaji. Mau kan?”


“Tapi Kak, aku malu nanti Kak Titien bilang apa? Kan dia gak ada.”


“Pasti Kak Titien juga setuju… justru karena dia gak ada aku butuh orang untuk belanja dapur, masak dan bersih-bersih. Kamu cuma mengurus belanja makanan, dan bersihkan dapur tiap hari. Kalo halaman dan rumah, ada orang yang datang tiap hari minggu untuk bersihkan.” Aku ngomong tegas dan Darla tak bisa menolak lagi.


“Itu sih namanya santai, bukan kerja, kak!” Darla hanya tertawa.


“Kalo bukan kamu siapa lagi yang bisa kupercaya urus semuanya. Kamu kan sudah biasa di Kostan Titien.”


“Iya deh Kak, aku terima.”


“Iya, dan perkerjaan utama kamu temani aku. Supaya aku gak sunyi dirumah…” Aku tertawa.


“Udah ku duga, Kak Ryno kesepian. Hehehe… Ok Kak, makasih.”


“Sudah, aku mau ke studi music dulu, jangan diganggu dulu yah!”


Darla langsung kaget ketika tahu ia digaji $2000 seminggu. Ia sempat menolak, tapi aku gak terima. Ia hanya memelukku dan mengucapkan terima kasih.


-----


Kembali aku larut dalam kesedihan, tapi kali ini ku coba salurkan dalam nada-nada yang indah. Mungkin sekali aku akan mengeluarkan lagu baru… kehilangan Titien, walau baru beberapa hari sudah membuat aku sangat menderita.


Untunglah ada Darla yang menemaniku. Paling tidak aku masih bisa berkomunikasi dan bercanda dengan orang lain. Rasanya hampir gila kalo pikir Titien terus.


“Titien… kamu lagi ngapain? Kamu sudah makan? Kamu bisa tidur?”


“Aarrgggghhh!”


-----


POV Darla


Aku coba berandai-andai apa yang terjadi dengan Kak Titien dan Kak Ryno.

Selama ini mereka berdua adalah panutanku. Keduanya perfect… pinter, dewasa, dan yang utama benar-benar saling mencintai. Selalu terdengar suara mesra dan agak manja serta sentuhan-sentuhan cinta dapat dilihat diantara mereka. Sukar mau dibayangkan kalo mereka berdua bisa sampai salah paham, apa lagi sudah berhari-hari, pake lari dari rumah lagi.


Walaupun Kak Ryno tidak menyampaikan, aku merasa ada suatu beban yang ia mau ceritakan. Aku sudah berulang kali memancing dia bicara, tapi ia gak mau. Mungkin saja persoalan pelik dengan keluarganya. Kak Ryno kelihatan sangat tertekan. Ia pasti sangat merindukan Kak Titien.


Bagaimana aku bisa memancingnya bicara dari hati ke kati?


Oh iya… aku baru ingat. Pantesan aku bertemu dengan Kak Ryno di bar. Kak Ryno harus di kasih mabuk dulu. Malam ini aku akan pancing dia minum berdua, supaya bisa ngomong terbuka.


Benar juga, selesai ia main piano, malam itu aku membuka beberapa botol wine. Pengalaman singkatku bekerja di bar cukup membantu mengetahui mana minuman yang tepat. Aku ajak Kak Ryno untuk minum di teras supaya ia mulai bicara. Benar aja, ia mulai ngomong banyak… walaupun belum itu yang mau ku dengar. Minuman membuat ia lepas…


“Kak, kita lanjut ke Jacuzzi yah?” Aku tahu siraman air dapat membawa kenyamanan.


Kak Ryno hanya mengangguk mengiayakan permohonanku. Aku menuntunnya ke kamar dan menuju ke kolam air hangat kecil dan menghidupkan semburan jet, supaya badan terasa dipijat.


Segera kita berganti pakaian renang dan masuk kedalam Jacuzzi. Aku sudah menaruh wine yang lebih keras lagi di samping Jacuzzi. Kali ini gak berhadapan lagi, aku duduk disampingnya sambil memegang tangannya.


Kami banyak cerita masa lalu, dan Kak Ryno cerita soal Kakak kandungku, Della yang mati terbunuh. Aku baru tahu ternyata Kak Ryno mengenal kakakku dengan dekat, hal-hal yang aku sendiri gak tahu.


“Aku berhutang nyawa pada Kakakmu, Della. Ia sengaja menyambut pisau itu yang ditusukkan kepadaku. Ia bilang sendiri kalo ia senang udah berkorban untukku.”


“Kak Ryno ngomong dengannya?”


“Iya sambil menunggu ambulans, Deya terus memelukku sementara aku menahan lukanya supaya gak berdarah.” Kembali aku teringat kisah 5 tahun lalu yang merengut nyawa seorang gadis suci. Kakak kandungku sendiri, Della, salah satu panutanku… seorang yang rela mati demi mempertahankan kehormatannya.


“Kak Ryno dekat dengan Kakakku?”


“Ada suatu rahasia sih, tapi nanti aku ceritakan.” Ryno menatapku sambil tersenyum.


“Minum lagi yuk!”


Aku juga langsung mengambil satu gelas dengan cepat.


‘Ih, Kak Ryno kuat sekali. Gak nyangka kalo ia jago minum, udah banyak gini belum mabuk juga.’ Namun tetap aja efeknya, kelihatan kalo matanya mulai memerah. Tanpa aku sadari aku juga sudah terlalu banyak minum. Mana sangeku gak turun-turun dari tadi.


Akhirnya Kak Ryno mulai cerita juga soal apa yang terjadi. Aku langsung terkejut mendengarnya.


‘Kak Ryno memperawani Deya dan dipergoki Kak Titien? Terus Kak Titien main dengan Shaun di ruang tamu? Kak Titien minta cerai dan suruh Kak Ryno kawin tanggung jawab ke Deya? Deya lari dan Kak Titien cari untuk bawa pulang? Seperti kisah drama Korea aja.’


Astaga! Hampir aku gak bisa percaya kalo itu benar-benar nyata. Apalagi ini menyangkut Kak Titien dan Deyara, gadis-gadis yang aku kenal sebagai orang yang teguh memegang prinsip.


Pantesan Kak Ryno stress… dan lebih lagi, ia rindu Kak Titien. Ia sudah lama gak lagi mendapatkan belaian seorang wanita… dan entah kenapa aku makin sange waktu bilang ia main dengan Deya terus Kak Titien dientot dengan kasar oleh Kak Shaun.


“Kok bisa yah?”


“Kamu gak boleh bilang orang lain, aku percaya kamu…” Suara Kak Ryno agak gemetaran.


Kak Ryno memelukku erat… aku dapat rasakan kalo tangannya beberapa kali menyenggol bongkahan dadaku. Rasanya geli… apalagi minuman keras yang aku konsumsi makin membuatku agak hilang kendali. Aku melihat tubuh Kak Ryno, celanannya sudah mengembung… ini pasti efek dari minuman. Astaga… ia juga sudah terangsang… aku juga gak bisa mendustai diriku kalo aku butuh jamahan seorang pria. Apa lagi seseorang seganteng Kak Ryno.


“Kak”


Aku menengelinjang ketika Kak Ryno memelukku dari belakang dan menarikku duduk diatas pahanya. Tangannya perlahan-lahan meraba perutku dan mulai naik keatas… aku hanya diam dan membiarkan grepean ini berlangsung. Apa dayaku?


“Ahhhhhh…..” Aku berteriak kecil ketika tangannya mendarat di bongkahan dada. Bagaimana mungkin aku bisa menolak… tubuhku menginginkannya. aku gak tauh harus buat apa. Aku hanya bisa menyaksikan bagaimana baju renangku dibuka dan toket kebanggaanku langsung terekspose sempurna.


“Aduhhhh Kakkkkkk! ahhhh” Aku mendesah. Kak Ryno langsung tahu.


----


Plok… plok… plok… plok…plok…


“Ahhhh… aduh… ahhhh terus….” Aku terus mendesah. Akhirnya disaat kami berdua mabuk, kami gak dapat menahan diri lagi. Masih dalam Jacuzzi tubuh telanjang kami sudah menyatu dengan sempurna.


‘Astaga ini nikmat sekali. Tadinya aku sampai merinding melihat kontol besar Kak Ryno… sekarang aku harus takluk karena tekniknya pompaannya yang luar biasa.


“Kakkk… aduhhh… ahhhhh… cepat… terusss…” Aku terus mendesah ketika kontol itu masuk dengan keras, dalam dan sukar ditebak iramanya. Aku sudah orgasme dua kali… dan yang ketiga sudah di dekat. Padahal Kak Ryno masih belum apa-apa.


“Kak…. Aduh… aku dapat… ahhhh” Kembali aku merasakan konstraksi nikmat menjalar pada memekku. Perutku berkelojotan…. Akhirnya mengejang kuat… sedangkan kakiku menendang-nendang liar…


“Aahhhhgggghhhhhhhh” Aku menyambut orgasme yang dahsyat ini dengan menganggat pinggulku tinggi dan tubuhku melengkung ke belakang.


Aku masih tak bersuara sementara Kak Ryno menusuk pelan-pelan membiarkan aku menikmati. Nafasku masih tersegal satu-satu, rasanya baru menyelesaikan pertandingan lari cepat.


“Kak, aku gak mampu lagi…”


“Eh, tunggu… aku belum nyampe…” Kak Ryno protes.


Astaga… ia mau satu ronde lagi, padahal kami bercinta sudah hampir sejam.


“Kak, istirahat dulu yah… bentar aja!” Aku memohon. ‘Apa ini karena Kak Ryno udah cukup lama menahan diri yah?’


“Maaf Darla, mungkin aku terlalu bernafsu. Siapa suruh tubuhmu seksi… apalagi memek-mu jago menyedot… enak banget, ihhh…. Legit kayak punya Della…” Ryno memujiku. Eh tunggu, dia bilang Della?


“Kakak pernah gituan dengan Della? Astaga, beneran kak?” Aku kaget, sama sekali gak nyangka.


“Hehehe… keceplos deh.” Ryno tersenyum. Aku jadi tambah penasaran…


“Kak, cerita dong…!” Aku merengek.


“Iya… aku cerita tapi…” Ryno mulai menggrepe tubuhku lagi, ia mencoba membangkitkan gairahku lagi.


“Cerita…”


“Iya… iya. Kakakmu yang mulai kok. Titien dan aku lagi baring-baring di kamar tiba-tiba Della masuk dan tutup pintu. Ia langsung tidur disamping Titien, entah gimana ia mulai mengrepe tubuh Titien sambil suruh aku memegangnya… Titien jadi nafsu waktu diraba-raba, waktu itu masih segel, jadi hanya digesek-gesek… akhirnya Titien keluar waktu diserang klitorisnya…”


“Huh?” Aku terkejut. Sambil bercerita tangan Ryno mulai menggesek klitorisku seakan memberikan gambaran apa yang terjadi.


“Yah, setelah itu Titien menyuruhku membalas dendam… ia pegang tangan Della sementara toketnya aku mainkan seperti ini…”


“Ehhh…. Aduh…” Nafsuku langsung terbangun ketika Kak Ryno dengan nakal melumat toketku dan menyentil putingnya. Ia jago sekali membuat cewek sange, pasti Della langsung keenakan.


“Setelah itu tanganku turun dan mulai meraba kemaluannya, sedangkan bibirku menjilat ke perut dan pusarnya. Della langsung menggelinjang kegelian…” Ryno kembali mempraktekan apa yang dibilangnya.


“Hhhhhhhh…..” Aku mendesah tertahan. Ada rasa geli bercampur nikmat… aku mau bibirnya cepat turun tapi entah kenapa ia lama-lama disitu.


“Della tanpa sadar membuka selangkangannya, dan mulai ku lumat dan jilat… kakakmu sampai mengerang karena nikmat!”


“Ehhhh… ahhhhhhhh hhhhhhhhhsssssssss” Entah kenapa belum aja mulutnya tiba aku sudah merasakan gelinya. Mungkin karena Ryno meniup selangkanganku dengan hembusan mulutnya. Ihhhh…..


“Yah… persis gitu, pinggul kakakmu mulai meronta… tapi aku menahannya. Dan setelah dilumat ia mulai bergetar… aku memasukan dua jari dan mengocok didalam…. Seperti ini…!”


“Ahhhhhhhh… Kak…. Ahhhhaaaahaha” Aku gak tahu jeritanku bercampur tawa karena kegelian. Ketika tangannya mengocok, aku langsung melayang… “Iihhhhh gila…”


“Jariku mengocok makin lama makin cepat, tapi tepat sebelum Della keluar, aku menarik tanganku. Della meraung minta di tusuk…”


“Aahhhhhh… kakak… ayo… jangan siksa aku…. Masukan!” Ia benar-benar hebat membuat aku terangsang dan meminta kontolnya.


“Ia.. Della juga bilang gitu, tapi gimana? Kan ada Titien di samping?” Ryno mempermainkan emosiku. Aku benar-benar kentang… segera ku serang kontolnya dan melumatnya.


“Waktu itu Titien kaget waktu Della balas menyerang kontolku… tapi ia biarkan aja!” Ryno masih terus cerita.


“Terus kak, gimana? Jadi ngentot? Hmmmmm….. sssshhhh….” Aku gak tahan lagi untuk bertanya… sementara melumat kontolnya yang sudah sangat tegang. Aku melepaskan kulumanku dan menuntun kontol itu menuju ke liang senggama ku.


“Della merengek, minta dimasukkan… kemudian Titien ijinkan. Yah, terpaksa aku harus tanggung jawab…” Kontol Ryno mulai memasukiku dari bawah… sementara aku duduk diatasnya, menikmati kontol yang hangat dan besar merangsak dinding memekku. Ahhhhh… nikmat sekali. Entah kenapa aku terus menghayalkan kejadian yang sama dengan Della.


“Sayang kakakmu udah terlalu bernafsu, belum tujuh menit ia sudah orgasme. Ia sampe muji kontolku setinggi langit!” Ryno meneruskan cerita, tapi kali ini aku gak perduli lagi. Aku terus mengejar orgasmeku… Tubuhku makin cepat naik turun dan menhujam batang besar itu sampai dalam.


“Ahhhh… enak… kak hampir… aduh… mau.. aaaarrrggggggghhhhhhhh” Tubuhku sampai kelojotan menahan kontraksi vaginaku di saat orgasme. Ini benar-benar nikmat. Aku terjatuh kedepan memeluk tubuh Ryno yang sedang tidur.


“Aduh… kak…enak banget!... ehhhh…” Tanpa membiarkan istirahat kontol kak Ryno kini bergerak dari bawah menyeruduk masuk.


“Kak… udah dulu… aku gak kuat …” Ryno tidak memperdulikan ucapanku. Tangannya mengangkat pantatku keatas dan mulai memompa kuat dari bawah. Ia kuat sekali..


“Kak… aduhhhh… ampunnnn…” Aku mulai kegeliaan lagi, terasa geli banget… nikmat yang terus menerus.


Ryno tak memperdulikan kata-kataku, kontolnya makin cepat… terus memompa bagaikan piston yang bergerak pada RPM maksimal. Aku hanya bisa pasrah…. Efeknya sungguh luar biasa, baru sekarang aku merasakan orgasme beruntun seperti ini.


“Aaaahhhh… ooooohhhhhh….. aaaaahhhhhhh” Aku melolong kuat, gak perduli lagi. Ini benar-benar nikmat. Memekku kembali berkontraksi dalam orgasme yang dashyat.


“Ahhhhh….” Ryno akhirnya nyampe juga, sempat ia mengeluarkan batangnya dan membasahi pantatku dari luar.


“Kak… Astaga kak… eh… ampun… aduh…. Uuuuuhhh tega banget… tubuhku sampe pegal-pegal. Ihhh… kek lecet memekku..,” Aku memeluknya kuat-kuat. Ini orgasme puncak yang pernah kurasa…. aahhhhhh.


“Itu yang dibilang Della waktu aku kasih orgasme beruntun kek tadi” Ryno menutup ceritanya sambil tertawa menang.


“Kak, itu kisah nyata? Atau Kak Ryno sengaja modusin aku” Aku masih memeluknya.


“Hehehe… ini kisah nyata. Tanya saja sama Titien. Kakakmu sampai tiga kali orgasme, padahal kita main 15 menit doang.” Ryno nyengir.


“Huh? Enak sekali dia…”


“Toket pepayanya sampe terguncang-guncang lho waktu orgasme. Hehehe… tapi memeknya mantap, enak banget. Tapi kamu juga gak kalah kok” Kak Ryno sambil balas menciumku.


-----


“Titien…?” Kak Ryno membuka matanya, pagi-pagi sudah rindu istrinya.


“Bukan kak, aku Darla. Kakak lupa lagi yah?” Aku membuka tirai jendela membiarkan cahaya matahari pagi menyinari kamar ini.


“Astaga apa yang kita buat…” Ryno menyadari kalo dirinya telanjang.


“Kak aku minta maaf, tadi malam kita minum-minum dan keterusan.” Aku malu menatap matanya.


Ryno diam, seakan mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.


“Astaga… aku yang harus minta maaf, udah menuruti nafsu. Darla gak marah?”


“Gak kok, tadi malam itu malam terindah bagitu.”


“Itu suatu kesalahan, aku gak bisa meninggalkan Titien, kamu ngertikan maksudku.”


“Iya kak, aku ngerti kok. Aku juga gak akan tuntut apa-apa. Aku rela kak… aku justru malu sudah menggoda kakak.” Aku menundukkan kepala, gak mampu memandang matanya.


“Maafkan aku Darla. Sejak ditinggal Titien aku jadi gini…” Tangan Kak Ryno membelai dan memeluk kepalaku.


Gak apa-apa Kak. Aku rela kok… aku tahu Kak Ryno lagi rindu ke Titien, dan melampiaskan ke aku. It’s just sex… I’m okay with that.”


“Benar?” Kak Ryno berbinar mendengarkan kata-kataku.


“Ia, tiap hari juga kalo kak Ryno mau, aku oke…”


“Ihhhh…. Nakal yah kamu. Siapa suruh kamu pake seksi gitu di Jacuzzi

Bikin terangsang orang…” Kak Ryno mencolek hidungku.


“Kakak terangsang lihat aku?” Aku mengangkat kepala dan menatapnya binal.


“Iya, dari kemarin sejak kamu masak” Kak Ryno nyengir.


“Kenapa gak minta?”


“Ehhhh”


“Aku gak tauh kalo Kak Ryno suka.”


“Tapi kan?”


“Udah mulai sekarang, kalo mau kak Ryno minta aja…” Aku mencubitnya.


“Serius?”


“Iya kak, aku ngerti kok. Aku akan urus Kakak waktu Titien gak ada. Udah tugasku memenuhi kebutuhan Kak Ryno” Aku balas memeluk tangannya dan menatapnya. Kak Ryno tersenyum.


“Yuk makan kak, aku sudah masak nasi goreng tadi.”


“Wah enak juga ada kamu yah. Dapat pelayanan luar dalam nih…”


“Hehehe…”


-----


“Kak, cerita dong tentang Della? Apa Kak Ryno yang memperawaninya?” Aku bertanya ketika kami duduk-duduk di sofa sambil nonton berita. Tubuhku nempel bahkan memeluk cowok bule itu.


“Kamu mau tahu?” Kak Ryno memelukku.


“Iya… pingin banget.”


“Bukan aku kok yang perawani, tapi Shaun… si Dickhead. Aku mendengar cerita kalo ia em el dengan Landa dan Della di kamar mereka.”


“Shaun? Threesome? Astaga, kakak harus cerita.”


“Eh, ada yang salah?”


Gak… aku kira selama ini Della masih perawan sampai meninggal.”


Aku menceritakan petualangan sex kakaknya berdasarkan cerita Titien. Aku cerita gimana dia diperawani oleh Shaun, dan gimana ia terlibat dalam pesta sex dengan Shaun, Boy dan Edo sebelum pacaran dengan hotnya dengan Edo. Dan bagaimana mereka berdua masuk kamar Titien telanjang bulat karena kedinginan mencari handuk. Hehehe…


“Sejak saat itu ia jadian dengan Edo, Habis itu udah gak lagi macam-macam, walaupun aku sering mendengar suaranya waktu main dengan Edo. Mereka hot banget lho…” Kak Ryno menutup ceritanya. Aku sampai tertawa-tawa mendengar peristiwa-peristiwa yang lucu itu.


“Makasih kak, cerita Kak Ryno benar-benar buat aku melepaskan bebanku”


Ryno hanya diam sementara memelukku mesra. Kayaknya ia gak ngerti tapi gak apa-apa.


Ternyata Kak Della nakal juga. Selama ini aku anggap ia gadis yang paling suci… gak pernah melakukan yang gak boleh. Pikiranku kembali ke masa lalu.


Aku menagis… selama ini aku jadi kambing hitam keluarga, dibandingkan terus dengan Della yang alim, gak pernah macam-macam. Kak Edo sendiri gak pernah cerita kalo udah pernah berbuat itu dengan Della. Selama ini aku merasa stress, keluargaku mengharapkan aku menggantikan posisi Della. Tapi aku gak bisa menahan nafsu…. Aku gak pernah mampu seperti Della.


Selama ini aku merasa rendah diri di depan Kak Edo, aku pikir aku yang ambil perjakanya yang dia simpan untuk istrinya. Aku malu karena aku terlalu mudah terjerat nafsu. Dan pemikiran itu yang menjadi penyebab utama sampai aku memutuskan Edo. Aku bilang ia harus cari cewek yang lebih dari aku… harus cari yang sebanding dengannya, karena aku terlalu hina. Edo gak mau putus… tapi aku memaksa.


Aku pacaran sebentar dengan Rivaldo, hanya karena nafsu sampai aku terjerat oleh Dinah. Tapi aku masih sangat berharap pada Edo…


‘Makasih Kak… berarti aku masih punya harapan. Kalo Kak Edo masih mencintaiku aku gak akan menolak lagi.’


‘Makasih juga sudah kasih aku masa depan. Tadinya aku galau karena dibuang orang tua karena hamil dan harus lari dengna Rivo. Padahal aku diperkosa… dan Rivo hanya membantuku. Disaat aku bingung cari tempat tinggal dan pekerjaan, Kak Ryno memberikannya. Aku kini punya masa depan.’


----


POV Deyara


“Gimana Kak Tien, enak kan?” Aku bertanya kepada kakak sepupuku ketika kami berdua kembali ke kamar.


“Segar sekali, terasa tubuhku kencang sekali!”


Tadi aku sempat aku dipijat. Dari tadi seluruh tubuhku merasa segar setelah mendapat perawatan dari terapis. Katanya ini yang disebut dengan istilah facial dan skin treatment. Seluruhku tubuhku dimandikan dengan susu yang dicampur dengan bermacam-macam bahan yang harum. Mungkin juga ini yang namanya lulur…


Untung therapist-nya perempuan, hingga aku gak harus malu. Kayaknya orang salon karena cara ia menyentuh tubuhku terkesan profesional. Sesudah itu aku berendam dalam cairan, ditemani Janus.


Tadi Janus sempat ngomong kenapa ia ikut gengnya Dinah. Ia menceritakan suatu rahasia besar mengenai kedekatannya dengan Kak Titien. Ia berulang kali minta maaf, katanya ia dulu banyak buat kesalahan. Namun ia ingin untuk berubah, dan siap melindungi aku dan Kak Titien sebisanya.


“Terus kamu gimana?” Kak Titien balas bertanya.


“Sama dengan Kak Titien, terasa segar dan kencang. Tadi aku dijaga oleh Janus, dia bilang kalo ia itu teman kuliah Kak Tien. Malah katanya sempat pacaran bentar, dan jadi sahabat dekat. Ia juga kenal Kak Ryno dan Shaun!”


Aku melihat perubahan mendadak pada air muka Kak Titien.


“Eh, tunggu… kalo begitu… ahhh… jangan-jangan ia… aahhh, betul juga apa yang kucurigai.” Kak Titien ngomong sendiri.


“Kak, ada apa?”


“Gak, Kakak baru aja sadar siapa itu Janus, kalo benar gitu maka ia orang yang kita bisa percaya!” Kayak ia sudah mengenalnya.


“Kalo Kevin juga aku kenal, awalnya anggota geng mereka tapi ngaku udah bertobat sejak pacaran dengan teman ku. Sayang kecantol lagi kemarin.” Aku memberikan info, mungkin aja ia sudah ngomong. Mungkin ini kedengaran gila, tapi Janus dan Kevin bisa menjadi sekutu yang baik.


Makanan dan minuman barusan diantar ketika lampu studio menyala. Kali ini permainnya sepasang, Cowoknya bule yang mirip Shaun dan seorang gadis yang manis dengan tubuh yang seksi.


Dengan terpaksa kami menonton pertunjukan seks yang ditampilkan, kali ini beda banget. Permainan yang dimulai mesra penuh dengan bumbu erotis dengan alur natural. Seakan-akan keduanya pasangan yang saling jatuh cinta.


Gadis itu kalo dilihat sebenarnya penampilannya sederhana, tapi elegan. Menurutku gadis ini jauh lebih cantik dan natural dibandingkan dengan pemain-pemain sebelumnya, yang sok artis.


Aku memperhatikan bagaimana kontolnya masuk dengan perlahan, disertai dengan desahannya halus yang tidak dibuat-buat. Keduanya terus saling mencium mesra bahkan terus berbisik… Kelihatan dari bahasa tubuhnya, keduanya menunjukkan performa yang mantap. Benar-benar natural, penuh penghayatan… tidak berlebihan… tapi pas. Dan kedua pemain benar-benar menikmati.


Entah apa yang mereka katakan. Aku melirik kearah Deya yang tersenyum melihat permainan keduanya.


“Sari…” Aku berbisik lirih.


“Kamu kenal…” Kak Titien bertanya.


“Itu temanku… dia yang ingin aku bebaskan.”


Untung aku sempat ngomong ke Shaun tadi dan suruh cari cewek nama Sari. Ia punya bukti rekaman. Mudah-mudahan Shaun bisa mendapatkannya. Aku melihat harapan didepan.


Kak Titien menyuruhku untuk menghabiskan makanan yang dikasih, supaya aku punya tenaga. Benar juga, apa lagi Kak Titien juga makan banyak. Tetapi ketika aku meminum air yang dikasih aku mencium bau aneh.


“Kak, minuman ini terasa aneh, kayak ditaruh sesuatu, gitu”


“Ah, masak sih!”


“Ini aku test dulu…” Aku mencelupkan satu jari ke minuman tersebut. Benar aja, dengan segera cat kuku mulai berubah warna.



“Tuh kan, aku curiga kita lagi dicercoki perangsang… kayaknya cair”


“Kok kamu tahu?” Kak Titien memandangku heran.


“Aku tahu banyak tentang obat perangsang, Kak!” Aku coba jelaskan dan Kak Titien jadi kaget.


“Kamu belajar dari mana?”


“Aku tahu sejak di indo. Aku juga bawa stok obat kok, juga penawarnya. Tapi semuanya disita oleh Dinah.”


“Kamu pernah bawa obat itu ke rumah?” Suara Kak Titien mulai berubah, terdengar kayak gemetar. Ia mulai curiga…


Aku gak berani lagi mendustainya… aku harus ngomong yang sebenarnya.


“Maaf kak…”


“Jadi kamu pake obat untuk merangsang Ryno?” Kak Titien menatapku seakan tidak percaya. Aku hanya diam tertunduk.


“Astaga…!”


“Aku minta maaf kak. Aku sudah bilang kan kalo aku yang salah. Aku yang buat ia terangsang dan memerawaniku.” Aku mengaku.


“Selama ini aku salahkan Ryno…” Kak Titien tampak sangat menyesal.


“Itulah kak yang aku mau bilang selama ini…”


“Terus bagaimana ini…” Kak Titien langsung bingung. Ia tampak malu sekali…


“Kak Titien harus maafkan Kak Ryno ia gak salah…”


“Iya, dan itu berarti aku yang salah main dengan Shaun didepannya…” Ia sangat menyesal.


“Itukan karena kakak sakit hati… kalo gak, gak mungkin kakak selingkuh.” Aku memegang tangannya.


“Kamu gak tahu apa yang terjadi di Washington!”


“Ada yang terjadi kak? Cerita dong…” Akhirnya dengan terbata-bata Kak Titien menceritakan pengalamannya dengan Shaun di Washington.


“Jadi ceritanya kakak ngentot dengan Shaun karena dikentangin di Washington? Hahaha…” Aku gak bisa tahan untuk tertawa, sementara Kak Titien mencubitku.


“Ihhh… kok aku cerita kamu lagi…” Kak Titien memeluk dan meramas toketku. Aku hanya membiarkannya sambil memeluknya… Tak lama kemudian kita berdua tertawa.


“Bener kamu gak mau sama Kak Ryno?”


“Kak Ryno tidak pernah mencintaiku, dan aku gak pernah bermaksud mau merusak rumah tangga Kakak…” Aku menjawab diplomatis.


“Bodoh… kenapa Ryno gak bilang…”


“Kak Ryno dan aku sudah bilang berulang kali, cuma Kak Tien yang keras kepala memaksa aku kawin dengannya…” Aku tersenyum. Kak Titien tersenyum, tampak segurat harapan dihatinya untuk bertemu kembali dengan suaminya, merajut kembali cinta mereka.


Kami terdiam sejenak.


Masing-masing berpikir jauh… aku gak mau mengganggu Kak Titien yang lagi asik melamun.


Kak Titien meremas-remas tangannya di dada… eh… salah, Kak Titien mulai meramas dada sendiri, dan satu tangannya ke selangkangan sendiri.


“Ehhh?” Aku menatap sinar matanya yang mulai berubah, kayaknya perangsangnya mulai bekerja.


“Kak Titien. Eh, kak… kakak tahan dong!”


“Aku gak bisa tahan lagi, Deya.” Gerakan Kak Titien makin liar, makin berani. Aku jadi risih melihatnya. Pasti obatnya sangat keras, dan Kak Titien tadi minum cukup banyak, untung aja aku baru minum seteguk langsung ketahuan.


“Deya… ahhhh” Kak Titien mulai gak bisa menahan diri.”


Aku bingung mau buat apa, aku merasakan kalo aku juga mulai bernafsu. Memang sih gak sebesar Kak Titien, tapi melihat ia sange seperti itu membuat aku juga terangsang.


Sementara kami kebingungan, tiba-tiba dua orang datang memasuki kamar ini dan langsung menutup pintu. Astaga, ini Boy dan Deni…


“Hahaha… udah gak tahan yah? Jangan takut sayang… aku akan kasih kenikmatan pada kalian!” Kata-kata Boy sangat menusuk.


Astaga…


Dengan segera Boy mendekat ke Kak Titien dan mulai mengrepenya. Kak Titien menolak dengan kata-kata, tapi bahasa tubuhnya tidak sungguh-sungguh. Walaupun ia mencoba melindungi bagian-bagian vital, namun tangan Boy tetap dapat menyusup dan bersarang di sana. Kak Titien langsung kewalahan… gak dirangsang aja udah nafsu, apalagi ini…


Sementara itu Deni mulai mendekatiku dan memegang tanganku. Aku coba melawan dan mengibaskan tangannya.


‘Apa yang harus aku lakukan? Mungkin aku dapat melawan tapi Kak Titien?’


Kak Titien berteriak lagi, tapi rontaannya hanya setengah hati. Tangan Boy sudah masuk ke balik pakaiannya dan meraba-raba toket dan memeknya. Kak Titien mulai terbawa suasana.


“Astaga, Boy… jangan! Ahhh…Aku gak mau… ahhhh… udah… cukup… jangan… aduhhhhh…!” Suara penolakan Kak Titien justru terdengar seperti desahan. Sementara Boy tertawa menyaksikan kalo perlawanan mangsanya makin melemah.


Sementara aku masih mampu menepis tangannya, walaupun kadang jemari Deni sempat-sempat mencolek tubuhku.


“Aaaahhhh… jangan… aduh… aaaahhh!” Kak Titien berteriak ketika pakaiannya dibuka. Tinggal pakaian dalam yang tersisa, itupun udah acak-acakan dan tak mampu menutupi dengan baik.


“Wah, Titien… kok kamu kelihatan makin seksi aja! Tahu gak, ini toket yang terus terbayang-bayang waktu aku dipenjara” Boy kembali tertawa.


“Eh, jangan…!” Ketika aku sibuk menoleh kearah Kak Titien, tangan Deni kini masuk dan mengrepe toketku dari luar. Aku melawan, tapi tak mampu menghindar… ia terus membelaiku.


Kembali Kak Titien dirangsang mati-matian… Memeknya dibelai-belai sampai terlunjak keenakan. Kak Titien makin payah… ia tak mampu mempertahankan pakaian dalamnya yang kini sudah merosot ke bawah. Kak Titien udah telanjang bulat.


“Ahhh…. Aduhhhh” Tangan Deni dengan ahlinya menyisip masuk dibalik baju dan meraba bagian-bagian strategis milikku.


“Eh, jangan Denii… aku masih perawan!” Aku mencoba berdiplomasi.


“Hahaha… wah untung sekali aku dapat perawan!”


“Aku gak mau perawanku lepas seperti ini…” Aku masih menahan tangannya. Tapi justru ia makin menekan masuk dan bebas meraba-raba.


“Aaahhhhh… ahhhhhh… aduhhhh Boy…!” Aku melihat Kak Titien sudah terbaring mengangkang sementara Boy mulai menjilat memeknya. Ia udah pasrah.. aku terus memutar otak. Kalo dibiarkan agaknya aku juga akan mendapat nasib yang sama. Aku harus menolong Kak Titien.


“Arrrrrrgggggghhhhhhhhh” Tubuh Kak Titien berkelojotan. Ia sampai tersentak-sentak menikmati orgasmenya yang pertama dari permainan lidah Boy. Ia langsung terdiam sementara mengatur pernafasan dari serangan nikmat yang sangat dashyat tadi.


Aku sampai tercekat melihatnya… ihhhh…


“Sudah… udah… aku menyerah!” Aku melepaskan tanganku sambil terengah-engah menahan nafsu. Deni membuka baju dan celanaku… dan kali ini aku diam aja membiarkan ia menista tubuhku.


“Hehehe… udah pasrah yah cantik.” Deni nyengir merayakan kemenangannya.


“Bawa aku ke kamarmu… aku gak mau dilihat orang!” Aku bermohon. Deni yang melihat aku pasrah hanya tertawa senang. Ia tadi sempat terpana melihat tubuhku dengan jelas.


“Hahaha…” Deni terus tertawa, tapi tangannya mengambil sesuatu dari kantongnya. Ia mulai membuka borgol di tubuhku. Ini saat yang aku nanti-nantikan.


Aku menahan nafas yang sempat memburu. Kak Titien sudah terbaring pasrah, sedangkan kontol Boy yang besar sudah berada tepat didepan memeknya. Kayaknya Boy sengaja membuat ia malu… ia memasukkan palkon tapi kemudian menarik kembali membuat Titien stress…


“Boy… ahhhh…. Ayo…”


“Ayo apa?”


“Masukkin…”


“Masukkin apa sayang?”


“Masukkin kontolmu…” Kak Titien gak mampu lagi menahan diri.


“Oke deh kalo itu yang kamu mau… hahaha!” Boy mulai ambil ancang-ancang.

-----
 
makasih suhu updated nya.. tiap kali updated slalu deh makin penasaran, smoga updated berikut on time :pandapeace:
 
Episode 5 – Para Pelindung



POV Rivaldo


Kring… kring… kring…


‘Ihhhh… bikin kaget aja. Orang masih asik tiduran sudah telpon pagi-pagi. Dengan cepat aku melirik jam yang ada di dinding… astaga sudah pagi, tepatnya jam delapan lewat.


Dengan malas aku mengambil HP yang ada di meja kecil di pinggir tempat tidur sekaligus memasang lampu kamar. Eh, dari Keia, sepupuku yang paling manja. Tumben… Terpaksa dengan suara yang masih mengantuk aku membalas video call tersebut.


“Halloooo”


“Kak Rivo… bangun dong! Malas sekali, udah jam 8.30 masih di tempat tidur. “ Suaranya yang keras memekakkan telinga.


“Iya… iya… Kakak udah bangun kok dari tadi!”


“Tuh masih di tempat tidur.”


“Ok… ok, tuan putri ada apakah gerangan pagi-pagi sudah nelpon.”


“Jemput aku di kostan Doni…”


“Eh?”


“Iya, jemput aku sekarang!”


“Dimana?” Aku ingin memastikan kalo ia bilang benar bilang Doni.


“Kostan sainganmu itu… DONI” Keia setengah berteriak menyebutkan nama Doni, membuat aku bengong dan bertanya-tanya. Keia nginap di kostan Doni tadi malam?”


Aku gak sadar langsung membuka selimut. Dan tindakanku justru membuat seseorang gadis yang tidur disampingku terekspose. Ia juga sempat terbangun waktu samar-samar mendengar nama Doni… ia berpaling menghadap kamera.


“Astaga Kak Rivo?” Aku terkejut melihat pandangan Keia seperti melihat hantu.


“Eh, kenapa?”


“Kak Rivo harus jelaskan kenapa ada Kak Cherry tidur di samping kakak?”


“Keia?” Cherry kaget sekali, ia sangat terkejut melihat video gadis itu di hape. Dengan segera Rivo menyingkirkan selimut supaya tidak kelihatan baru bangun.


“Eh, gini… ini gak seperti yang kamu bayangkan?” Rivaldo mencoba menjelaskan.


“Astaga?”


“Keia, dengar dulu!” Mata Keia tambah membesar melihat kami.


“Kenapa kalian berdua telanjang? OMG?”


“Ahhh aaaahhhhhh” Suara teriakan Cherry langsung bergema, sementara aku langsung melepaskan hape. Untung jatuh di tempat tidur.


“Ihhh…” Cherry langsung menyerangku dengan cubitan-cubitannya.


“Eh, aduh…. Sakit nih...” Aku mencoba menghindar tapi Cherry menyerang terus. Sakit juga sih…


“Kamu sengaja mau jebak aku?” Cherry masih marah-marah.


“Eh… tunggu dong Cher, aku juga gak sadar kalo kamu ada tidur disini.”


“Ihhhh… aku malu, pasti ia sudah ngerti kalo kita ngentot tadi malam” Cherry masih mencubitku.


“Eh, memangnya tadi malam kita ngentot yah?” Aku masih kaget, gak sadar apa yang terjadi. Maklum baru bangun.


“Astaga Rivo, tadi malam kita ngentot sampai tiga ronde, kamu lupa lagi?” Suara Cherry terdengar setengah tertawa.


“Oh iya yah! Rasanya kayak mimpi. Aku baru ingat sudah buat kamu orgasme terus, kan? Bukan cuma tadi malam… tapi udah tiga hari berturut-turut, kan” Aku mulai meledeknya.


“Ihhh…. Bahaya ini, anak itu gak boleh tahu. Eh, mana hapenya, sudah kamu matikan?” Tanya Cherry.


“Astaga…”


Ketika aku mengangkat hape aku terkejut melihat gambar Keia masih ada…


“Wah, Kak… sampe tiga hari yah, gak kuat! Hahaha….” Keia kayaknya mendengar semua kata-kata kami.


Dengan cepat aku mematikan video call, sementara Cherry udah menutup wajahnya dengan selimut tanda kalo ia malu sekali.


‘Astaga! Anak ini harus dibungkam dulu mulutnya… Eh tunggu, apa Doni dengar tadi?’


-----


Akhirnya aku melihat sosok Keia berjalan keluar dari kostan Doni, ia sudah hapal mobilku yang diparkir hampir 100 meter dari depan rumah. Ketika ia masuk mobil, wajahnya masih tertawa-tawa.


“Gimana, Kak Cherry setuju dengan syaratnya?” Tanya Keia dengan nakal ketika mobil mulai berjalan.


“Iya, asal hanya hari ini…”


“Tapi ingat, harus seharian… gak pake korting-korting.” Ia hanya menertawakanku.


“Ihhh jahat banget!”


“Tapi kan Kak Rivo yang beruntung, hehehe…” Ia meledekku lagi tapi tidak kutanggapi.


Aku menghilangkan kecanggungan dengan memutar radio mobil. Sekilas aku memperhatikan penampilannya, keknya agak berbeda. Yah, Keia mengenakan pakaian milik Cherry yang agak longar.


Kenapa? Apa yang terjadi di rumah Doni? Tak sadar aku menatap Keia lekat-lekat.


“Kak Rivo… gak pernah lihat gadis cantik yah? hush, lihat jalan sana!” Keia protes walaupun aku menangkap kalo suaranya bergetar gelisah.


“Kenapa kamu tidur di tempat Doni semalam?” Aku langsung tanya to the point.


“Eh… itu… anu!” Keia mulai gugup, dan aku jadi stress. Pasti ada sesuatu yang terjadi antara anak itu dengan Doni. Aku tahu anak itu sempat naksir ke Doni… jangan jangan…


Aku langsung menghentikan mobil di pinggir jalan.


“Kak, kenapa?”


“Sekarang cerita jujur, apa yang terjadi tadi malam…” Aku menuntut. Keia menatapku dan melihat pandangan yang membuat ia gak bisa menghindar. Tatapannya mulai melembut… ia kelihatan sedih.


Aku langsung tahu. Astaga… kayaknya aku harus buat perhitungan dengan Doni. Apa ia sengaja balas dendam karena Cherry? Padahal… justru itu semua kemauan Cherry, ia memaksa… dan aku hanya korban.


“Kakak gak marah?”


“Aku gak marah kalo Keia ngomong yang jujur…”


“Aku belum bisa ngomong sekarang… nanti kalo aku siap yah?” Keia menggenggam tanganku. Aku mencoba meredahkan amarahku…


“Doni tidak memaksamu kan?”


Keia menggeleng… “Nanti aku cerita yah, Kak Doni gak salah. Ini semua kebodohanku.”


“Astaga!” Aku terus menatap sampai Keia menundukkan kepala. Ia gak berani menatapku lagi.


Aku harus buat perhitungan dengan cowok itu.


-----


“Keia… senyum dong! Jangan sedih gitu dong! Nanti Kak Cherry curiga…”


Benar aja, waktu kusebut nama Cherry, gadis itu langsung senyum.


“Kak Cherry sudah setuju kan syaratnya…”


Aku hanya tertawa mengiyakan.


“Ayo Kak cepat, aku mau lihat…” Keia cepat-cepat turun dari mobil dan menarik tanganku.


Waku jalan ke rumah, Keia bergantung manja di tanganku. Agaknya ia mencoba membuat aku jangan marah… Entah kenapa aku gak bisa marah kepada sepupuku yang paling manja ini…. Ups. Hampir keceplos, bisa kena cubit lagi aku.


Kami hanya berdiam diri ketika melangkah memasuki rumah. Aku kaget, ada seorang gadis mengejar kami. Ia nampaknya ingin menemuiku…


“Eh… Melania?”


“Kak Rivo, eh. Aku mau ngomong sesuat….” Kata-kata Nia terhenti ditengah jalan. Dan kali ini ia terpaku menatap Keia dengan pandangan yang kurang senang.


“Brisik… datang-datang bikin ribut di rumah orang!” Keia mengeratkan pelukannya ke tanganku.


“Dasar pelakor…” Melania mencibir Keia dan sambil menatap Rivaldo ia melanjutkan, “Aku rasa aku tahu kenapa mereka membawa Kevin ikut dengan mereka! Ternyata ibu dari Kevin…”


“Sudah… sudah, nanti kita ngomong di dalam!” Aku merasa info ini cukup penting, dan segera mengajak Nia masuk. Karena urusan ini pelik, kami bertiga langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu.


“Sudah, sekarang kamu ngomong. Dan Keia diam dulu…” Aku kembali memisahkan kedua gadis ini yang mulai ribut lagi. Terpaksa keduanya duduk manis ditempat tidur sementara Melania melanjutkan ceritanya.


“Kemarin aku dengar dari keluarganya Kevin kalo mereka mengancam mama-nya yang kerja di kedutaan Amerika untuk mengurus visa Amerika buat gadis-gadis yang dibawah kesana. Itu yang menyebabkan mereka gampang aja bawa gadis-gadis kesana. Jadi Kevin itu sebenarnya adalah sandera di sana” Nia berbicara berapi-api. Jelas sekali ia mengkhawatirkan cowok playboy yang ia kini dianggap pacarnya..


“Ternyata masalah ini tambah pelik aja… nanti aku ngomong dengan Kak Titien, siapa tahu ia punya jalan keluar.”


“Iya, kita juga harus segera ngomong ke Kak Cherry!” Nia masih terus bersemangat.


Tiba-tiba nama yang dibicarakan langsung keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Langkahnya yang ringan gemulai tak terdengar membuat kaget mereka semua. Dengan segera semua menatap kearah gadis itu sambil melongo…


“Astaga Kak Cherry! Kok telanjang bulat di kamar Rivo?” Nia terkejut.


“Nia? Ahhhhhhhh….” Cherry terkejut dan terpaku menyadari keberadaan Nia. Ia segera menyambar selimut di tempat tidur.


“Astaga, aku curiga pasti ada sesuatu antara Kak Cherry dan Rivo?” Nia tertawa melihat kegugupan Cherry, sedangkan Rivaldo dan Keia ikutan tertawa.


“Iihhhhhh… dasar, ini semua gara-gara Keia… pake syarat yang aneh-aneh!” Cherry menutup tubuhnya dengan selimut.


---


POV Ryno


“Hallo…” Suaraku parau karena sudah mau tidur.


“Apa betul ini dengan Ryno Marcello?” Terdengar suara asing.


“Yah saya sendiri.” Aku terpaksa merespons. Mudah-mudahan ini bukan salesman yang lagi menjajakan produk asuransi.


“Apakah istri anda bernama Titien Mokoginta?


“Iya benar, ia baik-baik saja kan?” Aku terkejut ini pasti kabar buruk.


“Apakah istri anda sedang bersama Anda?”


“Tidak dia menghilang sejak 4 hari lalu.


Dengar, baik-baik Mr. Marcello. Ada kemungkinan istri anda dan sepupu istri anda sekarang ini sementara diculik bersama beberapa gadis lainnya oleh sebuah kelompok kriminal yang berasal dari Indonesia. Kemungkinan rencana mereka untuk mengambil keuntungan seksual kepada mereka. Kami minta anda tetap tenang, Karena aparat yang berwajib sementara menyiapkan rencana untuk membebaskan mereka secepatnya.”


“Apa?” Aku terbangun dari tempat tidur.


“Tenang dulu Mr. Marcello, untuk itu kami minta anda stand by di rumah anda. Bila ada sesuatu info yang kamu butuhkan, atau disaat kami perlu, harap anda siap-siap untuk terbang ke Los Angeles bila terjadi emergensi. Untuk itu mohon anda stand by terus di line ini.”


“Tunggu siapa ini?”


“Maaf Mr. Marcello, saya tidak bisa memberitahu agen mana yang menangani penculikan ini, tapi kami bisa pastikan kalo kami berbuat yang terbaik untuk anda.”


“Dari mana kamu dapat info?” Aku penasaran.


“Istri anda mengupload video ke youtube menggunakan time lapse yang ditujukan ke agensi kami, yang menyatakan kalo ia belum kembali dalam 24 jam, maka ia diculik oleh sebuah kelompok kriminal asal Indonesia. Dan kami sedang menyelidiki keterangan yang diberikan istri anda kepada kami lewat email. Mohon anda bersabar, dan untuk demi keamanan istri anda kami tidak dapat memberikan info mengenai penculikan itu.”


Kepalaku makin aja tunduk. Pertama masalah selingkuh dengan Deya, kemudian Deya menghilang, terus Titien juga ikutan menghilang. Mana Shaun lagi gak tauh lagi dimana.


“Aaarrrrgggghhhhhh!” Aku memukul dinding rumahku. Sudah hampir pukul 10 malam, harusnya aku gak angkat telpon. Ini sudah gak bisa tidur lagi.


Apa yang harus ku buat? Yang pasti aku gak bisa tidur malam ini.


-----


Tanpa aku sadari, langkah kaki mulai membawaku ke suatu bar terdekat untuk mencari minuman. Mungkin saja dengan mabuk aku bisa meringankan penderitaaan batin dan sakit dikepalaku.


“Arrrggggghhh”


Entah kenapa bar ini terasa lain. ‘Apa aku sudah lama gak pernah kesini? Kayaknya baru dua atau tiga tahun lalu. Kenapa tidak ada lagi orang yang ku kenal?’


Aku terus memesan minuman demi minuman. Banyak yang menyapaku, tapi aku gak layani. Kebanyakan gadis-gadis muda yang gak tahan lihat cowok ganteng. Hehehe…


‘Titiennnn aku rindu kamu…..’ Aku berjalan terhuyung-huyung kembali ke bar. Aku mau minum lebih banyak lagi.


Aku menutup mataku kembali, antara sadar atau tak sadar aku mendengar percakapan bartender.


“Huh, lempar aja di jalan pemabuk ini. Kita harus tutup, udah hampir jam dua tiga puluh pagi.”


“Astaga… Kak Ryno…? Bangun…” Suara seorang wanita.


“Dia teman mu?”


“Iya, nanti aku antar dia pulang”


“Ok… jangan lupa yah, tunggu dua hari. Kalo kami butuh anda seperti malam ini, nanti aku akan kontak!”


“Ok, thank you.”


Aku merasa saku celanaku diraba-raba, dan tubuhku dibawah ke mobil. Aku mencoba berjalan bertumpu ke gadis itu. Kayaknya ia orang baik…


“Udah kak, nanti aku antar ke rumah!”


Itu hal yang terakhir yang kudengar malam itu sebelum aku hilang di awan mimpi.


-----


“Whoahhhh”


Aku terbangun sudah siang. Ketika memandang keliling, aku baru menyadari sudah kembali berada di kamar. Kok bisa?


‘Apa yang terjadi tadi malam?’


Aku mencoba mengingat-ingat, yang terakhir aku ada dibar. Oh iya, aku dibantu seorang gadis yang mengantar aku pulang.


Aku langsung bangun dan menuju kamar mandi.


-----


Eh… ada suara dari dapur. Juga tercium bau masakan yang mengundang. Baru kali ini aku makan di rumah, setelah Titien pergi aku tidak lagi banyak mengurus kebutuhan makanku.


‘Eh siapa itu?’


Aku melihat seorang gadis sementara sibuk masak di dapur. ‘Apa Titien sudah balik? Atau Deya?’


“Kak Ryno sudah bangun?” Gadis itu tersenyum menatapku.


“Darla? Kamu…”


“Pa kabar Kak? Nyenyak tidurnya?”


“Tunggu… kenapa kamu ada di bar tadi malam… kenapa kamu bisa menolongku?”


Darla hanya tersenyum.


“Kak Ryno makan dulu. Nanti aku ngomong…”


Akhirnya kami berdua menghadap makanan di meja, nasi goreng pake ayam dan bakso. “Hmmm, Lumayan sih… mirip masakan Titien…!” ‘eh kok Titien lagi.’


Tanpa malu-malu aku makan banyak, Darla justru tambah senyum melihat aku makan dengan lahap. Setelah itu aku mendengar ceritanya yang cukup menyentuh hati.


Ternyata setelah keluar dari rumah ini, Darla mencari pekerjaan dan tempat tinggal di New York, dan terpaksa harus bekerja sebagai pelayan bar sekaligus cleaner di bar yang aku masuki tadi malam. Darla juga nginap di tempat itu, tepatnya di gudang. Sungguh tak layak, namun mau apa lagi.


“Kamu sih gak bilang kalo butuh bantuan!”


“Aku gak mau merepotkan orang lain, Kak. Apa lagi Kak Ryno lagi punya masalah dengan Titien dan Deya. Aku juga gak mau lagi minta pertolongan Aldo. Aku mau cari uang sendiri.”


“Kamu butuh uang?”


“Bukan kak, aku butuh pekerjaan. Aku gak berani pulang Indonesia kalo belum kumpul uang. Aku mau kuliah lanjut, kak”


“Iya, tapi kerja gak di tempat seperti itu. Untung kamu gak diganggu orang…?” Aku bertanya penuh kuatir.


“Iya sih, tapi mau gimana lagi kak?”


“Gini aja, mulai hari ini kamu tinggal disini. Kerja untuk siapkan makanan juga bersih-bersih rumah ini. Nanti ku gaji. Mau kan?”


“Tapi Kak, aku malu nanti Kak Titien bilang apa? Kan dia gak ada.”


“Pasti Kak Titien juga setuju… justru karena dia gak ada aku butuh orang untuk belanja dapur, masak dan bersih-bersih. Kamu cuma mengurus belanja makanan, dan bersihkan dapur tiap hari. Kalo halaman dan rumah, ada orang yang datang tiap hari minggu untuk bersihkan.” Aku ngomong tegas dan Darla tak bisa menolak lagi.


“Itu sih namanya santai, bukan kerja, kak!” Darla hanya tertawa.


“Kalo bukan kamu siapa lagi yang bisa kupercaya urus semuanya. Kamu kan sudah biasa di Kostan Titien.”


“Iya deh Kak, aku terima.”


“Iya, dan perkerjaan utama kamu temani aku. Supaya aku gak sunyi dirumah…” Aku tertawa.


“Udah ku duga, Kak Ryno kesepian. Hehehe… Ok Kak, makasih.”


“Sudah, aku mau ke studi music dulu, jangan diganggu dulu yah!”


Darla langsung kaget ketika tahu ia digaji $2000 seminggu. Ia sempat menolak, tapi aku gak terima. Ia hanya memelukku dan mengucapkan terima kasih.


-----


Kembali aku larut dalam kesedihan, tapi kali ini ku coba salurkan dalam nada-nada yang indah. Mungkin sekali aku akan mengeluarkan lagu baru… kehilangan Titien, walau baru beberapa hari sudah membuat aku sangat menderita.


Untunglah ada Darla yang menemaniku. Paling tidak aku masih bisa berkomunikasi dan bercanda dengan orang lain. Rasanya hampir gila kalo pikir Titien terus.


“Titien… kamu lagi ngapain? Kamu sudah makan? Kamu bisa tidur?”


“Aarrgggghhh!”


-----


POV Darla


Aku coba berandai-andai apa yang terjadi dengan Kak Titien dan Kak Ryno.

Selama ini mereka berdua adalah panutanku. Keduanya perfect… pinter, dewasa, dan yang utama benar-benar saling mencintai. Selalu terdengar suara mesra dan agak manja serta sentuhan-sentuhan cinta dapat dilihat diantara mereka. Sukar mau dibayangkan kalo mereka berdua bisa sampai salah paham, apa lagi sudah berhari-hari, pake lari dari rumah lagi.


Walaupun Kak Ryno tidak menyampaikan, aku merasa ada suatu beban yang ia mau ceritakan. Aku sudah berulang kali memancing dia bicara, tapi ia gak mau. Mungkin saja persoalan pelik dengan keluarganya. Kak Ryno kelihatan sangat tertekan. Ia pasti sangat merindukan Kak Titien.


Bagaimana aku bisa memancingnya bicara dari hati ke kati?


Oh iya… aku baru ingat. Pantesan aku bertemu dengan Kak Ryno di bar. Kak Ryno harus di kasih mabuk dulu. Malam ini aku akan pancing dia minum berdua, supaya bisa ngomong terbuka.


Benar juga, selesai ia main piano, malam itu aku membuka beberapa botol wine. Pengalaman singkatku bekerja di bar cukup membantu mengetahui mana minuman yang tepat. Aku ajak Kak Ryno untuk minum di teras supaya ia mulai bicara. Benar aja, ia mulai ngomong banyak… walaupun belum itu yang mau ku dengar. Minuman membuat ia lepas…


“Kak, kita lanjut ke Jacuzzi yah?” Aku tahu siraman air dapat membawa kenyamanan.


Kak Ryno hanya mengangguk mengiayakan permohonanku. Aku menuntunnya ke kamar dan menuju ke kolam air hangat kecil dan menghidupkan semburan jet, supaya badan terasa dipijat.


Segera kita berganti pakaian renang dan masuk kedalam Jacuzzi. Aku sudah menaruh wine yang lebih keras lagi di samping Jacuzzi. Kali ini gak berhadapan lagi, aku duduk disampingnya sambil memegang tangannya.


Kami banyak cerita masa lalu, dan Kak Ryno cerita soal Kakak kandungku, Della yang mati terbunuh. Aku baru tahu ternyata Kak Ryno mengenal kakakku dengan dekat, hal-hal yang aku sendiri gak tahu.


“Aku berhutang nyawa pada Kakakmu, Della. Ia sengaja menyambut pisau itu yang ditusukkan kepadaku. Ia bilang sendiri kalo ia senang udah berkorban untukku.”


“Kak Ryno ngomong dengannya?”


“Iya sambil menunggu ambulans, Deya terus memelukku sementara aku menahan lukanya supaya gak berdarah.” Kembali aku teringat kisah 5 tahun lalu yang merengut nyawa seorang gadis suci. Kakak kandungku sendiri, Della, salah satu panutanku… seorang yang rela mati demi mempertahankan kehormatannya.


“Kak Ryno dekat dengan Kakakku?”


“Ada suatu rahasia sih, tapi nanti aku ceritakan.” Ryno menatapku sambil tersenyum.


“Minum lagi yuk!”


Aku juga langsung mengambil satu gelas dengan cepat.


‘Ih, Kak Ryno kuat sekali. Gak nyangka kalo ia jago minum, udah banyak gini belum mabuk juga.’ Namun tetap aja efeknya, kelihatan kalo matanya mulai memerah. Tanpa aku sadari aku juga sudah terlalu banyak minum. Mana sangeku gak turun-turun dari tadi.


Akhirnya Kak Ryno mulai cerita juga soal apa yang terjadi. Aku langsung terkejut mendengarnya.


‘Kak Ryno memperawani Deya dan dipergoki Kak Titien? Terus Kak Titien main dengan Shaun di ruang tamu? Kak Titien minta cerai dan suruh Kak Ryno kawin tanggung jawab ke Deya? Deya lari dan Kak Titien cari untuk bawa pulang? Seperti kisah drama Korea aja.’


Astaga! Hampir aku gak bisa percaya kalo itu benar-benar nyata. Apalagi ini menyangkut Kak Titien dan Deyara, gadis-gadis yang aku kenal sebagai orang yang teguh memegang prinsip.


Pantesan Kak Ryno stress… dan lebih lagi, ia rindu Kak Titien. Ia sudah lama gak lagi mendapatkan belaian seorang wanita… dan entah kenapa aku makin sange waktu bilang ia main dengan Deya terus Kak Titien dientot dengan kasar oleh Kak Shaun.


“Kok bisa yah?”


“Kamu gak boleh bilang orang lain, aku percaya kamu…” Suara Kak Ryno agak gemetaran.


Kak Ryno memelukku erat… aku dapat rasakan kalo tangannya beberapa kali menyenggol bongkahan dadaku. Rasanya geli… apalagi minuman keras yang aku konsumsi makin membuatku agak hilang kendali. Aku melihat tubuh Kak Ryno, celanannya sudah mengembung… ini pasti efek dari minuman. Astaga… ia juga sudah terangsang… aku juga gak bisa mendustai diriku kalo aku butuh jamahan seorang pria. Apa lagi seseorang seganteng Kak Ryno.


“Kak”


Aku menengelinjang ketika Kak Ryno memelukku dari belakang dan menarikku duduk diatas pahanya. Tangannya perlahan-lahan meraba perutku dan mulai naik keatas… aku hanya diam dan membiarkan grepean ini berlangsung. Apa dayaku?


“Ahhhhhh…..” Aku berteriak kecil ketika tangannya mendarat di bongkahan dada. Bagaimana mungkin aku bisa menolak… tubuhku menginginkannya. aku gak tauh harus buat apa. Aku hanya bisa menyaksikan bagaimana baju renangku dibuka dan toket kebanggaanku langsung terekspose sempurna.


“Aduhhhh Kakkkkkk! ahhhh” Aku mendesah. Kak Ryno langsung tahu.


----


Plok… plok… plok… plok…plok…


“Ahhhh… aduh… ahhhh terus….” Aku terus mendesah. Akhirnya disaat kami berdua mabuk, kami gak dapat menahan diri lagi. Masih dalam Jacuzzi tubuh telanjang kami sudah menyatu dengan sempurna.


‘Astaga ini nikmat sekali. Tadinya aku sampai merinding melihat kontol besar Kak Ryno… sekarang aku harus takluk karena tekniknya pompaannya yang luar biasa.


“Kakkk… aduhhh… ahhhhh… cepat… terusss…” Aku terus mendesah ketika kontol itu masuk dengan keras, dalam dan sukar ditebak iramanya. Aku sudah orgasme dua kali… dan yang ketiga sudah di dekat. Padahal Kak Ryno masih belum apa-apa.


“Kak…. Aduh… aku dapat… ahhhh” Kembali aku merasakan konstraksi nikmat menjalar pada memekku. Perutku berkelojotan…. Akhirnya mengejang kuat… sedangkan kakiku menendang-nendang liar…


“Aahhhhgggghhhhhhhh” Aku menyambut orgasme yang dahsyat ini dengan menganggat pinggulku tinggi dan tubuhku melengkung ke belakang.


Aku masih tak bersuara sementara Kak Ryno menusuk pelan-pelan membiarkan aku menikmati. Nafasku masih tersegal satu-satu, rasanya baru menyelesaikan pertandingan lari cepat.


“Kak, aku gak mampu lagi…”


“Eh, tunggu… aku belum nyampe…” Kak Ryno protes.


Astaga… ia mau satu ronde lagi, padahal kami bercinta sudah hampir sejam.


“Kak, istirahat dulu yah… bentar aja!” Aku memohon. ‘Apa ini karena Kak Ryno udah cukup lama menahan diri yah?’


“Maaf Darla, mungkin aku terlalu bernafsu. Siapa suruh tubuhmu seksi… apalagi memek-mu jago menyedot… enak banget, ihhh…. Legit kayak punya Della…” Ryno memujiku. Eh tunggu, dia bilang Della?


“Kakak pernah gituan dengan Della? Astaga, beneran kak?” Aku kaget, sama sekali gak nyangka.


“Hehehe… keceplos deh.” Ryno tersenyum. Aku jadi tambah penasaran…


“Kak, cerita dong…!” Aku merengek.


“Iya… aku cerita tapi…” Ryno mulai menggrepe tubuhku lagi, ia mencoba membangkitkan gairahku lagi.


“Cerita…”


“Iya… iya. Kakakmu yang mulai kok. Titien dan aku lagi baring-baring di kamar tiba-tiba Della masuk dan tutup pintu. Ia langsung tidur disamping Titien, entah gimana ia mulai mengrepe tubuh Titien sambil suruh aku memegangnya… Titien jadi nafsu waktu diraba-raba, waktu itu masih segel, jadi hanya digesek-gesek… akhirnya Titien keluar waktu diserang klitorisnya…”


“Huh?” Aku terkejut. Sambil bercerita tangan Ryno mulai menggesek klitorisku seakan memberikan gambaran apa yang terjadi.


“Yah, setelah itu Titien menyuruhku membalas dendam… ia pegang tangan Della sementara toketnya aku mainkan seperti ini…”


“Ehhh…. Aduh…” Nafsuku langsung terbangun ketika Kak Ryno dengan nakal melumat toketku dan menyentil putingnya. Ia jago sekali membuat cewek sange, pasti Della langsung keenakan.


“Setelah itu tanganku turun dan mulai meraba kemaluannya, sedangkan bibirku menjilat ke perut dan pusarnya. Della langsung menggelinjang kegelian…” Ryno kembali mempraktekan apa yang dibilangnya.


“Hhhhhhhh…..” Aku mendesah tertahan. Ada rasa geli bercampur nikmat… aku mau bibirnya cepat turun tapi entah kenapa ia lama-lama disitu.


“Della tanpa sadar membuka selangkangannya, dan mulai ku lumat dan jilat… kakakmu sampai mengerang karena nikmat!”


“Ehhhh… ahhhhhhhh hhhhhhhhhsssssssss” Entah kenapa belum aja mulutnya tiba aku sudah merasakan gelinya. Mungkin karena Ryno meniup selangkanganku dengan hembusan mulutnya. Ihhhh…..


“Yah… persis gitu, pinggul kakakmu mulai meronta… tapi aku menahannya. Dan setelah dilumat ia mulai bergetar… aku memasukan dua jari dan mengocok didalam…. Seperti ini…!”


“Ahhhhhhhh… Kak…. Ahhhhaaaahaha” Aku gak tahu jeritanku bercampur tawa karena kegelian. Ketika tangannya mengocok, aku langsung melayang… “Iihhhhh gila…”


“Jariku mengocok makin lama makin cepat, tapi tepat sebelum Della keluar, aku menarik tanganku. Della meraung minta di tusuk…”


“Aahhhhhh… kakak… ayo… jangan siksa aku…. Masukan!” Ia benar-benar hebat membuat aku terangsang dan meminta kontolnya.


“Ia.. Della juga bilang gitu, tapi gimana? Kan ada Titien di samping?” Ryno mempermainkan emosiku. Aku benar-benar kentang… segera ku serang kontolnya dan melumatnya.


“Waktu itu Titien kaget waktu Della balas menyerang kontolku… tapi ia biarkan aja!” Ryno masih terus cerita.


“Terus kak, gimana? Jadi ngentot? Hmmmmm….. sssshhhh….” Aku gak tahan lagi untuk bertanya… sementara melumat kontolnya yang sudah sangat tegang. Aku melepaskan kulumanku dan menuntun kontol itu menuju ke liang senggama ku.


“Della merengek, minta dimasukkan… kemudian Titien ijinkan. Yah, terpaksa aku harus tanggung jawab…” Kontol Ryno mulai memasukiku dari bawah… sementara aku duduk diatasnya, menikmati kontol yang hangat dan besar merangsak dinding memekku. Ahhhhh… nikmat sekali. Entah kenapa aku terus menghayalkan kejadian yang sama dengan Della.


“Sayang kakakmu udah terlalu bernafsu, belum tujuh menit ia sudah orgasme. Ia sampe muji kontolku setinggi langit!” Ryno meneruskan cerita, tapi kali ini aku gak perduli lagi. Aku terus mengejar orgasmeku… Tubuhku makin cepat naik turun dan menhujam batang besar itu sampai dalam.


“Ahhhh… enak… kak hampir… aduh… mau.. aaaarrrggggggghhhhhhhh” Tubuhku sampai kelojotan menahan kontraksi vaginaku di saat orgasme. Ini benar-benar nikmat. Aku terjatuh kedepan memeluk tubuh Ryno yang sedang tidur.


“Aduh… kak…enak banget!... ehhhh…” Tanpa membiarkan istirahat kontol kak Ryno kini bergerak dari bawah menyeruduk masuk.


“Kak… udah dulu… aku gak kuat …” Ryno tidak memperdulikan ucapanku. Tangannya mengangkat pantatku keatas dan mulai memompa kuat dari bawah. Ia kuat sekali..


“Kak… aduhhhh… ampunnnn…” Aku mulai kegeliaan lagi, terasa geli banget… nikmat yang terus menerus.


Ryno tak memperdulikan kata-kataku, kontolnya makin cepat… terus memompa bagaikan piston yang bergerak pada RPM maksimal. Aku hanya bisa pasrah…. Efeknya sungguh luar biasa, baru sekarang aku merasakan orgasme beruntun seperti ini.


“Aaaahhhh… ooooohhhhhh….. aaaaahhhhhhh” Aku melolong kuat, gak perduli lagi. Ini benar-benar nikmat. Memekku kembali berkontraksi dalam orgasme yang dashyat.


“Ahhhhh….” Ryno akhirnya nyampe juga, sempat ia mengeluarkan batangnya dan membasahi pantatku dari luar.


“Kak… Astaga kak… eh… ampun… aduh…. Uuuuuhhh tega banget… tubuhku sampe pegal-pegal. Ihhh… kek lecet memekku..,” Aku memeluknya kuat-kuat. Ini orgasme puncak yang pernah kurasa…. aahhhhhh.


“Itu yang dibilang Della waktu aku kasih orgasme beruntun kek tadi” Ryno menutup ceritanya sambil tertawa menang.


“Kak, itu kisah nyata? Atau Kak Ryno sengaja modusin aku” Aku masih memeluknya.


“Hehehe… ini kisah nyata. Tanya saja sama Titien. Kakakmu sampai tiga kali orgasme, padahal kita main 15 menit doang.” Ryno nyengir.


“Huh? Enak sekali dia…”


“Toket pepayanya sampe terguncang-guncang lho waktu orgasme. Hehehe… tapi memeknya mantap, enak banget. Tapi kamu juga gak kalah kok” Kak Ryno sambil balas menciumku.


-----


“Titien…?” Kak Ryno membuka matanya, pagi-pagi sudah rindu istrinya.


“Bukan kak, aku Darla. Kakak lupa lagi yah?” Aku membuka tirai jendela membiarkan cahaya matahari pagi menyinari kamar ini.


“Astaga apa yang kita buat…” Ryno menyadari kalo dirinya telanjang.


“Kak aku minta maaf, tadi malam kita minum-minum dan keterusan.” Aku malu menatap matanya.


Ryno diam, seakan mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.


“Astaga… aku yang harus minta maaf, udah menuruti nafsu. Darla gak marah?”


“Gak kok, tadi malam itu malam terindah bagitu.”


“Itu suatu kesalahan, aku gak bisa meninggalkan Titien, kamu ngertikan maksudku.”


“Iya kak, aku ngerti kok. Aku juga gak akan tuntut apa-apa. Aku rela kak… aku justru malu sudah menggoda kakak.” Aku menundukkan kepala, gak mampu memandang matanya.


“Maafkan aku Darla. Sejak ditinggal Titien aku jadi gini…” Tangan Kak Ryno membelai dan memeluk kepalaku.


Gak apa-apa Kak. Aku rela kok… aku tahu Kak Ryno lagi rindu ke Titien, dan melampiaskan ke aku. It’s just sex… I’m okay with that.”


“Benar?” Kak Ryno berbinar mendengarkan kata-kataku.


“Ia, tiap hari juga kalo kak Ryno mau, aku oke…”


“Ihhhh…. Nakal yah kamu. Siapa suruh kamu pake seksi gitu di Jacuzzi

Bikin terangsang orang…” Kak Ryno mencolek hidungku.


“Kakak terangsang lihat aku?” Aku mengangkat kepala dan menatapnya binal.


“Iya, dari kemarin sejak kamu masak” Kak Ryno nyengir.


“Kenapa gak minta?”


“Ehhhh”


“Aku gak tauh kalo Kak Ryno suka.”


“Tapi kan?”


“Udah mulai sekarang, kalo mau kak Ryno minta aja…” Aku mencubitnya.


“Serius?”


“Iya kak, aku ngerti kok. Aku akan urus Kakak waktu Titien gak ada. Udah tugasku memenuhi kebutuhan Kak Ryno” Aku balas memeluk tangannya dan menatapnya. Kak Ryno tersenyum.


“Yuk makan kak, aku sudah masak nasi goreng tadi.”


“Wah enak juga ada kamu yah. Dapat pelayanan luar dalam nih…”


“Hehehe…”


-----


“Kak, cerita dong tentang Della? Apa Kak Ryno yang memperawaninya?” Aku bertanya ketika kami duduk-duduk di sofa sambil nonton berita. Tubuhku nempel bahkan memeluk cowok bule itu.


“Kamu mau tahu?” Kak Ryno memelukku.


“Iya… pingin banget.”


“Bukan aku kok yang perawani, tapi Shaun… si Dickhead. Aku mendengar cerita kalo ia em el dengan Landa dan Della di kamar mereka.”


“Shaun? Threesome? Astaga, kakak harus cerita.”


“Eh, ada yang salah?”


Gak… aku kira selama ini Della masih perawan sampai meninggal.”


Aku menceritakan petualangan sex kakaknya berdasarkan cerita Titien. Aku cerita gimana dia diperawani oleh Shaun, dan gimana ia terlibat dalam pesta sex dengan Shaun, Boy dan Edo sebelum pacaran dengan hotnya dengan Edo. Dan bagaimana mereka berdua masuk kamar Titien telanjang bulat karena kedinginan mencari handuk. Hehehe…


“Sejak saat itu ia jadian dengan Edo, Habis itu udah gak lagi macam-macam, walaupun aku sering mendengar suaranya waktu main dengan Edo. Mereka hot banget lho…” Kak Ryno menutup ceritanya. Aku sampai tertawa-tawa mendengar peristiwa-peristiwa yang lucu itu.


“Makasih kak, cerita Kak Ryno benar-benar buat aku melepaskan bebanku”


Ryno hanya diam sementara memelukku mesra. Kayaknya ia gak ngerti tapi gak apa-apa.


Ternyata Kak Della nakal juga. Selama ini aku anggap ia gadis yang paling suci… gak pernah melakukan yang gak boleh. Pikiranku kembali ke masa lalu.


Aku menagis… selama ini aku jadi kambing hitam keluarga, dibandingkan terus dengan Della yang alim, gak pernah macam-macam. Kak Edo sendiri gak pernah cerita kalo udah pernah berbuat itu dengan Della. Selama ini aku merasa stress, keluargaku mengharapkan aku menggantikan posisi Della. Tapi aku gak bisa menahan nafsu…. Aku gak pernah mampu seperti Della.


Selama ini aku merasa rendah diri di depan Kak Edo, aku pikir aku yang ambil perjakanya yang dia simpan untuk istrinya. Aku malu karena aku terlalu mudah terjerat nafsu. Dan pemikiran itu yang menjadi penyebab utama sampai aku memutuskan Edo. Aku bilang ia harus cari cewek yang lebih dari aku… harus cari yang sebanding dengannya, karena aku terlalu hina. Edo gak mau putus… tapi aku memaksa.


Aku pacaran sebentar dengan Rivaldo, hanya karena nafsu sampai aku terjerat oleh Dinah. Tapi aku masih sangat berharap pada Edo…


‘Makasih Kak… berarti aku masih punya harapan. Kalo Kak Edo masih mencintaiku aku gak akan menolak lagi.’


‘Makasih juga sudah kasih aku masa depan. Tadinya aku galau karena dibuang orang tua karena hamil dan harus lari dengna Rivo. Padahal aku diperkosa… dan Rivo hanya membantuku. Disaat aku bingung cari tempat tinggal dan pekerjaan, Kak Ryno memberikannya. Aku kini punya masa depan.’


----


POV Deyara


“Gimana Kak Tien, enak kan?” Aku bertanya kepada kakak sepupuku ketika kami berdua kembali ke kamar.


“Segar sekali, terasa tubuhku kencang sekali!”


Tadi aku sempat aku dipijat. Dari tadi seluruh tubuhku merasa segar setelah mendapat perawatan dari terapis. Katanya ini yang disebut dengan istilah facial dan skin treatment. Seluruhku tubuhku dimandikan dengan susu yang dicampur dengan bermacam-macam bahan yang harum. Mungkin juga ini yang namanya lulur…


Untung therapist-nya perempuan, hingga aku gak harus malu. Kayaknya orang salon karena cara ia menyentuh tubuhku terkesan profesional. Sesudah itu aku berendam dalam cairan, ditemani Janus.


Tadi Janus sempat ngomong kenapa ia ikut gengnya Dinah. Ia menceritakan suatu rahasia besar mengenai kedekatannya dengan Kak Titien. Ia berulang kali minta maaf, katanya ia dulu banyak buat kesalahan. Namun ia ingin untuk berubah, dan siap melindungi aku dan Kak Titien sebisanya.


“Terus kamu gimana?” Kak Titien balas bertanya.


“Sama dengan Kak Titien, terasa segar dan kencang. Tadi aku dijaga oleh Janus, dia bilang kalo ia itu teman kuliah Kak Tien. Malah katanya sempat pacaran bentar, dan jadi sahabat dekat. Ia juga kenal Kak Ryno dan Shaun!”


Aku melihat perubahan mendadak pada air muka Kak Titien.


“Eh, tunggu… kalo begitu… ahhh… jangan-jangan ia… aahhh, betul juga apa yang kucurigai.” Kak Titien ngomong sendiri.


“Kak, ada apa?”


“Gak, Kakak baru aja sadar siapa itu Janus, kalo benar gitu maka ia orang yang kita bisa percaya!” Kayak ia sudah mengenalnya.


“Kalo Kevin juga aku kenal, awalnya anggota geng mereka tapi ngaku udah bertobat sejak pacaran dengan teman ku. Sayang kecantol lagi kemarin.” Aku memberikan info, mungkin aja ia sudah ngomong. Mungkin ini kedengaran gila, tapi Janus dan Kevin bisa menjadi sekutu yang baik.


Makanan dan minuman barusan diantar ketika lampu studio menyala. Kali ini permainnya sepasang, Cowoknya bule yang mirip Shaun dan seorang gadis yang manis dengan tubuh yang seksi.


Dengan terpaksa kami menonton pertunjukan seks yang ditampilkan, kali ini beda banget. Permainan yang dimulai mesra penuh dengan bumbu erotis dengan alur natural. Seakan-akan keduanya pasangan yang saling jatuh cinta.


Gadis itu kalo dilihat sebenarnya penampilannya sederhana, tapi elegan. Menurutku gadis ini jauh lebih cantik dan natural dibandingkan dengan pemain-pemain sebelumnya, yang sok artis.


Aku memperhatikan bagaimana kontolnya masuk dengan perlahan, disertai dengan desahannya halus yang tidak dibuat-buat. Keduanya terus saling mencium mesra bahkan terus berbisik… Kelihatan dari bahasa tubuhnya, keduanya menunjukkan performa yang mantap. Benar-benar natural, penuh penghayatan… tidak berlebihan… tapi pas. Dan kedua pemain benar-benar menikmati.


Entah apa yang mereka katakan. Aku melirik kearah Deya yang tersenyum melihat permainan keduanya.


“Sari…” Aku berbisik lirih.


“Kamu kenal…” Kak Titien bertanya.


“Itu temanku… dia yang ingin aku bebaskan.”


Untung aku sempat ngomong ke Shaun tadi dan suruh cari cewek nama Sari. Ia punya bukti rekaman. Mudah-mudahan Shaun bisa mendapatkannya. Aku melihat harapan didepan.


Kak Titien menyuruhku untuk menghabiskan makanan yang dikasih, supaya aku punya tenaga. Benar juga, apa lagi Kak Titien juga makan banyak. Tetapi ketika aku meminum air yang dikasih aku mencium bau aneh.


“Kak, minuman ini terasa aneh, kayak ditaruh sesuatu, gitu”


“Ah, masak sih!”


“Ini aku test dulu…” Aku mencelupkan satu jari ke minuman tersebut. Benar aja, dengan segera cat kuku mulai berubah warna.



“Tuh kan, aku curiga kita lagi dicercoki perangsang… kayaknya cair”


“Kok kamu tahu?” Kak Titien memandangku heran.


“Aku tahu banyak tentang obat perangsang, Kak!” Aku coba jelaskan dan Kak Titien jadi kaget.


“Kamu belajar dari mana?”


“Aku tahu sejak di indo. Aku juga bawa stok obat kok, juga penawarnya. Tapi semuanya disita oleh Dinah.”


“Kamu pernah bawa obat itu ke rumah?” Suara Kak Titien mulai berubah, terdengar kayak gemetar. Ia mulai curiga…


Aku gak berani lagi mendustainya… aku harus ngomong yang sebenarnya.


“Maaf kak…”


“Jadi kamu pake obat untuk merangsang Ryno?” Kak Titien menatapku seakan tidak percaya. Aku hanya diam tertunduk.


“Astaga…!”


“Aku minta maaf kak. Aku sudah bilang kan kalo aku yang salah. Aku yang buat ia terangsang dan memerawaniku.” Aku mengaku.


“Selama ini aku salahkan Ryno…” Kak Titien tampak sangat menyesal.


“Itulah kak yang aku mau bilang selama ini…”


“Terus bagaimana ini…” Kak Titien langsung bingung. Ia tampak malu sekali…


“Kak Titien harus maafkan Kak Ryno ia gak salah…”


“Iya, dan itu berarti aku yang salah main dengan Shaun didepannya…” Ia sangat menyesal.


“Itukan karena kakak sakit hati… kalo gak, gak mungkin kakak selingkuh.” Aku memegang tangannya.


“Kamu gak tahu apa yang terjadi di Washington!”


“Ada yang terjadi kak? Cerita dong…” Akhirnya dengan terbata-bata Kak Titien menceritakan pengalamannya dengan Shaun di Washington.


“Jadi ceritanya kakak ngentot dengan Shaun karena dikentangin di Washington? Hahaha…” Aku gak bisa tahan untuk tertawa, sementara Kak Titien mencubitku.


“Ihhh… kok aku cerita kamu lagi…” Kak Titien memeluk dan meramas toketku. Aku hanya membiarkannya sambil memeluknya… Tak lama kemudian kita berdua tertawa.


“Bener kamu gak mau sama Kak Ryno?”


“Kak Ryno tidak pernah mencintaiku, dan aku gak pernah bermaksud mau merusak rumah tangga Kakak…” Aku menjawab diplomatis.


“Bodoh… kenapa Ryno gak bilang…”


“Kak Ryno dan aku sudah bilang berulang kali, cuma Kak Tien yang keras kepala memaksa aku kawin dengannya…” Aku tersenyum. Kak Titien tersenyum, tampak segurat harapan dihatinya untuk bertemu kembali dengan suaminya, merajut kembali cinta mereka.


Kami terdiam sejenak.


Masing-masing berpikir jauh… aku gak mau mengganggu Kak Titien yang lagi asik melamun.


Kak Titien meremas-remas tangannya di dada… eh… salah, Kak Titien mulai meramas dada sendiri, dan satu tangannya ke selangkangan sendiri.


“Ehhh?” Aku menatap sinar matanya yang mulai berubah, kayaknya perangsangnya mulai bekerja.


“Kak Titien. Eh, kak… kakak tahan dong!”


“Aku gak bisa tahan lagi, Deya.” Gerakan Kak Titien makin liar, makin berani. Aku jadi risih melihatnya. Pasti obatnya sangat keras, dan Kak Titien tadi minum cukup banyak, untung aja aku baru minum seteguk langsung ketahuan.


“Deya… ahhhh” Kak Titien mulai gak bisa menahan diri.”


Aku bingung mau buat apa, aku merasakan kalo aku juga mulai bernafsu. Memang sih gak sebesar Kak Titien, tapi melihat ia sange seperti itu membuat aku juga terangsang.


Sementara kami kebingungan, tiba-tiba dua orang datang memasuki kamar ini dan langsung menutup pintu. Astaga, ini Boy dan Deni…


“Hahaha… udah gak tahan yah? Jangan takut sayang… aku akan kasih kenikmatan pada kalian!” Kata-kata Boy sangat menusuk.


Astaga…


Dengan segera Boy mendekat ke Kak Titien dan mulai mengrepenya. Kak Titien menolak dengan kata-kata, tapi bahasa tubuhnya tidak sungguh-sungguh. Walaupun ia mencoba melindungi bagian-bagian vital, namun tangan Boy tetap dapat menyusup dan bersarang di sana. Kak Titien langsung kewalahan… gak dirangsang aja udah nafsu, apalagi ini…


Sementara itu Deni mulai mendekatiku dan memegang tanganku. Aku coba melawan dan mengibaskan tangannya.


‘Apa yang harus aku lakukan? Mungkin aku dapat melawan tapi Kak Titien?’


Kak Titien berteriak lagi, tapi rontaannya hanya setengah hati. Tangan Boy sudah masuk ke balik pakaiannya dan meraba-raba toket dan memeknya. Kak Titien mulai terbawa suasana.


“Astaga, Boy… jangan! Ahhh…Aku gak mau… ahhhh… udah… cukup… jangan… aduhhhhh…!” Suara penolakan Kak Titien justru terdengar seperti desahan. Sementara Boy tertawa menyaksikan kalo perlawanan mangsanya makin melemah.


Sementara aku masih mampu menepis tangannya, walaupun kadang jemari Deni sempat-sempat mencolek tubuhku.


“Aaaahhhh… jangan… aduh… aaaahhh!” Kak Titien berteriak ketika pakaiannya dibuka. Tinggal pakaian dalam yang tersisa, itupun udah acak-acakan dan tak mampu menutupi dengan baik.


“Wah, Titien… kok kamu kelihatan makin seksi aja! Tahu gak, ini toket yang terus terbayang-bayang waktu aku dipenjara” Boy kembali tertawa.


“Eh, jangan…!” Ketika aku sibuk menoleh kearah Kak Titien, tangan Deni kini masuk dan mengrepe toketku dari luar. Aku melawan, tapi tak mampu menghindar… ia terus membelaiku.


Kembali Kak Titien dirangsang mati-matian… Memeknya dibelai-belai sampai terlunjak keenakan. Kak Titien makin payah… ia tak mampu mempertahankan pakaian dalamnya yang kini sudah merosot ke bawah. Kak Titien udah telanjang bulat.


“Ahhh…. Aduhhhh” Tangan Deni dengan ahlinya menyisip masuk dibalik baju dan meraba bagian-bagian strategis milikku.


“Eh, jangan Denii… aku masih perawan!” Aku mencoba berdiplomasi.


“Hahaha… wah untung sekali aku dapat perawan!”


“Aku gak mau perawanku lepas seperti ini…” Aku masih menahan tangannya. Tapi justru ia makin menekan masuk dan bebas meraba-raba.


“Aaahhhhh… ahhhhhh… aduhhhh Boy…!” Aku melihat Kak Titien sudah terbaring mengangkang sementara Boy mulai menjilat memeknya. Ia udah pasrah.. aku terus memutar otak. Kalo dibiarkan agaknya aku juga akan mendapat nasib yang sama. Aku harus menolong Kak Titien.


“Arrrrrrgggggghhhhhhhhh” Tubuh Kak Titien berkelojotan. Ia sampai tersentak-sentak menikmati orgasmenya yang pertama dari permainan lidah Boy. Ia langsung terdiam sementara mengatur pernafasan dari serangan nikmat yang sangat dashyat tadi.


Aku sampai tercekat melihatnya… ihhhh…


“Sudah… udah… aku menyerah!” Aku melepaskan tanganku sambil terengah-engah menahan nafsu. Deni membuka baju dan celanaku… dan kali ini aku diam aja membiarkan ia menista tubuhku.


“Hehehe… udah pasrah yah cantik.” Deni nyengir merayakan kemenangannya.


“Bawa aku ke kamarmu… aku gak mau dilihat orang!” Aku bermohon. Deni yang melihat aku pasrah hanya tertawa senang. Ia tadi sempat terpana melihat tubuhku dengan jelas.


“Hahaha…” Deni terus tertawa, tapi tangannya mengambil sesuatu dari kantongnya. Ia mulai membuka borgol di tubuhku. Ini saat yang aku nanti-nantikan.


Aku menahan nafas yang sempat memburu. Kak Titien sudah terbaring pasrah, sedangkan kontol Boy yang besar sudah berada tepat didepan memeknya. Kayaknya Boy sengaja membuat ia malu… ia memasukkan palkon tapi kemudian menarik kembali membuat Titien stress…


“Boy… ahhhh…. Ayo…”


“Ayo apa?”


“Masukkin…”


“Masukkin apa sayang?”


“Masukkin kontolmu…” Kak Titien gak mampu lagi menahan diri.


“Oke deh kalo itu yang kamu mau… hahaha!” Boy mulai ambil ancang-ancang.

-----
AMAZING.. unpredicable..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd