Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Wah wah . . . Seperti nya suhu kita super sibuk, updatenya lama bangeeeet
 
Episode 4 – Ternyata ia juga terlibat


POV Doni


“Ahhh capek banget!” Aku memaksakan diri untuk berdiri dan mulai berjalan menuju villa. Disampingku masih terbaring tiga gadis cantik yang barusan aku puaskan.


‘Gila juga! Bisa lumpuh aku kalo sebulan gini terus’.


Baru kali ini aku main sampai 4 kali orgasme… benar benar diperas. Suatu pesta seks yang sangat menguras tenaga… ini seharusnya menjadi impian semua cowok, semuanya berjalan seperti rencana… sampai Cherry muncul.


Bayangan Cherry dan Jeffry tadi membuat aku jadi tambah beringas, entah kenapa aku jadi tambah bersemangat melihat Cherry hanya pasrah digrepe Jeffry… Bahasa tubuhnya dan tatapannya yang sange membuat aku tambah berapi-api. Dan semuanya kusalurkan kepada tiga gadis ini, yang hanya bisa menjerit keenakan waktu aku main hardcore…


Astaga… aku baru ingat. Boy dan Deni sudah menuju ke villa dari tadi. Pasti mau minta jatah ngetot dari pacarku… langsung aja aku jadi cemburu. Kedua cowok itu memiliki kontol yang besar… mungkin lebih besar dari punyaku. Aku penasaran gadis pujaanku digang-bang oleh kontol-kontol besar. Gak rela sih… tapi lebih ke arah penasaran.


“Brakkkk” Aku menendang pintu kamar hingga terbuka lebar.


“Ehhhh….” Aku kaget karena isinya kosong… Aku berpindah ke kamar yang lainnya sambil berteriak memanggil nama Cherry…


“Cherry….! Dimana kamu?” Teriakanku menggema… tapi tanpa jawaban. Rasanya semua kamar sudah ku selidiki, tapi gak ada penampakannya. Bukan cuma itu, Jefry, Boy dan Deni juga hilang.


“Apa mungkin mereka membawa Cherry ke suatu tempat agar tidak ku ganggu?” Aku jadi stress. Kali ini bukan lagi penasaran… tapi lebih ke arah takut.


Aku masih aja berkeliling villa dengan mobil untuk mencari-cari. Bukan cuma vila, tapi mencari ke tempat-tempat yang aku pikir ia akan kunjungi. Terakhir, aku menunggu di kos-nya selama berjam-jam. Cherry masih menghilang. Aku mulai tertidur dengan sebuah pertanyaan terus mengiang….


“Cherry, di mana kamu?”


-----


Ini sudah hari ketiga sejak peristiwa di villa… dan aku masih menunggu di kosan milik Cherry. Cherry belum pulang… Aku menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Gerah juga… selama ini aku gak sempat mandi… eh, gak sempat buat apa-apa. Untung aja ada beberapa helai bajuku ditempat ini…


Cherry…


Tadi malam ia kembali muncul dalam mimpi. Pacarku yang sangat cantik, putri kampus pengganti Kak Titien. Kalo dipikir reputasinya jauh diatasku, dan harus kuperjuangkan dengan gigih. Sampai berbulan-bulan lamanya aku nongkrong di gedung kuliah fakultas Ekonomi hanya untuk mendapatkan perhatiannya. Aku bahkan harus bersaing dengan Aldo mengejarnya, hampir-hampir aku kalah. Padahal Aldo berasal dari kalangan orang kaya. Untung waktu itu aku bisa mendapatkan Cherry, tentu saja pake akal bulus sedikit… hehehe.


Jadian dengan Cherry bagaikan mendapat jackpot. Aku bukan hanya beruntung bisa mendapatkan keperawanannya, tapi membuat ia jadi binal. Cherry yang lembut, hangat dan simpatik didepan orang bisa jadi gadis yang binal dan agak liar diatas ranjang. Kurang apa lagi, hayooo…


Apa Cherry sudah jadi korban geng mereka? Ini tidak bisa ku biarkan. Tapi apa yang harus ku buat? Aku satu-satunya orang yang tahu kalo Cherry menghilang. Dan parahnya ini semua salahku.


Aku gak bisa terus begini… Aku harus mencarinya…


-----


Seusai mandi, aku makan seadanya. Hanya sepotong roti tawar… makananku selama pencarian.


Cherry belum pulang… ini sudah keterlaluan. Aku takut jangan jadi apa-apa. Di Manado sempat ada beberapa kasus gadis diperkosa dan dibunuh, mayatnya dibuang begitu saja…


Aku makin stress…


Tiba-tiba aku mendapat message di WA…


“Doni… ini aku, Aldo. Aku dapat kabar dari Cherry. Dia baik-baik aja, tapi belum bisa ketemu kamu. Dia suruh kamu jangan kuatir… keknya dia masih malu”


Syukurlah Cherry ada baik-baik aja… tapi? Cherry bersama Aldo? Ahhhh… aku makin stress!


Apa Cherry lupa cerita lama dengan Aldo dulu?



-----


Entah kenapa malam ini kelihatan agak rame. Dari tadi aku hanya duduk di sebuah night club lama yang dulu aku suka kunjungi.


Corner club… sebuah tempat dugem favorit yang terletak di Bahu Mall. Memang sih sudah agak kalah pamor dengan beberapa tempat baru yang lebih modern dan wah! Tapi ini night club yang aku biasa kunjungi dulu… sebelum bersama Cherry.


Ternyata aku banyak berubah setelah pacaran dengannya.


Aku memandang keliling tempat yang dulu kuanggap rumah yang hangat. Kini terasa berisik, dengan wajah-wajah baru. Mungkin aja ada beberapa yang mengenalku, tapi aku gak perduli.


Kembali kutuangkan 2 kaleng bir… aku cukup sadar kalo aku bawa mobil sendiri. Kemudian sebuah lagu favorit menyeret aku melantai… aku mulai terbawah. Apa sudah kangen yah waktu-waktu itu?


Puluhan gadis belia sedang menggerakkan tubuhnya dengan seksi tepat disampingku. Ada yang mulai teller, tapi aku tidak peduli.

Dasar… anak abg. Kebanyakan sih udah mahasiswa… mungkin stress dengan hasil ujian mereka di semester lalu.


Salah satu ceweknya mulai kelihatan teller, mencoba menolak wakttu tubuhnya dipeluk beberapa cowok. Tapi apa daya di tengah-tengah kerumunan ini? Wajahnya cantik… eh, kok terasa familiar yah?


Gadis itu kelihatan makin menyerah ketika tangan-tangan kasar beberapa kali lolos mengrepe bongkahannya yang membusung. Harus kuakui kalo gadis ini sangat seksi… sangat cantik. Malah kelihatan agak lugu dan innocent, kok berani yah?


“Tolong… jangan!” Ia meronta kecil mendorong tangan-tangan nakal. Sayangnya tambah banyak cowok yang mencari keuntungan. Sementara teman-temannya cuek aja, malah ada yang merekam dengan kamera.


‘Eh, astaga! Keia?’


Yah… itu Keia, gak salah lagi. Sepupu dari Aldo, Putri kampus tahun ini, padahal masih tingkat I. Keia, gadis cantik ini adalah seorang programmer muda yang handal dan sempat membawa harum nama kampus di perlombaan tingkat nasional. Anaknya terkenal alim dan lugu tapi pinter banget. Kok bisanya ia disini? Pasti ada apa-apanya.


Keia kelihatan lagi ditarik beberapa cowok. Mereka akan membawanya ke suatu tempat. Aku harus bertindak.


Aku mengikuti mereka dari belakang, dan sesaat sebelum ia dipaksa naik ke sebuah mobil, aku menarik tangannya kuat-kuat. Tubuhnya seakan terlempar kearahku, dan segera ku peluk.


“Keia? Ngapain kamu?” Ia masih kaget dengan ulahku.


“Eh, Kak Doni?”


“Ehhh” “Bukkkk” “Buuuuukkkk” Dua orang cowok yang membawanya, langsung terdiam kena tinjuku. Mereka gak sempat bersiap-siap. Sedangkan kawan mereka sudah naik mobil dari arah sebelah.


“Eh siapa itu, bangsat!” Temannya sempat memaki, tapi mereka tampak takut-takut.


Dengan cepat aku membopong gadis itu masuk ke mobilku yang kebetulan diparkir hanya dekat dari situ. Segera aku mengunci mobil dan pergi tanpa sempat mereka kejar… semuanya terjadi begitu cepat.


Keia memandangku penuh terima kasih. Ia membiarkan aja aku membawanya ke tempat kosku. Ia membiarkan tubuhnya aku bopong dan bawa ke tempat tidurku. Dengan cueknya ia memelukku bahkan menempelkan dadanya pada tubuhku. Ihhhh…


“Kak...” Keia tiba-tiba muntah… cukup banyak, sampai bajunya basah kuyup.


“Keia… ganti baju yah!” Aku segera membuka baju luarnya dan membilas tubuhnya… Keia hanya diam aja, dan membiarkan aku melihat tubuhnya.


OMG… tubuhnya sangat sempurna. “Ya Tuhan… cobaan apa lagi ini? Kenapa cewek yang seksi ini hanya pasrah aja ketika aku membersihkan tubuhnya dengan handuk basah?”


Dengan deg-degan aku membantu ia mengenakan pakaian seadanya, untuk ada beberapa baju tidur milik Cherry di sini. Aku harus membulatkan tekadku untuk gak macam-macam. Padahal gadis itu udah pasrah. Malah sempat mendesah ketika dadanya aku bersihkan.


Keia menatapku tersenyum. “Kak, maaf yah… aku udah bikin repot”


“Sudah, diam aja. Sekarang minum dulu…” Aku mengambilkan air susu.


“Makasih kak!”


“Kamu tidur disini yah… nanti besok baru cerita.”


Keia hanya menangguk setengah terisak. Aku menutupi tubuhnya dengan selimut dan membaringkan tubuh di sampingnya.


Keia memelukku dan menempelkan tubuhnya lagi. Tonjolan dadanya sangat terasa karena ia tidur tidak lagi pake bra.


“Tuhan, tolong aku bisa tahan nafsu malam ini…”


----


“Cherry?” Entah kenapa pagi ini aku memimpikannya. Tapi kali ini sangat nyata…


Mimpi yang sangat indah, Cherry sedang tidur membelakangiku dan aku merasa sementara memeluknya dengan erat. Iseng aku meremas bongkahan daging kenyal yang ada di dadanya, hmmmm… masih sangat padat, persis seperti yang ku bayangkan selama ini. Tanganku mencari suatu tonjolan kecil, putingnya yang selama ini bikin gemes. Eh, dapat… tanganku terus mengelus, meremas, memelintir… oh, kenyalnya. Aku benar-benar merasakan kelembutan dan kehangatan. Ini rasanya sangat nyata, bukan mimpi lagi…


Kelembutan ini membuat aku sangat terangsang, tanpa sadar kontolku langsung berdiri tegak sebagaimana yang terjadi setiap pagi. Serta merta aku menurunkan celana boxer agar kontolku tidak terhalang.


“Ehhh…Kya!!! Aduh… Kak Doni! Aku diapain, eh… Jangan…”


Aku terkejut! Ada teriakan seorang gadis tepat disampingku… Aku membuka mata…


“Keia?”


“Kak… tangannya nakal!” Tangan Keia sementara memegang tanganku dari luar. Ia menarik-narik tanganku yang sudah menyisip masuk ke dalam kaosnya.


Aku kaget sekali, baru sadar kalo toket Keia yang aku elus. Astaga, anak ini gak pake bra. Ku sentil sekali lagi untuk memastikan…


“Ahhhh… Kak Doni! ihhhhhh! Nakal…” Tubuh Keia merinding, kayaknya kegelian. Ia malu sekali pagi-pagi sudah dimesumin kayak tadi.


“Astaga… maaf Keia… aku gak tahu kali itu kamu!”


“Kak Doni mesum! Dasar….” Keia menatapku malu-malu, sementara aku masih menatap tanganku seakan tidak percaya. Astaga, jadi yang aku elus dari tadi toketnya Keia?


“Maaf Keia… Kak Doni gak sengaja… itu tadi kecelakaan, ihhh tangan ini sial banget!” Kataku sambil memukul tanganku tadi…


“Sial? Hahaha… adanya justru beruntung, tahu!” Keia mulai tertawa untuk menutupi malunya, pipinya masih merah merona. Ia menatapku malu-malu, dan justru sikapnya seperti ini yang membuat ia tampak cantik sekali.


“Iya… beruntung di kamu, rugi di aku..” Aku terus bercanda.


“Hahaha… kebalik kak!” Keia juga tertawa lepas.


“Oke, deh. Anggaplah gak ada rugi, kita berdua sama-sama beruntung. Deal! Kamu juga kan menyukainya tadi…” Aku menggodanya sekali lagi, entah kenapa gadis ini tambah cantik ketika tersipu malu seperti ini.


“Mau di cubit yah…” Tangan kecilnya masuk didalam selimut dan mulai mencubiti perutku. Tanpa sadar tangannya menyenggol batangku yang sudah berdiri. Ia kaget, dan mencubitnya sekali lagi untuk memastikan apa yang dirabanya.


“Astaga… Kak Doni mesummmm!” Keia berteriak ketika ia sadar sementara memengang kontolku. Cukup sakit juga ia meremas, dengan cepat tanganku menahan tangannya.


“Keia… auhhhh!” Keia menarik tangannya, tapi aku menahannya dengan kuat agar tidak bergerak dan tetap ditempat semula. Kontolku berdenyut dalam genggamannya tangan yang halus itu. Keia tersentak dan menatapku sambil tertawa, sementara aku menatapnya dalam-dalam. Keia malu sekali, wajahnya sudah kembali merah.


“Aduh Kak… udah dong… dasar…!” Aku melepaskan tangannya, dan ia sempat-sempat mencubit batangku.


“Tuh, siapa yang nakal!”


Keia mengeluarkan lidahnya mengejekku. Ihhh… nakal sekali. Sayang sekali ia sudah lolos, dan langsung masuk ke kamar mandi. Awas kamu yah…


-----


Setelah makan pagi Keia mulai curhat apa yang terjadi tadi malam. Ternyata ia dijebak oleh salah satu teman sekelas, yang bernama Amanda. Temannya ini mengundang Keia ke ultahnya yang dibuat di Corner club. Awalnya ia gak sadar kalo itu night club, dan karena dipaksa teman-teman akhirnya ia muncul juga.


Keia yang tidak pernah minum itupun terjebak dalam permainan truth or dare yang menyuruh ia minum. Menurutnya ia juga di dare untuk melantai dan bergoyang bersama beberapa teman cowok.


Keia yang biasanya lugu dan pemalu entah kenapa jadi agak berani, mungkin pengaruh minuman. Ia malah merasa terangsang hebat ketika digrepe-grepe. Keknya cewek ini udah dicercoki obat perangsang. Tadi malam ia sempat minum susu segelas penuh, yang biasanya mampu menawarkan perangsang.


Untung aja ia bertemu dengan aku. Entah kenapa dari dulu Keia merasa nyaman dengan aku. Eh, tentu saja juga dengan Aldo, yang suka menjulukinya “Sepupu yang paling manja.” Julukan yang sama dengan Deyara.


“Kak Doni… kalo aja gak ada kakak, aku gak tahu sudah jadi apa malam tadi. Pasti aku sudah gak perawan lagi…!” Keia memelukku setengah terisak. Ia kini sadar apa yang hampir saja ia lalui.


Aku membiarkan ia memelukku lama… malah membelai-belai punggungnya dengan penuh perasaan. Keia menangis tertahan… ketika kurasa sudah cukup aku menarik tanganku.


“Gak usah sedih sayang, kalau soal keperawananmu… aku bisa kok buat kamu gak perawan lagi kalo kamu mau!” Ujarku sambil menggelitik pinggangnya.


“Eh… orang lagi serius, bercanda lagi!” Keia mencubitku.


“Gak cubit di tempat kayak tadi pagi?” Aku menggodanya yang tadi sempat memegang batangku.


“Hahaha… dasar, cowok mesum!” Keia hanya tertawa.


“Eh, kamu jawab jujur yah… kontolku besar gak?” Aku menggodanya lagi.


“Ihhhh…. Kok tanya gitu!”


“Kan kamu udah pegang tadi…” Aku memegang tangannya.


“Gimana yah!” Ia menggodaku sambil tersenyum.


“Apa?”


“Aku gak tahu kalo besar ato kecil, karena aku gak pernah melihat kontol orang lain, jadi gak tauh…!” Keia menatapku tertawa.


“Dasar… cewek polos!”


“Huh… maunya…” Keia tertawa lagi, seakan puas mengerjaiku.


-----


POV Titien


“Apa katamu? Deya buat itu?” Aku terkejut mendengar berita dari Janus. Ia tadi telpon kalo Deya tadi malam ditangkap dan kini ditawan Dinah.


“Kalo gini gawat sekali… nanti malam aku kesana!” Aku akhirnya memutuskan untuk menyusup dan berpura-pura menjadi pekerja di studio seks yang dikelolah oleh Dinah. Usul yang pernah diberikan Janus kemarin waktu chat. Untung aja ada Janus yang memberikan akses kepadaku, dan entah kenapa aku merasa ia bisa dipercaya.


Aku menggelengkan kepala. Sukar mo dibayangkan kalo Deya mengamuk di night club tadi malam dan merubuhkan 5 orang pengawal. Ternyata anak itu hebat juga, bisa bela diri. Eh, mungkin mirip Deyana kakaknya yang juga jago Tae Kwon Do. Aku sempat belajar sih, tapi gak jago-jago amat.


Sayang sekali Deyara akhirnya tertawan ketika Dinah mengeluarkan pistol dan ditodong ke Sari. Dan parahnya, Deyara kini ditawan oleh Dinah.


Kembali aku menyadari banyak hal tentang Deyara yang tidak aku tahu. Yang pertama adalah kalo ia jago bela diri. Dan lagi ia gak sepolos yang kubayangkan sebelumnya. Dibalik gayanya yang manja dan polos menyukai Kak Ryno, Deyara punya pengalaman dengan cowok. Keperawanannya bukan berarti ia gak tahu apa-apa soal seks.


Dan terlebih lagi, ia punya musuh … gak sembarangan musuh, tapi kelompok yang sudah lama mempermainkan dan mengeksploitasi gadis cantik. Ia ternyata cukup terlibat dalam persoalan geng Dinah. Aku harus mencarinya, aku gak mungkin biarkan ia sendirian melawan musuh-musuhnya. Gimana caranya? Aku harus menyusup.


Kenapa kejadiannya sama persis dengan aku dulu? Seorang diri bisa menyusup dan melaporkan geng Kobe. Padahal waktu itu aku masih perawan.


Kini aku mengerti, pantesan Deyara sudah kasih keperawanannya kepada Ryno, ia sudah siap melawan mereka, gak perduli lagi dengan kehormatannya. Ia tidak bermaksud merebut Ryno dariku. Kenapa aku baru sadar akan hal itu?


Siang itu aku kembali memakai make-up tebal, contact lensa, alis mata palsu dan pelapis gigi palsu yang membuat wajahku berbeda. Tidak mudah bagi mereka untuk mengenaliku. Semuanya sudah kupersiapkan sebelumnya.


Tepat sore hari aku pesan uber pergi ke club. Janus sudah menunggu. Aku bertekad apapun yang terjadi aku harus menyelamatkan Deya. Aku gak pusingkan lagi soal diriku, perkawinanku bahkan kehormatanku. Kali ini satu-satunya orang yang dapat membantu Deyara.


Aku bertanya kembali untuk terakhir kalinya. Apa demi Deya aku siap untuk diperkosa? Apakah aku akan membiarkan diriku dinikmati laki-laki lain?


Ahhhh…. Nanti liat aja apa yang terjadi. Aku gak perduli lagi, Aku bukan lagi seorang gadis yang suci… aku telah menyerahkan diriku kepada temanku, aku telah jatuh dalam rayuan pria demi kenikmatan seksual. Tidak ada lagi yang harus dipertahankan. Kalo Deya bisa kenapa aku tidak.


Maafkan aku Ryno…


-----


POV Author


Malam sebelumnya, terlihat seorang gadis muda yang cantik sementara dikeroyok oleh beberapa orang. Sudah beberapa cowok yang kewalahan menghadapinya, dan walaupun kini ia dikurung, ia terus melawan mati-matian.


“Berani sekali kamu muncul di tempat ini, Deya?” Kata Bren.


“Mana Dinah… aku mau buat perhitungan dengannya?”


“Udah Deya, gak usah melawan lagi. Sini, nanti kamu ketemu langsung dengan Dinah.”


“Gak mau… suruh dia datang kesini, aku mau ketemu disini!” Deya sadar kalo di dalam ia gak bisa melawan.


Tapi kini keadaannya makin gawat. Beberapa cowok muncul, tampak Janus, Shaun, dan Kevin, dan Bren ditambah satu cowok lain. Deya bergerak hati-hati, ia di kurung oleh 5 cowok, tapi masih aja terus mengamuk. Ia sudah siap, mau bertarung sampai mati, untuklah cowok-cowok itu gak bermaksud mencelakainya.


Kali ini Deya menemui batunya, lima cowok yang dihadapinya sekarang bukan cowok sembarangan. Deya kewalahan, tangan kirinya dapat ditangkap oleh Janus. Untung bisa terlepas, padahal Bren hampir aja dapat menangkap tubuhnya.


“Ihhh… jijik!” Deya membuang ludah.


“Hahaha… Deya, bilang aja kalo kamu datang kemari karena ingin kontolku kan? Kamu mau digang-bang lima cowok ya? Hahaha… bilang aja kalo cowokmu gak bisa memuaskanmu lalu kamu cari aku… Hahaha…” Bren mengejeknya supaya ia hilang konsentrasi.


Tapi gadis itu sangat hebat, masih terus melawan. Lama-kelamaan tenaganya makin terkuras, ia harus banyak menghindar sehingga cepat lelah. Deya udah kewalahan, untung aja cowok-cowok hanya ingin menawannya saja.


Kali ini cowok yang bule mampu memeluknya dan menempelkan kepalanya di telinga Deya.


“Lita, menyerah dulu. Aku akan melepaskan kamu nanti…” Terdengar ia berbisik di telinganya.


“Ehhhh…?” Deya kaget. Hanya segelintir orang dekat yang memanggilnya Lita.


Akhirnya ia memandang ke samping dan bertemu mata dengan cowok. Cowok besar itu kini main mata. Ia kini yakin itu Shaun yang lagi menyamar. Perlawanannya makin melemah.


Tiba-tiba pintu terbuka, dan seorang gadis cantik masuk. Dinah… orang yang Deya tunggu selama ini. Tapi ia tidak sendiri.


“Deyara… lihat ini. Menyerah, kalau tidak sahabatmu ini akan jadi sate malam ini juga!” Dinah menodongkan pistol ke arah Sari yang berdiri ketakutan.


“Deya…”


“Sari, kamu gak apa-apa?” Deya mengangkat tangannya.


“Maafkan aku Deya…” Sari hanya bisa menangis melihat temannya ditangkap dan diborgol.


“Hahaha… Deya udah kamu gak bisa lolos lagi, kau akan merasakan dendam kami.” Bren berkata sambil tertawa.


“Dasar pengecut, beraninya main keroyokan, pake tawan orang lagi…”


Dinah hanya tertawa, tak menghiraukan makian Deya.


-----


Kembali ke waktu sekarang.


“Janus, mana temanmu? Bilang mau datang… suruh sore ini datang, aku butuh seorang lagi model orang Indonesia.” Dinah bertanya kepada Janus.


“Iya Dinah… hari ini ia datang kok!”


“Orang yang ketemu kamu di tempat disko minggu lalu kan?” Dinah bertanya sedang Janus hanya mengangguk menjawabnya.


Bilang sama dia langsung pergi ke club. Suruh ia ketemu dengan Bren untuk diaudisi…


Tanpa Janus sadari, Dinah sudah tahu soal Titien yang datang dan bertemu dengan Janus. Kebetulan waktu itu ia lagi berada di lantai atas disco dan langsung penasaran melihat tingkah Titien yang jelas belum pernah masuk ke tempat seperti itu. Setelah menganalisa foto-foto dari cctv, ia berkesimpulan kalo itu Titien.


Dinah langsung buat rencana dengan Bren. dan seperti biasa, melibatkan obat perangsang. Dengan cekatan ia mengatur kalo Titien akan diaudisi langsung oleh Bren di studio.


“Titien… lihat aja sendiri apa yang menantimu di sini.” Gumam gadis itu sambil menyiapkan minuman.


-----


POV Titien


“Hi Virgin, silahkan masuk!” Seorang pria berdarah indo menyambutku ramah. Ia sudah menantikanku. Eh, ternyata ia tahu bahasa Indonesia.


“Hi… makasih sudah menungguku!” Aku menyambut uluran tangannya dengan ramah.


“Jangan sungkan-sungkan. Eh, namaku Bren.” Ia memperkenalkan diri sambil tersenyum manis. Entah kenapa aku kurang merasa suka… matanya kelihatan menatapku mesum, dan ekspresi wajahnya seakan menyembunyikan sesuatu.


Kembali aku mendapati diriku di club, kali ini ditemani oleh Bren. Ia pergi mengambil minuman untukku sementara kami mengambil tempat di pojokan.


“Minum apa?” Tanyanya waktu ia berdiri ke bar.


“Buat sama aja dengan kamu, asal yang ringan-ringan!” Aku menjawab taktis.


Tak lama ia sudah kembali dengan dua gelas minuman.


“Ayo minum dulu, jangan sungkan.” Bren memberiku segelas. Isinya sama dengan yang di taruh didepannya.


“Apa ini?” Aku bertanya sebelum meminumnya.


“Ini cuma beer kok, gak akan buat mabuk!” Katanya menenangkanku. Ia segera memegang hp, hendak menelpon seseorang. Dengan cepat tanpa dia sadari aku menukar minumannya cepat-cepat. Aku masih takut kalo dikasih perangsang.


Kami bercakap-cakap sebentar sampai minuman tinggal tersisa sedikit.


“Kita tunggu siapa?” Tanya aku yang merasa gak nyaman.


“Tunggu Dinah, bentar lagi ia datang. Kita melantai dulu yuk!” Bren menarik tanganku lagi.


Terpaksa aku memenuhi keinginannya untuk turun berdansa. Dan kembali aku mendapati diriku ditengah kerumunan banyak orang, dengan Bren berdansa didepanku.


“Virgin, goyang tubuhmu… katanya mau jadi model, kok masih malu-malu” Bren memanas-manasih ku.


Kayaknya ini adalah bagian dari audisi… terpaksa aku mulai meliukkan tubuhku yang makin indah karena aku rajin ke gymn. Akhirnya aku makin berani bergoyang, makin seksi… tarian yang biasanya aku buat dikamar dengan Ryno terpaksa kubuat ditempat ini.


“Yeah girl… you got the move!” Aku makin dipuji. Dan semakin aku bergoyang, semakin terasa hangat bergairah. Aku merasa menjadi primadona malam itu…


Kali ini music berganti, irama yang lembut. Bren gak tahan lagi, ia menempelkan tubuhnya dibelakangku, dan bergerak mengikuti gerakanku. Ia makin vulgar, tangannya mulai bergerak nakal, tapi aku membiarkan saja.


Ahhhh… bahaya ini. Bren makin berani aja. Tangannya mulai mengrepe bagian-bagian vital tubuhku sambil pura-pura gak sengaja. Aku mencoba menahannya, menghindar tanpa membuat ia kecewa. Aku makin merasa gak nyaman.


“Janus!” Aku melihat sosok seorang laki-laki yang mendekat.


Aku kini punya kesempatan menjauh dari Bren. Janus memegang tanganku…


“May I have this dance?” ia minta kesempatan berdansa denganku. Aku segera menyambut tangannya.


Sementara menari dengan Janus aku melihat sesuatu pancaran di matanya. Benar juga, Janus cemburu. Ini pertama kali aku melihat ekspresi dimatanya, sebelumnya ia kelihatan tak ada gairah.


“Virgin… itu Dinah datang, ayo kita ke studio!” Bren merenggut tanganku dengan agak kasar. Kami pun keluar dari tempat itu.


Dengan merasa was-was aku diantar melewati sebuah lorong kecil yang panjang. Kami harus keluar gedung ternyata kompleksnya cukup luas. Terpisah dari gedung yang tadi ada sebuah gedung lain yang lebih kecil sedikit, agak kotor kelihatan dari luar. Mungkin bekas gudang.


Tetapi begitu masuk aku hampir gak percaya, isinya begitu mewah dan modern. Penuh dengan lampu-lampu spotlight. Benar-benar suatu studio yang canggih. Benar juga pepatah orang, don’t judge a book by its cover.


“Hai… Aku Dinah, kamu pasti Virgin!” Seorang gadis yang hanya lebih muda sedikit dariku menyambut kedatangan aku dan Bren.


Dinah tampak modis, jelas ia kelihatan dewasa, seorang yang biasa dituruti keinginannya. Namun demikian ia tampak hangat dan friendly. Sayang sekali aku sudah tahu banyak tentangmu Dinah.


Setelah berbasa-basi sejenak akhirnya aku mulai diajak ke kantornya.


“Virgin, kamu tahu kan apa yang dituntut dari pekerjaan seorang model?”


Aku mengangguk. “Tentu saja, model harus mampu tampil menarik dan memukau setiap saat”


“Dan bagaimana caranya bisa menarik dan memukau?”


“Model harus punya percaya diri karena ia adalah pusat perhatian.” Aku menjawab dengan lancar. Tak sia-sia aku mantan putri kampus 7 tahun lalu.


“Dari mana anda tahu kalo seseorang punya percaya diri?” Dinah terus bertanya, seakan tidak puas dengan jawabanku.


“Dari perangainya, bahasa tubuh dan ekspresi wajah, harus terus mencerminkan esteemnya. Selain itu bisa kelihatan dari aura tubuhnya…” Aku terus menjawab dengan lancar.


“Apa kamu memilikinya?”


“Iya… aku yakin bisa.”


“Kamu yakin mampu membuat cowok terpesona?”


“Tentu…!” Aku menjawab sambil menggangguk dengan percaya diri.


Bren dan Dinah menatapku kagum, mereka saling bertatapan dan mengangguk. Pasti mereka puas dengan jawabanku. Aku ingat kata teman-temanku dulu, “Pantasan gadis ini jadi putri kampus, dibalik keluguan dan kesederhanaan, terpancar aura percaya diri. Sesuatu yang dicari kaum lelaki.”


Padahal aku juga mengagumi Dinah. Orangnya masih muda tapi penuh wibawa. Wajah Bren udah agak merah menahan nafsu, mungkin sekali dari minuman tadi. Tapi ia gak berani macam-macam di depan Dinah. Hebat juga cewek ini.


“Jawaban kamu bagus Virgin, tapi disini aku menuntut lebih, model kami harus mampu membuat cowok terangsang… pikir baik-baik apa kamu mampu?”


Aku sedikit kaget, ini tuntutan yang blak-blakan. Namun aku tetap tenang dan menangguk pelan.


“Yakin?”


“Aku yakin bisa…” Aku sudah buat keputusan sebelumnya, tidak ada lagi keraguan.


“Kamu tahu kan cara membuat cowok keluar?” Dinah bertanya to the point. Aku makin deg-degan.


“Gini aja, kalo kamu bisa buat Bren keluar dalam waktu 15 menit, kamu diterima. Terserah, kamu boleh pake tangan, mulut atau memek, terserah kamu.”


Ini benar-benar frontal. Aku sangat kaget… gak menyangka audisinya seperti ini.


“Gimana? Berani?”


Aku mengangguk. Gak ada lagi kata mundur.


“Kalo begitu… silakan ganti baju, dan tunggu kamar.” Dinah mempersilahkan aku masuk untuk ganti.


Aku jadi stress, tubuhku akan dilihat cowok lain. Tapi aku telah membulatkan tekadnya, sekarang atau tidak sama sekali.


Setelah ganti baju, aku membuka pintu kamar, membiarkan Dinah dan Bren masuk. Dan ketika aku membuka kimono, dan tinggal pake lingerie… Bren langsung melongo saking terpesona.


Aku tersenyum, wajah Bren makin merah. Aku harus memanfaatkan hal itu. Aku mulai menggoda Bren…


“Gimana Bren, sudah siap?” Aku berjalan mendekat dengan gerakan seksi…


Bren sampai menahan nafasnya… tangannya mulai bergerak meraba perut dan punggung ku.


Titien hanya mendesah… tanganku dengan cekatan membuka celana Bren, lengkap dengan CD-nya. Dengan segera kontolnya yang sudah tegang keluar. Dinah sendiri sampai heran mengapa Bren sudah nafsu begitu. Mungkin aja karena minuman tadi…


“Eh, udah siap yah?” Aku mulai memegangnya… dan mulai mengocok pelan.


“Eh… iya…” Bren menatapku gugup. Aku tambah tersenyum. Aku menyingkap lingeri sedikit, dan Bren dapat melihat sebagian toketku yang sangat indah.


Bren menatap penuh nafsu, tangannya perlahan-lahan meraba toket kebanggaanku. Ia tampak kagum sekali dan hasilnya jadi kelihatan. Bren makin aja bernafsu. Aku membalas dengan mengocok kontolnya… makin lama makin cepat.


“Ahhh…” Bren mendesah. Aku merasa kontolnya mulai berdenyut, padahal belum tiga menit. Cepat-cepat aku membelakanginya, sehingga kontolnya terlindung oleh tubuhku.


“Aduh… jangan cepat-cepat…” Bren mencoba menahan tanganku. Tapi ia terlambat. Tangannya gak bisa menahan tanganku lagi, terhalang oleh tubuhku Dan tanpa bisa melawan Bren hanya bisa menikmati kocokanku.


“Ahhhh……..!” Kontol yang cukup besar itu langsung keluar memuntahkan lahar. Ia menyemprot beberapa kali…


“Aaduh…. tuh kan!” Bren tampak sangat kecewa bisa keluar secepat itu, dan tak sempat menikmati tubuhku. Aku tertawa melihat ulahnya yang masih tak percaya melihat kontolnya sudah melemas habis keluar.


Dinah juga kaget, ia masih gak percaya Bren takluk secepat itu. Mungkin aja ia mengharapkan aku yang takluk pada cowok itu. Tapi Dinah tidak lagi sendiri, seseorang berdiri disampingnya… masih di borgol.


“Kak Titien….!” Sebuah panggilan menyadarkanku. Dan ketika aku memperhatikan dengan jelas, aku terbelalak. Astaga apa ia melihat semuanya?


“Lita?”


-----


“Astaga, jadi seperti ini kelakuanmu, Kak?” Deya mulai marah-marah.


“Eh, bukan gitu Lita… ini cuma…” Aku tergagap, gak tahu mau bilang apa.


“Kak Titien gak bisa mungkir, aku lihat sendiri bagaimana tangan kakak mengocok kontol Bren! Kak Tien masih mau menyangkal lagi???” Deya marah sekali.


“Lita, ini gak seperti yang kamu lihat!” Aku menyebut nama lengkapnya.


“Tuh, lihat. Pakaian Kakak masih terbuka begitu, apa Kak Titien gak malu sama Kak Ryno… Oh, kasihan. Kak Ryno dapat istri pelacur… Apa salah Kak Ryno sampai dapat istri seperti ini? Apa Kak Titien mau balas dendam perbuatan Kak Ryno?” Deya masih terus marah.


“Deyara Arlita Dien!!!” Aku marah sekali disinggung seperti itu. Baru kali ini aku memanggilnya dengan nama lengkap, tanda aku sangat marah. Rasanya aku mau tampar saja mukanya… untung saja tidak kuturuti amarahku. Aku sempat melihat sekilas senyum Dinah tersungging diujung bibirnya.


‘Ini pasti perbuatannya… ia sengaja menunjukkan kepada Deya. Mungkin aja anak itu sudah dipanas-panasin terlebih dahulu…” Aku menenangkan hatiku yang sudah mendidih.


“Hahaha… Kak Titien boleh menyangkal apa saja, tapi kini aku tahu kalo Kakak itu istri yang tidak setia… gak puas dengan cowok, pertama Shaun sekarang siapa lagi…”


Kali ini aku hanya berdiam….


“Tahu gak Kak, selama ini aku menganggap Kak Titien itu panutan. Seseorang yang sangat aku kagumi. Aku kecewa… sangat kecewa… Ih, jijik melihatmu…” Itu kata-katanya yang terakhir sebelum mulutnya ditutup lagi.


Deya makin merasa diatas angin, karena aku masih terdiam. Dua titik air mata jatuh di pipi.


“Plok… plok… plok…” Dinah bertepuk tangan.


“Suatu pertunjukan yang indah, seorang gadis membuka kedok saudara sepupunya sendiri. Hahaha…. Harusnya ku rekam tadi” Dinah tertawa lepas.


“Hehehe… betul juga idemu Dinah. Dengan begini kita bisa pastikan kalo ia benar-benar Titien yang mau menyusup. Hehehe…” Tambah Bren.


“Astaga!” Deya berseru tertahan sambil matanya membelalak.


“Kalo kamu tahu Deya, Titien itu kemari karena ingin membebaskanmu… tapi baguslah kamu sudah buka kedoknya.”


Aku hanya bisa menatap Deya, tanpa bicara, tanpa emosi. Tatapan penuh penyesalan muncul dimata sepupuku itu.


Kali ini Deya yang meneteskan air mata melihat aku membiarkan diriku diikat.


-----


POV Deyara


‘OMG… apa yang telah ku lakukan?’


Rasanya aku langsung mendapat karma atas hinaanku tadi. Tepat didepan mataku aku melihat Kak Titien diperlakukan dengan bejat oleh Bren. Kak Titien ditelanjangi secara paksa, dan walaupun meronta ia gak bisa mencegah karena diikat.


Setelah itu ia meramas payudara Kak Tien dengan kasar, sampai teriak kesakitan. Dan didepan aku dan Dinah, Bren mengobel memek Titien dengan jarinya… Titien teriak kesakitan.


“Kamu mau kan? Hahaha… udahlah, gak usah berpura-pura, kamu tadi sudah terangsang, jadi gak bisa melawan lagi. Nanti aku kasih enak-enak. Tapi minta dulu….”


“Hahaha… rasain kamu sudah buat reputasi Bren jatuh tadi. Sekarang waktunya cowok itu balas dendam biar kamu rasa.” Dinah malah memanas-manasih Bren yang tadi KO hanya dalam hitungan menit ditangan Titien.


“Kalo kamu perkosa aku, aku akan bunuh diri. Kamu akan jadi pembunuh.” Bukan teriakan minta ampun yang keluar, justru Kak Titien mengancam cowok itu.


“Makannya aku gak akan perkosa, kamu akan minta sendiri kok.”


Titien kemudian dirangsang mati-matian. Di ancam segala macam, Titien tetap teguh gak mau.


“Kalo kamu perkosa, aku akan bunuh diri.” Kak Titien terus mengucapkan kata itu.


Bren kelihatan stress… Titien yang dianggapnya sudah minum obat perangsang justru tidak menunjukkan tanda-tanda ia bernafsu. Hebat sekali kakak sepupuku itu.


“Bitch… bilang cepat kalo kamu sudah terangsang… kamu mau kontolkan?” Bren terus melecehkannya.


Bren makin stress… tak tahan lagi ia membuka celananya dan memperlihatkan kontolnya… Kontol Bren sudah sangat tegang. Pasti karena melihat Kak Titien telanjang.


“Kamu mau ini kan?” Bren mengocok-ngocok kontolnya didepan Titien. Titien hanya diam aja… Bren tambah cepat mengocok kontolnya, dipamerkan didepan Kak Titien.


Aku melihat Kak Titien mulai menatap kontolnya dengan pandangan yang lain. Akhirnya gairahnya bangkit juga.


“Kamu mau ini kan? Bilang aja kalo kamu terangsang… hahaha…!” Bren terus mengocok kontolnya dengan cepat. Sementara Kak Titien terus memandangnya. Tapi ia tersenyum…


“Tuh kan, enak sekali… ahhh…. Ahhhh… ahhhhhhh!” Kontol itu kembali mengeluarkan peju. Bren yang keasikan mengocok kontolnya gak bisa menahan nafsu… dan beberapa kali tembakan pejuhnya mengenai perabot di ruangan itu.


“Bren!!! Apa yang kamu buat?” Dinah marah melihat kelakuan Bren.


“Hahahaha…” Kali ini aku dan Kak Titien tertawa terbahak-bahak melihat pandangan Bren yang seperti orang kebingungan. Mau buat orang terangsang kok dia yang ngecrot duluan.


Bren tadi gak sadar sudah melakukan hal itu dan kini kontol kebanggaannya sudah kembali mengecil dan lunglai pasrah.


“Astaga Bren? Bodoh sekali! Apa kamu gak bisa tahan diri didepan gadis itu?” Dinah marah sambil mengejek cowok itu.


“Tiga menit doing?” Kak Titien kembali tertawa sambil mengejeknya.


“Diam mulutmu!” Tiba-tiba Bren menampar pipi Kak Titien dengan sangat keras.

Kak Titien langsung tergeletak di lantai. Agaknya langsung pingsan.


“Kak Titien… ahhhh!” Aku berteriak histeris. Aku melihat cukup banyak darah yang keluar dari mulutnya…


Langsung aja mereka semua jadi panic. Keadaan jadi kacau balau. Dinah sendiri kebingungan, sementara Bren masih menyesal sudah lepas tangan. Sedang yang lain gak tahu harus buat apa. Beberapa orang datang ketempat itu dan melihat apa yang terjadi.


“Sudah-sudah, nanti aku yang rawat. Tenang aja, dia pasti baik-baik!” Janus mendekat dan menutup tubuh Titien dengan kain. Ia membawa gadis itu ke kamar yang lain


Entah kenapa pandanganku jadi berkunang-kunang… tak lama kemudian tubuhku ikutan ambruk dan tak sadarkan diri.


----


Aku membuka mata kecil… aku masih berada di kantor Dinah. Sayup-sayup aku mendengar suara Dinah dan Bren berdiskusi. Cepat ku tutup mataku dan mencoba mendengar apa yang mereka katakan.


“Aku juga heran kenapa Titien gak jatuh dengan obat perangsang yang aku kasih… padahal aku melihat sendiri ia meminum bir itu didepanku.” Kata Bren.


“Mungkin aja ia punya obat anti perangsang!” Kata Dinah.


“Kali ini kita harus berhasil, Titien itu harus dicercoki obat agar mau direkam. Kalo perlu ia diperkosa. Tubuh yang sebagus itu pasti banyak peminat. Pasti DVD-nya akan laku keras. Tapi harus aku yang pertama mencicipi memeknya, yah!” Bren membayangkan keuntungannya.


“Jangan Bren, ia harus dilelang kayak Deyara. Tuh kan keperawanan Deyara udah ditawar 100 juta. Titien bisa saja ditawar 50-70 juta sudah untung. Apalagi ia istrinya celebritis, bisa naik harganya. Nanti setelah itu baru direkam.” Kata Dinah.


“Hahaha… pasti kita akan untung banyak, kedua gadis ini benar-benar pilihan. Aku gak tahan mau ngentot dengan salah satu dari mereka…”


“Iya, gak bisa tahan, tiga menit doang!” Dinah mengejek Bren.


“Ehhh…. Aku gak tahu kenapa aku jadi sangat bergairah hari ini”


“Jangan-jangan kamu yang minum obat perangsang untuk Titien!” Kata Dinah.


“Astaga… bisa jadi Titien menukar gelas birnya!” Ujar Bren sambil menampar dahinya sendiri.


“Huh? Bodoh! Aku gak mau lagi kamu teledor seperti itu… kita harus hati-hati, Titien sangat pintar gak mudah kita bodohi. Gak sama Deyara yang dipanasin sedikit langsung marah, hahaha…!”


Kata-kata Dinah seakan menampar mukaku sendiri. Kenapa aku bodoh sekali…


“Eh, katanya sudah ada yang menawar 100 juta untuk Deyara, yah?” Kata Bren.


“Ia, cukong orang Indo juga sih tapi punya usaha di Californa. Cuma sekarang orangnya masih di Indo, nanti tiba disini tiga hari lagi. Tapi ia sudah panjar kok, dan kasih jaminan kalo ia akan bayar. Jadi selama tiga hari ini Deya harus dilayani dengan baik, jangan sampai lecet atau sakit. Kalo perlu kasih lulur dan facial”


“Kalo Titien?”


“Aku baru post fotonya… agaknya besok baru ada tawaran!”


“Terus bagaimana kamu bisa membuatnya mau dientot… kamu dengar sendiri kan ia terus-terusan bilang mau bunuh diri.” Tanya Bren.


“Orang seperti Titien gak boleh dipaksa atau diperkosa. Cara menghadapinya adalah dengan mengancam Deyara. Untuk melindungi Deya pasti Titien bersedia ngentot dengan orang itu… Titien pasti mau menggantikan tempat Deyara untuk melindunginya.” Kata Dinah dengan mantap. Agaknya ia sudah mengatur semuanya dengan rapi. Ternyata benar… Kak Titien datang kesini untuk mencoba membebaskanku. Dan aku malah membuka kedoknya didepan mereka.


“Baguslah kalo kamu sudah atur semuanya, sekarang aku ke airport dulu. Mau jemput Boy, Deni dan cewek-cewek yang mereka bawa.” Bren minta pamit.


“Tapi jangan lupa panggil si Dick kesini untuk bawa gadis ini kembali ke kamar tahanan.”


“Oke boss!”


Tak lama kemudian aku mendengar langkah cowok yang datang dan langsung mengangkatku. Aku masih menutup mata dan pura-pura pingsan. Aku penasaran juga siapa yang mereka panggil Dick.


“Dick, take her to her chamber now, please”


“Okey dokey!”


Astaga, suaranya sangat ku kenal. Itu suara Shaun… Dasar Dickhead… eh Dick? Tak sadar aku tersenyum sekilas mengingat masih ada orang yang dapat diharapkan untuk menyelamatkan kami berdua.


-----


“Dickhead” Aku berbisik ditelinganya sementara ia membopongku ke kamar. Kamarku ada CCTV, jadi aku gak bisa sebebas ini bisa ngomong.


“Baguslah kamu mengenalku… jangan takut, aku sengaja menyusup kesini untuk membebaskan kalian. Kami mau kumpul bukti kejahatan mereka dulu baru kita bertindak. Jangan bilang-bilang orang. Kak Titien gak perlu tahu.”


“Baguslah… apa Kak Ryno sudah tahu?”


“Belum, lebih baik seperti ini dulu. Jangan takut kami akan melindungimu, aku punya teman yang juga menyusup, agen mata-mata.” Shaun terus berbisik. Sayangnya kami sudah sampai, dan ia langsung membawa aku masuk. Tapi kemudian ia menyelipkan sesuatu di kantong bajuku.


“Apa itu?”


“Kunci kamar dan kunci borgol, supaya kamu bisa meloloskan diri. Tapi nanti pakai waktu aku kasih tanda!”


“Ohhhh….”


Sampai di kamar Shaun membuka borgol tanganku, tapi aku masih tetap memakai borgol dikaki. Ia menyuruhku bersiap-siap lari keluar ketika ada tanda.


-----


Didalam kamar aku merenung. Kenapa aku bisa marah-marah ke Kak Titien.


Aku tahu sekali kalo Kak Titien sengaja menyusup untuk mencari aku. Bukan cuma Kak Titien, tapi Shaun juga. Dan aku bisa lihat kalo Kak Titien lagi menyamar. Kenapa aku menyeret Kakak yang tak bersalah ini dalam masalah besar?


Aku kembali teringat masa-masa dulu Kak Titien dan Kak Anita suka bermain dengan ku. Mereka berdua sangat menyayangi ku, dan memanjakanku. Kadang aku kecewa karena mereka menganggapku anak kecil yang harus terus dilindungi, kesal kadang diperlakukan gitu. Tapi itu karena mereka menyayangiku.


Kalo mau jujur aku sebenarnya cemburu, karena ayah dan ibu memperlakukan Titien seperti anak sendiri. Bahkan ketika ibu meninggal karena kanker, Kak Titien yang terus mendampingi dia. Dilain pihak aku cemburu karena perhatian mereka yang sangat besar, tapi aku juga menyadari kalo ia yang merawat ibuku selama ini, bahkan sampai mati. Seharusnya itu tanggung jawabku, dan seharusnya aku bangga dapat kakak yang sangat hebat!


Aku juga cemburu melihat kedekatan Kak Deyana dengan Kak Titien, atau ayah dengan Kak Titien. Mereka semua mencintainya… malah aku rasa mereka mencintainya lebih dari aku… tapi itu semua karena sikapnya yang selalu membantu. Titien selalu bangun pagi menyediakan makanan dirumah… ia juga dengan senang hati bersih-bersih di rumah. Dan aku gak bisa seperti dia.


Dan agaknya Kak Titien menyadari kecemburuanku. Aku tahu ia sengaja mengalah, dan gantinya terus tinggal di rumah, ia memilih tinggal di kos. Walaupun kelakuanku, ia masih terus menganggapku adik sendiri… sangat menyayangiku. Sekarang malah ia sampai rela meninggalkan Ryno untukku.


Mengingat semua hal itu aku mulai mengeluarkan air mata. Bodoh sekali, kenapa sampai aku memakinya dihadapan Dinah dan Bren? Apa aku gak tahu kalo mereka berdua orangnya licik…


Aku masih terus merenung ketika Kak Titien dibawah masuk ke kamar tahanan bersamaku. Kali ini ia sudah kembali memakai pakaiannya. Wajahnya tampak bersinar melihatku. Aku merasa lega, padahal tadi sempat kuatir kalo –kalo jadi apa-apa.


Aku masih berdiam… takut jangan-jangan Kak Titien marah kepadaku. Tapi yang terjadi sebaliknya. Ia mendekatkan dirinya kepadaku. Tak tahan aku langsung memeluknya erat…


“Lita…” Kak Titien membelai rambutku.


“Kak… aku minta maaf, aku sampai buang kata begitu!” Aku menyembunyikan wajahku dilehernya dan memeluknya dari samping.


“Iya… Kakak tahu kamu gak bermaksud buat itu. Aku tauh juga kamu sudah dipanas-panasin Dinah sebelum melihat kakak…!” Kak Titien sekali lagi membuktikan kalo otaknya cerdas.


“Kakak datang untuk aku?”


“Iya Deya, kamu tahu kan Kakak akan buat apa saja untuk kebahagiaanmu. Mana bisa Kak Titien senang mendengar kamu ditempat seperti ini…”


“Tapi justru Kak Titien yang tertangkap karena aku!”


“Itu sudah resiko, tapi Kakak senang bisa menemanimu disini.”


Untuk sesaat kami berdiam diri. Hanya pelukan yang bicara.


“Tadi aku sempat dengar Dinah dan Bren bicara, mereka ingin menjual aku dan Kakak kepada laki-laki yang membayar dengan harga tertinggi!”


“Kalo begitu kamu gak usah takut. Kalo cuma masalah uang, Kak Ryno pasti akan menebus kita.” Kak Titien hanya tersenyum.


“Tapi aku dengar sudah ada yang menawar.”


“Jadi kamu tadi hanya pura-pura pingsan yah?” Kak Titien balik bertanya. Pinter juga ia mengubah arah pembicaraan.


“Tapi aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada Kak Titien, tadi sampai ditampar oleh Bren sampai berdarah banyak.”


“Kakak gak apa-apa sayang…!”


“Benar?”


“Iya… sini kakak bisik” Kak Titien membisikku suatu rahasia.


“Huh beneran?”


“Aku sengaja buat gitu supaya tidak dilecehkan lagi seperti tadi!” Kak Titien tersenyum.


“Hah! Hahaha… ups!” Aku baru sadar sudah tertawa kuat-kuat.


Ternyata Kak Titien memang sudah siap-siap, dari tadi dimulutnya ada plastic tipis berisi cairan merah yang disembunyikan di balik lidah. Dan waktu dipukul, itu yang digigitnya hingga pecah. Pantesan aku bingung, tamparan Bren tadi gak kuat-kuat amat, kok bisa Kak Titien sampai pingsan dan berdarah banyak, gitu.


Entah kenapa, setelah bercakap-cakap dengan Kak Titien aku kembali menjadi Deya yang ceria, suka menggoda. Rasanya kita lagi di rumah, gak kayak tawanan lagi. Dari tadi kami terus bercerita.


Aku minta maaf karena lari dari rumah. Dan kali ini Kak Titien udah berjanji akan kembali ke Ryno. Kami berdua udah berdamai lagi, terasa mudah sekali. Aku merasa baru kali ini mengenalinya seperti ini… dan Kak Titien juga seperti baru mengenalku lagi.


“Kak Titien, tadi Bren nya diapain gitu, kok gak sampai 3 menit udah ngecrit, hihihi…” Aku mengejeknya lagi.


“Eh, itu rahasia dong.” Kak Titien tersenyum misterius.


“Aku tahu pasti Kak Titien sebelumnya menukar minuman, sehingga Bren yang terkena perangsangnya.” Aku pura-pura menebak, padahal itu tadi perkataan Dinah.


“Eh, kok kamu tahu!”


“Hahaha… ternyata Kakak ku nakal sekali… hihihi. Pantasan Bren gak sadar udah ngocok sendiri!” Aku menggodanya lagi. Kak Titien ikutan tertawa.


-----


Desain kamar tahanan ini tergolong unik, karena awalnya ini adalah ruangan tempat alat-alat studio. Salah satu keuntungannya eh kerugiannya adalah jendela besar dibagian belakang dimana kami bisa melihat langsung proses penyutingan film dari dekat. Kali ini lampu studio sudah menyala, pasti ada penyutingan lagi, pasti adegan panas lagi.


Kak Titien langsung terbangun ketika lampu yang menyilaukan terkena di matanya. Ia stress karena gak bisa tidur dengan cahaya seterang ini.


Walau enggan, tapi terpaksa kami menonton apa yang terjadi, seorang cowok bule ngentot dengan seorang cewek Indonesia. Cowoknya sudah jelas Shaun yang menyamar sehingga wajahnya agak beda. Ceweknya entah siapa. Baru kali ini aku melihat wajah cewek itu, kayaknya stok baru. Benar aja, aku mendengar orang memanggil namanya, Dian.


“Astaga, apa yang mereka buat?” Kak Titien sampai melongo.


Gimana tidak, ia bisa melihat cowok bule menusukkan kontolnya yang sangat besar kedalam vagina kecil milik Dian. Gadis itu sampai teriak… mungkin saja baru kali ini mendapatkan batang sebesar itu.


Untunglah waktu itu Shaun hanya kelihatan punggungnya. Aku sengaja menyimpan identitas Shaun kepada Kak Titien, nanti buat dia terkejut. Dan Shaun mulai menemukan iramanya… jelas terlihat kalo cowok itu sangat jago dalam soal ginian. Melihat kebolehan Shaun membuat sutradara berdecak kagum. Ia gak percaya kalo Shaun itu debutan baru.


Aku menoleh kesamping, Kak Titien menarik nafas panjang. Apa ia terangsang? Aku memegang tangannya dan ia balik meremas tanganku.


“Kak? Mau ikutan?” Aku meledeknya.


“Eh, enak aja…” Kak Titien menabok kepalaku. Aku hanya tertawa, sambil tentu saja menahan nafsu. Untung ada kak Titien, kalo tidak aku sudah ikutan masturbasi tadi, hehehe.


Setelah itu giliran Bren dan Maya, tetapi langsung kelihatan ia kalah kelas. Staminanya gak sekuat Shaun, dan harus didoping dan disemprot terus supaya kontolnya bisa tegak.


Kali ini karena adegannya banyak di cut, nafas Kak Titien terdengar rileks… gak lagi menahan nafsu kek tadi. Mungkin karena tubuh dan kontol Shaun yang memang beda kelas. Aku bilang begitu bukan berarti Bren payah, tidak juga. Kontolnya yang kurang lebih 17 cm termasuk kategori sangat besar, jauh lebih besar dari rata-rata cowok. Selain itu ia juga punya segudang pengalaman menaklukan dan membahagiakan wanita.


Apa karena aku dan Kak Titien sudah pernah merasakan kontol dewa milik Ryno yah?


Tak sadar aku tertawa melihat kontol Bren yang tiba-tiba jadi loyo. Dan ketika bertatapan aku juga melihat Kak Titien ikutan tertawa. Pasti karena ulah Kak Titien, sampai kontolnya jadi begini.


Ketika kedua cowok itu main bersama, jelas kelihatan Bren gak mampu menyaingi keperkasaan Shaun. Mungkin juga karena kedua gadis tadi merupakan gadis pilihan dengan memek yang masih kuat menggigit.


Pada sesi berikutnya, muncul dua gadis lainnya ikutan, Lusi dan Lisa, keduanya stok lama. Kali ini Shaun memuaskan dua cewek sekaligus. Jelas kelihatan kemampuan Shaun yang lihai menggetarkan memek-memek sempit. Tapi kali ini Shaun harus doping dengan obat dan krim perangsang… kasihan juga kelihatannya.


Shaun sendiri menikmati orgasme berulang-ulang. Kelihatan sekali kalo Ia sangat menikmati ngeseks dengan gadis-gadis Asia. Apalagi yang onderdilnya masih jarang di pakai seperti waktu seksi pertama. Sudah cantik, seksi, mulus lagi. Terus waktu di sesi terakhir temanya creampie…. Sehingga Shaun bebas ngecrot di dalam…


Wah… mujur banget cowok itu! Bisa hancur masa depan gadis Indonesia kalo gini terus.


Akhirnya empat jam kemudian proses pembuatan film itu berakhir juga. Aku dan Kak Titien langsung lega karena lampu studio yang panas dan sangat terang kini dimatikan. Kami baru bisa beristirahat kembali dengan tenang.


-----


“Kak, apa kita juga akan seperti mereka?”


“Jangan takut Deya. Aku gak akan biarkan mereka menyakiti kamu. Bukan cuma aku, Kak Ryno juga!”


“Kak, yakin kalo Kak Ryno mau menebus kita!”


“Hush, kamu pandang enteng, yah. Kamu pikir kakak iparmu itu orang miskin?”


Kak Titien lalu menceritakan soal uang beberapa milyar dolar yang didapatkan dari penjualan biola klasik yang dibelikan Titien di Manado. Ia menutup ceritanya dengan mengatakan kalo lebih dari setengah uangnya, terutama bagian milik Kak Titien sendiri masih utuh, tak tersentuh.


“Oh… hebat kak. Baguslah kalo gitu” Aku terkejut, gak nyangka kalo sebenarnya Kak Titien orang kaya. Tapi penampilannya biasa-biasa aja…


“Iya, aku yakin ini hanya masalah kecil, gak perlu repot. Mereka buat ini karena cari keuntungan kan? Jadi ini bisa diselesaikan dengan uang!” Kata Kak Titien.


Tapi sayang harapan Kak Titien langsung berubah pada menit berikutnya.


“Tok… tok… tok…” Seseorang mengetuk pintu, kemudian membukanya sendiri.


“Hai Titien, kamu pasti udah rindu aku!”


“Boy?”


-----


“Kak Titien… Siapa mereka?” Aku bertanya sambil menatap mereka.


Ada dua orang cowok dan 5 orang gadis berdiri dipintu. Dan salah satu diantara agaknya sahabat dekat Kak Titien sendiri. Karena Kak Titien sangat terperanjat waktu mengenalnya.


“Boy?”


“Kamu tidak menyambut sahabat lamamu, Titien sayang… eh, apa kamu tahu kalo Dinah itu adik ku yah? Hahaha…” Kak Titien masih terpaku, seakan tidak percaya memandang sosok pria didepannya.


“Hahaha… aku pikir kamu sudah lupa karena aku sudah terlalu lama di penjara. Aku ingat terus kamu kok tiap hari di penjara, dan tentu saja apa yang diperbuat pacarmu Ryno dan Brenda kepadaku!”


Aku baru ingat cerita lama Kak Titien, mengenai seorang cowok pemimpin geng pemikat wanita. Namanya Boy… dan cowok itu hampir merenggut keperawanannya dengan paksa. Boy ini berpura-pura jadi sahabat, bahkan masuk dalam kelompok mereka. Benar-benar musuh dalam selimut… Bukan cuma itu, orang ini bertanggung jawab penuh atas kematian Della, sahabat baik kak Titien…


Boy ditangkap setelah terbuka kedoknya dan berkelahi dengan Ryno. Setelah itu kontolnya luka diinjak Brenda. Gak heran ia ingin cari balas dendam ke Titien dan Ryno.


Kali ini aku baru sadar… ini bukan lagi tentang uang. Ini tentang dendam lama. Kak Titien memang terlibat… sudah terlibat sejak dari awalnya. Justru aku yang mereka gunakan untuk membalas dendam kepada Kak Titien.


Dan bukan kebetulan Dinah mendekatiku, berpura-pura menjadi sahabat terbaikku.


“Astaga…” Kali ini aku yang kaget.


“Kamu bawa korban baru lagi kesini?” Terdengar suara Kak Titien menegurnya. Walaupun pertanyaannya seakan mereka berteman, suara Kak Titien terdengar ketus, jelas kalo Kak Titien kurang senang. Cewek ini jago menahan emosinya… aku harus belajar dari dia.


“Eh, kenalin. Ini Elena, Maya, Amanda, Susi dan ini kamu masih kenal Devi kan? Sainganmu dulu…”


Devi menatapnya malu-malu dan cenderung merasa takut. Pasti ini sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu Kak Titien. Sayang Kak Titien gak pernah cerita tentang Devi.


This is not about money… this means war!


-----
 
Terakhir diubah:
Episode 4 udah di update, makasih udah nunggu lama... agak terganggu dengan jadwal liburan. Enjoy terus yah..,
 
haloooooo........ menjelang akhir piala dunia pada ngantuk ya.... lanjut suhu C4th13
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd