[SIZE=+2]Chapter 13 - Ketemuan[/SIZE]
POV#Caezar
Di kafe ku menunggu dengan tak pasti, ia menunggu Ratna datang. Setelah sebelumnya aku mulai dekat dengannya waktu itu, aku jadi sering mengobrol dengannya di perpustakaan. Entah mengapa aku jadi tak ragu dan malu bila berdekatan dengannya malah aku ingin terus dengannya. Namun akhirnya aku pun mengajaknya ke kafe ini dan Ratna menerima tawaran ku dengan suka rela. Waktu itu diperpustakaan.
"Hey Ratna." ucap ku serentak saat melihat dirinya.
"Oh hey juga Ezar." jawabnya.
"Maaf aga telat, aku tadi mengerjakan tugas terlebih dahulu."
"Tak apalah, kamu belajar lah dulu jangan mikirin aku ia."
"Tenang saja, aku terus belajar, ngomong-ngomong tumben ada di luar perpus?"
Aku pun ikut duduk disampingnya. Tak pernah bosan aku setiap ke perpustakaan ini. Ya karna... Ah sudahlah.
"Lagi ga mau, masuk."
"Loh ko gitu." ucap ku seraya garuk kepala. Aku tampak heran dengan sikapnya kali ini, yang biasanya suka didalam sekarang diluar, bingung aku.
"Ih kamu mah ga peka banget, aku tuh nungguin kamu tau." ucap nya cemberut.
"Ye.. Siapa lagi yang mau di tungguin, mending kita masuk saja, aku belum pernah baca-baca diperpus dari dulu."
"Kamunya sih mandangin aku terus ya gitu."
"Hihihi... Ia yah." ucap ku sebari garuk kepala lagi dan cengengesan.
Kami pun masuk. Mungkin saat-saat dimana untuk merenung asiknya kesini, ia karna disini sangat sunyi. Meskipun banyak murid-murid diperpustakaan, tapi semuanya tampak tenang tak inginengganggu satu sama lain.
Aku pun memberanikan diri membaca sebuah buku yang menurut ku menarik saat melihat jilidnya saja. Di temani Ratna aku membacanya.
Setelah bel berbunyi aku dan Ratna keluar dan berjalan berbarengan.
"Eh, entar sore kamu ga ada kesibukan kan." ujar ku pelan. Sebenarnya aku tampak ragu untuk mengatakan itu, ia tapi ku coba dulu.
"Entar sore yah.. Ada kesibukan atau nggak, memang kenapa?" ucap Ratna berjalan sebari memandang ku.
"Ia aku mau ajak kamu ke luar, itu pun kalau kamu ga ada kesibukan." ucap ku ragu.
Entah kenapa aku ingin mengajaknya padahal kita baru sebulan ini mulai dekat, tapi sudahlah toh dia yang mau atau tidak jalan dengan ku.
"Begitu ia, mungkin aku ada waktu, tapi kita mau kemana." ucap Ratna seraya melihat langkah kakinya, yang terus berjalan sebari mengobrol bersama ku.
Aku yang mendengarnya, hati ku seraya bergejolak riang gembira, ia setidaknya usaha ku melawan rasa ragu ku ini tak sia-sia belaka.
"Kita ke kafe yang dekat alun-alun kota itu, kamu tau kan?" ucap ku sebari meliriknya.
"Ah itu yah, aku tau. Jadi kita ketemu disana atau kamu mau jemput aku." tanya Ratna pada ku.
Mungkin aku akan menjemputnya kalau punya kendaraan tapi aku tak punya. Semoga Ratna tak menghiraukan kalau aku tak akan menjemputnya.
"Maaf yah Ratna, mungkin aku tak akan menjemput mu, kamu mungkin tau alasannya."
"Baiklah, jadi kita ketemu disana? Dan aku kekelas dulu kalau begitu." ucap Ratna diujung lorong/pertigaan kelas tiga menuju kelas 2.
"Ia, aku juga mau ke kelas, aku akan menunggu mu disana."
Kami pun berjalan berlawanan arah, Ratna ke kiri dan aku ke kanan menuju kelas masing-masing.
[SIZE=+2]~~~~^X^~~~~[/SIZE]
Aku pun duduk termenung dimeja yang sengaja aku pesan, menunggu kursi didepan ku diduduki Ratna. Penantian panjang ku pun akhirnya berakhir, ia Ratna sudah datang.
"Hey, maaf lama yah nunggu aku." ucap nya seraya duduk di depan ku.
Mungkin kalau untuk orang yang aku suka, aku akan terus menunggu tapi untuk orang yang ga aku suka, aku akan meninggalkannya dari tadi.
"Tak apalah baru 3 menit ini aku nunggu."
"Kirain aku udah lama nunggunya."
"Nggak kok tenang aja, mau pesan apa?"
"Terserah kamu saja, aku kan cuma mau ngobrol sama kamu bukan mau makan atau minum. Hihi." ucap Ratna terus terang, sontak mata ku ini terkejut mendengarnya. Mungkin Ratna juga suka padaku seperti aku menyukainya, akan tetapi moment ini kurang tepat sekali.
"Ya sudah kalau mau mu itu."
Aku pun memesan hanya minuman saja, padahal persiapan udah matang, sampe duit juga bawa banyak, lah ini malah mau ngobrol doang, ya kalau pesen makanan bakalan terhambat obrolan kita jadi minuman saja walau dikira ngirit duit juga.hehehe.
Setelahnya aku dan Ratna mengobrol banyak hal. Dan aku pun mulai kehabisan bahan obrolan namun entah kenapa aku teringat omongan Wahyu saat di kelas, akan liburan semester nanti mau mendaki.
"Liburan semerter nanti kamu mau kemana?" ucap ku seraya menyeruput minuman ku.
"Ga kemana-mana sih Ezar, aku suka dirumah saja atau maen ke rumah teman."
"Kalau begitu, liburan nanti mau nggak ikut mendaki ke gunung ciremai?"
"Mendaki yah, bisa apa aku kesana, emang siapa aja yang ikut?"
"Nah loh, masa ga yakin, bisa kok tenang aja, dan yang ikut itu teman sekelas ku lumayan banyak."
"Ya kan aku belum siap mental, tapi aku percaya deh kalau ada kamu, tapi aku aja dong cwenya ya kan?"
"Ah nggak tenang aja, Dinar juga ikut mendaki."
"Masa, dia ikut? Ah aku juga ikut kalau begitu kan ada sahabat ku."
"Dinar kan lagi deket sama teman-teman sekelas ku, makanya ikut."
"Eh.. Dinar lagi deketin siapa? Soalnya ga pernah bilang suka maen sama temen-temen mu."
"Aku ga tau kalau itu, meski aku sepupunya juga."
"Kirain tau, suka senyum-senyum sendirian kalau dikelas loh sepupu mu itu."
Kenapa lagi ini, malah bahas sepupu ku, kapan bahas tentang kita, duh.. Harus belokin obrolan kalau begini.
"Ga papa, emang suka stres sepupu ku itu, ngomong-ngomong kita jalan-jalan ke alun-alun saja yuk!"
"Ayo, tapi aku bayar dulu minuman ku ini yah." ucap Ratna kegirangan, ia mungkin dia mulai ga enak untuk terus disini.
"Udah dibayarin sama aku."
"Ih kamu malah bayarin, padahal aku bawa uang cukup banyak."
"Sudah simpan saja uang mu, kan aku yang ajak kamu ke sini."
"Ia deh.. Biar cepet.. Hihihi." ucap Ratna seketika setelah mendengar perkataan ku.
Aku pun melangkah keluar, di ikuti Ratna. Beberapa meter aku melangkah menjauhi tempat kafe berada, aku tak mendengar ada suara dari Ratna hingga aku menengok ke belakang melihat Ratna ada apa tidak.
Namun sayangnya Ratna tidak ada, hanya ada orang yang tak ku kenal dibelakang ku. Dan kulihat Ratna masih di depan pintu masuk kafe.
"Kenapa lagi dia, katanya mau ke alun-alun." guman ku seraya berjalan kembali ke kafe, untuk menemuinya.
Dari jarak cukup dekat ku lihat Ratna mengembungkan pipinya sebari menatap ku. Ah.. Kenapa lagi dia ini, bikin pala pusing liat tingkahnya itu.
Aku pun berhenti didepan nya.
"Kenapa malah diem disini? Bukannya ikutin aku." tanya ku. Kemudian Ratna mengalihkan pandangannya dari aku.
"Kamunya sih, main nyelonong aja."
"Ia kan rencananya kesana, memang harus naik angkot? Kan deket ke alun-alun." ucap ku asal saja, ia aku belum tau apa yang di maksud Ratna.
"Ia emang gitu, aku tuh ga mau naik angkot, tapi aku mau ini." ujar Ratna seraya menjulurkan tangannya kepada ku.
"Apa sih, aku nggak ngerti sama sekali."
Ia apa mau di mengerti, dianya saja tak menunjuk apa yang dia mau, aku kan jadi tambah bingung.
"Ih kamu nggak romantis, gandeng tangan aku tau." ucap Ratna mulai seketika mendengar ucapan ku.
"Kita kan belum pacaran."
"Ia kita pacaran saja!"
Mungkin aku akan mengiyakannya saja tapi, aku tetap dengan kehendak ku bahwa ini bukan moment yang tepat untuk mengatakan cinta ku padanya.
"Belum saatnya."
"Ya sudah aku pulang saja." ucap Ratna sebari memanyunkan bibirnya.
Dalam hati ku merasa ingin ketawa melihat wajahnya begitu namun rasa menyesal telah mengecewakannya terasa begitu menusuk, meninggalkan bekas luka yang terus menerus sakit.
Ratna pun segera pergi, baru satu langkah Ratna di depan ku, segera aku memegang tangan kirinya.
"Tunggu, aku akan melakukannya, dan jangan cemberut begitu, aku tuh sayang banget sama kamu, tapi memang kita jalani ini dulu, aku akan mengatakannya nanti pada saat yang sangat tepat." ucap ku setelah berhadapan dengannya.
"Kamunya sih begitu, aku kan ngerasa kamu ga sayang sama aku, ia sudah aku tunggu yah, tapi inget harus romantis, paling tidak saat dimana kita sangat bahagia."
"Ia maaf kalau begitu dan aku janji untuk hal itu."
"Ia sudah ayo kita ke sana!" lanjut ku, seraya menarik tangannya.
Kami pun berjalan menuju alun-alun dengan bergandengan tangan. Saat dimana Ratna menggenggam tangan ku erat saat itu lah jantung ini berdebar sangat kencang dan begitu juga dengan hati ini serasa melayang ke udara.
[SIZE=+2]Bersambung[/SIZE]