Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Berakhir Indah, apa Tidak? By CrazySka

Bimabet
menyamai emang susah gan, tapi jangan patah semangat.
Tetap optimis, dan yakin bahwa untuk menjadi seorang yg besar kita harus menjadi kecil, jangan malu untuk berusaha.

Lag kok ane jadi nasehat gini sih? Hehehe.
Maap yah GanCra.
siap gan.. gapapa lah nasehati juga.. update segera.. :haha:
 
[size=+2]Chapter 10 - Perasaan Ku[/size]

POV#Dinar

"Terima kasih Rian, sudah mengantar dan menolong ku tadi."ujar ku setelah sampai dengan selamat sampai rumah ku.

"sama-sama, lain kali jangan berjalan lagi sedirian! apalagi ditempat sepi seperti tadi, bahaya." Jawab Rian menasehati ku.

Aku pun mengangguk, memang benar aku salah tadi, tak ku sangka akan seperti tadi, untung ada Rian yang menolong ku.

"baiklah, aku pamit pulang." ucap Rian lagi, motornya pundinyalakan, dengan kecepatan normal motornya melaju, meninggalkan aku sendirian. Perlahan aku pun memasuki rumah ku.

"hufh... ternyata mamah belum pulang, ya sudah lah aku lebih baik ke kamar." guman ku pelan. Entah kenapa mamah tega sekali meninggalkan ku sendirian dirumah.

"ku kira tadi saat makan di warung baso abang unyu dia itu seorang lelaki yang patut untuk ditampar, tapi tidak setelah melihatnya tadi." guman ku sebari merebahkan tubuh yang sangat letih ini ke kasur tempat aku tidur dari kecil.

Kenapa harus ditampar? ya dia itu saat aku makan tadi seperti mau muntah saja saat aku mau menyantap semangkuk baso yanh diberikan abang unyu. Aku pun melamunkan kejadian tadi hingga saat aku mengobrol bersamanya saat diperjalanan. perlahan mata ini pun menutup, menuju alam mimpi.

[size=+2]~~~~^X^~~~~[/size]​

"Akhirnya sampai juga disekolah, untung belum masuk." guman ku.

Aku pun bersama teman-teman berjalan berbarengan menuju kelas kami, sedangkan Caezar atau sepupu ku itu sudah tak nampak lagi setelah membayar angkot tadi, hufh.. nyebelin banget padahal aku mau curhat tentang kejadian kemarin malam, eh dianya malah lari kaya ngejar target saja.

"mungkin aku harus bicara sama Ratna soal Ezar yang menyukainya." pikir ku setelah duduk manis disamping kawan semeja ku.

Pak guru galak pun tiba, membuat hening kelas ku yang tampak sunyi seperti dikuburan. Sungguh sadis pak guru ini, namun tidak bagi para wanita. hihihi. Lucu juga saat pak guru itu menghukum murid laki-laki dikelas ku. Dua jam ku lewatidengan sangat bosan dikelas, hingga akhirnya pak guru itu pun pergi dan kelas pun kembali rame sama kicauan teman-teman.

"Hey pelajaran ketiga gurunya nggak masuk, jadi kitabebas." ujar Dewi tiba-tiba. Ucapannya itu membuat ku senang, perlahan aku pun menghampiri Ratna.

"Hey Ratna, ada yang mau aku omongin nih." ujar ku seraya duduk disampingnya.

"Ada apa sih? kayanya serius amat." jawabnya sebari memandang ku.

"Ini loh aku mau kasih kamu sesuatu yang bikin seneng."

"Emang apa?"

"biasa ada yang suka sama kamu."

"Ah ga mau, udah ada Dinar.""siapa, anak kelas tiga itu?"

"bukan dia, mana mau aku sama dia... dianya aja yang ngebet pengen sama aku."

"emang siapa gitu kalo bukan sama dia."

"Ada deh yang jelas dari sekolah ini."Aku yang mendengar jawabnya pun mengalami kebimbangan.

"apa aku beritahu saja atau tidak, tapi percuma cinta sepupu ku tak akan dia terima jika dia punya lelaki lain, tapi tak apalah dari pada Ratna tak tau kalau sepupu ku diam-dian menyukainnya." ucapku dalam hati.

Dengan perlahan-lahan aku memikirkan buruk tidaknya pilihan yang ku pilih.

"jika begitu kenyataannya Ratna, aku tak masalah yang terpenting aku hanya ingin memberitahu ada anak kelas Fajal yang menyukai mu, namanya Caezar." ucap ku terus terang.

Yah itu lebih baik dari pada harus sepupu ku yang terus terang, karna dia kan orangnya suka malu, dan yang terpenting tugas ku bisa dikerjakan olehnya. hehehe.Aku pun menyudahi obrolan ku dengan Ratna, karna sudah waktunya istirahat. Dikantin aku hanya makan cemilan dan teh manis, ya itu pun sudah cukup untuk ku.

"eh itu kan si Rian.. yang menolong ku kemarin dan itu Fajal, ku kira dia tak sekolah disini, apa dimengenali aku yah disini." pikir ku dalam hati. Entah mengapa aku ingin terus memandanginya, hingga mengacuhkan obrolan ku dengan teman-teman.

"kenapa aku ini yah, ada apa dengan perasaan ku ini." gerutu ku dalam hati.

Sejenak aku membuyarkan lamunan ku tentang Rian tapi bayangan-bayangan dirinya selalu hadir dipikiran ku, mungkin aku mencintainya tapi aku teringat perkataan Caezar waktu itu, saat dirinya ingin mengetahui tentang Rika, apakah aku harus menyerah atau berjuang untuk cinta ku ini. Rian pun berdiri dan menuju kesuatu tempat meninggalkan Fajal dan kawan-kawannya.

"temen-temen aku duluan yah."

"iya, gapapa bentar lagi kita nyusul ke kelas."Aku pun pergi, mencoba membututi Rian. Ya aku mulai penasaran apa yang suka dilakukannya disekolah. Dengan berada dibelakangnya aku mencoba untuk tidak diketahui oleh Rian bahwa aku membututinya.

"Kenapa Rian menuju kelas ku, apakah dia ingin menemui Rika?" ujar ku dalam hati.

Aku pun tertegun tak percaya dengan kenyataan yan membenarkan bahwa Rian memang menemui Rika dan aku bersembunyi sebari merasakan hati ini sakit, kenapa aku sangat cepat sekali jatuh cinta dan seterusnya aku merasakan sakit hati.

Dengan langkah yang cepat aku meninggalkan mereka, karna sudah cukup aku menahan debit air mata ini yang mulai jatuh, aku sangat salah, seharusnya aku tak mengikutinya dan tak akan melihat mereka. Aku pun berhenti sejenak dilorong menuju kelas 3 itu dan menyeka air mata ku. Terlihat Ratna dan Caezar sedang berjalan bersama kearah ku, sedikit iri aku melihat mereka.

"hey dinar."

"hey sepupu" ucap Ratna dan Caezar hampir berbarengan.

Ratna pun berhenti dan menghampiri kunamun sepupu ku pergi begitu saja. mungkin ada kesibukan hingga tak mau berhenti sejenak untuk mengobrol dengan ku.

"kau kenapa seperti bersedih begitu?" tanya Ratna sebarimenyuruh ku duduk bersamanya. aku pun menghampirinya dan duduk disampingnya.

"tak apalah mungkin tadi aku kelilipan saja jadi tampak bersedih."

"tak usah kamu berbohong kepada ku Dinar, ayo lah ceritakan mungkin aku bisa meringankan beban yang kamu pikul sendirian!" ujar Ratna, sedikit bimbang aku memilih menceritakan atau tidak, tapi memang benar perkataannya itu, dengan menatapnya aku menceritakan kejadian kemarin malam sampai sekarang.

"Astaga Dinar jadi kamu hampir celaka, untung ada yang nolong kamu."

"iya, untungnya gitu tapi yang nolong aku itu Rian dan yang parahnya kenapa aku bisa ada rasa sama dia." ucap ku seraya tak terasa air mata ini menetes.

"sudah-sudah jangan menangis, lebih baik kamu mempertahankan perasaan mu dan cobalah lebih dekat dengannya Dinar."

Tangan ku pun menyeka air mata ku yang tak sempat jatuh.

"tapi sakit Ratna bila harus melihat dia dan Rika."

"ya jangan pas dia sama Rika, saat sama teman-temannya saja kan sepupu mu sahabatnya juga kan?"

"iya sih, tapi masa aku harus maen sama mereka dan hanya aku cewenya."

"ah jangan kawatir aku akan menemani, kan aku.. ehemzz..sudah lah kita kekelas saja nanti ke buru datang guru kita." ucap Ratna, membuat ku tersenyum mendengar perkataannya.

"Hahaha, Ratna juga mencintai Caezar kayanya, beruntungnya sepupu ku itu." ucap ku dalam hati.

"iya ayo." jawab ku. Kami pun pergi menuju kelas kami.

[size=+2]~~~~^X^~~~~[/size]​

"Hufh, selesai sudah aku mengerjakan ini." ucap ku setelah membuat rangkuman soal-soal untuk ujian semester mendatang, dan tak terasa aku sudah mau kelas 3 cuma 1 semester lagi.

Aku pun mengambil ponsel ku dan melihat ada sebuah sms dari Rian, ya aku sudah mulai dekat dengannya. Dari saat aku curhat kepada Ratna, saat itulah dimulainya aku suka mendatangi kelas Caezar ya sekedar untuk mendekati Rian sekalian mengerjakan soal-soal yang amat susah bagiku kepada sepupu ku.

Sudah tidur saja, jangan sampai terlalu malam mengerjakan rangkuman itu.

Aku pun segera membalasnya.

iya ah bawel, ini juga udah selesai. bye met tidur.

Aku pun mencoba tidur, dan, tak menghiraukan balasan dari Rian, ya palingan juga iya selamat tidur juga. mending langsung tidur saja.

[size=+2] Bersambung [/size]​
 
Terakhir diubah:
Complicated yak brad, ini dari pov Dinar. Next mungkin dari pov Ryan yah? Cos belum ada pencerahan, apa yg diobrolkan Ryan dan Rika?? Belum lagi nasib Fajal yg dikejar geng mtor pacarnya Rika... Wah..wah,. Ente punya bnyak pr nih brad, harus diurai satu persatu kayaknya.. Yo..yo..tetep semangat lurr..:haha::banzai:

#akhirnya gk jomblo lagi..:haha:

ayank Ratna..:sayang:
 
Complicated yak brad, ini dari pov Dinar. Next mungkin dari pov Ryan yah? Cos belum ada pencerahan, apa yg diobrolkan Ryan dan Rika?? Belum lagi nasib Fajal yg dikejar geng mtor pacarnya Rika... Wah..wah,. Ente punya bnyak pr nih brad, harus diurai satu persatu kayaknya.. Yo..yo..tetep semangat lurr..:haha::banzai:

#akhirnya gk jomblo lagi..:haha:

ayank Ratna..:sayang:
yoi brad.. tadinya mau alur maju... gak asik tapi bikin bosen plus mumet.. mending maju mundur.. maju lagi.. hahaha.. Warkop dki lah.. :haha:
 
lebih baik maju mundur dengan akhir yg jelas, dari pada maju terus tapi endingnya mengecewakan mirip kisah seorang anak desa milik ane. Hehehe
Hahaha.. ga gitu juga kali brad.. bisa aje kalo alur maju terus.. tapi antara setiap tokoh ga bakalan kerasa.. jadi harus main point of view....

#minal aidzin wal fa idzin juga brad.. mohon mf bila ane ada salah.. ya seperti lama apdate :pandaketawa:
 
[SIZE=+2]Chapter 11 - Bimbang[/SIZE]

POV#Fajal​

Dengan kecepatan penuh Yoga mengemudikan motornya danaku bersiap-siap menebaskan senjata yang Yoga sengaja bawa.

"Gimana ini, mereka terlalu banyak, apa kita sanggup melawan mereka." Gerutu ku melihat banyaknya motor yang mengejar ku.

"Sudah tenang saja, kau urus saja kalau ada yang mendekat, sedangkan aku akan mengarahkan mereka ke teman-teman." Ucap Yoga santai.

"Baiklah, kalau begitu aku ikuti saja mau mu itu." Ucap ku cepat tanpa pikir panjang.

Kami pun terus melaju dengan kencangnya hingga ada motor yang mendekati kami.

"Turun bangsat." Ucap pengemudi itu, dengan cepat nya aku pun menebaskan pedang yang ku bawa.

"Ah....anjing," ucapnya serentak.

Sret....Brug...Motornya terjatuh, dan darah pun membasahi pedang ku.

"Kau mengenainya, tadi kena apanya Fajal." Tanya Yoga.

"Cuma lengannya saja." Jawab ku cepat.Aku pun sengaja menengok ke arah motor itu terjatuh serayasegera menepuk pundak Yoga.

"Hey Brad, mereka berhenti tak mengejar kita lagi, gimana ini?"

"Apa???" Ujar Yoga seraya menghentikan motornya.Yoga pun memastikan ucapan ku tadi.

"Wah ini bakalan gak jadi Jal, mendingan kita pergi saja!" Ujarnya lagi.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju teman-teman geng motor ku.

[SIZE=+2]~~~~^X^~~~~[/SIZE]​

Dengan cepat aku berbaring dikasur ku, dan mengingat kejadian tadi.

"Apa jadinya kalau aku terus-terusan seperti tadi, untung sampai saat ini aku belum masuk penjara, entah sudah berapa orang yang sudah aku celakai." Guman ku pelan seraya memandang langit-langit kamar yang tampak warna putih saja.

"Mungkin aku lebih baik berhenti saja, jika suatu saat nanti aku tertangkap bagaimana nasib orang tua ku, mereka akan mendapatkan rasa malu yang amat sangat dan benci kepadadiriku." Guman ku lagi. Sejenak aku terus berpikir akan jalan keluar dari masalah yang ku perbuat itu.

"Aduh pusing kepala ku, lebih baik tidur saja dari pada pusing." Pikir ku.

Aku pun terlelah hingga suatu tangan menyentuh kaki ku.

"Sayang bangun, kamu mau sekolah kan?... Ye malah diem ayo sekolah entar mamah ga kasih uang jajan satu bulan."

Mendengar ucapan mamah berikutnya aku segera bangun dan menerobos pintu kamar mandi begitu saja.

Dugh....

"Aduh mah sakit." Ucap ku seraya memegang jidat ku yang mungkin aga memar.

"Makanya jangan buru-buru, pake acara nabrak pintu segala, jadi siapa yang salah." Ucap mamah ku.

"Mamah sih, bilangnya gitu ya kan Fajal gak mau mah uang jajan angus. Hehehe."

"Ya kamunya itu loh pintunya belum dibuka main serobot saja, ya sudah sana mandi! Mamah tunggu dimeja makan!"

Mamah pun pergi dan aku, ya aku sih masih tetap dengan santainya memegangi jidat ku.

"Ya elah, baru juga bangun udah dapet sial. Percuma muka ini dikinclongin juga tetep saja ancur kalau terus-terusan kena ini pintu." Gerutu ku sebari menepak pintu kamar mandiku.

Setelah semua siap aku pun berpamitan terlebih dahulu untuk berangkat sekolah.

"Mah, Fajal berangkat yah."

"Iya Fajal hati-hati, eh tunggu."

Mamah pun menghampiri ku diteras rumah.

"Motor kamu kemana, mamah ga liat dari kemaren malam."

"Oh.. Itu mah, kemaren motornya dipinjam sama Rian, ya ini aku mau kerumahnya buat ambil."

"Jadi begitu, ya udah sana sekalian salam dari mamah samamamahnya Rian ya sayang."

"Oke mah siap."

Aku pun berjalan menuju rumah Rian, diperjalanan tak lupa aku membeli sebatang rokok sekedar untuk menemani ku.

"Hey Rian, udah lama nunggu orang ganteng ini." Ucap ku menghampiri Rian setelah sampai dirumahnya.

"Pake hey segala, ayo lah cepet mau ganteng atau keren juga ga bakalan bikin aku suka."

"Ya jelas lah laki makan laki, gimana mau suka, eh hampir lupa salam ke mamah mu dari mamah ku, biasalah palingan ngajak arisan."

Rian pun masuk kedalam rumahnya dan aku menunggunya seraya menghidupkan motor yang gagah perkasa sepertiku.

"Ayo kita berangkat, tadi aku sudah bilangin."

"Oke ayo naik."

Dengan kecepatan yang sangat tak bisa aku perkirakan motor ku melaju cepat menyalip berbagai kendaraan, hingga sampailah aku disekolah.

[SIZE=+2]~~~~^X^~~~~[/SIZE]​

Dikantin yang selalu ramai saat jam istirahat aku,wahyu dan rian makan bersama sedangkan anak buah ku yang tak ada ku biarkan saja, toh mereka juga ga bisa terus-terusan mengikuti ku.

"Gimana Jal, tadi dikelas, Caezar sudah memberi tau ku, dia ternyata Rika." Ujar Rian begitu saja, saat aku sedang enak-enaknya makan, dan perkataannya itu membuat ku terkejut seraya menghentikan makan ku.

"Eh masa Rika, dikelas kita juga ada nama Rika dan dia adalah pacar ku." Ujar ku menjelaskan. Dengan santainya Rian berkata.

"Ya aku tau, tapi apalah artinya sebuah nama ya gak yu?"

"Bener tuh Bos kan bagus juga tuh jadi double Rika."

"Emang sih bagus tapi..."

"Sudahlah Bos mending makan dari pada bahas begituan." Ucap Wahyu memotong omongan ku. Ada benarnya juga perkataannya mending ngisi perut. Aku pun melanjutkan makan ku yang sempat tertunda.

Hingga akhirnya aku pun selesai, ku lihat Rian dan Wahyu juga sudah melahap habis makanannya tapi tetap piringnya ga dimakan,hehehe.

"Udah kenyang nih."

"Udah dari tadi kali." Ucap Rian dibalas anggukan oleh Wahyu.

"Ya elah gitu amat sama sobat. Ya sudah kalian bayar makanan ku kalau begitu." Ucap ku becanda.

"Ye bayar sendiri lah bos, ga kuat aku bayar makanan yang udah bos abisin itu." Ucap Wahyu memelas.

"hahaha, sudah lah tak usah begitu, terlebih aku akan membayarnya sendiri." ujar ku terkekeh-kekeh.

"eh Jal, aku pergi dulu." ucap Rian seraya berdiri.

"oh, ia Rian, cepat kekelas setelah bel."

"okelah."

Dikantin aku mengobrol saja dengan Wahyu, meskipun masih banyak teman-teman ku yang masih dikantin.

"eh bos, liburan semesteran kemana nih?" tanyanya.

"ah.. belum aku pikirkan, mungkin kita akan mendaki atau jalan-jalan ke tempat wisata."

"bosen bos kalau jalan-jalan mulu mending daki saja."

"oke lah, kita kasih tau dulu anak-anak, mau pilih jalan-jalan atau daki."

"sip.. bos."

Kami pun ke kelas setelah menyudahi obroan kami.

[SIZE=+2]Bersambung[/SIZE]​
 
Terakhir diubah:
Apakah yg kena colek parang itu, pacarny Rika?
Ayo brad, walupun pendek yg pnting tetep apdet yah...:semangat::banzai:
 
Apakah yg kena colek parang itu, pacarny Rika?
Ayo brad, walupun pendek yg pnting tetep apdet yah...:semangat::banzai:
yoi,,nih terus-terusan dapet pendek.. ia untung ane ad waktu dikesibukan kerjaan..
udah ada sih 2 updatetan lagi alias stok updatetan tapi belum bersambung :mati:
 
[SIZE=+2]Chapter 12 - Mulai Dekat[/SIZE]
POV#Rian​

Di depan kelas 2.G ada Rika di sana, aku pun menghampirinya. Sedikit ragu aku dibuatnya, ya mungkin karna aku ini bukan lah seorang yang mampu menaklukan seorang wanita dengan gampangnya.

"Baiklah aku harus semangat." gumanku seraya menghampirinya.

"Permisi." ucap ku ragu.

"Oh, ia ada apa?" ucap Rika memandang heran kepada ku.

Mungkin aku kalau tidak ada keberanian akan langsung lari saja, tapi aku sudah membulatkan tekat ku untuk menemuinya.

"Cuma mau tanya, ini kelas apa ya?" tanya ku dengan penuh kebimbangan. Ia ke bimbangan apakah Rika akan mengacuhkan aku atau kah menjawabnya.

"Ini kelas 2.G, memangnya kamu mau kemana?" tanya Rika balik.

Sejenak aku berpikir, akan aku jawab apa alasan yang pasti bisa mengobrol dengan nya agar lebih lama. Hingga ku berputar-putar di kepala ku memikirkan alasan itu.

"Oh jadi ini kelas 2.G, ah tidak mau kemana-mana, aku cuma mau menghapal tata letak sekolah ini, itu saja sih." ucap ku sebari menggaruk-garuk kepala, meskipun tak gatal sama sekali.

"Oh, ia kamu baru masuk sekolah ini yah?" tanya Rika lagi.

"Haha ia nih baru beberapa minggu sih, makanya aku keliling."


"Oh pantas saja, ouh ia perkenalkan dulu aku Rika Amelia dari kelas 2.G, kamu?"

Dalam hati ku, aku meneriaki sesuatu yang sangat mudah ini, ia ternyata Rika sangat baik.

"Salam kenal ia Rika, aku Rian Pratama."

Aku pun berjabat tangan dengannya, meninggalkan bekas lebut tangannya ditangan ku, ia mungkin saja aku tak akan mencuci tangan ini.

"Ia sama-sama." ucap Rika setelah melepas tangan ku.

"Ngomong-ngomong, aku boleh duduk?" ucap ku yang mulai pegal berdiri, ia aku juga pingin berdekatan dengannya kan, hehehe.

"Ia silahkan, santai aja kali Rian, bukan punya aku lagi ini sekolah jadi tinggal duduk saja." ujar Rika sebari menepuk tempat duduk disampingnya.

Hore.... Sorak sorai dipikiran ku, ia dia sangat sangat bisa membuat ku tak kikuk bila berbicara dengannya, dengan bangganya aku pun duduk disampingnya.

"Ia aku kan takut Amel, kalau kamu marah." ujar ku pelan sebari memandang kedepan, tak mau memandang dirinya.

"Hei,,hei kamu bilang apa tadi, kok aku dibilang Amel sih."

Aku pun menengok melihat wajahnya. Astaga pipinya mengembang. Hahaha.. Tampak lucu sekali.

"Loh kok kamu kaya ikan balon saja,, haha." ledek ku melihatnya tak menggubris pertanyaannya tadi.

"Ih jahat, baru kenal udah ledekin. Huu." ujar Amel memalingkan wajahnya.

"Hey,, jangan gitu dong, kan aku mengucapkan kenyataannya begitu, dan lagi kamu ke gitu saat aku bilang Amel, memang kenapa sih?.... Amel."

Amel pun berbalik memandang ku lagi, ya tetap cemberut. Hufh.. Kadang aku ingin menertawakan mimik mukanya itu, tapi ku coba menahannya.

"Itu nama kecil ku tau, jangan panggil aku gitu, mending Rika saja." ujar Amel, berkaca-kaca.

"Bagus lagi kalau Amel, kalau Rika di kelas ku juga ada, makanya aku panggil kamu Amel."

Sesaat Amel akan bicara, namun Dia mengurungkan niatnya itu setelah melihat murid-murid yang melewati kami, memandang kami dan berbisik-bisik. Ya mungkin mereka memandang level kegantengan ku. Hehehe.

"Ah pasti ada gosip deh." ujarny seraya tertunduk lesu."

Melihatnya aku pun mengelus bahunya, mencoba memberinya semangat.

"Gapapa lagi ada gosip. Malu kan yang nyebarinnya, kalau gosipnya boongan."

Amel pun memandang kosong kedepan dan tak tertunduk lesu lagi. Aku pun mengikutinya.

"Mereka itu sirik sama kamu, dan sirik itu tanda tak mampu menyamai apa yang kamu punya Amel." ucap ku lagi.

Setelah mendengar ucapan ku, Amel memandang ku.

"Mungkin kamu benar Rian, aku tak harus memikirkannya, dan kamu boleh memanggil ku Amel."

"Ia begitu baru cwe yang kuat, semangat yah Amel, ngomong-ngomong aku pergi dulu, mau keliling lagi."

Ya aku tak bisa berlama-lama, karna setok pertanyaanku sudah menipis, alias ga ada lagi hal yang mau ku tanyakan, kalau harua memaksakan ujungnya akan bikin diem-dieman.

"Ia makasih Rian, kamu dari kelas apa?"

"Aku 2.B." ucap ku cepat.

"Oh 2.B, ia sudah sampai ketemu lagi ia Rian." ucapnya ketika aku mulai berjalan menjauhinya.

Dan aku pun hanya melambaikan tangan sebari berjalan melewati berbagai kelas yang ku belum tau sama sekali, kadang aku merasa ada yang selalu memperhatikan aku tapi aku tak menghiraukan pikiran itu. Dengan berjalan aku melamun saat-saat tadi berbicara denganya.

[SIZE=+2]~~~~^X^~~~~[/SIZE]​

Dijalan saat aku mengendarai motor Fajal dengan pelan, tepat dipinggiran jalan ku lihat ada sosok perempuan yang menyerupai Amel, dan aku pun menepi dihadapannya.

"Eh kamu Rian, kirain aku siapa." ucapnya, ketika melihat ku berada didepan.

"Maaf yah ngagetin, ngomong-ngomong, lagi nunggu siapa?"

"Ia gapapa, santai aja lagi, aku lagi nunggu temen-temen sama pacar aku." ujar Amel dengan entengnya, hingga membuat ku terhenyak ingin pergi.

"Kirain lagi mau nyebrang." ucap ku sebari tersenyum palsu.

Aku sangat kecewa, tapi apalah aku ini hanyalah seorang teman yang baru saja kenal. Dengan belaga biasa saja padahal hati ini, beh remuk gaes.

"Nggak lah, ngapain lagi dari tadi aku disini udah hampir setengah jam." ujar Amel tampak kecewa.

"Lumayan lama, apa nggak pegel tuh kaki berdiri mulu."

"Ia sih lumayan pegel."

"Ikut aku saja mau nggak, biar aku anter ketempat mu."

"Beneran nih."

"Ia ayo."

Amel pun menaiki dan aku bersiap untuk menjalankan motor Fajal, semoga saja nggak mati, malu entar kalau mati di pelokan, bisa-bisa diledekin nggak bisa naik motor, reputasi hancur.

Dengan santai dan juga pelan aku mengendarainya, ia biar kesannya nggak keliatan baru bisa.

"Hey kok diem saja." ucap Amel memulai pembicaraan.

"Lagi fokus, takut ada yang lecet entar." ujar ku sebari melewati motor yang sangat lambat didepan ku.

"Ah pelan gini, ga bakalan lecet, itu juga kalau kamunya nabrak baru lecet."

"Ia kan antisipasi lah, hehehe."

"Emang baru belajar ngendarai motor."

Mendengarnya aku pun sempat malu, ketauan banget kali kalau baru belajar.

"Ia sih baru belajar." ucap ku tak mau berbohong.

"Ia sudah fokus saja kalau begitu, aku juga takut kalau entar kecelakaan."

"Oke tapi tenang aku jamin ga ada main tabrakan, hehehe."

"Ah bawel." ucapnya seraya tiba-tiba memeluku erat.

Sungguh tak terkira hati ini yang sangat begitu senang, serasa ingin berjoget ria ala opo gang nam stail, hahaha.

Aku pun fokus memandang jalan, dan kendaraan didepan ku. Sempat kami melajutkan obrolan, hanya tentang jalan yang mau kami tuju.

"Eh berhenti Rian! Sudah sampai sini saja!." ucapnya tiba-tiba diperempatan jalan. Padahal tinggal sedikit lagi sampai.

Aku pun menepi dan mematikan motornya. Kemudian Amel turun dan diikuti oleh ku.

"Memang kenapa Amel harus berhenti disini segala?" tanya ku padanya.
,
"Aku tau ini motor siapa, jadi aku berhenti disini saja, takut kalau teman-teman ku mengeroyok mu, dan ini nomor ponsel ku." ujar Amel seraya memberikan selembar kertas kecil bertuliskan sederet angka.

"Aku duluan ia Rian." lanjutnya seraya akan pergi meninggalkan aku.

"Ia silahkan, entar aku hubungi." ucap ku sebari melambaikan tangan kepadanya yang menjauh dari tempat ku berhenti.

"Baiklah, aku tunggu." ucap Amel dari kejauhan.

Aku pun bergegas pergi pulang karna hari sudah sore.

[SIZE=+2]Bersambung[/SIZE]​
 
Terakhir diubah:
mantap bener...feelnya dalem banget ganSka,,jangan2 pengalaman pribadi ini mah..:pandaketawa:

#lnjut brad dah mulai klhatan nih progress prkembangannya...:jempol:
 
mantap bener...feelnya dalem banget ganSka,,jangan2 pengalaman pribadi ini mah..:pandaketawa:

#lnjut brad dah mulai klhatan nih progress prkembangannya...:jempol:
hatur nuhun brad..pujian nye... untuk itu pikir sendiri lah.. :pandaketawa:

#oke brad.. ;)
 
Bimabet
karna sudah pindah page.. sambungan.. chapter 12 atau updatetan chapter 13 sedang dalam proses.. baru setengah.. mungkin akan update pagi.. coz ane lagi nongkrong..

#itu juga kalo ga ketiduran :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd