[SIZE=+2]Chapter 12 - Mulai Dekat[/SIZE]
POV#Rian
Di depan kelas 2.G ada Rika di sana, aku pun menghampirinya. Sedikit ragu aku dibuatnya, ya mungkin karna aku ini bukan lah seorang yang mampu menaklukan seorang wanita dengan gampangnya.
"Baiklah aku harus semangat." gumanku seraya menghampirinya.
"Permisi." ucap ku ragu.
"Oh, ia ada apa?" ucap Rika memandang heran kepada ku.
Mungkin aku kalau tidak ada keberanian akan langsung lari saja, tapi aku sudah membulatkan tekat ku untuk menemuinya.
"Cuma mau tanya, ini kelas apa ya?" tanya ku dengan penuh kebimbangan. Ia ke bimbangan apakah Rika akan mengacuhkan aku atau kah menjawabnya.
"Ini kelas 2.G, memangnya kamu mau kemana?" tanya Rika balik.
Sejenak aku berpikir, akan aku jawab apa alasan yang pasti bisa mengobrol dengan nya agar lebih lama. Hingga ku berputar-putar di kepala ku memikirkan alasan itu.
"Oh jadi ini kelas 2.G, ah tidak mau kemana-mana, aku cuma mau menghapal tata letak sekolah ini, itu saja sih." ucap ku sebari menggaruk-garuk kepala, meskipun tak gatal sama sekali.
"Oh, ia kamu baru masuk sekolah ini yah?" tanya Rika lagi.
"Haha ia nih baru beberapa minggu sih, makanya aku keliling."
"Oh pantas saja, ouh ia perkenalkan dulu aku Rika Amelia dari kelas 2.G, kamu?"
Dalam hati ku, aku meneriaki sesuatu yang sangat mudah ini, ia ternyata Rika sangat baik.
"Salam kenal ia Rika, aku Rian Pratama."
Aku pun berjabat tangan dengannya, meninggalkan bekas lebut tangannya ditangan ku, ia mungkin saja aku tak akan mencuci tangan ini.
"Ia sama-sama." ucap Rika setelah melepas tangan ku.
"Ngomong-ngomong, aku boleh duduk?" ucap ku yang mulai pegal berdiri, ia aku juga pingin berdekatan dengannya kan, hehehe.
"Ia silahkan, santai aja kali Rian, bukan punya aku lagi ini sekolah jadi tinggal duduk saja." ujar Rika sebari menepuk tempat duduk disampingnya.
Hore.... Sorak sorai dipikiran ku, ia dia sangat sangat bisa membuat ku tak kikuk bila berbicara dengannya, dengan bangganya aku pun duduk disampingnya.
"Ia aku kan takut Amel, kalau kamu marah." ujar ku pelan sebari memandang kedepan, tak mau memandang dirinya.
"Hei,,hei kamu bilang apa tadi, kok aku dibilang Amel sih."
Aku pun menengok melihat wajahnya. Astaga pipinya mengembang. Hahaha.. Tampak lucu sekali.
"Loh kok kamu kaya ikan balon saja,, haha." ledek ku melihatnya tak menggubris pertanyaannya tadi.
"Ih jahat, baru kenal udah ledekin. Huu." ujar Amel memalingkan wajahnya.
"Hey,, jangan gitu dong, kan aku mengucapkan kenyataannya begitu, dan lagi kamu ke gitu saat aku bilang Amel, memang kenapa sih?.... Amel."
Amel pun berbalik memandang ku lagi, ya tetap cemberut. Hufh.. Kadang aku ingin menertawakan mimik mukanya itu, tapi ku coba menahannya.
"Itu nama kecil ku tau, jangan panggil aku gitu, mending Rika saja." ujar Amel, berkaca-kaca.
"Bagus lagi kalau Amel, kalau Rika di kelas ku juga ada, makanya aku panggil kamu Amel."
Sesaat Amel akan bicara, namun Dia mengurungkan niatnya itu setelah melihat murid-murid yang melewati kami, memandang kami dan berbisik-bisik. Ya mungkin mereka memandang level kegantengan ku. Hehehe.
"Ah pasti ada gosip deh." ujarny seraya tertunduk lesu."
Melihatnya aku pun mengelus bahunya, mencoba memberinya semangat.
"Gapapa lagi ada gosip. Malu kan yang nyebarinnya, kalau gosipnya boongan."
Amel pun memandang kosong kedepan dan tak tertunduk lesu lagi. Aku pun mengikutinya.
"Mereka itu sirik sama kamu, dan sirik itu tanda tak mampu menyamai apa yang kamu punya Amel." ucap ku lagi.
Setelah mendengar ucapan ku, Amel memandang ku.
"Mungkin kamu benar Rian, aku tak harus memikirkannya, dan kamu boleh memanggil ku Amel."
"Ia begitu baru cwe yang kuat, semangat yah Amel, ngomong-ngomong aku pergi dulu, mau keliling lagi."
Ya aku tak bisa berlama-lama, karna setok pertanyaanku sudah menipis, alias ga ada lagi hal yang mau ku tanyakan, kalau harua memaksakan ujungnya akan bikin diem-dieman.
"Ia makasih Rian, kamu dari kelas apa?"
"Aku 2.B." ucap ku cepat.
"Oh 2.B, ia sudah sampai ketemu lagi ia Rian." ucapnya ketika aku mulai berjalan menjauhinya.
Dan aku pun hanya melambaikan tangan sebari berjalan melewati berbagai kelas yang ku belum tau sama sekali, kadang aku merasa ada yang selalu memperhatikan aku tapi aku tak menghiraukan pikiran itu. Dengan berjalan aku melamun saat-saat tadi berbicara denganya.
[SIZE=+2]~~~~^X^~~~~[/SIZE]
Dijalan saat aku mengendarai motor Fajal dengan pelan, tepat dipinggiran jalan ku lihat ada sosok perempuan yang menyerupai Amel, dan aku pun menepi dihadapannya.
"Eh kamu Rian, kirain aku siapa." ucapnya, ketika melihat ku berada didepan.
"Maaf yah ngagetin, ngomong-ngomong, lagi nunggu siapa?"
"Ia gapapa, santai aja lagi, aku lagi nunggu temen-temen sama pacar aku." ujar Amel dengan entengnya, hingga membuat ku terhenyak ingin pergi.
"Kirain lagi mau nyebrang." ucap ku sebari tersenyum palsu.
Aku sangat kecewa, tapi apalah aku ini hanyalah seorang teman yang baru saja kenal. Dengan belaga biasa saja padahal hati ini, beh remuk gaes.
"Nggak lah, ngapain lagi dari tadi aku disini udah hampir setengah jam." ujar Amel tampak kecewa.
"Lumayan lama, apa nggak pegel tuh kaki berdiri mulu."
"Ia sih lumayan pegel."
"Ikut aku saja mau nggak, biar aku anter ketempat mu."
"Beneran nih."
"Ia ayo."
Amel pun menaiki dan aku bersiap untuk menjalankan motor Fajal, semoga saja nggak mati, malu entar kalau mati di pelokan, bisa-bisa diledekin nggak bisa naik motor, reputasi hancur.
Dengan santai dan juga pelan aku mengendarainya, ia biar kesannya nggak keliatan baru bisa.
"Hey kok diem saja." ucap Amel memulai pembicaraan.
"Lagi fokus, takut ada yang lecet entar." ujar ku sebari melewati motor yang sangat lambat didepan ku.
"Ah pelan gini, ga bakalan lecet, itu juga kalau kamunya nabrak baru lecet."
"Ia kan antisipasi lah, hehehe."
"Emang baru belajar ngendarai motor."
Mendengarnya aku pun sempat malu, ketauan banget kali kalau baru belajar.
"Ia sih baru belajar." ucap ku tak mau berbohong.
"Ia sudah fokus saja kalau begitu, aku juga takut kalau entar kecelakaan."
"Oke tapi tenang aku jamin ga ada main tabrakan, hehehe."
"Ah bawel." ucapnya seraya tiba-tiba memeluku erat.
Sungguh tak terkira hati ini yang sangat begitu senang, serasa ingin berjoget ria ala opo gang nam stail, hahaha.
Aku pun fokus memandang jalan, dan kendaraan didepan ku. Sempat kami melajutkan obrolan, hanya tentang jalan yang mau kami tuju.
"Eh berhenti Rian! Sudah sampai sini saja!." ucapnya tiba-tiba diperempatan jalan. Padahal tinggal sedikit lagi sampai.
Aku pun menepi dan mematikan motornya. Kemudian Amel turun dan diikuti oleh ku.
"Memang kenapa Amel harus berhenti disini segala?" tanya ku padanya.
,
"Aku tau ini motor siapa, jadi aku berhenti disini saja, takut kalau teman-teman ku mengeroyok mu, dan ini nomor ponsel ku." ujar Amel seraya memberikan selembar kertas kecil bertuliskan sederet angka.
"Aku duluan ia Rian." lanjutnya seraya akan pergi meninggalkan aku.
"Ia silahkan, entar aku hubungi." ucap ku sebari melambaikan tangan kepadanya yang menjauh dari tempat ku berhenti.
"Baiklah, aku tunggu." ucap Amel dari kejauhan.
Aku pun bergegas pergi pulang karna hari sudah sore.
[SIZE=+2]Bersambung[/SIZE]