Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

CHAPTER XVIII

Mendung yang enggan pergi


Gaby memarkir mobilnya di depan rumah Ken, hari ini dia diminta menjemput kawan baiknya Hana. Gaby bersama Jeni teman nongkrongnya juga ikut menjemput Hana. Gaby sendiri yang kini mengelola restoran keluarganya memang waktunya sedikit longgar, sedangkan Jeni sebagai marketing salah satu asuransi juga memiliki waktu yang fleksible, sehingga saat diminta menjemput Hana, dengan gampangnya mereka mengiyakan.

“masuk Mbak....masih baru selesai mandi Non Hananya” pembantu rumah mempersilahkan mereka masuk.

Terdengar sayup-sayup suara gitar dan lagu pujian sedang dinyanyikan dari lantai atas

Tidak lama munculnya Hana

“Hai....” dia lalu memeluk dan cipika cipiki dengan dua sahabatnya

“mau minum apa? Apa mo sarapan?”

“hahahah....gue belum sarapan sih....kalo ada bolehlah....” ujar Gaby

“ada....pada doyan nasi uduk? Atau mau roti bakar? “

“Mbak Siti, ada apa buat sarapan?”

“ada nasi uduk, sama roti dan kentang goreng.....” balas Siti

Mereka lalu duduk di ruang makan sambil dihidangkan sarapan oleh Siti.

“lumayan sarapan gratis...” seloroh Gaby

“mau kopi atau teh?” tanya Siti

“ada kopi apa?”

“macam-macam Non, ada kopi item, kopi susu, capocino atau latte, mau yang mana?”

“aku Latte deh” ujar Jeni

“aku hitam” Gaby tersenyum

“aku air putih aja Mbak”

Siti lalu sibuk meracik kopi yang diminta lewat coffe maker yang ada di dapur.

“rumah lu keren yah..... industrialis tapi teduh....”

Hana tersenyum

“bukan rumah gue....gue numpang doang disini....” ujar Hana sambil senyum

“itu suara laki lu?”

Hana menengok keatas

“suara laki-laki cuma satu disini....” sambil menyuap nasinya

“ eh....ini kopi apa Mbak?” tanya Gaby

“kopi gayo....”

“oh....enak.....”

“ beli dimana?”

“punyanya Mas Ken.... memang distok jika ada tamu....”

“ dia punya coffe shop di galeri.....” terang Hana

“oh pantas....enak lho...”

“iya ini latte nya juga enak...” ujar Jeni

Ken lalu muncul dari tangga atas sambil mengendong Dara, diikuti oleh pengasuhnya dari belakang.

“halo....” sapa Gaby dan Jeni bersamaan

“halo....apa kabar Ci Gaby...” sapa Ken ramah

“halo anak cantik....”

“ Halo...aku jeni..” Jeni memperkenalkan diri

“ih...gemes yah.....” mereka meledek Dara yang tertawa tawa sambil menyembunyikan wajahnya dibalik pelukan Ken

“makin cantik yah sekarang.....”

Hana hanya diam melihat kedua sahabatnya sedang bercanda dengan Dara

“ saya pamit dulu yah.....” ujar Ken ke mereka dengan ramah

Ken berlalu sambil membawa mainan Hana untuk diletakan di bagasi mobil, hari ini dia memutuskan membawa Dara ke Galeri.

“anak lu dibawa ke tempat kerjanya?”

“iya.... sering dia dibawa...”

Gaby dan Jeni heran melihatnya

“lu jadi mo cerai?” tanya Gaby pelan

“jadi dong....udah bosan gue ama sandiwara ini....”

“anak lu?”

“diasuh sama Ken”

Jeni dan Gaby bingung mendengarnya

“mana bisa begitu, Hana?”

“ya bisalah....dia setuju cerain gue.... dengan syarat Dara ikut dia....”

Gaby tidak habis pikir dengan situasi seperti ini

“ Ken dekat banget sih yah ama Dara.....” cetus gaby

“dari lahir memang sudah di dia, jadi bagus juga....gue ngga repot sih.... “

“ Airlangga?”

“dia sepertinya tidak keberatan, toh dari awal memang anak khan bukan prioritas kita....”

“kok bisa sih Hana.....”

“lu mau menghakimi gue juga sama kayak bokap....??”

Gaby tergelak.

“bukan, gue heran aja tuh anak bukan anak Ken, tapi dia ngotot anak itu harus sama dia, lu ama angga yang orangtuanya malah senang .... aneh aja....”

Hana diam saja mendengarnya

“iya sih...tapi memang kelihatannya Ken sayang banget ama tuh anak.... lagipula secara hukum itu anak dia.... lu berdua nikah sah...pakai hukum apa saja dia anaknya Ken....” ujar Jeni

“ah...bodoh ah....yang penting gue segera selesai dari jeratan ini....” kata Hana

“jujur gue bingung dengan situasi ini....nikah boongan seperti ini bikin hidup gue ngga jelas... papi jelas belain dia terus... gue anaknya sendiri aja ngga dianggap ama dia.....”

Lu nya begitu, pikir Gaby dalam hatinya.

“trus sekarang lu mo ketemu Airlangga?”

“iya...nanti gue ke tempat lu aja, dia akan jemput gue disana”

Gaby hanya bisa diam mendengarnya

“Han...” Jeni berkata “ kenapa sih ngga lu coba pertahankan pernikahan lu?”

“pertahankan pernikahan gue?” tanya Hana heran dan mau tertawa

“ mikir untuk jadi teman dia aja gue ngga ada pikiran, apalagi mau nikah....” tawa Hana berderai

“ buat gue dia hanyalah kebetulan papanya dekat sama bokap gue.... sudah kayak sodara... dan yah sekalian ada status buat anak gue.... “

“aduh, kalian ngga lihat sih dulu jaman masih kecil hingga kuliah gimana katronya dia....” sambungnya lagi

Jeni tertawa

“ngga, maksud gue....lu coba aja dulu... khan dia mau terima anak lu lho.... kali aja dia mau terima lu juga...”

“ Gue yang ngga akan terima dia” potong Hana

“not in any single minute of my dream list.... “ tegas Hana

Mereka terdiam dan hanya tersenyum

“udah ah...habisin lah makanan kalian....trus jalan kita....”

Mereka lalu menghabiskan makanan dan minuman mereka kemudian bersiap untuk jalan

“ tapi rumah lu keren lho....industrialis dan sangat bagus penataannya, tamannya juga bagus...” ujar Jeni

“rumahnya seniman lain...” tukas Hana

Mereka lalu masuk ke mobilonya Gaby

“tenang aja Jen, palingan sebulan lagi dia free.... lu bisa ambil kalo lu mau....” kelakar Hana

“anjay lu... trus Gerald mau dikemanain...”

“tapi laki lu keren sih...iya kan Gaby...”

“namanya selera Jen.... dia mah seleranya yang suka bikin hati klepek-klepek, yang anak manis dia ngga doyan...”

“ngaco lu.....”

“dia sukanya yang bertualang.....bocah petualang...” tambah Jeni lagi lagi

Tawa mereka langsung terdengar memenuhi mobil Gaby.

Tawa itu terputus saat ponsel Hana berbunyi, telpon dari kantor untuk arrange meeting namun ditolak oleh Hana, dia mengarahkan untuk diteruskan ke asistennya saja untuk diurus ke deputy GM yang selama ini back up dia jika dia tidak datang.



*********************

Mira termenung sambil menunggu lampu merah menyala. Suzuki Ignis putihnya dari dalam melengking suara Adele lewat Easy on me nya.

Tadi malam dia berbicara lumayan lama dengan Ken lewat telpon, dan dia entah harus bahagia atau sedih dengn berita tersebut, Ken bicara bahwa akhirnya perangkapnya dia akan segera usai dengan permintaan cerai resmi dari Hana

Dia tahu bahwa memang Ken sudah lama ingin mengakhiri pernikahan pura-pura itu, tapi kehadiran Dara membuat semua situasi yang yang sudah dirancang jadi berantakan dari semua. Ken dibuat jatuh hati dan tidak ingin berpisah dengan bayi cantik itu. Itu yang membuat dia seperti mengulur waktu untuk bercerai sambil mencari cara agar Dara tetap dengannya.

Sedangkan tadi malam kesepakatan menurut Ken sudah tercapai, mereka akan bercerai segera dan anak tetap dengan Ken, dan itu disambut dengan gembira oleh Ken. Dia memang menunggu keputusan itu, karena nasib Dara buatnya yang terpenting bagi dirinya.

Mira sendiri memang terpikat oleh Dara, bayi cantik itu sudah ikut membuat dia jatuh hati juga. Mira sering meluangkan waktu jika libur atau day off untuk bertemu bayi itu jika dibawa ke galeri, bermain dengan Dara meski tidak ada ikatan apa-apa dengan dirinya, tapi pola polos bayi itu memang membuat Mira senang menggendongnya.

Masalahnya ialah apa jika mereka bercerai lalu akan seperti apa keadaan mereka berdua?

Mira memang kini terperosok dalam dilema yang semakin dalam dibanding dari awalnya. Dia tidak bisa berbohong lagi dia memang jatuh hati dengan Ken, dan dia tidak tahu dengan Ken, apa juga merasakan hal yang sama atau hanya kenyamanan dengan dia karena faktor kedekatan dan saling bercinta.

Kakaknya Teh Sinta dan Ibunya, sudah wanti wanti masalah Ken dari awal. Banyak faktor yang membuat mereka memberi banyak syarat yang membuat Mira tidak yakin jika Ken akan bisa memenuhinya jika ingin tetap bersamanya.

Lampu hijau menyala, mobilnya kini jalan setelah diklakson oleh mobil-mobil dibelakangnya.

Selain faktor Ken yang sudah pernah menikah, meski dia sudah menerangkan situasinya, tetap saja status Ken adalah duda dimata mereka. Mau nikah pura-pura atau beneran tetap saja nikah itu sakral dan harus dihormati.

Dia kudu ikut kita, Mira. Mama ngga mau pokoknya nikah campur, apalagi kamu ikut dia. Demikian tegas Mama memberinya warning.

Lalu status anak itu bagaimana? Dia anak Ken dalam pernikahan tapi bukan anak kandungnya Ken. Mau dibawa kemana itu? Sekarang anaknya masih kecil, nanti jika sudah besar dan sudah mengerti, apa tidak akan jadi masalah kalian?

Jika dari awal masalah itu sudah ada, kenapa ngga kamu hindarin sih? Usul mama nya. Pria ngga cuma Ken aja, Neng, kata mama. Dari awal lebih baik kamu putuskan jangan temuin dia lagi, karena akan sakit dan pasti akan sulit buat kamu jika kamu teruskan.

Mira dibuat dilema dengan situasi ini. Dia sangat mencintai Ken, baginya Ken adalah sosok yang tepat dan mengerti apa maunya. Bisa mengimbanginya dalam banyak hal, dia yang cuek dan agak ceplas ceplos selalu bisa diimbangin oleh Ken yang cenderung penyabar. Meninggalkan Ken berat sekali bagi Mira, keperkasaan Ken juga sulit membuat dia lupa.

Sholat, bawa dalam sholat semuanya. Pesan Mama selalu. Ngga akan bisa jika kamu menyelesaikan perkara semacam ini dengan kamu pakai hati dan akal kamu sendiri. Pokoknamah, mama setuju jika Ken mau sama kamu nikah, dan ikut akhidah kamu, itu harga mati, Mira.



********************

“too early?”

“ngga juga.... Cuma maksudnya agak sedikit terburu buru lah...’

“ngga ngerti aku...”

“maksud aku kita pelan-pelan lah urusnya...”

“urus apa? Aku ngga minta segera dinikahi ama kamu, Sweetie....”

“iya emang..... aku ngerti...”

Hana tidak mengerti arah pembicaraan dari Angga

“aku sekarang sudah dalam proses untuk mengurus perceraian aku, dan sekarang aku mau resign dari perusahaan papi, sambil aku cari kerjaan baru lagi.... jadi aku minta tolong kamu untuk back up aku dulu selama periode ini...’

Angga sedkit terdiam mendengarnya, lalu

“it’s Ok... aku siap saja bantuin kamu...”

“yah memang kewajiban kamu khan....”

“iya...”

Ada nada ragu yang dia tangkap dari wajah Angga

“aku ngga minta dinikahin... tapi sekarang aku sudah ribut sama papi, sudah minta cerai ama Ken, dan akan hidup bareng kamu, jadi aku minta kamu back up aku, sampai aku bisa kerja lagi dan punya penghasilan sendiri lagi....’

Angga kembali agak diam

“oke...”

“kok kamu agak ragu begitu? Bukannya senang aku sudah selesai dan bebas?”

“aku senang kok baby....”

“tapi suara sama wajah kamu aneh....”

“ngga lah....dia merangkul Hana....”

Lalu

“ayo...jalan kita...”

Mobil mereka jalan

Sebenarnya Airlangga agak kurang suka mendengar Hana keluar dari perusahaan ayahnya. Cerai dari Ken silahkan saja, tapi keluar dari perusahaan bapaknya lalu tidak kerja lagi, tidak punya penghasilan bagi dia agak sulit dia terima. Apalagi dia harus menanggung biaya hidupnya Hana yang tidak kecil. Meski dia selalu mendapat jatah dari orangtuanya secara reguler, tapi membagi dengan gaya hidup Hana, akan mengganggu kestabilannya dia selama ini.

Untuk dapat uang lebih pasti Ayahnya akan menyuruh mengelola salah satu anak usahanya. Dia suka malas dengan itu. Pasti semua accounting dan advisor ayahnya dari holding akan mempelototinya, dan itu irritating buat dirinya. Lebih baik sekarang seperti ini, dia dapat jatah tiap bulan sebagai bagiannya untuk share dan saham yang dia miliki, plus minta ke ibunya untuk biaya tambahan.

Lalu sekarang ikut menghidupi Hana? Melihat gaya hidup Hana yang tinggi dan boros, dia meski punya uang berlimpah juga enggan melakukannya. Sebulannya saja untuk kebutuhan wanita ini bisa puluhan juta, dan membiayai dia artinya dia harus membagi biaya dia yang selama ini dia anggap sudah settle.

“kenapa kamu resign sih dari kantor?”

“kok kenapa? Emang kamu betah diomelin Papi?”

“yah namanya anak biasa diomelin orangtua..”

“gue udah tua, Babe....bukan anak kecil lagi... diomelin kayak bocah emang enak...”

“iya tapi maksud aku khan baiknya tahan diri dulu, jangan ambil sikap berlebihan atas teguran orangtua...”

“kok kamu jadi sok bijak sih?”

Hana tidak menegrti kemana arah pembicaraan Angga. Dia sekarang sudah ikut apa maunya Angga, mau kembali berhubungan, bahkan akan segera memutuskan cerai secara resmi dengan suami bohongannya itu, lalu kenapa sekarang malah Angga bertindaknya seolah berbeda?

“aku perlu mobil juga....”

“mau cari mobil?”

“ aku pakai mobil kamu lah satu, Babe....’

Angga bingung harus menjawab apa

“honey, mobil dirumah memang banyak, tapi jika aku ambil satu dan pinjamkan ke kamu.... ditanyain kemana dan aku harus apa jawabnya?”

Hana terkejut mendapat jawaban serperti itu. Ini jutawan seperti Angga masih berpikir untuk meminjamkan mobil untuk kekasihnya?

“ yah sudah, beliin lah aku jika demikian....” cetus Hana

“Babe...kalo mobil LGCC sih sekrang pun aku ajak ke showroom.... tapi mobil yang kamu pengen khan pasti yang premium....”

“trus....”

“yah.... ambilah mobil yang di bokap...lagian kenapa sih kamu emosian banget, main kasih begitu aja mobil kamu sendiri?”

Hana dibuat bingung dengan jawaban Angga kali ini

“yah sudah, nanti aku lihat di rumah mobil mana yang bisa kamu pakai....” hibur Angga akhirnya.

Angga lalu mengarahkan mobilnya ke apartemennya

Dia sebenarnya tidak menyangka akan seperti ini Hana bertindaknya. Maunya Angga ialah, mereka tetap berhubungan biasa, Hana tetap bekerja dengan ayahnya, jadi mereka punya uang masing-masing tanpa harus ada kewajiban baginya membiayai Hana. Karena biaya bulanan Hana bukanlah sedikit.
Suhu...walaupn si hana nanti sadar, biarkan hana merasa kepedihan atas perbuatanx. Jngn jd kan Ken sosok Lebay, krn hrs jd laki2 sejati
 
CHAPTER XIX

Player will be player



Hana kesalnya luar biasa ke Airlangga, semua apa yang dia minta hingga hari ini tidak ada satupun yang dia lakukan. Hanya mentransfer uang sebesar 20 juta, lalu yang lain yang dia bilang akan lakukan malah tidak dilaksanakan sama sekali.

Mobil yang diminta oleh dirinya pun seperti ngga ada tanggapan sama sekali, bahkan seakn dia selalu memotong pembicaraan setiap Hana menanyakan hal tersebut, padahal dia perlu sekali utnuk mobilitasnya dia.

Kartu Kreditnya sudah ditutup oleh Irwan, sehingga dia kesulitan selama seminggu ini untuk bergerak kemana mana, untung Laura masih mau berbaik hati mentransfer meski dibelakang Irwan. Kebutuhan besarnya membuat dia kesulitan dibuat dengan kondisi seperti ini.

Sudah seminggu lebih juga dia tidak masuk masuk ke kantor, dan dia masih tinggal di rumah Ken. Tadinya dia berharap bisa tinggal dengan Angga di apartemennya dia, tapi kesalnya dia ke Angga membuat dia kembali balik ke rumah Ken. Karena baginya Angga seperti hanya membutuhkan badannya saja, tidak dengan seutuhnya dia sebagai pasangan hidup.

Sempat dia menanyakan masalah pengacara untuk bisa segera menuntaskan masalah pernikahannya dengan Ken, tapi lagi-lagi Angga dengan sedikit membelokan bahwa sedang diurus nanti akan di sampaikan siapa pengacaranya yang akan siap ditunjuk jika sudah konfirmasi

Dan siang ini kembali mereka berdebat

“susah sekali yah menyediakan aku kendaraan 1 saja?”

“bukan susah, tapi mobil yang kamu ingnkan kan ngga yang biasa saja ...”

“ya iyalah.... masa aku yang biasa naik evoque trus kamu suruh naik Avanza? Ngga malu kamu ama teman-teman kamu?”

“kamu kali yang malu....’

Hana mendengus kesal

“ya sudah kalo ngga bisa, ngga apa2.... “

“Lagian kenapa kamu ngga ambil aja sih mobil kamu di Kemang?”

“ih.... aku udah ribut sama papi lalu ujug-ujug kesana ambil mobil?’

Angga terlihat wajah kesalnya

“ maksud aku, kamu lanjut aja sih kerja di Hagia. Kan kita sudah sepakat untuk tetap melanjutkan karir kita masing-masing, jalan bersama dan karir juga demikian. Usaha aku jalan juga. Bukan nya kamu keluar dari sana.....’

“aku juga ngga mau keluar dari sana, tapi khan Papi marah-marah dan ngomelin aku...sekarang aku tanya emangnya aku diomelin demi siapa?? Karena siapa aku diomelin?? “

Emosi Hana kini meninggi

“karena belain hubungan ama kamu....!!”

Angga masih masam mukanya

“marahnya orang tua segimana sih? Aku juga sering diomelin ama bokap...santai aja ....” kilah Angga

Hana merasa Angga memang tidak banyak berubah. Sikapnya memohon agar Hana balik lagi ke dia itu hanya kerena dia perlu Hana sebagai status pacar, dan teman bercinta saja, untuk diajak lebih serius anak ini masih jauh panggang dari api.

Dia memutuskan untuk pulang kembali ke rumah Ken, toh di rumah Ken juga dia tetap dilayani dengan baik dan dan tidak diperdulikan juga meski dia mau pulang jam berapa. Daripada makan hati dengan kelakuan Angga.

Dia sungguh kecewa dengan Angga, padahal dia sampai sudah meninggalkan semua demi dia. Ribut dengan papi, setiap pulang kantor hampir setiap hari dia bertemu dan ke apartement Angga, mengikuti kemana maunya Angga, tapi saat dia sudah siap untuk total dengan Angga, malah dia yang sepertinya tidak siap dengan itu.


*******************

Pagi hari saat Ken sedang sarapan sebelum berangkat ke galeri, Hana keluar dari kamarnya dan menyapanya

“ gue mo bicara dong....”

Ken sedikit kaget namun lalu dia mempersilahkan

“bicara lah....”

Hana menarik kursi dan duduk di depan Ken

“Gue perlu mobil....”

Ken tidak mengerti maksudnya apa, dia menghentikan makannya, lalu memandang ke depannya

“lu dengar ngga?” tanya Hana lagi

“iya dengar...trus gimana maksudnya...?”

“kok gimana maksudnya?”

Ken makin tidak mengerti

“ mau pakai mobil saya?”

“ngga mau....”

“trus?”

“ya cariin mobil lain kek.... terserah gimana caranya....yg penting hari ini gue ada mobil... matic dan nyaman....”

Ken bingung, ini orang minta mobil kayak minta beliin silver queen kali yah

“mobil gue ditahan ama bokap... gara-gara laporan lu.....”

“saya ngga pernah laporan apa-apa ke Papi...”

“bodoh....ngga mau tahu....”

Ken makin tidak mengerti apa maunya ini wanita

“mobil saya Cuma satu...”

“makanya cariin.....buat gue...” masam wajahnya Hana

“usaha lu khan maju sekarang, sampai bisa maju khan bokap yang bantu lu..... jadi pengertian aja...toh nanti kita selesai lu bisa jual lagi tuh mobil...”

“pinjaman dari Papi bukan saya yang minta yah....” kesal juga Ken selalu disebut sebut masalah itu.

“iya, tapi khan sudah bikin maju...sudah membantu.... berterimakasihlah....” cecar Hana lagi

Ken terdiam sesaat

“nanti saya pikirkan dan coba lihat.....”

“jangan pakai lama....gue perlu banget...kalo bisa hari ini.... yang nyaman dan tanya dulu jangan main ambil aja tanpa tanya....”

Ken rasanya geram sekali melihat kelakuan Hana, meski dia tetap menahan diri, hingga cerai resmi dia coba ikutin apa maunya wanita ini, sebab jika dia berubah pikiran tentang Dara, semua bisa panjang dan bakal ramai nanti masalah anak.

“ satu lagi....gue lagi ngga ada uang...mo bayar arisan dan buat hari-hari gue.... tolong transferin 30 juta ke rekening gue... nanti gue wa....”

Ken menatap tajam ke Hana

“ingat.... gue istri lu secara hukum.... lu wajib menafkahi gue.....”

Hana berdiri langsung masuk ke kamarnya, Ken sungguh emosi mendengar ocehan wanita ini. Namun kembali dia disadarkan untuk tetap menahan diri. Dia pikir uang segitu cuma mungut dari pasir di pantai apa? Emosinya masih ditahan oleh Ken, dia teringat wajah anaknya, meski dia marah namun dia harus bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Menafkahi kamu? Kamu sendiri sudah menjalankan tugas kamu sebagai istri belum??

Dia membandingkan dengan Mira, yang sering menolak pemberian Ken, bahkan saat membeli mobilnya dia beberapa bulan lalu, Mira menolak bantuan Ken meski hanya untuk membantu down paymentnya. Pantang bagi dia meminta dari pria, kecuali suaminya kelak.

Ken memilih mengalah kali ini, dia berharap dalam waktu 1-2 bulan kedepan masalah ini bisa segera selesai dan dia bisa bebas dan melanjutkan hidupnya. Dia mentransfer sebesar 25 juta rupiah ke rekening Hana, dan itu memicu amarah Hana yang meminta 30 juta sebelumnya.

Tidak ada perjanjian berapa uang yang harus saya kasih, demikian balas whatsapp Ken ke Hana saat wanita itu memberondongnya dengan berbagai kalimat “manis”. Alih alih berterima kasih malah dia sibuk mengomel karena nominal yang diserahkan tidak sesuai dengan permintaannya.

Demikian juga siangnya saat Ken menyampaikan bahwa mobil yang ada itu CX-5 keluaran tahun 2016, Hana kembali meledak marahnya. Dia menginginkan mobil keluaran Eropa. Tapi lagi-lagi Ken tidak memperdulikannya. Tidak ada keharusan baginya untuk memberikan mobil jenis tertentu bagi Hana, dan menurutnya mobil pilihannya itu sudah sangat layak dan bagus.

Hana akhirnya karena tidak ada pilihan menyetujui dan menerima mobil tersebut. Dibanding dia harus naik taksi online kemana mana, atau minta lagi ke orangtuanya mobil yang sudah dikembalikan, menerima mobil yang dia minta sediakan dari Ken adalah pilihan terbaik. Apalagi Angga sama sekali tidak mempedulikan permintaannya.

Hanya Ken yang rasanya miris sekali melihat tabungannya yang dia simpan dengan kerja kerasnya, hari ini tergerus Rp 125 juta, 100 juta untuk DP mobilnya, yang 25 juta untuk permintaan Hana. Selesai dia dengan Hana maka mobil tersebut dia bisa over kredit nantinya, pikirnya Ken demikian. Dia ingin segera selesai hubungan yang melelahkan ini.

Meski sakit hati dan kecewa, Ken merahasiakan semua yang terjadi hari ini dari siapapun, dan untungnya Galerinya masih dia kelola dengan management pribadi, jadi semua uang masuk dan keluar, itu hanya dia yang tahu. Bagian administrasinya hanya mencatat dan memonitor saja, tapi semua arus masuk dan keluar, dirinya yang mengelola dan tahu persis.



********************

Land Cruiser mewah memasuki halaman parkir DeKenz Gallery, sosok paruh baya turun dari mobil tersebut. Dia memandang sekeliling galeri, coffe shop yang di bagian depan galeri juga tidak luput dari pengamatannya, dan dia menuju ke coffe shop dulu

“ada black cofee?”

“ada Pak..”

“satu dong..”

“minum disini?”

“saya take away aja, sekalian mau kedalam”

“baik Pak”

Sambil menunggu kopinya siap, dia melihat lihat sekelilingnya, nampak ada beberapa tamu dan pembeli sedang melihat lihat didalam galeri tersebut. Setelah kopinya siap, dia membayar lalu masuk ke dalam galeri.

Dia disambut dengan ramah oleh staff marketingnya, lalu diajak keliling melihat apa barang yang dia butuhkan. Pria itu dengan teliti melihats etiap produk yang dibuat, termasuk yang handmade dimana harganya sedikit berbeda.

Dia lalu memborong muali dari meja kecil tempat penyimpanan, lampu hias, hingga satu set kursi kayu yang dipajang, juga dia angkut untuk dibeli.

“ini gratis pengantaran khan?”

“betul Pak, Jabodetabek gratis ongkir untuk furnitur, Pak” jawab staff nya.

Dia lalu melihat lihat sekelilingnya, dan kemudian ke kasir untuk membayar semua yang sudah dia beli.

“ini ramainya hari apa?”

“sabtu minggu biasanya Pak.... tapi hari biasa juga ramai, tapi online yang ramainya”

Dia melihat di belakang sepertinya sedang dilakukan pengepakan barang-barang yang sudah terjual. Dia kagum melihat perkembangan galeri ini, apalagi baru kali ini dia berkunjung ke tempat ini meski sudah berdiri nyaris setahun.

“boss kamu mana?”

“boss saya?”

“iya..”

“ Mas Ken?”

“iya....”

“oh di belakang Pak....”

“belakang ini?” tunjuk dia ke arah pintu belakang

“iya Pak.... mau saya panggil?” tanya kasirnya sambil menyerahkan kartu debit nya.

“ngga usah, biar saya kesana....”

Dia langsung jalan ke belakang dan diikuti oleh staff marketingnya, karena biasanya memang tamu tidak perbolehkan ke workshop.

Ken yang sedang ikut mengawasi pengerjaan pesanan milik salah satu bank swasta untuk pengadaan interiornya desainnya, kaget melihat mertuanya datang

“papi....” dia segera mencuci tangannya lalu menyalami Irwan

“bagus...” ujar Irwan

“sendirian?”

“iya, abis meeting tadi di TB Simatupang, lalu kesini...”

Ken hanya menganggukan kepalanya

Irwan lalu melihat lihat kondisi workshopnya, bertanya dan bicara dengan beberapa karyawan disitu, lalu masuk kembali ke dalam galeri, dan mereka berdua naik ke atas ke ruangan Ken di lantai II.

Foto-foto Dara banyak terlihat menghiasi dinding kantornya Ken, Irwan hanya tersenyum melihat wajah cucunya yang dengan berbagai pose dan gaya.

“udah makin gede yah....”

“iya Pih....makin pintar dia sekarang...”

Irwan tertunduk sambil duduk di sofa

“tadinya Papi mau ke rumah, Cuma papi putuskan kesini dulu, kalo kamu ngga ada baru papi ke rumah...”

Pembicaraan mereka lalu bergulir lancar tentang bisnis Ken, serta bagaimana tantangan dan cara ken mengatasi tantangan itu, juga planning dia kedepan dengan makin meningkatnya pesanan yang ada. Sesekali Ken menceritakan lucunya Adara ke Opanya.

Lalu Irwan bertanya lagi ke Ken

“Hana gimana?”

Ken terdiam sesaat

“baik –baik aja Pi...”

“ ada dimana dia sekarang?”

“tadi pagi kayaknya ada dirumah Pi...”

Irwan bingung harus bicara apa

“rencana kamu gimana jadinya?”

Ken hanya tersenyum kecil

“saya tunggu saja apa maunya Ka Hana.....”

“papi malu sebenarnya dengan kelakuan Hana.... apalagi perlakuan dia ke kamu....” wajah sedih Irwan terlihat

“papi mohon maaf jika sudah seret kamu ke masalah ini....”

Ken tersenyum, dia tahu bagaimana hati Irwan selama ini

“ngga apa-apa Pi... sudah jalan semuanya, ngga jadi masalah buat saya...”

Irwan masih senyum dengan pahitnya

“ kemarin itu Papi tegur dia, malah lebih galak dia.... mobil ditinggalin begitu saja...sudah dua minggu ini dia tidak masuk kantor sama sekali.... benar-benar malu Papi dengan kelakuannya dia....” tutur Irwan lagi “ mami mu terlalu memanjakan Hana.....inilah buahnya....”

Mereka tenggelam dalam pikiran mereka amsing-masing

“dia ada bicara dengan kamu?”

Ken menganggukan kepalanya

‘Apa katanya...?”

“iya....dia cerita katanya dimarahin papi.....”

“gimana papi ngga marah dengan kelakuannya.... kamu saja yang terlalu sabar jadi suami....”

Ken hanya tertunduk dan tertawa kecil. Suami? Suami apaan? Suami jadi jadian kok.

“papi setop semua credit cardnya dia, tunjangan kenierjanya juga”

Ken hanya bisa diam mendengar itu

“lalu gimana kalian selanjutnya?” tanya Irwan lagi

“dia minta selesai sih Pih....” akhirnya Ken buka suara

Meski sudah menduga, namun apa yang dikatakan Ken tidak pelak cukup menohok hati Irwan.

“dia minta cerai maksudnya...?”

“iya Pi...”

“Trus kamu?”

“yah ngga apa-apa Pih....yang penting kan tugas saya yang diminta Papi sudah saya laksanakan....” ujar Ken pelan.

“Namun saya minta Dara dibawah asuhan saya....” ujar Ken lagi dengan tegas

Irwan tercenung, memang benar ternyata apa yang dia dengar dari orang-orang selama ini, Dara memang dekat dan tidak mau dilepas oleh Ken.

‘sebenarnya papi tadinya berpikir bahwa Hana akan berubah setelah menikah dengan kamu, karena karakter kamu yang cenderung lembut dan ngalahan bisa imbangin dia.... tapi ternyata malah semakin menjadi....” keluh Irwan “ lagipula gereja pasti tidak akan merestui perceraian kalian....”

Irwan lalu melirik ke arah Ken

“papi mau ke rumah, mau lihat cucu papi.... kamu mau ikut?”

“boleh aja Pi....”

Mereka lalu turun dari lantai II, kasirnya lalu menghampiri Irwan dan memberi tanda mata karena sudah berbelanja banyak

“papi habis belanja?”

“Bapak ini borong banyak hari ini Mas...” laporan kasirnya

Irwan tersenyum

“bagus-bagus produk kamu....papi belilah....”

Ken hanya tersenyum

“ayok, naik mobil papi aja, nanti balik diantar lagi kamu kesini...”
Hehehe...Ken Payah
 
terimakasih updatenya suhu @Elkintong

perempuan seperti mira itu langka, karena jarang juga terlalu ekstrim sepertinya. perempuan yang pandai menempatkan diri dan tetap percaya dengan kemampuan dirinya dalam mencari nafkah untuk dirinya sendiri, serta pantang untuk meminta kepada yang bukan pasangan resminya
 
Duh ini sinetron berbaca yang bikin nagih, Hana makin benci sama Ken karena turun bareng mobil Irwan dikira abis transfer langsung ngadu pasti
 
CHAPTER XVIII

Mendung yang enggan pergi


Gaby memarkir mobilnya di depan rumah Ken, hari ini dia diminta menjemput kawan baiknya Hana. Gaby bersama Jeni teman nongkrongnya juga ikut menjemput Hana. Gaby sendiri yang kini mengelola restoran keluarganya memang waktunya sedikit longgar, sedangkan Jeni sebagai marketing salah satu asuransi juga memiliki waktu yang fleksible, sehingga saat diminta menjemput Hana, dengan gampangnya mereka mengiyakan.

“masuk Mbak....masih baru selesai mandi Non Hananya” pembantu rumah mempersilahkan mereka masuk.

Terdengar sayup-sayup suara gitar dan lagu pujian sedang dinyanyikan dari lantai atas

Tidak lama munculnya Hana

“Hai....” dia lalu memeluk dan cipika cipiki dengan dua sahabatnya

“mau minum apa? Apa mo sarapan?”

“hahahah....gue belum sarapan sih....kalo ada bolehlah....” ujar Gaby

“ada....pada doyan nasi uduk? Atau mau roti bakar? “

“Mbak Siti, ada apa buat sarapan?”

“ada nasi uduk, sama roti dan kentang goreng.....” balas Siti

Mereka lalu duduk di ruang makan sambil dihidangkan sarapan oleh Siti.

“lumayan sarapan gratis...” seloroh Gaby

“mau kopi atau teh?” tanya Siti

“ada kopi apa?”

“macam-macam Non, ada kopi item, kopi susu, capocino atau latte, mau yang mana?”

“aku Latte deh” ujar Jeni

“aku hitam” Gaby tersenyum

“aku air putih aja Mbak”

Siti lalu sibuk meracik kopi yang diminta lewat coffe maker yang ada di dapur.

“rumah lu keren yah..... industrialis tapi teduh....”

Hana tersenyum

“bukan rumah gue....gue numpang doang disini....” ujar Hana sambil senyum

“itu suara laki lu?”

Hana menengok keatas

“suara laki-laki cuma satu disini....” sambil menyuap nasinya

“ eh....ini kopi apa Mbak?” tanya Gaby

“kopi gayo....”

“oh....enak.....”

“ beli dimana?”

“punyanya Mas Ken.... memang distok jika ada tamu....”

“ dia punya coffe shop di galeri.....” terang Hana

“oh pantas....enak lho...”

“iya ini latte nya juga enak...” ujar Jeni

Ken lalu muncul dari tangga atas sambil mengendong Dara, diikuti oleh pengasuhnya dari belakang.

“halo....” sapa Gaby dan Jeni bersamaan

“halo....apa kabar Ci Gaby...” sapa Ken ramah

“halo anak cantik....”

“ Halo...aku jeni..” Jeni memperkenalkan diri

“ih...gemes yah.....” mereka meledek Dara yang tertawa tawa sambil menyembunyikan wajahnya dibalik pelukan Ken

“makin cantik yah sekarang.....”

Hana hanya diam melihat kedua sahabatnya sedang bercanda dengan Dara

“ saya pamit dulu yah.....” ujar Ken ke mereka dengan ramah

Ken berlalu sambil membawa mainan Hana untuk diletakan di bagasi mobil, hari ini dia memutuskan membawa Dara ke Galeri.

“anak lu dibawa ke tempat kerjanya?”

“iya.... sering dia dibawa...”

Gaby dan Jeni heran melihatnya

“lu jadi mo cerai?” tanya Gaby pelan

“jadi dong....udah bosan gue ama sandiwara ini....”

“anak lu?”

“diasuh sama Ken”

Jeni dan Gaby bingung mendengarnya

“mana bisa begitu, Hana?”

“ya bisalah....dia setuju cerain gue.... dengan syarat Dara ikut dia....”

Gaby tidak habis pikir dengan situasi seperti iniKKKJ*

“ Ken dekat banget sih yah ama Dara.....” cetus gaby

“dari lahir memang sudah di dia, jadi bagus juga....gue ngga repot sih.... “

“ Airlangga?”

“dia sepertinya tidak keberatan, toh dari awal memang anak khan bukan prioritas kita....”

“kok bisa sih Hana.....”

“lu mau menghakimi gue juga sama kayak bokap....??”

Gaby tergelak.

“bukan, gue heran aja tuh anak bukan anak Ken, tapi dia ngotot anak itu harus sama dia, lu ama angga yang orangtuanya malah senang .... aneh aja....”

Hana diam saja mendengarnya

“iya sih...tapi memang kelihatannya Ken sayang banget ama tuh anak.... lagipula secara hukum itu anak dia.... lu berdua nikah sah...pakai hukum apa saja dia anaknya Ken....” ujar Jeni

“ah...bodoh ah....yang penting gue segera selesai dari jeratan ini....” kata Hana

“jujur gue bingung dengan situasi ini....nikah boongan seperti ini bikin hidup gue ngga jelas... papi jelas belain dia terus... gue anaknya sendiri aja ngga dianggap ama dia.....”

Lu nya begitu, pikir Gaby dalam hatinya.

“trus sekarang lu mo ketemu Airlangga?”

“iya...nanti gue ke tempat lu aja, dia akan jemput gue disana”

Gaby hanya bisa diam mendengarnya

“Han...” Jeni berkata “ kenapa sih ngga lu coba pertahankan pernikahan lu?”

“pertahankan pernikahan gue?” tanya Hana heran dan mau tertawa

“ mikir untuk jadi teman dia aja gue ngga ada pikiran, apalagi mau nikah....” tawa Hana berderai

“ buat gue dia hanyalah kebetulan papanya dekat sama bokap gue.... sudah kayak sodara... dan yah sekalian ada status buat anak gue.... “

“aduh, kalian ngga lihat sih dulu jaman masih kecil hingga kuliah gimana katronya dia....” sambungnya lagi

Jeni tertawa

“ngga, maksud gue....lu coba aja dulu... khan dia mau terima anak lu lho.... kali aja dia mau terima lu juga...”

“ Gue yang ngga akan terima dia” potong Hana

“not in any single minute of my dream list.... “ tegas Hana

Mereka terdiam dan hanya tersenyum

“udah ah...habisin lah makanan kalian....trus jalan kita....”

Mereka lalu menghabiskan makanan dan minuman mereka kemudian bersiap untuk jalan

“ tapi rumah lu keren lho....industrialis dan sangat bagus penataannya, tamannya juga bagus...” ujar Jeni

“rumahnya seniman lain...” tukas Hana

Mereka lalu masuk ke mobilonya Gaby

“tenang aja Jen, palingan sebulan lagi dia free.... lu bisa ambil kalo lu mau....” kelakar Hana

“anjay lu... trus Gerald mau dikemanain...”

“tapi laki lu keren sih...iya kan Gaby...”

“namanya selera Jen.... dia mah seleranya yang suka bikin hati klepek-klepek, yang anak manis dia ngga doyan...”

“ngaco lu.....”

“dia sukanya yang bertualang.....bocah petualang...” tambah Jeni lagi lagi

Tawa mereka langsung terdengar memenuhi mobil Gaby.

Tawa itu terputus saat ponsel Hana berbunyi, telpon dari kantor untuk arrange meeting namun ditolak oleh Hana, dia mengarahkan untuk diteruskan ke asistennya saja untuk diurus ke deputy GM yang selama ini back up dia jika dia tidak datang.



*********************

Mira termenung sambil menunggu lampu merah menyala. Suzuki Ignis putihnya dari dalam melengking suara Adele lewat Easy on me nya.

Tadi malam dia berbicara lumayan lama dengan Ken lewat telpon, dan dia entah harus bahagia atau sedih dengn berita tersebut, Ken bicara bahwa akhirnya perangkapnya dia akan segera usai dengan permintaan cerai resmi dari Hana

Dia tahu bahwa memang Ken sudah lama ingin mengakhiri pernikahan pura-pura itu, tapi kehadiran Dara membuat semua situasi yang yang sudah dirancang jadi berantakan dari semua. Ken dibuat jatuh hati dan tidak ingin berpisah dengan bayi cantik itu. Itu yang membuat dia seperti mengulur waktu untuk bercerai sambil mencari cara agar Dara tetap dengannya.

Sedangkan tadi malam kesepakatan menurut Ken sudah tercapai, mereka akan bercerai segera dan anak tetap dengan Ken, dan itu disambut dengan gembira oleh Ken. Dia memang menunggu keputusan itu, karena nasib Dara buatnya yang terpenting bagi dirinya.

Mira sendiri memang terpikat oleh Dara, bayi cantik itu sudah ikut membuat dia jatuh hati juga. Mira sering meluangkan waktu jika libur atau day off untuk bertemu bayi itu jika dibawa ke galeri, bermain dengan Dara meski tidak ada ikatan apa-apa dengan dirinya, tapi pola polos bayi itu memang membuat Mira senang menggendongnya.

Masalahnya ialah apa jika mereka bercerai lalu akan seperti apa keadaan mereka berdua?

Mira memang kini terperosok dalam dilema yang semakin dalam dibanding dari awalnya. Dia tidak bisa berbohong lagi dia memang jatuh hati dengan Ken, dan dia tidak tahu dengan Ken, apa juga merasakan hal yang sama atau hanya kenyamanan dengan dia karena faktor kedekatan dan saling bercinta.

Kakaknya Teh Sinta dan Ibunya, sudah wanti wanti masalah Ken dari awal. Banyak faktor yang membuat mereka memberi banyak syarat yang membuat Mira tidak yakin jika Ken akan bisa memenuhinya jika ingin tetap bersamanya.

Lampu hijau menyala, mobilnya kini jalan setelah diklakson oleh mobil-mobil dibelakangnya.

Selain faktor Ken yang sudah pernah menikah, meski dia sudah menerangkan situasinya, tetap saja status Ken adalah duda dimata mereka. Mau nikah pura-pura atau beneran tetap saja nikah itu sakral dan harus dihormati.

Dia kudu ikut kita, Mira. Mama ngga mau pokoknya nikah campur, apalagi kamu ikut dia. Demikian tegas Mama memberinya warning.

Lalu status anak itu bagaimana? Dia anak Ken dalam pernikahan tapi bukan anak kandungnya Ken. Mau dibawa kemana itu? Sekarang anaknya masih kecil, nanti jika sudah besar dan sudah mengerti, apa tidak akan jadi masalah kalian?

Jika dari awal masalah itu sudah ada, kenapa ngga kamu hindarin sih? Usul mama nya. Pria ngga cuma Ken aja, Neng, kata mama. Dari awal lebih baik kamu putuskan jangan temuin dia lagi, karena akan sakit dan pasti akan sulit buat kamu jika kamu teruskan.

Mira dibuat dilema dengan situasi ini. Dia sangat mencintai Ken, baginya Ken adalah sosok yang tepat dan mengerti apa maunya. Bisa mengimbanginya dalam banyak hal, dia yang cuek dan agak ceplas ceplos selalu bisa diimbangin oleh Ken yang cenderung penyabar. Meninggalkan Ken berat sekali bagi Mira, keperkasaan Ken juga sulit membuat dia lupa.

Sholat, bawa dalam sholat semuanya. Pesan Mama selalu. Ngga akan bisa jika kamu menyelesaikan perkara semacam ini dengan kamu pakai hati dan akal kamu sendiri. Pokoknamah, mama setuju jika Ken mau sama kamu nikah, dan ikut akhidah kamu, itu harga mati, Mira.



********************

“too early?”

“ngga juga.... Cuma maksudnya agak sedikit terburu buru lah...’

“ngga ngerti aku...”

“maksud aku kita pelan-pelan lah urusnya...”

“urus apa? Aku ngga minta segera dinikahi ama kamu, Sweetie....”

“iya emang..... aku ngerti...”

Hana tidak mengerti arah pembicaraan dari Angga

“aku sekarang sudah dalam proses untuk mengurus perceraian aku, dan sekarang aku mau resign dari perusahaan papi, sambil aku cari kerjaan baru lagi.... jadi aku minta tolong kamu untuk back up aku dulu selama periode ini...’

Angga sedkit terdiam mendengarnya, lalu

“it’s Ok... aku siap saja bantuin kamu...”

“yah memang kewajiban kamu khan....”

“iya...”

Ada nada ragu yang dia tangkap dari wajah Angga

“aku ngga minta dinikahin... tapi sekarang aku sudah ribut sama papi, sudah minta cerai ama Ken, dan akan hidup bareng kamu, jadi aku minta kamu back up aku, sampai aku bisa kerja lagi dan punya penghasilan sendiri lagi....’

Angga kembali agak diam

“oke...”

“kok kamu agak ragu begitu? Bukannya senang aku sudah selesai dan bebas?”

“aku senang kok baby....”

“tapi suara sama wajah kamu aneh....”

“ngga lah....dia merangkul Hana....”

Lalu

“ayo...jalan kita...”

Mobil mereka jalan

Sebenarnya Airlangga agak kurang suka mendengar Hana keluar dari perusahaan ayahnya. Cerai dari Ken silahkan saja, tapi keluar dari perusahaan bapaknya lalu tidak kerja lagi, tidak punya penghasilan bagi dia agak sulit dia terima. Apalagi dia harus menanggung biaya hidupnya Hana yang tidak kecil. Meski dia selalu mendapat jatah dari orangtuanya secara reguler, tapi membagi dengan gaya hidup Hana, akan mengganggu kestabilannya dia selama ini.

Untuk dapat uang lebih pasti Ayahnya akan menyuruh mengelola salah satu anak usahanya. Dia suka malas dengan itu. Pasti semua accounting dan advisor ayahnya dari holding akan mempelototinya, dan itu irritating buat dirinya. Lebih baik sekarang seperti ini, dia dapat jatah tiap bulan sebagai bagiannya untuk share dan saham yang dia miliki, plus minta ke ibunya untuk biaya tambahan.

Lalu sekarang ikut menghidupi Hana? Melihat gaya hidup Hana yang tinggi dan boros, dia meski punya uang berlimpah juga enggan melakukannya. Sebulannya saja untuk kebutuhan wanita ini bisa puluhan juta, dan membiayai dia artinya dia harus membagi biaya dia yang selama ini dia anggap sudah settle.

“kenapa kamu resign sih dari kantor?”

“kok kenapa? Emang kamu betah diomelin Papi?”

“yah namanya anak biasa diomelin orangtua..”

“gue udah tua, Babe....bukan anak kecil lagi... diomelin kayak bocah emang enak...”

“iya tapi maksud aku khan baiknya tahan diri dulu, jangan ambil sikap berlebihan atas teguran orangtua...”

“kok kamu jadi sok bijak sih?”

Hana tidak menegrti kemana arah pembicaraan Angga. Dia sekarang sudah ikut apa maunya Angga, mau kembali berhubungan, bahkan akan segera memutuskan cerai secara resmi dengan suami bohongannya itu, lalu kenapa sekarang malah Angga bertindaknya seolah berbeda?

“aku perlu mobil juga....”

“mau cari mobil?”

“ aku pakai mobil kamu lah satu, Babe....’

Angga bingung harus menjawab apa

“honey, mobil dirumah memang banyak, tapi jika aku ambil satu dan pinjamkan ke kamu.... ditanyain kemana dan aku harus apa jawabnya?”

Hana terkejut mendapat jawaban serperti itu. Ini jutawan seperti Angga masih berpikir untuk meminjamkan mobil untuk kekasihnya?

“ yah sudah, beliin lah aku jika demikian....” cetus Hana

“Babe...kalo mobil LGCC sih sekrang pun aku ajak ke showroom.... tapi mobil yang kamu pengen khan pasti yang premium....”

“trus....”

“yah.... ambilah mobil yang di bokap...lagian kenapa sih kamu emosian banget, main kasih begitu aja mobil kamu sendiri?”

Hana dibuat bingung dengan jawaban Angga kali ini

“yah sudah, nanti aku lihat di rumah mobil mana yang bisa kamu pakai....” hibur Angga akhirnya.

Angga lalu mengarahkan mobilnya ke apartemennya

Dia sebenarnya tidak menyangka akan seperti ini Hana bertindaknya. Maunya Angga ialah, mereka tetap berhubungan biasa, Hana tetap bekerja dengan ayahnya, jadi mereka punya uang masing-masing tanpa harus ada kewajiban baginya membiayai Hana. Karena biaya bulanan Hana bukanlah sedikit.
Dari pembicaraan Angga dan Hana aja ketebak, mau dibawa kemana cerita ini.

Hana itu satu tipikal dgn Angga, anak manja, udah tua (30an) kagak berani komitmen berkeluarga, hidup enak mengandalkan kekayaan ortu.

Angga itu anak Hedon terlahir tajir dimanjakan keluarga, modal Kontol, tdk mau terikat dalam Pernikahan...belum ada aja cewe baru yg mau masuk kepelukan si Angga.

Begitu ada, Hana pun lsg di campakan..

Kesian Dara, begitu besar dan tau akhir nasib papa dan mama kandungnya.

Udah mau tamat keknya nih..thaks suhu El Kintong...!!
 
Memamg plot nya dah mulai kelihatan sih..
1. Ken dan pacarnya terhalang restu beda agama
2. Angga dan Hana keknya gak bsa lanjut di bbrp charpter kedepan bibit putus mulai timbul
3. Maybe ken bisa icip hana, dan mungkin hana akan tau perkasanya ken. krn faktor nafkah batin yg ga sengaja kecetus, dan faktor hana yg butuh duit dan fasilitas.
4. mulai ending, nanti hana yg baper ke ken dan ken yg masih ga bsa lepasin pacarnya (maybe drama segitiga dgn segala kerumitannya)
5. tinggal aja maestro tentuin endingnya. baik itu milih pacar atau milih hana. dgn segala nyeseknya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd