Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 198 15,0%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 59 4,5%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 338 25,6%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 195 14,8%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 90 6,8%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 55 4,2%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 288 21,8%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 98 7,4%

  • Total voters
    1.321
  • This poll will close: .
Siapa yang gak seneng, dimasakin sama anak semata wayang, apalagi kalo masakannya juga enak.. ditambah pemandangan yang cuman pake kancut plus baju ketat..

Perut kenyang, otakpun melayang.
 
Tamu Tak Diundang | Part 15
Semakin Bingung


“Jadi? Gimana akhirnya?” Tanyaku sambil membawakan segelas susu hangat dari arah dapur, dan membawanya kesofa malasku. “Keluarga itu berakhir sedih? Atau bahagia?” Sambungku yang tak mengikuti jalan cerita, dikarenakan aku harus membuat penawaran ditengah pemutaran film.

“Film yang menyedihkan. Aku jadi terharu” Ucap Febby ketika mengusap pelupuk matanya, ketika melihat ending cerita film animasi di salah satu chanel berbayar. “Aku ta mengira jika mereka semua, pada akhirnya mati”
”Yaaah, sayang sekali. Lalu putri kandungnya?” Tanyaku lagi sambil memberikan gelas susu itu ke Febby.
“Makasih, Yah.” Ucap putriku, “Dia akhirnya pindah ke kota, Yah. Setelah kesana kemari, meminta tolong, tak ada yang membantu. Kasihan deh pokoknya”
“Hmmm. Begitulah hidup, Sayang. Kadang adil. Kadang tidak” Jawabku sambil menghempaskan diri ke sofa. Duduk disamping putriku yang masih menceritakan akhir cerita film.

Beberapa menit kemudian, kami mematikan film, beranjak dari sofa, dan berjalan memasuki kamar dengan setengah telanjang.

Iya, sepanjang hari, hingga malam tiba, aku dan putriku memutuskan untuk hanya mengenakan pakaian alakadarnya. Kami mencoba lebih membiasakan diri, untuk tak menggoda atau tergoda satu dengan lainnya. Walau itu terasa sangat susah, akan tetapi kami harus mencoba melakukannya. Supaya bisa memadamkan api birahi yang setiap saat berkobar dihati.

Namun, sekeras apapun usaha yang kulakukan, aku, tetap saja tak sanggup berdamai dengan nafsu syahwatku. Berkali-kali, batang penisku mengeras. Dorongan untuk onanipun, selalu menyeruak muncul ke permukaan. Terlebih karena Febby, yang seharian hanya mengenakan celana dalam tanpa atasa sama sekali, membuat birahiku benar-benar sulit untuk dapat kukontrol.

Di beberapa keluarga, nudis, atau bertelanjang diri di aktifitas sehari-hari adalah sebuah hal yang lumrah

*Termasuk di kehidupan pribadiku. Mrs Tolrat pun salah seorang penganut nudis. Yang dikesehariannya, ia jarang mengenakan pakaian. Ia, tak pernah mengenakan bra, dan malas mengenakan celana/bawahan. Jadi sepanjang hari, aku bisa melihat goyangan payudara, dan Itu adalah hal yang biasa.

Iya. Biasa. Penisku tak bereaksi ketika melihat Mrs. Tolrat beraktifitas. Entah menyapu. Memasak. Atau mengepel. Bahkan, Mrs. Tolrat juga jarang sekali menutup pintu ketika ia mengenakan kamar mandi. Dan sifat nudisnya itu, menurun ke semua putriku. Satu di bangku SMA, dua di bangku SMP.

Lalu, apakah aku tak terangsang ketika melihat putriku telanjang. Tidak. Sama sekali tidak. Aku bisa mengendalikan birahiku, ketika melihat mereka telanjang. Ya karena sudah terbiasa sejak dulu, aku bisa mengatur, kapan aku harus ereksi, dan kapan aku harus biasa saja.

Namun, prinsip yang ada di keluarga Tolrat adalah. Mereka bisa santai telanjang di keluarga, akan tetapi, tidak di depan umum. Mereka bisa jalan tanpa bra ketika bersamaku, akan tetapi tidak ketika bersama teman sebayanya.

Dan beruntungnya diriku. Mereka semua melakukannya, tanpa ada paksaan, atau rasa tertekan sama sekali. Bahkan ketika aku sengaja sidak dimanapun dan kapanpun, semua putriku tak melanggar prinsip keluarga kami, samasekali.

Oke. Kembali ke cerita.

Tubuh manusia adalah hal yang indah, terutama di tubuh putri kandungku. Aku begitu mengaguminya, melihat bahwa sekarang, ia tumbuh menjadi sosok yang pintar. Cantik. Juga seksi

Berulang kali, aku harus mendorong turun celana boxerku ke bawah. Berusaha menurunkan gundukan tenda yang selalu muncul di tengah selangkanganku. Febby pun, seringkali tertawa cekikikan melihat kekonyolanku menahan diri. Bersusah payah demi tak membangkitkan birahi yang begitu menggebu dihati.

Kunyalakan AC kamar. Naik ketempat tidur. Lalu menarik selimut hingga sebatas leher. Berusaha tak memperlihatkan ketegangan batang kemaluanku pada Febby yang sudah lebih dulu rebahan disana.

“Kok tumben, selimutan sampe keatas gini Yah?” Tanya Febby yang kemudian menarik lepas selimut dibadanku.
“Ayah kedinginan.” Jawabku sambil menarik lagi selimut ke tubuhku.
“Kedinginan? Atau kepinginan?” Goda Febby begitu melihat penisku yang sudah begitu menonjol di balik celana boxerku. “Lepas aja yah, celana itu sepertinya mengganggu sekali. Sini aku bantuin.” Sambung Febby yang dengan sigap, langsung melepas satu-satunya pakaian yang ada di tubuhku.

TUING.
Penisku menjelepat naik. Hampir saja menampar dagu Febby yang hanya berjarak sekian centi dari selangkanganku.

“Ups. Semangat sekali kamu, Ntol. Hihihi.” Ucap putriku, seolah mengajak ngobrol batang penisku.”Udah yaa. Sekarang kamu bebas. Sok sana, kalo mau maen-maen.”
“Dipikir, kontol ini bisa jalan sendiri kali?” Ucapku kesal mendengar cibiran Febby
“Hahahaha. Abisan lucu, bisa meloncat seperti itu, Yah” Sahut putriku gemas. Sambil mencolek biji zakarku, “Eh iya. Kalo aku perhatiin, Ayah hari ini belom onani sama sekali ya?”

“Menurut nganaaaa?” Ucapku membalikkan badan. Memunggungi putriku dan mencoba tidur.
“Kalo tegang seharian gitu, emang ga ngilu ya, Yah? Hihihi” Canda Febby yang dengan iseng, merubah jari telunjuk dan tengahnya, menjadi seperti manusian. Berjalan-jalan di kulit tubuhku. Dari punggung, pinggang, dan mengarah ke selangkanganku. “Hai hai Kontol besar. Kamu sedang apa disitu? Kita main-main Yuuuuk” Sambung putriku ketika melihat penisku yang masih berdenyut tegang, terjepit di kedua pahaku.
“Sssshh. Udah udah. Ayah ngantuk. Mau tidur” Tepisku, ketangan Febby ketika ia mulai menyenggol-nyenggol batang kemaluanku dengan jarinya.

“Hihihi. Kalo pengen ngocok, kocok aja Yah.”
“Ayah lagi ga pengen becanda ya, Sayang. Ayah ngantuk”
“Iya. Aku juga Yah. Aku cuman mau kasih tahu, kalo Ayah mau onani, silakan aja.”

“Trus kalo Ayah beneran mau onani, kamu mau ngapain?”
“Ga ngapa-ngapain kok. Palingan, aku cuman mau nontonin aja.”
“GILA. Kamu ingin nonton Ayah onani?”
“Emang kenapa? Ayah malu? Toh kemarin, aku udah ngelihat Ayah onani. Sampe muncrat-muncrat keseluruh tubuh Ayah gitu. Hihihi”
“Ralat. Kamu hanya melihatku, setelah onani. Kamu ga melihat proses onani-nya”

“Halah. Sama aja Yah”
“Beda, Sayang. Beda banget. “ Jelasku, “Lagipula, aku masih tetep Ayahmu”
“Lalu kenapa? Aku juga masih putrimu, Yah. Dan HEI “Mata Febby terbelalak “ Ayah ingat ga? Aku khan perekmu, Yah. Budak belianmu yang bisa Ayah suruh apa aja. Dan melihat Ayah onani seperti ini. Jujur. Membuat memekku juga ikutan basah”

“Hmmm. Kamu sange?” Tanyaku.
"Ya mau gimana lagi, Yah? Didepan mataku, ada penis yang siap tempur. Jadi, mau nggak mau, membuat memekku ikutan basah” Jelas Febby, “Aku tahu, aku harus mengabaikan rasa birahi ini.

Karena, tentu aja, melihat ketidak tegaan Ayah padaku kemarin, aku tak mungkin meminta Ayah menyetubuhiku lagi. Ayah adalah Ayahku. Dan oleh karenanya, kalo Ayah bener-bener mau onani. Sok aja, Yah, lakuin aja. Selama itu bisa membuatmu lega. Hihihi.”

“Serius?”
“Iya . Santai saja. Gausah terlalu tegang yah.” Saran Febby.
“Nanti, kamu jangan jijik ya kalo pada akhirnya, pejuh ngelihat Ayah muncrat kemana-mana”
“Tenaaaang. Ini apartemen Ayah kok. Ayah bebas mo onani seperti apa. Dan. Eh. Sebentar. Aku punya sesuatu untuk Ayah” Girang putriku, tiba-tiba meloncat, lalu masuk ke kamar tidurku. Kemudian, ia kembali dengan sesuatu di tangannya. "Aku nemuin ini ketika kemarin beberes kamar ayah. “

“Pelicin senggama?” Kagetku ketika putriku memperlihatkan sebuah botol ditangan. “Kamu nemu ini dimana, Sayang?”
“Ada deeeeh. Ayah mah gausah tau. Yang jelas, saat ini aku yakin, kalo Ayah butuh ini buat membantu Ayah orgasme secara cepat. Atau, kalo Ayah mau, aku bisa kok ngebantu ayah lagi. Hihihi”

“Febby, serius, Ayah sedang tidak ingin bercanda."
”Ayah, aku juga ga sedang becanda. Ayolah, Yah. Biarin aku ngebantu. No charging fee. Its all Free.” Ucap Febby tak mengindahkan ucapanku sama sekali. Bahkan, putriku berinisiatif menuangkan cairan bening dari botol pelumasku. Lalu membalurkannya di sepanjang batang penisku.

“Oohh. Sayang? Kamu ngapain!!?" Erangku ketika merasakan sensasi dingin di penisku.
”Ngasih pelicin ke kontol Ayah."
"Gila. Kamu tidak serius."

CROT.
Tambah Febby, makin banyak menuangkan cairan pelumas itu ketangan, dan terus melulurkan ke penisku yang makin berkedut hebat.

ASTAGA. FEBBY

“Nikmatin aja ya, Yaah. Persembahan nikmat dariku.” Tanpa sungkan, Febby mulai menuangkan pelumas di penisku dengan ujung jarinya. Mencoba menyebarkannya di sepanjang batang kemaluanku. Dari atas kebawah, dan berputar-putar di kepala penisku.

“Ohhh. Febby” Ucapku sambil menahan napas, merasakan kehalusan kulit jemari dan telapak tangannya. Yang perlahan mulai meremas, dan mengocok kemaluanku.

TEK TEK TEK
“Enak Yah?” Goda Febby yang makin cepat mengurut dan mengocok batang penisku seperti seorang therpist profesional.

ANJIM.
Aku tak percaya dengan mata kepalaku sendiri. Aku tak percaya juga dengan keberuntungan dan apa yang kurasakan. Putri kandungku, benar-benar mengocok kemaluanku. Membantuku meraih orgasme, yang seharian ini belum kudapatkan.

TEK TEK TEK TEK

“Apakah aku harus menghentikan hal ini?” Batinku dilema. “Disatu sisi, aku ingin Febby menuntaskan birahiku. Disisi lainnya, aku tak ingin, karena tahu jika ini salah. Selain itu, aku juga tak pernah tahu, mengapa hal mesum seperti ini, bisa jadi begitu jauh diluar kendali?”

"Uhhh Ayah, Kok bisa sih? Kontolmu ini makin membesar?” Kagum Febby terus mengurut batang penisku. “Sepertinya aku butuh pelumas lebih banyak lagi, Yah. Astaga, urat-uratnya bertonjolan Yah. Woww. Jadi makin terlihat kekar sekali”

Lagi-lagi, Febby menuangkan pelumas kepenisku. Meratakan cairan licin nan dingin itu ke seluruh permukaan kulit penisku. Setelah itu, ia kembali meremas dan mengocok batang kemaluanku lebih kuat lagi.

TEK TEK TEK TEK TEK

“Ohhh. Sayang” Erangku keenakan.
"Kontol Ayah beneran gagah deh. Macho. Mirip kontol pemain film bokep, Yah" Ucap Febby melirik ke arahku. Jemarinya berkali-kali mencekik dan membetot leher penisku, membuatku semakin terlena karena kenikmatan remasan tangannya.

“Shhh. Tahu darimana kontol Ayah bagus? Kaya kamu pernah ngelihat banyak kontol aja”
“Emangnya, harus aku ceritain semua? Kontol-kontol yang udah pernah aku rasain?”

KAMPRET. Mendengar jawaban Febby barusan, aku jadi bingung, apakah dia acting? Atau sungguhan?

“Sebenernya, Aku udah beberapa kali Yah. liat kontol cowo lain. Dari temen sekolah, temen main, pacar, hingga selingkuhan Mama. Aku udah liat semua. Tapi yaaaa, Yah. Kalo boleh jujur, tak ada satupun dari kontol mereka yang seperti kontolmu ini, Yah.”

TEK TEK TEK TEK TEK
"Uhh. Jangan kenceng-kenceng ngocok kepala kontolnya Sayang, Ngilu."

Febby menyeringai padaku, menjepit batang penisku dengan dua tangannya. Mencengkram batang kebanggaanku atas bawah. Dan seperti memeras kain, ia memutar kedua tangannya kearah yang berlawanan. Satu tangan memutar kekanan, dan lainnya memutar kekiri. Setelah itu, ia menggerakkan naik turun. “ Kalo kayak gini? Gimana, yah? Enak nggak?"

“Huoooohh. Febbyyyy” Batinku keenakan.

Ingin rasanya ku berkata tidak enak kepadanya, akan tetapi aku tak bisa memungkiri, jika apa yang putriku lakukan saat ini, terasa amat sangat nikmat . Bahkan seingatku, baru kali ini, aku merasakan kenikmatan seperti ini.

"Ayah, mau aku maenin biji pelermu juga ga?" Tanya Febby lagi disela kocokan tangannya.
”Hoooohhh. Sssshhh. Terserah kamu aja, Sayang“ Desahku keenakan sambil menyodorkan batang penisku maju. Menyerahkan sepenuhnya kontrol kenikmatan penisku, pada tangan putriku.. “Ssshh. Hooooh. Enak sekali Sayang”

“Hihihi. Enak khan Yah? Punya budak pribadi?”
“Baaangeeeet. Ohhh. Tapi, Sayang. Sssh. Apa kamu sadar, dengan apa yang sedang kamu lakukan padaku saat ini?"
”Hmmm. Sadar kok. Emang kenapa?" Febby bertanya.

"Shhhh. Kamu membuat Ayah gila.Sayang. Oohhh…" Erangku keenakan, “Kamu membuat Ayah seperti mau terbang”
"Hihihi. Nikmatin aja Yah. Nikmatin“

"Aaaah. Ngentotttt." Erangku yang tak tahan lagi, “Kocok kontol Ayah Sayang. Kocok terus sampai Ayah ngecrot ditanganmu. Ooohhhh.”

"Hihihi. Iya Tuan." Ucap Febby langsung melakukan apa yang aku perintahkan.

Dengan cepat, kedua tangannya memompa penisku. Naik turun sambil sesekali memelintir. Meremas batang dan kepala penisku sambil sesekali memijit buah zakarku.

“Seksi sekali kontolmu, Yah.” Puji Febby dengan senyum mengembang. “Ohhh. Kontol ini, ngebikin memek aku makin basah aja, Yah. Uuuhhh. Seksi”
“Ooohh. Enak Sayaaaang”
“Hanya saja, sayang sekali, kontol yang aku kocok ini kontol Ayah”
“Emang kalo ini bukan kontol Ayah, apa yang bakalan kamu lakukan?”

“Hihihi. Entahlah, kita tak pernah tahu, Yah. Apa yang bakalan terjadi ketika ada kontol tegang dan memek basah seperti sekarang”

“Kamu berharap Ayah khilaf? Trus ayah perkosa kamu sekarang?” Tanyaku sedikit memancing
“Hihihi. Mungkin aja Yah” Jawab Febby cekikikan. “Yang jelas, jika aku bisa memberimu handjob seperti ini terus, kira-kira apa Ayah bisa membiarkan aku tinggal di sini?"

"ASTAGA Sayang. Masih aja ngebahas topik itu? Jadi, kamu dari kemarin-kemarin menggoda Ayah, melakukan pekerjaan rumah, dan bertingkah seperti pelacur ini, hanya demi bisa tinggal bersama?”

“Aku juga bisa memberi tubuhku seluruhnya, Yah. Jika Ayah benar-benar mau” Tambah Febby menjelaskan keuntungan lainnya, “Dan memek perawanku”

Aku melirik putriku dengan wajahnya yang memerah. Mungkin karena gejolak birahinya yang juga ikut meninggi, "Beneran? Kamu bener mau Ayah perawanin?”

"Aku yakin Ayah bakal menyukainya. Aku rela kok Yah. Bodo amat dengan sempitnya vaginaku. Kali ini, aku akan lebih menerima sodokan kontolmu, Yah. Aku jamin, memekku bakal muat. Tak menolak seperti kemarin” Jelas Febby yang meraba celah selangkangannya. “Anjing. Memek aku, udah banjir banget Yah. Kenceng banget denyut memek aku. Gimana? Ayah mau perawanin aku sekarang?”

"Ooohh. Tidak akan" Erangku tertahan. Walau aku mau, aku masih cukup waras untuk tak meniduri putriku.

OH BIMA. GOBLOKNYA DIRIKU.

Melihat penolakanku, Febby meremas penisku lebih keras lagi, mengancapkan kukunya ke batang penisku. Membentot tanpa ampun kulit penisku, dan menggerakkannya naik turun dengan cepat

TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
"Ayolah, Ayah, akuilah. Jujur aja kepadaku, kalo saat ini, Ayah ingin banget ngentotin memek ini. Ayah pengen melesakkan kontol ini ke liang senggamaku. Menikmati jepitan otot peranakan putrimu. Gapapa Yah. Aku tahu, Ayah sedang memikirkannya."

"IYA. Bener banget. Ayah memikirkan hal itu beberapa hari belakangan.” Jelasku, “Karena jujur. Sulit sekali untuk tidak memikirkan cara ngentotin kamu, ketika tangan lembutmu sedang ngocok kontol ini. Ahhh. Anjing. Ayah ga kuat lagi Sayang”

“Jadi, kalo aku masukin kontol ini ke memek basahku sekarang, Ayah bakalan nyodok liang peranakanku kenceng-kenceng, Yah?” Goda Febby yang secara tiba-tiba, membuka mulutnya. Lalu menggesekkan kepala penisku, ke bulu-bulu lidahnya yang kasar.

ANJIING. ENAK BANGET RASANYAAAAAAAAA

“Ooooohhh NGENNTTOOOTTTTT. Ayah mau keluar Sayang. Ayah mau ngecrooootttt”
“Sok, Yah. Ngecrot di mulutku aja. Siram pejuh panasmu ke wajahku..”

CROOOT CROOOT CRROOCOOOT CROOOT CROOOTTTTTT
Jutaan benih kejantananku, menyembur deras ke arah putriku. Menghujani wajah cantiknya dengan cairan mani yang terpompa kuat dari kantung zakarku. Memancar ke mana-mana, dan mendarat di mata, hidung, mulut, rambut, pundak, payudara, dan seluruh perutnya.

"OH. MAY. GOD. Ayah, Aku mandi pejuhmu, Yaaahh" Ucap Febby yang dengan reflek, menutup matanya. Tak ingin terciprat semburan spermaku.
“Huuuoooohhhh. Sayaaanggg…” Erangku terus menghentak-hentakkan pinggulku, seiring dengan kocokan tangan putriku.

“Astaga, pejuhmu, banyak sekali, Yaaahh.” Girang Febby setelah menyeka wajah, dan melihat tumpahan spermaku ditubuhnya,”Gila. Ga abis-abis nih pejuh keluar dari kontolmu, Astagaaa, Yaah. Pejuh ini masih keluar terus” Sambung putriku yang masih terus mengurut batang penisku

“Ohhh. Iya, Sayang. Ohhh. Enak sekali kocokan tanganmu”
“Ini gila sih, Yah. Aku benar-benar tidak percaya, pejuh Ayah bisa keluar sebanyak ini. “ Riang Febby yang melihat kekacauan pada tubuhnya, “Gila. Aku seperti berenang dalam pejuh gini”

“Ooohh. Maap Sayang” Ucapku merasa sedikit bersalah.
"Hihihi. Gapapa, Yah.” Senyum Febby tak menghiraukan. Bahkan, sebagai penutup, ia mengecup kepala penisku, dan menyeka sisa-sisa sperma diujung penisku dengan sapuan lidahnya.

“Gimana, Yah? Enak ngga kocokan tanganku barusan?” Tanya Febby dengan senyum lebarnya.
”Super Enak” Jawabku menggigil. Merasakan sekelebatan sisa-sisa orgasme.
“jadi? Gimana? Bisa khan, Yah?"
”Apa?”
“Aku tinggal selamanya disini? Bersamamu?”

Aku menghela napas dalam-dalam. Menatap langit-langit kamarku. Memikirkan jawaban terbaik untuk putriku.

"Please Yaaah. Boleh ya. Pleaseeee," Rajuk Febby sambil mengedip-kedipkan mata. Mirip mata kharakter anime ketika sedang meminta sesuatu. "Sebentar, jangan kemana-mana, Yah. Aku cuci tangan dulu."

Febby buru-buru turun dari tempat tidur, dan berlari kekamar mandi. Menyalakan lampu, memutar keran air, memompa dispenser sabun dan mencuci tangan. Samar-samar, aku mendengar suara merdunya dari tempat tidur. Bersenandung, riang karena menanti jawaban dariku.

ANJIM. Aku tidak tahu harus berkata apa ketika dia kembali.

Saat lampu kamar mandi mati, otakku masih buntu. Aku sama sekali tak menemukan jawaban terbaik untuk putriku. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah mengulur waktu. Walhasil, aku kemudian berguling dan pura-pura tidur.

“Ayah? Ayah?” Panggil Febby kepadaku, “Ayah sudah tidur?” Sambungnya lagi berbisik ke telingaku.

Dari ekor mataku, kulihat Febby berkacak pinggang. Menatap kearah belakang tubuhku dengan perasaan bingung.

“Ayah?” Panggilnya lagi. Namun kali ini, ia mengusap rambutku. Mengecup pelipisku. Kemudian berbaring disampingku. Melingkarkan tangannya ke punggung, dan memeluk tubuhku dari belakang.

Aku bisa merasakan, betapa kenyal putting payudaranya, menekan punggungku.
Aku juga bisa merasakan, basah spermaku , ketika Febby menempelkan perutnya di tubuhku.
Dan, aku juga bisa merasakan betapa licinnya, selangkangan putriku yang menempel, ketika ia membelit pahaku, dengan pahanya.

Tiba-tiba, aku merasa begitu malu.
Karena aku, telah mengambil banyak keuntungan darinya.

Bersambung,

By Tolrat
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd