seiring hasrat manusia lite
( the sugar dady )
Yang pergi biarlah pergi tak usah dikejar, kalau memang jodoh pasti ketemu…….
Selesai mengikuti semua kelas yang padat hari ini. kulangkahkan kakiku menuju kantin, dengan segera aku memesan ayam goreng double paha, dada, dan sayap dengan sambal level 25 alias 25 buah cabe, plus sepiring nasi porsi jumbo dan tak lupa es teh kampul (sebutan orang sini untuk ice lemon tea) porsi jumbo juga. Dalam diam dan kenikmatan, kupindahkan satu persatu semua pesananku kedalam perut.
Tiba-tiba sekelebat aroma tubuh seseorang yang pasti perempuan, dengan aromanya yang agak sedikit asem dan pengar yang sepertinya aku amat kukenal. Meski aromanya sudah jauh dari wangy-wangy seperti pada umumnya para mahasiswi disaat pagi hari, yach mungkin karena cuaca siang ini agak sedikit panas. Namun entah kenapa, selalu saja bisa membuat jiwa nan kosong tanpa kasih sayang ini terus saja mengeliat. Derasnya aliran darah yang selalu saja mengalir tertuju pada satu titik dibawah perut.
“ngak sekalian pesen hamburger don, biar komplit!” seru seorang perempuan dari belakang punggungku, yang ternyata adalah Sinta.
“eh kamu ta……!” seruku menyahut.
Ia pun duduk disebelahku menolehkan wajah cantiknya kearahku sambil tersenyum, dengan senyuman manisnya yang memang manis meski tanpa gula. Dan terlihat sangat tulus tanpa dibuat-buat.
Kemudian Sinta meletakan pesanannya dimeja, berupa sepotong sosis ukuran jumbo besar dan panjang, dua butir telur. Dengan dituangi saos mayones putih yang kelihatannya cukup kental, plus secangkir es susu putih. Aroma tubuhnya semakin kuat terasa, dan entah mengapa aku sama sekali tak merasa terganggu dengan aroma tubunya. Namun berbeda dengan perempuan lain yang meski sama-sama tidak beraroma wangy, biasanya aku akan merasa mual dan muntah.
Setelah duduk nyaman, sintapun merapikan rambut panjangnya yang tergerai dan juga baju seksinya, mengepas-ngepaskan pantat gembulnya diatas kursi kekiri dan kekanan mencari posisi yang pas untuk photo selfie. Setelah mencoba beberapa posisi dan puas dengan hasilnya Sintapun mulai menikmati makanannya. Namun bukannya langsung mengigit sosisnya, ia malah memainkan ujung sosisnya dengan mengulumnya sambil menjilati saos mayonesnya sambil tertawa terkikik, yang mungkin dianggapnya lucu. Aku pun hanya diam sambil berimajinasi tentunya.
“apaan sih ta, jorok kali” kataku protes, sambil memandangi kelakuanya.
Namun sinta malah semakin terbahak-bahak, aku tak mempedulikan aksinya dan kembali fokus pada makananku.
“eh don tahu ngak?, kalau cowok tuh tambah gemuk dan cewek tambah kurus setelah menikah” katanya lagi sambil mengigit sosis besarnya.
“lah.., kok bisa..” jawabku, dengan muka heran
Sepertinya aku pernah dengar joke yang seperti ini namun kapan dan dimana aku juga tidak tahu, dan search engine otaku pun meluncur membuka satu persatu file-file data berisi joke-joke yang mungkin sempat terekam, namun ternyata tidak ada.
“ih masak gak tahu sih….,” seru Sinta tampak gemes, sambil memukul lenganku.
Aku hanya mengeleng kepalaku saja, prosesor otaku kali ini benar-benar ngelag server data otaku yang seharian ini dibanjiri dengan rumus dan perhitungan tak cukup membantu memproses jawaban dari pertanyaan Sinta.
“ih, kamu ini ya. Beneran culun atau pura-pura” sahut Sinta lagi sambil menyerupu es susunya.
“gini ya don, kenapa cowok itu tambah gemuk setelah menikah, ya karena ia akan dapat dari ceweknya dua dada montok, dua sayap mulus, dua paha mulus, dan satu hamburger mungil. terkadang dapat bonus pula mie hitam tebal plus sop gurih.” Kata Sinta sambil terkikik.
Aku yang masih ngelag hanya terdiam dan masih mencerna penjelasan Sinta.
Melihat expresiku yang diam cool-cool aja, membuat Sinta semakin gemes, dan pundakku terus saja manjadi pelampiasan kegemasannya.
“lah terus ceweknya, dapat apa dong dari cowoknya” sahutku spontan.
Dengan muka gemesnya yang lucu, Sinta pun kembali menjelasakan.
“ih kamu ini, ya jelaslah, kalau ceweknya cuman dapat dikit dari cowoknya satu buah sosis, dua butir telur sama saos mayones plus mie hitam tebal, kalau pun beruntung bisa dapat sosisnya yang gede dan panjang, plus mayonesnya yang kental dan banyak, kalau telurnya yahhhh….tetep aja kecil seperti biasanya” kata Sinta kembali tertawa terkikik.
Aku pun hanya diam, sambil melihat wajah Sinta yang terlihat bahagia.
“ih kamu ini ya, masih ngak ngerti juga” timpal sinta, membuyarjan imajinasiku
“enggak..” jawabku sambil mengeleng dengan exprsei datar.
“ya sudahlah ntar kamu juga ngerti kok” katanya kemudian.
“Ta, habis ini kamu ngak ada kelaskan” kata kemudian
“ngak ada, emang kenapa” sahutnya sambil menghasbiskan sisa telur dan es susunya.
“yah, cuman pengen keliling-keliling aja dikota ini, kamu kan sudah lama dikota ini” kata lirih.
Dengan nada gembira Sinta pun mengangguk.
“tapi…tapi ngak ada yang marahkan, jika aku mboncengin kamu” sahutku kemudian.
“maksudmu pacar aku, tenang aja kali…. aman” katanya lagi.
Akhirnya aku dan sinta berkeliling kesetiap penjuru kota ini, mulai dari tempat-tempat biasa sampai ketempat-tempat tersembunyi yang tak biasa, sinta hafal semuanya.
Menjelang sore hari, aku dan sinta pun beristirahat sambil menikmati lalu-lalang kendaraan disebuah trotoar yang ditata dengan apik, dipinggir sebuah jalan nan legendaris yang membujur dari utara keselatan.
“Ta, dah mau malam nih, pulang yuk” ajakku.
“ngak ah, aku masih mau jalan-jalan mumpumg ada kamu. Soalnya dah lama aku ngak jalan-jalan dikota ini” sahutnya.
Aku dan sintapun kembali jalan malam, mengelilingi kota ini sampai akhirnya sinta memintaku untuk berhenti di sebuah gang kecil dengan deretan rumah-rumah kecil tersusun rapi.
“don, aku capek nich kita ke kosku aja ya” ajak sinta kepadaku.
“lah, bukannya lebih biak kita pulang aja, ntar om marah lagi?” sahutku.
“dah tenanga aja, soalnya ada banyak hal yang ingin kuceritakan” jawab sinta kemudian.
“lah tapi kosan kamu, memang boleh didatangi cowok malam-malam begini” tanyaku kepada Sinta.
“ya bolehlah dong, siapapun boleh datang kok full 24jam” sahutnya sambil tersenyum.
Aku pun menuruti ajakan Sinta, setelah memarkirkan motorku di parkiran aku pun melangkah mengikuti Sinta. Ditengah langkah kami menuju kamar kosnya kami berpapasan dengan seorang bapak-bapak, yang sepertinya penjaga kost dengan ramah menyapa kami.
“malam mbak sinta…., wah baru lagi nich mbak” katanya
“ah bapak ini, Cuma temen kok” sahut Sinta sambil senyum-senyum manja.
Sang bapak penjaga hanya meniyakan saja sambil senyum-senyum sendiri.
“ya udah kalau gitu, oh ya mbak cuman ngiten, ntar biar acara pertempuran lancar tanpa ganguan. Jangan lupa kasih tanda dipintu seperti biasanya” sahut sang bapak penjaga sambil berlalu. Aku pun hanya bengog saja mencerna arti obrolan-obrolan Sinta dan Sang Bapak Penjaga.
Bersama Sinta kususuri lorong sempit dengan jejeran kamar-kamar yang sebagian besar tertutup, makin kedalam keheranan dan kebingunganku semakin mencuat. Dari beberapa kamar yang kulewati terdengar banyak suara desahan dan jeritan perempuan. Dan setelah kuperhatikan ternyata dipintu kamar tersebut terdapat pemberitahuan dengan tulisan cukup besar berwarna merah dengan tulisan “PENTING….! JANGAN DIGANGGU, LAGI ML” aku pun cuman tertegun.
“ML apaan sih Ta” kataku sambil berjalan mengikuti Sinta.
“oh…, Make of Learning” sahutnya.
Otak gelag lagi, make of learning kalau diartikan secara perkata make membuat, learning sedang belajar atau bisa juga diartikan sdang belajar membuat.
“kok kosan lho aneh sih ta, emang pada belajar membuat apaan sih” seruku.
“ya macem-macemlah, namanya juga mahasiswa don” sahut Sinta.
Akhirnya tibalah aku di kamar Sinta yang terletak paling belakang, dengan tersenyum aku pun dipersilahkan masuk ke kamarnya. Meski raungannya sempit namun tertata rapi, ku langkahkan kakinya memasuki kamar Sinta, Yang didominasi warna hitam dan pink dengan aroma melati menyeruak disetiap sudut kamar. Sebuah kasur besar bersepreikan kain putih motif kembang berwarna pink melintang memenuhi seperempat ruangan kamarnya. Beberapa baju seksi tanpa lengan dan baju-baju tidur menerawang tergantung rapi disamping sebuah lemari plastik warna coklat, disampingnya lagi tergeletak tak beraturan setumpuk celana dalam seksi tertumpuk dalam sebuah keranjang plastik warna hitam.
“eh bentar…..”, sahut Sinta, setelah menyuruhku untuk duduk ditepi kasur besarnya.
sintaa melangkah mendekati pintu kamar dan menempelkan tulisan pemberithuan agar tidak diganggu.
“eh don, aku mandi dulu ya” kata Sinta sambil mendekatkan hidungnya ke kedua ketiaknya.
“udah ngak papa kok Ta, aku ngak masalah kok” sahutku menyakinkan.
“beneran nih ngak papa, ngak kebauan kan” seru sinta sambil duduk ditepian kasurnya
Aku pun hanya mengeleng.
“yaudah kalau gitu” kata Sinta, dengan muka cemberut.
sambil satu persatu melepaskan kancing bajunya, perlahan sinta membuka bajunya. Mempelihatkan tubuh indahnya yang mulus dan putih, dua bulatan besar di dadanya yang terbungkus tanktop hitam tanpa bh tampak menyatu membentuk belahan curvy nan indah.
“emang kamu mau cerita apa sih ta, spertinya penting” kataku setelah Sinta mulai merasa nyaman.
Sinta pun terdiam dan nampak menerawang, mugkin mencari rangkaian kata untuk memulai cerita.
“darimana ya don aku mulai cerita, takutnya kamu ngak percaya dan mengira yang bukan-bukan” kata sinta lirih.
“jujur, awalnya aku memang tak percaya kamu itu siapa. Kamu tiba-tiba ke datang kerumah, nginep dan tidur dengan ….” Kataku dan terdiam tak melanjutkan.
“dengan……, dengan om arman maksudmu…” sahut Sinta sambil tersenyum kecut.
Aku hanya diam.
“ya aku memang tidur dengan om kamu, namun aku bukan seperti yang kamu pikirkan, aku bukanlah pelakor maupun gadis open BO” kata Sinta dengan nada sendu.
“sejak kecil aku lebih banyak tinggal dengan ibu, sementara ayahku kerja jauh diluar pulau. di pertengahan semester ayahku pulang aku bahagia namun nasib tetaplah nasib. Ayahku tertipu oleh rekan bisnisnya semua uang hasil pekerjaannya selama puluhan tahun hilang. Demi kuliahku kulakukan apapun yang bisa kulakukan. Sampai akhirnya aku mendaftar jadi Spg produk hasil dari perusahaan ommu, dan sejak saat itu aku bertemu dengan om dan yach begitulah om arman banyak membatuku dari mulai keuangan dan semua hal yang kubutuhkan semuanya ia sediakan, dan aku juga sadar bahwa tak ada makan siang gratis. Sebaik apapun seseorang tetaplah butuh penghargaan, ditambah perceraian om arman dengan istrinya, dan akhirnya ya begitulah hubunganku dengan om arman. akupun menganggap itu hal yang wajar di zaman sekarang ini, yang hanya bermodal kata cinta saja sudah dapat segalanya, apalagi dengan om arman.” Kata Sinta dan tangisannya mulai pecah meski lirih.
“aku bukanlah manusia yang tak tahu diri, yang tidak tahu terimakasih namun aku tidak punya apa-apa untuk membalas semua kebaikan om, yang kupunya hanyalah tubuh ini. Selain untuk membalas kebaikannya. Aku juga merasa jika om arman juga tulus menyayangiku, yach dari pertemuan dan perkenalanku dengan banyak lelaki membuat instingku bisa mengenali mana lelaki yang hanya sekedar mencari kenikmatan tubuhku atau memang tulus meyayangiku. Berulang kali om memintaku untuk jadi istrinya namun aku menolaknya selain karena aku sudah punya kekasih, om arman terlalu baik untuk jadi suamiku. Biarlah om arman tetap jadi om yang baik buatku.” Kata Sinta masih terisak.
“begitu juga dirimu, aku tahu selama hampir 2 bulan ini kamu selalu mmencari perhatianku. Tapi akan lebih baik buang jauh-jauh rasa cintamu aku bukanlah yang terbaik untuk mu, meskipun kau memeohon akan menerimaku apa adanya. kau belum tahu bagaimana nanti kau akan menghadapi kehidupan nyata bersamaku, waktumu lebih berharga dari pada dihabiska untukku, ada seseorang yang telah lama menungguku dan tahun depan janjiku dan janjinya akan disatukan. Jadi tetap fokulah dengan cita-citamu dan ingat masih banyak perempuan baik diluar sana yang menunggumu.” Katanya lagi
Aku terkejut, Sinta tahu kalau aku menyukainya. Begitu juga dengan kata-kata yang akan kuucapkan kepadanya bahwa aku mau menerima dirinya apa adanya.
Aku pun tertunduk lesu, tak bisa berkata-kata lagi.
“Don, kamu orang baik jangan rusak dirimu dengan mencintaiku” katanya lagi lirih sambil memelukku.
Dan tak lama kemudian, Sinta merangkul leherku dan melumat lembut bibirku dan akupun membalasnya, dan secara reflek naluriah kedua tanganku mulai bergerak mencari-cari apa yang kubayangkan selama ini saat ingin bersama Sinta.
Sambil terus melumat bibirnya, kedua gumpalan besar yang tumbuh di kedua dadanya tak henti-hentinya kuremas, bibirku pun beralih dari bibirnya menuju lehernya yang jenjang dan putih kutelusuri setiap jengkal leher putihnya dengan bibir dan lidahku sambil terus meremas kedua gumpalan besar di dadanya.
“Ouuuuuuuhhhhhhh….don…..” desah sinta.
Puas dengan lehernya, kuturunkan bibirku ke tengah diantara kedua dadanya namun sebelum kubenamkan wajahku kedalam belahan dadanya, sinta dengan reflek sudah membuka tanttop hitamnya, sehingga memudahkan wajahku untuk menikmati dekapan kedua payudaranya. Puas merasakan aroma dan hangatnya dekapan dada Sinta, bibirku pun mulai mencari-cari kedua putting hitam sinta yang sudah mengeras, kujilati keduanya, kuhisap-hisap dan kumainkan dengan lidahku. Dan sinta hanya bisa menjerit keras sambil menjambak rambutku.
“ahh….uuuh…….aaah…” jerit sinta keras.
Perlahan kurebahkan tubuh indah Sinta ke kasurnya, dengan cepat dan nambah memburu kulepas semua baju dan celana, san juniorku pun mengeliat menunjukan tajinya, keras, besar dan panjang tak kalah dengan punya om arman. Dengan sigap sinta pun meraih batang kemalauanku dengan tangannya, semula akau yang ingin menindih tubuhnya tertahan untuk tetap berdiri, ia pun pengocoknya pelan batang kemaluanku dan tak lam kemudian sambil bersimpuh mengulum batang kemaluanku dan rasanya sangat luar biasa, Sinta sangat lihai memainkan batang kemaluanku dengan lidah dan mulutnya, sinta tidak hanya lihai damlam hal memblow job, namun ia juga lihai memprediksi kapan sang juniorku akan prot, sehingga setiap kali sang juniorku akan prot ia segera mengenggam batang kemaluanku dan melakukan gerakan seperti mengurut untuk menahan laju spermaku. Aku hanya mengaung nikmat dengan tubuh bergetar.
“aggggg….arrrrrrrkkkkkk…….arrrrrr..” aku meraung keras, tak peduli oarang akan mendegar rintihandan juga raugan kenikmatan kami.
Setelah puas dengan batang kemaluanku, sinta merebahkan tubuhnya, dengan meletakan kedua tangannya diatas kepalanya, kedua ketiaknya yang putih tembem dengan lipatan-lipatannya yang lucu mengemaskan tampak basah dan mengkilap siap untuk kunikmati.
Segera saja kutindih tubuh mungil Sinta, kunikmati kedua ketiaknya dengan menciumi dan menjilatinya deng lidahku, aroma dan rasa ketiak basah sinta yang khas, sama sekali tidak mengangguku malah semakin membuatku untuk terbang lebih tinggi menuju puncak nirwana kenikmatan bersama sinta. Puas dengan kedua ketiaknya kucucupkan kembali mulutku ke kedua putting hitamnya, dan beralih mencumbui perut dan pusarnya. Dan dengan cekatan dan dalam tempo singkat celana jean dan celana dalam seksi sinta sudah terlepas, selangkangan sinta yang putih tampak mengiurkan di hiasi dengan bulu kemluannya yang lebat namun halus dan rapi membujur dari bawah bibir tegaknya sampai kepusarnya, dengan lembut kuelus bulu kemaluan sinta sambil kuciumi kedua pahanya yang mulus secara bergantian, kemudian dengan mulutku kunikmati bibir tegak berbelahan di selangkangan sinta dengan menjilatinya dan merogoh belahannya dengan lidahku. Tak ayal sinta pun kembali meraung keras
“aggggg….arrrrrrrkkkkkk…….arrrrrr..doni…..aaahhhhhh” aku meraung keras,
dan dari belahan bibir tegak Sinta menyemburlah cairan putih agak keruh membajiri muka ku, yang tak hanya sekali dua kali namun berkali-kali dengan pinggul sinta terangkat keatas beberapa kali saat cairan sinta menyembur,.
Aku pun tak tahan lagi, dengan berjongkok betumpu pada kedua lututku. Segara kmumasukan batang kemaluanku kedalam belahan bibir tegak sinta yang ternyata masih agak seret, meski sudah basah. Setalah semua batang kemaluanku masuk semua ke dalam, kudiamkan beberapa saat, dan mulailah aku menaikan dan menurunkan batang kemaluanku kedalam bibir tegak Sinta, tidak hanya turun naik namun juga menyerong namun juga memutar dengan harapan ketiga titik kenikmatan sinta yaitu biji klitoris, bibir vagina, dan mulut rahimnya dapat tergesek dengan batang kemaluanku secara bersamaan dan berulang-ulang.
Sintapun mengelepar, tubuhnya mengeliat tak tentu arah. Pinggul gemoynya bergerak tak tak tentu arah kesamping kebawah dan keatas berulang-ulang kali. Sementara Aku tetap terus mempertahankan goyangan naik turun pinggangku kedalam selangkangan Sinta agar tetap stabil dan cepat, agar orgasme demi orgasme yang dirasakan Sinta tetap stabil dan tanpa jeda. Jelang orgasme yang keskian kali kulihat Sinta menitikan air matanya, segera saja kuperkuat genjotan pinggangku untuk menyelesiakan orgasme squirt Sinta.
“ouuuuuhhhhh….aarrrrrrrk……ahhhhhhh” jerit sinta keras, dengan pinggulnya yang terangakat keatas dan bergetar hebat.
Perlahan, kuperlambat goyangan pinggangku. Sambil kembali memgatur nafasku, Kutunggu beberapa saat agar nafas Sinta kembali normal. Dengan lirih lembut kutanyakan apa yang terjadi di telinganya.
“ngak don, sama sekali tidak menyesal” kata sinta sambil mengusap usap rambutku,
Aku pun hanya menatap mata sayunya, sambil tetap mempertahankan goyangan pinggangku selambat mungkin agar batang kemaluanku tetap tegak dan bibir tegak sinta tetep basah.
“seadainya saja takdir mempertemukan kita, setahun sebelumya pasti kita sudah saling memiliki dan berbahagia” kata Sinta lirih sambil mendesah menahan sedikit nikmat diselangkangannya.
“Don, aku mau malam ini kau curahkan semua hasratmu kepadaku. Bahkan hingga pagi menjelang silahkan tumpahkan semua kepadaku. Penuhi isi rahimku dengan dengan semua spermamu hangatmu, agar aku dan dirimu tidak lagi penasaran dan semua yang tersisa diantara kita terselesaikan malam ini. Dan setelah malam ini kita berjanji untuk berteman dan tanpa harapan untuk saling memiliki lagi” kata Sinta lagi dengan air mata berlinang.
“yah aku berjanji ta” kataku bergetar, sambil menghapus air mata Sinta dengan bibirku.
Dengan senyum merekah, Sinta pun mempersilahkaku untuk kembali menyetubuhi tubuhnya secara bebas dengan semua teknik, gaya dan posisi yang aku sukai.
Mendengar perintah sinta, aku pun segera melepaskan batang kemaluanku dari dalam belahan bibir tegak sinta untuk berganti posisi, kumiringakan tubuh sinta sementara tubuhku juga kumiringkan di belakang tubuh Sinta, kuangkat salah satu pahanya dan kembali kumasukan batang kemalauanku kedalam belahan bibir tegak sinta dan kembali mempompa pinggaku maju mundur, sambil meremas kedua payudara Sinta dengan tangaku dan sesekali memlintir puting yang kembali mulai mengeras dan kehitaman, sementara ketiak tembemnya kembali kunikmati dengan ciuman bibir dan jilatan lidahku. dengan cepat kupacu pinggulku, 25 menit kemudian sang sperma tak kuasa lagi kubendung, dengan sisa kekuatanku kutahan laju spermaku agar bersamaan dengan orgasme squirt Sinta. Dan akhirnya orgasme squirt sinta yang datang, dan tepat saat cairan nikmat Sinta keluar segera kubenamkan pinggangku kedalam selangkangan Sinta beberapa melepaskan spermaku yang tersembur kuat dan banyak, dengan diiringi raungan nikmat siinta dan diriku
“ouuhhhh….aarrrrrk……ahh….ah.ah.” jerit sinta dan diriku, saat aku dan sinta berorgasme.
Stelah beberapa lama beristirahat, segera kuangkat tubuh sinta kedepan sehingga memungungungiku, kuangkat pantatnya tepat kearah selangkanganku dan kembali kumasukan batang kemaluanku kedalam bibir tegak sinta, dengan gaya dog style kembali kugoyang pinggangku maju mundur. Sintapun kembali mendesah nikmat, ditengah kenikmatan yang kurasakan sinta meyuruhku untuk menikmati lubang pantatnya, semula aku menolaknya karena kutahu rasa nikmat yang akan dirasakan Sinta sedikit sekali dan bahkan tanpa rasa apapun, namun Sinta bersikeras dan bahkan menyuruhku untuk sekalian mengelurakan spermaku dilubang pantatnya.
Tanpa banyakprotes lagi, segera kumasukan batang kemaluanku dalam lubang pantat Sinta, dan sintapun menjerit.
“ouuhhhh….aarrrrrk……don pelan don…..” jerit sinta.
Lubang pantat sinta memang teramat sesak, namun berkat pelumas yang sudah sinta siapkan akhirnya seluruh batang kemaluanku dapat masuk semua kedalam pantat Sinta, dan setalh beberapa saat kucoba untuk mempompa batang kemaluanku dan memang sangat terasa sekali nikmatnya, namun aku hanya melakukannya tak lebih dari 3 menitan. Karena aku tahu sinta tak merasakan kenikmatan apapun, segera kucabut batang kemaluanku dan kubersihkan dengan hand sanitaizer dan segera kukembalikan batang kemaluanku dalam tempat yang seharusnya, stelah pas masuk kedalam tempatnya segera ku pompa kembali batang kemaluanku dengan cepat dan stabil dan 10 menit kemudian tubuh Sinta kembali bergetar pinggul gemoynya mengeliat-liat, segera kupercepat goyanganku dan kembali aku dan sinta berorgasme secara bersamaan.
Setelah lama berdiam diri dalam posisi dog style kucabut batang kemaluanku, kurebahkan tubuhku ke kasur dan kuangkat tubuh sinta tepat diatas selangkanganku, secara reflek Sinta pun tahu apa yang hraus dilakukannya, segara ia memegang batang kemaluanku dan memasukannya kedalam lubang nikmat di tengah selangkangannya dan memaikan pinggulnya dengan mengoyangnya naik turun, memutar dan srong kiri dan serong kanan. Hanya 10 menitan aku mampu mempertahankan laju spermaku, dan kembali spermaku pun tersmbur keluar memenuhi rahim Sinta bersamaan dengan saat ia juga menyemburkan cairan kenikmatannya.
Selain gay dan posisi-posisi diatas, aku dan sinta pun mencoba posisi lain hingga akhirnya suara kumandang pagi membahana tanda pagi sudah menjelang aku masih terus memompa batang kemaluanku menyelesaikan ronde terakirku bersama Sinta, karena setelah ini tak akan ada akan ada lagi semuanya.
Dan akhirnya, ronde terakirku bersama Sinta akan berakir, getaran-getaran nikmat pun melanda dan kuhujamkan berkali-kali pinggangku kedalam selangkangan sinta, namun spermaku sudah tak mau lagi memancar sehingga aku hanya menyemburkan aingin kedalm rahim Sinta, sementara sinta masih bisa menyemburkan cairan nikmatnya. Akupun langsung ambruk disamping tubuh Sinta tubuhku benar-benar tak berdaya.
“sinta, aku tak sanggup lagi, terima kasih atas semuanya semoga harimu bahagia” kataku lirih dan kemudian semuanya gelap.
-----------
Aku terbangun, saat sinar sang surya menyentuh tubuhku lewat lubang ventilasi jendela yang masih tertutup kain slambu. Tubuhku terasa masih sangat lelah namun kucoba untuk membuka mata, Rupa Sinta sudah meninggalkan kamarnya saat kugerakan tangaku kesamping ada sesuatu yang basah tersentuh tanganku, dan ternyata itu adalah cairan nikmat sinta yang semalam terus-terusan tersembur tanapa ampun, kuangkat tubuhku dan terduduk begong sambil melihat sisi kaur sinta yang basah. Aku hanya terseyum geli.
Kulihat diatas bantal sinta ada secarik kertas warna pink, segara saja ku raih kertas tersebut dan mulai membacanya
“
Makasih ya don, atas semua cinta dan kasih sayang yang kau berikan semalam. Meski hanya satu malam namun aku sangat menikmatinya dan tak akan mungkin kulupakan. seperti janji yang sudah kita sepakati, mulai hari ini kita urusan kita sudah selesai. Kita balik kembali pada urusan kita masing-masing, kejar dan fokuslah pada cita-citamu dan biarlah aku dengan segala urusanku.”
“oh ya don soal hubunganku dengan Om Arman, sampai saat ini aku belum bisa untuk melepaskannya. Begitu banyak kebaikan dari Om Arman kepadaku. Kamu yang kuat ya”
"oh ya, Don soal jokes, saat dikantin mestinya kamu sudah fahamkan, semalam kita berdua sudah mendapatkanya, kamu sudah dapat yang gede dan mulus dari aku, begitu juga aku, aku juga dapat yang gede dan juga kentalk dan banyak seperti punya kamu
Aku hanya menghela nafas, dan entah bagaiman dan berapa lama aku bisa melupakanmu, namun sebagi seorang lelaki sejati harus harus kuat.
Selama sebulan ini aku dan sinta masih sering bertemu terutama saat dirumah, hubungan sinta dan om Arman masih erat dan hangat. Jeritan dan desahan kenikmatan Sinta masih kerap kudengar, Jeritan-jeritan itu meski sangat mengairahkan namun sekarang suara itu sungguh sangat menyayat hati.
Tak seperti dulu, begitu aku mendegar Sinta menjerit aku pun keluar rumah dan duduk di teras. Dan kadang sinta menghampiriku setelah melayani Om Arman sambil membawakan kopi dan juga cemilan dan tentu saja masih dengan gaya setengah telanjangnya. Aku dan sinta tak lagi banyak bicara hanya menganguk dan mengucapkan terima kasih.
Namun 5 bulan terakir ini, sinta sudah tak lagi kerap kerumah dan akhir-akhir ini sama sekali tak tampak pinggul gemoy dan dadanya yang montok muncul dirumah ini. Semula aku juga tak peduli namun lama kelamaan aku penasaran juga.
“sudah hampir sebulan terakit ini sinta tak muncul, kemana dia om” kata ku kepada Om
Sambil menghela nafas dan menyeruput kopi panasnya om menjawab.
“Sinta sudah cerita semuanya, dan dengan semua apa yang kamu lihat kamu masih menginginkannya” jawab Om.
“ya..” jawabku singkat.
“ok, kalau itu maumu. tapi sekarang Sinta sudah pergi, begeitu juga dengan bangku kuliahnya, om sudah tak mampu lagi membiayainya” Kata om dengan tatapan tajam namun tampak jelas terlihat kesedihan
“untung kamu masuk kuliah karena beasiswa, mungkin juga om tak sanggup menguliahkan kamu lagi” katanya lagi.
“emang kenapa om “ sahutku singkat.
“perusahaan om bangkrut, para buyer sudah tak mampu lagi membeli produk om, karena para buyer juga tak bisa lagi memasarkan produk om” katanya lagi.
Kemudian berdiri melangkahkan kakinya keluar, dan pergi dengan sebuah mobil butut. Aku heran kenapa dengan mobil mewah Om.
Beberapa jam kemudian setelah aku browing-browsing tentang update berita terkini, krisis moneter telah melanda negeri ini, hampir semua perusahaan-perusahaan baik menegah keatas maupun menengah kebawah terdampak, hanya produk konsumtif saja yang masih bertahan.
Dan beberapa bulan kemudian, om benar-benar bangkrut perusahaannya untuk sementara waktu ditutup, yang tersisa hanyalah rumah om. Mobil dan beberap aset sudah ia jual untuk pesangon para karyawan. Kini om berencana untuk menjual rumah ini dan kami pun tinggal disebuah kamar kos-kosan. Meski terpuruk om masih terus berusaha dan aku turut membatu sebisaku. Sambil sesekali menanyakan keberadaan Sinta, namun om selalu menjawab tidak tahu.
Dan akhirnya aku menyerah, mungkin ini sudah takdirku untuk melupakan Sinta……..
Tamat
Sekian dan terimaksaih