man-x
Semprot Kecil
- Daftar
- 12 Oct 2014
- Post
- 51
- Like diterima
- 1.220
seiring hasrat manusia lite
( the sugar dady )
( the sugar dady )
Sebuah Rangkaian kata-kata fiksi yang terangkai tersusun rapi menjadi sebuah cerita tak nyata adanya. Tentang kisah ku selama diriku menetap di rumah om.
Dan bila dalam rangkaian kata, kalimat, tokoh waktu dan lokasi dalam cerita tak nyata ini, ada kemiripan ataupun kesamaan peristiwa. Percayalah itu hanyalah kebetulan fiksi semata.
Dan bila dalam rangkaian kata, kalimat, tokoh waktu dan lokasi dalam cerita tak nyata ini, ada kemiripan ataupun kesamaan peristiwa. Percayalah itu hanyalah kebetulan fiksi semata.
………………..
Awal kisah,…….
Waktu itu aku datang kerumah om, bermaksud untuk tinggal dirumahnya selama aku berkuliah di kota yang terkenal akan banyaknya lembaga pendidikan yang didirikan di kota ini. Omku kira-kira berumur setengah abad, sudah bercerai dua tahun yang lalu karena suatu sebab yang aku sendiri juga tak mau tahu maupun menanyakan, anak - anaknya sudah sukses dan tinggal diluar kota bersama kelurganya masing-masing.
Sesampainya di rumah om aku langsung disambut dan dipersilakan masuk oleh om,
“apa kabar don...?” sapa omku dengan ramah sambil mengulurkan tangannya,
“baik om” sapaku tak kalah ramahnya, sembari menjabat tangannya.
lalu om ku mempersilakan duduk, akupun duduk dan om kembali membuka pembicaraan
“kabar bapak ibumu don...?” kata omku,
“baik om...” sahutku.
lalu aku mengutarakan maksud dan tujuanku datang kerumah om, dan om pun menyetujuinya. Dan akhirnya pun aku tinggal di rumahnya om.
Hari-hariku dikota ini berjalan seperti biasanya kuliah, pulang, main dan kuliah lagi terus begitu setiap harinya.
sampai akhirnya pada suatu hari datang seorang gadis cantik datang kerumah mengetuk pintu depan, Aku pun segera membuka pintu.
“pagi mas, apa benar ini rumahnya Pak Arman?” sapanya dengan sopan,
“bentar ya mbak……” sahutku segera.
Perlahan kupandangi gadis cantik tersebut dari atas sampai bawah, rambutnya yang panjang dibiarkan terurai berhias cepit rambut model kelinci playboy dibagian kanan. berkaos ketat dengan lengan pendek yang hanya menutupi bagian pundaknya saja, memperlihatkan lipatan ketiaknya yang putih sewarna dengan kulit lengannya. Bentuk tubuhnya pun indah dengan pinggang bohay bak gitar spanyol, jantungku sempat berdebar saat kulihat dadanya yang besar, kalau di lihat dari penampilannya sepertinya ia seorang mahasiswi.
“loh mas, kok bengong…?” serunya, mengagetkan ku.
“oh yah...Om Arman ya, sebentar mbak saya panggilkan” sahutku gelagapan.
Tak lama kemudian om Arman keluar dan mempersilakan Gadis tersebut untuk duduk
“oh ya Don kenalin ini Sinta, anak magang di perusahaan Om, dan kebetulan selain magang dia juga seorang mahasiswi yang sedang melakukan penelitian untuk tugas akhirnya?” kata om memeprkenalkan Sinta kepadaku.
aku pun cuma mengganguk, sambil sambil memperkenalkan diri dengan mata masih terfokus pada dua gumpalan besar di dada Sinta
“oh ya, dia juga sekampus lho sama kamu?”, seru om lagi.
“kamu semester berapa don, dan ambil jurusan apa”, sahut Sinta kemudian.
“oh baru semester satu kok mbak, jurusan tukang ngaduk semen sama ngoreng aspal”, jawabku sambil tersenyum.
“jangan panggil aku mbak dong, panggil aja Sinta, kan umur kita ngak beda jauh”.
“emang umur kamu berapa?” sahutku segera,
“masih 20an kok” sahutnya sambil tersenyum.
“wah kamu pasti pinter dong, masak diusia segitu kamu udah masuk semester akhir” sahutku bersemangat.
“ah ngak juga, Cuma kebetulan aja kok. dulu pas smp dan sma sempet dipaksa masuk kelas akselerasi sam bokap” jawabnya tampak semringah.
“ohhh..pantesan” kataku.
“kebetulan juga, dulu pas semester-semester awal aku sempat jadi sales produknya dari perusahaan om dan dari situlah aku dapat sedikit kemudahan untuk mengakses data-data dari perusahaan sehingga tugas dan mata kuliah dapat nilai baik dan tak ada yang harus mengulang” jelasnya lagi.
Hebat juga si Om Arman bisa kenal cewex secantik dan sepinter Sinta, seksi lagi gumanku dalam hati.
Kemudian Sinta dan Om mulai membahas hal-hal berbau bisnis dan perusahaan, akupun hanya duduk sambil mendegarkan pembicaraannya sambil sesekali melirik tubuh Sinta yang semakin membuat bagian bawah perutku mulai sedikit mengeras, terkadang lirikan mataku tertangkap olehnya dan ia pun hanya tersenyum, entah disengaja atau hanya sekedar ingin merapikan rambut yang panjang. Sinta beberapa kali menggangkat tangannya, memperlihatkan ketiaknya yang putih berhiaskan bintik-bintik hitam di lipatan ketiaknya., yang mungkin itu bekas bulu ketiaknya yang tercukur dan mulai akan tumbuh. dadanya yang besarpun membusung kedepan, pemandangan yang indah ini pun semakin membuatku gelisah. Sinta melemparkan senyuman manis, saat matanya menangkap mataku yang tengah menatap wajah cantik dan bodynya yang seksi. Aku pun segara mengubah pandangan mataku ke smartphoneku
Dua puluh menit berlalu, tiba-tiba notifikasi smartphone ku berbunyi dan ternyata ada pesan di group WA.
“Om, Sinta aku kekampus dulu ya, ada tugas yang harus dikerjakan bareng temen”, kataku segera sambil melangkah menuju kamarku dan bergeges menuju kampus.
“ya udah tapi, ntar langsung pulang ya jangan main mulu”, seru Om Arman, Sinta pun hanya tersenyum.
“ya om” sahutku.
tiga jam berlalu tugas kelompok udah kukerjakan bersama teman-teman dan akupun siap-siap untuk pulang dan smartphone ku berbunyi ternyata ada panggilan dari Om Arman,
“halo, Om” seruku
“uh...uh...anu don nanti sekalian beliin nasi padang ya sekalian buat sinta juga”, kata Om Arman dari samrtphone ku,
dari suaranya sepertinya Om Arman habis berlarian,
“Om suaranya kok terengah-engah gitu” sahutku kemudian,
“oh ngak papa kok don Om lagi kepanasan aja” jawabnya segera.
Tanpa pikir panjang akupun langsung menuju warung padang langanan Om Arman dan meluncur kembali ke rumah.
Sesampainya dirumah Om dan Sinta tak ada di ruang tamu.
“lah kemana Om dan Sinta kok sepi” gumanku dalam hati,
aku pun melangkah mendekati kamar Om, dan ternyata pintunya tak dikunci lansung aja aku masuk dan ternyata Om tidakada dikamarnya. Akhirnya kulangkahkan kakiku mendekati kamar tidur tamu dan begitu aku mendekat dan hendak meraih handle pintu. terdengarlah suara jeritan perempuan seperti kayak setengah menagis namun juga seperti sedang tertawa bahagia.
“uh...oh......Om...terus...Om...terus..!,”
“jangan berhenti Sinta mau sampai...ah...ah...ah” dan suara jeritan itu terlihat seperti suara Sinta. Dan terdengar begitu keras dan bergetar.
“ah...oh...ah..oh...Sinta..keluar….lagi…..ommm...Ahhh!” Jerit Sinta.
aku pun termenung sesaat.
“lah ngapain si Sinta Njerit-njerit kayak gitu” gumanku dalam hati.
selain suara Sinta yang menjerit terdengar pula suara lain yaitu suara ranjang yang tengah bergoyang “nyit......nyit....nyit….kick...kick..kick” selain kedua suara tersebut, terdengar pula suara lain yang aku tak tahu suara apa itu “...plok...plok..plok….plek...plek..plek”,.
dan suara jeritan Sinta pun peccah kemabali
“uh....ah...ihh....ahh...om....Sinta...mau...lagi....”
aku semakin heran, sebab diantar suara jeritan-jeritan itu, tiba-tiba terdengar suara jeritan Om Arman tak lama kemudian.
“ooooooh...Sinta...om...mau...keluar…sin!”, seru Om Arman dengan kerasnya.
disusul kemudian dengan teriakan Sinta lagi
“keluarinnya.....didalam....aja...om……uhhhhhhh...Sinta…keluar...om!.”raung Sinta menyusul.
untuk beberapa sesaat kemudian suara-suara jeritan itu tak terdengar lagi. Sampai akhirnya aku mendengar suara lirih Sinta dengan nafas terngah-engah.
”gimana Om...puas” terdegar suara Sinta kemudian.
“uh, puas banget aku Sin, kamu memang hebat”. Sahut Om Arman
Aku semakin penasaran dengan apa yang dilakukan Om Arman dan Sinta di kamar tamu, dan ketika aku hendak mengintip lewat lubang ventilasi diatas pitu kamar tiba-tiba terdengar suara Om Arman berkata.
“Doni nyampai rumah belum ya, gawat kalau sampai ketahuan!” seru Om arman,
“telpon aja Om si Doni, memangnya Om belum cerita soal kita” sahut Sinta kemudian,
“ya belumlah Sin, nunggu waktu yang pas agar semua jelas dan bisa diterima,” kata Om Arman menimpali.
“seharusnya kamu pacaran dengan orang seumuran Doni” kata Om Arman kemudian,
“tapi Sinta iklas dan seneng kok, aku ngelakuin ini karena aku sayang sama om” sahut Sinta.
Kuurungkan niatku mengintip mereka, dengan nasi padang tetap ditangan, kulangkahkan kakiku ke halaman melangkah menuju pintu gerbang depan. berpura-pura seolah-olah aku baru saja sampai, dan tak lama kemudian samarphoneku pun berbunyi.
“Halo Don, kamu dimana”, seru Om Arman dari Hpku
“dah nyampai rumah ini om ” jawabku,.
“Don kamu tunggu dulu di halaman, biar Om bukain pintunya” seru Om Arman Kembali.
Terakhir diubah: