Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Slowly, Din! × updt. 20/2/24

li.ma (5) - Pipis​


Sejak kejadian di penghujung hari pada Mad Days, membuat aku dan juga teman-temanku bergidik ngeri bila mengingat dan menerka-nerka siapa gerangan pemilik suara yang meneriaki kami itu. Alhasil hari-hari kami selanjutnya selalu diselimuti perasaan was-was dan mengira-ngira siapa yang kemungkinan menjadi saksi kegiatan gila kami tempo hari.

Pak Sardi, beberapa guru dan staff sekolah, bahkan Wawan sekalipun kami curigai sebagai sosok yang misterius itu. Namun setelah menunggu beberapa hari, sambil mewanti-wanti bila saja ada yang datang lalu kemudian mengungkit-ungkit peristiwa kala itu, dengan tujuan memeras kami dalam hal uang ataupun 'hal' lain, tetap saja tak ada satu orangpun yang muncul dan menjawab semua rasa penasaran kami

Setelah beberapa Minggu, kamipun perlahan mulai melupakan kejadian tersebut, meskipun terkadang sesekali kami membicarakan hari yang menegangkan itu, percakapan kami selalu berakhir tanpa kembali menyinggung perihal kejadian saat hendak pulang.


"Takut kali ya orangnya?", ujar Risa padaku,

"Bisa jadi sih, takut dituduh ngintip, malah dia yang bermasalah", jawabku,

"Emang lu ga penasaran, siapa orangnya?", tanya Risa,

"Engga sih, selama ga ngancem kita, ato nyebarin foto dan video kita, kalo emang ada", terangku


Meskipun sedikit banyak aku sering merasa malu sendiri bila lewat di depan laki-laki, membayangkan kalau dia lah yang memergoki kegiatan kami saat itu.


______________



Saat ini aku sedang mempersiapkan barang-barangku, pakaian dan lain-lain, karena sebentar lagi aku akan mengikuti semacam kegiatan kepramukaan kabupaten, dan aku beserta beberapa temanku yang lain ditunjuk untuk mewakili sekolah kami, meskipun kali ini aku tanpa ditemani Risa yang sedang sakit. Baiknya, masih ada Wawan yang juga menjadi sahabat dekatku selama berkegiatan di lokasi yang akan dilaksanakan beberapa hari ke depan ini, jadi tak bakal sepi-sepi amat lah pikirku.

Satu hal yang sedikit menggangguku, adalah kebiasaan Risa menjelang tidur yang agaknya juga menjadi kebiasaanku belakangan ini, yaitu Risa akan sulit tidur bila dalam keadaan berpakaian lengkap, seringkali dalam keadaan bertelanjang bulat, benar-benar tanpa penghalang, membebaskan sepasang payudaranya itu, juga selangkangannya, dan karena kami sering tidur bersama, entah itu dia yang menginap di rumahku, atau aku yang menginap di rumahnya, alhasil kebiasannya itu secara tak sadar juga aku ikuti.

Awalnya aku sangat mengkritik gaya tidurnya itu, bahkan meledek Risa, tapi setelah aku mencobanya sendiri saat aku sedang tidur sendiri, aku malah merasa nyaman dan lebih mudah untuk tertidur, bahkan bangun dengan kondisi mood yang lebih baik. Jadilah aku mengikuti kebiasaannya yang agak nyentrik itu.

Kini, dengan kebiasaan baru ku itu, aku sedikit khawatir dengan kecukupan tidurku saat berkegiatan, yang mana dalam kegiatan itu tentu saja akan menguras banyak tenagaku, dan tanpa istirahat yang cukup, maka aku akan kesulitan.


"Ah, liat bagaimana nanti saja lah", pikirku


Wawan yang kini menungguku di ruang tamu, juga sedikit ngobrol dengan ayahku, karena dia lah yang akan memboncengku ke lokasi kegiatan, yang memakan sekitar 2 jam waktu perjalanan, tentu saja akan mendapatkan pesan untuk menjaga anak gadisnya yang cantik ini hihi.


"Wan, Dini berangkat bareng kamu, 'kan? Om titip Dini ya, meskipun udah sering kegiatan gini, tetep aja om khawatir", pinta ayahku pada Wawan,

"Iya om, sebenernya malah Dini yang sering jagain aku sama Risa, kalo udah kegiatan mah mode galak dia hahaha", canda Wawan,

"Hahaha kamu nih gimana, masa cewek yang jagain cowok", balas ayahku

"Hehe, tapi tenang aja om, Dini pasti aku tempelin terus kok, temen-temen yang lain juga ada..",
"..meskipun si Risa lagi ga bisa ikut", lanjut Wawan

"Iya ya, kasihan lagi ada kegiatan gini malah ga ikut gara-gara sakit si Risa", ujar ayahku

"Iya om, kebanyakan jalan dia mah, drop deh", jelas Wawan


Tak lama kemudian aku menghampiri dua laki-laki yang sedang ngobrol itu,


"Yah, aku pamit ya", ucapku sambil mencium punggung tangan ayahku itu

"Kamu hati-hati ya, dengerin pembina kamu, jangan jauh-jauh juga dari Wawan, makan yang bener, sholat jangan lupa, obat-obatannya udah dibawa, 'kan?..", ujar ayahku panjang lebar
".*** ada yang ketinggalan lagi?"

"Iya ayah iyaaa, udah semua kok, ga ada yang ketinggalan", balasku

"Tuh dengerin", timpal Wawan iseng

"Eh, berisik lu", ucapku

"Yaudah aku jalan ya Yah"

"Jalan dulu ya Om", ucap Wawan

"Iyaa, hati-hati ya nak, kabarin kalo udah sampe", ujar ayahku


Ibuku sedang tidak ada di rumah, ia sedang mengunjungi tanteku yang berada di kampung sebelah yang juga sedang sakit, aku sudah berpamitan dengannya sejak tadi pagi.

Lalu aku yang dibonceng Wawan menggunakan motor maticnya, menuju ke titik kumpul rombongan dari sekolahku untuk kemudian bersama-sama berangkat ke lokasi kegiatan, kegiatan yang berupa perkemahan yang juga dirangkaikan dengan semacam jelajah alam.

Singkat cerita, setelah kurang lebih dua jam perjalanan kami, kami akhirnya tiba di lokasi kegiatan yang disana baru terdapat dua sampai tiga sekolah lain yang juga ikut sebagai peserta, sedangkan peserta dari kegiatan ini kuperkirakan setidaknya delapan sekolah, aku tidak yakin. Aku memaklumi kondisi yang terbilang sepi ini karena memang jadwal ketibaan peserta baru akan dimulai besok, tetapi pembina sekolahku juga teman-temanku bersepakat untuk datang lebih awal, sehingga kami dapat memilih titik kamp sekolah dengan lebih leluasa dan strategis, juga dapat bersantai-santai di lokasi yang masih sangat asri ini sampai kegiatan baru akan dimulai.

Setelah sedikit mengobservasi lokasi kegiatan, kami memutuskan untuk membuat titik kamp di bagian terpinggir dari area kegiatan ini, namun tidak berada di belakang titik kamp sekolah lain, dengan demikian kami tetap bisa memantau pergerakan di lokasi, juga melihat siapa-siapa saja yang baru tiba di lokasi. Di belakang kamp kami langsung dihadapkan dengan banyaknya pohon yang menjulang, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rimbun.

Selanjutnya kami menyiapkan tenda utama sebagai ruang menerima tamu entah dari sekolah lain, ataupun dari panitia, juga menyiapkan bagian perapian dan sumber air. Kekhawatiranku mengenai kebiasaan tidurku yang baru akhirnya terjawab, dengan jawaban yang melegakan tentunya. Untuk tempat tidur, pembina kami yang telah berkoordinasi dengan panitia, menyiapkan tenda dengan kapasitas dua orang sesuai dengan jumlah perwakilan sekolah, dan aku yang seharusnya ditemani oleh Risa, akan tidur sendiri di tenda yang disiapkan, sedang Wawan akan satu tenda dengan temanku yang lain, yang juga laki-laki tentunya, enak banget kalo setenda sama cewek si bodoh itu.


"Biarin deh sendiri, daripada ga bisa tidur", pikirku


Setelah mendirikan tendaku, juga mengatur barangku di dalamnya, aku lalu membantu temanku yang lain, sekaligus mencari kayu bakar mengingat hari mulai sore.

Satu hal yang menjadi kekurangan dari penempatan kamp sekolahku, yakni sedikit jauh dari WC umum yang disediakan panitia, tidak begitu jauh memang, namun tetap saja akan memakan waktu untuk sampai ke sana. Meskipun demikian, beberapa titik penyimpanan air yang cukup besar tersebar di sudut lokasi kegiatan, termasuk salah satunya berada di dekat kamp kami. Untuk kami yang malas untuk berjalan ke WC umum, termasuk aku salah satunya, lebih memilih untuk mengambil sedikit air lalu pergi ke hutan untuk buang air, tidak terlalu jauh tentunya, bagaimanapun aku takut tersesat, jadi aku hanya pergi sampai kemana aku memperkirakan tidak akan ada yang bisa melihatku baik sengaja ataupun tidak.

Tak lama, malam pun tiba, seketika suasana perkemahan menjadi gelap dan hanya diterangi cahaya bulan, juga api unggun yang kami nyalakan, begitu juga dengan kamp sekolah lain.

Seusai beberapa jam sibuk bernyanyi dan bercerita di sekitar api unggun, juga ditemani oleh tingkah konyol Wawan dan beberapa siswa laki-laki lain, Pak Danang, pembina ku, menyuruh kami untuk segera beristirahat di tenda masing-masing, kami yang tanpa disadari sudah sangat kelelahan pun segera masuk ke dalam tenda kami.

Di dalam tenda yang berkapasitas dua orang ini, aku yang hanya sendiri dapat dengan leluasa bergerak dan mengatur barang-barangku.

Aku yang sudah sangat kelelahan karena belum sempat beristirahat sejak tiba di lokasi, segera menanggalkan pakaian pramukaku dengan kondisi jongkok, yang tentu sebelumnya aku sudah memastikan tenda ini tertutup rapat tanpa celah untuk mengintip ke dalam. Aku mulai dari membuka sepasang sepatu beserta kaos kaki, aku juga membuka jilbab coklatku, yang langsung disambut dengan terurainya rambut hitamku, kemudian tanganku perlahan membuka setiap kancing baju pramukaku, dan tampaklah sepasang payudaraku yang mencuat terbungkus bra hitam yang sepertinya sedikit lembab akibat basah terkena keringat, lalu aku menurunkan resleting rokku dan meloloskan rok cokelat itu dari kedua kakiku.

Legging ketat yang membungkus kedua kakiku, yang nampak lebih ketat lagi pada bagian selangkanganku, melekat sempurna membungkus area kewanitaanku itu juga sepasang bongkahan daging pantatku yang Risa sangat suka menamparnya. Perlahan kuturunkan legging hitam itu berbarengan dengan celana dalam yang juga berwarna hitam, yang singkat saja langsung menghilangkan penghalang antara vagina dan pantatku dengan matras yang sebelumnya sudah kubentangkan di tenda ini. Lalu disusul dengan membuka bra yang terdapat label 36B di sisinya, sehingga kedua payudaraku itu tergantung dengan bebas.

Kini, aku resmi bertelanjang bulat, dengan hanya dipisahkan dengan bahan tenda yang tipis namun tidak tembus pandang, dengan udara luar dan juga teman-temanku berada. Aku semakin yakin untuk bertelanjang bulat setelah menemukan resleting tenda ini terdapat pengait yang dapat mencegah resletingnya terbuka secara langsung, ya semacam pengunci.

Aku bergidik merinding setelah sekilas membayangkan bertelanjang bulat di tengah perkemahan dan disaksikan banyak orang, dimana seorang gadis muda memperlihatkan bongkahan payudara dan pantatnya, berbaring di tengah rerumputan perkemahan.

Benar saja, seusai melepaskan semua kain di tubuhku, aku langsung segera tertidur setelah berbaring di tas carrier yang kujadikan sebagai bantal, sepertinya aku benar-benar kelelahan.

Setelah beberapa jam tertidur, tiba-tiba saja aku terbangun, kandung kemih ku terasa penuh, ya aku ingin pipis. Aku melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul satu lewat dua puluh menit dini hari.

Dengan malas dan mengantuk dan rasa ingin segera membuang semua isi kandung kemih ku ini, saat resleting tenda telah terbuka setengahnya, aku buru-buru menutup kembali tendaku setelah aku sadar kalau aku masih tanpa pakaian sehelai pun,


"Ah anjir, ada yang liat ga ya?",
"Semoga ga ada deh, udah jam segini pasti udah pada tidur", pikirku panik


Aku lalu mencari pakaian untuk kukenakan ke luar. Karena aku terlalu malas untuk mencari pakaian lain dari dalam tas, maka aku memutuskan untuk mengenakan pakainku yang tadi kupakai, aku nekat menggunakan rok tanpa legging dan celana dalam, dengan tujuan mempermudah tujuanku yakni buang air, tinggal jongkok dan serr.

Untuk atasannya, aku hanya mengenakan sweater yang kupakai membungkus pakaian pramukaku pada saat perjalanan dari rumah menuju lokasi ini, tanpa ada apa-apa lagi di baliknya,


"Ga kentara juga kalo pake ini doang", pikirku


Sedangkan untuk jilbab, aku memutuskan untuk tidak mengenakannya, toh jam segini siapa juga yang masih bangun dan berkeliaran.

Dengan membawa hp sebagai senter, juga botol air untuk bilas, aku perlahan membuka resleting tendaku dan sedikit mendongakkan kepalaku ke luar untuk memperhatikan sekitar, dan benar saja, tidak tampak ada aktivitas di sekitar kamp kami. Selain karena gelap, juga karena udara yang cukup dingin.

Akhirnya aku keluar dari tenda dan langsung disambut dengan udara yang masih sangat segar, tapi karena dingin yang sedikit menusuk, aku bersegera pergi ke penampungan air untuk mengisi botol ku terlebih dahulu lalu pergi mencari titik dimana aku bisa buang air dengan aman.

Aku berjalan melewati beberapa tenda teman-teman serta pembinaku, dan tak tampak ada aktivitas maupun suara yang menunjukkan pergerakan dari dalam tenda.

Dengan kondisi yang sunyi seperti ini, aku memutuskan untuk berjalan tidak terlalu jauh sebagai titik buang airku pagi-pagi buta ini, bahkan aku masih dapat melihat seluruh area kampku dari tempat ini.

Setelah memeriksa tanah tempatku akan berjongkok, memastikan tidak ada hewan ataupun tanaman yang menjulang, aku lalu mematikan senter HPku dan meletakkan botol penuh air di sampingku. Aku lalu mencoba menaikkan rok ku, namun celakanya, rok yang kupakai agak sulit untuk naik sampai ke pinggangku, sepertinya karena ukuran pantatku yang membesar ini, merepotkan saja.

Akhirnya dengan pertimbangan yang buru-buru karena aku sangat mengantuk dan udara yang dingin, aku memutuskan untuk membuka sekaligus rok ku agar aku bisa berjongkok. Aku lalu menurunkan resleting rok ku juga melepaskan kancingnya, lalu meloloskannya turun melewati kedua kakiku, lalu segera berjongkok dan mengosongkan kandung kemihku ini. Jadilah aku, seorang gadis yang dikenal cukup alim, sedang setengah telanjang, berjongkok di tengah hutan, dengan air seni yang sedang mengalir deras keluar dari liang kewanitaannya.

Seusai beres buang air dan membilas vaginaku, aku lalu berdiri dan hendak kembali ke tendaku. Namun entah apa yang merasuki pikiranku, aku berpikiran untuk nekat berjalan kembali ke tenda tanpa mengenakan kembali rok ku, mempertontonkan yang katanya sebagai liang surgawi milikku.

Dengan deg-degan yang amat sangat, mengingat ini adalah pengalaman kedua ku dalam keadaan setengah telanjang di luar ruangan, namun kali ini kondisinya aku tahu persis bahwa di dalam tenda-tenda yang akan kulewati terdapat orang yang sedang terlelap, tidak hanya perempuan, tetapi juga laki-laki.

Sembari berjalan pelan diantara tenda, aku terus memperhatikan sekitar area kamp ini, juga sesekali memperhatikan ke arah area kamp lain, berjaga-jaga bila saja ada orang yang tiba-tiba muncul dan melihatku.

Tapi, di tengah perjalanan, pikiranku semakin kacau, entah karena adrenalin atau udara yang dingin, atau memang aku yang sudah tidak waras, memutuskan hal yang akan pertama kali kulakukan,


"Buka semua aja sekalian apa ya?..",
"..penasaran juga, lagian bener-bener ga ada orang gini", pikiranku dipenuhi rasa penasaran

"Tapi kalo ada yang liet gimana? Bisa mati gue",

"Ah buka aja lah", putusku nekat,


Lalu aku meletakkan sejenak rok cokelat ku itu di batu yang ukurannya lumayan besar, yang terletak tak jauh dari posisiku saat ini. Kemudian aku menarik ujung sweaterku lalu meloloskannya melalui kedua tanganku dan akhirnya melewati kepalaku, jadi lah aku sepenuhnya bertelanjang bulat, menampakkan kulit putih, kedua payudara yang seringkali kudengar-dengar cukup akrab dibicarakan teman laki-laki di kelasku, vaginaku yang bulunya baru saja kucukur habis sebelum berangkat kemari, juga sepasang daging empuk pantatku yang menjadi penyebab utama sempitnya rokku, di tengah-tengah perkemahan, hanya terpaut beberapa meter dari teman-teman laki-laki maupun perempuan, dan juga pembina sekolahku, bayanganku akan banyaknya orang yang melihatku dalam kondisi seperti ini tak ayal membuat vaginaku terasa sangat hangat dan licin.

Kemudian aku melanjutkan kembali perjalananku kembali ke tenda, tak lupa membawa rok yang kusimpan tadi, sambil menikmati udara yang menyegarkan ini, juga terus memperhatikan keadaan sekitar. Saat aku tiba di tendaku, perjalanan tadi terasa sangat jauh dan sangat lama, tak seperti pada saat pergi tadi, perjalanan kembali begitu terasa sangat lambat dan jauh, padahal jarak tempuh yang kulalui persis sama.

Setelah mengaitkan rapat-rapat resleting tendaku, barulah aku menyadari kalau sekarang aku dalam kondisi berkeringat, tubuhku terasa panas, padahal udara saat ini sedang dingin-dinginnya. Saat aku memegang vaginaku, benar saja, di bawah sana begitu lembab dan hangat, berniat ingin melihat dan menghilangkan cairan disana, aku malah terhanyut


"Ehmm...aduh, eh, kok gini ya?", sambil terus mengorek dan mengusap vaginaku itu,

"Eughh, ahhh, hah hah ah ha", nafasku tersengal, kepalaku mendongak, mataku terpejam,


Tak sadar aku sampai berbaring dengan tangan kananku masih terus mengusap permukaan vaginaku, aku tak mengerti apa yang terjadi, yang jelas aku menikmati ini, persis seperti salah satu video yang kutonton di grup WA Risa, yang juga memainkan vaginanya sambil terengah-engah.

Tanganku kiriku yang mencoba menggapai apapun dalam jangkauanku ke kiri dan ke kanan karena keenakan, malah menyenggol bongkahan payudaraku, akupun seperti tersetrum, sampai punggungku sedikit melengkung ke atas, mencoba mencari sensasi itu, tangan kiriku lalu mencoba menggenggam payudara kiriku, dan ya sensasi itu kembali lagi, sampai aku tak sengaja untuk meremasnya lebih kuat, dan benar saja, sensasi tadi seolah meningkat berkali-kali lipat, langsung saja sembari tangan kananku sibuk bermain di vaginaku, tangan kiriku juga sibuk meremasi payudara kiri dan kananku sendiri secara bergantian.

Dengan posisi selangkanganku masih menghadap tepat ke pintu masuk tenda, aku terus mencari dan mengeksplor perasaan dan sensasi yang baru kurasakan seumur hidupku ini, aku tak tahu bagaimana basahnya vaginaku di bawah sana, yang jelas aku dapat merasakan bahwa matras dibawahku sudah basah kuyup, aku juga meremas dan memilin-milin puting payudaraku yang pink kecoklatan yang berdiri tegak dan keras, aku seperti cacing kepanasan yang menggeliat tersiram air panas.

Karena tak ingin suaraku terdengar sampai keluar, karena bisa saja aku membangunkan orang di sekitar tendaku, aku mencoba menutup mulutku menggunakan tangan, tapi jika demikian, aku tak lagi dapat memainkan payudaraku, jadi aku mencari kain untuk menyumpal mulutku sendiri, dan yang terdekat adalah celana dalamku yang tadi kugunakan, saat kuambil dan kucoba untuk mencium baunya, terdapat bau khas keringat kewanitaan. Setelah menimbang-nimbang, aku memutuskan untuk bodo amat dan menggunakan celana dalamku itu untuk menyumpal mulutku agar tak mengeluarkan suara, lalu tangan kiriku kembali lanjut memainkan payudaraku bergantian.

Tak lama, dengan tubuhku yang bermandikan keringat, aku merasakan seperti akan ada yang keluar dari vaginaku, seperti rasa ingin pipis tapi berbeda, karena kepalang tanggung,


"Aduhh ahhh, kok lagi gini malah mau pipis sih..",
"..hahh hah, ahh, udah pipis disini aja ah, bodo amat", pikirku


Akhirnya rasa ingin pipis itu semakin besar dan semakin besar, sampai


"Eerghhh....

Ehh..

Hahh...

Arghhhh...."


Aku seperti menggelepar karena akhirnya rasa ingin pipis itu akhirnya tumpah, nafasku terputus-putus, dadaku sedikit gemetar sambil naik turun

Aku tak bisa bergerak!

Ya, aku seperti shock untuk beberapa saat setelah rasa itu memuncak, tangan kananku masih berada di vaginaku, begitu juga tangan kiriku masih meremas kuat payudara kiriku yang perlahan melemah, dan akhirnya aku benar-benar tanpa tenaga, bahkan untuk sekedar memindahkan tanganku, apalagi membuka sumpalan mulutku,


"Ah, gila, itu tadi apaan", pikirku mencoba mencerna apa yang baru saja kulakukan

"Apa ini yang dirasain cewe di video itu", aku menerka


Setelah beberapa saat, aku merasakan tenagaku kembali. Perlahan aku mulai bangkit dan melihat kondisi tubuhku yang berantakan, juga kondisi matras ku yang basah, lalu membuka sumpalan celana dalam di mulutku itu,


"Bodo lu Din, ah..",
"..malah pipis disini", pikirku mengutuk diri sendiri

"Eh, tapi kok ga bau pipis sih?", bisikku sambil membaui matrasku yang basah tadi

"Gila..", pikirku


HPku lalu berbunyi, sebuah notifikasi WA, sebuah chat dari Putri, ya dia juga ikut pada kamp ini, namun berada satu tenda bersama salah seorang junior,


"Ada yang seru nih", isi chatnya sambil dibubuhi emoticon dengan lidah yang menjulur.
 
wah menarik ceritanya hu, ngingetin sama jaman ikipiyeto dulu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd