Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Slowly, Din! × updt. 20/2/24

em.pat (4) - Mad Days​



Olahraga, menjadi mata pelajaranku saat ini, meskipun guru yang biasa mendampingi kami sedang tidak hadir dan tanpa ada guru pengganti, teman-teman kelasku tetap memutuskan untuk menggunakan jam mapel ini untuk berolahraga bersama-sama. Jadilah kami dengan kegiatan masing-masing, murid laki-laki sudah jelas dan sudah pasti sibuk bermain sepak bola, sedang murid perempuan sedikit lebih beragam, ada yang bermain bulutangkis, voli, membuat video tiktok, atau hanya sekedar ngobrol, seperti yang kulakukan saat ini.

Ngobrol menjadi opsi terbaik untukku hampir di setiap saat, terlebih di sekolah, meskipun aku sempat bermain bulutangkis satu set melawan Risa, kami memutuskan untuk bersantai di tepi lapangan setelahnya, begitulah jika mager sudah mendarah daging.

Berawal dari obrolan tentang video yang baru saja kami tonton bersama, sembunyi-sembunyi tentunya, yakni berupa rekaman seorang pria yang tidak menunjukkan wajahnya, tetapi menampakkan anggota tubuhnya mulai dari leher sampai ujung kaki tanpa halangan, ya pria itu bertelanjang bulat. Dengan bentuk tubuh yang biasa saja, alias tidak terlalu berotot, tetapi juga tidak terlalu gendut, lumayan proporsional dibandingkan sebagian besar teman laki-laki di kelasku yang jika tidak gendut, maka pasti terlalu kurus. Pria di video tampak sedang duduk di kursi kantoran, entah dia sedang berada di kantor, atau hanya di ruang kerjanya saja, tangan kanannya sedang memegang penisnya yang sebelumnya ia baluri dengan semacam body lotion, lalu menggerakkannya naik turun, mataku menatap lekat apa yang sedang pria itu genggam, aku seperti terhipnotis dengan apa yang kulihat.

Menurut Risa, penis -atau kontol, seperti yang dikatakannya- pria ini sangat menggoda, aku sendiri belum begitu mengerti tentang ukuran ataupun semacamnya mengenai penis pria, dengan panjang yang Risa perkirakan sekitar 18cm, penis pria itu memang terlihat gagah, dengan warna coklat gelap dan urat-urat yang menjalari batangnya itu.


"Din, lo pernah liat kontol beneran ga?", tanya Risa, sambil terus memperhatikan pria di video

"Ngaco lo, mana pernah gue liat gituan, pacaran aja ga pernah..", sanggahku
"..ya kecuali dari grup lu sih", sambungku yang juga sambil tetap memperhatikan 'pertunjukan' di HP Risa ini

"Hahahaha, kali aja gitu kan", ucapnya sambil cengengesan yang menjengkelkan


Sekian detik terhenti, karena tiba-tiba beberapa teman perempuan kami lewat, mereka mengatakan ingin lebih dulu pergi ke kelas, kami melanjutkan tontonan kami itu.


"Emang lo pernah liat langsung?", tanyaku pada Risa

"Hehe, pernah sih", jawabnya

"Wah, parah lo, kok bisa? Dimana? Punya siapa? Wisnu ya? Kok bisa?", cecarku kaget pada Risa,

"Satu-satu lah geblek", omelnya padaku

"Jangan-jangan waktu lo ngasih liet t-toket lu ya?", sergahku,


Ya, Risa yang sedikit miring ini, sudah pernah memperlihatkan payudaranya pada Wisnu, pacarnya, secara langsung, bahkan sampai meremas sebongkah payudaranya itu. Aku merinding saat mendengar ceritanya itu. Karena mereka tak membahasnya di chat, atau Risa menghapus obrolan itu, aku baru tahu ceritanya itu ketika setelah kejadian waktu itu ketika aku mengirim PAP payudaraku pada Wisnu dan mengatakan ada yang berbeda, aku langsung memaksa Risa untuk menjelaskan kenapa Wisnu mengatakan ada yang berbeda dengan foto yang ia terima.

Akhirnya Risa mengaku kalau Wisnu sudah tahu bentuk payudaranya, karena saat mereka berpacaran di 'area pacaran' kampung kami, Wisnu sedikit memaksa Risa untuk memperlihatkan payudaranya itu, meski Risa juga tidak terlalu keberatan, mengingat dia sangat mencintai pacarnya itu. Mendengar ceritanya itu, aku langsung marah bahkan sempat menangis karena Wisnu jadi tahu bahwa foto payudara yang ia kirim adalah miliknya dan bukan milik Risa. Namun Risa meyakinkanku bahwa Wisnu tidak akan tahu bahwa itu adalah payudaraku, melainkan hanya diberikan sentuhan edit. Cukup lama aku ngambek, hampir seharian sepertinya, aku yang sudah yakin dengan penjelasan Risa akhirnya tidak ngambek lagi. Entahlah, aku memang tidak bisa terlalu lama untuk marah dengan sahabatku ini.


"Iya waktu itu, masa dia doang yang liat barang gue..",
"..kan gue juga penasaran", Risa membenarkan pertanyaanku,

"Wah gila ni anak, jadi dia liet toket lo, dan lo liet k-kontolnya?", ulangku memperjelas,

"Iya diiinn, ga ngapa-ngapain lagi kok..",
"..ya ada sih remes-remes dikit",
"sampe keluar ding, abisnya dia sange banget katanya", tambah Risa

"Keluar? Keluar apaan?", tanyaku bingung

"Ih ya keluar, ngecrot gitu loh", jawab Risa

"Ya apa yang keluar? Ga nyampe gue", tanyaku lagi

"Spermanya sayang, mani, peju..",
"..yang ini loh", jawab Risa,

Lalu Risa mempercepat laju video yang tadi kami tonton sampai ke bagian dimana pria yang ada di video itu mempercepat gerakan tangan pada penisnya hingga akhirnya penisnya itu mengeluarkan cairan yang mengenai bagian perut hingga dadanya sendiri, terlihat kental dan berwarna keputihan.

"Oohh itu yang namanya keluar", gumamku

"Kan lagi gue isep tuh, tiba-tiba aja dia bilang mau keluar, karna gue ga mau nelen semua, gue keluarin deh dari mulut gue..",
"Hampir aja pejunya kena jilbab gue pas muncrat..",
"..dia ngeluarin di toket gue soalnya", jelas Risa.

"Isep? Isep apaan? Kontolnya Wisnu?", tanyaku, lagi

"Ho'oh, dia maksa sih, ya gue penasaran juga, tapi awalnya dia yang maksa", jawab Risa

"Astagaaa, udah gila lo ya, bisa-bisanya lo ngisep kontol gitu ih", sergahku sedikit keras

"Heh, berisik lu, ntar kedengeran anak-anak gimana", tegas Risa


Dengan menutup mulut dengan tangan kananku, aku memperhatikan sekitar, untungnya sedang tidak ada orang di sekitar kami, aman


"Ya abis lu, gila lu ah, nekat gitu, sembarangan", ucapku dengan jengkel pada Risa, bisa-bisanya ia melakukan hal seperti itu pada orang yang belum tentu jadi suaminya nanti,

"Mo gimanaaa, penasaran tau, lu sendiri kan udah liet gimana bentukannya si Wisnu..",
"..lagian ngisep doang, ga sampe ngewe", bela Risa

"Ya tetep aja Ris, kalo dia bukan suami lo nanti gimana?", tanyaku

"Din, justru gue nyari pengalaman tau, biar gue bisa muasin suami gue nanti..",
"..sukur-sukur gue jadi ama Wisnu, kalo ama yang lain ya mau gimana", bela Risa, lagi


Aku hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan temanku yang satu ini, nekat emang.

Tak lama, Wawan yang penuh keringat karena bermain bola sejak dari tadi menghampiri kami,


"Ngobrolin apa sih? Seru banget berdua, ngomongin gue ya?", ucap Wawan pede

"Idiihh, mabok lo ya? Yakali ngomongin elu", tolak Risa tegas

"Iya nih mabok gue, anak-anak yang lain juga mabok..",
"..mabok ngelietin lo berdua, mantep banget kalo pake baju olahraga", ucap Wawan tanpa rasa bersalah


Aku dan Risa spontan mengejar dan memukul Wawan menggunakan botol air yang sudah kami habiskan isinya itu sampai ia minta ampun.

Setelah puas bersama Risa menghajar Wawan dengan botol air, kami berdua memutuskan untuk kembali ke kelas karena matahari mulai meninggi.



"Kontol Wawan bentuknya gimana ya?", pikirku dalam hati.


______________



Kini kami sudah berada di kelas, terlihat beberapa temanku sibuk mengipasi dirinya menggunakan buku untuk menghilangkan keringat.

Bertepatan dengan habisnya jam untuk mata pelajaran olahraga, wali kelas kami Bu Wirda menginfokan bahwa semua siswa sudah boleh pulang sehubungan dengan para guru yang dipanggil ke kantor dinas. Sontak teman-temanku bersorak kegirangan karena bisa pulang lebih awal, lalu segera meninggalkan ruang kelas.

Sekarang, sekolah kami yang tidak seberapa luas ini sudah kosong ditinggalkan penghuninya, terkecuali aku dan beberapa teman perempuanku.

Risa mengajak teman-teman perempuan di kelasku untuk tinggal sejenak di sekolah, ia memiliki ide untuk berkeliling dan bermain-main di sekolah yang sedang kosong ini. Aku yang pulang dibonceng dengan Risa nantinya, mau tidak mau ikut tinggal bersama teman-teman yang lain, lagipula aku juga penasaran bagaimana rasanya berada di area sekolah yang kosong seperti sekarang ini.

Pak Sardi, penjaga sekolah yang sudah berusia lebih dari 50 tahun, aku tak tahu tepatnya, berkulit lumayan gelap karena memang ia adalah pekerja keras, terlihat dari tangannya yang dipenuhi urat menjalar. Seperti kebiasaannya, ia akan berkeliling sekolah ketika semua guru dan siswa sudah pulang untuk memastikan tidak ada yang terkunci. Kelasku tak luput dari pemeriksaannya,


"Kok belum pada pulang neng?", tanya Pak Sardi

"Masih pengen tinggal dulu pak", ucap Putri, salah seorang temanku

"Tapi saya tinggal gapapa ya? Mumpung pulang cepet saya mau ngajak anak saya jalan-jalan ke pantai", tanya Pak Sardi,

"Gapapa pak, aman ini mah", ucap Risa lantang

"Yaudah, saya tinggal ya neng-neng semua", pamit Pak Sardi.

Alhasil bisa dipastikan, bahwa hanya kami yang tersisa di sekolah ini. Aku, Risa, Putri, Hana, dan Mela.

"Sekarang apa dong?", tanya Putri dan Hana kompak

"Keliling aja dulu, yuk", ajak Risa


Akhirnya kami yang masih berpakaian olahraga berjalan menyusuri sekolah, dengan tas yang kami tinggalkan di ruang kelas.

Satu per satu ruang yang kami lewati dan tidak terkunci tentunya, kami masuki hanya sekedar untuk melihat-lihat, dan sekolah ini dapat kami pastikan betul-betul kosong.

Di belakang gedung sekolah, terdapat sebuah area yang sedang dalam pengerjaan, semacam area khusus olahraga, yang katanya akan terdapat lapangan berbagai olahraga, bahkan kolam renang, katanya. Meskipun masih jauh dari kata selesai, tapi beberapa bagiannya mulai terlihat, seperti trek lari, lompat jauh, hingga toilet.

Saat tiba di trek lari, Risa memiliki ide untuk lomba lari yang disetujui teman-temanku, saking bersemangatnya Hana sampai berteriak setuju, ia memang salah satu gadis paling bersemangat di kelasku.


"Tapi masa ga ada tantangannya sih", ucap Hana

"Iya ya, ga seru, apa dong tantangannya?", sambung Putri

"Gimana kalo gini..",
"..kan kita berlima nih, dua orang paling terakhir sampe ke finish, harus buka baju hahaha", tawar Risa iseng

"Ngaco lu geblek, masa buka baju di sekolah?", sanggahku pada idenya yang gila itu

"Yeee, kan tinggal kita-kita doang, ga ada orang lain", ucap Risa

"Ya iya sih ga ada orang, tapi kalo ada yang liet gimana? Ato Pak Sardi tiba-tiba dateng?", ucap Mela cemas

"Kan tadi kita udah cek bareng, udah ga ada orang samsek di sini, pak Sardi juga udah bilang dia mau jalan-jalan, ga mungkin balik hari ini itu mah", jelas Hana

"Nah itu lo ngerti", ucap Risa

"Emang lu pada ga malu? Di ruang kebuka gini, banyak pohon sih", tanyaku lagi

"Yaelah malu-malu amat, tadi di kelas ganti baju bareng pas anak-anak cowok udah keluar juga biasa aja lu", jawab Putri

"Tau lu, udah sering liet juga kan", timpal Risa lagi

"Yaudah iya, gue mah ngikut aja kalo aman mah", aku menyerah,

"Nah gitu dong", seru Putri.

"Terus apanya yang dibuka dong kalo kalah?", tanya Hana

"Semua aja, kecuali daleman", jawab Risa

"Okeeeh, kecuali daleman nih ya", ucap Putri semangat


Akhirnya kami berlima memposisikan diri di trek lari, aku sudah bertekad untuk tidak kalah, bagaimanapun aku masih malu untuk hanya mengenakan pakaian dalam di ruang terbuka seperti ini.

Kami menghitung bersama hitungan mundur sebelum mulai berlari,


5

4

3

2

1


Dan lomba lari ini pun dimulai, aku yang dengan tekadku langsung mengerahkan tenagaku untuk berlari sekencang mungkin, alhasil saat ini aku berada di urutan paling depan, meninggalkan teman-temanku di belakang, namun aku yang buruk dalam stamina, bahkan tidak dalam kondisi prima untuk berlari mengingat aku hanya berolahraga ringan tadi pada mapel olahraga, akhirnya mulai mengalami penurunan kecepatan, dan nafasku mulai tersengal-sengal.
Hana, Putri, dan Mela yang sedari tadi memang aktif berolahraga, bahkan sampai membasahi pakaian olahraganya itu, dengan telak dapat menyusulku bahkan mendahuluiku, sedangkan Risa yang sama seperti ku, sudah menyerah di pertengahan trek, berbaring kehabisan nafas.

Dengan demikian, Hana sampai lebih dulu di garis finish, disusul Mela, lalu putri, dan kemudian aku. Alhasil yang akan mendapatkan hukuman adalah aku bersama si geblek, Risa.


"Wuhuuuu, menang guee", teriak Hana melompat

Sedang Putri dan Mela sama-sama terduduk tampak mencoba menghirup udara sebanyak mungkin.

Tak lama, melihat aku dan Risa yang sudah bernafas normal,

"Ris, Din, kena lo ya berdua hahaha", ledek Hana yang disusul tawa oleh Putri dan Mela

"Ah, elo sih Ris aneh-aneh aja", ucapku menyalahkan Risa

"Eh, enak aja, lo setuju aja kan tadi", sanggah Risa

"Nah, sebagai hukumannya, sekarang lo berdua harus lepas seragam ya cantik manis", ucap Hana dilebih-lebihkan


Dengan ogah-ogahan, aku dan Risa perlahan melepas atasan kami terlebih dahulu, seragam olahraga yang sedikit dibasahi keringat itu perlahan kulolosi ke atas kepalaku, yang jelas saja langsung menampakkan kulitku yang berkeringat, serta bra putihku yang juga sudah lumayan basah itu, begitu pula Risa, ia nampak begitu seksi dengan keringat yang membanjiri tubuhnya itu, terlebih ia menggunakan bra berwarna hitam yang menurutku menambah keseksiannya.


"Uhuuyyy, manteeepp, seksinya kawan-kawanku iniihh, ini nih yang bikin anak cowok pada mupeng", sorak ramai teman-temanku

Aku dan Risa akhirnya salah tingkah, dan dapat dipastikan muka kami memerah malu. Selanjutnya, aku dan Risa melepaskan celana olahraga kami, yang lalu memperlihatkan kaki dan paha kami yang terbilang mulus, hanya terdapat beberapa bekas luka kecil.

Putri, Hana, dan Mela pun semakin bersemangat menyoraki kami berdua yang kini hanya mengenakan sepatu, pakaian dalam, serta jilbab hitam.


"Siniin seragamnyaa, supaya lu berdua ga pake dulu", pinta Mela


Aku dan Risa lalu menyerahkan penutup tubuh kami yang menghalangi pandangan mesum anak laki-laki di kelas, lebih tepatnya di sekolah sih.

Seusai penyerahan seragam itu, kami lalu beristirahat di semacam podium penonton setengah jadi di sebelah kiri dari pusat area olahraga itu, bahkan kami sempat sejenak ketiduran akibat kelelahan. Meskipun tak kena hukuman, Putri, Mela, dan Hana akhirnya memutuskan untuk ikut membuka atasan mereka, akupun memaklumi karena pakaian mereka memang sudah basah kuyup akibat keringat, meskipun yang ikut melepas celana hanya Hana, untuk Putri dan Mela merasa celana mereka tidak terlalu basah.

Aku terbangun kaget setelah beberapa saat tertidur, entahlah, mungkin sekitar setengah jam, dan memperhatikan teman-temanku yang masih tertidur. Lalu aku memutuskan untuk sedikit berkeliling area ini, sembari tetap memperhatikan sekitar, berjaga-jaga bila saja ternyata ada orang lain di sekolah yang memperhatikan kami. Aku merinding membayangkan tiba-tiba ada orang lain atau bahkan Pak Sardi yang memergoki kami dalam kondisi tanpa pakaian yang layak seperti ini.

Sedikit berjalan ke samping podium, ternyata terdapat sebuah bangunan, yang setelah kudekati ternyata itu adalah toilet. Aku memutuskan melihat-lihat isi toilet itu, yang mengagetkanku ternyata toilet ini sudah dapat digunakan karena air yang sudah mengalir di kerannya, meskipun masih terdapat beberapa bagian yang belum selesai. Model dari toilet ini, utamanya pada bagian perempuan, terdapat beberapa keran shower terbuka di masing-masing sisinya, dan juga terdapat dua buah bilik yang memiliki tirai, kupikir itu untuk perempuan yang tidak mau dilihat bila sedang mandi, juga satu buah bilik yang terdapat kloset di dalamnya.

Sekembalinya dari toilet itu, aku lalu membangunkan teman-temanku,


"Bangun oi, mau sampe malem lu disini", ucapku sembari menggoyangkan badan mereka


Satu persatu mereka mulai bangun, aku menunggu mereka betul-betul sadar untuk mengajak mereka berbicara


"Jam berapa sih ini? Hoaam", ucap Mela yang masih mengantuk

"Gatau, hampir sore sih kayaknya", ucapku


Setelah kurasa mereka sudah sadar betul, aku pun bertanya,


"Lu pada mau mandi ga?", tanyaku pada teman-temanku yang agak miring ini

"Mau sih gue, lengket banget ni badan, yaudah yuk balik", ucap Risa

"Ngapain balik, ada shower noh disitu", ucapku

"Ah ngaco lu, masa ada showeran disini, bisa dipake emang?", sergah Hana

"Yeee, beneran, lu cek aja disitu", jawabku sambil menunjukkan bangunan itu


Akhirnya kami bersama-sama menuju ke toilet itu lalu masing-masing mereka mencoba shower untuk memeriksa aliran airnya, dan benar saja, kerannya mengucurkan air yang tidak deras tapi cukuplah untuk sekedar membasahi tubuh.


"Keren juga ya sekolah kita ada ginian", puji Putri

"Ya keren sih, tapi ga sempet kita pake lama, udah mau lulus baru ada ni tempat", tanggap Mela

"Iya ya, sayang banget", ucap Putri lagi


Aku memperhatikan mereka yang tanpa malu-malu melepaskan pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Meskipun mereka semua berkulit cerah, namun aku bisa dengan pede mengatakan bahwa aku masih lebih putih dibanding mereka. Sedangkan untuk ukuran payudara, aku memperkirakan payudara Putri masih lebih besar daripada milikku, dengan puting yang berwarna coklat muda, sedang yang menurutku paling kecil adalah milik Mela, mungkin sekitar 34b, selain ukuran badannya yang paling pendek, ia juga yang paling kurus dibanding kami semua, meskipun payudaranya sangat kencang bahkan cenderung tegak bahkan tanpa bra untuk menopang payudaranya itu. Karena mereka tidak malu-malu untuk bertelanjang bulat, aku pun langsung ikut menanggalkan pakaian dalamku yang tersisa beserta jilbab hitam ku dan juga sepatu, lalu ikut membasahi badan, meskipun tanpa sabun dan shampoo, setidaknya tubuh kami yang berkeringat bisa lebih segar dibasuh air.

Seusai membilas keringat dengan air shower yang akan segera kami tinggalkan karena kelulusan itu, kami pun memutuskan untuk segera kembali ke kelas lalu pulang ke rumah masing-masing. Saat kami hendak mengenakan kembali pakaian, tiba-tiba


"Eh, ada challenge lagi nih gue", kata Putri

"Apaan?", kataku

"Berani ga lu pada balik ke kelas ga pake apa-apa?", tantang Putri

"Anjir gokil juga lu hahaha, gas aja gue mah", ucap Hana antusias

"Wah boleh tuh, seru juga bugil gini di sekolah, keliling lagi", turut Risa

"Lo gimana, Mel, Din?", tanya Hana

"Gue sih ngikut, udah tanggung ini hahaha", jawab Mela

"Ntar kalo ada orang gimanaa?", tanyaku ragu

"Lo liat aja dari tadi, ga ada orang juga kan, malahan kita sempet tidur", ucap Putri meyakinkan

"Y-yaudah deh, gue ngikut aja", ucapku menyerah

"Gasss", ucap teman-temanku berbarengan


Dengan deg-degan dan was-was, kami berjalan kembali ke gedung utama sekolah dan menyusuri lorong-lorong sekolah mewanti-wanti bila saja tiba-tiba ada orang yang datang dan melihat kami dengan kondisi seperti ini. Putri yang tadi paling bersemangat pun juga tak kalah cemas dengan kondisi ini.

Bila ada orang yang melihat kami, lima gadis muda yang bertelanjang bulat yang menenteng pakaian sekolahnya, sambi berjalan mengelilingi sekolah, sudah dipastikan orang itu akan menyebut kami semua sebagai orang gila. Karena orang waras mana yang akan melakukan hal seperti ini, pikirku.

Setelah perjalanan yang dirasa sangat-sangat lama untuk sampai ke kelas, akhirnya kami sampai dengan aman selamat sentosa haha.


"Fyuuuhh, legaaaa, tuh kan gue bilang juga apa, aman gini", teriak Putri

"Halaaah, paling lo deg-degan kenceng banget kan tadi", tuduh Risa

"Kayak lo ngga aja elah", balas Putri


Aku hanya bisa tersenyum melihat kelakuanku juga teman-temanku di hari yang gila ini.

Pada saat aku akan mengenakan celana dalamku kembali, aku tak sengaja mengecek vaginaku dan mendapati keadaan di bawah sana seperti lembab dan hangat, terdapat semacam cairan yang belakangan sering kutemui dalam kondisi tertentu, namun aku tetap melanjutkan mengenakan pakaian ku kembali, begitu juga teman-temanku yang lain, lalu menyegerakan untuk pulang.

Pada saat berjalan ke arah parkiran motor, kami mendengar suara laki-laki dari entah dimana yang meneriakkan sebuah kalimat yang membuat kami langsung buru-buru menyalakan motor dan keluar melewati gerbang sekolah itu.






"Capek ya larinya?!", teriak laki-laki itu.
 

em.pat (4) - Mad Days​



Olahraga, menjadi mata pelajaranku saat ini, meskipun guru yang biasa mendampingi kami sedang tidak hadir dan tanpa ada guru pengganti, teman-teman kelasku tetap memutuskan untuk menggunakan jam mapel ini untuk berolahraga bersama-sama. Jadilah kami dengan kegiatan masing-masing, murid laki-laki sudah jelas dan sudah pasti sibuk bermain sepak bola, sedang murid perempuan sedikit lebih beragam, ada yang bermain bulutangkis, voli, membuat video tiktok, atau hanya sekedar ngobrol, seperti yang kulakukan saat ini.

Ngobrol menjadi opsi terbaik untukku hampir di setiap saat, terlebih di sekolah, meskipun aku sempat bermain bulutangkis satu set melawan Risa, kami memutuskan untuk bersantai di tepi lapangan setelahnya, begitulah jika mager sudah mendarah daging.

Berawal dari obrolan tentang video yang baru saja kami tonton bersama, sembunyi-sembunyi tentunya, yakni berupa rekaman seorang pria yang tidak menunjukkan wajahnya, tetapi menampakkan anggota tubuhnya mulai dari leher sampai ujung kaki tanpa halangan, ya pria itu bertelanjang bulat. Dengan bentuk tubuh yang biasa saja, alias tidak terlalu berotot, tetapi juga tidak terlalu gendut, lumayan proporsional dibandingkan sebagian besar teman laki-laki di kelasku yang jika tidak gendut, maka pasti terlalu kurus. Pria di video tampak sedang duduk di kursi kantoran, entah dia sedang berada di kantor, atau hanya di ruang kerjanya saja, tangan kanannya sedang memegang penisnya yang sebelumnya ia baluri dengan semacam body lotion, lalu menggerakkannya naik turun, mataku menatap lekat apa yang sedang pria itu genggam, aku seperti terhipnotis dengan apa yang kulihat.

Menurut Risa, penis -atau kontol, seperti yang dikatakannya- pria ini sangat menggoda, aku sendiri belum begitu mengerti tentang ukuran ataupun semacamnya mengenai penis pria, dengan panjang yang Risa perkirakan sekitar 18cm, penis pria itu memang terlihat gagah, dengan warna coklat gelap dan urat-urat yang menjalari batangnya itu.


"Din, lo pernah liat kontol beneran ga?", tanya Risa, sambil terus memperhatikan pria di video

"Ngaco lo, mana pernah gue liat gituan, pacaran aja ga pernah..", sanggahku
"..ya kecuali dari grup lu sih", sambungku yang juga sambil tetap memperhatikan 'pertunjukan' di HP Risa ini

"Hahahaha, kali aja gitu kan", ucapnya sambil cengengesan yang menjengkelkan


Sekian detik terhenti, karena tiba-tiba beberapa teman perempuan kami lewat, mereka mengatakan ingin lebih dulu pergi ke kelas, kami melanjutkan tontonan kami itu.


"Emang lo pernah liat langsung?", tanyaku pada Risa

"Hehe, pernah sih", jawabnya

"Wah, parah lo, kok bisa? Dimana? Punya siapa? Wisnu ya? Kok bisa?", cecarku kaget pada Risa,

"Satu-satu lah geblek", omelnya padaku

"Jangan-jangan waktu lo ngasih liet t-toket lu ya?", sergahku,


Ya, Risa yang sedikit miring ini, sudah pernah memperlihatkan payudaranya pada Wisnu, pacarnya, secara langsung, bahkan sampai meremas sebongkah payudaranya itu. Aku merinding saat mendengar ceritanya itu. Karena mereka tak membahasnya di chat, atau Risa menghapus obrolan itu, aku baru tahu ceritanya itu ketika setelah kejadian waktu itu ketika aku mengirim PAP payudaraku pada Wisnu dan mengatakan ada yang berbeda, aku langsung memaksa Risa untuk menjelaskan kenapa Wisnu mengatakan ada yang berbeda dengan foto yang ia terima.

Akhirnya Risa mengaku kalau Wisnu sudah tahu bentuk payudaranya, karena saat mereka berpacaran di 'area pacaran' kampung kami, Wisnu sedikit memaksa Risa untuk memperlihatkan payudaranya itu, meski Risa juga tidak terlalu keberatan, mengingat dia sangat mencintai pacarnya itu. Mendengar ceritanya itu, aku langsung marah bahkan sempat menangis karena Wisnu jadi tahu bahwa foto payudara yang ia kirim adalah miliknya dan bukan milik Risa. Namun Risa meyakinkanku bahwa Wisnu tidak akan tahu bahwa itu adalah payudaraku, melainkan hanya diberikan sentuhan edit. Cukup lama aku ngambek, hampir seharian sepertinya, aku yang sudah yakin dengan penjelasan Risa akhirnya tidak ngambek lagi. Entahlah, aku memang tidak bisa terlalu lama untuk marah dengan sahabatku ini.


"Iya waktu itu, masa dia doang yang liat barang gue..",
"..kan gue juga penasaran", Risa membenarkan pertanyaanku,

"Wah gila ni anak, jadi dia liet toket lo, dan lo liet k-kontolnya?", ulangku memperjelas,

"Iya diiinn, ga ngapa-ngapain lagi kok..",
"..ya ada sih remes-remes dikit",
"sampe keluar ding, abisnya dia sange banget katanya", tambah Risa

"Keluar? Keluar apaan?", tanyaku bingung

"Ih ya keluar, ngecrot gitu loh", jawab Risa

"Ya apa yang keluar? Ga nyampe gue", tanyaku lagi

"Spermanya sayang, mani, peju..",
"..yang ini loh", jawab Risa,

Lalu Risa mempercepat laju video yang tadi kami tonton sampai ke bagian dimana pria yang ada di video itu mempercepat gerakan tangan pada penisnya hingga akhirnya penisnya itu mengeluarkan cairan yang mengenai bagian perut hingga dadanya sendiri, terlihat kental dan berwarna keputihan.

"Oohh itu yang namanya keluar", gumamku

"Kan lagi gue isep tuh, tiba-tiba aja dia bilang mau keluar, karna gue ga mau nelen semua, gue keluarin deh dari mulut gue..",
"Hampir aja pejunya kena jilbab gue pas muncrat..",
"..dia ngeluarin di toket gue soalnya", jelas Risa.

"Isep? Isep apaan? Kontolnya Wisnu?", tanyaku, lagi

"Ho'oh, dia maksa sih, ya gue penasaran juga, tapi awalnya dia yang maksa", jawab Risa

"Astagaaa, udah gila lo ya, bisa-bisanya lo ngisep kontol gitu ih", sergahku sedikit keras

"Heh, berisik lu, ntar kedengeran anak-anak gimana", tegas Risa


Dengan menutup mulut dengan tangan kananku, aku memperhatikan sekitar, untungnya sedang tidak ada orang di sekitar kami, aman


"Ya abis lu, gila lu ah, nekat gitu, sembarangan", ucapku dengan jengkel pada Risa, bisa-bisanya ia melakukan hal seperti itu pada orang yang belum tentu jadi suaminya nanti,

"Mo gimanaaa, penasaran tau, lu sendiri kan udah liet gimana bentukannya si Wisnu..",
"..lagian ngisep doang, ga sampe ngewe", bela Risa

"Ya tetep aja Ris, kalo dia bukan suami lo nanti gimana?", tanyaku

"Din, justru gue nyari pengalaman tau, biar gue bisa muasin suami gue nanti..",
"..sukur-sukur gue jadi ama Wisnu, kalo ama yang lain ya mau gimana", bela Risa, lagi


Aku hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan temanku yang satu ini, nekat emang.

Tak lama, Wawan yang penuh keringat karena bermain bola sejak dari tadi menghampiri kami,


"Ngobrolin apa sih? Seru banget berdua, ngomongin gue ya?", ucap Wawan pede

"Idiihh, mabok lo ya? Yakali ngomongin elu", tolak Risa tegas

"Iya nih mabok gue, anak-anak yang lain juga mabok..",
"..mabok ngelietin lo berdua, mantep banget kalo pake baju olahraga", ucap Wawan tanpa rasa bersalah


Aku dan Risa spontan mengejar dan memukul Wawan menggunakan botol air yang sudah kami habiskan isinya itu sampai ia minta ampun.

Setelah puas bersama Risa menghajar Wawan dengan botol air, kami berdua memutuskan untuk kembali ke kelas karena matahari mulai meninggi.



"Kontol Wawan bentuknya gimana ya?", pikirku dalam hati.


______________



Kini kami sudah berada di kelas, terlihat beberapa temanku sibuk mengipasi dirinya menggunakan buku untuk menghilangkan keringat.

Bertepatan dengan habisnya jam untuk mata pelajaran olahraga, wali kelas kami Bu Wirda menginfokan bahwa semua siswa sudah boleh pulang sehubungan dengan para guru yang dipanggil ke kantor dinas. Sontak teman-temanku bersorak kegirangan karena bisa pulang lebih awal, lalu segera meninggalkan ruang kelas.

Sekarang, sekolah kami yang tidak seberapa luas ini sudah kosong ditinggalkan penghuninya, terkecuali aku dan beberapa teman perempuanku.

Risa mengajak teman-teman perempuan di kelasku untuk tinggal sejenak di sekolah, ia memiliki ide untuk berkeliling dan bermain-main di sekolah yang sedang kosong ini. Aku yang pulang dibonceng dengan Risa nantinya, mau tidak mau ikut tinggal bersama teman-teman yang lain, lagipula aku juga penasaran bagaimana rasanya berada di area sekolah yang kosong seperti sekarang ini.

Pak Sardi, penjaga sekolah yang sudah berusia lebih dari 50 tahun, aku tak tahu tepatnya, berkulit lumayan gelap karena memang ia adalah pekerja keras, terlihat dari tangannya yang dipenuhi urat menjalar. Seperti kebiasaannya, ia akan berkeliling sekolah ketika semua guru dan siswa sudah pulang untuk memastikan tidak ada yang terkunci. Kelasku tak luput dari pemeriksaannya,


"Kok belum pada pulang neng?", tanya Pak Sardi

"Masih pengen tinggal dulu pak", ucap Putri, salah seorang temanku

"Tapi saya tinggal gapapa ya? Mumpung pulang cepet saya mau ngajak anak saya jalan-jalan ke pantai", tanya Pak Sardi,

"Gapapa pak, aman ini mah", ucap Risa lantang

"Yaudah, saya tinggal ya neng-neng semua", pamit Pak Sardi.

Alhasil bisa dipastikan, bahwa hanya kami yang tersisa di sekolah ini. Aku, Risa, Putri, Hana, dan Mela.

"Sekarang apa dong?", tanya Putri dan Hana kompak

"Keliling aja dulu, yuk", ajak Risa


Akhirnya kami yang masih berpakaian olahraga berjalan menyusuri sekolah, dengan tas yang kami tinggalkan di ruang kelas.

Satu per satu ruang yang kami lewati dan tidak terkunci tentunya, kami masuki hanya sekedar untuk melihat-lihat, dan sekolah ini dapat kami pastikan betul-betul kosong.

Di belakang gedung sekolah, terdapat sebuah area yang sedang dalam pengerjaan, semacam area khusus olahraga, yang katanya akan terdapat lapangan berbagai olahraga, bahkan kolam renang, katanya. Meskipun masih jauh dari kata selesai, tapi beberapa bagiannya mulai terlihat, seperti trek lari, lompat jauh, hingga toilet.

Saat tiba di trek lari, Risa memiliki ide untuk lomba lari yang disetujui teman-temanku, saking bersemangatnya Hana sampai berteriak setuju, ia memang salah satu gadis paling bersemangat di kelasku.


"Tapi masa ga ada tantangannya sih", ucap Hana

"Iya ya, ga seru, apa dong tantangannya?", sambung Putri

"Gimana kalo gini..",
"..kan kita berlima nih, dua orang paling terakhir sampe ke finish, harus buka baju hahaha", tawar Risa iseng

"Ngaco lu geblek, masa buka baju di sekolah?", sanggahku pada idenya yang gila itu

"Yeee, kan tinggal kita-kita doang, ga ada orang lain", ucap Risa

"Ya iya sih ga ada orang, tapi kalo ada yang liet gimana? Ato Pak Sardi tiba-tiba dateng?", ucap Mela cemas

"Kan tadi kita udah cek bareng, udah ga ada orang samsek di sini, pak Sardi juga udah bilang dia mau jalan-jalan, ga mungkin balik hari ini itu mah", jelas Hana

"Nah itu lo ngerti", ucap Risa

"Emang lu pada ga malu? Di ruang kebuka gini, banyak pohon sih", tanyaku lagi

"Yaelah malu-malu amat, tadi di kelas ganti baju bareng pas anak-anak cowok udah keluar juga biasa aja lu", jawab Putri

"Tau lu, udah sering liet juga kan", timpal Risa lagi

"Yaudah iya, gue mah ngikut aja kalo aman mah", aku menyerah,

"Nah gitu dong", seru Putri.

"Terus apanya yang dibuka dong kalo kalah?", tanya Hana

"Semua aja, kecuali daleman", jawab Risa

"Okeeeh, kecuali daleman nih ya", ucap Putri semangat


Akhirnya kami berlima memposisikan diri di trek lari, aku sudah bertekad untuk tidak kalah, bagaimanapun aku masih malu untuk hanya mengenakan pakaian dalam di ruang terbuka seperti ini.

Kami menghitung bersama hitungan mundur sebelum mulai berlari,


5

4

3

2

1


Dan lomba lari ini pun dimulai, aku yang dengan tekadku langsung mengerahkan tenagaku untuk berlari sekencang mungkin, alhasil saat ini aku berada di urutan paling depan, meninggalkan teman-temanku di belakang, namun aku yang buruk dalam stamina, bahkan tidak dalam kondisi prima untuk berlari mengingat aku hanya berolahraga ringan tadi pada mapel olahraga, akhirnya mulai mengalami penurunan kecepatan, dan nafasku mulai tersengal-sengal.
Hana, Putri, dan Mela yang sedari tadi memang aktif berolahraga, bahkan sampai membasahi pakaian olahraganya itu, dengan telak dapat menyusulku bahkan mendahuluiku, sedangkan Risa yang sama seperti ku, sudah menyerah di pertengahan trek, berbaring kehabisan nafas.

Dengan demikian, Hana sampai lebih dulu di garis finish, disusul Mela, lalu putri, dan kemudian aku. Alhasil yang akan mendapatkan hukuman adalah aku bersama si geblek, Risa.


"Wuhuuuu, menang guee", teriak Hana melompat

Sedang Putri dan Mela sama-sama terduduk tampak mencoba menghirup udara sebanyak mungkin.

Tak lama, melihat aku dan Risa yang sudah bernafas normal,

"Ris, Din, kena lo ya berdua hahaha", ledek Hana yang disusul tawa oleh Putri dan Mela

"Ah, elo sih Ris aneh-aneh aja", ucapku menyalahkan Risa

"Eh, enak aja, lo setuju aja kan tadi", sanggah Risa

"Nah, sebagai hukumannya, sekarang lo berdua harus lepas seragam ya cantik manis", ucap Hana dilebih-lebihkan


Dengan ogah-ogahan, aku dan Risa perlahan melepas atasan kami terlebih dahulu, seragam olahraga yang sedikit dibasahi keringat itu perlahan kulolosi ke atas kepalaku, yang jelas saja langsung menampakkan kulitku yang berkeringat, serta bra putihku yang juga sudah lumayan basah itu, begitu pula Risa, ia nampak begitu seksi dengan keringat yang membanjiri tubuhnya itu, terlebih ia menggunakan bra berwarna hitam yang menurutku menambah keseksiannya.


"Uhuuyyy, manteeepp, seksinya kawan-kawanku iniihh, ini nih yang bikin anak cowok pada mupeng", sorak ramai teman-temanku

Aku dan Risa akhirnya salah tingkah, dan dapat dipastikan muka kami memerah malu. Selanjutnya, aku dan Risa melepaskan celana olahraga kami, yang lalu memperlihatkan kaki dan paha kami yang terbilang mulus, hanya terdapat beberapa bekas luka kecil.

Putri, Hana, dan Mela pun semakin bersemangat menyoraki kami berdua yang kini hanya mengenakan sepatu, pakaian dalam, serta jilbab hitam.


"Siniin seragamnyaa, supaya lu berdua ga pake dulu", pinta Mela


Aku dan Risa lalu menyerahkan penutup tubuh kami yang menghalangi pandangan mesum anak laki-laki di kelas, lebih tepatnya di sekolah sih.

Seusai penyerahan seragam itu, kami lalu beristirahat di semacam podium penonton setengah jadi di sebelah kiri dari pusat area olahraga itu, bahkan kami sempat sejenak ketiduran akibat kelelahan. Meskipun tak kena hukuman, Putri, Mela, dan Hana akhirnya memutuskan untuk ikut membuka atasan mereka, akupun memaklumi karena pakaian mereka memang sudah basah kuyup akibat keringat, meskipun yang ikut melepas celana hanya Hana, untuk Putri dan Mela merasa celana mereka tidak terlalu basah.

Aku terbangun kaget setelah beberapa saat tertidur, entahlah, mungkin sekitar setengah jam, dan memperhatikan teman-temanku yang masih tertidur. Lalu aku memutuskan untuk sedikit berkeliling area ini, sembari tetap memperhatikan sekitar, berjaga-jaga bila saja ternyata ada orang lain di sekolah yang memperhatikan kami. Aku merinding membayangkan tiba-tiba ada orang lain atau bahkan Pak Sardi yang memergoki kami dalam kondisi tanpa pakaian yang layak seperti ini.

Sedikit berjalan ke samping podium, ternyata terdapat sebuah bangunan, yang setelah kudekati ternyata itu adalah toilet. Aku memutuskan melihat-lihat isi toilet itu, yang mengagetkanku ternyata toilet ini sudah dapat digunakan karena air yang sudah mengalir di kerannya, meskipun masih terdapat beberapa bagian yang belum selesai. Model dari toilet ini, utamanya pada bagian perempuan, terdapat beberapa keran shower terbuka di masing-masing sisinya, dan juga terdapat dua buah bilik yang memiliki tirai, kupikir itu untuk perempuan yang tidak mau dilihat bila sedang mandi, juga satu buah bilik yang terdapat kloset di dalamnya.

Sekembalinya dari toilet itu, aku lalu membangunkan teman-temanku,


"Bangun oi, mau sampe malem lu disini", ucapku sembari menggoyangkan badan mereka


Satu persatu mereka mulai bangun, aku menunggu mereka betul-betul sadar untuk mengajak mereka berbicara


"Jam berapa sih ini? Hoaam", ucap Mela yang masih mengantuk

"Gatau, hampir sore sih kayaknya", ucapku


Setelah kurasa mereka sudah sadar betul, aku pun bertanya,


"Lu pada mau mandi ga?", tanyaku pada teman-temanku yang agak miring ini

"Mau sih gue, lengket banget ni badan, yaudah yuk balik", ucap Risa

"Ngapain balik, ada shower noh disitu", ucapku

"Ah ngaco lu, masa ada showeran disini, bisa dipake emang?", sergah Hana

"Yeee, beneran, lu cek aja disitu", jawabku sambil menunjukkan bangunan itu


Akhirnya kami bersama-sama menuju ke toilet itu lalu masing-masing mereka mencoba shower untuk memeriksa aliran airnya, dan benar saja, kerannya mengucurkan air yang tidak deras tapi cukuplah untuk sekedar membasahi tubuh.


"Keren juga ya sekolah kita ada ginian", puji Putri

"Ya keren sih, tapi ga sempet kita pake lama, udah mau lulus baru ada ni tempat", tanggap Mela

"Iya ya, sayang banget", ucap Putri lagi


Aku memperhatikan mereka yang tanpa malu-malu melepaskan pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Meskipun mereka semua berkulit cerah, namun aku bisa dengan pede mengatakan bahwa aku masih lebih putih dibanding mereka. Sedangkan untuk ukuran payudara, aku memperkirakan payudara Putri masih lebih besar daripada milikku, dengan puting yang berwarna coklat muda, sedang yang menurutku paling kecil adalah milik Mela, mungkin sekitar 34b, selain ukuran badannya yang paling pendek, ia juga yang paling kurus dibanding kami semua, meskipun payudaranya sangat kencang bahkan cenderung tegak bahkan tanpa bra untuk menopang payudaranya itu. Karena mereka tidak malu-malu untuk bertelanjang bulat, aku pun langsung ikut menanggalkan pakaian dalamku yang tersisa beserta jilbab hitam ku dan juga sepatu, lalu ikut membasahi badan, meskipun tanpa sabun dan shampoo, setidaknya tubuh kami yang berkeringat bisa lebih segar dibasuh air.

Seusai membilas keringat dengan air shower yang akan segera kami tinggalkan karena kelulusan itu, kami pun memutuskan untuk segera kembali ke kelas lalu pulang ke rumah masing-masing. Saat kami hendak mengenakan kembali pakaian, tiba-tiba


"Eh, ada challenge lagi nih gue", kata Putri

"Apaan?", kataku

"Berani ga lu pada balik ke kelas ga pake apa-apa?", tantang Putri

"Anjir gokil juga lu hahaha, gas aja gue mah", ucap Hana antusias

"Wah boleh tuh, seru juga bugil gini di sekolah, keliling lagi", turut Risa

"Lo gimana, Mel, Din?", tanya Hana

"Gue sih ngikut, udah tanggung ini hahaha", jawab Mela

"Ntar kalo ada orang gimanaa?", tanyaku ragu

"Lo liat aja dari tadi, ga ada orang juga kan, malahan kita sempet tidur", ucap Putri meyakinkan

"Y-yaudah deh, gue ngikut aja", ucapku menyerah

"Gasss", ucap teman-temanku berbarengan


Dengan deg-degan dan was-was, kami berjalan kembali ke gedung utama sekolah dan menyusuri lorong-lorong sekolah mewanti-wanti bila saja tiba-tiba ada orang yang datang dan melihat kami dengan kondisi seperti ini. Putri yang tadi paling bersemangat pun juga tak kalah cemas dengan kondisi ini.

Bila ada orang yang melihat kami, lima gadis muda yang bertelanjang bulat yang menenteng pakaian sekolahnya, sambi berjalan mengelilingi sekolah, sudah dipastikan orang itu akan menyebut kami semua sebagai orang gila. Karena orang waras mana yang akan melakukan hal seperti ini, pikirku.

Setelah perjalanan yang dirasa sangat-sangat lama untuk sampai ke kelas, akhirnya kami sampai dengan aman selamat sentosa haha.


"Fyuuuhh, legaaaa, tuh kan gue bilang juga apa, aman gini", teriak Putri

"Halaaah, paling lo deg-degan kenceng banget kan tadi", tuduh Risa

"Kayak lo ngga aja elah", balas Putri


Aku hanya bisa tersenyum melihat kelakuanku juga teman-temanku di hari yang gila ini.

Pada saat aku akan mengenakan celana dalamku kembali, aku tak sengaja mengecek vaginaku dan mendapati keadaan di bawah sana seperti lembab dan hangat, terdapat semacam cairan yang belakangan sering kutemui dalam kondisi tertentu, namun aku tetap melanjutkan mengenakan pakaian ku kembali, begitu juga teman-temanku yang lain, lalu menyegerakan untuk pulang.

Pada saat berjalan ke arah parkiran motor, kami mendengar suara laki-laki dari entah dimana yang meneriakkan sebuah kalimat yang membuat kami langsung buru-buru menyalakan motor dan keluar melewati gerbang sekolah itu.






"Capek ya larinya?!", teriak laki-laki itu.
Wah.. langsung tonjolin sisi eksibnya nih.. asyikk kesukaan ku.. 😀😀😀. Lanjut sist
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd