ti.g.a (3) - Post a Picture (PAP)
Tanktop bertali tipis dan sebuah celana dalam, ya, hanya itu yang saat ini menutupi tubuhku, padahal aku tidak sendirian, melainkan sedang bersama dengan seorang gadis muda yang penampilannya sedikit lebih terbuka daripada aku. Hanya mengenakan celana dalam, secarik kain itu saja yang menutupi tubuhnya, memperlihatkan sepasang payudara yang terbilang lumayan besar, meski tidak sebesar milikku. Namun aku selalu senang memperhatikan benda yang menjadi kebanggaannya itu, aku tahu itu karena aku mendapati banyak sekali foto selfienya yang memamerkan aset berharganya itu di galeri miliknya. Meskipun aneh, aku tak pernah mempermasalahkannya, hanya pada satu waktu aku mengingatkannya untuk lebih berhati-hati jangan sampai ada orang lain yang melihat foto vulgarnya itu. Tentu saja dia adalah Risa, sahabat baikku.
Kali ini kami sedang dalam mode bermalas-malasan di rumahku, sehubungan hari ini adalah hari libur dan rumahku sedang hanya ada aku sendiri, ditinggal orangtuaku pergi mengunjungi rekan kerjanya di kota sebelah, jadi aku mengajaknya kemari karena aku cenderung tidak suka sendirian di rumah.
Seperti biasa, saat ini kami sedang bertukar HP, padahal dia sedang chattingan dengan pacarnya itu. Setiap ada chat dari pacarnya aku hanya akan membacakan isi chatnya dan membalas chat itu sesuai dengan apa yang Risa katakan.
Sampai pada satu saat, entah bermula dari mana, yang jelas obrolan mereka mulai menjurus ke arah obrolan mesum khas orang pacaran, sepertinya,
"Eh, ada chat lagi nih, Wisnu nanya ukuran bh lo..",
"..ngapain dah ni orang nanya-nanya ukuran bh segala", gerutuku
"Hahaha, ya jawab aja kali, lo kan dah tau ukuran gue..",
"..godain aja sekalian", suruh Risa.
"Gila lo, mana tau gue godain cowo, pacaran aja ga pernah",
"Lagian kalo ntar dia macem-macem gimana?", tanyaku pada Risa.
"Yaelah takut bener, chat doang itu, ga nyampe tangannya kesini haha", ucap Risa
"Sini gue ajarin lo godain cowo"
Dulu, aku selalu menolak bila Risa mengajakku berurusan dengan yang namanya laki-laki, entah takut atau apa, yang jelas aku selalu menjaga jarak dari lawan jenis, bahkan sekedar membahas mereka sekalipun, terkecuali Wawan yang sudah kukenal luar dalam, bahkan sejak kami masih anak ingusan. Namun kali ini, atau tepatnya sejak pertama kali aku melihat konten vulgar itu, secara tak sadar aku mulai tertarik dan tak jarang memperhatikan lawan jenis dan membayangkan apakah dibalik pakaian yang mereka kenakan sama dengan apa yang kulihat lewat foto dan video.
"Cowo tuh gampang ditebak Din, mereka cuma mau dua..",
".. toket ato memek lo", ucap Risa vulgar
"Heh, mulut tuh kotor bener", ucapku sedikit berteriak, ya, aku selalu mengingatkannya untuk tidak berbicara seperti itu mengingat dia adalah seorang perempuan.
"Iye iye, lagian ga ada yang denger juga", jawabnya membela diri,
"Udaah, godain aja, kita udah mau lulus..",
"..masa godain cowo aja gatau", ledeknya
"Lagian buat apa tau gitu-gituan, ga kepake juga ama gue", tegasku
"Justru lo harus tau supaya lo ga dibego-begoin cowo kalo lo udah tau caranya", jawab Risa
"Iya juga ya, tak lama lagi aku berencana merantau ke kota untuk kuliah, yang semoga lulus sih..",
"Aku harus tau modusnya para cowo", pikirku
Ya, beberapa bulan lagi harusnya kami sudah lulus SMA, dan aku sudah berencana untuk kuliah di universitas ternama di kota besar terdekat dari daerahku, begitu juga dengan Risa. Jadi aku ingin menghabiskan waktu lebih bersama Risa, sekedar berjaga-jaga bila seandainya kami tak kuliah di kampus yang sama, tanpa Wawan tentunya, melihat kondisi pakaian kami yang tak layak ini hahaha.
"Emang gimana caranya?", tanyaku pada Risa
"Cara apaan?", Risa bertanya balik
"Ihh, lemot lu, yang tadi..",
"..go-godain cowo", jawabku sedikit ragu
"Wahahahaha, penasaran juga lu ya!", teriak Risa heboh
Aku yakin wajahku sedikit memerah karena malu,
"Sekarang lo jawab aja pertanyaannya tadi..",
"..terus ntar lo bilang 'ngapain nanya ukuran, ngga isinya sekalian?' gitu", jelas Risa
"Udah gila lo ya?! masa lo nyuruh gue ngetik gitu", lagi-lagi kujawab dengan sedikit berteriak.
"Yee kan lu mau belajar godain cowo oon, ya harus digoda beneran dong", bela Risa, sambil melemparku dengan bra yang ada di sampingnya, miliknya tentu, karna bra ku kusimpan rapi pada gantungan baju, berjaga-jaga bila harus segera kupakai.
"Iya udah iya", jawabku
Lalu aku membalas chat Wisnu tadi sesuai dengan arahan Risa tadi. Tiba-tiba aku merasa gerah dan sedikit berkeringat, tubuhku serasa panas, entah perasaan apa ini, tak jauh berbeda dengan yang kurasakan saat pertama kali aku melihat isi grup Pemersatu Bangsa kala itu.
Aku malu, meskipun aku membalas chat itu seolah-olah aku adalah Risa, tapi aku tetap merasa akulah yang mengatakan hal itu kepada Wisnu secara langsung.
Tak lama, balasan Wisnu kembali masuk,
"Emang isinya gimana, yang? Mau dong liet", balas Wisnu
Membuka chat itu, mataku terbelalak karena kaget dengan respon Wisnu itu,
"Emang ya laki-laki, itu aja pikirannya..", ucapku dalam hati
"..Wawan gitu juga ga ya?", lanjutku penasaran
"Ris, ni cowo lu, udah gila kali ya?",
"..masa dia mau liet punya lo", ucapku memberitahu Risa yang juga sedang asyik memainkan HPku.
"Punya gue? Apaan punya gue", tanya Risa bingung
"Yaa itu loh, payudara lo, gimana si", jawabku
"Si oon, payudara payudara, bilang aja toket ngapa sih", ucap Risa heran dengan kepolosanku
"Ga biasa gue ngomong jorok gitu ah, aneh tau", belaku
"Coba deh, toket, gitu", suruh Risa,
"T..to..ket", ucapku terbata-bata.
"Nah, itu lo bisa, biasain aja, supaya ga diledekin lu di kota ntar kaku amat", jelas Risa
"Iya iya, t-toket", cobaku lagi
Aku merasakan sensasi aneh di lidahku saat mengucapkan kata-kata seperti itu, aneh,
"Eh, jadi gimana ini, cowo lo mau liet t-toket lu nih", ucapku
"Yaudah kasih aja", jawab Risa santai
"Serius lo mau ngasih? Ntar disebar loh", jawabku memperingatkan Risa
"Yee, tenang aja, gue percaya Wisnu..",
"..mana rela dia liat toket gua kesebar terus dilietin orang banyak, gue deket cowo lain aja ngambek dia", jawab Risa meyakinkanku
Untuk sesaat, aku sempat merinding membayangkan foto aset berharga Risa tersebar dan dilihat orang banyak,
"Serah lo dah, yaudah sini foto", suruhku pada Risa agar mendekat, karena posisinya yang berbaring tengkurap di kasurku, sedang aku duduk di kursi belajar
"Lu aja yang foto", ucap Risa
Aku diam, kebingungan dengan ucapannya barusan
"Maksud lo gue aja yang foto"?, selidikku heran
"Ya fotoin aja toket lu", jawab Risa santai sambil terus bermain HP
Aku spontan berdiri lalu mendatangi Risa dan mencubit lengannya karena kaget dengan suruhannya itu,
"Eh, aduh aduh, sakit tauuu", keluhnya setelah kucubit
"Ya lo udah gila, masa gue fotoin Wisnu toket gue..",
"..gue selfie gitu sendiri aja ga pernah, gila lo ah", tegasku
Lalu aku duduk di tepi kasurku itu, menyusul Risa yang bangkit dari tidurnya tadi.
"Kan lu sendiri yang mau belajar gimana caranya godain cowo..",
"..jadi lu harus belajar langsung caranya", bela Risa sambil mengelus-elus bekas cubitanku
"T-tapi masa harus fotoin toket gue sih, kan dia maunya toket elo", elakku
"Dini sayang, emangnya dia tau kalo ntar yang lu kirim itu toket lu dan bukannya toket gue? Jangan tunjukkin muka lu lah bege", ucap Risa memojokkanku
"Ya tapi kan.."
"Gue ga pernah", ucapku melemah
"Makanya lu harus nyoba..",
"..lagian dia ga bakal tau itu toket lo, emang ada yang tau bentukan lo selain gue?", tanya Risa
"Ga ada lah, yakali yang lain pernah liat gue ginian", tegasku
"Nah, berarti dia ga bakal tau kalo itu toket lo, secara dia ga pernah liat lu punya barang", jelas Risa
"Ya iya sih, tapi..", ucapku ragu
"Udaah, kan lu mau belajar, supaya lo ngerti maunya cowo ya gitu-gitu aja", tegas Risa kembali
"Lama lu ah, sini",
Risa lalu berdiri di hadapanku dan meloloskan tanktop yang kukenakan, dan tampaklah kedua payudaraku tanpa halangan, jadilah kami berdua sama-sama bertelanjang dada di kamarku ini. Selanjutnya ia mengarahkan tanganku yang sedang memegang HP-nya itu dalam mode kamera depan terbuka, dan memposisikannya ke arah depan dadaku, tanpa memperlihatkan wajahku tentunya, lalu menekan tombol shutter, dan tadaa, untuk pertama kalinya aku melakukan foto telanjang dada, bahkan akan segera mengirimnya ke lelaki yang sama sekali bukan muhrim ku.
Setelah mengirim fotoku ke Wisnu, Risa lalu melanjutkan aktifitasnya di HPku, sedang aku memegang HP-nya sembari harap-harap cemas menunggu balasan dari Wisnu.
"Bagaimana kalau dia tahu itu fotoku?," pikirku cemas
"Bagaimana kalau dia tak suka bentuk payudaraku?" tanyaku lagi dalam hati
"Eh, apa yang baru saja kupikirkan, bisa-bisanya aku memikirkan apakah dia menyukai bentuk payudaraku atau tidak", pikirku tersadar.
Notifikasi WA Risa kembali berbunyi, dan itu adalah balasan dari Wisnu, lagi.
"Gilaaa gila, bagus banget toket lu yang, gede banget, padet, putih lagi," puji Wisnu terhadap foto yang ia terima
Tak sadar aku tersenyum dan merasa bangga dengan pujian yang diberikan oleh laki-laki yang merupakan pacar Risa tersebut,
"Ah, gue jadi ngaceng nih, tanggung jawab lo yang", balas Wisnu lagi
"Hah? Ngaceng? Apaan ngaceng?", tanyaku dalam hati,
Lalu notifikasi baru masuk kembali berupa foto,
"Kok foto, foto apa nih?", lalu mendownload foto tersebut,
yang ternyata adalah foto penis milik Wisnu, tepatnya sebuah foto dimana Wisnu tampak sedang berbaring di kasurnya tanpa mengenakan pakaian, sepertinya ia meletakkan HP-nya di dekat paha dalamnya, sehingga selain penisnya, ia juga menampakkan wajahnya, dan tentu saja penisnya mengisi sebagian besar foto itu, penis yang kurasa cukup besar, meski tidak sebesar milik pemeran video di grup haram itu, penis milik Wisnu berwarna agak gelap, mengingat Wisnu memang laki-laki yang berkulit sawo matang, namun garis-garis urat tampak jelas menjalari batang penisnya itu, lalu di ujungnya tampak mirip seperti jamur yang mengkilat.
Tak sadar aku menelan ludah, sembari memperhatikan dengan seksama foto yang Wisnu kirim itu, pada penisnya sih sebenarnya, aku tak begitu peduli dengan bagian lain dari foto itu, entah kenapa, aku begitu terpikat dengan penis itu, yang merupakan penis kesekian yang pernah kulihat di HP milik Risa ini, dari grup itu tentunya.
Selang beberapa saat, aku merasa hangat pada bagian vagina ku, seperti lembab,
Aku lalu menoleh pada Risa yang masih sibuk sendiri, lalu mengulurkan tanganku memeriksa isi di balik celana dalam krem ku ini, tanganku meluncur mulus menyentuh vaginaku, karena aku selalu mencukur habis rambut yang tumbuh disana, dan ya, di bawah sana terasa hangat dan basah, sampai aku mulai terasa tak nyaman dengan celana dalamku yang terkena cairan dari vaginaku itu, aku tak mengerti, yang jelas, sensasi ini baru kurasakan.
Aku juga tak memberitahukan apa isi balasan Wisnu setelah foto payudaraku tadi, biarlah dia yang melihatnya sendiri, nanti.
Dan tiba-tiba Wisnu kembali mengirimkan chat yang membuatku bingung,
"Tapi yang, toketmu kayak ada yang beda deh..",
"..lebih putih, lebih gede", ketik Wisnu heran
"Heh? Kok..?"