Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Slowly, Din! × updt. 20/2/24

du.a (2) - Kancing Baju


Belakangan, aku jadi semakin sering meminjam HP milik Risa, sebuah smartphone keluaran perusahaan asal Korea yang terkenal itu. Bukan, bukan karena merknya ataupun fitur canggih smartphone itu, tapi karena apa yang ada di dalamnya, tepatnya grup WA yang 'menarik' itu.

Ya, sejak kejadian di kelas pagi itu, aku tak pernah bisa menghilangkan bayangan tentang foto dan video yang bertebaran di sana. Dan tentu saja Risa tahu hobi baru ku di HP-nya itu, scrolling grup itu bila sedang tak ada kegiatan.

Beberapa hari semenjak kejadian itu aku sempat bertanya kepada Risa mengenai grup itu,

"Ris, kok di WA lu ada grup aneh2 gitu si..",
".. ngapain lu masuk grup begituan?", tanyaku saat kelas sedang sepi, sedikit berbisik tentunya.
"Lah, lu liat yak? Akhirnyaaa, gimana? Suka gaa? Hahaha", jawabnya sambil menertawakanku

Ia menganggap itu adalah kejadian yang tak biasa, mengingat aku selalu menolak ketika ia tawari untuk melihat konten sejenis itu karena menurutku itu bukan hal yang pantas untuk dilihat oleh anak seumuran kami.
Ya, ia memang sudah sedikit akrab dengan hal-hal seperti itu, tentu karena aku selalu melihat isi HP-nya, terutama obrolan mesum bersama Wisnu, pacarnya di kelas seberang.

Aku lalu memukul bahunya ringan sambil sedikit malu.

"Ya lu sih grup gituan malah dipajang, kalo ada orang liat gimana?", ucapku mengalihkan pembicaraannya.
"Ya ampun sayangg, ga ada yang tau password HP gue selain elu, jadi kalo ada yang tau isi HP gue.."
"..pasti elu yang ngasih tau hahaha", ucapnya lagi-lagi sambil tertawa dan mencubit pipiku.

Aku lalu mengiyakan ucapannya, daripada aku jadi sasaran cubitannya lagi. Lalu aku melihat ke sudut ruang kelas yang kosong, sedikit melamun, sampai..

"Jadi, suka lu liat gituan?", tanyanya memecah keheningan.

_______

Pertanyaan terakhir Risa masih belum bisa kujawab, bahkan sampai saat sekarang, aku masih belum bisa menentukan apakah aku benar-benar mulai tertarik dengan hal-hal seperti itu, atau aku hanya sekedar penasaran saja, mengingat aku sama sekali tak pernah melihat hal semacam itu.

Aku berbaring di kamar ku yang cukup luas untuk ditempati satu orang saja, masih dengan seragam sekolahku, beberapa kancing atas kemejaku sudah terlepas dari tempatnya, memperlihatkan leher, bahu, dan sebagian dadaku yang terlihat jelas terdapat bulir keringat, sengaja kubuka karena cuaca sedang lumayan panas, sedang jilbabku sudah kulempar sembarang arah saking inginnya aku merasakan angin segar, dan rok abu-abu yang kukenakan terangkat sedikit diatas lututku, mungkin karena sebelumnya aku sedikit menghempas diriku ke kasur.

Dengan kantuk yang menyerang, pertanyaan Risa masih terngiang-ngiang di kepalaku, lalu akhirnya aku tertidur karena kelelahan.
Sampai akhirnya aku terbangun karena Wawan menelfonku, saat kulihat ternyata sudah pukul 7 malam lewat sedikit, tidak ada yang membangunkanku

"Pada pergi kali ya", pikirku, karena tidak mungkin aku dibiarkan tidur dan melewatkan ibadah petang.

Masih dengan kantukku, aku mengangkat telfon Wawan yang sangat mengganggu tidurku
"Hnghh, ngapa lu?", ucapku dengan malas
"Waduh, tuh suara enak banget neng", ucap Wawan kaget
"Gua depan rumah lu nih, bantuin ngerjain tugasnya pak Sapto dong, Risa ntar nyusul katanya", jelasnya
"Heh, gue baru bangun tau, dari balik sekolah tadi ga ada yang bangunin", tegasku
"Yaudah tunggu, gue juga belom ngerjain",

Dengan gontai aku memaksa diriku bangun, mendengar nama pak Sapto cukup mengenyahkan sedikit kantukku, mengingat dia adalah salah satu guru paling galak sekaligus paling rajin memberi tugas.

"Lu ganggu aja dah, lagi pules juga", omelku padanya sembari membuka pintu masuk rumahku

Biasanya, ketika aku mengomeli Wawan, dia selalu punya jawaban untuk membalas, atau hanya sekedar mengulangi perkataanku untuk meledekku yang sering memarahinya. Namun kali ini ada yang aneh, dia hanya diam dan tak berkata apa-apa, pandangannya hanya lurus ke arahku, tetapi sepertinya bukan melihat wajahku,

"Heh, kesambet tau rasa lo!", teriakku menyadarkannya.
"Eh, apaan sih, bikin kaget aja lu", ucapnya yang tak lagi diam, tapi pandangannya masih terus ke arahku.
"Abisnya lu ngelamun gitu, ngelamun jorok lo ya? Dasar", tuduhku
"Sembarangan, minggir ah gue mau masuk", jawabnya lalu ngeloyor masuk dan duduk di salah satu sofa ruang tamu ku.
"Pada kemana sih? Sepi amat", tanyanya penasaran
"Gatau, gue pulang sih masih pada ngumpul..",
"Pas bangun pada ilang", jawabku sambil berjalan kembali ke arah kamarku

Pintu depan masih kubiarkan dalam keadaan terbuka, selain supaya Risa bisa langsung masuk saat ia tiba nanti, aku tak ingin ada yang melihat aku berduaan dengan laki-laki, bisa disikat gue ama bo-nyok. Meskipun mereka sudah kenal baik dengan Wawan, aku tetap saja menghindari hal-hal lain yang tak kalah berbahaya, yaitu obrolan para tetangga.

"Lu mulai kerjain dikit-dikit dah ya, gue mo mandi dulu", suruhku pada Wawan
"Pantes aja ada bau ga enak pas gue masuk, ternyata ada yang belom mandi", ledeknya
"Heh enak aja ya, gue meskipun belom mandi masih wangi kali..",
"..emangnya elo, udah mandi aja masih bau", ledekku kembali lalu berlari kecil ke arah kamarku
"Yeeee, sialan lu!", teriaknya

Setibanya di kamar, aku langsung menutup pintu kamarku itu untuk bersiap mandi. Saat hendak berjalan ke kamar mandi, ya aku punya kamar mandi sendiri dalam kamarku, aku melihat sekilas penampilanku di cermin yang tingginya sedikit lebih tinggi dari badanku yang hanya 164cm ini. Aku lalu berhenti dan sedikit mencoba fokus lalu bertanya-tanya,

"Kenapa tadi Wawan ngeliatin aku ya? Tapi aku tahu betul matanya tidak mengarah ke wajah ataupun mataku", tanyaku dalam hati

Aku melihat ke helaian rambut hitam panjangku yang terurai dan tentu saja kusut setelah bangun tidur tadi, tapi itu bukan hal yang aneh, karena memang Wawan sudah beberapa kali melihat rambutku, jadi itu bukan hal yang baru untuknya, meskipun aku hanya berani tidak mengenakan jilbab di hadapan Wawan saat sedang tidak ada orang di rumah, hanya saat ada aku, Risa, dan Wawan.

Sampai akhirnya aku melihat ke arah leher hingga ke bawah, yash, kupikir aku menemukan apa yang membuat Wawan tak bergeming untuk beberapa saat ketika aku membukakan pintu untuknya, dua buah kancing seragamku tidak lagi berada di tempatnya setelah kubuka siang tadi, alhasil area bagian atas dadaku terbuka dengan bebas, bahkan menampakkan sedikit gundukan payudaraku yang cukup putih, ya kulitku memang terbilang putih, bahkan aku adalah siswi dengan kulit paling putih, setidaknya di antara teman sekelas ku, itu juga menurut Risa, yang mana kami akan berpakaian sedikit lebih terbuka bila hanya berdua saja. Lalu aku juga melirik sekilas pada papan nama yang ada di seragamku itu, tertera disana "Andini Mega Ramadhani", ya itu namaku, dan aku biasa dipanggil Dini, atau Mega, tapi kebanyakan teman-temanku memanggilku Dini, banyak juga yang memanggilku Mega, menurutku itu sama saja jadi aku tak ambil pusing.

Aku kembali memperhatikan gundukan payudaraku yang mengintip dari balik seragam putihku ini, lagi-lagi menurut Risa, ia mengatakan bahwa ukuran payudara ku terbilang cukup besar di usia kami saat ini, tidak terlalu besar, namun bila dibandingkan dengan teman siswi yang lain, payudaraku masih sedikit lebih besar. Aku tidak tahu apakah itu adalah hal yang patut dibanggakan, aku tidak pernah benar-benar memikirkannya, melainkan Risa yang kerap kali membahas soal payudaraku ini, juga payudaranya, aneh memang.

"Aduuh, pantesan tadi Wawan sampe diem gitu, pasti dia ngeliatin ini", ucapku malu sambil sedikit meraba payudaraku yang menyembul itu

Merinding, itu yang kurasakan setelah aku mencoba meraba bagian dadaku itu, aku tak mengerti kenapa, padahal sebelumnya aku selalu melakukannya saat sedang mandi. Tak mau terlalu lama memikirkan itu,aku langsung teringat tujuan awalku, sambil berjalan ke arah kamar mandi, aku membuka satu per satu kancing seragamku lalu menanggalkannya, yang mana di baliknya langsung dapat ditemui sebuah bra putih berukuran 36B yang menopang sepasang payudaraku, ya aku tak mengenakan kaos ataupun tanktop di baliknya karena aku tahu cuaca hari ini akan panas, dan akan sangat menggangguku bila mengenakan banyak lapis pakaian, serta aku tidak khawatir akan terlihat dari luar karena seragamku terbuat dari kain yang cukup tebal sehingga pakaian dalamku tidak akan menerawang.

Selanjutnya aku melepas rok abu-abu yang sebenarnya tidak terlalu ketat, tapi sepertinya ukuran pantatku agak sedikit besar bila dilihat dari tubuhku yang tidak terlalu berisi, sekaligus beserta legging dan celana dalam yang kukenakan, kemudian aku meloloskan bra ku tanpa melepas kaitan di belakangnya, karena aku sudah melakukannya tadi siang sesaat sebelum tidur, tapi aku terlalu lelah untuk melepaskannya secara penuh. Jadilah aku tanpa pakaian sehelai pun di kamar kesayanganku ini, persis seperti foto wanita yang kulihat kala itu.

Sesaat sebelum masuk ke kamar mandi, aku berubah pikiran untuk terlebih dahulu mencari jilbab yang kukenakan tadi siang yang telah kulempar entah kemana, jadi aku memutar balik arah jalanku dan mencari jilbabku itu sembari masih terus bertelanjang. Meski hanya di kamar, aku tidak terlalu sering bertelanjang seperti perempuan lain, setidaknya itu yang kuketahui soal Risa. Ya, bila dia berada dalam kamarnya, maka bertelanjang sudah menjadi kewajiban. Aku hanya akan tanpa pakaian seperti sekarang ini hanya bila bersiap untuk mandi, ataupun setelah mandi, namun untuk beraktivitas di dalam kamar, aku masih tetap mengenakan pakaian meskipun seadanya seperti hanya sepasang bra dan celana dalam, atau tanktop tanpa bra dan celana dalam, atau kombinasi pakaian minim lainnya.

Kebiasaanku dan Risa ini tentu hanya aku dan Risa yang tahu, bahkan keluargaku dan keluarganya tidak ada yang tahu soal ini, bisa habis kami bila ketahuan memiliki kebiasaan tak biasa seperti ini.

Selanjutnya, aku pun mandi dan segera menyusul Wawan dan Risa yang sudah datang dan mulai mengerjakan tugas di ruang tamuku.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd