Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Slowly, Din! × updt. 20/2/24

sem.bi.lan (9) - Jogging

Saat ini jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, dan sudah sekitar 15 menit aku masih berkutat di depan cermin besar yang ada di kamarku, di cermin itu memantulkan tubuhku yang sudah segar sehabis mandi, namun hanya berbalut sebuah bra sport abu-abu dan celana dalam putih.

Biasanya aku tak perlu waktu lama untuk bersiap-siap, terlebih untuk berolahraga, toh pada akhirnya bakal keringetan juga, jadi tidak perlu berpakaian sedemikian rupa. Namun kali ini berbeda, aku secara tak sadar lebih ingin memerhatikan penampilanku di depan lawan jenisku.

Mengingat hari ini adalah hari dimana akhirnya aku mulai membuka diri untuk didekati lawan jenis, yang tak lain adalah Rehan yang tempo hari mengajakku berolahraga bersama, jogging lebih tepatnya, yang bila diperhatikan dia memang memiliki badan yang atletis, tinggi dan cenderung berotot padat namun tidak kekar. Maklum, dia memang aktif di salah satu tim olahraga sekolahku, bersama dengan pacarnya Risa, yakni Wisnu, yang sampai saat ini setiap aku melihatnya atau bahkan hanya mendengar namanya, aku langsung serasa kembali ke momen yang absurd itu, bisa-bisanya aku melihat jelas penis miliknya dari dekat, semua gara-gara pasangan aneh itu yang memilih untuk berhubungan intim di dekatku, aku jadi hafal betul bagaimana bentuk penisnya itu, aku bergidik geli membayangkannya, atau terangsang? Entahlah.
Namun diujung lamunanku mengenai Wisnu, lebih spesifiknya sih penisnya yang berurat itu, aku jadi kepikiran,

"Punya Rehan gitu juga gak ya?", ucapku pelan,
Namun aku langsung berusaha berhenti memikirkan yang tidak-tidak dan menggelengkan kepalaku, padahal ga ngaruh juga.

Akhirnya pilihanku jatuh kepada sebuah kaos lengan panjang berwarna merah yang seingatku sangat longgar bila kupakai dulu, yang pada nyatanya saat ini nampak mencetak lekuk tubuhku, terutama di bagian dadaku, begitu juga dengan kaos-kaos olahragaku yang lain, nampak mengecil bila kukenakan, semua gara-gara badanku yang terus naik, akhirinya ukuran payudaraku juga ikut naik, bra sport yang kukenakan pun hanya mampu menampung setengah payudaraku, bahkan karna modelnya yang dirancang untuk menahan goncangan saat berolahraga, sepertinya, payudaraku semakin terlihat membusung.

"Semoga ga terlalu dinotis sama anak-anak deh", harapku

Untuk bawahan aku mengenakan celana training panjang berwarna hitam dengan garis-garis putih, yang lagi-lagi bereaksi atas kenaikan berat tubuhku. Meskipun tak terlalu mencolok, bulatan pantatku nampak membentuk di celana ini, hufff

Terakhir kukenakan jilbab hitam dan sepatu lalu menemui Risa yang ternyata sudah menungguku di teras rumah setelah memarkirkan motornya. Tak lupa berpamitan kepada orangtuaku yang sepertinya ingin pergi, aku tak menanyakan lebih jauh.

Berhubung secara rute jogging rumahku adalah yang paling jauh diantara teman-temanku, jadi rencananya aku dan Risa akan mulai jogging dari rumahku, kemudian akan melewati rumah Wisnu dan juga Rehan.

"Lama banget lu, pasti dandan dulu ya?", tuduh Risa mengejekku

"Engga ih, mana ada, nih bedak aja ga pake gue", belaku sambil menunjukkan wajahku yang memang tak kupoles sama sekali, namun tetap terlihat cantik karna sudah bawaan hihihi.

"Yaudah ayok jalan, ntar kesiangan, panas", ajak Risa setelah sedikit meregangkan badannya

Aku yang juga ikut meregangkan badanku, pada saat membentangkan kedua tanganku keatas, otomatis payudaraku seakan terangkat naik dan semakin tidak sopan, hingga..

"Gede banget tuh toket", spontan Risa mencolek payudaraku

"Ehh, apaan sih, colek-colek", protesku, sambil menahan geli akibat dicolek
"Ayoo katanya mau jalan"

"Yaudah ayok", Risa mengiyakan

Sekitar 5 menit berjalan sambil berlari-lari kecil, akhirnya kami tiba di depan rumah Wisnu, yang ternyata Rehan juga sudah menunggu kami. Wisnu dan Rehan kompak sama-sama mengenakan kaos rumahan dan celana pendek, sepertinya celana bola, namun celana bola itu terlihat kekecilan, bagaimana tidak, celana mereka hanya menutupi tak lebih dari setengah paha mereka, sehingga aku dapat melihat dengan jelas paha laki-laki berotot ini. Dan paha Rehan terlihat jauh lebih menggoda, eh, maksudku lebih padat dibanding Wisnu.

"Eh, udah pada siap, lama ya nunggunya"
"Salahin si Dini nih, kelamaan dandan mau ketemu Rehan hahahahaha", ucap Risa meledekku lalu tertawa keras

"Eh, mana ada, engga kok, dia aja baru nyampe di rumah tadi pas aku beres", belaku, namun aku yakin wajahku pasti memerah akibat malu.

Akhirnya kami berempat langsung memulai sesi jogging pagi ini, menuju ke arah pesisir pantai perkampungan kami. Karena kondisi jalanan yang sepi, kami lebih leluasa untuk berjalan di sisi jalan bagian manapun, aku yang awalnya berjalan bersamaan dengan Risa, namun karna dia terus mengejar Wisnu yang sedari awal sudah berlari-lari kecil, alhasil aku jadi ketinggalan, dan Rehan justru memperlambat langkah kakinya dan kini tepat di sampingku, dan ya aku deg-degan.

"Akhirnya bisa jogging bareng ya, baru kali ini liat kamu ga seragaman", Rehan membuka obrolan

"Eh, kenapa? Aku jelek ya?", sangkaku

"Ah, engga lah, justru keliatan beda, tetep cantik kok", jelas Rehan

Aku yang sedari tadi merasa malu dan canggung, makin dibuat kacau oleh laki-laki di sampingku ini.

"Eh, emm, a..anu, aku..aku kayaknya mau mulai lari deh", ucapku gugup

Lalu aku mulai mempercepat langkahku, dan mulai berlari ringan, seolah ingin menyusul Risa dan Wisnu yang mungkin sudah berjarak sekitar 30m dariku, padahal aku tidak ingin Rehan melihatku malu dan salah tingkah. Pagi-pagi seperti ini sudah digoda lawan jenis, aduuh.

Namun tak lama kemudian, tentu saja Rehan mampu menyusulku dan lagi-lagi memperlambat laju langkahnya ketika sudah berdampingan denganku. Aku meliriknya sekilas dan tersenyum, lalu kembali menatap lurus ke arah Risa dan Wisnu.

Sekian menit berlari ringan, aku merasa seperti diperhatikan. Lalu melalui ekor mata kiriku, aku seperti melihat Rehan terus-menerus memerhatikanku, namun pandangannya seperti lebih rendah dibanding wajahku. Meskipun dia sedikit lebih tinggi dariku, tapi aku dapat mengetahui kalau dia bukan memperhatikan wajahku yang memerah, antara salah tingkah, malu, dan mulai lelah berlari.

Akhirnya aku seperti mencari ke arah mana Rehan melihatku, dan dugaanku dia melirik ke arah bagian depanku, yang meskipun sudah mengenakan jilbab, bra sport dan kaos longgar yang tidak longgar-longgar amat, masih menunjukkan payudaraku yang naik-turun dan bergerak ke kiri ke kanan mengikuti hentakan kakiku. Akupun semakin malu diperhatikan seperti itu, berkali-kali aku coba menutupi dadaku dengan menggunakan jilbab, namun tetap saja tak lama kemudian akan memperlihatkan kembali guncangan payudaraku, dan aku pun menyerah mencoba menutupinya.

Untung saja tak lama setelah aku menyerah untuk menutupi payudaraku yang berguncang, kami berempat akhirnya sampai di pesisir pantai perkampungan kami, yang masih sangat amat bersih, meskipun pada beberapa titik dipenuhi oleh batu karang dan kerikil tajam.

"Huaahh, akhirnya sampe juga, capee", ucap Risa, lalu duduk di batang kelapa yang tumbang di pinggiran pantai ini

"Yaelah deket doang cape yang", ledek Wisnu, namun segera duduk bergabung bersama pacarnya itu

"Yeee, biarinn", balas Risa sambil terus mengatur nafasnya

Aku juga memilih untuk mengatur nafas dan duduk tak jauh dari mereka, kemudian Rehan pun duduk di sebelahku pula.

"Kamu cape?", tanya Rehan

"Ah, mungkin karna udah mulai jarang jogging jadi kerasa capenya, padahal dulu bisa lebih jauh", jawabku
"Efek berat badan juga kali, naik semenjak jarang jogging"

"Oh gitu ya", angguk Rehan
"Pantesan gede", ucapnya pelan sekali hampir tak terdengar olehku

"Hah? Gede?", tanyaku

"E..e iyaa, gede ini kelapanya", jawabnya sambil menunjuk sebuah buah kelapa tua yang memang tergeletak tak jauh dari kami dan memang berukuran cukup besar.

"Ooh, iya yah, gede banget ini", ucapku melirik sebentar ke arah kelapa itu, lalu memperhatikan pemandangan di sekitar kami.

Merasa cukup beristirahat, Risa tiba-tiba mengajak Wisnu untuk turun ke air laut dan berenang.

"Yang, renang yuk", ajak Risa kepada Wisnu, lalu melepas jilbabnya

"Ayolah, mumpung belom panas gini", Wisnu mengiyakan, lalu keduanya membuka sepatu dan kaos kakinya

Cuaca hari itu cenderung mendung, padahal biasanya saat sekarang ini matahari sudah mulai menyengat, apalagi di daerah pesisir seperti ini.

"Eh, emang lu bawa celana pendek? Masa pake training, trus baju lu", cegahku panik mengingat kami masih harus berjalan pulang ke rumah, akan sangat merepotkan bila pulang dengan keadaan pakaian yang basah, terlebih dengan berjalan kaki

"Ini gue pake celana pendek", ucapnya lalu menurunkan trainingnya lalu melepaskannya, ternyata ia memang mengenakan celana pendek dibaliknya
"Baju mah gapapa, entar juga kering pas jalan", lalu membelakangiku dan menyusul Wisnu ysng ternyata telah lebih dulu bermain air laut

Aku cukup kaget, karna Risa tidak mengingatkanku untuk juga mengenakan celana pendek, ya karna memang pada awalnya aku tidak berencana untuk berenang, alhasil aku hanya mengenakan celana dalam dibalik trainingku ini.

Aku lalu menyusul mereka yang bermain air di pinggir laut, lalu..

"Din, nyebur lah, mumpung ga panas tau", ajak Risa

"Gu..gue ga ada celana pendek, lu ga ngomong mau nyebur sekalian", jelasku

"Emang gue ga ngomong ya? Lupa hehehe", bela Risa
"Yaudah gausa pake aja, ga ada orang juga", sambungnya cuek, yang memang pada saat itu hanya kami berempat yang ada di titik pantai ini, dan menurut Risa memang salah satu titik paling sepi.

"Gila ah, yakali, emang Wisnu sama Re..Rehan bukan orang", jawabku ketus

Wisnu lalu mendekati Risa dan membisikinya sesuatu, Risa terlihat spontan menjauh dan memukul ringan lengan Wisnu namun sambil tertawa, lalu mengobrol dengan sangat pelan sambil sesekali cekikikan, aku tak bisa mendengar apapun yang mereka bicarakan.

Risa lalu menghadap ke arahku dan..

"Yaudah gue juga dah", ucap Risa, lalu mulai bangkit dan keluar dari air laut dan berjalan ke arahku

"Hah? Juga apaan?", tanyaku bingung

"Ya gue juga ga pake celana pendek, bege", jawabnya sambil melepaskan celana pendeknya, memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna hitam, juga tentu saja pahanya yang mulus
"Kalo CD lu pake kan? Apa ga pake juga? Hahahaha", ledeknya lagi

Aku kaget, dan spontan melirik ke arah Rehan yang juga ikut kaget dengan ucapan Risa

"Ya pake lah anjir, masa engga", jawabku cepat
"Tapi masa CD doang Ris, ada Wisnu sama Rehan", ucapku pelan cenderung berbisik kepada Risa

"Udaahh, gapapa, cuekin aja", jawab Risa, lalu kembali menyusul Wisnu hanya dengan mengenakan celana dalam hitamnya.

Aku masih kaget dan takut, aku belum pernah hanya mengenakan celana dalam di hadapan orang lain selain Risa. Apalagi di hadapan lawan jenis.

Aku berpikir cukup lama, sambil terus memperhatikan celana pendek Risa yang tergeletak di dekat kakiku.

Aku tak berani untuk melihat Rehan, aku tak bisa membayangkan raut wajahnya. Apakah dia juga kaget melihat Risa hanya mengenakan celana dalam sebagai bawahan? Lagipula bagaimana bisa Wisnu membiarkan laki-laki lain melihat pacarnya mengenakan hanya celana dalam sebagai bawahannya?.

Setelah membuka sepatu dan kaos kakiku, dengan suara Risa yang terus-menerus memanggilku untuk bergabung dengannya, pelan-pelan, kedua jempolku kukaitkan ke pinggiran celana trainingku, dengan ragu aku mulai menurunkan celana training ini. Untuk pertama kalinya, manusia selain Risa akan melihat pahaku yang jauh lebih putih dibanding Risa, juga lebih montok.

Perlahan kulit pahaku yang putih tak terjamah mulai menampakkan wujudnya, aku tak berani melihat ke arah Risa dan Wisnu, apalagi Rehan. Aku sangat malu, tetapi tubuhku seperti bergerak sendiri, seolah ingin merasakan pengalaman seperti ini.

Karet celanaku akhirnya melewati setengah pahaku yang mulus tanpa bekas luka ini, dari belakang pasti bulatan pantatku yang terbungkus celana dalam terlihat jelas, lalu terus ke melewati lututku, terus ke mata kakiku, lalu aku mengangkat bergantian kakiku untuk meloloskan celana training ini dari tubuhku, dan kini resmi sudah aku berada di pantai yang sepi ini bersama dengan 2 orang lawan jenis, yang masih mengenakan jilbab, kaos, namun hanya mengenakan celana dalam sebagai bawahan.

Aku masih tak berani melihat ke arah teman-temanku, tapi aku dapat merasakan dan mengetahui kalau mereka semua menatap ke arahku, bahkan Risa dan Wisnu berhenti bermain air sejenak untuk melihat ke arahku, begitu pula Rehan yang masih berdiri diam.

Tanpa mempergatikan sekitar, dengan cepat aku langsung berlari ke arah Risa yang berada di air dan menenggelamkan bagian bawah tubuhku, setidaknya hingga pinggangku. Lalu aku mencubit lengan Risa dengan kuat. Sekarang aku begini karna ajakannya.

"Aduuh duhh aduuhh, sakiitt woyy, anjir lah", Risa mengaduh mengelusi lengannya yang selesai kucubit

"Ga.***ra-gara lu ga ngomong mau nyebur, gue jadi ga bawa celana pendek", aku merajuk, sambil membenamkan wajahku di kedua telapak tanganku, aku malu!

"Gue kira gue udah ngomong, beneraaan", bela Risa
"Tapi kan intinya Lo udah nyebur"

"Ya..iya nyebur, tapi gue cuma pake CD doang depan Wisnu sama Rehan, anjirlah", aku kesal, sekali

"Udaah, gapapa, pede aja, Rehan sama Wisnu ampe bengong liatin paha lu tau", bisik Risa pelan

Aku mulai mengendalikan diriku dalam beberapa menit selanjutnya, untuk 'yaudah lah', selalu ada kali pertama untuk semuanya.

Tak lama kemudian Rehan pun bergabung bersama kami, disaat yang bersamaan aku teringat kembali bisikan Risa, bahwa Wisnu dan Rehan sampai terbengong melihat pahaku, perlahan aku merasakan darahku berdesir, aku merinding, aku terangsang!

Sesaat sebelum Rehan menenggelamkan tubuh bagian bawahnya, aku sempat melirik ke arah celana pendeknya, yauda yauda, ke arah selangkangannya, dan aku dapat melihat dengan jelas ada tonjolan besar disana, bahkan lebih besar daripada milik Wisnu. Aku bergidik ngeri, semakin merinding, dan semakin terangsang, tentunya, namun aku masih asing dengan keadaan terangsang ini, aku..belum akrab.

Sejurus kemudian pemandangan tonjolan itu pun hilang tenggelam tertutupi air laut, namun gambaran tonjolan itu masih jelas di kepalaku.

Beberapa saat kemudian aku mulai mencair, dan mulai mengobrol bersama mereka bertiga. Dengan berenang melingkar, kami lalu bercerita banyak, mulai dari kondisi sekolah, murid-muridnya, guru, bahkan pasangan-pasangan yang ada di sekolah, serta rumor-rumor yang beredar, dan aku senang, ternyata Wisnu dan Rehan cukup asik untuk diajak ngobrol, terlebih ada Risa yang sangat heboh menanggapi obrolan-obrolan ini.

Namun satu yang menggangguku, Risa dengan keisengannya, bukan sahabatku namanya jika tak berhenti menggangguku. Dalam posisi kami yang melingkar di air dan sudah sampai menenggelamkan sampai pundak masing-masing, aku berada tepat di sebelah kanan Risa, dan aku berada di sebelah kiri Rehan, awalnya tidak ada keanehan, hingga Risa memulai keisengannya, tangan kanan Risa awalnya menyenggol tangan kiriku, seperti mencubit, atau menggenggam, tak lama tangannya berpindah ke arah pantatku yang tertutup celana dalam, lalu meremasnya kuat, aku cukup kaget namun berusaha bersikap biasa saja, lalu melotot ke arah Risa, ia hanya tertawa kecil namun tangannya tetap meremasi pantat montokku, mungkin bosan, akhirnya tangannya berpindah mengelusi pahaku, aku merinding geli, ia memang tak jarang mengelusi pahaku, namun kali ini, rasanya berbeda, aku terangsang lagi, setelah tadi sempat mereda, kurang ajar.

Cukup lama tangan kanan Risa bermain di pahaku kiriku, sambil kami berempat tetap mengobrol, tangannya mulai beranjak ke arah selangkanganku, aku kembali melotot kepadanya dan memegang tangannya itu tanpa berusaha menyingkirkannya. Ia pun mulai mengelusi vaginaku dari luar celana dalamku, aku dapat merasakan jari-jarinya naik turun di belahan vaginaku, aku memegang tangannya erat, namun masih tak mencoba menyingkirkan tangannya. Aku, seperti menyukainya. Sampai aku merasa tak tahan dan menggigit bibir bawahku agar aku tak sampai mendesah, akan sangat-sangat berbahaya bila aku sampai mendesah di hadapan Wisnu dan Rehan. Melihatku yang mulai tak tahan digoda, akhirnya Risa menghentikan keisengannya, sedang aku langsung mengatur nafasku yang berat dan tak beraturan. Sambil berharap Wisnu dan Rehan tak menyadarinya, karna memang mereka sejak tadi masih asik mengobrol.

Saat kami masing-masing mulai merasa kelaparan dan kedinginan karna terlalu lama berada di dalam air, akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi basah-basahan ini dan pulang.

Risa dan Wisnu dengan kompak keluar dari air secara bersamaan dan mengenakan kembali celananya, lalu disusul dengan aku dan Rehan.

Saat aku hendak mengambil celanaku, Rehan lagi-lagi berdiri di sampingku dan memerhatikanku mulai memakai celana trainingku. Namun karna posisiku menunduk, aku dapat dengan jelas melihat tonjolan celana Rehan dari dekat, celana pendeknya seolah tak muat menampung tonjolannya itu. Aku berdesir hebat. Lalu sebisa dan secepat mungkin aku ingin segera memakai celana training ini agar dapat segera pulang, namun baru sampai di setengah pahaku, entah kenapa aku spontan melihat ke arah Rehan dan celana mengembungnya, Rehan terlihat kaget.

"Ke.. kenapa Rehan?", tanyaku bingung

"Ah, engg..enggaa", jawabnya gugup, tapi matanya seperti memperhatikan tubuh bawahku.

Dengan celanaku masih setengah paha, aku memperhatikan tubuh bagian bawahku juga, mulai dari pahaku yang terbuka, lalu naik, naik, naik, sampai aku melihat selangkanganku. Celana dalamku yang tipis dan basah kuyup, membuat kemaluanku yang 'tembem' beserta belahannya, juga bulu kemaluanku yang mulai tumbuh, vaginaku terlihat jelas!.

Aku langsung panik sejadi-jadinya, aku langsung menaikkan celanaku sembarangan dan secepat mungkin mengenakan sepatu beserta kaos kakinya.

Kupikir memamerkan pahaku yang polos sudah menjadi puncak hal yang membuatku malu hari ini, ternyata aku salah. Hal yang lebih memalukan justru turut hadir.

Risa dan Wisnu yang berjalan santai menjauhi bibir pantai dikagetkan dengan aku yang berlari kencang meninggalkan mereka, berikut Rehan juga sontak meneriakiku dan memanggil namaku, namun aku tak memedulikan mereka dan terus berlari, aku ingin pulang, aku malu!

___________________________________________________________________________
Wanna support me? Straight to my profile, here.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd