123paijo
Adik Semprot
- Daftar
- 6 Sep 2023
- Post
- 133
- Like diterima
- 1.414
RAKA DAN MITA
Kisah Pemuas
Keinginan
Orang orang Dewasa
Bagian I & II
Bagian V & VI
Bagian VII
Bagian VIII
Bagian IX
Bagian X
Bagian XI
Bagian XII
Bagian XIII
Bagian XIV
Bagian XV
Bagian XVI
Bagian XVII
Bagian I
Ting
Notifikasi aplikasi percakapan berbunyi di smartphone ku.
Kamu dimana
Pesan tante Hilda
Di kafe sebelah hotel, bersama Mita
Kuketik, selesai, kukirim.
Bagus kalau begitu, kamu urus pelacur kecil itu.
Dilayar handphone ku Tante Hilda masih terlihat mengetik pesan berikutnya.
Kamu pulang sendiri, aku udah jalan pulang dengan suamiku, uang ticket dan jajanmu sudah ku transfer ke rekeningmu, hati hati di jalan.
Aku tersenyum sendiri. Tumben tidak ada emoticon love di akhir pesannya.
Ok thanks bun
Tidak ada balasan.
Aku yakin dia langsung meng clear chat, sehingga tidak ada jejak percakapan kami.
Sudah hampir satu jam aku bersama Mita, duduk di sebuah kafe tidak jauh dari hotel tempatku menginap semalam
Melihat Mita keluar dari kamar hotel bersama seorang pria yang ternyata suami tante Hilda, tentu sangat mengejutkan. Kok bisa koordinator seksi kerohanian OSIS, yang terkenal cantik, lembut, anggun, pintar dan selalu menggunakan kerudung saat bersekolah, pagi ini keluar kamar hotel bersama om om.
Don't judge the book by the cover
Ah.. Mita.. Mita ternyata dirimu.
" Mit, diminum dulu keburu dingin "
Aku menangkap, ada rona sedih yang mendalam, ada gurat marah, saat ia mengangkat wajah sembabnya. Pelan ia menyesap hot chocolate yang telah menghangat itu.
" Sudah lah Mit, santai aja, nggak usah kuatir, aku bisa jaga rahasia kok, tenang aja mulutku nggak bakal ember kemana mana "
Mendengar kata kataku ia kembali menunduk, dengan kedua telapak tangannya kembali ia menutup wajah ayu nya dan samar mulai terdengar lagi isak tangisnya.
Loh.. kok...
" Aku salah ya Mit, salah ya perkataanku, maaf kalau begitu "
Kata kata itu spontan keluar dari mulutku, entah tulus atau tidak, semoga bisa memperbaiki keadaan.
" Kamu salah Ka, jelas kamu salah menilaiku, aku bukan cewek murahan seperti apa yang kau pikirkan "
Mita bukan kah kita sama saja, penggarong emas dari kantong orang orang kaya.
Lalu dimana salahku jika menilaimu seperti itu. Menyamakan dirimu dengan diriku. Entahlah aku tak tahu, hanya engkau dan Tuhan yang tahu.
Flashback
Uang pensiun dan hasil kebun peninggalan almarhum kedua orang tuaku, hanya cukup untuk bertahan hidup. Hingga akhirnya, setamat SMK, abangku memutuskan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana. Ia memilih menjadi kenek truck antar pulau yang di sopiri pak Burhan tetangga depan rumahku.
Berawal dari situlah, karena tidak adanya pengawasan dari abangku, aku mulai mengenal yang namanya kenthu. Ngeseks, Ngewe, ML di daerahku sebutannya adalah kenthu.
Satu bulan setelah kulupku di potong dalam ritual yang namanya sunat, mbak Mawar, istri pak Burhan meresmikan burung baruku. Tanpa ragu ragu ia memasukan burungku dalam sangkarnya, sangkar berupa liang kenikmatan yang hangat.
Sakit, tentu ada rasa sakit, perih jelas ada rasa perih pada bekas jahitan jahitan yang belum sempurna mengering.
Batangku dimanjakan dengan liang hangat berlendir licin. Sensasinya tentu lebih nikmat di banding dengan mimpi basah, yang kualami beberapa hari kemarin.
Di belakang pak Burhan, tanpa sepengetahuan abangku, mbak Mawar mencekoki aku dengan berbagai film bokep yang dipinjam dari mbak Jeni, si perempuan jadi jadian, guru kursus kecantikan.
Dua tahun lamanya, ia memonopoliku, ia mengajariku, menjadikan aku sebagai pejantan pemuas napsu perempuan.
Tante Hilda yang memintaku memanggil dengan sebutan Bunda, entah berapa usianya. Mungkin 40, 45 atau 50 tahun, aku tak tahu berapa tepatnya. Aku mengenalnya dua tahun yang lalu, di sebuah acara yang dihadiri belasan perempuan mapan sebayanya, di sebuah villa di Batu, kota dingin kota wisata.
Mbak Jeni si perempuan jadi jadian, guru kursus mbak Mawar, pemilik sebuah salon kecantikan, yang mengajakku kesana.
" Raka ganteng ikut aja ya, enak enak pokoknya disana, makan enak, pulang di kasih uang saku banyak "
Aku tergoda dengan bujuk rayu dan iming iming perempuan jadi jadian itu. Aku pun ikut bersamanya.
Mbak Jeni tidak bohong, saat aku pulang, uang 20jt ada di kantong. 5jt dari tante Ria dan 15jt dari tante Hilda yang mendapatkan hadiah kocokan undian Arisan Brondong.
Bulan depannya aku pun pulang membawa sejumlah uang yang sama. Saat itu situasinya terbalik, tante Ria yang dapat arisan dan malamnya tante Hilda menyusul kami berdua di sebuah hotel berbintang lima di Surabaya.
Empat kali aku menghadiri Arisan Brondong, setelah itu aku tak pernah lagi diajak ke sana.
Saat kutanya kenapa, jawab mbak Jeni adalah perempuan perempuan mapan peserta arisan itu maunya Brondong yang masih fresh dan aku sudah tidak termasuk dalam kriteria itu lagi.
Aku tentu tidak kecewa, sudah puluhan juta uang ada dalam rekeningku. Rekening milik anak remaja yatim piatu, tentu luar biasa banyaknya.
" Raka, perempuan bukan hanya ingin yang perkasa, perempuan juga ingin lelaki yang mengerti dan menyayangi yang juga bisa memanjakannya ",
bisik mbak Mawar kepadaku.
Dewi keponakan pak Burhan adalah gadis yang kusayangi. Perempuan muda lugu dari kampung nun jauh di atas gunung, setelah lulus dari sekolah menengah pertama, ia ikut tinggal di rumah pamannya, pak Burhan.
" Raka kamu dari mana, kok dua hari nggak dirumah ? " ,
tanya kekasihku.
Saat itu kami tengah asyik menikmati bakso solo yang terenak di daerahku.
" Biasa, ada pertandingan basket aku dipinjam team basket kota sebelah "
" Pantesan mentraktirku, dapat uang saku lagi ya, hihihi "
" Yoi, lihat nih.. "
Kuperlihatkan lima lembar uang kertas merah di sakuku.
" Ya udah ditabung, siapa tahu, entah kapan ada keperluan yang mendesak "
" Iya.. "
Jelas tidak kutabung, karena uang itu memang bukan untuk ditabung. Setelah makan bakso, kupaksa Dewi memilih baju baju yang ia suka. Tentu dia sangat gembira.
" Makasih, Ka.. "
" Sama sama... "
Sengaja selalu begitu, setiap menerima uang dari tante tanteku, sengaja sebagian kusisihkan, kuhabiskan untuk memanjakan kekasihku.
Hampir satu tahun kami menjadi sepasang kekasih. Dewi, dia cinta pertamaku.
" Dewi nggak mungkin sekarang aku menikahimu, setidaknya setelah lulus SMA, kemudian bekerja, aku janji pasti menikahimu "
" Kalau kamu tidak menikahiku sekarang, bulan depan aku akan dijodohkan "
Getir suara Dewi, di iringi isak tangisnya.
" Aku bisa apa Wi, aku mencintaimu, aku tak ingin kamu jauh dariku tapi aku hanya anak SMP kelas tiga, tidak tahu caranya bertanggung jawab pada keluarga "
" Jadi kamu tega melepasku ? "
" Jelas aku tak tega tapi aku bisa apa, Wi ? "
Malam itu kami menangis berpelukan, meratapi cinta yang akan hilang.
" Jangan, Wi "
" Raka, kamu mencintaiku kan ? "
" Aku mencintaimu Wi karena itu aku harus menjagamu "
" Apa yang akan kamu jaga sayang kalau bulan depan cintamu ini jadi istri orang "
" Wi, jangan .... "
" Raka, aku yang menginginkan. Aku ingin orang yang kucintai yang melepaskan kesucianku ini "
" Wi.... "
" Ergh... Sakit Ka.... "
Malam itu, lelehan kepedihan darah perawan berpadu dengan derai air mata sepasang kekasih yang akan kehilangan cintanya.
Flashback end
Entah kenapa pagi ini, aku teringat Dewi, perempuan muda seumuran Mita yang dahulu pernah mewarnai hidupku.
Karena keterpaksaan, karena perjodohan yang diinginkan oleh orang tuanya, ia harus menjadi istri ke tiga seorang Juragan kelapa, dikampung halamannya.
Mungkinkah Mita seperti Dewi, menjalani ini karena keterpaksaan. Entahlah.....
Dewi, Apa kabarmu sayang... Semoga engkau selalu bahagia disana
Notifikasi aplikasi percakapan berbunyi di smartphone ku.
Kamu dimana
Pesan tante Hilda
Di kafe sebelah hotel, bersama Mita
Kuketik, selesai, kukirim.
Bagus kalau begitu, kamu urus pelacur kecil itu.
Dilayar handphone ku Tante Hilda masih terlihat mengetik pesan berikutnya.
Kamu pulang sendiri, aku udah jalan pulang dengan suamiku, uang ticket dan jajanmu sudah ku transfer ke rekeningmu, hati hati di jalan.
Aku tersenyum sendiri. Tumben tidak ada emoticon love di akhir pesannya.
Ok thanks bun
Tidak ada balasan.
Aku yakin dia langsung meng clear chat, sehingga tidak ada jejak percakapan kami.
Sudah hampir satu jam aku bersama Mita, duduk di sebuah kafe tidak jauh dari hotel tempatku menginap semalam
Melihat Mita keluar dari kamar hotel bersama seorang pria yang ternyata suami tante Hilda, tentu sangat mengejutkan. Kok bisa koordinator seksi kerohanian OSIS, yang terkenal cantik, lembut, anggun, pintar dan selalu menggunakan kerudung saat bersekolah, pagi ini keluar kamar hotel bersama om om.
Don't judge the book by the cover
Ah.. Mita.. Mita ternyata dirimu.
" Mit, diminum dulu keburu dingin "
Aku menangkap, ada rona sedih yang mendalam, ada gurat marah, saat ia mengangkat wajah sembabnya. Pelan ia menyesap hot chocolate yang telah menghangat itu.
" Sudah lah Mit, santai aja, nggak usah kuatir, aku bisa jaga rahasia kok, tenang aja mulutku nggak bakal ember kemana mana "
Mendengar kata kataku ia kembali menunduk, dengan kedua telapak tangannya kembali ia menutup wajah ayu nya dan samar mulai terdengar lagi isak tangisnya.
Loh.. kok...
" Aku salah ya Mit, salah ya perkataanku, maaf kalau begitu "
Kata kata itu spontan keluar dari mulutku, entah tulus atau tidak, semoga bisa memperbaiki keadaan.
" Kamu salah Ka, jelas kamu salah menilaiku, aku bukan cewek murahan seperti apa yang kau pikirkan "
Mita bukan kah kita sama saja, penggarong emas dari kantong orang orang kaya.
Lalu dimana salahku jika menilaimu seperti itu. Menyamakan dirimu dengan diriku. Entahlah aku tak tahu, hanya engkau dan Tuhan yang tahu.
Flashback
Uang pensiun dan hasil kebun peninggalan almarhum kedua orang tuaku, hanya cukup untuk bertahan hidup. Hingga akhirnya, setamat SMK, abangku memutuskan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang Sarjana. Ia memilih menjadi kenek truck antar pulau yang di sopiri pak Burhan tetangga depan rumahku.
Berawal dari situlah, karena tidak adanya pengawasan dari abangku, aku mulai mengenal yang namanya kenthu. Ngeseks, Ngewe, ML di daerahku sebutannya adalah kenthu.
Satu bulan setelah kulupku di potong dalam ritual yang namanya sunat, mbak Mawar, istri pak Burhan meresmikan burung baruku. Tanpa ragu ragu ia memasukan burungku dalam sangkarnya, sangkar berupa liang kenikmatan yang hangat.
Sakit, tentu ada rasa sakit, perih jelas ada rasa perih pada bekas jahitan jahitan yang belum sempurna mengering.
Batangku dimanjakan dengan liang hangat berlendir licin. Sensasinya tentu lebih nikmat di banding dengan mimpi basah, yang kualami beberapa hari kemarin.
Di belakang pak Burhan, tanpa sepengetahuan abangku, mbak Mawar mencekoki aku dengan berbagai film bokep yang dipinjam dari mbak Jeni, si perempuan jadi jadian, guru kursus kecantikan.
Dua tahun lamanya, ia memonopoliku, ia mengajariku, menjadikan aku sebagai pejantan pemuas napsu perempuan.
Tante Hilda yang memintaku memanggil dengan sebutan Bunda, entah berapa usianya. Mungkin 40, 45 atau 50 tahun, aku tak tahu berapa tepatnya. Aku mengenalnya dua tahun yang lalu, di sebuah acara yang dihadiri belasan perempuan mapan sebayanya, di sebuah villa di Batu, kota dingin kota wisata.
Mbak Jeni si perempuan jadi jadian, guru kursus mbak Mawar, pemilik sebuah salon kecantikan, yang mengajakku kesana.
" Raka ganteng ikut aja ya, enak enak pokoknya disana, makan enak, pulang di kasih uang saku banyak "
Aku tergoda dengan bujuk rayu dan iming iming perempuan jadi jadian itu. Aku pun ikut bersamanya.
Mbak Jeni tidak bohong, saat aku pulang, uang 20jt ada di kantong. 5jt dari tante Ria dan 15jt dari tante Hilda yang mendapatkan hadiah kocokan undian Arisan Brondong.
Bulan depannya aku pun pulang membawa sejumlah uang yang sama. Saat itu situasinya terbalik, tante Ria yang dapat arisan dan malamnya tante Hilda menyusul kami berdua di sebuah hotel berbintang lima di Surabaya.
Empat kali aku menghadiri Arisan Brondong, setelah itu aku tak pernah lagi diajak ke sana.
Saat kutanya kenapa, jawab mbak Jeni adalah perempuan perempuan mapan peserta arisan itu maunya Brondong yang masih fresh dan aku sudah tidak termasuk dalam kriteria itu lagi.
Aku tentu tidak kecewa, sudah puluhan juta uang ada dalam rekeningku. Rekening milik anak remaja yatim piatu, tentu luar biasa banyaknya.
" Raka, perempuan bukan hanya ingin yang perkasa, perempuan juga ingin lelaki yang mengerti dan menyayangi yang juga bisa memanjakannya ",
bisik mbak Mawar kepadaku.
Dewi keponakan pak Burhan adalah gadis yang kusayangi. Perempuan muda lugu dari kampung nun jauh di atas gunung, setelah lulus dari sekolah menengah pertama, ia ikut tinggal di rumah pamannya, pak Burhan.
" Raka kamu dari mana, kok dua hari nggak dirumah ? " ,
tanya kekasihku.
Saat itu kami tengah asyik menikmati bakso solo yang terenak di daerahku.
" Biasa, ada pertandingan basket aku dipinjam team basket kota sebelah "
" Pantesan mentraktirku, dapat uang saku lagi ya, hihihi "
" Yoi, lihat nih.. "
Kuperlihatkan lima lembar uang kertas merah di sakuku.
" Ya udah ditabung, siapa tahu, entah kapan ada keperluan yang mendesak "
" Iya.. "
Jelas tidak kutabung, karena uang itu memang bukan untuk ditabung. Setelah makan bakso, kupaksa Dewi memilih baju baju yang ia suka. Tentu dia sangat gembira.
" Makasih, Ka.. "
" Sama sama... "
Sengaja selalu begitu, setiap menerima uang dari tante tanteku, sengaja sebagian kusisihkan, kuhabiskan untuk memanjakan kekasihku.
Hampir satu tahun kami menjadi sepasang kekasih. Dewi, dia cinta pertamaku.
" Dewi nggak mungkin sekarang aku menikahimu, setidaknya setelah lulus SMA, kemudian bekerja, aku janji pasti menikahimu "
" Kalau kamu tidak menikahiku sekarang, bulan depan aku akan dijodohkan "
Getir suara Dewi, di iringi isak tangisnya.
" Aku bisa apa Wi, aku mencintaimu, aku tak ingin kamu jauh dariku tapi aku hanya anak SMP kelas tiga, tidak tahu caranya bertanggung jawab pada keluarga "
" Jadi kamu tega melepasku ? "
" Jelas aku tak tega tapi aku bisa apa, Wi ? "
Malam itu kami menangis berpelukan, meratapi cinta yang akan hilang.
" Jangan, Wi "
" Raka, kamu mencintaiku kan ? "
" Aku mencintaimu Wi karena itu aku harus menjagamu "
" Apa yang akan kamu jaga sayang kalau bulan depan cintamu ini jadi istri orang "
" Wi, jangan .... "
" Raka, aku yang menginginkan. Aku ingin orang yang kucintai yang melepaskan kesucianku ini "
" Wi.... "
" Ergh... Sakit Ka.... "
Malam itu, lelehan kepedihan darah perawan berpadu dengan derai air mata sepasang kekasih yang akan kehilangan cintanya.
Flashback end
Entah kenapa pagi ini, aku teringat Dewi, perempuan muda seumuran Mita yang dahulu pernah mewarnai hidupku.
Karena keterpaksaan, karena perjodohan yang diinginkan oleh orang tuanya, ia harus menjadi istri ke tiga seorang Juragan kelapa, dikampung halamannya.
Mungkinkah Mita seperti Dewi, menjalani ini karena keterpaksaan. Entahlah.....
Dewi, Apa kabarmu sayang... Semoga engkau selalu bahagia disana
.............
Terakhir diubah: