Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
kalau gitu vany belum takluk dong sama satria,secara satria kan pakai topeng

belum. sampai setelah ini Vany tidak tau siapa yg telah menyiksanya. istilah kerennya disimpan sebagai investasi untuk berkembang. mungkin akan saya buatin Side Quest untuk pengembangan cerita beberapa tokoh yg masih bisa dikembangkan seperti Vany ini. thank you.
 
Keren bgt Gan adegan BDSM nya...
Ayo Gan dilanjut lg BDSM nya, yg lbh seru..., trs sambil di BDSM Vany nya digangbang double anal, triple penetration...
 
Cancer belum selesai. masih ada beberapa part yg masih belom di upload.


========
QUEST#04
========​

Setelah kejadian mendapatkan ZODIAC CORE CANCER milik Vany itu, aku rajin mengirim pesan ke inbox Vany. Ini semacam teror erotis yang mengatakan kalau aku selalu mengawasinya.
Karena lewat e-mail yang relatif sulit dilacak, ia tidak akan mengetahui keberadaanku.
Ia jadi banyak melakukan olahraga untuk melangsingkan badannya. Seperti renang, tenis, gym dan spa yang diperbanyaknya. Ini seperti bunyi terorku yang mengancamnya kalau ia tetap gemuk begitu, aku akan datang menyiksanya lagi.
Ia tetap tidak mengenalku dan itulah bagian yang menyenangkannya jadi aku bisa berada di sekitarnya tanpa ia sadari.
Aku punya banyak waktu sampai masa pencarian ZODIAC CORE kelima, LEO, 23 Juli. Dan sekarang masih tanggal 5 Juli, berarti 18 hari lagi. Sekolahku akan dimulai lagi tanggal 19 Juli, tepat sebulan kami liburan naik kelas.
Urusanku yang tersisa tinggal dengan Wira. Sainganku dalam pengumpulan ZODIAC CORE.

Wira
Aku sudah mengetahui alamatnya dan aku sedang mengawasi rumahnya sekarang.
Rumahnya termasuk kelas elit. Lebih besar dari rumahku bahkan. Pasti keluarga konglomerat juga.
Dengan ROSE DROP aku berpindah dari pohon ke pohon agar bisa mengamati dengan mudah.
Di bagian belakang rumah, aku menemukannya. Ia sedang berenang di kolam renang. Aku lalu turun dan berdiri di samping pohon palem merah di dekat kursi pantainya.
Sepertinya ia tidak menyadari kehadiranku saat ia berenang menepi dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu duduk di kursi pantai.
Aku diam saja. Aku kan masih dalam bentuk penyamaran.
“Sudah lama kau di situ?”
?
“Kau bisa melihatku?” tanyaku berusaha menutupi rasa kagetku.
“Aku sudah melihatmu dari tadi... waktu kau bergantungan seperti monyet di pohon itu...” tunjuknya sembarangan kearah pepohonan tadi.
Aku harus sabar. Ini wilayahnya...
Aku menyimpan ROSE DROP dan aku kembali terlihat.
“Caramu itu sudah terlalu kuno... Aku bahkan tidak merasa terancam atas kedatanganmu... Ada perlu apa?” tanyanya santai.
“Aku perlu menyelesaikan masalah kita tentang benda yang kau sebut SHINY GEMS itu...” jawabku.
“Apa masalahnya? Bagiku tidak ada masalah... Sudah jelas, kan... kalau kita bersaing mengumpulkan SHINY GEMS... Aku dengan caraku... Kau dengan caramu... Jelas, kan?” katanya tanpa beban.
“... Aku perlu tau... apa tujuanmu mengumpulkan semua SHINY GEMS ini...” tanyaku lebih sabar.
“Aku tidak mau mengatakannya...” jawabnya tetap santai.
“Begitu... Karena sepertinya pengetahuan yang kita punya agak berbeda...” pancingku.
“Berbeda apanya...” ia masih tetap cuek.
“Kau dan aku mencari hal yang sama sekali berbeda...” jawabku.
“...”
Ia terdiam berusaha mencerna apa yang kumaksud. Pasti ia orang yang pintar dan bisa memahaminya dengan cepat.
“Kalau begitu... kita tidak ada masalah, kan?” katanya akhirnya.
Dia memang pintar.
“Kau mengumpulkan SHINY GEMS untuk sebuah tujuan... sedang aku mengumpulkan ZODIAC CORE juga untuk sebuah tujuan... Itulah perbedaan kita...” kataku akhirnya.
Nampaknya aku mulai membuatnya berpikir keras.
“ZODIAC CORE? Apa itu ZODIAC CORE?” akhirnya ia tidak tahan untuk bertanya.
“Bentuknya berbeda dengan SHINY GEMS-mu... Aku juga belum sepenuhnya mengerti tentang core ini... Tapi ini berbeda dengan SHINY GEMS...” jawabku.
“Core adalah inti terdalam manusia... Setiap mahluk hidup di dunia ini memiliki core... Manusia, hewan dan tumbuhan... Bahkan kau sendiri memilikinya...” lanjutku.
“Semua mahluk di dunia ini?... Jadi kejadian beberapa bulan lalu... saat mahluk-mahluk asing yang membantai iblis itu... adalah core?” ingatnya.
“Kau mengetahui kejadian itu rupanya... Benar... semua core mahluk hidup di dunia dipanggil keluar untuk melindungi bumi dari iblis-iblis dari neraka...” terangku.
“Iblis neraka... Apa!” wajah Wira jadi berubah tegang.
“Kenapa? Kukira kau tau kalau iblis itu dari neraka?” heranku. Sebanyak apa yang ia ketahui?
“Aku... aku mengira kalau iblis-iblis yang datang itu yang selama beberapa lama menteror kota...” katanya lirih.
“Tidak... Iblis yang menteror kota tidak sebanyak itu... Lagipula... ia membuka ribuan pintu yang membuka jalan ke dunia... sehingga banyak iblis penghuni neraka yang memasuki bumi...” jelasku.
Ia terdiam untuk beberapa lama...
“Siapa yang kau maksud dengan ‘ia’...?” lanjutnya lagi.
“Hng?... Lucifer...” jawabku ragu.
“Lucifer? ...Begitu, ya...”
“Ada beberapa lagi yang tidak bisa kumengerti... Siapa yang menyebabkan semua core itu bisa keluar... dan kemana si Lucifer itu sekarang?” tanyanya.
“Aku tidak bermaksud menyombongkan diri di depanmu... Aku penyebab semua itu... dan Lucifer itu sudah kumusnahkan!” jawabku.
“Heh... aku tidak bisa percaya omong kosong seperti itu... Kalau kau bisa memanggil semua core keluar... untuk apa kau mencari-cari core... ZODIAC CORE itu...” ejeknya.
“Aku hanya meminta tolong kepada semua core di bumi untuk melindungi... Semua merespon dan melindungi bumi... setelah selesai semuanya kembali... Jadi aku tidak tau kalau ZODIAC CORE yang kucari itu ada di antara mereka... Lagipula... aku baru mulai mencari mereka setelah kejadian itu...” terangku.
“Aku membutuhkan 12 ZODIAC CORE... Sesuai dengan urutan zodiak... dari ARIES sampai PISCES... Untuk mengembalikan ingatan seseorang yang sangat spesial padaku... Itu saja yang bisa kukatakan padamu...” kataku akhirnya.
“Kebetulan sekali, ya... Aku juga mencari 12 SHINY GEMS... dari ARVEL sampai PISQUAL... alasannya... tidak ada... hanya koleksi!” balasnya.
Kami terdiam untuk beberapa lama...
“Aku punya sebuah usulan... Karena yang kita cari adalah hal yang berbeda... bagaimana kalau kita tidak mengganggu satu sama lain... atau kalau mungkin kita bekerja sama...” tawarku.
“Bekerja sama? Jangan bercanda kau... Aku selalu bekerja sendiri... Dan walau kau bisa memusnahkan Lucifer... belum tentu aku kalah darimu! Ingat itu! Kau belum tau siapa aku...”
“Aku adalah GEM MASTER... Pemilik 314 SHINY GEMS yang telah kukumpulkan sampai sekarang dan akan terus bertambah...” cetusnya.
314 SHINY GEMS? Banyak sekali... Berarti ia sudah lama melakukan hal ini sampai bisa mengumpulkan sebanyak itu. Sedang aku baru memiliki 7 core saja... Itupun yang satu adalah pinjaman.
“Tidak apa kalau kau gentar... Aku juga tidak menyalahkanmu kalau kau mundur dari pencarianmu... Sah-sah saja...” ejeknya.
“Pokoknya begini saja... Kita mencari hal yang berbeda... akan lebih baik kalau kita tidak bentrok karena hal yang tidak penting... Itu akan merugikan kita berdua saja... Bagaimana menurutmu...” aku tetap ingin berdamai dengannya saja.
“Boleh saja... Tapi bagaimana... kalau kita mengincar perempuan yang sama lagi... Sudah beberapa kali? Dua perempuan... Tiga... Cewek kembar dan cewek montok itu...” ingatnya.
“Benar juga... Pada Vany kau mengambil sebuah SHINY GEM dan aku juga mengambil ZODIAC CORE darinya... Aku tidak mengerti... Apa itu SHINY GEMS itu sebenarnya?” tanyaku.
“SHINY GEMS adalah ekstraksi dari sinar mahluk hidup... Bisa dikatakan adalah semangatnya... jiwanya... Setiap mahluk hidup memiliki itu...” jelas Wira.
“Jiwa... kau mengambil jiwa mereka dan mereka tidak mati? Apa maksudmu?” heranku.
“Tidak akan mati... karena aku membuat copy jiwa mereka dengan SHINY GEMS-ku yang paling spesial... COTIG... Kau sudah pernah melihatnya bekerja... Ia meng-copy semangat itu kedalam sebuah permata biasa... lalu batu itu berubah menjadi SHINY GEMS... dan menjadi milikku!” terangnya.
Begitu rupanya proses kerjanya. Dengan membuat copy jiwa pemilik SHINY GEMS ke dalam benda tertentu.
“Nampaknya cara kerja kita tidak banyak berbeda... Untuk mengambil ZODIAC CORE dan core-core istimewa lainnya... aku menggunakan diriku sendiri lewat seks... Perempuan itu harus sangat terangsang sekali lalu dengan TRIGGENCE aku mengambil core istimewanya dan core biasa akan tertinggal...”
“Persamaannya adalah jalan masuk dan keluar kita sama-sama lewat vagina mereka, kan?” kataku dengan sedikit nyengir.
Wira juga tersenyum, cuma agak kecut.
“Aku mencari core-core itu dengan alat ini... Aku tau kau juga punya alat sejenis dengan ini, kan?” tunjukku pada HP-ku.
“Lewat panjang gelombang core yang khas, aku bisa melacaknya dalam jarak yang terbatas... 500 meter,” jelasku.
“Alatku hanya ini...” ia mengeluarkan sebuah benda pipih mirip kompas. Ada tulisan asing dan gambar-gambar aneh di permukaannya. Dengan jarum yang mirip kompas, penunjuk arah utara dan selatan.
“Dengan ini aku menemukan semua yang kucari... dimanapun ia berada...” ia lalu menyimpan benda itu ditumpukan bajunya kembali.
“Aku rasa kalau kita bertemu lagi pada satu perempuan... kita sebaiknya tetap bersaing saja... Lagipula tujuan kita berbeda, kan? Aku bisa membuatnya lupa apa yang sudah terjadi lalu giliranmu... Bagaimana?” tawarnya.
“Baiklah... Itu cukup adil bagiku... Sampai jumpa...” aku berbalik dan meninggalkannya yang tetap berbaring di kursi pantainya.
“Hei... Namamu Satria, kan?” teriaknya dari tempatnya. Aku mengangguk.
“Aku Wira! Ingat itu!” teriaknya lagi.
--------​
314 SHINY GEMS dan akan bertambah lagi. Whew... Banyak sekali... Kalau ia benar-benar bertarung denganku... apa aku bisa menang, ya?
Tentang konsep copy jiwa itu... Apa itu juga yang terjadi pada Carrie saat itu... HOLY LIGHT di dalam dirinya di-copy dan dimasukkan ke dalam sebuah benda untuk membangkitkan Lucifer lewat Yudha...
Kalau memang benar, berarti HOLY LIGHT-nya masih tetap ada dan amnesia parah itu seperti hilangnya ingatan jangka pendek pada kasus Wira.
Apa karena berbeda pelaku hingga amnesianya parah sekali... Memusingkan.
COTIG yang pernah kusaksikan cara kerjanya itu memang andalan Wira dalam mencari SHINY GEMS seperti juga aku mengandalkan CHARM dengan TRIGGENCE-nya. Cara kerja COTIG persis sama dengan patung monster yang mengambil HOLY LIGHT dari Carrie waktu itu.
Aku belum tau betul kekuatan sesungguhnya dari Wira karena dalam beberapa kali kami bertarung, ia selalu mundur sebelum pertarungan benar-benar terjadi.
Atau memang ia tidak sekuat yang ia banggakan...

========
QUEST#04
========​

“Hei, Satria... Elo di rumah aja?” tanya Putri lewat HP-nya.
“Ya... Kenapa? Kalian di mana?” tanyaku balik.
“He... he... Tebak... Kami ada Tokyo... Iri ‘gak elo? He..he... Yee... Kalo elo mana pernah iri kalo kami pergi ke luar negeri...” ejeknya.
“Ya... ya... Aku iri...” jawabku agar ia senang.
“Eh... Si cewek yang suka bondage itu sudah kau dapatkan core-nya, kan?” tanya Putri lagi.
“Sudah... yang berikutnya tanggal 23 Juli nanti.. Leo,” jawabku.
“Tanggal 23 Juli itu 18 hari lagi... masih lama... Trus lo ngapain aja selama 18 hari itu?” tanyanya lagi.
“Ya... gak ada...” jawabku sekenanya.
“Elo nyusul kami aja kemari... Mau, kan?” usul Putri.
“Boleh juga... Aku bilang papa dulu, ya?” aku jadi bersemangat.
“Tunggu... tunggu... Ini Dewi, Sat... Lebih baik elo ke tempatnya Carrie... Jenguk dia... Lihat bagaimana keadaanya sekarang... Elo jadi cowok gimana, sih... gak perhatian banget...” rupanya Dewi mengambil alih telepon.
Benar juga... Ini kesempatan yang bagus... Selama ini aku hanya menelepon dan mendengar khabar dari adiknya, Nicole.
“Betul... Elo ke Perth. Biasanya pesawat ke Australia itu berangkat jam 12... Sekarang, kan baru jam 8... Nah elo siap-siap aja... nanti aku kasih tau papa supaya segala sesuatunya bisa segera disiapkan... Pasti beres!” seru Putri sudah mengambil kembali HP-nya dengan semangat sekali.
Benar saja setelah itu Papa nelpon dan mengatakan semua akan disiapkan pegawai kantornya, aku tinggal menyiapkan bawaanku saja.
Aku tidak ambil pusing soal paspor dan visa karena pasporku sudah ada dan visa : Ini yang agak ribet karena Australia tidak ada perjanjian bebas visa dengan negara manapun.
Jam 10 aku dijemput supir Papa yang bernama pak Guntur karena pesawatnya berangkat jam 12.15.
Papa dan Mama berganti-ganti meneleponku, wanti-wanti karena aku belum pernah ke luar negeri sendirian. Aku iyakan saja semua nasehat dan petunjuk mereka. Aku berjanji kalau ada perlu apa aku tinggal telepon saja.
Lagipula di sana, pegawai perwakilan kantor papaku akan mengantarku kemanapun aku mau dan tentu saja semua keperluanku akan dibereskan mereka juga.
Sebelum naik pesawat, aku mengirim SMS ke beberapa orang tentang keberangkatanku ini lalu HP kumatikan karena di pesawat tidak diperbolehkan menghidupkan HP.
Perjalanan berjam-jam lamanya itu kuhabiskan dengan tidur. Hanya dua remaja putri sebayaku yang duduk dibelakang yang ribut ngobrol dan foto-foto sepanjang perjalanan. Orang yang duduk di sebelahku juga merasa terganggu tidurnya.
“Carrie... aku akan menemuimu... Bagaimana keadaanmu sekarang?... Aku merindukanmu...”

Akhirnya aku sampai juga di salah satu kota negeri kangguru ini... Hal pertama yang kulakukan adalah mengaktifkan kembali HP-ku dan memberi kabar pada Papa dan Mama.
Bagaimana ya kondisi core orang-orang Australia ini? Aku jadi penasaran dan mencoba Coremeter...
Biasa saja... Masih sama saja dengan orang-orang biasa di negaraku. Rata-rata 500 Hz.
Setelah menyelesaikan masalah imigrasi aku lalu keluar bandara. Pegawai kantor cabang Papaku sudah menunggu di gerbang kedatangan Internasional. Ia memegang kertas bertuliskan namaku.
Ia segera mengenaliku...
“Selamat datang di Perth, dik Satria... Nama saya Angelica... Saya yang akan mengurus adik selama berada di sini...” sambut wanita itu. Ia wanita Indonesia juga. Berumur sekitar 20-an tahun. Cantik.

Angelica
“Mana tas bawaannya? Saya bawakan, ya?” tawarnya.
“Saya cuma membawa tas ini...” jawabku. Aku hanya membawa pakaian seadanya karena sekarang katanya sedang musim panas.
“Oh... OK... Mari... Mobilnya di sebelah sana...” ajaknya.
Kami berjalan beriringan menuju parkir mobil.

“Satria akan menginap di Hotel Shangrilla Perth yang sudah disiapkan...” katanya. “Kita akan kesana sekarang,” ia lalu mengendarai mobil itu secara perlahan.
“Dik Satria... sudah kelas berapa?” tanyanya basa-basi.
“Baru naik kelas tiga...” jawabku.
“Oo... ambil jurusan apa?” tanyanya lagi.
“Ng... IPA, mbak...” aku juga bingung jawabnya. Sampai sekarang aku tidak tau bener gak mengambil jurusan IPA dibanding IPS? “Masih bingung...” jawabku.
“Masih bingung... Biasa itu... Tapi kalau saya sarankan... ambil jurusan yang paling sesuai dengan kemampuan dik Satria... agar nanti tidak menyesal...” katanya.
“Kalau dulu mbak Angelica ngambil jurusan apa?” tanyaku lagi. Itung-itung supaya ia tidak dianggap gagal dengan tugasnya.
“Kalau saya ambil IPS... Saya paling senang pelajaran ekonominya...” jawabnya sambil terus mengendarai mobil ini dengan tenang.
“Saya tidak punya pelajaran yang paling disenangi...” ingatku sendiri. Memang tidak ada pelajaran yang terlalu kusuka.
“Ini saran saya... Maaf dulu... kalau saya dianggap lancang... Saya dengar... kalau adik Satria ini... anak lelaki satu-satunya Bapak Buana Suryawan, kan?...” tanyanya. Aku mulai tau arah pembicaraannya...
“Nah... Nantinya, kan... Perusahaan bakalan adik yang pegang... Makanya mulai sekarang... adik sudah harus mulai belajar tentang keuangan... ekonomi... manajemen dan lain sebagainya...” katanya.
Benar juga. Mau nggak mau memang harus aku yang nantinya bakalan memimpin perusahaan keluarga kami ini.
Memang ada bang Eros yang juga anak lelaki, tapi seperti Oom Iqbal, ia juga tidak tertarik dengan masalah bisnis. Ia lebih memilih kuliah Hukum daripada Ekonomi.
Ada juga Athena yang dari kecil memang sudah kelihatan bakat bisnisnya, tapi ia paling mengambil porsi yang dipegang papanya, Oom Ron.
“Memang waktu itu masih lama tapi tidak ada salahnya memulai, kan?” sambung Angelica lagi.
Kami melewati jembatan besar yang menghubungkan kota dan garis pantai di sebelah selatan benua ini. Pemandangannya bagus sekali dengan bangunan-bangunan tinggi.
“Lihat bangunan yang berwarna agak kehijauan itu...” tunjuk Angelica diantara menjulangnya gedung-gedung pencakar langit itu.
“Iya... Kenapa?...” tanyaku memperhatikan gedung itu.
“Di sana Grup Usaha BSCA... Cabang Utama Australia... berkantor” jelas Angelica.
Memang kudengar perusahaan papa memiliki beberapa cabang di manca negara. Seperti di New York, Tokyo, Hongkong, Taiwan, Singapura, London, Frankfurt, dan Perth ini.
“Jadi... mbak bekerja di gedung itu juga?” tanyaku.
“Tidak setiap hari... Saya cuma pegawai kontrakan dan part-time... Saya bagian PR... Kerjaannya... ya... seperti ini... Menyambut tamu-tamu perusahaan... Membawa berkeliling kota, menemani menemui klien... Kebanyakan urusan entertainment, deh...” jelasnya.
“Mbak Angelica masih kuliah?” tebakku.
“Iya... tapi sekarang sedang liburan semester... dari pada pulang ke Indonesia... lebih baik cari duit... Enak, kan?” jelasnya.
“Oo... Gitu...” gumamku.
 
Kami sudah memasuki kota Perth. Kesibukan kota segera tertangkap mataku. Kota ini tidak lebih besar dari Jakarta atau kotaku sendiri tapi tertata lebih rapi dan tertib.
Mobil yang kami kendarai lalu memasuki parkir basement Shangrilla Hotel.

“Ayo... Kita langsung ke kamarmu... Kuncinya ada padaku...” ajaknya. Aku mengikutinya melewati parkir basement ini...
BEEP! BEEP! BEEP! Ini tanda core istimewa...
Angelica memperhatikan apa yang kulakukan. Pasti ia mengira ada yang meneleponku.
Ada di sebelah sana! 2367Hz! Ini termasuk core istimewa!
Tunggu... 2380Hz? 2375Hz... 2342Hz... 2353Hz!
Apa ini? Kenapa terus berganti-ganti? Ada 5 panjang gelombang yang terbaca? Apa itu artinya ada 5 core istimewa pada satu orang atau ada 5 orang?
Bergegas aku menuju pagar pembatas yang membatasi parkir basement dengan area jalan raya yang lebih tinggi.
Tidak banyak orang yang berjalan di area di mana Coremeter menunjukkan lokasi gelombang core istimewa itu.
Itu... Ada 5 orang yang berjalan bergerombol. Kelimanya lelaki dewasa memakai jas dan dasi. Sepertinya pekerja kantor. Mereka seperti memiliki kharisma dan aura tersendiri.
Menurut tebakanku mereka pasti pintar-pintar atau jago dalam bidangnya. Kalau memiliki tim yang terdiri dari kelimanya di kantor, pasti merupakan aset berharga. Yang harus dijaga adalah kekompakan mereka.
“Kenapa dik Satria? Mencari siapa? Apa ada yang kau kenal?” tanya Angelica yang rupanya mengikutiku.
“Ah... Enggak pa-pa... Aku hanya mencari sinyal ponselku... Di basement ini sinyalnya agak lemah...” alasanku.
Kami kembali menuju lift yang menuju kamarku.

Kamarku berada di lantai 34. President Suite. Angelica membukakan pintu untukku.
“Apa dik Satria mau beristirahat dulu?” tanyanya.
“Ng... Saya mau mandi dulu...” kataku.
“Ok... Saya ke bawah dulu, ya? Nanti saya kembali lagi...” jawabnya beranjak dari tempatnya berdiri.
“Ng.. mbak Angel... Tau alamat ini gak?” tahanku sebelum ia membuka pintu.
“Mm...” ia mengambil kertas yang kupegang.
“Bloomingfield itu agak di luar kota... Itu adalah area perumahan di sebelah selatan Perth... Dik Satria mau ke rumah ini?” tanyanya.
Aku mengangguk saja.
“OK... Dik Satria mandi dulu... lalu setelah makan kita langsung ke sana...” tanggapnya atas keinginanku.
Segera aku mandi di kamar mandi hotel. Angelica rupanya masih di kamar ini...
“Maaf... saya kira mbak Angel... udah keluar...” maluku karena aku keluar hanya memakai handuk di pinggang.
“Gak pa-pa... Saya sudah pesankan makanan... Dik Satria berpakaian dulu... baru makan...” tenangnya.
Perasaanku saja atau memang benar... ia memperhatikan tubuhku... dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Jangan-jangan ia tertarik padaku... Kalau benar... ya tidak apa-apa juga...
Tidak! Aku kemari untuk menjenguk Carrie!
Aku tidak seharusnya memikirkan hal itu.

Ia menunggui aku makan sampai selesai tapi ia sendiri tidak pesan makanan hanya secangkir kopi. Lalu kami pergi menuju Bloomingfield dengan mobil yang tadi menjemputku.
“Kalau boleh tau... orang yang dik Satria kunjungi ini siapa?” katanya membuka pembicaraan.
“Ng... teman... Dulu ia pernah satu sekolah dengan saya... Karena sakit ia lalu kembali ke negaranya ini...” jelasku secukupnya.
“Sakit? Sakit apa?” tanyanya lagi.
“Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami amnesia... Jadi mungkin ia juga lupa padaku... Tapi keluarganya kenal padaku, kok...” jelasku.
“Wah... seperti di film-film itu... Kecelakaan lalu amnesia... Kebetulan sekali, ya? Kecelakaan apa? Lalu lintas?” tanya Angelica lagi.
“Wah... saya juga tidak begitu jelas... Tapi kabarnya... amnesianya ini parah sekali... Sewaktu pertama kali... ia seperti anak bayi... bahkan tidak bisa berjalan... berbicara... Lupa semuanya... Sekarang sudah mendingan... tapi ia harus mengulang semuanya dari awal lagi... belajar membaca, menulis, berhitung...“ kataku tentang skenario jawaban standar yang lazim digunakan keluarga Carrie kalau ada peryanyaan seperti
“Sekarang sudah enam bulan sejak kejadian itu... Entah bagaimana kemajuannya sekarang...” kataku menerawang ke depan.
Lalu sepanjang perjalanan kami berdiam diri saja.

“Ini dia... rumahnya...” Angelica memarkirkan mobil ini di pinggir jalan di depan sebuah rumah bernomor 387.
“Benar, kan ini rumahnya?” yakin Angelica.
“Menurut alamat yang pernah mereka berikan... memang ini rumahnya,” jawabku.
Aku turun dan memasuki halaman yang dipagari pagar kayu dicat putih. Ada sebuah mobil di garasi yang terbuka.
Tidak ada bel di pintu jadi aku mengetuk...
Tok.. tok.. tok..
Aku menunggu sebentar...
“Who is it?” (Siapa?) ada sahutan dari dalam. Suara wanita... Bukan suara Carrie atau Nicole. Mungkin ibunya.
“Good afternoon, mam...” (Selamat sore, bu...) sapaku setelah pintu terbuka. Memang ibunya.
“Ooh... You... you’re Satria, right?” (Oh... Kamu... Kamu Satria, kan?)ingat wanita itu.
“Ya... I’m Satria... you do know me...?” (Ya... saya Satria... Anda mengenal saya?) jawabku senang.
“Caaarrriiie... Niiicoolle...” serunya kedalam rumah. Suaranya yang nyaring bergaung di dalam rumah itu.
“Satria is here...” (Satria ada disini...)wanita berdarah Thailand itu terus memanggil kedua anak perempuannya.
Terdengar langkah kaki setengah berlari dari dalam rumah lalu teriakan histeris anak perempuan. Itu suara Nicole.
“Satria...” hambur gadis tanggung itu langsung saja memelukku.

Nicole

Ia tidak banyak berubah sejak ia pertemuan terakhir kami di airport. Hanya rambutnya sedikit lebih panjang.
“Wow... You came here without telling us first... It’s sure a surprise...” (Wow... Kau datang tanpa memberitau kami dulu... Kejutan banget...) serunya.
“It’s just a sudden visit... I didn’t plan it at all... I got time and just flew here...” (Ini cuma kunjungan mendadak... Aku tidak merencanakannya sama sekali... Aku ada waktu dan lansung terbang kemari...) jawabku.
“How’s Carrie doin...?” (Bagaimana kabar Carrie?) Nicole menghentikan pertanyaanku dengan menarik lengan bajuku. Ia melihat ke samping.
“Carrie...”

Carrie
Gadis yang selama ini kurindukan muncul dari samping... Ia terlihat sangat cantik... seperti malaikat dalam tiap mimpiku.
Rambut lurus coklat sepunggungnya dibiarkan tergerai. Ia memakai T-shirt putih dan celana biru selutut Wajahnya segar, polos tanpa make-up menonjolkan mata berwarna hijaunya dan pipinya yang kemerahan karena hangatnya matahari peralihan musim panas ke musim hujan di bulan Juli ini. Tanpa dosa dan cela.
Ingin sekali aku memeluknya...
“Who is he...?” (Siapa dia?) katanya dengan nada seperti anak kecil.
“Sister... Come ‘ere... Remember the photograph I put on your desk?... He’s Satria... Remember?” (Kak... Kemari... Ingat foto yang kutaruh di mejamu... Dia Satria... Ingat?) ingat Nicole.
Aku tidak tau, apa saja yang telah diceritakan adiknya tentang aku selama masa amnesianya ini.
Carrie terlihat berusaha mengingat-ingat perkataan adiknya...
--------​
Kami duduk di halaman belakang, bertiga saja, aku, Carrie dan Nicole. Angelica duduk ngobrol dengan ibu mereka.
“I’ve told her everything about you... About how’ve you two first met... How’s her and your relationship... But nothing about how’s she lost her memories...” (Aku sudah menceritakan semua tentangmu padanya... Tentang bagaimana kalian berdua pertama bertemu... Bagaimana hubungan kalian berdua... Tetapi tidak tentang bagaimana ia kehilangan ingatannya...) kata Nicole.
“Didn’t she ever ask about it...” (Apa dia tidak pernah menanyakannya?) tanyaku.
“I think... even I tell her so... she won’t get them... It’s too complicated for her mental condition right now...” (Kupikir... bahkan jika kuceritakanpun dia tidak akan paham... Itu terlalu rumit untuk kondisi mentalnya sekarang...)
“She’s at the state of a 6 years old little girl right now... She’s literally younger than me... No offense...” (Ia sedang dalam kondisi anak umur 6 tahun saat ini... Ia bahkan jelas-jelas lebih muda dariku... Jangan tersinggung...) jelas Nicole.
“...”
Benar juga... ia tidak bisa disalahkan kalau tidak mengerti apapun tentang hubungan kami sebelum kejadian itu. Masih perlu waktu lama untuk membuatnya mengerti apalagi ingat...
Sudah 6 bulan tapi... Anak umur 6 tahun... Jadi perkembangannya adalah setahun dalam sebulan...
“I got this in my head... you said she’s in state of 6 years old kid, right? It’s been 6 months now... So you say... she’s developing a year monthly...?” (Aku dapat ide ini... Kau bilang ia sedang dalam kondisi anak 6 tahun, kan? Ini sudah 6 bulan... Jadi ia berkembang setahun per bulannya?) tanyaku.
“... Yeah right... It’s good news, right? In just another six months she’ll just as old as me... and... and another four months she’ll be a normal 16 years girl... No.. no... 17... She’ll be 17 next Februari...” (Ya benar... Kabar bagus, kan? Dalam 6 bulan lagi dia akan seumuranku dan... dan 4 bulan kemudian ia akan menjadi gadis normal berumur 16 tahun... Tidak... Tidak... Dia akan berumur 17 tahun Februari nanti...) senang Nicole mendengar ideku itu.
“What’s the matter, sister?” (Ada apa, dik?) tanya Carrie lugunya, tertarik dengan kegembiraan Nicole.
“You’ll be okay in 10 months... Do you like that?” (Kakak akan baikan dalam 10 bulan... Suka gak?) tanya Nicole memegangi kedua lengan kakaknya.
“Yea... I like that... I’ll be okay...” (Ya... aku suka. Aku akan baikan...) ia juga tersenyum senang dan mengacungkan kedua tangannya kekanakan. Entah mengerti atau tidak.
“Is she gonna remember me that time?...” (Apa ia akan mengingatku saat itu?)
Nicole berhenti tersenyum.
“I’m not ...sure... ‘Coz... it might just her mind develop to her age but not the lost memories... I’m sorry, Satria...” (Aku tidak yakin... Karena mungkin hanya pikirannya yang berkembang ke usia normalnya tetapi tidak dengan memorinya yang hilang... Maafkan aku, Satria...) sesal Nicole.
“Don’t worry... I’m working on something... to revive that lost memories... I’m collecting ZODIAC CORES to cast the ultimate power to grant my wish... It’s called GOD MAESTER CORE,” (Tidak apa-apa... Aku saat ini sedang mengusahakan sesuatu... untuk membangkitkan ingatan yang hilang itu... Aku sedang mengumpulkan ZODIAC CORE untuk memanggil kekuatan besar untuk mengabulkan permintaanku... Ia disebut sebagai GOD MAESTER CORE) jelasku.
“GOD MAESTER CORE...? What’s that?” (GOD MAESTER CORE? Apa itu?) Nicole penasaran.
“Here...” (Liat ini...) aku menunjukkan foto buku serta lembaran tembaga yang sudah berhasil kudapatkan tulisannya.
“Remember the talking little core Hellen got? He told me that... if I can collect the whole 12 ZODIAC CORES... from ARIES to PISCES... I can summon GOD MAESTER CORE... It will grant me a wish... Whatever I want... and I shall wish to restore Carrie’s mind... to her normal state...” (Ingat dengan core kecil Hellen yang bisa bicara itu? Dia memberitahuku kalau aku bisa mengumpulkan kesemua 12 ZODIAC CORE itu—dari ARIES sampai PISCES... aku bisa memanggil GOD MAESTER CORE... Ia akan mengabulkan satu permintaanku... Apapun yang kuinginkan... dan aku akan menginginkan mengembalikan keadaan memori Carrie ke keadaan normalnya...) jelasku.
“Are you sure things like that really exist...?” (Apa kau yakin hal begian memang ada?) ragu Nicole.
“For this time being... I’ve collected 4 ZODIAC CORES... Wanna see them?” (Sampai sekarang... aku sudah mengumpulkan 4 ZODIAC CORE... Mau liat?) tawarku.
Aku berkonsentrasi sebentar untuk mengeluarkan INITIATE FORM keempat ZODIAC CORE itu.
“Wow... they’re beatiful... Wait a minute... I thought core will be like creature in shape of human...” (Wow... Indah sekali... Tunggu sebentar... Kukira core itu mahluk berbentuk seperti manusia) kata Nicole.
“Every little creatures in the world got their own cores... I just need to locate these special cores... Yes... some cores are in shape of human... some in shape of monster... These special cores got three shapes, you know...” (Setiap mahluk hidup di dunia ini mempunyai core sendiri... Aku hanya perlu menemukan core istimewa ini... Ya, beberapa core berbentuk seperti manusia... beberapa berbentuk monster... Core istimewa ini mempunyai tiga bentuk...)
“These blink-blink crystals are their INITIATE FORM... They also got the SUB-HUMAN FORM that looks like human and the third CREATURE FORM that looks like monster... I cannot show their other forms ‘coz it’s gonna freakin’ you out and other people...” (Kristal bling-bling ini adalah bentuk INITIATE FORM-nya... Mereka juga punya bentuk SUB-HUMAN yang berbentuk seperti manusia dan yang ketiga adalah CREATURE FORM yang seperti monster... Aku tidak bisa bentuk lainnya karena pasti akan menakutimu dan yang lain...) jelasku.
“Besides... why did you doubt anything like this... You’re a FUTURE HOLY LIGHT yourself...” (Lagipula... kenapa kau menyangsikan hal seperti ini... Kau sendiri adalah FUTURE HOLY LIGHT...) sindirku.
“Yeah... okay... By the way... how did you get these cores? Core is the deepest part of one’s soul, right?” (Ya... baiklah... Tapi... bagaimana caramu mendapatkan core-core ini? Core adalah bagian terdalam dari jiwa seseorang, kan?) tanya Nicole. Ini bagian yang tersulit.
“I... I took ‘em by... doing the best I can do...” (Aku... aku mengambil mereka dengan... cara yang paling bisa kulakukan...) aku memberi kode untuknya mendekat. Aku akan membisikkannya...
“... by sex...” (dengan seks)
“What? Are you kidding me?” (Apa? Bercanda kamu?) kagetnya.
“That’s why I got to whisper it to you... It’s shockin’ but it works... By doin’ it only on their birthday... Oo I forget to tell you... they all girls... I can take these cores out of them after doing a tremendous orgasm... You can’t argue to that... You may not trust me but I’ve done it four times already, you know...” (Karene itu aku harus membisikkannya padamu... Mengejutkan tapi memang begitu caranya... Dengan mengambilnya pada hari ulang tahunnya... Oh aku lupa kasih tau kalau mereka semua cewek... Aku bisa mengambil core dari mereka setelah melakukan orgasme hebat... Jangan tanya caranya... Kau boleh tidak percaya tapi sudah kubilang aku sudah melakukannya empat kali...) jelasku.
“Jeez... wow... You’ve experienced many things already... You sure’ve screwed many girls like before...” (Wah... Kau sudah mengalami banyak hal sekarang... Kau sudah main dengan banyak cewek seperti dulu...) kagum Nicole. “Have I told you not to screw up behind my sister, haven’t I?” (Sudah kuperingatkan untuk tidak macam-macam dengan kakakku, ingat?) ingatnya tentang peringatannya waktu mereka berangkat ke Australia dulu.
“Mm...?” aku hanya bisa mesem.
“Oo... don’t worry about her... she won’t understand anything we said...” (O... jangan pedulikan dia... Dia gak bakalan ngerti apapun yang kita bicarakan ini...) Nicole menenangkan aku agar tidak mengkhawatirkan Carrie yang terus menyimak pembicaraan kami.
Lalu Nicole menanyakan hal-hal lain yang menarik perhatiannya. Tentang core, ZODIAC CORE, GOD MAESTER CORE dan lain-lain.
--------​
“Say... I can’t find any other boy as attractive as you... Can I... ask you... a little favour...” (BTW... Aku gak pernah ketemu siapapun yang lebih menarik darimu... Boleh minta tolong... sedikit aja) Nicole mengerdipkan matanya.
“What... you wanna? Your mother’s there... And how about Carrie?” (Apa... kau mau? Ibumu disana... dan bagaimana dengan Carrie?) kagetku kala Nicole memintaku bercinta dengannya.
“Aww... come on... We don’t have to do it here... We can do it somewhere else... Would you?” (Aw... yang benar saja... Gak perlu disini, kan? Kita bisa melakukannya di tempat lain... Mau, ya?) rengeknya.
Aku tidak sanggup menolak permintaan semacam ini. Apalagi ini memang salahku. Aku yang pertama kali bercinta dengannya dan mengambil perawannya waktu itu.
--------​
Dengan alasan akan berkeliling kompleks ini, aku meminjam mobil Angelica. Kami; aku, Nicole dan Carrie, pergi ke suatu tempat.
“This place is great... You’ll like it...” (Tempat ini luar biasa... Kau akan menyukainya...) Nicole menunjukkan arah kemana aku harus mengendarai mobil ini.
Daerah pemukiman ini berada di sekitar rawa-rawa hingga hawanya panas. Untungnya banyak pepohonan yang meneduhi jalan.
Mobil memasuki jalan bebatuan yang tidak begitu baik keadaannya hingga aku harus mengendarai mobil ini perlahan.
“Over there... There’s a little creek a bit to the West... Turn that way... Right... You can park here...” (Sebelah sana... Ada sungai kecil sedikit ke Barat... Belok ke arah sana... Benar... Kau bisa parkir di sini...) arahan Nicole.
“Sister and I used to play here when it’s hot...” (Kakak dan aku sering main di sini kalau hari panas...) kata Carrie.
“We ride a bike and swim here... Remember... the Skinny Dip at the beach... It’s something like that... No one ever came here but us... That’s why I take you here... It’s safe... C’mon...” (Kami naik sepeda dan berenang di sini... Ingat berenang bugil di pantai... Seperti itu... Gak ada yang pernah datang kemari kecuali kami berdua... Karena itu aku ajak kau kemari... Aman, kok... Ayo...) ajak Nicole yang langsung turun bersama Carrie.
Tanpa sungkan-sungkan lagi keduanya berlarian gembira dan menanggalkan pakaian mereka begitu saja sampai bugil dan menceburkan diri di air sungai.
Mungkin mulutku terbuka lebar menyaksikan ini. Padahal aku masih di dalam mobil dan tangan di setir.
Mereka bermain-main air, saling siram dan gelitik...
Tubuh Carrie masih seperti dulu, indah dan seksi sekali. Dadanya yang besar tidak sebanding dengan milik Nicole yang baru menggembung sedikit saja. Rambut di kemaluannya tidak ada lagi... mungkin menyamakan dengan milik Nicole yang polos.
“C’mon, boy... Join us...” (Ayo, cowok... Gabung sini...) seru Nicole.
Carrie juga melambai-lambai memanggilku.
Mungkin karena pikirannya yang masih anak-anak, ia tidak memperdulikan keadaan tubuhnya yang telanjang bulat dengan keberadaan laki-laki yang berbeda dengannya.
“Do I have to skinny dip too with you two... I could get hard rockin’...” (Aku gak mungkin berenang bugil bareng kalian berdua... Bisa-bisa ngaceng aku...) godaku.
“It’s okay... She won’t mind... Yet... I wanna see it bad...” (Gak apa-apa... Dia gak bakal keberatan... Lagipula aku udah pengen banget liat...) kata Nicole memberi izin masuk.
Lalu secepatnya aku melepaskan semua pakaianku. Sepatu, kaos, celana dan CD. Tuing!
Carrire membisikkan sesuatu pada Nicole. Adiknya tertawa geli mendengar bisikan itu.
“What?” (Apa?)
“She anxious to know why your dick protruding like that... she never see a dick before...” (Kakak pengen tau kenapa tititmu ngaceng seperti itu... Dia belum pernah liat titit sebelumnya...) Nicole memberitahu apa kata Carrie.
Sialan... kontolku ini... bisa-bisanya tegang tanpa di komando... Tentu saja Carrie kaget melihatnya.
“Tell her that... a boy thing is different to girl thing...” (Kasih tau dia kalau barang cowok beda dengan punya cewek...) candaku saat aku mulai memasuki air.
“I’ve told her that... Wiiuuu!” (Sudah... Wiuu!) Nicole lalu menyipratkan air dan diikuti oleh Carrie. Aku dikeroyok dua orang. Kewalahan...

“Satria...” tanpa kusadari, Nicole rupanya sudah meraih penisku yang mengecil karena dinginnya air. Ia sudah hot rupanya.
Segera saja ia mempermainkan penisku sementara bibirnya sudah mendarat di bibirku.
“Sister... what are you doing?” (Dik... apa yang kau lakukan?) tanya Carrie polosnya. Ia lalu ditarik Nicole untuk mendekat.
Dadanya diremas-remas Nicole. Ia bergidik geli.
“No... don’t do it again... It’s itchy... ugghh...” (Jangan... jangan lakukan itu lagi... Geli... uhh...) desahnya. Ia mencoba melepaskan tangan Nicole tapi tak bisa.
Tanganku juga bekerja... meremas pantatnya... Ia memperhatikan ekspresi wajahku.
Nicole menunduk dan mulai menjilat penisku. Uuuhhh...
Tangan Nicole kini berpindah mempermainkan klitoris kakaknya.
Aku menarik Carrie mendekat dan mencium bibirnya...
Oooo... Aku sangat merindukanmu... Bibirmu... tubuhmu... harum tubuhmu... semuanya...
Tak terduga, ia bisa membalas ciumanku. Mungkin refleks. Kami berciuman lama sampai aku tersadar kalau tubuhku terguncang-guncang...
Nicole sudah memasukkan penisku ke vagina kecilnya dengan posisi menungging.
“Sister... isn’t that hurt?” (Dik... apa itu tidak sakit?) kaget Carrie melihat batang penisku yang besar memasuki vagina adiknya yang baru berumur 12 tahun ini.
“Eegghhh... it’s hurt... and fun too... oouuuhh... oogghh...” (Ehh... sakit... dan menyenangkan juga... oouuhh...) lenguh Nicole menikmati goyangannya sendiri pada penisku.
Dulu penisku tidak bisa masuk seluruhnya, hanya ¾ nya saja. Tapi sekarang sudah bisa terbenam sepenuhnya. Enak sekali dan sempit.
Aku juga meremas-remas dada Carrie agar ia juga ikut terangsang. Mulut kami kembali bertaut. Jari Nicole masih mempermainkan vagina kakaknya.
“Oohh... aahh... Satria... Give it to me... Give it to me!” (Oh... aahh... Satria... Lakukan... Lakukan!) seru Nicole hot sekali.
Aku menarik mukanya mendekat dan menciumi wajahnya. Hidungnya kukulum...
“Oooooooouuuuuuuuuhhhhhhhhh...” vagina kecil Nicole mencengkram kuat dan mendesirkan cairan kental ke sekujur penisku. Hangat. Berkedut-kedut dan terus meremas batangku. Ia berhenti bergoyang.
“What happened to you sister?” (Apa yang terjadi padamu, dik?) tanya Carrie melihat adiknya lemas.
Nicole tidak menjawab kecuali mengeluarkan penisku dari vaginanya. Lalu menarik tubuh Carrie mendekatiku.
Ia mengarahkan penisku yang masih berlendir ke vagina Carrie...
“Sister... You want to stick it into me...?” (Dik... Kau mau memasukkan itu padaku?) tanya Carrie melihat vaginanya ditempeli penisku.
“Ram it!” (Genjot!) suruh Nicole menarik pantatku agar mendorong masuk penisku yang sudah pas.
Terasa hangat dan sempit... Sudah enam bulan ia tidak tersentuh... uuhh...
“Oohhh... Sister... It feel nice... ooh... What is it? It’s good... Oohhmm...” (Ooh... Dik... Ini enak banget... Apa ini? Enak banget... Ohhmm...) ia melenguh keenakan.
Walaupun pikirannya tidak ingat, tapi pasti memori tubuhnya mengingat ini.
Sebelah kakinya kuangkat dan melingkar di pinggangku. Aku memompakan penisku perlahan saja agar ia merasa senang dan bereaksi positif.
“Uuhhh... it feels nice... I feel so wet and good... Ooohh... Sister... What is this thing inside me... I like it very much...” (Uuh... terasa enak... Aku merasa sangat basah dan nikmat... Ohh... Dik... Benda apa di dalamku ini... Aku sangat menyukainya...) keluhnya terus-menerus.
“Keep this a secret... Don’t tell Mom or Dad or anybody elses... It calls fuck... and this thing inside you is his dick... You’re making love right now... Remember that!” (Jaga rahasia, ya... Jangan kasih tau ibu atau ayah atau siapapun tentang ini... Ini namanya ngentot... dan benda di dalammu ini adalah kontolnya... Kau sedang bercinta sekarang... Ingat itu!) jawab Nicole memberitahu kakaknya.
“This fuck is good... I like it... Can we do this all the time?” (Ngentot ini enak banget... Aku suka... Bisakah kita melakukan ini setiap waktu?) minta Carrie.
“No... You can only do this fuck to the one you love...” (Tidak... Kau hanya boleh melakukan percintaan ini dengan yang kau cintai...) beritahu Nicole lagi.
“I love this boy...” (Aku cinta cowok ini...) kata Carrie mengejutkan.
“Do you know him?” (Kakak kenal dia?) korek Nicole.
“No... I don’t know him... But I love him... Really...” (Tidak... Aku tidak mengenalnya... Tapi aku mencintainya... Sungguh...) kata Carrie malah merengek.
“How could you love him though you don’t know who he is...” (Bagaimana mungkin kau mencintainya tapi tidak mengenalnya...) ketus Nicole. Benar juga kata-kata Nicole. Ini pasti karena nafsunya saja bukan benar-benar cinta padaku.
“I can learn to love him... Just fuck me as much as possible... I like it very much...” (Aku bisa belajar mencintainya... Hanya saja terus entoti aku sebanyak mungkin... Aku sangat menyukainya...) kata Carrie sambil terus kugenjot.
Ini memang dirinya yang asli, yang sangat menyukai seks denganku. Ia selalu haus akan selalu bercinta denganku. Tapi ini memori tubuhnya yang membantunya cepat belajar...
Tidak bisa berharap terlalu banyak dari memory ini.
“Ooohhh...hhhmmp...”
“Aagghhhhh!”
Ia menggigit leherku!
Hanya Carrie yang mampu melakukan ini...
CRRROOOOTTTT! CROOOTTT! CRRROOOOTT!
Aku menembakkan cairan spermaku menuju rahimnya yang sudah lama tak menerima ini... Banyak...
Aku memeluknya dan tubuh kami menghempas air sungai.
“He’s peeing in me, sister...” (Ia pipis di dalamku, dik...) rengek Carrie merasakan spermaku di liang vaginanya.
“It’s not pee... It’s called cumming... That’s the result of this fuck... It’s nice...” (Itu bukan pipis... Itu disebut ejakulasi (ngecrot)… Itu hasil dari percintaan ini... Enak, kan?) terang Nicole.
Terendam air sungai, tubuhku kembali segar. Aku kembali berdiri dan memompakan penisku kembali. Terasa licin dari spermaku.
“It’s still feels nice and getting even more good than before...” (Masih tetap enak dan bertambah enak dari sebelumnya...) Carrie semakin menikmati ini.
Aku mengulum putingnya dan ia melenguh semakin keenakan. Dan...
“Oooooooohhhh...!” jeritnya. Aku menjilat belahan dadanya. Vaginanya mencengkram erat. Berkedut-kedut.
Ia memelukku erat. Kukunya mencengkram punggungku. Ini mungkin orgasme pertamanya sejak 6 bulan lalu.
“Hooh...hooohh...hoohh... That’s the nicest feeling I’ve ever had...” (Hoh... Itu perasaan ternikmat yang pernah kurasakan...) serunya. Ada air mata menetes di sudut matanya.
Sampai matahari hampir tenggelam ia masih terus mau dikentot seperti itu dan mengalami orgasme berkali-kali. Aku juga sudah empat kali dibuatnya nembak.
Ia sampai harus dibujuk untuk segera pulang.
Di mobil, Carrie berulang kali diperingatkan Nicole untuk tidak menceritakan apapun tentang apa yang kami lakukan tadi.
Ia berjanji dengan lugunya untuk tutup mulut... asal nanti bisa main lagi.

Ibu mereka sudah menunggu dari sore sampai gelap bersama Angelica. Khawatir kalau terjadi apa-apa pada kami.
Keduanya kemudian disuruh mandi karena sudah berbau keringat dan matahari. Aku juga mau mandi.
Kami makan malam bersama di ruang makan keluarga ini. Ayah mereka tidak akan pulang karena sedang bertugas ke luar negeri.
Carrie duduk di sampingku dan terus menerus melihat padaku. Ada nafsu di tatapan matanya.

“Kalian pasti sudah pernah melakukannya, kan?” tanya Angelica ketika kami sedang duduk-duduk di beranda rumah, menikmati udara malam. Kami memutuskan untuk menginap di sini malam ini.
“Melakukan apa maksud mbak Angelica..?” tanyaku.
“Ya... itu... Aku sudah mengerti dari pandangan mata Carrie saat menatapmu dalam-dalam... Dan waktu keluar rumah tadi... kalian melakukannya lagi, kan?” tebaknya.
Aku diam saja tidak menjawab.
Untung saja bahasa Indonesia orang-orang ini tidak sebagus dulu sewaktu masih tinggal di kotaku, jadi tidak mengerti apa yang dibicarakan Angelica.

Rumah ini hanya mempunyai 3 kamar, hingga satu kamar extra itu kuberikan pada Angelica. Nicole dan Carrie tidur sekamar dan ibunya sendirian tidur di Master bedroom.
Aku tidur di sofa... Lelah.

Mhhng?
Siapa yang mempermainkan penisku? Terasa geli... Dijilat? Dihisap?
Aku menyentuh kepalanya dan mengusap-usap rambutnya... Bukan Carrie atau Nicole!
“Mam...??”
Aku kaget setengah mati... Orang yang menghisapi penisku ternyata adalah ibu Carrie dan Nicole. Wanita Thailand yang masih cantik dan seksi itu memegangi penisku yang tegang.
“Hush... Silent... You don’t wanna wake up everybody here, right... So silent... and enjoy it...” (Hus... Diam... Kau tak mau membangunkan mereka semua, kan?) ia kembali mengulum penisku.
Rambut hitam panjangnya bergoyang-goyang di bahunya saat mempermainkan penisku. Dari baju tidurnya aku bisa melihat belahan dadanya yang besar, di remangnya lampu ruang TV ini.
Ia pasti kesepian karena sering ditinggal suaminya yang sering bertugas ke luar negeri.
Ibu tiri Carrie dan ibu kandung Nicole ini masih relatif muda. (Kawin muda mungkin). Sekitar awal 40-an tahun begitu. Wajah eksotis Asianya yang kental mungkin menarik perhatian ayah Carrie yang saat itu sudah bercerai.
“I want it...” (Aku mau...) wanita itu mulai memanjat naik.
Ia hanya perlu menyisihkan bagian rok long dress berbahan lembut itu dan menggeser juga celana dalamnya agar penisku bisa masuk...
Selanjutnya ia sudah memompakan vaginanya yang basah panas itu seperti kesetanan. Untung saja sofa ini berkualitas bagus hingga tidak berderit-derit karenanya.
Ia menahan suaranya...
Aku mempermainkan dadanya...
Putingnya masih kecil, seperti anak gadis saja. Pasti ia tidak menyusui Nicole waktu bayi.
“C’mon... I want you to cum inside me like you cum inside my two daughters... Hssshh... “ (Ayo... Ngecrotlah di dalam seperti kau ngecrot di dalam kedua anakku...) katanya.
Mati aku... dia tau aku main dengan kedua anaknya.
“You knew I have fucked... your daughters?” (Anda tau kalau aku ngentoti kedua putrimu?) pastiku.
“Of course I know... I’m the one who giving her the birth control pills... But not to Nicole... She doesn’t even get the period yet,” (Tentu aja aku tau... Aku yang memberi pil KB pada Carrie... Tapi tidak pada Nicole... Dia belum mendapat menstruasi...) jelasnya.
“... so... you’re just so horny mom who fuck her own daughter’s boyfriend then...” (… jadi anda adalah ibu sange yang ngentoti pacar anak sendiri...) candaku.
“You’re literally a mother fucker now... Tee... he.. he..” (Kau sudah resmi jadi seorang mother fucker (pengentot Binor?) sekarang... He... he... he...) balasnya.
“It’ll be long before I can cum... you’ve got to wait...” (Akan lama aku ngecrotnya... Anda harus menunggu...) kataku terus menerima hentakan badannya di penisku.
Ia terus memompakan badannya tanpa henti. Lalu berganti posisi dengan ia mengangkangkan kakinya dan kugenjot sekuat-kuatnya.
Ia melengkungkan badannya ketika orgasme dan menggigit bantal agar tidak bersuara. Meremas dadanya sendiri.
Wanita Thailand itu tersenyum puas sekali melihat aku masih terus menggenjot vaginanya.

“Mooom...”

Terdengar panggilan Nicole dari dalam kamar. Aku berhenti kaget bercampur cemas.
“It’s okay... she’s want to go the toilet... She’s still too afraid to go there at night...” (Tidak apa-apa... dia hanya mau pipis... Dia masih terlalu takut untuk ke toilet sendirian...) ia melepaskan penisku dan merapikan bajunya lalu pergi melihat anaknya.
Hu-uh... Tanggung sekali... Aku belum apa-apa dia sudah pergi. Padahal ini... kontolku ini masih tegang dan berdenyut-denyut minta lagi. Dionani sajalah...
“Kenapa... tanggung, ya?...” ada suara dari belakangku. Desir nafas hangatnya menyentuh telingaku.
Berikutnya sepasang tangan sudah meraba dadaku. Terasa dadanya di leher dan kepalaku. Ini suara Angelica...
“Mbak... melihat yang tadi?” tanyaku sepelan mungkin.
“Hm-em... semuanya... Aku melihat dari sana...” tunjuknya pada ruangan bersebelahan dengan ruang TV ini. Ruangan itu memang gelap.
“Aku tau... kalau tanggung begini... kau pasti mau onani, kan?” ia berputar mengitari sofa ini.
“... Sayang sekali... biar aku yang meneruskannya, ya?” katanya. Ini sudah bisa ditebak.
Padahal masih ada sisa cairan kental berwarna putih milik ibu Nicole di penisku tapi ia tanpa ragu mengulumnya dengan profesional.
“Mbak... sudah sering melakukan ini, ya?” tanyaku diantara hisapannya yang dahsyat.
“Ini sudah bagian dari pekerjaanku... Aku ini bagian PR... bertugas bagian entertainment... Kuanggap ini bagian dari entertainment... Itu tugasku...” jawabnya. Profesional.
Ia lalu memasukkan penisku ke vaginanya setelah menyingkirkan celana dalamnya.
Whooaaa... Enak sekali. Liangnya mengemut batangku berulang-ulang. Ia sangat terlatih untuk bermain seks. Service-nya memang dahsyat sekali.
Belum pernah ada wanita yang pernah bisa begini dalam petualangan seksku.
Dadanya bulat dan keras. Ini pasti operasi Breast Implant agar lebih besar dan memuaskan pandangan kliennya. Kuremas-remas dada itu.
“Kamu kuat sekali, ya?... Biasanya laki-laki akan cepat nembak kalau kubuat begitu...” katanya makin memperkuat cengkramannya di penisku.
“Jangan menyerah, mbak... sedikit lagi...” kataku menyenangkanku. Ini belum seberapa...
Ia melepaskan penisku dari vaginanya dan mengarahkannya di lubang anusnya.
Agak susah masuk.
Awalnya kepala penisku sudah terbenam dan Angelica mengkontraksikan bukaan anusnya agar berkembang. Dengan begitu ia mendorongkan tubuhnya dan amblaslah semua batang penisku di anusnya. Memasuki pintu usus besar.
Whhaa... Ini lebih enak lagi. Kepitannya lebih kuat dan mantap di pangkal penisku. Benar-benar hebat!
Ia merapatkan badannya dan puting susunya kuhisap dan gigit. Ia hanya bernafas berat tanpa suara bising.
Jari tanganku tak tinggal diam, mempermainkan klitoris dan memasuki liang vaginanya.
Usaha dan permainannya memang hebat sekali. Sudah terasa gelitik-gelitik kecil di pelirku, tapi masih bisa kutahan. Kuncinya adalah pengalihan konsentrasi pada kegiatan lain. Aku berkonsentrasi pada menghisap dada dan mempreteli vaginanya.
“Uuhhh...” keluhnya pelan seiring dengan orgasmenya saat aku menjilati lehernya. Jariku jadi belepotan.
Angelica mengangkat pantatnya hingga penisku terlepas dari cengkraman liang anusnya. Tapi tidak berhenti karena ia mengarahkan penisku ke vaginanya. (Lebih baik aku nembak di sini daripada di lobang pantat)
Kembali ia bergoyang dan aku juga ikut menyambut tiap ia menghentak turun dengan menusuk keatas. Ada suara tepukan pelan tiap paha kami bertemu.
“Oohh...oohh...” ia mendesah di dekat leherku. Kuambil bibirnya yang bagus itu dan kulumat sekuat-kuatnya. Nafasnya memburu.
Mungkin karena sore tadi sudah 4 kali nembak dengan Carrie, agak susah untuk nembak lagi...
“Gotcha!” (Ketauan!) ada yang mengejutkan kami. Tepatnya dua orang, Carrie dan Nicole.
“We caught you fucking our boy...” (Kami menangkap basah kamu yang mengentoti cowok kami...) kata Carrie dengan nada kekanakan.
“Carrie...?”
“Heh... heh... I’m sorry... Excuse me...” (Heh.. heh... Sori... Permisi...) buru-buru Angelica melepaskan penisku dari liang vaginanya dan membawa pergi celana dalamnya. Sambil berjalan cepat ia juga merapikan pakaiannya.
“Hey... his dick still sticking out like a pole...” (Tititnya masih ngaceng kaya tiang...) seru Carrie senang sekali.
“We can’t let him sleep here... Take him to our room...” (Kita tidak bisa membiarkannya tidur disini... Bawa dia ke kamar kita...) usul Nicole.
Buru-buru saja Carrie menarik tanganku dan membawaku ke kamar mereka.
Lagi-lagi aku harus melayani gairah seks mereka berdua. Berganti-ganti Carrie dan Nicole... Dan aku nembak lagi 3 kali...
Hidup yang berat...

Walau begitu selama 10 hari aku berada di Australia, di rumah Carrie... sedikitpun ia tidak ingat padaku. Pada hubungan kami di masa lalu. Pada kenangan kami di masa lalu...
Ia menganggapku sebagai orang baru ia kenal. Yang bisa memuaskan gairah seksnya. Walaupun pikirannya masih setaraf anak-anak... ia sudah sangat menikmati seks yang hebat.
Ini yang masih terus membuatku sedih...
Pernah juga terpikir untuk memulai saja semuanya dari nol kembali mengingat bagaimana ia menerimaku sebagai orang baru. Hanya tinggal menunggu beberapa bulan dengan sabar hingga pikirannya setaraf dengan remaja seumurannya.
Tapi itu semua tidak akan sama... aku mau Carrie seperti yang dulu! Yang menerimaku apa adanya...
 
Terakhir diubah:
mg next updateny bhs inggris ny g pk blibet bgt suhu

ckp d ksh state ' perckpn dlm bhs inggris, tp lebh baik c d lengkpi translate jg. up to you suhu, panggung teater ini milik anda sepenuhny, kami hanya penikmat karya suhu, n mensupport agar lancr trus updatenya :mantap:
:angel:
 
Terakhir diubah:
mg next updateny bhs inggris ny g pk blibet bgt suhu

ckp d ksh state ' perckpn dlm bhs inggris, tp lebh baik c d lengkpi translate jg. up to you suhu, panggung teater ini milik anda sepenuhny, kami hanya penikmat karya suhu, n mensupport agar lancr trus updatenya :mantap:
:angel:

nanti klo ada waktu senggang, ane perbaiki n tambahin terjemahan bagian akhir part quest #04 itu ya. :ampun:
tp eniwei ini waktunya Quest #05: Leo...
 
QUEST # 05
LEO

Sekarang tanggal 23 Juli. Sudah 5 hari kami bersekolah dan dari pagi aku sudah bersemangat berangkat sekolah dengan Coremeter aktif. Mencari ZODIAC CORE kelima, LEO!
Sebelumnya pada CANCER, muncul bacaan yang sama tidak kumengerti seperti sebelumnya di buku GOD MAESTER CORE.
CANCER MENUNGGU DI TEPI LAUT TAK BERTEMAN. MENCOBA BERBICARA PADA BURUNG LAUT. SEPI JAWABANNYA. IA BERJALAN KE MATAHARI TERBENAM. BERHARAP BERTEMU SESEORANG.
Masih tetap memusingkan...
Sekolah sudah memulai aktifitas normalnya. Pada dua hari pertama masih terasa suasana liburannya dengan tidak datangnya sejumlah guru dan murid. Kelas banyak yang kosong karena tidak ada guru.
Kami lebih banyak bermain-main saja di luar kelas atau mengunjungi kelas lain.
Hari-hari tetap seperti ini saja... dan tak ada tanda-tanda ZODIAC CORE kelima, LEO.
Sepulang sekolah kembali aku keliling kota dengan mobilku. Berharap Coremeter-ku menangkap sinyal core istimewa.
Hellen tidak meng-up grade Coremeter karena katanya ia sedang mengerjakan ideku untuk membuat alat yang bisa mencari core istimewa di seluruh dunia dengan bantuan satelit.
Itu memang ideku dan ia antusias sekali sebab karena itu ia banyak menghabiskan waktu untuk mengerjakannya.
Waktu liburannya saja dihabiskan di rumah bersama Tommy mengerjakan proyek ambisius itu. Padahal saudara-saudaranya yang lain berlibur atau bersenang-senang dengan pasangannya masing-masing.
Lagipula Coremeter ini memang sudah cukup sempurna. Kekurangannya hanyalah masalah jaraknya yang masih 500 meter.
Foto Carrie terakhir, kutempel di dashboard mobil. Ini foto sewaktu mengunjunginya ke Aussie kemarin. Foto termanis dengan senyumannya.
(Foto lainnya juga ada. Foto bugilnya... Foto bersama Nicole...) Semuanya kusimpan di HP HP-ku.
Trriiiittt...
“Halo... Hellen? Ada apa?” jawabku.
“Ini mas... mo ngetes versi beta Versemeter...” jawabnya di sana.
“Versemeter? Apa itu?” tanyaku bego.
“Itu loh... Perubahan Coremeter dengan bantuan satelit itu...” jawabnya.
“Ooh... Ya...ya... Namanya jadi Versemeter?”
“Betul... Ini versi beta... versi percobaan... Kita coba mencari mas Satria sekarang berada dimana... OK?” jelasnya.
“Boleh... Coba cari...” setujuku.
“OK... Mas Satria bawa core ROSE DROP itu, kan?” tanyanya.
“Bawa...”
“OK... Aku punya data core itu... dan akan kucari panjang gelombangnya... Sebentar... Satelit sedang men-scan kota... Mengkalibrasi terrain dan tekstur kota... Melacak panjang gelombang yang dimaksud... 1532 Hz! Dapat... 3,247° Lintang Utara 534° Bujur Timur... Sekarang aku tambahkan program peta kota... Beres... Mas Satria sekarang sedang di... Jalan Kemerdekaan... Benar, kan?” ulasnya.
“Tepat sekali, Len... Selamat... Kamu hebat sekali, Len..” pujiku. Hebat sekali anak itu. Entah apa lagi yang akan diciptakannya di masa yang akan datang.
“Jangan senang dulu, mas... Ini belum sempurna... Masih banyak kekurangannya... Core yang mas cari, kan... tidak diketahui panjang gelombangnya... Jadi Hellen harus menggabungkan program Coremeter sekarang dengan program Versemeter... agar sinkron dan bisa bekerja sama... Nanti Hellen kasih tau lagi, ya... Bye...” selesainya.[/i]
Baiklah... walau aku tak mengerti apa maksudnya, tapi aku sekarang hanya bisa mengandalkan Coremeter ini saja sekarang.
Sampai sore aku juga tak bisa menemukan apa-apa... Lapar... Pulang ah...
--------​
Suatu pagi, Minggu 25 Juli...
“Ada acara apa, Ma?” aku melihat kesibukan di halaman rumahku.
“Acara kumpul-kumpul dengan teman-teman Mama nanti...” jelas Mama.
“Tempat si Anta juga di keluarkan... Rumah si Wolfgang juga... Acara kumpul-kumpul apa?” heranku.
Anta itu hewan piaran Oom Ron, seekor elang.
Wolfgang piaraan Papaku, hewan aneh yang katanya seekor Tayra, hewan dari Amerika Selatan. Aneh karena tubuhnya berkilat seperti logam. Papa tidak pernah menjelaskannya.
Kedua hewan itu jarang sekali berada di rumah karena mereka tidak diikat atau dikurung. Jadi mereka bebas berkeliaran.
Anta yang seekor burung elang bisa bebas terbang kemana saja sedang Wolfgang memanjat pohon dan entah kemana.
Kata Putri ia sering melihat hewan-hewan itu berkeliaran di kantor Papa.
Kalau dipikir-pikir, hewan-hewan itu termasuk cerdas dan tahan banting. Panjang umur juga. Kata Mama, mereka sudah ada sejak Papa remaja seumuran aku sekarang. Sudah tua sekali, ya?
“Kumpul-kumpul para penyayang binatang, Satria... Jadi nanti banyak yang datang bawa anjing, kucing, hamster, ular, iguana, burung kakak tua... ya semacam itulah...” jelas Mama.
“Tapi Mama, kan bukan penyayang binatang?” candaku.
“Ini bagian dari bisnis, Satria... Kamu harus mulai belajar dan mengerti... Para penyayang binatang ini juga pengusaha... pejabat... orang-orang penting, selebritis... Ngerti, kan? Lagian... kita, kan punya Wolfgang... dia juga binatang...” kilah Mama.
“Ya... itu karena kita tidak bisa memelihara binatang lain... Pasti dimakan sama si Wolfgang...” ingatku.
Waktu kecil, anjing pudel Putri pernah dimakan Wolfgang. Juga anak ayam Diva yang berwarna-warni juga dimakan Anta. Sejak itu kami tobat untuk memelihara hewan piaraan.
“Karena ini hari minggu... sore nanti kamu jangan pergi kemana-mana... Kita kumpul semua di sini... Jadi tuan rumah yang baik... Putri dan Dewi udah Mama beritahu juga... Papa dengan Wolfgang juga datang, kok...” perintah Mama.
“Iya... Si Wolfgang, kan cuma mau nurut sama Papa... Satria gak mau tau kalau dia memakan hewan tamu-tamu kita...” ingatku lagi.
“Wah... ia juga...” Mama mulai cemas. “Si Anta juga akan datang... pasti ia mengincar hewan-hewan kecil... Gimana ini...” Mama mulai kebingungan sendiri dan mulai menelepon.
Hu-uh... Gak boleh kemana-mana... Padahal aku mau mencari ZODIAC CORE kelima...
--------​
Untung saja aku tidak sendirian yang merasa bete... Ada Putri, Dewi, Diva, Athena, Venus, Aphrodite dan Hellen yang juga seperti aku. Masing-masing padahal sudah ada rencana yang lain. Kami duduk di teras beramai-ramai.
“Mudah-mudahan si Anta memakan hamster-hamster gendut itu...” keluh Diva.
“Katanya si Wolfgang paling suka makan ular... Tadi kulihat ada yang membawa ular phyton besar...” kata Aphrodite.
Aku nyengir saja membayangkan Wolfgang memakan ular sebesar itu. Pasti akan heboh... Yang lain tertawa-tawa mendengar keluguan Aphrodite.
--------​
Beep! Beep! Beep!
Sinyal core istimewa! 1554 Hz
Aku mencari asal gelombang ini...
Wanita itu...
“Yang mana orangnya, mas?” tanya Hellen. Ia pasti mengerti dengan bunyi yang terdengar tadi. (Buatannya, sih)
“Wanita bergaun putih itu... yang menggendong kucing putih...” gumamku terus memperhatikannya.
“Wah... cantik juga, mas... Enak tuh...” komentar Hellen.
“Kenapa dengan perempuan itu?” Putri ikut nimbrung.
“Dia punya core istimewa yang dicari mas Satria...” jelas Hellen.
“Namanya Samantha Wanandi, dia itu janda muda kaya... Suaminya meninggal setahun lalu... Dia mewarisi banyak harta suaminya... Biasalah...” jelas Putri.

Samantha

“Kau tau tanggal lahirnya?” tanyaku cepat. Sepertinya ia tahu banyak tentang wanita itu.
Putri menggeleng. Yah... (
“Ya, mas... Gak usah disuruh... Nanti kucari...” kata Hellen sebelum aku bicara memintanya mencari data tentang wanita itu.
“Udah... Langsung aja kau dekati dia, Satria...” kata Dewi mendorongku untuk berkenalan dengannya.
Ia sedang asik mengelus-elus kucingnya yang berbulu tebal.
“Kucingnya bagus, tante...” sapaku memulai.
“Terima kasih... Tapi jangan panggil saya tante, dong... Saya belum setua itu, kok...” jawabnya.
“Nama saya Satria... saya anaknya Ibu Tami...”
“Ah... anaknya Ibu Tami... Ganteng sekali... Nama saya Samantha... Tapi jangan panggil tante Samantha... Panggil mbak Samantha saja... Saya ini masih muda, lho...” kenalnya juga dengan gaya diimut-imutkan begitu. Ganjen.
“Namanya siapa?...” tanyaku tentang kucing piarannya.
“Namanya Leonny... Dia kucing jenis Siam yang terbaik... Menjadi juara di berbagai perlombaan dan silsilahnya jelas... ada sertifikatnya lagi...” bangganya.
Aku tidak begitu mengerti tentang kucing tapi memang bagus. Mungkin karena perawatan dan makanannya. Tidak bisa dibandingkan dengan kucing jalanan yang kotor dan tak berpendidikan. Emang kucing ada pendidikan, ya?
“Satria... tumben mau ngobrol dengan tamu Mama...” sapa mama, mendekati kami yang asik ngobrol.
“Ooh... Ibu Tami... Saya sedang ngobrol dengan anak ibu tentang kucing saya ini... Leonny...” katanya.
“Anak saya ini biasanya tidak mau ngobrol dengan tamu saya... Entah kenapa ia mau bergabung ke tengah acara...” singgung Mama.
“Ya... Mama ini... Sini, ma... Sebentar...” aku mau membisikkan sesuatu.
“Ma... perempuan ini punya core yang Satria cari... Dukung sedikit, ya?” bisikku.
“Kamu yakin?” tanya Mama. Aku mengangguk mantap.

“Kucing saya ini juga jenis unggulan... Jenis New Hampshire yang memenangkan kejuaraan dunia 3 kali berturut-turut...” Samantha berbicara dengan seseorang.
“Kau...? Apa yang kau lakukan di sini?” ia Wira. Sainganku dalam pengumpulan core. Ia sendiri mencari SHINY GEMS.
“Satria... Selamat sore Ibu Tami... Nama saya Wira... Saya mewakili ibu saya yang tidak bisa datang hari ini...” ia menyalami Mamaku.
“Ooh... anaknya Ibu Theresa... Ya, Mamamu sudah memberitau kalau Wira yang akan mewakilinya... Satria... Kau sudah kenal dengannya?”
“Sudah, Ma... Sudah kenal...” jawabku.
“Ng... Mbak Samantha... bisa kita membicarakan hal tadi kembali...” ia kembali berbicara pada Samantha. Perempuan itu tampak antusias sekali.
“Permisi...” pamitku.

“Satria... kenapa pergi? Katanya perempuan itu memiliki core yang kau cari...” cecar Mama yang melihatku pergi.
“Aku nggak selera lagi kalau ada si Wira itu...” jawabku menuju saudara-saudaraku lagi.
“Mas... Itu, kan si Wira itu...” kata Hellen.
“Iya... Itu memang dia... Dia mewakili ibunya yang tidak bisa datang...” jawabku.
“Ada apa dengan si Wira itu?” Mama jadi penasaran ingin tau permasalahannya.
“Dia itu selalu mengganggu mas Satria dalam mengumpulkan ZODIAC CORE, tante...” jawab Hellen.
“O...” hanya itu yang bisa keluar dari mulut Mama dan ia pergi kembali ke tamu-tamunya.
“Gimana, mas?” tanya Hellen.
“Aku mau mengawasinya dulu... Apa maunya?” aku lalu pergi lagi mengikuti Wira dan Samantha.

Mereka berbicara akrab sekali. Wira menggendong seekor kucing juga. Pasti itu alat pembicaraan mereka. Apa mereka mau menjodohkan kucing mereka, ya?
Karena kucing Samantha tadi betina dan kucing yang dibawa Wira itu jantan... Ada-ada saja.
Tiba-tiba muncul Dewi diantara mereka berdua... Mau apa dia? Membantuku memata-matai? Pasti ketahuan.
Cukup lama mereka bertiga berbicara. Cukup akrab. Wira nampaknya cukup senang berbicara dengannya. Apa aku ikut nimbrung juga, ya?
“Kata Mamamu... si Samantha itu memiliki core yang kau cari, ya?” Papa tiba-tiba muncul.
“Ah... Papa... Ngagetin aja... Iya, Pa... Lihat ini...” aku menunjukkan Coremeterku.
“1554 Hz ini?” tanya Papa lagi melihat layar HP-ku. Aku mengangguk.
“Tapi yang lainnya ini punya siapa? Ada 2500 Hz dan 2336Hz?” tanya Papa lagi.
“Yang 2500 Hz itu punya Dewi, Pa... sedang yang 2336 Hz itu milik anak itu... Namanya Wira... Dia saingan Satria mengumpulkan ZODIAC CORE... Dia punya 314 SHINY GEMS, Pa... SHINY GEMS itu sama hebatnya dengan core... Dia saingan berat...” jelasku.
“Lalu kenapa kalau dia punya 314 benda itu... Itu tidak ada apa-apanya dibanding anak papa yang hebat ini...” ia menepuk bahuku, memberikan semangat.
“Papa pergi dulu, ya... Mau mencari si Wolfgang... Takutnya dia memakan piaran orang-orang ini...” Papa lalu berlalu.
Enak juga punya orang tua seperti mereka. Sangat mendukung apapun yang kulakukan.

“Eh... Apa saja yang kalian bicarakan tadi...?” tanyaku pada Dewi setelah semua tamu pulang termasuk Samantha dan Wira.
“Biasa saja... Yang paling penting adalah... kucing yang dibawanya itu... Jenis New Hampshire yang jadi juara dunia 3 kali berturut-turut itu baru saja ia beli... tepatnya ibunya... seminggu lalu... dengan harga US$ 30.000!” jelas Dewi.
“Artinya...” aku tidak mengerti.
“Bego amat lo... Itu artinya... Kedatangannya kemari itu sudah direncanakan... Acara di rumah kita ini sudah disiapkan seminggu lalu juga... Jadi sekalian ia pamer juga berniat mendekati si Samantha itu... Mengerti?” jelas Dewi.
“O...” (Ini mungkin turunan dari Mama)
 
terlalu cepat suhu,dengan vany aja belum beres kok sudah ganti lagi ceweknya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd