Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PENGUASA ABSOLUTE

Sambil rebahan aku perhatiin kumpulan batu akik ku ... kali aja ada kakuatan tersembunyi .. hehe
Sejak baca cerita ini aku jd perhatian sm batu akik ... hak hak hak
 
Bab 14 – Bertemu



Sinar berwarna biru itu layaknya elevator ruangan, saat orang berada ditengahnya langsung tersedot dibawa naik, sangat cepat, bahkan belum juga berkedip sudah tiba. Kali ini yang terlihat adalah kondisi pematang sawah yang hijau dan memanjang memenuhi seluruh garis edar pandangan. Sungguh pemandangan yang membuat segalanya menjadi tenang dan damai. Naomi terlihat girang sekali ketika melihat pemandangan yang menurutnya sangatlah indah. Sejenak Marco mengedarkan pandangannya, mencoba melakukan scanning terhadap keadaannya saat ini, puluhan ribu kilometer persegi luasan diameter scanning yang saat ini dia lakukan, namun kembali lagi tidak dia temukan tanda tanda kehidupan manusia, tanda tanda orang sakti , tanda tanda monster.

“...hemmm aneh...” ujar Marco pelan menggerutu.

“.. kenapa sayang,??”..tanya Naomi ketika mendengarnya.

“... tidak ada orang sama sekali, tidak ada monster, tidak ada tanda tanda orang sakti..” jawab Marco menjelaskan hasil scanningnya kepada Naomi.

“... ya sudah, kita jalan saja dulu lagi sayang,dan ikuti apa kata hatimu...” ujar Naomi sambil kembali merapat kedekat tubuh Marco.

“... baiklah kita jalan kearah kiri kita dulu. Kita coba menyisir wilayah layaknya persawahan ini sampai dimana ujungnya...” jawab Marco

Rasa rasanya sudah 10.000 kilometer jauhnya Marco menjelajahi, namun tetap tidak ada nampak tanda tanda kehidupan kembali.

“.. apa kita istirahat dulu sayang..keliatannya kita sudah jauh kesana kemari..tidak menemukan satupun yang bisa dijumpai...” ucap Naomi dengan bergelayut manja digendongan Marco.

“..baiklah, kamu persiapkan saja kapsul rumah untuk istirahat kita sayaang..” ucap Marco

“...zlabbb...” rumah itu kini berdiri tepat ditengah tengah sawah yang hijau, sawah yang hijau itu layaknya sawah baru saja sebulan ditanami umurnya.

“...aneh..” ujar Marco berbicara dengan Naomi yang sedang menikmati duduknya di living room.

“...iyaa benar, coba lebih lagi kamu fokuskan penglihatan super kamu coba.. dari yang besar hingga terkecil, kemudian coba untuk membuat portal dimensi disini, siapa tahu seperti layaknya langit ke empat, mereka berdiam didimensi masing masing, atau bahkan ada dunia paralel yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan dunia yang ada saat ini...” ucap Naomi panjang kali lebar menjelaskan.

“...hemm...bener juga idenya..mmccuuuaah”... diciumnya kening Naomi, tanpa ada maksud ingin mesum kali ini.

Sejenak Marco keluar dari dalam rumahnya, dicarinya posisi yang nyaman namun bisa dengan mudah kembali kedalam rumah jika sesuatu terjadi sama Naomi.

Marco terlihat duduk bermeditasi. Berusaha memanggil semua elemen yang dikuasainya, berusaha untuk mendeteksi energi sekecil mungkin.

Ternyata, setelah beberapa lama, dan tidak sampai lima belas menit jika dikonversikan, tiba tiba dia dapat merasakan bermilyar milyar energi dalam pola kecil kecil. Layaknya dia melihat galaxy dilangit malam yang cerah saat dipermukaan bumi.

“...hemmm...” anggukan kepala menunjukkan jika dia menemukan apa yang dia cari.

Layaknya menonton tv, Marco memindah channel dimensinya memonitor keseluruhan titik titik kecil tersebut dengan details. Beberapa saat Marco terlihat kembali menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan berhasil mencari tahu tentang keadaan disekitarnya.

Naomi sendiri terlihat senyumnya ketika melihat kekasihnya berhasil mendeteksi apa yang ingin dicarinya.

Ternyata hijau yang terlihat menutupi seluruh wilayah ini merupakan titik titik energi yang dikeluarkan dari makhluk hidup yang ukurannya adalah mikroskopik. 0.001cm, tepatnya.

Dan saat ini Marco sedang berkomunikasi dengan mereka, dalam komunikasinya Marco terkesan dimarahi kenapa main taruh bangunan diatas sawah yang hijau. Semua omelannya didengarkan dengan sikap sopannya, kemudian Marco mengirimkan berita itu lewat telepati kepada Naomi. Tidak menunggu lama, rumah yang tadinya berdiri diatas sawah yang hijau itu kini sudah kembali ke bentuk kapsulnya. Naomi terlihat celingukan kekanan dan kekiri melihat dimana mahkluk kecil itu.

Dari hasil pembicaraan yang didapat, jika ingin menuju langit tingkat enam, Marco harus menemui sang legenda. Dialah pemegang kunci pintu untuk menuju langit tingkat enam. Informasi tambahan yang bisa didapat, jika sang legenda ini berada diujung timur dengan jarak jutaan kilometer jauhnya jika dikonversikan, layaknya jarak antara ujung timur negara ini dengan hutan amazone dibenua amerika sana. Ujung ke ujung jauhnya.

Tidak ingin membuang waktunya, Marco dan Naomi segera melanjutkan perjalannya kembali. Lokasi tujuannya dapat ditempuh dengan kisaran waktu 10 hari jika dikonversikan dengan kekuatan Marco saat ini.

Sementara itu diilain tempat...

“...hemmm,...”

“...akhirnya takdir itu menemuiku ...menarik, sangat menarik...” hehehe...senyum gembiranya terpampang jelas dalam raut muka keriputnya.

Terlihat seorang kakek - kakek tua, layaknya biksu terlihat botak kepalanya, janggut berwarna putih panjang, sedang duduk bersila disuatu ruangan yang sangat luas. Ruangan yang hanya diisi oleh dia dan satu orang lagi yang menjadi kepercayaannya.

Back to Marco...

Setelah menempuh lelahnya perjalanan sepuluh hari dengan kekuatan yang dimilikinya, Marco dan Naomi tiba disuatu wilayah yang lebih mirip pegunungan Himalaya. Dari bawah hingga keatas terlihat tangga tinggi menuju kesuatu bangunan.

“...hemm, keliatannya ini yang dimaksudkan...” gumam Marco pelan

“...eeeh...

“...hoooaaammm...”

“...sudah sampaikah sayaang...? lama juga yaa perjalanannya...” terlihat Naomi terbangun dari lelap tidurnya dipunggung Marco.

Tanpa menunggu lama Marco segera kembali menaiki tangga panjang itu dengan langkah kilatnya, dengan kondisi masih menggendong Naomi dibelakang punggungnya..

tidak menunggu lama...

Marco dan Naomi telah tiba diatas. Suhu udara yang menusuk tulang terasa. Oksigen yang terlihat sangat minim bisa dirasakan tubuh yang baru tiba dilokasi tersebut. Tampak butiran butiran salju yang menandakan kondensasi air yang bertekanan tinggi telah membuatnya membeku saat dia terjatuh kepermukaan.

“...brr...brr...brr...dingiiin ,...” Naomi terlihat kedinginan, giginya terlihat saling sejajar mengerat, karena kedinginan.

“..buzzz...” Marco melingkupi tubuh kekasihnya dengan unsur apinya layaknya membuatkan jaket tebal musim dingin. Sehingga kekasihnya tidak lagi kedinginan.

“...selamat datang anak muda...

“...jangan sungkan.. karena takdirlah yang telah membawamu jauh kesini...”..ucap seorang biksu menyapa.

“...maaf, jika saya lancang tuan biksu, saya telah memasuki bangunan milik tuan biksu..”,...ujar Marco dengan sopan dan sedikit membungkukkan badannya.

“...anda terlalu sopan anak muda, saya tahu maksud kedatanganmu kemari..”

“...mari...marii... silahkan kedalam, diluar sangatlah dingin..” ujarnya kembali membalas kesopanan Marco.

Dengan berjarak beberapa langkah melangkah, kini tibalah Marco dan sang biksu tadi masuk kedalam aula ruangan yang penuh dengan warna kuning emas dan merah, mirip masuk ke salah satu tempat ibadah umat tionghoa.

“.. tunggulah sebentar anak muda, beliau akan segera menemuimu, silahkan nona.air hangat ini akan memberikan kehangatan bagi tubuh yang meminumnya.” terlihat kesopanannya saat mempersilahkan duduk dan memberikan minuman layaknya teh keliatannya, jika dilihat dari asap yang mengepul serta penciuman yang semerbak.

Marco tak lagi memperdulikan kondisi sekitarnya. Walaupun diluaran terlihat beberapa orang botak dalam kondisi memandangnya dengan aura yang tidak mengenakkan. Mereka memang bukan lawan Marco, karena jelas saat ini Marco hanya berniat datang dengan damai.

Saat ini, seluruh konsentrasi Marco terpusat kepada siapa orang misterius yang telah lama menunggunya ditempat ini. Dan sosok itu secara perlahan keluar dari ruangan tertutup di depannya. Kembali lagi keanehan terjadi, Marco tidak bisa mempergunakan penglihatan tajamnya diruangan pertemuannya kala itu.

Ada ancaman bahaya yang dirasakan oleh Marco, makin lama semakin terasa kuat. Marco tahu jikalau dia tak akan pernah bisa menang melawan kekuatan yang ada didepannya, tanpa menggunakan semua kemampuannya. Karena kemampuan yang seiring digunakannya hanya kemampuan yang memang tidak sebanding jika dibandingkan dengan energi yang ditangkapnya saat ini. Didepannya adalah pemilik energi yang benar benar diluar batas pengetahuannya, tidak mungkin dia bisa mengalahkannya hanya dengan energi yang pernah dia gunakan sebagai sebuah keisengan saja. Contohnya saat melawan monster dihutan kala itu.

Terlihat kakek tua dengan menggunakan tongkatnya melangkah perlahan-lahan ke arah Marco. Tatapan matanya tak pernah terlepas dari laki-laki didepannya yang lebih layak dianggap sebagai cucunya itu.

“..perkenalkan namaku Ming anak muda.. aku sudah lama menunggu kedatanganmu disini..” ujarnya ketika mendekat dan berjarak hanya beberapa langkah saja didepan Marco.

Marco dan Ming sama-sama tahu kalau ada musuh yang hebat berdiri di depan mereka sekarang.

Untuk dua orang petarung sakti, kata-kata dan tutur bahasa tidak lah penting. Yang terpenting adalah kepalan tangan dan energi tenaga dalam inti mereka. Ketika dua orang petarung saling bertemu dan mereka menganggap bahwa musuh di depannya adalah lawan yang sepadan, semangat bertarung mereka tak akan padam.

Terlihat hawa semangat bertarung menghinggapi Marco dan Ming saat itu. Mereka sama sama ingin sekali mengetahui, siapa diantara mereka yang lebih kuat. Itu adalah bagian dari naluri mereka sebagai seorang petarung sakti.

Marco bersiap memasang posisi bertarungnya.

Ming berhenti saat dia berdiri beberapa meter di depan Marco. Tak seperti pertarungan pertarungan pada umumnya, dimana pertarungannya kali ini tak harus dilakukan dengan jarak dekat dan benturan fisik. Marco dan Ming tahu itu.

“..zero dimension...”..ucap Ming.

Ming terlihat jika dia mengangkat tangan kanannya keatas, dengan jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk pisau jari menunjuk ke arah langit. Tidak menunggu lama. Layaknya sedang menonton opera, didepan mereka berdua nampak sebuah tirai tinggi besar yang tiba-tiba diturunkan, Marco dapat melihat kalau sekelilingnya berubah seketika. Dia tak lagi berada di teras Aula gedung yang akan dijadikan tempat Naomi berada. Gunung gunung dan permukaan tanah yang rata tanpa kehidupan didalamnya terpampang jelas.

Marco melihat ke sekelilingnya dan sadar jikalau dia seperti pernah berada disini. Kembali dia mencoba mengingatnya. Raut muka berpikir keras mengingatnya.

Benar, ini adalah tempat pertama kali dia bertemu kakek tua yang menyebut dirinya sebagai penerusnya, saat dia melakukan meditasinya dikomplek milik mendiang gurunya Okas. Siluet memory Marco kembali menunjukkan jikalau bermilyar tahun yang lalu Marco pernah datang ketempat ini. Ming tertawa kecil ketika melihat tingkah Marco.

“..anak muda, aku benar-benar kagum denganmu. Kau bisa sampai ke tahap ini bahkan tanpa bimbingan seorang guru yang memahami tentang ranah penguasaan energi tenaga dalam inti alam..”puji Ming.

“..ketahuilah anak muda, apa yang ada didepanmu ini hanyalah dunia dimensi quantum yang dibentuk oleh kekuatan penguasaan dimensi, dengan menggunakan teknik tingkat tinggi tentunya. Sedangkan kau sendiri adalah titisan dari dewa perang milyaran tahun yang lalu, pastilah akan mengingatnya kembali...”lanjut Ming.

“...disini hanya kita berdua yang bisa dan berada dalam tingkatan penguasa..” ucap Ming.

Marco terpana. Kini dia tahu kenapa dia merasakan ancaman bahaya yang serius dari kakek botak di depannya ini. Ternyata si Kakek dengan nama Ming ini, telah sama dengan dirinya sendiri. Ini kali pertama Marco bertemu dengan pemilik kekuatan tinggi lainnya. Tentu saja Marco dibuat sangat tertarik dan senang.

“...Kita adalah sama sama para penguasa. penguasa dari semua unsur. Dengan kekuasan yang kita miliki, kita dianugerahi kekuatan besar. Apakah menurutmu kekuatan ini adalah sesuatu yang sederhana?..”kata Ming.

“...Di dalam kekuatan kita, diri kita sendiri adalah inti dari kekuatan itu sendiri. Konsep pembuatan dimensi semacam ini, yang hanya merupakan proyeksi untuk mempengaruhi kesadaran diri kita terhadap suatu wilayah tertentu, tak akan ada artinya dibandingkan kekuatan inti yang kita miliki..” lanjut Ming menjelaskan.

Sesaat kemudian, sebuah ruangan besar dengan modelnya setengah bola yang tertelungkup ke bawah mulai terlihat terbentuk di sekeliling Ming. Marco sangat kenal dengan bola itu, karena dia sendiri juga memilikinya. Itu adalah kekuatan pertahana dirinya yang didapatkan dari bos kedelapan orang yang sudah ditolongnya kala itu.

Ini adalah kali pertama Marco melihat petarung penguasa yang lain mengeluarkan kekuatan miliknya. Selama ini, Marco tak pernah melihatnya. Dia juga tak bisa melihat seperti apa sosok dirinya saat membuka segel kekuatan tertinggi miliknya sendiri.

Tapi sekarang, didepannya Marco, dia bisa melihat dengan jelas saat Ming mengeluarkan ilmu penguasaan kekuatan tertinggi miliknya.

Tampak dengan jelas jika mata milik Ming berubah menjadi berwarna perak dan kekuatan yang terlihat di sekeliling Ming juga terlihat aneh. Seperti sebuah bayangan dalam permukaan air yang terkena gelombang atau riak, kacau dan sama sekali tak beraturan.

“...hiiiiuuufff...huuuuu...” Marco terlihat menarik napas dalam

Dan sama seperti Ming, bagi Marco tak ada gunanya lagi untuk menutupi seluruh kemampuannya. karena mereka saat ini sedang berada di tempat ini hanya diisi berdua saja. Marco sendiri juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Kapan lagi dia bisa bertemu dan berduel dengan sesama pemilik kekuatan energi inti tertinggi seperti dirinya... Dia yakin kalau masalah maut pasti ada di tangan sang pemilik segalanya. Sekalipun kita berada dalam benteng yang kuat dan kokoh, jika saatnya tiba, tak akan ada yang bisa menghindarinya.

Marco tanpa ragu menggunakan kekuatan miliknya.

Mata Marco berubah warna menjadi berwarna hijau biru keemasan menggantikan warna putih manusia normal, menimbulkan kesan menakutkan. Sama seperti Ming, sebuah area lingkaran berbentuk bola bola juga mulai terlihat di sekeliling Marco.

Jika kekuatan milik Ming terlihat berwarna transparan namun terlihat kacau dan kabur, kekuatan milik Marco didominasi oleh warna hijau biru emas pekat yang menakutkan.

“...Tingkat tenaga dalam inti yang menarik,...” puji Ming sambil tersenyum menyeringai ke arah Marco.

“..anak muda!! Bagi seorang petarung yang memahami ilmu kekuatan tenaga dalam inti alam secara otodidak sepertimu dan sudah berhasil mencapai tahap seperti ini, aku mengagumi sepenuh hati. Aku tak akan mengambil kesempatan keduaku, jadi anak muda..silahkan serang aku...”kata Ming sambil memberikan gesture tangan yang jika diartikan sedang mengintimidasi Marco untuk menyerang terlebih dahulu.

Terlihat, dengan sebuah hentakan kaki, Marco meloncat dan menarik tangan kanannya ke belakang seolah olah mencari momentum untuk bergerak cepat kedepan, layaknya ketapel.

“...blaaarrrr...”... terlihat pertemuan dua energi dalam inti tingkat tinggi, layaknya dua buah petir yang saling ingin mengalahkan.

Tampak beberapa lubang menganga dibawah sana, effek dari pertemuan dua kekuatan sakti. Gunung gunung yang ada dalam dimensi zero inipun terlihat runtuh akibat serangan serang keduanya. Pemandangan kehancuran yang luar biasa dahsyat.

Adu pukul adu tendangan dan sesekali kilatan pertemuan dua buah energi inti alam yang luar biasa dahsyat mengisi pemandangan pertempuran tersebut. Kecepatan kedua orang sakti yang luar biasa cepatnya, layaknya kelebatan sinar saja bagi manusia awam yang jika melihatnya.

Tampaknya sudah berjalan beberapa jurus duel yang sedang terjadi kala itu, dan ternyata tidak ada nampak kelelahan antara keduanya.

“...bubble doom..” teriak Ming.

Sejurus kemudian muncul bola bola energi berwarna transparan namun terlihat menakutkan. karena selain jumlahnya ratusan ditambah kemunculannya dengan pijar merah menyala layaknya bola matahari yang berhasil ditangkap dengan telescope hubble.

“...buuum...daaarrrr...”

Marco tampak terlempar jauuh kebelakang ketika itu, tubuhnya terlihat jatuh dan nampak terbakar bajunya.

“...sreekk..” disobeknya baju yang terbakar, namun aktivtas ledakan tadi tidak sampai melukai sedikitpun badannya kali ini.

“...apaaa... anak ini.. tidak mungkin...” ucap Ming terkejut ketika serangan andalannya tidak mampu memberikan effek buruk bagi lawannya.

“...wezzz...wezzz...wezzz...wezzz”... tampak energi dalam inti Marco saling berusaha berontak keluar membantu sang tuannya untuk bertarung.

“...jurus Tangan Malaikat membalik bumi”...ucap Marco

Muncul energi inti alam tingkat tinggi dari atas langgiit berupa telapak tangan yang besar, dan tampak Marco sudah ada dibelakang energi berwujud telapak tangan yang sangat lebar dengan warna pijarnya menyala nyala, layaknya batu meteor yang terbakar ketika memasuki atmosfer bumi. Telapak tangan itu turuun dengan deras,cepat menuju Ming.. hingga...

“....booooommmmsshhh...”

Jurus itu menghantam Ming yang tidak bisa berpindah kemana mana, karena saat telapak tangan energi itu turun, badannya seperti terkunci, dan Ming tahu jika dirinya tinggal pasrah saja menerima gelombang energi yang dahsyat itu mengenainya.

“....aaaakkkhhh...”... tampak Ming menjerit kesakitan.

Bekas telapak tangan yang sangat besar tampak sekali jelas menekan permukaan tempat Ming tadi berdiri dan terlihat tertekan jauh kedalam ratusan meter dalamnya.

“...uhuk...uhuk”... Ming terlihat batuk mengeluarkan darah disamping bibirnya.

“.. energi dalam inti yang luar biasa...” puji Ming kala itu.

“.. bersiaplah kali ini anak muda, aku tidak akan lagi sungkan...” ucapnya dengan nada setengah emosi.

“..ultimate slice...”...ucap Ming.

Marco yang sedari tadi masih merasakan bahaya yang mengancam dirinya, bahkan kali ini ratusan kali bahayanya yang akan diterimanya, kembali Marco memposisikan dirinya untuk bersiap siap dengan segala kemungkinan serangan yang terjadi.

Dari arah langit tampak gelombang energi transparan berduyun duyun berjalan teratur layaknya berbentuk pedang tajam dengan jumlah milyaran turun dengan sangat cepat menuju Marco. Sangat cepat, sampai sampai Marco harus bersiap dengan menggunakan seluruh pertahanan tenaga inti alamnya, ada yang berupa bola bola yang mengelilingi tubuhnya layaknya tubuhnya adalah inti atom, ada yang berupa api unggun berwarna merah menyala menyelimuti dirinya dan lain lainnya. Dengan satu tujuan, mempertahankan diri sebaik mungkin.

“....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr”...

“...sraaaak...sraaaak...sraaaak...sraaaak...sraaaak”.

“...aaakkkkhhh...”...jeritan Marco membahana.

Semua bentuk pertahanan yang menyelubungi Marco saat itu terkoyak, sobek dan hancur. Meninggalkan tubuh Marco yang kala itu jatuh telentang penuh dengan luka bekas sayatan benda tajam. Hampir rata semua tubuhnya.

Marco merasakan jika bukan karena kekuatan pertahannya, mungkin dia sudah pasti dijemput malaikat maut tentunya. Namun keliatannya takdir masih menginginkannya untuk melanjutkan pertandingan kala itu.

Marco berkonsentrasi untuk segera meregenerasi tubuhnya dengan kekuatan batu emerald hijaunya yang terlihat menyala nyala digelang lengannya.

Tampak sekujur tubuhnya dengan cepat bereaksi untuk menutup semua luka goresan dan dalam sekejap tubuh Marco kembali kedalam bentuk sedia kala tanpa ada goresan sama sekali.

Marco kembali sesaat berkonsentrasi untuk merecharge kembali kekuatannya dengan menggunakan kekuatan inti batu warna ungu, tampak Marco mengatur nafasnya dan fokus memanggil kekuatannya. Hingga lawannya dibuat heran dengan perubahan yang terjadi.

“...anak ini sudah melebihi tingkatan dewa sebelumnya, sungguh kekuatan yang luar biasa..”

Ming berpikir ulang meneruskan apa yang sedang dikerjakannya saat ini, mengingat dia bisa bertemu dengan sang legenda milyaran tahun yang lalu dalam wujud yang berbeda saat ini baginya sudah sangat beruntung apalagi melihat perkembangan perubahan kekuatannya layaknya mengalami dejavu baginya.

Masih teringat dalam benaknya jikalau dirinya dulu yang menjajal perang tanding dengan sang dewa perang kala itu, harus kehilangan seluruh energi dalam intinya karena pukulan terakhir sang dewa perang tersebut, sehingga dia harus berlama lama meditasi hingga puluhan juta tahun lamanya, ming berusaha mengembalikan kekuatannya kembali, sangat lama. Dan ketika dia kembali mengingat hal itu rasanya Ming bergidik ngeri.

“..cukup anak muda, aku menyerah kalah...” Ming berucap kala itu.

Tampak Marco keheranan kenapa kakek botak didepannya itu menyerah sebelum melanjutkan pertarungannya kembali.

“...sreeek...” tampak tirai didalam dimensi zero terbuka.

Marco dapat melihat raut wajah ketakutan khawatir dari kekasihnya kala itu. Ketika matanya saling bertemu.

“...Marco...hiks hiks..” Naomi datang mengejar kemudian melompat memeluknya erat. Tubuhnya sesenggukan dalam pelukan Marco.

“...eeh..”

“..sudahlah Naomi, tenangkan dirimu, lihat sendiri kan aku masih disini..” ucap Marco menenangkan diri Naomi yang terlihat masih sesenggukan histeris menangisinya.

“...kamu jahat sudah dua minggu lebih kamu menghilang..” ujarnya..

“...hah.. dua minggu.. perasaan baru 5 menit masuk kedalam dimensi zero..” ucap Marco tidak percaya.

“.. dalam dimensi zero kita dapat melakukan set up waktunya menjadi lebih lambat 1: 5000 detik dari waktu biasa..” ucap Ming yang tampaknya sudah berdiri dibelakang Marco, dan terlihat malu malu melihat adegan kemesraan Marco dengan Naomi didepannya.

“... anak muda, aku bagikan kepadamu keilmuan dimensiku, pergunakanlah dengan baik..anggap saja ini hadiah bagimu yang sudah berhasil mengalahkanku tadi..” tampak Ming kemudian mengangkat tongkatnya dan meletakkannya menempel didahi Marco. Terlihat cahaya transparan masuk perlahan dan pasti terus menerus kedalam kepala Marco, dan terlihat orang yang menerima energi itu seperti sedang membaca berbagai macam informasi dengan sangat cepat. Tampak Marco memperhatikan bagaimana cara teleportasi dengan cepat, cara berpindah dimensi dengan cepat menggunakan tangkapan pola energi negatif (jahat) dan pola energi positif (baik). Dan berbagai macam keilmuan pengobatan langka guna menyembuhkan berbagai macam penyakit terutama dalam menyembuhkan tenaga dalam inti yang telah rusak ketika kalah bertarung.

Hingga beberapa saat berlalu,..

“...hap..” Ming menyudahi transfer ilmunya kepada Marco.

“..anak muda...dibelakang halaman rumah ini terdapat pohon tinggi, berjalan masuklah kedalamnya, disitulah letak pintu menuju langit keenam..”..ujar Ming menjelaskan

“... upayakan kamu segera menemui penguasa keabadian, dia berada disebuah pulau diujung hamparan laut yang luas, kamu akan sangat mudah menemuinya, dengan kemampuan yang telah aku berikan kepadamu barusan. Karena dialah yang bisa mengantarkanmu menuju langit tingkat tujuh guna bertemu dengan penguasa dimensi..” ucap Ming kembali

“..terima kasih tuan Ming, atas keilmuan yang telah diberikan serta keramahannya dalam menerima kami disini..” ucap Marco sopan.

“..ada baiknya kami segera pamit dan melanjutkan kembali perjalanan kami...”..lanjutnya

“..sekali lagi terima kasih..” sikap hormatnya kembali.

“...baiklah anak muda, semoga kamu bisa berhasil dengan misimu,.ingatlah..takdir yang telah kembali mempertemukan kita...” ucap Ming dengan jelas

Selanjutnya Marco dan Naomi segera menuju kelokasi yang ditunjukkan oleh Ming, tanpa ragu Marco langsung berlari menembus batang pohon yang dimaksudkan oleh Ming.

“...sungguh anak muda yang sangat menarik, sungguh benar sang pencipta selalu punya cara dalam menyelesaikan permasalahan dunia ini...”.. ucapnya sambil mengangguk, tangannya memegang jenggot putihnya yang panjang.

Disuatu lokasi yang jauh dari Marco dan Naomi berada...........

Pepohonan yang tinggi begitu lebat bahkan sinar matahari pun tidak dapat menembusnya, sehingga di dalam hutan yang luas ini yang terlihat hanyalah kegelapan. Di kedalaman hutan terdapat sebuah telaga kecil, telaga tersebut jernih seperti kristal biru kebiruan, namun permukaan airnya jauh sekali dari bibir pantai, dan sepertinya kekeringan bisa datang kapan saja.

Nafas kehidupan terlihat beriak di danau, tapi tidak kuat, bahkan sedikit lemah. Di tepi danau, ada seseorang wanita cantik yang berdiri. Didepannya dia saat itu berdiri laki laki mengenakan jubah hitam, dia tampak lebih tua 20 tahun, tampan dan teguh, dan di dahinya, ada sehelai rambut pirang tergantung di salah satu sisi pipinya.

“..dewa...” ucap wanita itu sambil tetap beraktivitas dibibir danau.

Lelaki itu hanya berdiri di sana, matanya tampak agak kusam, dan tubuhnya semakin tertekan. Tak jauh darinya, ada beberapa orang berdiri, mulai dari tinggi dan pendek, gemuk dan kurus, dan dalam berbagai bentuk. Tapi mata semua orang sangat suram.

Tampak didepannya seorang wanita yang mengenakan gaun hijau zamrud diam-diam datang ke belakang pria kulit hitam itu dan berkata dengan hormat.

“...Kekuatan umat manusia telah membuat kita tidak dapat bersaing. Hutan Besar Bintang Dou, dan hanya sisa tanah murni yang tersisa...” ujar lelaki didepan sekumpulan orang itu

“...Ya... .ak-k..” Wanita berbaju hijau hendak mengatakan sesuatu menjadi terhenti ketika laki laki yang dikenal sebagai dewa binatang itu tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan tiba-tiba ada dua cahaya emas substantif muncul di matanya, aura mengerikan yang meledak pada saat itu seakan membuat seluruh dunia bergetar. Tanah di bawah kaki mereka bergetar sedikit, dan kemudian, danau di depan mereka tampak mendidih, dengan gelembung. Gelembung-gelembung ini naik dengan cepat, dan kemudian, frekuensi getaran gempa menjadi kuat.

“......Ada apa? Apakah manusia itu ada di sini?” Wanita berbaju hijau itu berseru

“...Bertarunglah dengan mereka!...” Seorang pria pendukungnya meraung dan mengguncang guncang bagian tubuhnya, tiba tiba dirinya berubah menjadi beruang raksasa dengan tinggi lebih dari tiga puluh meter, dengan kilau keemasan gelap di sekujur tubuhnya.

“hei, tenanglah. Itu bukan manusia yang kita cari..” ujar Lelaki yang disebut dengan Dewa. Binatang itu berteriak dengan keras, memperlihatkan ekpresi menyeramkan yang tak bisa terlihat di wajah awalnya yang tadi suram.

“...Sudah berakhir, ini sudah berakhir, ini sudah berakhir ...” Suara alam menggema di dalam hutan tanpa peringatan. Suara itu sepertinya datang dari segala arah, karena terlalu rendah dan bahkan tidak bisa didengar.

“........kraaakkkk...Boom...dooom...boom.” suara retakan dari langit langit terlihat, dan seluruh hutan bergetar hebat. Air terlihat membentuk pusaran dan terlihat ada lubang didasar danau, semua air mengalir masuk, dan dasar danau segera terlihat. Air danau itu hilang. Sungguh mengerikan kekuatan beruang raksasa itu.

“...buuuummm..blaarrrr....” Awan cahaya perak tiba-tiba menyembur dari retakan langit, dan kemudian menghantam pantai dipinggir hutan dengan keras.

“..blaaarrrrr...duaarrr”....bunyi tumbukan yang sangat keras terdengar.

Itu adalah kekuatan yang sangat besar, seluruh energinya terlihat berwarna perak cemerlang, dan muncul sesosok tubuh dengan cakar raksasa perak cemerlang itu ditutupi dengan sisik perak heksagonal. Setiap sisik kulitnya memantulkan kecemerlangan yang aneh, dan suara kepakan sayang yang besar itu menggema, tekanan udara kuat yang tak tertandingi, membuat semua makhluk hidup membungkuk dan membungkuk karenanya.

Ekspresi ketakutan terlihat didepan sekumpulan orang yang berdiri dengan tegak didepan danau, terlihat beberapa orang melangkah maju, berlutut, dan berkata dengan hormat:

“...Selamat datang di ARKA dewa...” ucap mereka kompak.

Tampak gunung didepan hutan tempat mereka tinggal meledak dalam sekejap, dan aura yang kuat bahkan menyebabkan beruang raksasa setinggi 30 meter itu bereaksi dengan meloncat ketakutan. Sosok besar dengan panjang lebih dari seratus kaki tiba-tiba naik ke udara, dan pada saat berikutnya, ia jatuh dengan keras ke tanah.

Nampak terlihat pohon raksasa tinggi menjulang keluar dari tanah, dan semua manusia yang berdiri di sekitarnya tiba tiba berubah menjadi binatang buas raksasa. Tapi mereka terlihat hanya bisa merangkak di tanah di hadapan raksasa perak itu.

“...Manusia yang tercela, apakah kita akan memusnahkannya? Sekarang?? setelah aku bangun, hari kehancuran mereka akan...??.” Ucapnya menggelegar.

Cahaya perak yang mempesona membuat semua makhluk besar didepannya tidak berani melihat secara langsung, mereka hanya bisa merangkak dengan rendah hati di sana, gemetar dan gembira.

Tubuh besar beruang perak itu perlahan menundukkan kepalanya, dan suaranya yang rendah bergema di hutan yang tidak lagi luas kala itu.

“...Untuk menghancurkan mereka, pertama-tama kamu harus memahaminya. Kamu semua harus mengikuti aku. kita akan menaklukkan dunia mereka...” ucap orang yang dipanggil dewa itu melakukan orasi singkatnya. Mempengaruhi otak alam bawah sadar mahkluk besar disekitarnya yang seolah olah telah terhipnotis dengan kata katanya. Sosok besar itu perlahan mulai berjalan menuju arah di luar hutan, di bawah naungan kanopi pohon besar, dalam cahaya yang suram ini, tubuhnya yang besar perlahan menyusut dan menyusut. Ketika itu secara bertahap menghilang di ujung garis pandang, mahkluk itu kini sudah berubah menjadi bentuk manusia kembali.



Kembali ke Marco.......

Saat ini Marco telah sampai di pesisir pantai yang indah. Pasir putihnya yang terhampar luas, didukung dengan kondisi air lautannya yang jernih. Berbagai macam bentuk hewan laut muncul mendekati Marco dan Naomi, kelihatannya mereka mengetahui sang penguasa segala hewan dan penguasa lautan ada disekitarnya. Sebagai bentuk penyambutannya, para hewan laut semuanya berkumpul, seperti menunggu titah rajanya.

Marco hanya melambaikan tangannya layaknya aksi presiden melihat rakyatnya dipinggir jalan guna menambah jumlah pundi pundi suaranya saat kampanye.

“... sayaangku naomi, kita harus segera menuju lokasi dewa keabadian, aku merasa, ada sesuatu sedang terjadi di dunia arka saat ini, dan ini semua berkaitan dengan perjalananku kemari..” ucap Marco ke Naomi yang masih asyik dengan kegiatannya memegang hewan hewan laut yang menurutnya sangat lucu. Padahal dialah yang lucu menggemaskan.

“...jika itu yang kamu rasakan, ada baiknya kita segera mendapatkan petunjuk darinya..” Naomi membalas sambil berdiri.

Marco kemudian berusaha berkonsentrasi menggunakan keilmuannya untuk mendeteksi keberadaan pulau dan dewa penunggunya. Selang berapa lama, kemudian tiba tiba disekitar Marco muncul satu hewan laut berwarna hitam kelam dengan sayap dibagian kiri kanannya layaknya kuda terbang sudah berdiri dengan gagah dan siap mengantarkan Marco menuju kelokasi yang diinformasikan oleh Ming, diujung lautan bertempat disebuah pulau, dan satu satunya pulau, disitulah tujuan Marco dan Naomi saat ini.

“...ayo jalan..” seru Marco pada tunggangannya.

“...pyaaaak...byuuur”... suara langkah dan kepakan kaki tunggannya kala itu.

Naomi tampak nyaman memeluk Marco layaknya bayi kecil, kali ini Naomi menghadap kearah badan Marco dan punggungnya menghadap kedepan. Praktis empuknya bola kenyal melon milik Naomi menekan nekan dada bidang Marco yang sedang menaiki tunggangannya menuju tujuan diujung lautan. Dan tetap kali ini ga ada scene mesumnya.

“...byaaarrr....”... sesekali tunggangannya melompat terbang melayang diatas permukaan laut dan kembali kedalam lautan.

Tampak sekali disepanjang perjalanan, seluruh hewan dilautan membentuk barisan membuka jalan baginya untuk melangkah, ombak seolah olah tidak berani untuk muncul dan mengganggu perjalanan sang penguasa.

Hingga sampailah Marco dan Naomi disuatu pulau terpencil, pulau dengan warna pasir yang pink, kontras dengan warna dominannya yaitu hijau dan putih. Hijau berasal dari rerumputan yang tumbuh subur dengan tinggi yang sama rata layaknya perawatan rumput yang sangat mahal sekali di stadion bola bertaraf internasional. Putih yang didominasi dengan warna batuan andesit dan limstone yang menjulang tinggi. Sedangkan, ditenga pulau terdapat hunian ala ala suku eskimo, yang nampaknya rapi tertata.

Setelah melepas tunggangannya kembali menuju lautan lepas, Marco segera mengajak Naomi untuk mendekati bangunan yang dimaksudkan. Belum sampai tujuan mereka, tiba tiba muncul didepannya sesosok lelaki tua dengan badan yang terlihat gemuk namun tidak buncit. Warna rambutnya yang layaknya pelangi dengan alis hitam dan tebalnya teratur, menambah wibawanya.

“...hemmm...takdir..takdir..” ucapnya...

“.. salam hormat saya dewa...” ucap Marco dan Naomi dengan sopan

“..salam kalian aku terima...” ucap sang dewa

“...sungguh aku tidak menyangka reinkarnasimu benar benar luar biasa...sempurna..” lanjutnya

“... mohon maaf dewa saya tidak mengerti ...” ucap Marco

“.. kamu tidak usah mengerti anak muda, aku hanya mengagumi kawanku yang telah berwujud dirimu..dialah kawan lamaku..” ucapnya sambil menoel noel dada bidang Marco.

Terlihat Marco dan Naomi sama sama berpandangan dengan terlihat saling bertanya satu sama lainnya.

Terlihat dewa didepan mereka ini sangatlah pribadi yang low profile. Namun Marco tidak ingin mengganggu privacynya, apalagi sampai menyinggung perasaannya mengingat dia adalah golden tiketnya untuk bisa bertemu dengan dewa penguasa dimensi.

“...untuk menuju ke langit tingkat tujuh dan bertemu kawan lamaku disana kamu harus mempersiapkan 10 buah batu permata emerald warna hijau...” ucap sang dewa dengan tenang.

“...hah...” pemalakan kah ini, ucap Marco membathin.

“... apakah kamu punya?.. jika kamu tidak memilikinya, kamu bisa ganti dengan menguras lautan ini dan menggantinya dengan air laut yang lebih bersih..baru akan kuberikan kesepuluh batuan itu.” ucap sang dewa dengan entengnya.

“....gubraakkk...”...Marco terjatuh dari kursi kayu yang didudukinya karena terperanjat.

Membayangkan dirinya mesti menguras air laut dan menggantinya, adalah pekerjaan yang sangat melelahkan pastinya. Belum lagi menunggu air lautan kembali lagi penuh. Ora umum ora umum ora umum.

“... jadi bagaimana? Apakah kamu memilikinya?”...ucap sang dewa kembali bertanya kepada Marco.

“... ternyata inilah yang dimaksud nemsis kala itu...” bathin Marco.

“...sebentar dewa..saya persiapkan”.. sejurus Marco membuka gelang penyimpananya dan mencari kotak penyimpanan batu kristal emrald yang didapatkannya dari nemsis.

Dibukanya kotak itu dan dihitung jumlah kristal permata emrald berwarna hijau nan indah itu.

“..kok bisa pas yaa jumlahnya 10...” gumam Marco.

“...mohon diterima dewa...” ucap Marco memberikan kotak yang penuh berisi permata emerald.

“...hemmm...bagus...bagus..” ucap sang dewa didepannya

“...memanglah takdir yang telah membuat ini semua menjadi lancar anak muda..” lanjutnya

“... mari silahkan..” ucapnya sambil berbalik badan

“...ikuti aku, kita temui teman lamaku di langit tingkat tujuh...” ucapnya seraya mengarahkan Marco dan Naomi mengarah kebangunan kubah mirip bangunan suku eskimo.

Terlihat dewa meletakkan kesepuluh batu kristal emerald itu di depan bangunan, layaknya kotak pos surat, dan kesepuluh batuan itu nampak mengisi sempurna kesepuluh lubang cekungan yang memang sepertinya ditujukan untuk batuan itu.

“...sreeeekkkk...derrrrr”...terdengak sobekan dilanjut dengan getaran.

Tiba tiba bangunan itu terbelah kekiri dan kekanan. Tampak pusaran warna lolipop ada ditengah tengah bangunan tadi dan membuat angiin yang besar, angin yang terlihat menyedot semua yang ada didepannya jika dibiarkan terus menerus.

“.. mari kita mesti segera melewati portal itu...” ucap dewa dengan instruksi mengajak masuk.

“...zlaabbb...”

....bersambung
 
Bab 14 – Bertemu



Sinar berwarna biru itu layaknya elevator ruangan, saat orang berada ditengahnya langsung tersedot dibawa naik, sangat cepat, bahkan belum juga berkedip sudah tiba. Kali ini yang terlihat adalah kondisi pematang sawah yang hijau dan memanjang memenuhi seluruh garis edar pandangan. Sungguh pemandangan yang membuat segalanya menjadi tenang dan damai. Naomi terlihat girang sekali ketika melihat pemandangan yang menurutnya sangatlah indah. Sejenak Marco mengedarkan pandangannya, mencoba melakukan scanning terhadap keadaannya saat ini, puluhan ribu kilometer persegi luasan diameter scanning yang saat ini dia lakukan, namun kembali lagi tidak dia temukan tanda tanda kehidupan manusia, tanda tanda orang sakti , tanda tanda monster.

“...hemmm aneh...” ujar Marco pelan menggerutu.

“.. kenapa sayang,??”..tanya Naomi ketika mendengarnya.

“... tidak ada orang sama sekali, tidak ada monster, tidak ada tanda tanda orang sakti..” jawab Marco menjelaskan hasil scanningnya kepada Naomi.

“... ya sudah, kita jalan saja dulu lagi sayang,dan ikuti apa kata hatimu...” ujar Naomi sambil kembali merapat kedekat tubuh Marco.

“... baiklah kita jalan kearah kiri kita dulu. Kita coba menyisir wilayah layaknya persawahan ini sampai dimana ujungnya...” jawab Marco

Rasa rasanya sudah 10.000 kilometer jauhnya Marco menjelajahi, namun tetap tidak ada nampak tanda tanda kehidupan kembali.

“.. apa kita istirahat dulu sayang..keliatannya kita sudah jauh kesana kemari..tidak menemukan satupun yang bisa dijumpai...” ucap Naomi dengan bergelayut manja digendongan Marco.

“..baiklah, kamu persiapkan saja kapsul rumah untuk istirahat kita sayaang..” ucap Marco

“...zlabbb...” rumah itu kini berdiri tepat ditengah tengah sawah yang hijau, sawah yang hijau itu layaknya sawah baru saja sebulan ditanami umurnya.

“...aneh..” ujar Marco berbicara dengan Naomi yang sedang menikmati duduknya di living room.

“...iyaa benar, coba lebih lagi kamu fokuskan penglihatan super kamu coba.. dari yang besar hingga terkecil, kemudian coba untuk membuat portal dimensi disini, siapa tahu seperti layaknya langit ke empat, mereka berdiam didimensi masing masing, atau bahkan ada dunia paralel yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan dunia yang ada saat ini...” ucap Naomi panjang kali lebar menjelaskan.

“...hemm...bener juga idenya..mmccuuuaah”... diciumnya kening Naomi, tanpa ada maksud ingin mesum kali ini.

Sejenak Marco keluar dari dalam rumahnya, dicarinya posisi yang nyaman namun bisa dengan mudah kembali kedalam rumah jika sesuatu terjadi sama Naomi.

Marco terlihat duduk bermeditasi. Berusaha memanggil semua elemen yang dikuasainya, berusaha untuk mendeteksi energi sekecil mungkin.

Ternyata, setelah beberapa lama, dan tidak sampai lima belas menit jika dikonversikan, tiba tiba dia dapat merasakan bermilyar milyar energi dalam pola kecil kecil. Layaknya dia melihat galaxy dilangit malam yang cerah saat dipermukaan bumi.

“...hemmm...” anggukan kepala menunjukkan jika dia menemukan apa yang dia cari.

Layaknya menonton tv, Marco memindah channel dimensinya memonitor keseluruhan titik titik kecil tersebut dengan details. Beberapa saat Marco terlihat kembali menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan berhasil mencari tahu tentang keadaan disekitarnya.

Naomi sendiri terlihat senyumnya ketika melihat kekasihnya berhasil mendeteksi apa yang ingin dicarinya.

Ternyata hijau yang terlihat menutupi seluruh wilayah ini merupakan titik titik energi yang dikeluarkan dari makhluk hidup yang ukurannya adalah mikroskopik. 0.001cm, tepatnya.

Dan saat ini Marco sedang berkomunikasi dengan mereka, dalam komunikasinya Marco terkesan dimarahi kenapa main taruh bangunan diatas sawah yang hijau. Semua omelannya didengarkan dengan sikap sopannya, kemudian Marco mengirimkan berita itu lewat telepati kepada Naomi. Tidak menunggu lama, rumah yang tadinya berdiri diatas sawah yang hijau itu kini sudah kembali ke bentuk kapsulnya. Naomi terlihat celingukan kekanan dan kekiri melihat dimana mahkluk kecil itu.

Dari hasil pembicaraan yang didapat, jika ingin menuju langit tingkat enam, Marco harus menemui sang legenda. Dialah pemegang kunci pintu untuk menuju langit tingkat enam. Informasi tambahan yang bisa didapat, jika sang legenda ini berada diujung timur dengan jarak jutaan kilometer jauhnya jika dikonversikan, layaknya jarak antara ujung timur negara ini dengan hutan amazone dibenua amerika sana. Ujung ke ujung jauhnya.

Tidak ingin membuang waktunya, Marco dan Naomi segera melanjutkan perjalannya kembali. Lokasi tujuannya dapat ditempuh dengan kisaran waktu 10 hari jika dikonversikan dengan kekuatan Marco saat ini.

Sementara itu diilain tempat...

“...hemmm,...”

“...akhirnya takdir itu menemuiku ...menarik, sangat menarik...” hehehe...senyum gembiranya terpampang jelas dalam raut muka keriputnya.

Terlihat seorang kakek - kakek tua, layaknya biksu terlihat botak kepalanya, janggut berwarna putih panjang, sedang duduk bersila disuatu ruangan yang sangat luas. Ruangan yang hanya diisi oleh dia dan satu orang lagi yang menjadi kepercayaannya.

Back to Marco...

Setelah menempuh lelahnya perjalanan sepuluh hari dengan kekuatan yang dimilikinya, Marco dan Naomi tiba disuatu wilayah yang lebih mirip pegunungan Himalaya. Dari bawah hingga keatas terlihat tangga tinggi menuju kesuatu bangunan.

“...hemm, keliatannya ini yang dimaksudkan...” gumam Marco pelan

“...eeeh...

“...hoooaaammm...”

“...sudah sampaikah sayaang...? lama juga yaa perjalanannya...” terlihat Naomi terbangun dari lelap tidurnya dipunggung Marco.

Tanpa menunggu lama Marco segera kembali menaiki tangga panjang itu dengan langkah kilatnya, dengan kondisi masih menggendong Naomi dibelakang punggungnya..

tidak menunggu lama...

Marco dan Naomi telah tiba diatas. Suhu udara yang menusuk tulang terasa. Oksigen yang terlihat sangat minim bisa dirasakan tubuh yang baru tiba dilokasi tersebut. Tampak butiran butiran salju yang menandakan kondensasi air yang bertekanan tinggi telah membuatnya membeku saat dia terjatuh kepermukaan.

“...brr...brr...brr...dingiiin ,...” Naomi terlihat kedinginan, giginya terlihat saling sejajar mengerat, karena kedinginan.

“..buzzz...” Marco melingkupi tubuh kekasihnya dengan unsur apinya layaknya membuatkan jaket tebal musim dingin. Sehingga kekasihnya tidak lagi kedinginan.

“...selamat datang anak muda...

“...jangan sungkan.. karena takdirlah yang telah membawamu jauh kesini...”..ucap seorang biksu menyapa.

“...maaf, jika saya lancang tuan biksu, saya telah memasuki bangunan milik tuan biksu..”,...ujar Marco dengan sopan dan sedikit membungkukkan badannya.

“...anda terlalu sopan anak muda, saya tahu maksud kedatanganmu kemari..”

“...mari...marii... silahkan kedalam, diluar sangatlah dingin..” ujarnya kembali membalas kesopanan Marco.

Dengan berjarak beberapa langkah melangkah, kini tibalah Marco dan sang biksu tadi masuk kedalam aula ruangan yang penuh dengan warna kuning emas dan merah, mirip masuk ke salah satu tempat ibadah umat tionghoa.

“.. tunggulah sebentar anak muda, beliau akan segera menemuimu, silahkan nona.air hangat ini akan memberikan kehangatan bagi tubuh yang meminumnya.” terlihat kesopanannya saat mempersilahkan duduk dan memberikan minuman layaknya teh keliatannya, jika dilihat dari asap yang mengepul serta penciuman yang semerbak.

Marco tak lagi memperdulikan kondisi sekitarnya. Walaupun diluaran terlihat beberapa orang botak dalam kondisi memandangnya dengan aura yang tidak mengenakkan. Mereka memang bukan lawan Marco, karena jelas saat ini Marco hanya berniat datang dengan damai.

Saat ini, seluruh konsentrasi Marco terpusat kepada siapa orang misterius yang telah lama menunggunya ditempat ini. Dan sosok itu secara perlahan keluar dari ruangan tertutup di depannya. Kembali lagi keanehan terjadi, Marco tidak bisa mempergunakan penglihatan tajamnya diruangan pertemuannya kala itu.

Ada ancaman bahaya yang dirasakan oleh Marco, makin lama semakin terasa kuat. Marco tahu jikalau dia tak akan pernah bisa menang melawan kekuatan yang ada didepannya, tanpa menggunakan semua kemampuannya. Karena kemampuan yang seiring digunakannya hanya kemampuan yang memang tidak sebanding jika dibandingkan dengan energi yang ditangkapnya saat ini. Didepannya adalah pemilik energi yang benar benar diluar batas pengetahuannya, tidak mungkin dia bisa mengalahkannya hanya dengan energi yang pernah dia gunakan sebagai sebuah keisengan saja. Contohnya saat melawan monster dihutan kala itu.

Terlihat kakek tua dengan menggunakan tongkatnya melangkah perlahan-lahan ke arah Marco. Tatapan matanya tak pernah terlepas dari laki-laki didepannya yang lebih layak dianggap sebagai cucunya itu.

“..perkenalkan namaku Ming anak muda.. aku sudah lama menunggu kedatanganmu disini..” ujarnya ketika mendekat dan berjarak hanya beberapa langkah saja didepan Marco.

Marco dan Ming sama-sama tahu kalau ada musuh yang hebat berdiri di depan mereka sekarang.

Untuk dua orang petarung sakti, kata-kata dan tutur bahasa tidak lah penting. Yang terpenting adalah kepalan tangan dan energi tenaga dalam inti mereka. Ketika dua orang petarung saling bertemu dan mereka menganggap bahwa musuh di depannya adalah lawan yang sepadan, semangat bertarung mereka tak akan padam.

Terlihat hawa semangat bertarung menghinggapi Marco dan Ming saat itu. Mereka sama sama ingin sekali mengetahui, siapa diantara mereka yang lebih kuat. Itu adalah bagian dari naluri mereka sebagai seorang petarung sakti.

Marco bersiap memasang posisi bertarungnya.

Ming berhenti saat dia berdiri beberapa meter di depan Marco. Tak seperti pertarungan pertarungan pada umumnya, dimana pertarungannya kali ini tak harus dilakukan dengan jarak dekat dan benturan fisik. Marco dan Ming tahu itu.

“..zero dimension...”..ucap Ming.

Ming terlihat jika dia mengangkat tangan kanannya keatas, dengan jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk pisau jari menunjuk ke arah langit. Tidak menunggu lama. Layaknya sedang menonton opera, didepan mereka berdua nampak sebuah tirai tinggi besar yang tiba-tiba diturunkan, Marco dapat melihat kalau sekelilingnya berubah seketika. Dia tak lagi berada di teras Aula gedung yang akan dijadikan tempat Naomi berada. Gunung gunung dan permukaan tanah yang rata tanpa kehidupan didalamnya terpampang jelas.

Marco melihat ke sekelilingnya dan sadar jikalau dia seperti pernah berada disini. Kembali dia mencoba mengingatnya. Raut muka berpikir keras mengingatnya.

Benar, ini adalah tempat pertama kali dia bertemu kakek tua yang menyebut dirinya sebagai penerusnya, saat dia melakukan meditasinya dikomplek milik mendiang gurunya Okas. Siluet memory Marco kembali menunjukkan jikalau bermilyar tahun yang lalu Marco pernah datang ketempat ini. Ming tertawa kecil ketika melihat tingkah Marco.

“..anak muda, aku benar-benar kagum denganmu. Kau bisa sampai ke tahap ini bahkan tanpa bimbingan seorang guru yang memahami tentang ranah penguasaan energi tenaga dalam inti alam..”puji Ming.

“..ketahuilah anak muda, apa yang ada didepanmu ini hanyalah dunia dimensi quantum yang dibentuk oleh kekuatan penguasaan dimensi, dengan menggunakan teknik tingkat tinggi tentunya. Sedangkan kau sendiri adalah titisan dari dewa perang milyaran tahun yang lalu, pastilah akan mengingatnya kembali...”lanjut Ming.

“...disini hanya kita berdua yang bisa dan berada dalam tingkatan penguasa..” ucap Ming.

Marco terpana. Kini dia tahu kenapa dia merasakan ancaman bahaya yang serius dari kakek botak di depannya ini. Ternyata si Kakek dengan nama Ming ini, telah sama dengan dirinya sendiri. Ini kali pertama Marco bertemu dengan pemilik kekuatan tinggi lainnya. Tentu saja Marco dibuat sangat tertarik dan senang.

“...Kita adalah sama sama para penguasa. penguasa dari semua unsur. Dengan kekuasan yang kita miliki, kita dianugerahi kekuatan besar. Apakah menurutmu kekuatan ini adalah sesuatu yang sederhana?..”kata Ming.

“...Di dalam kekuatan kita, diri kita sendiri adalah inti dari kekuatan itu sendiri. Konsep pembuatan dimensi semacam ini, yang hanya merupakan proyeksi untuk mempengaruhi kesadaran diri kita terhadap suatu wilayah tertentu, tak akan ada artinya dibandingkan kekuatan inti yang kita miliki..” lanjut Ming menjelaskan.

Sesaat kemudian, sebuah ruangan besar dengan modelnya setengah bola yang tertelungkup ke bawah mulai terlihat terbentuk di sekeliling Ming. Marco sangat kenal dengan bola itu, karena dia sendiri juga memilikinya. Itu adalah kekuatan pertahana dirinya yang didapatkan dari bos kedelapan orang yang sudah ditolongnya kala itu.

Ini adalah kali pertama Marco melihat petarung penguasa yang lain mengeluarkan kekuatan miliknya. Selama ini, Marco tak pernah melihatnya. Dia juga tak bisa melihat seperti apa sosok dirinya saat membuka segel kekuatan tertinggi miliknya sendiri.

Tapi sekarang, didepannya Marco, dia bisa melihat dengan jelas saat Ming mengeluarkan ilmu penguasaan kekuatan tertinggi miliknya.

Tampak dengan jelas jika mata milik Ming berubah menjadi berwarna perak dan kekuatan yang terlihat di sekeliling Ming juga terlihat aneh. Seperti sebuah bayangan dalam permukaan air yang terkena gelombang atau riak, kacau dan sama sekali tak beraturan.

“...hiiiiuuufff...huuuuu...” Marco terlihat menarik napas dalam

Dan sama seperti Ming, bagi Marco tak ada gunanya lagi untuk menutupi seluruh kemampuannya. karena mereka saat ini sedang berada di tempat ini hanya diisi berdua saja. Marco sendiri juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Kapan lagi dia bisa bertemu dan berduel dengan sesama pemilik kekuatan energi inti tertinggi seperti dirinya... Dia yakin kalau masalah maut pasti ada di tangan sang pemilik segalanya. Sekalipun kita berada dalam benteng yang kuat dan kokoh, jika saatnya tiba, tak akan ada yang bisa menghindarinya.

Marco tanpa ragu menggunakan kekuatan miliknya.

Mata Marco berubah warna menjadi berwarna hijau biru keemasan menggantikan warna putih manusia normal, menimbulkan kesan menakutkan. Sama seperti Ming, sebuah area lingkaran berbentuk bola bola juga mulai terlihat di sekeliling Marco.

Jika kekuatan milik Ming terlihat berwarna transparan namun terlihat kacau dan kabur, kekuatan milik Marco didominasi oleh warna hijau biru emas pekat yang menakutkan.

“...Tingkat tenaga dalam inti yang menarik,...” puji Ming sambil tersenyum menyeringai ke arah Marco.

“..anak muda!! Bagi seorang petarung yang memahami ilmu kekuatan tenaga dalam inti alam secara otodidak sepertimu dan sudah berhasil mencapai tahap seperti ini, aku mengagumi sepenuh hati. Aku tak akan mengambil kesempatan keduaku, jadi anak muda..silahkan serang aku...”kata Ming sambil memberikan gesture tangan yang jika diartikan sedang mengintimidasi Marco untuk menyerang terlebih dahulu.

Terlihat, dengan sebuah hentakan kaki, Marco meloncat dan menarik tangan kanannya ke belakang seolah olah mencari momentum untuk bergerak cepat kedepan, layaknya ketapel.

“...blaaarrrr...”... terlihat pertemuan dua energi dalam inti tingkat tinggi, layaknya dua buah petir yang saling ingin mengalahkan.

Tampak beberapa lubang menganga dibawah sana, effek dari pertemuan dua kekuatan sakti. Gunung gunung yang ada dalam dimensi zero inipun terlihat runtuh akibat serangan serang keduanya. Pemandangan kehancuran yang luar biasa dahsyat.

Adu pukul adu tendangan dan sesekali kilatan pertemuan dua buah energi inti alam yang luar biasa dahsyat mengisi pemandangan pertempuran tersebut. Kecepatan kedua orang sakti yang luar biasa cepatnya, layaknya kelebatan sinar saja bagi manusia awam yang jika melihatnya.

Tampaknya sudah berjalan beberapa jurus duel yang sedang terjadi kala itu, dan ternyata tidak ada nampak kelelahan antara keduanya.

“...bubble doom..” teriak Ming.

Sejurus kemudian muncul bola bola energi berwarna transparan namun terlihat menakutkan. karena selain jumlahnya ratusan ditambah kemunculannya dengan pijar merah menyala layaknya bola matahari yang berhasil ditangkap dengan telescope hubble.

“...buuum...daaarrrr...”

Marco tampak terlempar jauuh kebelakang ketika itu, tubuhnya terlihat jatuh dan nampak terbakar bajunya.

“...sreekk..” disobeknya baju yang terbakar, namun aktivtas ledakan tadi tidak sampai melukai sedikitpun badannya kali ini.

“...apaaa... anak ini.. tidak mungkin...” ucap Ming terkejut ketika serangan andalannya tidak mampu memberikan effek buruk bagi lawannya.

“...wezzz...wezzz...wezzz...wezzz”... tampak energi dalam inti Marco saling berusaha berontak keluar membantu sang tuannya untuk bertarung.

“...jurus Tangan Malaikat membalik bumi”...ucap Marco

Muncul energi inti alam tingkat tinggi dari atas langgiit berupa telapak tangan yang besar, dan tampak Marco sudah ada dibelakang energi berwujud telapak tangan yang sangat lebar dengan warna pijarnya menyala nyala, layaknya batu meteor yang terbakar ketika memasuki atmosfer bumi. Telapak tangan itu turuun dengan deras,cepat menuju Ming.. hingga...

“....booooommmmsshhh...”

Jurus itu menghantam Ming yang tidak bisa berpindah kemana mana, karena saat telapak tangan energi itu turun, badannya seperti terkunci, dan Ming tahu jika dirinya tinggal pasrah saja menerima gelombang energi yang dahsyat itu mengenainya.

“....aaaakkkhhh...”... tampak Ming menjerit kesakitan.

Bekas telapak tangan yang sangat besar tampak sekali jelas menekan permukaan tempat Ming tadi berdiri dan terlihat tertekan jauh kedalam ratusan meter dalamnya.

“...uhuk...uhuk”... Ming terlihat batuk mengeluarkan darah disamping bibirnya.

“.. energi dalam inti yang luar biasa...” puji Ming kala itu.

“.. bersiaplah kali ini anak muda, aku tidak akan lagi sungkan...” ucapnya dengan nada setengah emosi.

“..ultimate slice...”...ucap Ming.

Marco yang sedari tadi masih merasakan bahaya yang mengancam dirinya, bahkan kali ini ratusan kali bahayanya yang akan diterimanya, kembali Marco memposisikan dirinya untuk bersiap siap dengan segala kemungkinan serangan yang terjadi.

Dari arah langit tampak gelombang energi transparan berduyun duyun berjalan teratur layaknya berbentuk pedang tajam dengan jumlah milyaran turun dengan sangat cepat menuju Marco. Sangat cepat, sampai sampai Marco harus bersiap dengan menggunakan seluruh pertahanan tenaga inti alamnya, ada yang berupa bola bola yang mengelilingi tubuhnya layaknya tubuhnya adalah inti atom, ada yang berupa api unggun berwarna merah menyala menyelimuti dirinya dan lain lainnya. Dengan satu tujuan, mempertahankan diri sebaik mungkin.

“....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr....blaaarrr”...

“...sraaaak...sraaaak...sraaaak...sraaaak...sraaaak”.

“...aaakkkkhhh...”...jeritan Marco membahana.

Semua bentuk pertahanan yang menyelubungi Marco saat itu terkoyak, sobek dan hancur. Meninggalkan tubuh Marco yang kala itu jatuh telentang penuh dengan luka bekas sayatan benda tajam. Hampir rata semua tubuhnya.

Marco merasakan jika bukan karena kekuatan pertahannya, mungkin dia sudah pasti dijemput malaikat maut tentunya. Namun keliatannya takdir masih menginginkannya untuk melanjutkan pertandingan kala itu.

Marco berkonsentrasi untuk segera meregenerasi tubuhnya dengan kekuatan batu emerald hijaunya yang terlihat menyala nyala digelang lengannya.

Tampak sekujur tubuhnya dengan cepat bereaksi untuk menutup semua luka goresan dan dalam sekejap tubuh Marco kembali kedalam bentuk sedia kala tanpa ada goresan sama sekali.

Marco kembali sesaat berkonsentrasi untuk merecharge kembali kekuatannya dengan menggunakan kekuatan inti batu warna ungu, tampak Marco mengatur nafasnya dan fokus memanggil kekuatannya. Hingga lawannya dibuat heran dengan perubahan yang terjadi.

“...anak ini sudah melebihi tingkatan dewa sebelumnya, sungguh kekuatan yang luar biasa..”

Ming berpikir ulang meneruskan apa yang sedang dikerjakannya saat ini, mengingat dia bisa bertemu dengan sang legenda milyaran tahun yang lalu dalam wujud yang berbeda saat ini baginya sudah sangat beruntung apalagi melihat perkembangan perubahan kekuatannya layaknya mengalami dejavu baginya.

Masih teringat dalam benaknya jikalau dirinya dulu yang menjajal perang tanding dengan sang dewa perang kala itu, harus kehilangan seluruh energi dalam intinya karena pukulan terakhir sang dewa perang tersebut, sehingga dia harus berlama lama meditasi hingga puluhan juta tahun lamanya, ming berusaha mengembalikan kekuatannya kembali, sangat lama. Dan ketika dia kembali mengingat hal itu rasanya Ming bergidik ngeri.

“..cukup anak muda, aku menyerah kalah...” Ming berucap kala itu.

Tampak Marco keheranan kenapa kakek botak didepannya itu menyerah sebelum melanjutkan pertarungannya kembali.

“...sreeek...” tampak tirai didalam dimensi zero terbuka.

Marco dapat melihat raut wajah ketakutan khawatir dari kekasihnya kala itu. Ketika matanya saling bertemu.

“...Marco...hiks hiks..” Naomi datang mengejar kemudian melompat memeluknya erat. Tubuhnya sesenggukan dalam pelukan Marco.

“...eeh..”

“..sudahlah Naomi, tenangkan dirimu, lihat sendiri kan aku masih disini..” ucap Marco menenangkan diri Naomi yang terlihat masih sesenggukan histeris menangisinya.

“...kamu jahat sudah dua minggu lebih kamu menghilang..” ujarnya..

“...hah.. dua minggu.. perasaan baru 5 menit masuk kedalam dimensi zero..” ucap Marco tidak percaya.

“.. dalam dimensi zero kita dapat melakukan set up waktunya menjadi lebih lambat 1: 5000 detik dari waktu biasa..” ucap Ming yang tampaknya sudah berdiri dibelakang Marco, dan terlihat malu malu melihat adegan kemesraan Marco dengan Naomi didepannya.

“... anak muda, aku bagikan kepadamu keilmuan dimensiku, pergunakanlah dengan baik..anggap saja ini hadiah bagimu yang sudah berhasil mengalahkanku tadi..” tampak Ming kemudian mengangkat tongkatnya dan meletakkannya menempel didahi Marco. Terlihat cahaya transparan masuk perlahan dan pasti terus menerus kedalam kepala Marco, dan terlihat orang yang menerima energi itu seperti sedang membaca berbagai macam informasi dengan sangat cepat. Tampak Marco memperhatikan bagaimana cara teleportasi dengan cepat, cara berpindah dimensi dengan cepat menggunakan tangkapan pola energi negatif (jahat) dan pola energi positif (baik). Dan berbagai macam keilmuan pengobatan langka guna menyembuhkan berbagai macam penyakit terutama dalam menyembuhkan tenaga dalam inti yang telah rusak ketika kalah bertarung.

Hingga beberapa saat berlalu,..

“...hap..” Ming menyudahi transfer ilmunya kepada Marco.

“..anak muda...dibelakang halaman rumah ini terdapat pohon tinggi, berjalan masuklah kedalamnya, disitulah letak pintu menuju langit keenam..”..ujar Ming menjelaskan

“... upayakan kamu segera menemui penguasa keabadian, dia berada disebuah pulau diujung hamparan laut yang luas, kamu akan sangat mudah menemuinya, dengan kemampuan yang telah aku berikan kepadamu barusan. Karena dialah yang bisa mengantarkanmu menuju langit tingkat tujuh guna bertemu dengan penguasa dimensi..” ucap Ming kembali

“..terima kasih tuan Ming, atas keilmuan yang telah diberikan serta keramahannya dalam menerima kami disini..” ucap Marco sopan.

“..ada baiknya kami segera pamit dan melanjutkan kembali perjalanan kami...”..lanjutnya

“..sekali lagi terima kasih..” sikap hormatnya kembali.

“...baiklah anak muda, semoga kamu bisa berhasil dengan misimu,.ingatlah..takdir yang telah kembali mempertemukan kita...” ucap Ming dengan jelas

Selanjutnya Marco dan Naomi segera menuju kelokasi yang ditunjukkan oleh Ming, tanpa ragu Marco langsung berlari menembus batang pohon yang dimaksudkan oleh Ming.

“...sungguh anak muda yang sangat menarik, sungguh benar sang pencipta selalu punya cara dalam menyelesaikan permasalahan dunia ini...”.. ucapnya sambil mengangguk, tangannya memegang jenggot putihnya yang panjang.

Disuatu lokasi yang jauh dari Marco dan Naomi berada...........

Pepohonan yang tinggi begitu lebat bahkan sinar matahari pun tidak dapat menembusnya, sehingga di dalam hutan yang luas ini yang terlihat hanyalah kegelapan. Di kedalaman hutan terdapat sebuah telaga kecil, telaga tersebut jernih seperti kristal biru kebiruan, namun permukaan airnya jauh sekali dari bibir pantai, dan sepertinya kekeringan bisa datang kapan saja.

Nafas kehidupan terlihat beriak di danau, tapi tidak kuat, bahkan sedikit lemah. Di tepi danau, ada seseorang wanita cantik yang berdiri. Didepannya dia saat itu berdiri laki laki mengenakan jubah hitam, dia tampak lebih tua 20 tahun, tampan dan teguh, dan di dahinya, ada sehelai rambut pirang tergantung di salah satu sisi pipinya.

“..dewa...” ucap wanita itu sambil tetap beraktivitas dibibir danau.

Lelaki itu hanya berdiri di sana, matanya tampak agak kusam, dan tubuhnya semakin tertekan. Tak jauh darinya, ada beberapa orang berdiri, mulai dari tinggi dan pendek, gemuk dan kurus, dan dalam berbagai bentuk. Tapi mata semua orang sangat suram.

Tampak didepannya seorang wanita yang mengenakan gaun hijau zamrud diam-diam datang ke belakang pria kulit hitam itu dan berkata dengan hormat.

“...Kekuatan umat manusia telah membuat kita tidak dapat bersaing. Hutan Besar Bintang Dou, dan hanya sisa tanah murni yang tersisa...” ujar lelaki didepan sekumpulan orang itu

“...Ya... .ak-k..” Wanita berbaju hijau hendak mengatakan sesuatu menjadi terhenti ketika laki laki yang dikenal sebagai dewa binatang itu tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan tiba-tiba ada dua cahaya emas substantif muncul di matanya, aura mengerikan yang meledak pada saat itu seakan membuat seluruh dunia bergetar. Tanah di bawah kaki mereka bergetar sedikit, dan kemudian, danau di depan mereka tampak mendidih, dengan gelembung. Gelembung-gelembung ini naik dengan cepat, dan kemudian, frekuensi getaran gempa menjadi kuat.

“......Ada apa? Apakah manusia itu ada di sini?” Wanita berbaju hijau itu berseru

“...Bertarunglah dengan mereka!...” Seorang pria pendukungnya meraung dan mengguncang guncang bagian tubuhnya, tiba tiba dirinya berubah menjadi beruang raksasa dengan tinggi lebih dari tiga puluh meter, dengan kilau keemasan gelap di sekujur tubuhnya.

“hei, tenanglah. Itu bukan manusia yang kita cari..” ujar Lelaki yang disebut dengan Dewa. Binatang itu berteriak dengan keras, memperlihatkan ekpresi menyeramkan yang tak bisa terlihat di wajah awalnya yang tadi suram.

“...Sudah berakhir, ini sudah berakhir, ini sudah berakhir ...” Suara alam menggema di dalam hutan tanpa peringatan. Suara itu sepertinya datang dari segala arah, karena terlalu rendah dan bahkan tidak bisa didengar.

“........kraaakkkk...Boom...dooom...boom.” suara retakan dari langit langit terlihat, dan seluruh hutan bergetar hebat. Air terlihat membentuk pusaran dan terlihat ada lubang didasar danau, semua air mengalir masuk, dan dasar danau segera terlihat. Air danau itu hilang. Sungguh mengerikan kekuatan beruang raksasa itu.

“...buuuummm..blaarrrr....” Awan cahaya perak tiba-tiba menyembur dari retakan langit, dan kemudian menghantam pantai dipinggir hutan dengan keras.

“..blaaarrrrr...duaarrr”....bunyi tumbukan yang sangat keras terdengar.

Itu adalah kekuatan yang sangat besar, seluruh energinya terlihat berwarna perak cemerlang, dan muncul sesosok tubuh dengan cakar raksasa perak cemerlang itu ditutupi dengan sisik perak heksagonal. Setiap sisik kulitnya memantulkan kecemerlangan yang aneh, dan suara kepakan sayang yang besar itu menggema, tekanan udara kuat yang tak tertandingi, membuat semua makhluk hidup membungkuk dan membungkuk karenanya.

Ekspresi ketakutan terlihat didepan sekumpulan orang yang berdiri dengan tegak didepan danau, terlihat beberapa orang melangkah maju, berlutut, dan berkata dengan hormat:

“...Selamat datang di ARKA dewa...” ucap mereka kompak.

Tampak gunung didepan hutan tempat mereka tinggal meledak dalam sekejap, dan aura yang kuat bahkan menyebabkan beruang raksasa setinggi 30 meter itu bereaksi dengan meloncat ketakutan. Sosok besar dengan panjang lebih dari seratus kaki tiba-tiba naik ke udara, dan pada saat berikutnya, ia jatuh dengan keras ke tanah.

Nampak terlihat pohon raksasa tinggi menjulang keluar dari tanah, dan semua manusia yang berdiri di sekitarnya tiba tiba berubah menjadi binatang buas raksasa. Tapi mereka terlihat hanya bisa merangkak di tanah di hadapan raksasa perak itu.

“...Manusia yang tercela, apakah kita akan memusnahkannya? Sekarang?? setelah aku bangun, hari kehancuran mereka akan...??.” Ucapnya menggelegar.

Cahaya perak yang mempesona membuat semua makhluk besar didepannya tidak berani melihat secara langsung, mereka hanya bisa merangkak dengan rendah hati di sana, gemetar dan gembira.

Tubuh besar beruang perak itu perlahan menundukkan kepalanya, dan suaranya yang rendah bergema di hutan yang tidak lagi luas kala itu.

“...Untuk menghancurkan mereka, pertama-tama kamu harus memahaminya. Kamu semua harus mengikuti aku. kita akan menaklukkan dunia mereka...” ucap orang yang dipanggil dewa itu melakukan orasi singkatnya. Mempengaruhi otak alam bawah sadar mahkluk besar disekitarnya yang seolah olah telah terhipnotis dengan kata katanya. Sosok besar itu perlahan mulai berjalan menuju arah di luar hutan, di bawah naungan kanopi pohon besar, dalam cahaya yang suram ini, tubuhnya yang besar perlahan menyusut dan menyusut. Ketika itu secara bertahap menghilang di ujung garis pandang, mahkluk itu kini sudah berubah menjadi bentuk manusia kembali.



Kembali ke Marco.......

Saat ini Marco telah sampai di pesisir pantai yang indah. Pasir putihnya yang terhampar luas, didukung dengan kondisi air lautannya yang jernih. Berbagai macam bentuk hewan laut muncul mendekati Marco dan Naomi, kelihatannya mereka mengetahui sang penguasa segala hewan dan penguasa lautan ada disekitarnya. Sebagai bentuk penyambutannya, para hewan laut semuanya berkumpul, seperti menunggu titah rajanya.

Marco hanya melambaikan tangannya layaknya aksi presiden melihat rakyatnya dipinggir jalan guna menambah jumlah pundi pundi suaranya saat kampanye.

“... sayaangku naomi, kita harus segera menuju lokasi dewa keabadian, aku merasa, ada sesuatu sedang terjadi di dunia arka saat ini, dan ini semua berkaitan dengan perjalananku kemari..” ucap Marco ke Naomi yang masih asyik dengan kegiatannya memegang hewan hewan laut yang menurutnya sangat lucu. Padahal dialah yang lucu menggemaskan.

“...jika itu yang kamu rasakan, ada baiknya kita segera mendapatkan petunjuk darinya..” Naomi membalas sambil berdiri.

Marco kemudian berusaha berkonsentrasi menggunakan keilmuannya untuk mendeteksi keberadaan pulau dan dewa penunggunya. Selang berapa lama, kemudian tiba tiba disekitar Marco muncul satu hewan laut berwarna hitam kelam dengan sayap dibagian kiri kanannya layaknya kuda terbang sudah berdiri dengan gagah dan siap mengantarkan Marco menuju kelokasi yang diinformasikan oleh Ming, diujung lautan bertempat disebuah pulau, dan satu satunya pulau, disitulah tujuan Marco dan Naomi saat ini.

“...ayo jalan..” seru Marco pada tunggangannya.

“...pyaaaak...byuuur”... suara langkah dan kepakan kaki tunggannya kala itu.

Naomi tampak nyaman memeluk Marco layaknya bayi kecil, kali ini Naomi menghadap kearah badan Marco dan punggungnya menghadap kedepan. Praktis empuknya bola kenyal melon milik Naomi menekan nekan dada bidang Marco yang sedang menaiki tunggangannya menuju tujuan diujung lautan. Dan tetap kali ini ga ada scene mesumnya.

“...byaaarrr....”... sesekali tunggangannya melompat terbang melayang diatas permukaan laut dan kembali kedalam lautan.

Tampak sekali disepanjang perjalanan, seluruh hewan dilautan membentuk barisan membuka jalan baginya untuk melangkah, ombak seolah olah tidak berani untuk muncul dan mengganggu perjalanan sang penguasa.

Hingga sampailah Marco dan Naomi disuatu pulau terpencil, pulau dengan warna pasir yang pink, kontras dengan warna dominannya yaitu hijau dan putih. Hijau berasal dari rerumputan yang tumbuh subur dengan tinggi yang sama rata layaknya perawatan rumput yang sangat mahal sekali di stadion bola bertaraf internasional. Putih yang didominasi dengan warna batuan andesit dan limstone yang menjulang tinggi. Sedangkan, ditenga pulau terdapat hunian ala ala suku eskimo, yang nampaknya rapi tertata.

Setelah melepas tunggangannya kembali menuju lautan lepas, Marco segera mengajak Naomi untuk mendekati bangunan yang dimaksudkan. Belum sampai tujuan mereka, tiba tiba muncul didepannya sesosok lelaki tua dengan badan yang terlihat gemuk namun tidak buncit. Warna rambutnya yang layaknya pelangi dengan alis hitam dan tebalnya teratur, menambah wibawanya.

“...hemmm...takdir..takdir..” ucapnya...

“.. salam hormat saya dewa...” ucap Marco dan Naomi dengan sopan

“..salam kalian aku terima...” ucap sang dewa

“...sungguh aku tidak menyangka reinkarnasimu benar benar luar biasa...sempurna..” lanjutnya

“... mohon maaf dewa saya tidak mengerti ...” ucap Marco

“.. kamu tidak usah mengerti anak muda, aku hanya mengagumi kawanku yang telah berwujud dirimu..dialah kawan lamaku..” ucapnya sambil menoel noel dada bidang Marco.

Terlihat Marco dan Naomi sama sama berpandangan dengan terlihat saling bertanya satu sama lainnya.

Terlihat dewa didepan mereka ini sangatlah pribadi yang low profile. Namun Marco tidak ingin mengganggu privacynya, apalagi sampai menyinggung perasaannya mengingat dia adalah golden tiketnya untuk bisa bertemu dengan dewa penguasa dimensi.

“...untuk menuju ke langit tingkat tujuh dan bertemu kawan lamaku disana kamu harus mempersiapkan 10 buah batu permata emerald warna hijau...” ucap sang dewa dengan tenang.

“...hah...” pemalakan kah ini, ucap Marco membathin.

“... apakah kamu punya?.. jika kamu tidak memilikinya, kamu bisa ganti dengan menguras lautan ini dan menggantinya dengan air laut yang lebih bersih..baru akan kuberikan kesepuluh batuan itu.” ucap sang dewa dengan entengnya.

“....gubraakkk...”...Marco terjatuh dari kursi kayu yang didudukinya karena terperanjat.

Membayangkan dirinya mesti menguras air laut dan menggantinya, adalah pekerjaan yang sangat melelahkan pastinya. Belum lagi menunggu air lautan kembali lagi penuh. Ora umum ora umum ora umum.

“... jadi bagaimana? Apakah kamu memilikinya?”...ucap sang dewa kembali bertanya kepada Marco.

“... ternyata inilah yang dimaksud nemsis kala itu...” bathin Marco.

“...sebentar dewa..saya persiapkan”.. sejurus Marco membuka gelang penyimpananya dan mencari kotak penyimpanan batu kristal emrald yang didapatkannya dari nemsis.

Dibukanya kotak itu dan dihitung jumlah kristal permata emrald berwarna hijau nan indah itu.

“..kok bisa pas yaa jumlahnya 10...” gumam Marco.

“...mohon diterima dewa...” ucap Marco memberikan kotak yang penuh berisi permata emerald.

“...hemmm...bagus...bagus..” ucap sang dewa didepannya

“...memanglah takdir yang telah membuat ini semua menjadi lancar anak muda..” lanjutnya

“... mari silahkan..” ucapnya sambil berbalik badan

“...ikuti aku, kita temui teman lamaku di langit tingkat tujuh...” ucapnya seraya mengarahkan Marco dan Naomi mengarah kebangunan kubah mirip bangunan suku eskimo.

Terlihat dewa meletakkan kesepuluh batu kristal emerald itu di depan bangunan, layaknya kotak pos surat, dan kesepuluh batuan itu nampak mengisi sempurna kesepuluh lubang cekungan yang memang sepertinya ditujukan untuk batuan itu.

“...sreeeekkkk...derrrrr”...terdengak sobekan dilanjut dengan getaran.

Tiba tiba bangunan itu terbelah kekiri dan kekanan. Tampak pusaran warna lolipop ada ditengah tengah bangunan tadi dan membuat angiin yang besar, angin yang terlihat menyedot semua yang ada didepannya jika dibiarkan terus menerus.

“.. mari kita mesti segera melewati portal itu...” ucap dewa dengan instruksi mengajak masuk.

“...zlaabbb...”

....bersambung
mksh updatenya suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd