Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT M.E & You

Bimabet
Chapt 10



Sementara itu di saat bersamaan dengan kehadiran Adam di ruangan Song Ji, Michel memasuki ruangannya. Berjalan dengan tenang seperti biasa, meskipun tampak beberapa orang anggota kepolisian anti teror sedang bersembunyi di dalam.

Ya, ruangan kerja Michel yang merupakan Pet Corner di dalam gedung ini. Michel berdiri tepat di tengah ruangan besar yang penuh rumput. Tiba-tiba dari beberapa sisi tampak beberapa orang berpakaian tempur lengkap dengan senjata mengarah ke belakang Michel bergerak mendekat.

“ANGKAT TANGAN....!!!”, teriak salah seorang dari mereka.

Michel hanya terdiam dan tidak bergerak mengikuti perintah mereka. Malah Michel menyulut rokok yang memang sudah di pegang ketika memasuki ruangan ini. Tindakan Michel membuat mereka gusar namun tetap waspada karena mereka tahu siapa yang sedang mereka hadapi saat ini.

“CEPAT ANGAT TANGAN....!!!!”, teriak mereka bersahutan.

Akhirnya Michel membalikkan badannya menghadap para petugas kepolisian anti teror yang begitu tegang mengarahkan senjata mereka. Tampak oleh Michel mereka berjumlah 6 orang dan beberapa orang berada dibalik pintu menunggu perintah.

“Huufffhh....”, deru nafas Michel ketika menghembuskan nafas panjang dan mengacungkan kedua tangannya ke depan. Tampak para polisi anti teror kebingungan dengan tindakan Michel, karena mereka mendapatkan informasi dari komandan mereka bahwa tugas mereka saat ini akan sangat berbahaya, karena orang yang akan mereka tangkap merupakan pembunuh bayaran legendaris.

Sedangkan tindakan Michel yang tampak menyerah begitu saja tanpa perlawanan, membuat mereka gamang untuk bertindak.



Sementara itu di atas gedung ini, tempat Song Ji berada. Adam tampak terburu-buru dan segera masuk ke dalam ruangan lalu menutupnya.

“Miss banyak anggota kepolisian di bawah, tampaknya mereka mau menangkap Michel”, kata Adam.

Song Ji tidak terkejut dengan berita yang Adam sampaikan. Song Ji segera berdiri dan berkata kepada Ibu Michel, “Ma....”.

“Ok sayang, kamu jalan saja. Biar mama yang handle di sini...”, katanya.

“Baik ma, makasih...”, sahut Song Ji yang diakhiri dengan ciuman di kedua pipi wanita tua itu.

Song Ji membalikkan badan dan menatap Meli serta Adam bergantian, lalu berkata dengan mantap, “Ayo kita jalan...”.

Meli dan Adam pun menganggukkan kepala mengikuti kata pemimpinnya.

Mereka bertiga berjalan keluar dari lantai ini menggunakan lift dan turun 9 lantai ke bawah, dan segera keluar melalui pintu penghubung antara gedung dengan tempat parkir. Sementara dalam perjalanan, Adam menghubungi anak buahnya untuk mempersiapkan kendaraan yang akan mereka kendarai di lantai yang sudah ditunjukkan.

Lift yang di gunakan oleh Song Ji, Adam dan Meli merupakan lift khusus yang memang dipersiapkan hanya untuk penghuni lantai teratas atau khusus memang dipersiapkan untuk sang CEO agar dapat keluar masuk tanpa harus melalui lift umum yang berada di tengah gedung.

“Ting....”, bunyi lift yang berhenti dilantai 9, lantai yang terhubung dengan tempat parkir. Mereka bertiga berjalan cukup cepat namun masih dengan penuh ketenangan. Begitu Adam membuka pintu, tampak sebuah mobil sudah menunggu dengan beberapa lelaki berpakaian preman lengkap dengan baju anti peluru menenteng senjata serbu laras panjang. Mereka adalah anggota BIN yang memang dipersiapkan oleh Paidi apabila keadaan sudah mendesak.

“Selamat siang Miss Song Ji, selamat siang Letnan Meli...”, kata salah seorang dari mereka yang kemudian dikenal dengan nama Trimo.

Ucapan “Letnan Meli” sempat membuat adam terkejut. Namun dia berusaha menyembunyikannya, karena saat ini tidak tepat untuk bertanya-tanya.

“Siang mas...”, sahut Song Ji.

“Maaf perkenalkan saya Trimo, komandan pasukan gerak cepat II BIN. Saya akan bertugas mendampingi Miss Song Ji.”, katanya tegas dengan tangan menghormat lalu bersalaman dengan Song Ji.

“Ok mas Trimo, mari kita jalan...”, kata Song Ji setelah bersalaman dengan Trimo.

Song Ji pun masuk ke dalam mobil SUV keluaran jepang didampingi oleh Meli, lalu menyusul Adam duduk di bangku depan. Tampaknya Trimo yang menjadi sopir Song Ji. Setelah semua masuk, Trimo memberikan kabar kepada anggotanya yang berada di mobil belakang untuk segera bergerak.

Iring-iringan kedua mobil SUV hitam dengan kaca gelap itu pun, bergerak menuruni lantai demi lantai. Begitu sampai di lantai 3, kedua mobil tersebut tidak turun ke bawah, melainkan masuk ke dalam gedung parkir tempat server berada. Sehingga mereka tidak akan bertemu dengan anggota polisi yang berada di bawah.

Kedua mobil SUV tersebut kembali bergerak turun hingga lantai bawah dan keluar dari gedung melalui pintu belakang. Ya, jalur penyelamatan darurat yang memang sudah dipersiapkan oleh BIN ketika bekerja sama dengan PT Samson Security. Apabila menghadapi situasi darurat.

Beberapa saat setelah kedua mobil SUV tersebut memasuki jalan raya. Trimo bertanya kepada Song JI, “Miss Song, kita akan menuju ke tempat Pak Paidi berada. Semua demi keselamatan Miss Song.”.

“Ok mas Trimo, saya ikut saja.”, sahut Song Ji ringan tanpa beban.

Tampak wajah yang penuh kepercayaan diri terpancar. Percaya akan janji sang kekasih untuk selalu hadir dan menyelamatkannya.


Kembali beberapa saat sebelumnya.


Michel masih berdiri dengan kedua tangan menjulur ke depan. Setelah beberapa saat tertegun dengan reaksi Michel, salah seorang dari anggota polisi anti teror bergerak maju setelah menyampirkan senjatanya ke belakang tubuhnya. Diikuti oleh anggota polisi yang lain hingga jarak mereka menjadi lebih dekat dengan Michel.

Semua aksi yang dilakukan oleh Michel bertujuan untuk memberi waktu kepada Song Ji untuk meninggalkan gedung ini terlebih dahulu.

Anggota polisi anti teror sudah berdiri di depan Michel dengan sikap waspada, dia mengambil borgol dari kantong samping. Lalu memakaikan borgol tersebut disalah satu tangan Michel, dan ketika akan memakaikan ditangan yang lain terdengar bunyi dering dari hp yang berada di dalam kantong celana Michel.

Setelah dering berhenti, seketika itu juga Michel bergerak dengan sangat cepat. Menarik tangan kiri yang sudah terpasang borgol ke arah kanan dilanjutkan dengan gerakan tubuh memutar 360 derajat sembari melayangkan siku kanannya ke arah kepala anggota polisi anti teror yang ikut tersentak dan tertarik oleh gerakan tangan Michel. “Bukk....”, sebuah sapuan siku tepat mengenai kepala bagian belakang sang polisi.

Lalu Michel kembali memutar tubuhnya sambil menurunkan tubuhnya. Menyapukan kakinya pada kaki beberapa anggota polisi anti teror yang seperti terhenti sesaat ketika bunyi dering dari hp Michel berbunyi. Hingga beberapa dari mereka terjatuh. Sementara anggota polisi yang tidak terjatuh seperti tertegun melihat semua kejadian yang berlangsung tidak lebih dari 2 detik. Michel pun langsung menyerang kembali dengan tendangan berputar yang cukup kuat diarahkan ke arah moncong senjata para anggota polisi anti teror yang masih tertegun.

Kemudian disambung dengan gerakan tubuh ke arah depan setelah kakinya menginjak tanah. Menjulurkan tangan, mencengkram baju anti peluru kedua anggota polisi anti teror dan mendorong mereka ke belakang hingga kehilangan keseimbangan dan jatuh terjengkang ke belakang. Sesaat setelah kedua anggota polisi anti teror itu melayang jatuh ke belakang, Michel menarik senjata revolver kedua polisi tersebut, memutar tubuhnya lalu menarik pelatuk senjata laras pendek tersebut.

“Dor....dor...dor...”, bunyi beberapa kali letusan dari moncong senjata laras pendek yang dipegang oleh Michel.

“Aahh....”, erangan kesakitan pun terdengar setelah letusan senjata yang dipegang oleh Michel.

Michel tidak membunuh para polisi ini, hanya melukai mereka di lutut dan pergelangan tangan agar mereka tidak bergerak melawan.

Michel berjalan mendekati anggota polisi yang mengerang kesakitan, mengambil granat asap, cahaya dan granat belimbing yang memang mereka bawa di kantong sabuk. Kembali berdiri dan menembakkan senjatanya ke arah pintu kaca tempat masuk ke dalam ruangan ini, tempat di mana anggota polisi anti teror bantuan sedang bersembunyi di sana. Lalu Michel berjalan keluar sambil menarik kunci pengaman granat cahaya dan granat asap dan melemparkannya ke arah pintu kaca yang sudah hancur oleh senjatanya tadi.

“Duarrr....”, bunyi ledakan granat cahaya yang hampir bersamaan dengan granat asap. Ledakan tersebut memecahkan kaca ruangan yang berada di sekitarnya. Membutakan para anggota polisi yang masih bersembunyi dan asap membuat nafas mereka sesak. Beberapa detik kemudian Michel melemparkan granat belimbing yang dibawanya.

“BOOOMMM.....”, bunyi ledakan kedua.

Ledakan kali ini melukai beberapa anggota polisi anti teror yang bersembunyi.

Asap mengepul memenuhi lorong lantai tempat anggota polisi anti teror menyergap Michel. Erangan kesakitan dan teriakan minta tolong terdengar silih berganti.

Tampak sesosok manusia berjalan di antara asap dan pijaran api akibat ledakan granat. Terus berjalan melewati tubuh anggota kepolisian yang entah tewas ataupun pingsan. Tiba-tiba air hydran yang berada di setiap lantai menyala, menyemprotkan air setelah pijaran api menyentuh atap.

Bersamaan dengan itu listrik padam dan lampu darurat dalam gedung segera menyala, otomatis lift yang membawa anggota kepolisian naik ke atas, terhenti di tengah jalan.

Michel berjalan ke arah tangga darurat. Membuka pintu dan menutupnya kembali setelah dia berada di dalamnya. Hanya tangga darurat yang terbebas dari siraman air hydrant. Michel berjalan turun dengan tenang, meskipun jauh di bawah terdengar teriakan para karyawan yang mencoba keluar dari gedung dan anggota kepolisian yang membantu mereka.

Setelah turun dua lantai, Michel berhenti di depan sebuah kotak hydrant. Membuka kotak tersebut dan mengambil Pistol Ruger Mark IV kaliber 22/45 serta beberapa Loaders.

Kembali berjalan turun, lalu Michel menekan semacam tombol pada alat yang diambilnya bersamaan dengan senjata dari kotak Hydrant. Begitu tombol itu ditekan terdengar ledakan kuat dari bawah dan getaran akibat ledakan tersebut sangat terasa di tempat Michel berdiri.

Michel masuk ke dalam gedung setelah berada dilantai 10, dia berhenti sebentar melihat keatas setelah merasakan air dari hydrant yang menyirami gedung sudah mulai berhenti. Michel kembali menekan tombol kedua, dan kali ini ledakan terdengar dari luar gedung tepatnya berada di gardu listrik yang berada di pinggir jalan masuk ke gedung PT Samson Security.

Dengan tubuh basah kuyup akibat siraman air hydrant tidak menghenti Michel untuk terus berjalan. Raungan sirine dari ambulance dan pemadam kebakaran terdengar sampai dilantai 10. Ketika Michel melihat ke keluar gedung, tampak beberapa truk mobil kepolisian dan beberapa mobil pemadam serta ambulance memenuhi arah PT Samson Security dan jalan raya. Tak lupa beberapa mobil dari stasiun televisi juga terparkir di sepanjang menuju gedung ini.

Michel berjalan memasuki ruangan pantry, lalu menuju salah satu sudut dari ruangan ini yang terdapat pintu besi. Membuka pintu tersebut dan segera terasa hembusan angin yang sangat kuat, karena pintu tersebut adalah pintu darurat yang menghubungkan lantai tersebut dengan dua lantai di bawahnya. Michel turun menggunakan tangga besi dengan ring pelindung menuju ke bawah.

Setelah sampai dilantai tersebut, Michel kembali menekan tombol dari alat yang dibawanya. “BOOMMM....”, kembali getaran terasa ketika sebuah bom meledak di jembatan penghubung antara gedung parkir dan gedung utama.

Tiba-tiba Michel berhenti ketika merasakan getaran dari telepon genggamnya. Michel mengambil telepon genggamnya dan membaca pesan yang masuk, lalu tersenyum ketika membaca pesan dari Song Ji yang berbunyi, “Don’t be so rough honey”.

Kembali Michel berjalan memasuki salah satu ruangan yang dengan gedung parkir, sesuai dengan perkiraannya, bahwa kaca gedung di bagian ini pasti akan pecah akibat getaran ledakan bom yang memutuskan jembatan penghubung dilantai 9.

Angin menderu-deru memasuki bagian gedung yang berlubang karena kaca yang sudah pecah, di situ Michel berdiri menatap gedung parkir yang berjarak kurang lebih 5 meter dari tempatnya berdiri. Menarik nafas panjang, dan menghembuskannya dengan cepat, Michel mengulangi menarik nafas sambil memejamkan matanya.

Setelah beberapa saat, Michel membuka matanya dan berlari dengan cepat ke arah gedung parkir yang terpisah cukup jauh, menolakkan kakinya ketika sampai di tepi gedung. Melompat dan ketika kakinya menyentuh lantai gedung parkir, Michel melakukan koprol ke depan untuk mengurangi daya benturan yang bisa membuat lututnya lepas.

Setelah beberapa kali bergulingan, Michel kembali berdiri menatap sekitarnya dengan cermat. Mencoba merasakan kehadiran orang lain. Setelah yakin tidak ada orang lain, maka dia kembali melanjutkan perjalanannya menuruni gedung parkir hingga beberapa lantai ke bawah. Suara deru sirine dan teriakan para anggota kepolisian terdengar semakin keras.

Michel menuju salah satu mobil yang memang terparkir cukup lama di tempat itu. Menempelkan ibu jari pada sensor tuas pintu untuk akses membuka. Setelah di kenali, maka pintu mobil itu pun terbuka. Michel masuk ke dalam menyalakan mobil dan berdiam diri beberapa saat.

Membuka laptop yang diambilnya dari bawah jok mobil, dan mengakses CCTV protable yang sudah dipasangnya beberapa hari sebelumnya. Mengenali dan analisa situasi di bawah, mencari jalan keluar terbaik seperti yang sudah direncanakannya.

Membuka sunroof mobil, mengambil kotak besar dibangku belakang membukanya dan mengambil sebuah drone. Lalu meletakkan drone tersebut di atas mobil dan Michel melakukan hal yang sama untuk kotak kedua.

Setelah beberapa saat kedua drone tersebut terbang mengiringi mobil yang Michel kendarai. Mobil SUV keluaran jepang tersebut bergerak cepat menuruni lantai demi lantai. Suara decitan karet ban dengan lantai semen di gedung parkir memancing perhatian para anggota kepolisian yang berada di lantai bawah, mereka segera bersiaga dengan senjata mereka.

“Kalian bersiap di pojok sana, kalo liat sesuatu yang mencurigakan langsung tembak...!”, perintah seorang komandan pasukan anti teror kepada anggotanya.

Belum sempat bergerak ke posisi yang sudah ditentukan, terlihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi untuk area parkir menuju lantai tempat para anggota kepolisian tersebut bergerak.

“AWAAAASS...!!”, teriak salah seorang anggota anti teror mengingatkan rekannya.

Suara decitan terdengar sangat kuat ketika mobil tersebut melakukan belokan tajam, membuat beberapa anggota kepolisian anti teror yang sedang bergerak menuju ke lantai 2 melompat menghindari benturan. Sementara rekan yang lain melepaskan tembakan untuk menghentikan mobil tersebut.

“Dorr..dorr.....”.

Namun semua tembakan tersebut tampaknya sia-sia, karena mobil tersebut anti peluru.

Mobil SUV tersebut melaju cepat menerobos barikade yang dipasang oleh pihak kepolisian pada pintu keluar parkir. Bergerak lincah menghindari mobil dan motor yang terparkir sembarang di depan lobi gedung PT Samson Security.

Sementara para anggota kepolisian berlarian menghindari mobil yang bergerak liar, sedangkan para anggota polisi anti teror bergerak cepat mengendarai motor mereka mengejar. Sementara mobil SUV tersebut membuka kaca jendela ketika akan sampai di jalan raya dan melemparkan sesuatu ke arah mobil yang terparkir di jalan, dan beberapa detik kemudian terdengar ledakan kuat dari mobil yang terkena lemparan.

Melemparkan anggota polisi anti teror yang berusaha mengejar mobil SUV tersebut. Menghentikan sementara. Suasana panik pun terjadi cukup cepat, banyak orang terluka akibat ledakan tersebut baik itu dari anggota kepolisian ataupun dari para pencari berita yang berada di sekitarnya.

Sementara helikopter yang sedari berputar di atas gedung langsung mengikut ke mana mobil SUV tersebut berlari. Memberikan informasi kepada pihak polisi anti teror untuk segera melakukan pengejaran.

Sementara di atas gedung pencakar langit di ibukota negeri ini, tampak seseorang memakai pakaian ketat merunduk di lantai atap gedung, mengawasi situasi yang sedang terjadi. Gedung yang berjarak tidak lebih dari 3 kilo meter dari lokasi kejadian. Melihat situasi dengan teleskop yang tertancap di atas senapan otomatis Barrett M82. (Senjata laras panjang untuk jarak di atas 1300 meter).

Moncong senapan berubah arah, setelah beberapa saat yang lalu mengarah pada kepala Michel. Beralih menuju baling-baling ekor atau yang biasa disebut Tail Rotor helikopter yang sedang melakukan pengejaran. Setelah melakukan perhitungan angin dan derajat, orang tersebut menarik pelatuk dan “DORRR....”, terdengar letusan senapan yang melontarkan peluru dengan kaliber 12,7 milimeter.

Peluru bergerak cepat membelah deru angin kuat dengan kecepatan 850 meter per detik. Tiba-tiba benturan terjadi dan proyektil peluru merusak rotor baling-baling yang mengendalikan keseimbangan helikopter, asap pun mengepul dari rotor bagian belakang. Membuat helikopter tersebut kehilangan kendali dan mulai berputar-putar tidak menentu. Teriakan meminta bantuan terdengar dari radio kepolisian. Teriakan demi teriakan kode 10:33, yang mana merupakan istilah keadaan darurat yang sedang dialami.

Beberapa saat kemudian terdengar suara ledakan yang cukup yang getarannya cukup terasa dari tempat para anggota kepolisian berdiri.

Sementara itu di dalam mobil tempat Song Ji melarikan diri, berita di radio memberitakan betapa mencekamnya suasana di tempat kejadian. Song Ji, Adam, Meli dan Trimo hanya terdiam mendengarnya.

“Sepertinya M.E berhasil melarikan diri...”, kata Trimo memecah keheningan di dalam mobil.

“Ya, pasti bisa lepas. Kecuali dia memang mengumpankan dirinya.”, sahut Adam.

“Memang separah itu ya, kualitas pasukan anti teror??”, kata Meli.

Song Ji hanya terdiam, memandang keluar dari jendela mobil yang ditumpanginya. Tidak menanggapi percakapan yang lain, sibuk dengan dunianya sendiri. Meskipun percaya dengan kemampuan kekasihnya, dia juga manusia biasa yang pasti punya kesalahan. Rasa takut pun mulai melingkupinya.

“Michel selalu merencanakan semua yang akan dilakukannya secara detail, baik arah maupun tujuan akhirnya pasti jelas. Simplenya, kejadian ini sudah dia ada dalam rencananya beberapa bulan yang lalu. Bahkan kejadian dengan Paidi juga sudah masuk dalam rencananya.”, kata Song Ji membuat yang lain terdiam dan terperangah mendengarnya.

“Maksudnya Miss?”, balas Meli.

“Sebelum bertindak, Michel sudah mempelajari situasi. Baik itu situasi terbaik maupun situasi terburuk, semuanya sudah masuk dalam rencananya. Kalaupun situasi bergerak di luar rencana awalnya, maka dia akan beradaptasi dengan rencana yang lain. Contohnya, pada saat nanti kita sampai di tempat persembunyian, tak lama pasti akan diserbu juga oleh pihak kepolisian.”, jawab Song Ji.

Jawaban itu membuat rasa takut dan kekhawatiran semakin merebak dalam hati Adam, Trimo dan Meli.

“Tapi Michel sudah punya rencana cadangan buat ini semua.”, kata SOng Ji mencoba meredakan suasana.



Beberapa jam kemudian.


Beberapa jam kemudian, lebih tepatnya satu setengah jam setelah Michel berhasil melarikan diri dari kepungan anggota kepolisian anti teror.

Di sebuah tanah kosong di samping sebuah gedung tua yang mangkrak pembangunannya. Di kelilingi sebuah sungai dan hutan manggrove membuat gedung yang berada di bagian utara ibukota ini menjadi tempat yang tepat bagi M.E untuk bertahan.

Sementara desingan peluru dan ledakan granat terdengar memecah keheningan yang tersaji selama ini.

Beberapa anggota polisi anti teror tampak tergeletak, entah terluka, entah pula meregang nyawa, sedangkan yang lain bersembunyi di sisi mobil taktis. Menghindari tembakan dari M.E yang berada dilantai 4 gedung tua ini.

Terdengar dari kejauhan raungan suara sirene mobil polisi bersahut-sahutan. Berjalan cepat untuk memberikan bantuan bagi satu team polisi anti teror yang sempat melakukan pengejaran.

Tampak pula beberapa mobil televisi negeri ini mengekor, mencoba memberitakan secara langsung kejadian yang sangat menghebohkan.

Sementara Michel yang berada di lantai empat gedung tua ini, tampak diam. Mempelajari situasi dan rencana yang sudah berjalan maupun yang akan dijalankannya.

Cukup aneh bagi sebagian orang ketika melihat keadaan ini. Tembakan demi tembakan terus terjadi dari beberapa lantai gedung ini, sedangkan orang yang diburu tampak diam duduk di atas kursi kayu dengan meja besar penuh dengan perangkat elektronik.

Dengan kemampuannya dalam bidang pemrograman tidak sulit bagi M.E untuk membuat alat kendali bagi sebagian besar senjata yang tertancap strategis di semua sudut gedung tua ini. Cukup dengan memasukkan beberapa logic maka semua senjata itu akan memuntahkan timah panas kepada sasarannya.

Hal inilah yang membuat satuan tempur anti teror dari pihak kepolisian terdesak, dan banyak pula yang tewas.

Meski terlihat sempurna, namun semua rencana dan senjata yang M.E jalankan mempunyai kelemahan. Yaitu “Waktu”.

Yah waktu merupakan ancaman terbesar bagi M.E, karena semua pertahanan yang tersedia tidak untuk jangka panjang. Hanya sebagai pengecoh

Raungan sirene semakin kuat terdengar, menandakan posisi yang tidak jauh lagi. Tiba-tiba sebuah drone melayang kencang dari lantai empat gedung tua tempat Michel bertahan.

Melaju kencang menuju iring-iringan mobil polisi dan beberapa truk berisi pasukan bersenjata lengkap.

“BOOM…”, sebuah ledakan terdengar kuat. Ketika drone yang dikendalikan oleh Michel meledak sebelum mencapai sasaran, yaitu truk polisi. Efek ledakan cukup kuat hingga membuat truk tersebut oleng dan akhirnya menabrak sebuah rumah kosong. Membuat para anggota kepolisian yang berada di dalamnya terluka.

Menghentikan konvoi mobil polisi dan para pencari berita.

Sementara beberapa mobil polisi yang mengiringi pun berhenti dan membantu para anggota polisi yang terluka dan meminta bantuan.

Sementara itu di dalam ruangan yang berada di area markas besar kepolisian, tampak beberapa orang sibuk melakukan komando.

“Apa yang terjadi komandan Arie?”, kata seorang jendral berbintang tiga kepada bawahannya. Jendral tersebut adalah komandan satuan tugas yang ditunjuk oleh sang Wapres untuk menyelesaikan permasalahan M.E.

“Siap Jendral, kami masih berusaha untuk menangkap M.E.”, jawab sang komandan.

“Berita di televisi membuat kita jadi seperti anak kecil yang tidak becus. Masa menangkap 1 orang saja susah?”, tanya sang Jendral mengintimidasi.

“Siap Jendral. Kita sudah berhasil memojokkan target di utara. Tampaknya target kita mendapatkan bantuan, karena dari gedung tersebut banyak sekali penembak jitu yang membuat pasukan anti teror terdesak.”, penjelasan sang komandan.

“Tidak berguna kamu!!! Ayo kita ke ke TKP!!”, perintah sang Jendral.

“Siap laksanakan…”, sahut sang komandan.



Sudah beberapa jam berlalu, matahari sudah tidak menampakkan diri lagi. Entah malu, entah pula enggan. Tergantikan oleh gelapnya awan jenuh akan air. Seakan ikut bersedih akan peristiwa yang terjadi di negeri ini.

Live report yang menunjukkan betapa beratnya perjuangan para anggota kepolisian untuk menumpas kejahatan atas nama keadilan dan demi ketentraman masyarakat kota ini.

Banyak ulasan yang dibuat oleh manusia yang menamakan dirinya ahli terorisme. Mengutarakan rencana demi rencana yang harusnya di lakukan oleh para anggota kepolisian.

Sedangkan kenyataan berkata lain. Banyak anggota polisi anti teror yang tewas dan terluka oleh semua serangan yang di lancarkan oleh M.E melalui alat yang dikontrolnya.

Sementara tembakan dari gedung sudah mulai berkurang.

Sehingga memberi kesempatan bagi para polisi anti teror untuk menarik mundur teman, anggota maupun anak buah yang tewas dan terluka. Entah seberapa banyak dari mereka, namun kedatangan sang Jendral memberikan api semangat baru bagi para polisi anti teror yang memang sudah kehilangan daya tempur.

Di sebuah mobil komando tampak sang Jendral sedang merencanakan serangan terakhir yang diikuti oleh beberapa alat tempur yang meliputi mobil taktis dengan senjata kaliber besar dan beberapa bazzoka, dan sebuah helicopter lengkap dengan senjata pelontar untuk serangan jarak jauh.

Tampak pula seorang pemuda di antara kerumunan para petinggi polisi yang memberikan instruksi. Pemuda yang namanya sempat menggegerkan dunia hitam ketika dia menghancurkan markas The Assosiation seorang diri.

Sementara itu, di lantai empat gedung tua ini, tampak seorang pemuda yang dikenal dengan sebutan M.E juga sedang mempersiapkan serangan terakhirnya.

Mempersiapkan serangan kejutan yang terakhir bagi para anggota polisi anti teror.

Hujan pun turun dengan begitu derasnya, kilat sambar menyambar menerangi langit hitam dengan cahaya putih di sertai dengan gelegar suara halilintar. Seakan-akan langit ikut murka dengan semua tingkah makhluk dunia ini.

Tiba-tiba lampu sorot menyala dari berbagai sudut menerangi gedung tua ini. Mencoba memberikan efek silau bagi para penembak jitu yang bersembunyi di beberapa lantai gedung ini. Tak lama kemudian terdengar deru suara mobil taktis bergerak mendekati area gedung ini. Diiringi oleh kurang lebih satu kompi polisi anti teror lengkap dengan baju anti peluru dan helm pelindung kepala serta senjata serbu dilengkapi dengan infra merah.

Tiba-tiba bunyi letusan senapan laras panjang terdengar beberapa kali dengan sasaran lampu sorot yang menerangi gedung tua itu. Kegelapan pun menyapa, disambung dengan rentetan serangan dari minigun M134D yang berasal dari lantai satu, tiga dan lima. Terlihat dari dua sudut yang berbeda dari setiap lantai, senapan mesin yang biasa dipakai oleh helicopter tempur tersebut memuntahkan timah panas, menyasar pada rombongan polisi anti teror yang berlindung dibalik mobil taktis.

Teriakan demi teriakan pun terdengar. Tak lama kemudian tembakan balasan dilancarkan dari mobil taktis dengan senapan mesin M50. Memperlihatkan kelebat sinar merah silih berganti dari atas gedung maupun dari bawah gedung. Bersamaan dengan serangan itu terdengar dentuman yang berasal dari bagian belakang polisi anti teror, ketika beberapa dari mereka melepaskan tembakan bazzoka ke arah gedung. “BOOM…!!!”, bunyi ledakan ketika beberapa bagian dari gedung tua tersebut bersentuhan dengan peluru dari bazzoka.

Bunyi senapan mesin M50, terdengar kuat menutupi suara helicopter yang terbang rendah menyerang dari sisi belakang gedung. Bunyi pecahan kaca dan benturan peluru kaliber 12,7mm dengan dinding semen terdengar begitu mengerikan.

Tiba-tiba ledakan keras terjadi disertai dengan bunga api yang cukup besar, ketika helicopter yang menyerang dari bagian belakang gedung ini meledak dikarenakan tabrakan dari drone yang membawa bom. Ledakan tersebut seperti menghentikan waktu beberapa saat, membuat para petinggi anggota kepolisian yang tadi merasa di atas angin menjadi kecut. Karena mereka tidak menduga serangan kejutan dari helicopter tempur mereka dapat digagalkan dengan begitu singkat. Apalagi ketika sebuah ledakan hebat menghancurkan mobil taktis yang menjadi pelindung para polisi anti teror. Membuat getaran yang cukup kuat, dan menghancur kaca rumah dalam radius 500 meter dari tempat kejadian.

Ledakan tersebut menghabisi polisi anti teror yang berada di sekitarnya, melemparkan mereka ke segala arah.

Tidak hanya itu, ledakan tersebut juga mengganggu kalibrasi senjata otomatis yang terdapat di dalam gedung. Membuat arah tembakan menjadi tidak terarah.

Lalu terdengar sebuah drone meluncur cepat dan menghantam sebuah mobil polisi yang berderet rapi dengan mobil taktis yang menjadi markas komando sementara bagi operasi ini.

Drone yang membawa peledak C4 dengan detonator waktu menghempaskan deretan mobil polisi dan para anggota kepolisian yang berada di area tersebut.

Pijaran api dari bahan bakar yang tumpah menambah kepanikan dan membuat suasana malam menjadi begitu mengerikan. Erangan dan teriakan kesakitan terdengar bersahut-sahutan. Menambah kepedihan malam berdarah ini.

Markas komando sementara yang berjarak hampir 200 meter dari lokasi pertempuran pun luluh lantak oleh ledakan bom. Tampak sesosok manusia berdiri dari antara ilalang karena sempat terlempar akibat ledakan tersebut. Dengan tubuh penuh luka dan darah mengalir dari beberapa bagian. Namun sorot mata yang tajam tidak hilang akibat luka tersebut.

Lelaki tersebut segera berlari menghampiri sang jendral yang terluka cukup parah, memapahnya meninggalkan tempat ini.

Membawa sang Jendral mundur beberapa puluh meter di tempat para pencari berita yang juga terguncang akibat ledakan hebat sebelumnya. Meminta bantuan kepada para polisi yang berjaga di tempat itu untuk membawa sang Jendral ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Tak lama kemudian terdengar suara gemuruh yang sangat kuat ketika gedung dengan tinggi 6 lantai tersebut runtuh. Setelah mendapatkan hantaman dari berbagai sisi dan mengurangi kekokohan bangun tersebut. Mengakhiri drama pengejaran dengan dalih terorisme.



Sementara di waktu yang sama di tempat Paidi dan Song Ji berada.

Siaran langsung dari hampir semua saluran televisi negeri ini, memberitakan betapa mengerikan dan menakutkannya situasi di tempat Michel atau M.E diburu.

Namun semua siaran langsung tersebut terhenti ketika ledakan hebat yang meluluh lantakkan beberapa mobil taktis yang menyerang gedung tua tempat persembunyian Michel.

“Gila…”, kata Paidi mencoba menjelaskan situasi di sana.

“Gila?”, sahut Song Ji mempertanyakan dengan dahi berkerut.

“Yah gila memang, seorang diri bertahan dari serangan para polisi anti teror, dan akhirnya mendesak mundur mereka.”, jelas Paidi.

“Semua itu sudah masuk dalam rencananya Mr Paidi, semua sampai dengan jalan melarikan diri ketika serangan kejutan terakhir tidak memberikan efek yang berarti. Dia sudah mempersiapkan semuanya.”, jelas Song Ji.

“Harus aku akui, dia adalah orang yang sangat mengerikan.”

“Seorang yang pantas menyandang nama legendaris. Karena apabila aku yang berada diposisinya, belum tentu aku dapat lolos dari sergapan pertama.”, lanjut Paidi.

“Yah, dia memang mengerikan. Tapi ini masih belum berakhir Mr Paidi, karena sasaran berikutnya adalah kita.”, jawab Song Ji tegas.



THe eND of Season One
 
Aaa selesai tapi ngeselin....


Itu kenapa itu.... aaaaa
 
Finish.
Menunggu season 2 mulai.
Terimakasih suhu atas karyanya :mantap:
 
Untung ada yg ngangkat j
Jadi sempet baca


Sesen loro di paidi
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd