Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nafsu Lama Bersemi Kembali (With Tania, Mantanku Anggota Paskibra)

Suasana di restoran malam ini cukup ramai. Tamu yang tengah menyantap makanan juga beragam. Ada keluarga kecil (suami, istri, dan satu orang anak) tengah menyantap sop iga sambil berbincang. Di sisi lainnya, ada sepasang sejoli, usia sekitar 25 tahun mungkin, sedang asyik bercanda mesra. Ada juga pria 30an menyendiri sambil menikmati rokok dan kopinya di area smoking room. Sementara aku sendiri duduk seorang diri menunggu makanan yang kupesan siap dihidangkan.

Tak lama, makanan yang kupesan sudah diantar oleh pelayan ke mejaku. Aku memilih Tuna Aglio Olio untuk mengganjal rasa lapar malam ini. Pasta selalu jadi pilihan terbaik, karena tidak seberat nasi, tapi cukup mengenyangkan. Rasanya pun tidak terlalu hambar seperti makanan western lainnya. Awalnya ekspektasiku tidak terlalu tinggi. Tipikal makanan hotel bintang 5 biasanya hanya memuaskan visual. Tapi harus kuakui Aglio Olio ini porsinya cukup banyak dan rasanya juga enak. Orange Juice yang kupilih sebagai pelengkap juga berkualitas baik: segar dan manis.

Sekitar 15 menit menikmati makan malam, aku pun segera beranjak menuju lift. Angka 21 menyala jingga saat kutekan. Pintu tertutup perlahan, dan aku pun beranjak dari bumi menjadi lebih dekat dengan angkasa. Kerja kerasku bertahun-tahun belakangan nyatanya membuahkan hasil. Menyewa kamar hotel bintang 5 bukanlah perkara besar. Aku bisa melakukannya 10 kali berturut-turut tanpa khawatir kehabisan nafas seperti anak kos. Tiba di lantai yang dituju, kakiku melangkah menyusuri lorong yang sunyi beralas karpet. Wewangian melingkupi tiap sudut hotel ini. Aku terus melangkah perlahan di antara pintu-pintu bernomor ganjil dan genap. Langkahku pun terhenti pada pintu berangka 2121. Kukeluarkan kartu kunci dari saku lalu kutempelkan pada sensor di pintu. Cahaya hijau berpenda menandakan pintu tak lagi terkunci. Dengan perlahan kubuka pintu itu.

Cahaya kuning menyinari seisi kamar itu. Layaknya hotel pada umumnya, aku disambut oleh lorong pendek dengan lemari di sisi kanan dan pintu kamar mandi di sisi kiri. Di ujung dapat kulihat gorden setinggi langit-langit dan selebar ruangan, megah disorot pendaran-pendaran lampu. DI tengah kamar terdapat kasur King Size dengan seprai dan sarung bantal serba putih. Di situlah, kontras kulihat Tania duduk dengan sangat erotis. Ia duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Kakinya yang jenjang dibuka lebar-lebar. Celana Jeansnya entah sudah terbang kemana, ia memamerkan celana dalam hitam yang menunjukkan lekukan kewanitaannya. Dapat kulihat juga sedikit rambut kemaluannya menyembul dari sisi-sisi celana dalam itu.

Naik ke atas, aku disajikan perutnya yang rata. Nampaknya kegiatan nge gym yang rutin ia lakukan setahun belakangan (kuketahui dari update Instagramnya) memang berbuah manis. Garis-garis six pack terlihat samar, menandakan kadar lemak tubuhnya cukup rendah. Sedikit lagi naik, bra berwarna hitam dengan mantap menyelimuti dua bongkah misterius. Meski payudara Tania memang berukuran kecil, namun, lagi-lagi adalah buah konsistensi olahraganya, terlihat kencang dan tidak kendur.

Jaket merahnya masih ia kenakan. Kedua tangannya mengarah ke atas kepala. Terlihat tangan itu diikat kuat oleh tali. Bibirnya yang cukup tebal sedikit membuka, mengeluarkan nafas yang berat dan menderu. Kepalanya bergerak seolah enggan menatap ke depan,namun matanya tak kuasa menahan diri untuk mengintip dan melihat apa yang ada di depannya. Di depan Tania terpampang sebuah layar TV yang besar. Layar itu menampilkan adegan film porno. Saat ini kulihat adegan itu adalah si wanita tengah bergerak naik turun di atas si pria. Matanya terpejam, menikmati irama woman on top yang ia mainkan. Suara desahan aktris itu begitu sensual mengisi kesunyian kamar ini.

Tentu aku yang bertanggung jawab atas keadaan Tania saat ini. Aku yang mengajaknya ke hotel ini, setelah karaoke, dan aku juga yang mengikat dan memaksanya menonton film dewasa itu. Keadaan ini setidaknya sudah berlangsung 40an menit, dimana aku pergi makan malam tadi.

Kuhampiri Tania di atas kasur. Kubuka sambungan ikatan tangannya yang tersambung ke dinding, namun tanpa mengikat ikatan yang menyatukan tangannya. Kugeser posisi duduk Tania sedikit maju. Aku duduk di belakang Tania. Tania kini di depanku, masih duduk menatap TV. Aku bisa menghirup aroma rambutnya dari jarak sedekat ini. Kuciumi perlahan lehernya yang jenjang dari sebelah kanan, sementara tanganku membelai lembut pinggir celana dalam Tania, tanpa menyentuh vaginanya.

Perlahan kubisikkan di telinganya “Kamu udah basah banget disini ya…”

Kugesekkan jariku pada celana dalamnya bagian depan. Luar biasa basah celana dalam itu, sampai tembus ke luar. Nafas Tania semakin memburu. Lantas kumasukkan seluruh tanganku ke balik celana dalam itu untuk menyingkap apa yang disembunyikan di baliknya. Tanganku lantas disambut oleh sumber genangan air itu. Vagina Tania sudah benar-benar basah dan licin. Sayang, pelumas itu belum bersambut oleh apa yang dicari. Kumainkan jari-jariku pada belahan vaginanya. Pada klitorisnya. Pada bibir vaginanya. Tania merespon tiap sentuhan dengan hentakkan pada tubuhnya dan teriakan kecil yang menawan.

“hhhh.. ahhh… ooooh… iyah…” lenguh Tania tanpa henti

Kugerakkan tanganku pada kedua dadanya yang masih tertutup bra. Kusingkapkan kedua bra itu, maka muncullah dua gundukan yang sangat indah. Kecil, bulat, dengan puting yang sudah tegak sempurna. Aku menggoda Tania dengan tidak langsung memainkan puting itu. Aku biarkan jari-jari dan remasan tanganku mengeksplorasi seluruh dadanya, kecuali putingnya. Tania menikmati permainanku itu, namun jelas nampak tak sabar, ia ingin merasakan kenikmatan yang lebih besar, tentu rangsangan pada putingnya yang ia maksud. Dari belakang aku bisa melihat Tania melihat kedua dadanya yang tengah aku permainkan dengan penuh nafsu dan penasaran.

Tak kuasa menahan nafsunya, Tania memalingkan wajahnya ke kanan. Ia membuka mulutnya, sedikit menjulurkan lidahnya, dan matanya melirik nakal ke arahku. Bibir kami berdua lantas bertemu. Kulumat bibir bagian bawah Tania dengan lembut dan mesra. Lidah kami juga saling melilit, seperti ular yang tengah bertarung memperebutkan mangsa. Nampaknya aku keluar sebagai sang ular pemenang, karena lidah Tania kini tak berdaya takluk dalam lumatan ciumanku. Kuhisap lidah itu dengan irama yang cukup kuat, bagaikan anak kecil yang tengah menikmati permen yang tak pernah habis, kuhisap, kulumat, kuhisap, kulumat, terus seperti itu. Suara Tania tentu tak bisa terbendung dengan permainanku itu. Dapat kurasakan hangat nafasnya saat kujelajahi seluruh rongga mulutnya.

Untuk menambah tensi permainan kami, jemariku akhirnya mendarat di putingnya. Dapat kurasakan betapa tegangnya putih Tania. Aku segera tumbangkan puting yang angkuh itu dengan meremas, menekan, memilin, dan menariknya. Dihadapkan serangan pada dua titik secara bersamaan membuat kenikmatan semakin mendekati puncak kepala Tania. Tempo ciuman Tania semakin tak beraturan dan seranganku semakin tak terbendung. Dada Tania bergerak tak bisa diam, guna menahan sensasi pada kedua putingnya yang sangat deras.

“Ooooh… Ahhh.. my Goood… enak banget…” Tania meracau dengan liar

Aku bisa merasakan sebentar lagi Tania akan mencapai puncaknya, maka kulepaskan kedua seranganku pada bibir dan dadanya. Segera kulayangkan tanganku pada selangkangannya yang terbuka lebar. Kuraih celana dalamnya, dengan sekuat tenaga, kurobek celana dalam itu dan kulempar jauh. Tania terkejut dengan kejadian itu. Tak sempat merespon apa yang tengah terjadi, Tania langsung mendesah kencang sambil menatap jari-jemariku yang sudah masuk menjelajahi liang senggamanya.

“ahhh.. kak.. mmmh.. hahh.. hahh.. hahhh….. ooouhhh… shhh.. terus.. terus.. kak… hahhh”

Sensor peraba di jariku mampu merasakan detail organ kewanitaan Tania. Sungguh, pelumas membanjir keluar sampai membasahi tanganku yang berada di luar. Kujaga irama keluar masuk dengan teratur, menggesek dinding vagina lalu menyampaikan impuls-impuls kenikmatan ke ujung-ujung syaraf Tania. Semakin lama, kunaikkan tempo fingering ini. Hentakan juga kuberikan, membuat tubuh Tania bergetar. Tania menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Matanya juga sesekali terpejam untuk menghayati sensasi yang terus berakumulasi itu.

Pada puncaknya, kurasakan dinding-dinding kewanitaan itu seolah menyempit, menjepit jariku yang terjebak disana. Saat itulah kuketahui Tania siap untuk orgasme. Aku tak mengurangi tempo permainan jariku. Tiba-tiba aku merasakan cairan deras mendorong dari sana. Tania pun memuncratkan cairan kenikmatannya dengan tak beraturan.

“Aaaahhh… oooooohhhhhhh… hohhhhhh”

Tubuh Tania mengejang diiringi lenguhan panjang itu. Matanya terpejam, mulutnya terbuka lebar dan lidahnya sedikit terulur. Dapat kulihat liurnya sedikt mengalir dari ujung lidahnya itu. Punggungnya sangat erotis membentuk lengkungan sampai ke pinggulnya. Kakinya berusaha menutup, namun tak kuasa karena tali masih memaksanya untuk terus memamerkan betapa indahnya rahasia kewanitaannya itu saat menghujani kasur dengan cuaca tak beraturan.

Tania pun menyatu dengan semesta. Kedutan pada vaginanya terus melemah, begitu juga dengan kesadaran Tania. Ia pun tertidur dalam kenikmatan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd