Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mabataki ~ Kisah hidup di negara orang

Updatenya besok ya :pandabelo:
Sibuk sekali ini, biasalah akhir tahun.


kurang panjang, brad :pandaketawa: tapi gpp lah, thanks updaetannya :beer:
Masih sibuk, jadi pelan-pelan dulu :pandabelo:
Belum ada ikeh ikeh kimochinya ini suhu...
Ikeh-ikeh yang bisa jangka panjang dan gratis harus usaha pdkt dulu hu :pandajahat:
Waduh, pengalaman perjaka yaa, malah dimanfaatin, enak apa enak hu? 😂
enak enak hu :pandaketawa:
Sekarang masih suhu?
Lala Kudo huu cantik bet tuh imut-imut toket sekel 🤤
Buat apa imut sekel kalau ga bisa dipegang? :pandaketawa:
Azumi harus aktif dan pede dong..
waduh, berat hu... Tapi ditunggu saja, siapa tau ke depannya ditempa pengalaman :pandajahat:
 
Chapter 11

Ruang bersama Asrama

"Halo, namaku Azumi. Aku penghuni kamar nomor 302. Berasal dari Indonesia. Salam kenal semuanya!"
, aku sedikit membungkukkan badan setelah selesai berkenalan.
"AH!! Kamu!", tiba-tiba ada seorang wanita yang berdiri dari kursi sambil menunjuk ke arahku. Otomatis semua mata langsung tertuju ke arahnya.
"Ada apa, Liu-san?", Takada-sensei yang memimpin acara pada malam itu bertanya. Namun Liu hanya terdiam dan kembali duduk. "Maaf, gapapa sensei"
Aku pun tiba-tiba teringat, dia itu cewe yang mandi pagi-pagi sambil nyanyi itu. Kayaknya sih aku harus minta maaf nanti.
Jadi malam ini adalah acara pesta penyambutan penghuni asrama yang baru, jadi hampir semua penghuni asrama berkumpul dan saling memperkenalkan diri di sini. Karena lumayan banyak, agak susah mengingat nama-namanya. Pada malam itu juga hidangan dipersiapkan oleh Takada-sensei, yang ternyata jago masak sambil dibantu beberapa murid. Jadi makanannya itu prasmanan dan kita bawa ke meja masing-masing. Setelah ambil makanan aku jalan menuju ke meja Liu.
"Permisi, Liu, boleh duduk di sini?", tanyaku sambil menunjuk kursi yang ada di depannya. Dia hanya mengangguk.
"Umm... Salam kenal. Aku Azumi"
"Liu"
"...... anu... Maaf ya waktu itu, ga sengaja"

Tiba-tiba matanya melotot ke arahku. Tapi dia tidak berkata apapun, hanya melihat ke arahku, mungkin sedikit marah. Entah juga, Aku tidak bisa membaca pikiran, apalagi pikiran seorang wanita.
"Yah... Ya udah sih. Gapapa."
Liu ini orangnya terlihat judes dan jutek banget, tapi kalau ke sesama orang Cina dia terdengar banyak bicara. Waktu di acara ini juga, dia banyak mengobrol dengan temannya sesama orang china yang ada di sebelahnya, dan aku yang berhadapan dengannya cuma bisa bengong karena sama sekali tidak paham bahasa Cina.
"A.. Aku pindah ke sana ya. Bye, Liu-san", aku pun melarikan diri berpindah ke meja tempat Carlos dan Eliza, dan malam itu banyak ngobrol lagi sama mereka setelah lama tidak ketemu.


Kamar Azumi

Aku merebahkan diri di atas futon, masih kepikiran Liu-san. Bukan, bukan badannya ataupun siulannya di pagi itu, tapi sikapnya yang 'dingin', apa mungkin dia makin marah? Lagian kan waktu itu ga sengaja, siapa sih yang ngira bakal lihat pemandanga seindah itu di pagi hari begitu? Hah, mungkin selanjutnya minta maafnya sambil ngasih hadiah kali ya.
*tingtung*, suara notifikasi dari hapeku berbunyi.
"Jadinya kita mau tampil apa nih?", itu adalah pesan dari Toru. Jadi di acara hanami nanti, kita yang sudah dibagi-bagi kelompok disuruh untuk memberikan pertunjukan kecil-kecilan gitu dan tentu saja aku, Toru, Hana, Mei dan Elvi jadi sekelompok.
"Pertunjukan drama atau nyanyi mungkin?", ku mencoba melemparkan ide.
read
1...
2...
3...
4...
dih kebiasaan nih, ngeread doang tapi ga ada yang bales. Kayaknya sih mendingan dibahas waktu ketemu langsung aja, pikirku sambil melempar hapeku ke atas kasur. Aku bersiap-siap untuk pergi belanja makan malam dan pagi esok harinya..
Ya, aku memang lebih suka belanja di malam hari, Jalanan jauh lebih sepi dan tenang, di kota ini hampir semua kegiatan selesai di jam 8, bahkan di jalanan yang berjajar kafe-kafe pun biasanya sudah tutup begitu matahari terbenam, mungkin hanya satu dua yang masih buka, jauh dari kata hiruk-pikuk malam. Selain itu, salah satu alasan utama untuk belanja di malam hari adalah makanan diskon, jadi di supermarket yang jaraknya sekitar 20 menit dari asrama selalu ada diskon makanan ketika sudah di atas jam delapan malam. Mulai dari bento box sampai aneka lauk pauk bisa diskon sampai 50 persen, walaupun pilihannya terbatas karena memang hanya barang yang tersisa hari itu.
Bayangkan aja, bento box yang isinya nasi, ikan, sayur-sayuran plus dilengkapi nori dan mayones bisa dibeli dengan harga 200 yen, dari yang biasanya 500 yen. Mantap kan? Bisa hemat dan makan enak! Sepanjang perjalanan aku selalu menyempatkan diri untuk menelpon Sakura, karena jujur saja berjalan sendirian malam-malam di pinggir jalan raya yang sepi itu rasanya lumayan menyedihkan.
"Halo, Sakura"
"Oh, sudah jam segini ya, kamu mau berangkat belanja?"
"Iya. hehe, sudah hapal ya sama kebiasaanku?"
"Ya begitulah. Kamu jangan makan gorengan terus ya. Makan sayur juga."
"Iya.. Iya... Kok kamu lama-lama jadi kaya ibuku sih"
"Ih... Oh iya. Gimana? Kamu liburan musim panas jadi main ke Tokyo?"
"Sepertinya sih bisa. Aku masih harus cari baito juga nih"
"Heee, Kamu kan bahasa Jepang udah jago, pasti gampang lah ya"
"Nggak juga! Bahasa Jepang masih belepotan gini. Kamu ngeledek ya?? Kamu pernah baito gitu nggak?"
"Nggak pernah. Lagian sekolahku ga ngebolehin baito, Ortuku juga pasti ngelarang. Tahu kan mereka lumayan strict"
, aku bisa mendengar suara menghela napas dari ujung telpon.
"Eh! Kamu beli potato chips lagi ya??", gila ini anak telinganya tajam juga ya, bisa dengar suara bungkusan potato chips ukuran jumbo yang kumasukin ke dalam keranjang. Emang sih aku akhir-akhir ini jadi suka makan potato chips di malam hari. "Kamu kalau ngemil terus bisa gendut lho. Nanti kalau gendut ga ada yang mau sama kamu."
"Kamu ya, beneran uda kaya mama aku"
, ujarku sambil tertawa. "Tapi potato chips enaaaak! Lagian aku juga rajin olahraga, kamu ga usah khawatir"
Lagi-lagi suara menghela napas terdengar dari ujung telpon. Ya, begitulah obrolan kami memang lebih sering tidak berfaedahnya, tapi aku sungguh menikmati saat-saat itu, mendengar suaranya, tawanya, benar-benar membuat hatiku lebih rileks.


  1. Baito adalah singkatan dari "Arubaito" yang berarti kerja paruh waktu (part-time). Ini adalah bahasa serapan dari Bahasa Jerman.

Mulustrasi
ME5JKEL_t.jpg

Liu​
 
Terakhir diubah:
Chapter 12

Kieda City Park


Tunas-tunas bunga sakura mulai bermunculan, menandakan bahwa musim dingin sudah resmi berakhir. Hana berdiri sedangkan aku berlutut di hadapannya, mata kami saling menatap satu sama lain.

"Wahai Tuan putriku, apakah diri ini bisa selalu berada di sisimu, menemanimu menjalani hidup?"

"Tentu saja"
, jawab Hana sambil tersenyum, senyumannya benar-benar membuat hati ini berbunga-bunga. Tangannya terbuka dan aku pun langsung melompat memeluknya, aku bisa merasakan hangat tubuhnya dan gundukan daging yang ada di dadanya. Tentu saja aku langsung terbayang kejadian di rumah Hana waktu itu. Bukan hanya hatiku yang berdegup kencang, penisku juga sedikit berkedut.

"Cut!!!", Toru menepukkan tangannya. "Kalian mungkin ada bakat buat akting lho"

Entah dia beneran memuji atau ada maksud sarkas di balik kata-katanya. Yang pasti akibat dari pelukan itu Azmi junior mulai menggeliat bangkit dalam sarangnya.

Kembali lagi, kenapa kita melakukan ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena kita menentukan kalau kita bakalan menampilkan drama singkat original buatan Elvi. Ya, dia yang menulis semua dialog dan screennya, sedangkan Toru sok-sokan jadi sutradara.

"Gimana? Empuk ga?", tiba-tiba Toru berbisik membuatku tercekat dan berusaha keras menyembunyikan gundukan yang mulai nampak di celanaku. Toru nampak sadar dan langsung tersenyum lebar. "Bikin iri aja kamu", katanya sambil tertawa.

Jadi karakter yang kita mainkan pun sebenarnya diundi. Hana menjadi tokoh utama wanita, aku menjadi tokoh penjaga yang diam-diam mencintai Hana. Elvi memerankan tokoh pangeran yang dijodohkan dengan tokoh utama. Toru menjadi tokoh raja, orang tua dari tokoh utama, sedangkan Mei menjadi pelayan tokoh utama. Alasan utama kita latihan di tempat terbuka seperti ini pun juga biar lebih percaya diri.

"Aku ijin ke kamar mandi dulu ya", ucapku pada yang lain.

"Mau mengasah pedang dulu nih?", ditimpali Toru sambil tertawa sedangkan yang lainnya tampak tidak menanggapi lelucon kotor itu.

Kamar mandi umum di Jepang seperti utamanya di taman ini biasanya lebih bersih dan terawat di tempat lain, jadi menggunakannya pun tidak merasa jijik, walaupun katanya juga ada tempat yang benar-benar jorok tapi selama di Jepang aku belum pernah lihat.

Begitulah hari itu kami beberapa kali lagi melatih adegan per adegan sampai matahari mulai terbenam dan kami pun memutuskan untuk pulang, karena Toru pun harus naik kereta untuk pulang ke rumahnya yang terletak di kota Nagano. Mei dan Elvi juga harus ke tempat kerja part-timenya, jadi hanya tersisa aku berdua dengan Hana.

"Umm... Yuk pulang", ajakku, namun baru beberapa langkah, Hana menahan tanganku, tanpa satu patah kata pun dia menarikku ke arah toilet umum yang ada di taman itu.

"Hana..."

"Udah, diem! Ikut aja"
, katanya sambil menyeretku ke arah toilet wanita, menuju salah satu bilik toilet yang ada di sana. Dengan sedikit kasar Ia mendorongku ke dalam.

*Klik* Ia mengunci pintunya, kini kita berdua ada di dalam toilet wanita di tengah taman itu. Karena hari sudah mulai malam, tidak banyak pengunjung yang lewat, tapi tetap aja ada rasa yang aneh berduaan dengan seorang wanita di dalam bilik toilet, apalagi toilet wanita. Ini baru pertama kalinya aku masuk ke toilet wanita.

"Buka!", kata Hana singkat sambil menunjuk ke arah celanaku.

"Tapi Hana..."

"Buka!"
, Ia tidak mendengarkan protesku sama sekali, wajahnya saat itu mengingatkanku kembali pada hari itu. Aku pun perlahan membuka celana jeansku dan meloloskannya, sekali lagi membiarkan Hana untuk melihat bagian paling privat milikku itu.

Hana yang hari itu mengenakan sweater berwarna putih dan rok jeans sepaha sudah tersenyum penuh kemenangan. Dia menyibakkan rambutnya ke samping dan menyuruhku membuka mulut. Ia tanpa rasa ragu meludah ke arah mulutku dan memaksaku untuk menelannya.

Aku sih yakin kalau dia orangnya bersih, jadi tidak akan masalah sih, tapi tetap saja, rasanya harga diriku sebagai seorang pria diinjak-injak olehnya. Belum puas, Hana kembali bermain-main dengan penisku seperti sebelumnya.

"Aku tau kamu tadi memikirkan hal-hal mesum sewaktu meluk aku. Anak nakal harus dihukum", katanya berbisik pelan tepat di telingaku, membuatku makin terangsang.

Baru beberapa menit mempermainkan penisku, Hana membuka roknya hingga terlihat celana dalam putih yang Ia pakai. tanpa permisi tanpa peringatan Ia langsung duduk mengangkangiku sambil menghadap ke arahku. Buah dadanya yang sekal itu kini terpampang jelas di hadapanku sedangkan penisku merasakan kehangatan selangkangannya yang masih tersembunyi di balik celana dalamnya.

Perlahan ia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur di atas penisku, tubuhku langsung mengejang karena kenikmatan ini.

Selang beberapa menit tiba-tiba terdengar suara segerombolan orang yang mengobrol di depan toilet, mungkin orang-orang pulang kerja, ada beberapa wanita dan pria kalau dari suaranya. Tapi bukannya menghentikan gerakannya, gerakan Hana malah makin intens, aku pun berusaha keras untuk menutup mulutku agar tidak muncul suara desahan. Aku bisa mendengar beberapa wanita masuk ke dalam toilet, bahkan menggunakan bilik di samping kami. Hana menutup mulutku agar tidak mengeluarkan sama sekali padahal gerakan pinggulnya semakin kencang. Kejadian tersebut kira-kira hanya terjadi sekitar sepuluh menitan tapi rasanya seperti berjam-jam sebelum rombongan itu pergi meninggalkan toilet.

Setelah "siksaan" itu entah karena tidak kuat lagi atau karena diri ini merasa sudah 'aman', aku langsung mengerang dan berejakulasi dengan hebat. Setelah kenikmataan sesaat itu, lagi-lagi timbul rasa bersalah dalam diri ini walaupun tidak sebesar waktu pertama kali melakukan 'dosa' ini.

"Aaah, jadi kotor semua kan", kata Hana sambil tersenyum. Aku bisa melihat bercak sperma dan basah di celana dalamnya. "Bersih-bersih deh, kita pulang. Kamu anterin aku sampai rumah", dibanding permintaan, kata-katanya ini lebih seperti perintah. Setelah membersihkan sisa peperangan ini menggunakan tisu yang ada di sana, kami pun berjalan pulang. Hanya ada keheningan di antara kita tapi aku bisa melihat wajah Hana yang nampak sangat bahagia.

Sesampainya di depan rumah Hana, ia kembali menahanku sebelum pergi meninggalkannya, kali ini Ia melepaskan celana dalamnya. Ya, bayangin! Celana dalamnya dilolosin begitu dari balik roknya dan langsung diletakkan di atas tanganku. Untung saja waktu itu sudah malam, jadi sepertinya tidak ada orang yang lihat adegan absurd itu selain diriku.

"Hadiah buat anak baik", katanya dengan senyuman yang sangat amat manis sebelum ia menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut.

Aku sama sekali ga bisa mengerti apa yang ada di dalam kepalanya. Aku hanya terdiam mematung melihatnya menghilang masuk ke kamarnya, masih dengan celana dalamnya di genggamanku. Kulihat celana dalam berwarna putih yang ada di genggamanku itu, ada sedikit noda sperma dan juga basah di bagian depannya.

Ini apa artinya?

Aku... Bingung...


Mulustrasi
ME5ET5J_t.jpg
 
Terakhir diubah:
Langsung dua chapter :pandabelo:
Selamat bermalam mingguan dengan tangan tercintah.

Btw, suhu suhu ada yang berminat jadi tester untuk cerita ini ga ya? Jadi baca cerita ini sebelum dipost ke sini.
Tugasnya sih saran-kritik misalnya bagian mana yang perlu didetailkan lagi, sama kasih tau istilah atau situasi yang mana yang perlu ditaruh ke footnote, soalnya kadang bingung yang mana yang perlu dijelasin.
Kalau ada yang berminat boleh PM :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd