Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mabataki ~ Kisah hidup di negara orang

Chapter 15

Aku berdiri di depan apartemen milik Hana, sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika aku masuk ke dalam rumahnya. Tidak akan jauh-jauh dari apa yang sudah terjadi sebelumnya. Tapi, entah mengapa tubuh ini tetap bergerak ke sini. Mungkin alam bawah sadarku sudah menyukainya dan ingin merasakan sensasi itu lagi.

*Ping pong*
"Iyaa. Tunggu sebentar", Suara Hana samar terdengar dari dalam. "Ah, Azumi. Ayo masuk"


Aku meletakkan plastik berisi snack yang baru saja kubeli di atas meja kecil yang ada di tengah ruangan. Hana masih menggunakan wajahnya yang biasa, yang ceria dan 'normal', sedangkan pikiranku sudah melayang-layang ke mana-mana, membayangkan apa yang akan Hana lakukan hari ini.

"Oh, kamu beli snack juga ya. Terima kasih", ujarnya sambil duduk di seberang meja. Malam itu, Hana mengenakan baju lengan pendek dan rok ditambah kaus kaki panjang berwarna hitam menutupi kakinya sampai ke area paha.

Tangannya menopang dagunya sambil menatapku. Dengan senyuman yang bisa membuat pria manapun meleleh, tapi dia tak berkata apapun. Semakin dia melihatku, semakin grogi aku dibuatnya.

"Um... Hana?", aku mencoba memanggil namanya, tapi dia hanya tersenyum, entah apa maksud dari senyuman itu.

Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh bagian selangkanganku, tidak lain dan tidak bukan itu adalah telapak kaki Hana. Ia menjulurkan kakinya di bawah meja hingga menyentuh selangkanganku. Walaupun masih ada kaus kaki, celana dalam dan celana yang menghalangi, tetap saja aku bisa merasakan setiap gerakan kakinya itu. Hebatnya lagi, Hana bisa dengan mudah menemukan titik-titik yang bisa membuatku terangsang walaupun hanya dengan telapak kakinya. Ia menggerakannya perlahan dari atas ke bawah berulang-ulang. Akibatnya, penisku langsung menegang.

"Azumi... Kamu mesum ya. Cuma diginiin aja udah terangsang gitu. Kalau begitu, sekarang buka celanamu!"

Entah setan apa yang merasukiku, aku langsung berdiri dan membuka resleting celanaku tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Hanya dalam hitungan detik, celana itu beserta dalamannya sudah lepas dari tubuhku. Kini penisku tegak mengacung di hadapan Hana yang nampak menikmati 'penderitaan'ku itu.

Setelah membuatku menunggu beberapa detik, Hana mulai meniup-niup ujung penisku dengan lembut, bibirnya begitu dekat dengan ujung penisku. Apa dia bisa mencium baunya? Apa sih yang ada di pikirannya saat melakukan ini semua?

Hana kini berlutut di hadapanku, Ia tampak serius mempelajari setiap titik dari penisku, ujung jarinya menyusuri setiap permukaan membuat darahku semakin berdesir dipenuhi nafsu. Aku bisa melihat dadanya yang naik turun seirama dengan nafasnya walaupun masih tertutup oleh kaos yang dia pakai.

Bzzzzzttt, tiba-tiba terdengar suara panggilan masuk di handphone milik Hana. Nampaknya itu panggilan dari Elvi. Nafasku pun sudah naik turun dari 'siksaan' Hana barusan, tapi nampaknya aku harus bersabar dan menunggu sedikit lebih lama sebelum Hana melakukan sesuatu kepadaku.

"Halo, Elvi. Ada apa?", Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan karena aku hanya bisa mendengar suara Hana.

*Ping pong*
Suara bel pintu Hana berbunyi dan untuk pertama kalinya aku melihat wajah Hana yang panik, ia menutup telpon dan melihat ke arahku dengan serius.

"Cepat sembunyi. Masuk ke situ", masih dalam keadaan setengah telanjang Hana mendorongku masuk ke dalam lemari. Aku pun hanya bisa menuruti kata-katanya sambil menutupi penisku dengan tangan. Sedangkan celanaku entah di mana, mungkin dimasukkan Hana ke bawah kolong tempat tidurnya.

Aku hanya bisa berbaring dengan posisi meringkuk seperti bayi karena tempatnya yang sempit, tapi aku bisa melihat ke arah ruangan dari sebuah celah sempit. Lagian kenapa sih aku harus bersembunyi seperti ini, Elvi kan temanku juga.

Aku melihat Elvi masuk dan duduk di tempat yang kududuki tadi.

"Hana... Maaf ya soal yang tadi, tiba-tiba menciummu seperti itu", kata Elvi.
"Nggak apa-apa kok, aku juga cuma agak kaget tadi"
"Hana... Aku ga suka basa-basi, jadi langsung aja... Aku suka sama kamu."


Aku harus menutup mulutku sendiri agar tidak sampai berteriak mendengar pengakuan Elvi barusan. Memang sih Elvi selalu nampak seperti laki-laki, lebih terlihat keren dan cukup tinggi. Rambutnya yang pendek semakin mengukuhkan kesan tomboy dari dirinya. Tapi aku sama sekali tidak pernah menyangka bahwa Elvi seperti itu. Tapi apa yang dia maksud itu suka seperti cinta atau suka sebagai teman. Aku sebenarnya juga sedikit merasa bersalah menguping pembicaraan mereka seperti ini, tapi ya mau gimana lagi, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi kalau aku keluar di saat seperti ini, tentu bukan sebuah momen yang pas.

"E... Eh... Makasih... Tapi...", terlihat Hana terkejut dan tersipu malu. Lagi-lagi sisi wajah Hana yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Namun belum juga ia selesai menjawab, Elvi sudah melompat ke atas meja kecil itu dan menahan kepala Hana di kedua sisinya. Dengan penuh percaya diri, Ia melumat bibir Hana, bahkan lebih intens daripada ketika pertunjukan hari ini. Walaupun Aku hanya melihat bagian punggung Hana, aku bisa mendengar suara kecupan demi kecupan antara mereka berdua.

"Hana... Aku bisa memuaskanmu lebih baik daripada laki-laki manapun di dunia ini", Elvi tersenyum melihat ekspresi kebingungan Hana.

Gila... gila... gila... Aku semakin terangsang melihat dua orang perempuan yang kukenal saling beradu cium, apalagi aku dalam keadaan setengah telanjang seperti ini.

Lidah Elvi pun mulai menyeruak masuk ke dalam mulut Hana, desahan dan suara ciuman langsung memenuhi ruangan, aku hanya bisa pasrah melihatnya. Pasti juga akan lebih awkward lagi kan kalau aku keluar di saat-saat seperti ini. Apa sih yang ada di pikiran Elvi ini.

"Ah, ternyata kamu sudah basah ya. Terangsang juga kamu, enak kan?", kata Elvi ketika tangannya masuk dan menelusuri bagian celana dalam Hana. Hana sama sekali tidak menjawab, wajahnya terlihat merah padam, mungkin dia juga sudah sangat terangsang. Atau jangan-jangan dia sudah basah sejak menjahiliku tadi?

Entah bagaimana sekarang posisinya sudah berbalik, kini Hana sudah duduk di atas meja dengan paha yang terbuka lebar, celana dalamnya sudah terbang entah ke mana. Posisi Hana menghadap langsung ke arah aku bersembunyi, sedangkan Elvi dengan semangatnya mempermainkan bagian paling intim milik Hana. Jemarinya, lidahnya dengan cekatan bermain dengan klitoris Hana. Aku bisa melihat jelas ekspresi wajah Hana yang nampak diserang kenikmatan dari apa yang dilakukan Elvi. Samar-samar bisa kulihat dua jari Elvi masuk ke dalam vagina Hana. Aku bisa mendengar suara vaginanya yang basah dengan sangat jelas, disertai dengan desahan yang semakin membangkitkan nafsuku.

"Jangan... lihat... kemari", kata Hana di tengah desahannya, seolah dia berbicara padaku, namun tangannya malah mulai meremas-remas rambut pirang Elvi. Walaupun hanya sekilas-sekilas, aku bisa melihat bagian vagina Hana yang ditumbuhi bulu-bulu tipis di bagian atasnya.

Elvi hanya butuh beberapa menit untuk membuat benteng pertahanan Hana hancur, Ia mulai meracau tidak jelas sebelum akhirnya ia mengalami orgasme, cairan kewanitaannya menyemprot tepat ke muka Elvi sedangkan Hana sendiri tumbang ke atas meja. Dadanya naik-turun mengikuti irama nafasnya yang terengah-engah. Elvi menyeka cairan yang ada di wajahnya sebelum menjilatinya seolah itu adalah sesuatu yang enak. Jujur saja aku tidak pernah membayangkan sejauh itu.

"Bagaimana, Hana? Nikmat kan?", Elvi tersenyum penuh kemenangan melihat kondisi Hana saat ini. "Aku harus pergi sekarang. Nanti kapan-kapan kita main lagi ya. Bye", katanya sambil merapikan bajunya sendiri kemudian mengecup bibir Hana dan pamit untuk pulang.

Begitu yakin jika Elvi sudah keluar, Aku membuka lemari tempatku besrsembunyi dan memeriksa kekacauan yang dibuat oleh Elvi. Cairan orgasme Hana yang bertebaran, vaginanya yang berkilat karena basah dan juga tubuh Hana yang penuh keringat, ini pertama kalinya aku melihat Hana dalam keadaan seperti ini, ada rasa kasihan namun disaat bersamaan ada nafsu yang bangkit. Tapi aku masih kuat. Aku menahan diriku, ku ambil celana dalam Hana dan kuberikan padanya.

"Nih, pakai. Nanti kamu masuk angin", aku mencoba untuk terdengar sekalem mungkin.
"Coba deh kamu ngaca", jawab Hana sambil tertawa kecil.
Benar juga! Aku juga daritadi tidak pakai celana! Tapi di sisi lain aku agak lega melihat Hana sedikit tersenyum lagi setelah apa yang terjadi barusan.
"Kamu gapapa?", tanyaku lagi memastikan keadaannya.
Ia hanya menggeleng.
"Makasih ya sudah menghibur aku hari ini. Lain kali ku kasih sesuatu deh", katanya sambil lagi-lagi menepuk-nepuk kepalaku seperti anak kecil.

Akhirnya aku pun memutuskan untuk pulang. Tapi lagi-lagi ketika akan berjalan ke pintu keluar, Hana memanggil namaku.

"Jangan menoleh ke sini!", teriak Hana sebelum aku sempat menoleh ke arahnya. Kemudian aku merasakan pelukan dari belakang. Dari aroma harumnya, kehangatannya dan buah dada yang empuk, bisa dipastikan itu adalah Hana. Ia memelukku dengan sangat erat.

"Terima kasih", katanya setengah berbisik sebelum mendorongku keluar dari apartemennya dan menguncinya tanpa aku sempat melihat wajahnya.

Sikapnya ini semakin sulit untuk ditebak, apa jangan-jangan dia mulai ada rasa sama aku? Dan apa yang terjadi antara Hana dan Elvi tadi benar-benar di luar dugaan, aku pun masih bingung harus bereaksi seperti apa nantinya. Tapi entah kenapa aku yakin pasti mereka tidak akan membahas hal ini di sekolah.




Elvi​

Hana​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd