Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Breaking The Princess

walpurgisnacht

Semprot Kecil
Daftar
2 Nov 2015
Post
84
Like diterima
274
Lokasi
Tokyo
Bimabet




- BREAKING THE PRINCESS -





S-Sher... Sherry... kalo umm, misalnya gue punya fantasi pengen jadi budak seks atau anjing betina, perlu gak sih gue ke psikolog? (Cheska)



Disclaimer :
- Mohon maaf kalau TS nekad rilis cerita lagi padahal yang lain-lain juga belum tamat :ampun:
- Seharusnya cerita ini adalah sequel (lanjutan) dari cerita Il Attore https://v1.semprot.com/threads/il-attore-the-actor.1406772/ Tapi berhubung lagi hiatus, jadi gw putusin bikin sekarang aja, trus rencananya nanti jalan secara paralel.
- Slow update, mungkin antara seminggu sampai dua minggu sekali. Ato mungkin juga sebulan lebih, you know lah, haha.
- No SARA. TS tidak bermaksud menjelekan suku, agama, ras atau negara tertentu.
- Setting cerita ini di Jepang. Berhubung TS orangnya agak males riset (cuma seadanya), jadi mohon maaf kalau ada aspek-aspek atau detail-detail tertentu yang tidak sesuai dengan real life. (wae lah, cerita bacolan iseng aja pake riset mendalam :pandaketawa: ) Tapi meski begitu, segala kritik, saran dan masukan TS hargai dan pasti dipertimbangkan
- Yaudin, segitu dulu aja. :pandaketawa:
 


~ CASTS ~


(Diupdate seiring jalan cerita)



( Cheska Lovita Irzandi - 21 tahun )
Seorang gadis anak konglomerat kaya yang kebingungan dan mencari jati diri di Jepang. Fashionable, plus doyan barang-barang branded.



( Sherlina Laurencia Darmawan - 21 tahun )
Sahabat Cheska, mahasiswi kedokteran yang hobi main "dokter-dokteran". Also, cosplayer profesional.



( Faruk Hegazy - 21 tahun )
Cowok ganteng keturunan Mesir yang nge-simp abis sama Cheska tapi berujung frustasi karena ditolak terus. Kini, dia jadi "pasien" tetapnya Sherry.



( Takashiro Kazuya - 24 tahun )
(mantan) pacar Cheska yang juga seorang gangster brutal. Beringas di jalan dan di kasur. Jika ada masalah, tonjok dulu tanya belakangan.



( Hajime Harada - 23 tahun )
Cowok misterius pekerja kasir part-time di minimarket dekat kampus Cheska di Jepang. Sering bikin Cheska gugup tak menentu karena muka + tingkahnya mirip Ergi---mantan sekaligus cinta pertama sang Gadis yang sudah isekai ( a.k.a meninggal) .





------------------------------------​
 


Prolog : Enough, We're Done








Hhhh… udalah Cheska! Ngapain lo terus mikirin bajingan tengik itu? Kamu adalah putri cantik yang terlahir dilimpahi keberuntungan! Gak pantes nangis kejer cuma gara-gara satu lelaki busuk doang!

Aku menyeka air mata sembari meneguk sekaleng cola di tangan. Duduk di kursi teras taman rooftop apartemen, kupandangi samar-samar bayangan mentari senja di kota Tokyo yang indah. Selama dua tahun lebih kuliah di Jepang, aku memang selalu menyukai tempat ini. Dua tahun, yeah, dua, tak terasa sudah berlalu selama itu. Kujalani setiap detik hari-hariku menuntut ilmu di luar negeri dengan ceria. Mulai dari kehidupan kuliah, pergaulan, keuangan, hingga sosial… semua berjalan lancar tanpa sedikitpun kendala. Well, yeah, tentu saja, karena dengan sedikit kesombongan, boleh kukatakan aku adalah yang gadis supel, pemberani serta percaya diri. Aku selalu tahu apa yang aku inginkan dan cara mendapatkannya. Tapi… entah kenapa…

Entah kenapa, aku tak mengerti,

Dan tak pernah mengerti….

Dalam masalah percintaan, aku tuh selaluuu~ saja “sial”!

Hal yang pada awalnya membuatku bahagia melayang ke awan, SELALU saja berujung pada tangisan pilu menyakitkan hati!



Uhmm, well, sejujurnya aku memang baru dua kali pacaran, sih. Pacar pertamaku—Ergi, cinta pertama yang sungguh amat sangat kurindukan… tewas secara mengenaskan ditembak gangster biadab. Lalu pacar keduaku kini, Takashiro a.k.a Taka yang asli orang Jepang… yang kukira akan melindungi serta menyayangiku, ternyata… ternyata… AKH… sudahlah!



Bangsat lo, Takashiro! Seburuk apapun sifat serta kelakuan lo, gue tuh masih SAYANG ama lo, Anjing! Kenapa lo gebukin gue, bangsaaaat!!!



Aku menghabiskan sisa genangan cola-ku dengan sekali tegukan. Lalu, kulanjutkan dengan selipan sebatang Camel White di bibir. Sebagai perempuan yang peduli akan kecantikan, tentu saja aku selalu berusaha keras untuk tak merokok. Tapi, hari ini aku butuh. Benar-benar butuh. Aku butuh nikotin serta hembusan asap tebal untuk menemani naasku.


Anyway… Azabu Daichi Mansions, itulah nama apartemen tempat kini aku tinggal. Tepat di kawasan residensial elite Roppongi, lumayan dekat ke jantung pusat kota. Semua teman-teman Jepang-ku yang tahu perihal hunianku ini pasti langsung bisa menebak kalau aku mahasiswi asing anak orang kaya. I mean… benar-benar kaya. A fuckin filthy rich! Bukan sembarang kaya! Karena sejujurnya, well, ini bukanlah tempat yang “umum” untuk ditinggali seorang pelajar yang hanya punya keperluan kuliah. Tetangga-tetangga apartemenku pun rata-rata ekspatriat bergaji tinggi atau eksekutif kelas atas. Agak ‘hambur’ rasanya kalau seorang mahasiswi tanpa income alias pekerjaan sepertiku menggelontorkan jutaan yen hanya demi akomodasi.

Huh… what can I say? Faktanya, emang begitu, sih.

Tapi untunglah, yang aku suka, mereka tak lantas memperlakukanku secara berlebihan atau gimana. Kami tetap berteman secara wajar layaknya orang “sederajat”. Sudah lama aku mendambakan serta menginginkan kehidupan seperti ini, yang mana dulu amat sulit aku dapatkan.

Huh… sounds like a cocky bitch, right? Emang siapa sih aku ini sampe bisa ngomong sebelagu itu?

Argh
, baiklah, meski terasa agak aneh, kuperkenalkan dulu sekilas tentangku. Namaku, Cheska Lovita Irzandi. Dan, kalian cukup panggil aku Cheska aja, gak perlu aneh-aneh >: ( . Tentu saja di Indonesia aku memiliki profile lumayan tinggi karena faktor keluargaku. Aku adalah anak gadis bungsu dari Baskara Irzandi, seorang konglomerat besar ternama yang menguasai banyak jaringan bisnis di sana. Contoh gampangnya, perusahaan telekomunikasi C-Tel, Company penerbangan kelas internasional Bessa Air, sampai perusahaan-perusahaan rekayasa industri, perminyakan, serta pertambangan yang aku gak paham apaan, semua papaku memiliki sebagian atau keseluruhan sahamnya. Di dunia politik dalam negeri pun Papa memiliki pengaruh amat besar. Dekat dengan beberapa politisi elite dan pejabat tinggi negara. Pokoknya, beliau selalu menjadi sorotan. Dan sialnya, semua itu pastinya berimbas kepadaku juga.

Wellyeah, to be honest, bohong rasanya kalau aku bilang aku tak menikmati atau bangga dengan segala privilege serta kemewahan yang diriku miliki. Namun, sebagai gadis yang sedang menikmati masa-masa remaja penuh kegilaan, kadang aku pun ingin hidup bebas tanpa bidikan tengil kamera. Aku ingin melakukan hal-hal luar biasa bersama teman-temanku tanpa keesokan harinya masuk koran online atau channel gosip murahan. Hingga akhirnya… fiuh, kini aku cabut ke Jepang. Aku berhasil menemukan kehidupan “layaknya orang normal” yang kerap aku dambakan. Meski kadang menyakitkan atau membuat depresi, aku sungguh menikmatinya. Segala pun itu, pahit dan manisnya….



Ergi, kangen kamu ih.

Apa kabarmu di alam sana?

Aku udah kuliah loh, di Jepang. Bener kata kamu dulu, aku bakal makin bandel and ketimpa banyak masalah di sini, ahahaha.

I’m fuckin’ miss you, Baby, sampai kapan pun.




Detik-detik kala mentari turun dan beranjak gelap syahdu aku nikmati. Mulai berangsur tenang, aku pun menghisap lembut asap rokoku sebelum meniupkannya kembali secara seksi lewat bibir. Kuseka permukaan pipi oleh punggung tangan. Sepertinya, sekujur area mata serta wajah yang barusan tampak sembab oleh air mata sudah terasa kering. Dengan sedikit malas, segera kuambil ponselku yang menggeletak di samping, memeriksa aplikasi chat.

Geblek, lewat satu jam lebih baru dibales! semburku dalam hati ketika melihat notifikasi pesan dari sahabat baiku, Sherry.



Sherry :
CHESKAAA! MAAF BARU BALES!
SERIUSAN CHESKAAA, LO BERANTEM LAGI AMA TAKA?
TRUS TADI LO SAMPE DIPUKUL, DITONJOK, TRUS DITAMPAR GITU?
ANJING, UDAH MULAI GAK BENER SIH KALO GINI, UDAH MULAI PARAH!
ASLI GUE EMOSI BGT BACA CHAT LO! LAPOR POLISI CHES, JANGAN TAKUT!


Sejenak aku terpejam menarik nafas. Sudah kuduga sih, respon Sherry bakal uring-uringan seperti itu. Tapi… nggak, aku nggak mau memperpanjang masalah lagi. Lagian, ini Jepang, berurusan dengan polisi lokal sini tak akan pernah se-simple kalian pikir. Tanpa gairah dan semangat, jemari lentiku yang berkuteks bright-red kembali mengetik reply.


Me :
Nope, I’m ok : )
Gpp, Sher, daijobou, barusan juga kita langsung putus kok.
It’s all over. Gue dah jomblo lg sekarang : ’)

Sherry :
Tapi itu KDRP namanya, Cheskaaa! Kekerasan dalam pacaran!
Asli, gue bener-bener gak terima muka lo ditonjok!
Banci banget sih jadi cowok? Kalo aja pacar lo ada di sini ya, udah gua sepak tititnya!
Gak percaya rasanya ada lelaki tolol yg berani main fisik ama lo! Bener2 cari mati!!!


Aku sontak tertawa kecil membaca tulisan Sherry. Terlampau lama akrab dengan salah satu teman geng semasa SMU-ku itu, rasa-rasanya gendang telingaku sampai bisa mendengar suara galaknya seakan ia beneran ada di depanku. Namun… hhhh, Sherry mungkin lupa, ini bukan Indonesia, aku di luar negeri. Di Jepang sini, aku bukanlah lagi “Tuan Puteri”. Aku tak bisa lagi berlagak jadi Mafia Princess yang ditakuti lalu mengintimidasi orang sesukanya. Jika aku nekad “mendaftarkan diri” di catatan kriminal, reputasiku akan buruk, nama baik Papaku bakal tercoreng. Jelas, nama besar keluargaku tak memiliki banyak pengaruh di otoritas resmi pemerintahan sini. Kalau pun ada link dengan rekanan bisnis konglomerat Jepang, yeah… pastinya juga terikat norma diplomatik. Lagian, aku sendiri kan yang kepengen hidup “wajar” layaknya orang biasa?


Me :
Udalah, Sherry, gapapa, beneran.
Lo tau sendiri kan, gue selalu bisa handle masalah gue sendiri.
Btw, sebenernya skrg gue lagi agak males bahas masalah itu.
Besok aja deh kita ngobrol panjang lebar lewat cam.

Sherry :
Iya! Iya! Tapi gue msh tetep kesel, anjing!
Besok gue call lo jam 7 malem ya, jgn lupa.
Eh btw, Cheska, lo lagi libur kuliah kan bulan ini?
Balik sini lah ke Indo, refreshing pantai. Kangen berat gue ama lo.


Aku terdiam beberapa saat, lalu bergidik bahu mendesah malas.


Me :
Uhmmm, gimana kalo lo aja yg ke Jepang?
Lo belum pernah main ke tempat gue kan?
Come on, yang baru dapet kontrak game ambassador pasti banyak duitnya lach ^_^

Sherry :
Ajir hahahaha, tau aja lo dasar tuyul! Belum juga gua ceritain.
Oke, mau aja sih gue ke sana, tapi…

Me :
Tapi?

Sherry :
Ada Syaratnya! Hohoho.

Me :
Heh? Syarat? Syarat apaan?

Sherry :
Do something Crazy, Ches. Send a drunk or public masturbation pictures of yours, huahahaha.
Apapun lah yang gila, yang bikin gue ketawa.
Kalo gue terkesan, gue bakal langsung booking tiket ke Jepang.
Serius!


Geblek, sempet-sempetnya pake ngerjain gue segala ni anak! batinku misuh-misuh. Aku langsung mengakhiri komunikasi chat tanpa membalas pesan barusan. Dinaungi langit kota Tokyo yang kian mengelap, kubakar batang Camel White kedua sebelum lantas beranjak turun dari rooftop lalu masuk ke dalam kamar apartemen. Aku ingin mandi plushealing” berendam air hangat.

“….”

Mudah-mudahan aja tonjokan kasar Taka tadi tak meninggalkan bekas di wajah. Aku malas menjelaskan ke orang-orang.





------------------------------​
 
Izin memantau hu ... Ceritanya menjanjikan sekali ...
:semangat: SEMANGAT ...

bentar bang, ada satu bab lagi ketinggalan, sedang dirapihin dulu ntar dipost. Barusan gw ngopi+rokok dulu sebentar :pandaketawa:
 

Note :
Cheska ini bisa bahasa Inggris + lumayan lancar bahasa Jepang.
jadi bayanginya kalo dia ngomong sama org Jepang, pake bhs Jepang, Kalo ngomong ama orang asing non-Jepang, pake bahasa inggris, kalo sesama Indo ya pake bahasa Indo. :bye:



Bab 1 : Sudah Jatuh Tertimpa Dildo




Kalau dibilang unit apartemenku ini terlalu besar untuk ditinggali sendirian, ummm, mungkin ada benarnya. Selain living room lega seluas 40 meter persegi, tempatku ini juga memiliki 1 kamar tidur utama dilengkapi kamar mandi dalam, dua kamar tidur biasa, serta tambahan satu lagi kamar mandi luar buat tamu. Fasilitias-fasilitas standar lainnya seperti dapur, balkon, dan gudang… yaaa ada lah. Pokoknya, lebih cocok ditempati oleh sebuah keluarga kecil dengan dua anak ketimbang aku satu orang. Tapi, jika ini dianggap pemborosan? Hmm, debatable, yah, karena aku memang membutuhkan dua kamar tidur lainnya (yang tak terpakai) untuk fungsi tertentu. Satu kamar kupakai untuk menyimpan lemari baju, aksesoris, serta sepatu-sepatuku yang bejibun, sementara satunya lagi kubutuhkan untuk ruang komputer alias kerja dan belajar. Aku orangnya memang tak suka kalau kamar tidurku tempat aku istirahat tampak sesak berantakan oleh ceceran helai pakaian atau buku-buku serta kabel perangkat elektronik. Makanya, sengaja aku pisahkan.

Anyway, malam itu sekitar pukul tujuh, aku baru saja selesai mandi plus berendam bubble bath air hangat demi menyegarkan badan serta mental pikiranku agar kembali normal. Aku melangkah keluar kamar mandi dalam keadaan polos telanjang tanpa sehelai handuk menutupi. Entahlah, walau tak ada yang melihat, aku selalu merasa seksi dan berdebar tegang tampil berseliweran di kamar dalam kondisi bugil total begini. Puting susu mungilku menegang, bibir vagina tembemku menghangat. Serasa sedang berada di surga, hahahah! Hingga mendadak, aku pun sempat tergoda untuk mengambil dildo kesayanganku lalu iseng ber-colmek ria di kasur. Sekalian kirim fotonya ke Sherry juga sih, supaya aku bisa menagih janjinya untuk liburan ke sini.

Tapi…. ummm, not now, Chesky… not now. Masa baru aja mandi ntar harus mandi wajib lagi sih, hahaha?

Oke, silakan kalau mau ketawa, tapi gini-gini juga aku masih suka sholat! Meski jarang alias bolong-bolong kalau inget doang, aku pun masih beribadah. Terutama, kalo sedang feel down atau ditimpa kesedihan. Yah, tipikal manusia pada umumnya yang lemah iman, lah.

Oh iya, ngomong-ngomong soal ibadah, aku jadi inget satu kejadian menyebalkan sewaktu sekolah di SMU DNS International dulu. Aku pernah membuat geger satu sekolah hanya karena aku kedapatan tengah mengaji di sudut mushola lengkap dengan mengenakan mukena. Teman-teman sepergaulanku langsung kaget, mengintip di jendela serta pintu sambil tertawa-tawa. Bahkan, ada yang mengeluarkan ponsel lalu merekam segala. Dikomentarin “iblis betina tobat”-lah, “gembong mafia pensiun”-lah, “cewek mesum dapet hidayah” lah… malah ada yang nyangka kesurupan. It’s so dumb and insensitive! Padahal, aku kan cuma sedang nge-drop karena dapet kabar mendadak Papa masuk UGD gegara kecelakaan helikopter di pulau seberang! Huh, dari kejadian itu saja bisa dilihat kan betapa infamous reputasiku di sekolah sebagai cewek bejat alias bandel? Ngedenger aku ngaji merdu aja hebohnya macem nonton sirkus beruang naik sepeda!

“….”

Shit, lagi telanjang bulat gini aku malah ngelamun. Merasa kedinginan, aku pun keluar kamar tidur menuju ruang wardrobe. Dari lorong tempatku melangkah, sekilas tampak keadaan lantai ruang santai yang agak berantakan ditebari pecahan gelas plus kaca botol hasil amukan Taka tadi. Mau aku sapu tapi… masih agak males, ah. Aku pun terus melenggang cuek.

Hufpp! Sepasang gunduk payudara mulusku sedikit berguncang ketika aku berlompat kecil melewati tas koper travelling yang menggeletak asal di lantai. Agak sempit dan berantakan memang kamar ini, dipenuhi lemari baju, sepatu, meja rias serta tempat kosmetik plus akesoris busana lainnya. Kuakui, dalam hal penampilan, aku orangnya sangat genit. Aku selalu ingin tampil unik, menarik dan fashionable. Outfit favoritku yang hampir setiap hari kupakai adalah rok mini plus high heels atau knee-boots berhak tinggi. Entahlah, aku kerap merasa seksi aja kalau bergaya busana seperti itu. Kadang, ditambah stocking atau kaus kaki tinggi sepaha. Menurut pengalaman sih, aku selalu menjadi pusat perhatian mata cowok-cowok jika tampil super feminin, fufufu~

Seraya memikirkan baju apa yang hendak kupakai malam ini, kuperhatikan sejenak bayangan tubuhku yang memantul di cermin besar full body di ruang wardrobe-ku. Dua tahun kuliah di Jepang, aku merasa tubuhku berubah sedikit kurus. Buah dada agak membesar, plus lemak di paha serta betis mengecil. Argh, kalo dipikir-pikir, kok body gue lama kelamaan malah jadi mirip body si Sherry, ya? keluhku sebal. Tak lupa, aku pun lalu beringsut mendekatan wajah ke cermin, meneliti area mata kiriku dimana Taka menonjok mukaku tadi. Agak memar, sih, tapi untunglah tak ada bekas “biru”. Jujur, seumur-umur aku tak pernah membayangkan diriku bakal bisa menjadi korban kekerasan dalam pacaran. Tapi, yah… apa boleh buat? Akhirnya aku kena juga.

Tai lah tu cowok, bisanya minta duit ama ngentotin memek gue doang! Aku menggeram dalam hati, beringsut memasang bra serta celana dalam menutupi selangkanganku yang mulai dirimbuni bulu-bulu halus (cepet amat sih tumbuhnya? Perasaan baru beberapa hari lalu gue cukur plontos?). Aku sengaja memilih warna hitam, karena… ya memang sedang pengen aja. Masih mending lonte, abis digenjot trus dibayar. Lah, gue? Udah mah badan dipake seenaknya, duit diporotin tanpa rasa malu, pula. Dasar Sial!

“….”

Ah iya, aku baru ingat jika dari kemarin aku ingin menunjukan Sherry sesuatu. Yeah, aku ingin minta pendapatnya mengenai kostum yang akan kupakai di cosplay party kampusku minggu depan. Cuma acara non-resmi kecil-kecilan, sih, jadi aku memilih kostum karakter yang simple-simple aja. Sherry kan cosplayer profesional, jadi aku merasa perlu untuk meminta advice-nya, hehe~


Me :
Sher.

Sherry :
Paan?

Me :
Tumben balesnya cepet

Sherry :
Paan woi! Buruan, gue lagi nonton live music ama Faruk nih.
Di kafe

Me :
Uwoow
Abis ngafe trus ngapain nih? Kawin?

Sherry :
Halah kawin kawin
Bukan urusan lo.
Lagian Faruk tuh kan masih cinta ama lo, Monyong. Dia depresi bgt ditolak lo dua kali.

Me :
So?

Sherry :
Tega lo, Bitch. Kenapa lo ga pacaran ma Faruk aja, sih? Dia kan baik banget ama lo!
Udah mah cakep, barangnya juga gede, lagi. Enak.
Uler Mesir XD

Me :
Gobbblog, Sherry!!! > : (
Hmm, entahlah, mungkin karena dia terlalu baik?
Depresi tapinya ngentotin lo terus, lol

Sherry :
Klise alesan lo, jir! Dapet yang jahat tukang gebug macem Taka aja mewek lo!
Ya emg kenapa klo gue ma Faruk ngentot? Kita sahabatan kok.

Me :
Sahabat itu gak kimpoy tiap minggu, Sherry.

Sherry :
Hmm?
Salah siapa coba?
Siapa yang awalnya punya ide gue ama Faruk pura-pura jadi selingkuhan? mesra-mesraan?
Perkara ujungnya gue beneran sayang n horny ama Faruk ya itu kecelakaan.
Kecelakaan yang nikmat : P ~~~


Aku memutar bola mata, terkikik geli. Saatnya kabur “melarikan diri”, mengganti topik. Gak bakal ada habisnya memang kalau aku dan Sherry sudah ngomongin Faruk, hihi.


Me :
Eh, Sher, btw… gue mo minta pendapat lo
Ttg kostum cosplay gw
Ada yang kurang ga? Kasih komentar dong!

Sherry :
Ok, mana mana?
Coba liat! Hihihi.

Me :
Bentar yah


Aku pun buru-buru mengambil satu set kostum yang sudah kusiapkan di clothing rack. Kupakai secara kilat dan buru-buru sambil tak lupa kulengkapi juga dengan sepatunya. Click! Selfie di kaca sesaat, and thensend!

Me :


Junko Enoshima, Danganronpa
Gimana gimana?

Sherry :
Hmmm, lo kliatan kurusan, ih?
Kulit lo juga jadi agak putih. Lagi diet + rajin body treatment-ya?

Me :
Haiyaaa! Komentarin bajunya, Dungu! Bukan badan gue! >:(

Sherry :
Iye, iye!
Junko Enoshima ya… hmmm,
Btw, dasi kostumnya lo ada, kan? Kuku udah dikuteks merah?

Me :
Ada, Udah.

Sherry :
Ok, gue rate 7/10 lah.
Itu kalo tali sepatu boots-nya warna merah jg, gw kasih 8


Seakan sedang berbicara langsung, aku pun mengangguk-angguk di depan ponsel. Ditengah hening kebingungan mau berkata apa lagi, tiba-tiba terdengar suara bel menggema keras. Aku seketika tersentak kaget. Bukan kenapa-kenapa, cuma suasana apartemen emang lagi sepi aja, TV sedang dalam keadaan mati. Vibes-nya serasa film-film horror atau thriller, heuh!


Me :
Sher, bentar, ada tamu.

Sherry :
Yaudah gih, sono. Gw mau jajan kentang goreng dulu ama Faruk.

Me :
Eh, Sher.
Jangan cerita2 ke Faruk, ya, Kalo gue dipukulin Taka.
Gue takut dia bakal ngamuk, korslet, trus nekad cabut ke Jepang. Kasian.

Sherry :
Beres, gue gak bakal cerita ke siapapun kok tanpa seijin lo.
Bye! Muach, love you, Baby.

Me :
Love you too :*


Siapa sih malem-malem gini? Paket kali, ya?
batinku acuh melengos ke ruang TV. Lewat peephole kecil yang ada di pintu masuk, aku pun sejenak mengintip keluar. Tampaklah berdiri tegak dua orang bapak-bapak Jepang yang sepertinya… HAH? Polisi?

Cklek!

Perlahan, aku membuka pintu.

S-Selamat malam?” sapaku pelan, berusaha tampil tenang tak gugup.

“Selamat malam, Nona. Maaf… anda apakah penghuni apartemen ini? Dengan Nona… emm, Chesuko Lovita Irzandi? Mahasiswi asing dari Indonesia?”

Aku membeku sesaat, mengamati. Pria yang satu, si bapak-bapak klimis berjas kelabu dan berkumis lele, langsung bercerocos menanyaiku. Sedang satunya lagi, yang berkacamata dan mengenakan seragam dinas—kuduga dia anak buahnya, hanya diam balas memperhatikanku. Dia memelototiku yang masih berkostum cosplay dari bawah ke atas, dari dasar sepatu ke ujung rambut. Lantas dia tersenyum. Butwhat the heck? Kok aku ngerasa seringainya agak mesum ya?

Hmmm, apartemen yang bagus. Mahal…,” komentar si Kacamata Mesum diselingi kekehan aneh, seolah aku ini cewek simpanan dan tempat ini dibayari Oyabun (Boss) Yakuza.

Heh, asal tau aja ya, gue bukan lonte! Bapak gue konglomerat! semburku kesal dalam hati.

“I-Iya, Pak, benar, saya sendiri. Emmm… ada masalah apa ya, Pak?”

By the way, aku maklumi saja dah dia memanggilku Chesuko. Yah, mau gimana? Namanya aja “lidah” Jepang.

“Begini…,”

Sebelum Si Bapak berkumis lele sempat menjawab, aku sontak memotong dan mempersilahkan kedua polisi tersebut duduk dahulu di meja makan kecil di ruang TV. Ia pun sopan mengangguk dan menempati satu kursi di sana. Tapi sebelnya si Anak Buah malah ngeloyor pergi, berjalan-jalan gak jelas menjelajahi apartemenku, huh!

“Ah, iya, pertama-tama, ijinkan kami memperkenalkan diri dulu. Saya detektif Tanaka, dan anak buah saya officer Nobita. Mohon maaf malam ini harus mengganggu waktu Nona, tapi…,”



( Detektif Tanaka )



( Officer Nobita )

Aku menutup mulut oleh kedua tangan, mencoba menahan tawa. Bhahahak, serius namanya Nobita?

Ehm, sebetulnya kami tak ingin berlama-lama. Niat kami sebenarnya adalah untuk menjemput Nona. Dengan sangat menyesal, kami harus beritahukan pada Nona bahwa anda harus ikut kami segera kantor polisi, untuk diminta keterangan.”

“HAH? APA?” Aku serta merta memekik dan bangkit dari duduku. Sepasang bola mataku yang kebetulan saat itu memakai contact lens biru lebar membeliak. Jelas saja aku terperanjat! Kantor polisi? Dimintai keterangan? What the hell just happened here? “T-Tunggu! Tunggu! Ada apa sebenarnya ini, Pak? Kenapa saya harus ke kantor polisi?!”

“Begini…,” Seraya menatapku datar, detektf yang memperkenalkan diri sebagai Nagito Tanaka tersebut mengeluarkan ponsel dari saku. Ia menaruhnya di atas meja lalu menggeserkannya padaku. “Anda kenal pria ini, Chesuko san?”

Masih berdegup panik, aku pun kembali duduk dan mengernyitkan dahi. Layar ponsel itu memperlihatkan sebuah foto. Foto sesosok lelaki.




Hmm, siapa ya?

Ah? EEEH? I-Ini kan—

Hatiku kontan tersadar akan sesuatu, namun sekonyong-konyong mulutku langsung menutup erat! Pelan-pelan, kuseka butiran keringat dingin yang mulai merembes di pelipis muka.

“T-Tidak kenal, Pak, maaf. M-Mungkin aku lupa…,”

“Baik, kalau begitu, saya bantu ingatan Nona. Namanya, Hajime Harada. Dia mahasiswa tingkat akhir dan kebetulan tengah bekerja part time di minimarket dekat kampus Nona, emmm, Bunka Fashion College. Saat ini, Hajime tengah dirawat di rumah sakit karena luka penganiayaan yang terjadi dua hari lalu.” sahut detektif Tanaka belum melepas tatapan tajamnya menuju arahku. “Dan, akhirnya, kami berhasil menemukan pelaku penganiayaan tersebut, Chesuko san, dia adalah Takashiro Kazuya, pacar anda. Benar?”

“A-APA? Taka melakukan penganiayaan?” seruku memekik kaget. Dasar gangster kepala kompor, gak pernah berubah!

Detektif Tanaka mengangguk.

“K-Kapan kejadiannya?”

“Dua hari lalu, malam hari, sehabis korban pulang kerja dari minimarket,”

“….”

“Takashiro Kazuya… benar, kekasih anda?”

Andai “beku seperti daging dalam Freezer” bisa menggambarkan kondisiku saat ini, mungkin aku bakal mengatakannya. Leherku kaku mengangguk. “B-Benar, Pak. Tapi, kami baru saja putus. Taka sudah gak ada lagi hubungannya denganku.”

Tentu saja aku tak akan menceritakan tindak kekerasan yang Taka lakukan kepadaku. Aku hanya… tak ingin itu tersebar saja, hiks. Di sini banyak sekali teman pelajar sesama asal Indonesia. Kalau sampai ke laporan polisi, pasti mereka bakal tahu. Lalu, pastinya berita tersebut akan sampai ke dalam negeri. Lalu, karena aku anak seorang figur pengusaha besar dan juga politik, pasti bakal masuk laman-laman gosip gak jelas. Pasti akhirnya keluarga aku tahu, teman-temanku di sana tahu, Faruk tahu. Bukannya pasrah, aku hanya malas dan tak berminat dengan hiruk pikuknya saja. Jadi, bagi para aktifis perempuan yang geram… mohon dimaklumi ya.

Eeeeuh, kami baru saja putus tadi siang, sih, jadi….,”

Detektif Tanaka serak berdehem, “Kami menangkap Takashiro di gang basecamp tempat dia biasa nongkrong di Harajuku sore barusan. Dia sudah kami bawa ke kantor. Dan menurut keterangannya, beberapa hari lalu korban—Hajime Harada—pernah melakukan pelecehan seksual kepada anda. Benar?”

Gagap, aku menggaruk-garuk kepala. Kok, ceritanya jadi aneh? Taka ngomong apa, sih?

Euuu~ sebenernya, bukan pelecehan seksual sih, Pak. Tapi waktu itu Hajime pernah nabrak aku. Aku yakin tak sengaja, sih, memang, tapi… cukup bikin aku kesal, karena sampai membuat es krim ku jatuh. Dan juga dia… dia… emmm, sempat menyenggol buah dadaku sedikit.”

Duh, jadi nggak enak ama Hajime. Apa aku perlu tengok ke rumah sakit terus minta maaf, ya? Mana gue langganan belanja di minimarketnya, pula. Taka emang biang kerok!

“Chesuko san?”

“Eh? I-iya! Iya, Pak?”

Aku terhenyak melihat sorotan mata detektif Tanaka yang berubah binar penuh arti. Ia kemudian berlanjut, “Oke, saya paham. Dan… menurut keterangan Takashiro juga, dia bilang kamulah yang lalu memintanya untuk menghajar pemuda malang itu. Kamu marah dan merasa dendam pada Hajime, lalu menyuruh pacarmu untuk memukulinya, ben—”

“APA?!”

Bak tersengat petir, aku pun kembali terperanjat berdiri dari kursi. Apa-Apaan ini? K-Kenapa jadi—

“I-ITU TIDAK BENAR, PAK! S-Saya… tak pernah berkata seperti itu! M-Maksud aku…,”

“Tolong jujur, Chesuko san. Saya yakin anda tak ingin mendapat masalah besar di sini.”

Aku menarik nafas dalam-dalam. Terpejam, berusaha mengingat sebaik plus sedetil-detilnya. Aku tahu hukum memang agak rumit. Pilihan kata dan kalimat bisa jadi berpengaruh besar.

Brengsek Taka! Kenapa gue pake diseret-seret ke kasus lo, sih? Pake memanipulasi kebenaran, pula! Sintiiiing!

“Aku… s-setelah Hajime menubruku dan membuat es krimku jatuh, aku… aku… hanya mengoceh p-pengen ngasih pelajaran ke dia suatu saat nanti! Tapi, itu hanya gumaman tanpa maksud, Pak! Bahkan aku tak berbicara pada Taka! Demi Tuhan, aku tak pernah meminta Taka untuk melakukan apa-apa, apalagi secara spesifik atau khusus menyuruhnya menyakiti Hajime! Aku… aku cuma ungkapin rasa kesal aja, mengeluh pada angin! Taka mungkin mendengar itu, tapi… apa pun inisiatif atau tindakan yang ia lakukan, jelas sama sekali gak ada hubungannya denganku, dong, Pak!”

“….”

“P-Percayalah, Pak! Bahkan aku marah cuma sebentar! Sejam kemudian pun aku sudah lupa peristiwa itu! Taka bertindak diluar keinginan serta tanggung jawabku! Dia berbohong!”

“….”

Argh, kesel, aku udah bicara panjang lebar sampai ngos-ngosan begini, kok responnya malah diam? benaku naas.

“Sebetulnya, saya cenderung percaya pada anda, Chesuko san, tapi itu kan hanya penilaian pribadi saya,” gumam detektif Tanaka, akhirnya, “walau bagaimanapun, status anda masih tetap tersangka. Baru bisa berubah secara resmi setelah anda memberi keterangan tertulis di kantor, lalu dikonfirmasi kebenarannya. Maaf, ini prosedur tetap.”

Aku terduduk lemas, tak mendapat jawaban sesuai yang kuinginkan.

“Ayolah, Pak, itu kan mudah, tinggal tanya Hajime saja kejadian benarnya seperti apa.” ujarku sedikit merengek, “adakah cara agar aku segera dilepaskan dan tak usah dibawa ke kantor? Aku… aku benar-benar butuh reputasiku bersih dari catatan kasus, Pak. Lagipula, aku tak salah!”

Aku menatap si Detektif klimis berkumis lele itu penuh harap. Namun, belum sempat lelaki itu menjawab, tiba-tiba muncul officer Nobita dari kejauhan—dari arah lorong kamar tidurku. Aku berdengus dongkol, sejak kapan dia iseng keluyuran ke sana?

Anooo~ detektif! Coba lihat apa yang saya temukan di kamar Chesuko san. Gadis ini jalang juga, sepertinya. Persis seperti apa yang diceritakan Takashiro.”

ANJ*NG! si Polisi somplak itu menyita DILDO favoritku! Ia goyang-goyangkan penis karet mainan yang biasa kupakai darurat kala liang kemaluanku “gatal” itu sambil cengengesan. Menyeringai penuh kemenangan, langkah kakinya beringsut mendekat. Ia lalu menaruh alat bantu seksualku itu di atas meja, tempat aku dan detektif mengobrol. Terang saja wajahku telak memerah seperti tomat.

“Benda cabul ini… benar milikmu, Chesuko san? ”

Aku melotot garang. “HEH, PAK! TOLONG YA, PAK! Kalo gak punya surat geledah, jangan seenaknya!”

Officer Nobita kembali menyeringai, saling bertatap penuh isyarat dengan bosnya, terkekeh-kekeh. Aaargh! Aku tak suka! Kelakuan aparat macam apa ini? Kalau saja ini di Indonesia, pasti aku sudah memaki-maki berkata kasar.

Aaah, Chesuko san, tadi anda bilang anda tak ingin dibawa ke kantor dan membuat catatan resmi di sana, benar?” detektif Tanaka bertanya, balik menatap wajahku. “anda ingin nama anda tak tercantum di file data kepolisian, benar? Anda tak ingin masuk berita kriminal?”

“B-benar, Pak. Saya siap melakukan apa pun asal—”

Heee? Apa pun?”

“I-Iya… apa… pun?”

“….”

“….”

Bangsat, kok perasaan aku jadi nggak enak, ya? Apa aku salah ngomong? Apa dua polisi mesum ini malah kejauhan menafsirkan omonganku?

“Kalau begitu, saya punya cara lain untuk mencoret anda dari daftar tersangka, tapi…,”

“T-Tapi?”

“Saya tetap harus melakukan interogasi lanjutan pada anda, Chesuko san. Tidak dikantor polisi tentunya, dan… secara private, tak ada recording berkas yang biasa diminta wartawan untuk sumber berita. Anda bersedia, kan?”

“Interogasi? S-secara private? B-Bagaimana, Pak, maksudnya, hahaha?” tanyaku terbata, berusaha tertawa lugu.

Gelisah, aku memainkan jemari, menggigit bibir. Shit, naga-naganya sih aku udah tau ini bakal kemana arahnya!

Khehehe, sudahlah Chesuko san, jangan pura-pura polos. Malu dong sama mainanmu ini, ghihihi!” kekeh detektif Tanaka sembari memainkan dildo-ku, memutar-mutarnya hingga batang elastisnya bergoyang. “Saya jamin anda bakal bersenang-senang dengan kami. Kami sudah sangat berpengalaman, lho, menangani gadis cantik dan nakal seperti anda, huehehe. Deal?

Kontan, sekujur tubuh lemasku pun kaku memucat. Aku menelan ludah. Aku merasa bingung, terdesak dan tak punya pilihan.

Ayolah Cheska… ini cuma sebentar, mungkin cuma semalam. Setelah hari yang brengsek ini berlalu, penderitaan akan usai, dan Taka bakal masuk penjara! batinku pada diri sendiri berusaha meyakinkan mental.

Hhhhh! Baiklah, Pak, aku bersedia.” Akhirnya aku berdesah kalah, menunduk malu sembunyikan wajah bersemburat hina. “T-Tapi… aku tak mau menginap! Dan tolong nanti aku diantar pulang kembali!”

“Huahahahaha!” Si Detektif klimis terbahak girang memainkan kumis lelenya. Sementara itu aku menggeram, megepalkan tangan. Ingin rasanya aku menampol muka officer Nobita yang beringsut mendekat lalu mencubit-cubit pipiku. “Kawaiii, desu! Cewek Indonesia cantiiiik! Gitu dong, anak manis!”

TAKASHIRO KURANG AJAAAR! INI SEMUA GARA-GARA KAMU, GILA! Garang, aku menjerit dalam hati. Tanpa diberi waktu untuk bersalin alias masih mengenakan kostum cosplay, aku pun buru-buru digiring keluar apartemen.





------------------------------​
 
Terakhir diubah:


Bab 2 : Konservatif




Aaakh~ imut sekali wajahmu, Chesuko san. Kenapa harus main dildo, Sayang? Saya yakin tak sulit bagimu jika ingin menggoda lelaki?”

“….”

“Hihihi, saya dengar cewek-cewek Indonesia itu pemalu, Detektif. Mungkin Chesuko san juga tipe gadis demikian,”

Eeeehh, baka! Sok tau kau Nobita! Coba nanti kita buktikan, sekeras apa jeritan Chesuko san sewaktu bercinta! Apa betul dia pemalu? Haghaghaghah!”

“P-Pak, tolong jangan sambil remas-remas pantat aku! Di lorong sini ada CCTV!”



( Cheska - 21 tahun )


Ketika kami SMU dulu, Sherry pernah bilang kalau aku terlalu konservatif dan perlu sedikit ‘keberanian” untuk mencobai petualangan baru. What? Aku? Konservatif? Yeah, mungkin kalian heran, cewek bandel macam aku, yang kerap dinodai dan sudah hilang kegadisan sejak masa sekolah ini, kok dibilang konservatif? Oke, baiklah, akan kujelaskan maksud besties-ku itu barusan.

Jujur, aku memang sudah tak perawan. Tubuh remaja nan beliaku pun sudah tak bisa dibilang suci lagi lantaran sering digagahi dan “dikawini” oleh lawan jenis. Namun, satu yang kalian harus paham, aku hanya rela melakukan hubungan seks dengan pacar! Maksudku, hanya dengan lelaki yang berstatus jelas atau kalaupun bukan, pastinya itu lelaki yang aku sayang! Prinsipku : No Love No Sex! Semenjak selaput daraku direnggut oleh Ergi—pacar pertamaku—aku hanya pernah “disentuh” oleh tiga lelaki. Ergi, Faruk, dan Takashiro. Cuma merekalah yang pernah aku izinkan batang kelaminnya untuk mempenetrasi dan mengintimi liang percintaanku, serta menyemprotkan benih kelelakian mereka hangati rahim mungilku. Dengan Faruk pun sebetulnya aku hanya pernah ngentot sekali—berhubung dia bukan pacar, walau aku sayang dalam arti sahabat.

Aku tak pernah melakukan hubungan kelamin hanya beralas nafsu semata. Sherry, Giztha, dan teman-teman badungku lainnya mungkin sanggup melakukan sex party semalam suntuk dengan pria tak jelas hingga semburan air vagina dan genangan sperma bercucuran dimana-mana, bersenggama hanya demi mengapai kepuasan syahwat semata. Tapi, aku? Uhmmm… rasanya… rasanya… aku tak berminat. Serius!

Anooo~ kamu ingin makan malam dahulu, Chesuko san?

“Nggak, Pak Detektif, m-makasih.”

“Kalau lapar, bilang saja pada kami, ya.”

Senyumku menjawab detektif Tanaka. “Uhmm, b-boleh aku minta belikan jus apel atau guava? Apapun yang segar?”

Pria berkumis lele itu terkekeh, “Siaaap! Kubelikan setengah lusin. Minum yang banyak ya, Chesuko san, biar jus cinta kamu nanti melimpah! Gyahahaha!”

“….”

Arrrgh, SHIT! Aku tiba-tiba merasa bingung pada diriku sendiri. Seperti… ada yang off di sini! It’s so fuckin’ wrong! Kenapa aku tak merasa takut? Kenapa aku hanya merasa… biasa-biasa saja dengan dua polisi bejat nan mesum ini?! Apa yang sebenarnya terjadi?

Yeah. Aku tak merasa takut layaknya perempuan normal! Malah… muncul perasaan berdebar yang begitu menggelitik aneh di dada. Aku bisa merasakan derasnya aliran darah menghangati sekujur kulitku, beriring getaran bibir vagina yang berdenyut-denyut geli seakan sudah tahu di mana aku bakal “dikerjai” nanti!



:devil: Ayolah, Cheska… jadi lacur sedikit tak apa lah. yang penting kesenangan dan pengalaman seru! Hihihihi!

:angel: Jangan! Kamu perempuan terhormat! Pewaris takhta konglomerasi keluarga Irzandi! Mereka ini siapaaa? Hanya aparat rendahan! Tak pantas menodai dirimu!

:devil: Kalo sudah sama-sama bugil dan ngeseks, kamu bakal lupa semua itu! Tak ada lagi ganteng dan jelek, tak ada lagi tua dan muda, kaya dan miskin, yang kamu pikirin cuma nikmatnya tusukan kontol! Buahahaha!


:angel: Istighfar, Cheska! Sadar! Layanin syahwat itu gak ada batasnya, gak ada ujungnya. Kamu bakal makin terjerumus nanti!



Akal sehat dan nafsu cabulku bergumulan di kepala. Antara senang dan excited atas munculnya kejadian gila tak terduga ini, bercampur geram plus kesal karena merasa hina dilecehkan. Sherry mungkin sudah lupa dengan ocehannya semasa SMU yang kuceritakan tadi, tapi aku… fragmen memoriku…. selalu mengingatnya sampai sekarang.

“Ada apa, Chesuko san? Kamu mendadak seperti lemas dan gelisah?”

“T-Tidak apa-apa, Pak Detektif. A-Aku baik-baik saja.”

“Yakin? Kamu keliatan seperti terkejan menahan sesuatu. Pengen pipis?”

Aku bergeleng, sebelum mendengus sebal pada officer Nobita yang ujug-ujug berceletuk.

“Mungkin dia sudah tak sabar, Detektif. Saya kan tahu bagaimana gelagat cewek kalau sedang sange berat, hihihi.”

Kalau boleh kasar, bakal kutampar bolak-balik juga dah ini orang! Arrrgh!

Anyway
, meski aku yakin pergerakan kami terekam CCTV, aku merasa cukup beruntung keadaan lorong apartemen tengah sepi-sepinya. Dari pintu kamar hingga kini tiba di area parkir, aku tak bertemu atau berpapasan dengan satu orang pun penghuni. Detektif Tanaka segera menuntunku ke mobil polisi. Ia membuka pintu belakang lalu mempersilahkanku masuk.




“Hei, Nobita, kamu menyetir sendiri di depan! Saya di belakang!”

Anoo~ bukankah ini mobil dinas anda, Detektif? Saat kita kemari pun, anda yang—”

“BAKA! Tentu saja saya harus mengawasi dan menjaga tersangka! Kamu mengerti prosedur nggak, sih?”

“Halah, Pak, biasanya juga saya yang—”

“Jangan membantah!”

Aku menghela nafas, merapikan rok plus helaian rambut. Kutunggu mereka berdua berdebat sengit sesaat sampai akhirnya—tentu saja—si Detektif kumis lele yang menang.

BRUK!

“Nasiiiib… nasib! Nasib polisi rendahaaan.” seloroh officer Nobita tempati kursi kemudi lalu menyalakan mesin. Kugeser badan sedikit menepi, berikan ruang bagi Detektif Tanaka yang hendak duduk di samping. Namun, ia serta merta menahan tanganku, menepuk-nepuk paha sembari tersenyum.

“Duduk di sini, Manis. Lebh enak dan anget.”

“H-Hah?”

“Chesuko san, kriminal cantik itu S.O.P-nya harus dijaga ketat, dengan cara dipangku erat, bhihihihi!”

Sadar tak bisa melawan, sendi bahuku melayu pasrah. Tentu saja si Kumis Lele ini ingin aku duduk diatasnya agar bisa menggerayangi secara bebas dan leluasa. Malas, aku pun balik beringsut lalu mendaratkan tubuh di pangkuan detektif Tananka. Seketika saja sekujur pori kulitku merona tegang bak udang rebus. Aku bisa merasai tonjolan penis keras Penyidik Cabul tersebut di himpit pantatku. Ini kejadian pertama kalinya aku dicengkramai lelaki random gak jelas! Tanpa kata dan permisi, ia pun sekonyong-konyong langsung memeluku. Mengecup-ngecup leher sambil meremasi brutal tonjolan buah dada di balik kemeja press body-ku hingga aku bergelinjang tak karuan. Hembus nafasnya begitu hangat menderu-deru menerpa badan.

HmmmmhWangyyy! Empuukh~”

“P-Pak Detektif! Ahnngngng~ h-hentikan!”

“Aku geledah badanmu dulu ya, Cantik. Ini juga prosedur, bhihihi! Siapa tau kamu bawa senjata!”

“P-Pakk! Ooooouhhg—”

Aaaakh! Daging Payudaramu kenyal sekali, Chesuko san. Aku suka susu Indonesia, bhihihi!”

Ssssssh…. m-m-mphhh,

Diserang mendadak seperti itu, jelas saja aku panik hebat. Yeah, panik karena libidoku mulai muncul menguasai otak. Aku menjerit kecil disertai erang manja tak tertahan, bercampur dengus pelan.

Aaaaah~ ngngnggh~ hhhah~ P-Pak…,”

“Heheh, rupanya badan kamu sensitif juga ya, Chesuko san? Enak?”

“G-Geli, Pak. Hentikan.”

Bersyukur aku diberi waktu untuk tenangkan diri plus mengambil udara. Segenap badanku sontak melemas jatuh dan bersandar manja di dada sang Detektif. Sesaat menghentikan aksinya, ia berkata pada supir di depan.

“Tolong putar musik romantis.”

“Hah?”

Heh?

“Musik romantis, Baka!” Detektif Tanaka menyembur, “kamu suka lagu apa, Chesuko san?” tanyanya beralih padaku.

Mmmhhhh… g-gak tau~”

“Saya pikir Chesuko suka 80’an. Aku tadi lihat poster-poster di kamarnya, hihi.” Lagi-lagi, Officer Nobita berceloteh. Aduh, nyebelin banget sih ini orang?!

“Oke, saya yakin ada di flashdisk-ku. Cari dan putar!”

Sambil menggerutu, Nobita pun memijit-mijit tombol dan memutar musik. Aku menggeram samar, membuang muka.

Duuuh~ jangan cemberut gitu, dong, Sayang. Kita kan mau lakukan interogasi, bhihihi, supaya kamu nyaman.”

“….”

Masih terkungkung erat dalam dekapan sang Detektif, aku berusaha sekuat mungkin sembunyikan raut plus gestur horny-ku. Tapi sialnya, si Lele Mesum ini kembali menjelajahkan jari, menjamahi tubuh. Bahkan, ia mulai nekad membuka kancing kemejaku satu per satu hingga gunduk serta belahan buah dadaku tersembul keluar. Lembut, ia meremas-remas dan memijat mesra di sana.

Aaah, nikmati saja, Chesuko san. Bebaskan hasratmu. Kamu… suka kan dibeginikan?”

Mmmhhhsssssshaaaaaahg—”

Aku tak mampu menjawab, hanya desah beriring racauan seksi terucap dari mulut.

“Boleh aku periksa pentil susumu? Terasa tegang dan kencang sekali, Chesuko san. Kamu terangsang?” celetuk Detektif Tanaka.

Tanpa sempat aku memprotes, ia sontak memelorotkan bra hitamku ke bawah. Kini, payudara mulus beliaku total terekspos. Sang Detektif terkekeh-kekeh, memilin-milin puting dada sensitifku oleh jepitan jemari.

Oooouuuhff— P-Pakhh!”

Fuck! Aku benar-benar sudah tak tahan. Tanpa sadar, aku pun terkulai lemas. Tenaga resistensiku hilang. Aku seperti sengaja membiarkan Detektif Tanaka melakukan apa saja yang ia suka pada ragaku. Aku sungguh tak menyangka Detektif Cabul ini begitu lihai mempermainkan payudara, hingga impuls-impuls seksualku terasa nyaman dan perlahan mulai melunjak.

“Apakah gadis Indoneisa itu nakal-nakal sepertimu, Chesuko san, hehehe? Aku jadi tertarik liburan ke sana,”

“T-Tidakh…. Mmmmhhaaaah! Hhhh.. hhhahhhhhah…”

Saat Detektif Tanaka berhenti memelintir puting, aku mencoba mendulang nafas. Tapi hanya bisa sebentar karena ia langsung berpindah ke bawah mengangkat rok miniku, membelai-belai halus paha.

“Baiklah, kita mulai interogasinya. Kamu siap, Chesuko san? Boleh aku pinta beberapa pertanyaan?”

“S-Siap, Pak— Ahhhng!

Satu tangan si detektif kembali merayap ke atas, merogol kencang buah dada kiri. Aku mengejang kecil karena tersentak kejut kenikmatan, tak menduga gerakannya.

Upps, enak ya? Haghaghaghah!” Si Cabul itu tertawa, membuatku meringis menahan malu. “Chesuko san… kamu sudah berapa lama berpacaran dengan Takashiro?”

Mmmhhsssshh… a-aku… aku h-hampir satu tahun jalan dengannya, Pak Detektif…,”

“Kamu sering ngentot dengan Takashiro?”

“….”

Ya Tuhan, pertanyaan macam apa itu?

“Jawab saja, Chesuko san, tak usah gengsi. Lihatlah keadaanmu sekarang, bhihihi!”

“Y-Ya iya lah, Pak. Sebagai pasangan, t-tentu saja kami sering bercinta,” dengusku sedikit kesal, mencoba menjaga sisa-sisa harga diriku yang rapuh.

“Tapi disamping itu… tampaknya kamu sering bermasturbasi juga ya, Chesuko san? Merujuk pada barang bukti sebatang dildo besar yang kami temukan,”

“I-Iyahhh~ haaaaahsshhh—”

Bulu kuduk serta pori kulitku seketika merinding hebat kala kurasakan bibir Detektif Tanaka mencium-ciumi lembut leher. Tanpa bisa kutahan, bibir sensualku hembuskan erangan manja. Lalu, lidahnya menjilat hangat. Ingin rasanya aku melenguh jalang bebaskan ekspresi kenikmatan yang kudera. Jujur, hati kecilku ingin Detektif sialan ini berbuat lebih lagi, memuaskan hasratku. Hasrat seksual yang mana tanggung jawabnya karena ia yang bermulai memanaskannya!

“Seberapa sering kamu bermasturbasi, Chesuko san?”

“L-Lumayanhhh… s-sedikitnya seminggu sekalihhh…,”

Detektif Tanaka berbisik, menggigit pelan daun telingaku. S-Shit!

Hmm, kamu suka, ya, kalau lubang memekmu dicolok-colok benda besar itu, Chesuko san? Disodok-sodok sampai dalam?”

“S-Suka!”

“Kenapa?”

“K-Karena… karena… uuuhg— enakh bangeth rasanyah, Pakhhh,”

“Oh, terasa enak ya gesekannya di dalam memekmu?”

“I-Iyah!”

“Seenak apa?”

Sssssh~ mmhh s-susah dijelaskan, Pakhhh.”

“Kalau gak bisa dijelaskan, mungkin boleh dipraktekan, bhehehe,” Detektif Tanaka terkekeh, merogol-rogol gemas dadaku. Ooooouf, s-shit! Pak! “Sekarang, tolong buka lebar kaki indahmu, Chesuko san.”

Hanyut, aku mulai terbuai dalam permainannya. Aku sugguh tak mengerti—tak percaya, bingung mengapa bukannya trauma aku justru malah merasa seksi dan berdesir diperlakukan cabul seperti itu! Padahal dulu “kelas”-ku amat tinggi, menganggap cela seks tanpa cinta! Tapi sekarang, saat Detektif Mesum itu memintaku bebaskan akses selangkangan oleh isyarat sentuhan tangannya, aku bahkan menurut bak pelacur. Kubuka lebar-lebar kangkangan pahaku hingga membuat rok miniku tersingkap nakal menguakan sepenuhnya celana dalam hitamku. Perlahan dan penuh inisiatif, aku pun mengangkat tinggi kaki sebelah kiriku—yang masih bersepatu boots cosplay—ke dudukan atas jok depan lalu menumpukannya di sana, agar posisi sandaran mesraku di atas pangkuan sang Detektif terasa lebih nyaman.

Kyaaah!

Aku menjerit kecil ketika Detektif Tanaka mengeluarkan sebilah cutter dari sakunya lalu memotong kain mungil penutup selangkanganku. Habislah sisa-sisa kehormatanku kini. Daging beserta belahan bibir keintimanku terpampang jelas beserta kilatan-kilatan indah lengket lendirnya yang merembes keluar.

Mama… Papa… maafin Cheska, hiks.

“Hei! Apa kau tengok-tegok!”

Anooo~ sebentar saja, Pak. Saya juga kan ingin melihat punyanya Chesuko san!”

“Nyetir yang betul, Nobita kun! Lihat ke depan!”

Dalam deru nafas gelisahku, masih sempatnya aku terkikik lepas melihat tingkah dua polisi itu. Am I fuckin crazy, now? Lihat keadaanku!

Arrrgh!
Tapi Sejujurnya, aku sungguh merasa malu dan ingin mati saja dipaksa tampil terkangkang seronok seperti ini. Namun, bukankah itu justru yang menimbulkan ledak nikmat birahi? Debar-debar geli di dadaku? Semburat hangat merah di wajahku? Mereka yang tak punya rasa malu, apa bisa merasakan nikmat ketegangan yang aku rengkuh detik ini?

Heee? Chesuko san? Kenapa liangmu basah?”

Aku sontak menutup muka oleh kedua tangan, tapi langsung ditepis Pak Tanaka.

“Jangan genit begitu Chesuko san, jawab pertanyaanku, kenapa liang kewanitaanmu basah?”

Mmmmh~ ngggh~”

“Kamu horny, Chesuko san?”

“I-Iya, Pak Detektif. A-Aku horny…,”

“Kamu horny dengan pria tua beristri seperti saya, Chesuko san?”

Aku tak berkata, hanya mengangguk-angguk sarat kekalahan.

Dan, sampailah kini pada momen-momen yang aku “takut”-kan. Detektif Tanaka mulai membelai-belai rambut beserta daging kemaluanku. Penyidik berpotongan klmis itu memijat-mijat, menguyek, serta menggesek-gesek lembut tudung kelentitku seakan organ kelaminku adalah mainannya. Kontan, aku pun mengejang. Aku meremas cakar jok mobil oleh kedua tangan menahan siksaan lecut berahi yang aku hadapi.

Mmmmh…. Oooouh…. Sssssh~ P-Pakhh….,”

Bibir ber-lipgloss cherry-ku melenguh nakal. Kelopak mataku tenggelam sayu. Badanku yang ramping seksi menggelinjang nanar di atas pangkuan sang Detektif yang menahan kokoh posisiku oleh sebelah tangan. Sementara satunya lagi? Tentu saja masih sibuk mempreteli pusat selangkanganku.

Aaaah… P-Pak… pleaseeehh ooooh,”

“Binal ya kamu, Chesuko san. Diginiin aja udah berisik, bhihihihi!”

Uffffhhhh ssssh…,”

Hmmm, lanjut ato berhenti ,nih?”

“….”

“Lanjut ato berhenti, Chesuko san?”

Aaaaaaahngng— P-Pak Tanakaaa!”

Aku mengerang manja. Si Kumis Mesum ini benar-benar hendak membuat harga diriku hancur! Apa maksudnya coba berhenti? Jari-jemari lentiku pun erat mencengkram kunci kedua tangan Detektif Tanaka yang tengah sibuk meremasi buah dada serta mengelusi kewanitaanku sebagai isyarat agar ia melanjutkan.

“T-tolong… j-jangan permainkan s-saya, Pak….,”

“Brekekekekek~”

Tawa jeleknya terdengar. Dan, aksinya pun semakin parah.

Sambil terus memilin puting payudara, Penyelidik Cabul itu mulai menguak celah mulut vagina lalu menelusukan dua jarinya di sana. Ia lanjut teroboskan masuk hingga menggelincir cukup dalam, membuat syaraf-syaraf syahwat kebetinaanku terlecut dahsyat. Dinding keintimanku lantas dikocok-kocok. Isi vaginaku diaduk-aduk. Deras, lendir licin kemaluanku pun semakin ruah mengalir, membasahi jok belakang.

Clop! Clop! Clop! Clop! Clop! Clop!

Suara becek nan memalukan mulai terdengar nyaring dari selangkanganku. Detektif Tanaka tertawa, officer Nobita tertawa, namun aku tak peduli. Rasa lezat ini… cambuk nikmat berahi ini… terlalu sulit untuk dimunafiki! Gelinjangan serta rintihan jalangku pun kian lepas dan natural. Lantang. Bebas. Enyahkan tembok kehormatan serta harga diri yang kadung ambruk di mata mereka. Tanpa ragu aku pun melingkarkan kedua tanganku ke belakang, meremas mesra kepala Detektif Tanaka yang telah memberiku segala kenikmatan ini.

Mmmmmphaaaah~ t-terus, Pakhhh, garuk yang daleem~ kocokin memek Cheska, Paaakh!”

Clop! Clop! Clop! Clop! Clop! Clop!

Hhhhhhahhhhaaah…. ahhhh! Awwh! Fuckkkkh!

Clop! Clop! Clop! Clop! Clop! Clop!

“Suka?”

“Suka!”

“Enak?”

“E-Enak!”

Aaaaah, liar sekali kamu, Chesuko san. Kamu benar-benar suka seks, ya?“ bisik Detektif Tanaka sambil terus mengaduk-aduk liang kemaluanku oleh telunjuk serta jari tengahnya. Secara cabul dan lihai, ia terus lakukan aksinya itu hingga terciumlah aroma bau memeku yang alami dan khas semilir bercampur hembusan AC.

Tak lama setelah itu, area pinggul dan selangkanganku terasa mulai memberat. Segala lecut birahi dan kenikmatan yang kurengkuh serasa berkumpul di satu titik di sudut ruang kemaluanku hingga siap meledak. Aku membanting-banting kecil kepala ke kiri dan kanan. Menggemeretakan gigi layaknya orang tersiksa namun tak ingin diselamatkan.

Clop! Clop! Clop! Clop! Clop! Clop!

“OOOH! S-Shit! G-Gak kuathh…,

Clop! Clop! Clop! Clop! Clop! Clop!

“Kocokin terush memeknyah, Paaaakh. Cheska mo dapeeeet!”

“Hmmm, kamu mau orgasmo, Chesuko san? Baguslah, hahaha. kebetulan sebentar lagi kita sampai.”

Clop! Clop! Clop! Clop! Clop! Clop!

Mmmmmmh!”

Clop! Clop! Clop! Clop! Clop! Clop!

”AAAGHHH!”

Dan akhirnya, aku pun menjerit keras. Tubuhku melenting kejang diiiringi punggung yang membusur kaku layaknya tengah dicambuk rotan dari belakang. Aku tahu aku pipis dan liang mungilku memuncratkan air kemaluan yang begitu deras, tapi, huh, salah siapa coba? Aku tak ingin meminta maaf, ya, jika dituduh telah mengotori mobil ini!

“Hahahaha! Kau lihat tadi, Nobita kun? Semprotannya sampai kaca depan!”

“Ahahaha~ iya, jalang sekali ternyata Chesuko san ini, Detektif. Perlu kita hukum!”

Lemas terkulai di pelukan Detektif Tanaka, aku relakan dua Petugas Mesum ini terbahak-bahak girang mengejeku. Toh, Pria Tua Beristri tersebut sudah memberiku pengalaman menajubkan yang tak akan pernah kulupa. Aku lebih suka fokus dan konsentrasi pada bibir vaginaku yang masih berdenyut-denyut kecil rengkuhi sisa klimaks barusan.

Eeeh, kamu ini serius anak konglomerat, Chesuko san? Kok kamu bisa secabul itu, ya, bhihihihi!” Detektif Tanaka bertanya.

Seraya menggembungkan pipi pertanda kesal, aku pun membuang muka, malu, perlihatkan rona memerah tomat yang gagal aku sembunyikan.

“…..”

Tak lama berselang, mobil pun tampak menurunkan kecepatannya, lalu kemudian berbelok keluar dari jalan utama. Officer Nobita mengemudikan SUV hitam bersirine atas tersebut menyusuri jalanan-jalanan yang lebih kecil, hingga tibalah kami di satu gedung. Kami berhenti di tempat parkir sebuah Love Motel di suatu sudut yang cukup terang.

Sebelum turun, aku sempat meminta sesuatu. Aku mengeluarkan ponsel dari clutch bag YSL-ku lalu memberikannya pada officer Nobita. Aku meminta dia mengambil fotoku yang masih sedang duduk di pangkuan Detektif Tanaka.

Anooo~ seriuskah ini Chesuko san? Tak apa-apa? Anda ingin mengambil foto?”

“Iyaaa. Detektif Tanaka gak keberatan, kan? Muka Bapak ketutupan ini kok ama kepala saya hihihi!”

Acungan jempol dari sang Detektif mengkonfirmasi keinginanku. Setelah itu aku pun langsung berbisik pada dia, me-request suatu alat.

Dan… CKLEK!

Aku tersenyum lebar, geli, terkikik sendiri saat melihat hasil jepretan tersebut. Lalu kukirim fotonya pada Sherry.

Hahaha, tentu saja dia bakal kaget. Kaget melihatku berpose genit kedipkan sebelah mata seraya berikan tanda V oleh satu tanganku. Kemejaku berantakan, kancing terbuka, bra melorot sembulkan bulat payudara. Tentu saja di bawah sana kedua pahaku terkangkang lebar. Polos telanjang pamerkan selangkangan dengan selonjor pentungan polisi tertancap di lubang memeku.

Mission done. Beat that, Bitch! Buruan beli tiket ke Jepang.

Oh, tapi… tapi ini belum selesai. Hatiku berdebar kencang penasaran dengan apa yang akan dua polisi ini lakukan di dalam kamar hotel sana.

Well, menurut lo?






------------------------------​
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd