07.02 Racun Siauw-kang-san dari Lembah Merpati
Loteng yang bersusun, harta benda yang tidak terkira menyebabkan ia menjadi demikian sayang akan jiwa tuanya. Ia masih tidak lupa akan kesenangan dunia, ia mengimpikan dapat kembali menjadi muda, ia mengimpikan dapat hidup ratusan tahun lamanya, ia mengimpikan......
Demikianlah ia menyembah kepada ketua Lembah Merpati yang masih berada dalam khayalan, ia menelan pil Penyambung Nyawa untuk menambah umurnya......
Tapi sekarang, ilmu yang memanjangkan umur masih belum mendapatkannya, kini ia harus menghancurkan pesanggrahannya yang telah diusahakan puluhan tahun lamanya dan harta kekayaannya yang telah dikumpulkan sedemikian lama. Ia tidak berani menolak perintah ini, karena ia mengetahui, kepandaiannya masih tidak dapat untuk menandingi orang-orang dari Lembah Merpati, biarpun orang ini hanya tergolong kelas dua, yang terpenting baginya, tiga bulan sekali, ia harus meminta pil pemunah racun dari orang Lembah Merpati. Jika tidak mendapatkan pil pemunah racun ini, tentu racun dari Pil Penyambung Nyawa, akan menjadi kumat kembali. Di waktu itulah, ia akan menjadi tersiksa dari pada segala macam siksaan yang berada di dunia.
Si pelajar baju kuning yang melihat ia demikian lama tidak bergerak dari tempatnya sudah kerutkau alisnya dan berkata:
Duta Selatan, berani kau tidak mendengar perintahku?
Tong Touw Hio dengan sedih menjawab:
Jerih payahku ini telah diusahakan lebih dari empatpuluh tahun, sebetulnya....... dapatkah menunggu sampai beberapa hari, jika betul-betul keadaan sudah menjadi sangat mendesak, baru kita bertindak?
Si wanita muda memperlihatkan wajah marah, dari dalam lengan bajunya, dia mengeluarkan cap batu kumala merah yang terukir sepasang burung Merpati. Dengan mengangkat tinggi-tinggi cap ini, ia sudah membentak:
Perintah dari ketua lembah! Duta Selatan Tong Touw Hio harus membakar pesanggrahan Liong-sun-say! Segera! Pindah ke tempat yang baru! Sekian! Perintah harus di jalankan!
Tong Touw Hio yang melihat ini, mukanya sudah menjadi berobah sama sekali. Bagaikan seorang terdakwa saja yang sudah mendengarkan putusan hakim, tentang hukuman matinya, ia bertekuk lutut, dengan muka yang pucat seperti mayat, dengan suara yang hampir mau menangis ia berkata:
Siap menerima perintah dari ketua lembah.
Dengan cepat, ia bangun kembali untuk pergi ke belakang, mencari orang-orangnya, agar dengan cepat dapat menyelesaikan tugas yang menyakitkan hatinya ini.
Tapi, mendadak, di atas kepalanya terdengar suara bentakan:
Tong Touw Hio, jangan lari!
Bagaikan burung garuda yang turun dari awang-awang, lompat turun seorang pemuda cakap, dia adalah Koo San Djie yang barusan terkena racun Siauw-kang-san!
Dengan tidak terasa, hatinya menjadi kaget bukan main. Dalam hatinya berkata:
Bocah ini sangat aneh sekali. Racun Siauw-kang-san yang demikian banyaknya, bagaimana dia dapat memulihkan kembali tenaganya?
Mana Tong Touw Hio dapat menyangka pada Pit Badak Dewa yang dapat memunahkan segala macam racun. Pit tersebut masih berada pada Koo San Djie, pit inilah yang menjadi kunci perubahan.
Ternyata, sewaktu badan Koo San Djie dilemparkan ke lantai, baru saja ia bangun, tentu saja deugan bersusah payah, tiba-tiba terdengar suara benda yang terjatuh dari badannya. Benda yang berwarna hitam mengkilap ini terjatuh ke lantai dan membuat lantai yang ditiban olehnya pecah.
Dari Pit Wasiat Badak Dewa ini yang telah memberi ilham kepadanya. Pit ini dapat memunahkan segala macam racun, entah bagaimana dengan racun arak yang jahat ini? Maka, dengan segera Koo San Djie menghampiri teko yang berada di atas meja, dan memasukkan ke dalamnya Pit Badak Dewa tadi. Dikocok-kocoknya beberapa lama, air yang berada di dalam teko tadi membuih, kemudian dengan membuka mulutnya, ia sudah menuang air yang telah dikocok dengan Pit Badak Dewa itu. Dengan perasaan tenang, ia duduk di atas papan panjang, menunggu reaksi dari percobaannya.
Tak lama kemudian, perutnya berbunyi keruyukan, setelah melepaskan beberapa kentut yang berbau busuk, badannya telah terasa menjadi enteng kembali. Ia mempunyai dasar kepandaian yang sempurna. Setelah menjalankan putaran peredaran darahnya ke seluruh tubuh, sisa racun yang masih berada di dalam tubuhnya telah dapat diusir keluar.
Dengan tidak terasa, ia mengeluarkan elahan napas lega. Hanya dalam waktu setengah jam saja, ia seperti dalam keadaan bermimpi. Dari hidup sampai mati, dan kemudian hidup kembali. Batal melapor diri ke akherat. Beberapa kali dalam hatinya berkata:
Sungguh berbahaya! Sungguh berbahaya!
Jika tidak ada Pit Badak Dewa ini, bukannya nasibnya akan menjadi seperti pelayan apes tadi? Ketika ia hendak menerobos pintu menyerang keluar, mendadak, kupingnya telah mendengar suara elahan napas yang seperti sangat dikenal. Suara elahan napas biarpun ada sangat perlahan, tapi tidak dapat lolos dari kuping Koo San Djie. Maka, dengan segera, ia menuju ke arah datangnya suara tadi. Setelah berjalan tidak beberapa jauh, ia telah sampai ke dalam sebuah ruangan kecil. Di dalam ruangan ini terlihat seorang, orang sedang meringkuk, dia adalah Hay-sim Kongcu yang sedang dicari-cari!
Dengan tidak disengaja, ia telah dapat menemukannya, maka, dengan segera ia sudah lompat masuk, dengan perlahan-lahan ia berkata:
Ternyata kau berada di sini!
Hay-sim Kangcu sedang kesal memikirkan nasibnya yang melihat datangnya sang kawan, tentu saja dia menjadi girang, dengan cepat ia lompat berdiri.
Tapi, begitu kakinya menginjak tanah, hatinya sudah menjadi lemas kembali.
Begitu Koo San Djie datang, dia lantas menarik tangannya dan berkata:
Kau tidak usah kesal memikirkannya. Sudah menjadi lumrah, bila suatu waktu kita kalah dalam pertempuran.
Ia salah menyangka, Hay-sim Kongcu kesal memikirkan dirinya yang telah dijadikan tameng oleh orang.
Tapi Hay-sim Kongcu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya berkata:
Bukan ini yang kumaksudkan. Kepandaian dan tenagaku seluruhnya telah lenyap.
Ooo, hanya ini yang kau pikirkan. Kau tunggu di sini sebentar.
Kemudian, dengan tidak memikir kembali, ia sudah balik ke dalam kamar tahanannya tadi, untuk mengambil teko yang berisi air pemunah racun. Segera dibawanya teko tersebut pada kawannya seraya berkata:
Minumlah, air dalam teko ini adalah obat pemunah racun.
Hay-sim Kongcu menurut petunjuk sang kawan, ia telah meminumnya. Benar saja tidak lama kemudian, kekuatan dan kepandaiannya pun telah menjadi pulih kembali, hingga bukan main girangnya.
Terdengar Koo San Djie sudah bertanya kepadanya:
Saudara, dengan cara bagaimana mereka dapat membawamu kemari?
Hay-sim Kongcu menggoyangkan kepalanya. Dengan sengit ia menjawab:
Tidak kusangka, orang-orang itu begitu tidak mengenal peraturan.
Lalu diceritakannya tentang pengalaman dan hal-hal yang menyangkut tentang Lembah Merpati yang tersembunyi.
Ternyata, pada waktu itu, ketika Hay-sim Kongcu duduk mengobati lukanya, dari jauh berlari mendatangi beberapa orang. Sewaktu ia membuka kedua matanya dan mengenali yang datang itu adalah empat orang aneh dari Kong-lu. Biarpun hatinya merasa kaget, tapi ia tidak memperlihatkan perubahan itu pada air mukanya. Sebagai seorang yang lebih muda, ia menjura dan memberi hormat kepada mereka.
Tidak disangkanya, si orang aneh pertama U cit tertawa berkakakan, dengan mulut tidak henti-hentinya berkata:
Barang bagus! Barang bagus!
Hay-sim Kongcu menjadi melengak mendengar kata-kata itu.
Mandadak, di belakangnya ada angin yang menyerang. Ia yang telah mendapat didikan sempurna dari Hu-hay Sin-kun, kepandaiannya tidak dapat dipandang ringan, dengan menggerakan badannya ke belakang, ia sudah dapat mengelakan serangan itu. Setelah menengok ke belakang, dilihatnya yang menyerang adalah Kiong-sie, si bontot dari orang aneh itu. Maka hatinya menjadi panas juga.
Baru saja ia mau menanyakan tentang sebab musababnya, mendadak, ia telah dikurung oleh mereka berempat.
Dengan kepandaiannya Hay-sim Kongcu, jika satu lawan satu, tentu bisa memberikan perlawanan. Tapi, ia dikeroyok oleh empat orang, biarpun ayahnya sendiri, Hu-hay Sin-kun, juga masih tidak dapat menandingi mereka. Maka sebentar saja, ia sudah tertotok rubuh.
Keempat orang aneh dari Kong-lu tidak berkata apa-apa lagi, mereka mengempit dan membawakannya pergi.
Di tengah jalan, mereka takut kalau Hay-sim Kongcu mendapat luka, kerena tertotok terlalu lama, maka setelah diberi sedikit minum, totokannya juga telah dibuka.
Setelah totokan jalan darahnya terlepas, ia sudah merasa senang juga. Ia hanya tinggal menunggu kesempatan saja untuk melarikan diri, meninggalkan mereka, tapi tidak disangkanya sama sekali, kepandaiannya sudah menjadi lenyap dan punah. Setelah ia mengetahui, tidak ada harapan untuk melarikan diri, maka dengan tenang telah mengikuti mereka dengan sewaktu-waktu mencari kesempatan untuk memberi tanda minta pertolongan.
Dan sampailah ia terkurung di dalam Liong-sun-say.
Keempat orang aneh dari Kong-lu sudah menganggap ia sebagai burung dalam kurungan, yang tidak bisa terbang lagi. Mereka bercakap-cakap dengan leluasa, sehingga ia dapat mengetahui banyak sekali tentang keadaan Lembah Merpati.
Yang terpenting. Pertama, ialah ketua dari Lembah Merpati bukanlah Sui Yun Nio atau Phoa An berhati ular.
Yang kedua, ialah orang Lembah Merpati dengan ketiga barang penariknya sedang memancing orang-orang dari kalangan Kang-ouw.
Ketiga barang penarik itu ialah: cara memelihara muka, kepandaian dari dalam lembah dan gadis-gadis cantik yang tersedia.
Yang ketiga ialah, ketua Lembah Merpati telah memberi empat jabatan Duta di empat penjuru. Tong Tauw Hio mungkin menjadi salah satu dari duta ini. Dan seperti empat orang aneh dari Kong-lu, dua Siluman suami istri dan yang lain-lainnya lagi adalah ia yang memanggilnya.
Mendengar penuturan dari Hay-sim Kongcu ini, Koo San Djie sudah menjadi mengerutkan kening. Seperti berkata sendiri, ia mengoceh:
Tidak disangka, urusan telah berubah demikian kusut. Tapi, mengapa mereka tidak membunuhku?
Hay-sim Kongcu dengan menggebrakkan tangannya berkata:
Orang-orang yang tidak bedanya dengan binatang itu sudah membawaku untuk dijadikan barang antaran.
Koo San Djie juga telah memikir, mengapa Tong Touw Hio, setelah dapat meracuninya tidak segera membunuhnya, tapi dibiarkannya saja. Mungkin juga mempunyai maksud yang sama.
Dua orang itu terdiam sebentar, kemudian Koo San Djie berkata:
Lekaslah kita pergi ke depan, mungkin juga ayahmu telah datang menuju kemari!
Dengan sekali loncat, ia sudah mendahului pergi ke ruang depan.
Tapi, mendadak di sebelahnya tampak berkelebat bayangan yang tinggi besar. Dengan suaranya yang perlahan bayangan itu berkata:
Apa saudara kecilku? Lekas bawa pit mu kemari, benda itu dibutuhkan untuk menolong orang!
Yang datang adalah Tiauw Tua. Maka, dengan cepat Koo San Djie sudah menyerahkan benda yang diminta.
Tiauw Tua memandang Hay-sim Kongcu, kemudian ia berkata.:
Mari ikut aku menolongi ayahmu.
Dengan cepat, ia sudah membalikkan badan dan pergi ke belakang. Hay-sim Kongcu yang mendengar ayahnya telah terluka, cepat-cepat mengikutinya di belakang.
Dengan langsung Koo San Djie pergi menuju ke ruangan depan, tepat telah bersampokan dengan Tong Touw Hio. Begitu dilihatnya orang yang bermuka dua ini, hatinya sudah menjadi panas kembali. Dengan marah keras ia mencaci:
Maling tua, kau sedikitnya juga telah mendapat nama di kalangan Kang-ouw, mengapa masih begini tidak tahu malu? Tidak disangka, perbuatanmu ternyata lebih rendah dari pada kurcaci saja. Jika kau tidak dapat memberikan penjelasan kepadaku, jangan harap kau dapat lari dari tanganku!
Sebenarnya, Koo San Djie bukannya orang yang pandai menggunakan mulutnya, tapi kali ini karena dalam keadaan marah dan kesal, ia bisa menggunakan perkataan-perkataan yang tajam ini.
Tong Touw Hio sedang merasa kesal, karena paksaan dari si pelajar baju kuning dan wanita muda tadi, mendengar makian ini, dia menjadi seperti orang gila, berkakakan di tempatnya, sampai mengeluarkan air mata. Setelah puas ia tertawa sekian lamanya, baru terdengar suaranya berkata:
Sebenarnya aku bermaksud baik, hendak mengantarkan kau masuk ke dalam lembah dewa, tidak disangka, ternyata kau tidak berterima kasih. Baiklah, untuk selanjutnya, jangan kau menyesal, jika aku bertindak kejam.
Lembah Merpati dikatakan sebagai lembah Dewa!
Badannya melesat tinggi ke atas, bagaikan burung hantu saja, dia menerkam ke arah Koo San Djie.
Koo San Djie tidak tinggal diam. Ia sudah berputar lompat ke tempat sebelah kiri, mengangkat sebelah tangan kiri, dia menyerang ke depan.
Tong Touw Hio mendapat nama di dunia Kang-ouw bukan tidak ada sebabnya. Begitu melihat serangan, dia mengarah ke tempat kosong, bagaikan titiran saja, badannya berputar-putar, mengikuti gerakkan Koo San Djie, ia juga menyerang dengan sebelah tangannya.
Dua buah pukulan kebentur menjadi satu. Dengan terpaksa, Tong Touw Hio mundur tiga tindak, bersama dengan suara pecahnya batu bata, barulah ia dapat menegakkan dirinya, dengan meminjam daya tahan dari beradunya kaki dan lantai.
Tapi, Koo San Djie tidak bergeming setindakpun.
Di hadapannya dua tamu agung dari Lembah Merpati ini, ia dapat kekalahan demikian rupa, bagaimana Tong Touw Hio menaruh mukanya? Maka, dengan cepat ia sudah maju dua tindak. Pukulannya bagaikan hujan deras, datang saling susul, menyerang tiga kali. Tiga serangan ini mengandung perobahan-perobahan yang dapat dibanggakan olehnya.
Koo San Djie yang tidak menduga akan kekuatan dari sang lawan yang begitu tangguh, dia sudah dipaksa mundur beberapa kali. Hati menjadi gelisah.
Begitu hatinya menjadi gelisah, dengan tidak terasa, ia telah mengeluarkan ilmu simpanan. Serangan-serangannya lebih tajam, lebih aneh dari pada yang telah digunakan oleh Tong Touw Hio tadi. Dengan sebentar saja, Tong Touw Hio sudah terdesak mundur.
Serangan-serangannya bagaikan ada tali saja yang mengikatnya sambung menyambung, sehingga Tong Touw Hio sampai tidak ada kesempatan untuk balas menyerang.
Mendadak, desiran angin yang membawa hawa harum telah datang menyelak di antara mereka, bayangan yang tinggi dan langsing berkelebat, mengulurkan sebelah tangannya yang putih bersih menggaet ke arah tangan Koo San Djie.
Si anak muda dengan cepat sudah membalikkan tangan dan memotong ke arah bayangan tadi. Tapi orang yang datang tadi dengan gesit sudah menyingkir dan berdiri di sebelahnya.
Si wanita muda dengan mengibaskan tangannya sudah berkata kepada Tong Touw Hio:
Kau lekas pergi mengurus urusanmu. Di sini ada aku yang melayaninya.
Tong Touw Hio menggunakan kesempatan ini lari menyingkir ke belakang.
Tapi terdengar bentakkannya Koo San Djie yang keras:
Maling tua, ingin lari dari sini?
Koo San Djie hendak menghadang, tiba-tiba si wanita muda dengan tertawa haha hihi berkata:
Sabar, adik kecil. Bukankah sama saja, aku yang melayani kau, main-main dalam beberapa gebrakan?
Koo San Djie sudah bertekad untuk menguber Tong Touw Hio, mana ada waktu untuk menonton wajah yang manis dari si wanita muda.
Minggir! bentaknya, seraya menggerakkan tangannya.
Biarpun gerakannya perlahan, tapi mengandung kekuatan yang tersembunyi sangat besar sekali.
Si wanita muda agaknya mendongkol. Setelah menyingkir dari serangan Koo San Djie, ia segera menyerang dengan pukulan yang aneh, cepat luar biasa.
Hati Koo San Djie, tergetar juga. Tidak ia sangka kepandaian wanita muda itu demikian anehnya. Terpaksa, ia harus menggunakan ilmu yang dipelajarinya dari kitab Im-hoe-keng.
Mereka bertanding sama-sama cepat, dalam sekejap saja, mereka sudah saling menyerang sepuluh jurus, dalam mana telah diperlihatkan tipu-tipu pukulan yang mengandung banyak perobahan-perobahan.
Masing-masing terkejut oleh kepandaian lawan. Boleh dikatakan lawannya adalah musuh yang tertangguh yang baru ditemui.
Koo San Djie sambil bergerak tangannya, hatinya memikir:
Jika wanita muda ini orang dari Lembah Merpati, bagaimana pula tentang kepandaian dari ketua lembah itu?
Ia menjadi ragu-ragu akan kepandaiannya sendiri. Ia tadinya menyangka dengan kepandaian yang dimiliki kini, tentu sudah sanggup menandingi ketua dari Lembah Merpati. Sekarang, baru saja menghadapi salah satu orang bawahannya, si wanita muda yang agaknya takut akan angin, sudah merasa sukar.......
Karena hatinya tidak mantap, otaknya memikiri yang bukan-bukan, sewaktu ia lengah sedikit, jari yang halus dari si wanita muda, dengan tepat telah mengarah Kian-kim-hiat di atas pundaknya. Untuk menyingkir dari serangan ini sudah tidak mungkin, maka, dengan segera ia mengerutkan seluruh tubuhnya. Biarpun demikian, tidak urung, bajunya masih menjadi korban dari kelengahannya, tertusuk bolong dan robek sebagian.
◄Y►
Di lain bagian, Tiauw Tua berhasil menolong orang-orang.
Hay-sim Kongcu bersama-sama Tju Thing Thing, dengan dua pedang panjang pendek mengeroyok Iblis Pipi Licin.
Tiauw Tua membereskan dua lawannya, terlalu cepat. Kini dia sudah tidak mendapat lawan pula, ia lalu bertindak, mau meninggalkan tempat itu dan mencari Koo San Djie yang masih belum diketahui bagaimana keadaannya.
Tapi tiba-tiba seiring dengan datangnya suara desiran angin, dari atas udara telah lompat turun dua orang.
Mereka adalah si pelajar tampan berbaju kuning, di belakangnya diikuti oleh Tong Touw Hio yang sedang dicari-cari oleh mereka semua.
Tong Touw Hio begitu loncat turun sudah membuka suaranya yang tidak enak:
Siapa? Bahasanya juga tidak enak: Kau orang setelah terjatuh ke dalam tangannya Liong-sun-say apa masih juga ingin melarikan diri?
Tiauw Tua menyelipkan Pit Badak Dewa ke dalam pinggang bajunya, dia tidak mau kalah bicara:
Aku Tiauw Tua sudah lama ingin mencoba ilmumu Tong-touw-ciang. Mari, mari, kita menentukan siapa yang lebih tinggi di antara kita.
Dua orang itu lantas bertempur tanpa banyak rewel lagi.
Si pelajar baju kuning dengan perlahan-lahan sudah maju ke dalam kalangan pertempuran. Dengan suara adem ia berkata kepada orang-orangnya
Pa-sam, Kong-sie, mundur!
Yang paling senang mendengar teriakan ini ialah Iblis Pipi Licin, dia sedang terdesak oleh Hay-sim Kongcu dan Tju Thing Thing.
Setelah menyerang keras dua kali, ia sudah lompat mundur dan berdiri di belakang si pelajar baju kuning.
Tangan Thian-mo Lo-lo menunjuk dan membentak kepada si pelajar baju kuning:
Apa kau ini datang dari Lembah Merpati? Apa si binatang Lam Keng Liu itu masih berada di sana?