---------------------------------------------------
Cerita 98 – Villa Upon the Hill
Part 4
Rbb.. rbbb.. Slebb.. Pelan-pelan ia menurunkan tubuhnya.. sehingga penis dalam genggamannya itu melesak masuk ke vaginanya.
”Nghhh.. ohhh..” rintihnya perlahan.. penuh nikmat ketika batang kejal kerasa itu terbenam di liang vaginanya.
”Erghhhh..” tak pelak Gozhi terlepas lenguhnya menikmati gelusuran batang penisnya di liang vagina Sam.
Brrrtt.. Nampak sperma Gozhi yang barusan tertumpah di dalam sana tertumpah keluar saat penisnya kembali memasuki vaginanya.
Sam memulai babak baru ini dengan menggoyangkan tubuhnya pelan. Gerak naik-turun itu semakin cepat dan liar..
Gozhi pun sesekali menyentakkan pinggulnya ke atas.. sehingga menambah tenaga pada hujamannya.
Gemas dengan payudara Sam yang bergoyang-goyang, tangan Gozhi meraih yang bagian kanan..
diremasinya benda kenyal itu sambil menikmati goyangan pemiliknya.
Kepala Sam kadang tersentak-sentak ke belakang, kadang menggeleng-geleng ke kiri dan kanan..
sehingga rambut pirangnya sedikit kusut.
Keduanya begitu terlarut dalam permainan mereka..
hingga tidak terlalu mempedulikan ketika pintu terbuka dan seseorang masuk memergoki mereka.
“Sam..!? Wow.. so wild..!” Grace yang baru saja kembali dari belakang bersama Amin..
Ia tersenyum kecil melihat temannya yang sedang memacu tubuh di atas penis pria gemuk di bawahnya itu.
“Zhi.. walah, lagi sama-sama asyik ternyata..” sahut Amin yang juga terperangah melihat adegan panas itu.
“Iyah.. ayo ikutan aja, pokoke maknyus..!” Sahut Gozhi terengah-engah.
“Where’re they..?” Tanya Grace.
“Mmhhh.. bathroom and.. and.. mmm.. outside..!” Sam menjawab tanpa menghentikan genjotannya.
Pemandangan itu adalah magnet kuat yang menarik Amin memeluk tubuh Grace dari belakang..
tangannya segera meremas payudara gadis itu dan tangan satunya menyibak rambutnya agar dapat menciumi tengkuknya.
“Eenngg.. Pak.. sudah..!” Grace mendesah dan menggeliat.
Tangan Amin menyusup ke balik kimono gadis itu dan menyentuh payudaranya.
Telapak tangannya yang tebal dan kasar berputar-putar ringan di payudaranya.
Bibir pria itu menjalari lehernya mengendusi tenguknya.. sehingga membuat gadis itu kegelian.
Sebelum terbuai lebih jauh tiba-tiba Grace membuka matanya karena merasakan sesuatu yang menetes ke tangannya.
Ia melirik ke bawah dan melihat tetesan merah itu di tangannya.. darah.. darah itu menetes dari hidungnya.
Ia buru-buru melepaskan diri dari Amin dan menyedot darah di hidungnya sebelum menetes lagi.
“Sebentar Pak.. saya ada perlu..” katanya sambil merapikan lagi kimononya.
“Maaf saya mau keluar sebentar..”
“Hah.. kenapa Non, Non gak papa..? Hidungnya kenapa emang..?” Tanya Amin heran.
“Nggak.. gak apa-apa.. permisi sebentar, saya segera kembali..” jawab Grace sambil mundur menjauhinya..
lalu ia membalik badan dan berlari kecil ke pintu yang menuju kolam.
Ia membuka pintu itu dan keluar. Amin hanya terbengong melihat keanehan pada sikap Grace yang tiba-tiba menghindar..
namun adegan panas di hadapannya membuatnya tidak berlama-lama memikirkan Grace.
Setelah melepaskan bajunya hingga bugil ia segera bergabung dengan Sam dan Gozhi.
Ia berjalan menghampiri mereka sambil senyum-senyum mesum.
Gile bener-bener edan malem ini.. mimpi apa gua semalem.. bisa nyicipin bule lagi, sippp..! Soraknya dalam hati.
----------------------
Dengan sangat pelan-pelan Mamat menutup pintu kamar mandi itu agar tidak menimbulkan bunyi.
Kamar mandi itu cukup besar lengkap.. marmer biru muda dan tua mendominasi lantai dan dindingnya.
Sebuah bathtub mewah terlihat di hadapan mata begitu membuka pintu.
Suhu di tempat ini terasa lebih hangat dari di luar..
karena pengaruh air hangat dari shower box yang pintunya setengah terbuka dan penuh uap air itu.
Di sanalah terlihatlah siluet tubuh sang gadis itu sedang menikmati mandinya..
nampaknya ia belum tau ada orang asing yang masuk ke situ.
Mamat mengendap-endap mendekati shower box itu, semakin dekat-jantungnya semakin berdegup kencang.
Mumpung nih belum mandi.. bisa mandi sama bidadari..! Sorak Mamat dalam hati.
“Aaww..!! Siapa.. siapa kamu..!?” Seketika gadis itu menjerit kaget..
begitu pintu kaca terbuka dan muncul seorang pria bugil tak dikenal dengan tersenyum menjijikkan..
Refleks diapun menutupi dada dan kemaluannya.
“Hehe.. kenalin Non, abang Mamat bin Abdul Azis, Non namanya Katherine kan..?”
Mamat memperkenalkan diri sambil melangkah mendekatinya.
“Kurang ajar, siapa kamu..? Keluar..!!” Hardik Katherine yang sudah tersudut dan tidak bisa ke mana-mana lagi.
“Abang kan yang di seberang Non.. masa’ ga inget..? Non Arlene yang ajak kita ke sini..”
Mamat meraih lengan kanan Katherine yang menutupi payudaranya dan menarik tubuh gadis itu ke arahnya.
“Aahhh.. lepasin..!” Teriaknya sambil meronta.. namun ia kalah tenaga ketika pria itu menarik tangannya yang satu.
Mamat mengangkat kedua pergelangan tangan gadis itu dan mencengkramnya dengan telapak tangannya..
tubuh keduanya sudah dekat dan sesekali bersentuhan.
Mamat memandangi tubuh bugil Katherine dengan bernafsu.. tubuh gadis itu lebih kurus kalau dibanding Arlene dan Samantha..
tipikal para model fashion.. payudaranya tidak seberapa besar dengan puting pink mungil.
Ia memiliki wajah oriental yang manis.. berbentuk oval dengan bibirnya yang tipis serta rambut sebahu kecoklatan.
Dalam keadaan basah seperti itu penampilannya jadi lebih menggairahkan.
“Tenang Non.. abang tau kok Non sama temen-temen Non suka pesta seks di sini.. mereka juga di luar lagi pada ngentot loh..!”
Katanya dekat sekali dengan wajah Katherine..
tangannya tanpa disuruh meraba-raba payudara gadis itu yang tidak besar tapi kencang dan indah.
“Jangan.. saya gak mau, lepasin..!?” Katherine masih meronta dan berteriak.
“Ayolah non, yang lain juga lagi asyik masa’ kita nggak..?”
Dari payudara tangan Mamat merayap turun ke kemaluan gadis itu yang berbulu lebat.
“Nggak mau.. lepasin saya, bajingan.. aahhh..!”
Katherine tidak bisa menahan desahannya ketika pria itu menyusupkan jarinya pada belahan vaginanya lalu mulai menggosoknya.
“Gimana Non..? Enak kan..?” Katanya sambil mencucuk-cucukan jarinya ke vagina si gadis.
“Ooh.. jangan Bang.. eengghh.. mmhh..!” Desah gadis itu semakin tak tertahankan..
karena jari-jari Mamat semakin dalam memasuki vaginanya.. tubuh Katherine tersentak ketika jari itu menyentuh klitorisnya.
Katherine memalingkan wajah ke samping saat pria itu hendak melumat bibirnya.
Pria itu tetap mendaratkan bibirnya pada pipinya.. lalu dengan lidahnya ia menyapu pipi gadis itu dan telinganya.
Katherine bergidik jijik merasakan lidah dan kumis tipis pria itu pada pipinya.
Mau tau mau.. ia semakin terangsang juga, vaginanya semakin berlendir karena pria itu terus menggerayanginya..
belum lagi lidah pria itu yang menggelitik telinganya.
“Uuhh.. mmm.. jangan dong Bang.. sshhh..!” keluh Katherine di tengah desahannya.
“Jangan apa Non..? Jangan berhenti maksudnya..? Hehehe..” ejek Mamat yang mengerti kondisi gadis itu.
“Aahhh.. aahh.. saya gak tahan..!” Katherine makin mendesah dan tubuhnya menggeliat-geliat..
ketika jari tengah Mamat mengusap-usap daging kecil yang sensitif di vaginanya itu..
Ia mengatupkan pahanya rapat-rapat menahan rasa geli plus nikmat itu..
Namun Mamat membuka kembali pahanya dan menahannya dengan menyelipkan pahanya di antara sepasang paha gadis itu.
“Enak gak Non, tuh sampai kejang-kejang gini, becek banget lagi..” tanya Mamat dekat telinganya..
“Jangan pura-pura Non, jawab dong baru ntar saya lepasin..” ia mengulang pertanyaannya.
“Iyah Bang.. sshhh..” jawabnya sambil mendesis.. ia sudah tak bisa berbohong lagi..
jelas-jelas geliat tubuh dan desahannya memperlihatkan bahwa ia menikmatinya.
Mamat tersenyum puas dan melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Katherine.
Gadis itu tidak menunjukkan perlawanan lagi meskipun sudah bebas..
dorongan birahi yang menuntut pemuasan membuatnya pasrah menunggu apa yang akan dilakukan pria itu terhadapnya.
Mamat menarik tubuh Katherine ke daerah siraman air.. keduanya berdiri berhadap-hadapan dengan tubuh menempel..
Tubuh mereka terbilang jangkung.. Katherine yang 176 cm hanya lebih pendek sebatas mata pria itu.
Pelan disibaknya rambut gadis itu ke belakang dan ditatapnya wajah ayu yang bersemu merah karena terangsang itu.
Clrup.. Mamat menjatuhkan ciumannya ke bibir gadis itu karena tidak tahan melihat kecantikannya.
Kali ini Katherine tidak lagi memalingkan wajah seperti tadi.. bibirnya bahkan membuka.. membiarkan lidah pria itu memasuki mulutnya.
Keduanya berciuman dengan penuh nafsu di bawah siraman air hangat.
Mulanya hanya Mamat saja yang mencumbuinya dengan ganas..
namun seiring meningkatnya birahi.. Katherine pun mengimbangi permainan pria itu.
Tangan kasar Mamat bergerilya menelusuri kemulusan tubuh gadis itu.
“Non pengen ini kan..?” Katanya sambil menuntun tangan gadis itu ke arah penisnya.
Katherine tidak tau harus menjawab apa.. ia tidak berani menatap wajah pria itu karena malu dan wajahnya memerah.
Penis dalam genggamannya sudah sangat keras.. tanpa sadar ia tangannya bergerak mengurut benda itu.
“Non cantik banget.. seksi.. kulitnya mulus gini lagi.. bikin kontol saya ngaceng banget..” katanya memuji..
tangannya meremas lembut payudara kanan gadis itu.
Tangan Mamat yang satu lagi mengelus turun.. lalu mengangkat paha kirinya hingga sepinggang..
Secara refleks Katherine melingkarkan lengannya ke leher pria itu untuk menjaga keseimbangan.
Wajahnya yang sayu dan menunjukan kepasrahan itu membuat Mamat semakin bernafsu..
sehingga memberikan ciuman ringan pada bibirnya.
“Yang gentle Pak..” kata Katherine dengan suara mendesah.
“Ooo.. pasti Non.. Mamat bin Abdul Azis paling ahli muasin cewek.. istri abang aja suka nagih melulu..” sesumbarnya.
Clebb.. Mamat menekan kepala penisnya yang diarahkan ke vagina Katherine..
Sslepp.. benda itu mulai melesak diiringi desahan gadis itu. “Uuugghh..!”
Mereka mendengus bersamaan saat si pria menghujamkan batang penisnya ke liang vagina si gadis.
Sebentar saja keduanya sudah menikmati persenggaman dalam posisi berdiri.
Lidah mereka saling bertautan. Tubuh Katherine nampak tersentak-sentak mengikuti hentakan pinggul Mamat.
Tak lama kemudian.. entah karena kurang nyaman atau kurang leluasa dengan posisi demikian..
Mamat mencabut penisnya lalu membalikkan tubuh gadis itu hingga membelakanginya.
Katherine menunggingkan tubuhnya dan menggunakan kedua tangannya untuk menopang di tembok.
Clebb.. jlebb.. Kembali Mamat memasukkan penisnya ke vagina gadis itu.
Kali ini gerakannya lebih leluasa.. sehingga otomatis sodokan-sodokannya pun lebih bertenaga.
Kedua tangannya yang berpegangan pada pantat gadis itu sesekali meremas bongkahan yang montok itu atau menepuknya.
“Uughh.. ugghh..!” Pria itu mendengus-dengus seperti mesin yang sedang beroperasi.
Katherine mengimbangi permainan pria itu dengan sedikit memutar pantatnya seperti gaya ngebor.
Nafas pria itu semakin menderu-deru ketika Katherine melakukan gerakan tersebut..
Ia merasakan batang kemaluannya seperti dipilin dalam jepitan liang kemaluannya.
“Terusshh Non.. uenak tenan gitu.. uuuhh.. uuhh..!” Desahnya.
Katherine termasuk tipe yang ribut dalam melakukan hubungan seks.. ia tidak ragu-ragu mengerang keras.
Kurang dari sepuluh menit ia telah mencapai orgasme dan mengerang sejadi-jadinya.
Tubuhnya serasa meledak dan melambung tinggi.. gelombang klimaks itu membuat tubuhnya menggeliat tak karuan.
Mamat tidak menghentikan genjotannya.. ia bahkan semakin liar..
sehingga gadis itu didera nikmat yang luar biasa yang terus menerus berkesinambungan tanpa henti.
Kemudian Katherine merasakan penis pria itu melesak dalam sekali.. berhenti sejenak.. bergetar..
Lalu.. crott.. crott..crot.. terasa cairan hangat menyemprot memenuhi vaginanya.
Mamat melampiaskan orgasmenya dengan sebuah lenguhan panjang dan remasan pada kedua payudara gadis itu.
Mereka terdiam selama beberapa saat mengatur nafas yang tercerai-berai.
Tangan Mamat memeluk dada gadis itu, penisnya yang masih tertancap di vaginanya berkedut-kedut..
mengeluarkan sisa spermanya di dalam vagina si gadis.
Benda itu berangsur-angsur menyusut hingga terlepas dengan sendirinya.
“Abang sabunin yah Non, mau..?” Tanya Mamat dekat telinga gadis itu. Katherine hanya mengangguk lemah mengiyakan tawaran itu.
Mamat pun meraih sabun batangan dari rak sabun di sebelahnya.
Mulailah ia menyabuni tubuh gadis itu dari pundak turun ke dada.. di sana sesekali ia meremas lembut payudara itu..
menyebabkan pemiliknya mendesah pasrah.
Setelah menyabuni punggungnya.. Mamat menegakkan tubuh Katherine..
sehingga menempel dengannya, dan ia mulai beralih ke bagian bawah.
Katherine sendiri hanya memejamkan mata dan sesekali mendesah menikmati tangan dan sabun itu membelai tubuhnya.
“Asli dari Jakarta Non..?” Tanya Mamat sambil membelai lembut tubuh gadis itu yang bersabun.
“Nggak kok.. mmhhh.. saya.. Bandung..” jawabnya terpatah-patah.
“Oohh.. jadi kuliah di Jakarta ngekost yah..?” Tanya Mamat lagi yang dijawab anggukan.
“Udah ada pacar belum Non..?” Tanyanya lagi.
“Iyah.. ada..” jawabnya membuat pria itu makin penasaran.
“Weleh.. terus sekarang Non main sama Abang nih gak apa-apa..?”
“Gak papah.. saya.. sama dia, gak bisa ketemu lagi kok..”
“Maksudnya gak bisa ketemu gimana Non..?” Tanya Mamat dengan heran.
Katherine tidak menjawab pertanyaan itu..
sebagai gantinya ia menolehkan wajahnya ke belakang dan menarik kepala Mamat mendekati wajahnya.
Mamat melanjutkan menyabuni tubuh Katherine sambil berciuman dengannya.. tangan pria itu kini sampai pada selangkangannya.
Desahan tertahan keluar dari sela-sela percumbuan mereka saat tangan pria itu mengelus-elus daerah sensitif itu.
Lebih jauh lagi, Mamat mengorek-ngorek vaginanya..
sehingga mengeluarkan sisa sperma yang dikeluarkannya saat menyetubuhi gadis itu barusan.
Mamat berlutut agar dapat menyabuni kedua betis dan paha gadis itu..
tidak lupa ia juga menyabuni pantatnya diselingi remasan nakal yang membuat gadis itu mendesah.
Setelah menyabuni sekujur tubuhnya, Mamat kembali menarik tubuh Katherine ke daerah siraman..
sehingga air hangat itu membersihkan tubuhnya dari busa sabun.
Katherine menggunakan tangannya untuk menggosok wajah dan tubuhnya dari sisa sabun..
ia juga meraih gagang shower dan menyiramkanya sedikit ke selangkangannya hingga bersih.
Kini kemaluannya yang dipenuhi bulu-bulu hitam lebat itu terpampang jelas di depan mata si kuli bangunan.
Wajah Mamat kian mendekati wilayah sensitif itu.. diciumnya dengan lembut lalu dijilatnya dengan ujung lidah.
“Sssshhh.. Bang..!” Katherine terlonjak seperti tersengat listrik.. secara refleks kakinya membuka lebih lebar.
Begitu paha Katherine merenggang.. Mamat memasukkan jari telunjuknya ke vagina gadis itu.. disusul jari tengahnya.
Dua jari nakal itu bermain-main di dalam sana.. berputar dan menggosok-gosok dinding yang licin dan berdenyut dan memerah itu.
Katherine semakin mendesah dan menggeliat-geliatkan badannya.
Liang kewanitaannya terasa semakin menguak.. dan Mamat kini memasukkan satu jari lagi..
sehingga tiga jari ada di dalam sana, keluar-masuk, berputar-putar, mengurut-menggosok.
“Eehhmm.. aahh.. Bang, geli..” erang Katherine sambil membuka lebih lebar pahanya..
kedua tangannya terbentang ke samping, masing-masing menumpu pada tembok dan dinding shower box.
“Tapi asyik kan..? Huehehe..” goda Mamat yang lalu duduk di lantai shower membiarkan gadis itu mengangkangi wajahnya.
Kembali Mamat memasukkan lidahnya ke dalam liang vagina Katherine yang sudah berlendir.
Dengan dua jari dan satu lidah di organ sensitifnya Katherine merasa kedua lutunya lemas..
Terlebih pria itu seolah-olah mengunyah seluruh kewanitaannya.
Sungguh Katherine tidak tahan lagi.. tubuhnya melorot ke bawah.. jatuh di pangkuan pria itu sambil mendesah dengan mata terpejam.
Ia menggerakkan tangan.. meraih batang penis pria itu yang di bawahnya.
Kemudian ia mendorong tubuhnya ke bawah.. liang vaginanya bagaikan mulut kecil yang hendak menelan penis itu.
Blessepp.. ”Nghh..aahhh..” Ia mendesah nikmat sambil menggigit bibir bawahnya saat dinding vaginanya menguak..
dan kemudian bergesekan nikmat dengan bantang penis yang sudah mengeras dan hangat itu.
“Eeerrhh.. seret Non..!” Lenguh Mamat yang merasa kejantanannya seperti diurut-urut segumpal daging lembut.. basah.. dan hangat.
Katherine mulai menggerakkan pinggulnya dengan tangan berpegangan pada bahu pria itu.
Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan.
Mamat sangat bernafsu menciumi lehernya yang halus dan basah oleh air itu, sementara tangannya meremasi payudara gadis itu.
Semakin liar goyangan Katherine semakin seru pula erangan yang keluar dari mulutnya..
dan itu membuat birahi keduanya semakin membara.
Cupangan Mamat meninggalkan bekas merah-merah pada leher dan bahunya..
demikian pula kuku Katherine yang panjang sesekali tertancap atau tergores pada kulit pria itu.
Setelah lebih dari sepuluh menit berpacu dalam gaya berpangkuan, persetubuhan mereka mulai mencapai puncak.
Dengan bersemangat, Katherine terus menaik-turunkan tubuhnya bak seorang cowgirl di atas seekor kuda jantan.
Mamat pun tak mau kalah, beberapakali ia menyentakkan pinggulnya memberi tusukan keras.
Berdua mereka berlomba-lomba menuju klimaks hingga akhirnya keluar dalam waktu bersamaan.
Memang Katherine tiba di puncak lebih awal, barulah Mamat menyusul dalam waktu kurang dari setengah menit kemudian.
Tubuh mereka mengejang dan terlonjak-lonjak selama beberapa saat.
Katherine terkulai lemas memeluk Mamat yang sudah bersandar ke dinding dengan nafas terengah-engah..
Batang penis pria itu masih menancap di vaginanya walau sudah menyusut.
Kamar mandi yang tadinya riuh dengan suara desahan dan siraman shower kini menjadi hening..
karena Katherine telah mematikan shower setelah membilas tubuhnya dari busa sabun tadi..
Yang kini terdengar hanya suara nafas mereka yang terputus-putus.
“Eh.. iya non, barusan Non bilang gak bisa ketemu pacar Non lagi itu kenapa emangnya..?”
Tanya Mamat sambil menunggu tenaganya pulih.
“Ssst.. jangan omongin itu terus, atau saya ga akan nemenin Abang lagi..!” Jawab gadis itu dengan ekspresi dan nada serius.
“O ya udah deh kalau gitu.. sori, Abang ga nyinggung itu lagi..” Mamat menyimpulkan mungkin gadis ini sedang ribut dengan pacarnya.
Setelah ngobrol-ngobrol ringan sebentar.. Katherine merasa sudah cukup tenaga..
ia mencoba bangkit dengan pelan-pelan agar tidak terpeleset.
Mamat juga ikut berdiri.. ia meraih handuk terdekat dan mengeringkan tubuh gadis itu sebelum dirinya sendiri.
Mamat memeluk tubuh gadis itu dan memberi kecupan ringan di pipi dan bibirnya.
“Non.. malem ini Abang pengen tidur bareng Non, mau kan..?” Tanyanya.
“Ah.. ga usah janji-janji gombal dulu deh Bang, sapa tau keluar dari sini Abang malah gituin temen saya yang lain..”
gadis itu memasang wajah jutek sambil melepas pelukan.
Katherine menyuruhnya keluar duluan dengan alasan ingin buang air terlebih dulu.
“Oke deh Non, saya tunggu yah, jangan lama-lama..”
Mamat mengecup pipi gadis sebelum membuka pintu dan keluar dari ruang itu.
Katherine berjalan ke arah wastafel, digosoknya cermin yang telah buram karena tertutup oleh uap air itu dengan telapak tangan.
Sebuah seringai tergurat di wajahnya sambil menatap bayangannya di cermin.
Bayangan yang seharusnya merefleksikan sosok cantik Katherine malah menunjukkan sesosok makhluk dengan tubuh rusak..
seperti habis terbakar.. di beberapa bagian nampak daging memerah di bawah kulitnya yang hangus.
Wajahnya yang melepuh terlihat seram.. rambutnya sebagian besar terbakar, meninggalkan bekas acak-acakan di atas kepala.
Wajah menyeramkan dalam cermin itu menatap.. dan tersenyum menyeringai membuat bulu kuduk berdiri.
------------------------
Grace melangkahkan kakinya dengan agak terburu-buru. Ia melihat ke arah kolam dan menemukan temannya..
Arlene dan si mandor dari villa seberang sedang bercengkerama selepas persenggamaan mereka.
“Non Grace, ke mana aja daritadi..? Ayo sini dong, ikut berenang..” ajak Parjo.
“Len, gua agak ga enak badan.. lu orang masuk aja dulu..” kata gadis itu tanpa menghiraukan panggilan Parjo..
nampak ia sesekali menyedot hidungnya dan menutup mulut dan hidung dengan tangan.
“Ohh.. jadi lu udah ga tahan yah..?” Wajah Arlene berubah serius, sepertinya ia mengerti apa yang terjadi dengan temannya itu.
“Mmm.. Pak kita masuk ke dalam aja dulu, di sini kan udah dingin..”
Parjo meskipun agak bingung menurut saja apa yang diminta gadis itu. Ia segera keluar dari kolam dan memunguti pakaiannya.
“Udah.. bawa aja nggak usah dipakai.. ntar juga dilepas lagi..!” Kata Arlene menarik lengan pria itu.
“Ehh.. iya, iya deh Non.. Non Grace ayo masuk juga katanya gak enak badan kok malah di luar..”
“Ayo Pak, dia mau minum obat dulu.. yuk kita masuk duluan..!” Arlene segera menyeretnya seolah sedang menyembunyikan sesuatu.
Setelah keduanya menghilang di balik pintu..
Grace menyapukan pandangan matanya yang tiba-tiba berubah tajam ke sekelilingnya.. entah apa yang sedang dicarinya.
---------------------------------------