------------------------------------------------
Cerita 98 – Villa Upon the Hill
Part 1
Senja telah tiba.. matahari mulai tenggelam di ufuk barat mewarnai langit dengan warna jingga yang indah..
sebelum pergi ke belahan bumi yang lain.
Pemandangan senja di daerah pegunungan itu nampak begitu asri..
perbukitan yang hijau.. pohon-pohon rindang dan langit yang menguning.
Waktu saat itu telah menunjukkan pukul setengah enam sore.
Beberapa orang pekerja di sebuah kawasan villa elit nampak sedang beres-beres dan menyelesaikan pekerjaan yang tanggung..
di sebuah villa yang sedang direnovasi.
“Huah.. segernya.. ayo-ayo siapa lagi nih..!” Parjo mengelap rambutnya dengan handuk yang tergantung di lehernya..
ia keluar dengan bertelanjang dada dan hanya memakai celana panjangnya saja.
“Gua dulu yah.. udah gerah nih daritadi..” kata salah seorang dari kuli bangunan itu yang mukanya agak bopengan itu.
“Wei.. wei.. gua dulu aja.. lu mah mandinya kaya ganti kulit.. tobat dah nunggu lu mandi..!” Sela yang kurus berkumis tipis.
“Ya udah kita bareng aja yuk mandinya kalau males nungguin mah..!” Kata si muka bopeng.
“Macem-macem aja.. masa’ gua mandi bareng laki-laki, apa kata dunia nanti..!?” Balas si kurus sambil berjalan ke dalam..
“Udah.. gua dulu aja..!”
“Heh.. heh, udah-udah.. kok kaya’ anak kecil aja sih.. mandi sampe rebutan gitu..!?”
Parjo, si mandor itu berkacak pinggang menegor anak buahnya.
Seorang lagi yang sedang membereskan peralatan tersenyum-senyum saja melihat tingkah mereka.
Saat itu.. sebuah mobil panther merah datang dan berbelok memasuki pekarangan villa di seberang mereka..
sehingga mengalihkan perhatian para kuli yang sedang rebutan giliran mandi itu.
Keempatnya terpana ketika pintu kemudi terbuka..
Dari dalamnya keluar seorang gadis cantik berkacamata hitam dan berambut dikuncir ke belakang dengan pakaian minim..
yaitu tanktop pink dipadu celana hotpants yang sangat pendek..
Sehingga mengekspos bentuk tubuhnya yang indah.. terutama sepasang pahanya yang jenjang dan putih mulus itu.
Setelah itu.. pintu sebelah dan belakang juga terbuka..
lalu keluar gadis lain yang tidak kalah cantik dari gadis berkacamata hitam yang mengemudikan mobil itu.
Jumlah mereka seluruhnya ada empat.. salah seorang di antaranya seorang gadis bule berambut pirang..
Mereka rata-rata berusia awal duapuluhan.. atau mungkin kurang.
Keempatnya memakai pakaian santai yang minim dan menggoda mata setiap pria untuk memelototinya.
Dilihat dari penampilan.. mereka sepertinya mahasiswi anak-anak orang kaya yang menghabiskan liburan di villanya.
Canda tawa cekikikan khas gadis muda terdengar begitu mereka turun dari mobil.
Si gadis berkacamata hitam itu melemparkan kunci pada seorang dari mereka yang berambut panjang lurus..
dan menyuruhnya membuka pintu.. sementara ia berjalan ke belakang mobil untuk membuka bagasi.
Keempat kuli bangunan itu makin terpesona ketika gadis itu menaikan kacamata hitamnya ke atas..
sehingga memperlihatkan matanya yang indah.
Apalagi ketiga gadis itu ternyata melihat ke arah mereka. Erghh.. Seperti mau copot saja jantung keempat pria itu.
Gadis itu tersenyum manis sebagai basa-basi lalu mengambil travel bag dari bagasi.
“Gila tuh bos.. bodynya mantep banget, jadi gemes pengen nowel..!” Kata si kurus terus memandangi ke seberang sana.
“Edan tuh paha bisa mulus gitu, kalau dipegang kaya apa rasanya yah..?”
Timpal yang bertopi caping yang terakhir membereskan peralatan tadi.
“Ada bulenya segala lagi, wah-wah coba kalau bisa mandi sama dia, ck.. ck..!” si muka bopeng geleng-geleng kepala mulai berfantasi.
“Hee.. udah-udah.. mupeng melulu lu orang pada, ayo mandi-mandi sana buru, udah mau gelap nih..!”
Parjo membuyarkan lamunan mesum anak buahnya sekalian jaga wibawa setelah gadis itu masuk ke dalam.
“Huehehe.. si bos juga bengong gitu tadi, hayo sama-sama Mupeng dong..!” Ledek si muka bopeng.
“Sialan, gua gergaji juga nih lo..!” Si bopeng segera berlari kecil ke dalam sambil tertawa-tawa.
Parjo mengambil kemejanya dan memakainya.. lalu ia menyelipkan sebatang rokok pada bibir tebalnya.
Di pikirannya masih terbayang kecantikan dan keseksian empat gadis dari villa seberang itu.
“Ini malem kita nginep di sini kaya’nya lebih enak nih Jo, ya ga hehehe..”
kata si topi caping itu menepuk bahu Parjo dan duduk di sebelahnya.
“Ah bisa aja lo Min.. enak apa susah tidur gara-gara ga tahan liat yang di seberang sana..?”
Ujarnya sambil mengembuskan asap rokok dari mulutnya.
----------------------
Sudah lima hari ini Parjo dan anak buahnya bekerja merenovasi villa itu..
Pemilik baru villa itu merombak beberapa bagian villa itu agar sesuai seleranya..
tadi siang orang itu datang dan mengomel karena ada sedikit kesalahan tata letak..
sehingga mereka harus mengubahnya sedikit.. karena itulah kerja hari ini sedikit lebih lama dari biasanya.
Dalam hati kecil sebenarnya ingin mengintip mereka, siapa tau beruntung melihat mereka sedang berenang atau ganti baju..
tapi ia segera tersadar dan mengingat lagi anak istrinya di ibukota..
sehingga membuyarkan pikiran kotor itu. Ia lalu mengecek pekerjaan hari itu sambil ngobrol-ngobrol santai dengan dua pekerjanya.
“Nah gini nih maunya si tante cerewet itu, semoga besok-besok dia ke sini gak ngomel lagi kaya tadi, dasar ibu-ibu..”
katanya mengamati pekerjaaan yang telah diperbaiki.
“Kalau bagian sini perlu dilapis marmer lagi ga bos..?” Tanya si kurus.
“Lapisin aja biar bagus, takutnya si tante itu ribut lagi..”
“Udah tuh Mat, gua ga lama kan, tuh mandi sana..!” Si bopeng keluar dengan handuk tergantung di bahu.
“Tumben cepet lu, kenapa, ada kuntilanak di kamar mandi..?” Goda si kurus berkumis yang bernama Mamat itu.
Mamat baru saja hendak masuk ke dalam ketika tiba-tiba gadis dari villa seberang itu memanggil ke arah mereka.
Keempatnya sempat celingak-celinguk karena tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka di situ.
Gadis itu lalu menyeberangi jalan yang tidak terlalu lebar itu dan mendekati mereka.
“Bisa tolong turunin barang di bagasi gak Pak..? Lumayan berat sih..” tanya gadis yang mengemudikan mobil tadi..
ia masih memakai bajunya yang tadi kecuali kacamata hitamnya.
“Ooo.. iya, iya Non, bisa..!” Jawab Parjo tanpa mampu berkonsentrasi. Maklumlah gadis di hadapannya ini benar-benar mempesona..
jauh di atas standar wanita-wanita di warung remang-remang ataupun lokalisasi murahan.
Seperti kerbau dicocok hidungnya mereka mengikuti si gadis itu ke seberang.
“Omong-omong Non-non ini lagi liburan di sini yah..?”
Mamat mencoba mengajak ngobrol tanpa bisa melepas pandangan matanya dari tubuh gadis itu,
“Non yang punya villa ini yah..?” tanya Parjo yang dijawab gadis itu dengan anggukan.
Aroma harum parfum mahal tercium dari tubuh gadis ini, begitu menggoda dan membangkitkan gairah.
Suatu ketika lengan kekar Parjo bersentuhan dengan lengan halus gadis itu.
Gile mulusnya, bener-bener kaya sutra..! Serunya diam-diam.. ia bersyukur dalam hati.
Si bopeng dan Amin yang berjalan di belakangnya juga terus memperhatikan pinggul gadis itu yang padat di balik celana hotpantsnya yang pendek.. tangan mereka gatal ingin mengelusnya tapi takut kena damprat.
“Nah ini Pak, isinya bahan-bahan makanan buat barbeque-an sama alat masak, tolong yah Pak..”
pintanya setelah membuka bagasi menunjuk sebuah box plastik. “Ooo.. ini sih gampang Non, mari sini saya angkatin..”
Sekali angkat box itu sudah pindah ke dekapan Parjo, si mandor itu.
“Makasih yah Pak, ayo kita ke dalam..” gadis itu berterimakasih dengan mengembangkan senyumnya yang manis sambil menutup bagasi.
Kalau saja para kuli bangunan itu jeli dan pandangan mereka tidak melulu pada gadis jelita ini..
mereka akan dengan jelas melihat di bawah karpet bagasi itu terdapat genangan darah dan rambut manusia.
Mereka mengikuti gadis itu masuk ke villa dengan hati girang, setidaknya bisa berkenalan atau diberi minum kopi juga sudah cukuplah.
“Taro sini aja Pak..” gadis itu menyuruh Parjo meletakkan kotak itu meja dapur.
“Makasih ya, Bapak-bapak mau minum apa..?”
"Apa aja deh Non hehee.. air putih juga ga apa-apa, bisa nolongin Non juga udah seneng kok kita..” Amin menjawab terbata-bata.
Gadis itu mempersilakan keempatnya masuk ke ruang tengah.
Mereka terkagum-kagum melihat interior dan perabotan elegan di dalamnya.
“Hai.. apakabar..!?” Sapa seseorang di ruang tengah ketika mereka masuk.
Ternyata si gadis bule tadi sedang nonton TV sambil selonjoran di sofa.
Ia segera memperbaiki duduknya dan mempersilakan mereka duduk.
Bahasa Indonesianya lumayan juga walau logat bulenya masih kental.. sepertinya ia sudah cukup lama tinggal di Indonesia.
“Gile bos.. kaya masuk surga aja nih hari ya..?” Kata Mamat setengah berbisik pada mandornya.
Begitu dipersilakan duduk si bopeng langsung dengan sigap mengambil tempat di sebelah si bule itu.
Sialan lu.. gua udah pengen di situ malah keburu lu ambil..! Gerutu Mamat dalam hati.
Yang lain juga mengambil tempatnya masing-masing.
Mereka mulai berbasa-basi tanpa melepas pandangannya dari gadis bule itu.
Pria normal mana yang tidak tergiur melihat gadis cantik berambut pirang sebahu dan bermata hijau yang menawan.
Gaun terusannya yang mini memamerkan sepasang paha jenjangnya yang mulus..
juga potongan dadanya yang rendah itu memperlihatkan belahan dadanya.
“Eenngg.. Non ini namanya siapa..?” Tanya Parjo.
“Samantha.. panggil saja Sam..” jawab gadis itu ramah..
pembawaannya santai saja tidak nampak risih walau duduk di antara kuli-kuli bangunan yang memandang lapar padanya.
“Silakan Pak, diminum dulu tehnya..!” Gadis pemilik villa itu datang dengan membawa empat gelas teh panas dengan sebuah baki.
“Makasih Non, padahal kita kan cuma nolongin dikit nih..” kata Amin.
Jakun Mamat dan Parjo nampak naik-turun melihat belahan dada gadis itu ketika menunduk untuk meletakkan gelas di depan mereka.
Parjo memperkenalkan teman-temannya pada kedua gadis itu.
Mamat si kurus yang berkumis itu berumur 37 tahun.. yang mukanya agak bopengan dan bertubuh agak pendek itu usianya 40 tahun bernama Ghozi.. serta Amin yang berusia 51 tahun.. sebaya dengan Parjo, namun rambutnya sudah agak beruban dan tipis.
Kulit keempatnya begitu kontras dengan kedua gadis di ruang itu..
mereka berkulit gelap dan kasar sementara kedua gadis ini begitu cantik dan berkulit putih mulus.
Gadis itu lalu menjatuhkan pantatnya di sofa tunggal yang berseberangan dengan Samantha dan Ghozi.
Ia memperkenalkan diri sebagai Arlene –21 tahun..– seorang mahasiswi fakultas psikologi dari sebuah universitas swasta di ibukota.
“Teman saya ini juga sekampus kok, cuma beda fakultas..” ujarnya memperkenalkan Samantha.
“Ooohh.. emang kalau Non Sam dari fakultas apa nih..?” Tanya Gozhi.
“Eemm.. saya fakultas arsitektur.. ya tugasnya gambar-gambar sketsa rumah seperti itu..” jawab Samantha dengan logatnya yang khas.
“Asik yah Non liburan ke tempat yang tenang gini.. bikin otak seger lagi hehe..” kata Amin.
“Omong-omong tadi sepertinya kita liat ada empat orang yah Non..? Yang lain lagi ngapain nih..?” Tanya Mamat.
“Lagi pada mandi tuh keliatannya.. cape di jalan seharian..” jawab Arlene seraya menunjuk pada pintu yang tertutup di belakangnya.
Keempat pria itu terdiam beberapa saat.. bingung mau omong apa lagi..
karena deg-degan mengagumi kecantikan dan keseksian kedua dara ini.. ada yang meneguk tehnya..
ada juga yang membayangkan tubuh-tubuh telanjang yang sedang diguyur air di balik pintu itu.
“Sam, don’t you feel he looks like want to eat you..?” Kata Arlene sambil tersenyum pada teman bulenya.
“Yea.. their eyes has told it, also to you..” jawab Samantha.
“I’m sure they will ‘do’ us, if they stay here longer..”
Arlene membuat tanda kutip dengan kedua jari tengah dan telunjuknya.
“Hayo lagi ngomongin apa nih, kok pake Bahasa Inggris nih biar kita ga tau..?” Tanya Parjo.
“Ada deh, urusan cewek kok pokoknya ga perlu tau..” Arlene tersenyum nakal.
“Iya.. bukan masalah penting kok, ayo silakan diminum..” Samantha mengalihkan pembicaraan.
Tiba-tiba pintu di belakang Arlene membuka dari dalam..
keluarlah seorang gadis mengenakan kimono kuning dan handuk yang masih tergulung di atas kepalanya.
Gadis itu adalah yang tadi menerima kunci yang dilemparkan Arlene ketika baru turun dari mobil.
“Uuppss.. ada tamu nih..?” Gadis itu agak terkejut melihat ruang tengah itu penuh orang.
“Yang ngebangun villa di seberang tuh.. tadi bantuin angkatin box ransum kita..” Arlene memperkenalkan.
“Nah ini Grace namanya.. sama-sama temen kuliahan juga..”
“Hai..” Grace menyapa ramah sambil tersenyum manis.
Sungguh keempat pasang mata itu terpana melihat kemunculan Grace..
Saat itu wajahnya sudah bersih dari make-up karena baru selesai mandi.. namun itu tidak mengurangi kecantikannya.
Dengan kimononya yang menggantung 10 cm di atas lutut penampilannya sangat mempesona.
Tatapan nakal mereka nampaknya membuat Grace sedikit nervous.. walau begitu ia berusaha tetap ramah pada mereka.
“Permisi yah Non, bisa saya numpang ke toilet sebentar..?” Amin berdiri bermaksud ke kamar mandi itu.
“Eh.. jangan di sini Pak, masih ada orangnya di dalem..” kata Grace.
“Mari saya anterin aja ke toilet yang satu lagi..”
“Maaf yah Non, jadi ngerepotin nih..”
pria setengah baya itu diam-diam merasa senang, setidaknya ada kesempatan berduaan dengan gadis ayu itu.
Amin pun permisi pada mereka untuk mengikuti Grace ke toilet.
“Have a good time, baby..!” Kata Samantha tersenyum pada temannya.
“You too, girls..” balas Grace sambil mengedipkan sebelah mata dan menepuk bahu gadis bule itu ketika melintas di sebelahnya.
----------------------
Amin mengikuti Grace yang membawanya keluar ke halaman samping villa.
Amin tampak kagum memandangi villa yang besar dan mewah itu.
Mereka berjalan menyusuri koridor yang sebelahnya terdapat halaman berumput dengan sebuah paviliun untuk bersantai.
Saat itu langit sudah gelap, lampu taman telah menyala membuat suasana terasa lebih indah.
“Bagus yah villanya Non, kalau liburan kalian sering ke sini yah..?” Tanya Amin sambil terus memandangi Grace yang berjalan di depannya..
seolah-olah matanya melihat tembus pandang ke balik kimono gadis itu.
“Ya gantianlah kadang kita ngumpul di villa temen lain juga.. jadi suasananya bervariasi..” jawabnya..
“Bapak sendiri udah berapa lama kerja di seberang sana..?”
“Belum lama, baru seminggu kurang kok..” jawabnya. “Ini yah toiletnya Non..?”
Grace menekan sakelar di sebelah pintu.. sehingga lampu menyala.
Toilet itu berukuran kecil, sekitar 2×3 meter, dengan WC jongkok dan bak air berlapis ubin krem.
Walau demikian kondisinya bersih dan tidak bau apek, air di dalam bak juga jernih karena berasal dari gunung.
Tidak terasa mereka telah jauh dari ruang tengah tempat yang lain berkumpul..
yang terdengar di sekitar mereka hanya suara jangkrik dan desiran angin malam.
“Di sini Pak, saya tinggal ke kamar dulu yah, mau pakai baju nih..” kata Grace.
“Eee.. entar Non, jangan pergi dulu.. ntar saya nyasar gimana, kan villanya lumayan gede nih..”
cegah Amin yang tak rela gadis itu pergi begitu saja.
“Gak bakallah Pak.. itu tinggal lurus belok kanan terus kanan lagi kan udah sampe ruang tengah..”
“Tapi tungguin bentar aja yah Non.. Bapak kan orang asing, ga enak sendirian di sini..” pintanya.
“Takut-takut malah ketemunya kuntilanak hehehe..” ia mencoba bercanda agar lebih dekat dengan gadis itu.
“Hhhmm.. ya udah gih, cepetan saya tunggu di luar sini..” katanya.
Di dalam toilet.. Amin membuka celananya dan mengeluarkan air seninya dengan lega.
Penisnya sudah ereksi akibat membayangkan yang jorok-jorok daritadi.. sehingga ia harus menekannya agar mengarah ke lubang WC.
Amin tidak menyadari ketika sedang asyik buang air sepasang mata mengawasinya dari jendela kaca di atas pintu di belakangnya.
Wajah pucat yang menyeramkan itu memiliki rambut hitam panjang yang kasar yang menutupi wajahnya sebelah..
matanya begitu cekung ke dalam dengan lingkaran mata yang hitam.
Entah bagaimana sosok menyeramkan itu bisa mengintip dari jendela kaca itu..
mungkin melayang di udara, mungkin memiliki leher panjang, atau mungkin juga tidak memiliki badan.
Amin bersiul-siul sambil menyelesaikan buang air kecilnya. WC ini sangat bersih dan rapi, tapi entah kenapa terasa sangat sepi dan dingin.
Semilir angin pelan yang mengembus membuat Amin sedikit tegang.
Jengkel juga ia karena terlalu sering mendengarkan cerita seram dari teman-temannya, kadang membuat ia berpikiran yang aneh-aneh.
Tapi di tengah angin yang berembus pelan itu sekonyong-konyong tercium bau wangi kembang, ada yang aneh di tempat ini.
Ia merasa seperti sedang diawasi.. oleh seseorang.
Ctuk..! Wajah seram itu menyentuh sedikit kaca itu.. sehingga memancing perhatian Amin.
Pria itu berbalik dan memandang sekeliling, tidak ada apa-apa termasuk di jendela atas pintu itu..
seketika ia merasa bulu kuduknya merinding.
Serangga sialan..! Omelnya dalam hati.. Bikin orang mikir aneh-aneh aja..
“Non Grace, ternyata masih di sini, makasih nih mau nungguin saya..”
katanya setelah membuka pintu dan menemukan gadis itu masih di luar.
Grace sedang menghanduki rambut panjangnya dengan handuk yang tadi digulung di atas kepalanya.
Ia terlihat semakin cantik dengan rambutnya yang masih basah itu.
“Ayo Pak, kita kembali ke dalam, di sini dingin, banyak nyamuk lagi..”
“Sebentar Non, coba ke sini sebentar, krannya kok ga mau nutup ini..”
“Gak mau nutup gimana..?” Grace melangkah masuk ke kamar mandi.
Begitu ia menjejakkan kaki ke dalam, Amin dengan sigap menutup pintu dan menguncinya.
Kemudian ia meraih lengan dan pinggang gadis itu untuk memeluknya.. juga didorongnya ke belakang.. sehingga memepet ke tembok.
Tentu saja Grace terkejut dan meronta-ronta untuk melepaskan diri dari pelukannya.
“Pak, apa-apaan ini..!? Jangan kurang ajar yah..!?” Seru Grace kaget sambil terus meronta.
“Ayo dong Non, kan tadi Non bilang dingin, makannya kita berbagi kehangatan sebentar di sini..” jawab Amin tepat di dekat wajah Grace..
sehingga embusan nafasnya terasa menerpa pipinya yang halus.
“Nggak.. gak mau, lepasin, lepas.. mmmhhh..!”
Kata-katanya tidak sempat terselesaikan karena pria itu membungkam mulutnya dengan bibirnya yang tebal.
Grace mengatupkan bibirnya rapat-rapat.. ia merasa jijik lidah kuli bangunan itu memasuki mulutnya..
namun ia tidak berdaya melawan karena Amin mendekapnya dengan kuat.
Semakin ia meronta malah semakin menimbulkan kontak dan gesekan dengan tubuh Amin yang malah makin menaikkan gairah pria itu.
Tangan kasar pria itu meraba-raba di bagian bawah.. menyingkap kimononya dan menyusup ke dalam.
Dielusnya kulit paha gadis itu yang mulus terus naik hingga menyentuh bongkahan pantatnya..
Sesuai dugaan.. Grace tidak memakai apapun di balik kimononya. Dengan gemas Amin mengelus dan meremasi pantat yang sekal itu..
lalu tangannya merambat ke depan dan menyentuh kemaluan gadis itu yang berbulu lebat.
Tubuh Grace tersentak seperti kena setrum saat jari-jari pria itu menyentuh bibir vaginanya yang sensitif.
Rasa jijik yang menyelimutinya mulai berubah menjadi kenikmatan..
darahnya berdesir karena elusan-elusan nakal pada daerah sensitifnya.. sehingga perlawanannya pun mulai mengendur.
Amin terus menggesek-gesekkan tubuhnya mereka..
Ughh.. terasa sekali buah dada yang empuk itu bersentuhan dengan tubuhnya di balik pakaian.
“Eeemm.. mmmm..!” Bibir Grace akhirnya mulai membuka karena susah bernafas..
Clrupp.. saat itulah lidah kuli bangunan itu menerobos masuk dan langsung menyapu telak rongga mulutnya.
Grace pasrah saja ketika lidah pria itu berhasil mengulum dan membelit lidahnya.
Ia dapat merasakan bau mulut dan ludah pria itu yang tidak sedap..
namun ia sudah lelah untuk melawan dan semakin terseret dalam birahinya.
Secara naluriah Grace merespon rangsangan yang diterimanya.. lidahnya mulai menari-nari membalas lidah kasap pria itu.
Tubuhnya menggelinjang tak tertahankan karena pria itu terus mengaduk-aduk vaginanya dengan jarinya..
Ia merapatkan paha karena menahan geli namun itu malah membuat pria itu menikmati kemulusan pahanya.
Merasa sudah di atas angin.. Amin melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Grace..
dan tangannya turun ke bawah membuka simpul tali pinggang kimono itu.
Srtt..! Sekali tarik terbukalah simpul itu..
Tidak berhenti sampai situ.. tangan itu terus menyusup ke balik kimono yang sudah terbuka dan meraba-raba tubuhnya.
“Hhnnghh.. oohh..!” Lenguh Grace begitu Amin melepas lumatannya pada bibirnya.. nafasnya sudah tak teratur.
Amin menyeringai memandangi tubuh Grace yang tersaji di hadapannya.
Mata Amin seperti mau copot saking takjubnya, seumur hidup baru pernah ia menyaksikan tubuh sesempurna itu.
Payudaranya yang berukuran sedang dengan puting kecoklatan..
perut rata tanpa lipatan, dan kemaluannya yang berbulu lebat sungguh membuatnya menelan ludah.
Gadis ini bagaikan langit dan bumi bila dibandingkan dengan pelacur-pelacur kelas bawah yang pernah ditidurinya..
bahkan istrinya sendiri ketika muda.
“Non Grace cantik banget, saya bener-bener ga tahan deh..” gumamnya sambil buru-buru melepas kemeja lusuh dan celananya.
Setelah bugil Amin kembali mendekap Grace yang masih terengah-engah mengatur nafas..
kini dirasakan kulitnya yang gelap dan kasar itu bergesekan dengan kulit Grace yang lembut serta buah dadanya yang kenyal.
“Eemmghh..” desah Grace ketika kuli bangunan itu meremas payudara kanannya.
Bibir pria itu menyusuri leher jenjangnya.. menjilati hingga telinganya memberi sensasi geli yang nikmat.
Jari-jarinya yang nakal memilin-milin putingnya hingga semakin lama semakin mengeras..
sementara tangan satunya bergerilya menyusuri lekuk tubuhnya yang indah.
Sambil menjilati lehernya, Amin menghirup aroma harum dari tubuh gadis itu karena baru saja selesai mandi.
“MMhhh.. Pak..!” Akhirnya erangan nikmat Grace keluar juga.
Tubuhnya tidak bisa berbohong dan semakin larut menikmati perlakuan Amin padanya.
Ia melingkarkan tangannya memeluk pria itu.
Ia merasa vaginanya semakin basah dan berdenyut karena pria itu sengaja menggesekkan penisnya yang telah mengeras ke wilayah itu.
“Jangan Pak, cukup.. nanti yang lain tau..!” Pinta Grace saat pria itu menekan penisnya untuk memasuki vaginanya..
Slepp.. kepala penis bersunat itu telah tepat berada di belahan bibir gadis itu.
“Tanggung Non, sebentar aja kok.. udah enak gini..!” Amin tidak menggubris permintaannya dan mengangkat paha kiri gadis itu.
“Aauuhh..!” Rintih Grace menahan nyeri pada vaginanya yang dibobol penis pria itu..
“Jangan kasar-kasar Pak.. aahh..!” Ia mempererat cengkeramannya pada lengan pria itu.
Jlebb..! “Uuhhh.. masuk juga, enaknya, sempit banget Non..”
Amin meresapi kehangatan dan kelegitan vagina Grace pada penisnya yang telah tertancap itu.
“Duh.. kasar banget sih Pak..!?” Keluh gadis itu dengan wajah meringis karena masih terasa sakit pada bibir vaginanya.
“Maaf Non, abis ga bisa nahan nafsu, Non cantik banget sih, bahenol lagi..!”
Namun di samping rasa sakit itu.. Grace tidak bisa mengingkari bahwa ada rasa nikmat juga yang menjalari tubuhnya..
terlebih setelah penis itu tertancap di vaginanya pria itu mencumbunya dengan lembut..
sehingga menciptakan peralihan yang tepat antara kasar dan lembut.
----------------------------------------------