Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------

Cerita 96 - Donor Sperma

Episode 3


“Dari siapa..?” Aku bertanya ketika Icha siang itu menerima telepon.
Nadanya terdengar mencurigakan, dia hanya ‘ya, ya’ saja dan mengangguk-angguk tanpa berkata apa-apa.
Lalu dia tersenyum padaku. “Sepertinya kamu beruntung..” bisiknya.

“Beruntung apa..?”
Aku berjalan mendekat dan memeluknya, tanganku segera bergeser menuju bongkahan payudaranya yang terlihat mau tumpah.
Dengan baju tipis seperti itu.. Icha terlihat menggairahkan sekali.

“Ageng meminta kita datang nanti malam, Dania ternyata belum hamil..”
“Jadi, aku gagal..?” Tanyaku sambil meremas-remas ringan.

“Hmm.. Suaramu memang terdengar kecewa..” Icha tersenyum. “Tapi seringai di bibirmu tak bisa disembunyikan..”
“Ah, kelihatan ya..?” Aku tersipu malu, dan menciumnya.

“Maaf, bukan maksudku ..”
“Nggak apa-apa..” Icha menarik tanganku yang berusaha menelusup ke balik bajunya. “Sebaiknya kita bersiap-siap, hari sudah sore..”

Aku mengangguk.. dan segera mengikutinya menuju ke kamar untuk berganti baju.
Sebenarnya ngaceng juga melihat Icha yang telanjang di depanku, tapi apa mau dikata.. aku harus menghemat sperma untuk Dania nanti.

Icha yang melihat penisku sudah mengacung keras.. tertawa dan meremasnya perlahan.
“Sudah tak sabar ya..?” Ucapnya lirih. “Ingat.. ini hanya agar Dania bisa hamil..” ancamnya.

Aku memeluknya dan membisikkan kata cinta di telinganya..
“Pasti. Hanya nafsu yang kugunakan di sini. Kalau cintaku tetap untukmu, sayang..”

Icha tersenyum dan memilihkan baju untukku.
Selama aku memakainya, Icha pergi ke luar untuk menitipkan anak-anak kepada babysitter.
Lalu kemudian.. setelah semua beres.. bersama-sama kami pergi ke rumah Ageng yang berada berseberangan tepat di sebelah kiri.

Sambil bergandengan tangan.. aku diliputi oleh kegembiraan yang penuh semangat..
tapi kuusahakan menyembunyikannya sebaik mungkin agar Icha tidak sampai tau.

Bayangan dapat merasakan kembali tubuh mulus Dania membuat penisku ngaceng sedaritadi.. sama sekali tidak mau turun..
meski aku sudah mengguyurnya dengan air dingin di kamar mandi.

Pagar rumah Ageng tidak terkunci.. kami segera masuk dan berjalan menuju pintu depan.
Lampu teras menyala redup.. menyinari taman serta bagian depan garasi yang nampak tertutup rapat.

Icha mengetuk beberapakali.. dan Ageng langsung keluar menyambut kami.
“Eh.. mari silakan. Ayo masuk..” dia membuka pintu lebar-lebar dan mundur ke belakang.. memberi kami kesempatan untuk lewat.

Aku menoleh ke sekeliling.. mencari keberadaan Dania.. tapi dia tak kutemukan.
Hanya alunan musik dari satu set stereo yang berada di ruang tengah terdengar mengalun pelan..
menyulap aura jengah di antara kami menjadi sedikit nyaman.

Ageng lantas mengajakku untuk langsung menuju kamar.. rupanya Dania sudah menunggu di sana.
“Hai, mbak. Apa kabar..?” Sapanya pada Icha begitu kami masuk.
Kedua perempuan itu berpelukan dan saling mencium pipi. Bisa kulihat kalau Dania sebenarnya juga salah tingkah.

“Ayo..” Ageng menyuruhku agar mendekat.
Dania menunduk saat aku muncul.. dia mundur ke belakang suaminya.
Perasaan malu-malunya tetap ia pertahankan.. sama seperti diriku yang sedikit deg-degan.

Icha mencium pipiku dan berbisik.. “Kutunggu di luar..” Ageng mengangguk.. dan bersama dengan istriku dia melangkah mundur.

Kulihat.. Ageng tidak menjabat tanganku malam ini.. tapi dia membuat gerakan isyarat canggung ke arah ranjang agar aku segera bekerja menghamili istrinya.. sebelum kemudian berbalik dan berjalan mengikuti Icha menuju ruang tamu.

Aku menutup pintu dan menguncinya.. tapi tanganku berhenti di pegangannya. Aku diam di sana untuk beberapa saat.
Dania duduk di sisi tempat tidur.. jilbab yang tadi ia kenakan telah ia lepas.. dia berpaling melihatku.

Senyumnya nampak kaku.. tapi bisa kulihat kalau dia juga menyimpan rasa rindu yang sama.
"Terimakasih sudah mau datang..” ucapnya lirih sambil menatapku.

Saat itu dia tengah mengenakan gaun tidur merah yang diikat di pinggang..
cukup pendek hingga memperlihatkan sebagian kulit pahanya saat ia duduk di sisi tempat tidur.

Rambut hitamnya yang halus nampak berkilau.. bergerai ringan di bahunya seolah-olah Dania baru menyisirnya beberapa saat lalu..
dan bibirnya nampak mengkilap.
Wangi parfum menguar lembut di seluruh kamar.. menunjukkan kalau dia sudah mempersiapkan diri untuk menerima kunjunganku.

"Iya..” aku menjawab. "Terimakasih sudah mau mengundangku lagi..”
"Masih ada tigakali lagi kalau aku masih belum hamil..” Dia tersenyum.

Sikap dan kata-katanya perlahan membuat rasa percaya diriku tumbuh.
“Kamu lebih suka langsung hamil, atau nunggu yang kelima..?” Tanyaku menggoda.

Dia tersipu, kemudian menjawab.. "Hamil juga nggak apa-apa.. tapi tetap boleh menikmati yang kelima..”

“Tidak ada pilihan itu..” aku tersenyum dan duduk di dekatnya.. memandangi wajah cantiknya tanpa pernah merasa bosan.
"Bagaimana dengan Icha dan Ageng..?”

“Mereka tidak perlu tau apa yang terjadi di ruangan ini. Apapun yang terjadi.
Ini akan menghancurkan pernikahan kita dan juga persahabatan kita jika mereka sampai tau.
Kita melanggar banyak aturan Icha bulan kemarin.."

Aku tau dia sepenuhnya benar. Dan memang itulah yang kurenungkan selama beberapa hari ini.
"Aku tau.. tapi siapa yang bisa mencegah, maksudku.. kita berdua di kamar ini.. melakukan itu.. dan semua tentunya mengalir begitu saja..”

Aku tidak bisa membantu banyak.. tetapi aku tetap berusaha untuk tersenyum.
Dania menatapku dan balas menyeringai sejenak sebelum tiba-tiba tertunduk dan kembali ke tatapan seriusnya.

Dia tidak mengatakan apa-apa selama beberapa detik.. kemudian menyatakan..
"Aku merasa begitu bersalah.. setiapkali bercinta dengan Ageng.
Aku seperti telah mengkhianatinya.. karena sudah bercinta dengan penuh nafsu denganmu.
Dan bahkan.. selama Ageng menyetubuhiku, aku.. ehm, bukan.. kamulah yang sering kupikirkan.
Dalam bayanganku.. milikmulah yang sedang masuk ke dalam diriku. Ah, aku benar-benar nggak bisa menahan diri..”

Kalimat itu disampaikannya dengan tenang..
tapi kata-kata 'dalam diriku' diucapkannya sedikit emosi.. dan itu membuat nafsuku kian mencengkeram kuat.

Untuk beberapa saat.. aku ingin menyemburkan apa yang juga kualami; tentang bagaimana aku terus teringat pada tubuh mulusnya..
juga liang memeknya yang masih mungil dan sempit.. dan setiapkali bercinta dengan Icha.. itulah yang selalu kupikirkan.

Namun yang kuucapkan malah Cuma.. "Aku juga. Aku juga kangen dengan tubuhmu.." kataku sambil membuka tangan.
Dania memandangku sejenak.. dan kemudian dia berdiri dan berjalan ke arahku.

Aku merangkulnya dengan gembira saat dia memutuskan untuk menjatuhkan diri ke dalam pelukanku.
Bisa kurasakan tonjolan lezat payudara kecilnya yang mengintip di balik gaun.. mendesak ringan di depan dada.

Aku bisa mencium parfumnya lebih intens sekarang..
juga kedekatan menggoda dari daging di bawah gaun tidurnya, dan penisku mulai merespon.

Kami berpandangan.. matanya mengunci ke arah mataku seolah-olah menantang agar aku berbuat lebih jauh lagi.

Sebagai tanggapan.. tanganku membelai sesaat pinggangnya yang ramping dan kemudian meluncur ke bawah..
untuk kemudian menangkup kedua bulatan pantatnya yang terasa padat saat kuremas.

Dania memindahkan salahsatu kakinya ke depan, memasukkan ke daerah pribadiku dan menggeliat.
"Sebelum kita memulai..” kataku berani.. "Aku ingin membuat beberapa aturan baru.."
Alisnya sedikit terangkat.. tapi dia cepat mengangguk, setuju ikut dalam permainanku. "Oh ya, aturan apa?"

"Pertama..” aku berkata, bergeser lebih dekat dengannya hingga mulut kami hanya berjarak satu centi.
"Dalam kamar ini, jangan ada rasa bersalah. Tapi perasaan itu bisa kita tunjukkan kalau kita berada di luar tempat ini.."

Aku memindahkan tangan kananku.. menempatkan di lengan kirinya.
Ekspresi Dania tidak terbaca, tapi anggukannya mengkonfirmasi keputusan yang sudah ia buat.

Penuh tekad dia tersenyum dan berkata.. "Setuju. Bolehkah aku membuat aturan nomor dua..?”
"Ya, tentu..” jawabku sedikit terkejut karena ia telah bergabung dengan permainan begitu cepat.

"Yang kedua.. kita hanya memiliki hubungan di sini.. di kamar tidur ini.."

Dia mengulangi apa yang Icha katakan bulan sebelumnya.. tapi kemudian Dania buru-buru menambahkan..
".. Tapi.. kau bebas menyentuhku; di manapun.. di bagian tubuh apapun..”

Dia beringsut lebih dekat saat mengucapkan kata-kata itu.. sehingga tubuh kami kembali bersentuhan.
Mulut kami saling menempel.. dia mendongak dan aku menunduk..
berusaha sekuat tenaga agar tidak lekas-lekas menarik lezatnya ke dalam mulutku.

"Setuju..” bisikku sambil membelai leher dan rambutnya.
Dania merespon dengan mendengkur lirih seperti kucing.. dan memutar kepalanya ke tanganku untuk menerima lebih banyak belaian.

"Apa aturan nomor tiga..?” Dia bertanya.. menantang.

“Yang ketiga.. kita akan melakukannya dengan cepat dan menyelesaikannya sesegera mungkin. Tapi usahakan tetap lebih dari satu jam..”
“Mmm.. ide yang bagus. Mudah-mudahan pasangan kita nggak bosan menunggu..” jawabnya sambil tertawa.

"Aturan keempat.. boleh aku menetapkan aturan keempat..?” Aku mengangguk menjawab pertanyaannya.
“Yang keempat.. kita akan berpakaian seminim yang kita bisa..”

Sambil berkata.. kedua tangannya meluncur ke ikat pinggangku dan dalam hitungan detik telah melepaskannya.
Dia juga membuka ritsletingku.. memberikan kebebasan kepada penisku yang sudah memberontak sedari tadi.

Dania menatapnya dengan berani. “Besar.. tepat seperti yang kuingat..”
Dia memegang dan meremas-remasnya sebentar.. membuatku melenguh saat berusaha melepas ikatan gaunnya.

Dengan gerakan sensual Dania menanggalkan kain tipis yang ia pakai.. menampakkan tubuh kurus tapi indah yang sungguh luar biasa.
Di bawah gaun.. dia mengenakan beha mungil yang nyaris tidak menutupi payudara kecilnya.

Perutnya masih nampak kencang dan ramping.. tapi pinggulnya lebar dan bokongnya juga terlihat bulat..
disangga oleh sepasang kaki panjang yang terlihat lincah dan padat.

Aku menatap tubuhnya seperti orang kelaparan.. menikmati lekuk indah serta kekencangan kulit payudaranya yang membengkak lembut.

Saat Dania melepas celana dalamnya.. sebentuk segitiga hitam gelap muncul di antara kedua kakinya.
Jembut itu tidak tebal.. tercukur rapi menghiasi gundukan daging yang aku tau masih sangat sempit.

Tubuh yang sangat sempurna.. aku bisa melihat bahwa Dania merasa gembira melihat reaksiku.
Lekas kutarik kaosku ke atas kepala agar aku bisa sama-sama telanjang.

Tubuh kami semakin mendekat dengan nafsu menggelora.. hanya menunggu waktu untuk meledak dahsyat.

"Aturan kelima ..” aku berbisik.
"Tidak ada pembicaraan intim dan saling merayu.. tapi kamu boleh berteriak keras-keras selama kita bercinta..
juga ketika aku melepaskan sperma ke dalam dirimu.."

Dania mengangguk dan memindah tangannya ke dadaku.. menumpukannya di sana ringan sebelum meluncur turun menuju perut.
"Aturan 6..” tambahnya.

"Tidak ada sentuhan intim.. contohnya seperti ini..”
Dengan itu.. dia mencondongkan tubuh ke depan dan secara bertahap kepalanya bersandar ke dadaku..
sambil tangan kirinya meraih lembut di sekitar penisku.

Dia memutar tangan.. sehingga telapaknya mulai terasa membelai.. dan kemudian dia mulai mengocokku perlahan-lahan.
“Yah, aku setuju..” Aku menjawab dengan menggerakkan tangan ke atas..
mencapai di bawah salahsatu beha dan meremas gemas payudara kecil Dania yang terlihat menyenangkan.

Ughh.. Untuk pertamakali.. seluruh telapak tanganku bisa melingkupinya..
merasakan betapa keras dan kuatnya tonjolan puting yang menekan di antara jari-jariku.

"Aturan ketujuh..” Dania berkata serak.. sementara tangannya terus meremas-remas penisku.

"Kita sudah terlalu banyak aturan..” Jawabku sambil mengangkat dagunya dan mulut kami langsung saling menemukan satu sama lain.
Kkulumat dia dalam ciuman lembut yang mengejutkan dan tak terkendali.

"Ehgh..” Dania mengerang ketika ciumanku turun dari mulutnya, lalu mengalir ke dagu.. leher samping kanan dan bahunya..
Lalu terus turun sampai berakhir di tonjolan buah dadanya.

Aku mendorong cup beha yang masih menutupi dengan tanganku..
menikmati tonjolan milik Dania yang kecil mungil namun terlihat sangat padat.

Mulutku memagut ke sana, menggelitik putingnya dengan bibir dan lidahku, dan kudengar Dania berbisik..
"A-aturan ketujuh.. mari kita lupakan seluruh aturan itu."
Aku mengangguk dan dengan lembut membawanya ke tempat tidur.

Dia telentang.. sedangkan aku berbaring di atas perutnya. Kakinya terjuntai ke sisi kasur ketika aku mulai kembali menyusu..
mengisap dan menjilati putingnya yang kanan, sementara tanganku bermain-main dengan payudaranya yang lain.

“Eghh..” jelas kudengar desahannya yang sedang berada dalam kenikmatan. Terus kurangsang putingnya dengan lidahku..
Berpindah dari satu puting ke puting yang lainnya..
sambil kuputar-putar telapak tanganku di bongkahannya yang terasa begitu empuk dan kenyal.

Aku sebenarnya penggemar payudara besar seperti milik Icha..
tapi payudara Dania yang kecil dan mungil nyatanya juga bisa memuaskanku.
Bahkan aku cenderung menyukainya.. karena bisa menelannya dalam satu gigitan besar..
hal yang tak pernah bisa kulakukan terhadap milik Icha.

Dania jelas sangat sensitif di puting.. karena tubuhnya selalu menggeliat-geliat setiapkali aku mencucup di sana.
Salahsatu tangannya bahkan bergerak ke belakang untuk bermain-main dengan rambutku..
dia menekannya lembut agar aku bisa mengisap lebih kuat lagi.

Kulingkarkan tangan di putingnya sekali lagi.. lalu perlahan-lahan mulai bergeser ke bawah tubuhnya..
menggoda berputar-putar di hulu hati.. menunggu untuk melihat bagaimana ia akan merespon..
sementara aku terus menjilat dan mengisapi puting yang lainnya.

Aku merasa kaki Dania bergeser menyebar terpisah..
Hmm.. sebuah undangan yang cukup jelas bagi tanganku untuk mendapatkan akses lebih ke liang kemaluannya.
Aku menjawab dengan menggeser jariku turun,..bisa kurasakan perut langsingnya yang kencang sempurna karena belum pernah hamil.

Saat mencapai di antara kaki.. dengan cepat bisa kutemukan klitorisnya dengan jari telunjukku.
"Ahhh..” bisik Dania menanggapi ketika aku mulai melingkarkan jari di sana.

Hanya sekali sentuh.. aku sudah tau bahwa benda itu sudah sangat basah.
Klitoris itu juga berkedut-kedut kencang, sangat dihidupkan oleh gairah.

Kucondongkan badan untuk menempatkan mulutku pada puting susunya yang lain.. sementara aku terus memanipulasi di liang vagina.
Dari deru napas Dania yang kian memburu.. aku tau bahwa rangsanganku sudah tepat.

“Begini..?” Aku bertanya, padahal sudah tau jawabannya.
"Yaa..” jawabnya pendek.

Aku telah memutuskan akan menggunakan keterampilan jari-jariku untuk membawanya ke orgasme yang pertama..
baru setelah itu akan kugeser penisku ke dalam dirinya setelah dia meledak setidaknya sekali.

"Tubuhmu langsing, seksi.." bisikku..
sementara aku terus mencucupi putingnya dan meningkatkan kecepatan dalam menstimulasi klitorisnya.

"Aghhh..” Dania merespon dengan membuka kaki lebar-lebar, memberi akses bagi tanganku agar meluncur lebih jauh lagi.
"Ohh.. yah, terus..! Rasanya enak..!"

"Bilang saja kamu ingin apa.. pasti kuturuti..” bisikku menambahkan..
sementara jari tengahku kini bergabung dengan jari telunjuk dalam menggesek klitorisnya.

Bisa kurasakan kelembabannya meningkat seiring dengan tanganku yang terus menekan kuat.
"Ohhh.. geli..! Tapi enak..!" Keluh Dania.. dan aku tau bahwa klimaksnya mulai terbangun.

"Tubuhmu nampak lezat.. menggairahkan. Sudah lama aku ingin menyentuhnya.. seperti ini."
Lidahku menjilati putingnya.. dan jari-jariku tertekuk di klitorisnya.. menggosok semakin cepat dan tegas.

"Uh-huh.. ohhhh..” Dania tak mampu berucap.
Tangannya yang berada di leher dan rambutku menekan kuat, menarikku ke arah payudaranya.

Dan dengan satu lengkingan terakhir, dia berteriak.. "Ohhhhhhhhhhhhhhhh..!!"
Srrr.. srrr.. srrr.. Klimaks memancar.. menyembur di sekitar jari-jariku.
Punggungnya melengkung.. bangkit dari tempat tidur.. dan pinggulnya mencoba untuk menggiling sendiri ke dalam tanganku.

Sesaat aku membebaskan mulut dari payudaranya..
tapi kemudian lidahku turun lagi untuk mengisapi kedua putingnya sambil jari-jariku tidak lepas dari klitoris.

“Hhh.. hhh.. hhh..” Dania melenguh menikmati orgasmenya.. membuat penisku jadi sangat keras.
Aku merasa tidak akan mampu menolak bercinta dengannya lebih lama lagi.

Namun tubuh Dania masih terus bergoyang selama klimaks membawanya..
sampai akhirnya ia menempatkan tangan halusnya di pergelangan tanganku dan memohon agar aku melepaskan klitorisnya.

Kulakukan itu.. bahkan aku juga memindah kepala dari tonjolan dadanya.
Sebagai ganti.. perlahan aku merayap ke depan..
sehingga wajahku hanya beberapa centi dari wajahnya, dan posisi penisku berada tepat di pembukaan liang vagina.

Dania menatapku dengan ekspresi penuh nafsu.. sangat berbeda dengan tampilan gentar yang ia tunjukkan di depan suaminya tadi.

"Ayo, setubuhi aku..” desaknya sambil menggesek-gesekkan pinggul..
mengundang penisku agar segera meluncur ke kedalaman liang vaginanya.

Kali ini tidak ada tahap berhati-hati dan pelan..
aku langsung menusukkan penisku ke dalam dirinya dengan satu gerakan mantap yang cepat.

Aku tau Dania sudah siap dan lama menunggu.. dan aku juga sudah tak sabar ingin segera memenuhinya.
Slebb.. blessepp..
"Ngghh.." erangku nikmat.
"Oghhh.." lenguh Dania hampir berbarengan.

Begitu alat kelamin kami saling bertemu dan bertaut erat.. aku bisa merasakan kompatibilitas yang begitu luar biasa;
bagaikan alat kelamin kami diciptakan berpasangan dan dari jenis yang sama.

Penisku begitu pas mengisi liangnya.. sementara vagina Dania juga sangat sempurna menampung batangku.
"Ughh..” Tak pelak aku harus mengerang merasakan jepitannya yang sempit dan sesak..
jauh melebihi sensasi vagina Icha yang sudah sering kugunakan.

Dania meletakkan tangan di pundakku ketika aku mulai menggerakkan pinggul perlahan.
“Santai saja.. pelan-pelan. Kita nikmati sepuasnya..” bisiknya mesra.

Tidak ada keengganan dalam suaranya.. tidak ada lagi kepura-puraan seperti di awal pertemuan tadi.
Dania sepenuhnya merespon, dia menyambur baik setiap tusukanku.

Pinggulnya tidak berusaha menghindar apalagi menyingkir.. bahkan ia bergerak seirama dengan pinggulku.
Vaginanya dengan kuat mencengkeram.. membelai dan mencekik hangat batang penisku dengan teksturnya yang panas dan basah.

"Terus..! Enak.. ohhh.." bisiknya terengah-engah.

Aku bersandar di bahunya dan kami berciuman selama beberapa detik.. selama itu pula penisku terus bergerak menyetubuhinya.
Meluncur keluar-masuk di dalam dirinya.. menusuk-nusuk ke leher rahim.. bergerak memutar mengisi setiap rongganya..

Seolah batang kejal penisku mampu menjangkau setiap daerah yang selama ini jarang terjamah.
Sampai kaki Dania pindah ke pinggangku dan tangannya meluncur ke pantat, mencoba untuk menarikku lebih jauh ke dalam tubuhnya.

"Tubuhmu enak.. melampaui bayanganku." aku berkata jujur.
“Memangnya apa yang kau bayangkan..?”
Tanya Dania dengan vagina menetes oleh kelembaban, kantung telurku terasa basah saat menampar-nampar ke sana.

"Ahh.. kukira tubuh seperti milik Icha itu yang enak. Nyatanya.. tubuhmu yang lebih kurus ini juga tak kalah..”
Dania tersenyum. “Aku juga suka penismu. Sepertinya lebih panjang daripada milik Ageng..”

Aku tidak membutuhkan dorongan lagi.
Dengan kekuatan dan gairah.. kutingkatkan hujaman ke dalam dirinya hingga membuat Dania menggeliat-geliat kecil di bawah tubuhku.

Suara desah napas kami yang sama-sama bernafsu terdengar keras mengisi ruangan,..
bercampur dengan derit tempat tidur yang meningkahi bunyi kecipak merdu yang berasal dari tumbukan alat kelamin kami.

Sebuah persetubuhan yang sungguh sempurna; dua badan bersatu dalam gairah..
saling mengisi dan menerima.. sampai aku mendengus keras dan Dania mulai mengerang di setiap doronganku.

Terus aku menekan ke dalam dirinya.. sementara dia mencengkeram batangku erat-erat.
Sambil melengkungkan punggungnya, Dania menjerit terengah-engah, "Nnnnhh.. ohhh.. Ahhh..” Ohh.. Itu terlalu merdu.

Gairahku jadi terpancing dan meledak dari ujung penisku.. crett.. crett.. crett.. crett..
Spermaku yang kental tercurah ke dalam liang rahimnya dengan semprotan-semprotan yang begitu kencang dan kuat..
mengisi dan menembaknya hingga kantung bolaku kosong.

Nuansa hangat serta sensasi kental yang menyelimuti membuat Dania ikut terseret ke tepi.. dan ia pun menyusul tak lama kemudian.

Sekali lagi vaginanya bergetar ketika cairan cintanya menyembur keluar..
Srrr.. srrr.. srrr.. memberi genggaman serta guyuran basah di sekitar penisku yang masih tertancap lembut.

Rasa fantastis beriak.. membikin kami sama-sama melenguh puas.
Mulut kami terkunci satu sama lain untuk mengungkapkan kesenangan yang kami rasakan saat itu.. juga keinginan untuk terus bersatu.

Ketika Dania menggeser lidahnya.. kubalas dengan memagut mulutnya tak kalah mesra.
"Mmmm..” dia mengerang. "Penuhi aku dengan spermamu. Berikan apa yang suamiku tidak bisa memberinya.."

Kami terus berpelukan dan meremas satu sama lain, dengan penisku masih tetap menancap di liang vaginanya.
Getaran halus yang dikirim oleh dinding-dinding memek Dania membantuku untuk mempertahankan ereksinya.

Kami berciuman lagi.. lalu lagi.. dan lagi.
"Kalau pun kamu nggak hamil. Minimal kita bisa sama-sama puas..” aku berbisik.

Dia menatapku sendu.. menyadari arti dari kata-kataku.
Tanpa perlu mengakui.. memang itulah yang sedang kami rasakan sekarang.
Setelah beberapa detik, dia berbisik.. "Terimakasih sudah mau datang kemari.."

Kemudian kami berciuman lagi.. tangannya membelai punggung dan pantatku..
mengetahui bahwa kami baru saja menghancurkan penghalang psikologis lain.
Kini kami menjadi lebih dekat.. jauh dari janji yang kami ucapkan pada pasangan masing-masing.

Sensasi belaian tangannya, juga lumatan mulut dan bibir vaginanya, membuat penisku mengeras kembali di dalam dirinya.
Satu hal yang tampaknya juga disadari oleh Dania.

Dia menggeliat dan tersenyum padaku.. terlihat menyukainya.
Tanpa perlu mendesak.. aku memintanya untuk berpindah ke sisi tempat tidur.

Dania melakukannya tanpa ragu-ragu.. bulatan nakal pantatnya dan juga celah basah liang vaginanya ditampilkannya kepadaku..
saat dia bergerak.. berbalik untuk bersandar ke depan dan menempatkan tangannya di sisi tempat tidur.

Badannya melengkung, saat kubelai perlahan pinggulnya. Slebb..
Jlebb.. Aku mendorong.. dan memenuhi liang nikmatnya sekali lagi.. masuk dari arah belakang.
"Nghhhh.. oughh.." rintihnya nikmat.. selama prosesi meluncurnya batang penisku di selorong nikmat memek rapatnya.

Kakunya penisku dan licinnya liang vagina miliknya membuatku mudah dalam melakukannya.
"Ohh.. ohh.. ohhh.." Dania mulai mengerang dengan segera, tubuhnya gemetar oleh setiap dorongan yang kubuat.

Aku mencengkeram pinggulnya.. mengagumi betapa langsing dan rampingnya pinggang itu dibandingkan milik Icha.
Kubelai juga bulatan payudaranya yang jatuh ke bawah saat aku terus menarik vagina indahnya ke arah penisku.
Dania memiliki tubuh yang fantastis, dan aku benar-benar menikmati pemandangan indah itu dari arah belakang.

Kepalanya miring saat ia menerima dorongan, sehingga rambut hitam berkilaunya jatuh ke depan menutupi wajah.
“Hhh.. ahh.. ahhh..” Dania menggeliat, terlihat cantik dan sangat erotis.

Di dalam hati.. aku sungguh mencintai Icha.
Tapi wanita kurus di depanku ini.. wanita yang tengah mengerang dan merintih di setiap hujaman penisku di liang nikmatnya ini..
telah mampu menggantikan istriku sebagai wadah utama pelampiasan nafsu dan keinginan syahwatku.

"Oooh.. rasanya aku pengen terus menyetubuhimu Dannhh. Lagi dan lagi.. tanpa pernah berhenti..” aku berbisik..
dengan tangan mencengkeram pinggulnya erat-erat menghujamkan batang kejal penisku lebih dalam ke selorong liang nikmatnya itu.

"Aku juga..” dia menjawab. “Kontolmu enak.. hgnn.. terasa begitu kaku dan tegang saat mengisi tubuhku.." ujarnya setengah mendesah.
Kata-kata itu melecut melebihi rangsangan fisik apapun.. dan aku merasa diriku semakin dekat dengan orgasme.

Namun sekali lagi.. Dania mencapai puncaknya sebelum aku tiba.
Dia menjerit dan terkejang-kejang oleh hempasan gelombang orgasme yang datang..
seluruh tubuhnya bergetar dan vaginanya berdenyut kuat di sekitar penisku.

Aku tidak mampu untuk bertahan lebih lama lagi dengan banyaknya semburan hangat yang kuterima.
Sambil ikut berteriak.. crett.. crett.. crett.. crett.. untuk keduakalinya malam itu.. kusemprotkan spermaku masuk ke dalam dirinya..
bergabung dengan cairan yang sudah ia keluarkan.

“Hhh.. hh.. hh..” Dania jatuh menghadap ke depan, di sisi tempat tidur.
Aku masih memeluknya dari belakang.. menarik tubuhnya ke arah diriku.

Kami berpelukan.. dengan napas masih sama-sama berat dan tersengal-sengal.
Kami berbaring seperti itu selama beberapa menit. Kunikmati himpitan vaginanya yang sesekali masih berdenyut.

Kuraba-raba kembali bulatan payudaranya.. dan sambil memilin-milin putingnya, bisa kurasakan sebagian spermaku merembes keluar..
tapi tidak diragukan lagi lebih banyak yang tertinggal di dalam.

Dania berbaring dengan wajah menghadap ke samping.
Aku segera menciumi leher.. menemaninya berbaring dalam sukacita fisik yang baru saja kami alami bersama.

Sebagian dari diriku bertanya-tanya, sudah berapa lama aku berada di kamar ini..?
Apakah Icha mulai bertanya-tanya kenapa aku begitu lama..?

Aku bisa tau jawabannya dari Dania yang menatapku sayu.. tampak lelah dan mengantuk.
Dalam keadaan yang sedikit melamun, dia berbisik.. "Terimakasih.."

Aku mencium pipinya.. berusaha mencari celah untuk memecahkan keintiman ini.. tapi ternyata tidak menemukannya.
Jantungku malah berdebar-debar.. membayangkan masih ada tigakali lagi kesempatan kalau Dania ternyata belum bisa hamil sekarang.

Ohh.. semogalah.. haha.. (. ) ( .)
---------------------------------------------------------

End of Cerita 96 - Donor Sperma..

:ampun:
Mohon dimangapkan.. hanya segitu cerita yang sempat Nubi save n edit untuk dishare di mari..

Semoga ketemu lagi pada Cerita-cerita selanjutnya di Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Hijau..
Semoga Terhibur n KEEP SEMPROT..!!
Adios..
 
-------------------------------------------------

Cerita 97 – Liga Antar Tetangga

Bagian 1


Makan malam baru saja usai.. dan empat wanita cantik itu duduk di ruang tengah..
Mereka mengobrol santai.. sementara suami mereka berbincang serius di ruang depan.

Para suami.. yang semuanya bertetangga.. adalah tokoh masyarakat serta orang-orang yang aktif di kegiatan masjid..
sedang membicarakan bulan Ramadhan yang sebentar lagi datang.

Seperti biasa.. mereka harus memutuskan kegiatan apa saja yang akan dilakukan serta siapa yang bertanggungjawab.

“Bagaimana, Ustad.. apakah semuanya sudah siap..?” Tanya Haji Karim.. orang yang memimpin rapat itu.

Lelaki yang dipanggil menoleh. Usianya masih cukup muda, tak lebih dari tigapuluh tahun.
Wajahnya teduh.. namun sorot matanya menyiratkan kepintaran.

“Sepertinya lebih baik kita memakai jadwal tahun kemarin..” dia menjawab.

Orang di sebelahnya lekas menukas.
“Bukankah Haji Mahfud sudah meninggal, Pak Ustad. Siapa yang nanti menggantikan..?” Tanyanya. Dia bernama Slamet, si takmir masjid.

“Saya tadi sudah tanya sama Jarot..” jawab Ustad Rofid.
“Dia mau jadi imam tarawih menggantikan Haji Mahfud..”

Haji Karim manggut-manggut, “Ya, dia lulusan pondok. Tajwidnya bagus..”
Kalau dia setuju, maka maka yang lain tidak berani membantah.

“Jadi nanti kita giliran tiap tiga hari..” Ustad Rofid memastikan.

Burhan yang sejak tadi diam.. segera mengetik di laptop.
Jadwal imam ia susun sedemikian rupa hingga Haji Karim, Ustad Rofid, serta Jarot mendapat giliran secara adil.
Sudah jadi tradisi di desa itu kalau imam sholat tarawih selalu berganti-ganti.

“Untuk bilalnya gimana..?” Tanya Haji Karim.
“Itu malah lebih gampang, Pak Haji..” jawab Slamet. “Banyak yang siap, semua pada bisa..”

“Tapi tetap kudu dibagi.. siapa tau ada yang berhalangan..” tegur Ustad Rofid.
“Eh, i-iya, Pak Ustad..” Slamet tersenyum malu-malu.

Burhan segera memasukkan nama-nama bilal di samping kolom imam.. orang-orangnya ia dapatkan dari rekomendasi Haji Karim.

“Wak Jupri sebaiknya jangan dipakai lagi, Pak Haji..” usul Ustad Rofid.
“Orangnya sudah sepuh, sering lupa dan kebolak-balik..”
Haji Karim mengangguk setuju.. “Iya, sekalian regenerasi juga..”

Burhan lekas menghapus nama Wak Jupri dan menggantinya dengan si Nasikhul.. pemuda anak Pak RT yang bulan lalu baru menikah.

“Jangan cuma ngobrol aja, ayo diminum tehnya..” kata Haji Karim mempersilakan sebagai tuan rumah yang baik.
Semua orang segera menyesap gelas masing-masing.

Mereka sudah akan melanjutkan pembicaraan saat Juleha.. istri muda Haji Karim yang baru berusia 24 tahun, muncul di ruang tamu..
lalu berbicara lirih namun cukup keras untuk didengar semua orang di ruang itu..

"Kamar sudah siap, Bah..!"

Haji Karim menoleh kepada tamu-tamunya. “Siapa yang mau duluan..?”
Burhan mendongak dari laptopnya.. “Saya nanti saja, masih banyak yang harus diketik..”

Haji Karim menoleh kepada Ustad Rofid.. “Pak Ustad..?” Tawarnya. Ustad muda itu menggeleng sambil tersenyum.
“Sepertinya ada yang lebih tak sabar daripada saya, Pak Haji..” matanya melirik kepada Slamet yang duduk sambil senyum-senyum.

“Kamu, Met..?” Tanya Haji Karim pada pemuda kurus di depannya. Yang ditanya hanya berdehem malu-malu.
“Kalau Pak Haji nggak keberatan..” jawab Slamet sambil melirik keberadaan Juleha.

Seperti biasa.. gadis itu mengenakan pakaian panjang dan jilbab lebar untuk digunakan menutupi tubuhnya yang mulus sempurna.
Sungguh sangat santun dan sama sekali tidak provokatif.

Tapi siapapun di ruangan itu tau.. Juleha tidak mengenakan beha atau celana dalam di baliknya.
Tubuhnya polos begitu saja.. yang tentu sangat disukai oleh Slamet.

“Kamu nyosor melulu, Met..” komentar Haji Karim.
“Kalau saja istrimu tidak cantik, pasti kamu tidak aku undang di rapat ini..”

Slamet hanya memberikan seringaian pendek sebagai jawaban.
“Gimana, Pak Haji. Boleh saya duluan..?” Tanyanya tak sabar.
Haji Karim mengangkat bahu. “Memang aku bisa menolak..?”

Slamet tersenyum dan lekas mengucapkan terimakasih.
Bergegas ia bangkit untuk mengikuti Juleha ke kamar tidur.

Di dalam.. tiga perempuan lain sudah duduk di ranjang menunggu. Salahsatunya adalah Nuning.. istrinya.
Dua yang lain adalah Atik.. istri Ustad Rofid.. serta Hasnah.. istri si Burhan.

Mereka semua masih berpakaian lengkap; Mengenakan baju panjang dan jilbab lebar.
Keempatnya sama-sama cantik dan menarik dalam gaya masing-masing.. terutama Atik.
Kepada dialah pandangan Slamet paling lama terarah.

"Ayo Mas..” dengan mesra Nuning menggandeng tangan sang suami.. sementara Juleha menutup pintu kamar tanpa menguncinya.
Duduk di kursi sambil tersenyum.. Slamet memandangi keempat perempuan yang ada di depannya berganti-gantian.

Nuning yang datang duluan perlahan membantunya melepas kemeja.
Berikutnya Hasnah.. yang langsung memberinya ciuman penuh di bibir.

Slamet terkejut.. bahkan terlalu terkejut untuk mencium kembali. Dia hanya sempat melumat sedikit sebelum Hasnah menarik diri.
Lalu Juleha.. yang perlahan-lahan membuka kancing celana dan melepas ritsletingnya.

Perempuan cantik berbibir merah itu meletakkan tangan di atas gundukan kemaluan Slamet..
dan memijatnya perlahan-lahan selama kurang lebih satu menit.
Meski masih terhalang celana dalam.. namun sudah cukup membikin Slamet mendesah lega.

Setelah Juleha kembali ke kursinya.. kini giliran Atik.. perempuan yang paling didambakan oleh Slamet.
Atik mendekat dan menatap matanya.. tetapi tidak menciumnya.

Sebaliknya.. ia memelorotkan celana dalam Slamet dan membelai batang kontolnya secara langsung.
Elusannya terasa benar-benar nikmat.. lembut sekaligus juga hangat, erat namun juga sangat nyaman.
Perbuatannya itu membawa Slamet ke titik di mana ia harus mengerang kuat.

“Enak ya, Mas..?” Tanya Nuning yang menonton dari samping. Slamet hanya bisa menjawab dengan anggukan.
Tak lama.. Atik kembali ke tempat duduknya.

Juleha kembali berdiri dan menghampiri.. dia berjalan mengeliling Slamet duakali.. membelai kemaluan lelaki itu setiapkali ia bisa..
lalu menutupnya dengan memeganginya erat selama setengah menit.

Pada saat ia selesai.. napas Slamet sudah semakin terengah-engah.
Kontolnya terlihat semakin kaku dan menonjol ke depan meski tidak besar-besar amat.

Perbuatan Juleha diikuti oleh Hasnah.
Dia datang dan memberi Slamet ciuman panjang yang berapi-api sambil tangannya dengan lembut membelai batang penis laki-laki itu.

Slamet membalasnya penuh nafsu.. rakus ia lumat bibir tipis istri Burhan itu sambil tangannya mencoba meraba bulatan payudara Hasnah yang terasa mengganjal di depan perut.. namun tangannya lekas ditepiskan.

“Eh, belum waktunya..” Hasnah tersenyum mengingatkan.
Slamet hanya bisa menatapnya dengan wajah memerah penuh nafsu.

Nuning yang datang berikutnya segera membawa sang suami ke tempat tidur dan menyuruhnya untuk berbaring telentang.
“Sabar sedikit Mas. Pasti dapat kok..”

Slamet memandangi keempat perempuan cantik yang berdiri di sekitar tempat tidur.
Meski sudah sering melakukannya.. jujur ia gugup juga dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Baiklah..” kata Nuning santai. "Mari kita mulai..”
"Ah, iya. Cepatlah..!" Sahut Slamet dengan suara sedikit bergetar.

"Aku sudah tak tahan..” tambahnya dengan kontol sudah mengeras seperti batu dan menunjuk langsung ke langit-langit,
"Santai saja, Mas..” Nuning menyentil benda hitam nakal itu.

“Semangat sekali sih minta diperkosa sama empat wanita cantik..” tambahnya.. yang diikuti tawa oleh ketiga perempuan yang lain.
"Uhh.. Sudah.. jangan main-main. Langsung saja..” Slamet meminta.

Nuning segera menempatkan diri di antara kaki laki-laki itu dan memberikan rangsangan di kantung telur.

“Begini..?” Tanyanya sambil meremas-remas gemas.
“Iya, terus..!” Slamet merintih.. apalagi setelah Hasnah dan Juleha ikut bergabung dengan bergiliran mengocok batang penisnya.

Ughh.. rasanya seperti terbang ke angkasa. Slamet membatin.
Sudah jelas bahwa dia akan ejakulasi dalam hitungan detik jika mereka tidak melambat.. padahal saat ini Atik masih belum ngapa-ngapain.

Mengetahui sang suami kepayahan, Nuning segera menyuruh kedua sahabatnya berhenti.
“Jangan terlalu cepat..” katanya sambil terus merangsang kantung telur tanpa jeda.

Kedua perempuan berjilbab itu mengangguk mengerti.
Mereka melakukan kocokan lagi begitu melihat Slamet sudah siap.. lalu kemudian berhenti lagi untuk mencegah ejakulasi.

Begitu terus berkali-kali hingga membuat takmir masjid itu menjadi semakin bersemangat.
“Ahh.. yah, terus..! Terus begitu..! Enak..! Yah, di situ..” desisnya saat Hasnah serta Juleha memijit-mijit lembut.

Batang kontolnya sudah semakin kaku dan menegang.. namun dia masih belum diizinkan untuk ‘keluar’.
“Kenapa..?” Tanyanya pada sang istri.
“Belum waktunya..” Nuning tenang mengatakan.

Slamet tidak terlalu senang, namun dia memang harus bersabar karena sesuai dengan aturan ‘permainan’..
pihak lelaki dilarang meminta tanpa persetujuan dari para perempuan.
Maka Slamet hanya bisa menunggu apa yang akan dilakukan oleh para istri kepada dirinya.. tanpa dia bisa berbuat apa-apa.

Kocokan terus dilakukan oleh Hasnah serta Juleha sambil diikuti jeda beberapakali..
dan setiapkali itu pula Slamet harus merelakan kehilangan nikmat ejakulasi.

Ia semakin gelisah.. terutama dengan keberadaan Atik yang hanya melihat tanpa pernah berbuat apa-apa.
Apa yang sebenarnya diinginkan oleh perempuan cantik itu..?
Slamet terus bertanya-tanya dalam hati sambil dia menikmati apa yang dilakukan oleh ketiga perempuan yang lain.

Untungnya.. di saat dia sudah hampir kehilangan akal karena tak tahan lagi menahan nikmat.. akhirnya Nuning berkata..
"Nah.. Mas boleh mengeluarkan pejuh sekarang..!"

Dan dengan seruan itu.. Hasnah serta Juleha meningkatkan intensitas kocokan mereka.
Tak sampai 10 detik, Slamet pun mengalami ejakulasi yang paling nikmat sepanjang hidupnya.

Crott.. crott.. crott..!
Dia menyemprotkan spermanya tinggi ke udara.. dan turun tepat di muka Nuning yang masih mempermainkan biji pelirnya.

“Auwh..!!” Nuning memekik kaget, namun tidak berusaha menghindar.

Dibiarkannya air mani sang suami terus berhamburan membasahi tangan serta wajahnya..
beberapa menetes ke jilbab ungu yang ia kenakan, lalu mengalir ke bawah dagu.

Tubuh kurus Slamet masih terus mengejang-ngejang.
Meski tembakan-tembakan berikutnya tidak lebih keras daripada yang tadi, namun jumlahnya tetap banyak.

Dengan tergopoh-gopoh Juleha serta Husnah menadahi, mereka membaginya rata di antara keduanya.
Hanya Atik yang terdiam melihat tanpa berniat untuk ikut.
Total ada tujuhkali semburan yang dimuntahkan oleh Slamet dan laki-laki itu berteriak puas menikmati semuanya.

Setelah ejakulasi itu selesai.. para istri menunggu satu menit penuh sampai Slamet tenang dan napasnya kembali normal.
Kemudian mereka melepaskan dan membantu Nuning membersihkan sisa-sisa cairan yang tercecer di mana-mana.

“Kok bu Ustad tidak ikut bergabung..?” Tanya Slamet memprotes.
Nuning berdiri dan berkata.. "Masih kurang sama kita bertiga..?”

“Bukan begitu, Dik, aku ..”
Tapi Nuning sudah berbalik dan turun dari ranjang.. tanda kalau waktu Slamet sudah selesai.

Hasnah segera melangkah maju dan menggigit salahsatu biji pelir Slamet.
Laki-laki itu meringis tapi tidak bergerak..
ingin dia menyambar bulatan payudara Hasnah yang membulat indah dan meremasnya perlahan.. namun tentu saja itu tidak boleh.

Berikutnya Juleha yang memberikan gigitan di biji yang lain dan tak cuma menggigit..
dia juga menjilat-jilatnya lembut hingga Slamet jadi menggelinjang sedikit.

Akhirnya, Atik maju mendekat.
Dengan muka menunduk.. bu Ustad yang cantik itu mencium ringan batang kontol Slamet yang masih berlumuran sperma.
Lalu dia mencucup lebih ke atas.. menjilati sebentar helmnya dan tiba-tiba membuka mulut untuk mencaploknya.

Dia memberikan tiga isapan berturut-turut pada batang kontol Slamet..
yang meski cuma sebentar namun sudah cukup membuat laki-laki bergetar kegelian.

“Anggap saja itu sebagai permintaan maafku..” kata Atik sambil menyingkir.. mulutnya kini ternoda oleh air pejuh Slamet.

Slamet hanya bisa memandangi tanpa sanggup berkata apa-apa.
Sesi baginya sudah usai, waktunya bagi dia untuk kembali ke depan, ke ruang rapat.

Keempat wanita berdiri di tembok seberang saat dia bangkit perlahan-lahan dan mengenakan pakaian.
Setelah itu dia berbalik untuk kembali ke ruang tamu.

Tapi sebelum pergi, Slamet sempat berkata.. "Terimakasih semua, rasanya nikmat sekali..”
Dia memberi ciuman ke pipi masing-masing perempuan.

Saat giliran Nuning, istrinya.. dia membelainya sedikit dengan meremas-remas bongkahan payudaranya yang lumayan besar.
Baru setelah itu dia meninggalkan ruangan.

Setelah Slamet pergi.. keempat istri itu membersihkan tempat tidur dan merapikan semuanya.. bersiap untuk menyambut lelaki berikutnya.
Mereka melakukannya dengan santai dan gembira.. seakan apa yang terjadi sekarang memang lumrah adanya.

Slamet pergi keluar dan duduk bersama yang lain.
Haji Karim.. Burhan.. serta Ustad Rofid bersikap biasa menyambut kedatangannya.. seakan tidak pernah terjadi apa-apa.
Hanya napas serta dengan muka Slamet yang masih memerah menunjukkan kalau sesuatu yang tidak beres kini tengah berlangsung.

“Cepat amat, Met..?” Tanya Haji Karim penuh tanda tanya.
“Cepet apaan..!? Ini sudah limabelas menit, Pak Haji..” sergah Burhan.

Ustad Rofid mengangguk membenarkan.. “Lumayan untuk ukuran Slamet..”
Slamet hanya bisa tersenyum malu.. “Saya hampir gila dikerjai di dalam sana.. mereka sukanya menggoda saja..”

“Siapa yang paling menggoda..?” Tanya Burhan tak nyambung.
Slamet langsung menyenggol sikunya dan yang lain cuma tertawa.

“O iya, Pak Haji..” Ustad Rofid berkata..
“Untuk Kuliah Subuh.. apa tetap kita mengisinya bergantian atau perlu memanggil penceramah dari luar..?”
Tanyanya kembali ke materi rapat.

Haji Karim nampak berpikir sejenak. Namun sebelum dia sempat menjawab.. Juleha sudah keburu muncul dari dalam.
Gadis cantik berhidung mancung itu tersenyum pada semua orang saat berkata.. “Silakan.. siapa yang berikutnya..?”

“Ah, lagi-lagi kita disela..” Haji Karim berkata sambil tangannya mengelus-elus bokong indah sang istri muda dari balik baju.
Terasa sekali kalau Juleha sama sekali tidak memakai kancut saat itu. Kulit bokongnya terasa mulus sekali.

“Tidak apa-apa.. daripada bosan ngomong serius terus..” jawab Ustad Rofid.. matanya melirik malu-malu.
Setelah tertawa sejenak, Haji Karim bertanya.. "Ayo, giliran siapa sekarang..?”

Ustad Rofid memandang Burhan.. sementara yang diperhatikan langsung mempersilakan.
“Monggo, Pak Ustad. Saya nanti saja..”

Ustad Rofid tersenyum dan ganti melirik Haji Karim.
“Iya, Ustad. Biar saya yang mengatur jadwal Kuliah Subuh.. Ustad santai-santai saja di kamar..” sergah lelaki gendut itu.

Ustad Rofid segera mengangguk dan bangkit berdiri.
“Terimakasih, kalau begitu saya duluan..” entah ucapan itu ditujukan untuk siapa.

Dia melangkah santai mengikuti Juleha yang menuntun lengannya.
Dalam perjalanan ke kamar tidur.. mereka berbincang-bincang pelan agar tidak ada orang lain yang bisa mendengar.

Ustad Rofid mendesah lega saat mengetahui Slamet tidak sempat menjamah Atik.. istrinya.
Dia tau kalau Slamet paling terobsesi pada istrinya itu.

Masuk ke kamar tidur.. Ustad Rofid melihat tiga perempuan yang lain duduk di atas ranjang dengan masih berpakaian lengkap;
Yaitu jilbab lebar dan baju panjang.. yang tentu saja tidak menampakkan sama sekali kalau mereka benar-benar bugil di sebaliknya.

“Apa kabar, Pak Ustad..?” Mereka menyambut kemunculan Ustad Rofid dengan hangat.. terutama Nuning dan Hasnah.
Atik hanya memberi suaminya itu ciuman ringan.. sedangkan Juleha mempersiapkan ranjang dan menutup pintu kamar.

Dan kemudian acara pun dimulai. "Ayo, Pak Ustad, lepas bajunya..!” Hasnah berkata sambil membantu Ustad Rofid melepas kemeja.
Selanjutnya dia memberi laki-laki itu ciuman panas berkepanjangan yang penuh gairah.. sebelum diputus oleh Atik.

“Gantian ya, sekarang giliranku..”
sambil tersenyum.. perempuan yang baru memiliki satu anak itu mengajak suaminya melangkah ke samping mendekati ranjang.

Setelah Ustad Rofid berbaring telentang.. Atik perlahan-lahan membuka kancing baju gamisnya dan menguaknya ke samping.
Tanpa ada penutup apa-apa lagi.. payudaranya yang bulat besar langsung terburai keluar.

Warnanya cerah sekali karena dia memang berkulit puting.
Kedua putingnya tampak menonjol indah, mungil mengarah ke depan dengan warna merah yang terlihat lezat.

Ustad Rofid langsung menggapaikan tangannya ke sana di saat sang istri memberinya ciuman hangat yang penuh gairah.
Sejenak mereka saling melumat dan kemudian.. persis seperti sebelumnya.. Atik menepi.

Payudaranya tetap ia biarkan terbuka saat Juleha bergeser mendekat.
Istri Haji Karim itu memeluk suaminya dan memberinya ciuman hangat.
Dengan santai Ustad Rofid menerimanya dan diam saja saat Juleha mulai menelanjanginya.

Di saat dia selesai dan menyingkir.. yang beruntung tentu adalah Nuning yang datang berikutnya.
Tak berkedip dia menatap tonjolan kontol sang Ustad yang terlihat begitu kaku dan keras.

Benda itu nampak sangat menggoda.. pesonanya yang luar biasa sanggup menarik perhatian setiap wanita.
Nuning dengan senang hati memeganginya.

“Hmm, besar sekali, Pak Ustad..” gumamnya tanpa sadar.. “Tidak seperti milik suami saya..” Ustad Rofid hanya tersenyum saja.
Diperhatikannya saat istri Slamet itu duduk di sebelahnya dan mulai menciumi kontolnya dengan hangat.

Nuning bergeser mundur sedikit saat dia perlahan-lahan melepas bajunya.
Sama seperti Atik tadi.. karena tidak mengenakan beha.. maka blubb..! Payudaranya langsung meloncat keluar.

Nuning mengambil tangan sang Ustad dan menempatkannya di sana..
dimintanya laki-laki itu untuk meremas-remas bulatan payudaranya tanpa perlu ia berkata apa-apa.

Ustad Rofid membelai kedua gundukan daging itu dengan senang hati.
Rasanya empuk dan kenyal saat dia menjalarkan jari-jari di sana.

Meski tidak sebesar milik sang istri.. namun rasanya lumayan juga.
Terutama kedua putingnya.. ke sanalah jari-jari Ustad Rofid sering terarah.

Sementara Nuning terus menciumi batang penisnya..
dia memijit serta memilin-milin benda mungil yang terasa kaku dan sedikit liat itu.

“Hhh..” Nuning mengakhiri kulumannya sambil menghela napas panjang.
Dia turun dari ranjang dan tempatnya digantikan oleh Hasnah yang sudah menunggu daritadi.

Istri Burhan itu juga sudah menyingkap bajunya.. menampakkan bulatan payudara yang nampak mungil namun sangat padat.
Hasnah memang belum pernah melahirkan.. dia baru saja menikah dengan Burhan.
Usianya juga termasuk yang paling muda di antara semuanya.

Setelah tersenyum sejenak dan membiarkan Ustad Rofid meraba-raba payudaranya hingga puas.. mereka kemudian saling berciuman.
Penuh gairah Ustad Rofid memeluk tubuh kurus Hasnah yang terasa hangat.

Dibantunya wanita itu melepas sisa baju hingga kini yang tersisa hanya jilbabnya saja.
Tubuh Hasnah sudah benar-benar bugil.

“Yakin mau jadi yang pertama..?” Tanya Ustad Rofid dengan mata melirik sang istri.
Saat Atik memberinya anggukan persetujuan.. segera ia belai kemaluan Hasnah yang muncul tepat di depan hidungnya.

Benda itu terasa kecil dan sempit.. namun sudah begitu basah dan lengket.. tanda kalau Hasnah sudah benar-benar siap.
Tanpa banyak kata Ustad Rofid lekas memasukkan kemaluannya ke sana.

Blessepp.. “Auwh..!” Hasnah menjerit kaget sekaligus juga keenakan.

Memeknya yang ditembus oleh kontol Ustad Rofid terasa geli luar biasa..
dan begitu laki-laki tampan itu mulai menggoyang dengan cara yang paling menyenangkan.. dia makin merasa geli lagi.

Ketiga perempuan yang lain menonton sambil berdiri di tepi ranjang.
Ekspresi mereka macam-macam; mulai dari yang bernapas berat seperti Atik..
juga berwajah merah padam seperti Juleha.. atau yang tanpa sungkan membelai diri sendiri seperti Nuning.

Sementara Hasnah dan Ustad Rofid terus bergoyang nikmat di atas ranjang..
mereka menontonnya dengan fantasi liar di kepala masing-masing. Balutan jilbab sama sekali tidak menghalangi ketiganya.

“Agak miring sedikit..” Ustad Rofid membalik tubuh kurus Hasnah.. mereka kini berbaring bersisian.
Posisi itu dengan jelas memperlihatkan memek sempit Hasnah yang sedang ditembus dan dicoblos oleh batang kontol Ustad Rofid.

Celah sempit yang lembut itu nampak mengisap dan menggembung setiapkali Ustad Rofid menghentakkan pinggul.
Meski berukuran besar.. namun kontolnya ternyata meluncur dengan begitu lancar. Clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. cebb.. crebb.. clebb..

“Hah.. hhh.. auwgh.. hhh.. oghh.. oghh.. oghh.. !”
Hasnah sedikit mengernyit kesakitan.. tetapi selebihnya dia merintih serta menggelinjang keenakan.

Ustad Rofid kini menempatkan diri di atas tubuh mulusnya.
Dia terus saja menghentak cepat.. yang dengan cepat pula membikin Hasnah harus berjuang keras mengendalikan orgasmenya.
Sebuah situasi yang sangat didambakan oleh setiap wanita.

“Hmm.. sluruph..! Sluruph..”
Ustad Rofid menempatkan salahsatu puting Hasnah ke dalam mulutnya dan mengisapnya rakus berkali-kali.

Bercak kemerahan langsung tercetak di benda mungil itu..
karena Ustad Rofid menggigit dengan begitu kuat.. mungkin karena saking gemasnya.

“Auwgh..!” Hasnah sedikit berteriak ketika buah dadanya dilepaskan.
Beberapa tanda gigitan menempel di payudaranya yang mungil.

Dia tersenyum dan menggeliat ketika Ustad Rofid kembali melanjutkan genjotannya.
“Yah.. terus, Pak Ustad..! Enak..!” Rintihnya dengan jilbab berkibar-kibar karena hujaman penis laki-laki itu di liang memeknya.

Dari tempatnya berdiri..
Atik bisa melihat bagaimana tubuh bugil sang suami menempel erat di badan Hasnah yang mengangkang dengan kaki menyebar luar.

Alat kelamin mereka bertautan erat dan saling menggesek nikmat satu sama lain.
Kontol yang selama ini setia menembus memek miliknya.. kini mencicipi rasa kelamin perempuan lain.

Namun itu sama sekali tidak membuatnya cemburu.
Atik malah bergairah dibuatnya.. dan tak terasa mendesah menyesal karena tadi tidak sempat merasakan kehangatan kontol si Slamet.

Tadi dia terlalu malu untuk meminta.. padahal sudah jelas-jelas Slamet menginginkannya – seperti biasanya.
Tapi tak mengapa, masih ada dua laki-laki lagi.. dia pasti akan mendapatkan giliran.

“Arghhhh..!!” Sebuah erangan lumayan kerasa membawa Atik kembali dari lamunan.
Ternyata Hasnah yang berteriak.. jelas bahwa dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Goyangan Ustad Rofid berlangsung kurang dari satu menit ketika Hasnah tiba-tiba menjerit..
sambil menggunakan kedua kakinya untuk menarik pinggul laki-laki itu..
dan menahan kontol sang Ustad jauh di dalam dirinya saat dia mendapatkan orgasmenya.

Serangkaian ledakan menyentakkan tubuh kurus Hasnah berkali-kali.. membuatnya jadi pucat dan lemah lunglai..
namun terlihat kalau dia sangat menikmatinya. Sebuah orgasme yang sungguh sangat sempurna..!

Saat napas mereka melambat.. Ustad Rofid melihat sekeliling dengan senyum lebar tersungging di wajahnya yang tampan.
Dia mengedipkan mata pada tiga wanita berjilbab setengah telanjang yang berdiri di hadapannya.

“Ada lagi yang mau..?”
Tanyanya tanpa sungkan sambil menarik batang penisnya dari jepitan liang memek Hasnah yang kini membanjir parah.
------------------------------------
 
Mantap mantap mantap suhu..terimakasih super updatenya..ngakak abis mbaca update yg terakhir..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd