Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
--------------------------------------------------------------------

Cerita 8 – Rumput Tetangga Selalu Lebih Hijau

Rini

Sungguh
pekerjaan yang menyenangkan.. setiap pagi saat membaca koran melihat tetanggaku menyapu halaman dengan daster pendeknya..
Pinggul dan pantatnya yang bahenol bergoyang.. seirama dengan gerakan sapunya.. seolah memanggil senjataku untuk mendekat..

Dan satu hal yang sering mengganggu pikiran aku adalah suaminya jarang sekali di rumah..
Entah apa pekerjaannya.. aku sendiri tidak begitu akrab.. karena kompleks di tempat tinggal aku benar-benar.. ‘elu-elu.. gue-gue..’
Paling hanya say hello saja saat berpapasan.

Aku selalu berpikir dengan kondisi demikian tentunya dia sangat kesepian dan ingin merasakan belaian hangat lelaki..
Tapi khayalan tinggallah khayalan..
Kenyataannya.. sampai saat ini aku hanya bisa menikmati keindahan tubuhnya setiap pagi.. tanpa berani melakukan apapun.

Oiya.. tetanggaku ini sebut saja namanya Rini.. Dia dikaruniai seorang putra yang sudah beranjak remaja..
Usia Rini mungkin sekitar 35an.. seumur dengan aku..
Cuma wajahnya keliatan awet muda dan badannya sepertinya sangat padat berisi.. khususnya di daerah pinggul dan pantatnya..

Sebaliknya istriku justru dikaruniai buah dada yang besar.. tapi kecil di bagian pinggul..
Pantat tidak sebahenol Rini tetanggaku – rumput tetangga selalu lebih hijau.. hehe..–

Saat aku semakin asik mengawasi gerakan pinggulnya.. tiba-tiba Rini menunduk mengambil daun-daun kering dengan tangannya..
Nahh.. otomatis dasternya yang agak pendek semakin terangkat.. mempertontonkan pahanya yang putih dan padat..

Pantatnya yang bulat semakin jelas tercetak.. membuat senjataku mulai menegang.. memberikan reaksi atas keindahan di depan mataku..
Aku pura-pura serius membaca koran.. tapi ekor mataku tidak lepas memandangi tubuhnya yang indah.

Andai saja pinggul yang bulat itu telanjang tentu akan kuremas-remas dulu sebelum senjataku memasuki vaginanya dengan gaya doggy..
Aku yakin aku bisa memberikan kenikmatan dengan senjataku yang lumayan besar..

Tanpa sadar aku meremas senjataku hingga pada ketegangan maksimal.. sambil membayangkan Rini tak memakai sehelai benangpun..
"Pap.. mau berangkat jam berapa..? Ini sudah jam 8..” Suara istriku mengejutkan dan membuyarkan semua khayalanku.

Aku liat jam di pergelangan tanganku sudah jam 8 lewat..
Aku segera berangkat kerja dan saat mobilku melewati Rini.. tidak lupa aku menyapa memberikan salam.. Rini hanya tersenyum manis..

Impian aku akhirnya mulai mendekati kenyataan..
Saat suatu waktu rumahnya mengalami korsleting listrik.. Kira-kira jam 7malam Rini datang ke rumah..
Ia minta tolong ke istriku supaya aku mau membantu mengecek listrik di rumahnya.. pucuk dicinta ulam..

Aku yang sedang di kamar mandi menguping pembicaraan mereka dan bersorak kegirangan.. –dalam hati tentunya..–
Segera aku selesaikan mandiku dan seperti biasa aku hanya memakai celana pendek yang longgar tanpa celana dalam,

Keluar dari kamar mandi.. istriku bicara:
"Pah.. tadi mbak Rini minta tolong dicek listriknya mati.. sudah dinaikin di meteran turun lagi..”
"Iya bentar..” jawab aku dengan pura-pura cool.

Sambil menyisir rambut aku membayangkan hal-hal yang nikmat..
5 menit berselang aku sudah siap dengan testpen dan multitester untuk mengecek listrik rumah Rini.

"Mah.. temenin papa dong.. ga enak kalau papa ke sana sendiri..” Aku basa-basi berharap istriku menyuruh aku pergi sendiri..
Tapi sial.. istriku langsung ikut membuntutiku.. aku sedikit menyesal menawarkan dia ikut..

Sesampainya di tempat Rini yang agak gelap.. aku mulai mengecek kelistrikan rumahnya..
Logikanya pasti ada yang korslet.. karena MCBnya tidak bisa dinaikin..

Akhirnya.. setelah setengah jam mencari-cari.. ketemu juga masalahnya..
Ternyata di kamar atas ada lampu yang kena bocor dan air terjebak di fitting lampu..
sehingga jika listrik dinyalakan menyebabkan korsleting.

Aku pura-pura masih mencari masalahnya.. lalu ke bawah cari angin segar.. sekalian liat istriku udah pulang belum.
Aku liat istriku masih ngobrol dengan Rini. "Udah ketemu pah masalahnya..?” Tanya istriku.
"Belum..” aku mau ngerokok dulu.. di dalam panas hawanya.

Aku keluar mengisap sebatang rokok.. sampai akhirnya istriku ga betah juga ikut keluar..
"Pah aku pulang dulu yah bentar..” mau cuci piring dulu. Aku cuma mengangguk.. padahal dalam hati girangnya minta ampun.

Sambil mengisap rokokku aku mulai berpikir cara supaya bisa menikmati tubuh Rini yang bohay.. tapi otakku buntu.
Sampai selesai isapan terakhir aku kembali masuk kembali ke rumah Rini..
Suasana remang dari penerangan lilin sedikit mengurangi pandanganku.. aku tidak melihat Rini di ruang tamu..

Perlahan aku berjalan menaiki tangga menuju kamar di lantai atas.. Sayup-sayup aku mendengar gemericik air..
Ternyata pas di sebelah kamar yang ingin aku perbaiki lampunya adalah kamar mandi..! Hmm.. Rini pasti sedang mandi..

Aku segera mencoba mencari lubang untuk mengintip.. tapi tidak ada sama sekali celah untuk mengintip..
Akhirnya aku kembali pada niatku semula..

Sambil membersihkan fitting lampu.. otakku tak hentinya membayangkan pantat Rini yang bulat dan menantang..
Hingga tak sadar senjataku menegang dengan kaku.. Jelas terlihat menonjol karena aku memakai celana pendek gombrong tanpa cd..

"Sudah selesai pak Rudi..? Maaf loh ngerepotin..”
Suara Rini yang halus bagaikan halilintar yang mengejutkanku.. apalagi dia hanya mengenakan lilitan handuk saja..

Woww.. Ternyata.. kamar yang aku perbaiki adalah kamarnya..!
"Eh.. iya. Bentar lagi nih selesai..” jawabku gugup.. Aku malu sekali.. Rini pasti liat tonjolan di celana pendekku..

Aku lantas pura-pura menyibukkan diri.. padahal kerjaannya sudah selesai..
Senjataku tidak bisa diajak kompromi.. semakin kaku melihat keindahan tubuh Rini..

Aku membelakangi Rini supaya tidak ketahuan..
Tapi dasar rejeki tidak ke mana.. tiba-tiba saja Rini sudah di belakangku dan langsung memegang tonjolan di celanaku.

"Pak.. ini apaan..?” Desahnya berbisik di telingaku.
"Ehh. Ini..” aku gugup tapi senang.

"Aku tau kok pak Rudi suka ngeliatin kalau aku nyapu.. aku juga haus.. mumpung ada kesempatan.. ayoo..” bisiknya nafsu..
Tanpa banyak bicara lagi.. aku langsung berbalik memeluknya.. Anduknya yang dililit langsung aku renggut terjatuh..

Aku mencium bibirnya dengan nafsu.. Rini pun tak kalah buasnya melumat bibir dan lidahku..
Sambil.. berciuman aku meremas semua bagian tubuh Rini..

Dari pantat dan pinggulnya yang padat sampai buah dadanya yang berukuran sedang. Tapi sepertinya aku kalah buas dengn Rini..
Lepas bibirnya dari lumatanku.. dia langsung mengangkat kaosku dan menjilati dadaku..

Aku seperti tersengat listrik.. senjataku semakin tegang maksimal.. Rini dengan buas menjilati dadaku dan merogoh senjataku..
"Aawww. Gilaa gede banget..!" Rini kaget saat menggenggam senjataku.

Tapi tak lama dia langsung berjongkok melumat senjataku dengan rakusnya..
Celana pendekku hanya didodorin dikit.. aku tak bisa apa-apa selain menikmati sepongannya pada senjataku..

Sekitar 5 menit dia langsung berdiri.. "Cepet masukin pak.. nanti istrinya keburu datang..”
Dia langsung menungging di depanku.. tangannya berpegangan pada meja rias.

Kini di depanku terpampang badan yang putih mulus dengan lekukan pinggul yang aduhai sedang menungging..
Aku hanya menelan ludah nafsu.. sebentar lagi impian aku akan terwujud.. tapi aku tak mau terburu-buru.

Meski sadar istriku bisa kapan aja balik.. aku segera menjilati pantat Rini yang aduhai..
Rini hanya mendesah.. kemaluan Rini yang mulai basah semakin basah ketika aku jilat..

"Pak cepet masukin.. aku gak tahan..” Rini meracau terus saat klitorisnya aku dorong dengan lidahku..

Aku sendiri sudah di atas puncak nafsu.. segera berdiri bersiap memasukkan senjataku yang sudah kaku..
Aku diamkan sesaat kepala kemaluanku tepat di depan kemaluan Rini..

Rini mencoba menggerakkan pantatnya ke belakang supaya senjataku memasuki vaginanya..
Tapi aku sengaja agak slow.. supaya nafsunya semakin naik..

Beberapa saat kemudian perlahan aku mencoba mendorong senjataku.. Slebbhh..
Buset.. gila.. susah sekali.. seperti perawan..!

Clebbhh.. Aku mendorongnya lagi sedikit.. kurasakan kepala senjataku memasuki lubang yang sempit dan hangat..
Ughhh.. Nikmatnya sungguh luar biasa..
“Oughhh..” Rini berdesah keras.. langsung saaa kubekap mulutnya dengan tanganku.. aku takut kedengeran tetangga..

Clebbhh.. Jlebbhh..
“Ngghhh..!”
“Hegghtt..”
Bersamaan erang dan rintihan nikmat aku Rini.. akhirnya amblas juga seluruh senjataku ke dalam vaginanya..
Auhh.. Sungguh kenikmatan yang aku terima luar biasa..

Kudiamkan sejenak menikmati jepitan vagina Rini pada senjataku..
Aku mulai menarik dikit.. mendorong dikit pelan-pelan.. jari-jariku yang tadi membekap mulut Rini kini sudah asik dinikmatin mulut Rini..

Dia semakin asik mengisap jari-jariku.. mungkin melampiaskan rasa nikmat dari tusukan senjataku di liang vaginanya..
Perlahan tapi pasti.. tusukanku semakin cepat..

Sambil meremas pantat Rini yang indah aku semakin cepat memompa senjataku..
Clebb.. clebb.. crebb.. clopp.. clobb.. clebb.. clepp.. crebb..

Tiba-tiba aku merasakan denyutan halus di senjataku.. dan cairan hangat terasa banget di senjataku..
Ternyata Rini sudah mencapai klimaksnya.. Aku segera mempercepat tusukanku mencoba meraih orgasmeku..

"Aku keluarin di dalem ya say..?” Bisikku mencoba mengubah panggilanku kepadanya.
Rini hanya diam.. mungkin sedang menikmati sisa-sisa klimaksnya..

Tiba-tiba dari bawah terdengar suara memanggil..
"Mah.. di mana..!? Aku pulang..” ternyata suara Adit anaknya yang remaja..

Sontak aku kaget.. langsung menarik senjataku dan menaikkan celana pendekku..
Sementara Rinipun sama paniknya.. langsung mencari handuknya dan kembali melilitkan ke tubuhnya..

Aku ambil inisiatif.. langsung keluar kamar dan turun tangga.. untunglah pas di tangga aku berpapasan dengan Adit..
"Om.. kok di sini..?” Sapa anaknya.
"Iya.. abis betulin lampu. Coba sekarang Adit tolong naikin MCB meterannya ya..” ujarku dengan cepat mencari alasan.

Lalu aku berdua Adit kembali turun.. Adit ke depan naikin MCB.. dan sebentar kemudian rumahnya sudah kembali terang benderang..
Aku tak tau keadaan Rini di kamar gimana..

Tapi beberapa saat kemudian Rini turun.. sudah mengenakan daster.. "Makasih ya pak..” ujarnya sambil senyum..
"Sama-sama..” Akupun membalas senyumannya. "Aku permisi pulang ya..”

Aku segera keluar menuju rumahku.. sesampai di rumah aku melihat istriku sudah tertidur di kamar.
Tinggal aku kebingungan.. sedang tanggung.. Pas sudah berada di puncak kenikmatan.. ada gangguan.. Busett dah..!

Aku terduduk di sofa.. membayangkan kejadian tadi..
Ughh.. vaginanya benar-benar mencengkram kuat senjataku.. jauh sekali dengan vagina istriku yang sudah anak 3..

Membayangkan vagina dan pantat Rini.. tanpa sadar senjataku kembali menegang kaku.. setelah sempat turun karena kaget tadi.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Walau cerita lama namun tetap mantap
Lancroootkan suhuuu
 
-------------------------------------------------

Cerita 9 – Tetangga Bahenol

Mirna


Kejadian ini terjadi sekitar satu bulan yang lalu.
Waktu itu saya beserta dua orang teman kantor sedang makan siang di sebuah restoran di bilangan Kemang.
Ketika saya hendak membayar makanan.. saya mengantre di belakang seorang wanita cantik yang sedang menggendong anak kecil.

Karena agak lama.. saya menegurnya. Ketika ia menengok ke arah saya.. saya sangat kaget.. ternyata ia adalah Mirna.
Nah.. Mirna ini adalah istri tetangga saya di kompleks rumah saya.

"Eh.. Mas Vito. Lagi ngapain Mas..?” Tanyanya.
"Anu.. saya sedang makan siang. Kamu sama siapa Mir..? Andre ndak ikut..?”
"Enggak Mas.. dia lagi tugas luar kota. Saya lagi beli makanan.. sekalian buat nanti malam.
Soalnya si Ijah lagi pulang kampung juga. Ya sudah.. saya keluar aja bareng Vina..” –anaknya..–

"Kamu bawa mobil..?” Tanya saya.
"Enggak tuh Mas.. mobilnya dibawa Mas Andre ke Lampung..”

"Oo.. mau pulang bareng..? Kebetulan saya juga mau langsung pulang.. tadi habis tugas lapangan..”
"Ya sudah nggak apa-apa.. Tapi nggak ngerepotin, kan..?” Ujarnya manis.

Singkat cerita.. saya dan kedua teman saya langsung pulang ke rumah masing-masing.
Sementara saya.. Mirna dan Vina pulang bersama di mobil saya.

Sesampainya di rumah Mirna yang hanya berjarak 4 rumah dari saya.. Mirna mengajak mampir..
Tapi saya bilang mau pulang dulu.. ganti baju dan menaruh mobil. Kebetulan Jenny.. istri saya..
sedang pergi ke rumah orangtuanya.. saya langsung saja pergi ke rumah Mirna hanya mengenakan celana pendek dan kaos.

Ternyata.. rumah Mirna tertata cukup apik. Ketika saya masuk.. si Mirna hanya memakai piyama mandi.
"Saya ganti baju dulu ya Mas.. gerah nih..” katanya sambil tersenyum.
"Oo.. iya.. si Vina mana..?” Tanya saya sambil terpesona melihat kecantikan dan kemulusan body si Mirna.

"Anu Mas.. dia langsung tidur pas sampai di rumah tadi.. kasihan dia capek.. saya ke kamar dulu ya Mas.."
"Eh.. iya.. jangan lama-lama ya..” kata saya.

Ketika Mirna masuk ke dalam kamar.. dia –entah sengaja atau tidak..– tidak rapat menutup pintu kamarnya.
Merasa ada kesempatan.. saya mencoba mengintip. Memang lagi mujur.. ternyata di lurusan celah pintu itu.. ada kaca lemari riasnya.

Wow.. untuk ukuran wanita yang telah mempunyai anak berumur 3 tahun.. si Mirna ini masih punya bentuk tubuh yang bagus dan indah.
Dengan ukuran 34B dan selangkangan yang dicukur.. dia langsung membuat ’adik kecil’ saya berontak dan bangun.

Dan yang menambah kaget saya..
sebelum memakai daster yang hanya selutut ia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan tidak mengenakan BH.

Sebelum ia berjalan ke luar kamar.. saya langsung lari ke sofa dan pura-pura membaca koran.
"Eh.. maaf ya Mas kelamaan..”
kata Mirna sambil duduk setelah sepertinya berusaha untuk membetulkan letak tali celana dalamnya yang menyempil.

"Ndak apa-apa kok.. saya juga lagi baca koran. Memangnya Andre berapa hari tugas luar kota..?”
Tanya saya yang juga 'sibuk' membetulkan letak si 'kecil' yang salah orbit.

Sambil tersenyum penuh arti.. Mirna menjawab.. "3 hari Mas.. baru berangkat tadi pagi.
Ngomong-ngomong saya juga sudah 2 hari ini nggak liat Mbak Jenny.. ke mana ya Mas..?”

"Dia ke rumah orangtuanya. Seminggu. Bapaknya sakit..” jawab saya.
"Wah.. kesepian dong..?” tanya Mirna menggoda saya.

Merasa hal ini harus saya manfaatkan.. saya jawab saja sekenanya..
"Iya nih.. mana seminggu lagi.. ndak ada yang nemenin. Kamu mau nemenin saya emangnya..?”
"Wah tawaran yang menarik tuh..” jawab Mirna sambil tersenyum lagi..

"Emangnya Mas mau saya temenin..? Saya kan ada si Vina.. nanti ganggu Mas lagi. Mas Vito kan belum punya anak.. jadinya santai..”
"Ndak apa-apa.. eh iya.. saya mau tanya.. kamu ini umur berapa sih..? Kok keliatannya masih muda ya..?”
sambil menggeser posisi duduk saya supaya lebih dekat ke Mirna.

"Saya baru 27 kok Mas.. saya married waktu 23.. pas baru lulus kuliah.
Saya diajak married Mas Andre itu pas dia sudah bekerja 3 tahun. Gitu Mas.. memang kenapa sih..?”

"Ndak.. saya kok penasaran ya. Kamu sudah punya anak umur 3 tahun.. tapi kok badan kamu masih bagus banget.. kayak anak umur 20-an gitu..” .
"Yah.. saya berusaha jaga badan aja Mas. Biar laki-laki yang ngeliat saya pada ngiler..” katanya sambil tersenyum.

"Wah.. kamu ini bisa saja.. tapi memang iya sih ya.. saya kok juga jadi mau ngiler nih..”
"Nah kan.. mulai macem-macem ya.. nanti saya jewer lho..!"

"Kalo saya macem-macem beneran.. emangnya kamu mau jewer apa saya..?” Tanya saya sambil terus melakukan penetrasi dari sayap kanan Mirna.
Merasa saya melakukan pendekatan.. Mirna kok ya mengerti.

Sambil menghadap ke wajah saya.. dia bilang.. "Wah.. kalo beneran.. saya mau jewer 'burungnya'-nya Mas Vito.. biar putus sekalian..”
"Memangnya kamu berani..?” Saya tantang.. "Dan lagi saya juga bisa mbales..”

"Saya berani lho Mas..!" sambil beneran memegang 'burung' saya yang memang sudah minta dipegang.. "Terus Mas Vito mbalesnya gimana..?”
"Nanti saya remes-remes lho toketmu.." jawab saya sambil beneran juga melakukan serangan pada bagian dada.

Karena merasa masing-masing sudah memegang 'barang'.. kami tidak bicara banyak lagi.
Saya langsung mengulum bibir Mirna yang memang lembut sekali dan basah serta penuh gairah.

Dan tampaknya Mirna yang sudah setengah jalan.. langsung memasukkan tangannya ke dalam celana saya..
Ctapp..! Tepat memegang 'burung' saya yang maha besar itu.. –kata istri saya sih..–

"Idiihh.. Mas Vito.. ternyata kontolnya gede banget..” kata Mirna sambil terengah-engah.
"Udah.. nikmati aja. Kalo mau diisep juga boleh.." tantang saya lagi.. kepalang basah, ya nggak..? Hehe..

Dan tanpa banyak bicara.. Mirna langsung membuka 2 pertahanan bawah saya.
Dengan seenaknya ia melempar celana pendek dan celana dalam saya dan langsung mengisap batang kemaluan saya.

Ternyata.. isapannya top banget. Tanpa tanggung-tanggung.. setengah penis saya yang 18 cm itu dimasukkan semuanya.
Dalam hati saya berpikir.. Maruk juga nih perempuan..!

Setelah hampir 5 menit.. Mirna saya suruh berdiri di depan saya sambil saya lucuti pakaiannya.
Tanpa dikomando.. Mirna melepas celana dalamnya yang mini itu dan menjejalkan kemaluannya yang tanpa bulu ke mulut saya.

Ya sudah.. namanya juga dikasih.. langsung saja saya ciumi dan saya jilat-jilat.
"Mas.. geli Mas..” kata Mirna sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya.

"Tadi ngasih.. sekarang komentar.." kata saya sambil memasukkan dua jari tangan saya ke dalam vaginanya yang ..
– ya ampun..!– peret banget.. kayak kemaluan perawan.

Masih dalam posisi duduk.. saya membimbing pantat dan vagina Mirna ke arah batang kemaluan saya yang makin lama makin keras.
Slebbhh..! Perlahan-lahan.. Mirna memasukkan kejantanan saya ke dalam vaginanya yang mulai agak-agak basah.

"Pelan-pelan ya Mir..! Nanti memekmu sobek loh..” kata saya sambil tersenyum menggodanya.
Mirna malah menjawab saya dengan serangan yang benar-benar membuat saya kaget.

Dengan tiba-tiba dia langsung menekan batang kejantanan saya .. Jlebhh.! "Nghh...ooohh..!" Erangnya sambil mulai bergoyang-goyang.
Gerakannya yang halus dan lembut saya imbangi dengan tusukan-tusukan tajam 'menyakitkan'..
yang hanya dapat dijawab Mirna dengan erangan dan desahan.

Setelah posisi duduk.. Mirna mengajak untuk berposisi Dog Style. Mirna langsung nungging di lantai di atas karpet.
Sambil membuka jalan masuk untuk kemaluan saya di vaginanya.. Mirna berkata.. "Mas jangan di lubang pantat ya.. di memek aja.."

Seperti anak kecil yang penurut.. saya langsung menghujamkan batang kejantanan saya ke dalam liang senggama Mirna..
yang kini sudah mulai agak terbiasa dengan ukuran kemaluan saya.

Selanjutnya pertempuan kelamin kami semakin membara.. bahkan panas..! Gerakan pantat Mirna yang maju-mundur.. benar-benar hebat.
Pertandingan antar jenis kelamin itu.. mulai makinmenghebat tatkala Mirna 'jebol' untuk yang pertamakali.

"Mas.. aku basah..” katanya dengan hampir tidak memperlambat goyangannya.
Mendengar hal itu.. saya malah langsung masuk ke gigi 4.. cepat banget.. sampai-sampai dengkul saya terasa mau copot.

Clebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-crebb-crebb-clebb-pykk-pyekk-pykk-pykk-pykk..
Kemaluan Mirna yang basah dan lengket itu.. membuat si 'Vladimir' tambah kencang larinya.

"Mir.. aku mau keluar.. di dalam apa di luar nih buangnya..?” Tanya saya.
Eh Mirna malah menjawab.. "Ohh.. ahhh.. ahh.. d-di dalam ajahh Mashh.. ahhkk.. kayaknya akkhu juga mau keluar laggihh.. barengin yaa..hhh..?”

Sekitar 3 menit kemudian.. saya sudah benar-benar mau keluar dan sepertinya Mirna juga.
Sambil memberi aba-aba.. saya bilang.. "Mir.. sudah waktunya nih.. keluarin bareng ya.. 1 2 3..!"
Crtt.. crtt.. crtt.. crrrtt..! Saya memuntahkan air mani saya ke dalam liang vagina Mirna..
Pada saat bersamaan.. vagina rapat itu juga mengeluarkan cairan kenikmatannya. Srrr.. srr.. srrr.. srrr..

Setelah itu saya mengeluarkan batang kejantanan saya dan menyuruh Mirna mengisap dan menjilatinya sekali lagi.
Si Mirna menurut saja.. sambil ngos-ngosan.. Mirna menjilati penis saya.

Ketika Mirna sedang sibuk dengan batang kejantanan saya..
Vina bangun tidur dan langsung menghampiri kami sambil bertanya.. "Mami lagi ngapain..? Kok Om Vito digigit..?”

Mirna yang tampaknya tidak kaget.. malah menyuruh Vina mendekat dan berkata..
"Vina.. Mami nggak gigit Om Vito. Mami lagi makan 'permen kojek'-nya Om Vito.. rasanya enak banget deh.. asin-asin..”

"Mami.. emangnya permennya enak..? Vina boleh nggak ikut makan..?” Tanya Vina.

Sambil mengocok-ngocok penis saya.. Mirna menjawab..
"Vina nggak boleh.. nanti diomelin sama Om Vito.. mendingan Vina duduk di bangku ya.. ngeliat Mami sama Om Vito main dokter-dokteran..”

Saya yang dari tadi diam saja.. mulai angkat bicara.. "Iya.. Vina nonton aja ya.. tapi jangan bilang-bilang ke Papi Vina.. soalnya kasian Mami nanti.
Ini Mami kan lagi sakit.. jadinya Om kasih permen terus disuntik..”

Sambil terus memegang penis saya yang mulai kembali mengeras.. Mirna berkata pada Vina..
"Nanti kalo' Vina nggak bilang ke papi.. Vina Mami beliin baju baru lagi deh.. ya..?
Tuh liat.. suntikannya Om Vito mulai keras. Vina diam aja ya.. Mami mau disuntik dulu nih..!"

Merasa ada tantangan lagi.. saya langsung mencium Mirna dengan lembut di bibirnya yang masih beraroma sperma..
sambil meremas buah dadanya yang kembali mengeras.

Mirna langsung melakukan gerakan berputar dan langsung telentang sambil tertawa dan berteriak tertahan.. "Babak kedua dimulai.. teng..!"
Sementara Vina hanya diam melihat maminya dan saya 'acak-acak'.. walaupun terkadang dia membantu mengelap keringat maminya dan saya.

Itulah pengalaman saya dan Mirna yang masih berlanjut untuk hari-hari berikutnya.
Kadang-kadang di rumah saya dan tidak jarang pula di rumahnya.
Kami melakukan berbagai macam gaya dan di segala ruangan dan kondisi.

Pernah kami melakukan di kamar mandi.. masih dengan Vina yang ikut nimbrung 'nonton' pertandingan saya vs maminya.
Dan Vina juga diam dan tidak bicara apa-apa ketika papinya pulang dari Lampung.

Hal itu malah makin mempermudah saya dan Mirna yang masih sering bersenggama di rumah saya ketika saya pulang kantor..
dan ketika istri saya belum pulang dari rumah orangtuanya.

Dan saya akan masih terus akan menceritakan pengalaman saya dengan Mirna tetangga saya yang bahenol. (. ) ( .)
-------------------------------


Ditodong 3Some

Mirna dan Rere

Saat itu sudah malam.. sekitar pukul 9.
Saya dan Mirna baru saja menyelesaikan babak ketiga.. pertandingan antar jenis kelamin kami yang sudah sekiankali kami lakukan.

Kami ada di rumah Mirna. Suami Mirna.. Andre sedang tidak berada di rumah.. dia pergi tugas luar kota lagi.
Sementara istri saya ada di rumah.. saya punya banyak alasan kalau dia bertanya macam-macam.

"Mas Vito.. aku kok kayaknya nggak pernah bosen ya 'ngewe' sama kamu..?” Kata Mirna.
"Lha.. memangnya kalo sama Andre.. bosen..? Kan dia suamimu..” jawab saya agak ge-er.

"Bukannya gitu. Kalo sama Mas Andre gayanya itu-itu saja.. Dan lagi.. kontolnya Mas Andre kan nggak sebesar punya Mas Vito..”
Jawab Mirna jujur sambil mengurut batang kemaluan saya yang kembali mengeras.

"Ndak boleh gitu lho Mir. Andre itu kan suamimu.. dia baik lagi. Tapi.. masa bodolah.. yang penting memek istrinya enak banget.
Ya sudah 'ngentot' lagi yuk..? Mana toketmu.. sini.. aku mau 'nenen'..!” Ajakku pada Mirna memulai untuk babak selanjutnya

Ketika kami mau mulai babak keempat.. Vina.. anak Mirna yang jadi sering melihat maminya ‘diacak-acak'.. masuk ke kamar.
"Mi.. masih main kuda-kudaan ya..?” Tanyanya polos.
"Iya.. baru mau main lagi.. kenapa Vin..?” Jawab Mirna.

"Vina mau bobo.. tapi Vina takut.. temenin Vina ya Mi. Om Vito.. main kuda-kudaannya di kamar Vina aja ya..!?” Pintanya penuh harap.
Ya sudah.. akhirnya saya dan Mirna pindah arena ke kamarnya Vina.

Sambil masih bertelanjang bulat.. kami berusaha menina-bobokan Vina yang katanya tidak kangen sama papinya..
dia malah menganggap saya papi kandungnya.. Haha..

Baru sekitar 10 menit si Vina tertidur dan 3 menit si Mirna mengisap batang kemaluan saya.. telepon di kamar Mirna berdering.
"Mas.. aku ngangkat telephone dulu ya.. kali aja dari Mas Andre..” kata Mirna.
"Ya.. jangan lama-lama..” jawab saya.

Setelah hampir 5 menit.. Mirna balik lagi ke kamar dengan wajah bingung.
"Mas.. adikku mau ke sini. Dia sudah ada di depan kompleks. Gimana nih..?” Kata Mirna rada sedikit panik.

"Siapa..? Si Rere..? Dia bareng suaminya nggak..?” Tanya saya berusaha tidak panik.
"Nggak sih.. kan dia lagi pisah ranjang sama Gery. Sudah 4 bulan ini..” jawab Mirna menerangkan.
"Ya udah.. kalo dia ke sini.. ndak apa-apa. Bilang aja aku lagi nemenin kalian. Apa susahnya sih..?”

Tidak lama kemudian Rere datang. Dia adalah wanita cantik berusia sekitar 25 tahun..
dengan ukuran dada sekitar 34B – hampir sama dengan kakaknya..–.. kulit putih bersih dan hidung yang bangir.

Malam itu dia mengenakan 'Tank-Top' warna biru ditutup dengan Cardigan hitam dan celana Capri.. – ketat.. sedengkul..– warna putih.
"Malam Mbak.. Eh.. ada siapa nih..?” Kata Rere ceplas ceplos.
"Ini Mas Vito.. tetanggaku. Dia datang ke sini mau nemuin Mas Andre.. tapi nggak ketemu..” Mirna menjawab diplomatis.

"O iya.. kenalin Mas.. ini adikku.. Rere. Re.. ini namanya Mas Vito..” Mirna mengenalkan.
"Rere..” katanya sambil bersalaman dengan saya.
"Vito..” balas saya santai.

"Kamu kenapa ke sini..?” Kata Mirna.. "Tumben-tumbenan.. mana malem-malem lagi. Kamu nggak takut apa..? Daerah sini rawan pemerkosaan lho..!”
Si Rere menjawab sambil melepas Cardigan-nya dan memamerkan keindahan buah dadanya.. yang dapat membuat laki-laki sesak nafas itu..

Katanya.. "Ngapain takut.. kalo diperkosa malah seneng. Aku sudah hampir 5 bulan lho Mbak.. nggak 'gituan'..!”
"Kamu ini kalo ngomong sembarangan..” kata Mirna sambil melirikku.. "Kasian Mas Vito tuh.. lagi tanggung.. nanti dia ngocok di sini lagi..”

"Tanggung..? Emangnya kalian lagi ngapain..? Wah.. macem-macem nih kayaknya..!?” Tanya Rere penasaran.
Si Mirna menjawab.. "Kenapa emangnya..? Mau ikut nimbrung..? Suntikannya Mas Vito besar lho..!”
Saya daritadi hanya diam dan tersenyum mendengar 'adik' saya dibicarakan dua wanita cantik.

Lalu saya angkat bicara..
"Kamu ini ngomong apa sih Mir..? Emangnya kamu sudah pernah liat suntikanku, apa..?” Kata saya menggoda.
"Iya nih.. Mbak Mirna. Emang udah pernah liat..?” Rere ikutan nimbrung.

"Wah.. jangan macam-macam deh Mas.. mendingan kita lanjutin pertandingan tadi. Kamu mau ikutan nggak Re..?”
Ajak Mirna sambil kembali melepas dasternya dan melucuti celana pendek saya.

Tuink..! Segera saja penisku terpapar.. menggantung gagah di hadapan kedua perempuan itu.
Melihat hal ini.. Rere memekik pelan.. "Wah.. itu kontol..!? Gede banget.. boleh nyobain ya Mas..?”

"Ya sudah.. kamu isap-isap ya Re..” kata saya..
"Nah.. Mir.. ke sinikan memekmu biar kujilatin..!”

Lalu kami bertiga bermain dengan riang gembira. Saya duduk di sofa.. sementara Rere jongkok dan sibuk dengan batang kemaluan saya.
Mirna berdiri menghadap saya sambil mengarahkan kepala saya ke liang vaginanya dan menjilatinya sampai kelojotan.

Saya tidak sadar waktu Mirna agak bergeser.. ternyata Rere sudah tidak mengenakan apa-apa lagi.. polos..
telanjang bulat dan berusaha menjepit penis saya dengan kedua buah dadanya yang ternyata memang besar dan membuat gerakan naik-turun.

"Ya.. terus Re.. enak banget..!” ata saya.. sementara Mirna sudah duduk di sebelah kiri saya sambil mengulum bibir saya.
"Mas Vito.. aku mau masukin ke memek ya..” pinta Rere penuh harap.

Ketika melihat dan mengamati kemaluan Rere.. saya agak kaget. Selain botak.. vagina Rere juga masih terlihat sempit.
Dalam hati saya berpikir.. ini kakak beradik punya kemaluan kok ya sama.

Rere lantas membelakangi saya dan memasukkan batang kemaluan saya ke dalam vaginanya yang sempit itu dengan perlahan-lahan.
Mirna yang juga sedikit terengah-engah memasukkan jari saya ke dalam liang kemaluannya yang mulai basah.

Rere benar-benar memperlakukan batang kemaluan saya dengan baik.
Gerakan maju-mundurnya sangat hebat dan terkadang dikombinasi dengan gerakan berputar.

Menyikapi hal ini.. saya lalu mengangkat badan Rere dan saya balikkan.. hingga kami beradu pandang..
dengan posisi penis saya tetap di dalam vaginanya yang keset-keset basah.

Rere ternyata sangat ahli dengan posisi duduk.. dia terus naik-turun..
berusaha mengimbangi hujaman-hujaman penis saya yang makin lama makin dalam menembus pertahanan liang vaginanya.

Setelah hampir 10 menit.. Rere berkata.. "Mas aku keluar..!” Tapi herannya dia masih saja menggoyang pantatnya.
Sementara itu.. Mirna ada di belakang Rere sambil memeluk dan meremas buah dada Rere.

3 menit kemudian.. giliran saya yang bilang.. "Re.. aku mau keluar nih.. di dalam apa di luar..?”
"Di luar saja Mas.. aku mau minum pejunya..” jawab Rere semangat.

"Re.. cepat lepas..!” Kata saya sambil mengocok batang kemaluan saya dengan cepat dan mengarahkannya ke mulut Rere..
yang sekarang sudah jongkok di bawah saya.

Ternyata benar.. mulut Rere tidak hanya menampung sperma saya yang banyak.. tapi juga benar-benar berkumur dan menelannya.
Melihat hal itu.. Mirna yang vaginanya tidak aktif.. langsung mendekati batang kemaluan saya dan mengulumnya lagi.

Saya yang sudah banjir keringat langsung berkata kepada Mirna.. "Mir.. yang bersih ya.. saya istirahat dulu sebentar..”
Sambil Mirna terus disibukkan dengan pekerjaannya.. saya menyuruh Rere mendekat dan langsung mengulum bibirnya yang tipis dan beraroma sperma.

Tidak lama kemudian.. batang kemaluan saya mulai menegang lagi.
Mengetahui perbuatannya berhasil.. Mirna dengan tindakan super cepat menarik saya ke lantai dan menyuruh saya telentang.

Mirna dengan cepat juga langsung menduduki penis saya dan menjepitnya dengan kemaluannya.
Dengan posisi seperti itu.. tangan saya diberi kesempatan untuk meremas payudara Mirna dan memainkan putingnya yang agak kecoklatan.

Setelah hampir 10 menit mengerjai batang kemaluan saya.. gerakan Mirna mulai agak mengendur.
Saya tau.. dia sudah orgasme. Melihat hal ini.. saya membalikkan badan Mirna.. dan sekarang dia yang telentang.

Kedua kaki Mirna yang putih itu saya buka lebar-lebar sambil menusuk vaginanya dengan gerakan yang amat cepat dan teratur.
Erangan dan desahan Mirna sudah tidak saya dengarkan sama sekali.

Sekitar 3 menit kemudian.. saya sudah tidak dapat menahankannya lagi.
Dengan posisi penis masih di dalam vagina Mirna.. saya menyemprotkan cairan sperma saya untuk yang kedua kalinya malam ini.

Liang senggama Mirna yang saya perhatikan beberapa hari ini sudah agak melebar.. tidak kuat menampung cairan sperma saya yang kental dan banyak.
Melihat hal itu.. Rere langsung menjilati vagina kakaknya berusaha mendapatkan air mani lagi sambil tangannya mengocok penis saya.

Vina yang sudah tidur rupanya terbangun karena berisik. "Mami.. aku nggak bisa tidur.. itu ada siapa..?”
"Eh Vina.. ini Tante Rere. Kok kamu nggak tidur..?” Jawab Rere sambil menyuruh Vina mendekat.

"Nggak bisa tidur Tante. Mami kenapa..? Kok kakinya terbuka.. Mami sakit lagi ya..?” Tanya Vina polos.
"Mami nggak sakit. Justru Mami malah sehat.. kan Mami habis Om suntik.. nanti sebentar lagi juga bangun..” jelas saya.

"Kok Tante Rere telanjang juga..? Habis disuntik juga ya sama Om Vito..?”
"Iya.. soalnya Tante lagi sakit memeknya jadi disuntik..” kata Rere sambil mengelus vaginanya sendiri.

"Memek apa sih Tan..?” Tanya Vina lugu.
Sambil membersihkan kemaluan Mirna.. saya berkata ke Vina.. "Ini yang namanya memek Vin. Ini gunanya buat masukin jarum suntiknya Om Vito..”

"Vina juga punya Om..” kata Vina sambil menyingkap rok tidurnya.
"Iya.. tapi punya Vina belom boleh disuntik. Nanti kalo sudah besar.. boleh deh..” ujar Rere sambil tersenyum.

Selama seminggu Rere menginap di rumah Mirna.. kami bertiga hampir tiap malam mengadakan acara begituan bersama.
Vina yang selalu melihat aksi kami selalu tertawa kalau saya menyemprotkan sperma ke mulut mami dan tantenya.
"Ha.. ha.. ha.. Mami sama Tante Rere dipipisi Om Vito..” katanya lucu.

Pernah sekali waktu.. ketika istri saya sedang pergi.. Rere main ke rumah dan minta disenggamai di lubang pantat.
Karena menarik.. saya lakukan saja dan ternyata itu enak sekali.. seperti menjebol kemaluan perawan.

Sekali waktu.. pernah juga salah seorang teman kantor saya main ke rumah ketika dua kakak beradik itu kebetulan sedang ada di rumah saya.
Karena tertarik dengan Mirna.. teman saya itu mengajak Mirna main di atas meja makan saya.
Saya dan Rere hanya diam dan tertawa melihat teman saya menghajar kemaluan Mirna sampai Mirna mengalami multi orgasme. (. ) ( .)
-----------------------------------
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
--------------------------------------------------------------------

Cerita 10 – Janda Depan Rumahku

Tacik

Ini
cerita yang aku alami beberapa bulan yang lalu.. tepatnya bulan Desember 2001.
Aku sendiri seorang pria yang sudah beristri dan isteriku bekerja di salahsatu kantor pemerintah di kotaku..
Kami sudah mempunyai dua anak.. berumur 10 tahun dan 7 tahun semuanya cewek.

Dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan memang dirasakan sangat memberatkan bagi kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah..
begitu juga yang menimpa masyarakat di perumahan Mr tempat aku tinggal.

Sehingga ibu-ibu rumah tangga harus pandai benar untuk mengelola/mengatur pembelanjaan uangnya..
agar bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya selama satu bulan.

Salahsatu bentuk efisiensi yang dilakukan isteriku yaitu yang biasanya setiap harinya memakai kompor elpiji..
maka untuk lebih menghemat akhirnya membeli kompor dengan bahan bakar minyak tanah.
Dan kompor minyak tanah itu merupakan temuan baru dari salahsatu mahasiswa tehnik PTN di Surabaya yang sudah dipatenkan.

Pada suatu hari di bulan Desember.. Distributor kompor yang aku ceritakan tadi.. mengirim salahsatu karyawannya..
untuk mengantar barang yang aku pesan serta melakukan demo cara-cara pemasangan dan operasional kompor tersebut.

Saat dilakukan demo.. salahsatu tetanggaku yang kebetulan kontrak rumah di depanku..
janda berusia 38 tahun dengan dua anak yang satu sudah kuliah dan satunya masih SMA.. ikut nimbrung untuk melihat demo kompor.

Biasanya aku memanggil dia dengan sebutan Tacik.. karena memang dia warga keturunan.
Acara demo-mendemo kompor selesai dan akhirnya Tacik ikut memesan satu kompor untuk keperluan rumah tangganya..

Nah.. kejadian demo kompor sudah satu minggu berlalu.. hingga berlanjut dengan kisahku ini.
Pagi itu setelah mengantar isteriku kerja.. aku tidak langsung berangkat ke kantor..

Tetapi pulang dulu ke rumah.. karena ada kerjaan yang harus aku selesaikan di meja komputerku.
Setelah pekerjaan selesai.. aku duduk-duduk di teras minum kopi sambil menikmati sebatang rokok GG Surya kesukaanku.

Saat enak-enaknya aku menikmati sebatang rokok karena pekerjaan kantor udah beres.. tiba-tiba dari depan rumahku terdengar teriakan Tacik.
“Om.. om Heru.. aku minta tolong bisa khan..?”
“Minta tolong apa dulu.. kalau dimintai tolong untuk sarapan pagi sih aku mau-mau aja..” jawabku dengan sedikit becanda.

“Ini lho Om.. kompor yang aku beli kemarin nyalanya koq agak merah.. nggak seperti punya isteri Om Heru..”
“Ohh.. gitu.. mungkin sumbunya terlalu panjang waktu memasangnya.. coba tak lihatnya dulu..” kataku sambil beranjak ke rumahnya.

Sampai di rumah Tacik.. aku langsung dipersilakan ke dapur untuk mencoba cek nyala kompor.
Dan memang benar.. nyalanya agak kemerah-merahan.

“Om.. aku minta tolong dong.. dibetulin kompornya mau khan..!?” Teriaknya agak manja sambil mengucek-ucek cucian bajunya.
“Beres.. asal dikasih imbalan yang enak-enak..” godaku.. sambil mulai membongkar kompor.

“Achh.. Om Heru ini bisa aja.. Yang enak-enak itu maksudnya apa sih Om..?” Tanyanya kayak orang bloon.
“Yeach.. semua aja yang special dan kita anggap enak..” jawabku sambil membuang puntung rokok ke bak sampah dapur.

Sambil mulai bongkar-bongkar kompor.. aku sempat melirik Tacik yang lagi cuci pakaian..
Busyet..!! Ckk.. ck.. ckk..! Rutukku dalam hati. Aku merasa seperti terbangun dari mimpi buruk.

Ternyata.. sedaritadi tanpa kusadari Tacik cuma memakai pakaian tidur warna putih yang sangat tipis sekali..
Dan bagian atas cuma memakai tali kecil yang tersampir di pundak..
Sehingga beha dan celana dalam yang dipakainya kelihatan jelas bentuk maupun warnanya.

Saat aku meliriknya.. Tacik lagi berdiri agak nungging membelakangiku untuk membilas cucian bajunya..
sehingga pantatnya yang gempal bulat.. berisi daging padat dan kenyal itu kelihatan menggoda untuk dibelai dan disentuh..

Apalagi celana dalam warna merah jambu yang dipakainya kelihatan tercetak jelas di bongkahan pantat gempalnya..
dan serasi benar dengan warna putih mulus kulitnya.. ditambah posisi berdirinya agak ngangkang lagi..
Pahanya terlihat tegar.. kokoh dan bulat berisi bagai bulir padi raksasa..

Entah disegaja atau tidak.. yang jelas pantatnya sesekali digoyang ke kanan dan ke kiri..
seiring tangannya yang sedang membilas pakaian yang dicucinya.

Sambil melakukan aktivitasnya.. sesekali juga Tacik bertanya.. “Om Heru.. hari ini koq kelihatan fresh benar..
Apa semalam mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari isteri..? He.. he.. he.. keramas lagi.. hihihi..” kata Tacik sambil ketawa cekikikan.

“Cerita donk.. om.. biar aku juga ikut tau.. biar nggak hanya menduga-duga saja..”
Timpalnya lagi sambil menoleh dan mengedipkan sebelah matanya.. kayak Jaja Miharja dalam Kuis Dangdut di TPI.

“Ah Tacik koq mau tau aja.. kalau aku ceritain.. nanti Tacik jadi grenk terus gimana.. hayoo..?
Apa nggak malah berabe.. Coba dipikir.. heh.. he.. he..” jawabku setengah menggoda sambil memancing reaksinya.

Dan ternyata.. rasa ingin tahunya semakin menjadi-jadi..
Terbukti dia menghentikan aktivitasnya dan sambil memercikkan air dari kesepuluh jarinya berkata..
“Sesekali boleh khan.. tau rahasia tetangga kita.. heh.. he.. he..” katanya sambil menoleh ke arahku..
sehingga buah dadanya yang ranum dan berukuran 36 C itu kelihatan menggelantung berat..
seakan-akan melambai untuk minta dibelai dan diisap habis puting-putingnya.

“Boleh-boleh aja.. asal kalau nanti agak berbau porno.. nggak nyalahin kita.. apalagi menuntut..
kenapa semalam koq nggak diajak ikut nimbrung.. hehehe..”
kataku mulai berani terang-terangan sambil melempar batang korek ke arah dadanya dan tepat mengenai tengah belahan buah dadanya.

“Edian tenan.. Om..! Tembakan korekmu tepat sasaran.. pas di tengah-tengah susuku yang montok.. aku jadi geli.. hihihi..”
Katanya sambil merogoh batang korek yang masuk ke belahan buah dadanya..
sehingga saat merogoh batang korek tersembullah buah dadanya yang putih mulus.. mengkal dan ranum itu di hadapanku.

Walau omong-omong kami sudah mulai mengarah hal-hal yang bersifat rangsangan birahi..
namun aku belum berani memulai tindakan fisik..
Karena aku kuatir kalau semua yang dilakukan Tacik hanya upaya untuk memancing..
dan atau untuk mengetahui kecerobohan diriku.. mengingat Tacik amat dekat sekali dengan isteriku.

Bahkan aku berpikir.. Jangan-jangan ulah Tacik memancing-mancing reaksi birahiku itu..
semua dilakukan atas suruhan atau permintaan isteriku.. Kataku dalam hati.

Sambil memasang sumbu-sumbu kompor yang sudah dapat separo.. aku terus ngomong-ngomong hal-hal yang agak lebih hot lagi..
Dan kelihatan Tacik sudah mulai terpengaruh atas semua obrolan birahi..
Terbukti.. sesekali dia sering membetulkan letak beha yang membungkus buah dadanya yang super besar itu.

Saat aku pandang.. ternyata kerjaan cuciannya sudah selesai.. sambil menyambar handuk putihnya dia berucap..
“Om.. aku mandi dulu ya.. awas jangan ngintip lho..?”
Ujarnya sambil melenggak-lenggokkan patatnya yang besar dan gempal itu sebelum masuk ke kamar mandi.

Saat masuk kamar mandi.. ternyata pintunya tidak dikunci.. namun aku tidak ambil pusing walau pintu kamar mandinya tidak dikunci.
Karena aku masih beranggapan kalau tindakan yang dilakukan Tacik dalam percakapan yang sudah mengarah hal-hal bersifat birahi tadi..
merupakan usaha Tacik untuk mencoba ngetest atas kesetiaanku terhadap isteri.

Oleh karena itu.. meskipun penisku terasa besar membengkak dan panas berdenyut-denyut..
akibat pengaruh percakapanku dengan Tacik yang sangat membangkitkan birahiku..
aku tetap mencoba untuk mengalihkan pikiran tersebut dengan menyelesaikan pembenahan sumbu-sumbu kompor yang diminta Tacik barusan.

Namun saat aku mulai bisa mengusir pikiran jorokku untuk bisa membelai..
mengelus dan meraba inci demi inci atas tubuh putih mulus Tacik yang sedang mandi tersebut..
tiba-tiba dari kamar mandi terdengar panggilan agak halus dari Tacik..

“Om.. sorry ya.. tadi aku lupa kalau sabun mandiku udah habis.. tolong ambilkan sabun mandi di bungkusan belanjaan..
Tadi aku taruh di atas meja barusan ya..?” Pintanya dengan suara yang agak manja.

“Diambil sendiri kan bisa Cik.. tanganku belepotan minyak tanah nich..” jawabku sambil melihat ke arah meja yang dimaksud..
dan memang benar di atas meja dapur terdapat bungkusan belanjaan yang terbungkus tas kresek hitam.

“Tolong dong Om.. aku udah telanjur telanjang bulat nich.. malu khan kalau keluar dalam keadaan bugil..?”
Pintanya lagi dengan suara yang lebih manja.

Sesaat.. mendengar suaranya yang manja itu aku jadi lupa atas anggapanku kalau Tacik lagi melaksanakan tugas reserse dari isteriku.
Maka seketika pikiran jorokku terhadap Tacik menjadi bangkit dan menggelora bagai air bah yang datang dengan tiba-tiba.

Aku kemudian bangkit berdiri untuk cuci tangan.. melangkah ke meja dapur untuk mengambil bungkusan belanja yang berisi sabun mandi tersebut.
”Oke.. oke.. tak ambilin dech..” kataku agak parau.. membayangkan ketelanjangan Tacik yang punya body aduhai dan semlohai itu.

Setelah kudapat sabun mandi yang diminta.. aku langsung menuju kamar mandi.. dan ternyata benar.. pintunya tidak dikunci.. sedikit terbuka.
Dari dalam kamar mandi terdengar teriakan kecil Tacik..
“Cepat dikit donk Om.. kelamaan telanjang bisa-bisa masuk angin nich..” katanya sangat manja dan begitu menggoda nafsu birahiku.

Begitu sampai di pintu kamar mandi.. aku kuakkan sedikit pintunya.. dan memang benar apa yang dikatakan Tacik..
Ia bener-bener dalam keadaan telanjang bulat.. berdiri agak mengangkang..

Sehingga dari celah belahan bongkahan pantatnya yang gempal..
kelihatan memeknya yang merah tebal berbulu menyembul agak malu-malu dalam posisi membelakangiku..
sedang tangannya dijulurkan untuk menerima uluran tanganku yang mau memberikan sabun mandi yang diminta.

Sesaat melihat tubuh telanjang Tacik.. pikiranku sebagai seorang laki-laki jadi bergemuruh.. meledak-ledak..
Nafsu birahiku bangkit begitu menggelora..Sontak saja penisku semakin terasa panas..
meronta-ronta dan denyutannya semakin terasa mendetak-detak kayak detak jarum jam layaknya..

Saking tidak kuatnya menahan gelora nafsu birahiku.. rasanya aku seakan ingin langsung menerkam..
lalu menelan bulat-bulat tubuh telanjang yang ada di hadapanku itu.

Namun sebagai seorang intelek.. aku langsung berpikir bahwa apa yang dilakukan Tacik dengan telanjang membelakangiku..
berarti bukan merupakan perasaan malu yang dia tunjukkan karena berhadapan denganku..

Karena apabila dia malu karena terlihat telanjang olehku.. tentunya pintu tetap ditutup atau dibuka sedikit..
dan tangannya bisa dijulurkan keluar untuk menerima sabun..

Akan tetapi dengan tindakan yang dia lakukan.. aku mengira bahwa yang diperbuat Tacik merupakan faktor kesengajaan..
yang memang ingin menggugah kelelakianku agar aku terangsang hebat dan bergairah..
sehingga aku tidak tahan untuk bertindak brutal menyetubuhinya.

Berdasarkan pemikiran itu.. maka secepat kilat celana pendek yang aku kenakan aku buka..
Maka tersembullah penisku yang sudah membengkak besar dan berdenyut-denyut..
lalu aku sorongkan penisku ke juluran tangan Tacik.. sambil berkata.. “Cik sabunnya nich..”

Dan juluran tangan Tacik menggapai-nggapai untuk meraih sabun yang dimaksud..
Nah.. karena jorongan penisku lebih rendah.. maka tangan dan jemari Tacik aku bimbing untuk memegangnya.

Tacik kelihatan agak terperanjat malu.. karena sabun yang seharusnya digenggamnya dingin tetapi terasa panas berdenyut-denyut..
Sesaat dia menoleh untuk melihat benda yang dipegangnya..

Respon yang ditunjukkan demi melihat penisku sudah ada dalam genggamannya seakan-akan terkejut..
“Ahh.. Om nakal banget sih.. punyamu bener-bener luar biasa.. besar.. keras dan kokoh sekali..”
katanya sambil tersenyum melihat 'keberhasilan upayanya' untuk memancing birahiku.

Kemudian.. tanpa perasaan sungkan dan malu-malu lagi.. maka kurengkuh dan kubalikkan tubuh telanjang Tacik untuk saling berhadapan..
Kudekap erat-erat sambil tidak lupa aku lumat bibirnya yang sensual.

Dengan rakus sekali Tacik membalas lumatan bibirku.. “Ahh.. sshh.. eehhmm.. omm.. oohh..”
Bibirnya yang merah dan panas terus melumat ganas sambil tak lupa lidahnya dia julurkan masuk ke mulutku..
Saling mengisap dan memainkan lidah kami masing-masing..

"Ssshh.. mmckk.. sshh mmcckk.."
Tangan Tacik yang satu menggenggam erat penisku yang semakin keras denyutannya sedang yang lain membelai-belai punggungku.

Badanku rasanya seperti dialiri listrik yang bertegangan tinggi ketika lidahku dia isap kayak ular sedang melahap mangsanya..
Sementara pelukan tangannya semakin erat saja rasanya.. seakan kuatir aku terlepas..

Sehingga buah dadanya yang besar padat itu terasa mengganjal empuk di dadaku..
Ughh.. menambah kenikmatan adegan peluk cium dan isap mengisap lidah yang sedang berlangsung seru.

Sesaat setelah adegan melumat dan mengisap lidah bersangsung.. aku perhatikan ada perubahan dalam tubuh Tacik..
Mukanya kelihatan lebih memerah dan matanya sayu sekali..
Dia kelihatan pasrah dan gejolak birahinya seperti sudah tidak tertahankan untuk diperlakukan lebih lanjut.

“Omm.. berbuatlah sesuka hatimu.. aku pasrah.. puaskan aku.. ahh.. sshh.." desahnya sambil menengadahkan mukanya agak ke atas.
Lalu tanpa disuruh lagi aku jilati lehernya yang jenjang itu dengan pelan dan penuh kemesraan..
”Ahh..sshh aahh .. sshh.." erangnya sambil sedikit menggeliat.

Aku teruskan jilatan-jilatan leher itu ke bagian bawah..
Pada saat jilatan mengenai puting buah dadanya yang besar dan kenyal.. Tacik tersentak bagai tersengat listrik..
"Aahh.. ooh.. Omm.. terus.. om.. isap terus Om.."

Putingnya aku permainkan dengan lidahku.. bergantian antara aku jilat dan isap.. kadang aku gigit kecil..
Akibatnya Tacik menjadi semakin liar.. antara menggeliat.. mendongak dan mengerang..

"Eeehhmm.. sshh.. aayyoo.. Omm.. lakukan semaumu.. hhmm.. uueennaak Omm.."
Erangnya sambil membelai-belai kepalaku disertai remasan tanganya yang agak liar.

Setelah puas dengan isapan dan gigitan pada puting buah dadanya.. aku mulai telusuri bagian tubuhnya inci demi inci ke bagian bawah..
Aku berhenti saat jilatan lidahku sampai pada pusarnya yang agak berlubang ke dalam..

lidahku aku julurkan untuk mengorek-orek lubang pusarnya..
Dan.. akibatnya gerakan menggeliat dan meliuk tubuh Tacik semakin menjadi-jadi.

Mungkin ini juga merupakan daerah sensitif Tacik.. terbukti dia menikmati sambil merem melek matanya..
Akhirnya kakinya sedikit demi sedikit mulai mengangkang akibat kegelian dan rangsangan yang dia rasakan atas jilatan-jilatanku.

“Ayo Om.. lebih ke bawah lagi.. sshh.. hhmm..” erangnya seperti habis makan sambal yang terlalu pedas rasanya.
Aku sengaja tidak menuruti permintaannya.. aku ingin tau sejauh mana pertahanan Tacik dalam mengendalikan emosi birahinya..

Malahan aku kembali berdiri dan mulai mengisap lagi puting buah dadanya.. hingga dia mendesah-desah..
“Ahh.. Omm.. aku tak tahan lagi.. setubuhi aku sepuasmu.. oohh.. sshh.. ahh..”
Erangnya lagi sambil mendesis-desis seperti ular yang sedang mengincar mangsanya.

Mendengar erangan dan desisannya.. aku akhirnya juga jadi tidak tahan lagi..
Pelan-pelan pahanya yang putih mulus itu aku renggangkan dengan sebelah kakiku..

Pahaku aku gesek-gesekkan ke memeknya yang tebal empuk dan berbulu lebat..
Ternyata di daerah memeknya sudah terasa licin berlendir..
Mungkin akibat rangsangan yang aku lakukan membuatnya hampir bobol pertahanannya.

Saat pahaku aku gesek-gesek di memeknya yang udah basah berlendir itu..
Refleks yang dia tunjukkan merem melek dan mengerang keenakan..

“Ohh.. sshh.. uuenak sekali Om..” erangnya sambil kemudian mendekapku erat-erat..
Buah dadanya yang besar.. padat dan kenyal itu semakin terasa mengganjal empuk di dadaku..
seakan ingin menambah dan mengobarkan gemuruh birahiku.. rasanya tubuh kami seakan menyatu yang tak mungkin terpisahkan lagi.

Penisku sendiri rasanya sudah nggak tahan untuk segera bersarang ke memeknya yang sudah licin berlendir itu..
Tetapi saat ini yang ada dalam pikiranku bagaimana caranya untuk bisa membuat Tacik begitu terkesan untuk menikmati kejadian ini..
Toh cepat atau lambat tubuh telanjang yang ada di dekapanku telah pasrah untuk disetubuhi dengan sepuas-puasnya.

Maka untuk melaksanakan pemikiranku itu.. aku dengan sedikit kesabaran berusaha untuk membuat Tacik begitu terkesan..
hingga akhirnya tubuh telanjang Tacik aku angkat ke atas bak mandi..

Sementara itu kelihatannya Tacik udah bener-bener pasrah.. atau mungkin sudah tidak kuasa lagi membendung gejolak birahinya..
saat kedua kakinya aku buka lebar-lebar.. sehingga kelihatan mengangkang..

Pada belahan pahanya terpampang memeknya yang menggunduk terlihat merekah seperti bunga matahari yang lagi mekar-mekarnya..
Sedang di sekeliling memek ditumbuhi bulu-bulu rambut yang begitu lebatnya..

Belahan memeknya telah basah.. licin berlendir.. di antara belahan memek terlihat daging sebesar biji kacang..
berwarna merah mencuat dengan lancipnya.. seakan menantangku untuk bertarung mengadu keperkasaan.

Tanpa diperintah lagi aku mulai membelai pahanya dengan halus..
perlahan mendekati seputar memeknya.. membuat tubuh Tacik mulai menggeliat-geliat merasakan sentuhan tanganku..

Setelah aku puas memainkan tanganku di sekitar memek.. lalu aku mulai menjilati bibir memeknya dengan bibir dan lidahku..
akibatnya tubuh telanjang Tacik tersentak tatkala jilatan lidahku menyentuh klitorisnya.

“Ssshh.. sshh Om.. sshh uueenak.. sshh .. teruss Oomm.. sshh.. uuhh..” erangnya dengan mata yang membeliak penuh kenikmatan.
“Tenang Cik.. nikmati aja..” jawabku sekenanya.

“Sshh.. ayoo.. Oomm.. masukkan kontolmu Omm.. aku udah nggak tahann..” pintanya sambil mencengkeram kran bak mandi.
“Ssshh.. eehh.. sshh.. oouuhh..” erangnya lagi sambil mengangkangkan kedua pahanya lebar-lebar.

“Aaauuhh..!” “Ssrrtt.. ssrruup.. srrup..”
Jilatan lidahku makin dalam menjelajahi dan mengorek-ngorek rongga-rongga memeknya yang membusung tebal penuh bulu-bulu yang lebat.

“Aauuhh.. aahh..” lendir-lendir yang keluar dari rongga memeknya semakin banyak mengalir dan terasa asin sekali..
apalagi bercampur dengan air ludahku.. sehingga seperti busa sabun layaknya.

Begitu erangan.. lenguhan dan gerakan tubuh bugil Tacik semakin liar tak terkendali..
maka ritme jilatanku semakin kupercepat dan aku selingi dengan isapan pada bagian klitorisnya.
Akibatnya.. “Aaauuhh.. aauuhh.. oouuhh.. Omm.. sshh.. eehh.. hheekk.. ss.. aahh.. hh..”

Sambil mengerang dan melenguh histeris tubuh telanjang Tacik mengejang dan keduanya pahanya menjepit kepalaku dengan keras..
Sedang tangannya mencengkeram dan membenamkan kepalaku dalam-dalam ke permukaan memeknya yang sudah bersimbah lendir.
Sesaat setelah tubuh telanjangnya tersentak kejang.. akhirnya terkulai lemas.

Sambil turun dari bak mandi.. Tacik merangkul dan menciumku dengan mesra.. “Omm.. makasih ya.. aku udah lama nggak melakukan seks..
Aku rasanya udah bener-bener nggak tahan sejak lihat batang penis Om menyembul tadi.
Sekarang giliranku untuk memuaskan Om..”
Pintanya sambil tangannya yang lembut menggenggam batang penisku yang sudah berdenyut-denyut seakan mau meledak rasanya.

Kemudian tubuh telanjang Tacik jongkok.. sambil lidahnya dijulurkan untuk membelai dan menjilati kepala penisku.
“Aauuhh.. Ciikk..?”
“Mmck.. ffcckk.. ffcckk..” ritme jilatan Tacik semakin dipercepat.

“Ssshh.. oouuhh.. Cikk.. uueenakk..” erangku penuh menahan nikmat.
Tacik dengan lahapnya mengocok-kocok batang penisku ke dalam mulutnya.. dijilat.. diisap..

Dan saat batang penisku dalam rongga mulutnya.. lidahnya dengan lincah membelai-belai kepala penisku.
“Ooouuhh.. sshh.. oouuhh..” badanku rasanya ringan melayang..
Dan di setiap jengkal tubuhku seakan ikut merasakan kenikmatan yang aku alami saat ini.

Dalam sekejap.. dari dalam tubuhku seakan ada aliran kenikmatan yang mendesak-desak untuk keluar melalui batang penisku..
walaupun kucoba untuk menahannya.. ternyata aliran kenikmatan yang terpusat melalui batang penisku tak kuasa aku tahan..
Hingga akhirnya.. “Aaauuhh.. crreett.. ccrreett.. ccrrtt..” keluarlah cairan putih kental dari batang penisku.

“Hhmm.. mmck.. mmck.. mmcckk.. sshh ..” Cairan sperma yang keluar dari batang penisku ditelan dengan lahapnya oleh Tacik..
seakan cairan putih kental itu merupakan sumber air kehidupan baginya..

Setelah puas menelan cairan kental tadi.. bahkan mulut Tacik masih sempat mengisap-isap kepala penisku..
seakan-akan tidak ingin ada yang tersisa dan sebagian yang tercecer di batang penisku dijilatinya sampai bersih.

“Uenak Om.. mmck.. mmck .. spermamu rasanya gurih sekali..” katanya sambil berdiri dan memelukku serta menciumku dengan mesra sekali..
sedang tangan kanannya masih memegang erat batang penisku yang masih kokoh berdiri walau sudah mengeluarkan sperma.

Kuakui.. dalam hal seks.. aku memang sangat tangguh.. biasanya kalau berhubungan badan dengan isteriku..
aku bisa bertahan lama walau isteriku sudah duakali.. bahkan tigakali mencapai kepuasan.
Sedang dalam pandangan Tacik mungkin hal ini dianggap luar biasa.. melihat keperkasaan dan kejantananku dalam melayani nafsunya.

Selanjutnya dari adegan peluk cium dan jilatan-jilatan lidahnya.. birahiku yang nyaris mau surut menjadi berkobar lagi..
Bahkan lebih menggelora. Tubuh telanjang Tacik yang memeknya sudah basah berlendir itu..
kubimbing pelan-pelan untuk bersandar ke dinding kamar mandi.. kakinya yang sebelah aku angkat sedikit numpang kloset..

Sambil tetap berciuman.. batang penis yang masih dalam genggamannya..
aku sorongkan mendekati gundukan tebal memeknya yang berbulu hitam lebat.. lalu kepala penisku aku susupkan ke belahan memeknya..

Slleep..! "Ooouuhh.. sstthh..”
Batang penisku akhirnya dengan mudah amblas melesak kebelahan memeknya..
karena cairan lendir dalam memeknya begitu banyaknya setelah mencapai klimaknya tadi.

“Aauuhh..! Ssstthh..” teriaknya lagi sambil kedua tangannya menarik pantatku..
sehingga batang penisku menjadi melesak semakin dalam memasuki lubang memeknya yang empuk dan berbulu lebat itu.

Slebbhh.. clebb.. clobb.. clebb.. Pelan-pelan batang penisku mulai memompa keluar-masuk memeknya dengan ritme yang slow..
Sedang tangan Tacik tetap berusaha membantu memegangi pantatku..
seolah-olah takut aktivitas pompa memompa memeknya yang licin basah berlendir itu terhenti.

Saat aktivitas pompa memompa memek berlangsung.. tubuh telanjang Tacik mulai menggeliat ke kanan dan ke kiri..
merasakan kenikmatan yang sedang dialaminya.
Buah dadanya yang besar kenyal.. menggelantung dan menempel empuk di dadaku saat aku merapatkan dadaku ke tubuhnya.

“Aauuhh.. sstt.. oouuhh..” erangnya sambil mencengkeram erat pantatku.
“Ssstt.. oouuhh.. sstt.. oouuhh..” desisku merasakan kenikmatan.

“Terus Omm.. yeeaahh.. sstt.. oouuhh.. cepat dikit Omm..” pintanya sambil makin erat menarik-narik pantatku.
“Ouuhh.. oouuhh.. sstt..” erangku lagi dan denyutan batang penisku makin meledak-ledak.

“Ssstthh.. eehhmm.. sstthh.. eehmm.. Omm.. aku mau keluar..” desisnya sambil menggeliat liar..
tangannya mulai terlepas dari pantatku lalu mencengkeram pundakku.

“Cikk.. kita keluarkan bareng ya.. sstt.. Ooouuhh.. sstt..” kataku sambil mempercepat gerakanku.
Desakan yang mau keluar dari batang penisku mulai tidak kuasa lagi aku tahan..

Akhirnya.. sambil memacu gerakan memompa memeknya lebih cepat.. “Aaauuhh..!” Ccrrt.. crrtt.. crett.. crett..
Menyemburlah cairan hangatku menyemprot lubang memek Tacik yang berdenyut-denyut itu.

“Ahh.. oommhh..!” Teriaknya sambil mencengkeram dan memelukku erat-erat.. Srrr.. srrr.. srrr.. srrr..
Dari lubang memek Tacik yang juga terasa keluar cairan hangat..

Sehingga batang penisku terasa dipilin dan dikenyot-kenyot dari dalam gundukan memeknya yang basah..
Hangat dan berdenyut-denyut keras.. seolah ingin memeras dan memerah isi batang kontolku sampai kering.

“Makasih Omm.. aku bener-bener merasa puas dan tubuhku walaupun lelah tetapi hati dan pikiranku menjadi segar kembali..”
Katanya sambil tetap memelukku mesra sekali setelah duakali mengalami puncak kepuasan.

“Omm.. kalau nanti aku kepingin melakukan lagi.. maukah kamu memberikan kontolmu yang gede ini untukku..?”
Tanyanya lagi sambil mengenggam mesra batang penisku.

“Okelah bisa diatur.. yang penting kita harus tetap menjaga kerahasiaan hubungan kita ini.. Oke..!?”
Jawabku sambil melumat bibirnya yang kenyal.

“Well.. kalau gitu kita mandi bareng yookk.. aku juga segera berangkat ke kantor..
Nanti kalau ada kesempatan lagi bolehlah kita ulang lagi.. Oke..?”
Kataku sambil menyiram air ke arah tubuh telanjangnya yang mulus.

Akhirnya kami berdua mandi bersama sambil bersenda gurau.. sambil saling menggosok dan menyabuni tubuh kamu bergantian..
Setelah selesai mandi aku dibuatkan segelas susu hangat.. sehabis meminumnya kemudian aku pamit pulang..

Tak lupa Tacik memberikan ciuman panjang dan isapan lembut di bibirku.. sebagai salam penuh nikmat.. Haha.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------------------

Cerita 11 – Tetangga Sebelah

Cropp.. cropp.. clopp.. clopp.. clebb.. clebb..!

Begitulah bunyi kelaminku yang beradu dengan kelamin mas Herry.

“Ah, Lin, goyanganmu semakin lincah aja.. oughh..”
Mas Herry menindihku dan memelukku erat sekali. Nampak kalau dia benar-benar menikmati goyanganku.

“Ough.. oouuhh..” aku mendesah dalam pelukannya.
“Aghh.. Lin.. agghhh..” kini mas Herry semakin cepat menggoyang pinggulnya, menghujamkan kemaluannya ke liang kelaminku.

Akupun merasa nikmat saat kelamin mas Herry bergerak di dalam liang kelaminku.
Kuimbangi gerakannya dengan ikut bergoyang memutar-mutar pinggulku, membuat suamiku itu semakin mendesah keenakan.

“Ahhh.. wuuaaaahhh..” tiba-tiba goyangan mas Herry menjadi semakin cepat, nafasnya semakin berat..
Pertanda dia akan mengalami orgasme sebentar lagi.

Oh, jangan dulu..! Ucapku dalam hati, aku masih ingin menikmati permainan ini sedikit lebih lama.
Tetapi terlambat.. mas Herry nampaknya sudah tak tahan lagi. Orgasmenya pun tiba.

“Ahhh.. ahh.. ahh..” sekitar 3-4 kali kelaminnya menyemprotkan cairan sperma di dalam bibir rahimku.
Rasanya hangat dan geli.

Setelah mencabut kelaminnya, tubuh mas Herry terkulai lemas di sampingku.
Nampak dari sinar wajahnya, dia mengalami orgasme yang luar biasa.

Sementara aku.. rasanya masih setengah jalan.. tubuhku masih ingin lagi.
Namun untuk menyenangkan suamiku, aku harus tetap tersenyum.
Dan mengatakan padanya bahwa permainan kami tadi sungguh luar biasa.

Tanpa membersihkan kelaminnya terlebih dahulu, mas Herry langsung tertidur.
Rupanya dia benar-benar kecapekan setelah menggenjot tubuhku tadi.

Aku langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Siraman air dingin di bibir kelaminku membuat birahiku yang belum turun sepenuhnya meninggi lagi.

Perlahan kusentuh sendiri kelaminku. Aku memang belum selesai, aku belum puas.
Tetapi niat untuk memuaskan diriku sendiri kuurungkan.

Untuk apa aku melakukan itu..? Tanyaku dalam hati. Toh nanti aku bisa terpuaskan.
Yah.. besok pagi mas Herry akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari.

Itu tandanya selama beberapa hari kepergiannya.. aku akan mendapatkan kenikmatan bercinta yang sebenarnya.
Dengan orang lain. Dengan Andi. Tetangga sebelah rumah..
oOo

“Aaahh.. ouughh.. aaahh..” Aku seperti orang yang kesetanan.. saat kelaminku bergoyang-goyang di atas kemaluan Andi.
Kugerakkan pinggulku naik-turun, mengocok-ngocok kemaluannya yang sedang tegak dengan sempurna itu.

“Oouugghhh.. aahh..” aku makin kegelian saat Andi memainkan puting payudaraku.
Oh.. rasanya nikmat sekali.. Dan perasaan geli ini semakin menjadi-jadi ketika goyangan tubuhku di atas tubuhnya makin kupercepat.

“Aaaahhh.. hhsssss.. eggghh..” dan meledaklah orgasmeku.. entah untuk yang keberapakalinya.. aku tak mampu lagi mengingatnya.
Yang aku tau hanyalah kenikmatan yang luar biasa.. yang tidak kudapatkan saat aku melakukannya dengan suamiku sendiri.

Mungkin aku sudah menjadi wanita binal.. mendapatkan kepuasan bercinta dari lelaki yang bukan suamiku.
Dan parahnya lagi.. lelaki itu adalah suami orang.

Namun aku tak peduli.. semenjak Andi ’memperkosaku’ aku menjadi ketagihan bencinta dengannya.
Aku ketagihan genjotan kelaminnya pada tubuhku.

Aku terkulai lemas di atas tubuh pemuda itu.
Kelaminnya yang lebih besar dari milik suamiku masih menancap di dalam kelaminku.. dan aku yakin basah oleh cairan kenikmatannku.

Lalu diangkatnya tubuhku.. dia bersiap untuk menyelesaikan permainan ini.
Aku hanya bisa pasrah saat disuruhnya aku untuk menungging membelakanginya.

Kuangkat pantatku tinggi-tinggi.. sehingga aku yakin kemaluanku dapat terlihat jelas olehnya, basah dan terbuka.
Slebbhh..! “Eeeehhh.. ooohhh..”
Aku mengerang keenakan saat kemaluannya yang besar perlahan mulai masuk menembus kemaluanku.

Tak banyak bicara lagi.. Andi langsung menggenjotku dengan cepat dan keras dari belakang.
Clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb..

“Ooohh.. ooohh.. ooohh..”
“Hhhmmpphh.. hhmmmpp..”

Suara desahan kami bersahut-sahutan, diiringi suara kelamin kami yang saling beradu.. berpacu menuju kenikmatan bercinta.
Posisi ini sama enaknya dengan posisi aku di atas.
Ah.. tidak aku salah.. semua posisi yang kulakukan dengan Andi selalu dapat membawaku menuju puncak kenikmatan.

Plakk..! Andi memukul pantatku, dan rasanya pukulan itu makin membuat birahiku makin meninggi.
“Aahh.. Lin.. makin lama kamu makin liar.. hehehe..” godanya sambil meremas payudaraku kuat-kuat.

“Huuh, massss.. aaahhh..” aku sudah tidak peduli lagi siapa aku ini.. aku hanya ingin meraih kenikmatan.
Aku sudah kecanduan sodokan kelaminnya yang besar dan panjang itu.

Crepp.. clepp.. cropp.. clopp..! Bunyi sodokan batang kemaluannya, makin membuatku bergairah.
“Aaaahhhh..!!” Tak sadar, aku menjerit saat orgasmeku datang lagi.

Kuremas kain seprai kasurku.. rasanya nikmat sekali.
Otot-ototku menegang.. wajahku semakin sayu mendapatkan kenikmatan yang bertubi-tubi ini.

“Hhmmpphh.. hmmpphh..” desah Andi yang rupanya mengetahui aku orgasme..
namun malah makin mempercepat goyangannya pada tubuhku dan makin membuat aku kesetanan.

Selama hampir 5 menit-an dia menyetubuhiku dengan posisi doggie ini.. sudah 2 kali aku merasakan orgasme.
Kalau digabung dengan keseluruhan dari awal kami bercinta sejak pagi ini.. entah sudah berapakali orgasme yang kudapatkan.
Sungguh sangat luar biasa.

“Hhhmmpphh.. hhmmmpphh..” nafas Andi terdengar semakin berat..
Seiring dengan tekanan goyangannya pada tubuhku.. kini kedua tangannya mencengkeram erat pinggulku.
Kurasakan kemaluannya seperti makin membesar.. tanda dia akan mengalami orgasmenya.

Kuakui.. permainan Andi sungguh luar biasa. Gara-gara Andi pulalah aku jadi ketagihan bercinta.
Entah aku harus menyesal atau malah bersyukur karena dulu dia nekat ’memperkosaku’.

“Aaaaggghhhh.. ooouugghhh.. aaahhh..” Crrttt.. crett.. crrtt.. crett.. crrtt..!
Andi orgasme dengan hebatnya sekitar limakali kelaminnya menyemprotkan sperma di dalam lubang kemaluanku.
Sepertinya sudah lama batang kelamin itu tidak mengalami orgasme.. sehingga cadangan spermanya begitu penuh.

Wajar.. karena selama hampir seminggu ini Novi, istrinya pergi ke luar kota.. sementara suamiku berada di rumah.
Namun anehnya.. aku merasa senang karena sperma yang tersimpan selama seminggu itu tumpah dalam liang kemaluanku.

“Hoosshhh.. hoshh.. ahh.. enak banget Lin..” Andi berusaha mengatur nafasnya.
Lalu setelah mencabut kelaminnya, dia berbaring di kasur.

Aku tanpa disuruh lagi.. dengan sigap segera menjilati batang kemaluannya yang mulai melemas.
Memang sudah menjadi kebiasaan setelah Andi orgasme aku menjilati kelaminnya.. membersihkan sisa-sisa cairannya dengan lidahku.
Dan anehnya aku tidak merasa jijik sedikitpun.. malah aku menikmatinya.

Ah.. Andi benar-benar telah mengubahku menjadi wanita yang binal.
Namun sekali lagi.. aku tidak peduli dan menikmatinya.
oOo

Seharian itu Andi benar-benar melepaskan nafsu birahinya atas tubuhku.
Walaupun aku jarang berbicara dengannya.. tetapi aku selalu menurut apa yang ia perintahkan.

Aku benar-benar menjadi budak seksnya. Tapi entah kenapa.. aku menikmatinya.
Seharian itu kami seperti pasangan mesum yang tiap waktunya hanya kami isi dengan berhubungan badan..
melepaskan hasrat birahi kami berdua.

Hingga malam tiba.. setelah menghabiskan makan malam dan mengisap satu batang rokok..
Andi mengajakku masuk lagi ke kamar.

Lalu dia duduk dengan posisi kedua kakinya lurus di atas kasur dan memintaku untuk mulai mengisap batang kemaluannya.
Aku benar-benar seperti budak nafsunya. Tanpa berkata apapun, mulai kujilat dan kuisap-isap kelaminnya.

“Besok siang istriku pulang..” ujar Andi sambil membelai-belai kepalaku. Aku yang masih sibuk menjilat batang miliknya hanya terdiam.
Namun dalam hati aku yakin bahwa malam ini Andi akan habis-habisan menyetubuhiku.
Entah mengapa aku sedikit kecewa mengetahui bahwa besok Novi akan pulang. Tapi aku hanya diam saja.

“Kamu udah makin pinter ngisep sekarang.. Lina.. enak kan kontolku..?“ Tanyanya sambil meremas gundukan payudaraku.
Aku hanya mengangguk pelan. Perlahan batang miliknya mulai mengeras dan menegang.

Tiba-tiba diangkatnya daguku. Lalu dipandangnya wajahku dalam-dalam.
“Lin, udah sekian bulan aku ngentotin kamu.. kamu ngerasa enak gak..?“ Tanyanya lagi.
Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil. Sementara tangannya masih menahan daguku.

“Tapi aku gak suka kalo kamu diem aja. Kenapa..? Takut ya sama aku..?“
Aku menggeleng untuk menjawab pertanyaannya.. tangan Andi masih terus menahan daguku.

“Aku gak pernah kasar sama kamu kan, Lin..?
Ayo dong, jangan diem aja. Aku jadi gak enak rasanya setiap ngentot sama kamu.. kamunya diem aja kayak orang ketakutan..”
“Iya, mas, aku gak apa-apa kok..” kali ini kujawab.

Lalu andi mengangkat tubuhku dan duduk menjajariku. Dia menciumi pipiku dengan lembut, terus menjilati leher dan telingaku.
Sementara tangannya meremas-remas dan memainkan payudaraku. Jari-jarinya memelintir puting buah dadaku dengan lincahnya.

Oh.. segera saja birahiku muncul kembali.
Harus aku akui.. Andi sangat pandai membangkitkan hasrat seksualku.

Semenjak bercinta dengannya.. aku baru menyadari ternyata diriku menyimpan hasrat seksual yang begitu besar.
Andi berhasil mengobrak-abrik pertahananku.

Cumbuannya kali ini semakin liar.. remasan tangannya pada payudaraku terasa semakin kuat.
Hal itu membuat birahiku semakin meninggi.
Mataku jadi sayu dan nafasku menjadi semakin berat. Entah kenapa aku selalu pasrah pada cumbuannya.

Kini dia berada tepat di belakangku.. punggungku disandarkan pada dadanya..
Dengan kedua tangannya terus bermain-main di bulatan putingku.

“Lin, aku mau tanya sesuatu sama kamu, jawab yah..” bisik Andi.
“Iya, mas..” aku menjawab lirih.

Tiba-tiba tanganku diarahkan pada batang kemaluannya.
“Apa ini namanya, Lin..?“
“Eeh..!?” Pertanyaannya mengagetkanku.

“Ayo jawab.. sayang. Masa udah ngerasain enaknya.. tapi gak tahu namanya..?“
Tanyanya lembut di telingaku.. sambil tanganku dituntunnya untuk mengocok batang kemaluannya.
“Eehh.. anu, mas..” aku merasa malu untuk mengatakannya.. aku tidak tahu apa maksudnya.

“Ini namanya kontol.. sayang. Coba kamu bilang.. KONTOL..!!”
“Eh.. mas..” aku ragu-ragu dan malu untuk mengatakan itu.. karena terus terang, seumur-umur aku belum pernah mengucapkan itu.

“Ayo sayang.. gak usah malu sama aku. Ayo bilang.. K-O-N-T-O-L..!!”
“Ah.. k-kon.. t-tol..!!” Akhirnya kuucapkan juga kata itu.

“Enak gak kontol aku, sayang..? Kalo enak, bilang dong..” pintanya.
Aku makin tidak mengerti apa mau Andi.. namun cumbuannya yang tak berhenti membuatku tak sanggup berpikir lagi.
“Iya.. enak mas..” jawabku pada akhirnya.

“Apanya yang enak..? Yang lengkap dong kalo jawab..” ujar Andi lagi mencecar.
“K-kontol mas Andi.. e-enak..” aku merasa sangat nakal sekali mengucapkan kalimat itu..

Dan aku tak tau apa maksud Andi menyuruhku mengatakan itu.
Namun anehnya.. setelah aku mengucapkan kalimat itu birahiku justru semakin meninggi.

Kini tanganku dituntunnya ke arah lubang kelaminku sendiri. Lalu ditahannya di sana.
Andi menggunakan tanganku untuk mengelus-elus kelentitku dan bibir kemaluanku sendiri.

“Memek kamu juga enak, Lin. Itulah sebabnya kenapa dulu aku nekat.. aku selalu ngaceng kalau lihat kamu.
Dan memang benar.. memekmu ternyata nikmat dan gurih..“ katanya.
Aku hanya terdiam mendengarnya.. aku lebih berkonsentrasi merasakan sensasi usapan di kelentitku.

“Kamu suka gak kalo memekmu dientot sama kontolku..?” Tanya Andi lagi.
“He-eh..” aku hanya mengangguk pelan.

“Bilang dong kalo suka. Bilang kalo memek kamu suka kalo dientot sama kontol aku..!!”
Aku benar-benar tak mengerti apa mau Andi.. tapi aku turuti saja kemauannya.

“Iya.. mas. Memekku suka banget kalo dientot sama kontol mas..”
Aku sendiri tak percaya aku bisa mengucapkan kalimat senakal itu dari bibirku.
Namun sama seperti tadi.. setelah mengucapkannya.. rasanya hasratku menjadi semakin tinggi.

Aku merasa tidak tahan lagi. Oh.. aku sudah benar-benar menjadi wanita binal.
“Hehehe.. gitu donk.. sayang. Kamu udah gak tahan ya pengen dientot sekarang..?” Goda Andi tepat sasaran.
“He-em..” aku hanya mengguman pelan sambil menganggukkan kepala.

“Kok he-em doang..? Bilang yang jelas dong.. kalo memek kamu sudah gak tahan pengen dientot sama kontolku..”
“Ehh.. iya, mas. Entot memek Lina sekarang.. mas. Lina pengen dientot sekarang pake kontol mas..”

Aku sendiri terkejut bisa mengucapkan kalimat itu.. tapi aku tidak peduli.. karena
Kasanya semakin nakal dan semakin binal aku berkata.. semakin tinggi pula birahi melanda tubuhku.

“Aaaahhh.. masss..” aku terkejut saat tiba-tiba Andi mendorong jari tengah dan jari telunjukku masuk ke dalam kelaminku sendiri yang sudah basah.
Lalu tangannya menuntun jari-jariku tersebut untuk mengocok kelaminku sendiri.. mengocok lubang memekku..!

“Enak, sayang..? Ayo bilang terus kalo kamu suka banget ngentot sama aku. Ayo..!!”
Aah, sepertinya aku semakin menjadi.. nikmat dan sensasi baru yang luar biasa melanda tubuh mulusku.

Tangan Andi semakin cepat menuntun jariku untuk mengocok memekku.
“Iya, mas.. Lina gak tahan pengen dientot sama kontol mas..!”
Sensasi ini semakin meninggi setiapkali aku selesai mengucapkan kalimat-kalimat nakal tersebut.

“Entot Lina sekarang.. mas. Lina udah gak tahan. Aahhh..”
Aku makin berani sekarang.. dan aku sudah tidak peduli lagi.. toh aku sudah menjadi budak seks Andi.

“Mas.. Lina pengen digenjot tiap hari sama kontol mas yang gede itu..”
Entah siapa yang mengajari aku mengucapkan kata-kata seperti itu.. tapi tiapkali aku mengucapkannya aku menjadi semakin nikmat.

Lalu kurasakan tubuhku mengejang.. nafasku semakin berat.. yah.. kurasakan sebentar lagi orgasmeku akan segera tiba.
Kini tanpa dituntun lagi oleh tangan Andi.. jari-jariku sudah semakin cepat mengocok lubang memekku sendiri.

“Aaaahhh.. auuuhhhh.. maassss.. oouughhh..” dan meledaklah orgasmeku.
Rasanya benar-benar nikmat.. aku sepertinya baru kali ini merasakan orgasme yang seperti ini.
Ah.. andi memang pintar memancing birahiku.

Aku mulai mengatur nafasku.. orgasme yang kurasakan tadi benar-benar luar biasa.
Selanjutnya Andi benar-benar menjadikan malam itu sebagai malam yang penuh dengan hasrat birahi.

Semalaman tubuhku dijadikan pemuas nafsu seksualnya.. tapi kurasakan nafsu seksualku juga terpuaskan.
Berkali-kali kuucapkan kalimat-kalimat nakal itu yang membuat birahiku semakin meninggi dan orgasmeku semakin cepat datang.

Semalaman itu.. entah sudah berapakali aku orgasme. Mulai dari memekku hingga mulutku rata mendapatkan semprotan sperma dari Andi.
Kemaluan pemuda itu memang benar-benar luar biasa.. meskipun sudah berkali-kali orgasme namun mampu bangkit lagi dengan cepat.

Aku tak tahu apa dia benar-benar bernafsu terhadapku atau memang dia seorang maniak seks.
Namun aku tak peduli.. yang penting aku menikmati dan terpuaskan.
Malah sepertinya aku ketagihan bersetubuh dengannya. Aku ketagihan kontol besarnya..!!
oOo

Seharian ini kuhabiskan waktuku untuk beristirahat.. setelah semalaman tubuhku digarap oleh Andi.
Menjelang sore.. aku bangun untuk membersihkan rumah dan membersihkan tubuhku.

Malam ini Andi tidak menyetubuhiku karena Novi sudah pulang siang tadi.
Walaupun aku belum bertemu dengan Novi.. tapi aku sempat mendengar suaranya tadi siang.
Mungkin sekarang mereka sedang bercinta.

Tiba-tiba aku merasa sangat iri dengan Novi yang memiliki suami seperti Andi.. yang hebat dalam bermain ranjang.
Tidak seperti mas Herry suamiku.. yang hanya sibuk memikirkan pekerjaannya.

Saat mandi.. kubayangkan mereka berdua sedang bercinta.
Aku yakin Novi pasti juga hebat dalam bercinta.. karena kutau mereka selalu nampak mesra.

Novi memang ceplas-ceplos kalo bicara.. kadang dia tidak malu-malu untuk mencium suaminya di depanku..
Bahkan mengucapkan kalimat-kalimat nakal di depanku. Kalimat yang baru tadi malam aku ucapkan.

Ahh.. tiba-tiba birahiku muncul. Aku berniat untuk memuaskan tubuhku sendiri.
Tapi segera kuurungkan niatku. Cepat-cepat aku selesaikan mandiku.. lalu berganti baju.

Sehabis magrib.. aku hendak bersiap-siap masak untuk makan malam.
Ketika kubuka kulkasku, tiba-tiba kudengar ketukan di pintu rumahku.

“Lin.. Lina.. Novi nih.. bukain dong..!” Oh, ternyata Novi.. dalam hatiku. Lalu aku pun bergegas membukakan pintu.
“Wah, kamu lama bener perginya..” sapaku ramah.. kulihat Novi membawa rantang makanan.

Setelah berciuman pipi.. kupersilakan dia duduk di sofa ruang tamu.
“Nih oleh-oleh, ayam kampung panggang presto khas dari sana. Belum basi kok..”
“Wah.. Nov.. kebetulan nih aku baru mau masak. Makasih ya.. yuk kita makan sama-sama.. mas Herry sedang keluar kota soalnya..”

“Wah.. kamu sendirian dong..? Aku udah makan kok, Lin.. kamu makan aja cepet..”
“Andi kerja, Nov..?“ Entah kenapa kutanyakan hal itu.
“Enggak.. dia kusuruh mbolos.. hehehe.. maklum, aku kangen..” ujar Novi genit.

Aku berusaha menenangkan diriku sendiri seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara diriku dengan Andi.
Sementara ini sandiwaraku di depan Novi berjalan lancar.. padahal sudah beberapa bulan ini suaminya membagi kenikmatan bersamaku.

“Eh.. Lin.. sekarang kamu makan dulu yah, ntar kalo udah gak ada kerjaan.. cepet ke rumahku.
Ada yang mau aku ceritain, hehehe.. pokoknya tak tunggu..” kata Novi sok misterius.

“Nggak besok aja tha..? Ntar ganggu lagi..” godaku padanya.
“Kok ganggu..? Ya enggaklah.. kan aku yang suruh. Masa kamu sama teman sendiri berani nolak..!?”

“Bukan gitu, Nov ..” belum selesai kalimatku.. sudah dipotong oleh Novi.
“Aku ndak mau tahu. Pokoknya malem ini.. kalo kamu udah gak ada kerjaan.. tak tunggu di rumah. Titik. Dan awas kalo gak dateng..!“

“Iya deh, iya. Aku nurut kok..”
“Ya sudah, aku pulang dulu. Tak tunggu ya.. daaah..”

Setelah Novi kembali ke rumahnya, aku mulai makan. Novi memang sudah aku anggap sebagai keluargaku sendiri.
Di kompleks perumahan yang baru jadi ini, masih sepi penghuninya, sehingga aku bersyukur punya tetangga seperti Novi.
Tapi setelah hubungan gilaku dengan Andi.. kadang aku merasa bersalah dengan Novi.

Tetapi aku tak kuasa menolak ajakan Andi..
Kalo sudah berdua dengannya, entah kenapa, aku seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, selalu menurut saja apa perintah Andi.

Aku sudah menjadi budak seks laki-laki itu kalo berdua dengannya.
Dan aku sudah berubah menjadi wanita yang binal dan nakal, tapi herannya aku juga tidak peduli.

Sambil mencuci piring dan membereskan meja makan.. aku berpikir dalam hati..
Ada apa ya Novi kok menyuruh aku datang ke rumahnya..?

Tumben. Sempat terbersit rasa khawatir.. jangan-jangan Novi tahu hubungan gilaku dengan suaminya.
Namun melihat tingkah Novi tadi, sepertinya tidak ada apa-apa yang perlu dikhawatirkan.

Baiklah.. aku akan berusaha bersikap wajar nanti.
oOo

“Masuk, Lin. Yuk sini, kita ngobrol di kamar. Aku punya oleh-oleh buatmu..”
Novi langsung menyeretku masuk ke dalam kamar tidurnya. Setelah itu ditutupnya pintu kamar.

“Oleh-oleh apa sih, Nov..? Eh, Andi mana..?“
Aku hanya menurut saja dan sedikit kebingungan dengan tingkah Novi.

Novi mengenakan kimono bermotif batik selutut.. sepertinya dia baru saja mandi.
Tubuhnya juga harum.. aku menduga mereka hendak pergi.. dan sebelum pergi ada oleh-oleh yang mau diberikan kepadaku.
Cuma aku heran, mau ke mana mereka malam-malam begini..?

“Nah, ini, Lin, oleh-oleh buatmu, apik to..? Ayo.. coba pake sekarang..!“ Novi memberikan sebuah bungkusan kepadaku.
“Eh, Nov, apa ini..?“ Aku terkejut melihat pemberiannya. Sebuah baju tidur berwarna putih yang sangat transparan dan tipis.

Bagian bawahnya juga sangat pendek.. dan bagian dadanya sangat rendah.
Sisi-sisinya dikelilingi oleh renda-renda yang lembut, dan ada juga celana dalam semotif dan tentu saja tipis. Rupanya sepasang dengan baju tidurnya.

“Wes to.. ndak usah banyak tanya. Ayo copot copot bajumu, aku pengen lihat kamu pake ini..!” Dipaksanya aku melepas bajuku.
Walaupun sedikit heran, akhirnya kubuka juga bajuku.

“Eh, Andi mana, Nov..?“ Kembali aku bertanya.. takut dipergoki saat aku sedang melepas baju.
“Di belakang. Sudah.. kamu ndak usah takut.. ndak bakal dia masuk. Ayo.. buka BH sama celana dalem kamu.

”Pake ini..!?” Aku terkejut dan agak malu sebenernya.. belum pernah Novi seperti ini sebelumnya.
Tapi aku turuti juga kemauannya.

Kulepas bra dan celana dalamku. Kini aku benar-benar polos di depan Novi.
“Wah.. Lin.. kamu emang bener-bener seksi.. hehehe..” Novi memandangi payudaraku yang membuncah indah.

”Ayo coba pake ini.. aku pengen lihat..!” diambilnya pakaianku.. lalu digantungnya di balik pintu..
Sementara aku mencoba baju tidur pemberiannya.

Setelah kupakai.. kami menuju kaca rias. Tampak di cermin.. tubuhku memakai baju tidur pemberian Novi.
Ada perasaan malu tapi juga bangga.. ternyata tubuhku seksi kalo memakai pakaian seperti ini.

Baru kali ini aku memakai baju super tipis seperti ini.
Buah dadaku nampak menyembul dan baju tidur ini ternyata sangat pendek..
sehingga sebagian celana dalam yang menutupi kemaluanku jelas terlihat.

“Seksi to..? Wuiih.. beruntung banget mas Herry dapetin kamu. Kalo dia lihat kamu pake ini, pasti kontolnya langsung ngaceng, hehehe..”
“Ah.. kamu ini bisa aja..” karena merasa malu dan gak enak kalo sampe Andi masuk ke kamar.. aku bermaksud untuk melepas baju ini.

“Wehh.. kok dilepas..? Kamu mau ke mana..? Entar dulu tooh..” aku terkejut karena Novi melarangku.
Aku jadi semakin bingung, apa lagi maunya dia. Tapi aku turuti kemauannya.

“Eh.. trus mau ngapain, Nov..? Ntar kalo Andi masuk gimana..?“ Aku memberikan alasan.
“Sudah.. ndak usah mikirin Andi. Yuk kita ngobrol.. aku kangen ngobrol sama kamu..” diajaknya aku duduk di tempat tidur.

Terus terang, aku agak canggung memakai baju ini. Tetapi aku percaya Novi.. jadi aku turuti saja permintaannya.
“Loh.. kamu kok jadi kaku begitu, piye to iki..? Kayak gak pernah main ke sini aja..! Nyantai aja, Lin..”

Akhirnya kami selonjoran di atas tempat tidur Novi. Dia mulai bercerita soal perjalannya ke luar kota kemarin.
Karena risih.. aku ijin padanya untuk menutupi kakiku dengan selimut.. tapi dilarangnya.
Tentu saja aku heran.. tapi aku mencoba bersikap biasa saja.

“Tahu ndak Lin.. kemaren aku dapet barang bagus loh di sana, hehe..”
“Maksudnya.. Nov..? Barang apa sih..?“ Aku penasaran.
“Mau lihat gak..?“ Tanyanya. Aku hanya mengangguk dan penasaran.

Terus terang aku heran.. kok Novi jadi aneh gini ya..? Gak seperti biasanya. Tiba-tiba dia menyalakan TV dan VCD player.
Lalu Novi mengambil plastik hitam dari dalam lemarinya dan dilemparkannya ke atas kasur.

Karena penasaran, aku lihat apa isinya. “Lho.. Nov.. ini apaan..?“
Plashh..! Aku terkejut begitu mengetahui ternyata isinya adalah beberapa DVD film porno..
Di sampulnya nampak gambar wanita-wanita mandarin berpakaian tipis dan berpose cukup vulgar.

“Ini barang bagus.. apik iki film e.. Lin. Yuk kita tonton satu..”
“Eh.. Nov..?” Aku kembali bingung.. tapi aku hanya diam ketika Novi mulai memutar salahsatu film itu.

Seumur-umur baru sekali aku melihat film porno.. itupun dengan suamiku dan gak sampe selesai..
Karena mas Herry sudah keburu gak tahan dan langsung mengajakku bercinta.
Kini Novi mengajakku nonton film porno.. dan aku makin deg-degan.. ada apa ini..? Tapi aku mencoba bersikap wajar.

Sekitar 20 menit kami berdua menonton film itu. Pemainnya orang mandarin, entah China atau Jepang, aku tidak tau.
Tapi terus terang birahiku sedikit terusik melihat adegan saling bercumbu di film itu.

Pemain lelakinya menciumi seluruh tubuh wanitanya.. lubang kemaluan wanitanya dijilati sampai si wanita mengalami orgasme.
Melihat itu aku jadi merinding dan teringat permainan gilaku dengan Andi.. suami Novi.. orang yang kini mengajakku menonton film porno ini.

“Kok diem aja.. Lin..? Terangsang yo..?” Tiba-tiba tubuh Novi sudah merapat pada tubuhku.
“Eh.. Nov.. aku pulang aja ya..” aku merasa malu.. sehingga terlintas di pikiranku untuk pulang saja.

“Eh, ntar dulu toh.. filmnya aja belom abis.. hehehe.. udah ga kuat ya..?” Novi menggodaku.
“Ah, kamu ini bisa aja..”

“Aku terangsang lho.. Lin.. masa kamu ndak..? Hayo, jujur..”
“Ehhh.. Nov.. a-ada a-apa..!?”
Aku terkejut saat tiba-tiba Novi mencium pipiku dan mengelus bagian atas buah dadaku yang menyembul indah.

“Masa' ndak boleh aku cium kamu.. aku kan temenmu..? Aku sayang sama kamu, Lin..” kini Novi semakin berani.
Tangannya sudah menyusup meraba puting buah dadaku.

“Nov, jangan ..” aku mendadak bingung melihat perlakuan Novi kepadaku, tentu saja aku menjadi risih.
“Sudah.. nurut saja sama aku. Nih pentilmu sudah kaku.. kamu terangsang toh..?”

Mendadak direbahkannya tubuhku, lalu sebagian tubuh Novi menindihiku..
Lalu tangannya semakin buas meremas dan memainkan bulatan payudaraku.

“Noovvv..” tanganku berusaha menahan tangan Novi ketika ia menyentuh kelaminku..
Tapi Novi tampaknya tidak peduli.. disingkirkannya tanganku lalu jari-jarinya memainkan kelentitku dengan lembut.

“Itilmu sudah basah.. Lin, pasti enak kalo diemut. Boleh gak aku emut itilmu..?”
Kulihat wajah Novi berubah sayu dan tampak lain dari biasanya. Pikiranku menjadi kacau.
Aku bertanya dalam hati.. ada apa dengan keluarga ini..?

“Nov, aku.. anu..” aku terbata-bata, bingung tidak tahu apa yang menimpaku ini.
“Sudah, kamu nurut saja. Masa’ cuma Andi aja yang boleh nyicipi memekmu. Mosok aku ndak kamu kasi..? Aku kan juga pengen..”

“Hah..!?” Sontak aku terkejut mendengar perkataan Novi. Perasaan malu dan takut bercampur menjadi satu.
Novi ternyata tahu hubungan gilaku dengan Andi.. tapi aku kaget mengapa reaksinya seperti ini.

“Kamu sudah ngerasain enaknya kontol suamiku tooh..? Sekarang gantian aku yang menikmati memekmu..”
“Nov, aahhh..” aku gak tau mau berkata apa lagi.. tubuhku rasanya kaku, bagai disambar petir aku mendengar kalimat Novi.

Lalu yang bisa kulakukan hanya memejamkan mata.. sambil dadaku berdegup kencang sekali.
Apakah ini nyata..? Ah, aku tidak tahu, aku bingung.

“Lin, buka matamu. Ndak usah takut, ndak usah malu.. aku udah tau dari awal kok. Ndak apa-apa Lin..
Aku rela kok berbagi suami sama kamu. Tapi boleh kan aku nyicipin tubuhmu yang montok ini..?” Bisik Novi.

Kubuka mataku, kulihat wajah Novi tepat berada di hadapanku.
Tak terasa, aku menangis, air mataku meleleh. “Maafin aku, Nov, aku ..”

“Sudah.. ndak usah nangis gitu. Aku maafin kamu dengan satu syarat.. ijinkan aku menikmati tubuhmu juga. Adil toh..”
Aku semakin bingung dengan permintaan Novi.

Tetapi akhirnya aku iyakan permintaannya.. kuanggukkan kepalaku tanda setuju.
Pikirku.. hanya ini yang dapat kulakukan, aku pasrah.

“Nah, gitu dong, pinter. Sekarang, ayo cium temenmu ini, sayang..” Novi mendekatkan bibirnya.
Lalu kami berduapun berciuman dengan ganas, lidah kami saling memilin, tak terasa air liur kami pun saling bertukaran.

Walaupun aku merasa risih namun kuputuskan untuk menikmati permainan ini. Sudah kepalang tanggung, pikirku.
Aku tak tahu mengapa semua ini bisa terjadi, tapi hanya ini yang bisa aku perbuat, dan aku berusaha untuk menikmatinya.

Setelah cukup lama berciuman.. tak terasa birahiku perlahan mulai naik.
Novi sudah melepas tali kimononya, ternyata ia tak memakai bra dan selana dalam.

Lalu dilepaskannya kimono itu hingga kini dia benar-benar telanjang bulat di depanku.
Payudaranya lebih besar dari punyaku, dan nampaknya masih kencang. Begitu juga tubuhya, masih indah terawat.

Novi tidur menyamping di sebelahku dan memintaku untuk mengisap putingnya.
Ini pertamakalinya aku mengisap puting wanita. Kuisap-isap dan kujilat tonjolan mungil itu.

Aku meniru gaya Andi saat biasanya ia menjilati putingku.
Entah kenapa, tiba-tiba aku merasakan sensasi lain, sepertinya aku menikmati ini.

“Aaahhh.. Lin, enak banget isepanmu. Pantes Andi ketagihan sama emutanmu..”
Rintihan Novi semakin membuatku bergairah dan bersemangat untuk mencumbunya.

Entah pikiran apa yang melanda diriku saat ini, namun tanpa disuruh, aku mencumbu Novi seperti biasanya Andi mencumbuku.
Kujilati leher Novi dengan buas.. lalu turun ke perut, naik lagi menuju buah dadanya. “Aaahhh.. Liinnn, ennnaakhhh..” rintihnya pelan.

Tiba-tiba Novi bangun dan membalikkan badanku hingga sekarang aku kembali di bawah dan Novi di atas.
Kini gantian dia yang mencumbuiku. “Aahh.. mbaaak..” tak terasa, aku ikut mendesah.

Yah.. aku merasakan sensasi lain.. sensasi yang benar-benar luar biasa..
Dan kali ini dengan mantap kuputuskan untuk ikut dalam permainan ini dan aku akan berusaha menikmatinya.

“Oooohhhh.. mbaakk, ennnaakk..” aku meracau tidak karuan saat lidah Novi menjilat-jilat bibir kelaminku.
Buas sekali dia melahap kemaluanku yang sudah basah itu.

“Aaahhhhh.. ooohhh..” aku semakin meracau kegelian.
Kini jari Novi sudah mengocok-ngocok di dalam kelaminku, sementara bibirnya menggigit-gigit kelentitku.

“Aaahhh.. ahhhh..” tubuhku menggeliat tidak karuan.. rupanya permainan lidah Novi di kelentitku lebih hebat daripada Andi.
Dan tentu saja hal ini membuatku makin blingsatan keenakan.

“Aaaggghhhhh.. Nooovv, a-aku.. k-keluuaarrr.. aahhh..”
Kemaluanku berdenyut-denyut saat orgasmeku datang.. nikmatnya benar-benar luar biasa.

Nafasku menjadi tersengal-sengal. Aku merasa belum pernah aku sebirahi ini.. senikmat ini.
Ahh.. aku sudah benar-benar sah menjadi wanita binal dan liar. Tapi aku tak peduli.

“Ssrruuppp.. sllruupp..” Novi mengisap dan menelan seluruh cairan orgasmeku.
Setelah itu dia mencium bibirku dengan penuh nafsu.. kubalas ciumannya dengan penuh nafsu juga.
Tercium aroma kemaluanku dari bibirnya, namun sekali lagi, aku tak peduli.

“Sekarang gantian kamu jilatin memekku ya, gak jijik kan, sayang..?” Tanyanya.
“Ohh, tentu saja gak. Nov. Pasti memekmu enak banget ya..”
Kini aku sudah berani ikut-ikutan bicara nakal, dan aku menikmatinya.

Novi setengah duduk di bagian atas kasur.. kakinya dibuka mengangkang..
Sehingga nampaklah memeknya yang kelihatan sudah basah dan mengkilat.
Membuatku tak sabar untuk segera menjilatnya.

Aku pun nungging.. dengan kepala mengarah ke memek Novi. Langsung kuisap dan kujilati belahan sempit itu.
Aku gak mau kalah.. aku juga ingin Novi merasakan apa yang tadi aku rasakan.

“Aaahhh.. Liinnnn.. pinter bangeett kamuu..” rintihnya sambil meremas-remas payudaranya sendiri.
“Aaahhh.. teruusss Liinnn.. enakkhh banggetthhs.. aghhh..”

Novi terus meracau keenakan sementara tangannya menahan kepalaku, menekannya semakin dalam ke lubang memeknya.
Mendengar racauannya, aku makin bersemangat menjilati memek dan kelentitnya.

“Wah, udah mulai yah..? Hehehe.. kok gak ngajak-ngajak sih.. hehehe..?”

Sontak aku terkejut mendengar suara itu. Yah, itu suara Andi.
Sejenak aku terdiam.. lalu aku mengangkat kepalaku. Aku sempat bingung harus berbuat apa.

“Loh.. kok berhenti Lin..? Ayo dong lanjutkan.. kan aku belom dapet.. ndak apa toh kalo Andi ikutan gabung sama kita..? Biar rame..”
Aku terdiam mendengar omongan Novi.
Malah dalam hati aku berpikir.. ah.. sudah kepalang tanggung ini.. dan rasanya bener-bener nikmat.. lebih baik aku teruskan saja.

Andi langsung mencopot bajunya dan naik ke atas kasur.
Lalu dia berdiri di atas kami berdua dengan batang kontolnya yang sudah menegang besar.

Tanpa dikomando.. aku dan Novi segera melahap kontol yang besar itu.
Berdua kami menjilati dan mengisap batang Andi yang rasanya sungguh-sungguh nikmat.
Nampak Andi benar-benar keenakan.. dua wanita sedang memanjakan kontolnya dengan jilatan-jilatan lidah dan isapan bibir.

Lalu kami mengambil posisi seperti tadi.. Novi mengangkang di depanku.. aku menjilati memeknya..
Sementara kontol Andi menggenjot memekku yang nungging dari belakang.

Semalaman kami bertiga berbagi nafsu.. berbagi birahi dan sama-sama saling menuju puncak kenikmatan.
Kadang kami bertukar posisi. Yang pasti.. aku hanya pasrah dan mengikuti semua kemauan mereka.

Yang pasti.. semua yang kurasakan berujung dengan kenikmatan.
Ah.. benar-benar sebuah sensasi yang luar biasa kualami kali ini.

Sampai kapan ini akan berlangsung.. aku sudah tidak peduli.
Hanya kenikmatan yang aku inginkan saat ini.
Dan itu kudapatkan dari Andi.. dan Novi. Tetanggaku Suami Istri.. (. ) ( .)
-----------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
--------------------------------------------------------------

Cerita 12 – Rumput Tetangga Memang Lebih Hijau

Titin

Seperti biasanya
aku bangun pagi.. namun hari itu aku sama sekali tidak bersemangat untuk bekerja.
Pagi itu badanku terasa sangat pegal sekali.. maklum saja.. aku bekerja sebagai kuli angkut di pelabuhan.

Jadi aku bebas dan tidak terikat oleh perusahaan..
karena aku mendapat uang langsung dari orang yang membutuhkan tenagaku untuk mengangkut barang masuk ke dalam kapal.
Lagipula tidak setiap hari ada kapal datang ke tempatku.

Pagi itu aku pergi ke warung sebelah untuk membeli mie instant dan telur buat sarapan pagiku.
Setelah membeli mie instant dan telur aku langsung pulang ke rumah..
Namun sebelum memasak mie aku masuk ke kamar untuk mengecas HP bututku yang kemarin belum sempat aku cas.

Setelah kucolok kan pengecas ke HP bututku aku langsung kedapur untuk memasak mie.
Namun sial sekali.. ternyata gas elpiji 3 kg-ku habis.

Mau beli ke warung.. namun sisa uang di dalam dompetku hanya pas buat beli rokok sebungkus.
Waduh sialan.. apes bener dah gue.. mana gas abis eh duit tinggal 10 ribu di dompet.. Nasib bener dah.. gumamku dalam hati.

Untung saja aku melihat di samping rumahku ada istri tetanggaku yang sedang memasak..
Jadilah aku nekat minta tumpangan masak mie walau harus menanggung malu.

Biasanya juga mereka bila ada perlu mereka pun sering meminta pertolonganku..
Mereka juga maklum dengan kehidupanku yang sebatang kara yang pekerjaannya tidak tetap yang tinggal di sebuah pondok beratap daun.

Aku sebenarnya sudah menikah dan punya 1 anak.. laki-laki. Mungkin sekarang anakku itu sekarang sudah SMU kelas 3.
Namun karena kemiskinanku.. mereka meninggalkanku begitu saja tanpa ada perceraian resmi dari pengadilan.

Sudah genap 15 tahun aku ditinggal keluargaku.. namun aku hanya bisa tetap tabah menjalani kehidupanku yang miskin..
Sedikit demi sedikit aku meraih penghasilan agar kehidupanku terus berjalan.

“Tin.. aku boleh gak numpang masak mie..? Soalnya gas elpijiku habis.. mau beli lagi gak punya uang..”
Kataku kepada istri tetanggaku yang bernama Titin yang baru saja menikah..
Belum genap setahun usia pernikahan mereka dan belum punya anak.

“Ya boleh dong bang.. tapi tunggu aku selesai ya.. dikit lagi. Soalnya suami saya udah nunggu di dalem mau berangkat kerja..” kata Titin.
“Oke.. kalo udah kasi tau ya.. aku mau mandi dulu..” kataku meninggalkannya dan pulang ke rumahku.

Aku pun pergi ke kamar mandi yang kumuh milikku lalu aku langsung mandi di dalamnya.
Selesai mandi terdengar suara Titin yang memanggilku.. pertanda ia sudah selesai memasak untuk suaminya.

Setelah selesai berpakaian aku langsung pergi ke dapur tetanggaku yang bersebelahan dengan dapurku.
“Udah ya Tin masaknya..?” Tanyaku.
“Udah bang.. silakan pake kompornya..” kata Titin.

“Tin.. suamimu udah berangkat belum..?” Tanyaku.
“Udah.. barusan berangkat tuh bang..” katanya.

“Yah.. telat aku.. soalnya aku ada yang mau diomongkan dengan dia. Mau nanya ke dia jadi atau gak berangkat ke Sumatera..?”
Kataku sambil memasak mie.
“Ya jadi tuh bang.. tapi katanya aku disuruh jangan ikut. Soalnya kata dia gak lama. Cuma seminggu aja. Abang mau ikut ya..?” Tanya Titin.

“Belum tau Tin.. soalnya aku gak punya uang buat ongkos..” kataku.
“Nah.. emangnya ada urusan apa sama suami saya..?” Tanya Titin.

“Gak.. Cuma mau pinjem uang buat pergi ke kampung.. soalnya ini udah musim buah..
Aku mau beli buahnya langsung dari pohon terus aku mau jual ke sini.. ya ambil untung dikit ajalah..” kataku.

“Kalo gitu ke kampungku aja.. di sana juga lagi panen buah. Di kebun ayah Titin lagi panen durian..
Kalo mau ikut sama Titin aja pulang ke kampung. Ntar ongkos jangan dipikirin.
Abang gak perlu keluar modal.. modal dari Titin dan abang yang tukang jual buahnya. Ntar untungnya kita bagi dua..” kata Titin.

“Ntar suami kamu gimana..? Udah tau..?” Kataku.
“Suami Titin ntar dikasi tau. Lagian dia juga suruh nyari orang buat jual buah hasil panen kebun ayah Titin..” katanya.

“Ya.. okelah kalo gitu.. ntar kalo mau pulang kampung kasi tau aja sama abang.. mienya udah masak.. abang makan dulu ya Tin.
Makasih udah mau kasi tumpangan kompornya..” jawabku.
“Ya udah.. Titin juga mau mandi. Ntar Titin kasi tau kalo mau pulang sama abang..” katanya

Akupun langsung pulang dengan membawa semangkuk mie yang sudah kumasak tadi.
Di dapur langsung saja aku santap habis Mie ku dan selesai makan aku masuk ke kamar

Lalu aku membereskan kamarku dan menjalar sampai seisi rumah.
Hari itu aku habiskan dengan beres-beres rumah.. karena sudah lama sekali aku tidak membereskannya.

Beberapa hari kemudian Titin memanggilku.. “Bang Jay.. ke sini bentar..” katanya dari jauh memanggilku di dapur.
“Ya.. tunggu bentar..” kataku langsung menghampirinya.

“Ada apa Tin..?” Kataku setelah sampai padanya.
“Bang.. suami Titin udah kasi izin.. kita berangkat setelah suami Titin berangkat..” katanya

“Ya baguslah.. abang udah gak sabar neh.. soalnya abang juga lagi perlu uang..” kataku.
“Buat apa bang..?” Tanyanya.

“Ya.. buat bayar utang dan keperluan sehari-hari.. udah beberapa hari ini abang gak kerja..” kataku.
“Kalo gitu pake aja uang Titin dulu.. Nih ambil..” katanya sambil memberiku uang seratus ribu rupiah.

“Makasih Tin.. ntar abang pasti ganti..” kataku.
“Ya udah bang.. yang sabar aja.. Oh ya.. boleh minta tolong gak..?
Soalnya suami Titin udah pergi kerja. Titin gak kuat angkut air buat cuci pakaian..” katanya.

“Oh.. itu gampang Tin.. mau berapa ember..?” Tantangku.
“Ya.. secukupnya aja lah bang.. tuh ada ember.. penuhin aja tong yang kosong itu. Titin mau ambil pakaian kotor dulu di dalam..” katanya
“Oke..” kataku sambil mengambil dua buah ember dan langsung pergi ke sumur.

Beberapa menit kemudian tong yang kosong itu sudah penuh semua terisi dengan air yang aku ambil di sumur.
Aku memperhatikan Titin yang sedang asyik menyikat baju..
Nah.. yang membuatku tidak mau pergi adalah saat aku melihat Titin yang sedang menyikat baju dengan posisi duduk mengangkang..

Titin yang memakai Daster putih tipis hanya sebatas paha panjangnya.. dan sedikit basah dengan air..
Sehingga tampak di mataku Titin tidak memakai beha dan cuma memakai celana dalam putih.

Aku terkesima dengan pemandangan itu.. namun Titin tidak menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya.
Kontan saja penisku berdiri tegak dan terasa sesak sekali di dalam celana jeansku.

Ingin sekali aku mendekap tubuhnya dalam pelukanku namun ia istri orang..
Aku harus bisa menahan rasa yang bergejolak ini.. walau memang sudah lama sekali aku tidak merasakan hangatnya tubuh wanita..
Aku harus bisa menahan nafsuku.

“Tin.. abang pulang dulu ya.. udah penuh semua kan..?” Kataku.
“Oh ya bang.. makasih banyak ya..” katanya.

Aku pun langsung pulang ke rumahku.. namun timbul pikiran isengku. Letak posisi duduk Titin berada tepat di depan lubang kecil di rumahku..
Langsung saja aku menuju ke sana dan mengintip Titin yang sedang asyik mencuci pakaian.. dan tak pernah aku sadari hal ini.

Tampak jelas sekali selangkangannya yang masih tertutup celana dalamnya.
Tak lama berselang.. aku melihat Titin berdiri dan melepaskan celana dalamnya..
kemudian langsung dicucinya sambil kembali duduk seperti semula.

Aku semakin tidak tahan.. Akupun melepas celanaku dan kukeluarkan batang penisku yang semakin sesak bila tidak dikeluarkan.
Clokk.. crokk.. clokk.. clokk.. Aku langsung mengocok penisku sambil melihat kemaluan Titin yang nyaris tidak berbulu..
Mungkin saja sering dicukurnya. “Aaahhh yessss.. aaaahhhhh..” desahku sambil mengocok penisku..

Lama sekali aku mengintip Titin yang tidak bergerak dari posisi duduknya.. memang cuciannya banyak sekali.
Dan tidak terasa aku mencapai klimaks.. aku semprotkan spermaku ke dinding sambil mengerang..
“OOOhhhhhh yesssss aaaaahhhhhh..” desahku. Crrooottt.. crrroootttt.. croooottttt..!

Kumasukkan lagi penisku ke dalam celana dan aku langsung menuju ke kamar dan berbaring di sana.
Aku masih terus mengkhayalkan tubuh Titin.. andai saja aku punya kamera.. barangkali sudah aku abadikan momen tersebut.

Rasa yang menggebu-gebu itu terus melandaku.. seandainya ia sudah janda aku pasti berani mendekatinya.
Aku hanya bisa pasrah karena ia masih berstatus istri orang.

“Bang.. Lagi ngapain..? Kok itunya dibuka..” kata Titin yang memergokiku yang sedang berbaring di kamar..
Yang tak kusadari.. penisku sedang berdiri tegak keluar dari belahan ritsleting celanaku

Kontan saja aku dengan cepat berbalik badan untuk membetulkan posisi penisku dan kumasukkan lagi ke dalam celanaku.
Astaga..! kenapa bisa masuk..? Kataku dalam hati.

“Bang.. tolongin sekali lagi.. bak air kamar mandi Titin kosong.. Titin mau mandi gak ada air..”
Kata Titin sambil mendekatiku dan duduk di belakangku di kasur.

Aku membalikkan badanku dan kebetulan pas sekali wajahku menghadap payudara Titin yang tertutup daster.
Aku sempat terdiam..

“Titin tadi dengar suara abang waktu nyuci.. Titin tau abang tadi ngintip Titin.. ngaku aja..!?” Katanya sambil mengusap wajahku.
“Eeehh.. nggaakk.. Kamu kenapa masuk ke sini..? Yaa.. udah.. tungguin di luar.. abang ambilin airnya.." kataku tengsin.

“Nanti aja.. Titin masih mau di sini..” katanya.
“Jangan.. kamu .. ntar tetangga yang lain pada tau.. kamu cepet keluar..” ujarku agak terbata.

Titin pun beranjak dari ranjangku.. namun ternyata ia tidak keluar.. malah ia mengunci pintu kamarku.
Ia pelan-pelan lantas melepaskan dasternya.. terpampanglah semua tubuh Titin yang sudah tidak ada penutup lagi.

Kedua payudaranya aku melihat sangat padat sekali.. putingnya berwarna cokelat muda.
Kemudian ia mendekatiku dan meraih retsleting celanaku dan dibukanya.
Lalu ia menurunkan celanaku dan aku menjadi telanjang di bagian bawah.

Sungguh aku tak berdaya diperlakukan seperti itu.. ia lantas berdiri dan membisikkan ke telingaku..
“Titin mau bang.. bisa kan kasih Titin kehangatan..? Udah lama Titin gak disentuh suami Titin..” katanya

“Taa.. ta..pi.. Oohhh yeeaaahhhh..” desahku saat Titin tiba-tiba mengulum penisku.
Dengan lembut ia memperlakukan penisku.. hingga buah zakarku pun dijilatnya..

Entah keberuntungan apa yang aku dapatkan hari ini..
sehingga orang yang baru saja aku khayalkan itu tiba-tiba datang masuk ke kamarku..

Tak lama kemudian aku menahan kepalanya memberinya tanda bahwa menyuruhnya berhenti.
Aku menarik tubuh Titin dan mendorongnya kekasur.. sehingga ia menjadi terlentang dikasur.

Aku buka kedua kakinya dan pahanya dan langsung saja aku jilat kemaluannya.
Clobb.. Kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang kemaluannya dan aku jilat klitorisnya dengan lidahku.

“Aaawww.. aaahhh Geeellliiii bang..” katanya
Lima menit aku memainkan lidahku menjilat kemaluannya dan cairan nikmat Titin pun meleleh keluar dan langsung saja aku lumat.

Aku pun berdiri dan memegang batang penisku.. kulihat sudah memberikan lampu hijau dengan mengangkangkan kedua kakinya.
Slebbh.. clebbh.. Pelan tapi pasti dan kuhujamkan penisku masuk ke dalam kemaluannya.

“Arrghhh aaahhhh..” erangnya menahan nikmat sodokan penisku di liang kemaluannya. Ohh.. Sungguh nikmat kemaluan Titin..
Sejenak aku diamkan dan terasa sekali berdenyut di kepala penisku seakan seperti di pijat dari dalam.

Mulailah perlahan aku menggoyangkan pantatku maju-mundur menusuk kemaluan Titin..
Belum seberapa aku merasakan hangat sekali di kepala penisku seakan disembur cairan hangat.

Ternyata Titin sedang orgasme. “Aaaarrghhh aaahhhh bang.. aaahhhh..” desahnya menggelinjang hebat
Aku berhenti sejenak membiarkan Titin menikmati orgasmenya.. setelah Titin tenang aku melanjutkan goyangan pantatku.

Semula yang terasa lambat kini aku percepat.. beberapa menit kemudian Titin mencengkram tanganku..
Di dalam liangnya samna aku merasakan hangat lagi di kepala penisku.

Serrr.. serr.. serr.. serr.. Titin orgasme keduakalinya. “Arrrggghhhhh yeeeeaaaahhhhh bang..” desahnya
Penisku semakin basah.. aku merasakan sangat licin. Rrbbh...! Kucabut batang penisku.. lalu aku lap dengan celana dalamku..
Tak lupa aku juga lap kemaluan Titin yang sudah banjir sampai kering.

Setelah kering.. aku belum memasukkan penisku lagi ke dalam kemaluan Titin..
Aku menyempatkan diri menyusui payudara Titin dan aku sedot putingnya.
Slruupp.. slruuppp.. “Arrgghh bang.. udah.. sakit bang..” katanya..

Beberapa saat berselang kembali kujamkan lagia penisku hingga masuk seluruhnya..
Lantas langsung saja aku goyang sekuat tenaga.. karena aku sudah tidak tahan..

Kupacu semakin cepat.. semakin keras pula suara Titin mengerang..
Sambil menggoyangkan pantat aku menutup mulut Titin agar suaranya tidak keluar.
“Ssstt.. diam Tin.. ntar ada yang denger..” kataku.

Akupun melanjutkan gerakanku memompa rahim Titin..
Perpaduan bunyi sentuhan pahaku dengan paha Titin menjadi sebuah irama..

Hingga akupun akhirnya mencapai klimaks kedua.. kusemprotkan spermaku di rahimnya supaya ia bisa hamil..
Dan dibalasnya dengan semprotan di dalam kemaluannya.. Crrott.. Crrottt.. Crrrottt.. crott.. Srrr.. srrr.. srrr.. srrr..

“Aaaaarrggghhhh.. Tin.. oohhhh yeeessss aaaahhhhhhh..” desahku penuh nikmat.
“Hmmmbbbbb.. aaaarrrggghhhhh aaaaahhhhh aahhhh aaaaaaahhhh..” desah titin tak kalah nikmat.

Akupun terkulai lemas di samping Titin dan tanpa kusadari aku tertidur dalam keadaan telanjang.
Pas aku bangun.. ternyata hari sudah mulai gelap.. Titin juga sudah tidak ada lagi di sampingku.

Langsung saja aku pergi mandi membersihkan semua kotoran yang melekat di tubuh akibat pergumulanku dengan Titin tadi siang.
Selesai mandi aku mengganti alas kasurku yang kotor dengan spermaku dan cairan kemaluan Titin.
--------

Dua hari kemudian kamipun berangkat menuju terminal dengan membawa 2 buah Tas yang berisi pakaian.
Di dalam bis Titin hanya diam saja dan akupun tidak mau mengganggunya.

Akhirnya kami sampai di kampung halaman Titin semasa kecil.
Di sana aku dan Titin menginap di rumah ayah Titin yang sudah uzur.

Di rumah itu hanya tinggal ayah dan adik Titin yang masih SMU.
Ayah Titin lemah tak berdaya dan terbaring sakit di kasur.

Adik Titinlah yang mengurus ayahnya.. sedangkan Titin hanya bisa mengirim uang kepada adiknya..
untuk keperluan sekolah dan keperluan sehari-hari.

“Bang.. ke kebun yuk..” ajak Titin.
“Maen lagi ya.. mau kan..?” Kataku.

Titin mengangguk tanda setuju.. di kebun aku menggumuli Titin..
FDi kebun itu sangat sepi sekali.. aku dan Titin bebas melakukan hubungan intim.

Entah berapakali aku melakukannya dengan Titin selama berada di kampung..
Aku juga tidak pernah menghitung berapa banyak cairan spermaku yang masuk ke dalam rahim Titin.

Hingga ketika pulang ke kota.. aku sengaja jarang melakukannya dengan Titin.,
Karena aku takut anak yang lahir kelak mirip denganku.

Tak terasa bulan berlalu.. akhirnya Titin hamil.
Suami Titin sangat girang melihat Titin hamil dan sering sekali suaminya bercerita denganku tentang kehamilan Titin.

Aku sendiri tidak tau itu anakku atau bukan.
Pada 3 bulan pertama kehamilan Titin aku juga pernah menggauli tubuh Titin.

Untungntya.. ketika bayi itu lahir ternyata tidak mirip denganku.. tetapi mirip dengan Titin..
Anak yang lahir itu adalah bayi perempuan.
Aku menjadi lega karena hubunganku dengan Titin akan terus terjaga tanpa diketahui oleh suaminya.

Sekian cerita ini.. yang mungkin dalam bentuk pengunaan bahasa.. ejaan ataupun penulisan ternyata ada kekurangan..
Mohon dimengerti.. karena kurangnya pengalaman dalam pendidikan. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Gan kalo bisa ditambahin mulustrasi.......
satu gamvar aja gpp.....
biar tambah greget......
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd