Pecah Utak
Pertapa Semprot
--------------------------------------------------------------------
Cerita 8 – Rumput Tetangga Selalu Lebih Hijau
Rini
Sungguh pekerjaan yang menyenangkan.. setiap pagi saat membaca koran melihat tetanggaku menyapu halaman dengan daster pendeknya..
Pinggul dan pantatnya yang bahenol bergoyang.. seirama dengan gerakan sapunya.. seolah memanggil senjataku untuk mendekat..
Dan satu hal yang sering mengganggu pikiran aku adalah suaminya jarang sekali di rumah..
Entah apa pekerjaannya.. aku sendiri tidak begitu akrab.. karena kompleks di tempat tinggal aku benar-benar.. ‘elu-elu.. gue-gue..’
Paling hanya say hello saja saat berpapasan.
Aku selalu berpikir dengan kondisi demikian tentunya dia sangat kesepian dan ingin merasakan belaian hangat lelaki..
Tapi khayalan tinggallah khayalan..
Kenyataannya.. sampai saat ini aku hanya bisa menikmati keindahan tubuhnya setiap pagi.. tanpa berani melakukan apapun.
Oiya.. tetanggaku ini sebut saja namanya Rini.. Dia dikaruniai seorang putra yang sudah beranjak remaja..
Usia Rini mungkin sekitar 35an.. seumur dengan aku..
Cuma wajahnya keliatan awet muda dan badannya sepertinya sangat padat berisi.. khususnya di daerah pinggul dan pantatnya..
Sebaliknya istriku justru dikaruniai buah dada yang besar.. tapi kecil di bagian pinggul..
Pantat tidak sebahenol Rini tetanggaku – rumput tetangga selalu lebih hijau.. hehe..–
Saat aku semakin asik mengawasi gerakan pinggulnya.. tiba-tiba Rini menunduk mengambil daun-daun kering dengan tangannya..
Nahh.. otomatis dasternya yang agak pendek semakin terangkat.. mempertontonkan pahanya yang putih dan padat..
Pantatnya yang bulat semakin jelas tercetak.. membuat senjataku mulai menegang.. memberikan reaksi atas keindahan di depan mataku..
Aku pura-pura serius membaca koran.. tapi ekor mataku tidak lepas memandangi tubuhnya yang indah.
Andai saja pinggul yang bulat itu telanjang tentu akan kuremas-remas dulu sebelum senjataku memasuki vaginanya dengan gaya doggy..
Aku yakin aku bisa memberikan kenikmatan dengan senjataku yang lumayan besar..
Tanpa sadar aku meremas senjataku hingga pada ketegangan maksimal.. sambil membayangkan Rini tak memakai sehelai benangpun..
"Pap.. mau berangkat jam berapa..? Ini sudah jam 8..” Suara istriku mengejutkan dan membuyarkan semua khayalanku.
Aku liat jam di pergelangan tanganku sudah jam 8 lewat..
Aku segera berangkat kerja dan saat mobilku melewati Rini.. tidak lupa aku menyapa memberikan salam.. Rini hanya tersenyum manis..
Impian aku akhirnya mulai mendekati kenyataan..
Saat suatu waktu rumahnya mengalami korsleting listrik.. Kira-kira jam 7malam Rini datang ke rumah..
Ia minta tolong ke istriku supaya aku mau membantu mengecek listrik di rumahnya.. pucuk dicinta ulam..
Aku yang sedang di kamar mandi menguping pembicaraan mereka dan bersorak kegirangan.. –dalam hati tentunya..–
Segera aku selesaikan mandiku dan seperti biasa aku hanya memakai celana pendek yang longgar tanpa celana dalam,
Keluar dari kamar mandi.. istriku bicara:
"Pah.. tadi mbak Rini minta tolong dicek listriknya mati.. sudah dinaikin di meteran turun lagi..”
"Iya bentar..” jawab aku dengan pura-pura cool.
Sambil menyisir rambut aku membayangkan hal-hal yang nikmat..
5 menit berselang aku sudah siap dengan testpen dan multitester untuk mengecek listrik rumah Rini.
"Mah.. temenin papa dong.. ga enak kalau papa ke sana sendiri..” Aku basa-basi berharap istriku menyuruh aku pergi sendiri..
Tapi sial.. istriku langsung ikut membuntutiku.. aku sedikit menyesal menawarkan dia ikut..
Sesampainya di tempat Rini yang agak gelap.. aku mulai mengecek kelistrikan rumahnya..
Logikanya pasti ada yang korslet.. karena MCBnya tidak bisa dinaikin..
Akhirnya.. setelah setengah jam mencari-cari.. ketemu juga masalahnya..
Ternyata di kamar atas ada lampu yang kena bocor dan air terjebak di fitting lampu..
sehingga jika listrik dinyalakan menyebabkan korsleting.
Aku pura-pura masih mencari masalahnya.. lalu ke bawah cari angin segar.. sekalian liat istriku udah pulang belum.
Aku liat istriku masih ngobrol dengan Rini. "Udah ketemu pah masalahnya..?” Tanya istriku.
"Belum..” aku mau ngerokok dulu.. di dalam panas hawanya.
Aku keluar mengisap sebatang rokok.. sampai akhirnya istriku ga betah juga ikut keluar..
"Pah aku pulang dulu yah bentar..” mau cuci piring dulu. Aku cuma mengangguk.. padahal dalam hati girangnya minta ampun.
Sambil mengisap rokokku aku mulai berpikir cara supaya bisa menikmati tubuh Rini yang bohay.. tapi otakku buntu.
Sampai selesai isapan terakhir aku kembali masuk kembali ke rumah Rini..
Suasana remang dari penerangan lilin sedikit mengurangi pandanganku.. aku tidak melihat Rini di ruang tamu..
Perlahan aku berjalan menaiki tangga menuju kamar di lantai atas.. Sayup-sayup aku mendengar gemericik air..
Ternyata pas di sebelah kamar yang ingin aku perbaiki lampunya adalah kamar mandi..! Hmm.. Rini pasti sedang mandi..
Aku segera mencoba mencari lubang untuk mengintip.. tapi tidak ada sama sekali celah untuk mengintip..
Akhirnya aku kembali pada niatku semula..
Sambil membersihkan fitting lampu.. otakku tak hentinya membayangkan pantat Rini yang bulat dan menantang..
Hingga tak sadar senjataku menegang dengan kaku.. Jelas terlihat menonjol karena aku memakai celana pendek gombrong tanpa cd..
"Sudah selesai pak Rudi..? Maaf loh ngerepotin..”
Suara Rini yang halus bagaikan halilintar yang mengejutkanku.. apalagi dia hanya mengenakan lilitan handuk saja..
Woww.. Ternyata.. kamar yang aku perbaiki adalah kamarnya..!
"Eh.. iya. Bentar lagi nih selesai..” jawabku gugup.. Aku malu sekali.. Rini pasti liat tonjolan di celana pendekku..
Aku lantas pura-pura menyibukkan diri.. padahal kerjaannya sudah selesai..
Senjataku tidak bisa diajak kompromi.. semakin kaku melihat keindahan tubuh Rini..
Aku membelakangi Rini supaya tidak ketahuan..
Tapi dasar rejeki tidak ke mana.. tiba-tiba saja Rini sudah di belakangku dan langsung memegang tonjolan di celanaku.
"Pak.. ini apaan..?” Desahnya berbisik di telingaku.
"Ehh. Ini..” aku gugup tapi senang.
"Aku tau kok pak Rudi suka ngeliatin kalau aku nyapu.. aku juga haus.. mumpung ada kesempatan.. ayoo..” bisiknya nafsu..
Tanpa banyak bicara lagi.. aku langsung berbalik memeluknya.. Anduknya yang dililit langsung aku renggut terjatuh..
Aku mencium bibirnya dengan nafsu.. Rini pun tak kalah buasnya melumat bibir dan lidahku..
Sambil.. berciuman aku meremas semua bagian tubuh Rini..
Dari pantat dan pinggulnya yang padat sampai buah dadanya yang berukuran sedang. Tapi sepertinya aku kalah buas dengn Rini..
Lepas bibirnya dari lumatanku.. dia langsung mengangkat kaosku dan menjilati dadaku..
Aku seperti tersengat listrik.. senjataku semakin tegang maksimal.. Rini dengan buas menjilati dadaku dan merogoh senjataku..
"Aawww. Gilaa gede banget..!" Rini kaget saat menggenggam senjataku.
Tapi tak lama dia langsung berjongkok melumat senjataku dengan rakusnya..
Celana pendekku hanya didodorin dikit.. aku tak bisa apa-apa selain menikmati sepongannya pada senjataku..
Sekitar 5 menit dia langsung berdiri.. "Cepet masukin pak.. nanti istrinya keburu datang..”
Dia langsung menungging di depanku.. tangannya berpegangan pada meja rias.
Kini di depanku terpampang badan yang putih mulus dengan lekukan pinggul yang aduhai sedang menungging..
Aku hanya menelan ludah nafsu.. sebentar lagi impian aku akan terwujud.. tapi aku tak mau terburu-buru.
Meski sadar istriku bisa kapan aja balik.. aku segera menjilati pantat Rini yang aduhai..
Rini hanya mendesah.. kemaluan Rini yang mulai basah semakin basah ketika aku jilat..
"Pak cepet masukin.. aku gak tahan..” Rini meracau terus saat klitorisnya aku dorong dengan lidahku..
Aku sendiri sudah di atas puncak nafsu.. segera berdiri bersiap memasukkan senjataku yang sudah kaku..
Aku diamkan sesaat kepala kemaluanku tepat di depan kemaluan Rini..
Rini mencoba menggerakkan pantatnya ke belakang supaya senjataku memasuki vaginanya..
Tapi aku sengaja agak slow.. supaya nafsunya semakin naik..
Beberapa saat kemudian perlahan aku mencoba mendorong senjataku.. Slebbhh..
Buset.. gila.. susah sekali.. seperti perawan..!
Clebbhh.. Aku mendorongnya lagi sedikit.. kurasakan kepala senjataku memasuki lubang yang sempit dan hangat..
Ughhh.. Nikmatnya sungguh luar biasa..
“Oughhh..” Rini berdesah keras.. langsung saaa kubekap mulutnya dengan tanganku.. aku takut kedengeran tetangga..
Clebbhh.. Jlebbhh..
“Ngghhh..!”
“Hegghtt..”
Bersamaan erang dan rintihan nikmat aku Rini.. akhirnya amblas juga seluruh senjataku ke dalam vaginanya..
Auhh.. Sungguh kenikmatan yang aku terima luar biasa..
Kudiamkan sejenak menikmati jepitan vagina Rini pada senjataku..
Aku mulai menarik dikit.. mendorong dikit pelan-pelan.. jari-jariku yang tadi membekap mulut Rini kini sudah asik dinikmatin mulut Rini..
Dia semakin asik mengisap jari-jariku.. mungkin melampiaskan rasa nikmat dari tusukan senjataku di liang vaginanya..
Perlahan tapi pasti.. tusukanku semakin cepat..
Sambil meremas pantat Rini yang indah aku semakin cepat memompa senjataku..
Clebb.. clebb.. crebb.. clopp.. clobb.. clebb.. clepp.. crebb..
Tiba-tiba aku merasakan denyutan halus di senjataku.. dan cairan hangat terasa banget di senjataku..
Ternyata Rini sudah mencapai klimaksnya.. Aku segera mempercepat tusukanku mencoba meraih orgasmeku..
"Aku keluarin di dalem ya say..?” Bisikku mencoba mengubah panggilanku kepadanya.
Rini hanya diam.. mungkin sedang menikmati sisa-sisa klimaksnya..
Tiba-tiba dari bawah terdengar suara memanggil..
"Mah.. di mana..!? Aku pulang..” ternyata suara Adit anaknya yang remaja..
Sontak aku kaget.. langsung menarik senjataku dan menaikkan celana pendekku..
Sementara Rinipun sama paniknya.. langsung mencari handuknya dan kembali melilitkan ke tubuhnya..
Aku ambil inisiatif.. langsung keluar kamar dan turun tangga.. untunglah pas di tangga aku berpapasan dengan Adit..
"Om.. kok di sini..?” Sapa anaknya.
"Iya.. abis betulin lampu. Coba sekarang Adit tolong naikin MCB meterannya ya..” ujarku dengan cepat mencari alasan.
Lalu aku berdua Adit kembali turun.. Adit ke depan naikin MCB.. dan sebentar kemudian rumahnya sudah kembali terang benderang..
Aku tak tau keadaan Rini di kamar gimana..
Tapi beberapa saat kemudian Rini turun.. sudah mengenakan daster.. "Makasih ya pak..” ujarnya sambil senyum..
"Sama-sama..” Akupun membalas senyumannya. "Aku permisi pulang ya..”
Aku segera keluar menuju rumahku.. sesampai di rumah aku melihat istriku sudah tertidur di kamar.
Tinggal aku kebingungan.. sedang tanggung.. Pas sudah berada di puncak kenikmatan.. ada gangguan.. Busett dah..!
Aku terduduk di sofa.. membayangkan kejadian tadi..
Ughh.. vaginanya benar-benar mencengkram kuat senjataku.. jauh sekali dengan vagina istriku yang sudah anak 3..
Membayangkan vagina dan pantat Rini.. tanpa sadar senjataku kembali menegang kaku.. setelah sempat turun karena kaget tadi.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------
Cerita 8 – Rumput Tetangga Selalu Lebih Hijau
Rini
Sungguh pekerjaan yang menyenangkan.. setiap pagi saat membaca koran melihat tetanggaku menyapu halaman dengan daster pendeknya..
Pinggul dan pantatnya yang bahenol bergoyang.. seirama dengan gerakan sapunya.. seolah memanggil senjataku untuk mendekat..
Dan satu hal yang sering mengganggu pikiran aku adalah suaminya jarang sekali di rumah..
Entah apa pekerjaannya.. aku sendiri tidak begitu akrab.. karena kompleks di tempat tinggal aku benar-benar.. ‘elu-elu.. gue-gue..’
Paling hanya say hello saja saat berpapasan.
Aku selalu berpikir dengan kondisi demikian tentunya dia sangat kesepian dan ingin merasakan belaian hangat lelaki..
Tapi khayalan tinggallah khayalan..
Kenyataannya.. sampai saat ini aku hanya bisa menikmati keindahan tubuhnya setiap pagi.. tanpa berani melakukan apapun.
Oiya.. tetanggaku ini sebut saja namanya Rini.. Dia dikaruniai seorang putra yang sudah beranjak remaja..
Usia Rini mungkin sekitar 35an.. seumur dengan aku..
Cuma wajahnya keliatan awet muda dan badannya sepertinya sangat padat berisi.. khususnya di daerah pinggul dan pantatnya..
Sebaliknya istriku justru dikaruniai buah dada yang besar.. tapi kecil di bagian pinggul..
Pantat tidak sebahenol Rini tetanggaku – rumput tetangga selalu lebih hijau.. hehe..–
Saat aku semakin asik mengawasi gerakan pinggulnya.. tiba-tiba Rini menunduk mengambil daun-daun kering dengan tangannya..
Nahh.. otomatis dasternya yang agak pendek semakin terangkat.. mempertontonkan pahanya yang putih dan padat..
Pantatnya yang bulat semakin jelas tercetak.. membuat senjataku mulai menegang.. memberikan reaksi atas keindahan di depan mataku..
Aku pura-pura serius membaca koran.. tapi ekor mataku tidak lepas memandangi tubuhnya yang indah.
Andai saja pinggul yang bulat itu telanjang tentu akan kuremas-remas dulu sebelum senjataku memasuki vaginanya dengan gaya doggy..
Aku yakin aku bisa memberikan kenikmatan dengan senjataku yang lumayan besar..
Tanpa sadar aku meremas senjataku hingga pada ketegangan maksimal.. sambil membayangkan Rini tak memakai sehelai benangpun..
"Pap.. mau berangkat jam berapa..? Ini sudah jam 8..” Suara istriku mengejutkan dan membuyarkan semua khayalanku.
Aku liat jam di pergelangan tanganku sudah jam 8 lewat..
Aku segera berangkat kerja dan saat mobilku melewati Rini.. tidak lupa aku menyapa memberikan salam.. Rini hanya tersenyum manis..
Impian aku akhirnya mulai mendekati kenyataan..
Saat suatu waktu rumahnya mengalami korsleting listrik.. Kira-kira jam 7malam Rini datang ke rumah..
Ia minta tolong ke istriku supaya aku mau membantu mengecek listrik di rumahnya.. pucuk dicinta ulam..
Aku yang sedang di kamar mandi menguping pembicaraan mereka dan bersorak kegirangan.. –dalam hati tentunya..–
Segera aku selesaikan mandiku dan seperti biasa aku hanya memakai celana pendek yang longgar tanpa celana dalam,
Keluar dari kamar mandi.. istriku bicara:
"Pah.. tadi mbak Rini minta tolong dicek listriknya mati.. sudah dinaikin di meteran turun lagi..”
"Iya bentar..” jawab aku dengan pura-pura cool.
Sambil menyisir rambut aku membayangkan hal-hal yang nikmat..
5 menit berselang aku sudah siap dengan testpen dan multitester untuk mengecek listrik rumah Rini.
"Mah.. temenin papa dong.. ga enak kalau papa ke sana sendiri..” Aku basa-basi berharap istriku menyuruh aku pergi sendiri..
Tapi sial.. istriku langsung ikut membuntutiku.. aku sedikit menyesal menawarkan dia ikut..
Sesampainya di tempat Rini yang agak gelap.. aku mulai mengecek kelistrikan rumahnya..
Logikanya pasti ada yang korslet.. karena MCBnya tidak bisa dinaikin..
Akhirnya.. setelah setengah jam mencari-cari.. ketemu juga masalahnya..
Ternyata di kamar atas ada lampu yang kena bocor dan air terjebak di fitting lampu..
sehingga jika listrik dinyalakan menyebabkan korsleting.
Aku pura-pura masih mencari masalahnya.. lalu ke bawah cari angin segar.. sekalian liat istriku udah pulang belum.
Aku liat istriku masih ngobrol dengan Rini. "Udah ketemu pah masalahnya..?” Tanya istriku.
"Belum..” aku mau ngerokok dulu.. di dalam panas hawanya.
Aku keluar mengisap sebatang rokok.. sampai akhirnya istriku ga betah juga ikut keluar..
"Pah aku pulang dulu yah bentar..” mau cuci piring dulu. Aku cuma mengangguk.. padahal dalam hati girangnya minta ampun.
Sambil mengisap rokokku aku mulai berpikir cara supaya bisa menikmati tubuh Rini yang bohay.. tapi otakku buntu.
Sampai selesai isapan terakhir aku kembali masuk kembali ke rumah Rini..
Suasana remang dari penerangan lilin sedikit mengurangi pandanganku.. aku tidak melihat Rini di ruang tamu..
Perlahan aku berjalan menaiki tangga menuju kamar di lantai atas.. Sayup-sayup aku mendengar gemericik air..
Ternyata pas di sebelah kamar yang ingin aku perbaiki lampunya adalah kamar mandi..! Hmm.. Rini pasti sedang mandi..
Aku segera mencoba mencari lubang untuk mengintip.. tapi tidak ada sama sekali celah untuk mengintip..
Akhirnya aku kembali pada niatku semula..
Sambil membersihkan fitting lampu.. otakku tak hentinya membayangkan pantat Rini yang bulat dan menantang..
Hingga tak sadar senjataku menegang dengan kaku.. Jelas terlihat menonjol karena aku memakai celana pendek gombrong tanpa cd..
"Sudah selesai pak Rudi..? Maaf loh ngerepotin..”
Suara Rini yang halus bagaikan halilintar yang mengejutkanku.. apalagi dia hanya mengenakan lilitan handuk saja..
Woww.. Ternyata.. kamar yang aku perbaiki adalah kamarnya..!
"Eh.. iya. Bentar lagi nih selesai..” jawabku gugup.. Aku malu sekali.. Rini pasti liat tonjolan di celana pendekku..
Aku lantas pura-pura menyibukkan diri.. padahal kerjaannya sudah selesai..
Senjataku tidak bisa diajak kompromi.. semakin kaku melihat keindahan tubuh Rini..
Aku membelakangi Rini supaya tidak ketahuan..
Tapi dasar rejeki tidak ke mana.. tiba-tiba saja Rini sudah di belakangku dan langsung memegang tonjolan di celanaku.
"Pak.. ini apaan..?” Desahnya berbisik di telingaku.
"Ehh. Ini..” aku gugup tapi senang.
"Aku tau kok pak Rudi suka ngeliatin kalau aku nyapu.. aku juga haus.. mumpung ada kesempatan.. ayoo..” bisiknya nafsu..
Tanpa banyak bicara lagi.. aku langsung berbalik memeluknya.. Anduknya yang dililit langsung aku renggut terjatuh..
Aku mencium bibirnya dengan nafsu.. Rini pun tak kalah buasnya melumat bibir dan lidahku..
Sambil.. berciuman aku meremas semua bagian tubuh Rini..
Dari pantat dan pinggulnya yang padat sampai buah dadanya yang berukuran sedang. Tapi sepertinya aku kalah buas dengn Rini..
Lepas bibirnya dari lumatanku.. dia langsung mengangkat kaosku dan menjilati dadaku..
Aku seperti tersengat listrik.. senjataku semakin tegang maksimal.. Rini dengan buas menjilati dadaku dan merogoh senjataku..
"Aawww. Gilaa gede banget..!" Rini kaget saat menggenggam senjataku.
Tapi tak lama dia langsung berjongkok melumat senjataku dengan rakusnya..
Celana pendekku hanya didodorin dikit.. aku tak bisa apa-apa selain menikmati sepongannya pada senjataku..
Sekitar 5 menit dia langsung berdiri.. "Cepet masukin pak.. nanti istrinya keburu datang..”
Dia langsung menungging di depanku.. tangannya berpegangan pada meja rias.
Kini di depanku terpampang badan yang putih mulus dengan lekukan pinggul yang aduhai sedang menungging..
Aku hanya menelan ludah nafsu.. sebentar lagi impian aku akan terwujud.. tapi aku tak mau terburu-buru.
Meski sadar istriku bisa kapan aja balik.. aku segera menjilati pantat Rini yang aduhai..
Rini hanya mendesah.. kemaluan Rini yang mulai basah semakin basah ketika aku jilat..
"Pak cepet masukin.. aku gak tahan..” Rini meracau terus saat klitorisnya aku dorong dengan lidahku..
Aku sendiri sudah di atas puncak nafsu.. segera berdiri bersiap memasukkan senjataku yang sudah kaku..
Aku diamkan sesaat kepala kemaluanku tepat di depan kemaluan Rini..
Rini mencoba menggerakkan pantatnya ke belakang supaya senjataku memasuki vaginanya..
Tapi aku sengaja agak slow.. supaya nafsunya semakin naik..
Beberapa saat kemudian perlahan aku mencoba mendorong senjataku.. Slebbhh..
Buset.. gila.. susah sekali.. seperti perawan..!
Clebbhh.. Aku mendorongnya lagi sedikit.. kurasakan kepala senjataku memasuki lubang yang sempit dan hangat..
Ughhh.. Nikmatnya sungguh luar biasa..
“Oughhh..” Rini berdesah keras.. langsung saaa kubekap mulutnya dengan tanganku.. aku takut kedengeran tetangga..
Clebbhh.. Jlebbhh..
“Ngghhh..!”
“Hegghtt..”
Bersamaan erang dan rintihan nikmat aku Rini.. akhirnya amblas juga seluruh senjataku ke dalam vaginanya..
Auhh.. Sungguh kenikmatan yang aku terima luar biasa..
Kudiamkan sejenak menikmati jepitan vagina Rini pada senjataku..
Aku mulai menarik dikit.. mendorong dikit pelan-pelan.. jari-jariku yang tadi membekap mulut Rini kini sudah asik dinikmatin mulut Rini..
Dia semakin asik mengisap jari-jariku.. mungkin melampiaskan rasa nikmat dari tusukan senjataku di liang vaginanya..
Perlahan tapi pasti.. tusukanku semakin cepat..
Sambil meremas pantat Rini yang indah aku semakin cepat memompa senjataku..
Clebb.. clebb.. crebb.. clopp.. clobb.. clebb.. clepp.. crebb..
Tiba-tiba aku merasakan denyutan halus di senjataku.. dan cairan hangat terasa banget di senjataku..
Ternyata Rini sudah mencapai klimaksnya.. Aku segera mempercepat tusukanku mencoba meraih orgasmeku..
"Aku keluarin di dalem ya say..?” Bisikku mencoba mengubah panggilanku kepadanya.
Rini hanya diam.. mungkin sedang menikmati sisa-sisa klimaksnya..
Tiba-tiba dari bawah terdengar suara memanggil..
"Mah.. di mana..!? Aku pulang..” ternyata suara Adit anaknya yang remaja..
Sontak aku kaget.. langsung menarik senjataku dan menaikkan celana pendekku..
Sementara Rinipun sama paniknya.. langsung mencari handuknya dan kembali melilitkan ke tubuhnya..
Aku ambil inisiatif.. langsung keluar kamar dan turun tangga.. untunglah pas di tangga aku berpapasan dengan Adit..
"Om.. kok di sini..?” Sapa anaknya.
"Iya.. abis betulin lampu. Coba sekarang Adit tolong naikin MCB meterannya ya..” ujarku dengan cepat mencari alasan.
Lalu aku berdua Adit kembali turun.. Adit ke depan naikin MCB.. dan sebentar kemudian rumahnya sudah kembali terang benderang..
Aku tak tau keadaan Rini di kamar gimana..
Tapi beberapa saat kemudian Rini turun.. sudah mengenakan daster.. "Makasih ya pak..” ujarnya sambil senyum..
"Sama-sama..” Akupun membalas senyumannya. "Aku permisi pulang ya..”
Aku segera keluar menuju rumahku.. sesampai di rumah aku melihat istriku sudah tertidur di kamar.
Tinggal aku kebingungan.. sedang tanggung.. Pas sudah berada di puncak kenikmatan.. ada gangguan.. Busett dah..!
Aku terduduk di sofa.. membayangkan kejadian tadi..
Ughh.. vaginanya benar-benar mencengkram kuat senjataku.. jauh sekali dengan vagina istriku yang sudah anak 3..
Membayangkan vagina dan pantat Rini.. tanpa sadar senjataku kembali menegang kaku.. setelah sempat turun karena kaget tadi.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------
Terakhir diubah: