Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Cerita 57 – Cik Mei Lin Tetanggaku

Namaku Iwan. Usiaku saat ini 21 th. Aku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
Sambil kuliah aku bekerja di sebuah perusahaan swasta. Gajinya tidak terlalu besar, tapi lumayanlah untuk menambah uang kuliah.

Aku kost tak jauh dari kampus. Kamar kostku berada di lantai atas paling ujung.
Sehingga jendela kamarku langsung menghadap ke depan dengan sebuah pintu keluar.

Nah.. di seberang rumah kostku tinggal sebuah keluarga muda. Aku tidak tau siapa nama suaminya.
Aku hanya tau istrinya bernama Linda.. tapi biasa dipanggil Cik Mei Lin. Dia wanita keturunan Tionghoa.

Cik Mei Lin berusia sekitar 30 tahunan. Dia sudah punya seorang anak berusia lima tahun.
Suami Cik Mei Lin jarang di rumah. Aku tak tau ia bekerja di mana. Ia pulang hanya sekali seminggu.
Bahkan pernah hingga satu bulan tidak pulang. Itu sebabnya Cik Mei Lin lebih sering sendiri di rumahnya bersama anaknya.

Kisah ini bermula di pagi hari saat aku bangun tidur. Hari itu aku libur kerja dan tidak ada jadwal kuliah.
Saat itu aku melihat Cik Mei Lin sedang menjemur pakaian.
Cik Mei Lin mengenakan kaos tipis tanpa lengan. Kaosnya agak basah, mungkin terkena air sewaktu ia mencuci baju.

Dari kamar aku bisa melihat jika Cik Mei Lin tidak memakai bra. Wuihh.. Buah dadanya yang montok tercetak jelas lengkap dengan putingnya.
Saat itu Cik Mei Lin juga hanya memakai celana pedek ketat yang juga basah. Bongkahan pantatnya yang bulat tercetak jelas.

Anehnya saat itu kulihat tidak ada bayangan segitiga di pantatnya yang seksi. Aku yakin saat itu Cik Mei Lin tidak memakai celana dalam.
Aku langsung terangsang melihat pemandangan itu. Ughh.. Ingin sekali rasanya aku remas-remas buah dada dan pantat seksi Cik Mei Lin.

Sejak itulah aku sering berfantasi bersama tubuh seksi Cik Mei Lin. Aku sering onani sambil membayangkan tubuh Cik Mei.
Lama-lama aku tidak puas jika hanya onani sambil membayangkan tubuh Cik Mei Lin.

Suatu pagi saat Cik Mei Lin menjemur pakaian aku onani sambil memandang Cik Mei Lin yang lagi-lagi memakai baju tipis dan basah.
Kepuasan yang aku rasakan lebih hebat. Semakin lama aku semakin berani. Aku mulai berani bugil di depan Cik Mei Lin.
Aku berharap ia melihatku bugil dan terangsang.

Tapi aku tidak berani secara terang-terangan bugil di depan Cik Mei Lin.
Aku takut ia marah karena perbuatanku. Aku membuat seolah-olah kejadian itu sebuah kebetulan.

Saat Cik Mei Lin sedang menjemur pakaian.. aku berpura-pura sedang membuka pintu kamarku yang tepat menghadap ke pintu atas rumah Cik Mei Lin. Aku yakin ia pasti akan menoleh ke arahku.
Dan tepat seperti perkiraanku.. saat itu Cik Mei Lin melihat ke arahku yang benar-benar bugil. Ahhh.. Aku puas sekali..

Aku jadi ketagihan melakukan hal itu.. bugil di depan Cik Mei Lin.
Sebenarnya aku berharap Cik Mei Lin akan membalas perbuatanku dengan bugil pula.
Kalaupun tidak bugil polos.. aku berharap bisa melihat Cik Mei Lin hanya memakai celana dalam dan bra saja.

Tapi sayang harapanku tidak tercapai. Aku khawatir Cik Mei Lin mulai marah kepadaku.
Akhirnya perlahan-lahan aku mulai menghentikan kebiasaanku itu.

Suatu hari aku bertemu Cik Mei Lin di sebuah minimarket. Aku akan membeli sabun mandi dan pasta gigi yang habis.
Saat mengambil sabun mandi aku terkejut karena Cik Mei Lin juga akan mengambil sabun mandi.

Aku menyapa dengan tersenyum kepadanya. Ia membalas senyumanku.
“Kok nggak pernah telanjang lagi..?” Kata Cik Mei Lin saat berada tepat di sebelahku.

Jderr..! Sontak saja aku terkejut dengan pertanyaan itu.

”Ooh eh.. ee .. maaf Cik Mei.. aku nggak sopan..” jawabku terbata agak cemas jugalah.

“Ah gak papa.. aku suka kok lihat kamu bugil.. burungmu besar..” balas Cik Mei Lin sambil mendekatkan bibirnya di telingaku.
“Entar malem bugil lagi ya.. aku tunggu di teras atas..” lanjut Cik Mei Lin.

Hahh..!? Beneran nih Cik Mei Lin ngomong begitu..? Pikirki masih tidak percaya dengan apa yang kudengar barusan.
Tapi langsung saja kuiyakan. Masa' nolak 'rezeki'.. ya nggak..? Hehe..

"Boleh.. boleh Cik. Tapi .. ngg.. Cik Mei harus bugil juga..” jawabku agak ragu.

Cik Mei Lin tersenyum sambil mengedipkan mata. Sebelum pulang kami sempatkan untuk saling bertukar nomor hape.

Malam itu aku sedang santai. Aku bersiap untuk aksi nanti malam.. bugil bareng Cik Mei Lin. Haha..
Tiba-tiba ada SMS di hapeku.

“Jgn lupa ya nti mlm qt bugil bareng..” itu yang dikirimkan Cik Mei Lin di SMS-nya.
“Ok..” jawabku.
“Tp jgn di kmrmu ya..” lanjut SMS itu.
“Di mana..?” jawabku.
“Di kmrku aja.. rumahku sdg sepi gak ada siapa2 kamu lngsng msk aja aku tnggu di kmrku..”

Segera aku bersiap menuju rumah Cik Mei Lin.
Sebelumnya aku sempatkan melihat kamar Cik Mei Lin. Aku lihat lampu kamarnya menyala dan gorden jendelanya terbuka.

Aku bisa melihat dengan jelas Cik Mei Lin yang saat itu hanya memakai celana dalam dan bra.
Waduhhh.. Seksi sekalee. Aku tak sabar ingin segera menuju kamar Cik Mei Lin.

Aku segera masuk ke rumah Cik Mei. Pintu dan pagarnya tidak terkunci.. mungkin segaja.
Langsung aku menuju kamar atas.. kamar Cik Mei Lin. Pintu kamar Cik Mei tidak dikunci bahkan sedikit terbuka.

Saat masuk.. aku melihat Cik Mei sedang tiduran di ranjang dan hanya memakai celana dalam dan bra berwarna merah.

“Lama banget sich..? Aku sudah nunggu daritadi lho..” Cik Mei langsung berkomentar saat aku masuk kamarnya.
Aku hanya membalas dengan senyuman.

“Eiittt.. kok masih pake baju..?” Kata Cik Mei lagi.

Aku tersenyum mendengarnya dan langsung melucuti pakaianku satu per satu hingga aku benar-benar bugil.
Penisku perlahan-lahan mulai bangun dan itu membuat Cik Mei Lin tersenyum.

“Wah anumu mulai bangun ya..?” Ujarnya sambil membelai penisku.

Ahhh.. rasa nikmat segera menjalari saat tangan Cik Mei Lin mulai menyentuh penisku.
Perlahan-lahan ia mulai membelai dan meremas-remas penisku yang sudah tegak.

“Wowww.. burungmu besar ya kalau sudah bangun..!” Seru Cik Mei lagi. Aku hanya tersenyum.

Penisku sebetulnya tidak terlalu istimewa.. hanya 16 cm. Tapi itu sudah cukup membuat Cik Mei Lan terpesona.
Lama-lama Cik Mei tidak puas hanya membelai dan meremas. Ia mulai menjilati dan mengulum penisku. Ahh.. nikmat sekali.
Bibir seksi Cik Mei Lan mengulum penisku dengan lahap.. seperti menjilati permen lolypop saja.

Clruupp.. clopp.. clopp.. slopp.. clokk.. clopp.. cropp.. cropp..
“Ahh.. Cik Mei.. ahh.. ahh.. nikmat..” aku 'terpaksa' mengerang menahan nikmat kuluman dan sedotan mulut Cik Mei Lin di batang penisku.

Mendengar eranganku Cik Mei Lin semakin bersemangat menjilati penisku.
Ia bahkan mengisap penisku dengan kuat. Ahh.. nikmat sekali rasanya.
Sambil mengisap penisku Cik Mei juga membelai dua buah zakarku. Aku hanya mampu merem-melek merasakan kenikmatan itu.

Tiba-tiba Cik Mei Lin Menghentikan kulumannya. Ia berdiri dan mencium bibirku. “Sekarang kamu mainin punyaku ya..” katanya.

Hahaha.. Dengan senang hati aku melakukannya. Sudah sejak lama aku membayangkan bisa meremas-remas buah dada Cik Mei Lin yang montok.
Dan sudah lama pula aku membayangkan pantat seksi Cik Mei. Ingin aku menjilati liang vagina dan lubang anusnya. Pasti nikmat sekali.

Selanjutnya Cik Mei Lin mulai melucuti pakaian dalamnya. Mula-mula ia membuka bra merah yang sedaritadi menutupi dua gunung kembarnya.
Wow.. buah dada Cik Mei Lin yang montok kini dengan jelas aku lihat. Ukurannya kira-kira 36anlah. Nggak tau berapa Cup-nya.

Buah dada putih dengan putingnya yang merah kecoklatan terlihat sangat menantang.
Tak sabar rasanya aku ingin segera menjilati puting susu Cik Mei Lin.

Aku semakin terpesona saat Cik Mei Lin membuka celana dalam merahnya.
Wow.. rimbunan rambut kemaluan yang lebat terlihat jelas.
Begitu kontras dengan paha Cik Mei Lin yang putih. Aku memang sangat suka dengan perempuan yang berjembut lebat.

Segera aku peluk tubuh Cik Mei Lin. Tak lupa aku ciumi bibir seksi Cik Mei.
Bibir seksi itu aku lumat habis. Perlahan-lahan ciumanku turun ke bawah.

Mula-mula leher dan akhirnya ciuman bibirku sampai juga di dua gunung kembar Cik Mei Lin.
Aku langsung melumat habis buah dada montok itu. Tak lupa aku jilati dan isap putingnya yang sudah mengacung.

“Ah.. ahh.. nik..mat..” desah Cik Mei saat ujung lidahku menyentuh puting susunya.

Aku semakin bersemangat mendengar erangan itu. Lidahku semakin liar menjilati buah dada montok Cik Mei Lin.
Erangan dan desahan Cik Mei juga semakin hebat. “Ahh..ahhh.. nikmat sayang.. ahh..hhhh..”

Jilatan lidahku kini kembali bergerak turun.
Setelah buah dada, lidahku mulai menjilati perut.. pusar.. paha.. dan akhirnya lidahku bertemu rimbunan jembut yang lebat.

Jembut hitam itu menutupi liang vagina Cik Mei Lin yang sudah basah.
Rupanya Cik Mei sudah sangat horny. “Ohhh.. Ya.. mainin lidahmu di situ sayang..” desah Cik Mei makin bergairah.

Lidahku segera beraksi menyusuri rimbunan jembut Cik Mei Lin yang lebat.
Lidahku beraksi menyibat helai demi helai jembut Cik Mei Lin hingga akhirnya ujung lidahku berhasil memasuki liang vagina Ci Mei.
Terasa ada cairan keluar dari liang vagina Cik Mei. Aku langsung mengisapnya..

”Ahhh.. ahh.. nikmat sayang.. ahhh..” Cik Mei Lin mendesah keenakan.
Tubuh Cik Mei Lin seolah bergetar saat lidahku behasil menemukan biji clitorisnya.

Tapi tiba-tiba Cik Mei Lin memintaku menghentikan jilatan lidahku. Rupanya ia ingin berganti permainan.
Ia ingin pula memainkan kontolku. Ia memintaku tiduran terlentang di atas ranjang.
Kemudian Cik Mei merebahkan tubuhnya di atasku. Ia arahkan vaginanya tepat di atas mukaku.

Kami memainkan gaya 69. Cik Mei Lin langsung mengocok penisku.
Sesekali ia juga mengulum dan menjilati penisku yang sudah berdiri tegak. Ahh.. nikmat sekali rasanya.

Mulut Cik Mei Lin yang biasanya hanya bisa aku lihat, kini mengulum penisku.
Aku sampai merem melek merasakan nikmatnya lidah Cik Mei Lin yang bermain-main di sekujur penisku.

Aku pun mengimbanginya dengan menjilati vagina Cik Mei Lin.
Rambut kemaluannya yang hitam lebat itu terlihat kontras dengan kulitnya yang putih.
Segera tercium olehku bau khas vagina. Nafsuku semakin menggelora.

Lidahku segera beraksi. Sesekali aku mengigit bibir vagina Cik Mei Lin.
“Ahh.. ahh.. enak Wan..ahh.. terus..ahh..terus sayang..” ujar Cik Mei Lin merasakan jilatanku

Tanganku juga tidak tinggal diam. Pantat Cik Mei Lin yang sintal itu aku remas-remas.
Kadangkala aku tekan pantat Cik Mei Lin sehingga vaginanya menekan mukaku.

Dan Cik Mei Lin kembali menjerit pelan merasakan kenikmatan di selangkangannya.
Terlebih lagi saat aku menjilati clitorisnya. “Wan.. ahh.. ahh.. eennaakkk.. terruuss.. teruuss.. sayyaanggg.. ahh..”

Mendengar desahan Cik Mei Lin aku semakin memperhebat jilatanku.
Tapi tiba-tiba Cik Mei Lin memintaku menghentikan jilatanku di vaginanya. Ia juga mencabut penisku dari mulutnya.

“Wan.. aku nggak tahan lagi..” ujarnya

Ia memintaku tetap tiduran terlentang. Selanjutnya Cik Mei Lin berlutut di atasku.
Ia genggam penisku yang tegang dan mengarahkannya tepat di vaginanya.

Selanjutnya slebbb.. perlahan-lahan penisku memasuki liang kenikmatan Cik Mei Lin.

“Ahh.. Cik Mei.. ahh.. ahh..” ujarku saat penisku mulai memasuki vagina Cik Mei Lin.

Kenikmatan luar biasa segera aku rasakan. Hingga akhirnya penisku benar-benar masuk seluruhnya di dalam vagina Cik Mei Lin.
Sambil tersenyum Cik Mei Lin membiarkan vaginanya membekap penisku.

Selanjutnya pantatnya mula bergerak naik-turun. Clebb.. clepp.. crepp.. crebb.. clepp.. crebb..

“Ahh.. enaakkk Cik Mei.. ahh..nikkmaattt..” desahku ketika meraakan betapa batang kontolku seperti dikenyot di liang memeknya.
“Oghh.. oghh.. Iya.. aku juga..ennaakk Wan.. hhh..” jawab Cik Mei Lin mendesahkan nikmatnya.

Semakin lama gerakan pantat Cik Mei Lin semakian cepat.
Aku mengimbanginya dengan menggerakkan pantatku juga naik-turun.
Sambil terus menyodokkan penisku, tanganku juga bekerja meremas-remas buah dada Cik Mei Lin yang bergoyang.

Semakin lama gerakan pantat Cik Mei Lin semakin cepat dan tidak beraturan.
Matanya terpejam-pejam.. terlebih saat aku meremas buah dadanya.
Mukanya yang putih terlihat memerah. Sambil menjerit pelan ia gerakkan pantatnya naik-turun.

“Ahh.. Wan.. ahh.. nniikkkmaaatt.. ohhh..” jerit Cik Mei Lin pelan.
Tiba-tiba Cik Mei Lin rubuh. Tubuhnya menindih tubuhku dengan vagina yang masih terisi penisku.

Ia memelukkan erat-erat sambil menekan pantatnya mengerami penisku di liang vaginanya dalam-dalam.
Srrr.. srrr.. srrr.. Kurasakan ada carian hangat menyemprot penisku. Rupanya Cik Mei Lin orgasme.

Beberapa saat kemudian Cik Mei Lin mengangkat pantatnya. Ia tiduran terlentang di sampingku.
Nafasnya yang ngos-ngosan pelahan-lahan mulai teratur kembali. Sambil tersenyum aku remas-remas buah dadanya yang montok itu.

Cik Mei Lin membalasnya dengan meremas-remas penisku yang masih tegang.
“Kenapa sayang..? Kamu mau main lagi ya..?” Ujarnya yang aku jawab dengan anggukan kepala.

Cik Mei Lin tersenyum dan langsung mengambil posisi. Kali ini ia nungging di depanku.

Wow.. pantatnya yang seksi itu membuat aku tak tahan lagi. Rupanya Cik Mei Lin ingin merasakan hujaman penisku dari belakang.
Aku segera mengarahkan penisku ke vagina Cik Mei Lin. Liang nikmat itu terlihat memerah dan basah.

Sejenak aku gosok-gosokkan ujung penisku pada vagina Cik Mei Lin. Ia membalas dengan mengoyang-goyangkan pantatnya.
Selanjutnya aku mulai menggerakkan pantatku ke depan.. Slebb..! Kumasukkan batang penisku ke dalam laing kenikmatan Cik Mei Lin.

“Ohh.. Cik Mei.. nniikkkmmaatt..” desahku saat penisku membelah lalu memasuki liang vagina Cik Mei Lin.

"Nggghhhh.. Iyaahh Waann.. Akhhu jugghhaaa.." erang Cik Mei bersamaan dengan meluncurnya batang kontolku terbenam di liang memeknya.

Aku melanjutkan gerakan pantatku maju-mundur. Penisku keluar-masuk vagina Cik Mei Lin.
Kenikmatan luar biasa kembali aku rasakan. Penisku seperti dipijit-pijit.

Terlebih lagi Cik Mei Lin mulai menggerakkan pantatnya seperti berputar. Errghh.. penisku seperti dipilin-pilin rasanya.
Aku hanya bisa memejamkan mata sambil terus menyodokkan penisku dalam-dalam.

“Ohh..Cik Mei.. ennaakk.. ahh.. nniikkkmmaattt..” desahku tak kuasa merasakan kenikmatan vagina Cik Mei Lin.

“Iya Wan.. teerrruuss.. ahh.. ohhh.. ennaakkk.. ahh.. terruuss saayyyaanggg..” ujar Cik Mei Lin

Aku terus memasukkan penisku. Kali ini gerakan pantatku lebih kupercepat. Sesekali kuremas-remas pantat Cik Mei Lin yang seksi itu.

Tiba-tiba aku merasakan tubuh Cik Mei Lin menegang. Ia menjerit pelan sambil tangannya mencengkeram ujung ranjang.

“Ahh.. ahh.. aakkuu.. kkeellluaarrr.. aahhhh..!!” jerit Cik Mei Lin sambil matanya terpejam. Cik Mei Lin rupanya kembali orgasme.

Aku pun merasakan penisku semakin tegang. Cairan hangat yang menyembur dalam vagina Cik Mei Lin semakin membuat penisku berdenyut.
Dan akhirnya aku tak kuasa menahan spermaku yang ingin segera keluar.

Clebb-clepp-crebb-clebb-clepp-crebb-crebb-clepp-clebb..
Segera aku percepat gerakan penisku. Semakin lama gerakan penisku semakin cepat.

Akupun tak mampu lagi menahan spermaku lebih lama. Akhirnya.. Crroott.. crroott.. ccrrooott..!
Spermaku muncrat di dalam vagina Cik Mei Lin.. cairan kental putih itu muncrat banyak sekali.

Aku setengah berteriak saat spermaku muncrat. “Ahh..ahh.. nniikkkmaatt..! Aahh..” jeritku pelan.
Aku diamkan sejenak penisku di dalam liang vagina Cik Mei Lin. Nikmat sekali.

"Semprotanmu nikmat sekali Wan..” kata Cik Mei Lin.

“Jepitan memek Cik Mei juga uenak Cik..” balasku memujinya.

Aku turun dari ranjang. Aku raih sebotol air mineral sambil mengatur nafasku yang ngos-ngosan.
Kemudian aku berbaring di sebelah Cik Mei Lin yang juga rebah di ranjang.

“Kami masih kuat Wan..?” Kata Cik Mei Lin tiba-tiba.

Aku agak terkejut dengan pertanyaan itu. Cik Mei Lin yang sudah duakali mencapai puncak.
Tapi nampaknya Cik Mei Lin masih ingin melanjutkan permainan. Hmm.. aku heran juga dengan pertanyaan itu.
Dalam hati aku kagum juga dengan nafsu Cik Mei Lin yang mengelora. Aku yakin ia masih ingin meneruskan permainan malam ini.

“Masih Cik Mei. Kenapa.. Cik Mei ingin main lagi ya..?” Ujarku.
“Iya, tapi permainan yang agak lain..”

“Maksud Cik Mei..?”
“Kamu pernah main anal nggak, kita coba yuk..” ujarnya sambil meremas-remas penisku yang mulai tegak kembali.

Kembali aku terkejut dibuatnya. Cik Mei Lin ingin main anal seks. Ia ingin aku menggarap lubang anusnya. Tentu aku tidak keberatan.
Aku juga ingin sekali merasakan permainan itu. Apalagi yang aku garap adalah pantat Cik Mei Lin yang seksi itu.

Cik Mei Lin langsung mengambil posisi. Ia kembali nungging. Vaginanya yang baru saja aku masuki masih tampak merah.
Aku langsung mengarahkan penisku yang kembali tegang tepat di lubang anus Cik Mei Lin.

Slebb.. Perlahan-lahan aku gerakan pantatku maju ke depan. Perlahan-lahan pula penisku mulai masuk ke lubang anus Cik Mei Lin.
Sensasi luar biasa langsung aku rasakan. Lubang anus Cik Mei Lin sangat sempit.
Terasa lebih sempit daripada vaginanya. Lubang itu juga sangat keset. Penisku agak susah menembusnya.

“Ah.. Cik Mei anusmu sempit sekali..”
“Iya.. Wan.. terusin aja.. ahh.. masukin terruss Wan.. ahh..” ujar Cik Mei Lin sambil merem saat aku masukan penisku ke lubang anusnya.

Aku cabut penisku yang sebagian kepalanya sudah masuk ke anus Cik Mei Lin. Aku coba membasahi anus Cik Mei Lin dengan ludahku.
Aku berharap dengan ludahku anus Cik Mei Lin jadi lebih gampang ditembus.

Selanjutnya kembali aku masukkan penisku ke lubang anus Cik Mei Lin.
Slebbb.. Kali ini penisku lebih gampang memasukinya. Mungkin karena air ludahku.

“Ahh..Wan.. ahh..” ujar Cik Mei Lin saat penisku mulai menembus duburnya
“Ahh.. lubang Cik Mei eenak baangeett..” jawabku

Semakin lama penisku semakin dalam memasuki anus Cik Mei Lin. Hingga akhirnya seluruh penisku masuk ke dalam lubang Cik Mei Lin.
Aku diamkan sejenak. Terasa hangat sekali. Lubang anus Cik Mei Lin seperti berdenyut-denyut. Sehingga penisku seperti dipijit-pijit.

Perlahan-lahan aku mulai menggerakkan pantatku, maju-mundur sambil memegang pinggang Cik Mei Lin yang sintal.
Gerakan pantatku semakin lama semakin hebat. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Penisku bergerak keluar-masuk lubang anus Cik Mei Lin. Setiapkali penisku bergerak aku merasakan kenikmatan tiada tara.

“Ohh..Cik Mei eeennnaaakkk baannnggettt..” aku berkata agak sedikit menjerit.

“Ohh.. iyaa.. akuu juuga eennaakkk.. teerrruusss.. Waann..” desah Cik Mei Lin yang hanya bisa merem melek merasakan kenikmatan itu.

Semakin lama lubang anus Cik Mei Lin semakin licin.
Penisku semakin leluasa maju-mundur dan semakin aku menggerakkan penisku kenikmatan yang aku rasakan semakin hebat.
Hingga akhirnya penisku terasa berdenyut-denyut. Jepitan pantat Cik Mei Lin membuat penisku menjadi sangat tegang.

Dan akhirnya aku tak kuat menahan penisku yang ingin segera muncrat. “Ahh.. Cik Mei aku maauuu keelluaarr.. ahh.. ohhh..”

“Iyaa..akuu juugaaa.. ahhh.. ahhh..” jawab Cik Mei Lin sambil menjerit pelan. Rupanya Cik Mei Lin juga orgasmenya lagi.

Akhirnya penisku benar-benar tak mampu lagi menaham spermaku yang ingin segera muncrat.
Crroott.. croot..croott..! Spermaku muncrat di dalam lubang anus Cik Mei Lin.

Banyak juga spermaku yang muncrat. Walau tidak sebanyak yang muncrat pada permainan pertama.
Tapi kenikmatan yang aku rasakan lebih hebat.

Aku merebahkan tubuhku menindih Cik Mei Lin dari belakang. Penisku masih menancap di dalam anus Cik Mei Lin.
Kuciumi punggung dan leher Cik Mei Lin yang putih mulus.
Dapat kedengar nafas Cik Mei Lin yang terengah-engah seperti orang habis berlari. Nafasku juga ngos-ngosan.

Plop..! Akhirnya aku cabut penisku dari pantat Cik Mei Lin. Ia tidur di sampingku.
Aku rebahkan tubuhku menindih Cik Mei Lin. Kuciumi bibirnya yang seksi itu.

“Cik Mei hebat deh.. mainnya hot banget..” ujarku memujinya tulus.

“Kamu juga oke banget.. lain kali kita main lagi ya.. yang lebih hot..” ujar Cik Mei Lin sambil berdiri dan menuju kamar mandi.

Kurasakan tubuhku capek luar biasa. Tanpa terasa tiga jam lebih aku beradu nafsu dengan Cik Mei Lin.
Dalam keadaan terlentang tanpa terasa aku tertidur.

Sejak saat itu hubunganku dengan Cik Mei Lin semakin akrab. Aku semakin sering tidur dengan Cik Mei Lin.
Semua dilakukan saat suami Cik Mei Lin sedang tidak di rumah dan anaknya sudah tidur.
Beruntung anaknya tidur di kamar terpisah.. jadi tidak mengganggu permainan nikmat kami.

Cik Mei Lin semakin ketagihan dengan penisku. Ia bilang penisku lebih nikmat daripada penis suaminya.
Selain lebih besar dan panjang.. penisku juga disunat. Tidak seperti suaminya yang tidak sunat.

“Kontol disunat memang lebih enak daripada yang tidak disunat..” katanya beropini.

Sebenarnya aku takut Cik Mei Lin hamil. Sebab sudah berkali-kali penisku muncrat di dalam vagina Cik Mei Lin.
Ia tidak mau kalau aku mengeluarkan sperma di luar.

Cik Mei Lin juga tidak mau jika aku memakai kondom. “Semprotan kontolmu luar biasa..” katanya memuji sebagai alasan.

Tapi untunglah sampai saat ini Cik Mei Lin tidak hamil. Mungkin ia selalu minum pil anti hamil.. ya.. Hhhhmmmm.. (. ) ( .)
------------------------------------------------
 
hahahaha.....
matap daaahhh

share jg klo dpt yg toge sempit lagi gan
biar ane ada baca :D
 
Mantaaabb juragaaannn

Selamat Tahun Baru juragan semuanya
 
hahahaha.....
matap daaahhh

share jg klo dpt yg toge sempit lagi gan
biar ane ada baca :D

Siaaaaaappp..:pandapeace:


:kangen:
Wahh.. ternyata Sista tohh..? Hehe..
Mangapkan Nubi salah berkomen..

Makasih udah menyempatkan nongol di gubuk Nubi.
Trims juga Adul + Komengnya Sista..
 
Cerita 58 – Dibuahi Suami Temanku

Indri


“Bagaimana..?” Mas Danu bertanya.
Aku menggeleng sendu.. ”Negatif, Mas..” air mata mengalir di pelupuk mataku. Aku mulai terisak.

“Oh, sudahlah..” bibir Mas Danu kembali bergerak.. menghiburku.
“Kita berusaha lagi lebih keras, ok..?” Dia mengecup keningku.
Tangannya melingkar.. merengkuh tubuh montokku dalam satu pelukan dan merangkulku erat.

Aku mengangguk.. tapi tetap terisak. Kusandarkan kepalaku di dadanya yang bidang.
Kukecup mesra bibir mas Danu sebagai rasa terimakasihku karena dia sudah sabar.. sangat sabar malah..
Karena di usia perkawinan kami yang menginjak 2 tahun.. aku masih belum bisa memberinya keturunan.
***

“Siap..?” Aku bertanya.
Mas Danu mengangguk. Wajahnya tak bisa ditebak.

Tapi antusiasku tidak lama.. sebab mendadak suamiku menundukkan wajahnya dan menggeleng..
bibirnya kembali terkatup rapat setelah sesaat tadi sempat bergerak-gerak.

Kebisuan yang ganjil dengan cepat beredar di antara kami.

“Ayo, katanya udah siap..?” Tagihku melihat kediamannya.
Bibir mas Danu kembali bergerak-gerak.. lalu lagi-lagi terdiam. Aku jadi geregetan melihatnya.

“A-aku nggak bisa..” dia menggeleng.
“Kenapa..?” suaraku gemas.

“Nggak fokus..” kilahnya pendek.
“Nggak fokus apa nggak bisa..?”

Mas Danu diam lagi. Lalu, “Nggak bisa fokus..”
Hah..?
“Coba dulu, mas. Satu-satu..” Aku sedikit memaksa.

Mulut mas Danu kembali terbuka. Dengan penasaran aku mananti kalimat apa yang akan keluar dari sana.
Satu detik.. dua.. tiga.. empat.. bahkan hingga 1 menit berlalu, aku tidak mendengar apa-apa.

Ugh..!
“Maaf, sayang. Mungkin lain kali..” dia menghindar.

Aku menghela nafas panjang. Sulit sekali bersabar dari rahasia yang ingin diungkapkan mas Danu.
Rahasia yang katanya disimpannya cukup lama.

Aku baru mengetahuinya 3 minggu yang lalu, saat tiba-tiba dia mengatakannya kepadaku selepas kami bercinta dengan panas.

Dan setiap kutanyakan kembali.. ia hanya bilang: “Kapan-kapan aja.. tunggu tanggal mainnya..”
Membuat aku makin penasaran. Beberapakali.. seperti barusan.. ia terlihat siap mengungkapkan rahasianya. Tapi lagi-lagi batal.

“Mau ke mana, sayang..?” Kejar lelaki itu saat melihatku bangun dari ranjang.
“Ke belakang. Mau mandi..!”

Mas Danu diam.. mungkin dia menyadari kekesalan dalam kalimatku yang agak galak.
***

Rahasia itu terus menggelitikku.. menggoda saraf-sarafku.
Entah kenapa pula, mas Danu selalu gugup dan akhirnya gagal untuk memberitahuku.

Awalnya aku mencoba untuk bersabar, berusaha tenang, dan terus memberinya waktu.
Hanya saja.. setelah hari-hari berlalu tanpa ada hasil, belakangan aku mulai cemas.

Jangan-jangan .. lalu serentetan pertanyaan bernada khawatir seorang istri keluar tanpa bisa ditahan.

“Mas melakukan kejahatan..? Merampok atau membunuh untuk biaya kawin..?”
Mas Danu tertawa dan mencubit pipiku. “Tidak, Sayang. Bukan itu..”

“Mas pernah tunangan sebelumnya..?”
Dia kembali tertawa dan menggeleng cepat. “Tidak..”

“Lalu apa, mas..?” Aku mulai kehilangan kesabaran.

“Kamu nggak marah kalau mas terus terang..”

Mas Danu menundukkan wajah, menekuri payudara bulatku yang terpampang jelas di depannya.
Kami memang baru mandi bareng saat itu, tubuh kami masih sama-sama telanjang.

“Mas punya istri lain sebelum aku..?” Aku berkata lirih, takut mendengar jawaban ‘iya’ dari mulutnya.
“Tidak..”

Ah, aku bernafas lega. “Mas selingkuh..?” Aku bertanya lagi.
Dia mendelik. “Aku mencintaimu, sayang. Aku tidak mungkin melakukannya..” Nadanya tegas dan serius.

“AH, iya, maaf..” potongku cepat. Suasana mulai tak enak.

Aku kembali mengelus-elus penis hitam mas Danu yang sedaritadi berada dalam genggamanku..
berharap benda panjang itu bisa mencairkan kekakuan di antara kami berdua. “Euhhh..” lenguh mas Danu lirih.

Dia sudah akan mencium bibirku ketika aku melontarkan pertanyaan itu.. “Mas kawin lagi..?”

Cukup 3 kata.. dan kemarahannya langsung memuncak. Dia bangkit dan berlalu tanpa kata-kata.
Meninggalkanku dengan segudang pertanyaan tambahan.. kenapa dia pergi setelah pertanyaanku barusan..?
Benarkah itu rahasia suamiku?
------------------

“Mungkin karena kamu belum punya anak, In..!”
Tegas Sita.. wanita cantik berbadan subur yang menjadi tetangga.. sekaligus teman pertamaku kala pindah ke perumahan elit ini.

“Segampang itukah..?” Aku tak mau percaya begitu saja.

Sita tertawa, membuat payudaranya yang besar bergoyang-goyang indah kesana-kemari.
“Malah ada yang lebih gampang..” sahutnya. “Sudah punya anak selusin masih mau kawin lagi..”

“Tapi..” aku tidak bisa meneruskan kalimatku. Aku mencoba memikirkan sikap-sikap mas Danu akhir-akhir ini, mungkinkah ada perubahan yang luput dari pandangan mataku..?

Sikap diamku membuat Sita bertanya, “Kenapa, In..?”
Aku menggeleng, “Mas Danu sudah memendam rahasia ini sejak dua bulan pernikahan..” lirihku.

“Nah lho..!” Sita menjerit kecil, tapi buru-buru meralat begitu melihat kegelisahanku.
“Tapi sepertinya suamimu bukan tipe seperti itu deh. Dia kelihatan baik. Selalu pulang kan tiap malam..?”

Aduh, aku memukuil dahiku sendiri. Kenapa selama ini aku tidak curiga.
“D-dia sering keluar kota bersama bosnya..”

“Cewek apa cowok..?” Sita bertanya.
“Apanya..?” Aku tak mengerti.

“Bosnya itu..?” Sahut Sita.
“C-cewek..” suaraku bergetar. “Dan cukup cantik..” aku manambahkan.

“Wah.. gawat kalau begitu..” Sita bergidik. “Harus diselidiki beneran keluar kota apa nggak..?”
Airmata sudah menggenang di pelupuk mataku saat Sita buru-buru menambahkan.. ”Tapi aku bisa membantumu..”

“Bagaimana caranya..?” Aku bertanya bingung.. pasrah saja dengan apa yang akan dia katakan selanjutnya.

“Begini ..” Sita berbisik di telingaku.
“Ah.. masa’ harus begitu..? Nggak mau ah..!” Aku menggeleng.. menolak ide Sita yang ngawur.

“Hanya ini satu-satunya cara agar kamu hamil..” Sita meyakinkan.
“Ah, nggak ah..” aku masih tetap keberatan.

“Pikirkan aja dulu..” Sita berdiri. “Siapa tahu, sebelum ini dilaksanakan, kamu sudah hamil duluan..”
“Iya, aku lebih suka seperti itu..” kuantar dia yang berjalan keluar ruangan.

“Berusaha terus ya, jangan menyerah..!” Pesannya sebelum pergi.
“Oke..” aku mengedipkan mata sebagai tanda mengerti.
***

Tapi sampai 2 bulan berlalu, masih belum ada tanda-tanda janin akan bersemayam di rahimku.
Aku sedih dan terpuruk. Apalagi setelah mengetahui mas Danu yang akhir-akhir ini semakin sering tugas ke luar kota.

Dia lebih banyak menemani bosnya daripada istrinya sendiri.
Kalau begini terus.. mana mungkin aku bisa hamil. Kembali kutemui Sita untuk mengeluhkan masalahku.

“Kalau begini terus.. aku tidak akan pernah bisa hamil, Sit. Ketemu aja cuma 3 kali sebulan..”
“Biar 3 kali, tapi kalau diintensifkan.. mungkin bisa juga. Kalian sama-sama subur kan..?” Dia bertanya.

Aku mengangguk mengiyakan. “Tapi mas Danu biasanya sudah lelah duluan..”
“Maksudmu..?” Sita tertarik.

“Ya gitu deh..” aku berterus terang.
“Bahkan sekarang, sudah 2 minggu aku tidak dapat jatah..”

“Hah..! Ya mana bisa hamil kalau gitu..” Sita mencemooh.
“Harusnya kalian memanfaatkan setiap hari libur itu dengan baik..”

“Aku pengennya juga begitu.. Sit. Tapi mas Danu-nya yang sulit..” bahuku merosot lemas.
“Tawaranku yang kemarin masih berlaku lho..” dia berbisik.

“Yang mana..?” Aku bertanya.. entah kenapa, ikutan berbisik.
“Yang bercanda itu..!” Sahutnya sambil nyengir.

“Gila kamu..” kucubit hidungnya. “Kukira cuma bercanda..”
“Lho.. emang kamu mau kalau beneran..?” Dia memasang wajah blo’on.

“Ooo.. dasar bocah gila..!” Kulempar bantal yang daritadi kupeluk ke mukanya.
***

“Gimana, Nduk, masih belum isi juga..?”
Mertuaku datang berkunjung.. dan seperti biasa dia langsung menerorku dengan pertanyaan yang dia sendiri tahu jawabannya.

“Masih usaha, Ma..” aku berkelit.

“Dari dulu usaha-usaha nggak ada hasilnya. Mbok ya diganti dengan cara yang lain..” dia mencibir.
“Ke dukun kek.. atau ikutan bayi tabung. Mama ini sudah tua, Nduk, sudah pengen gendong cucu..”

Aku mendesah mengelus dada.. selalu alasan yang sama, dan selalu bisa membuatku menangis dalam hati.
“Mungkin memang belum rejekinya, Ma..” lirihku.

“Lha terus kapan, mau nunggu Mama mati baru punya anak..?” Potongnya cepat.
Untuk yang ini.. aku tidak bisa menjawab.

“Ya udah.. Mama pulang dulu. Sampaikan salamku pada suamimu..” dia berdiri dan beranjak meninggalkan rumahku.
Kuantar wanita tua itu sampai ke pintu depan. “Hati-hati, Ma..” kucium pipinya kutunggu sampai mobilnya hilang di ujung gang.

Di dalam kamar, aku menangis sesenggukan. Kusesali nasibku yang malang ini, sampai 2 tahun pernikahan, masih belum dikaruniai anak.
Bukan dia saja yang menginginkan seorang bayi. “Aku juga menginginkannya, Ma..!!” Teriakku pelan pada bantal yang sudah separuh basah.
***

Dengan mata sembab.. kuangkat telepon yang berdering kencang di ruang tengah.
Sudah jam 10 malam, tapi mas Danu belum pulang juga. Sepertinya malam ini.. aku harus tidur sendirian lagi.

“Halo..?”
Ternyata dari Sita.. “Lagi apa, In..?” Terdengar suara cempreng bocah itu di seberang sana.

“Lagi di rumah. Lagi bengong-bengong habis nangis..” sahutku dengan suara serak.
“Hah..?” Sita langsung kaget. “Emang ada apa..?”

Aku pun bercerita panjang lebar tentang kunjungan mertuaku barusan, juga kata-katanya yang pedas..
“Setelah kupertimbangkan.. sepertinya aku harus menerima tawaranmu, Sit..” lirihku.

“Hah, benarkah..?” Sita terdengar bersemangat.. tidak bisa menutupi kegembiraanya.
“Iya..” aku mengiyakan.

“Aku sudah pengen punya anak banget, Sit. Aku sudah bingung harus gimana lagi..”
“Aku ngerti, In. Terus suamimu gimana..? Apa nanti dia nggak curiga..?” Tanya Sita.

”Biarin aja..” aku mangkel juga kalau ingat mas Danu yang akhir-akhir ini semakin jarang pulang.
”Itung-itung sebagai bukti kalau aku bisa hamil..”

Sita tertawa. ”Okelah kalau begitu. Aku jamin deh.. selain dapat anak, kamu juga bakal enak..” promosinya.

”Heh, enak aja..” potongku cepat.
”Sapa bilang aku mau ML..? Aku kan cuma butuh sperma aja. Nggak berarti harus main seks..” protesku.

”Hah..? Jadi nggak nge-seks..?” Sita terdengar kebingungan.
”Lha terus gimana..? Emang spermanya mau kamu minum..?” Dia bertanya.

”Dituangin kan bisa..” aku berkata. ”Atau dikocrotin di depan memek aku..”
”Hush.. porno ah omongan lu..” Sita tertawa lagi.

“Ayo, Sit. Gimana.. bisa nggak..?” Aku sedikit memaksa.
”Emm, gimana ya..?” Dia tampak berpikir. ”Tapi kamu tetep telanjang kan..?” Tanyanya kemudian.

Nah lo..! Sekarang ganti aku yang berpikir. ”Minimal kamu masih mau dipegang-pegang, gitu..” Sita memberi syarat.

Menghela nafas berat.. aku akhirnya mengiyakan tawarannya. ”Iya deh. Asal nggak ada penetrasi, semua boleh..”

Tapi dia memang benar.. kalau nggak telanjang atau bersentuhan, mana bisa aku nanti dapat sperma.
Minimal aku harus menggoda laki-laki itu dengan tubuhku yang sintal ini.

”Okelah kalau begitu. Kukabari lagi besok pagi, bisa apa nggaknya. Oke, In..?” Tanya Sita sebelum menutup teleponnya.
”Usahakan ya.. soalnya aku sudah nggak betah dengar omelan mertuaku..”

Di seberang sana Sita mungkin tersenyum.. ia menyanggupi dan menutup teleponnya..
meninggalkan aku sendirian di malam yang gelap dan dingin ini.
***

“Aku nanti menginap di rumah Sita, mas..” ujarku sambil membersihkan lelehan sperma mas Danu yang menempel di selangkanganku.

“Kenapa..?” Dia bertanya tanpa menoleh, tampak sibuk membenahi pakaiannya yang sedikit acak-acakan.
Sementara burungnya yang terkulai lemas, menggantung menyedihkan di luar celananya.

Aku meraih benda keriput itu dan mengelus-elusnya pelan.
Kubersihkan sisa-sisa spermanya yang masih menetes-netes dengan menjilatinya lembut.

“Jangan..!” Mas Danu melarang saat aku ingin mengulumnya.

“Sebentar lagi aja, mas..” aku merajuk dan mencaplok penis itu.

Tapi mas Danu menarik cepat penisnya.. “Aku sudah terlambat, sayang..” dan buru-buru memasukkannya kembali ke dalam celananya.
“Mas berangkat dulu ya..”
Dia mengecup pelan keningku dan segera berlalu ke taxi langganan yang sudah menunggu di depan rumah.

Huh..! Aku mendengus kesal. Lagi-lagi begini. Mana bisa aku hamil kalau begini terus.
Mas Danu baru pulang dinihari tadi, dan langsung tidur. Sekarang dia sudah berangkat lagi.
Katanya 3 hari baru balik. Kalau tidak kupaksa, mungkin sehabis sarapan tadi dia juga tidak akan menyentuhku.

Gimana bisa spermanya bertemu dengan sel telurku.. kalau bercinta aja Patas.. paket kilat 2 menit.
Aku belum apa-apa.. dia sudah moncrot duluan. Alasannya, karena diburu waktu.. pesawatnya yang ditumpanginya akan terbang sebentar lagi.

Huh dasar..! Bikin gondok aja. Dengan kecewa.. aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
***

Jam 8 malam...

“Mama ada, Dek..?” Aku bertanya pada remaja tanggung yang sedang asyik mempreteli motor di garasi rumah Sita.
“Di dalam, Tante..” jawab anak itu tanpa menoleh.

Tante..!? Emang aku sudah setua itu ya..? Punya anak aja belum, sudah dipanggil Tante.

“Kata mama.. Tante langsung disuruh masuk aja. Sudah ditunggu daritadi..” lanjut anak itu dengan kepala tetap menunduk menekuri mesin motornya.

Tante lagi..! Bikin aku keki aja. Apalagi dia tidak mau memandangku sama sekali.
Awas ya, akan kuberi kamu pelajaran..! Batinku dalam hati.

Aku mencolek bahu anak itu dan memanggilnya.. “Hei, lihat sini bentar, Dek..”
“Apaan sih..? Ganggu aja..” dia menepis tanganku.

“Lihat sini. Bentaaaar aja..” aku kembali mencolek tubuhnya.

Meraung marah karena aku sudah mengganggu ketenangannya, bocah itu menoleh dan berteriak..
“Ganggu aj ..!?”Ttapi teriakannya langsung terhenti begitu melihat apa yang kulakukan.

Di sini.. di depan anak itu.. kusingkap kaos tipis yang kukenakan. Kupamerkan payudaraku yang bulat membusung pada anak itu.
Dan sebelum dia sempat tersadar.. aku segera menyambar dan melumat bibirnya dengan rakus.
Kuberi dia ciuman panas yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.

“Hmpph..! Hah.. hah..” bocah itu langsung terengah-engah saat aku melepaskan bibirnya.
“Jangan panggil aku Tante lagi. Paham..!?” Gertakku sambil berlalu meninggalkannya.

Bocah itu mengangguk dengan linglung. Dia menatap kepergianku sambil mengusap-usap bibirnya yang berdarah karena gigitanku.
Berjalan santai memasuki ruang tamu.. aku tersenyum penuh kemenangan.

Kamar Sita ada di lantai atas. Dengan berdebar-debar aku menuju ke sana. Pintunya tampak tertutup rapat.
Hampir beberapa menit aku berdiri di depannya.. menebak-nebak kalau saat ini mungkin sahabatku itu sedang bercinta dengan suaminya.

Bukankah itu yang dibilang Sita di telepon tadi..? Anehnya.. bayangan itu justru membuat gairah di dalam diriku semakin bergejolak.
Tak terasa vaginaku terasa berdenyut-denyut dan payudaraku semakin mengeras. Aku jadi ingin mengintip mereka.

Menarik nafas panjang dan berdiam diri sesaat, aku pun berjalan mengendap-endap dan mengintip dari jendela.
Aku mencoba mencari celah yang terbuka di antara tirai kamar Sita yang tertutup.

Memang ada sedikit celah yang tersisa.. namun tidak cukup lebar untuk bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana.
Meski samar-samar bisa kudengar lenguhan panjang dan suara desahan manja yang dikeluarkan oleh Sita.

Penasaran.. akupun berusaha mendongakkan kepala untuk melihat lebih jelas lagi.
Saat itulah, terdengar seruan Sita dari dalam kamar.

”Nagapain pake ngintip-ngintip segala, In..? Masuk aja langsung. Pintunya tidak kukunci kok..”

Duaar..!!! Bagai disambar petir.. aku pun terdiam dan terpaku karena sudah ketahuan.

Terdengar langkah kaki turun dari ranjang, dan pintu kamar pun terbuka.
Sita berdiri di sana hanya dengan berbalutkan handuk hijau yang sangat tipis dan minim.

Wanita itu tidak berusaha menutupi payudaranya yang terbuka..
dia membiarkan bulatan daging yang besar dan bulat miliknya itu menggantung bebas di dadanya.

“Buat apa ngintip-ngintip gitu..? Ayo masuk, aku sudah menunggumu daritadi..” undangnya manja.

Aku hanya bisa menelan ludah menatapnya. ”Ah, nggak..! Jangan, Sit..! Aku malu..!”

Aku berusaha bertahan ketika Sita menarik tangan kananku untuk mengajak masuk ke dalam kamar.

“Udah, hayo..! Ini kan demi kebaikanmu juga..” dia berusaha meyakinkanku.

“Nggak, Sit..! Aku malu sama suamimu..”

”Kenapa harus malu..? Suamiku malah senang kok bisa membantumu..”

”Ah, tapi ..” entahlah.. setelah sedekat ini aku malah jadi ragu. Aku tidak tega mengkhianati suamiku.

“Ayolah..!” Sita terus memaksa.

Setelah cukup lama saling menarik tangan masing-masing, akhirnya aku pun mengalah.
Apalagi Sita mengingatkanku tentang ancaman ibu mertua tentang kehadiran seorang cucu.
Mendengar itu.. aku jadi tidak melawan saat Sita menarikku masuk ke dalam kamar.

“Aaakkhh..!” Di sana.. aku langsung melenguh dan menutup mata dengan telapak tangan.

Bagaimana tidak.. di atas ranjang kulihat seorang laki-laki paro baya sedang duduk santai dengan hanya mengenakan kaos..
tanpa tambahan apapun lagi sebagai penutup bagian bawah tubuhnya.
Di bagian selangkangannya tampak mengacung tegak sebuah batang yang berukuran cukup besar.

“Halah.. gaya lu, In. Kayak baru pertamakali melihat kontol aja.. hehehe..” Sita dengan santainya mengejekku sambil menutup pintu kamar.

Wajahku semakin memerah mendengar kata-katanya. Tapi memang benar apa yang dikatakan sahabatku itu.
Aku sudah sering melihat penis karena aku sudah menikah.

Namun yang berbeda adalah.. penis yang berada di depanku sekarang berukuran sangat besar..
beda dengan punya suamiku yang cuma standar saja ukurannya.
Lagian.. ini juga untuk kali pertama aku melihat kontol bang Irul.. suami Sita. Jadi tidak aneh kalau aku agak sedikit kaget dan berteriak.

Sita dengan santainya berjalan mendekati ranjang kemudian naik ke atasnya.
Ia lalu mencium bibir suaminya sambil memeluknya. ”Ini Indri, Pa. Yang kuceritakan tempo hari..”

Bang Irul hanya tersenyum kecil.. “Ayo sini, mbak Indri. Nggak usah malu..” Sita membalas dengan senyuman pula.
Dikecupnya sekali lagi bibir sang suami.. sebelum beranjak turun dari ranjang dan kembali mendekatiku yang masih berdiri mematung dengan ekspresi penuh kehampaan.

“Ayo dong..!” Kembali Sita menyeret tanganku, mengajak mendekat menuju ranjang.

“Ehm, Sit, haruskah ..” aku masih ragu. Terbayang kalau aku akan disetubuhi oleh laki-laki lain selain suamiku.

”Ingat.. cuma dengan cara ini kamu bisa dapat anak, In..” Sita mengingatkan.

Aku memang sudah bersepakat dengannya akan meminjam bang Irul, suaminya, agar membuahiku.
Dengan begitu aku berharap akan segera hamil agar rumah tangga yang baru kubina tidak hancur.
Tapi sekarang.. aku malah jadi ragu. Selingkuh ternyata sangat berat rasanya.

“Ayo, In, jangan malu-malu gitu. Kita biasa aja kok..” Sita terus mendorong.

“Tapi, Sit ..” aku masih berat. Malu sekali rasanya. Bayangkan.. aku harus main dengan bang Irul.. dengan ditonton oleh Sita.

Sita menghela nafas dan melepaskan tanganku. ”Gimana kalo gini aja. Kamu duduk di sini..” dia menunjuk kursi di sisi ranjang.
”Dan lihat bagaimana kita main. Kalau sudah terangsang, siapa tahu kamu nanti mau..”

Sebelum aku sempat menjawab, Sita sudah kembali berjalan menuju ranjang.
Sebelum naik ia melepaskan handuk yang melilit bagian bawah tubuh sintalnya.

Terlihatlah kini tubuh montok Sita yang hanya terbalut celana dalam putih berenda kembang-kembang pink.
Wanita cantik itu lalu merangkak naik ke atas ranjang dan kembali memeluk tubuh suaminya.

“Lanjut, yuk..!” Bisik Sita manja.

Mereka berdua pun lantas berciuman panas sambil beradu lidah.
Tangan bang Irul dengan gemas meremas-remas payudara Sita yang montok.

Keduanya tampak begitu menikmati percumbuan itu seolah-olah di dalam kamar hanya ada mereka berdua..
tanpa memperdulikan kehadiranku di sana.
Tak hanya meremas.. kini puting payudara kanan Sita sudah berada sepenuhnya di dalam kuluman sang suami.

Sita juga tak tinggal diam.. ia raih batang besar bang Irul dan segera dikocoknya dengan cepat..
secepat tangan sang suami yang sibuk mengobok-obok vaginanya yang masih tertutupi celana dalam.
Selangkangan Sita yang sebelumnya telah basah kini nampak semakin basah.

“Aaahh.. Ooooh..” Sita sengaja mendesah sekeras mungkin.. sambil menatap ke arahku yang masih berdiri di dekat pintu.

“Ooohh.. Aaaah..” kini dia memasang ekspresi wajah penuh kenikmatan seolah-olah menikmati betul kuluman bang Irul di payudaranya dan permainan tangan laki-laki itu di selangkangannya.

Sita tersenyum kecil ketika melihatku yang sudah mulai nampak berdiri gelisah sambil menggesek-gesekkan kedua pahaku.

“Sebentar, Pa. Saya lepas celana dalam ini dulu..” Sita mendorong tubuh sang suami.

Bang Irul pun menghentikan remasan tangannya, namun tidak kuluman mulutnya.
“Udah dong, Pa. Berhenti bentar aja..” Sita kembali mendorong.. berusaha melepas kuluman sang suami di puncak payudaranya yang sudah terlihat dipenuhi beberapa bercak merah muda.

Bang Irul pun menurut.. namun bukan berarti payudara montok itu bisa terbebas begitu saja.
Di saat Sita berusaha memelorotkan celana dalam yang dikenakannya.. remasan tangan kanan laki-laki itu masih tetap bertengger di gundukan daging kenyal wanita tersebut.

“Ih, papi nakal..” ucap Sita setelah melemparkan kain mungil penutup selangkangannya itu ke kakiku.

Sekarang ganti dia yang agresif memeluk tubuh sang suami dan mencium bibir laki-laki itu dengan ganas.
Tak hanya itu, kini jari-jari mungil Sita juga secara bersamaan dan telaten mengocok-ocok batang penis bang Irul yang semakin menegang dahsyat.

Sita seperti sengaja mengatur posisi tubuhnya agar menghadap ke arahku.
Sambil berciuman dan bermain lidah, wanita itu tetap intens sesekali melirik ke arahku.

Kini.. aku sudah tidak mampu lagi menutupi gairah birahi yang menyerang akibat melihat live show yang terjadi di hadapanku.
Rasa sungkan dan malu yang tadi masih menggelayuti hatiku, kini hilang sudah. Tergantikan oleh gairah dan nafsu yang amat sangat.

Tanganku mulai bergerak meraba-raba payudaraku sendiri, sambil tetap menggesek-gesekkan kedua pahaku pelan-pelan.
Senyum Sita tampak makin lebar karena berhasil memancing gairahku.

“Pa, kamu main sama Indri dulu ya.. nanti baru sama aku..” bisiknya di telinga sang suami.
“Dia kan tadi sudah nggak mau, Ma..” sahut bang Irul di tengah remasan tangannya pada payudara sang istri.

“Itu kan tadi, kalo sekarang..” Indri melirik ke arahku. Bang Irul juga melihatku dan tersenyum.
“OK deh, terserah mami aja..” kata laki-laki itu pada akhirnya.

Sita pun membantu sang suami membuka kaosnya sehingga kini mereka berdua telah sama-sama telanjang.
Kemudian setelah mencium bibir laki-laki tersebut, Sita beranjak turun dari ranjang dan kembali menghampiriku.

Bang Irul sendiri terlihat mengambil posisi berbaring santai di atas ranjang sambil mengocok penisnya sendiri.

“Ayo, In, tuh suamiku sudah siap..” rayu Sita lagi.

“Nggak ah, Sit..” kembali aku menolak, meski itu cuma di bibir saja.

“Ayo dong, jangan membohongi diri. Aku tahu kamu sekarang sudah horny banget..” desak Sita.

“Aku malu sama kamu, Sit..” lirihku, dengan mata tak berkedip menatap kontol besar bang Irul.

“Kenapa musti malu..? Kan aku yang mengusulkan ini..”

“Iya sih, tapi ..”

“Halah.. kamu nggak enak sama aku ya..? Tenang saja.. suamiku asyik-asyik aja kok.
Bahkan dia mau banget melakukan ini. Sudah lama dia pengen merasakan tubuhmu..!” Sita tertawa.

Aku jadi tidak tahu harus berkata apa lagi. Apa yang dikatakan Sita tadi memang benar adanya.
Hanya dengan bantuan bang Irul-lah aku berharap bisa punya keturunan.
Apalagi kini sudah mendekati tanggal-tanggal krusial menjelang menstruasi.. di mana aku dituntut oleh mertua agar segera hamil.

Tapi kalau harus melakukannya dengan bersetubuh bersama suami Sita.. sahabat baik dan tetanggaku sendiri..
hal ini tentu sesuatu yang benar-benar di luar akal sehat.
Namun begitulah adanya.. bahkan justru Sita-lah yang memintanya. Jadi, kenapa aku harus menolak..?

“Ayo, In..” Sita menarik tanganku, dan kali ini aku sudah tidak melakukan perlawanan lagi.

Ketika kami sudah berdiri di pinggir ranjang.. bang Irul hanya tersenyum kecil ke arahku.
Terlihat kalau dia sangat mengagumi kecantikan dan keindahan tubuhku.

“Pa, rangsang Indri sebentar ya..!” Ucap Sita.

Bang Irul pun berdiri dan mendekatiku. Aku sedikit gemetar saat melihatnya.. ketika seorang laki-laki dalam keadaan telanjang bulat.. perlahan mendekatiku.
Tapi anehnya.. aku sempat melirik nakal ke arah batang penis laki-laki itu dan menyunggingkan senyum.

Batang itu terlihat begitu besar dan tegang.. cukup untuk membuatku bergidik dan membikin selangkanganku terasa senut-senut.
Aku tidak bisa membayangkan rasa sakit seperti apa yang akan menyerangku saat batang besar itu masuk mengaduk memekku..?

“Sit..” kupegang tangan Sita ketika bang Irul semakin mendekat.

“Sudah, tenang saja. Anggap saja bang Irul itu suami kamu..” Sita meremas tanganku.

“Tapi, Sit ..” belum sempat aku melanjutkan kata-kata.. bang Irul sudah keburu memeluk tubuhku dan mencium bibirku.
Aku sampai gelagapan dibuatnya.. tapi aku juga tidak menolak bibirnya yang terus menyerang bibirku.

Awalnya aku memang sedikit kikuk..
Namun beberapa saat kemudian.. setelah beberapa detik berlalu aku pun mulai membalas pagutan bibir bang Irul.

Apalagi ketika kemudian kurasakan sentuhan lembut jemari Sita di pundakku untuk memberikan dukungan..
aku pun jadi tidak malu lagi untuk membalas permainan lidah suaminya di mulutku.
Aku yang memang sejak semula telah terbakar nafsu birahi.. membuat bang Irul tidak perlu terlalu bekerja keras untuk membangkitkan sisi liarku.

Sita yang berdiri di belakangku kini juga mulai meremas-remas payudaraku yang membusung.
Kemudian dengan cekatan kedua tangannya masuk ke dalam kaosku.. dan perlahan-lahan jarinya bergerak membuka kaitan braku yang berwarna putih.
Dia kemudian menyelipkan tangannya dan remasannya pun dapat langsung bersentuhan dengan kelembutan dan kekenyalan kulit payudaraku.

Diserang dari dua arah seperti itu membuatku kian melambung.
“Aaah.. Ooooh..!” Tapi aku cuma bisa melenguh dan mendesah, tanpa memiliki cara untuk membalas.

Saking terbelenggunya oleh nafsu, membuatku sama sekali tidak melawan ketika bang Irul menggiringku naik ke atas ranjang.
Bahkan saking terbuainya oleh cumbuan lak-laki itu.. aku sama sekali tidak menyadari kalau kini tubuh bagian atasku sudah tidak berpenutup lagi.

Sita melepas kaos berikut BH-ku dan melemparkannya begitu saja di lantai..
menumpuk dengan baju-baju miliknya yang sudah terlepas sejak tadi.

Hal ini membuat bang Irul jadi lebih leluasa mengulum dan mengisap kedua payudaraku.
Meski ukurannya tidak sebesar milik istrinya.. tapi dia terlihat sangat menikmatinya.

Ketika kedua payudaraku sudah sepenuhnya berada di dalam ’kekuasaan’ bang Irul.. bibir lembut Sita kurasakan perlahan mengecup bibirku.
Kami pun segera terlibat dalam ciuman panas yang ganas dan basah.

Dengan begitu eksotis kami saling mengulum.. menjilat dan bertukar air liur. Aku dan Sita sebenarnya bukanlah lesbian..
Namun desakan birahi yang kini menguasai membuat kami jadi lupa diri kalau sesungguhnya kami adalah makhluk sejenis.

Ketika aku dan istrinya terlihat asyik saling kulum dan saling jilat..
di bawah sana ciuman bang Irul sudah merambat turun sampai ke perutku yang langsing tanpa lemak.

Sambil menciumi pusarku.. kedua tangan laki-laki itu perlahan memegang ujung celana panjangku dan memelorotkannya turun hingga terlepas.
Bang Irul kemudian menciumi kedua paha mulusku dengan penuh nafsu.

Ciumannya terasa menggelitik.. apalagi setelah bermuara di depan celana dalam putih yang kukenakan.
Kain mungil tipis menerawang itulah yang kini hanya menjadi pembatas antara lidah bang Irul dengan vaginaku.

“Hhhmm.. Ehhmm Hhhmm..!” Hanya itu yang keluar dari mulutku yang kini sedang dicumbui oleh Sita.

Aku harus beberapakali menggerakkan pantatku menahan geli akibat permainan lidah bang Irul yang beberapakali menyentuh klitorisku.
Ini berarti celana dalamku sudah berhasil dienyahkan oleh laki-laki itu.

Aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Bibir dan payudaraku terus menerus dipermainkan oleh Sita..
Sementara di saat yang bersamaan.. vagina dan klitorisku juga terus dipermainkan oleh sang suami.
Terasa sekali kalau di bawah sana sudah semakin basah dan becek.. sedangkan payudara dan putingku sendiri terasa sedemikian menegang.

Permukaan kasar lidah bang Irul begitu nikmat kurasakan ketika menari-menari bebas di antara bulu-bulu tipis basah yang ada di selangkanganku.
Saat ini aku sudah benar-benar melayang.. akibat gelora nafsu birahi yang mereka berikan.

Melihatku yang sudah siap tempur.. bang Irul lalu menghentikan jilatannya.
Dia beranjak dari posisinya samping mengocok-ngocok batang penisnya sendiri yang sudah semakin menegang.

Laki-laki itu merasa batang penisnya belum cukup tegang untuk memberikan kenikmatan kepada dua orang wanita yang bersamanya saat ini.
Ia pun menyuruh Sita menghentika ciuman bibirnya dan lalu mengarahkan batang penis itu ke dalam mulutku yang masih terbaring pasrah.

Aku sedikit gelagapan menerima kocokan penis besar bang Irul di dalam mulutku.
Ujung penis laki-laki itu terasa beberapakali menyentuh ujung kerongkonganku.
Karena takut tersedak.. aku pun memilih untuk mengganti posisi menjadi duduk.

Posisi kami pun berganti. Kini bang Irul duduk di ujung ranjang.. di mana batang penisnya dijilati oleh aku dan Sita secara bergantian.
Dia nampak seperti seorang raja yang sedang dilayani dengan penuh cinta oleh dua orang selirnya.

Ketika giliranku mengoral.. Sita bangkit dan mencium bibir sang suami sambil merabai dada bidang laki-laki itu.
Cukup lama keduanya saling lumat.. sebelum akhirnya Sita menyorongkan payudara kanannya ke mulut laki-laki itu..
meminta untuk diisap dan dilumat.

Bang Irul pun dengan senang hati melumat dan menjilati payudara montok milik sang istri..
yang memang ukurannya lebih besar daripada milikku.

“Aaah..!” Sita mendesah pelan ketika bang Irul sedikit menggigit puting payudaranya..
setelah sebelumnya membuat beberapa cupangan di permukaan daging montok itu.

Kami kemudian berganti posisi. Kini Sita yang mengulum batang penis suaminya sedangkan aku mencumbu bibir dan dada bang Irul.
Laki-laki itu terlihat tidak percaya kalau yang awalnya malu-malu ternyata bisa begitu liar ketika terbakar birahi.

“Ooohh.. Oooohh..” bang Irul hanya bisa mendesah penuh kenikmatan mendapatkan pelayanan prima dari kami berdua.

“Pa, masukin ya..? Sudah tegang banget ini..” Sita menghentikan kulumannya.

“Oke deh.. siapa yang duluan..?” Tanya bang Irul terdengar tak sabar.

“Indri aja deh..” Sita menunjuk diriku.

Aku sama sekali tidak membantah usulnya.. karena saat ini aku memang sangat ingin segera disetubuhi. Sudah tidak sabar rasanya.
Memekku terasa gatal sekali.. ingin disumbat batang kejal dan hangat.

Bang Irul pun menuruti kata-kata istrinya.
Laki-laki itu membaringkan tubuh montokku di ranjang dan kemudian membuka kedua paha mulusku lebar-lebar.

Sejenak dia tampak menelan ludah memandangi vaginaku yang terlihat begitu indah dan mempesona. Maklum belum pernah melahirkan. Dipandangi seperti itu membuat wajahku memerah karena malu.

”Sudah, bang. Cepat lakukan..!” Aku meminta dengan nada sedikit malu-malu.

Tak sabar merasakan kenikmatan vaginaku.. dengan segera bang Irul menghujamkan batang kontolnya.
Slebb.. Jlebbh..! “Aaaahhh..!!”
Baik aku maupun laki-laki itu berteriak berbarengan penuh kenikmatan.. begitu benda panjang yang kaku dan berotot itu menerjang vaginaku.

Aku yang sudah diamuk birahi.. bagaikan mendapat siraman air di tengah padang pasir mendapati kontol bang Irul yang terasa menggesek penuh dan mantab.

Laki-laki itu pun juga tidak membuang-buang waktu.. merasakan jepitan memekku yang kencang dan kuat..
dia segera menggoyangkan pinggulnya untuk menusuk dan menghunjam-hujamkan kontolnya..
mengocok dan menjelajahi vaginaku yang sempit dan legit.

”Arghhhhh..” aku mendesah.. sangat menikmati persetubuhan itu. Clebb.. crebb.. clebb.. clepp.. crekk.. crekk.. clekk.. clekk.. clrbb.. clebb..
Bunyi bercipak lembut meningkahi keluar-masuk batang kontol keras dan kejal di liang memekku.

Sita yang sedang menunggu giliran, mencium bibirku yang kini terguncang-guncang hebat untuk menghabiskan waktu.
Dia juga meraba-raba payudara bulatku yang juga bergoyang-goyang tak kalah hebatnya.

“Gimana, In, enak..?” bisik Sita nakal di telingaku.
“Aaah.. e-enak, Sit..” sahutku gemetar penuh nikmat.

“Nikmati saja, In. Biar kamu cepet hamil. Hehe..”
“I-iya.. hhhh..” rintihku berusaha menjawabnya. Sita tersenyum kecil mendengar kata-kataku.

Dia lalu kembali melumat payudaraku sambil tangannya meraba klitorisku..
membantu suaminya yang semakin gencar menghujam-hujamkan batang penisnya di liang vaginaku.

“Ma, nunging gih.. giliran mama yang aku entot sekarang..” kata bang Irul terengah-engah.

Sita pun menurut. Ia segera mengambil posisi nungging di sampingku yang terbaring telentang.
Bang Irul kemudian mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku.. plop..!

Letupan ringan seperti bunyi tutup botol terlepas ketika batang kontolnya tercabut dari jepitan liang vaginaku..
Tak urung itu membuatku mendesah.. “Aughhh..” Terasa plong liang vaginaku.. tapi agak kecewa..

Blessebb..! Ganti sekarang bang Irul memasukkan batang penisnya ke vagina sang istri.
“Aaakkhh..!” Sita melenguh pelan.. dia memejamkan matanya sambil meremas erat sprei.

Batang penis sang suami yang menghujam kencang ke dalam vaginanya cukup memberikan rasa nikmat yang luar biasa.
Apalagi saat laki-laki itu mulai menggerakkannya maju mundur dengan cepat dan dalam..
lubang kenikmatan Sita yang semula sempat mengering.. kini menjadi basah kembali dialiri cairan cinta.

Di tengah genjotan sang suami.. Sita menggigit bibirnya. Benar-benar nikmat rasanya.
Bercinta dengan laki-laki itu memang tidak pernah mengecewakan.

Aku yang tidak mau cuma jadi penonton.. mulai meraba-raba tubuh mulus Sita.
Payudara.. paha.. pinggang dan bagian-bagian tubuh sensitif lainnya kuusap dan kubelai dengan penuh nafsu.

Bahkan tidak hanya menyentuh.. aku juga mulai menciumi dan menjilatinya.
Sekujur tubuh Sita kutelusuri untuk membantu sahabatku ini menikmati penuh persetubuhan yang kini ia lakukan bersama suaminya.

“Giliran mbak Indri lagi..” ucap bang Irul di tengah genjotannya.

Seperti layaknya Sita.. aku pun menungging di atas ranjang.. menyerahkan sepenuhnya vaginaku untuk suami sahabatku itu.
Bang Irul meremas-remas pantatku sebentar sebelum menarik penisnya dari dalam vagina sang istri.

Jlebhh..! “Aaakhh..!” Aku menjerit saat penis laki-laki itu kembali menghujam kencang ke dalam vaginaku.

Sita kembali menciumi bibirku agar tidak nganggur.
Aku jadi harus membagi konsentrasi antara menikmati genjotan bang Irul dengan permainan lidah Sita di dalam mulutku.
Keduanya memberikan sensasi kenikmatan tersendiri untukku.

Gaya doggie ini tidak berlangsung lama.. karena Sita menyuruhku untuk mengambil posisi woman on top.
Bang Irul berbaring di atas ranjang.. sementara aku di atas menggoyang-goyangkan pinggulku.. dengan penis besar bang Irul sebagai pusatnya.

Hal ini membuat batang penis bang Irul menancap dalam di liang vaginaku.
Posisi seperti ini memudahkan Sita untuk bergantian melumat bibir sang suami maupun bibirku.

“Hhhmm.. Hhhmmm.. Hhhhmmm.. uuggghh.. ughhh..” desahan tertahan keluar dari bibirku yang sedang berciuman panas dengan Sita.

Bang Irul sendiri.. di tengah dera rasa nikmat akibat jepitan vaginaku terlihat begitu terpesona menyaksikan dua wanita cantik yang bercumbu-ria tanpa malu-malu di hadapannya.
Sungguh pemandangan yang sangat eksotis dan membangkitkan gairah.

Apalagi Sita juga beberapakali menarik keluar kontolnya dari jepitan vaginaku dan mengulumnya..
tidak peduli meski cairan cintaku begitu terasa di permukaannya.. hingga membuat bang Irul jadi makin menggeram dan bersemangat dibuatnya.

“Ooogghh..!!!” Aku dan bang Irul mendesah merasakan kelamin kami yang kembali bersatu.

Bergantian kami mendesah.. berteriak dan melenguh penuh kenikmatan.
Kami seakan-akan lupa kalau sedang bercinta di hadapan Sita.. istri sah bang Irul yang juga sahabat baikku.

Sita sendiri tampak tidak keberatan melihat ulah kamu berdua.
Dia malah sibuk meraba-raba bibir vagina dan klitorisku untuk membantuku cepat memperoleh orgasme.
Perbuatannya itu membuatku mendesah-desah kegelian.

Menerima genjotan penis serta permainan jari-jari di klitoris, aku pun menyerah.

”Arghhhhhh..!!!” Sambil melenguh kencang, kutumpahkan cairan kewanitaanku.
Tubuhku gemetar, sementara kepalaku mendongak ke atas dengan mata terpejam.

Bang Irul yang rupanya juga tak tahan, segera mencabut batang penisnya dan menyuruhku untuk berbaring di ranjang.
Sementara aku menikmati sensasi kenikmatan yang baru saja mendera.. laki-laki itu kembali menghujamkan batang penisnya ke dalam vaginaku.

Dia kembali mengocoknya dengan cepat dan kuat. Clebb-crepp-crekk-clekk-clekk-clebb-clebb-clepp..
Dia nampak semakin kesetanan.. mungkin karena saking nikmatnya jepitan memekku.

”Aaaahh.. Ahhhhhh.. In.. vaginamu nikmat sekali..!” Ceracaunya.
“Penis abang juga enak..” balasku.. tanpa merasa takut didengar oleh Sita.

Sita yang masih setia menonton sedikit merasa cemburu mendengar kata-kata kami.
Namun dia segera mengusirnya jauh-jauh karena bagaimana pun dia yang mengusulkan persetubuhan ini.
Jadi kalau ternyata aku dan suaminya menikmatinya, itu bukan salah kami berdua.

“Inhhh.. aku keluarrhhh.. Aaaakkhh..!!!” Bang Irul menggeram.
Tubuh kurusnya mengejang.. dan.. Cruatt.. crott.. crott.. cratt.. cratt.. cratt..!

Dari batang kontolnya menyemprot cairang kental hangat yang langsung memenuhi liang vaginaku.
Laki-laki itu menekan batang kontolnya dalam-dalam ke liang memekku agar cairan itu masuk seluruhnya.. tidak sampai tertumpah keluar.

“Trims ya, Bang..” Kudaratkan ciuman mesra di bibir laki-laki itu.
Sita yang ada di dekatku hanya tersenyum kecil. “Gimana, enak..? Hehe..” godanya.

“Enak banget..!” ucapku mantap. ”Suamimu memang top markotop..” kuacungkan dua jempol kepadanya.
”Mudah-mudahan dengan begini aku bisa hamil..” aku berharap.

”Kalau masih belum hamil juga, aku mau kok mengulanginya lagi..” sahut Bang Irul.
”Yeee, maunya..!!” Aku dan Sita berteriak berbarengan.
***

”Say, sini deh..” suamiku memanggil. Dari raut mukanya terlihat kalau dia sudah siap memberitahukan rahasianya.
”Mas sudah siap mengatakannya sekarang..?” aku bertanya.

Tidak menjawab.. suamiku malah memberiku sebuah amplop tebal berwarna coklat. ”Buka, Ma..!” Bisiknya.
Aku pun membukanya.. dan melongo.

“Gimana, indah kan..? Itu rumah baru kita..” katanya dengan gembira. Mata bulatnya tampak berbinar-binar.
”Jadi ini yang selama ini mas sembunyikan..?” Tanyaku kelu memandangi foto-foto sebuah rumah mungil berlantai 2 yang sangat indah.

Suamiku mengangguk. ”Aku sengaja ingin memberi kejutan untukmu, sayang. Kubangun dan kurancang rumah ini pelan-pelan, sejak kita belum menikah dulu. Baru seminggu kemarin selesai dan bisa ditempati. Bulan depan kita pindah ya..?”

Aku tidak bisa menjawab. Jadi ini rahasianya selama ini...

”Dan momennya sangat pas sekali..” tambah suamiku. ”Kamu hamil, rumah kita jadi. Kita benar-benar beruntung..!”

Seketika aku tak kuasa untuk membendung airmataku.
Maafkan aku, mas. Aku sudah mengkhianatimu..! Bisikku dalam hati.

Kupeluk dia dan tergugu di pundaknya. Mas Danu mengira itu adalah airmata kebahagiaan, padahal .. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Cerita 59 – Nikmat Interview Birahi

Mila

Nama saya Mila, saya seorang ibu dengan satu anak, dan sudah 5 tahun ini aku menggunakan jilbab. –No SARA
Kini.. sebagai ibu rumah tangga.. tidak banyak yang kulakukan.. aktivitasku hanya antar jemput anak yang masih TK dan mengurus rumah dan suami.

Suatu hari Masku Suami.. pulang dari ngobrol dengan tetangga-tetanggaku di pos Satpam.
Dia bilang kalau pak Bowo menawarkan pekerjaan untuk Priska.
Aku heran, kok buat Priska..? Memang dia gak tau kalau Priska sudah punya usaha sendiri walau kecil-kecilan.

Suamiku bilang.. karena pekerjaannya cuma sekretaris merangkap Admin.. gak sibuk-sibur banget.
Dan itu untuk kantor barunya di Menara Imperium Kuningan. Jadi pak bowo cukup maklum kalau Priska gak bisa full.
Cuma dia perlu orang yang bisa dipercaya pegang uang, dan boleh saja kalau Priska sambil tetap jualan.

“Wah.. kalau gitu kenapa gak aku saja..?” Tanyaku pada suamiku.
“Mau nggak kalau aku ngantornya sambil ngasuh anak..?” Suamiku hanya tertawa..

“Kalau gitu kenapa gak istrinya..? Kata suamiku.
"Tawarin aja ke Priska bunda.. siapa tau dia mau. Nih kartu namanya pak Bowo.."

Aku segera menelopon Priska. Tapi Priska tidak mau begitu aku menanyakan hal ini. Mungkin dia masih belum mau akrab lagi denganku.
Yah.. setelah 'kejadian itu' Di cerita lain.. memang aku dan Priska jarang berbicara. Dan sudah 2 bulan ini Priska tidak ke Jakarta.

"Yanda.. Priska ga mau. Coba tanya ke pak Bowo.. kalau aku boleh nggak..?"
"Ya, bunda tanya sama bu Bowo aja. Aku mah boleh aja.." Jawab suamiku.

Aku memang pernah bekerja di sebuah perusahaan asing , dan terakhir sebelum menikah aku pun pernah menjadi pegawai BUMN.
Dan sekarang Ijazah S1 HIku di Unpad nganggur begitu saja.

Aku ingin punya aktivitas, dipikir-pikir mungkin ada baiknya dari pada di rumah suka mikir yang nggak2 kalau bengong.
Akhirnya aku bilang ke suamiku niatku itu. Dan dia setuju saja. "Tapi bilang ke bu Bowo ya.."

Keesokan harinya aku ke rumah pak Bowo. Ternyata bu Bowo tidak ada di rumah.
Ya sudah, akhirnya aku pikir kenapa aku tidak ke pak bowo langsung saja ya..?

Sesampai di kantor pak Bowo.. aku mengetuk pintu kaca kantornya namun tak ada jawaban.
Akhirnya aku menelepon nomor HP pak bowo yang ada di kartu namanya.

Pak bowo keluar dari ruangannya dan membuka pintu. "Eh ibu, mau bawa CVnya Priska ya..?" Aku agak kecewa dengan tanggapan pak bowo.

"Mari masuk bu, maaf di kantor ini belum ada siapa-apa. Sebetulnya ada OB. Tapi dia sedang ke kantor notaries. Maaf Bu di ruangan saya saja.."

Setelah di ruangannya dan memberikan CV, baru aku menjelaskan bahwa itu CVku bukan CV Priska..
Dan aku pun bilang kalau Priska sudah punya usaha sendiri.. kemarin waktu saya tawarkan dia juga tidak mau.

Wajah Pak Bowo menjadi serius, dia menjelaskan kalau memang dia interest sama Priska.
Apalagi untuk sekretaris. Aku tidak mengerti kenapa harus Priska.. dan aku mencoba menjelaskan bahwa akupun pernah bekerja.
Dan untuk pekerjaan sekretaris, pasti aku bisa.

Pak Bowo tersenyum. “Priska benar-benar gak mau ya, mbak..?” Aku mengangguk mengiyakan.

“Sayang.. padahal lumayan kalau punya sekretaris seperti Priska.. kalau mbak Mila saya nggak mau.. kalau ada apa-apa saya kan nggak enak sama suami mbak. Sekretaris saya di kantor satunya juga single. Kalau harus ke luar kota nganter saya kan nggak enak. Kalau sama mbak kan.. nanti istri saya tau saya keluar kotanya gak sendirian..”

“Oh gitu..” sahutku. Ahh dasar laki-laki batinku.
“Jadi kalau dengan Priska bapak bakalan keluar kota dengan dia..?”

Tanyaku. Pak Bowo tersenyum. “Kok bapak tau dia bakalan mau. Pernah ngobrol ya..?”

“Mbak Mila, maaf ya..? Saya pernah mergokin dia pacaran di mobil. Dia sedang begini sama pacarnya..” kata pak Bowo sambil memeragakan gerakan blow job.

“Mobilnya parkir di depan rumah saya.. jam 1 malem gitu. Sempat saya mau bawa ke pos Satpam tapi yaah.. karena dia waktu itu janji mau melakukan apa saja asal gak dilaporin.. ya sudah.. gak saya perkarakan. Jadi.. ya tolong bilang saja sama Priska.. kalau saya sebetulnya nawarin ini sekalian nagih janji. Maaf ya mbak, kalau saya blak-blakan..” ungkap pak Bowo lagi.

“Mbak Mila beda sama dia.. Mbak kan orangnya alim.. pasti taulah kalau adiknya mbak yang melakukan begituan di dalam mobil dengan pacarnya kita harusnya bagaimana..? Maaf juga kalau kita.. semua laki-laki.. ya begini ini..”

Pak Bowo bercerita lebih panjang lagi yang pada intinya, dia memang suka melakukan memacu birahi dengan sekretarisnya.
Dan sebetulnya dia suka sama adikku Priska yang cantik itu..
Tapi kalau Priska tidak memegang janji.. ya jangan salahkan dia kalau Pak Bowo akhirnya membocorkan hal ini padaku.

Dia minta aku juga gak cerita ke istrinya.. karena dia juga gak akan melaporkan hal ini ke warga lainnya.
“Ya.. sebetulnya kalau di tempat saya kerja dulu sih.. memang aku cukup tau kalau suka ada office staf yang affair..
apalagi antara boss dengan anak buahnya yang wanita cantik..” ujarku mahfum.

“Yah.. pokoknya gitu Mbak. Biar nanti saya cari yang lainnya aja. Kalau Mbak mah gak lah. Maaf ya saya nolaknya blak-blakan.
Saya memang gitu orangnya. Semua yang jadi anak buah saya, harus orang yang bisa jaga rahasia bossnya. Makanya saya gak pake supir mbak. Dan istri saya juga gak ada yang kenal sama anak buah saya satu pun. Oh ya.. si cantik itu ke mana, kok sudah lama gak main ke rumah Mbak..?”

“Gak tau pak, mungkin malu sama bapak saat dipergoki di dalam mobil melakukan blow job dengan pacarnya..”

“Ya sudah, bilang sama dia ya kalau saya sudah bilang juga sama Mbak.
Tapi yah sekarang mudah mudahan dia gak pacaran main gitu gituan lagi. He he he..”

Tak lama kemudian akhirnya aku pun berpamitan pulang. Di jalan aku memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Ah si Priska ada-ada saja.. dalam hatiku. Dan Pak Bowo ternyata dendam juga Priskanya gak mau.

Aku membayangkan bagaimana kecewanya pak Bowo tidak bisa mendapatkan 'jatah' dari Priska.
Lagian Priska sempat-sempatnya janji yang nggak-nggak sama Pak Bowo.
Yah mungkin dia pikir supaya jangan sampai dilaporin Satpam waktu itu.

Tapi aku juga kepikiran sama tingkah laku Pak Bowo yang ternyata bajingan juga.
Pak Bowo lebih tua dari suamiku umurnya 50an dan pantas sih nakal-nakalnya para lelaki.. dalam hatiku.
Pasti sekretarisnya sudah jebol sama Pak Bowo, apalagi diajak pergi keluar kota.

Jadi selama ini Pak Bowo suka memperhatikan Priska rupanya. Apa dia gak pernah memperhatikan aku ya..?
Padahal dibandingkan Priska, banyak yang bilang aku sebagai kakaknya lebih cantik dan badanku jauh lebih seksi. Kembali pikiranku jadi nakal.

Dasar memang aku perempuan murahan yang kegatelan.. batinku memaki diri sendiri.. hihihi..
Ehh.. jangan-jangan dia ngomong blak-blakan tadi sengaja nyoba aku, ngkali ya..?

Belum tau dia bahwa aku sebetulnya bagaimana sebelumnya.. tapi sekarang aku sudah punya anak.. suami yang baik..
Dan lagi pula sekarang aku telah menutupi seluruh tubuhku dengan busana wanita alim.. dengan jilbab lebar yang bertengger menyelubungi kepalaku.

Pikiran itu terus menggangguku. Sampai di rumahpun aku masih yang tergoda untuk ngetest pak Bowo.
Ha ha ha.. Gimana ya kalau aku affair sama tetangga. Aduuuuh.. pokoknya aku jadi error deh. Ampyunn..

Waktu suamiku pulang dan bertanya.. bagaimana, sudah bicara dengan bu Bowo.
Aku malah bilang aku mau coba ngelamar dan wawancara besok. Padahal sudah.

Suamiku bilang enak juga kalau aku ada kerjaan.. tapi yang tidak mengganggu aktivitasku mengawasi anakku.
Kalau aku diterima kerja.. suamiku berencana mencari supir untuk mengantarkan anakku dan aku kerja.
Aku bilang.. "Aku kerja kan bisa bareng pak Bowo.." Suamiku manggut-manggut.

Malamnya aku malah berpikir yang tidak-tidak tentang Pak Bowo.. dan bagaimana rasanya memberi sekedar blow job padanya.
Ahh.. biarin. Aku datengin saja pak bowo besok pagi.. pikirku nakal Lagi.. hihihi..
-----------------

Anakku sudah kelas 1 SD sekarang. Dan di sekolah ini dia masuk jam 7.30 pulang jam 3.
Pagi itu jam 7 pun aku sudah sampe di sekolah anakku dan segera ke kantor pak Bowo.

Hari itu.. seperti halnya orang mau interview.. aku menggunakan baju panjang putih yang dulu sering aku gunakan kerja..
dan tak lupa memakai jilbab yang menghiasi kepala hingga dadaku.

Cuma sengaja aku tak menggunakan peniti tambahan.. yang biasanya aku pake busana panjang itu..
sehingga kancing bajuku agak renggang.. dan belahan dadaku sedikit kelihatan.

Biar pak Bowo ngerti maksudku..!
Dalam hatiku. Lainnya aku pake jilbab abu-abu dan rok panjang putih.

Jam 8 aku sudah sampe di kantor pak Bowo. Yang ada Cuma OBnya yang sedang membersihkan kantor.
Pak Bowo baru datang ½ jam kemudian. Dia kaget melihatku datang. “Loh Mbak Mila lagi? Kenapa Mbak?”

“Ya.. saya sudah cukup mengerti pekerjaannya pak. Mungkin diinterview atau ditest dulu.. saya bersedia kok..” sahutku sambil tersenyum.

Pak Bowo memperhatikan aku dan kelihatan sekali dia memperhatikaan dadaku.

“Oh bagus deh, kalau siap di test mbak. Saya bener-bener test kemampuannya ya mbak”
“Iya Pak” sahutku sambil mengikuti pak bowo ke ruangannya.

Sesampai di ruangannya, pak bowo memanggil OB-nya untuk membersihkan ruang meeting.. karena dia mau meeting di sana katanya.
Kemudian dia menelepon beberapa orang sambil membuka-buka CV ku.

Selesai menelepon dia keluar ruangan dan memerintahkan Pak Ari OBnya untuk mengantarkan dokumen ke rumah.
Ahh.. pandai juga nih boss.. batinku.

Setelah yakin pak Ari pulang. Pak bowo kembali ke ruangan.

“Jadi sudah ngerti ya Mbak, kalau mau jadi sekretaris saya bagaimana..?” Aku mengangguk tanda mengerti.
“Nggak nyesel kan punya boss seperti saya..?” Tanyanya lagi.

“Nggak pak, asal pak bowo nggak nyesel punya anak buah seperti saya” jawabku.

“Makanya saya test dulu ya..? Oke.. coba berdiri Mbak..!” Pak Bowo memperhatikan aku sambil mengitari tubuhku.

“Wahh ini boleh juga mbak” Pak Bowo mencoba mengomentari dadaku. Cek cek mulai merayu nih orang.

“Maaf pak.. ini baju putih satu-satunya waktu saya kerja dulu.
Jadi saya gak sadar kalau sudah kekecilan. Kalau diterima saya beli lagi baju putihnya..”

“Bukan bajunya kok.. Yang isi di dalemnya Mbak..”
“Panggil saya Mila saja, pak..” sahutku.

Waktu pak Bowo di belakangku dia tanpa ragu-ragu meremas pantatku.
“Hmmm masih kenceng nih Mil..”

“Iya pak”
Pak Bowo kembali berdiri di depanku.. kali ini dia meraba-raba dadaku.

”Hmmm keren juga..” Pak Bowo dengan terampil membuka kancing bajuku.. walau tidak melepas bajuku.
Pak Bowo juga membuka tali BHku.. lalu menyingkapnya.

“Ohh ini toh modalmu untuk jadi sekretarisku. Keren Mil, bagus banget. Coba duduk Mbak Mila..”
Aku pun duduk sementara Pak Bowo berdiri mendekati aku.

“Coba kalau sekretaris yang baik kira-kira gimana sama bossnya kalau begini..”

Aku mengerti maksudnya. Kumembuka sabuknya ritsleting celananya dan membuka celana dalamnya.
Nampak penisnya yang besar panjang bergelantungan dengan sedikit tegang.

Kuusap-usap sebentar.. dan kemudian memasukkan ke mulutku sambil melihat wajah pak Bowo.

Dia sedikit nyengir ketika aku mulai bergerak mundur maju. Pak Bowo mulai mendesah-desah.

“Bagus Mil, ayo lagi.. ssshhh..” Penisnya mulai menegang.

Penis pak Bowo sangat besar bila dibandingkan dengan punya suamiku Adi..
Hampir sama ukurannya dengan milik si Mbah Renggo, guru paranormal suamiku yang dulu pernah menyetubuhiku.
Tapi diameternya agak lebih besar, dan warnanya merah muda menggemaskan.

Ketika aku menjilat-jilat ujung penisnya Pak Bowo menggelinjang dan mengerang-ngerang.
”Kamu oke juga. Hhhhhhhh..” ujarnya sambil menyodokkan penisnya jauh lebih dalam.

Dan setelah itu aku merasakan penis pak Bowo menjadi sangat keras tegak ke atas..
membuatku agak harus merapat.. agar kepalaku bisa bergerak dari arah agak ke atas.
Tanganku memegang pantatnya dan kemudian kepalaku bergerak cepat.

“Hah hah hah.. pinter kamu.. Besok kalau kamu diterima.. kita meeting sama sekretaris yang lainnya.. supaya mereka bisa sepertimu..”
ujar pak Bowo sambil memegang kepalaku dengan gemas.

Beberapa saat aku melepaskan penisnya dari mulutku.. mencoba mengambil nafas.
Pak bowo melepaskan celananya yang menggantung dan dia berjalan ke kursi sofa.. lalu pun duduk di situ.

Aku menghampirinya dan bersimpuh di depannya kemudian melanjutkan menyepongnya. Dengan begitu payudaraku menempel di pahanya.
Pak Bowo membelai-belai kepalaku yang masih memakai kudung, punggungku dan kemudian berusaha membuka bajuku.

Setelah bajuku terbuka dia melepaskan bra-ku yang sudah ½ terbuka itu.. jadi aku menghentikan sebentar menyepongku.
Pak Bowo memainkan sebentar buah dadaku. Aku kembali mengambil penisnya dan meminta pak Bowo agak maju.
Kemudian kujepit batang penisnya di lembah antara buah dadaku sambil menggerak-gerakkan dadaku.

“Ohh.. keren..! Akhirnya ada juga yang bisa begini nih.. hhhh..” ujarnya.. dilanjutkan dengan mendesah dan mulai meracau.

Kaki pak Bowo merangkul punggungku. “Ohhh.. Enak Mila sayang..” racaunya mulai panas.

Aku kembali mengulum penisnya dan menjilat-jilatnya. Hmmm.. sampai sekuat apa nih orang.. batinku.

Cukup lama juga aku bolak balik menjilati dan menyepong sampai aku sedikit tak sabar menunggu ledakannya.
Sampai akhirnya meledak juga penis itu di mulutku. Semua spermanya tak kubiarkan meleleh keluar.. dan kusapu bersih dengan lidahku.
Hmm.. lagi-lagi aku merasakan aroma yang berbeda dari sperma ini.

Rupanya tiap orang beda-beda.. tapi yang jelas punya pak Bowo tidak terlalu menjijikkan seperti punya Adi.
Bahkan boleh dibilang aku agak menikmati.. hingga pak Bowo berkali-kali menggelinjang saat aku mencoba benar-benar mencoba agar ledakkannya benar-benar tuntas.

Pak Bowo berbaring lemas, ketika penisnya kulepas. Aku mengambil gelas minuman dan membersihkan mulutku yang bau ludah.
Aku juga membersihkan penis pak Bowo dengan tissue.
Air yang sedikit tersisa di gelas aku tuangkan ke tissue dan membersihkan penis pak Bowo.

Pak Bowo menciumku sambil meremas-remas payudaraku. “Sejauh ini hasil testmu bagus sayang..” Kita pun berciuman.

Penis pak Bowo belum bereaksi tegang lagi. Dia bangkit dan mengenakan celananya dan sepatunya.
“Aku mau meeting dulu ya. Sebentar lagi teman-temanku datang..”

Aku mengambil bajuku dan braku.
“Coba jangan dipake dulu bajunya.. siapa yang suruh pake. Duduk dulu di situ..”

Aku kembali duduk di kursi yang tadi berhadapan dengan pak Bowo.

“Coba duduknya agak maju.. kursinya diatur agak ke bawah. Tau kan caranya gimana..? Biar toketmu gak gelantungan.. taroh saja di meja..”
Aku menuruti perintah pak Bowo.

Pak bowo kembali mengamati CVku. Dia menulis-nulis sesuatu di CVku.
“Bra mu ukuran berapa..?”
“34 B kadang-kadang C pak tergantung mereknya..”

“Hmmmm keren deh toket luh, aku suka banget. Kalau kamu sedang ML bisa muncrat di situ.. boleh kan..?”
“Boleh pak..” jawabku.

“Kamu mau gaji berapa Mil.?” Tanya pak Bowo sambil mengeluarkan kamera dari lacinya.
“Terserah bapak.. yang sesuai saja dengan prestasi kerja saya..”

Ckrekk.. ckrekk..! Pak Bowo memotretku.
“Coba pegang toketnya kaya tadi waktu ngejepit kontolku” Aku pun berpose.

“Kamu bersedia perjalanan ke luar kota..?”

“Yah.. itu yang jadi kendala saya pak.. kayanya gak mungkin kalau keluar kota. Tapi kan bapak punya banyak sekretaris..”
Pak bowo mengangguk-angguk.
“Apa kamu bersedia ditempatkan di mana saja..? Hmm.. maksudnya kalau kamu bersedia ngentot di mana saja..?”

“Maksudnya pak?”

“Ya.. kalau di kantor sih pasti harus.. tapi kalau aku mau.. kadang-kadang aku pengen di hotel.. di mobil.. gimana..?”
“Oh.. gak masalah pak..”

“Bisa jaga rahasia..?”
“Pastinya pak, saya juga minta bapak begitu..”

“Ya sudah.. kamu pake baju dulu. Saya meeting.. coba kamu ke depan situ ya.
Ada komputer.. kamu tulis semua cerita kamu wawancara dari pertama sampai terakhir dengan detail ya..” aku menurutinya.

Selesai berpakaian. Pak Bowo menunjukkan meja kerjaku.
Ketika aku duduk Pak Bowo merangkul aku dari belakang sambil meremas-remas dadaku.
Sesekali kami berciuman.. dan aku sesekali memegang penisnya yang sudah agak keras lagi.

Karena banyak gangguan aku kurang konsen dengan tulisanku.
Sampai akhirnya beberapa orang teman pak Bowo datang. Dan mereka pun siap meeting jam 10 tepat.

Pak Bowo memerintahkan aku menyiapkan minum untuk mereka. Setelah mengantarkan minuman, aku kembali ke pekerjaanku.
Tulisan yang anda baca ini sebagian aku tulis waktu itu.

Suatu ketika pak bowo keluar ruangan menuju kamar kerjanya, dan menghampiri aku sebentar.

“Ahhh.. ini jangan pake kata penis.. apa coba ini namanya..?”

“Kontol ya pak..?”

“Iyaaah..”

Dia pun kembali ke ruangannya. Tak lama dia kembali keluar ruangan dan memintaku membawa kertas dan bullpen.
Aku dimintanya mencatat hasil meetingnya. Aku duduk di sebelah pak Bowo..
dan selama itu pak bowo tidak pernah berlaku yang kurang ajar kepadaku.

Meeting selesai jam ½ 12, teman-teman pak Bowo sempat mengajak kami makan tapi pak Bowo menolak dengan alasan dia ada janji makan siang dengan yang lain.
Pak Bowo berjalan bersama teman-temannya keluar ruangan mengantar mereka pulang. Sepertinya dia mengantarkan sampe loby bawah.

Waktu kembali dia ternyata membawa makanan. Dia mengajakku makan.
Kami makan di meja kerjaku, sambil berbincang-bincang mengenai kegiatan usahanya.

Dia makan dengan cepat, dan setelah selesai makan dia mengambilkan minum untuk kami berdua.
Dia melihat pekerjaanku, dan ngeprint hasilnya walaupun belum selesai. Dia membacanya dengan seksama 4 lembar hasil tulisanku.

“Kamu punya selingkuhan yang lagi sekarang..?”
“Nggak pak..” Jawabku.

“Pernah ngeseks dengan lainnya juga..?”
“Wah maaf itu pribadi pak.” Pak Bowo manggut-manggut
“Bagus, aku suka kalau kamu jujur. “

Selesai makan pak Bowo memintaku ke toilet dulu dan membeli rokok di bawah.
Sekembalinya dari bawah, pak Bowo pun merokok di ruangannya.

“Coba buka CVmu lagi..”
Aku mencoba mengambil CV..

“Eeit.. CVmu bukan yang itu, badanmu itu Cvmu..”

Oooh.. aku baru ngerti.
Aku lantas membuka bajuku.. hingga tinggal mengenakan Bra dan celana dalam.

“Coba kamu presentasikan CVmu..!”
“Nama saya Mila.. umur 32 tahun.. lulusan universitas ..”

“Mil.. CVmu itu body lo.. barang lo..! Bukan itu..” sela pak Bowo.
“Tinggi saya 168 cm.. berparas hitam manis.. kaki jenjang.. bokong aduhai dan berdada indah. Ukuran dada ..”

“Apa itu dada.. Mil..?”
“Ukuran payudaraku.. 34 B.. cukup sintal dan bisa menjepit penis.. ehh, kontol hingga muncrat..”

“Baguss..! Ayo terus Mil..”
“Hmmmm.. apalagi pak..?”

“Prestasimu apa.. keahlian apa..?”
“Oh ya.. saya bisa melakukan blow job.. hand job dengan baik.
Dijamin tidak kena gigi dan kontol yang saya sepong saya blow job sampe habis dan bersih..”

Pak Bowo tertawa mendengar presentasiku.. aku pun tertawa.

“Bapak sudah ya..”
“Lho.. kalau cuma segitu.. masa’ mau saya terima..?”

Pak Bowo berdiri, mematikan rokok dan mendekatiku. Sambil membuka Braku.
Sambil memelukku dari belakang Pak Bowo memainkan toketku..

“Gua suka banget sama toket lo.. mantab. Terus apa motivasi kamu kerja di sini..?”
“Motivasi saya untuk mendapatkan pengalaman dan wawasan baru dan mempunyai penghasilan sendiri..”

“Bukain baju saya dong..!” Aku menurutinya dan melucuti semua baju pak Bowo hingga telanjang bulat.

“Motivasimu masa’ itu saja..?”
Sambil memelukku dari belakang lagi mengarahkan posisi kami berpelukan ke arah lemari bukunya.

Pintu lemari yang dari kaca itu bisa membuatku sedikit bercermin melihat pak Bowo kembali memelukku dari belakang.
Kali ini tangannya mulai menggerayangi vaginaku.

“Ummm.. saya ingin bekerja dengan baik kepada atasan saya sebagai sekretaris pak Bowo..” jawabku sedikit terengah-engah..
karena jari-jari pak Bowo mulai berusaha memasuki vaginaku.

“Kamu tidak bermotivasi untuk ngentot sama aku ya..?”
Sambil mulai memaksakan jarinya masuk ke vaginaku, sementara kontolnya sudah keras menekan pantatku.

“Kan.. Pak Bowo cuma liat Priska oral seks sama pacarnya..” jawabku.

Pak Bowo melepaskan pelukannya, tanpa diduga2 dia malah tertawa terbahak-bahak.
“Ohhh.. jadi cboleh oral ya..?” Aku mengangguk.
“Ya sudah.. sini..!"

Pak Bowo membuka celana dalamku.. lalu dengan cepat jongkok di depanku.. dan mulai menciumi vaginaku.
Aku benar-benar tidak menduga hal ini terjadi.. karena tadinya aku berharap setelah tau bahwa aku hanya akan mempermainkan pak Bowo dalam sesi interview ini.. dia akan menyudahinya sampai di sini.

Tapi pak Bowo dengan gesit mempermainkan lidahnya yang sudah sangat membuatku geli.
Tadinya aku pikir aku bisa mempermainkan tetanggaku ini.. tapi sekarang aku dibuatnya horny berat dengan permainan oralnya.

Apalagi waktu dia mengangkat kaki kiriku kepundaknya sehingga dia bisa melahap vaginaku dan memainkan lidahnya.
Hingga aku tidak tahan mengerang-ngerang kenikmatan.

“Pak .. pak.. sudah paaak.. engggghhhhh..” aku terus memintanya berhenti karena rasa nikmat ini tak terbendung.. dan aku malu sekali dibuatnya.
Baru kali ini ada yang rela melakukan oral kepadaku.. dari semua laki-laki yang pernah berhubungan seks dengan aku semuanya egois.

Pak Bowo terus melakukan itu hingga akhirnya ambroll pertahananku.
Ketika pak Bowo berdiri tangannya masih bermain di vaginaku untuk membantu proses orgasmeku hingga tuntas.

Aku memeluknya erat-erat. Perlahan-lahan Pak Bowo bergerak mundur, sambil tetap memelukku.
Dia mengajakku duduk di sofa yang tadi, aku memeluknya sambil duduk di pangkuan pak Bowo.

Diciuminya aku, tercium bau kewanitaanku, tapi aku tidak peduli, baru kali ini aku tau bauku sendiri.
Ciuman itu menjadi buas, kami bermain lidah dan kurasakan penis pak Bowo kembali mengeras.

Dia mengangkat pantatku dan mencoba memasukkan penis itu di vaginaku.

“Pak aku gak mau..” Sahutku.
Tapi pak Bowo menekan pinggangku ke bawah dengan kuat sambil kemudian menahannya.

Blessepp..! Sukses.. Masuklah kontol itu menerobos liang memekku. “Nggghhhh..” erangku seketika.
Aku tidak bisa meronta, karena tenaga Pak Bowo cukup kuat.
Pantatku aku coba untuk naik.. tapi kontol pak Bowo memburunya naik juga, membuatku mendesah-desah..

“Pak.. ah ssshhh jangan.. emmmmm sudah.. sudah.. Aku kan istri tetanggamu. Mmm..maaf aku gak bisa..”
Aku mencoba meronta.. tapi pak Bowo merebahkanku dengan cepat dan dengan posisi penisnya masih menancap di vaginaku.

Dia pun mulai menggenjotku sedikit sedikit. Penisnya makin lama makin keras, seperti waktu aku sepong tadi tampaknya.

Dia masih diam tak berkata-kata dan memelukku erat-erat..
sementara tanganku memukul punggungnya dan kaki menendang-nendang ke samping sofa.. berharap bisa jatuh terguling dan aku bisa lepas.

Tapi cengkeraman pak Bowo cukup kuat.. dan akibat gerakan ku itu malah membuat penisnya makin keras lagi.
Sehingga genjotan pak Bowo makin membuatku menggelinjang. Akhirnya aku merasa vaginaku benar-benar penuh.

Gila orang ini.. kontolnya keras seperti kayu.. belum pernah aku merasakan seperti ini.
Punya Adi suamiku walaupun panjang tapi tak sekeras ini.

Setelah pak Bowo yakin penisnya siap tempur dia merenggangkan pelukannya dan tangannya bertumpu di pahaku.

“Pak.. sudah ya.. su..engggghhhhhh..”

Pak Bowo sedikit menarik penisnya tapi rasanya di vaginaku yang baru orgasme itu luar biasa.
Mataku terbelalak merasakannya.. begitu pak Bowo kembali memasukkan penisnya,
walaupun pelan-pelan tapi membuatku tak sadar menggeliat.. punggungku naik ke atas.. kepalaku menengadah.. mulutku menganga tanpa suara.

Pak Bowo berkali-kali melakukan itu dengan perlahan-lahan.. hingga akhirnya dia sesekali menyentakkan pantatnya.
Jleghh..!

Aku pun dibuatnya melolong-lolong nikmat. Sedikit-sedikit... walaupun agak lama.. vaginaku akhirnya bisa beradaptasi.
Dan akhirnya aku pasrah digenjot keras dengan lancar oleh Pak Bowo.

Ketika aku orgasme lagi.. pak Bowo memberiku kesempatan menikmatinya sambil menekan dalam-dalam kontolnya di liang vaginaku.
Aduhh.. rasanya aku terbang di awang.

“Aku genjot lagi ya sayang..? Aku entot kamu ya Lhonte cantik.. aku tunggangi ya kamu.. isterinya Adi yang cantik ini..
Mmmm.. enaknya memekmu Mila..”

Aku yang pasrah menerima ciumannya sambil membiarkan pak Bowo menggenjot lagi.
Kembali pelan-pelan dan akhirnya cepat. Splakk.. plakk.. plokk.. plokk..
Bunyi pahaku beradu dengan pahanya menutupi suaraku yang mengerang nikmat makin keenakan.

Lagi-lagi aku kembali orgasme dihentak batang kejatanan Pak Bowo yang besar panjang berurat itu.
Kali ini pak Bowo mengalungkan kakiku di pundaknya.. sehingga pantatku terangkat dan kini dia menggenjotku dengan sepenuh tenaga.

Aku berteriak-teriak merasakan ini, dan dengan cepat aku orgasme lagi tapi pak bowo tidak memberiku ampun walaupun aku sudah berteriak dengan keras.
Aku merasakan ada air yang mengocor deras.. aku nggak tau apa itu orgasme apa aku terkencing-kencing.. aku gak tau.

Pak bowo melepaskanku. Dia menuju mejanya dan meminum air putihnya. Dan memberiku juga seteguk air.

“Pak sudah ya..” kataku.
Aku yang lemas.. memohonnya untuk berhenti.. tapi tak kuasa saat Pak Bowo membalikkanku dan akhirnya akupun didoggy style.

Lagi-lagi aku gak kuat menahan serangannya. Tapi Pak bowo belum juga menyudahinya. Aku akui dia luar biasa.

Setelah beberapa saat dia menjambak rambutku dari belakang sambil memukul-mukul pantatku dan kemudian..
Crott.. crott.. crott.. crott.. keluarlah lahar panas itu di vaginaku. Pak bowo memelukku dari belakang sambil meremas-remas dadaku.

Setelah beberapa lama pak bowo melepaskan aku dan kamipun tiduran di sofa bersama-sama berpelukan dan berciuman.
Ciuman Pak Bowo hangat sekali. Dia pun membuka jilbabku kemudian menjilati leherku sambil memegang dadaku lagi.

“Mila, jadi kamu mau kerja di sini apa nggak..?”
Aku menggelengkan kepala. Pak Bowo tersenyum.

“Jadi.. tadinya kamu cuma mau ngerjain aku..? Dan kamu pikir setelah kamu sepong.. ya udah selesai gitu aja..?”
“Iya.. tapi bapak tadi memperkosa aku..”

Dia tertawa, aku pun tertawa, menyadari bahwa akhirnya pun aku mau. Aku pun bercerita.. sebetulnya rencanaku cuma membuatnya jera.
Tapi yahhhh.. aku yang salah pasang perangkap singa rupanya.. akhirnya aku sendiri jadi korbannya.

“Kamu enak nggak tadi Mila..?”

Aku malu dengan pertanyaan Pak Bowo dan mencubit penisnya. Tau-tau.. Crutt..!
“Duhh.. kena semprot Pak..?”
Kontan kami tertawa terbahak-bahak melihat tanganku basah kena spermanya yang masih muncrat-muncrat.

Pak Bowo kemudian mengajakku duduk dan dipertontonkan penis yang tadi memperkosaku yang masih tegang dan berdenyut-denyut itu.
Dipeluknya aku dan didudukkannya aku di pahanya lagi dengan membelakanginya..

Kali ini aku tidak menolak saat penisnya yang besar panjang berurat dimasukkan ke vaginaku.

“Jangan dibiarin muncrat di luar ya sayang..? Oughhh.. enak teunan tempek isteri Pak Adi ini..
Mmmm.. kamu suka ya Lhonte cantik dengan kontol besarku..?”
“Iya paaaak..”

“Jangan Panggil aku pak.. Mas saja ya..?”
Aku pun mengangguk dan menciumi laki-laki yang sudah menggagahi aku dengan benar-benar gagah.

“Mil..”
“Iya Mas..”

“Coba kamu goyang-goyang dikit..”
Sambil bergoyang aku tanya.. “Kenapa Mas?”

“Emmm goyanganmu enak sayang..” Aku memeluknya menciumnya dan menggoyangkan pantatku.
“Mas.. kok keras lagi..?”

“Tanggungjawab dong..” aku melotot ke Mas Bowo sambil mencubitnya.
Mas Bowo memainkan kedua putting susuku sambil berkata.. “Puasin aku sayang..”

Aku bergoyang-goyang lagi. Dengan sisa tenaga yang ada. Aku teringat goyangan Inul dan mencobanya pada mas Bowo.
“Aawww.. pinter juga nih isteri cantik Pak Aditya. Apa itu Mil..?”

Aku mulai goyang ngebor lagi. Mas Bowo menggigit bibirnya sendiri dan meremas dadaku. “Enak sayang..”

Mendapat pujian seperti itu aku makin semangat goyang.. padahal goyang begini sebetulnya malah membuat penis mas Bowo mengaduk-aduk liang vaginaku.
Aku mencoba bertahan tapi aku ambrol juga.

Mas Bowo merebahkanku.. dan dengan nafas yang memburu dia pun menggenjotku lagi hingga tak lama dia pun orgasme juga.
Kami berciuman, aku juga menjilati Mas Bowo. Mas Bowo juga begitu dan dengan sengaja dia mencupangi leherku.

Setelah cukup lama Mas Bowo bangkit. Dia mengambil tissue dan membersihkan diri.
Aku berpakaian cepat-cepat dan memilih membersihkan di toilet saja. Ingin aku jika ada kamar mandi.. kenapa gak mandi sama dia saja.
Ahhh.. akhirnya aku begini lagi pikirku. Ya sudahlah.. biarin.

Setelah bersih aku kembali ke dalam kantornya dan berniat pamit pulang. Mas Bowo mau mengantarkan aku pulang.
Aku terima saja, maklum aku kelelahan. Kami menggunakan mobilku.

Mas Bowo yang nyetir dan dia cukup senang dengan kondisi mobilku yang berkaca gelap.
Dia meminta aku merebahkan kepalaku di pahanya. Sehingga dia bisa nyetir sambil merogoh-rogoh susuku.

Sampai dekat sekolah anakku.. jam masih menunjukkan jam 3 kuang 15 menit.
Mas Bowo bilang kalau itu waktu yang cukup untuk permainan terakhir.

Aku menolak.. karena aku sudah amat lelah.
Mas Bowo mengatakan kalau dia Cuma minta disepong. Akhirnya aku turuti juga permintaan itu.

Setelah kejadian itu aku selalu mengkhayali Pak Bowo yang menyetubuhi diriku.
Kadang saat aku bersenggama dengan suamiku.. aku selalu membayangkan keperkasaan Pak Bowo..
Membayangkan kontolnya yang besar panjang berurat memadati liang vaginaku yang sempit ini.. hihihi.. (. ) ( .)
---------------------------------------------------
 
Makasih atas updatenya suhu..

Menang banyak nih bang Irul..hehe...
 
Cerita 59 – Nikmat Interview Birahi

Mila

Nama saya Mila, saya seorang ibu dengan satu anak, dan sudah 5 tahun ini aku menggunakan jilbab. –No SARA
Kini.. sebagai ibu rumah tangga.. tidak banyak yang kulakukan.. aktivitasku hanya antar jemput anak yang masih TK dan mengurus rumah dan suami.

Suatu hari Masku Suami.. pulang dari ngobrol dengan tetangga-tetanggaku di pos Satpam.
Dia bilang kalau pak Bowo menawarkan pekerjaan untuk Priska.
Aku heran, kok buat Priska..? Memang dia gak tau kalau Priska sudah punya usaha sendiri walau kecil-kecilan.

Suamiku bilang.. karena pekerjaannya cuma sekretaris merangkap Admin.. gak sibuk-sibur banget.
Dan itu untuk kantor barunya di Menara Imperium Kuningan. Jadi pak bowo cukup maklum kalau Priska gak bisa full.
Cuma dia perlu orang yang bisa dipercaya pegang uang, dan boleh saja kalau Priska sambil tetap jualan.

“Wah.. kalau gitu kenapa gak aku saja..?” Tanyaku pada suamiku.
“Mau nggak kalau aku ngantornya sambil ngasuh anak..?” Suamiku hanya tertawa..

“Kalau gitu kenapa gak istrinya..? Kata suamiku.
"Tawarin aja ke Priska bunda.. siapa tau dia mau. Nih kartu namanya pak Bowo.."

Aku segera menelopon Priska. Tapi Priska tidak mau begitu aku menanyakan hal ini. Mungkin dia masih belum mau akrab lagi denganku.
Yah.. setelah 'kejadian itu' Di cerita lain.. memang aku dan Priska jarang berbicara. Dan sudah 2 bulan ini Priska tidak ke Jakarta.

"Yanda.. Priska ga mau. Coba tanya ke pak Bowo.. kalau aku boleh nggak..?"
"Ya, bunda tanya sama bu Bowo aja. Aku mah boleh aja.." Jawab suamiku.

Aku memang pernah bekerja di sebuah perusahaan asing , dan terakhir sebelum menikah aku pun pernah menjadi pegawai BUMN.
Dan sekarang Ijazah S1 HIku di Unpad nganggur begitu saja.

Aku ingin punya aktivitas, dipikir-pikir mungkin ada baiknya dari pada di rumah suka mikir yang nggak2 kalau bengong.
Akhirnya aku bilang ke suamiku niatku itu. Dan dia setuju saja. "Tapi bilang ke bu Bowo ya.."

Keesokan harinya aku ke rumah pak Bowo. Ternyata bu Bowo tidak ada di rumah.
Ya sudah, akhirnya aku pikir kenapa aku tidak ke pak bowo langsung saja ya..?

Sesampai di kantor pak Bowo.. aku mengetuk pintu kaca kantornya namun tak ada jawaban.
Akhirnya aku menelepon nomor HP pak bowo yang ada di kartu namanya.

Pak bowo keluar dari ruangannya dan membuka pintu. "Eh ibu, mau bawa CVnya Priska ya..?" Aku agak kecewa dengan tanggapan pak bowo.

"Mari masuk bu, maaf di kantor ini belum ada siapa-apa. Sebetulnya ada OB. Tapi dia sedang ke kantor notaries. Maaf Bu di ruangan saya saja.."

Setelah di ruangannya dan memberikan CV, baru aku menjelaskan bahwa itu CVku bukan CV Priska..
Dan aku pun bilang kalau Priska sudah punya usaha sendiri.. kemarin waktu saya tawarkan dia juga tidak mau.

Wajah Pak Bowo menjadi serius, dia menjelaskan kalau memang dia interest sama Priska.
Apalagi untuk sekretaris. Aku tidak mengerti kenapa harus Priska.. dan aku mencoba menjelaskan bahwa akupun pernah bekerja.
Dan untuk pekerjaan sekretaris, pasti aku bisa.

Pak Bowo tersenyum. “Priska benar-benar gak mau ya, mbak..?” Aku mengangguk mengiyakan.

“Sayang.. padahal lumayan kalau punya sekretaris seperti Priska.. kalau mbak Mila saya nggak mau.. kalau ada apa-apa saya kan nggak enak sama suami mbak. Sekretaris saya di kantor satunya juga single. Kalau harus ke luar kota nganter saya kan nggak enak. Kalau sama mbak kan.. nanti istri saya tau saya keluar kotanya gak sendirian..”

“Oh gitu..” sahutku. Ahh dasar laki-laki batinku.
“Jadi kalau dengan Priska bapak bakalan keluar kota dengan dia..?”

Tanyaku. Pak Bowo tersenyum. “Kok bapak tau dia bakalan mau. Pernah ngobrol ya..?”

“Mbak Mila, maaf ya..? Saya pernah mergokin dia pacaran di mobil. Dia sedang begini sama pacarnya..” kata pak Bowo sambil memeragakan gerakan blow job.

“Mobilnya parkir di depan rumah saya.. jam 1 malem gitu. Sempat saya mau bawa ke pos Satpam tapi yaah.. karena dia waktu itu janji mau melakukan apa saja asal gak dilaporin.. ya sudah.. gak saya perkarakan. Jadi.. ya tolong bilang saja sama Priska.. kalau saya sebetulnya nawarin ini sekalian nagih janji. Maaf ya mbak, kalau saya blak-blakan..” ungkap pak Bowo lagi.

“Mbak Mila beda sama dia.. Mbak kan orangnya alim.. pasti taulah kalau adiknya mbak yang melakukan begituan di dalam mobil dengan pacarnya kita harusnya bagaimana..? Maaf juga kalau kita.. semua laki-laki.. ya begini ini..”

Pak Bowo bercerita lebih panjang lagi yang pada intinya, dia memang suka melakukan memacu birahi dengan sekretarisnya.
Dan sebetulnya dia suka sama adikku Priska yang cantik itu..
Tapi kalau Priska tidak memegang janji.. ya jangan salahkan dia kalau Pak Bowo akhirnya membocorkan hal ini padaku.

Dia minta aku juga gak cerita ke istrinya.. karena dia juga gak akan melaporkan hal ini ke warga lainnya.
“Ya.. sebetulnya kalau di tempat saya kerja dulu sih.. memang aku cukup tau kalau suka ada office staf yang affair..
apalagi antara boss dengan anak buahnya yang wanita cantik..” ujarku mahfum.

“Yah.. pokoknya gitu Mbak. Biar nanti saya cari yang lainnya aja. Kalau Mbak mah gak lah. Maaf ya saya nolaknya blak-blakan.
Saya memang gitu orangnya. Semua yang jadi anak buah saya, harus orang yang bisa jaga rahasia bossnya. Makanya saya gak pake supir mbak. Dan istri saya juga gak ada yang kenal sama anak buah saya satu pun. Oh ya.. si cantik itu ke mana, kok sudah lama gak main ke rumah Mbak..?”

“Gak tau pak, mungkin malu sama bapak saat dipergoki di dalam mobil melakukan blow job dengan pacarnya..”

“Ya sudah, bilang sama dia ya kalau saya sudah bilang juga sama Mbak.
Tapi yah sekarang mudah mudahan dia gak pacaran main gitu gituan lagi. He he he..”

Tak lama kemudian akhirnya aku pun berpamitan pulang. Di jalan aku memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Ah si Priska ada-ada saja.. dalam hatiku. Dan Pak Bowo ternyata dendam juga Priskanya gak mau.

Aku membayangkan bagaimana kecewanya pak Bowo tidak bisa mendapatkan 'jatah' dari Priska.
Lagian Priska sempat-sempatnya janji yang nggak-nggak sama Pak Bowo.
Yah mungkin dia pikir supaya jangan sampai dilaporin Satpam waktu itu.

Tapi aku juga kepikiran sama tingkah laku Pak Bowo yang ternyata bajingan juga.
Pak Bowo lebih tua dari suamiku umurnya 50an dan pantas sih nakal-nakalnya para lelaki.. dalam hatiku.
Pasti sekretarisnya sudah jebol sama Pak Bowo, apalagi diajak pergi keluar kota.

Jadi selama ini Pak Bowo suka memperhatikan Priska rupanya. Apa dia gak pernah memperhatikan aku ya..?
Padahal dibandingkan Priska, banyak yang bilang aku sebagai kakaknya lebih cantik dan badanku jauh lebih seksi. Kembali pikiranku jadi nakal.

Dasar memang aku perempuan murahan yang kegatelan.. batinku memaki diri sendiri.. hihihi..
Ehh.. jangan-jangan dia ngomong blak-blakan tadi sengaja nyoba aku, ngkali ya..?

Belum tau dia bahwa aku sebetulnya bagaimana sebelumnya.. tapi sekarang aku sudah punya anak.. suami yang baik..
Dan lagi pula sekarang aku telah menutupi seluruh tubuhku dengan busana wanita alim.. dengan jilbab lebar yang bertengger menyelubungi kepalaku.

Pikiran itu terus menggangguku. Sampai di rumahpun aku masih yang tergoda untuk ngetest pak Bowo.
Ha ha ha.. Gimana ya kalau aku affair sama tetangga. Aduuuuh.. pokoknya aku jadi error deh. Ampyunn..

Waktu suamiku pulang dan bertanya.. bagaimana, sudah bicara dengan bu Bowo.
Aku malah bilang aku mau coba ngelamar dan wawancara besok. Padahal sudah.

Suamiku bilang enak juga kalau aku ada kerjaan.. tapi yang tidak mengganggu aktivitasku mengawasi anakku.
Kalau aku diterima kerja.. suamiku berencana mencari supir untuk mengantarkan anakku dan aku kerja.
Aku bilang.. "Aku kerja kan bisa bareng pak Bowo.." Suamiku manggut-manggut.

Malamnya aku malah berpikir yang tidak-tidak tentang Pak Bowo.. dan bagaimana rasanya memberi sekedar blow job padanya.
Ahh.. biarin. Aku datengin saja pak bowo besok pagi.. pikirku nakal Lagi.. hihihi..
-----------------


Anakku sudah kelas 1 SD sekarang. Dan di sekolah ini dia masuk jam 7.30 pulang jam 3.
Pagi itu jam 7 pun aku sudah sampe di sekolah anakku dan segera ke kantor pak Bowo.

Hari itu.. seperti halnya orang mau interview.. aku menggunakan baju panjang putih yang dulu sering aku gunakan kerja..
dan tak lupa memakai jilbab yang menghiasi kepala hingga dadaku.

Cuma sengaja aku tak menggunakan peniti tambahan.. yang biasanya aku pake busana panjang itu..
sehingga kancing bajuku agak renggang.. dan belahan dadaku sedikit kelihatan.

Biar pak Bowo ngerti maksudku..!
Dalam hatiku. Lainnya aku pake jilbab abu-abu dan rok panjang putih.

Jam 8 aku sudah sampe di kantor pak Bowo. Yang ada Cuma OBnya yang sedang membersihkan kantor.
Pak Bowo baru datang ½ jam kemudian. Dia kaget melihatku datang. “Loh Mbak Mila lagi? Kenapa Mbak?”

“Ya.. saya sudah cukup mengerti pekerjaannya pak. Mungkin diinterview atau ditest dulu.. saya bersedia kok..” sahutku sambil tersenyum.

Pak Bowo memperhatikan aku dan kelihatan sekali dia memperhatikaan dadaku.

“Oh bagus deh, kalau siap di test mbak. Saya bener-bener test kemampuannya ya mbak”
“Iya Pak” sahutku sambil mengikuti pak bowo ke ruangannya.

Sesampai di ruangannya, pak bowo memanggil OB-nya untuk membersihkan ruang meeting.. karena dia mau meeting di sana katanya.
Kemudian dia menelepon beberapa orang sambil membuka-buka CV ku.

Selesai menelepon dia keluar ruangan dan memerintahkan Pak Ari OBnya untuk mengantarkan dokumen ke rumah.
Ahh.. pandai juga nih boss.. batinku.

Setelah yakin pak Ari pulang. Pak bowo kembali ke ruangan.

“Jadi sudah ngerti ya Mbak, kalau mau jadi sekretaris saya bagaimana..?” Aku mengangguk tanda mengerti.
“Nggak nyesel kan punya boss seperti saya..?” Tanyanya lagi.

“Nggak pak, asal pak bowo nggak nyesel punya anak buah seperti saya” jawabku.

“Makanya saya test dulu ya..? Oke.. coba berdiri Mbak..!” Pak Bowo memperhatikan aku sambil mengitari tubuhku.

“Wahh ini boleh juga mbak” Pak Bowo mencoba mengomentari dadaku. Cek cek mulai merayu nih orang.

“Maaf pak.. ini baju putih satu-satunya waktu saya kerja dulu.
Jadi saya gak sadar kalau sudah kekecilan. Kalau diterima saya beli lagi baju putihnya..”

“Bukan bajunya kok.. Yang isi di dalemnya Mbak..”
“Panggil saya Mila saja, pak..” sahutku.

Waktu pak Bowo di belakangku dia tanpa ragu-ragu meremas pantatku.
“Hmmm masih kenceng nih Mil..”

“Iya pak”
Pak Bowo kembali berdiri di depanku.. kali ini dia meraba-raba dadaku.

”Hmmm keren juga..” Pak Bowo dengan terampil membuka kancing bajuku.. walau tidak melepas bajuku.
Pak Bowo juga membuka tali BHku.. lalu menyingkapnya.

“Ohh ini toh modalmu untuk jadi sekretarisku. Keren Mil, bagus banget. Coba duduk Mbak Mila..”
Aku pun duduk sementara Pak Bowo berdiri mendekati aku.

“Coba kalau sekretaris yang baik kira-kira gimana sama bossnya kalau begini..”

Aku mengerti maksudnya. Kumembuka sabuknya ritsleting celananya dan membuka celana dalamnya.
Nampak penisnya yang besar panjang bergelantungan dengan sedikit tegang.

Kuusap-usap sebentar.. dan kemudian memasukkan ke mulutku sambil melihat wajah pak Bowo.

Dia sedikit nyengir ketika aku mulai bergerak mundur maju. Pak Bowo mulai mendesah-desah.

“Bagus Mil, ayo lagi.. ssshhh..” Penisnya mulai menegang.

Penis pak Bowo sangat besar bila dibandingkan dengan punya suamiku Adi..
Hampir sama ukurannya dengan milik si Mbah Renggo, guru paranormal suamiku yang dulu pernah menyetubuhiku.
Tapi diameternya agak lebih besar, dan warnanya merah muda menggemaskan.

Ketika aku menjilat-jilat ujung penisnya Pak Bowo menggelinjang dan mengerang-ngerang.
”Kamu oke juga. Hhhhhhhh..” ujarnya sambil menyodokkan penisnya jauh lebih dalam.

Dan setelah itu aku merasakan penis pak Bowo menjadi sangat keras tegak ke atas..
membuatku agak harus merapat.. agar kepalaku bisa bergerak dari arah agak ke atas.
Tanganku memegang pantatnya dan kemudian kepalaku bergerak cepat.

“Hah hah hah.. pinter kamu.. Besok kalau kamu diterima.. kita meeting sama sekretaris yang lainnya.. supaya mereka bisa sepertimu..”
ujar pak Bowo sambil memegang kepalaku dengan gemas.

Beberapa saat aku melepaskan penisnya dari mulutku.. mencoba mengambil nafas.
Pak bowo melepaskan celananya yang menggantung dan dia berjalan ke kursi sofa.. lalu pun duduk di situ.

Aku menghampirinya dan bersimpuh di depannya kemudian melanjutkan menyepongnya. Dengan begitu payudaraku menempel di pahanya.
Pak Bowo membelai-belai kepalaku yang masih memakai kudung, punggungku dan kemudian berusaha membuka bajuku.

Setelah bajuku terbuka dia melepaskan bra-ku yang sudah ½ terbuka itu.. jadi aku menghentikan sebentar menyepongku.
Pak Bowo memainkan sebentar buah dadaku. Aku kembali mengambil penisnya dan meminta pak Bowo agak maju.
Kemudian kujepit batang penisnya di lembah antara buah dadaku sambil menggerak-gerakkan dadaku.

“Ohh.. keren..! Akhirnya ada juga yang bisa begini nih.. hhhh..” ujarnya.. dilanjutkan dengan mendesah dan mulai meracau.

Kaki pak Bowo merangkul punggungku. “Ohhh.. Enak Mila sayang..” racaunya mulai panas.

Aku kembali mengulum penisnya dan menjilat-jilatnya. Hmmm.. sampai sekuat apa nih orang.. batinku.

Cukup lama juga aku bolak balik menjilati dan menyepong sampai aku sedikit tak sabar menunggu ledakannya.
Sampai akhirnya meledak juga penis itu di mulutku. Semua spermanya tak kubiarkan meleleh keluar.. dan kusapu bersih dengan lidahku.
Hmm.. lagi-lagi aku merasakan aroma yang berbeda dari sperma ini.

Rupanya tiap orang beda-beda.. tapi yang jelas punya pak Bowo tidak terlalu menjijikkan seperti punya Adi.
Bahkan boleh dibilang aku agak menikmati.. hingga pak Bowo berkali-kali menggelinjang saat aku mencoba benar-benar mencoba agar ledakkannya benar-benar tuntas.

Pak Bowo berbaring lemas, ketika penisnya kulepas. Aku mengambil gelas minuman dan membersihkan mulutku yang bau ludah.
Aku juga membersihkan penis pak Bowo dengan tissue.
Air yang sedikit tersisa di gelas aku tuangkan ke tissue dan membersihkan penis pak Bowo.

Pak Bowo menciumku sambil meremas-remas payudaraku. “Sejauh ini hasil testmu bagus sayang..” Kita pun berciuman.

Penis pak Bowo belum bereaksi tegang lagi. Dia bangkit dan mengenakan celananya dan sepatunya.
“Aku mau meeting dulu ya. Sebentar lagi teman-temanku datang..”

Aku mengambil bajuku dan braku.
“Coba jangan dipake dulu bajunya.. siapa yang suruh pake. Duduk dulu di situ..”

Aku kembali duduk di kursi yang tadi berhadapan dengan pak Bowo.

“Coba duduknya agak maju.. kursinya diatur agak ke bawah. Tau kan caranya gimana..? Biar toketmu gak gelantungan.. taroh saja di meja..”
Aku menuruti perintah pak Bowo.

Pak bowo kembali mengamati CVku. Dia menulis-nulis sesuatu di CVku.
“Bra mu ukuran berapa..?”
“34 B kadang-kadang C pak tergantung mereknya..”

“Hmmmm keren deh toket luh, aku suka banget. Kalau kamu sedang ML bisa muncrat di situ.. boleh kan..?”
“Boleh pak..” jawabku.

“Kamu mau gaji berapa Mil.?” Tanya pak Bowo sambil mengeluarkan kamera dari lacinya.
“Terserah bapak.. yang sesuai saja dengan prestasi kerja saya..”

Ckrekk.. ckrekk..! Pak Bowo memotretku.
“Coba pegang toketnya kaya tadi waktu ngejepit kontolku” Aku pun berpose.

“Kamu bersedia perjalanan ke luar kota..?”

“Yah.. itu yang jadi kendala saya pak.. kayanya gak mungkin kalau keluar kota. Tapi kan bapak punya banyak sekretaris..”
Pak bowo mengangguk-angguk.
“Apa kamu bersedia ditempatkan di mana saja..? Hmm.. maksudnya kalau kamu bersedia ngentot di mana saja..?”

“Maksudnya pak?”

“Ya.. kalau di kantor sih pasti harus.. tapi kalau aku mau.. kadang-kadang aku pengen di hotel.. di mobil.. gimana..?”
“Oh.. gak masalah pak..”

“Bisa jaga rahasia..?”
“Pastinya pak, saya juga minta bapak begitu..”

“Ya sudah.. kamu pake baju dulu. Saya meeting.. coba kamu ke depan situ ya.
Ada komputer.. kamu tulis semua cerita kamu wawancara dari pertama sampai terakhir dengan detail ya..” aku menurutinya.

Selesai berpakaian. Pak Bowo menunjukkan meja kerjaku.
Ketika aku duduk Pak Bowo merangkul aku dari belakang sambil meremas-remas dadaku.
Sesekali kami berciuman.. dan aku sesekali memegang penisnya yang sudah agak keras lagi.

Karena banyak gangguan aku kurang konsen dengan tulisanku.
Sampai akhirnya beberapa orang teman pak Bowo datang. Dan mereka pun siap meeting jam 10 tepat.

Pak Bowo memerintahkan aku menyiapkan minum untuk mereka. Setelah mengantarkan minuman, aku kembali ke pekerjaanku.
Tulisan yang anda baca ini sebagian aku tulis waktu itu.

Suatu ketika pak bowo keluar ruangan menuju kamar kerjanya, dan menghampiri aku sebentar.

“Ahhh.. ini jangan pake kata penis.. apa coba ini namanya..?”

“Kontol ya pak..?”

“Iyaaah..”

Dia pun kembali ke ruangannya. Tak lama dia kembali keluar ruangan dan memintaku membawa kertas dan bullpen.
Aku dimintanya mencatat hasil meetingnya. Aku duduk di sebelah pak Bowo..
dan selama itu pak bowo tidak pernah berlaku yang kurang ajar kepadaku.

Meeting selesai jam ½ 12, teman-teman pak Bowo sempat mengajak kami makan tapi pak Bowo menolak dengan alasan dia ada janji makan siang dengan yang lain.
Pak Bowo berjalan bersama teman-temannya keluar ruangan mengantar mereka pulang. Sepertinya dia mengantarkan sampe loby bawah.

Waktu kembali dia ternyata membawa makanan. Dia mengajakku makan.
Kami makan di meja kerjaku, sambil berbincang-bincang mengenai kegiatan usahanya.

Dia makan dengan cepat, dan setelah selesai makan dia mengambilkan minum untuk kami berdua.
Dia melihat pekerjaanku, dan ngeprint hasilnya walaupun belum selesai. Dia membacanya dengan seksama 4 lembar hasil tulisanku.

“Kamu punya selingkuhan yang lagi sekarang..?”
“Nggak pak..” Jawabku.

“Pernah ngeseks dengan lainnya juga..?”
“Wah maaf itu pribadi pak.” Pak Bowo manggut-manggut
“Bagus, aku suka kalau kamu jujur. “

Selesai makan pak Bowo memintaku ke toilet dulu dan membeli rokok di bawah.
Sekembalinya dari bawah, pak Bowo pun merokok di ruangannya.

“Coba buka CVmu lagi..”
Aku mencoba mengambil CV..

“Eeit.. CVmu bukan yang itu, badanmu itu Cvmu..”

Oooh.. aku baru ngerti.
Aku lantas membuka bajuku.. hingga tinggal mengenakan Bra dan celana dalam.

“Coba kamu presentasikan CVmu..!”
“Nama saya Mila.. umur 32 tahun.. lulusan universitas ..”

“Mil.. CVmu itu body lo.. barang lo..! Bukan itu..” sela pak Bowo.
“Tinggi saya 168 cm.. berparas hitam manis.. kaki jenjang.. bokong aduhai dan berdada indah. Ukuran dada ..”

“Apa itu dada.. Mil..?”
“Ukuran payudaraku.. 34 B.. cukup sintal dan bisa menjepit penis.. ehh, kontol hingga muncrat..”

“Baguss..! Ayo terus Mil..”
“Hmmmm.. apalagi pak..?”

“Prestasimu apa.. keahlian apa..?”
“Oh ya.. saya bisa melakukan blow job.. hand job dengan baik.
Dijamin tidak kena gigi dan kontol yang saya sepong saya blow job sampe habis dan bersih..”

Pak Bowo tertawa mendengar presentasiku.. aku pun tertawa.

“Bapak sudah ya..”
“Lho.. kalau cuma segitu.. masa’ mau saya terima..?”

Pak Bowo berdiri, mematikan rokok dan mendekatiku. Sambil membuka Braku.
Sambil memelukku dari belakang Pak Bowo memainkan toketku..

“Gua suka banget sama toket lo.. mantab. Terus apa motivasi kamu kerja di sini..?”
“Motivasi saya untuk mendapatkan pengalaman dan wawasan baru dan mempunyai penghasilan sendiri..”

“Bukain baju saya dong..!” Aku menurutinya dan melucuti semua baju pak Bowo hingga telanjang bulat.

“Motivasimu masa’ itu saja..?”
Sambil memelukku dari belakang lagi mengarahkan posisi kami berpelukan ke arah lemari bukunya.

Pintu lemari yang dari kaca itu bisa membuatku sedikit bercermin melihat pak Bowo kembali memelukku dari belakang.
Kali ini tangannya mulai menggerayangi vaginaku.

“Ummm.. saya ingin bekerja dengan baik kepada atasan saya sebagai sekretaris pak Bowo..” jawabku sedikit terengah-engah..
karena jari-jari pak Bowo mulai berusaha memasuki vaginaku.

“Kamu tidak bermotivasi untuk ngentot sama aku ya..?”
Sambil mulai memaksakan jarinya masuk ke vaginaku, sementara kontolnya sudah keras menekan pantatku.

“Kan.. Pak Bowo cuma liat Priska oral seks sama pacarnya..” jawabku.

Pak Bowo melepaskan pelukannya, tanpa diduga2 dia malah tertawa terbahak-bahak.
“Ohhh.. jadi cboleh oral ya..?” Aku mengangguk.
“Ya sudah.. sini..!"

Pak Bowo membuka celana dalamku.. lalu dengan cepat jongkok di depanku.. dan mulai menciumi vaginaku.
Aku benar-benar tidak menduga hal ini terjadi.. karena tadinya aku berharap setelah tau bahwa aku hanya akan mempermainkan pak Bowo dalam sesi interview ini.. dia akan menyudahinya sampai di sini.

Tapi pak Bowo dengan gesit mempermainkan lidahnya yang sudah sangat membuatku geli.
Tadinya aku pikir aku bisa mempermainkan tetanggaku ini.. tapi sekarang aku dibuatnya horny berat dengan permainan oralnya.

Apalagi waktu dia mengangkat kaki kiriku kepundaknya sehingga dia bisa melahap vaginaku dan memainkan lidahnya.
Hingga aku tidak tahan mengerang-ngerang kenikmatan.

“Pak .. pak.. sudah paaak.. engggghhhhh..” aku terus memintanya berhenti karena rasa nikmat ini tak terbendung.. dan aku malu sekali dibuatnya.
Baru kali ini ada yang rela melakukan oral kepadaku.. dari semua laki-laki yang pernah berhubungan seks dengan aku semuanya egois.

Pak Bowo terus melakukan itu hingga akhirnya ambroll pertahananku.
Ketika pak Bowo berdiri tangannya masih bermain di vaginaku untuk membantu proses orgasmeku hingga tuntas.

Aku memeluknya erat-erat. Perlahan-lahan Pak Bowo bergerak mundur, sambil tetap memelukku.
Dia mengajakku duduk di sofa yang tadi, aku memeluknya sambil duduk di pangkuan pak Bowo.

Diciuminya aku, tercium bau kewanitaanku, tapi aku tidak peduli, baru kali ini aku tau bauku sendiri.
Ciuman itu menjadi buas, kami bermain lidah dan kurasakan penis pak Bowo kembali mengeras.

Dia mengangkat pantatku dan mencoba memasukkan penis itu di vaginaku.

“Pak aku gak mau..” Sahutku.
Tapi pak Bowo menekan pinggangku ke bawah dengan kuat sambil kemudian menahannya.

Blessepp..! Sukses.. Masuklah kontol itu menerobos liang memekku. “Nggghhhh..” erangku seketika.
Aku tidak bisa meronta, karena tenaga Pak Bowo cukup kuat.
Pantatku aku coba untuk naik.. tapi kontol pak Bowo memburunya naik juga, membuatku mendesah-desah..

“Pak.. ah ssshhh jangan.. emmmmm sudah.. sudah.. Aku kan istri tetanggamu. Mmm..maaf aku gak bisa..”
Aku mencoba meronta.. tapi pak Bowo merebahkanku dengan cepat dan dengan posisi penisnya masih menancap di vaginaku.

Dia pun mulai menggenjotku sedikit sedikit. Penisnya makin lama makin keras, seperti waktu aku sepong tadi tampaknya.

Dia masih diam tak berkata-kata dan memelukku erat-erat..
sementara tanganku memukul punggungnya dan kaki menendang-nendang ke samping sofa.. berharap bisa jatuh terguling dan aku bisa lepas.

Tapi cengkeraman pak Bowo cukup kuat.. dan akibat gerakan ku itu malah membuat penisnya makin keras lagi.
Sehingga genjotan pak Bowo makin membuatku menggelinjang. Akhirnya aku merasa vaginaku benar-benar penuh.

Gila orang ini.. kontolnya keras seperti kayu.. belum pernah aku merasakan seperti ini.
Punya Adi suamiku walaupun panjang tapi tak sekeras ini.

Setelah pak Bowo yakin penisnya siap tempur dia merenggangkan pelukannya dan tangannya bertumpu di pahaku.

“Pak.. sudah ya.. su..engggghhhhhh..”

Pak Bowo sedikit menarik penisnya tapi rasanya di vaginaku yang baru orgasme itu luar biasa.
Mataku terbelalak merasakannya.. begitu pak Bowo kembali memasukkan penisnya,
walaupun pelan-pelan tapi membuatku tak sadar menggeliat.. punggungku naik ke atas.. kepalaku menengadah.. mulutku menganga tanpa suara.

Pak Bowo berkali-kali melakukan itu dengan perlahan-lahan.. hingga akhirnya dia sesekali menyentakkan pantatnya.
Jleghh..!

Aku pun dibuatnya melolong-lolong nikmat. Sedikit-sedikit... walaupun agak lama.. vaginaku akhirnya bisa beradaptasi.
Dan akhirnya aku pasrah digenjot keras dengan lancar oleh Pak Bowo.

Ketika aku orgasme lagi.. pak Bowo memberiku kesempatan menikmatinya sambil menekan dalam-dalam kontolnya di liang vaginaku.
Aduhh.. rasanya aku terbang di awang.

“Aku genjot lagi ya sayang..? Aku entot kamu ya Lhonte cantik.. aku tunggangi ya kamu.. isterinya Adi yang cantik ini..
Mmmm.. enaknya memekmu Mila..”

Aku yang pasrah menerima ciumannya sambil membiarkan pak Bowo menggenjot lagi.
Kembali pelan-pelan dan akhirnya cepat. Splakk.. plakk.. plokk.. plokk..
Bunyi pahaku beradu dengan pahanya menutupi suaraku yang mengerang nikmat makin keenakan.

Lagi-lagi aku kembali orgasme dihentak batang kejatanan Pak Bowo yang besar panjang berurat itu.
Kali ini pak Bowo mengalungkan kakiku di pundaknya.. sehingga pantatku terangkat dan kini dia menggenjotku dengan sepenuh tenaga.

Aku berteriak-teriak merasakan ini, dan dengan cepat aku orgasme lagi tapi pak bowo tidak memberiku ampun walaupun aku sudah berteriak dengan keras.
Aku merasakan ada air yang mengocor deras.. aku nggak tau apa itu orgasme apa aku terkencing-kencing.. aku gak tau.

Pak bowo melepaskanku. Dia menuju mejanya dan meminum air putihnya. Dan memberiku juga seteguk air.

“Pak sudah ya..” kataku.
Aku yang lemas.. memohonnya untuk berhenti.. tapi tak kuasa saat Pak Bowo membalikkanku dan akhirnya akupun didoggy style.

Lagi-lagi aku gak kuat menahan serangannya. Tapi Pak bowo belum juga menyudahinya. Aku akui dia luar biasa.

Setelah beberapa saat dia menjambak rambutku dari belakang sambil memukul-mukul pantatku dan kemudian..
Crott.. crott.. crott.. crott.. keluarlah lahar panas itu di vaginaku. Pak bowo memelukku dari belakang sambil meremas-remas dadaku.

Setelah beberapa lama pak bowo melepaskan aku dan kamipun tiduran di sofa bersama-sama berpelukan dan berciuman.
Ciuman Pak Bowo hangat sekali. Dia pun membuka jilbabku kemudian menjilati leherku sambil memegang dadaku lagi.

“Mila, jadi kamu mau kerja di sini apa nggak..?”
Aku menggelengkan kepala. Pak Bowo tersenyum.

“Jadi.. tadinya kamu cuma mau ngerjain aku..? Dan kamu pikir setelah kamu sepong.. ya udah selesai gitu aja..?”
“Iya.. tapi bapak tadi memperkosa aku..”

Dia tertawa, aku pun tertawa, menyadari bahwa akhirnya pun aku mau. Aku pun bercerita.. sebetulnya rencanaku cuma membuatnya jera.
Tapi yahhhh.. aku yang salah pasang perangkap singa rupanya.. akhirnya aku sendiri jadi korbannya.

“Kamu enak nggak tadi Mila..?”

Aku malu dengan pertanyaan Pak Bowo dan mencubit penisnya. Tau-tau.. Crutt..!
“Duhh.. kena semprot Pak..?”
Kontan kami tertawa terbahak-bahak melihat tanganku basah kena spermanya yang masih muncrat-muncrat.

Pak Bowo kemudian mengajakku duduk dan dipertontonkan penis yang tadi memperkosaku yang masih tegang dan berdenyut-denyut itu.
Dipeluknya aku dan didudukkannya aku di pahanya lagi dengan membelakanginya..

Kali ini aku tidak menolak saat penisnya yang besar panjang berurat dimasukkan ke vaginaku.

“Jangan dibiarin muncrat di luar ya sayang..? Oughhh.. enak teunan tempek isteri Pak Adi ini..
Mmmm.. kamu suka ya Lhonte cantik dengan kontol besarku..?”
“Iya paaaak..”

“Jangan Panggil aku pak.. Mas saja ya..?”
Aku pun mengangguk dan menciumi laki-laki yang sudah menggagahi aku dengan benar-benar gagah.

“Mil..”
“Iya Mas..”

“Coba kamu goyang-goyang dikit..”
Sambil bergoyang aku tanya.. “Kenapa Mas?”

“Emmm goyanganmu enak sayang..” Aku memeluknya menciumnya dan menggoyangkan pantatku.
“Mas.. kok keras lagi..?”

“Tanggungjawab dong..” aku melotot ke Mas Bowo sambil mencubitnya.
Mas Bowo memainkan kedua putting susuku sambil berkata.. “Puasin aku sayang..”

Aku bergoyang-goyang lagi. Dengan sisa tenaga yang ada. Aku teringat goyangan Inul dan mencobanya pada mas Bowo.
“Aawww.. pinter juga nih isteri cantik Pak Aditya. Apa itu Mil..?”

Aku mulai goyang ngebor lagi. Mas Bowo menggigit bibirnya sendiri dan meremas dadaku. “Enak sayang..”

Mendapat pujian seperti itu aku makin semangat goyang.. padahal goyang begini sebetulnya malah membuat penis mas Bowo mengaduk-aduk liang vaginaku.
Aku mencoba bertahan tapi aku ambrol juga.

Mas Bowo merebahkanku.. dan dengan nafas yang memburu dia pun menggenjotku lagi hingga tak lama dia pun orgasme juga.
Kami berciuman, aku juga menjilati Mas Bowo. Mas Bowo juga begitu dan dengan sengaja dia mencupangi leherku.

Setelah cukup lama Mas Bowo bangkit. Dia mengambil tissue dan membersihkan diri.
Aku berpakaian cepat-cepat dan memilih membersihkan di toilet saja. Ingin aku jika ada kamar mandi.. kenapa gak mandi sama dia saja.
Ahhh.. akhirnya aku begini lagi pikirku. Ya sudahlah.. biarin.

Setelah bersih aku kembali ke dalam kantornya dan berniat pamit pulang. Mas Bowo mau mengantarkan aku pulang.
Aku terima saja, maklum aku kelelahan. Kami menggunakan mobilku.

Mas Bowo yang nyetir dan dia cukup senang dengan kondisi mobilku yang berkaca gelap.
Dia meminta aku merebahkan kepalaku di pahanya. Sehingga dia bisa nyetir sambil merogoh-rogoh susuku.

Sampai dekat sekolah anakku.. jam masih menunjukkan jam 3 kuang 15 menit.
Mas Bowo bilang kalau itu waktu yang cukup untuk permainan terakhir.

Aku menolak.. karena aku sudah amat lelah.
Mas Bowo mengatakan kalau dia Cuma minta disepong. Akhirnya aku turuti juga permintaan itu.

Setelah kejadian itu aku selalu mengkhayali Pak Bowo yang menyetubuhi diriku.
Kadang saat aku bersenggama dengan suamiku.. aku selalu membayangkan keperkasaan Pak Bowo..
Membayangkan kontolnya yang besar panjang berurat memadati liang vaginaku yang sempit ini.. hihihi.. (. ) ( .)
---------------------------------------------------

Cerita sebelumnya gmn Gan?
 
Boleh juga stamina pak Bowo hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd