Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 232 – Catur Birahi..

Indri

Pesta 17 Agustusan kemarin
sungguh sukses di kampungku.
Namun bagiku kegiatan itu justru meninggalkan luka dan kenangan yang tak pernah kuharapkan.

Untuk partisipasi pada panitia yang telah berusaha untuk menggembirakan warganya..
aku mengikuti Lomba Catur yang diselenggarakan. Lumayan untuk memperebutkan Piala Lurah Jonggol.

Dan sebagai pecatur yang banyak pengalaman..
aku yakin bahwa Piala Pak Lurah akan menambah koleksi pialaku di rumah.

Pada malam final.. aku dipertemukan dengan jagoan catur RW lain..
dengan dihadiri Pak Lurah sendiri yang membuka acaranya.

Disaksikan para tetangga dekat mau pun jauh..
pada sekitar jam 8 malam aku telah duduk semeja menghadapi papan catur dengan lawanku.
Diperkirakan pertandingan final ini akan berlangsung sedikitnya 2 jam sejak dimulai.

Waktu merangkak semakin malam.
Udara Jonggol yang cukup berangin memberikan kesejukan yang nyaman.

Aku membayangkan alangkah nikmatnya tidur dengan udara sejuk macam begini..
sesudah beberapa malam kurang tidur dalam upaya memperebutkan malam final ini.

Tiba-tiba.. belum juga 1 jam pertandingan berlangsung, aku diserang perut mulas dan harus ke belakang buang air.
Kepada panitia aku memberi tau dan minta izin.

Sesudah berunding dengan pemain lawanku.. akhirnya aku setengah berlari pulang untuk buang air.
Aku pikir dan mengingat-ngingat: Hmm.. salah makan apa hari ini..?

Sesampai di depan rumah..
Kulihat pintu rumahku telah tertutup dan lampu ruang depan nampak telah dimatikan.
Kemungkinan istriku telah tidur atau sibuk nonton TV di ruang belakang.

Namun aku yang memang siap pulang malam..
telah membawa kunci cadangan agar tidak perlu membangunkan istriku.

Saat aku hendak memasukkan kunci ke lubangnya aku terhenti. Jantungku berdegup kencang.
Kulihat di lantai depan pintu kok ada sandal yang sangat aku kenali.
Sandal itu milik Pakde Darmo.. tetangga sebelahku.

Kami panggil Pakde karena usianya yang cukup jauh di atas kami. Lebih dari 55 tahunan.
Kami memang akrab bertetangga dan sering saling bertandang..
Tetapi bukan malam-malam macam sekarang ini. Apalagi saat aku tidak berada di rumah.

Aku langsung khawatir dan cemas. Ada apa Pakde Darmo bertandang ke rumahku malam-malam begini..?
Dan di mana istriku..? Apa yang mereka lakukan berdua di dalam rumahku..?

Anehnya.. sakit perutku langsung lenyap. Aku penasaran dan aku tunda untuk tidak memasuki rumah.
Aku akan ke jendela samping. Ada 2 jendela di samping rumahku.

Dari lubang angin di atas jendela pertama aku bisa melihat ruang keluarga..
Di mana istriku biasanya menghabiskan waktunya di depan TV.
Dan dari jendela yang kedua aku bisa melihat kamar tidurku.

Dengan tanpa menimbulkan bunyi aku lantas mengendap-endap di rumahku sendiri menuju jendela pertama.
Dengan bangku plastik yang selalu ada di sana aku naik mengintip lubang anginnya.

Ah.. tak nampak orang di sana.
Aku mulai curiga. Kalau bertamu kenapa tidak di ruang tamu..? Ya kan..?
Pelan-pelan aku turun dan pindah ke jendela kedua.

Belum juga aku naik aku mendengar suara orang ngomong..
“Paling Mas Bas baru pulang nanti sekitar jam 11 malam.

Kalau menang khan harus menunggu upacara penyerahan piala dulu..” itu jelas suara Indri, istriku.
Aku heran.. kenapa yang semestinya merindukan aku agar cepat pulang malahan mensyukuri aku lambat pulang.

“Hhmm..” sebuah jawaban yang sangat berwibawa. Tanpa kata namun penuh makna.
Suara berat macam itu siapa lagi kalau bukan suara Pakde Darmo.

Aku penasaran. Dengan bangku plastik itu aku melongok ke kamar tidurku.
Jlegarr..!! Seperti Saddam Husein yang kena roket pasukan Amerika..

Aku hampir jatuh telentang saat menyaksikan apa yang telah kusaksikan.
Di atas ranjang pengantinku..
Dua orang yang aku cari ini sedang berasyik masyuk melepaskan hasrat syahwat birahinya.

Seperti penampilan hari-harinya.. Pakde Darmo hanya bersarung dengan kaos singletnya.
Perutnya yang buncit tak bisa disembunyikan.
Sementara istriku Indri telah setengah bugil. Hanya celana dalam dan behanya yang tinggal.

Dengan menindih tubuh istriku Indri.. mulut Pakde Darmo nyosor mengenyot-ngenyoti teteknya.
Ooo.. pantesan saja dia tak bisa ngomong. Pikirku mulai panas.

“Sarung dan kaos singletnya dibuka dulu Pakde, nanti lecek..!” Istriku mengeluarkan omongan lagi..
Sambil tangannya meraih menarik lepas sarung dan singlet Pakde Darmo.
Kini Pakde sepenuhnya telanjang dan istriku tinggal bercelana dalam dan kutang saja.

Dengan perut buncitnya Pakde memeluki istriku dari belakangnya.
Nampaknya Pakde suka nembak perempuan dari arah belakangnya.

Tangan dan kakinya yang berbulu cukup lebat memeluk tubuh istriku.
Bibirnya nyosor terus ke kuduk, ketiak dan buah dadanya.

Tampak olehku puting susu Indri yang berwarna merah kecoklatan itu sudah berdiri tegak..
mengacung dengan pongahnya.. menandakan sudah sangat terangsangnya birahi si Indri.

Indri Istriku nampak begitu menikmati dan larut dalam ulah Pakde Darmo ini.
Rupanya permainan ini sudah cukup jauh.
Kini mereka tengah mendaki puncak nikmat hubungan syahwat antar tetangganya.

Pakde Darmo adalah tetangga samping kanan rumahku.
Dia adalah pensiunan pegawai rendahan sebuah BUMN.

Walau pun usianya sudah lebih 55 tahun namun perawakannya masih sangat sehat.
Dia tak pernah berhenti joging di pagi hari dan sesekali mengangkat barbel untuk merawat ototnya.

Sebagai lelaki.. Pakde Darmo sesungguhnya tidak tampan.
Namun meski dengan perut buncitnya dan bulu-bulu di badannya..
Pakde Darmo sering mendapat lirikan para perempuan di kampung.

Mungkin istriku.. yang usianya 20 tahun lebih muda dari Pakde..
diam-diam mengimpikan bagaimana tidur dengan lelaki berbulu macam Pakde Darmo ini.

Dalam gelinjangnya istriku bangkit berbalik.
Bibirnya menjemput bibir Pakde Darmo untuk berpagut sesaat..
sebelum lumatannya melata ke leher kemudian dada Pakde.

Nampaknya istriku begitu keranjingan dengan bulu-bulu Pakde Darmo.
Dengan penuh gairah lidah dan bibirnya menjilat dan mengenyoti bulu dada Pakde.

Aku sangat ‘syok’ menyaksikan apa yang tengah berlangsung ini.
Aku sama sekali tidak mengira bahwa Indri istriku.. selama ini juga terobsesi pada Pakde Darmo.

Tetapi yang lebih menampar harga diriku adalah membawanya ke ranjang..
di mana sehari-hari dia bersamaku.

Aku tak mengerti apakah Pakde Darmo yang secara aktif memulai..
Ataukah Indri yang sering menggoda syahwat Pakde.

Kini segalanya berubah cepat.. Pakde sudah mengambil alih kendali.
Dia sepenuhnya menindih tubuh Indri yang membuka selangkangannya.

Tangan Indri dengan tangkas meraih kemaluan Pakde Darmo..
yang terlihat memang lebih gede dan panjang dari kemaluanku.
Mungkin hal ini juga hal yang membuat Indri demikian terobsesi pada Pakde.

Clebb.. clebb.. clebb..!!
Yang terjadi berikutnya adalah.. ayunan Pakde dan goyangan istriku yang di bawahnya.

Penis Pakde nampak begitu kaku dan tegar menembusi memek Indri..
yang di sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu jembut keriting yang sangat subur menutupi lubang kawinnya.

Kedua tangan Pakde terlihat memegangi kedua batang paha istriku yang menempel di pinggangnya.
Kini dalam posisi duduk yang bertumpukan pada kedua lutut yang menekan kasur..

Pantat Pakde menggenjot dan memompa penisnya..
agar mengocok-ngocok dan mengaduk-aduk liang memek istriku.
Kepala istriku terlihat mengeleng-geleng..
merasakan nikmatnya sodokan dan kocokan kontol panjang Pakde.

Tubuh istriku terguncang-guncang akibat sodokan yang dilakukan berulang-ulang oleh Pakde.
Sementara betis istriku yang tergantung di belakang tubuh Pakde pun terayun-ayun keras..
seirama sodokan di selangkangannya

Erangan-erangan nikmat terdengar dari mulut istriku..
bercampur dengan helaan nafas Pakde yang cukup keras.

“Aiihhhh..! Aahh ahhh.. ahh enaakk Pakde..!” Istriku menjerit kecil dan terus mendesah dan merintih.
Sepertinya kenikmatan birahi begitu menenggelamkan keduanya.
Nampak cakar-cakar Indri sudah siap menghujamkan kukunya pada punggung Pakde.

Menyaksikan Pakde Darmo dan Indri istriku demikian nikmatnya saling mengayuh syahwat..
aku jadi terbawa hanyut. Penisku jadi ngaceng.

Aku pengin mengelusi dan mengocok-ocoknya sambil menyaksikannya:
Bagaimana istriku dilanda nikmat orgasmenya saat dientot Pakde Darmo ini.

Semakin lama batang penis yang masuk semakin dalam..
Dan gerakan mendayung nikmat Pakde pun semakin cepat.

Tubuh istriku semakin melonjak-lonjak menerima sodokan-sodokan yang semakin dalam..
menyentuh relung liang vagina istriku disertai erangan nikmat yang tak terputus.
“Auh.. Auw.. ohh.. ohh.. ouhhhhh..!”

Sodokan-sodokan Pakde semakin keras menghentak. Buah dada istriku yang membusung..
bergoyang-goyang bagaikan sedang dilanda gempa bumi yang maha hebat.

Menyuguhkan pemandangan erotis yang sangat menggiurkan.
Dan erangan nikmat istriku pun semakin menyayat.. ”Auww.. auw.. aauuhhhh..!”

Tiba-tiba Pakde menghentikan gerakannya.. kemudian mencabut penisnya yang semakin tegang dan keras..
serta mengkilat karena dilumuri lendir kenikmatan yang dihasilkan liang vagina istriku.

Istriku merasakan sesuatu yang hampa di dalam vaginanya..
dan merasa kenikmatan yang sedang dirasakannya terpotong.. matanya memandang kecewa pada Pakde.

Tetapi Pakde berkata sambil mendesah.. “Sekarang nungging, Nduk..!”
Suruhnya sambil bergerak merenggangkan jarak dari tubuh istriku.

Sepertinya istriku paham dengan apa yang diinginkan oleh Pakde.
Dia lantas menggulingkan tubuhnya.. sehingga agak berputar 90o ..

Lalu mengangkat punggung dan pantatnya ke atas sampai berada pada posisi merangkak..
dengan pinggang yang agak direndahkan.
Wuahhh..!! Posisi yang sangat seksi yang diperlihatkan istriku pada Pakde.

Pakde menggeserkan dengan memutar tubuhnya sebesar 90o dengan menggunakan lutut..
agar dapat menempatkan selangkangannya tepat berada pada belahan pantat istriku yang padat dan seksi.

Tangan kanannya memegangi batang penis yang semakin keras..
kemudian mengarahkannya ke liang vagina istriku..
yang dengan gelisah menunggu dalam kebasahan melewati celah pantat istriku yang montok.

Mata istriku terpejam seolah sedang menantikan detik-detik yang mendebarkan..
Slebb.. blessekk.. Seketika mulut istriku ternganga dengan mata terpejam..

Kemudian mengeluarkan lenguhan nikmat ketika batang keras penis Pakde kembali memasuki dirinya.
“Ooouuhhhh..!” Rintihnya terdengar sangat erotis.

Kedua tangan Pakde memegangi kedua pinggul istriku.. kemudian.. clebb-jlebb-clebb-clebb-clebb-clebb..!!
Dia mulai menghela pantatnya menyodok-nyodokkan batang penisnya untuk meraih nikmat dari vagina istriku.

Sodokan-sodokan Pakde demikian cepat dan keras.. buah dada istriku yang tergantung indah terayun-ayun..
Kepala istriku pun beberapakali terlihat terdongak-dongak menahan kenikmatan yang menerpa dirinya.

Semakin lama sodokan itu semakin keras dan dalam.. serta menghentak-hentak. Plok plok plok plok..!!
Bunyi benturan paha Pakde dengan buah pantat Indri terdengar.. diselingi dengus dan desah napas mereka.

Istriku pun membalas hentakan-hentakan keras itu dengan menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.
Dan terkadang diputar sambil menjerit.. mendesah dan mengerang-ngerang sangat menggairahkan.

“Aouhhh.. aouhhhh.. aaahhh..!” Tampak sekali keduanya sedang berpacu meraih nikmat yang dekat.
Dengan dengusnya yang cukup meriuhkan kamarku.. nampaknya Pakde sedang menjemput puncak nikmatnya.

Clebb-jlebb-jlebb-crebb-crebb-jlebb-clebb-jlebb-clebb-clebb-clebb..!!
Dia percepat genjotan batang kontolnya di liang memek Indri.

Sementara demikian pula Indri istriku.. dengan penuh gairah menyambut sodokan kontol Pakde.
Nampaknya orgasmenya akan hadir bersama ejakulasi Pakde.

Kuperhatikan batang penis Pakde yang berkilatan oleh lendir kawin Indri..
nampak seperti piston mesin diesel yang keluar masuk ke lubangnya.

Tampaknya puncak kenikmatan Pakde tetanggaku ini sudah semakin dekat..
Dan sepertinya ia ingin meraih orgasme sambil menindih istriku.

Sebab sekonyong-konyong dia langsung mencabut penisnya..
lalu menggulingkan tubuh istriku agar kembali telentang.

Istriku lantas mengangkat kedua kakinya ke atas dan direntangkan lebar-lebar..
Seolah memberi kemudahan bagi Pakde mengentot memeknya lagi.

Slebbb.. clebb.. Jlebb..!! Pakde langsung menyodokkan kembali penisnya..
ke dalam liang vagina istriku yang semakin licin, basah dan gatal.

“Oooouuhhh..!” Lenguh istriku kembali terdengar..
ketika vaginanya dijejali lagi oleh batang kontol Pakde yang terlihat semakin bengkak dan keras.

Tak lama kemudian kembali dia mengayuh tubuh istriku dengan hentakan yang cepat dan keras..!
Kedua telapak tangannya diletakkan pada kedua buah dada istriku..
yang bergoyang-goyang akibat sodokan yang tak pernah berhenti.

Crebb-clebb-jlebb-jlebb-crebb-crebb-jlebb-clebb-jlebb-clebb-clebb-clebb..!! Makin kuat dan cepat.
Sambil terus menyodok-nyodokkan batang penisnya semakin dalam..
hingga seluruh batang penis Pakde amblas ditelan vagina istriku..

Sementara tangannya meremas-remas buah dada istriku.. diselingi dengan pilinan pada puting susu istriku.
“Ouhhh.. ouhhh.. ouhhhh..!” Erangan keras kembali keluar dari mulut Indri.
Kenikmatan yang dirasakan istriku semakin melambungkan dirinya.

Terlihat kini Istriku mengeleng-gelengkan kepalanya sambil memejamkan mata menahan nikmat.
Riuh rendah erangan nikmat istriku semakin nyaring.. berpadu dengan dengus dan helaan nafas Pakde.

Akhirnya kulihat Pakde meletakkan kedua siku tangannya di pinggir pangkal lengan istriku.
Lalu tangannya merengkuh bahu istriku..
Dadanya diturunkan hingga mulutnya dapat mengulum puting susu Indri.

Istriku terlihat semakin meregang dan gelengan kepalanya semakin keras..
"Nghhh aahhh.. ahh.. ahhh..!! Disertai juga dengan erangan nikmat yang tak putus-putus.

Akhirnya Pakde merapatkan dadanya.. menghimpit rapat buah dada istriku. Mulutnya mencium wajah istriku.
Sementara di bawah.. sodokan-sodokan batang penisnya mulai terlihat keras dan kaku.

Hingga akhrnya sodokan itu berubah menjadi hentakan-hentakan yang keras dan kejang-kejang tak terkendali.
Geliat tubuh istriku pun terlihat liar tak terkendali dan menghentak-hentak.. membalas hentakan Pakde.

Aku membayangkan betapa nikmat melanda sanubari istriku. Dan.. Aahh.. ttuuhh.. lihaatt..!!
Penis yang terus menggenjot itu nampak membawa begitu banyak lendir dan busa keluar masuk vagina Indri.

Rupanya liang memek Indri telah mengeluarkan cadangan lendir birahinya.
Dan tubuh istriku nampak menegang dan kemudian berkejat-kejat.
Cakarnya menghujam dan melukai punggung Pakde.

Indri mendapatkan orgasmenya yang sangat dahsyat selama.. yang dalam pikiran dia..
aku sedang bermain catur demi Piala Lurah Jonggol.

Hingga pada suatu titik yang hampir sama.. tubuh mereka melenting kaku..
Kemudian berpelukan sangat erat.. secara bersamaan dari mulut mereka terdengar jeritan nikmat.

“Aaaaaarrggghhhh..!” Tubuh mereka berkelojotan beberapakali.. kemudian terhempas lunglai dan layu.
Sementara di luar sini..? Errgghhh..!! Dan aku tak mampu menahan diriku.

Clokk-clokk-clokk-clopp-clopp-clopp..!! Aku kocok terus penisku..
Sambil menyaksikan betapa sensasionalnya menyaksikan istriku dientot tetanggaku sendiri.

Dan kini.. melihati peju lelaki itu berserak meleleh dari lubang memeknya.. Erghhhh..!!
Crott.. crott.. crott.. crott..!! Seketika pejuku muncrat menembak kaca jendelaku.

Dengan bergegas aku cepat turun dari bangku plastik.
Ahhh..!! Aku harus cepat balik ke pertandingan sebelum panitia menyusul aku.

Malam itu aku pulang dengan Piala Lurah Jonggol bersusun tiga yang kemasan.
Tingginya sama dengan tinggi badanku yang 167 cm.

Istriku membuka pintu dan menyambut aku dengan bangga.
Dia yang menaruh pialaku itu di tempat yang terbaik di ruangan itu. Ahhhh.. anjritt..!! F(. )I( .)N
-------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------

Cerita 233 – Rezeki Tukang Bubur..!

[Part 1] – Akibat BT alias Birahi Tinggi..!!

Sudah satu tahun
lebih Asep berjualan bubur ayam di kompleks itu.. yang merupakan kawasan elit di area Jakarta.
Cukup laris dagangannya.. setiapkali ia berkeliling menjajakan bubur ayam dengan gerobak di area itu.

Ya.. tak sia-sialah dia memberikan ‘pelicin’ kepada Satpam penjaga kompleks setiapkali melintasi gerbang kompleks.
Sebetulnya tidaklah banyak yang Asep berikan kepada Satpam penjaga kompleks itu.

Hanyalah semangkuk bubur yang diberikannya secara gratis..
Dan dengan leluasa sang Satpam akan mempersilakannya untuk berdagang ke sekeliling kompleks.

Sebenarnya tak ada larangan dari pihak otoritas kompleks untuk melarang pedagang makanan memasuki area kompleks..
Kecuali pengemis.. pengamen dan sales yang tidak jelas.

Namun dasar Satpam di situ saja yang memanfaatkan posisinya untuk memperoleh keuntungan.
Yah.. bukankah di negeri ini memang begitu adanya..? Terutama para aparat birokrasi.. Haaaaa..!!

Yang kerjanya hanya memanfaatkan aturan dan hukum untuk mendapatkan keuntungan.
Dan Satpam itu hanya merupakan contoh kecil saja.

“Di sini tukang dagang gak boleh masuk bang. Saya sih cuma menjalankan tugas aja.
Tapi kalau situ mau kasih saya sarapan bubur tiap pagi sih, saya akan bicarakan nanti sama boss..
biar ada keringanan.. saya sih enggak maksa nih...”

Begitu ujar sang Satpam saat dulu pertamakali Asep akan mencoba berjualan keliling kompleks itu.
Sudah barang tentu itu hanyalah akal-akalan sang Satpam.
Dengan tanpa pikir panjang Asep langsung menyanggupi tawaran sang Satpam.

“Saya sih cuma mau nolong aja nih bang.. gak ada maksud apa-apa..” begitu ujarnya lagi..
Sambil menerima semangkuk penuh bubur ayam lengkap dengan sate ampela ayamnya.

“Tapi ngomong-ngomong situ ikhlas enggak nih..?” Tanyanya lagi..
sambil menyantap bubur, yang sudah barang tentu Asep menjawabnya ikhlas.

Semenjak itu Asep secara rutin memberikan sarapan gratis pada sang Satpam.
Namun pada sore harinya Asep tak lagi diharuskan memberikan semangkuk bubur.

Karena selain berdagang pagi hari.. Asep juga berdagang pada sore harinya di kompleks itu.
Apalagi memang kompleks itu hanya dipisah sebuah kali dengan kampung tempat Asep tinggal..
Serta sebuah dinding panjang tentu saja.. yang ‘membentengi’ kompleks perumahan.

Bubur ayam Asep sangat laris. Jarang sekali Asep pulang dengan dagangan masih tersisa..
Selalu habis.. walau pun duakali dalam satu hari dia jualan berkeliling kompleks itu.

Pagi hari Asep berjualan mulai jam 6 pagi.. memasuki pukul 8 pagi biasanya dagangan Asep telah habis terjual.
Sementara untuk sore harinya pada pukul 4 sore Asep mulai berkeliling.

Dan tak sampai Maghrib dagangannya pun ludes tak tersisa.
Menurut orang-orang di kompleks.. bubur Asep memang enak.. bersih dan higenis.

Ditambah lagi Asep pun sebagai penjual memang selalu berpenampilan bersih.
Kalau dilihat-lihat..
Sosok Asep memang tidaklah cocok sebagai seorang pedagang bubur keliling dengan gerobak seperti itu.

Wajahnya yang tampan serta posturnya yang atletis.. lebih pantas sebagai pemain sinetron.
Namun nasib yang berkata lain. Asep hanyalah seorang dari desa yang sekolah pun hanyalah tamat SMP.

Usia Asep kini 26 tahun.. berdagang bubur di Jakarta dengan meninggalkan istri..
dan seorang anak yang masih kecil di kampung di daerah Jawa-Barat.
Sekitar sebulan sekali Asep pulang untuk menyetor hasil jerih payahnya kepada istri tercinta.

Karena penampilan Asep itu pulalah banyak pembantu-pembantu rumah tangga dan baby sitter..
di sekitar kompleks yang tergila-gila padanya.
Namun dengan bijak Asep selalu berkata bahwa dia telah berkeluarga.

Dan bukan hanya para pembantu yang terpikat oleh Asep..
Namun juga ibu-ibu di sekitar kompleks pun banyak yang terpincut oleh ketampanan Asep.
Walau pun kebanyakannya hanya disimpan di dalam hati saja tentunya.

Salahsatu lengganan bubur Asep yang setia adalah bu Hajjah Rina.
Orang-orang di sekitar kompleks biasanya memanggilnya bu haji.

Rina merupakan istri dari seorang petinggi dari sebuah partai berbasis religi..
Yang pada pemilu 2004 lalu memperoleh suara mayoritas di DKI.

Walau pun usia Rina sudah hampir 40 tahun.. namun penampilan Rina cukup menarik.
Dengan wajahnya yang cantik.. berkulit putih dan selalu berjilbab.
Bentuk tubuhnya pun cukup proporsional untuk seorang wanita seumurannya sekarang.

Walau pun dengan mengenakan pakaian yang menutupi aurat secara penuh..
Namun orang masih dapat membayangkan bentuk tubuhnya yang aduhai.
Dengan pantatnya yang besar bak gitar spanyol.. dan buah dadanya yang juga besar bak jeruk bali.

Rina adalah salah seorang dari ibu-ibu di kompleks itu..
yang secara diam-diam menaruh hati dengan ketampanan Asep.
Namun biasalah.. sebagai seorang yang telah bersuami dan memiliki posisi terhormat pula..

Terlebih lagi dengan status hajjah yang disandangnya.. berbeda dengan para pembantu di kompleks itu..
yang cengengas-cengenges dan tebar pesona yang berlebihan kepada Asep.
Sebaliknya.. Rina bisa dengan pandai menyembunyikan perasaannya itu. Atau istilahnya ja’im.

Walau pun sering juga Rina mencuri-curi pandang kepada Asep..
Ya.. di saat Rina menunggui Asep melayani bubur yang ia beli.
-------ooOoo-------

Seperti pada sore itu.. seperti biasa Rina membawa mangkuk sendiri..
dan menanti Asep yang dengan cekatan meracik bubur di mangkuk Rina.

Dan seperti biasa pula Rina selalu mencuri pandang memperhatikan Asep.
Dalam hati Rina berkata agar Asep bisa lebih lama dalam meracik bubur itu.
Dengan begitu dia juga akan bisa lebih lama menatap wajah Asep.

Walau pun hanya menatap.. itu pun dengan mencuri-curi..
Dan Rina akan berpura-pura membuang muka ke arah lain saat tatapan Asep mengarah kepadanya.

“Tumben cuma satu mangkok bu haji, biasanya dua..” ujar Asep..
sambil memberikan mangkuk yang telah tersisi bubur sesuai pesanan Rina.

“Eh, anu.. Iya mang.. Nana masih belum pulang sekolah.
Ada pelajaran tambahan katanya hari ini..” jawab Rina gugup. Entah mengapa kali ini pikiran Rina begitu ngeres.

Setiapkali Asep datang Rina memang selalu mencuri pandang pada Asep..
Dan saat itu biasanya Rina hanya sekedar mengagumi ketampanan Asep.. tidak lebih.
Dan Rina pun tidak mengharapkan apa-apa.

Namun tidak untuk sore ini. Saat ini rasanya ingin diterkamnya Asep.. ingin dipeluknya dan ingin aahh..
Apakah libidoku yang sedang tinggi-tingginya saat ini dikarenakan siang tadi aku terlalu banyak makan lobster..
Ah bisa jadi..
pikir Rina.

Dan entah mengapa.. sore itu timbul pikiran gila di kepalanya.
Nafsu birahinya yang begitu memuncak menghilangkan akal sehatnya.

Terlebih-lebih sudah hampir satu minggu ini suaminya tidak pulang.. ada urusan di daerah katanya..
Sehingga selama itu pula kebutuhan biologis Rina yang satu ini belum terpenuhi.

Sebagai seorang wanita Rina memang bisa dikatakan termasuk memiliki hasrat dan nafsu yang tinggi.
Dan hasratnya itu harus dapat tersalurkan.. dua atau tiga hari mungkin Rina masih bisa tahan.
Namun ini sudah seminggu suaminya belum juga pulang.

Dan sialnya lagi.. tadi siang begitu banyak dia mengonsumsi udang lobster.
Makanan yang satu ini memang memiliki kandungan zat tertentu yang dapat memacu libido.
Itu yang dialami Rina saat ini.

“Mang.. bisa minta tolong enggak..?” Tanya Rina.. sambil menoleh kiri kanan.. khawatir ada yang melihat.
“Tolong apa bu haji..?” Jawab Asep

“Bu haji minta tolong.. kayaknya di kamar bu haji ada tikus mati di bawah lemari..
Tapi bu haji gak berani mau nguburnya, jijik. Tolong mang Asep kuburin ya, mang..” pinta Rina.

“Ah.. bereslah. Itu sih soal kecil bu haji. Mari.. biar saya urus. Mana.. tunjukin kamarnya..?”
Ujar Asep sambil mencoba masuk ke rumah Rina.

“Eh mang.. tunggu dulu, ini gerobaknya dibawa masuk aja sekalian..” ujar Rina.
“Ah.. biarin aja bu haji.. siapa yang mau nyolong gerobak kayak gituan..” jawab Asep.

“Eh jangan begitu mang.. duitnya mang Asep kan ada di laci itu semua..
Sebaiknya dimasukin sekalian aja mang..” pinta Rina.

Sebenarnya yang dikawatirkan Rina sesungguhnya adalah:
Dengan adanya gerobak bubur Asep di depan rumahnya.. orang-orang akan tau kalau Asep ada di rumah Rina.

Untuk itu.. Rina berpendapat akan lebih aman apabila gerobak itu disembunyikan saja sekalian di dalam rumah..
Karena ada niat Rina untuk ‘menyekap’ Asep di dalam rumahnya untuk beberapa saat.

Akhirnya.. sesuai yang diinginkan Rina.. Asep memasukan gerobaknya ke dalam garasi mobil Rina.
Walau pun agak terkejut juga Asep begitu melihat Rina langsung menutup rolling door garasi itu..
namun Asep tak mengambil pusing.

Seraya diikutinya langkah Rina masuk ke dalam rumah yang cukup mewah itu..
Tampak oleh Asep di ruang utama terlihat pajangan-pajangan dinding yang bernuansa islami.
Baik itu kaligrafi mau pun gambar ka’bah yang cukup besar..

Di sebelah ruang utama yang tampaknya difungsikan sebagai ruang kerja suami Rina..
terdapat background lambang partai dengan gambar padi yang diapit oleh dua buah bulan sabit..

Lambang yang sudah tidak asing lagi bagi Asep.
Sementara di sudut lainnya terdapat ruangan yang tampaknya difungsikan sebagai mushala.

Asep masih mengikuti langkah Rina.. tampaknya memang di rumah itu hanya ada Rina seorang.

Karena memang pembantu rumah tangga Rina selalu pulang ke rumahnya selepas Ashar..
Setelah selesai dengan tugas beres-beresnya..
Dan akan datang kembali ke rumah Rina seusai Subuh.. begitu setiap harinya.

Sehingga praktis sore ini hanya Rina sendiri di rumah. Karena menurut pengakuan Rina..
Nabila.. anak gadisnya semata wayang yang masih duduk di SMA itu.. masih ada pelajaran tambahan..
Sehingga yang biasanya pukul dua siang sudah sampai di rumah.. namun kali ini belum pulang.

Akhirnya Rina memasuki sebuah kamar.. mungkin ini kamar yang dimaksud bu haji itu.. pikir Asep.
“Ayo masuk mang..” ajak Rina untuk mempersilakan Asep masuk

Alangkah terkejutnya Asep saat berada dalam kamar tersebut..
Kontras sekali perbedaannya dengan ruangan-ruangan lainnya di rumah ini.

Bagaimana tidak..? Dalam kamar yang luas yang bernuansa eropa modern..
Di sana terdapat lukisan klasik yang sangat artistik.. bergambarkan seorang wanita setengah telanjang..
sedang merangkul seorang pria berpakaian bangsawan eropa kuno.

Dan di atas meja terdapat beberapa patung wanita setengah telanjang yang cukup antik..
Sementara di bagian lainnya.. astaga.. pikir Asep. Sebuah patung kayu tradisional suku Asmat..
Menggambarkan seorang pria dengan batang kontol sedemikian besarnya.. membuat Asep hanya tersenyum.

Dan yang membuat Asep lebih terkejut lagi adalah:
saat melihat bar mini dengan raknya yang berisikan berbagai jenis minuman keras.

“Ma..mana tikus matinya bu haji..?” Tanya Asep agak gugup melihat tatapan Rina yang dirasakannya ganjil.
Bukan jawaban yang diberikan Rina. Rina hanya tersenyum.. senyuman yang misterius menurut Asep.

Namun juga senyum yang menggoda dan menggelorakan nafsu.
Semakin gugup Asep dibuatnya.. terlebih di saat Rina melepaskan jilbab yang membungkus kepalanya.

Ternyata.. di balik jilbab Rina yang senantiasa membalut kepalanya itu terurailah rambut Rina..
yang diberi pewarna pirang agak kemerahan.. walau pun tidak sepenuhnya dicat berwarna merah memang.
Masih ada beberapa bagian yang berwarna hitam.. sehingga tampak modis.

Asep masih terpana menatap Rina.
Semakin terbelalak dia saat Rina membuka baju kurung yang membungkus tubuhnya..
Sehingga kini Rina hanya tinggal mengenakan celana dalam dan BeHa.
Wuihhh..!! Bentuk tubuh yang aduhai.. pikir Asep.

Dan di bawah pusar itu tampak tato menghiasinya.
Sebuah tato yang menggambarkan sebuah sayap burung yang sedang membentang..

Wuihhh..!! Sungguh seksi sekali Rina ini.. pikir Asep. Tak pernah terbayangkan olehnya..
Sosok yang berada di balik baju kurung bu haji yang selama ini Asep lihat.. ternyata seperti ini.

Mengingatkan Asep akan wanita-wanita dalam film porno..
Yang sering dia tonton di rumah petak kontrakannya. Glek.. Asep mulai menelan ludah.

“Kamu suka sama bu haji mang..?“ Tanya Rina dengan gaya menantang sedemikian rupa.
Asep tak menjawab.. rupanya pikirannya masih belum dapat bekerja dengan normal.
Konsentrasinya masih tertuju pada kemolekan tubuh Rina.

“Mang aseeeppp..!” Tanya Rina lagi.. dengan agak keras namun dengan nada yang menggoda
“Eh..eh.. i..iya..iya.. apa bu haji..!?” Jawabnya kaget. Rina hanya tersenyum.

Kini Rina merasa di atas angin. Rina merasa bahwa sepertinya Asep sudah begitu terbius..
dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya.. sehingga dia lebih percaya diri.

“Mang Asep suka enggak sama saya..?” Tanyanya lembut.
“Su..suka apa bu haji..?” Tanya Asep.. semakin gugup.

“Suka ngentot-lah.. ngentot sama saya.. sama bu haji. Mau enggak..?“ Goda Rina.
“Sss.. sa..saya sih mmm..mau aja bu haji.. tt..tapi, tikus matinya mana..?“ Ujar Asep na’if.

“Ah, mang Asep ini.. masih belum ngerti aja. Udah.. lupakan aja tikus matinya.
Tikusnya udah hidup lagi.. udah lari.. hi..hi..hi..” kekeh Rina genit.

Kini Rina merapatkan tubuhnya pada Asep.. lalu tubuh Asep didorong hingga jatuh terduduk di atas ranjang.
Dengan cepat Rina menerkam Asep yang terduduk..
Hingga Asep berbaring telentang dengan kedua kakinya masih berada di lantai.

“Mang Asep enggak kesepian..? Kan, istri mang Asep di kampung..? Apa enggak kepingin ngentot mang..?”
Goda Rina sambil tubuhnya berada di atas Asep..
Sehingga buah dada Rina yang besar yang masih terbungkus oleh BeHa tepat berada di atas wajah Asep.

Kaget juga Asep dengan ucapan-ucapan vulgar Rina.
Asep tak pernah menyangka kata-kata seperti itu dapat terlontar dari mulut bu haji..
yang selama ini dihormatinya sebagai istri seorang tokoh terhormat.

“Kepingin sih.. tapi saya takut bu.. takut ketauan..
Kalo ketauan bapak bagaimana bu..? Bisa cilaka saya..” ujar Asep khawatir.

“Hi..hi..hi.. tenang aja mang. Bapak enggak ada.. enggak bakalan pulang hari ini..
Paling sekarang lagi bersenang-senang sama cewek-cewek ABG simpanannya..” jawab Rina.

Ternyata memang.. di balik kehidupan Rina dan suaminya yang terlihat begitu terhormat dan disegani..
sebagai tokoh yang cukup berpengaruh dari sebuah partai besar.. itu semua hanyalah sebuah kamuflase belaka.

Sama kamuflasenya dengan yang ada di rumah ini.. yang pada hampir seluruh bagiannya bernuansa agamis..
Sehingga mengesankan bahwa penghuninya adalah orang-orang yang taat beribadah..
dan menjalani hidupnya dengan nuansa agamis.

Padahal.. jangankan hidup dengan nuansa agamis. Sembahyang pun Rina dan suaminya tak pernah.
Kecuali pada saat bersama rekan-rekannya di dalam suatu acara.. barulah mereka sembahyang.
Hanya untuk ‘menjaga imej’ tentunya.

Potret sesungguhnya yang mencerminkan jiwa mereka adalah yang ada di kamar mereka ini.
Yang bernuansa seks dan minuman keras. Itulah yang sebenarnya ada di dalam jiwa mereka.

Sedangkan yang lainnya hanyalah kamuflase.. agar suami Rina dapat menempati posisi penting di dalam partai..
yang memiliki pendukung cukup besar di kota Jakarta ini.

Sehingga pada akhirnya suami Rina menduduki kursi yang cukup basah..
dalam posisinya sebagai anggota legislatif di gedung DPR.
Dan sudah bukan rahasia lagi bagi Rina..
Apabila suaminya itu gemar ‘memelihara’ gadis-gadis ABG sebagai simpanannya.

Bagi Rina itu tidaklah menjadi masalah.. selama di dalam status masih menjadi suaminya.
Toh selama ini suaminya lancar-lancar saja memberinya nafkah. Bahkan bisa dibilang terlalu berlebih.

Karena memang begitu mudah suaminya memperoleh uang..
dengan posisinya yang menempati ‘kursi basah’ di legislatif seperti sekarang ini.
Bukan hanya ratusan juta yang mengalir dalam rekening banknya.. tapi sudah mencapai angka ‘M’.

“Eh, mang Asep.. mang Asep kan masih muda.. terus udah pisah sama istri.
Lalu kalau mang Asep lagi kepingin.. bagaimana ngatasinnya mang..?” Tanya Rina.

Rina kali ini dapat merasakan bahwa Asep tampaknya sudah sedikit tenang.. sudah dapat mengontrol dirinya.
Mungkin karena Rina telah mengatakan bahwa suami Rina tak akan pulang hari ini.

Dan Asep kali ini memang sudah ‘pasrah’.. dalam artian dia akan ikuti saja alur dari ‘permainan’ ini.
Toh dia pun menyukainya dan membutuhkannya.
Apalagi selama ini secara diam-diam.. Asep selalu menjadikan Rina sebagai obyek khayalan dalam onaninya.

Asep yang setiap harinya bertemu Rina..
Dan tanpa disadari oleh Rina.. Asep memang mengagumi kecantikan wanita itu.
Baginya Rina adalah sosok yang pas dalam khayal seksualnya.

Dan sampai saat itu pun Asep masih belum percaya betul kalau ini bukanlah mimpi.
Karena baginya.. mana mungkin seorang wanita yang menurut Asep begitu terhormat seperti Rina..
Mau selingkuh dengannya.. yang hanya seorang tukang bubur dari desa.

“Kalau saya sih paling-paling onani bu haji..” jawab Asep polos.
“Kalau lagi onani yang dikhayalin apa mang..?” Tanya Rina lagi.

“Yaa.. paling-paling saya onani sambil nonton film BF di Vcd..” jawab Asep lagi.
“Iiih.. dasar kamu Sep.. kerjaannya nonton BF aja.
Nanti dipraktekin sama bu haji ya.. gaya-gaya ngeseks yang kamu tonton di film..” ujar Rina menggoda.

“Tapi kalau lagi enggak ada kaset.. paling-paling saya ngebayangin cewek..” ujar Asep lagi.
“Cewek siapa aja yang sering kamu bayangin mang..?” Tanya Rina makin penasaran.
“Wah banyak..” jawab Asep.
“Iya.. tapi yang paling sering siapa..? Pasti bintang film ya..? Apa pemain sinetron..?“ Desak Rina.

“Ah malu jawabnya..” ujar Asep malu-malu.
“Masa’ malu sih..? Ayo dong jawab aja..!” Tanya Rina sedikit penasaran.

“Mmmmm.. anu.. yang sering sih bu haji sendiri yang saya khayalin.. he..he..he..
Jangan marah ya, bu haji..” jawab Asep cengengesan.

“Iiih..dasar kamu mang, serius nih..!? Kenapa mang Asep gak bilang-bilang dari dulu sih..?
Bu haji kan dari dulu juga udah kepingin banget ngentot sama kamu..” ujar Rina manja.

Hatinya merasa berbunga-bunga oleh ungkapan Asep itu. Seraya dikecupnya bibir Asep dengan rakus..
Yang langsung dibalas oleh Asep dengan tak kalah rakusnya.

Setelah puas mereka berciuman.. dengan bernafsu Rina melepaskan pakaian Asep.
Mula-mula kemejanya.. sehingga terpampanglah dada Asep yang bidang..
dengan otot-otot perutnya yang membentuk six-pack.. sungguh tipikal tubuh idaman Rina.

Ternyata bentuk tubuh Asep lebih macho dari yang dia bayangkan..
Hingga langsung diciuminya dengan gemas mulai dari leher, dada, hingga ke otot perutnya.

Akhirnya ditariknya celana bluejins Asep.. sekaligus celana dalamnya ikut tertarik.
Kali ini tersembullah batang kontol Asep yang telah berdiri tegak.

Sedikit melotot Rina menyaksikan batang kontol Asep. Baru kali ini dia melihat kontol sebesar ini.
Kontol suaminya separuhnya pun tak sampai.

Pernah beberapakali Rina berkencan dengan gigolo..
Diantaranya adalah waktu dia bersama suaminya sedang berlibur ke Bali.

Seperti biasa.. bila berlibur keluar daerah Rina akan mengubah penampilannya 180 derajat.
Rina akan tampil bagaikan seorang turis asing.. dengan celana jins pendek..

Sehingga memperlihatkan pahanya yang mulus seksi.. serta t-shirt singlet yang ketat.
Membuat susunya yang besar tampak menonjol.. tentu saja dengan mengenakan kaca mata hitam.

Dengan penampilan seperti itu siapa yang dapat mengenali dirinya. Begitupula dengan suaminya.
Biasanya dia akan menggunakan rambut palsu plus kaca mata hitam..
Sehingga tak ada yang mengenalinya kalau dia adalah seorang anggota legislatif dari sebuah partai besar.

Di saat seperti itulah Rina merasa hidupnya begitu bebas.
Bebas untuk melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya. Seperti membuat tato di bawah pusarnya itu..
Waktu itu dia dan suaminya jalan-jalan di pusat pembuatan tato di Bali.

“Abi –ayah..– gimana kalau Umi –ibu..– pakai tato..? Kayaknya lucu juga deh..” ujar Rina.
“Ya, terserah kamu kalau kamu suka..
Aku juga suka kalau ngeliat cewek pakai tato, keliatan seksi gitu..” jawab suami Rina.

“Tato gambar apa bagusnya ya bi..? Aku jadi bingung nih..!”
Tanya Rina sambil melihat buku contoh-contoh gambar tato.

“Ini nih mi.. yang gambar sayap ini. Kayaknya bagus dibikin di atas memek kamu..
Melintang sampai di bawah pusar. Jadi kesannya seolah-olah memek kamu punya sayap he.. he.. he..”
Usul suami Rina sambil menunjuk salahsatu gambar.. yang akhirnya disetujui oleh Rina.

Di Bali pula Rina diberikan kebebasan oleh suaminya untuk berkencan dengan gigolo.
“Mih.. kamu enggak kepingin kencan sama gigolo..?” Tawar suami Rina.
“Ah, yang bener nih bi..? Abi enggak apa-apa nih..?” Tanya Rina malu-malu.

“Enggak mi.. enggak apa-apa koq.. kamu tenang aja.. bebaskan dirimu.. he.. he..“ ujar suami Rina.
“Ah.. makasih abi.. abi memang bener-bener suami yang pengertian deh..”
Ujar Rina girang.. seraya mengecup suaminya itu.

“Tapi ingat mi.. cuma di Bali aja lho. Kalau di Jakarta jangan sekali-kali.
Di sana terlalu banyak mata-matanya..” ujar suami Rina.

“Beres deh bi.. cuma di Bali aja..” jawab Rina.. seraya suami Rina mengangkat ponselnya..
Dan tak beberapa lama datanglah seorang pemuda tampan dan macho.

“Sudah mi.. sekarang kamu ke hotel aja sama jagoanmu ini. Aku juga punya acara sendiri dong..” ujar suami Rina.
“Iiih.. pasti sama cewek-cewek ABG deh..! Iya deh.. selamat bersenang-senang ya, bi..!” Ujar Rina.

Itulah sedikit gambaran kehidupan Rina dan suaminya yang menganut seks bebas.

CONTIECROTT..!!
------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd