Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

mantap bang
 
-------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------

Cerita 229 – “Suamiku Mandul..!!”

Namaku Surti.
Ah bukan.. Nyonya Susilo..!
Ke manakah Surti.. sampai tiba-tiba aku harus menyandang nama lain yang asing sama sekali bagiku..?
Kata ibuku, nama itu cocok untuk kusandang.

Namaku Nyonya Susilo.. usiaku sekarang 21 tahun. Aku istri seorang tuan tanah di desaku.
Sudah 5 tahun kami menikah, namun aku belum melahirkan seorang anak pun baginya.

Aku melihat ibu mertuaku sering menatap tajam ke arahku.
Mulutnya nyinyir, mengeluarkan kotoran ke mana ia suka. Mengeluarkan bau busuk di mana pun ia berada;
Baik di ruang tamu, di dapur, di kamar, di WC, bahkan di rumah tetangga.

Bau busuk, hanya itulah yang keluar dari mulutnya dan aku tetap diam, begitu juga suamiku.
Suamiku bahkan mulai jarang pulang, bukan aku tidak tau kemana ia pergi.

Ke kompleks pelacuran, itulah tempat yang paling ia suka.
Kompleks pelacuran..? Sejak kapan suamiku punya hobi pergi ke kompleks pelacuran..?

Setahun yang lalu..? Dua tahun lalu..? Tiga tahun lalu..? Empat tahun lalu..?
Lima tahun lalu..? Atau sebelum itu..?

Anehnya, baik ibu mertuaku atau orangtuaku malah menyalahkan aku.
Bagaimana dengan Ayah mertuaku..?
Lupakanlah, ia sudah mati jauh sebelum aku menikah dengan anaknya.

Intinya.. akulah yang tidak becus meladeni suami.. sehingga suamiku lari ke pelukan pelacur itu.
Apalagi, aku mandul. Itulah yang dibilang oleh ibu mertuaku..
Bau busuk yang ia sebarkan hampir di setiap sudut desa ini.

Percayalah.. aku tidak mandul. Tapi aku sungguh tidak tau mengapa aku tak kunjung hamil juga.
Anehnya.. suamiku sama sekali tidak memusingkan hal ini.
Bukankah keturunan adalah hal yang paling penting dalam hidup manusia..?
-------ooOoo-------

Malam itu suamiku baru saja pulang, entah dari mana.
Aku pura-pura tidur ketika ia membuka pintu kamar.

“Kau sudah tidur..?” Suamiku menyapaku..!
Hatiku bahagia sekali, sampai tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Aku membalikkan tubuhku, kutatap matanya dalam-dalam. “Belum, Mas. jawabku. Mas dari mana..?”
Sungguh pertanyaan yang paling konyol yang pernah kuucapkan.
Bukankah aku tau ia baru kembali dari pelukan pelacur itu..?

“Kau tak perlu tau.. yang penting kau harus berpikir bagaimana bisa melahirkan seorang anak untukku..!”
Jawabnya.
Jantungku berdesir.. sakit sekali seperti ditusuk dengan ribuan paku. Bukan.. lebih dari ribuan paku.

Aku membenamkan kepalaku dalam bantal.. menangis tanpa suara..
suara yang tak pernah kumiliki walau sekedar untuk mengeluarkan isi otakku.
Aku tak pernah mempunyai suara.

Selanjutnya, hari-hariku seperti neraka saja. Seluruh penduduk desa bergunjing tentangku.
Bahwa aku mandul.. perempuan yang tidak sempurna. Aku juga melihat pelacur itu selalu ceria.

Senyumnya membuat hatiku semakin terluka, seperti disayat sembilu.
Pelacur itulah, yang tidur dengan suamiku setiap malam.. setiap malam sebelum suamiku menjamah tubuhku.

Ia membayar pelacur itu tiap malamnya, sedangkan aku harus melayaninya seumur hidupku tanpa bayaran..
Kecuali makian yang kudapat dari ibunya dan suamiku sendiri.

Inikah hidup baru yang dulu aku bayangkan..? Yang kuimpikan dan kuidamkan..? TIDAK..!
Dan tentu saja aku takkan tinggal diam. Karena.. aku adalah Surti..!!

“Dasar pelacur..!” Teriakku pada perempuan yang sekarang berdiri di depanku.
Hari itu aku tak bisa menahan diri untuk menemui perempuan itu di kompleks pelacuran.

“Pelacur..? Yah.. tentu saja aku pelacur. Dan asal kau tau Nyonya Susilo, aku bangga dengan profesiku..”
Mukaku memerah karena marah. Kuremas tanganku, ingin rasanya kutempeleng wajahnya.

“Kau telah merebut suamiku, kau memang perempuan murahan..!” Teriakku.
“Merebut..? Suamimu sendiri yang datang padaku dan melayaninya adalah tugasku.
Kau salah alamat Nyonya Susilo, kau harusnya mendamprat suamimu karena ia tidak setia, bukan kepadaku..!”

Plak..!! Aku menampar wajah perempuan itu, amarah tergambar jelas di wajahku.
Namun aku sungguh tak menyangka ia membalas tamparanku, bahkan lebih keras dari tamparanku.

“Aku memang pelacur, tapi takkan kubiarkan satu orang pun melecehkan harga diriku..!” Katanya.
Aku tertawa keras.. Berani sekali pelacur ini ngomong soal harga diri..

“Kau pikir kau lebih berharga dari aku, Nyonya..? Katakan padaku apakah suamimu menghargaimu..?”
Ia bertanya. Aku terdiam, tiba-tiba saja aku tak punya lagi kata-kata.

Aku sudah kalah.. dan aku pergi dari pelacur itu dengan kekalahan.
Ya, kekalahan telak seorang istri tuan tanah yang terhormat.

Air mataku mengalir deras.. sesaat aku berpikir apakah gunanya aku hidup.
Toh aku bukan istri sempurna.

Malam itu aku menunggu suamiku pulang.. kali ini aku tidak berpura-pura tidur.
Tak kupejamkan mataku walau pun sejenak.

Akhirnya suamiku pulang, kuhirup bau badannya, bau parfum pelacur itu.
“Kau baru dari pelacur itu..?” Tanyaku.
Dan aku sangat terkejut dengan keberanianku menanyakan hal itu padanya.

“Iya..” Hatiku luluh lantak mendengar jawaban yang jujur itu, aku berharap ia berbohong.
Sungguh.. aku ingin kebohongan yang manis walau beracun.

“Kau mengkhianati aku, mas..” kataku lirih.
“Aku mencintai Widuri..” Sungguh, aku berharap apa yang diucapkannya barusan adalah kebohongan.
Tapi aku melihat kejujuran di mata itu.

“Aku menikahimu untuk melahirkan anak-anakku, tapi kau tak kunjung hamil juga..” kata suamiku.
“Aku baru saja berpikir apa kau pantas menjadi ayah dari anakku kelak..!” Sahutku berani.
Akhirnya aku bersuara.. akhirnya suaraku berguna juga.

Mata itu menatapku terkejut. “Lancang..!”
Teriak suamiku sambil menempelengku, darah segar keluar dari sudut bibirku.

Aku tidak menangis, tidak. Aku bersumpah takkan ada lagi setetes air mata pun untuknya.
Suamiku beranjak pergi dari kamarku.. malam itu ia tidak kembali.
-------ooOoo-------

Lelaki itu sedang duduk di ruang tamu dan menatapku penuh senyum.. menyapaku penuh kerinduan.
Andi dulu adalah tetanggaku.. juga teman sepermainanku sejak kecil.
Terakhir aku bertemu dengannya adalah di hari pernikahanku.

“Gimana kabarmu, Ti..?” Tanyanya.
“Baik, mas sendiri..?” Kataku balas bertanya.

“Aku jadi buruh di Jakarta. Hidup di Jakarta ternyata sulit, Ti..” katanya.
“Namanya juga kota besar, Mas..”

“Aku kembali ke sini justru karena aku dipecat, situasi pabrik kacau.. sebagian besar buruh dipecat..
Dengan alasan kesulitan keuangan. Kami para buruh menggalang aksi mogok sampai berhari-hari..
Karena nasib kami nggak jelas. Eh, pemilik perusahaan malah minggat entah ke mana..”
Ujarnya menjelaskan keadaannya. Aku tertegun sesaat.

“Jadi buruh ternyata tak lebih baik daripada jadi petani. Kami para buruh ditelantarkan begitu saja.
Pemerintah juga tidak melakukan tindakan apa pun terhadap nasib kami.." katanya lagi.

“Sudahlah, Mas, terima aja. Mungkin emang nasibmu lagi apes.
Nggak usah macem-macem, Mas, entar nasib kamu kayak Marsinah gimana..?”
Kataku ngeri dengan kisah Marsinah yang mati karena dia terlalu vokal.

“Pokoknya aku nggak mau tau, Ti
. Kita emang miskin, tapi jangan diem aja kalo diperlakukan sewenang-wenang..”

Aku diam aja, Andi emang sulit diajak ngomong kalo udah pakai kata ‘pokoknya’.. sulit diganggu gugat.
Aku tak mau ambil pusing dengan masalahnya, yang jelas aku sudah memberi nasihat padanya.

Andi berniat tinggal di desa selama beberapa bulan. Kami memang cukup dekat..
Bahkan ia pernah mau melamarku, namun ia tidak punya keberanian yang cukup untuk itu.

Apalah artinya seorang pemuda miskin bila dibandingkan dengan Mas Joko yang seorang tuan tanah.
-------ooOoo-------

Aku tercenung sesaat ketika kutemukan selembar surat hasil pemeriksaan dari Dokter.
Kupikir suamiku sakit, tapi ternyata aku salah, suamiku sama sekali tidak sakit.

Surat itu menyatakan bahwa suamiku mandul..!
Hatiku bahagia sekaligus marah. Suamiku yang mandul, bukan aku..!

Aku ingin berteriak pada semua orang bahwa aku tidak mandul, bahwa suamikulah yang mandul.
Aku ingin mengatakan pada ibu mertuaku yang nyinyir itu:
Bahwa aku tidak mandul. Bahwa anaknyalah yang mandul.

Aku akan membuktikan pada semua orang bahwa aku tidak mandul.
Aku tertawa.. namun sesungguhnya aku menangis. Yah.. aku menangis.

Suamiku menatapku heran.
Ia terpana dengan surat pemeriksaanku dari dokter yang menyatakan bahwa aku telah hamil dua bulan.
Wajahnya pucat pasi.. namun aku merasakan kemenangan dalam hatiku.

“Aku telah membuktikan bahwa aku tidak mandul..” kataku.
“Dan kau tak sanggup membuktikan bahwa kau cukup subur untuk membuatku hamil..”

Aku melihat dengan jelas wajah suamiku memerah, entah karena malu atau marah.
Mungkin keduanya. “D-dengan siapa kau mengandung..? Anak siapa bayi yang kau kandung..?”
Tanya suamiku dengan suara gemetar.

“Apakah itu penting..? Bukankah keluargamu menginginkan keturunan..? Dengarkan aku, Joko Susilo.
Kau akan merawat.. mengasuh darah daging orang lain.
Dan anak ini akan menjadi satu-satunya pewaris dari kekayaanmu..” ujarku dingin.

Inilah hari kemenanganku.
Aku tak peduli lagi dengan perselingkuhan yang dilakukannya dengan Widuri, pelacur itu.
Aku tak peduli.

Suamiku harus menutupi kenyataan dari semua orang.. termasuk ibunya bahwa dia mandul..
Dan ia terpaksa menerima darah daging orang lain sebagai pewarisnya.

Inilah pernikahanku.
Sebuah pernikahan yang pernah aku idamkan sebagai pernikahan yang penuh kebahagiaan.
Namun ternyata penuh kemunafikan.

Aku telah mengandung dan semua gunjingan pun berakhir. Ibu mertuaku begitu bahagia..
Tanpa ia tau bahwa bayi yang kukandung bukanlah darah dagingnya.
Semua keluarga begitu bahagia.. kecuali suamiku.

Namaku Surti. Sebagai seorang perempuan.. aku harus menjaga kesucianku.
Sebagai seorang istri aku harus mengabdi.. menjaga kesetiaanku pada suamiku.

Dan sebagai seorang ibu.. aku harus mengasuh anakku siang dan malam.
Yah.. itulah aku. Dan untuk semua itu hanya ada satu alasan.. karena aku adalah seorang perempuan.

Namaku Surti. Dan saat ini aku berada di sebuah gubuk tengah sawah.
Di samping kami.. begitu banyak petani yang sedang bekerja..

Namun tidak ada satu pun yang mengetahui apa yang yang sedang aku dan Andi lakukan.
Kami adalah sepasang kekasih sekarang. Bayi yang kukandung adalah anak Andi.

Dengan lembut.. teman masa kecilku itu mendekap erat tubuhku.
Wajah kami saling berhadapan, amat dekat.

Segera Andi mencium dan melumat bibirku dengan gemas..
sambil kedua tangannya mulai beraksi mengelusi punggung dan pinggangku secara bergantian.

Beberapa saat kemudian tangannya beralih turun ke pantatku. Andi mengelus dan merabanya.
Merasakan betapa kenyal dan padatnya bongkahan pantatku.

Dengan gemas ia meremas-remasnya sambil..
sesekali mencengkeram dan mendorongku ke arah selangkangannya.

Aku tidak kaget dengan kelakuannya itu. Andi memang sangat menginginkan tubuhku.
Sejak pertamakali bertemu.. sudah tak terhitung lagi berapakali kami melakukannya.

Pertama di rumah Andi.. saat sore-sore aku mengiriminya kue kering.
Tak kusangka Andi akan menyergap dan meniduriku.
Namun bukannya marah dan sakit hati. Aku malah menikmatinya.

Selanjutnya.. sudah bisa ditebak. Kami jadi semakin sering melakukannya.
Hingga akhirnya aku hamil 2 bulan.
Dan sekarang, Andi mengajakku ke sawah yang ia jaga. Dan di sini.. kami kembali melakukannya.

Kurasakan benda keras miliknya mulai menekan selangkanganku.
Meski masih tertutup celana.. bisa kurasakan kalau penis itu sudah begitu kaku dan keras.

Sambil terus melumat bibirku.. tangan kanan Andi meraih dan meremas payudara kiriku..
Sedangkan tangan kirinya masih asyik meremas buah pantatku.

“Ohh mmh.. ohhhh..” kepalaku langsung mendongak sambil melenguh panjang menikmati perlakuannya.
Perlahan tangan Andi mulai membuka kancing baju panjangku satu per satu.

Segera terpampang di hadapannya sepasang buah dadaku yang montok..
dengan beha yang nampak kekecilan untuk menampung bulatannya yang besar.
Memang.. sejak hamil payudaraku rasanya semakin besar saja.

Andi lalu melanjutkan dengan melucuti celana dalamku.
Untuk rok panjangku cukup ia singkap hingga ke pinggang.. tidak perlu dilepas.

Begitu juga dengan jilbabku. Andi sengaja membiarkannya tetap kukenakan.
Karena hal tersebut merupakan sesuatu yang amat menggairahkan baginya.
Ia paling suka menyetubuhiku dalam keadaan berjilbab..!

Melihat pemandangan yang indah ini.. segera Andi melanjutkan aksinya dengan mengisap..
kemudian menjilati sepasang puting susu milikku yang sudah menegang dengan rakus.

Terkadang tangannya ikut bermain..
dengan menjepit dan memilin-milin putingku yang berwarna coklat muda kemerahan.

“Ouhh ahhh ahhh..!!”
Desah bibir mungilku yang setengah terkatup sambil meremas kepala dan pundaknya.
Nafasku naik turun menahan nikmat.

Semakin lama desahanku menjadi semakin kencang, membuat Andi semakin bergairah saja.
Sambil membalikkan tubuhku, ia kemudian melepas celananya.

Andi lalu memeluk tubuhku dari belakang dan meraih wajahku untuk melumat kembali bibir mungilku.
Sementara ia juga menggesek-gesekkan penisnya yang sudah menegang ke arah pantatku.

Tangannya juga tak tinggal diam..
Andi kembali memilin puting dan meremas-remas kedua buah dadaku secara bergantian.

Ia juga mulai mengorek-ngorek liang kemaluanku dengan tangannya yang lain.
“Emmhh mmhh..” desahku tertahan oleh ciumannya.

Beberapa saat kemudian Andi menyuruhku untuk membungkuk.
Ia tampak menatap kagum keindahan pantatku yang bulat dan putih mulus.

Sejenak ia mengelus dan meremas-remas bokong indahku sambil sesekali menciuminya dengan gemas.
Aku hanya bisa merintih sambil menundukkan kepala.
Tubuhku sedikit bergetar mendapat perlakuan seperti itu.

Setelah itu Andi merentangkan sedikit kedua pahaku..
Hingga ia bisa melihat lubang vaginaku yang ditumbuhi bulu-bulu halus rimbun.
Baunya yang khas segera menyebar di seluruh gubuk.

Andi menyibaknya dan dengan menggunakan jari tengah, ia mulai menusuk-nusuknya.
Emmmhh.. tentu saja aku langsung menggelinjang sambil pahaku bergerak..
seolah hendak menjepit tangan kanannya yang sedang memainkan liang surgaku.

Andi terus mengorek-ngorek sampai jarinya jadi basah oleh cairan kewanitaanku.
Nafas dan desah kecilku yang memburu membuat gairahnya meningkat.

Andi merasa inilah saat yang tepat untuk mulai beraksi..
Karena penisnya sudah menuntut untuk dimasukkan.

Ia menarik jarinya.. lalu merebahkan tubuhku ke balai-balai bambu.
Mataku menatap sayu ke arahnya. “Iihhh..!!” Pekikku pura-pura malu.. sambil menutupi wajahku..
Saat melihat kemaluannya yang besar mengacung indah ke depan. Padahal sudah sering aku menikmatinya.

Andi tersenyum dan perlahan mendekatiku sembari kembali mencium bibirku.
Kedua tangannya tidak ketinggalan memainkan payudara dan liang vaginaku.

Kudengar nafasnya mulai memburu.. pertanda ia semakin terangsang.
Tak lama kemudian Andi mulai merentangkan kedua pahaku lebar-lebar.

Lalu sambil bertumpu dengan lengan kirinya.. ia membimbing penisnya untuk memasuki liang kemaluanku.
“Ouhh sshhh..” desisku menahan rasa nikmat saat penis Andi perlahan tenggelam membelah lorong vaginaku.

Slebbb.. clebbb.. Blessepp..!! Senti demi senti kemaluannya menembus lubang sempit di pangkal pahaku.
Akhirnya Andi berhasil membenamkan seluruh batang kejantanannya.. "Nghhhh.. aahhhh.." Desahku.

Clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb..!!
Kemudian mulai memompanya maju mundur secara perlahan.. menggesek dinding liang nikmatku.

Ohhhhh..!! Sungguh luar biasa rasanya. Nikmat sekali..
"Eshhhhh.. ohhh.. ohhhh.." hingga aku mendesah dan merintih nikmat dengan mata terpejam.

Aku sampai menggigit bibir bawah agar teriakanku teredam.
Aku tidak ingin perselingkuhan ini dipergoki oleh orang lain.

“Shhh.. hehh.. hhhh..” desah bibir mungilku terlepas..
Sembari kedua tanganku mencengkeram erat lengan Andi yang sedang bertumpu di samping tubuhku.

Melihat wajah cantikku yang mendesah.. membuat Andi semakin bergairah.
Segera ia melumat bibirku sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku.

Aku balas dengan memainkan lidah di dalam mulutnya. “Mmmhh..!” Cupp cupp..!!
Bunyi ciuman kami berdua yang diselingi permainan lidah.

Clebb-clebb-clebb-crebb-crebb-crebb-crebb-clekk-clekk-clebb-clebb..!!
Semakin lama semakin cepat genjotan Andi di liang senggamaku..

Hingga secara refleks aku melingkarkan kedua kakiku ke pinggulnya.
Menggeol-geolkan pinggul dan pantatku.. sambil kunaik-naikkan menerima hentakannya.

Ahhhhh..! Hampir sepuluh menit lamanya kami bersenggama dengan posisi ini..
Dan tidak lama kurasakan lubang senggamaku menjadi semakin basah.

“Ahhhh.. ohh ohh.. ouuhhh Ndi.. aku mau pipis..!”
Getar suaraku saat menahan suatu dorongan yang luar biasa dari dalam tubuhku.

Tau kalau aku akan mencapai klimaks.. Andi semakin mempercepat goyangannya.
Dan benar saja.. tak lama kemudian tubuhku bergetar pelan..

Sedangkan pahaku yang melingkar di pinggulnya menjepit erat. Srrrr.. srrrr.. srrr.. srrrr..!!
Terasa sesuatu yang hangat menyemprot keluar dari dalam vaginaku.. membasahi batang penisnya.

Sejenak Andi menghentikan genjotannya.. sambil mencabut penisnya dari liang senggamaku.
Nampak penis itu dibasahi oleh cairan vaginaku.

Beberapa menit kemudian.. setelah aku cukup istirahat..
Andi lantas menyuruhku agar membungkuk membelakanginya.
Tanganku bertumpu di pinggiran gubuk.. sedangkan kedua kakiku menjejak ke lantai.

Rok hijauku yang panjang sempat menjuntai ke bawah..
Yang segera diangkat kembali oleh Andi dan diikat rapi di pinggang.

Sambil mencengkeram pantatku yang semok..
Ia kembali mengarahkan batang penisnya yang masih tegak mengacung ke arah lubang vaginaku.

Sejenak Andi menggesek-gesekkan ujungnya yang tumpul di bibir kemaluanku yang sangat basah.
Slepp.. slepp.. slepp..! “Ohhh..” desahku pelan sambil tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.

Kini ujung penisnya benar-benar terasa basah oleh cairan kewanitaanku.
Perlahan.. dengan bantuan tangan kananku.. Andi mulai melakukan penetrasi.

Slebbb.. clebb.. blessskk..!
Dengan lancar batang coklat panjang itu masuk kembali memenuhi liang senggamaku.

Andi membiarkannya sejenak.. sebelum perlahan mulai menggoyang maju-mundur tak lama kemudian.
Clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb..! Ia melakukan dengan tempo lambat untuk beberapa saat.

Lalu secara bertahap mempercepat sodokannya di kehangatan liang surgaku.
Crebb-crebb-clebb-clebb-clebb..!! “Ahh ahh uhh uhh..!!”
Desahku dengan tubuh terguncang-guncang karena sodokannya.

Sambil menyetubuhiku dari belakang..
kedua tangan Andi beraksi meremas dan mencengkeram bulatan pantatku.

Plak plak plak plak..!! Begitu bunyi selangkangannya saat berbenturan dengan bokongku.
Terkadang Andi juga meremas kedua buah dadaku dari belakang

“Oh, Surti.. kamu memang nikmat..!!” Racaunya sembari terus menggenjot pantatnya semakin cepat.
“Emhh ohh ommhh ohh ohh..” desahku seakan merespon racauannya.

Tubuh kami berdua kini benar-benar basah kuyup bermandikan keringat.
Jilbab dan rok panjang yang melilit di pinggangku juga ikut basah karenanya.

Tak terasa lebih dari 10 menit kami berdua bersetubuh dalam posisi ini.
“Ouhh Andi.. aku mau pipis lagi.. ohhhh..” kataku dengan nafas terengah-engah.
“Tahan, Ti.. aku juga mau nyampe..!” Ujar Andi sembari mempercepat laju sodokannya.

“Ohhhh.. ohhhh..!!” Erangku dengan tubuh menegang.. saat vaginaku mengucurkan cairan.
Bersamaan dengan orgasmeku.. Andi pun mencapai klimaks.

Ia memeluk erat pinggangku sembari membenamkan penisnya dalam-dalam ke liang senggamaku.
“Erghhhh..!!” Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!! Lenguh Andi penuh nikmat saat memuntahkan air maninya.
Liang senggamaku sekarang dipenuhi oleh campuran sperma dan cairan vaginaku sendiri.

Kemudian kami berdua terkulai lemas di dalam gubuk.
Andi membiarkan sejenak kemaluannya yang masih tegang terjepit di dalam vaginaku.
-------ooOoo-------

Hari menjelang sore.. tak terasa kami terlelap puas. Saatnya aku untuk pulang.
Suamiku pasti sudah menunggu di rumah. (. ) ( .)
-------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------
 
--------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------

Cerita 230 – Primadona Desa..

[Part 1] – Satu Langkah Menuju ..

Ia bernama Desi.
Wanita cantik yang tinggal di kampung. Ia memiliki kulit yang bersih.
Rambut hitam sebahu. Tubuhnya langsing.. tidak tinggi.. –Dan tidak terlalu pendek pula..–
Pantat yang membulat bahenol. Serta payudara besar dan kencang menghiasi dadanya.

Siapa yang tidak suka pada keindahan seperti itu..? Bisa dibilang ia adalah primadona kampungnya.
Banyak pria yang tergila-gila bahkan sampai ia menikah pun masih banyak yang terpincut padanya.

Ya, dia memang sudah menikah dengan Rohman. Anak dari Pak Burhan, seorang tuan tanah di kampung itu.
Rohman adalah pewaris harta kekayaan Pak Burhan.

Banyak orang yang mengatakan bahwa Desi menikahi Rohman karena tergila-gila pada hartanya.
Tapi Desi tak mau mendengarkan omongan itu.
Desi menikahi Rohman karena Desi memang mencintai suaminya itu.

Sebelum menikah dengan Rohman.. Desi pernah menjalin hubungan dengan Eko.
Seorang pria yang juga tinggal di kampung itu. Namun, cinta mereka tak direstui oleh kedua orangtua Desi.
Karena Eko berasal dari keluarga yang tidak jelas.

Orangtua Eko mati dihakimi warga karena dituduh melakukan santet pada warga kampung.
Karena alasan itu.. Desi diminta orangtuanya untuk menjauhi Eko.. atau kalau tidak mereka tidak akan merestui.

Desi sangat mencintai Eko.
Kalau pun tuduhan warga kampung atas orang tua Eko benar, Desi tau betul Eko tidaklah sama.
Eko sangat baik. Desi bisa melihatnya dari sikap keseharian Eko yang suka membantu warga di sana.

Tetapi karena paksaan dari orangtua, Desi terpaksa harus meninggalkan Eko.
Lalu di saat bersamaan.. Rohman datang dengan segenap perhatian dan kebaikan pada Desi.

Tapi mula-mula Desi tidak begitu menanggapi Rohman.
Biar bagaimana pun Desi tak bisa langsung melupakan Eko.

Namun semakin lama.. kebaikan dan perhatian Rohman mampu meluluhkan hati Desi.
Desi pun akhirnya menerima lamaran Rohman dan mereka menikah.

Rohman menjadi orang pertama yang memerawani primadona kampungnya itu.
Meski pun bukan orang pertama yang melihatnya telanjang.

Saat bersama Eko.. Desi pernah telanjang di depan mantan kekasihnya itu walau pun tak sampai berhubungan intim.
Sementara itu Eko juga menikah dengan wanita lain dan pergi meninggalkan kampung untuk merantau.

Jika membandingkan secara fisik.. Rohman jelas kalah dari Eko. Eko berpostur tinggi dan tegap.
Wajahnya manis. Memiliki sedikit kumis tipis. Kulitnya sawo matang.

Sedangkan Rohman.. badannya tidak terlalu tinggi tetapi masih dalam kategori ideal.
Tingginya mungkin sekitar 168 cm. Wajahnya juga biasa aja.
Karena dia anak orang kaya.. sehingga wajahnya sedikit terpelihara.

Meski kehidupan Desi dan Rohman serba berkecukupan, namun rumah tangga mereka tidaklah bisa dibilang bahagia.
Selain karena belum dikaruniai seorang anak dalam 3 tahun umur pernikahannya..
urusan ranjang mereka juga jadi salahsatu sumber tidak dicapainya kebahagiaan.

Desi merasakan Rohman selalu gagal memuaskannya setiapkali bercinta.
Namun Desi tak pernah mengatakan. Dia takut membuat suaminya kecewa.
Biasanya untuk mengatasi kelemahan itu, Rohman terpaksa harus minum jamu kuat terlebih dahuli.

Seperti malam itu, suaminya baru selesai minum jamu yang ia pesan dari temannya.
Jamunya memang bisa dibilang tokcer. Malam itu pun dia bersiap untuk memulai pertempuran.

Desi sudah tertidur dan hanya mengenakan baju tidur transparan.
Rohman melihat bahwa di balik bajunya, istrinya tak mengenakan apa pun.
Tampak putingnya yang tercetak jelas.

Rohman menaiki ranjang dan langsung memberikan rangsangan pada istrinya.
Tangannya meraba paha sang istri sambil menarik bagian bawah baju tidurnya ke atas.

Benar sekali bahwa Desi tak mengenakan apapun. Pantat bahenolnya langsung terlihat.
Itu membuat Rohman terangsang. Batangnya mulai menegang.

Rohman membalik tubuh istrinya karena semula miring dan membelakanginya.
Istrinya terbangun dengan godaan Rohman. “Ehhh.. ”

Rohman menurunkan sarungnya dan terlihatlah Batangnya yang tegak.
Batangnya tidak terlalu besar dan panjang. Ukuran normal orang Indonesia pada umumnya.

Rohman menaikkan baju istrinya sampai terlihat payudaranya yang besar.
Dalam posisi menindih.. Rohman menunduk dan mulai melahap payudara sang istri.

Puting susunya tampak mengeras pertanda bahwa istrinya sudah terangsang.
Rohman mulai menyedot dan memainkan lidahnya di kedua puting susunya.
“Ah.. ah.. ah..” Desi terbangun dan mulai mendesah.

Ketika ciuman Rohman turun ke perut desahan Desi makin tak karuan.
Bahkan ia juga mengeliat-geliat keenakan.
Kedua tangan Desi memegangi kepala Rohman yang terus turun hingga selangkangannya.

Desi tau apa yang akan Rohman lakukan: menjilat memeknya.
Rohman selalu suka menjilati memek Desi karena baunya wangi.

Desi memang selalu menjaga kebersihan organ intimnya itu.
Selain karena alasan kesehatan, juga untuk memuaskan suami.

Lidah Rohman mulai bermain-main di memek Desi.
Menari-nari di atas bibir vaginanya dan juga klitorisnya.

Itu membuat Desi mendesah dan menggelinjang seketika.
“Ahhh.. Mas.. Mas..” Tubuh Desi menggeliat-geliat merasakankan nikmat dari suaminya.

Setelah cukup lama, kini Rohman bersiap untuk melakukan penetrasi di memek Desi.
Memek Desi sudah tampak basah bukti bahwa ia sudah amat terangsang.

Maka tak butuh waktu lama untuk Rohman membuat seluruh batang Batangnya amblas..
masuk dan terbenam ke dalam liang kenikmatan milik sang istri.

Mungkin karena belum melahirkan, kemaluan Desi masih terasa sesak bagi Rohman.
Ia mendiamkan sejenak dulu Batangnya di dalam memek Desi.

Rohman sendiri menundukkan wajahnya untuk bisa mencium Desi.
Mereka saling berciuman mesra. Tangan Rohman mencoba meremas-remas payudaranya.

Pelan tapi pasti, Rohman mulai melakukan gerakan maju mundur.
Batangnya pun bisa keluar masuk di dalam memek Desi.

Keduanya sudah sama-sama mulai mendesah merespon kenikmatan yang mereka ciptakan.
“Ah.. Mas.. ohh.. ”
“Des.. Ah.. ah.. ”

Pantat Desi juga turut bergerak-gerak mengimbangi gerakan dari sang suami.
Rohman juga tampak mempercepat gerakannya.

Selangkangan mereka saling beradu hingga menghasilkan bunyi yang gaduh. Tapi mereka tak peduli.
Mereka kini ingin sama-sama meraih puncak kenikmatannya.

Rohman makin dalam menghujamkan Batangnya di kemaluan Desi.
Desi makin mendongak ke atas pertanda kenikmatan yang ia rasakan makin dalam.

“Mas.. oh..” Desi mendesah. Tangannya menggenggam seprai menahan nikmat yang kian memuncak.
Sampai akhirnya, Desi tidak tahan.. apalagi Rohman mencoba melakukan goyangan pada memek Desi.
Tubuh Desi pun langsung menekuk ke atas dan memeknya seperti lebih erat menjepit Batang Rohman.

Rohman sendiri belum sampai orgasmenya.
Ia masih terus melanjutkan gerakannya mengaduk-aduk isi kemaluan Desi dengan Batangnya.

Atas inisiatif Desi, kini Rohman yang berada di bawah.
Desi yang kini lebih aktif melakukan gerakan atau pun goyangan.
Rohman sangat menikmatinya sambil memainkan payudara sang istri.

Pantat Desi bergerak naik turun. Batang Rohman pun keluar masuk mengikuti gerakan pantat Desi.
Makin lama Desi mempercepat gerakannya dan juga melakukan goyangan pada Batang Rohman.

Sampai akhirnya.. Rohman tak kuat lagi membendung orgasmenya.
Ia pun memuntahkan sperma di memek Desi.

Karena pada saat Rohman orgasme ia melesakkan Batangnya makin masuk..
itu membuat Desi tak kuat hingga akhirnya membuat ia orgasme keduakalinya.

Mereka pun ambruk di atas tempat tidur.
Desi memberikan ciuman dan pelukan untuk Rohman sebab malam itu ia terpuaskan.
Jarang-jarang hal ini bisa didapatkannya.

“Habis minum jamu ya, Mas..?” tanya Desi.
Rohman mengangguk. “Gimana..?” Tanya Rohman.
“Mantap..” jawab Desi sambil meremas Batang Rohman.

Tapi seringnya Rohman selalu gagal di ranjang.
Apalagi jika tidak minum jamu kuat. Maka alhasil Desi tak mendapat kepuasan apapun.

Seperti misalnya, saat itu Desi baru datang dari kota.
Ia pergi membeli baju-baju termasuk juga pakaian dalam.
Desi mencoba pakaian dalam yang baru ia beli di kamarnya.

Saat itu Rohman ada di sana melihat sang istri di depan kaca.
Pakaian dalam Desi sangat minim sekali dan berwarna merah cerah.

Hal itu membuat Rohman terangsang dan langsung menerkam Desi.
Tentu saja hasilnya bisa ditebak: tak sampai lima menit Rohman orgasme.

Barangkali inilah yang membuat Desi mudah termakan rayuan para laki-laki di sekelilingnya..
hingga ia harus melakukan hubungan intim dengan mereka.

Desi tau bahwa ia telah berdosa kepada suaminya. Tapi ia tak bisa menutupi kata hatinya:
Yang mengatakan bahwa dari para laki-laki itulah ia mendapatkan kepuasan.
Dari sana pulalah permasalahan rumah tangganya dimulai.

Siapa sajakah para laki-laki itu..?
Keluarga Rohman memiliki usaha penjualan kopi. Kopi yang dimaksud adalah biji kopi.
Mereka menjual biji-biji kopi ke beberapa pemasok. Tapi ada beberapa biji kopi yang mereka olah sendiri.

Mereka punya berhektar-hektar kebun kopi. Kebun-kebun kopi itu adalah warisan turun-temurun.
Setiap musim panen kopi tiba, mereka akan sibuk mengurusi kebun-kebun mereka yang hendak dipanen.

Seperti suatu ketika musim panen kopi telah tiba. Saat itu ada dua kebun yang harus dipanen.
Para pemetik sudah berangkat ke kebun yang dimaksud.

Biasanya yang bertugas untuk memberikan upah adalah Rohman dan Desi.
Pak Burhan, ayah Rohman, sudah jarang mengurus usahanya itu.

Demi mempercepat proses panen, Rohman dan Desi pun melakukan pembagian tugas.
Desi ditugaskan ke kebun yang tidak terlalu luas, meski tempatnya lumayan jauh.

Demi menjaga keamanannya, Rohman meminta Sapto menemaninya.
Sapto adalah pesuruh sekaligus sopir di rumah itu.

Sapto sebaya dengan Rohman. Tingginya juga hampir sama.. tetapi Sapto lebih tegap dan berisi.
Mungkin karena faktor pekerjaannya yang berat.. sehingga badannya menjadi berotot.

Kulitnya agak sedikit gelap. Memiliki jambang di wajahnya.
Sekilas wajah Sapto memang tampak menakutkan tapi sebetulnya dia lumayan tampan.

Mereka berdua menaiki mobil pick up untuk mengangkut kopi-kopi yang telah dipanen.
Desi juga telah menyiapkan sejumlah uang untuk dibayarkan pada pemetik.

Saat itu Desi mengenakan kaos lengan panjang berwarna hijau tua yang agak ketat..
Sehingga membuat lekukan badannya terlihat. Bawahnya mengenakan celana jeans berwarna gelap.

Rambutnya ia ikat menyerupai ekor kuda membuat leher jenjangnya terlihat jelas.
Jujur saja penampilan Desi membuat Sapto tergoda. Ah.. kalau saja bukan majikan, pasti sudah Sapto sikat.

“Sap, aku udah nyiapin makanan juga nih. Nanti setelah selesai semua, kita makan dulu..”
“Wah, mantap nih. Makasih, mbak..”
“Sama-sama..”

“Aku memang senang, Sap, makan di kebun. Udaranya sejuk. Nafsu makan jadi bertambah. Hehehe..”
“Iya juga sih, mbak. Bener..”

“Sap, ini kok kaya mendung ya..? Masa’ mau hujan..?” Tanya Desi sambil melihat ke langit dari dalam mobil.
“Ngga mungkin, mbak. Paling habis ini juga cerah lagi..”

Sesampainya di sana, rupanya sebagian pekerja sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Satu per satu hasil petikan mereka ditimbang.
Upah mereka disesuaikan dengan jumlah yang mereka dapatkan.

Tak butuh waktu lama menunggu sampai semuanya selesai.
Kopi-kopi sudah dinaikkan ke atas pick up dan langsung ditutup kain terpal.

Para pekerja satu per satu mulai pergi.
“Kita makan dulu yuk..” Ajak Desi setelah memastikan semua pekerjaan selesai dan pekerja pergi.

Kebun kopi mereka agak jauh dari jalan raya. Mungkin masuk ke area hutan sekitar 1 km.
Jadi susana sangat sepi..
Dan paling hanya ada satu dua orang yang lewat untuk mencari kayu. Itu pun jarang sekali.

Mereka makan berdua di pondokan kecil yang hanya cukup untuk dua orang.
Pondokan itu berada di tengah kebun. Tapi masih terlihat dari posisi pick up diparkir.

Saat selesai makan, dan mereka sedang merapikan bekas makannya, tiba-tiba sekali hujan turun.
Deras. Mereka sama sekali tak punya persiapan.

Mereka lantas memilih berteduh terlebih dahulu di pondokan itu.
Sialnya.. pondokan itu atapnya juga bocor dan terpaksa membuat mereka harus berdiri berhimpitan.

“Waduh, bagaimana ini, mbak..?” Tanya Sapto.
“Ga tau, Sap. Mendadak sekali hujannya..”
“Untung kopi udah ditutup terpal, mbak..”
“Iya, Sap..”

“Apa kita mau lari aja ke mobil, mbak..?”
“Basah dong, Sap. Deres banget ini hujannya. Kita tunggu aja deh di sini. Paling ntar juga reda..”

Mereka pun akhirnya menunggu dengan tetap berdiri berhimpitan.
Awalnya posisi Desi berada di depan Sapto.
Dengan posisi itu otomatis selangkangan Sapto menyentuh pantat Desi.

Sapto tak bisa bohong bahwa kondisi itu membuat dirinya terangsang. Batangnya mulai tegang.
Sapto takut sekali itu diketahui oleh Desi.

Hujan ternyata makin deras. Cipratan air makin mengenai Desi.
Desi coba mundur untuk menghindari cipratan itu. Tapi sesuatu yang aneh dirasakan oleh Desi.

Pantatnya membentur sesuatu yang keras. Desi berpikir, di belakangnya hanya ada Sapto.
Desi paham apa yang barusan menyentuh pantatnya itu.

Sapto makin tidak tahan dengan kondisi ini.
Ia memberanikan diri untuk mendekatkan tubuhnya ke tubuh Desi.
Alhasil selangkangannya makin erat dengan pantat Desi.

Desi sendiri merasakannya dan makin lama Sapto terasa mulai menggesek-gesekkan selangkangannya.
“Sapto, kamu ngapain..?” Tanya Desi dan membuat Sapto kaget sekaligus menghentikan gerakannya.
“Maaf, mbak. Aku.. aku terangsang..” Desi tak menjawab dan diam saja.

Sebagai seorang wanita harus diakui kondisi dan situasi ini juga memberikan rangsangan padanya.
Cuaca sedang dingin dan Sapto ada untuk menawarkan kehangatan.

“Mbak Desi marah ya..?”
“Ngga kok, Sap. Kamu cowok. Itu normal. Cowok mana pun pasti juga bakalan seperti kamu..”

“Tapi aku sudah kurang ajar, mbak..” Sesal Sapto. Tapi selangkangannya masih menempel.
“Kamu ga bisa menghentikan kodratmu sebagai cowok. Kalau sudah waktunya tegang, ya pasti tegang..”
Mendengar itu, Sapto merasa lega.

“Kamu tegang kan..?” Tanya Desi. Sontak Sapto terkejut.
“Eh.. iya.. mbak. Maaf ya..” Jawab Sapto. “Mbak kok tau..?”

“Kerasa. Selangkanganmu keras. Apalagi kalo bukan tegang..?”
“Hehehe iya, mbak. Siapa sih yang ngga tegang lihat cewek secantik dan seseksi Mbak Desi..“

“Berarti semua salahku ya, Sap..?”
“Bu.. bukan, mbak. Maksud saya, biasanya cowok kan suka sama cewek cantik dan seksi..”

“Kalau memang salahku, biar aku yang menyelesaikan..”
Tiba-tiba Desi berbalik arah dan mereka pun berhadap-hadapan.

Kini dada Desi menempel erat ke tubuh Sapto. Sapto makin menegang.
Dan yang paling mengejutkan.. Desi kini meraih selangkangan Sapto dan meremasnya.

“Biar aku selesaikan ya..” kata Desi sambil menurukan ritsleting celana Sapto.
Setelah terbuka, Desi meminta Sapto menurunkan celana sekaligus CD-nya.

Tampaklah Batang Sapto yang sudah keras. Ukurannya sedikit agak lebih besar dari milik Rohman..
Ditambah jembut yang sepertinya tak pernah dirapikan.

“Besar juga ya..” kata Desi sambil menggenggamnya. Sapto hanya tersenyum malu.
Tapi tampak kepuasan di wajahnya. Desi sendiri mulai mengocok Batang Sapto.
Batang Sapto makin menegang dalam genggaman Desi.

Ingin rasanya Sapto menyentuh payudara Desi yang menempel ke badannya. Tapi dia tak cukup berani.
Baginya mendapat kocokan tangan Desi saja sudah cukup. Namun ternyata harapan Sapto terkabul.

Tiba-tiba saja tangan kiri Desi memegang tangan Sapto dan menuntunnya ke selangkangannya.
“Buka..” kata Desi. Ucapan yang memberikan tanda lampu hijau pada Sapto.

Sapto tak mau membuang-buang kesempatan itu.
Dengan sigap ia segera membuka celana Desi dan menurunkannya.
Kini tampaklah selangkangan Desi yang masih dibungkus celana dalam putih tulang.

Tangan Sapto langsung menyelinap masuk ke dalam celana dalam.
Dan segera menemukan sesuatu yang diidamkannya: memek Desi.

Melihat sikap Desi yang diam saja..
Sapto pun berani menyelipkan tangannya ke balik kaos Desi dan menyentuh payudaranya.

Ia juga mengangkat kaos Desi ke atas..
hingga tampak payudaranya dibungkus beha berwarna senada dengan celana dalamnya.
Betapa indah payudara itu..! Kata Sapto dalam hati. Bulat sempurna.

Ctik..! Sapto membuka kaitan BH di punggung Desi.
Setelah terbuka, ia dengan mudah mengeluarkan payudara Desi dari dalam beha.

Sapto segera menunduk dan melahap payudara itu. Ujung payudara itu segera masuk dalam mulut Sapto.
Slrepp.. slrepp.. slrupp.. slrupp.. slrupp..!! Disedot-sedot oleh Sapto.

Putingnya yang berwarna merah muda ia gigit-gigit kecil dan lidahnya menari-nari di puting itu.
“Sapto, jangan dimerahin..!” Sapto hampir khilaf: melakukan cupang pada payudara Desi.
Desi segera mencegahnya. Ia takut nanti suaminya curiga.

Tangan Sapto yang lain terus bermain di selangkangan Desi. Jarinya sudah mengorek-orek memek Desi.
Sapto merasakan memek Desi sudah basah.. pertanda bahwa ia sudah terbuai oleh birahi.

Desi sendiri masih asik mengocok Batang Sapto. Tanpa terasa hujan sudah mulai mereda.
“Mbak, kita pindah ke mobil..?” Tanya Sapto. Desi hanya mengangguk.

Setelah merapikan baju dan membawa bekal makanan kembali, mereka segera bergegas ke mobil.
“Ga akan ada orang kan..?” Tanya Desi.
“Ga akan, mbak. Habis hujan..”

Sapto lalu membuka kaos yang ia kenakan.. disusul dengan celana dan CD-nya hingga ia telanjang bulat.
Desi sempat terpana sejenak. Tubuh Sapto lumayan bagus. Itu membuat birahinya kembali naik.

Dengan buasnya, Sapto melepas pakaian Desi satu per satu: kaos, beha.. celana dan celana dalam.
Sapto mengangkat tubuh Desi dan ia dudukkan di pangkuannya.

Batang Sapto menempel langsung dengan memek Desi.
Batangnya pas berhadapan dengan lubang memeknya.

Sapto kembali melahap payudara Desi yang kini tepat berada di hadapannya.
Ia melahap secara bergantian. Sementara Desi mulai mendesah.

“Mpphhh.. mmpphh..”
“Ahhh.. asshh..” desah Desi. Apalagi ditambah memeknya tertekan oleh Batang Sapto.
Desahannya kian bertambah.

Mereka tak lagi peduli jika ada orang yang lewat dan memergoki mereka.
Kenikmatan telah membuat mereka lupa segalanya.

Karena saking bernafsunya.. tiba-tiba Desi mengangkat wajah Sapto dan langsung mencium bibirnya.
Mereka pun saling berciuman dengan brutal. Bibir mereka saling berpagutan.

Sapto juga langsung membalas ciuman bibir Desi. Selangkangan mereka masih tetap saling beradu.
Desi tanpa diperintah bergerah naik turun agar Batang Sapto bisa bergesekan dengan memeknya.

Situasi itu membuat Sapto merasa akan segera sampai. Bagaimana mungkin tak segera sampai..?
Bibir saling berpagutan mesra dan kemaluan mereka saling beradu..?

Ia pun memberanikan diri untuk segera menyelesaikan semuanya.
“Mbak, aku masukin ya..?” Kata Sapto sambil berusaha mengarahkan Batangnya.

“Kamu ada kondom ga? Aku lagi subur..”
“Ga ada, mbak..” jawab Sapto. “Aku buang di luar, deh..”

Agak ragu sebenarnya. Tapi sudah kepalang tanggung. Desi pun mengangguk.
Ah.. mimpi apa Sapto semalam bisa bercinta dengan majikannya yang cantik itu.

Desi mengangkat tubuhnya.. dan Sapto pelan-pelan mengarahkan batangnya ke lubang memek Desi.
Setelah dirasa tepat, Desi perlahan turun. Slebbb.. clebbb.. blesskk..!!

“Ah..” desah Desi begitu kepala Batangnya berusaha menguak bibir memeknya.
Ia coba terus perlahan sambil menggigit bibir menahan rasa sakit dan nikmat yang datang bersamaan.

“Ahhhh..!!” Begitu kepala Batangnya sudah masuk..
Dengan mudah Sapto mendorong batangnya lebih masuk lagi.

Sampai akhirnya, seluruh batangnya masuk ke liang senggama Desi.
“Uhhh..” Desi melenguh karena memeknya telah dipenuhi batang Batang.

Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.!! Desi bergerak naik turun di pangkuan Sapto.
Sapto menikmati Batangnya yang keluar masuk di memek Desi. Gerakannya pelan tapi nikmat.

Sapto kemudian kembali mencium bibir Desi mesra. Ia ciumi juga leher Desi.
Lagi-lagi ia ingin melakukan cupang tapi Desi cegah. “Sapto, jangan..!”

Tentu saja ini adalah kali pertama bagi Desi bercinta dengan orang lain selain suaminya.
Desi tidak tau kenapa tiba-tiba berani mengambil keputusan itu. Ia tau yang ia lakukan itu salah.

Tapi dalam lubuk hati terdalamnya, ada suatu kepuasan yang sudah sangat lama ia rindukan.
Kepuasan yang sangat jarang diberikan oleh suaminya.

Desi.. sebagai wanita, juga ingin merasakan kepuasan itu. Salahkah ia..?
Sementara bagi Sapto, entah ini yang keberapakali.
Sebelumnya ia sudah pernah melakukam hubungan intim dengan pacarnya dulu.

“Ahh.. ah.. ahh..” desah Desi. Gerakan naik turunnya semakin cepat.
Apalagi Sapto terus memberikan rangsangan di puting susunya yang ranum.

“Ahh.. seerett.. bangeettt.. mbaak..” kata Sapto. Dalam hati Sapto.. ia bertanya kenapa memek Desi masih seret.
Apakah karena belum pernah melahirkan..? Atau Batang Rohman terlalu kecil..? Ah, entahlah.
Tapi yang jelas memek Desi rasanya nikmat.

“Sapp..” Kini gerakan Desi sudah berubah. Ia mulai melakukan gerakan menggoyang pantatnya.
Desahannya juga makin sering dan keras.

“Ahh.. sapp.. kamuu.. naa..kall..!!”
Sapto meremas-remas payudaranya dan sesekali memainkan puting susunya.

Desi kembali melakukan gerakan naik turun namun dengan tempo lebih cepat.
Sampai akhirnya, tubuhnya menegang dan ia membenamkan wajahnya ke bahu Sapto.
Memeknya makin kuat menjepit Batang Sapto. Pertahanan Sapto sendiri sepertinya juga akan jebol.

“Ahh..” Desi melenguh panjang. Dengan cepat Sapto segera mengangkat tubuh Desi dan crot crot crot..!!
Spermanya muncrat ke bagian luar memek Desi dan perutnya sendiri. Sperma yang keluar banyak sekali.

Masih dalam posisi yang sama, mereka saling berpelukan untuk melepas penat.
“Ini jadi rahasia kita..” Kata Desi. Nafasnya tersengal-sengal.
“Iya, mbak..” Begitu juga Sapto.

Mereka pun membersihkan kelamin dengan celana dalam masing-masing.
Sapto mengelap Batangnya yang berlumuran cairan cinta Desi.

Sedangkan Desi membersihkan sperma Sapto dan cairan cintanya sendiri.
Setelah bersih mereka mengenakan baju dan segera pulang.

Dalam perjalanan.. mereka seolah tak percaya bahwa baru saja mereka sudah berhubungan intim.
Desi sudah mengkhianati suaminya: berselingkuh dengan pesuruh di rumahnya.

Tapi dia sendiri tak tau.. kenapa begitu saja tergoda dengan situasi di kebun kopi tadi.
Apa yang salah dari Rohman..? Atau justru dirinya yang salah..?

Rohman di rumah tampak mengkhawatirkan Desi dan Sapto yang tak kunjung datang.
Apalagi mereka tidak mengangkat telepon dari Rohman.

Berulangkali Rohman menelepon tapi tidak ada jawaban.
Rohman takut terjadi sesuatu pada mereka berdua karena baru saja turun hujan lebat.

Tapi tak lama berselang, Desi dan Sapto datang. Rohman seketika senang melihat kehadiran mereka.
“Tadi di sana sempat hujan, Mas. Deres banget..” kata Desi pada Rohman. “Di sini hujan juga kan..?”

“Iya..” jawab Rohman. “Makanya aku khawatir banget. Takut ada apa-apa..”
“Ngga kok, Mas. Tenang aja..” sahut Sapto.

Namun sejujurnya bukan soal keselamatan mereka yang dikhawatirkan Rohman, tapi sesuatu yang lain.
Rohman takut mereka berdua bermain gelap di belakangnya..

Meski pun ia tau istrinya tak akan mengkhianatinya. Ia percaya pada istrinya.
Apalagi Sapto juga sudah menjadi sopir dan pesuruh kepercayaannya.

Tapi yang namanya rasa curiga tetaplah ada biar bagaimanapun.
Sapto juga seorang laki-laki normal dan bisa dibilang masih sebaya dengan dirinya.

Rohman takut Sapto bertindak kurang ajar dan Desi tak bisa melawan.
Atau lebih parahnya, justru Desi yang tergoda pada Sapto.

Sebisa mungkin Desi dan Sapto pun tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
Mereka telah merapikan penampilan mereka agar Rohman tak curiga.
Baju dan rambut mereka sudah tampak rapi seperti semula.

Benar saja.. melihat mereka, Rohman jadi segera membuang jauh-jauh pikiran buruknya.
Sayangnya, Rohman justru telah dibohongi.

Meski penampilan luar mereka tampak biasa.. tapi Rohman tak tau..
Bahwa celana dalam yang mereka kenakan masih basah dengan cairan senggama masing-masing.

CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd