--------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
Cerita 230 – Primadona Desa..
[Part 1] – Satu Langkah Menuju ..
Ia bernama Desi. Wanita cantik yang tinggal di kampung. Ia memiliki kulit yang bersih.
Rambut hitam sebahu. Tubuhnya langsing.. tidak tinggi.. –Dan tidak terlalu pendek pula..–
Pantat yang membulat bahenol. Serta payudara besar dan kencang menghiasi dadanya.
Siapa yang tidak suka pada keindahan seperti itu..? Bisa dibilang ia adalah primadona kampungnya.
Banyak pria yang tergila-gila bahkan sampai ia menikah pun masih banyak yang terpincut padanya.
Ya, dia memang sudah menikah dengan Rohman. Anak dari Pak Burhan, seorang tuan tanah di kampung itu.
Rohman adalah pewaris harta kekayaan Pak Burhan.
Banyak orang yang mengatakan bahwa Desi menikahi Rohman karena tergila-gila pada hartanya.
Tapi Desi tak mau mendengarkan omongan itu.
Desi menikahi Rohman karena Desi memang mencintai suaminya itu.
Sebelum menikah dengan Rohman.. Desi pernah menjalin hubungan dengan Eko.
Seorang pria yang juga tinggal di kampung itu. Namun, cinta mereka tak direstui oleh kedua orangtua Desi.
Karena Eko berasal dari keluarga yang tidak jelas.
Orangtua Eko mati dihakimi warga karena dituduh melakukan santet pada warga kampung.
Karena alasan itu.. Desi diminta orangtuanya untuk menjauhi Eko.. atau kalau tidak mereka tidak akan merestui.
Desi sangat mencintai Eko.
Kalau pun tuduhan warga kampung atas orang tua Eko benar, Desi tau betul Eko tidaklah sama.
Eko sangat baik. Desi bisa melihatnya dari sikap keseharian Eko yang suka membantu warga di sana.
Tetapi karena paksaan dari orangtua, Desi terpaksa harus meninggalkan Eko.
Lalu di saat bersamaan.. Rohman datang dengan segenap perhatian dan kebaikan pada Desi.
Tapi mula-mula Desi tidak begitu menanggapi Rohman.
Biar bagaimana pun Desi tak bisa langsung melupakan Eko.
Namun semakin lama.. kebaikan dan perhatian Rohman mampu meluluhkan hati Desi.
Desi pun akhirnya menerima lamaran Rohman dan mereka menikah.
Rohman menjadi orang pertama yang memerawani primadona kampungnya itu.
Meski pun bukan orang pertama yang melihatnya telanjang.
Saat bersama Eko.. Desi pernah telanjang di depan mantan kekasihnya itu walau pun tak sampai berhubungan intim.
Sementara itu Eko juga menikah dengan wanita lain dan pergi meninggalkan kampung untuk merantau.
Jika membandingkan secara fisik.. Rohman jelas kalah dari Eko. Eko berpostur tinggi dan tegap.
Wajahnya manis. Memiliki sedikit kumis tipis. Kulitnya sawo matang.
Sedangkan Rohman.. badannya tidak terlalu tinggi tetapi masih dalam kategori ideal.
Tingginya mungkin sekitar 168 cm. Wajahnya juga biasa aja.
Karena dia anak orang kaya.. sehingga wajahnya sedikit terpelihara.
Meski kehidupan Desi dan Rohman serba berkecukupan, namun rumah tangga mereka tidaklah bisa dibilang bahagia.
Selain karena belum dikaruniai seorang anak dalam 3 tahun umur pernikahannya..
urusan ranjang mereka juga jadi salahsatu sumber tidak dicapainya kebahagiaan.
Desi merasakan Rohman selalu gagal memuaskannya setiapkali bercinta.
Namun Desi tak pernah mengatakan. Dia takut membuat suaminya kecewa.
Biasanya untuk mengatasi kelemahan itu, Rohman terpaksa harus minum jamu kuat terlebih dahuli.
Seperti malam itu, suaminya baru selesai minum jamu yang ia pesan dari temannya.
Jamunya memang bisa dibilang tokcer. Malam itu pun dia bersiap untuk memulai pertempuran.
Desi sudah tertidur dan hanya mengenakan baju tidur transparan.
Rohman melihat bahwa di balik bajunya, istrinya tak mengenakan apa pun.
Tampak putingnya yang tercetak jelas.
Rohman menaiki ranjang dan langsung memberikan rangsangan pada istrinya.
Tangannya meraba paha sang istri sambil menarik bagian bawah baju tidurnya ke atas.
Benar sekali bahwa Desi tak mengenakan apapun. Pantat bahenolnya langsung terlihat.
Itu membuat Rohman terangsang. Batangnya mulai menegang.
Rohman membalik tubuh istrinya karena semula miring dan membelakanginya.
Istrinya terbangun dengan godaan Rohman. “Ehhh.. ”
Rohman menurunkan sarungnya dan terlihatlah Batangnya yang tegak.
Batangnya tidak terlalu besar dan panjang. Ukuran normal orang Indonesia pada umumnya.
Rohman menaikkan baju istrinya sampai terlihat payudaranya yang besar.
Dalam posisi menindih.. Rohman menunduk dan mulai melahap payudara sang istri.
Puting susunya tampak mengeras pertanda bahwa istrinya sudah terangsang.
Rohman mulai menyedot dan memainkan lidahnya di kedua puting susunya.
“Ah.. ah.. ah..” Desi terbangun dan mulai mendesah.
Ketika ciuman Rohman turun ke perut desahan Desi makin tak karuan.
Bahkan ia juga mengeliat-geliat keenakan.
Kedua tangan Desi memegangi kepala Rohman yang terus turun hingga selangkangannya.
Desi tau apa yang akan Rohman lakukan: menjilat memeknya.
Rohman selalu suka menjilati memek Desi karena baunya wangi.
Desi memang selalu menjaga kebersihan organ intimnya itu.
Selain karena alasan kesehatan, juga untuk memuaskan suami.
Lidah Rohman mulai bermain-main di memek Desi.
Menari-nari di atas bibir vaginanya dan juga klitorisnya.
Itu membuat Desi mendesah dan menggelinjang seketika.
“Ahhh.. Mas.. Mas..” Tubuh Desi menggeliat-geliat merasakankan nikmat dari suaminya.
Setelah cukup lama, kini Rohman bersiap untuk melakukan penetrasi di memek Desi.
Memek Desi sudah tampak basah bukti bahwa ia sudah amat terangsang.
Maka tak butuh waktu lama untuk Rohman membuat seluruh batang Batangnya amblas..
masuk dan terbenam ke dalam liang kenikmatan milik sang istri.
Mungkin karena belum melahirkan, kemaluan Desi masih terasa sesak bagi Rohman.
Ia mendiamkan sejenak dulu Batangnya di dalam memek Desi.
Rohman sendiri menundukkan wajahnya untuk bisa mencium Desi.
Mereka saling berciuman mesra. Tangan Rohman mencoba meremas-remas payudaranya.
Pelan tapi pasti, Rohman mulai melakukan gerakan maju mundur.
Batangnya pun bisa keluar masuk di dalam memek Desi.
Keduanya sudah sama-sama mulai mendesah merespon kenikmatan yang mereka ciptakan.
“Ah.. Mas.. ohh.. ”
“Des.. Ah.. ah.. ”
Pantat Desi juga turut bergerak-gerak mengimbangi gerakan dari sang suami.
Rohman juga tampak mempercepat gerakannya.
Selangkangan mereka saling beradu hingga menghasilkan bunyi yang gaduh. Tapi mereka tak peduli.
Mereka kini ingin sama-sama meraih puncak kenikmatannya.
Rohman makin dalam menghujamkan Batangnya di kemaluan Desi.
Desi makin mendongak ke atas pertanda kenikmatan yang ia rasakan makin dalam.
“Mas.. oh..” Desi mendesah. Tangannya menggenggam seprai menahan nikmat yang kian memuncak.
Sampai akhirnya, Desi tidak tahan.. apalagi Rohman mencoba melakukan goyangan pada memek Desi.
Tubuh Desi pun langsung menekuk ke atas dan memeknya seperti lebih erat menjepit Batang Rohman.
Rohman sendiri belum sampai orgasmenya.
Ia masih terus melanjutkan gerakannya mengaduk-aduk isi kemaluan Desi dengan Batangnya.
Atas inisiatif Desi, kini Rohman yang berada di bawah.
Desi yang kini lebih aktif melakukan gerakan atau pun goyangan.
Rohman sangat menikmatinya sambil memainkan payudara sang istri.
Pantat Desi bergerak naik turun. Batang Rohman pun keluar masuk mengikuti gerakan pantat Desi.
Makin lama Desi mempercepat gerakannya dan juga melakukan goyangan pada Batang Rohman.
Sampai akhirnya.. Rohman tak kuat lagi membendung orgasmenya.
Ia pun memuntahkan sperma di memek Desi.
Karena pada saat Rohman orgasme ia melesakkan Batangnya makin masuk..
itu membuat Desi tak kuat hingga akhirnya membuat ia orgasme keduakalinya.
Mereka pun ambruk di atas tempat tidur.
Desi memberikan ciuman dan pelukan untuk Rohman sebab malam itu ia terpuaskan.
Jarang-jarang hal ini bisa didapatkannya.
“Habis minum jamu ya, Mas..?” tanya Desi.
Rohman mengangguk. “Gimana..?” Tanya Rohman.
“Mantap..” jawab Desi sambil meremas Batang Rohman.
Tapi seringnya Rohman selalu gagal di ranjang.
Apalagi jika tidak minum jamu kuat. Maka alhasil Desi tak mendapat kepuasan apapun.
Seperti misalnya, saat itu Desi baru datang dari kota.
Ia pergi membeli baju-baju termasuk juga pakaian dalam.
Desi mencoba pakaian dalam yang baru ia beli di kamarnya.
Saat itu Rohman ada di sana melihat sang istri di depan kaca.
Pakaian dalam Desi sangat minim sekali dan berwarna merah cerah.
Hal itu membuat Rohman terangsang dan langsung menerkam Desi.
Tentu saja hasilnya bisa ditebak: tak sampai lima menit Rohman orgasme.
Barangkali inilah yang membuat Desi mudah termakan rayuan para laki-laki di sekelilingnya..
hingga ia harus melakukan hubungan intim dengan mereka.
Desi tau bahwa ia telah berdosa kepada suaminya. Tapi ia tak bisa menutupi kata hatinya:
Yang mengatakan bahwa dari para laki-laki itulah ia mendapatkan kepuasan.
Dari sana pulalah permasalahan rumah tangganya dimulai.
Siapa sajakah para laki-laki itu..?
Keluarga Rohman memiliki usaha penjualan kopi. Kopi yang dimaksud adalah biji kopi.
Mereka menjual biji-biji kopi ke beberapa pemasok. Tapi ada beberapa biji kopi yang mereka olah sendiri.
Mereka punya berhektar-hektar kebun kopi. Kebun-kebun kopi itu adalah warisan turun-temurun.
Setiap musim panen kopi tiba, mereka akan sibuk mengurusi kebun-kebun mereka yang hendak dipanen.
Seperti suatu ketika musim panen kopi telah tiba. Saat itu ada dua kebun yang harus dipanen.
Para pemetik sudah berangkat ke kebun yang dimaksud.
Biasanya yang bertugas untuk memberikan upah adalah Rohman dan Desi.
Pak Burhan, ayah Rohman, sudah jarang mengurus usahanya itu.
Demi mempercepat proses panen, Rohman dan Desi pun melakukan pembagian tugas.
Desi ditugaskan ke kebun yang tidak terlalu luas, meski tempatnya lumayan jauh.
Demi menjaga keamanannya, Rohman meminta Sapto menemaninya.
Sapto adalah pesuruh sekaligus sopir di rumah itu.
Sapto sebaya dengan Rohman. Tingginya juga hampir sama.. tetapi Sapto lebih tegap dan berisi.
Mungkin karena faktor pekerjaannya yang berat.. sehingga badannya menjadi berotot.
Kulitnya agak sedikit gelap. Memiliki jambang di wajahnya.
Sekilas wajah Sapto memang tampak menakutkan tapi sebetulnya dia lumayan tampan.
Mereka berdua menaiki mobil pick up untuk mengangkut kopi-kopi yang telah dipanen.
Desi juga telah menyiapkan sejumlah uang untuk dibayarkan pada pemetik.
Saat itu Desi mengenakan kaos lengan panjang berwarna hijau tua yang agak ketat..
Sehingga membuat lekukan badannya terlihat. Bawahnya mengenakan celana jeans berwarna gelap.
Rambutnya ia ikat menyerupai ekor kuda membuat leher jenjangnya terlihat jelas.
Jujur saja penampilan Desi membuat Sapto tergoda. Ah.. kalau saja bukan majikan, pasti sudah Sapto sikat.
“Sap, aku udah nyiapin makanan juga nih. Nanti setelah selesai semua, kita makan dulu..”
“Wah, mantap nih. Makasih, mbak..”
“Sama-sama..”
“Aku memang senang, Sap, makan di kebun. Udaranya sejuk. Nafsu makan jadi bertambah. Hehehe..”
“Iya juga sih, mbak. Bener..”
“Sap, ini kok kaya mendung ya..? Masa’ mau hujan..?” Tanya Desi sambil melihat ke langit dari dalam mobil.
“Ngga mungkin, mbak. Paling habis ini juga cerah lagi..”
Sesampainya di sana, rupanya sebagian pekerja sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Satu per satu hasil petikan mereka ditimbang.
Upah mereka disesuaikan dengan jumlah yang mereka dapatkan.
Tak butuh waktu lama menunggu sampai semuanya selesai.
Kopi-kopi sudah dinaikkan ke atas pick up dan langsung ditutup kain terpal.
Para pekerja satu per satu mulai pergi.
“Kita makan dulu yuk..” Ajak Desi setelah memastikan semua pekerjaan selesai dan pekerja pergi.
Kebun kopi mereka agak jauh dari jalan raya. Mungkin masuk ke area hutan sekitar 1 km.
Jadi susana sangat sepi..
Dan paling hanya ada satu dua orang yang lewat untuk mencari kayu. Itu pun jarang sekali.
Mereka makan berdua di pondokan kecil yang hanya cukup untuk dua orang.
Pondokan itu berada di tengah kebun. Tapi masih terlihat dari posisi pick up diparkir.
Saat selesai makan, dan mereka sedang merapikan bekas makannya, tiba-tiba sekali hujan turun.
Deras. Mereka sama sekali tak punya persiapan.
Mereka lantas memilih berteduh terlebih dahulu di pondokan itu.
Sialnya.. pondokan itu atapnya juga bocor dan terpaksa membuat mereka harus berdiri berhimpitan.
“Waduh, bagaimana ini, mbak..?” Tanya Sapto.
“Ga tau, Sap. Mendadak sekali hujannya..”
“Untung kopi udah ditutup terpal, mbak..”
“Iya, Sap..”
“Apa kita mau lari aja ke mobil, mbak..?”
“Basah dong, Sap. Deres banget ini hujannya. Kita tunggu aja deh di sini. Paling ntar juga reda..”
Mereka pun akhirnya menunggu dengan tetap berdiri berhimpitan.
Awalnya posisi Desi berada di depan Sapto.
Dengan posisi itu otomatis selangkangan Sapto menyentuh pantat Desi.
Sapto tak bisa bohong bahwa kondisi itu membuat dirinya terangsang. Batangnya mulai tegang.
Sapto takut sekali itu diketahui oleh Desi.
Hujan ternyata makin deras. Cipratan air makin mengenai Desi.
Desi coba mundur untuk menghindari cipratan itu. Tapi sesuatu yang aneh dirasakan oleh Desi.
Pantatnya membentur sesuatu yang keras. Desi berpikir, di belakangnya hanya ada Sapto.
Desi paham apa yang barusan menyentuh pantatnya itu.
Sapto makin tidak tahan dengan kondisi ini.
Ia memberanikan diri untuk mendekatkan tubuhnya ke tubuh Desi.
Alhasil selangkangannya makin erat dengan pantat Desi.
Desi sendiri merasakannya dan makin lama Sapto terasa mulai menggesek-gesekkan selangkangannya.
“Sapto, kamu ngapain..?” Tanya Desi dan membuat Sapto kaget sekaligus menghentikan gerakannya.
“Maaf, mbak. Aku.. aku terangsang..” Desi tak menjawab dan diam saja.
Sebagai seorang wanita harus diakui kondisi dan situasi ini juga memberikan rangsangan padanya.
Cuaca sedang dingin dan Sapto ada untuk menawarkan kehangatan.
“Mbak Desi marah ya..?”
“Ngga kok, Sap. Kamu cowok. Itu normal. Cowok mana pun pasti juga bakalan seperti kamu..”
“Tapi aku sudah kurang ajar, mbak..” Sesal Sapto. Tapi selangkangannya masih menempel.
“Kamu ga bisa menghentikan kodratmu sebagai cowok. Kalau sudah waktunya tegang, ya pasti tegang..”
Mendengar itu, Sapto merasa lega.
“Kamu tegang kan..?” Tanya Desi. Sontak Sapto terkejut.
“Eh.. iya.. mbak. Maaf ya..” Jawab Sapto. “Mbak kok tau..?”
“Kerasa. Selangkanganmu keras. Apalagi kalo bukan tegang..?”
“Hehehe iya, mbak. Siapa sih yang ngga tegang lihat cewek secantik dan seseksi Mbak Desi..“
“Berarti semua salahku ya, Sap..?”
“Bu.. bukan, mbak. Maksud saya, biasanya cowok kan suka sama cewek cantik dan seksi..”
“Kalau memang salahku, biar aku yang menyelesaikan..”
Tiba-tiba Desi berbalik arah dan mereka pun berhadap-hadapan.
Kini dada Desi menempel erat ke tubuh Sapto. Sapto makin menegang.
Dan yang paling mengejutkan.. Desi kini meraih selangkangan Sapto dan meremasnya.
“Biar aku selesaikan ya..” kata Desi sambil menurukan ritsleting celana Sapto.
Setelah terbuka, Desi meminta Sapto menurunkan celana sekaligus CD-nya.
Tampaklah Batang Sapto yang sudah keras. Ukurannya sedikit agak lebih besar dari milik Rohman..
Ditambah jembut yang sepertinya tak pernah dirapikan.
“Besar juga ya..” kata Desi sambil menggenggamnya. Sapto hanya tersenyum malu.
Tapi tampak kepuasan di wajahnya. Desi sendiri mulai mengocok Batang Sapto.
Batang Sapto makin menegang dalam genggaman Desi.
Ingin rasanya Sapto menyentuh payudara Desi yang menempel ke badannya. Tapi dia tak cukup berani.
Baginya mendapat kocokan tangan Desi saja sudah cukup. Namun ternyata harapan Sapto terkabul.
Tiba-tiba saja tangan kiri Desi memegang tangan Sapto dan menuntunnya ke selangkangannya.
“Buka..” kata Desi. Ucapan yang memberikan tanda lampu hijau pada Sapto.
Sapto tak mau membuang-buang kesempatan itu.
Dengan sigap ia segera membuka celana Desi dan menurunkannya.
Kini tampaklah selangkangan Desi yang masih dibungkus celana dalam putih tulang.
Tangan Sapto langsung menyelinap masuk ke dalam celana dalam.
Dan segera menemukan sesuatu yang diidamkannya: memek Desi.
Melihat sikap Desi yang diam saja..
Sapto pun berani menyelipkan tangannya ke balik kaos Desi dan menyentuh payudaranya.
Ia juga mengangkat kaos Desi ke atas..
hingga tampak payudaranya dibungkus beha berwarna senada dengan celana dalamnya.
Betapa indah payudara itu..! Kata Sapto dalam hati. Bulat sempurna.
Ctik..! Sapto membuka kaitan BH di punggung Desi.
Setelah terbuka, ia dengan mudah mengeluarkan payudara Desi dari dalam beha.
Sapto segera menunduk dan melahap payudara itu. Ujung payudara itu segera masuk dalam mulut Sapto.
Slrepp.. slrepp.. slrupp.. slrupp.. slrupp..!! Disedot-sedot oleh Sapto.
Putingnya yang berwarna merah muda ia gigit-gigit kecil dan lidahnya menari-nari di puting itu.
“Sapto, jangan dimerahin..!” Sapto hampir khilaf: melakukan cupang pada payudara Desi.
Desi segera mencegahnya. Ia takut nanti suaminya curiga.
Tangan Sapto yang lain terus bermain di selangkangan Desi. Jarinya sudah mengorek-orek memek Desi.
Sapto merasakan memek Desi sudah basah.. pertanda bahwa ia sudah terbuai oleh birahi.
Desi sendiri masih asik mengocok Batang Sapto. Tanpa terasa hujan sudah mulai mereda.
“Mbak, kita pindah ke mobil..?” Tanya Sapto. Desi hanya mengangguk.
Setelah merapikan baju dan membawa bekal makanan kembali, mereka segera bergegas ke mobil.
“Ga akan ada orang kan..?” Tanya Desi.
“Ga akan, mbak. Habis hujan..”
Sapto lalu membuka kaos yang ia kenakan.. disusul dengan celana dan CD-nya hingga ia telanjang bulat.
Desi sempat terpana sejenak. Tubuh Sapto lumayan bagus. Itu membuat birahinya kembali naik.
Dengan buasnya, Sapto melepas pakaian Desi satu per satu: kaos, beha.. celana dan celana dalam.
Sapto mengangkat tubuh Desi dan ia dudukkan di pangkuannya.
Batang Sapto menempel langsung dengan memek Desi.
Batangnya pas berhadapan dengan lubang memeknya.
Sapto kembali melahap payudara Desi yang kini tepat berada di hadapannya.
Ia melahap secara bergantian. Sementara Desi mulai mendesah.
“Mpphhh.. mmpphh..”
“Ahhh.. asshh..” desah Desi. Apalagi ditambah memeknya tertekan oleh Batang Sapto.
Desahannya kian bertambah.
Mereka tak lagi peduli jika ada orang yang lewat dan memergoki mereka.
Kenikmatan telah membuat mereka lupa segalanya.
Karena saking bernafsunya.. tiba-tiba Desi mengangkat wajah Sapto dan langsung mencium bibirnya.
Mereka pun saling berciuman dengan brutal. Bibir mereka saling berpagutan.
Sapto juga langsung membalas ciuman bibir Desi. Selangkangan mereka masih tetap saling beradu.
Desi tanpa diperintah bergerah naik turun agar Batang Sapto bisa bergesekan dengan memeknya.
Situasi itu membuat Sapto merasa akan segera sampai. Bagaimana mungkin tak segera sampai..?
Bibir saling berpagutan mesra dan kemaluan mereka saling beradu..?
Ia pun memberanikan diri untuk segera menyelesaikan semuanya.
“Mbak, aku masukin ya..?” Kata Sapto sambil berusaha mengarahkan Batangnya.
“Kamu ada kondom ga? Aku lagi subur..”
“Ga ada, mbak..” jawab Sapto. “Aku buang di luar, deh..”
Agak ragu sebenarnya. Tapi sudah kepalang tanggung. Desi pun mengangguk.
Ah.. mimpi apa Sapto semalam bisa bercinta dengan majikannya yang cantik itu.
Desi mengangkat tubuhnya.. dan Sapto pelan-pelan mengarahkan batangnya ke lubang memek Desi.
Setelah dirasa tepat, Desi perlahan turun. Slebbb.. clebbb.. blesskk..!!
“Ah..” desah Desi begitu kepala Batangnya berusaha menguak bibir memeknya.
Ia coba terus perlahan sambil menggigit bibir menahan rasa sakit dan nikmat yang datang bersamaan.
“Ahhhh..!!” Begitu kepala Batangnya sudah masuk..
Dengan mudah Sapto mendorong batangnya lebih masuk lagi.
Sampai akhirnya, seluruh batangnya masuk ke liang senggama Desi.
“Uhhh..” Desi melenguh karena memeknya telah dipenuhi batang Batang.
Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.!! Desi bergerak naik turun di pangkuan Sapto.
Sapto menikmati Batangnya yang keluar masuk di memek Desi. Gerakannya pelan tapi nikmat.
Sapto kemudian kembali mencium bibir Desi mesra. Ia ciumi juga leher Desi.
Lagi-lagi ia ingin melakukan cupang tapi Desi cegah. “Sapto, jangan..!”
Tentu saja ini adalah kali pertama bagi Desi bercinta dengan orang lain selain suaminya.
Desi tidak tau kenapa tiba-tiba berani mengambil keputusan itu. Ia tau yang ia lakukan itu salah.
Tapi dalam lubuk hati terdalamnya, ada suatu kepuasan yang sudah sangat lama ia rindukan.
Kepuasan yang sangat jarang diberikan oleh suaminya.
Desi.. sebagai wanita, juga ingin merasakan kepuasan itu. Salahkah ia..?
Sementara bagi Sapto, entah ini yang keberapakali.
Sebelumnya ia sudah pernah melakukam hubungan intim dengan pacarnya dulu.
“Ahh.. ah.. ahh..” desah Desi. Gerakan naik turunnya semakin cepat.
Apalagi Sapto terus memberikan rangsangan di puting susunya yang ranum.
“Ahh.. seerett.. bangeettt.. mbaak..” kata Sapto. Dalam hati Sapto.. ia bertanya kenapa memek Desi masih seret.
Apakah karena belum pernah melahirkan..? Atau Batang Rohman terlalu kecil..? Ah, entahlah.
Tapi yang jelas memek Desi rasanya nikmat.
“Sapp..” Kini gerakan Desi sudah berubah. Ia mulai melakukan gerakan menggoyang pantatnya.
Desahannya juga makin sering dan keras.
“Ahh.. sapp.. kamuu.. naa..kall..!!”
Sapto meremas-remas payudaranya dan sesekali memainkan puting susunya.
Desi kembali melakukan gerakan naik turun namun dengan tempo lebih cepat.
Sampai akhirnya, tubuhnya menegang dan ia membenamkan wajahnya ke bahu Sapto.
Memeknya makin kuat menjepit Batang Sapto. Pertahanan Sapto sendiri sepertinya juga akan jebol.
“Ahh..” Desi melenguh panjang. Dengan cepat Sapto segera mengangkat tubuh Desi dan crot crot crot..!!
Spermanya muncrat ke bagian luar memek Desi dan perutnya sendiri. Sperma yang keluar banyak sekali.
Masih dalam posisi yang sama, mereka saling berpelukan untuk melepas penat.
“Ini jadi rahasia kita..” Kata Desi. Nafasnya tersengal-sengal.
“Iya, mbak..” Begitu juga Sapto.
Mereka pun membersihkan kelamin dengan celana dalam masing-masing.
Sapto mengelap Batangnya yang berlumuran cairan cinta Desi.
Sedangkan Desi membersihkan sperma Sapto dan cairan cintanya sendiri.
Setelah bersih mereka mengenakan baju dan segera pulang.
Dalam perjalanan.. mereka seolah tak percaya bahwa baru saja mereka sudah berhubungan intim.
Desi sudah mengkhianati suaminya: berselingkuh dengan pesuruh di rumahnya.
Tapi dia sendiri tak tau.. kenapa begitu saja tergoda dengan situasi di kebun kopi tadi.
Apa yang salah dari Rohman..? Atau justru dirinya yang salah..?
Rohman di rumah tampak mengkhawatirkan Desi dan Sapto yang tak kunjung datang.
Apalagi mereka tidak mengangkat telepon dari Rohman.
Berulangkali Rohman menelepon tapi tidak ada jawaban.
Rohman takut terjadi sesuatu pada mereka berdua karena baru saja turun hujan lebat.
Tapi tak lama berselang, Desi dan Sapto datang. Rohman seketika senang melihat kehadiran mereka.
“Tadi di sana sempat hujan, Mas. Deres banget..” kata Desi pada Rohman. “Di sini hujan juga kan..?”
“Iya..” jawab Rohman. “Makanya aku khawatir banget. Takut ada apa-apa..”
“Ngga kok, Mas. Tenang aja..” sahut Sapto.
Namun sejujurnya bukan soal keselamatan mereka yang dikhawatirkan Rohman, tapi sesuatu yang lain.
Rohman takut mereka berdua bermain gelap di belakangnya..
Meski pun ia tau istrinya tak akan mengkhianatinya. Ia percaya pada istrinya.
Apalagi Sapto juga sudah menjadi sopir dan pesuruh kepercayaannya.
Tapi yang namanya rasa curiga tetaplah ada biar bagaimanapun.
Sapto juga seorang laki-laki normal dan bisa dibilang masih sebaya dengan dirinya.
Rohman takut Sapto bertindak kurang ajar dan Desi tak bisa melawan.
Atau lebih parahnya, justru Desi yang tergoda pada Sapto.
Sebisa mungkin Desi dan Sapto pun tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
Mereka telah merapikan penampilan mereka agar Rohman tak curiga.
Baju dan rambut mereka sudah tampak rapi seperti semula.
Benar saja.. melihat mereka, Rohman jadi segera membuang jauh-jauh pikiran buruknya.
Sayangnya, Rohman justru telah dibohongi.
Meski penampilan luar mereka tampak biasa.. tapi Rohman tak tau..
Bahwa celana dalam yang mereka kenakan masih basah dengan cairan senggama masing-masing.
CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------