Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

---------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 204 – Sang Kekasih Hati.. [Part 2]

Menjelang pagi
kurasakan Ayu bangun. Ia akan mengenakan dasternya.
"Aku harus kembali ke kamarku Rik, sudah pagi..”
Tetapi aku menarik tangannya hingga ia kembali rebah di sisiku.

"Masih setengah tiga Ayu, di sini dulu..” Penisku pun kembali tegang dan keras. Ayu melihatnya.
"Rupanya si kecilmu sudah siap lagi Rik..” candanya.

Ia pun bangkit lalu tubuhnya menindih tubuhku yang rebah telentang.
Ia mengecupi leherku kiri dan kanan bertubi-tubi. Akhirnya bibir itu mampir di bibirku.

Lidahku dan lidahnya berbelitan.. sebentar dalam mulutku.. sebentar dalam mulutnya.
Lalu ia mengangkat tubuhnya sedikit.. mengarahkan lubangnya ke ujung penisku..
kemudian ia mendorongkan tubuhnya ke belakang.. slebb.. bless.. penisku masuk ke dalamnya sepenuhnya.

Ia lantas duduk di perutku.
Tanganku meremas-remas payudaranya dan ia menggoyang-goyangkan tubuhnya di atasku.
Mula-mula gerakannya tak terlalu cepat.. tetapi semakin lama ritme gerakannya makin meninggi.

Tak lama kemudian ia rebah dalam pelukanku.. aku mendengar desahnya penuh kenikmatan.
Namun aku masih tegar. Ganti ia yang kutelentangkan.. aku berada di atasnya.. kugerakkan tubuhku.
Beberapa saat kemudian kenikmatan pun menjalar di seluruh tubuhku.

Malam itu tak banyak kata-kata yang kami ucapkan.. tetapi tubuh-tubuh kami telah saling bicara..
mencurahkan seluruh perasaan kami yang terpendam selama berbulan-bulan.

Jam setengah empat sudah.. ia mengenakan dasternya mengecup pipiku dan kembali ke kamarnya.
Aku pun tertidur dengan rasa bahagia.
------ooOoo------

Malam keempat. Kami mulai dengan bercium-ciuman sebentar di sofa.
Kami tak mau berlama-lama di situ.. kami pun kemudian masuk kamar.

Setelah mengunci pintu ia melepaskan dasternya. Aku juga melepaskan pakaianku.
Ternyata di balik daster itu ia mengenakan blus dan celana mini tipis.. yang tak terlampau ketat berwarna biru muda.

Payudaranya tidak terlalu besar.. tetapi cukup menonjol di balik blusnya itu.
Putingnya tampak jelas di balik blusnya yang transparan itu..
Dan di celananya aku juga bisa melihat rambutnya menerawang.

Aku terpesona melihat Ayu berdiri di depanku dengan pakaian begitu seksi.
Rambutnya yang bergerai panjang, tubuhya yang semampai sangat serasi dengan yang dipakainya.

Aku duduk terpana di tempat tidur memandangnya.
Kalau saja aku bisa memotretnya pasti tiap malam kupandangi foto itu dengan penuh pesona.

"Luar biasa Ayu, cantik sekali kamu. Di mana kamu beli bajumu itu..?” Dia tidak menjawab.. hanya tersenyum.
Ia menuju tempat tidur dan merebahkan diri. Aku pun rebah di sisinya.

Kubelai putingnya di balik blusnya itu. Lalu kuusap celananya.
Dan jari-jariku merasakan gemerisik rambut-rambut di baliknya. Lalu kami rebah berhadapan.

Kusisipkan penisku melalui sela celana mininya.. menyentuh vaginanya lalu kudekap dan kucium dia.
Beberapa menit kami berciuman. Lalu ia bangkit mengecup dadaku di berbagai tempat.

Kulepas celana mini dan blusnya. Sekarang tak ada apa-apa lagi yang melekat di tubuh kami.
Aku duduk dan ia duduk di pangkuanku berhadapan denganku.

Punya kami saling menempel. Penisku berdiri tegak dikelilingi oleh rambut-rambutnya dan rambut-rambutku..
Hingga penisku tampak seolah-olah punyanya juga. Segera kami pun berdekapan erat.. beciuman sambil duduk.

Cukup lama kami bercumbu rayu dengan berbagai cara.
Seperti malam sebelumnya, malam itu kami melakukan lagi duakali.
------ooOoo------

Esoknya aku harus kembali ke kotaku. Hari itu Ayu mengambil cuti seharian ia menemaniku.
Sore hari Ayu mengantarku ke stasiun kereta api. Kulihat matanya berkaca-kaca ketika aku menyalami dia.

"Datang lagi ya Rik, malam ini aku akan memimpikanmu..” katanya ketika aku akan menaiki kereta.
Ketika kereta bergerak meninggalkan stasiun aku masih melihat dia melambaikan tangannya..
sampai ia hilang dari pandanganku. "Aku pasti datang lagi Ayu..” tanpa sadar kuucapkan kata-kata itu.

Pertemuanku dengan Ayu berikutnya terjadi beberapa bulan kemudian.
Waktu itu aku sedang menyiapkan tugas akhir kuliahku.

Ia mengantar ibunya yang datang untuk suatu urusan dagang ke kota tempat aku studi.
Aku sudah minta pada Bu Elly, ibu indekosku, kalau bisa mereka boleh tinggal di kamarku.

Bu Elly orangnya baik, ia tidak berkeberatan.
Ia bilang bahwa di kamar tengah ada kasur dan bantal ekstra serta selimut yang boleh aku pakai.

Kuambil kasur dan kugelar di lantai di kamarku yang hanya 3 kali 3 meter.
Hatiku ceria menyambut kedatangannya.

Besok paginya aku menjemput mereka di stasiun kereta api.
Ayu memakai celana slacks hitam setinggi betis dan blus berwarna merah.
Rambutnya bergerai panjang. Tak tampak kelelahan pada wajahnya setelah perjalanan semalam.

Kukecup pipi Ayu dan kusalami ibunya. Lalu aku bantu mereka membawa barang-barangnya.
Dengan taksi kami menuju tempat indekosku.
Mereka membawa mangga dan dodol untuk Bu Elly dan juga untukku.

Pagi itu mereka istirahat di kamarku dan aku pergi ke kampus.
Siangnya kuantar mereka ke relasi dagang ibu Ayu.

Sore hari.. setelah mandi.. aku duduk-duduk di kamar tamu ngobrol dengan Ayu..
sementara ibunya ngobrol dengan Bu Elly di kamar makan.

Setelah berbicara tentang berbagai hal, tiba-tiba Ayu bertanya..
"Rik, apakah orangtuamu sudah tau tentang kita..?” Aku belum siap untuk pertanyaan itu.
"Belum Ayu, nanti setelah sidang sarjana aku akan pulang membicarakan dengan mereka..”

Wajahnya pun murung dan ia menunduk.
"Ada apa Ayu..?”
"Aku takut Rik. Takut kalau mereka tidak setuju. Kita tidak sederajat.
Kamu mahasiswa, sebentar lagi sarjana, aku cuma karyawati..”

"Mengapa kamu bilang begitu..? Aku tak peduli soal itu..” Dia diam saja. Kulihat air matanya menggenang.
Kuambil sapu tanganku untuk mengusapnya.

"Rik, aku ingat masa kecil kita. Alangkah senangnya waktu kita anak-anak, kita hanya ingat bermain dan bermain.
Yang ada hanya senang saja. Tidak ada kesulitan hidup..”

Kugenggam tangannya. Aku merasakan hidupnya tidak mudah.
Aku berjanji dalam hatiku akan membahagiakan dia kalau ia kelak menjadi milikku.

"Rik, andaikan kita sampai putus, aku akan pergi jauh.. jauh sekali..”
"Mengapa kamu berpikir sampai ke situ Ayu..?”

Bi Ipah keluar menyuguhkan teh bagi kami. Ayu mengusap airmatanya, menyibak rambutnya dan mencoba tersenyum..
"Terimakasih bi..” Setelah Bi Ipah meletakkan gelas-gelas itu di meja dan kembali ke belakang Ayu melanjutkan.
"Aku tak punya kepandaian, tak punya apa-apa. Kebanyakan gajiku untuk keperluan rumah dan sekolah adikku..”

Memang ayahnya sudah pensiun dan ibunya dagang kecil-kecilan hingga ia harus membantu membiayai rumah tangganya.
"Kepandaian selalu bisa dicari Ayu, setelah ada kesempatan..”

Tiba-tiba aku ingat bahwa aku mempunyai tabungan.. hasil dari aku memberi les komputer yang jumlahnya lumayan.
"Ayu, aku punya tabungan. Tabungan kita. Hasil memberi les komputer. Sebaiknya kamu saja yang pegang Ayu.
Kamu lebih tau cara menggunakan uang. Nanti kutransfer. Dari orangtuaku sudah cukup untukku..”

Segera Ayu berkata.. "Jangan Rik, sebaiknya jangan..”
"Milikku juga milikmu Ayu, percayalah..” Ia diam saja.

"Ayu, kamu percaya aku kan..?” Kutengadahkan wajahnya.. "Senyum dong, jangan murung begitu..”
Ia pun tersenyum sedikit lalu menundukkan kepalanya lagi.

Tak lama ibu Ayu keluar dan bergabung duduk dengan kami.
Mungkin ia juga melihat bekas menangis Ayu. Malam itu kami tak ke mana-mana.

Setelah makan malam kami duduk ngobrol-ngobrol di kamar makan. Kami bercerita tentang berbagai hal.
Tentang bisnis ibu Ayu, tentang studiku yang hampir selesai dan macam-macam lainnya.
Kemudian kami pun masuk ke kamar.

Di kamar.. ibu Ayu tidur di tempat tidurku.. sedang aku dan Ayu tidur di kasur yang digelar di bawah.
Lampu kamar kami matikan, tetapi tidak gelap benar.. karena ada sedikit cahaya dari luar.

Udara di Bandung memang dingin hingga kami harus menggunakan selimut.
Aku dan Ayu berada dalam satu selimut.

Ayu rebah menghadap depan dan aku di belakangnya, seolah-olah membonceng motor.
Wangi rambutnya menghambur ke hidungku.

Aku dan Ayu pura-pura memejamkan mata tetapi tak lama..
Setelah beberapa saat tangan-tangan kami mulai ‘bergerilya’ di balik selimut.

Ayu memakai daster dengan ritsluting di depan.
Aku buka ritsluiting itu.. ia tak memakai bra hingga tanganku bebas meraba-raba payudaranya.

Aku lepas celanaku hingga aku cuma bercelana dalam. Tangan Ayu pun menyusup masuk meraba-raba penisku.
Semua itu kami lakukan sepelan mungkin agar ibu Ayu tidak mendengar.
Atau mungkin juga dia mendengar ‘kesibukan’ kami.

Kemudian kami ‘ngobrol tanpa mengucapkan suatu kata pun. Caranya..?
Dengan jari aku menuliskan huruf-huruf di telapak tangannya..

Setiapkali satu huruf, ia menjawab juga dengan cara itu di telapak tanganku.
Bila salah tulis kuusap-usap telapak tangannya seolah-olah menghapusnya, ia juga begitu.
Sampai sekarang kami masih tertawa kalau ingat cara berkomunikasi itu.

Tak lama kemudian aku mendengar ibu Ayu mendengkur. Nah.. sudah lebih aman sekarang.
Ayu pun membalikkan badannya menghadap aku. Ia memeluk dan mengecupku.

Kulepas celana dalam Ayu, dan ia melepas celana dalamku.
Ia memegang penisku dan menggeser-geserkan ke vaginanya.

Ia menciumi leher dan dadaku.. lalu ia kembali membelakangiku.
Pangkal pahanya diangkatnya sedikit.. memberi jalan hingga penisku bisa menyentuh vaginanya dari belakang.

Kucari lubangnya kemudian kudorong.. slebb.. dan masuk. Ia menggelinjang sedikit.
Kugerakkan tubuhku ke depan dan ke belakang dengan irama tidak terlalu cepat.
Kulakukan itu sambil tanganku meremas-remas payudaranya.

Setelah beberapa saat kurasakan tubuh Ayu menegang.. ia menggenggam tanganku erat-erat.
Kudengar desahnya perlahan. Tak lama kemudian aku pun mengikutinya. Semua terjadi di bawah selimut.

Sesaat kemudian Ayu bangkit keluar ke kamar mandi membersihkan diri.
Setelah Ayu kembali.. aku menunggu sekitar limabelas menit..
–agar tak ada yang curiga telah ‘terjadi sesuatu’..– baru aku keluar untuk cuci-cuci.

Sekembaliku ke kamar kutuliskan di telapak tangannya nice sleep dan kami pun tidur.
-------ooOoo-------

Besoknya aku bermaksud mengajak Ayu dan ibunya berekreasi.
Tetapi ibu Ayu berkata ia tidak akan ikut, ia lebih senang tinggal di rumah..
Ia ingin membantu Bu Elly membuat kue. Apalagi relasi dagangnya berjanji akan datang ke situ.

Kukeluarkan Vespa-ku. Ayu mengenakan celana slacks abu-abu dengan baju kaus berwarna krem.
Baju kausnya yang ketat itu memperlihatkan lekuk-lekuk badannya.

"Kita ke mana Rik..?” Tanyanya.
"Kita ke pemandian air panas saja Ayu..”

Kuboncengkan Ayu dengan Vespa-ku. Udara pagi itu cerah dan segar.
Vespa-ku menikung-nikung mendaki jalan pegunungan. Ayu di belakang mendekap aku.

Sekitar satu jam kami pun sampai di tempat pemandian air panas.
Setelah memarkir Vespa aku membayar karcis dan masuk. Waktu itu bukan hari libur hingga sepi di situ.

Setengah berbisik aku bertanya pada penjaga apakah bisa menyewa sebuah kamar mandi.
Sebenarnya ada peraturan yang melarang menggunakan kamar mandi lebih dari seorang..
apalagi dengan orang yang berlawanan jenis.
Tetapi aku memberi uang lebih dan ia membolehkan aku.

Setelah ditunjukkan tempatnya aku dan Ayu pun masuk ke kamar mandi itu.
Segera setelah kututup pintu kamar mandi kami langsung berdekapan dan berkecupan.

Gairah mulai meluap. Ayu membuka celana jinsku. Aku juga membuka celana slacks-nya.
Ia membuka bajuku, aku membuka kausnya. Ia memakai celana dalam dan bra berwarna biru muda.

Aku juga cuma bercelana dalam berwarna biru muda yang tidak cukup lebar..
untuk menutupi penisku yang tegang menyembul keluar.

"Kok warnanya sama, tadi kamu ngintip dulu ya..?” Candanya.
"Itu namanya kalau jodoh..” jawabku tertawa..
–tentu saja aku tak sengaja warna celana dalam kami bisa sama..–

"Belum-belum kok sudah nongol gitu..?” Godanya sambil melirik ke bawah.
"Sudah kangen Ayu..” bisikku.

Ia maju dan merangkul aku. Kembali kami berpelukan dan bibir kami saling melumat.
Kurasakan ia menempelkan erat-erat tubuh bawahnya ke tubuhku.

Lalu ia jongkok di depanku dan melorotkan celana dalamku yang sudah tidak bisa menutupi penisku itu.
Ia mengulum penisku, ia mengecup dan menjilati rambut-rambut di sekitarnya dan kantung bolaku.

Lalu ia bangkit berdiri. Ganti aku jongkok di depannya, kucium perutnya..
Kuturunkan celana dalamnya dan kulepaskan, lalu kukecup rambut-rambutnya.

Aku bangkit berdiri. Kulepaskan kaitannya bra-nya dan tak ada apa-apa lagi di tubuhnya.
Kukecupi payudaranya. Aku ingat teknik-teknik yang pernah kulihat di blue film dan aku ingin mempraktekkannya.

Sambil berdiri Ayu merangkulku, lalu kulakukan penetrasi. Kubantu Ayu menaikkan kedua kakinya dan sambil kutopang.
Kedua kakinya itu melingkari tubuhku. Kuayun-ayun tubuhnya. Kami lakukan ini namun tak sampai orgasme.

Kucoba pula posisi lain. Ayu berlutut dan membungkukkan badannya pada posisi menungging.
Aku berlutut di belakangnya. Kupegang pinggulnya dan aku melakukannya dari belakang.
Setelah beberapa menit orgasme terjadi, Ayu dan aku hampir bersamaan.

Bak mandi sudah penuh dari tadi. Aku dan Ayu masuk ke bak mandi.
Ayu duduk di pangkuanku berhadapan denganku.
Kami saling menyabuni tubuh kami, bercanda, bercumbu, sambil menikmati hangatnya air di bak itu.

"Rik, kamu kalau sudah lulus akan bekerja di mana..?”
"Kebetulan ada sebuah perusahaan yang sudah mau menampungku Ayu. Di kota ini juga.
Aku akan bekerja di bagian IT-nya..”

"Senang ya Rik kalau jadi orang pinter. Engga kayak aku ini..”
"Kamu juga ikut senang kok Ayu karena kamu akan jadi permaisuriku.
Dulu waktu kecil kan kamu selalu jadi permaisuriku, dan sekarang juga..”
Ia tertawa.. "Eh, ada raja rupanya di sini..”

Kumain-mainkan putingnya dengan jari-jariku dan ia menggosok-gosok penisku hingga tegang kembali.
Kembali kudekap dia dan kuciumi dia.

Ia mengangkat tubuhnya sedikit lalu kuarahkan penisku ke lubangnya..
Tak lama ia duduk kembali.. slebb..!! Dan penisku sudah lenyap ditelannya.

Dalam rendaman air hangat itu kami kembali menumpahkan kasih sayang kami.
Kami berada di kamar mandi itu satu jam lebih.

Keluar dari situ hampir tengah hari. Kami pergi ke sebuah restoran untuk mengisi perut.
Hari masih panjang. Aku belum ingin pulang, di rumah indekos sangat tidak leluasa.

Kutanya pada Ayu bagaimana kalau mencari hotel untuk beristirahat di sana. Ayu tidak keberatan.
Kami menuju ke sebuah hotel tak jauh dari situ dan memperoleh kamar dengan kamar mandi shower.

Segera setelah kami masuk ke kamar itu.. kami segera melepaskan semua yang ada di tubuh kami.
Kusergap dia dan kudorong dia ke tempat tidur. Kami melakukannya lagi.

Di ruangan itu aku dan Ayu bebas melakukan apa saja.
Kami mandi bersama sambil bercumbu di bawah siraman air shower yang hangat.
Nonton TV bersama. Seluruh waktu kami lewatkan tanpa ada apa-apa yang menutupi tubuh kami.

Setelah mencapai suatu orgasme Ayu menanyaiku.. "Rik, bagaimana kalau sampai jadi..?”
Terbersit kekhawatiran di benakku karena aku sebenarnya belum siap untuk itu.
"Anak kita pasti lucu ya..” jawabku seadanya sambil mengusap-usap perutnya.

Karena lelah kami sempat tidur selama beberapa jam di hotel itu, berpelukan dengan tubuh telanjang.
Kami pulang sore hari dan tiba di rumah indekos menjelang gelap.

Bu Elly bertanya, "Ke mana saja kalian..?”
"Habis berenang dan keliling kota bu..”
Aku bisa menangkap sinar kecurigaan di matanya.

Malam itu kami tak banyak melakukan ‘gerilya’ di bawah selimut.. karena kami sudah cape.
-------ooOoo-------

Esoknya aku mengantar Ayu dan ibunya ke stasiun untuk kembali ke kotanya.
Setelah kusalami ibunya, kuberikan sun pipi pada Ayu.
Ia berkata.. "Sukses ya Rik ujiannya. Jangan lupa cepat beri kabar setelah tau hasilnya..”

Dua bulan kemudian. Tiba saat sidang sarjana. Sejak pagi aku sudah siap dengan kemeja berdasi.
Aku sudah berusaha sebaik mungkin mengerjakan tugas akhirku..
Tetapi toh aku aku tidak bisa melenyapkan rasa tegangku ketika berhadapan dengan tim penguji.

Mereka baik tetapi tampak angker sekali.
Pertanyaan demi pertanyaan diajukan dan aku berusaha menjawab semuanya.

Setengah jam aku harus menunggu keputusan hasil sidang..
dengan debaran jantungku hingga beberapakali aku harus ke kamar kecil.

Tim penguji kembali masuk ke ruangan dan aku dinyatakan lulus dengan cumlaude.
Sorakan meledak di ruangan itu, teman-temanku menyalamiku. Sayang sekali Ayu tidak ada di situ.

Kukirimkan wikipedia kepada orangtuaku dan tentu tak lupa pada Ayu.
Kuterima wikipedia balasan dari Ayu yang menyatakan selamat atas kelulusanku.

Beberapa hari kemudian surat Ayu menyusul.
Ia menyatakan kebahagiaannya dan keluarganya atas keberhasilanku.

Ia juga bercanda.. "Kapan pestanya..?”
Tetapi aku terhenyak membaca akhir surat..

"Rik, aku sedang bingung. Sudah dua bulan aku tidak mens..”
------ooOoo------

Sekarang Ayu hidup bersamaku dengan dua orang anak. Aku teringat permainanku semasa kecil.

Aku pangeran mempersunting Ayu, gadis sederhana.. menjadi puteri di istanaku.

Kemauan belajarnya besar.. ia mengambil les komputer, bahasa Inggeris.. memasak dan sebagainya.
Seperti aku.. ia juga suka membaca. Aku bahagia memiliki Ayu. TAMAT
------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------

Cerita 205 – Gairah Seks di Dalam Taksi

Budhe Siti

Peristiwa ini berawal
dari sekitar lima bulan yang lalu dan berlanjut hingga beberapakali hingga saat ini.
Percintaanku dengan seorang perempuan berumur 41 tahun yang tergolong masih tetanggaku sendiri..
sebut saja namanya Budhe Siti.

Aku adalah seorang pemuda yang berumur sekitar 19 tahun dan telah lulus..
dari sebuah Sekolah Menengah Umum Negeri di Malang dan tinggal di sebuah desa kecil di sebelah selatan kota Malang.
Sebuah desa yang tidak terlalu ramai karena letaknya yang sangat jauh dari pusat kota.

Budhe Siti sendiri adalah seorang tetanggaku yang bertempat tinggal tepat di belakang rumahku.
Perempuan ini berumur sekitar 40 tahun dan sudah mempunyai suami serta tiga orang anak.

Yang satu masih duduk di bangku kelas 6 SD sementara yang lainnya sudah menginjak bangku SMP.
Suami Budhe Siti bekerja sebagai tukang kebun di sebuah sekolah negeri di kota.

Mengenai postur tubuh Budhe Siti hingga aku mau untuk bersetubuh dan berselingkuh dengannya..
tampaknya bukan hal yang terlalu menarik untuk dipaparkan..

Karena postur tubuh Budhe Siti bukanlah bagaikan seorang artis yang cantik, gemulai, dan menggairahkan..
seperti layaknya model iklan atau pemain sinetron kelas atas..

Tetapi ia hanyalah seorang perempuan kampung.. istri seorang tukang kebun dan seorang ibu rumah tangga..
yang selalu direpotkan oleh urusan-urusan keluarga.. hingga tidak sempat untuk melakukan kegiatan BL (body language)..
renang, dan berolahraga seperti kebanyakan orang kaya.

Tentulah dapat dibayangkan bagaimana tubuh Budhe Siti. Bentuk badan ibu rumah tangga ini adalah biasa saja..
Atau bahkan oleh sebagian besar pemuda.. body Budhe Siti dapat dipandang sangat tidak menarik.

Tinggi badan perempuan beranak tiga itu sekitar 156 cm dan berat badan 50 kg.
Anda dapat membayangkan sendiri bagaimana bentuk tubuhnya dengan ukuran seperti itu.

Mengenai nafsu dan gairahku terhadap Budhe Siti bukan terbentuk dalam waktu yang singkat.
Tetapi nafsu dan gairah itu dapat dibilang mulai terbentuk..
semenjak aku masih berumur sekitar 14 tahun dan masih menginjak bangku SMP.

Waktu itu aku seringkali bermain-main dan mandi di sungai yang berada di dekat kampungku..
dan di saat-saat aku bermain dan mandi di sungai itulah..
acapkali aku melihat Budhe Siti bertelanjang diri mencuci dan mandi di sungai tersebut.

Dan tidak jarang pula sembari mengintip ia mandi aku melakukan masturbasi..
karena tidak tahan melihatnya bugil tanpa sehelai kain pun yang menempel di tubuhnya.

Setelah menginjak bangku SMA aku pun tidak pernah lagi pergi ke sungai itu..
baik untuk sekedar bermain atau pun mandi.

Lagipula aku harus bersekolah di SMA yang berada di pusat kota yang letaknya sangat jauh dari perkampunganku..
hingga aku terpaksa harus indekost selama kurang lebih tiga tahun masa studiku di SMA..
dan aku jarang sekali pulang ke rumahku di kampung.

Baru sekitar pertengahan tahun 2004 silam aku lulus dari bangku SMA dan kembali ke rumahku di kampung.
Dan setelah lulus dari SMA aku pun masih harus menganggur.. karena tahun ini aku tidak sukses dalam ujian masuk PTN (SPMB).
Terpaksa aku harus mencoba lagi di tahun mendatang untuk dapat diterima di PTN.

Selama menganggur aku seringkali luntang lantung sendiri karena tidak punya pekerjaan..
dan apalagi teman-temanku semasa kecil dulu ternyata kebanyakan sudah menempuh studi di perguruan tinggi di kota..

Sebagian lagi sudah bekerja dan jarang sekali pulang,..
sehingga kondisi perkampunganku acapkali terlihat sepi akan para pemuda.
Yang banyak terlihat pastilah hanyalah bapak-bapak atau ibu-ibu dan beberapa anak yang masih kecil.

Di hari-hari itulah aku kembali sering pergi ke sungai di mana aku selalu bermain dan mandi sewaktu aku masih kecil dulu.
Suatu ketika pada saat aku sedang pergi memancing di sungai..

Tanpa sengaja mataku menatap beberapa perempuan yang sedang mandi dan mencuci di sungai itu..
dan di antaranya ternyata adalah Budhe Siti.
Ketika itu body Budhe Siti tampak sudah sangat berbeda dengan yang pernah aku lihat dahulu saat aku masih kecil.

Sekarang tubuhnya tampak lebih gemuk..
pantatnya pun tampak lebih besar dan perutnya tampak agak sedikit membuncit karena kegemukan.

Pada awal aku melihat body tubuh perempuan berumur 41 tahun itu sedang mencuci, aku tidak tertarik sama sekali..
Karena ia terlihat tidak seksi dan tidak menggairahkan bagiku..
hingga aku meneruskan niatku untuk memancing ikan pada hari itu.

Setelah beberapa saat berlalu.. tanpa sengaja mataku tertuju lagi pada Budhe Siti..
yang mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya.
Penisku begitu kerasnya menegang saat melihat ia melepas celana dalam hitamnya.

Ia tampak kesulitan melepaskan celana dalam yang ketat itu karena saking besarnya ukuran pantatnya.
Sesaat kemudian ia mulai membasahi tubuhnya dengan air.

Gairah seksku serasa tidak tertahankan lagi waktu melihat Budhe Siti yang telah bertelanjang bulat..
dan telah basah oleh air itu mulai menggosokkan sabun ke tubuhnya.

Perempuan yang sudah bersuami itu menggosok-gosok tubuhnya..
dan beberapakali meremas payudara dan menggosok pantatnya dengan sabun.

Ingin sekali aku turun mendekati dan mengajaknya untuk bersetubuh di waktu dan tempat itu.
Tetapi masih ada beberapa perempuan lain di sana.

Aku masih memikirkan risiko yang sangat besar yang dapat aku terima..
jika saja ia tidak mau melakukan hubungan badan denganku.. atau suaminya mengetahui tindakan kami.
Dan bagaimana tindakan orang kampung jika sampai mengetahui perzinahan kami..

Sehingga aku pun memutuskan menahan gairah yang sangat kuat itu.
Kemudian aku bergegas pulang dan tidak meneruskan niatku memancing pada hari itu.

Saat tiba di rumah, pikiranku masih saja terganggu oleh bayangan Budhe Siti.
Tubuhnya.. celana dalam hitamnya.. pantatnya.. payudaranya.. Pikiran itu terus saja menggangguku.

Setelah berpikir beberapa saat akhirnya aku memiliki ide untuk dapat bersetubuh dengan tetanggaku itu..
Hingga akhirnya aku memutuskan..
untuk mulai menggaet Budhe Siti agar mau melakukan hubungan suami istri denganku.

Mulai saat itulah aku acapkali bermain-main ke rumah Budhe Siti.
Saat suami dan anak-anaknya tidak berada di rumah. Dan tidak jarang pula aku bercanda dan menggodanya.

Dan hubungan yang menarik pun tampaknya mulai terbentuk di antara aku dan ibu berumur 41 tahun itu.
Tampak sekali bahwa ia juga menaruh gairah terhadapku.

Suatu ketika pada saat Budhe Siti sedang menyetrika pakaian di ruang tamunya..
Dengan memberanikan diri aku berusaha mengungkapkan maksud, gairah, dan keinginanku kepada tetanggaku itu.

Dan ternyata keinginan, nafsu, dan gairahku tidak bertepuk sebelah tangan.
Ternyata perempuan itu juga memiliki rasa ketertarikan yang sama terhadapku.

Setelah tampak jelas bahwa di antara kami berdua memang saling menaruh ketertarikan..
Akhirnya aku menjelaskan kepadanya bahwa kami tidak mungkin..
melakukan hubungan suami istri dan perzinahan itu di rumahnya ataupun di rumahku.

Aku pun memaparkan padanya bahwa kita hanya bisa melakukannya di tempat lain..
Misalnya saja di hotel murahan di kota.
Hal itu dimaksudkan agar suami dan anak-anaknya atau pun tetangga tidak mengetahui perbuatan kami.

Setelah ia setuju akhirnya kami pun memutuskan waktu dan tempat yang pas untuk melaksanakan niat tersebut.
Suatu sore tepat pada waktu yang kami sepakati aku pergi ke kota untuk menyewa sebuah taksi..
yang akan mengantarkan kami ke hotel yang kami maksud.

Selama beberapa saat bernegosiasi dengan sopir taksi.. akhirnya tercipta kesepakatan dan sopir pun mau mengantar kami.
Setelah aku masuk ke dalam mobil, sopir mulai menjalankan mobilnya..
menuju tempat di mana Budhe Siti sedang menunggu, yaitu di sebuah taman di pinggiran kota.

Sekitar Maghrib akhirnya kami tiba di sebuah taman di pinggiran kota tempat Budhe Siti sedang menunggu.
Kemudian aku meminta sopir agar memperlambat laju mobilnya.

Setelah beberapa saat terlihat seorang perempuan berpakaian rok terusan..
sedang berdiri di seberang jalan dan tampak melihat ke arah mobil kami.
Dan aku meminta sopir untuk menghentikan laju mobilnya.

Setelah itu aku keluar dan menghampiri Budhe Siti, menggandeng tangan dan mempersilakannya masuk ke dalam taksi.
Setelah kami berdua masuk ke dalam mobil..
aku meminta sopir untuk menjalankan mobilnya ke arah hotel yang kami maksudkan.

Dan dengan perlahan-lahan mobil melaju ke arah kota tempat hotel yang kami maksudkan berada.
Beberapa saat di dalam mobil.. aku dan Budhe Siti tampak kaku..
karena di antara kami sendiri belum pernah bercinta sama sekali.. dan hubungan spesial kami masih baru saja dimulai.

Kemudian aku memulai perbincangan dan dengan diselingi oleh canda dan guyonanku..
Akhirnya kami berdua dapat saling berinteraksi dengan baik..

Bahkan lama-lama pembicaraan kami pun berlanjut ke arah yang jorok-jorok..
dan tampaknya Budhe Siti tidak berkeberatan dengan hal itu dan ia tampak begitu bergairah.

Beberapa menit berlalu aku mulai menciumnya. Pertamakali ia tampak terkejut melihatku berani menciumnya.
Sedetik kemudian aku mulai mendekatkan wajahku ke arah wajahnya..
kemudian mulai mencium dan mencumbu leher perempuan 41 tahun itu.

Pada awalnya ia menahan tubuhku dengan kedua tangannya seolah ia tidak ingin aku melakukan hal itu.
Tetapi aku terus saja berusaha mendekatkan wajahku ke arah lehernya untuk mencumbunya.

Baru setelah beberapa lama akhirnya Budhe Siti tampak pasrah dan membiarkanku mencium dan mencumbu lehernya.
Nafasnya mulai tampak ngos-ngosan karena gairah seks yang dirasakannya.

Dan sesekali ia mengeluarkan suara-suara desahan yang sangat merangsang..
Dan membuat jantungku semakin berdegub kencang. Kemudian aku mulai melepas kaos yang aku kenakan.
Dan dengan masih bercelana panjang aku kembali mencumbu perempuan beranak tiga itu.

Selama bibirku sibuk mencumbu bibir dan leher tetanggaku itu.. tangan kananku sibuk memegang pinggang..
Pantat, dan sesekali meremas payudara Budhe Siti yang masih mengenakan pakaian lengkap..

Beberapa menit kemudian tangan kananku mulai meraba-raba punggungnya..
dan mencari-cari letak resleting rok terusan yang dikenakan Budhe Siti.

Setelah menemukannya.. dengan tanpa henti aku terus mencium dan mencumbu perempuan itu..
sambil aku berusaha menurunkan ritsletingnya dan kemudian berusaha..
menyibak sedikit demi sedikit pembungkus tubuh perempuan 41 tahun itu.

Hingga akhirnya terlihatlah buah dada besar Budhe Siti yang masih terbungkus BH berwarna hitam.
Dengan menciumi dan sesekali menggigit-gigit lehernya..
tangan kananku meraih tali BH-nya dan mulai menurunkannya ke bawah.

Sementara itu tangan kiriku meraih tali BH yang satu lagi dan mulai menurunkannya ke bawah.
Di sela-sela cumbuan dan ciuman kami, tangan kananku menyusup masuk ke dalam BH Budhe Siti.
Dan setelah mendapati payudara besarnya, tangan kananku tak henti-hentinya meremas-remas buah dada montoknya.

Belum puas aku melakukan hal itu.. aku berpaling ke arah sopir yang tampak sedang sibuk mengendarai mobilnya.
Kukatakan padanya untuk mengurungkan pergi ke hotel yang kami maksudkan.

Lalu kuminta agar ia menjalankan mobilnya untuk berkeliling kota saja..
juga memintanya untuk memperlambat laju mobil serta menjelaskan kepadanya bahwa aku akan menambah biaya taksinya.

Setelah ia setuju, aku kembali berpaling ke arah Budhe Siti dan ia tersenyum ke arahku.
Kemudian aku kembali mencumbu perempuan tetanggaku itu.

Beberapa saat kemudian aku mulai melepas celana panjang dan celana dalam yang aku kenakan..
Selanjutnya meminta Budhe Siti untuk melepas seluruh pakaian yang dikenakannya.
Sedetik kemudian kami berdua telah sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai kain pun yang melekat di tubuh kami.

Keringat yang membasahi seluruh tubuh Budhe Siti semakin menambah gairah seksku..
karena tubuh montoknya tampak semakin mengkilat dan menggairahkan.

Kemudian aku meminta perempuan bersuami itu untuk mengangkang di atasku dan menghadap ke arahku..
sementara itu aku dengan penis yang masih terus menegang..
dan yang tak hentinya mengeluarkan lelehan cairan bening (air madzi) duduk bersandar di tengah jok belakang.

Kemudian aku meminta perempuan dengan tiga anak itu untuk menduduki aku..
kemudian membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya.

Ahhh..! Kenikmatan yang sangat luar biasa aku rasakan..
saat perlahan-lahan penisku mulai terbenam di dalam lubang anus Budhe Siti.

Betapa nikmatnya seks itu.. betapa nikmatnya tubuh perempuan yang sudah berumur 41 tahun ini.
Perempuan yang sudah bersuami.. memiliki tiga anak.. dan masih tetanggaku ini.
Sungguh nikmatnya peristiwa saat itu.

Dalam benakku terbayang seandainya saja kenikmatan perzinahan ini tidak pernah berakhir..
Andaikan saja kami berdua bisa terus bersetubuh tanpa mencapai titik puncak kepuasan.
Detik-detik perselingkuhan itu kami rasakan bagaikan di surga, nikmat dan menyenangkan.

Budhe Siti yang telah mengangkang di atasku dan telah membenamkan penisku ke dalam lubang anusnya..
Terus saja menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah..
Terus mengocok penisku yang terjepit nikmat di dalam lubang anusnya.

Di antara kenikmatan luar biasa yang terus aku rasakan..
tanganku tidak henti-hentinya meremas-remas pantat Budhe Siti..
Mengusap-usap pinggangnya, dan sesekali meremas-remas buah dada montoknya.

Tidak jarang dengan gerakan pantat Budhe Siti ke atas dan ke bawah itu..
membuat sesekali penisku yang tegang dan basah itu terlepas keluar dari lubang anusnya..

Hingga aku sesekali harus memperbaiki posisi penisku..
agar masuk kembali ke dalam lubang anus perempuan montok tetanggaku itu.
Beberapa menit berlalu, aku meminta Budhe Siti untuk mengalihkan gerakan pantatnya.

Sesaat kemudian ia mulai memutar-mutarkan pantatnya terkadang searah jarum jam..
dan kadang pantatnya juga memutar berlawanan jarum jam.

Di antara goyangan-goyangan pantat Budhe Siti yang nikmat itu..
dari mulutku sesekali keluar desahan dan rintihan.

Suara-suara itu adalah refleksi dari kenikmatan luar biasa yang aku rasakan..
selama dalam melakukan perzinahan dan perselingkuhan dengan Budhe Siti.

Perzinahan dan perselingkuhan yang nikmat dengan seorang perempuan..
yang sudah bersuamikan tukang kebun dan sudah memiliki tiga anak..
bertubuh montok.. berpantat dan berbuah dada besar.

Selama beberapa menit berlalu..
goyangan-goyangan berputar pantat Budhe Siti yang nikmat hampir membuat aku mencapai titik klimaks.
Buru-buru aku meminta Budhe Siti untuk mengangkat pantatnya agar penisku terlepas dari jepitan lubang anusnya.

Aku tidak ingin secepat itu mencapai puncak kepuasan dan secepat itu menyudahi hubungan suami istriku dengan Budhe Siti.
Kemudian aku berdiam diri sejenak dan mengatur nafasku yang ngos-ngosan.

Sementara itu Budhe Siti tampak sibuk membenahi rambutnya yang awut-awutan..
dan sesekali menyeka keringat yang tampak membasahi seluruh tubuhnya.

Setelah nafasku mulai teratur dan aku tidak lagi merasakan akan memuncratkan sperma dan mencapai titik klimaks..
maka aku pun kembali menatap Budhe Siti yang tampak tersenyum ke arahku.

Kemudian aku memintanya bersandar di jok taksi bagian belakang..
memintanya untuk agak mengangkangkan kakinya agar vaginanya dapat jelas terlihat.

Dengan duduk bersandar dan agak merosot ke bawah.. Budhe Siti mulai membuka agak lebar kedua kakinya..
hingga terlihatlah rambut-rambut merah kehitaman yang tumbuh lebat di sekitar selangkangannya..
dan sebagian besar lagi menutupi lubang vaginanya.

Dengan perlahan aku menunduk dan mendekatkan wajahku ke arah lubang vagina Budhe Siti.
Dengan perlahan-lahan aku menyibak rambut rambut merah kehitaman itu..
dan berusaha mencari letak lubang vagina Budhe Siti.

Setelah tampak olehku lubang vaginanya, aku mulai menjilatinya dan sesekali memasukkan telunjukku ke dalamnya.
Dan tampaknya perempuan 41 tahun itu mulai merasakan kenikmatan.

Waktu terus berlalu dan aku tidak henti-hentinya menjilati..
dan terkadang memasukkan dua hingga empat jariku ke dalam vagina Budhe Siti.

Di antara desahan dan deru nafasnya yang memburu..
sembari dengan mata terpejam perempuan 41 tahun itu tak jarang meremas-remas kedua payudaranya sendiri..
dan sesekali memelintir dan menarik puting susunya dengan kedua tangannya.

Melihat tubuhnya yang montok dan tingkah lakunya yang seperti itu.. gairah seksku seperti tidak dapat ditahan lagi.
Perlahan-lahan aku berdiri dan mulai mendekap tubuh Budhe Siti dan merebahkannya di jok bagian belakang.

Setelah itu ia mulai membuka matanya dan dengan tampak sangat pasrah..
ia hanya mendesah-ndesah saat aku mulai menindihnya..
Slebb.. dengan perlahan-lahan mulai memasukkan penisku yang tegang ke dalam lubang vaginanya.

Tak henti-hentinya aku menjejal-jejalkan penisku..
ke dalam lubang vagina Budhe Siti yang hangat, lembek, lembut dan basah itu.

Beberapa menit kemudian saat aku terus mengocok penisku di dalam jepitan hangat vagina Budhe Siti..
tiba-tiba aku merasakan akan menyemburkan sperma..
sebagai sebuah tanda bahwa aku akan mencapai titik puncak kepuasan.

Dan sekali lagi aku tidak ingin secepat itu mencapai titik klimaks.
Aku masih ingin berlama-lama bercumbu dan bersetubuh dengan tetanggaku ini.

Dan dengan perlahan-lahan aku menarik penisku keluar dari kehangatan vagina Budhe Siti..
Agar aku tidak memuncratkan sperma secepat itu. Tetapi terlambat..

Sesaat setelah penisku tercabut keluar dari lembutnya vagina Budhe Siti..
Aku tidak tahan lagi menahan spermaku yang memaksa keluar dari dalam penisku.. crott.. crott.. crott.. crottt..!!

Cairan putih kental pun muncrat dan berceceran di perut dan sebagian lagi ke buah dada Budhe Siti.
Budhe Siti kemudian mulai mengusap dan meratakan cairan kental itu ke perut dan buah dadanya yang montok..
Sesekali ia meremas-remas payudaranya dengan kedua tangannya.

Sementara itu aku masih berlutut di atas tubuh Budhe Siti yang sedang tiduran telentang.
Dengan tangan kanan aku terus mengocok perlahan penisku untuk mengeluarkan sisa-sisa sperma..
Yang masih tertinggal dan merasakan kenikmatan detik-detik akhir puncak kepuasanku. E N D
------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------
 
----------------------------------------------------oOo---------------------------------------------------

Cerita 206 – Aku Khilaf..

Tante Lidya

Panggil aku Jamal.
Umurku sekarang 24 tahun. Istriku Nina.. seorang PNS di kota kami.
Kota terbesar kedua di Indonesia. Nina 5 tahun di atasku. Entah kenapa aku lebih suka wanita yang lebih tua.

Kami sekaraang tinggal di perumahan pinggiran kota.
Suasana yang nyaman dengan hubungan antar tetangga yang hangat.

Aku sendiri adalah pelaku bisnis online.. seorang web designer freelance dan sesekali memberikan les untuk anak-anak SD.
Jadi tiap hari aku kerja dari rumah saja.

Salahsatu murid lesku bernama Tia.. siswa kelas 6 SD. Tia ini adalah anak Tante Lidya.
Masih satu kompleks denganku tapi beda blok aja. Jadi 3 kali dalam seminggu aku ngajar les di rumahnya.

Tok.. tok.. tok..!! Sore itu kuketuk pintu rumah Tante Lydia. Jadwalku untuk memberi les untuk Tia.
Tak lama pintu dibuka oleh Mbak Sumi.. pembantu Tante Lydia yang berasal dari daerah Jawa Tengah.

“Eh.. mas ganteng dah dateng. Masuk Mas Jamal.. non Tia sudah nungguin..”
Mbak Sumi mempersilakan aku masuk. Saking seringnya aku ke situ hingga kita sampai akrab begitu.

“Emmh.. Mbak.. seperti biasa.. Kopi itemnya yaa..” tanpa ditawari aku minta kopi. Hehe..
“Okeeee maaas..!” Sambil berlalu dia memberitahu anak juragannya bahwa aku sudah datang.

Sekitar satu jam aku menemani Tia, keluar Tante Lydia dari kamarnya.
Yang kebetulan sebelahan dengan tempat kami belajar.

Tante Lydia langsung menyapaku.. "Eh dik Jamal.. sudah lama yah..?"
"Iya tante.. lumayan dah lama.."
"Pasti kopinya wes abis segelas.. hehe. Ya wes lanjutin ajah.." Si tante sudah tau kebiasaanku.

Dia cuman lewat ke dapur untuk minum dan balik lagi ke kamarnya.
Walaupun cuman sekelebatan aja. tapi penampilan si Tante bikin Jamal junior bereaksi.

Saat itu dia memakai baju tidur putih yang rada menerawang. Terlihat siluet celana dalamnya yang bermotif.
Dan sepertinya tidak memakai beha.. karena tidak terlihat ngecap di baju tidurnya.

Ditambah lagi bodinya yang semok khas ibu-ibu. Ini nih yang namanya rejeki.
Sebenernya Tante Lydia ini kalo di luar rumah sering memakai jilbab. Tapi kadang juga nggak.

Dia juga sering kumpul dengan ibu-ibu kompleks untuk arisan. Aku juga kenal Pak Heri suaminya.
Sering kumpul saat ronda apabila dia ada di rumah. Maklum dia adalah kontraktor yang banyak proyek di luar kota.

Abis Maghrib belajar les kuakhiri. Bersamaan itu Tante Lydia keluar. Pakaiannya sudah berganti.
Dia memakai kebaya dan bawahan serasi. Kebaya yang ketat menurutku.
Terlihat jelas pantat semoknya dan teteknya yang gede.

"Wah.. tante mo ke mana nih..? Cantik bener.." pujiku spontan. Aku membuka pembicaraan.
Sambil menyuruh anaknya untuk mandi dan ganti baju kita ngobrol-ngobrol di ruang keluarganya.

"Ini lo dik Jamal.. ada acara di rumah sodara.."
"Oooh.. Pak Heri ke mana tante, lama gak keliatan..?"
"Iyah tuh.. sudah 2 bulan bapak ke Kalimantan. Proyek selokan katanya.."

Wah..sudah sebulan nih Tante gak dikelonin suaminya.. pikirku.
"Waaah.. tante kesepian dong. Kasian tiap malem cuman dikelonin guling. Hehehe.."
Aku memang suka sekali becanda tante Lydia.

"Hehehe.. dik Jamal bisa aja nih..!" Katanya sambil memukul bahuku.
"Masa’ cuman jalan ajah yang digali. Yang di rumah dianggurin.." selorohku memancing di air bening.
"Hahahaha.. ngawur ajah dik Jamal ini. Dikira saya galian kali ya..?" Balas Tante Lydia.

Kita ngobrol ngalur ngidul. Mulai dari perkembangan anaknya di sekolah, keluarganya, keluargaku.
Membuat kita semakin dekat. Dari obrolan itu aku jadi tau kalo dia umurnya 40an. 42 tepatnya.

Setelah anaknya keluar dan siap bepergian, aku pun pamit.
Sambil jalan pulang aku kepikiran Tante Lydia terus.

Walau masih terbungkus kebaya.. badan semoknya ngangenin untuk dilihat lagi.
Hari-hari berikutnya saat memberi les Tia, masih dihiasi pemandangan yang sama.

Montoknya tante Lydia bikin aku semangat.
Dan rutinitas setelah memberi les adalah ngobrol dengan Mamanya Tia.

“Tante.. aku numpang toilet dong..!”
“Ohh.. toiletnya yang itu lagi mampet. Kamu pake toilet tante aja tuh dalem kamar.
Disiram loh yaaa.. kalo gak disiram bawa pulang aja..”

“Iya tante.. tak siram semua ntar..”
“Empritnya juga disiram lo yaaa.. hehehe..” Tante Lydia mulai becandanya.
“Iya dong.. kalo gak disiram.. Nina ntar gak mau lagi. Haha..!”

Di dalam kamar mandi aku terfokus dengan benda di gantungan. Yak itu adalah beha dan celana dalam.
Celana dalam dan beha warna ungu berenda. Sungguh seksi. Ukuran behanya sudah memudar.
Tapi ukurannya gede. Lebih gede dari punya istriku.

Snip.. snipp..!! Kuendus baunya sepertinya abis dipakai. Wuihh.. Bau keringat.
Apalagi celana dalamnya ada bau khas memek. Ehmmm.. Wangi pisan.

Kayaknya Tante Lydia ini sangat merawat bagian intimnya.
Ughhhh.. bikin libidoku naek ajah nih. Jadi penasaran dengan isinya.

Balik lagi ke ruang keluarga.
"Si Nina sudah isi belom dik Jamal..?" Tante Lydia menanyakan istriku.
"Sudah tan. Kapanhari ke dokter katanya sudah berumur 7 minggu.." jawabku.

"Wah.. mo jadi bapak. Awas lo dik Jamal.. umur segitu rentan. Jangan kerja yang berat-berat.."
"Iyah tante. Sekarang tak anter terus kalo kerja.."

"Trus sawahnya jangan digarap terus..!" Tante Lydia mulai kumat becandanya.
"Tante bisa ajah. Trus masa’ saya nggarap sawahnya tetangga tan..?" Selorohku ikut nakal.

"Yeee.. maunya dik Jamal. Kan bisa digarap sendiri.."
"Iya tuh.. kayak sawahnya tante digarap sendiri.." ledekku tentang 'kejablayannya'.
Dengan senyum malu sambil melemparkan bantal kursi ke mukaku. Wkwkwkw..

“Tante gak ada rencana bikin adiknya si Tia..? Kasihan itu butuh teman di rumah.."
“Yaah dik Jamal. Mau sih mau. Tapi bapaknya ajah jarang pulang. Kalo pulang saya jarang disentuh.
Gimana mau jadi..? Lagian saya sudah ketuaan dik..”

Karena berasa nyaman denganku. Tante Lydia semakin terbuka dalam mengobrol tentang semua hal.
“Mungkin tante kurang menggodain Pak Heri kali..”
“Ya sudah dik Jamal. La kalo dik Jamal gimana..? Kalo Nina yang pengen duluan gimana dik Jamal..?”

“Yaa.. awalnya ngobrol-ngobrol dulu tante. Trus saling goda gitu.
Trus si Nina nelanjangi saya. Manuk saya dikenyot pake mulut..”

“Haa..!? Apa gak jijik dik Jamal..?”
Whaaaatt.. jadi selama ini dia belom pernah..!? Pikirku..

“Loh tante belom pernah to..? Wah.. uwenak lo tante. Bikin lelaki semakin birahi.
Trus kadang Nina pake baju baju seksi gitu. Sempaknya model model g-string.
Sempak yang nyepit di silit itu lo tan..” Sambil aku tunjukan poto-poto koleksi pakaian dalam Nina.

"Hhmmmn.. seksi ya dik. Mosok aku ya pantes dik..?"
"Makanya tante saya selalu horny kalo liat dia pake itu. Coba deh tante praktekin itu ke Pak Heri.
Dijamin pak Heri cepet ngacengnya. Lagian tante ya masih seksi menurutku.."

"Muosok dik Jamal. Ngarang ini sampeyan. Ntar wes tak coba beli.."
“Apa mau tak temenin tante pilih celana dalam ama behanya..? Mumpung saya gak banyak kerjaan..”
Tak pancing-pancing bro.

"Emoh ah. Nanti dimarahin Nina saya. Jalan ama laki orang. Lagian saya juga malu dik. Beli daleman sama dik Jamal.."
"Jiah..! Pake acara malu segala ah tante ini. ya kalo bilang-bilang ya ketahuan tan. Gimana..?
Nanti kan saya bisa ngasih tau model daleman yang bikin suami tante cepet horni.."

“Ya wes la liat nanti aja. Tak kabari..” Tante Lydia menjawab.
Waaah.. masuk perangkap nih tante Lydia. Hihihi..
-------ooOoo-------

Beberapa hari berlalu tanpa ada hal berarti. Tiba tiba di hari Kamis itu ada BBM dari Tante Lydia.
Ping.
Ya Tante Lyd.
Lagi sibuk ya dik..?
Nggak tante. Kerjaan sante. Ada yang bisa tak bantu..?

Itu loo dik Jamal. Katanya mo bantuin saya.
Bantuin apa tante..?
Loooo lak lupa..!?
-Aku bener-bener lupa waktu itu..-
Katanya mo bantuin saya milih daleman..!?
Ohhh iya tante. Inget. Kapan rencana..??


Seketika aku ingat. Wah.. aku bayangin dia milih celana dalam ama beha aja sudah buat ngaceng. Gimana nanti.
Setelah kita pikir pikir. Supaya aman dan tidak diketahui oleh tetangga. Maka kita berangkat sendiri sendiri.
Ketemuan di mall pusat kota yang telah aku rekomendasikan sebelumnya.

Aku ngarahin ke toko pakaian dalam yang terkenal yaitu ‘VS’.
Yaaa.. walaupun agak mahal.. dengan kemampuan finansial tante Lydia pasti oke-oke saja.

Saat memilih ternyata dia cari ukuran 36/80. Cupnya C. Wuih.. deg deg ser. Mayan gede ukurannya sob.
"Gede yah tante..?"
"Emang tau ukuran..?"
"Taulah tan. Kan sering beliin buat Nina juga. Teteknya Nina kalah nih sama punya tante.
Wah.. enak jadi pak Heri. Pegangannya gede. Hahaha.."
Omonganku emang sengaja lebih fulgar supaya dia terbiasa.

"Huss.. ntar juga abis ngelahirin tambah gede kok dik Jamal. Apalagi orang kayak dik Jamal.
Tangannya aktif ngeremes melulu.."
Kami sering tertawa kalo ngobrol beginian. Yah lumayan lah supaya tante Lydia juga lebih terbuka.

Saat memilih-milih kami didatengi oleh pramuniaganya. Ditanya kebutuhannya apa. Sukanya model apa.
"Iya nih mbak.. cari beha ama celana dalam istri saya.." Sambil nunjuk tante.
Tante Lydia dengan agak kaget melirik aku. Dan tangannya diam diam mencubitku.
Dari mukanya sih keliatan tidak marah.

Aku pun menggandeng tangannya supaya aktingnya totalitas.
Tante Lydia cuman senyum-senyum. Tanda kalo dianya juga gak nolak.

"Kayaknya itu deh mbak. Yang pasangan warna pink.." Aku tunjuk aja itu salahsatu produknya. Modelnya seksi.
Apalagi celana dalamnya model2 gstring. Yang bagian depan agak transparan.

Dengan rada bisik-bisik tante Lydia ngomong.. "Apa gak terlalu seksi dik..? Pantes ta buat aku..?"
"Sip tan. Aku aja liat celana dalam ama behanya aja bikin ngaceng. Gimana kalo tante yang make..?"
"Lak mulai lagi dik Jamal..!!"
Akhirnya kamipun memilih celana dalam dan beha yang aku pilihkan.

Sebelum pulang kami sempatkan untuk makan siang di salah satu cafe di mall tersebut.
Makan sambil ngobrol-ngobrol.
"Emang beneran pantes ya dik aku pake daleman yang tadi..?"
"Pantes tante. Tante pasti tambah sueksi. Kalo pak Heri gak horni berarti loyo itu manuknya. Hahahaha.
Kalo gak ya dicoba dulu tante. Trus difoto. Kirim ke saya. Biar tak nilai.." (Modus)

"Yeee.. enak dik Jamal lak an. Emang kalo dik Nina sering pake kayak begitu..?"
"Ya sering. Saya kalo disuguhin gituan langsung nguaceng. Langsung tak garap.
Nina sampek lemes tante. Sampek kelojotan..!"

"Muosok dik. Wenak dik Nina punya suami kayak dik Jamal.."
"Makanya tante itu dicoba. Sapa tau pak Heri tambah bergairah.."

"Lagian tadi dik Jamal pake ngaku-ngaku suami saya lagi. Wes wes sinetron.."
"Saya sih gak nolak tante kalo jadi suaminya tante. Orang masih seksi gini. Cantik lagi..!"
"Hhmmm.. gombal.(dengan muka manja gitu). Tapi gak papa wes kalo suaminya ganteng kayak dik Jamal. Hahaha.."

"Eh dik.. ntar temenin saya dulu yah ke toko buku. Mo cari buku buat Tia.."
"Oke mamaaa..!" Aku pura pura acting jadi suaminya lagi.
Selama muter-muter aku coba untuk menggandeng tangannya. Diapun sepertinya gak nolak.
Sekali-sekalilah aku senggol-senggol bukit kembarnya dengan sikuku.

Dan saat kami berpisah di parkiran, aku mencoba untuk mencium keningnya. Dia sih gak nolak.
"La kok kayak suami istri beneran..?" Diapun mencium tanganku.

"Papa ati-ati yah. Jangan berduaan terus ama istri pertama. Nanti aku cemburu.."
Dia ikut ikutan akting kaya aku. Sambil ketawa ketawa kitapun berpisah ke kendaraan masing masing.
-------ooOoo-------

Tiba saat aku ngasih les lagi untuk Tia. Saat kuketok pintu rumah tante Lydia tidak ada jawaban sama sekali.
Sampai beberapa menit aku ketok ketok ada jawaban dari dalam rumah.

"Sebentar. Itu dik Jamal yah..?” Ternyata si tante yang jawab.
"Iyah tante..!"
Tak berselang lama pintu dibuka.

Dan tante Lydia muncul kepalanya ajah yang masih memakai shower cap.
“Masuk dik Jamal..”
“Kok sepi tante..? Mbak Sumi ke mana..?”

Sambil masuk aku rada kaget. Ternyata tante masih mandi tadi. Dia memakai handuk yang dililitkan.
Terlihat pahanya yang mulus. Ama belahan teteknya yang menyembul.

“Iyah dik Jamal. Saya lupa ngabarin. Si Tia lagi ikut sodaranya. Trus mbak Sumi pulang kampung..”
“Oalah.. gitu to..”

“Dik Jamal duduk dulu ajah. Sante sante. Kalo mau apa ambil di kulkas ajah.saya mo nyelesein mandi dulu..”
“Iya tante. Jangan lupa itu gunung ama sawahnya di sabunin biar wangi. Hahahaha. .”

“Hhmmm.. lak tetep aja matanya jelalatan..”
Saat jalan terlihat goyang pantatnya. Bikin sesek celana.

Selang beberapa lama si tante menemaniku di ruang tempat nonton tv. Kebetulan waktu itu hujan.
Jadinya ya gak pulang dulu.
Sambil ngobrol-ngobrol aku cari channel yang nayangin peragaan busana daleman seksi.

“Tante gimana celana dalam dan beha kapan hari beli. Udah dicoba ta..?
“Sudah dik. Pas sih. Seksi nggaknya biar bapak aja yang nilai.
“Ya mesti seksi lah tan. Gimana kalo aku yang menilai..? (modus aku luncurkan)

“Emoh ah. Malu..”
“Masa’ sama suami muda malu. Haha..”
Tampak dia berpikir sejenak. “Tapi ini rahasia lo ya dik. Trus jangan diledek. Malu aku..”

Diapun masuk ke kamarnya. Dan agak lama dia pun keluar dengan memakai piyama.
Perlahan dia buka piyama. Dan akhirnya terpampang di hadapanku..
Tubuh tante Lydia yang hanya memakai beha dan celana dalam baru. Sungguh seksi.

“Gak usah melongo gitu dik. Kayak yang gak pernah liat badan perempuan aja..!?”
“Tante sueksi. Kalo aku jadi pak Heri ya tak keloni tiap hari. Mulus lagi..” Tante Lydia malu-malu.

“Tapi tante. Kalo pake celana dalam model gitu jembutnya dirapiin. Biar gak keluar keluar gitu..”
Terlihat emang jembut si tante keluar-keluar saking lebatnya.

Aku hampiri tante Lydia. Dan sepertinya dia agak kikuk sewaktu aku mendekat.
“Tante wangi. Teteknya seksi..”

Aku semakin mendekat. Sangat dekat. Kita saling tatap. Sepertinya nafsu sudah menguasaiku.
Sepertinya setan telah menguasaiku. Aku beranikan diri mencium bibirnya.

Slerrrppp.. slrrrpppp awalnya lidahku tak ada respon.
“Apaan apaan dik Jamal. Sudah sudah dik. Ntar ketahuan orang..”

Kucium lagi bibirnya. Lidahku aktif bergerilya. Lama-lama dia merespon.
Lidahnya bertemu lidahku. Lampu hijau dari si tante.

Tante Lydia menikmati ciuman kami. Akupun pindah menciumi telinganya, lehernya balik ke telinganya.
“Ssshhh.. shhhh.. ssshhh..” mulut tante mendesis keenakan.

Aku semakin liar menciumi telinganya. Sembari tanganku aktif bergerilya ke teteknya.
Aku remas-remas di luar behanya. Tangan kananku aktif meremas remas pantatnya.

“Sssshhh.. aaaahhh.. sssshhh.. aaaahhh..” hanya itu yang aku dengar dari mulut tante.
Sesekali aku bisikin.. “Tante seksi. Badan tante masih kaya ABG.."

Tangannya aku arahin ke manukku. Walaupun masih terbungkus celana.
“Sssshhh.. dhik Jamaal. kita pindah ke kamar ajaaaah yah. Gak enak di sini..”

Tuink..! Jackpot..!! Dia udah ngasih lampu sangat hijau..!! Segera kulepas dekapan dan ciumanku.
Sambil menggandengku dia mengarah ke kamarnya.

Saat jalan kupeluk dia dadi belakang. Aku cumbu lehernya. Kuremas remas teteknya.
“Ssshhhh.. hmmmmm.. sshhhh.. dhiiik.. shhhh.. ouuuhhh.. Dhiiik udah..
Di kamar ajah. Kalo gak, gak usah diterusin..” Aku turuti aja kemauanya. Ketimbang moodnya hilang.

Sesampainya di kamarnya kurebahkan tubuhnya di kasur dan ku kembali mencium bibir tante.
Aku remas remas teteknya.
Tanganku melingkar ke punggungnya berusaha untuk membuka behanya.

Bless.. behanya kubuka. Terpampang sepasang tetek yang indah.
Masih sekel untuk seumuran tante Lydia.

Gak adil rasanya kalo yang bugil hanya tante.
Aku pun membuka kaos dan celanaku. Tinggal sempakku aja.

Ciumanku beralih ke dadanya. Kuciumi pangkal teteknya dulu. Slow but sure.
Trus ke putingnya. Kembali ke pangkal teteknya. Trus ku kulum putingnya.

Yang kudengar dari mulut tante hanya desahan. Bikin aku semakin bernafsu.
"Shhh.. aahhhh.. oooohh.. shhh.. enaaak diiik.. terus kenyot tetekku dik.."

Tanganku mulai menggosok gosok memeknya dari luar celana dalam.
Celana dalamnya sudah terasa lembab. Basah. Pertanda dia sudah on. Birahinya sudah meninggi.

Kulucuti celana dalamnya. Kulemparkan begitu saja entah ke mana.
"Dik Jamal kok pinter bangettt bikin enak gini. Sssshhh aaahhhh..!"
Dia gak tau ntar lagi tambah bikin enak lagi.

Perlahan ciumanku menjalar ke perutnya. Lubang pusernya tak luput dari jilatanku.
"Ooohh diiiikk.. geli.. ouuhggghh..!!" Hanya itu yang kudengar dari mulutnya.

Untung saja di rumahnya tidak ada siapa siapa selain kita.
Jadi kubiarkan desahannya sebagai penyemangatku.

Ciuman dan jilatanku sampai ke jembutnya. Lebat banget. Mungkin kalo ada semut di situ bakalan tersesat.
Kusibakka jembutnya hingga terlihat lubang memeknya.

Mendadak dia menutup lubang memeknya dengan tangan.. “Jangan dik.. jijik..!”
“Ssssstt.. santai saja, tante. Ntar bakalan enak..”

Kualihkan tangannya dan mulai kujilat jilat permukaan memeknya.
Tante Lydia semakin menjerit keenakan. Badannya bergoyang goyang. Memeknya semakin basah.

Air liurku bercampur dengan cairan memeknya.
“Ouuuuhhh.. oooohhh diiik.. enak bangeeeett.. teruuusss.. ouuuh..”

Kucari itilnya. Dan kujilat jilat daging seupil itu. Tante Lydia semakin menggelinjang.
Teriakannya makin tak terkendali.. “Wuenaaak diik.. diapain aja tempikku dik.. ouuuh..”

Kata kata jorokpun mulai keluar dari mulutnya. Dia sepertinya sudah melayang layaang..
“Aduuuh tempikkuu.. wenak dik Jamal.. eenaaak.. trus dik.. teruuus..”

Tanganku secara perlahan aku masukkan ke lubang memeknya.
Sembari aku belum berhenti menjilati itil. Sekali sekali aku mengisapnya..

“Ouugggghhh..” Clpepepkk.. clpkkkk.. clpkkk.. clpkkk.. clpkkk..!!
Saking basahnya sampai keluar bunyi kecipak kecipuk.

Tanganku keluar-masuk di memeknya. Tanganku berasa buasah banget.
Kucari dinding kasar di dalem memeknya. Kugosok gosok.

Pinggul tante makin menjadi jadi. Bergoyang goyang tak henti. Mulutnya meracau.
Sampai kepalaku dijepit dengan kedua pahanya. Pinggulnya terangkat.
Sepertinya dia mendapatkan Big O.

“Ssshhh.. ahh.. ahh.. enakk.. aku mo keluar dik.. aku mo keluaar.. ouuugghh.. aww.. ouuuuuuuggghhh..!!”
Diapun melenguh panjang. Kepitan pahanya berangsur melemah.

Dan mulut dan tanganku basah oleh cairan memeknya. Asiin.
“Hhaahh. Haaaah. Hhhh.. Dik Jamal nakalss.. hhh.. haahh.. sampek lemes aku.
Tempikku diapain aja sih dik..? Kok sampek enak gini dik..?”

Aku cuman senyum senyum saja.
Tanpa banyak cakap aku arahkan tante Lydia untuk gantian menggarap kontolku.
Aku buka sempakku dan kuarahkan tangannya ke kontolku.

Sekarang gantian aku yang rebahan dan dia di sampingku. Tangannya mulai aktif mengocok kontolku.
“Punya dik Jamal gede juga yah. Hmm..” katanya memuji tongkat wasiatku.

Kepala tante kuarahkan ke kontolku. Dan sepertinya dia agak ragu. Karena ini yang pertama baginya.
Agak sedikit kudorong dengan paksaan. Akhirnya bibirnya menyentuh kontolku.

“Ayo tante dijilat. Dikenyot tante..”
Slrrrppp.. slrrrppp.. sllllpp.. Awalnya rada kaku sepongannya. Terkadang mengenai giginya.

Tapi lama kelamaan sepongannya seperti yang udah pro. Uwenak tenan.
“Ssssshhh.. sssshhh. Enak tante. Teruss tante sayaaang..”
Saking enaknya serasa gak kuat tai macan mau keluar.

Aku kembali merebahkan tubuh tante Lydia. Aku kembali mencumbu bibirnya.
Gantian ke telinganya dan kelehernya. “Sshhhh.. jangan dicupang dhiiik..” katanya mengingatkan.

Sambil lalu kugesek gesekkan kontolku yang sudah mengeras ke mulut memeknya.
Aku tidak terburu buru. Tante Lydia sepertinya gak tahan.

Pinggulnya naik turun seakan akan memeknya pengen cepat dimasukin.
“Cepet masukin sayaaahhng.. ohhsss ohhsss.. cepet masukin kontolmu sayaaang..”

Slebbb.. perlahan kepala kontolku aku masukin.. slepp.. aku tarik lagi.
Dan perlahan aku masukin semuanya ke dalam memeknya. Blessepp..!

“Argghhhhh.. pelan pelaaan sayang.. ahhh sssshhhh..”
Aku maju-mundurkan pantatku. Teteknya sayang unutuk dianggurin. Kupilin pilin putingnya.

Slllpp.. slllppp.. “Ooohhh.. awwww.. oughhh.. sayang..”
Aku bisikin.. “Sakittt say..?”

“Enggghh gaahk.. ennnnakh. Memekku enaaak saayaaang.. entot aku sayaang..”
Omongan tante Lydia semakin jorok..

“Kontolmu enak sayaaang. Mentokin sayaahng.. awww..!!”
“Memek tante juga gurih tante. Kayak memek ABG.. hhss.. sss..”

“Mentokin sayaaang.. ahhhss.. lebih cepet.. ouughh.. awww..!!”
Kupelankan goyanganku. Aku mengubah posisi. Kutuntun tante Lydia untuk di atas.

Slebb.. jlebb..!! Dia mulai memasukkan kontolku ke memeknya.
Dia menggoyang goyangkan pinggulnya.

Hanya desahan nikmat yang keluar dari mulut tante Lydia. “Ahhhss.. sss. Sss..”
Akupun juga ikut mendesis keenakan.
Bagaimana gak enak.. la kontolku berasa dipijat ama tempiknya itu..!!

Pantatnya naik turun. Keringat membasahi tubuh kami. Gak berapa lama tante orgasme.
Dia menghentingkan gerakannya. Matanya tetpejam. Meringis. Dan memeknya berkedut.

Dengkulnya gemetaran. “Oouuuuuuuh.. ssssshh.. aww.. awwww.. faaak..!!” Erangnya nikmat.
Badannya roboh ke badanku. “Hhh.. hhhh.. hhhh..” dia megap megap.
Kontolku berasa disiram cairan memeknya. Hangat mengalir.

Kuciumi kembali bibirnya. Kutuntun supaya nungging. Jlebb..!! Kuhujam saja memeknya.
“Awww.. sayaaang.. masih lemeshh.. ouhhh..!!” Tante Lydia protes..

Aku tidak menghiraukannya. Kumaju-mundurkan pantatku. Jleggh..!! Kumentokkan kontolku.
“Pelaan sayaaang.. awwww..!!” Rintihnya lagi.

Pantatnya yang demplon itu aku pukul.. plassss.. membekas merah. “Awwww.. awwww.. ouuhhh..!!”
Kontolku berasa mo keluar laharnya. “Dikeluarin di mana nih tante..?”
“Di luar. Aku masih subur..!”

Plopp..!! Kukeluarkan kontolku. Kubalikkan tubuh tante Lydia. Kumasukkan ke mulutnya.
Dan tak seberapa lama.. “Ouuugghhh..” crtttt..crtttt..crttt.. crtttt..!!
Ada 6 kali semprotan masuk ke dalam mulutnya. Nikmaaaatt..

Tante Lydia yang tidak pernah merasakan sperma di mulutnya langsung lari ke kamar mandinya.
Aku rebahan di kasurnya. Beberapa menit kemudian keluar Tante Lydia.

Sambil memakai baju dari lemarinya dia bilang.. “Ihh.. dik Jamal nakal..!”
“Hhmm.. tante seneng gitu lo. Keenakan gitu..”

“Hehehe.. inget lo dik Jamal. Ini rahasia kita berdua. Wah.. seneng jadi dik Nina.
Saya ajah dibuat kelojotan gitu. Sampek lemes saya..”

“Hehehe.. gimana rasanya tuh spermaku tante tadi..?”
“Iyah.. dik Jamal nuakal kok ancen. Rasanya aneh..”

Begitulah awal perselingkuhanku dengan Tante Lydia.. ibu anak didik lesku.
-------ooOoo-------

Keesokan harinya aku di-BBM oleh dia. Ping..!
Dik Jamal harus tanggungjawab. Memekku rada perih buat kencing. Dik Jamal sih gak pelan-pelan.

Wah.. tante kayak perawan ajah..
Godaku.. berusaha menyenangkan hatinya.
Nggg.. tapi.. kok saya pengen lagi ya dik..?”
Ungkapnya.. membuatku hampir saja bersorak senang. Hehe..
“Hhmmm..”


Sampai jumpa di cerita lainnya.. EnD
----------------------------------------------------oOo---------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd