Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------

Cerita 203 – Tukang Kredit Mesum

[Part 3] – Let Bygon-e be Start-ok..

Belum sempat aku dan Nadya
mengambil keputusan.. Clrupp..!! bu Selvi sudah menciumi kontolku..
Bagai orang yang kangen dengan pacarnya yang lama tak bertemu.

Aku yang mendapat serangan dadakan hanya bisa merem melek..
meresapi kenikmatan yang diberikan bu Selvi pada batang kontolku.

Tak lama kemudian bu Selvi sudah mengulum seluruh batang kontolku sambil meremas-remas buah zakarku.

“Nah, Nad.. kalo mau oral sex.. usahain jangan sampe kena gigi lo.. ntar pasangan lo jadi ngilu..”
Kata mbak Sari sambil melepas blazer yang ada di tubuhnya secara perlahan..
seakan-akan ingin menunjukkan lekuk tubuhnya yang seksi padaku.

Nadya yang dari tadi diam saja, terlihat memperhatikan bu Selvi yang sedang asik mengulum batang kontolku.
Setelah mbak Sari melepaskan potongan pakaian terakhirnya, dengan perlahan dia mendekatiku.

“Udah donk, mbak, gantian. Kan aku juga kepengen..” ujar mbak Sari sambil ikut menggenggam kontolku.
Melihat anak kostnya yang juga ingin ikut merasakan gagahnya kontolku..
Dengan terpaksa bu Selvi mundur sambil membuka seluruh bajunya.

Mbak Sari mulai mengocok-ngocok kontolku dengan penuh nafsu.
Aku hanya bisa merem melek menikmati sensasi ini.

Kulihat Nadya sudah telanjang sambil mendekatkan payudara montoknya ke mukaku.
Tanpa menunggu perintah, aku langsung mengulumnya yang mengakibatkan Nadya memelukku..
untuk menahan rasa nikmat yang melandanya.

Sedang sibuk menyusu pada Nadya.. aku dikagetkan dengan rasa nikmat di kontolku yang bertambah..
Saat kulihat ternyata bu Selvi sudah ikut bergabung dengan mbak Sari untuk mengulum kontolku.

Mereka bergantian mengulum kontolku, kadang juga secara bersamaan.
Setelah beberapa lama, kulihat mbak Sari mulai mengangkangi kontolku.

Saat akan menurunkan bokong semoknya dan tinggal beberapa senti dari ujung kontolku..
Tiba-tiba gerakannya itu dihalangi oleh bu Selvi.

“Sari, enak aja. Kan aku dulu yang lihat si Jack lagi nggarap si Nadya..
jadi aku dulu donk yang dapat kontolnya Jack pertama..” ujar bu Selvi.

“Gak bisa, mbak. Kan aku yang mendorong mbak Selvi.. sehingga bisa ngentot sama Jack..!!”
Seru mbak Sari tak mau kalah.

Melihat mereka berdua yang masih bertengkar berebut siapa yang ngentot duluan..
membuatku malah tersiksa menahan konak.

Kulihat Nadya yang sedang bengong melihat dua perempuan bertengkar memperebutkan kontol..
kupegang tangannya sambil berbisik.. “Nad, kamu duluan yah..? Kan aku tadinya maunya sama kamu..
cuma diganggu sama mereka..”

Nadya hanya mengangguk sambil merebahkan tubuhnya di kasur..
Dan aku langsung sambil mengarahkan kontolku ke memek perawannya.

Setelah kugesek cukup lama.. akhirnya kubenamkan batang kebanggaanku ke dalam memeknya.
“Aahhkkk..!!!” Teriak Nadya saat aku melesakkan kontolku ke memeknya.

Dan kejadian itu membuat 2 perempuan yang tadinya bertengkar langsung melihat ke arah kasur.
Mereka seperti tidak percaya kalau yang dapat kesempatan pertama ngentot adalah Nadya.

Mereka hanya bisa pasrah saat aku mulai menggenjot memek Nadya. Tak sampai 5 menit, si Nadya sudah orgasme.
Melihat hal itu, bu Selvi langsung mendorongku ke samping..
sehingga aku terlentang dengan kontolku tegak mengacung ke atas.

Dengan tak sabar bu Selvi mulai menaiki kontolku sambil meremas-remas payudara montoknya. Clebb.. blesskk..!!
“Uaakkkhh.. Eeehhhhm.. Terus.. Goyang yang cepet..” teriaknya sambil mulai mempercepat goyangannnya.

Aku tak lama melihat pemandangan itu saat secara tiba-tiba pandanganku menjadi gelap.
Ternyata mbak Sari menempatkan memek pinknya di hadapan mukaku.

Melihat hal itu.. tanpa menunggu aba-aba.. srlupp.. srlepp.. slrepp..!!
Lidahku sudah beraksi menggali ke dalam memek mbak Sari.

“Oooookkkhh.. Kanan dikit, Jack..! Yeah.. Terus di situ.. Yeah..” desah mbak Sari..
Saat aku menyerang memeknya tanpa ampun.. menyeruput dan menjilat bidang belah memaknya.

“Akhhh.. Jack, Aku Nyampe.. Akkh..!!” Teriak bu Selvi..
Saat kurasakan cairan hangat menyiram kontolku yang berada di dalam memeknya.

Melihat bu Selvi sudah tumbang.. mbak Sari sudah bersiap-siap minta dicoblos memeknya..
Dia memuat posisi dengan berpegangan di pinggir ranjang sambil menunggingkan pantatnya.

Melihat hal itu.. aku langsung menghampirinya dan mulai menggosok-gosokkan kontolku di memeknya.
“Sssshhhh.. Udah, Jack.. Cepetan.. Udah konak nih..!”
Ujarnya terbata-bata menahan nafsunya yang sudah di ubun-ubun.

Menuruti permintaan mbak Sari.. Jlebb..!! Clebb-crebb-crebb-crebb-clebb-cleb-jlebb-jlebb-jlebb..!!
Kuhujamkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah.. langsung start dengan kecepatan tinggi.

11 menitan sudah aku menggenjot mbak Sari..
saat kurasakan memek mbak Sari mulai memeras kontolku dengan hebat dan tak lama kemudian..

“Aakkhh..!!” mbak Sari mencapai orgasmenya..
kakinya yang tadi menopang tubuhnya mulai lemas hingga akhirnya dia terduduk dengan nafas ngos-ngosan.

Aku yang masih belum orgasme mulai mendekati Nadya yang masih terlentang kelelahan.
“Sayang, aku belum keluar nih, minta lagi donk..” pintaku memelas.

Nadya hanya mengangguk lemah sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Aku yang sudah tak kuat menahan nafsuku langsung menindihnya dan menggenjotnya dengan ganas.

Tak sampai 10 menit, aku merasakan aku akan keluar. “Nad, aku mau keluar..” Kataku.
Saat aku akan mengeluarkan kontolku dari memek Nadya.. tiba-tiba kaki Nadya menahan bokongku..
Sehingga aku keluar di dalam memeknya.

“Nad, kok kamu tahan sih, ntar kalo kamu hamil gimana..?” Protesku pada Nadya.
Tapi dia hanya tersenyum sambil berbisik padaku. “Kalo hamil.. ya biar kamu nikahin aku..
Sebab aku sudah jatuh cinta sama kamu, mas..” bisiknya dekat telingaku.

Apa..! Cinta..? Si Nadya jatuh cinta kepadaku..!?
Tapi aku masih belum bisa memberi jawaban karena aku masih bingung dengan perasaanku sendiri.

Nadya hanya berkata tak apa-apa..
karena dia hanya menganggap perempuan-perempuan dewasa yang membutuhkan kontolku..
hanya butuh pelampiasan sex tanpa ada rasa cinta.
-----------ooOooo----------

Sudah hampir 1 minggu sejak kejadian di kost Nadya..
Dan selama itu pulalah aku digilir 3 perempuan secara bergantian.

Suatu saat.. pas aku sedang menunggu Nadya pulang sekolah.
Dari kejauhan aku melihat sesosok orang tua yang aku kenal baik. Dia adalah mang Kosim.

Ternyata dia sudah pulang dari kampungnya. Saat kuteriaki, dia langsung mendekatiku.
Tapi kurang dari 3 meter.. saat kami sudah akan berpelukan..

Dari sebelah kanan, aku mendengar suara ban mengerem mendadak. “CIIIIIIIITTTT.. BRUAKKK..!!!”
Aku yang terkejut tiba-tiba hilang kesadaran.

Saat kesadaranku mulai kembali..
Aku melihat mang Kosim terbaring di jalan terhimpit becaknya yang hancur berantakan.

Kucoba menggerakan kakiku, tapi terasa perih. Saat kulihat, ternyata kakiku patah.
Aku yang tak dapat menahan perihnya langsung kembali hilang kesadaran.
----------ooOoo-----------

“UUUHHH.. ADUH..!!” Aku mengeluh. Saat sadar.. aku sudah berada di rumah sakit.
Pelan-pelan kuingat lagi kejadian yang menimpaku dan mang Kosim.

Kami berdua menjadi korban kecelakaan. Kurasakan kaki kananku terasa nyut-nyutan.
Saat aku ingin memeriksa kakiku dengan tangan kananku.

Lho, kok tanganku jadi berat, anget, trus ada empuk-empuknya lagi..? Pikirku.
Saat kulihat.. ternyata Nadya tengah memeluk erat tangan kananku.

Terlihat juga matanya sedikit sembab. Mungkin dia menungguiku sambil menangis.
Ah.. kenapa aku jadi sedih memikirkannya..

Padahal selama ini setiap aku sakit aku selalu mengurus diriku sendiri..
sejak aku ditinggal orangtuaku selama-lamanya karena kecelakaan saat aku baru lulus SMA.

Saat aku lihat Nadya, kurasakan perhatian yang telah lama tak kurasakan lagi.
Perlahan-lahan kulihat Nadya mulai bangun.

Saat dia membuka mata, dia tampak terkejut melihatku sudah sadar.
“Mas.. Mas sudah sadar..? Syukurlah, aku sangat khawatir..” katanya sambil langsung memelukku dengan erat.

Kurasakan pundakku hangat oleh air matanya.
Kupeluk dia dengan hati-hati karena seluruh badanku masih sakit.

“Jack, lo udah sadar yah..!?” Teriak seorang wanita seksi dari arah pintu sambil berlari kecil menghampiriku.
Dia meletakkan keranjang buah di meja kecil yang berada di samping tempat tidur.

Dipeluknya diriku dengan erat sampai aku kesulitan benafas. “Mbak.. A-aku gak bisa nafas..” kataku.
“Ups, sorry, Jack. Habis aku seneng banget lihat kamu udah sadar..”
Kata wanita itu sambil melepaskan pelukannya dariku. Ya, wanita itu adalah mbak Sari.

“Mbak, gimana mang Kosim, mbak..?” Tanyaku pada mbak Sari.
Semua yang ada di ruangan itu diam seribu bahasa. Aku jadi khawatir dengan sahabat baikku itu.

Karena tak ada yang mau membuka mulut..
maka dengan kesal aku langsung membuka selimutku dan hendak turun dari tempat tidur.

“Mas, mas mau ke mana..? Jangan keluar dulu, kan baru sadar..” ujar Nadya sambil menghalangiku bangun.
“Lepasin, Nad. Gue pengen ketemu mang Kosim..” jawabku dengan nada agak tinggi sambil tetap mencoba berdiri.

“Ayo ikut gue. Gue bawa lo ke kamar mang Kosim..” kata mbak Sari dingin.
Aku dan Nadya hanya mengikuti langkahnya meninggalkan kamar tempat aku dirawat.

“Sebenarnya gue sama Nadya gak tega ngebiarin lo lihat pak Kosim, Jack..” kata mbak Sari padaku..
yang masih mengikuti goyangan pantatnya yang bahenol.

“Memang kenapa, mbak..?” tanyaku penasaran.
“Lo masih mending, Jack, cuma patah kaki sama memar-memar doank. Kalo mang Kosim, dia kritis..
Sudah hampir 3 hari, Jack. Kemarin dia baru sadar..” Aku terkejut mendengar penjelasan mbak Sari.

Saat kami mendekat ke ruangan ICU tempat mang Kosim dirawat..
Di sana aku melihat bu Selvi dan juga seorang perempuan seumuran Nadya.

Orangnya cantik.. kuning langsat, dadanya berukuran sedang.
Dan kalo dilihat-lihat mirip dengan Alyssia Soebandono.. artis remaja terkenal itu.

Saat aku dan yang lain masuk, kulihat mang Kosim sedang berbaring lemah.
Tapi begitu melihatku, ia memberi isyarat padaku agar mendekat.
“Jack, gue punya satu permintaan sama lo sebagai sahabat..” ujarnya lirih.

“Apa itu, mang..? Asalkan gue sanggup melakukannya, gue bakal penuhin permintaan mang Kosim..”
jawabku sambil menahan air mataku yang mulai menggenangi..
karena tak tahan melihat sahabat baikku terbaring lemah tak berdaya.

“Gue cuma mau lo jagain anak perempuan gue kalo terjadi apa-apa ama gue, Jack..”
Pintanya lirih sambil menunjuk pada anak perempuan yang berada di samping bu Selvi..
Yang kemudian kuketahui namanya Titin.

“Pasti, mang.. gue pasti bakal jagain anak lo. Dia bakal gue anggep adik gue sendiri..”
Jawabku sambil mencucurkan air mata. Kulihat si Titin sudah menangis mendengar permintaan bapaknya itu.

“Ya udah.. lo semua keluar dulu, gue mau ngomong berdua sama Titin..”
Kata mang Kosim sambil memberi isyarat agar Titin mendekat.

“Ayo kita keluar dulu.. mungkin ada hal penting yang mang Kosim mau katakan pada anaknya..”
Kata bu Selvi sambil menggiring kami pergi dari ruangan itu.

“Mbak, gimana biaya rumah sakit gue sama mang Kosim..?”
Tanyaku sambil menyusuri lorong rumah sakit menuju kamarku.

“Udah.. tenang aja. Semua biaya lo udah gue sama mbak Selvi bayar..” kata mbak Sari nenangin aku.
“Trus motor gue gimana..? Yang nabrak siapa sih..?” Tanyaku nyerocos kayak kereta api.

“Motor lo udah rusak parah. Lo ditabrak sama supir truk yang lagi teler gara-gara narkoba..”
Kata bu Selvi sambil memapahku.

“Oh iya, mas, tadi ada ibu-ibu yang pesen kalo mas udah sadar disuruh ganti biaya barang bawaan yang rusak.
Trus dia juga bilang kalo mas gak usah kerja lagi..” kata Nadya.

“Aduh, mati gue..! Pasti itu tadi mbak Ida. Mau bayar gimana. Lha gue aja masih kayak gini, mana gak boleh kerja lagi.
Trus gue mau tidur dimana..?” Kataku sambil memegangi kepalaku. Perlu diketahui..
Sebelumnya gue tidur numpang di kantor tempatku kerja.

“Kalo lo mau.. lo boleh tidur di kamar kost yang kosong..” kata bu Selvi menawariku.
“Tapi, bu.. aku sudah banyak berutang sama bu Selvi dan mbak Sari.
Aku gak tau gimana membalas kebaikan kalian..?” Kataku penuh haru.

“Dan lo bisa masuk ke kantor gue, Jack. Kebetulan OB lama gue mengundurkan diri..” kata Mbak Sari.
“Makasih yah, mbak, bu..” kataku sambil menahan air mataku.

“Eits, tapi ada syaratnya, Jack..” kata Mbak Sari sambil melirik ke bu Selvi.
“Syaratnya, lo harus muasin kita kalo lagi pengen ngentot..” kata bu Selvi bersbisik sambil mencolek kontolku.
Mendengar hal itu, aku jadi lega.

Saat sedang berjalan pelan, tiba-tiba dari ruang ICU terdengar teriakan.
“ABAAAHHH..!!” Teriak Titin sesaat sebelum ruangan tersebut dikerumuni dokter dan suster.
--------ooOoo--------

“Nah, Aa' harus banyak makan biar cepat sembuh yah..! Sok atuh, buka lagi mulutnya..!”
Kata cewek cantik yang tengah menyuapiku di ranjang kamarku. Dia adalah Titin, anak tunggal mang Kosim.

“Aduh, Tin, kan udah berkali-kali kubilang, mas Jack biar aku saja yang urus.
Kamu kerjain yang lain aja..” ujar cewek cantik yang satunya lagi sambil merebut piring dari Titin.

“Udah, Titin saja. Kan udah kewajiban Titin ngrawat calon suami Titin..”
Jawab Titin sambil mempertahankan piring yang ada di genggamannya.
“Enak aja, mas Jack itu PACARKU! Jadi jangan macam-macam kamu sama dia..” teriak Nadya.

Ya, beginilah keseharianku. Dijadikan rebutan 2 cewek cantik.
Sudah 1 bulan sejak kematian mang Kosim dan sekarang aku disibukkan dengan 2 cewek ini.

Ah.. mang Kosim, gimana sih, masa jodohin aku sama si Titin. Emang sih anaknya cantik..
Tapi kan gue belum kenal bener. Lagian.. dia kan tau kelakuan gue kalo deket cewek cakep..!
Batinku.

Yah, memang betul.. si Titin sama mang Kosim dijodohin sama aku.
Hal ini terkuak 2 minggu yang lalu.
-------ooOoo-------

Kejadian 2 minggu yang lalu.

Saat penghuni kost yang lain tengah sibuk dengan acara tahlilan mang Kosim..
mau tak mau aku mengurusi diriku sendiri. Biasanya ada Nadya yang mengurusiku..
Tapi hari itu dia sedang sibuk karena ada kegiatan di sekolahnya.

Saat aku ingin mandi, tapi kesulitan melangkah gara-gara kakiku yang masih di-gips..
Dengan tertatih-tatih aku menuju kamar mandi. Tiba-tiba aku terpeleset.

Dalam hati kuberkata.. Waduh.. belum sembuh nambah lagi deh penderitaan gue..
Saat sedang enak-enaknya menunggu sensasi jatuh, tiba-tiba.. BRRUUK..!!

Lho.. kok gak sakit..? Wah.. ada yang empuk-empuk di punggung gue.
Apa gue udah langsung koit yah..? Kok kayaknya gue tau nih barang
..

Belum terjawab semua pertanyaan yang ada di hatiku..
aku dikejutkan dengan suara merdu yang hinggap di kupingku.

“Aa', turun atuh. Kan badan Aa' besar. Titin gak kuat nahan badan Aa' terus..”
Ujar suara merdu tersebut yang tak lain adalah Titin.. ternyata dia sedang kutindih dengan punggungku.

“Wah, maaf, Tin. Gue gak tau kalo lo yang nahan jatuh gue..” Kataku sambil bangun.
Tapi mungkin sedang sial, atau malah lagi mujur, aku kepeleset lagi dan jatuh tepat di atas Titin lagi..

Tapi kini dalam posisi berhadapan dan tanganku pas banget mendarat di susunya.
“Akkhh.. Aa' genit ah. Jangan disini donk a', Titin malu..” katanya sambil tersipu-sipu.

Melihat hal itu, aku jadi penasaran. Masa gadis lugu macam Titin bisa dipake.
“Tin, emang gue boleh giniin lo..?” sambil tanganku meremas-remas susu mungilnya.

“Kalo buat calon suami mah, apa aja Titin kasih..” jawabnya sambil memelukku.
What the hell..! Calon suami..!?
Kapan juga gue setuju jadi suaminya.. kan gue janjinya cuma ngejagain Titin doank..!
Pikirku.

“Emang kata siapa gue calon suami lo, Tin..?” tanyaku.
“Kata abah A'. Sebelum abah meninggal, abah berpesan pada Titin agar Aa' Jaka jadi suami Titin.
Kata abah juga Aa' sudah setuju..” katanya sambil menatapku dengan penuh tanda tanya.

“Emang lo gak apa-apa punya suami gue..? Gue ini tukang maenin cewek lho.. punya simpenan banyak.
Tukang ngentot dan.. Emmphh ..”

Belum sempat aku berbicara lagi.. mulutku sudah ditahan dengan tangan lembutnya.
"Abah juga udah cerita semua tentang Aa', jadi Titin tetep nerima Aa' apa adanya..”
Katanya sambil menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.

Saat sedang kebingungan, dari arah pintu aku melihat Nadya baru pulang dari sekolah.
Tiba-tiba terlintas ide bagus.
“Nad, ke sini donk, bantuin aku..” ujarku sambil mengeluarkan kepalaku dari pintu.

“Ntar aja ya, mas, aku ca..” belum sempat Nadya melanjutkan perkataannya..
Aku sudah menariknya ke dalam kamar. Melihat Titin, Nadya sempat terkejut.

Tanpa memberi kesempatan dia berbicara, segera kucium dia dengan ganas.
“Eeehhhmmmm.. Uuuhhmmmm..” desah Nadya tidak jelas karena tertahan ciumanku.

Lama-lama dia tampaknya menikmati ciumanku. “Ehhmmn.. Aahhh.. gimana, Tin, gue cowok brengsek kan..?
Kamu gak bakal mau deh jadiin gue suami lo..” kataku setelah melepaskan ciumanku pada Nadya.

“Apa..! Suami..!? Mas, apaan sih ini..? Tin, coba lo jelasin ada apa nih sebenarnya..?”
Cerocos Nadya yang kaget saat aku membahas masalah suami.

“Gini, mbak Nadya.. abah sebelum meninggal berpesan pada Titin supaya Aa' Jaka jadi suami Titin..” terang Titin..
sambil bergelayut mesra di lengan kananku.
“Enak aja, mas Jack itu pacarku..” balas Nadya tak mau kalah sambil bergelayut mesra di lengan kiriku.

Kurasakan susu kedua cewek itu empuk dan hangat.
Kedua cewek itu terus saja menarikku ke arah masing-masing.

Tanpa sengaja kaki Titin menyenggol kakiku yang patah.. sehingga aku mengaduh.
Melihat aku yang kesakitan.. mereka berdua langsung melepaskan pegangannya..
Sehingga aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh. BRUUUUKK..!! Aku langsung pingsan.

Saat aku mulai sadar.. kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir di kedua tanganku.
Kulihat Nadya dan Titin tertidur memeluk tanganku di kedua sisi.
Ternyata mereka berdua menangis sambil memeluk tanganku.

“Nad, Tin, gue sudah gak apa-apa kok. Kalian tidur aja di kamar kalian masing-masing..”
Kataku sambil membangunkan mereka berdua.

“Maafin Titin yah, A'. Titin gak sengaja tadi, cuma Aa' yang Titin punya di dunia ini sekarang..
Jadi jangan tinggalin Titin yah A'..!?” Kata Titin sambil menangis.

“Udah.. jangan nangis. Kan gue bilang gue gak apa-apa..” kataku sambil mengusap air mata dari pipinya.
Aku merasa kasihan sama Titin karena sudah ditinggal kedua orang tuanya, sama sepertiku.

“Udah donk, kok malah sayang-sayangan, aku kan juga mau..”
Kata Nadya sambil menarik mukaku dan menciumku dengan mesra.

“Eh, Titin kan tadi gak gitu, Titin juga mau donk A'..” kata Titin dan mulai menciumku dengan mesra juga.
Tak mau kalah dengan Titin, Nadya pun mulai membuka semua pakaiannya.

“Nad, lo mau ngapain..? Kok baju lo, lo buka semua..?” tanyaku.. tapi Nadya hanya diam saja..
Sambil tersenyum dan mulai membuka pakaianku secara hati-hati.

“Mas, aku mau tunjukin sama Titin kalau kita memang sudah pacaran dengan serius..”
Katanya sambil mulai mengurut kontolku.

Dan setelah kontolku berdiri dengan tegak, maka dengan sigap dia mengulumnya dengan penuh nafsu.
“Uuuhhhmmm.. Eeehhhmmmm.. Oooohhmmm..” tak jelas apa yang dikatakannya.

Aku hanya bisa merem melek merasakan nikmat yang mulai menjalar di kontolku.
Kulihat si Titin melihatku dengan mata yang sayu dan nafas yang memburu.

Tanpa dikomando.. dia pun melepas bajunya sampai bugil..
dan terlihatlah susunya yang imut tapi sangat pas dengan tubuhnya yang langsing.

“Titin juga bisa melayani Aa'..” Katanya sambil merebut kontolku dari genggaman Nadya..
Clropp.. dan langsung mengulumnya dengan nafsu. Tapi kok mahir banget si Titin ngulumnya..?

“Tin, kok e-enak banget sih isapan lo..?” Kataku terbata-bata karena keenakan.
Nadya yang melihat reaksiku sepertinya cemburu..
Dan langsung menghalangi pandanganku dengan menyodorkan memeknya ke mukaku.

“Mas, jilatin punyaku donk..” katanya sambil menggoyangkan pinggulnya sedikit.
Tanpa disuruh dua kali, aku langsung menjilatinya dengan nafsu.

“Akkkkhhh.. Terus, mas.. Sssshhh..”
Ujar Nadya sambil menggoyang pantatnya dan menjambak rambutku.

Saat sedang enak-enaknya menservis memek Nadya..
aku merasakan kontolku memasuki lubang yang sangat sempit.

Ternyata Titin sedang berusaha memasukan kontolku ke dalam memeknya.
“Tin.. emang kamu yakin mau nyerahin perawan lo sama gue..!?” Tanyaku.

“Titin rela kok, kan Aa' sudah jadi calon suami Titin. Sssshhhhh..”
Ujar Titin sambil menancapkan kontolku ke dalam memeknya.

Slebbb..! Blesskkk.!! ”Aaakkkhhhh..!!!” Sukses.. batang kontolku terbenam ’dilahap’ memeknya.
Trus dia diam saja sambil menahan rasa sakit yang menyerangnya.

“Aakkhhh.. Ooohhhk.. Sssshhhh..” desah Titin saat mulai menggoyang pinggulnya.
Sedangkan Nadya menyodorkan susunya yang putih untuk kuisap dan kujilati puting pinknya.

Saat sedang disibukkan dengan dua cewek ini.. dari arah pintu muncul tiga orang perempuan.
Mereka adalah mbak Dewi.. Mbak Sari dan bu Selvi..
Seketika aku.. Nadya dan Titin 'terpaksa' menghentikan kegiatan asik kami.

“Wah, Jack.. gue mau pamitan.. eh malah asyik main ama daun muda.
Ikutan ah.. itung-itung kenangan terakhir..” ujar mbak Dewi sambil mulai melepas bajunya.

“Iya nih, kan mbak Dewi mau pindah ikut suaminya ke Aceh, Jack. Jadi sekalian mau pamit.
Eh.. Jack, minum nih dulu gih biar tambah kuat..” kata mbak Sari..
Sambil memberiku pil warna biru yang diambilnya dari saku celananya.

“Sekalian ibu mau ngomong sama kamu dan Titin.. ibu mau pergi ke Amerika buat nerusin kuliah di sana.
Jadi kamu sama Titin ibu serahin tanggungjawab buat ngurusin nih kost-kostan, oke..?”
Kata bu Selvi yang hanya mengenakan bra dan celana dalamnya saja.

Aku hanya mengangguk pelan sambil memandangi tubuh seksinya yang akan sangat kurindukan.
Titin yang sudah tak sabar lagi langsung menghujamkan kontolku ke dalam memeknya sampai mentok.

“Akkhh.. A'.. Titin sayang Aa'..!! Sssshhha..” teriaknya saat perawannya jebol.
“Tin, lo masih perawan..? Gila.. si Jack dapat perawan lagi, mbak..!!”
Seru Mbak Sari sambil mulai menciumi leher bu Selvi.

“Emang yang pertama sapa, Sar..?” Tanya mbak Dewi yang mulai memainkan payudara Nadya.
“Tuh, yang lagi lo remes susunya..” kata mbak Sari.

Tak sampai 10 menit, Titin sudah keluar. “Aakkhh.. AA'..!!!”
Dia pun melemas dan langsung digantikan oleh mbak Dewi.

“Ssshhhh.. Jack. Makin besar aja punya lo. Sssshhh..” mbak Dewi langsung menggoyangkan pinggulnya.
Kurasakan memek mbak Dewi semakin sempit dari yang pernah kurasakan.

“Mbak, kok rasanya beda..?” Tanyaku.
“Aakkh.. Punya suami gue kecil, jadi gak berasa. Sssshh..”
Ujar mbak Dewi sambil mempercepat goyangannya. Tak sampai 15 menit, dia sudah keluar.

Dan begitulah seterusnya. Malam itu, aku digilir oleh 5 orang wanita tanpa henti.
Yang bikin aku bingung, kok aku bisa tahan lama banget yah..?
Ternyata itu karena khasiat obat dari mbak Sari.
------ooOoo------

Esoknya.. Mbak Dewi berangkat ke Aceh bersama keluarganya.
Seminggu kemudian.. Bu Selvi pun berangkat menuntut ilmu di negeri paman Sam.

Dan di sinilah aku.. sedang memikirkan dua cewek cantik yang masih memperebutkanku. E N D
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------

Credits Thanks to
@rangganaga
Trims buat Cerita Epic-nya..
-------------------------------------------------

Buat yang masih penasaran tentang Jack.. sialkan ke Sub Forum CERBUNG.
Ada nyang Total Remake dari Suhu Rangganaga..
Karena cerita yang ini ternyata udah ga ada lagi.. alias HILANG.


So..
Sampai Jumpa di lain Cerita..
Adios.. :ciao:
 
Lah sampe kelar dong master petualangannya jack tukang kredit mesum...tanggung jawab nich sampe die jadi ketua mafia...behahahaha

SalamBehaha
 
------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------

Cerita 204 – Sang Kekasih Hati.. [Part 1]

Cinta pertama
tak pernah mati.. apalagi bila cinta itu tumbuh saat masa kanak-kanak atau remaja.
Kesederhanaan kala itu justru menjadikan pengalaman masa lalu terpatri erat di dalam sanubari..
sebagai kenangan indah yang tak terlupakan.

Kisah nyata ini kualami dengan seorang gadis yang kukenal dan teman bermainku sejak kecil.
Kisah pacaranku dengan Ayu.. seorang gadis yang sangat istimewa bagiku.
Kisah ini terjadi di awal tahun sembilan puluhan.

Saat masih kanak-kanak.. kami bermain seperti halnya anak-anak pada umumnya. "Hoom-pim-pah..!!”
"Agus jaga..!!” Ia menutup mata di bawah pohon kersen.

Kami.. anak-anak yang lain.. lari mencari tempat persembunyian. Aku lari ke warung Ma' Ati yang sudah tutup.
Ayu lari mengikutiku. Aku merangkak masuk di bawah meja warung itu.
Ayu mengikutiku dari belakang dan jongkok di sebelahku.

Ayu dan aku mengintip lewat celah kecil di gedek di bawah meja yang sempit itu mencari kesempatan untuk lari keluar.
Entah mengapa.. aku selalu merasa senang kalau berada dekatnya.

Waktu itu rasanya tidak ingin aku keluar dari tempat persembunyianku.
Apakah ini yang namanya ‘cinta monyet’.. alias ‘cinta anak-anak’..?
Aku tak tau. Yang aku tau Ayu memang cantik.

Bukannya ngalem, loh. Aku juga sadar kalau aku juga ganteng.. –teman-temanku bilang begitu.. hehehe..–
Hingga kalau kami main pangeran-pangeranan, rasanya cocok kalau aku jadi pangeran.. Ayu jadi puteri.

Juga dalam permainan lain Ayu cuma mau ikut dalam kelompokku.
Teman-temanku sering memasang-masangkan aku dengan dia.

Masa kecil kami memang menyenangkan. Sampai tiba saatnya aku harus berpisah dengan teman-temanku.
Karena harus mengikuti ayahku yang ditugaskan di kota lain. Waktu itu aku masih duduk di kelas empat SD.

Sejak itu aku tak pernah dengar kabar apa-apa dari teman-temanku itu, termasuk Ayu.
------ooOoo------

Duabelas tahun kemudian. Aku menghadiri sebuah pesta pengantin.
Lagu The Wedding mengalun mengiringi para tamu yang asyik menikmati hidangan prasmanan.
Gadis-gadis tampak cantik dengan dandanan dan gaun pesta mereka.

Sampai Oom Andi, salah seorang pamanku menepuk pundakku.
"Eh Rik, apa kabar..?”
"Oh, baik saja oom..”
"Akan kupertemukan kau dengan seseorang, ayo ikut aku..”

Aku mengikuti oom-ku itu menuju ke seorang gadis yang sedang asyik menikmati ice creamnya.
Gadis itu mengenakan gaun pesta berwarna kuning dengan bahu terbuka.. wuih.. cantik sekali dia.

Begitu aku melihat dia, aku segera teringat pada seseorang. "Apakah.. apakah dia ..?”
"Benar Rik, dia Ayu..!”

"Ayu.. ini kuperkenalkan pada temanmu..” Gadis itu tampak agak terperanjat.
Tetapi sekali pun terlihat ragu-ragu.. tampaknya ia pun mengenaliku.

"Ini Riki. Tentu kamu kenal dia..” kata oomku. Kami bersalaman.
"Wah.. sudah gede sekali kamu Ayu..”
"Memangnya suruh kecil terus.. emangnya kamu sendiri bagaimana..?” Katanya sambil tertawa.

Tertawanya dan lesung pipinya itu langsung mengingatkanku pada tertawanya ketika ia kecil.
Aku benar-benar terpesona melihat Ayu. Aku ingat Ayu kecil memang cantik.

Tetapi yang ini memang luar biasa..!! Apakah karena dandanannya..?
Ah.. tidak. Sekali pun tidak berdandan.. aku pasti juga terpesona.

Gaun pestanya yang kuning itu memang tidak mewah.. tetapi serasi sekali dengan tubuhnya yang semampai.
Bahunya terbuka.. buah dadanya yang putih menyembul sedikit di atas gaunnya..
itu membedakannya dengan Ayu kecil yang pernah kukenal.

"Sudah.. sana ngobrol-ngobrol. Tentu banyak yang diceritain..” kata oomku seraya meninggalkan kami.
"Tuh ada kursi kosong di situ.. yuk duduk di situ..” ajakku. Kami pun lantas berjalan menuju ke kursi itu.

"Bagaimana Ayu, kamu sekarang di mana..?”
"Aku sekarang tinggal di Semarang, kamu sendiri di mana..?”
"Aku kuliah di Bandung, kamu bagaimana..?”

Ia terdiam, menyendok ice creamnya lalu melumat dan menelannya, perlahan ia berkata..
"Aku tidak seberuntung kamu Rik, aku sudah bekerja. Aku hanya sampai SMA.
Yah.. keadaan memang mengharuskan aku begitu..”

"Bekerja juga baik Ayu, tiap orang kan punya jalan hidup sendiri-sendiri.
Justru perjuangan hidup membuat orang lebih dewasa..”

Kira-kira satu jam kami saling menceritakan pengalaman kami. Waktu itu umurku 22, dia juga..
–sejak kecil aku sudah tau umurnya sama dengan umurku..–
Perasaan yang pernah tumbuh di sanubariku semasa kecil tampaknya mulai bersemi kembali.

Rasanya tak bosan-bosan aku memandang wajahnya yang ayu itu.
Apakah cinta anak-anak itu mulai digantikan dengan cinta dewasa..? Aku tidak tau.

Aku juga tidak tau apakah ia merasakan hal yang sama. Yang pasti aku merasa simpati padanya.
Malam itu sebelum berpisah aku minta alamatnya dan kuberikan alamatku.

Sekembali ke Bandung kusurati dia.. dan dia membalasnya. Tak pernah terlambat dia membalas suratku.
Hubungan kami makin akrab.
Suatu ketika ia menyuratiku akan berkunjung ke Bandung mengantar ibunya untuk suatu urusan dagang.

Memang setelah ayahnya pensiun, ibunya melakukan dagang kecil-kecilan.
Aku senang sekali atas kedatangan mereka. Kucarikan sebuah hotel yang tak jauh dari rumah indekosku.
Hotel itu sederhana tetapi cukup bersih.

Pagi hari aku menjemput mereka di stasiun kereta api dan mengantarnya ke hotel mereka.
Sore hari, selesai kuliah, aku ke hotelnya. Kami makan malam menikmati sate yang dijual di pekarangan hotel.

Pada malam hari kuajak Ayu berjalan-jalan menikmati udara dingin kotaku.
Entah bagaimana mulainya.. tau-tau kami mulai bergandengan tangan..
Bahkan kadang-kadang kulingkarkan tanganku di bahunya yang tertutup oleh jaket.

Kami berjalan menempuh jarak beberapa kilometer, jarak yang dengan Vespaku saja tidak terbilang dekat.
Tetapi anehnya kami merasakan jarak itu dekat sekali.

Sekembali di hotel kami masih melanjutkan pecakapan di serambi hotel sampai lewat tengah malam..
sementara ibu Ayu sudah mengarungi alam mimpi.

Besok sorenya aku ke hotel untuk mengantarkan mereka ke stasiun untuk kembali ke kota mereka.
Ketika aku tiba di hotel, ibu Ayu sedang mandi.. Ayu sedang mengemasi barang-barang bawaannya.

Aku duduk di kursi di kamar itu.
Tiba-tiba terbersit di pikiranku untuk memberikan selamat jalan yang sangat pribadi bagi dia.

Dengan berdebar aku bangkit dari tempat dudukku berjalan dan berdiri di belakangnya..
Perlahan kupegang kedua bahunya dari belakang.. kubalikkan tubuhnya hingga menghadapku.

"Ayu, bolehkah ..?” Ia tampak gugup, ia menghindar ketika wajahku mendekati wajahnya.
Ia kembali membelakangiku. "Sorry Ayu, bukan maksudku ..”

Ia diam saja.. masih tampak kegugupannya.. ia melanjutkan mengemasi barang-barangnya.
Terdengar bunyi pintu kamar mandi terbuka, ibu Ayu keluar.

Di stasiun.. sebelum masuk ke kereta kusalami ibunya.
Ketika aku menyalami Ayu aku berbisik.. "Ayu, sorry ya dengan yang tadi..”
Dia hanya tersenyum. Manis sekali senyumnya itu. "Terimakasih Rik atas waktumu menemani kami..”
-------ooOoo-------

Hubungan surat-menyurat kami menjadi makin akrab hingga mencapai tahap serius.
Aku sering membuka suratku dengan.. 'Ayuku tersayang'.
Kadang-kadang kukirimi dia humor atau kata-kata yang nakal.

Dia juga berani membalasnya dengan nakal. Pernah dia menulis begini..
Sekarang di sini udaranya sangat panas Rik.. sampai kalau tidur aku cuma pakai celana saja.
Tanaman-tanaman perlu disirami.. –aku juga..–


Membaca surat itu aku tergetar. Kubayangkan ia dalam keadaan seperti yang diceritakannya itu.
Kukhayalkan aku berada di dekatnya dan melakukan adegan-adegan romantis dengannya.

Aku merasakan ada tetesan keluar dari diriku akibat khayalan itu.
Kuoleskan tetesan itu di kertas surat yang kugunakan untuk membalas suratnya.

–Barangkali ada aroma, atau entah apa saja, yang membuat ia merasakan apa yang kurasakan waktu itu.
Tetapi aku tak pernah cerita pada dia tentang ini...–

Sampai tiba liburan semester.. aku mengunjungi dia.
Aku tinggal di rumahnya selama empat malam. Inilah pengalamanku selama empat malam itu.

Aku tiba pagi hari. Setelah makan pagi, aku dan dia duduk-duduk di kamar makan.
Aku melihat Ayu mengenakan cincin imitasi dengan batu berwarna merah muda di jari manisnya.

"Bagus cincinmu itu. Boleh kulihat..?” Kutarik tangannya mendekat, tetapi aku segera lupa akan cincin itu.
Ketika lengannya kugenggam, serasa ada yang mengalir dari tangannya ke tanganku.

Jantungku berdebar. Tak kulepas genggamanku.. kubawa telapak tanganku ke telapak tangannya.
Kumasukkan jari-jariku di sela jari-jarinya.
Jari-jarinya yang halus, putih dan lentik berada di antara jari-jariku yang lebih besar dan gelap.

Kugenggam dia.. dia juga menggenggam. Kuremas-remas jari-jari itu. Dia membiarkannya.
Kami berpandangan dengan penuh arti sebelum ia bangkit dengan tersipu-sipu,

"Aku bereskan meja dulu..” Ia pun membereskan meja makan dan mencuci piring.
Setelah itu ia berkemas-kemas untuk pergi bekerja.

Siang itu aku tidak ke mana-nama, aku beristirahat sambil membaca buku-buku novel yang kubawa.
Sore harinya aku, Ayu dan adiknya menonton film di bioskop.

Aku ingat ketika nonton itu aku sempat remas-remasan tangan dengan dia.
Setelah pulang nonton kami duduk-duduk di ruang tamu. Saat itu sekitar pukul sembilan.

Kami hanya ngobrol-ngobrol biasa karena orang-orang di rumah itu masih belum tidur.
Ayu membuat secangkir kopi untukku. Sekitar pukul sepuluh rumah mulai sepi...

Orangtua dan adik Ayu sudah masuk ke kamar tidur masing-masing.
Hanya tinggal aku dan Ayu di ruang tamu. Ia duduk di sofa di sebelah kananku.

Dari obrolan biasa aku mulai berani. Kulingkarkan tanganku dibahunya. Ayu diam saja dan menunduk.
Dengan tangan kiriku kutengadahkan wajahnya, kudekatkan kepalaku ke wajahnya, kutarik dia.

Berbeda dengan di hotel waktu itu.. ia memejamkan matanya membiarkan bibirku menyentuh bibirnya.
Kukecup bibirnya. Cuma sebentar. Hening, segala macam pikiran berkecamuk di kepalaku..
–kukira juga di kepalanya..–

Aku merasa jantungku berdegup. Pelan-pelan tangan kananku kulepas dari bahunya..
Perlahan menyusup di antara lengan dan tubuhnya.. dan kutaruh jari-jariku di dadanya.

Ia membiarkan dadanya kusentuh. Aku melangkah lagi.. jari-jariku kuusap-usapkan di situ.
Ia membolehkan bahkan menyandarkan badannya di dadaku. Aku mencium semerbak bau rambutnya.

Aku pun tidak ragu lagi, kuremas-remas payudaranya. Ia tetap diam dan tampaknya ia menikmatinya.
Setelah beberapa saat ia menggeser badannya sedikit..
Lalu.. seolah tak sengaja.. ia menaruh tangannya di pangkuanku.. tepat di atas kancing celanaku.

Aku tanggap isyarat ini. Kubuka ruitsluiting celanaku, kutarik tangannya masuk ke sela yang sudah terbuka itu.
Ia menurut dan ia menyentuh penisku.. jari-jarinya yang tadi pasif sekarang mulai aktif.
Walau pun masih terhalang oleh celana dalam, ia mengusap-usap di situ.

Aku melangkah lebih jauh lagi.. tanganku yang berada di dadanya sekarang memasuki dasternya..
Perlahan mulai menyusup di sela-sela BeHa-nya dan kuremas-remas payudaranya langsung.
Payudaranya memang tidak terlalu besar tetapi cukup kenyal dalam remasanku.

Dia tak mau kalah.. tangannya menyusup masuk ke celana dalamku..
Kemudian langsung menyentuh penisku lalu.. ctapp..!! Ia menggenggamnya.
Ughhh..!! Bergetar hatiku, baru kali itu penisku disentuh seorang gadis, gairahku melonjak.

Duakali ia menggerakkan genggamannya ke atas ke bawah dan aku tak tahan .. cratt.. cratt.. cratt..!!
Menyemburlah cairanku membasahi jari-jarinya dan celana dalamku.
Aku melenguh dan menyandarkan diriku ke sofa.

Ia melepaskan tangannya dari celanaku dan melihat tangannya yang basah.
"Kental ya Rik..” bisiknya.
"Ayu, terlalu cepat ya..? Ini pengalamanku pertama..” kataku kecewa.
"Aku tau Rik..” ia memahami.
"Kamu ganti dulu, besok aku cuci yang itu..” lanjutnya.

Ia lantas bangkit ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Aku masuk ke kamar mengganti celana dalamku.
Ketika keluar Ayu sudah berada kembali di situ. Kami ngobrol-ngobrol sebentar lalu kami pergi tidur.

Aku masuk ke kamarku dan Ayu masuk ke dalam, ke kamarnya.
-----ooOoo-----

Malam kedua. Seperti halnya malam pertama.. setelah suasana sepi kami memulai dengan berciuman.
Kalau kemarin hanya kecup bibir sebentar, kali ini aku mencoba lebih.

Mula-mula kukecup bibir bawahnya.. lalu bibir atasnya.. lalu lidahku masuk. Lidahku dan lidahnya bercanda.
Aku mengecap rasa manis dan segar di mulutnya.. kurasa ia makan pastiles atau permen pedas sebelumnya.

Kami 'main' remas-remasan lagi. Kali itu dia tidak memakai BeHa..
Hingga lebih mudah bagiku meremas-remas.. dan merasakan kekenyalan payudaranya.

Seperti kemarin.. tangannya pun meraba-raba penisku.
Aku sudah khawatir kalau aku akan cepat keluar seperti kemarin, tetapi rupanya tidak.

Aku juga ingin melakukan seperti yang dia lakukan. Tanganku menuju ke bawah.. kusingkapkan dasternya.
Tetapi ketika tanganku menuju ke celananya ia menepisnya. Rupanya ia belum mau sejauh itu.

Malam itu kami cuma main remas-remasan saja.
Kuremas-remas payudaranya.. dan dia membelai-belai penisku.. sementara bibir kami berkecupan.

Akhirnya aku tak tahan juga.. hingga cairanku menyemprot keluar membasahi tangannya.. sama seperti kemarin.
Tetapi aku lebih senang.. karena kami bisa bermain-main lebih lama.

Aku merasa ada kemajuan.. aku lebih percaya diri.
------ooOoo------

Malam ketiga. Seperti malam-malam sebelumnya.. kami mulai dengan saling berciuman di sofa.
Ketika baru mulai babak remas-remasan.. aku ingat bahwa aku membawa sebuah buku seksologi.

Kuambil buku itu dan kutunjukkan pada Ayu. Kubuka pada halaman yang ada gambar alat genital pria.
Kujelaskan padanya cara bekerjanya alat itu. Dia mendengarkannya dengan perhatian.

Seolah guru biologi aku menunjukkan contohnya, kubuka ruitsluiting celanaku.
Kuturunkan celana dalamku hingga penis tegangku menyembul keluar dan kupertontonkan pada Ayu.

Penisku memang beda dengan yang di gambar. Kalau yang di gambar itu lunglai, penisku berdiri tegak.
Ayu memperhatikan penisku itu. "Itu lubangnya ada dua ya..?” Tanyanya.

"Satu untuk kencing, satu lagi untuk ngeluarin..?”
"Ah, engga. Cuma ada satu..” kataku sambil tertawa.

Kubuka lubang kecil itu agak lebar untuk menunjukkan bahwa lubangnya memang cuma satu.
Ujung itu merah mengkilat basah oleh cairan bening.

Kubawa telunjuknya mengusapnya dan ia membiarkan jarinya basah.
Kemudian jari-jari lentik itu menyusuri urat-urat di situ dari atas ke bawah.

"Rupanya jelek, tapi kok bisa bikin enak ya..?” Katanya sambil tertawa.
"Eh.. taunya kalau enak. Memang sudah pernah mencoba..?” Sahutku.
"Katanya sih..” sahutnya sambil tertawa.

Jemarinya pun memain-mainkan penisku.
"Kalau ini isinya apa..?” Candanya sambil memain-mainkan kantung bolaku.
"Biji salak kali..” jawabku sambil tertawa. Ia juga tertawa.

Lalu tangannya menggenggam penisku dan menggosok-gosoknya.
"Jangan keras-keras Ayu. Nanti keluar..” bisikku keenakan.
Dia pun menurut, dia masih menggenggam tetapi tidak menggosok hanya mengusap-usap perlahan.

"Boleh aku lihat punyamu..?” Tanyaku.
"Jangan ah..” jawabnya.
"Sebentar saja..” kataku.

Meski agak ragu awalnya.. namun akhirnya ia pun menurut.
Ia membiarkan tanganku menyingkap dasternya dan menurunkan celana dalamnya hingga ke lutut.

Glekk..!! Aku menelan ludah. Baru kali itu aku melihat alat kelamin wanita..
Sebelumnya aku melihatnya cuma di gambar-gambar.

Tanganku pun menuju ke situ. Kuusap-usap rambutnya..
Lalu jariku dengan perlahan membuka celah di situ dan kulihat basah di dalamnya.

"Kok basah kuyup begini..?”
"Tadi kamu juga..”

Kutengok penisku, sudah kering memang, karena diusap oleh Ayu, tetapi aku melihat di ujungnya mulai membasah lagi.
Aku ingat ketika membaca buku seksologiku ada bagian yang namanya ‘labia majora’.. ada ‘labia minora’.. ada ‘clitoris’..

Aku mencoba mencari tau yang mana itu. Aku mencoba membuka celahnya lebih lebar tetapi ia menepis tanganku.
"Sudah ah, malu..” katanya. Ia kembali menaikkan celana dalamnya.

"Kamu curang Yu.. penisku sudah kamu lihat daritadi..” kataku bercanda.
"Kan katamu cuma lihat sebentar..” balasnya juga mencanda.

Susasana hening. Kupeluk dia. Kembali kami berciuman. Tangannya kembali mengusap-usap penisku.
Tanganku juga menyusup ke celana dalamnya. –dasternya masih menyingkap..–

Dia tidak menolak. Kuusap-usap rambut di balik celana dalam itu dan jari-jariku pun menggelitik di situ.
Uhhhh.. Aku masih merasakan basahnya.

Perlahan kurebahkan dia di sofa.. kutarik celana dalamnya. Tapi Ayu menolak tanganku dan berbisik..
"Di kamar saja Rik..” Aku tersadar.. ya.. di situ bukan tempat yang tepat.
"Kamu masuk duluan..” katanya.

Aku pun lantas masuk ke kamarku melepaskan seluruh pakaianku lalu aku merebahkan diri menunggu Ayu.
Setelah beberapa menit Ayu masuk membawa handuk kecil lalu mengunci pintu.

Ia menghempaskan diri di sisiku. Aku segera tau bahwa dia tidak mengenakan celana dalam lagi.
Segera kulepas dasternya. Tak ada apa-apa lagi yang menutupi kami.

Tanpa basa-basi lagi kami segera berpelukan dan berkecupan dengan ganas.
Tangan-tangan kami saling meraih, menyentuh, meremas apa saja untuk bisa saling menggairahkan.

Kugigit putingnya. Ia menggelinjang. Ia bangkit dan membalas dengan mengulum penisku.
Ganti aku yang menggelinjang. Kami melakukan itu mungkin sepuluh menit. Gairah tak tertahankan lagi.

"Rik, masukkan saja..” bisiknya memohon. Ayu merebahkan dirinya telentang.
Aku mengambil posisi di atasnya. Kedua pahanya membuka lebar menampung tubuhku.

Lalu kedua kakinya.. seperti juga kedua tangannya, melingkari tubuhku.
Slepp.. slepp.. slepp..! Ujung penisku mencari-cari lubang punyanya.

Setelah ketemu aku dorong sedikit. Slebb..! Ia agak mengerang. "Nghh.. pelan-pelan Rik..” bisiknya.
Slebbb..! Kudorong penisku pelan-pelan. Sekali.. duakali.. dan akhirnya clebb.. blesskk..!! Tembus.

Ia menggelinjang dan mengeluh. Kami berdua merasa di awang-awang.
Ahhhh..!! Rasanya bumi ini hanya milik kami berdua.

Kami berdua menggerak-gerakkan tubuh kami mencari sentuhan-sentuhan yang paling peka.
Kenikmatan makin meninggi, setelah beberapa saat gerakan tubuhnya makin kencang..

Lalu ia memelukku erat-erat seraya merintih.. "Rik.. Rik.. ohhh.. ohhh..” Srrr.. srrr.. srrr..!!
Aku juga tak tahan dan segera menyusulnya.. "Ayu.. ughhh..!!”

Dia memelukku erat. Bibir kami berkecupan ketika benihku menyemprot di dalamnya.
Cairanku menyatu dengan cairannya. Selama beberapa menit kami masih dalam posisi itu.

"Rik, aku cuma ingin sama kamu, engga ada yang lain lagi..” katanya.
"Begitu juga aku Ayu, aku sayang kamu..” kataku sambil membelai pipinya.
Lalu kukecup bibirnya, mesra dengan segenap perasaanku.

Sekitar setengah jam kami masih berpelukan.. terbuai oleh pengalaman barusan.
Lalu kami bangkit. Aku lap penisku dengan handuk kecil.. dan ia pun mengelap vaginanya.

Aku lihat ada darah di handuk itu. Lalu kami rebah berhadapan.
Kami berpelukan lagi dan tak pakai apa-apa. Hingga kami pun tertidur.

CONTIECROTT..!!
------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd