-------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------
Cerita 198 – Skandal di Rumah Kayu
Bagian 4
"Mbak.. Mbak Midah..!?” Hanifah terkejut mendapati kakak kandungnya berdiri di depan kamar..
Sementara dirinya masih telanjang bulat siap-siap ditindih mertuanya.
"A-pa.. Apa yang kalian lakukan..?” Tanya Midah lagi..
"Belum sempat ngapa-apain. Keburu kamu datang..!!” Madi menjawab dengan kesal.
Karena usahanya untuk menikmati menantunya itu lagi-lagi gagal karena kedatangan Hamidah.. kakak kandung menantunya.
"Mbak Midah kapan datang..?? Kenapa ga ketuk pintu..?”
Tanya Ifah sambil berusaha menutupi tubuh polosnya dengan sprei.
“Siapa bilang ga ketuk pintu..!? Lebih dari 10 menit mbak ketuk-ketuk ga ada jawaban.
Lalu mbak mendengar suara jeritan kamu..! Mbak kira kamu kenapa-apa.. lalu mbak masuk aja.
Eh.. ga taunya .. Ckckckc.. Mbak ga nyangka..!” Jawab Midah menggelengkan kepala.
"Maaf mbak.. Ifah ga denger..” jawab Ifah sambil berusaha menyingkirkan Mertuanya dari kangkangan kedua kakinya..
Sementara Madi dengan cueknya bergeser sambil bersandar di dinding tanpa berusaha menutupi ketelanjangannya..
Sedangkan batang penisnya tampak masih tegak mengacung.. seakan tidak terpengaruh kedatangan Hamidah di tempat itu.
"Mbak.. Ifah bisa jelasin semuanya nanti..!” Seru Ifah..
“Abah keluar dulu.. Biar Ifah jelasin sama mbak Midah..!” Seru Ifah lagi..
menyuruh mertuanya untuk membiarkan mereka bicara di kamar itu.
Dengan enggan Madi mengambil celana kolornya yang teronggok di atas daster Ifah..
tanpa memakainya terlebih dahulu dia berlalu keluar dari kamarnya itu..
Lalu Hanifah berbicara semua yang terjadi hari itu. Mulai dari kepergian suaminya..
sampai dengan saat-saat kakaknya memergoki mereka.. Hamidah hanya geleng-geleng kepala..
"Lalu Mbak Midah jauh-jauh dari Pleihari mau ngapain ke sini..?” Tanya Hanifah.
"Mbak mau berobat ke orang pintar.. katanya di daerah Riam adungan ada orang pintar..
yang bisa mengobati mas Ijam suami mbak..” terang Midah..
“Mbak mampir ke sini karena mau minta antar ke sana, mbak ga tau tempatnya..?” Jawab Midah lagi..
“Ohh.. mudah-mudahan abah tau tempatnya, terus bisa ngantarin mbak ke sana..” ucap Hanifah kasihan..
demi melihat kakak kandungnya kesusahan karena sudah setahun ini, mas Ijam suaminya..
hanya bisa tergolek di tempat tidur karena penyakit yang dideritanya..
“Mbak sudah makan..?? Biar Ifah siapin makan malam dulu..”
Tawar Ifah sambil mengambil dasternya dan memakainya kembali.
"Lebih baik kamu mandi dulu aja.. Badan kamu bau liur campur keringat gitu. Mana enak nanti masakannya..!”
Jawab Midah sambil bercanda yang dijawab dengan senyum tersipu dari Hanifah..
Malam itu, Hanifah.. Hamidah dan Abah Madi makan bersama, sambil ngobrol ngalor ngidul.
Meskipun masih dongkol.. tapi abah Madi menyantap makanan dengan lahapnya..
Pikiran mesumnya berputar terus berusaha menuntaskan derita birahinya yang belum tuntas..
"Abah tau desa Riam Adungan..?” Tanya Ifah.
“Tau aja. Abah dulu sering ke sana..” jawab Madi.
“Berarti abah tau rumahnya Datuk Bungul..?” Tanya Midah ikut nimbrung.
“Tau aja. Dia orang pintar yang terkenal. Banyak orang yang bertamu ke rumahnya untuk berobat..
Ada juga yang minta kekayaan. Jabatan. Banyaklah macamnya..” jawab Madi menjelaskan..
“Berarti abah bisa ngantar mbak Midah ke sana..?” Tanya Ifah berharap pertolongan dari mertuanya..
“Hemmmm.. Gimana ya.. Soalnya jauh juga lokasinya. Kalo cuaca bagus bisa setengah hari perjalanan menuju ke sana..
itu pun jalannya susah. Lewat kebun sawit.. hutan.. juga tambang-tambang liar..” Madi memberi penjelasan.
"Ga pa pa bah. Yang penting saya bisa ketemu sama Datuk Bungul itu..” jawab Midah.
“Nantilah abah pikir-pikir dulu. Abah mau merokok dulu di depan..” Jawab Madi..
sambil beranjak ke teras depan sambil menyalakan rokoknya..
"Tenang aja mbak.. Nanti Ifah omongin lagi sama abah..”
Hibur Ifah demi melihat wajah Midah yang terlihat sedih dan kecewa.
“Ifah mau cuci piring dulu.. Mbak Midah Istirahat aja dulu di kamar Ifah di depan..!”
Seru Ifah lagi sambil melangkah ke dapur membereskan piring-piring kotornya..
"Abah yakin ga mau ngantar Midah..?” Tanya Midah sambil berdiri di pintu depan rumah Madi.
Sementara Madi masih asyik mengisap Rokok murahan cap Gudang Djati..
Sesekali iya embuskan asapnya sambil matanya menerawang.
Mulutnya masih membisu tak menjawab pertanyaan Kakak kandung menantunya..
“Padahal Midah sudah siapin upahnya lho..!” Ucap Midah sedikit genit berusaha merayu Madi.
“Apa upahnya..?” Tanya Madi.. tapi matanya tetap menerawang jauh ke depan..
ke jalan raya yang mulai sepi karena waktu sudah menjelang malam..
"Midah tau abah tadi nanggung bareng Ifah..
Dan Midah bisa memberi abah lebih dari apa yang diberikan Ifah..” jawab Midah.
"Yang bener..?” Tanya Madi lagi sambil matanya mulai melihat ke arah Midah..
Dia perhatikan sosok Midah mulai dari kepala sampai ujung kakinya
Hemmm.. lumayan.. bisik hati Madi sambil tersenyum mesum.
Secara fisik Midah tak kalah dari adiknya. Kulit yang putih mulus.
Dihiasi oleh buah dada yang lumayan besar.. serta pinggang yang menggiurkan, walau sudah punya anak dua.
Tapi pesona kecantikannya tidak memudar, bahkan terlihat lebih matang.
Serta wajah Midah yang sendu dan Keibuan membuatnya lebih terlihat menggairahkan.
"Gimana bah. Tertarik..?” Tanya Midah..
“Besok pagi-pagi kita berangkat..” jawab Madi.
“Baiklah..!!” Seru Midah dengan gembira..
Karena harapan untuk bisa berobat demi kesembuhan suaminya mulai menemukan titik terang..
“Tapi abah jangan bilang-bilang sama Ifah masalah upah yang Midah tawarkan. Midah ga mau Ifah cemburu..!”
Seru Midah lagi sambil ngeloyor masuk ke kamar Ifah.. meninggalkan Madi sendiri dengan Imajinasi mesumnya..
"Gimana bah..? Abah bisa ngantar mbak Midah..?” Tanya Ifah..
begitu melihat Madi mendekat sambil menenteng handuk.
“Asal Ifah mau kasih abah upahnya.. Abah mau aja..” jawab Madi licik.
Padahal Midah sendiri sudah mau memberikan upah buat Madi.
"Hemmmm.. Upah apa yang abah minta dari Ifah..?” Tanya Ifah lagi.
Sementara Madi ngeloyor masuk kamar mandi seolah ogah-ogahan dengan permintaan menantunya..
Ifah yang penasaran langsung menghentikan kegiatannya.
Dia mengikuti Madi ke arah kamar mandi.. lalu melongokkan kepalanya ke dalam kamar mandi.
"Apa yang abah mau.. Ifah pasti kasih. Tapi tolong antar mbak Midah ke rumah Datuk Bungul.
Cuma Abah harapan Ifah dan Mbak Midah..” Ifah memelas..
Sementara Madi dengan cueknya mulai membuka celana kolornya..
Sehingga penisnya yang mulai sedikit layu, walau masih terlihat kegagahannya itu menampakkan diri di mata Ifah..
“Kalo abah mau tubuh Ifah.. Akan Ifah kasih semuanya dengan sukarela sesuka hati abah.. Ifah ikhlas..” tawar Ifah.
“Hemmm baiklah. Tapi jangan kasih tau kakakmu.
Abah ga mau dianya malah ga enak hati nanti..” jawab Madi menyanggupi permintaan Ifah..
Sementara batang penisnya yang tadi layu mulai tegak menantang karena diperhatikan oleh menantunya.
Melihat hal itu Ifah hanya tersenyum. “Hadiahnya nanti setelah semua urusan Mbak Midah selesai..
dan Mbak Midah sudah balik lagi ke Pleihari..” jawab Ifah sambil beranjak meninggalkan Madi yang tersenyum licik..
Ahhh.. Akhirnya aku bisa menikmati keduanya. Rejeki memang ga ke mana..!! Bisik hati Madi dengan gembira.
"Sabar, sabar.. butuh.. besok kamu akan menikmati nikmatnya 2 lubang kawin..”
Kata Madi sambil membelai batang penisnya yang semakin mengeras..
Dia melanjutkan mandi sambil bernyanyi riang..
"Bunga tanjung.. Bunga tanjung.. Kembang tak jadi.. Butuh kajung.. Butuh kajung.. Ga ada puki..”
Ifah dan Midah yang mendengar nyanyian Madi hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala..
------ooOoo------
Besoknya pagi-pagi sekali setelah sarapan nasi kuning dan lauknya telur itik masak habang..
Midah dan Madi langsung meluncur ke arah desa Riam adungan..
Dengan mengendarai sepeda motor Satria F150 –wooow– Madi dengan semangat memacu kendaraannya..
Midah yang dibonceng merapat ke tubuh Madi membuat buah dadanya yang lumayan besar ini..
berulangkali menggesek di punggung Madi.
Seolah sengaja atau malah ga peduli.. Madi terus memacu motor anaknya itu..
membelah rindangnya kebun sawit, kebun karet, Hutan akasia..
Tambang-tambang batubara baik yang legal ataupun Ilegal sudah tak terhitung lagi dilewatinya..
Kurang lebih 3 jam kemudian sampailah mereka di desa Riam Adungan..
Dan Madi mengantar Midah langsung ke rumah datuk Bungul..
Setelah cukup lama konsultasi.. malah mereka sempat makan bersama di rumah datuk bungul itu..
dengan menu Haruan Bebanam –ikan gabus bakar..– dan sambal terasi serta lalapannya..
Lalu Midah dan abah Madi pamitan untuk pulang dengan alasana takut kemalaman di jalan..
Padahal abah Madi sudah punya rencana lain..
untuk menikmati upah yang diberikan Midah tanpa ada gangguan dari siapapun..
“Kita kok berhenti di sini bah..?”
Tanya Midah keheranan karena Madi menghentikan motornya di tengah-tengah jalan..
“Ini kebun durian punya abah..” jawab Madi
“Kamu turun dari sepeda motor.. Ini kuncinya.. Tolong kamu buka gemboknya..!”
Perintah Madi sambil menyerahkan kunci ke Midah..
Segera Midah membuka kunci pagar yang tergembok itu..
Kebun durian Madi cukup luas lebih dari 2 hektar.. karena letaknya cukup jauh..
maka Madi hanya menanaminya dengan pohon durian..
serta pohon buah-buahan yang tidak perlu memerlukan perawatan rutin.
Kebun itu berpagar kawat duri se pinggang orang dewasa.. sehingga hewan liar seperti babi tidak akan bisa masuk..
Di tengah-tengah kebun ada gubuk sederhana.. tempat Madi biasa menginap kalo pas musim durian.
Berjaga agar pencuri tidak bisa masuk dan menjarah hasil kebunnya..
Sementara tidak terlalu jauh ke belakang gubuk itu ada aliran anak sungai..
dengan air cukup jernih mengalir membelah kebun itu..
Posisi gubuk itu pun letaknya tersembunyi dari jalan desa yang dilalui tadi..
sehingga orang akan mengira tidak ada orang yang mau tinggal.. apalagi menginap di kebun itu..
karena letaknya cukup jauh dari desa terdekat yaitu desa Lok Wihang.
"Kita kok berhenti di sini bah..?”
Tanya Midah ketika dia sudah bisa menyusul Madi dengan jalan kaki ke gubuk itu..
sementara Madi mulai sibuk menyalakan tungku api untuk memasak air..
“Urusan Midah kan sudah selesai.. Abah mau ambil upahnya di sini..” jawab Madi enteng..
Sementara Midah terkejut dengan jawaban Madi..
“Di sini bah..!? Di kebun ini..?” Tanya Midah lagi seolah tidak percaya..
"Iya.. Mau di mana lagi..? Kalo di rumah nanti si Ifah bisa tau..” jawab Madi sambil mulai merebus air.
“Kamu mandi aja dulu.. Di belakang ada anak sungai..” perintah Madi yang segera dituruti Midah.
Setelah mandi.. Midah mendekati Madi lagi.. “Abah mandi dulu..!!”
Perintah Midah ketika Madi mulai mendekati dan berusaha memeluknya..
"Hemmm baiklah. Kamu minum dulu kopinya. Biar ga ngantuk. Abah mau ngajak kamu begadang semalaman..!”
Perintah Madi sambil terkekeh mesum dan beranjak menuju sungai..
Matahari sudah tidak terlihat lagi.. ditutupi awan mendung yang menggantung..
seolah bersiap menjatuhkan persediaan air yang sekian lama disimpannya.
Sementara di gubuk itu dengan tergesa Madi menghabiskan kopinya.
Kemudian mengajak Midah untuk masuk ke ruangan dalam gubuknya itu.
Di dalam tersedia sebuah kasur kapuk yang masih cukup tebal dan layak pakai.
Madi kemudian menggelar kasur itu dan merebahkan diri di atasnya..
Sementara di luar.. Hujan mulai turun mulai dari gerimis..
dan perlahan mulai lebat menambah dingin suasana di kebun itu..
"Ayo penuhi janji kamu..!” Pinta Madi melihat Midah hanya berdiri mematung di depannya..
Sambil Madi membuka baju dan celananya tanpa sisa..
membuat batang penisnya yang mulai tegak itu terlihat jelas di mata Midah..
“Baiklah.. Midah ga akan ingkar janji.. cuma Midah mohon Abah jangan bilang-bilang sama Ifah..” jawab Midah..
“Kamu boleh percaya sama abah. Abah janji. Ini hanya rahasia kita berdua..” jawab Madi dengan tidak sabar.
“Ayo buka bajumu dan mendekatlah kemari..!” perintah Madi lagi dengan tidak sabar..
“Baiklah..!” Jawab Midah sambil tangannya bergerak melepaskan kancing baju lengan panjangnya..
Tangannya terus bergerak mengangkat bajunya.
Tak berhenti sampai di situ.. tangannya langsung bergerak ke bawah.. melepaskan celana panjangnya.
Hingga tersisa celana dalam berwarna putih polos dengan bra yang senada juga..
“Gimana tubuh Midah..?” Tanya Midah genit sambil melenggak-lenggokkan tubuhnya genit..
menggoda Madi yang sampai lupa berkedip.. Cegglukkk..!! Suara Madi menelan ludahnya.
"Bagus banget..!! Punya kamu lebih menggairahkan dibanding punya Ifah..” kagum Madi.
Sementara Midah yang dipuji seperti itu terlihat makin pede.
“Padahal Midah sudah punya anak 2 lho..!” Terang Midah sambil tetap berdiri menggoda Madi.
“Ayolah buka cawat sama behamu. Dan mendekatlah kemari..!!”
Perintah abah Madi tidak sabar dengan godaan yang dilancarkan Midah.
"Heheh.. Abah tidak sabar ya..?”
Jawab Midah sambil tersenyum kemudian tangannya melepaskan bra putihnya.
Lalu celana dalamnya pun menyusul dilepaskan.
Kini Midah berdiri polos di hadapan Madi..
yang melotot memandangi tubuh telanjang Midah yang berdiri di depannya.
Buah dada Midah ukurannya cukup besar. Tidak terlihat kendor walau sudah punya 2 anak..
dengan puting berwarna coklat seukuran jari kelingking, perut yang rata dan tidak berlemak..
Sementara daerah selangkangannya dihiasi oleh bulu-bulu yang walau terlihat lebih lebat tapi dicukur rapi..
sehingga terlihat lebih menarik. “Luuuaaarrr biasa..!!” Kagum Madi.
"Ayo kemarilah..!” Madi merentangkan tangannya mengajak Midah untuk masuk ke dalam pelukan birahinya.
“Abah mau nenen..?” Tanya Midah sambil memegang buah dadanya dan putingnya diarahkan ke mulut abah Madi.
Dengan sigap abah Madi membuka mulutnya..
kemudian langsung memasukkan puting susu itu ke dalam mulutnya dan langsung mengisapnya..
“Ahhhhhh.. Terus bah..!! Enaaakkk banget..!!” Desah Midah.
Posisinya yang menindih di atas tubuh Madi membuatnya leluasa membenamkan buah dadanya di wajah Madi.
Sementara tangannya tak tinggal diam.. mengocok batang penis Madi yang sudah tegak sempurna..
“Ahhhh.. ahhhhh.. ahhhh.. Enak banget bah.. terusss.. Isap terus bah..!!” Desah Midah keenakan menyemangati Madi.
Sementara tangannya tak berhenti bergerak di batang penis lelaki berumur setengah baya itu.
"Ahhh.. Kamu luar biasa..!!” Ujar Madi memuji Midah.
“Abah mau diisapin butuhnya..?” Tanya Midah.
“Nanti saja.. Abah masih betah ngemut puting kamu..” jawab Madi tak rela kehilangan puting yang nikmat itu.
"Iiihhh.. Abah genit..!!” Jawab Midah sambil memencet hidung Madi..
“Midah ga tahan.. Midah masukin ya bah..?” Tanya Midah..
Tanpa menunggu jawaban dari Madi, Midah menggeser posisinya.
Selangkangannya tepat berada di atas selangkangan Madi.
Demi melihat itu Madi tersenyum gembira.. “Kamu ternyata nakal juga..!” Ledek Madi..
“Biarin..!! Siapa lagi yang tahan putingnya dimainin terus..?” Jawab Midah sambil menjulurkan lidahnya..
“Ini butuh keras banget lagi..!! Besar dan panjang. Sangar, kaya preman..!”
Ujar Midah sambil tangannya bersiap mengarahkan kepala penis Madi ke arah lubang memeknya..
“Aggghhhhhhh.. Keras banget..!!”
Desah Midah lirih ketika kepala penis Madi mulai menyeruak membelah lubang memeknya..
"Arrrggggghhhhh.. Arrrgghhhhhh..!!” Midah tak henti-hentinya mendesah..
sambil terus berusaha membenamkan penis Madi ke lubang memeknya..
Sementara Madi hanya telentang pasrah melihat kebinalan Midah.
Kedua tangannya meremas buah dada Midah..
seakan memberinya semangat untuk terus berusaha melesakkan batang penisnya..
“Arrggghh.. Massuukk.. Seeemmuuuuuaaaa..!!” Jerit Midah ketika usaha kerasnya berhasil.
Sambil merem-melek Midah mendongakkan kepalanya..
menahan rasa yang mengganjal di dalam lubang memeknya.
“Ahhhh.. Nikmat banget Midah.. Kamu pinter banget..” Desah Madi memuji Midah.
Sementara batang penisnya tertancap dengan mantap di lubang memek Midah.
Madi merasakan batang penisnya seperti diremas-remas..
dan dijilati oleh ribuan lidah-lidah kecil di dalam lubang memek Midah.
“Ouggghhhh.. Enyakkkk.. Bangetttt baaahhhh..” desah Midah sambil tersenyum memandang Madi.
Kemudian matanya melihat ke bawah..
Dan ia kembali tersenyum setelah melihat batang penis Madi seolah menghilang ditelan lubang memeknya.
Yang terlihat kini hanyalah bulu-bulu hitam milik Madi yang seakan bersatu dengan miliknya.
Sehingga sulit membedakan mana bulu jembut Madi mana bulu jembut Midah.
"Ayo digoyang sayang..!” Perintah Madi melihat Midah cuma diam saja..
“Heheh.. Abah rasakan goyangan Midah..!!”
Jawab Midah sambil langsung menggerakkan pinggul dan pantatnya maju-mundur dan naik-turun..
Membuat penis Madi yang tertancap di dalam lubang memeknya seakan dipelintir dan diremas-remas.
"Ahhhh.. Aahhhhh.. ahhhhh..!!” Desah Midah.. ditingkahi bunyi kecipak becek..
yang terdengar dari lubang memeknya akibat beradunya alat kelamin mereka.
"Ougghhhh.. ouggghhh.. ougghhh.. Arrrggghhh..!!”
Midah terus mendesah dan sesekali menjerit merasakan nikmat di dalam lubang memeknya.
Sementara Madi terus menikmati goyangan Midah..
sambil tangannya tak berhenti mempermainkan buah dada Midah.
“Ayo terus sayang teruuuussss..!!” Celoteh Madi menyemangati.
“Iya bahh.. Ennaaakkk.. Midah ennnaaakkk.. Butuh abah enaaaakkkk..!!”
Jerit Midah sambil terus menggerakkan pinggul dan pantatnya menggoyang batang penis Madi..
"Arrrgggghhhh.. Midah keluaaarrrrrr..!!” Jerit Midah dan.. creeet.. creeettt.. creeeetttt..!
Terasa semburan hangat menyirami batang penis Madi..
Membuatnya merasakan kehangatan yang lebih lagi dari lubang memek Midah..
Sementara Midah langsung lemas terkulai menindih tubuh Madi.. badannya berkeringat..
Rambutnya acak-acakan.. menambah kesan seksi buat Madi dan melonjakkan gairahnya lebih tinggi lagi..
"Hehehehe.. Enak kan sayang..?”
Kekeh Madi bangga demi melihat Midah yang terkulai lemas tanpa tenaga merapat di atas tubuhnya..
Sementara batang penis Madi masih dengan gagahnya menancap di lubang memek Midah.
Merasakan denyutan-denyutan orgasme di dalam lubang yang semakin membecek itu..
"Enak banget bah.. Midah sudah setahun ga merasakan nikmat seperti tadi. Sejak mas Ijam sakit..”
Ungkap Midah.. sementara kepalanya masih terbenam di samping wajah Madi.
"O.. Pantesan.. Puki kamu sempit seperti perawan lagi..!” Puji Madi..
“Ahhh.. Abah muji Midah terus.. Midah kan jadi malu..” jawab Midah sambil berusaha menegakkan badannya..
“Mau lanjut lagi..?” Tawar Midah.
“Tapi Midah masih lemas.. abah di atas ya..?” Lanjut Midah lagi..
"Boleh..!” Jawab Madi sambil tangannya memeluk Midah..
Dia langsung membalik Midah seperti pegulat yang hendak merubuhkan lawannya..
Sementara batang penisnya tetap menancap dengan gagahnya di liang memek Midah.
"Ouwww..!!” Midah menjerit kaget karena hanya sekejap posisinya langsung berubah.
Dia telentang.. sementara Madi sudah berada di antara 2 kangkangan pahanya..
Tanpa ba bi bu lagi.. Madi langsung menggenjot Midah. "Ahhhhh.. ahhhhh.. ahhhhh..!!”
Kini suara desahan mereka terdengar bersahutan.. ditingkahi bunyi kecipakan yang terdengar semakin nyaring..
seolah berlomba dengan bunyi hujan yang semakin deras di luar sana..
"Abah.. abah.. Midah.. Midah.. Mau keluar lagiiiii..!!” Jerit Midah.. Tapi Madi seolah tak peduli..
Dia terus saja menggenjot Midah, membuat batang penisnya keluar-masuk memek Midah dengan lancarnya..
“Abah.. Jahat.. Abah.. Jahat.. Geliii.. Geliiiii..!!” Jerit Midah karena orgasmenya datang beruntun menyerangnya..
akibat dari genjotan Madi.. yang seolah tak kenal lelah terus membombardir memek Midah..
“Abah.. Udah duluuuu.. Geliiii..!” Jerit Midah..
sambil tangannya berusaha mendorong Madi supaya menghentikan genjotannya..
Madi tak mau kalah.. Dia menggenjot Midah lebih cepat dan lebih bersemangat..
Dia bangga walau usianya sudah di atas kepala 5..
tapi masih bisa melumpuhkan wanita istri orang lain yang usianya setengah darinya.
"Abah.. Udahan dulu.. Midah ga kuuuaatttt.. Geliiii..!!” Jerit Midah lagi.
Sementara Madi tambah ga peduli.. Dia terus menggenjot memek Midah tanpa henti.
“Abah.. Midah keluaaaaarrrrr.. lagiiii.. Ouggghhhhhhhhhh..!!” Jerit Midah dan.. crett.. cretttt.. creetttt..!
Semburan cairan orgasme dan lenguhan..
serta gelinjangan tubuh Midah seakan berlomba menjemput kenikmatan duniawi.
"Ouggghhhh.. Aggghhhh.. Berhenti dulu bah.. Midah lemes bangetttt..!” Ratap Midah.
Madi hanya terkekeh mesum dan bangga terlihat jelas dari raut mukanya..
"Enak kan sayang..?” Tanya Madi, dia menghentikan goyangannya.
Tubuhnya merapat di tubuh Midah..
bibirnya mencium mesra kening Midah seolah memberinya kehangatan.
“Iyaa bah enak bangetttt.. Midah belum pernah merasakan yang seperti itu..” jawab Midah jujur..
"Mau lanjut lagi..?” Tanya Madi..
“Bentar bah bentar..” Jawab Midah..
"Midah masih lemes.. abah cabut dulu butuh abah.. Puki Midah peggeeellll..” Pinta Midah..
“Baiklah.. Tapi nanti lanjut lagi ya..?” Pinta Madi yang tak rela kalo 'keenakan' ini harus berakhir..
tanpa dia menumpahkan semua stok spermanya yang sudah dari kemarin sore ditahannya..
“Iya bah.. Nanti Midah kasih lagi. Abah puasin deh nikmatin Midah..” Jawab Midah..
Sleppp..!! Madi dengan perlahan mencabut batang penisnya..
Dia lihat batang penis kehitamannya mengkilat basah,,
dan seperti dilapisi oleh selai putih hasil dari orgasme Midah tadi..
“Midah mau pipis.. Ga tahan daritadi..” ucap Midah sambil berusaha bangkit..
"Pipisnya di depan aja.. Kalo ke belakang hujan..” saran Madi..
"Ceboknya gimana bah..?” Tanya Midah..
“Pake air hujan aja.. ga pa-pa..” jawab Madi sambil berjalan mengikuti Midah keluar dari gubuk..
Berdua mereka bertelanjang di tengah kebun durian itu.. lalu.. Cuuuuuurrrrrrrr..!
Seperti air keran.. Midah mengeluarkan air kencing yang cukup banyak sambil berjongkok di depan gubuk itu.
Madi pun tak mau ketinggalan.. diapun kencing sambil berdiri di samping Midah.
“Sini Bah Midah bersihin butuhnya..!” Tawar Midah..
setelah dia selesai cebokan dengan air hujan yang mengalir dari atap rumbia gubuk itu.
Sambil sesekali menampung air hujan dengan tangannya..
dengan telaten Midah membersihkan batang penis Madi..
yang beberapa saat lalu sukses mengobrak-abrik liang memeknya..
“Nah sudah bersih..!!” Seru Midah..
“Ayo masuk lagi.. Di luar dingin..!” Ajak Madi sambil merangkul Midah..
"Gendong..!” Rengek Midah manja.. Madi hanya tertawa melihat kemanjaan Midah..
Dia membungkukkan badannya memudahkan Midah naik ke atas punggungnya..
Membuat tubuh bagian depan Midah menempel di punggung Madi..
Setelah sampai di dalam Madi merebahkan tubuh Midah di atas kasur kapuk itu.
"Mau lanjut lagi..?” Tanya Midah..
"Abah mau nyoba lewat belakang..?” Tawar Midah genit.
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------