-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
Cerita 198 – Skandal di Rumah Kayu
Bagian 2
Hanifah dengan tergesa membilas sabun yang masih melekat di tubuhnya.
Bagaimanapun juga rasa takut diintip dan perlakuan mertuanya membuat dia merasa waswas.
Setelah dirasa cukup.. lalu dengan hanya menggunakan handuk putih tadi Hanifah berjalan menuju ke kamarnya..
yang berada di bagian depan rumah di samping ruang tamu.
Dia berjalan melewati kamar mertuanya yang tertutup rapat.
Seperti kebiasaan rumah-rumah di daerah ini.. kamar-kamar biasanya tidak menggunakan pintu.
Tetapi hanya ditutup menggunakan kain panjang yang fungsinya sama seperti pintu.
Begitu juga dengan kamar Hanifah dan juga kamar mertuanya.
"Abah ke mana ya..?” Gumam Hanifah dalam hati sambil berlalu menuju kamarnya.
Di dalam kamar Hanifah langsung melepas handuk yang melindungi tubuhnya sambil mengeringkan tubuhnya..
menggunakan handuk itu, semua bagian tubuhnya tak terlewat merasakan sapuan handuk putih itu.
Sekali lagi.. Hanifah tidak sadar bahwa ada sepasang mata mengintipnya dari lubang dinding kamar..
antara kamar dia dan suaminya dengan kamar mertuanya.
Sepasang mata yang terlihat tidak berkedip menyaksikan Hanifah mulai dari masuk kamar..
sampai saat Hanifah berjongkok di depan lemari sambil memilih pakaian yang akan digunakannya.
Posisi Hanifah yang berjongkok tepat membelakangi posisi lubang intip itu..
membuat si pengintip dengan leluasa memelototi bagian belakang Hanifah..
Terutama bagian pinggang ke bawah.
Luar biasa semoknya.. Mana putih mulus lagi.. nyaris tanpa noda..!
Bisik hati si pengintip mengagumi keindahan tubuh Hanifah.
Sementara yang diintip dengan asyiknya memilih pakaian yang akan dikenakannya sore itu.
Ah, daster panjang ini cocok..” ujar Hanifah setelah dapat apa yang dia cari..
Tapi dalemannya ga ada yang cukup lagi.. ah biarlah ga perlu pake daleman..
toh daster ini cukup lebar dan tidak transparan.. bisik hatinya.
Kemudian dengan tenangnya dia memakai daster yang bawahannya berbentuk celana..
serta atasannya tangan panjang itu dengan kancing-kancing di depan..
Lalu tak lupa Hanifah memakai kerudung warna pink.. senada dengan warna dasternya.
Abah ke mana ya..? Daritadi ga keliatan.. ujar Hanifah dalam hati..
ketika lewat di depan pintu kamar mertuanya yang masih rapat tertutupi kain.
Ah.. lebih baik aku siapkan makan malam dulu..! Sambil berlalu ke arah dapur..
Hanifah melongokkan kepalanya ke arah luar.. sambil berdiri di pintu belakang.
"Lho.. itu kan baju yang tadi siang abah pakai.. masih kotor belum dicuci tapi koq sudah dijemur..?”
Hanifah dengan teliti mengawasi baju mertuanya.
Ada basahan..! Seru hati Hanifah. Berarti tadi yang mengintip itu ..?
Belum selesai Hanifah mengira-ngira.. Sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.
"Kamu kenapa melamun Ifah..?” Suara mertuanya bergetar, sambil tangannya membelai perut Hanifah
"Jangan banyak melamun, tidak baik..!” Serunya lagi..
Sambil dengan nakalnya tangan itu tidak berhenti membelai perut yang mulai membuncit.
“Ah tidak abah.. Ifah tidak melamun..!” Sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya..
“Kamu mau ke mana..? Abah belum puas membelai calon cucu abah..”
Madi tak rela Hanifah lepas dari pelukannya.. Madi makin kuat memeluk Hanifah dari belakang.
"Tenang sayang.. Abah ga akan macam-macam sama kamu.. Abah cuma kangen..!”
Seru Madi sambil tangannya makin kurang ajar membelai perut Hanifah..
"Ahhhh.. Jangan abah.. Itu tidak boleh.. Nanti saja kalo cucu abah sudah lahir..!” Ujar Hanifah memelas..
sambil terus berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya yang semakin nakal membelai..
Bahkan kini bukan hanya perut.. tapi tangan Madi mulai naik ke atas.. membelai dan meremas buah dada Hanifah.
"Aaggghhh.. Jangan Abah.. Inget abah.. Ini Hanifah menantu abah..”
Hanifah memohon sambil terus berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya yang dirasa semakin erat..
"Tenang Ifah.. Abah ga akan nyakitin Ifah.. Abah.. ga akan kasar sama Ifah..!”
Seru Madi sambil terus memeluk dari belakang.
Pelan tapi pasti dengan diselingi rontaan dari Hanifah.. Madi tanpa kesulitan membawa Hanifah menuju ke kamarnya..
“Jangan abah.. Abah mau ngapain sama Ifah..!? Ampun abah..”
Sampai di kamar mertuanya Hanifah tambah takut dan terus meronta.. berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya..
“Tenang Ifah ga pa-pa.. Ga pa-pa sayang.. Abah janji ga akan nyakitin Ifah..”
Rayu Madi sambil tangannya tetap erat memeluk menantunya dari belakang..
kemudian lututnya ditekuk tepat di belakang lutut Ifah.. seperti pegulat yang berusaha membanting lawannya..
“Arrrggghhhh.. Abah..!!” Ifah kaget.. karena dengan sekejap dia seperti tanpa tenaga..
rubuh di atas kasur kapuk mertuanya yang digelar di lantai..
“Hehehe.. Makanya jangan melawan abah.. Kamu nurut apa kata abah.. Abah ga akan menyakiti kamu..”
Madi terkekeh kemudian menempatkan dirinya di antara 2 kaki Hanifah yang dia rentangkan dengan paksa..
"Ampun abah.. Jangan sakiti Ifah.. Ifah menantu abah..!” Hanifah merengek berusaha meminta belas kasihan mertuanya..
"Hehehe.. Tenang Ifah.. Abah ga akan nyakitin Ifah.. Abah cuma kasihan sama Ifah..
Abah tau suamimu tidak bisa memuaskanmu. Abah tau Ifah.. kamu belum pernah merasakan seperti apa lelaki jantan itu..”
Madi merayu Hanifah sambil tangannya membelai pipi Hanifah yang mulai meneteskan air mata.
“Abah ga akan nyakitin Ifah kan..?” Ifah bertanya sambil terisak..
Madi mengangguk sambil tersenyum.. berusaha semanis mungkin agar menantunya tenang dan tidak berusaha melawan lagi..
“Kalo gitu lepaskan Ifah.. Ifah takut.. Ifah ga mau seperti ini..” Hanifah lirih meminta kepada mertuanya..
”Abah janji ngelepasin Ifah, tapi nanti.. Abah masih ingin menyayangi Ifah dulu..
Abah cuma ingin memberi rasa nyaman yang tidak kamu dapatkan dari Rahmat suamimu..
Abah janji ga akan nyakitin Ifah, asal Ifah nurut sama abah..” rayu Madi berusaha membujuk Ifah..
sambil tangannya mengusap pipi Ifah..
“Cup.. cup.. cup.. Ifah jangan nangis..!” Hibur Madi..” Dan sambil merayu Ifah..
Madi semakin merapatkan posisi tubuh bawahnya ke bagian bawah tubuh Ifah.
Ifan bukannya tidak merasa.. tapi karena posisi tubuhnya yang telentang..
dengan posisi kaki yang mengangkang dengan lutut yang tertekuk..
sementara tubuh mertuanya semakin merangsek ke arah tubuhnya.
Walau tidak menindih perutnya..
tapi Ifah merasakan selangkangannya dirangsek terus oleh bagian bawah tubuh mertuanya..
“Apa yang abah mau dari Ifah..?” Tanya Ifah.. walau dia sebenarnya mengerti apa yang diinginkan mertuanya.
Sama seperti apa yang diinginkan laki-laki terhadap wanita.
"Abah ingin menidurimu.. Menikmati kemolekan tubuhmu Ifah..” jawab Madi girang..
Madi berpikir sepertinya Ifah menyerah dan takluk pada kemauannya..
“Abah ga malu..? Abah ga merasa berdosa..? Ifah kan menantu abah.. Suaminya Rahmat, anak tunggal abah..!?”
Seru Ifah tetap berusaha menyadarkan mertuanya..
“Abah justru sayang sama kamu Ifah, Ifah nurut saja sama abah.. Percaya sama abah.. Abah ga akan nyakitin Ifah..”
Madi sedikit keras suaranya karena hilang kesabaran terhadap tarik ulur yang dilakukan menantunya.
Sementara itu selangkangannya makin mendesak selangkangan menantunya..
Madi tau Ifah tidak memakai celana dalam.. dan itu makin membuat birahinya meninggi..
Karena diapun sama tidak memakai celana dalam juga di balik celana pendeknya itu.
“I.. Iya abah.. Ifah nurut sama abah.. Terserah abah mau apakan Ifah..”
Ifah kembali terisak karena takut akan kemarahan mertuanya.
“Hehehe.. Bagus bagus..! Itu baru menantu pintar..!” Madi terkekeh senang..
Sebentar lagi ia akan merasakan kenikmatan yang lama tidak dirasakannya dari selangkangan wanita..
sejak ditinggal mati istrinya 5 tahun lalu.
Kemudian tangan Madi yang tadinya membelai pipi Ifah turun ke bawah..
ke gundukan buah dada yang masih terhalang daster Ifah..
Walau Ifah posisi telentang tapi buah dada itu terlihat membukit.
“Ahhhh.. Besarnya susumu..” Puji Madi sambil tangannya meremas buah dada itu.
“Ahhhh.. Pelan-pelan bah.. Sakiittt..!” Jerit Ifah tertahan.
“Hehehe.. Maaf.. Maaf Ifah.. Habisnya susu mu itu bikin penasaran.. Besar banget..” Kekeh mesum Madi..
sambil dengan lihainya tangannya membuka kancing daster Ifah.
"Ckckckck.. Bagusnya..” Madi terkagum melihat buah dada Ifah yang perlahan terlihat..
Setelah semua kancing daster Ifah terbuka, Madi langsung menunduk dan menempelkan mulutnya..
tepat di puting susu Ifah yang sebelah kiri..
Slruppp..!! Dan secara perlahan mulutnya mengisap dan mempermainkan puting susu itu.
Sementara tangan kirinya meremas-remas buah dada yang kanan..
Sesekali memilin putingnya yang semakin lama semakin mengeras dan tegak mengacung ke atas..
“Argggggghhh.. Argggggghhhh.. Abah pelan.. Pelan.. Geli..” Ifah menggelinjang.
Rasa geli dan nikmat akibat isapan dan pilinan mertuanya di puting susunya itu..
menggetarkan syaraf-syaraf sensasi di tubuh Ifah.. membuat dia menggelinjang.
Sesekali pantatnya terangkat menahan geli..
yang otomatis menggesek batang di balik celana Madi yang semakin mengeras..
“Hemmm.. hemmm.. Enyak kan sayang..?”
Ucap Madi tanpa menghentikan aktifitasnya mengisap puting susu menantunya.
“Ahhhh.. Ahhhhh.. Ahhhh.. Abah geliiii..!!” Jawab Ifah yang semakin intens menggelinjang.
Dan seolah sudah naluri wanita saat birahi mulai melanda.. Ifah mengangkat pantatnya..
Menyebabkan selangkangannya seolah merangsek batang keras Madi.
Inilah saatnya..!! Gumam Madi dalam hati.. Dia kemudian melepaskan mulutnya dari puting Ifah.
Dia mengangkat tangan Ifah sampai terduduk..
Kemudian tanpa perlawanan.. Madi melepaskan daster bagian atas Ifah yang sudah acak-acakan..
dengan kancing yang sudah terlepas semua.
Setelah terlepas.. Madi membaringkan menantunya kembali..
Kemudian dengan cepat dia memelorotkan celana panjang yang dikenakan Ifah.
"Hehehe.. Nah gitu dong.. nurut sama abah.. Pasti abah kasih yang enak-enak..” ujar Madi sambil terkekeh..
saat melihat Ifah mengangkat pantatnya.. membantu Madi mempermudah melepas celananya.
Kini lengkaplah sudah ketelanjangan Hanifah..
Dasternya sudah terlepas semua dan teronggok di samping kasur kapuk itu..
Hanya jilbab pink yang masih menghias kepalanya..
Lalu tanpa disuruh.. Hanifah langsung merebahkan kembali tubuh polosnya.. matanya sayu menatap mertuanya..
“Heheheh.. Anak pintar..” Madi terkekeh mesum melihat kepasrahan Hanifah..
Matanya menelusuri kepolosan tubuh menantunya itu.. mulai dari muka Hanifah yang cantik tanpa polesan make up..
terus turun ke buah dada Hanifah yang besar dan kencang.. perutnya yang buncit..
Terus ke bawah.. di antara pertemuan pahanya..
Di mana terdapat bulu-bulu hitam yang halus dan jarang-jarang karena Hanifah rajin mencukurnya..
Gleekk.. Madi menelan ludah demi melihat area di bawah bulu-bulu halus itu..
Terlihat puki –memek/vagina– Hanifah yang mukung dan bentuknya yang masih rapat..
dengan berhiaskan kelentit –klitoris/itil– yang mengintip malu-malu..
"Iihhh.. Abah kenapa ngelihatin terus.. Ifah kan malu..!”
Seru lirih Hanifah.. mengagetkan Madi sambil tangannya menutupi selangkangannya.
“Ahhhh.. Luar biasa sempurna kamu Ifah.. Tak salah Rahmat menikahimu..” Madi memuji menantunya itu.
"Dan tak ada salahnya juga kalo sekarang abah ikut menikmatimu..”
Lanjut Madi seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Hanifah..
Dia kemudian mencium kening Hanifah.. membuat Hanifah benar-benar merasa disayangi..
Tangannya yang tadi menutupi selangkangannya terentang ke atas, merangkul tubuh mertuanya..
"Lakukan apa yang abah mau.. Ifah sudah siap..” Ifah mengutarakan kepasrahannya..
Madi tersenyum menanggapinya lalu mendekatkan bibirnya mencium bibir Hanifah, mereka berpagutan mesra.
Lidah Hanifah bergelut dengan lidah Madi.. mereka saling bertukar lidah.. sementara tangan Madi tak tinggal diam..
Satu tangannya menahan bobot tubuhnya.. menjaga agar tidak jatuh menimpa perut buncit Hanifah..
Sementara tangan satunya lagi meremas buah dada Hanifah..
“Ahhhh.. Emmmfff.. Ahhhh..!!” Gumam Hanifah teredam lidah dan bibir Madi.
Setelah puas bertukar liur.. Bibir Madi turun ke bawah ke arah buah dada kiri Hanifah..
Dengan lembut Madi mengisap putingnya yang semakin mengeras..
"Arrrggghhhh.. Geli abah..!” Hanifah menjerit kegelian..
Madi paham.. rupanya puting Hanifah adalah salahsatu titik sensitif di tubuh menantunya itu..
Maka Madi semakin bersemangat mengisap.. meremas dan memilin buah dada Hanifah..
Sehingga terlihat bekas-bekas kemerahan di sekitar buah dada Hanifah.
“Abah nakal.. Geli Bah.. Ifah ga tahan..!” Seru Hanifah ketika mertuanya menghentikan aktifitasnya.
“Tapi enak kan sayang..?” Ledek Madi sambil terkekeh mesum.
“Itu baru permulaan.. Abah akan kasih yang lebih enak yang belum pernah Ifah rasakan sebelumnya..”
Rayu Madi lagi sambil badannya merosot ke bawah..
Kepalanya berada di antara paha Ifah.. dan muka Madi berhadapan langsung dengan puki Ifah..
Tang terlihat menggoda dan mulai lembab..
karena Hanifah terangsang oleh perbuatan Madi terhadap buah dadanya..
Madi pun melihat itu dan tersenyum.. lalu dia mulai mendekatkan wajahnya ke puki Hanifah.
"Ahhh.. Abah mau ngapain..!?” Terkaget Hanifah sambil berusaha merapatkan kedua pahanya..
Tapi itu sia-sia karena kepala Madi sudah mantap berada di antaranya..
“Arggghhhh jangan abah.. Jijik.. Itu kotooor..!!” Hanifah menjerit saat Madi mulai mencium pukinya..
"Hemmmm.. Wangi banget..”
Ujar Madi sambil terus menciumi dan menjulurkan lidahnya menjilati daerah puki Hanifah..
Tak ada secuil pun daerah selangkangan Hanifah yang terlewat oleh jilatan lidah Madi.
"Arrrgggghhhh.. Arrrrrrgggghhhh.. Ahhhhh.. Ahhhh.. Geli.. Geli.. Ahhhh abah jahat.. Abah.. Sudah abah.. Geliiiiii..!”
Jerit Hanifah tak kuat menahan geli akibat perbuatan lidah Madi..
Tubuh putih mulusnya yang kini mulai berkeringat itu menggelinjang tak karuan..
Tangannya menggapai-gapai mencari pegangan..
Sementara Madi semakin bersemangat memainkan lidahnya di puki Hanifah.
Kini lidahnya mulai menyelusup di antara 2 bibir pukinya.. menjilati bagian dalam puki Hanifah yang terasa hangat..
dan sudan sangat basah oleh lendir kewanitaan Hanifah yang bercampur dengan air ludah Madi.
"Abah gelllliiiii..” Hanifah sudah tidak bisa menahan kegeliannya..
ketika dengan lihainya lidah Madi menyentil kelentit Hanifah.
"Arggghhh.. Abah.. Ifah ga kuat abah.. Sudaahhhh..!!” Jerit Hanifah tidak tahan lagi..
Sementara tubuh Hanifah bagian bawah terus mendesakkan selangkangannya ke muka Madi..
Berlawanan dengan jeritannya yang meminta Madi untuk berhenti..
“Abah.. Ifah.. Ga kuat.. Ifah mau pipiiiisssss..!!” Jerit Hanifah seraya pantatnya makin naik ke atas..
mendesakkan pukinya ke wajah Madi dan. Creet.. Creet.. Creeeeeetttt..!!
"Arrrgggghhhhh..!!” Hanifah mengejan.. seiring dengan cairan kenikmatan..
yang menyemprot keluar dari celah pukinya yang langsung dijilat dan disedot habis oleh Madi..
Begitu selesai orgasme Hanifah.. dia tampak terengah kelelahan.. Tampak lemas seperti tak bertulang.
Telentang pasrah begitu saja. Tubuh putih mulusnya terlihat mengkilat karena basah oleh keringat..
Nafasnya ngos-ngosan.. membuat buah dadanya ikut bergerak turun naik.
Sementara daerah selangkangannya terlihat memerah hasil karya mertuanya itu.. pukinya tampak seperti membengkak..
Madi terkekeh melihat menantunya menyerah kepada kenikmatan yang diberikannya.
Dan Madi pun bersiap memposisikan badannya..
Bersiap untuk memberi kenikmatan yang lebih dan lebih lagi kepada menantunya yang cantik itu..!
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------