Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

jos markojos, mantep banget udah rutin lagi nih diupdatenya
tapi masih belum dapet cerita yang sesuai selera (seputra rumah tangga, istri dan cuckold) wkkk
Siapppppp.. trims Adul + Komengnya brada.. hehehe..

:Peace: Ntar deh.. Nubi cek-cek dulu arsip di hardisk yaaa..

Kalo2 aja ada Cerita yang masuk 'kriteria-kriteria'.. baik yang cocok dengan judul trit..
maupun yang sesuai selera brada.. hehehe.
 
Banyak cerita lawas yg pernah aku baca dan sebagian besar lainnya belum pernah aku baca / hilang bahkan.. lanjutkan suhu. Ini jadi semacam arsip memudahkan membaca cerita-cerita dalam 1 thread aja.
:pandapeace: Siaaaaaappp brada @vvigama
Trims juga Adul + Komengnya yaaaa..

Moga Terhibur n KEEP SEMPROT..!!
 
-----------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------

Cerita 198 – Skandal di Rumah Kayu

Bagian 1

"Dek.. Mas pergi dulu ya..!”
Rahmat pamitan kepada istrinya, Hanifah.. yang mengantarnya sampai depan pintu..
Sambil mengelus perut istrinya yang terlihat membuncit pertanda sedang hamil.

"Jaga baik-baik calon anak kita ya..!?” Kata Rahmat sambil mencium perut istrinya.
“Iya mas.. Mas juga hati-hati di laut nanti, ingat kami di rumah..”
Nasihat Hanifah kepada suaminya sambil mencium mesra tangan suaminya itu.

"Wooiii mesra-mesra-an mulu. Ayo.. nanti keburu kelotoknya pergi..!!”
Seru teman-teman Rahmat yang menunggu di atas mobil bak terbuka di pinggir jalan.

Mereka adalah teman-teman Rahmat suami Hanifah.. sesama buruh mooring atau bongkar muat batubara di kapal besar..
yang melakukan kegiatan di laut Satui.. kurang lebih 2 jam perjalanan dari tempat mereka.

Sementara Hanifah hanyalah ibu rumah tangga biasa.. yang dinikahi Rahmat setahun lalu.
Yang kini tinggal di rumah mertuanya.. atau orangtuanya Rahmat yang sudah menduda..
sejak kematian ibunya Rahmat 5 tahun lalu.

Hanifah adalah wanita berumur 22 tahun sekarang.. selisih 2 tahun dengan suaminya.
Seperti kebanyakan wanita yang berasal dari daerah Hulu sungai..
Hanifah diberkahi dengan kulit putih mulus serta wajah yang cantik alami tanpa hiasan make up.

Ditambah dengan jilbab yang selalu menutupi apabila Hanifah keluar rumah.. maka makin lengkaplah kecantikannya.
Bukan hanya para tetangga.. tapi bapak mertuanya sendiri pun mengakui kecantikan Hanifah.
Bukan hanya mengakui.. tapi lambat laun menjadi obsesi birahi yang terpendam.

"Suamimu sudah berangkat Fah..?” Kata mertuanya yang baru datang dari kebun belakang..
mengagetkan Hanifah yang masih menatap kepergian suaminya.

“Sudah bah.. Mungkin sekitar 15 hari-an katanya. Karena ada 2 kapal besar yang harus dibereskan..” ujar Hanifah.
“O.. baguslah.. Rejeki buat calon bayi yang ada di kandunganmu..”

Kata Madi.. bapak mertua Hanifah sambil matanya menatap perut Hanifah yang mulai terlihat membuncit.
“Iya bah.. mudah-mudahn mas Rahmat selalu dilindungi gusti Allah..” ujar Hanifah sambil menutup pintu.

“Kamu mau ke mana Fah..?” Tanya mertuanya.
"Ifah mau mandi bah.. Gerah..” jawab Hanifah sambil berlalu.

Sebenarnya Hanifah sadar akan tatapan jelalatan dari bapak mertuanya.
Tapi dia maklum saja.. mungkin karena mertuanya yang sudah lama menduda.
Yang penting Hanifah selalu berusaha menutupi auratnya.. supaya terhindar dari tatapan mesum dari mertuanya.

Sambil menenteng handuk Hanifah menuju kamar mandi di belakang rumah..
Seperti kebanyakan rumah-rumah di daerah ini yang mayoritas rumahnya berbentuk panggung tinggi..
karena di bawah rumahnya masih rawa-rawa yang kalo musim hujan terkadang sampai banjir..

Dinding rumahnya juga terbuat dari papan dan beratapkan seng atau asbes.. sebagian lagi beratap rumbia..
alasnya juga terbuat dari papan yang disusun rapi.

Sambil bersenandung kecil.. Hanifah mulai membuka bajunya satu per satu sampai telanjang bulat..
sambil menghadap ke arah cermin yang di gantung di dinding papan kamar mandi itu..

Hanifah tersenyum melihat dirinya di cermin sambil bergaya dan berganti-ganti posisi di depan cermin itu.
Ternyata aku ini cantik dan seksi.. gumamnya dalam hati memuji diri sendiri sambil tersenyum tipis.

"Pantas mas Rahmat tak pernah bosan menggelutiku..”
Gumamnya sambil pikirannya menerawang ke masa-masa indah dia bersama suaminya.

Karena asyik mengkhayalkan saat-saat kemesraan bersama suaminya.. Hanifah jadi terlena..
Sehingga tanpa sadar tangannya bergerak sendiri membelai buah dadanya yang ranum membulat.

Ditambah dengan saat ini yang tengah hamil 5 bulan.. maka buah dadanya semakin membesar.
Tak cukup sampai di situ.. tangannya seperti punya mata..
Bergerak membelai semua sisi sensitif dari tubuh mulusnya.. dan berhenti di bawah pusarnya..

Di mana terdapat bulu-bulu halus yang tipis dan jarang-jarang membentuk segitiga..
Yang salahsatu ujungnya bermuara pada lipatan pangkal pahanya..

"Ougghhhh..” Hanifah bergumam lirih..
karena merasakan geli-geli enak saat tangannya bermain di sekitar lipatan pahanya..

Astaqfirullah.. Apa yang aku lakukan..?
Hanifah terkejut sambil refleks menjauhkan tangannya dari celah pahanya..

Ini salah.. Ini dosa.. Astaqfirullah..!!
Hanifah membuyarkan lamunan erotis saat bersama suaminya yang memancing birahi dari dalam tubuhnya.
Mungkin ini pengaruh kehamilanku.. ujar Hanifah membathin.

"Ahh.. untung keburu sadar.. sehingga aku tidak terjebak dalam nafsu sesaat..” ujar Hanifah lagi..
merasa bersyukur dirinya tidak terlambat menyadari kesalahan yang akan dilakukannya.

Tapi Hanifah terlambat untuk menyadari..
Ada sepasang mata yang memperhatikan gerak geriknya sejak dia masuk kamar mandi..
Sehingga semua kegiatan Hanifah terekam jelas oleh sepasang mata pengintip itu.

Ya.. dialah Madi. Bapak mertua Hanifah yang diam-diam mengikuti Hanifah ke kamar mandi.
Kemudian dengan diam-diam pula mengintip setiap kegiatan menantunya itu.

Ya.. dari lubang yang dia buat sendiri jauh-jauh hari sebelumnya..
ketika Hanifah baru pertama datang ke rumah ini setelah dinikahi anaknya.

Bahkan bukan hanya di kamar mandi..
Di dinding kamar Hanifah dan anaknya pun yang bersebelahan dengan kamarnya..
sengaja dinding papannya dilubangi dan ditutup dengan kalender yang menempel di dinding kamarnya..
Sehingga lubang itu tidak akan kentara jika tidak diperhatikan dengan seksama.

Sepasang mata itu terus mengintip tanpa berkedip.. demi melihat tubuh seksi yang basah oleh air..
Perutnya yang membuncit itu tidak mengurangi.. bahkan makin menambah kesan seksi pada diri Hanifah.
Itu yang ada di pikiran mesum Madi.

Ah.. aku harus bisa menidurinya.. memberikan kenikmatan duniawi pada menantuku..
Sayang kalau tubuh mulus dan seksi itu disia-siakan.. tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh anakku..

bisik hati Madi mesum.

Bukan tanpa alasan Madi berpikiran seperti itu..
dia tau kalau anaknya tidak terlalu ahli dalam hal memuaskan istrinya.

Dia tau selama dalam mengintip.. dia belum pernah melihat Hanifah menjerit karena orgasme..
Dan dia selalu melihat kalau anaknya terlalu monoton dalam bersetubuh dengan istrinya.

Aku harus bisa memberikan kenikmatan pada menantuku.. tekad Madi dalam hati..
Sambil matanya tak lepas melihat tubuh seksi itu yang kini berlumuran busa sabun.

Sementara dari dalam kamar mandi masih terdengar suara Hanifah bersenandung.
"Aduuhhh.. Umak abah.. Aduuuhhh.. Ulun takutan.. Ulun takutan.. Disambat urang..
Awak nang ganal masih membujaaanggg..”
senandung Hanifah sambil asyik menyabuni tubuhnya..

Tapi ketika melihat ke arah samping dinding kamar mandi yang berlubang.. Hanifah tersentak kaget.
Karena samar-samar dia melihat seperti ada yang mengintip.

"Aahhh.. Ada yang ngintip..!!”
Jerit Hanifah sambil refleks tangannya menyiramkan air dari gayung yang sedang dipegangnya..

“Siapa itu di luar..!?” Seru Hanifah..
“Abah..!! Ada yang ngintip Ifah..!! Tolong abah..!!” Jerit Hanifah sambil tergopoh mengambil handuknya.

Kemudian ia keluar dari kamar mandi..
berharap bisa mengetahui siapa pengintip yang dengan lancangnya sudah mengintip dia mandi.

"Ada apa Ifah..!?” Mertuanya datang dari belakang.. hanya dengan memakai celana kolor pendek..
Tak terlihat lagi baju salahsatu partai yang tadi dipakainya sebelum Hanifah mandi.

"Ada yang ngintip Ifah, Bah..!! Tadi matanya terlihat dari lubang di dinding itu..!” Seru Hanifah tersedu.
Seakan menahan tangis sambil menunjuk lubang di dinding di mana dia melihat sepasang mata yang mengintipnya.

“Ohh.. Mungkin itu perasaanmu saja Hanifah. Tidak ada siapa-siapa di sini..” jawab mertuanya meyakinkan Hanifah..
Sementara matanya jelalatan melihat tubuh menantunya yang masih menyisakan bekas-bekas sabun..
yang belum terbilas menambah kesan seksi..

Sementara Handuk berwarna putih yang dipakainya hanya sanggup menutupi sebagian dadanya.
Dan ke bawahnya hanya sanggup menutupi paha atasnya.. beberapa senti saja di bawah pangkal pahanya..
Di mana tersembunyi sumber kenikmatan yang diincar Madi.. bapak mertua Hanifah.

“Ga ada siapa-siapa di sini. Daritadi abah di belakang.. ga ada dengar apa-apa juga..”
Madi meyakinkan sambil berusaha mendekap Hanifah yang masih syok atas kejadian yang menimpanya.

Karena merasa perlu mendapat perlindungan..
Hanifah tidak menolak ketika bapak mertuanya mendekat dan merangkul tubuhnya.

“Ifah yakin ada yang mengintip tadi bah..!” Seru Ifah lagi sambil terisak di pelukan mertuanya.
“Cup.. Cup.. cup.. Jangan nangis Fah.. Ada abah di sini..”

Madi menenangkan Hanifah sambil tangannya memeluk Hanifah yang hanya memakai handuk itu.
Sementara tangan Madi membelai-belai punggung Hanifah yang tertutupi handuk..

"Ga pa-pa Ifah.. Abah di sini..” Kembali Madi menenangkan Hanifah.
Sementara tangannya semakin lama semakin intens membelai.
Mulai dari punggung atas sampai pinggang Hanifah.

Ketika tangan Madi mulai membelai punggung bawah Hanifah..
yang berbatasan langsung dengan pantatnya Hanifah seolah tersadar.

"Oh.. Maaf.. Maaf bah.. Hanifah kaget tadi..” katanya seraya melepaskan diri dari pelukan Madi.
"Maaf bah.. Hanifah takut tadi..” Katanya lagi dengan wajah menunduk dan bersemu merah.
Lalu dengan tergesa segera ia masuk kembali ke kamar mandi.

“Apa perlu abah tunggui di sini Fah..?” Kata Madi sambil melongokkan kepalanya ke pintu kamar mandi..
yang tingginya hanya 1 meter saja.. sehingga semua kegiatan Hanifah terlihat dari tempatnya.

"Aahhhh..! Tidak perlu bah.. Hanifah ga pa-pa, ini mau lanjut mandi lagi..”
Jerit Hanifah demi melihat wajah mertuanya.. sementara saat ini dia sudah kembali telanjang bulat.

“He.. he.. He.. Baiklah Hanifah, abah ke belakang lagi aja..” ujar mertuanya sambil terkekeh mesum.

–Nanti disambung lagi, mau ke laut dulu nah.. Cari nafkah.. –

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------

Cerita 198 – Skandal di Rumah Kayu

Bagian 2

Hanifah dengan tergesa
membilas sabun yang masih melekat di tubuhnya.
Bagaimanapun juga rasa takut diintip dan perlakuan mertuanya membuat dia merasa waswas.

Setelah dirasa cukup.. lalu dengan hanya menggunakan handuk putih tadi Hanifah berjalan menuju ke kamarnya..
yang berada di bagian depan rumah di samping ruang tamu.
Dia berjalan melewati kamar mertuanya yang tertutup rapat.

Seperti kebiasaan rumah-rumah di daerah ini.. kamar-kamar biasanya tidak menggunakan pintu.
Tetapi hanya ditutup menggunakan kain panjang yang fungsinya sama seperti pintu.

Begitu juga dengan kamar Hanifah dan juga kamar mertuanya.
"Abah ke mana ya..?” Gumam Hanifah dalam hati sambil berlalu menuju kamarnya.

Di dalam kamar Hanifah langsung melepas handuk yang melindungi tubuhnya sambil mengeringkan tubuhnya..
menggunakan handuk itu, semua bagian tubuhnya tak terlewat merasakan sapuan handuk putih itu.

Sekali lagi.. Hanifah tidak sadar bahwa ada sepasang mata mengintipnya dari lubang dinding kamar..
antara kamar dia dan suaminya dengan kamar mertuanya.

Sepasang mata yang terlihat tidak berkedip menyaksikan Hanifah mulai dari masuk kamar..
sampai saat Hanifah berjongkok di depan lemari sambil memilih pakaian yang akan digunakannya.

Posisi Hanifah yang berjongkok tepat membelakangi posisi lubang intip itu..
membuat si pengintip dengan leluasa memelototi bagian belakang Hanifah..
Terutama bagian pinggang ke bawah.

Luar biasa semoknya.. Mana putih mulus lagi.. nyaris tanpa noda..!
Bisik hati si pengintip mengagumi keindahan tubuh Hanifah.

Sementara yang diintip dengan asyiknya memilih pakaian yang akan dikenakannya sore itu.
Ah, daster panjang ini cocok..” ujar Hanifah setelah dapat apa yang dia cari..
Tapi dalemannya ga ada yang cukup lagi.. ah biarlah ga perlu pake daleman..
toh daster ini cukup lebar dan tidak transparan..
bisik hatinya.

Kemudian dengan tenangnya dia memakai daster yang bawahannya berbentuk celana..
serta atasannya tangan panjang itu dengan kancing-kancing di depan..
Lalu tak lupa Hanifah memakai kerudung warna pink.. senada dengan warna dasternya.

Abah ke mana ya..? Daritadi ga keliatan.. ujar Hanifah dalam hati..
ketika lewat di depan pintu kamar mertuanya yang masih rapat tertutupi kain.

Ah.. lebih baik aku siapkan makan malam dulu..! Sambil berlalu ke arah dapur..
Hanifah melongokkan kepalanya ke arah luar.. sambil berdiri di pintu belakang.

"Lho.. itu kan baju yang tadi siang abah pakai.. masih kotor belum dicuci tapi koq sudah dijemur..?”
Hanifah dengan teliti mengawasi baju mertuanya.

Ada basahan..! Seru hati Hanifah. Berarti tadi yang mengintip itu ..?
Belum selesai Hanifah mengira-ngira.. Sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.

"Kamu kenapa melamun Ifah..?” Suara mertuanya bergetar, sambil tangannya membelai perut Hanifah
"Jangan banyak melamun, tidak baik..!” Serunya lagi..
Sambil dengan nakalnya tangan itu tidak berhenti membelai perut yang mulai membuncit.

“Ah tidak abah.. Ifah tidak melamun..!” Sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya..
“Kamu mau ke mana..? Abah belum puas membelai calon cucu abah..”

Madi tak rela Hanifah lepas dari pelukannya.. Madi makin kuat memeluk Hanifah dari belakang.
"Tenang sayang.. Abah ga akan macam-macam sama kamu.. Abah cuma kangen..!”
Seru Madi sambil tangannya makin kurang ajar membelai perut Hanifah..

"Ahhhh.. Jangan abah.. Itu tidak boleh.. Nanti saja kalo cucu abah sudah lahir..!” Ujar Hanifah memelas..
sambil terus berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya yang semakin nakal membelai..

Bahkan kini bukan hanya perut.. tapi tangan Madi mulai naik ke atas.. membelai dan meremas buah dada Hanifah.
"Aaggghhh.. Jangan Abah.. Inget abah.. Ini Hanifah menantu abah..”

Hanifah memohon sambil terus berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya yang dirasa semakin erat..
"Tenang Ifah.. Abah ga akan nyakitin Ifah.. Abah.. ga akan kasar sama Ifah..!”
Seru Madi sambil terus memeluk dari belakang.

Pelan tapi pasti dengan diselingi rontaan dari Hanifah.. Madi tanpa kesulitan membawa Hanifah menuju ke kamarnya..
“Jangan abah.. Abah mau ngapain sama Ifah..!? Ampun abah..”

Sampai di kamar mertuanya Hanifah tambah takut dan terus meronta.. berusaha melepaskan diri dari pelukan mertuanya..
“Tenang Ifah ga pa-pa.. Ga pa-pa sayang.. Abah janji ga akan nyakitin Ifah..”

Rayu Madi sambil tangannya tetap erat memeluk menantunya dari belakang..
kemudian lututnya ditekuk tepat di belakang lutut Ifah.. seperti pegulat yang berusaha membanting lawannya..

“Arrrggghhhh.. Abah..!!” Ifah kaget.. karena dengan sekejap dia seperti tanpa tenaga..
rubuh di atas kasur kapuk mertuanya yang digelar di lantai..

“Hehehe.. Makanya jangan melawan abah.. Kamu nurut apa kata abah.. Abah ga akan menyakiti kamu..”
Madi terkekeh kemudian menempatkan dirinya di antara 2 kaki Hanifah yang dia rentangkan dengan paksa..
"Ampun abah.. Jangan sakiti Ifah.. Ifah menantu abah..!” Hanifah merengek berusaha meminta belas kasihan mertuanya..

"Hehehe.. Tenang Ifah.. Abah ga akan nyakitin Ifah.. Abah cuma kasihan sama Ifah..
Abah tau suamimu tidak bisa memuaskanmu. Abah tau Ifah.. kamu belum pernah merasakan seperti apa lelaki jantan itu..”
Madi merayu Hanifah sambil tangannya membelai pipi Hanifah yang mulai meneteskan air mata.

“Abah ga akan nyakitin Ifah kan..?” Ifah bertanya sambil terisak..
Madi mengangguk sambil tersenyum.. berusaha semanis mungkin agar menantunya tenang dan tidak berusaha melawan lagi..

“Kalo gitu lepaskan Ifah.. Ifah takut.. Ifah ga mau seperti ini..” Hanifah lirih meminta kepada mertuanya..
”Abah janji ngelepasin Ifah, tapi nanti.. Abah masih ingin menyayangi Ifah dulu..
Abah cuma ingin memberi rasa nyaman yang tidak kamu dapatkan dari Rahmat suamimu..
Abah janji ga akan nyakitin Ifah, asal Ifah nurut sama abah..” rayu Madi berusaha membujuk Ifah..
sambil tangannya mengusap pipi Ifah..

“Cup.. cup.. cup.. Ifah jangan nangis..!” Hibur Madi..” Dan sambil merayu Ifah..
Madi semakin merapatkan posisi tubuh bawahnya ke bagian bawah tubuh Ifah.

Ifan bukannya tidak merasa.. tapi karena posisi tubuhnya yang telentang..
dengan posisi kaki yang mengangkang dengan lutut yang tertekuk..
sementara tubuh mertuanya semakin merangsek ke arah tubuhnya.

Walau tidak menindih perutnya..
tapi Ifah merasakan selangkangannya dirangsek terus oleh bagian bawah tubuh mertuanya..

“Apa yang abah mau dari Ifah..?” Tanya Ifah.. walau dia sebenarnya mengerti apa yang diinginkan mertuanya.
Sama seperti apa yang diinginkan laki-laki terhadap wanita.

"Abah ingin menidurimu.. Menikmati kemolekan tubuhmu Ifah..” jawab Madi girang..
Madi berpikir sepertinya Ifah menyerah dan takluk pada kemauannya..

“Abah ga malu..? Abah ga merasa berdosa..? Ifah kan menantu abah.. Suaminya Rahmat, anak tunggal abah..!?”
Seru Ifah tetap berusaha menyadarkan mertuanya..

“Abah justru sayang sama kamu Ifah, Ifah nurut saja sama abah.. Percaya sama abah.. Abah ga akan nyakitin Ifah..”
Madi sedikit keras suaranya karena hilang kesabaran terhadap tarik ulur yang dilakukan menantunya.

Sementara itu selangkangannya makin mendesak selangkangan menantunya..
Madi tau Ifah tidak memakai celana dalam.. dan itu makin membuat birahinya meninggi..
Karena diapun sama tidak memakai celana dalam juga di balik celana pendeknya itu.

“I.. Iya abah.. Ifah nurut sama abah.. Terserah abah mau apakan Ifah..”
Ifah kembali terisak karena takut akan kemarahan mertuanya.

“Hehehe.. Bagus bagus..! Itu baru menantu pintar..!” Madi terkekeh senang..
Sebentar lagi ia akan merasakan kenikmatan yang lama tidak dirasakannya dari selangkangan wanita..
sejak ditinggal mati istrinya 5 tahun lalu.

Kemudian tangan Madi yang tadinya membelai pipi Ifah turun ke bawah..
ke gundukan buah dada yang masih terhalang daster Ifah..
Walau Ifah posisi telentang tapi buah dada itu terlihat membukit.

“Ahhhh.. Besarnya susumu..” Puji Madi sambil tangannya meremas buah dada itu.
“Ahhhh.. Pelan-pelan bah.. Sakiittt..!” Jerit Ifah tertahan.

“Hehehe.. Maaf.. Maaf Ifah.. Habisnya susu mu itu bikin penasaran.. Besar banget..” Kekeh mesum Madi..
sambil dengan lihainya tangannya membuka kancing daster Ifah.
"Ckckckck.. Bagusnya..” Madi terkagum melihat buah dada Ifah yang perlahan terlihat..

Setelah semua kancing daster Ifah terbuka, Madi langsung menunduk dan menempelkan mulutnya..
tepat di puting susu Ifah yang sebelah kiri..
Slruppp..!! Dan secara perlahan mulutnya mengisap dan mempermainkan puting susu itu.

Sementara tangan kirinya meremas-remas buah dada yang kanan..
Sesekali memilin putingnya yang semakin lama semakin mengeras dan tegak mengacung ke atas..
“Argggggghhh.. Argggggghhhh.. Abah pelan.. Pelan.. Geli..” Ifah menggelinjang.

Rasa geli dan nikmat akibat isapan dan pilinan mertuanya di puting susunya itu..
menggetarkan syaraf-syaraf sensasi di tubuh Ifah.. membuat dia menggelinjang.

Sesekali pantatnya terangkat menahan geli..
yang otomatis menggesek batang di balik celana Madi yang semakin mengeras..

“Hemmm.. hemmm.. Enyak kan sayang..?”
Ucap Madi tanpa menghentikan aktifitasnya mengisap puting susu menantunya.

“Ahhhh.. Ahhhhh.. Ahhhh.. Abah geliiii..!!” Jawab Ifah yang semakin intens menggelinjang.
Dan seolah sudah naluri wanita saat birahi mulai melanda.. Ifah mengangkat pantatnya..
Menyebabkan selangkangannya seolah merangsek batang keras Madi.

Inilah saatnya..!! Gumam Madi dalam hati.. Dia kemudian melepaskan mulutnya dari puting Ifah.
Dia mengangkat tangan Ifah sampai terduduk..

Kemudian tanpa perlawanan.. Madi melepaskan daster bagian atas Ifah yang sudah acak-acakan..
dengan kancing yang sudah terlepas semua.

Setelah terlepas.. Madi membaringkan menantunya kembali..
Kemudian dengan cepat dia memelorotkan celana panjang yang dikenakan Ifah.

"Hehehe.. Nah gitu dong.. nurut sama abah.. Pasti abah kasih yang enak-enak..” ujar Madi sambil terkekeh..
saat melihat Ifah mengangkat pantatnya.. membantu Madi mempermudah melepas celananya.

Kini lengkaplah sudah ketelanjangan Hanifah..
Dasternya sudah terlepas semua dan teronggok di samping kasur kapuk itu..
Hanya jilbab pink yang masih menghias kepalanya..

Lalu tanpa disuruh.. Hanifah langsung merebahkan kembali tubuh polosnya.. matanya sayu menatap mertuanya..
“Heheheh.. Anak pintar..” Madi terkekeh mesum melihat kepasrahan Hanifah..

Matanya menelusuri kepolosan tubuh menantunya itu.. mulai dari muka Hanifah yang cantik tanpa polesan make up..
terus turun ke buah dada Hanifah yang besar dan kencang.. perutnya yang buncit..

Terus ke bawah.. di antara pertemuan pahanya..
Di mana terdapat bulu-bulu hitam yang halus dan jarang-jarang karena Hanifah rajin mencukurnya..
Gleekk.. Madi menelan ludah demi melihat area di bawah bulu-bulu halus itu..

Terlihat puki –memek/vagina– Hanifah yang mukung dan bentuknya yang masih rapat..
dengan berhiaskan kelentit –klitoris/itil– yang mengintip malu-malu..

"Iihhh.. Abah kenapa ngelihatin terus.. Ifah kan malu..!”
Seru lirih Hanifah.. mengagetkan Madi sambil tangannya menutupi selangkangannya.

“Ahhhh.. Luar biasa sempurna kamu Ifah.. Tak salah Rahmat menikahimu..” Madi memuji menantunya itu.
"Dan tak ada salahnya juga kalo sekarang abah ikut menikmatimu..”
Lanjut Madi seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Hanifah..

Dia kemudian mencium kening Hanifah.. membuat Hanifah benar-benar merasa disayangi..
Tangannya yang tadi menutupi selangkangannya terentang ke atas, merangkul tubuh mertuanya..

"Lakukan apa yang abah mau.. Ifah sudah siap..” Ifah mengutarakan kepasrahannya..
Madi tersenyum menanggapinya lalu mendekatkan bibirnya mencium bibir Hanifah, mereka berpagutan mesra.

Lidah Hanifah bergelut dengan lidah Madi.. mereka saling bertukar lidah.. sementara tangan Madi tak tinggal diam..
Satu tangannya menahan bobot tubuhnya.. menjaga agar tidak jatuh menimpa perut buncit Hanifah..

Sementara tangan satunya lagi meremas buah dada Hanifah..
“Ahhhh.. Emmmfff.. Ahhhh..!!” Gumam Hanifah teredam lidah dan bibir Madi.

Setelah puas bertukar liur.. Bibir Madi turun ke bawah ke arah buah dada kiri Hanifah..
Dengan lembut Madi mengisap putingnya yang semakin mengeras..
"Arrrggghhhh.. Geli abah..!” Hanifah menjerit kegelian..

Madi paham.. rupanya puting Hanifah adalah salahsatu titik sensitif di tubuh menantunya itu..
Maka Madi semakin bersemangat mengisap.. meremas dan memilin buah dada Hanifah..
Sehingga terlihat bekas-bekas kemerahan di sekitar buah dada Hanifah.

“Abah nakal.. Geli Bah.. Ifah ga tahan..!” Seru Hanifah ketika mertuanya menghentikan aktifitasnya.
“Tapi enak kan sayang..?” Ledek Madi sambil terkekeh mesum.

“Itu baru permulaan.. Abah akan kasih yang lebih enak yang belum pernah Ifah rasakan sebelumnya..”
Rayu Madi lagi sambil badannya merosot ke bawah..

Kepalanya berada di antara paha Ifah.. dan muka Madi berhadapan langsung dengan puki Ifah..
Tang terlihat menggoda dan mulai lembab..
karena Hanifah terangsang oleh perbuatan Madi terhadap buah dadanya..

Madi pun melihat itu dan tersenyum.. lalu dia mulai mendekatkan wajahnya ke puki Hanifah.
"Ahhh.. Abah mau ngapain..!?” Terkaget Hanifah sambil berusaha merapatkan kedua pahanya..

Tapi itu sia-sia karena kepala Madi sudah mantap berada di antaranya..
“Arggghhhh jangan abah.. Jijik.. Itu kotooor..!!” Hanifah menjerit saat Madi mulai mencium pukinya..

"Hemmmm.. Wangi banget..”
Ujar Madi sambil terus menciumi dan menjulurkan lidahnya menjilati daerah puki Hanifah..

Tak ada secuil pun daerah selangkangan Hanifah yang terlewat oleh jilatan lidah Madi.
"Arrrgggghhhh.. Arrrrrrgggghhhh.. Ahhhhh.. Ahhhh.. Geli.. Geli.. Ahhhh abah jahat.. Abah.. Sudah abah.. Geliiiiii..!”

Jerit Hanifah tak kuat menahan geli akibat perbuatan lidah Madi..
Tubuh putih mulusnya yang kini mulai berkeringat itu menggelinjang tak karuan..

Tangannya menggapai-gapai mencari pegangan..
Sementara Madi semakin bersemangat memainkan lidahnya di puki Hanifah.

Kini lidahnya mulai menyelusup di antara 2 bibir pukinya.. menjilati bagian dalam puki Hanifah yang terasa hangat..
dan sudan sangat basah oleh lendir kewanitaan Hanifah yang bercampur dengan air ludah Madi.

"Abah gelllliiiii..” Hanifah sudah tidak bisa menahan kegeliannya..
ketika dengan lihainya lidah Madi menyentil kelentit Hanifah.

"Arggghhh.. Abah.. Ifah ga kuat abah.. Sudaahhhh..!!” Jerit Hanifah tidak tahan lagi..
Sementara tubuh Hanifah bagian bawah terus mendesakkan selangkangannya ke muka Madi..
Berlawanan dengan jeritannya yang meminta Madi untuk berhenti..

“Abah.. Ifah.. Ga kuat.. Ifah mau pipiiiisssss..!!” Jerit Hanifah seraya pantatnya makin naik ke atas..
mendesakkan pukinya ke wajah Madi dan. Creet.. Creet.. Creeeeeetttt..!!

"Arrrgggghhhhh..!!” Hanifah mengejan.. seiring dengan cairan kenikmatan..
yang menyemprot keluar dari celah pukinya yang langsung dijilat dan disedot habis oleh Madi..

Begitu selesai orgasme Hanifah.. dia tampak terengah kelelahan.. Tampak lemas seperti tak bertulang.
Telentang pasrah begitu saja. Tubuh putih mulusnya terlihat mengkilat karena basah oleh keringat..

Nafasnya ngos-ngosan.. membuat buah dadanya ikut bergerak turun naik.
Sementara daerah selangkangannya terlihat memerah hasil karya mertuanya itu.. pukinya tampak seperti membengkak..
Madi terkekeh melihat menantunya menyerah kepada kenikmatan yang diberikannya.

Dan Madi pun bersiap memposisikan badannya..
Bersiap untuk memberi kenikmatan yang lebih dan lebih lagi kepada menantunya yang cantik itu..!

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
 
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------

Cerita 198 – Skandal di Rumah Kayu

Bagian 3

Madi dengan tergesa
meloloskan celana kolornya..
membebaskan batang kemaluannya yang sedari awal sudah tegak mengeras..

"Astaga.. Abah koq itunya besar sekali..!?” Hanifah terkaget menyaksikan senjata Madi..
yang tegak mengacung dengan ukuran yang cukup besar dan panjang..
Warnanya yang hitam membuatnya terlihat semakin sangar..

“He.. he.. he.. he.. Bagus kan..?” Dengan bangga Madi semakin memamerkan senjatanya..
di depan menantunya itu yang masih tergolek lemah karena kelelahan.

"Pasti lebih besar dari punya suamimu kan..?”
Ego Madi keluar demi melihat Ifah yang memandang senjatanya dengan tidak berkedip.

“Apa sebesar itu bisa masuk ke punya Ifah..?” Ifah bertanya ke mertuanya..
Hatinya merasa tidak karuan.. ada perasaan kagum.. takut dan waswas bercampur menjadi satu.

“He.. he.. he.. Ifah tenang saja.. Abah sudah pengalaman dengan wanita.. Jadi Ifah ga usah takut..
Biar punya Abah terlihat sangar.. tapi ini bisa membuat Ifah keenakan..” hibur Madi..
sambil mengelus batang kemaluannya membuatnya semakin mengeras dan sudah siap tempur.

“Tapi Ifah masih takut bah.. Ifah takut.. punya abah besar banget.. Panjang juga..
Nanti bayi di perut Ifah kenapa-napa..!” Keluh Ifah memelas..

Sepertinya rasa takut mulai perlahan mengalahkan birahi Ifah..
yang tadi sempat meninggi bahkan telah sampai puncaknya..

Sementara Madi demi melihat Ifah ketakutan seperti itu bukannya merasa kasihan..
Dia malah memantapkan posisinya kembali..
Bertumpu di atas lutut di antara kedua paha Ifah yang masih terkangkang lebar..

Sementara dari lubang kemaluannya terlihat masih lembab..
karena masih mengeluarkan sisa-sisa cairan bekas orgasme tadi..
Dan bulu-bulu tipisnya pun terlihat masih basah kelimis akibat dari perbuatan Madi sebelumnya..

"Ifah santai saja.. Abah ga mungkin nyakitin Ifah.. Abah sayang sama Ifah.. Abah juga sayang sama cucu Abah..”
Hibur Madi sambil memposisikan kepala butuh.. –penis/kontol–nya..
di antara 2 bibir kemaluan Ifah yang bentuknya terlihat masih rapat itu.

"Ifah takut abah.. Ini kan punya mas Rahmat anak abah..” cegah Ifah..
sambil menutup kemaluannya dengan kedua tangannya..
membuat kepala butuh abah Madi yang sudah bersiap menembus celah kemaluan Ifah menjadi terhalang..

Madi sebenarnya jengkel dengan tarik ulur yang dilakukan menantunya ini..
Tapi dia sadar.. menantunya ini seperti batu mulia yang baru ditambang..
setelah digosok dan diolah sedemikian rupa maka akan menjadi lebih berharga.

Maka.. walau pun jengkel dan marah karena menahan nafsu birahi yang sudah di ubun-ubun itu..
Madi pun mencoba merayu Ifah kembali. Dia beranjak dari posisinya yang di antara kangkangan paha Ifah..

Lalu dia berbaring di samping menantunya itu yang posisi baringnya langsung berubah menyamping..
membelakangi mertuanya. "Ga pa-pa sayang.. Jangan takut, abah ga mungkin menyakiti Ifah..”
Hibur Madi sambil berbaring di belakang Ifah dan dia memeluk menantunya itu dari belakang.

"Abah sayang sama Ifah kan..? Abah sayang sama mas Rahmat kan..?
Abah juga sayang sama calon cucu abah di perut Ifah kan..?” Pertanyaan Ifah seolah memberondong Madi.
"Iya Ifah.. Abah sayang sama kalian semua..” Jawab Madi.

"Kalo abah sayang berarti abah jangan keterusan sama Ifah.. Ifah ga tega mengkhianati mas Rahmat..” jawab Ifah..
Madi terdiam, dia berpikir berusaha mencari jawaban yang tepat..

Sekian lama dia terdiam tapi tidak bisa mendapatkan alasan yang tepat..
agar Ifah bisa tergoda dan jatuh ke dalam rangkuman birahinya.. “Ya sudahlah kalo gitu..” ujar Madi..

"Abah ga akan maksa Ifah. Tapi biarkan abah puas memeluk Ifah sepert ini..” sambung Madi..
sambil tangannya tetap memeluk Ifah dari belakang dan membelai-belai perut Ifah..
Sementara posisi badan bagian depannya semakin merapat di tubuh Ifah.

"Iya boleh abah.. Ifah senang dipeluk.. Terasa nyaman.. Tapi Ifah mohon jangan keterusan seperti tadi..
Ifah ga mau mengkhianati mas Rahmat..” jawab Ifah mengizinkan Madi memeluk dan membelai-belai perutnya.

Hening beberapa saat.. Mertua dan menantu itu seolah larut dalam pikirannya masing-masing.
Sementara.. tangan Madi masih aktif membelai perut Ifah..

Sesekali dengan sengaja tangan Madi disenggolkan ke buah dada Ifah..
Berharap nafsu birahi Ifah tergugah kembali.

Sementara itu.. tubuhnya semakin merapat di tubuh Ifah..
otomatis kemaluan Madi pun tergencet di antara tubuhnya dan punggung Ifah..

"Aduh..!” Gumam Madi membuyarkan lamunan Ifah..
“Kenapa abah..?” Tanya Ifah terkaget..

"Butuh abah sakit kegencet punggung Ifah..” jawab Madi.. Ifah hanya tersenyum.
"Lalu gimana bah..?” Tanya Ifah lagi..

"Abah selipin di sini aja ya sayang.. Biar ga kegencet..” ujar Madi..
sambil tangannya mengarahkan batang penisnya menelusup di sela-sela paha Ifah..

"Aauuuwww..!! Ihhh geliii.. Abah..!”
Ifah terpekik karena kepala penis itu bergerak seolah menggesek bibir kemaluannya.

"He.. he.. he.. daripada punya abah sakit tergencet punggung Ifah.. mending dijepit sama paha Ifah..
Kan abahnya enak..” Madi menjelaskan sambil tersenyum mesum..
"Iya ga pa-pa bah.. Asal jangan dimasukin.. Ini punya mas Rahmat.. Anak abah..” Ifah mengingatkan..

Dia pasrah atas kenakalan mertuanya itu, karena dia sendiri merasa tenang dan nyaman di pelukan Madi..
Satu hal yang sebenarnya dia inginkan dari suaminya..

Pelukan suaminya saat mereka selesai berhubungan badanlah yang diinginkan Ifah..
tapi suaminya seolah tidak pernah mengerti kemauan Ifah.
Biasanya suaminya langsung tertidur pulas setelah selesai menunaikan kewajibannya..

Ifah membiarkan mertuanya memeluk dan menempatkan batang penisnya di antara pahanya..
Walaupun Ifah merasa penis mertuanya ini sesekali menggesek dan menyundul bibir kemaluannya..
Tapi Ifah diam saja..
Baginya rasa tenang dan nyaman di pelukan mertuanya lebih berarti dibanding kenakalan mesum mertuanya..

Ifah pun membiarkan saja ketika tangan nakal mertuanya mulai berpindah..
yang tadinya hanya membelai perut buncitnya, sekarang menjadi naik membelai buah dadanya..

"Iihh.. Koq tangan abah nakal..!?”
Seru Ifah tanpa berusaha memindahkan tangan mertuanya dari buah dadanya..

“He.. he.. he.. Tapi Ifah suka kan..?” Mertuanya menjawab mesum..
“Geli bah..” Jawab Ifah sambil menggelinjang.. dan akibatnya kepala penis Madi pun terarah ke belahan puki Ifah..

“ Auuuuwwww..!! Abah itu hampir masuk..!!” Jerit Ifah sambil tangannya memegang batang penis mertuanya..
berusaha menjauhkannya dari lubang kemaluannya..

“Biarin masuk Fah.. Abah sudah ga tahan..” bisik Madi sambil berusaha menekan pantatnya ke depan..
mendesak pantat Ifah.. berharap kepala penisnya yang sudah tepat sasaran itu bisa masuk.. membelah bibir kemaluan Ifah..
sambil tangan Madi semakin lincah membelai.. meremas serta memilin puting dan buah dada Ifah.

"Jangan abah.. Ingat janji abah tadi..!?” Seru Ifah mengingatkan.. sementara tubuhnya tetap menggelinjang kegelian..
akibat perbuatan nakal tangan mertuanya serta gesekan-gesekan batang penis mertuanya..
tepat di daerah belahan antara lubang pembuangan dan kemaluan Ifah..

"Auuuwwww.. Geliiii.. Arrrggghhhh.. Abah..!” Jerit Ifah tertahan..
sementara Madi terus berusaha mengoyak pertahanan Hanifah dengan menggoyangkan pantatnya maju-mundur..
Namun usahanya untuk bisa memasukkan kepala penisnya masih gagal.. karena terhalangi oleh tangan Hanifah..

“Aggghhhh.. Ouggghhhh.. Enak banget sayang.. Singkirkan tanganmu sayang.. Singkirkan tanganmu..!”
Gumam Madi keenakan berusaha mempengaruhi Hanifah..
dengan kata-kata dan goyangan maju-mundur batang penisnya di bibir kemaluan Hanifah.

"Aggghhhhh.. Agggghhhhhh.. Agggghhhh..” Ifah mendesah dan menggelinjang kegelian..
karena gesekan-gesekan batang penis mertuanya di daerah kemaluannya.. serta remasan tangan mertuanya di buah dadanya..

Hampir saja Ifah terlena dan membiarkan batang penis mertuanya menelusup masuk ke lubang kemaluannya..

Namun sisi setia seorang istri terhadap suaminya.. juga rasa ngeri karena melihat besar dan panjang..
serta kekerasan penis mertuanya itu.. membuat tangannya tetap bertahan..
Menghalangi kepala penis mertuanya untuk bisa masuk ke dalam kemaluannya..

Hingga tak berapa lama .. "Arrrggghhhh.. Kenapa Ifah..?”
Madi sedikit terpekik karena batang penisnya digenggam dengan kuat oleh Ifah..

Batang penis yang telah basah dan licin oleh cairan kewanitaan Ifah yang merembes keluar..
akibat gesekan-gesekan dengan penis mertuanya itu dengan mantap digenggam oleh Ifah.

"Kenapa sayang..?” Tanya Madi heran..
“Abah boleh melakukan apa saja sama Ifah.. cuma saat ini Ifah ga bisa bah.. Ifah belum siap..” Jawab Ifah pelan.

Dia tak mau membuat mertuanya marah..
tapi dia juga saat ini belum bisa membiarkan mertuanya melampiaskan nafsu syahwatnya.

"Lalu kapan Ifah siap..?” Tanya Madi sambil tangannya kembali membelai perut menantunya itu.
“Ifah ga bisa janji.. Cuma kalo Ifah sudah siap.. Ifah pasti bilang ke Abah.. Ifah janji..”
Jawab Ifah berusaha meyakinkan mertuanya..

"Heeuuummm.. Ya sudahlah kalo Ifah belum siap saat ini, abah ga bisa maksa..”
Ucap Madi sambil menarik nafas panjang tanda kecewa..

“Tapi kepala abah jadi puyeng karena belum puas. Abah belum keluar.. Ifah enak..
tadi sudah abah bikin orgasme sampe keluarnya banyak..”
keluh Madi seolah meminta Ifah membayar hutangnya saat itu juga.

“Apa yang bisa Ifah lakukan supaya abah juga bisa puas.. Bisa keluar..?” Tanya Ifah.
Bagaimanapun Ifah merasa kasihan melihat mertuanya yang memelas minta dipuaskan.

"Ifah jilatin punya Abah, mau..?” Pinta Madi..
“Haahhh.. Iih.. ga ah bah.. Jijik.. Jorok.. Itu kan buat pipis..!!?”
Ifah kaget sambil bergidik menjawab permintaan mertuanya itu..

Bagaimana mungkin dia menjilati penis mertuanya.. dengan suaminya aja dia belum pernah..
karena mereka berpikir itu adalah hal yang tidak wajar dilakukan..

"Kenapa jijik sayang..? Abah aja tadi ga jijik jilatin puki kamu..”
Balas Madi vulgar.. berharap Ifah terpancing kata-katanya..

"Ya.. abah aja yang ga jijik.. Kalo Ifah sih ga mau jilatin punya abah.. Ifah jijik..” Jawab Ifah sambil kembali bergidik..
"Terus gimana dong cara Ifah puasin abah..?” Tanya Madi..

Sementara obrolan mereka berlangsung, posisi mereka sama sekali tidak berubah..
Madi masih memeluk Ifah dari belakang.. sambil tangannya tetap intens membelai perut Ifah..

Sementara tangan Ifah masih dengan kuatnya menggenggam batang penis Madi..
seolah takut terlepas dan langsung nyelonong masuk tanpa permisi..

"Kalo Ifah kocokin gimana..?” Tawar Ifah tanpa sadar dia berkata seperti itu mukanya bersemu merah..
menahan malu karena menawarkan kenikmatan tangannya kepada mertuanya..

"Hmmmm bolehlah.. mudah-mudahan abah bisa puas jadi puyeng abah bisa hilang..” jawab Madi dengan senang..
Dalam hatinya dia berharap ini hanya permulaan dari sebuah penyerahan diri secara total dari menantunya itu.

Lalu tanpa diperintah.. tangan Ifah membelai batang penis Madi.. bergerak maju-mundur dengan lancar..
karena dibantu oleh cairan kewanitaan Ifah yang tadi sempat membanjir dan membasahi batang penis mertuanya itu..

Sementara Madi hanya menyeringai mesum melihat tingkah menantunya..
Batang penisnya semakin mengeras akibat kocokan tangan menantunya itu..

"Tangan Ifah pegel bah.. Abah masih lamakah keluarnya..?”
Tanya Ifah setelah sekitar 5 menit memaju-mundurkan tangannya..

“Sebentar lagi Ifah.. Abah baru ngerasa enak.. Tapi biasanya ga lama lagi..” Madi berusaha menyemangati menantunya..
“Tapi tangan Ifah pegal bah..” Rengek Ifah.

"Kalo gitu ganti posisi aja gimana..?” tawar Madi..
“Boleh bah..” Jawab Ifah sambil membalikkan badannya menghadap mertuanya..

"Gini aja ya bah..?” Tawar Ifah sambil tangannya kembali menggenggam penis Madi yang tambah mengeras itu..
"Iya gini enak..” jawab Madi..
Matanya jelalatan mengamati tubuh polos menantunya yang berbaring miring menghadap dirinya..

Tangan Madi pun langsung membelai buah dada menantunya itu..
Kemudian memilin putingnya yang semakin tegak mengacung..

“Ahhhh.. Susu Ifah jangan dipelintir, bah.. Geli..” Ucap Ifah sambil mendesah..
"Ga pa-pa sayang, biar abah cepat keluar..” jawab Madi seolah tak peduli protes menantunya..

Malahan Madi mendekatkan bibirnya dan kembali melumat bibir Ifah..
"Hmmmmppffff.. Abah..!?” Ifah terkaget, namun tak bisa menghindari serbuan bibir mertuanya..

Madi terus saja melumat bibir Ifah sambil berusaha mendesakkan lidahnya ke dalam mulut Ifah..
Mengajak lidah Ifah menari dalam gejolak birahinya..

“Hmmmppfff.. Haahhh.. haahhhh.. haahhh..” Bunyi nafas Ifah ketika bibirnya terlepas dari serbuan lidah Madi..
“Abah ganas banget.. Ifah sampai kehabisan nafas..!” Protes Ifah..

“Heheheh.. Abah sudah ga tahan sayang.. Abah gemes banget..” jawab Madi terkekeh..
"Abah masih lama keluarnya..!? Tangan Ifah sudah pegell banget..!” Keluh Ifah..

"Ga tau ya sayang.. Mungkin ga cukup dikocok tangan..” Jawab Madi memelas..
"Hmmmm.. Gimana ya..!? ya udah deh.. Ifah jilatin aja..” Jawab Ifah yang disambut Madi dengan sumringah..

“Bagus sayang.. Ayo dimulai sekarang..” jawab Madi tidak sabar..
“Tapi gimana caranya..? Ifah kan belum pernah..” tanya Ifah lagi..

“Gini aja.. Ifah nungging aja sini dekat butuh abah.. Lalu Ifah coba jilatin..”
Perintah Madi sambil menggeser posisi badannya ke pinggir kasur dan memberi ruang buat Ifah..

Ifah menurut perintah mertuanya.. tanpa ragu dia menungging di samping..
sejajar dengan tubuh mertuanya yang berbaring telentang..

Posisi wajahnya tepat menghadap batang penis Madi yang tegak mengacung..
sementara pantatnya membelakangi wajah Madi..

“Ifah naik aja ke atas abah.. Biar sekalian abah jilatin lagi biar Ifah tambah puas..” Perintah Madi.
Entah didorong oleh nafsu.. rasa kasihan ataukah keinginan supaya semuanya cepat selesai..
Ifah tanpa membantah langsung naik ke atas tubuh Madi dengan bertumpukan lutut dan tangannya.

Madi membantu dengan memposisikan wajahnya tepat di bawah kangkangan paha Ifah..
sehingga wajahnya berhadapan langsung dengan kemaluan Ifah.

“Nah sekarang Ifah jilatin butuh abah.. Biar abah juga jilatin puki Ifah..” perintah Madi.
Tanpa membantah Ifah menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati batang kejantanan mertuanya..

Mula-mula jilatan pendek seolah mengecap rasanya.
Lama-lama jilatan Ifah mulai intens di sepanjang batang penis Madi..

Ternyata rasanya biasa aja. Tidak menjijikkan seperti yang kubayangkan sebelumnya.. Ifah berkata dalam hati..
"Ahhhh.. Ahhhhhh.. Ahhhhh.. Bagus Ifah.. Ahhhh.. Enak banget.. Kamu pintar sayang..”
Madi memuji dan menyemangati menantunya..

Demi mendengar pujian dari mertuanya, Ifah semakin bersemangat menjilati kemaluan mertuanya..
Bukan hanya batangnya.. tapi kepala dan pangkal penis Madi pun tak luput dari jilatannya..
Membuat batang penis itu semakin tegak mengeras dan basah berkilat oleh liur Hanifah..

“Ayo dikulum sayang.. Pasti lebih enak..” Perintah Madi..
Tanpa membantah Hanifah langsung memasukkan batang penis itu ke mulutnya..
Dan secara naluriah.. Ifah mulai mengemut dan memaju-mundurkan mulutnya..

"Ahhhh.. Nikmat banget.. Kamu pintar sayang..” Desah Madi keenakan..
Tak hanya diam.. Madi pun mulai membenamkan wajahnya di selangkangan menantunya..

Lidahnya melata.. membelai dan menjilati daerah sekitar kemaluan menantunya..
Dengan nakal lidahnya menjelajah menelusup di celah bibir kemaluan Hanifah..

"Ouggghhhh.. Aggghhhh.. Enyak bah..!!”
Gumam Hanifah tak jelas karena mulutnya masih tersumpal penis mertuanya..

Ifah pun tak mau kalah.. selain mulutnya dimaju-mundurkan..
lidahnya pun sambil dimainkan membelai kepala penis mertuanya. Membuat Madi mendesah keenakan.

"Ahhhhh.. ahhhh.. Menantu pintar..!!” Puji Madi sementara lidahnya semakin terjulur..
menyentil-nyentil itil Hanifah yang mulai mengeras dan semakin menjorok keluar..

“ Ahhhhhh.. Abah.. Ifah ga kuuuattttt.. Ifah pipiiiiisssss..!” Jerit Ifah.. sampai penis mertuanya keluar dari mulutnya..
sementara pantat Ifah ditekan ke bawah membuat wajah mertuanya semakin terbenam di kemaluannya..

"Ahhhhh.. Ahhhhh.. Arrrgggghhhhh..!!” Jerit Ifah dan Creet.. creeettt.. creeeettttt..
Tigakali semburan dari dalam kewanitaan Ifah membasahi wajah mertuanya..
yang dengan sigap langsung menjilati cairan yang menyemprot itu..

“Udah abah.. Udah.. Geli..!” Jerit Ifah sambil menghempaskan tubuhnya telentang di samping Madi..
Sementara Madi dengan sigap bangun dari posisinya dan langsung menempatkan dirinya di antara 2 kaki Hanifah.

Tangannya mengangkangkan paha Hanifah.. sementara batang penisnya yang sudah sangat basah dan keras itu..
diarahkan ke celah sempit tepat di tengah-tengah selangkangan Hanifah..

Ini kesempatan terakhir.. Jangan sampai gagal lagi..!! Bisik hati Madi..
Dia sangat senang karena sebentar lagi pasti bisa melesakkan batang penisnya itu ke memek menantunya.

"Astaqfirullahaladzimmmm..!! Apa yang kalian lakukan..!?” Jerit seseorang di depan kamar Madi..

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd