Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Double killll......eh apdet haha sanngarrr
 
Cerita 39 Memuaskan Amoi Tetanggaku

Lena dan Vivi

Sore hari aku tiba di rumah kontrakanku.. setelah rapi memarkirkan mobilku kulihat jam menunjukkan pukul 17.30.. sambil melangkah ke arah rumahku aku mengunci mobilku dengan menggunakan remote.. suasana rumah kontrakan saat itu sangat sepi.. aku sedikit heran tak seperti biasanya..

Biasanya jam-jam segini suasana rumah kontrakan cukup ramai.. ibu-ibunya sedang pada ngobrol di salahsatu teras rumah.. begitu juga dengan bapak-bapaknya.. tapi sekarang ini tidak ada satupun yang terlihat sedang mengobrol dan semua pintu rumahnya tertutup dan tidak ada satupun lampu yang menyala dari dalam rumah.. yang menyala hanyalah lampu teras masing-masing.

Setelah kuperhatikan hanya satu rumah yang menyala yaitu rumah yang berada di sebelah rumahnya mbak Siti.. kalau gak salah rumah ini di isi oleh dua orang kakak beradik.. kedua-duanya perempuan dan keturunan Chinese.. alias Amoi.

Aku sering ketemu mereka saat aku berangkat kerja.. Sang kakak bekerja di sebuah perusahaan asing.. orangnya lumayan cantik dan seksi.. tapi yang jelas sich warna kulitnya kuning langsat.. namanya kalau gak salah Lena sedangkan Vivi adalah nama sang adik.. katanya sich dia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta..

Seperti yang pernah diceritakan oleh mbak Yanti.. kalau kuperhatikan si Vivi ini juga tak kalah cantik dengan kakaknya.
Kalau kulitnya sich sama kuning langsat.. sementara tubuhnya juga kalau kulihat sich lumayan seksi..
Keduanya belum pernah kulihat memakai pakaian ketat.. jadi sampai saat sekarang belum kuketahui seseksi apa mereka.

Yang kuheran tidak kulihat ada mobil lain tadi saat kumasuki pekarangan rumah kontrakan.. karena kutahu mereka mempunyai sebuah mobil.. berarti yang ada di rumahnya ini kalau gak sang kakak berarti sang adik.. karena mobil mereka tidak ada di tempatnya.. berarti hanya salahsatu dari mereka yang sudah pulang.

Kuperhatikan rumah mbak Siti dan mbak Yanti.. keduanya sama-sama gelap.. begitu juga rumah yang diujung.. sementara ke 5 rumah yang berhadapan dengan rumah kamipun sama-sama gelap.. aku menjadi heran sendiri..

Sambil meneruskan langkah kakiku menuju rumahku.. setelah mengunci pintu dan menyalakan lampu-lampu aku mulai melepaskan seluruh pakaianku dan mengenakan celana boxerku saja.. akupun lalu menuju ke belakang untuk membersihkan badanku.

Selesai mandi aku lalu menyalakan TV sambil menikmati nasi goreng yang sempat kubeli tadi sebelum pulang ke rumah kontrakanku.. saat itu tayangan di TV sedang menayangkan berita..

Aku baru sadar bahwa besok adalah hari Kamis dan bertepatan dengan hari libur nasional dan biasanya banyak pegawai-pegawai perusahaan yang mengambil cuti bersama pada hari jumatnya karena hari Sabtu kantor-kantor semuanya tutup.

Pantas rumah kontrakan pada sepi rupa-rupanya orang-orang pada berlibur panjang..
Sialan.. kataku dalam hati.. Empat hari tanpa kemaluan perempuan yang dapat memuaskan nafsu birahiku.. empat hari tanpa adanya memek mbak Siti ataupun memek mbak Yanti.. dan aku juga malas untuk pergi ke Bandung.. karena pasti jalanan pada macet.

Kalau yang dientotin cewek-ceweknya seperti kakak beradik Lena dan Vivi sich enak.. pikirku.
Udah kuning langsat kulitnya.. tubuh mereka juga ramping dan aku berani bertaruh payudara mereka juga pasti masih bagus bentuknya..

Membayangkan mereka saja membuat batang kemaluanku perlahan-lahan bangkit.. setelah menyelesaikan makan malamku.. aku termenung sendiri di ruangan santaiku sambil menonton acara TV.. tapi pikiranku masih berkutat dengan siapa aku akan melampiaskan hasrat birahiku.. sambil mengusap-usap batang kemaluanku yang sudah berdiri dari sebelah luar celana boxerku.

Seperti biasanya aku tidak pernah mengenakan CD di balik celana boxerku.. saat aku sedang santai seperti sekarang ini.. terlihat celana boxerku menonjol karena kemaluanku yang sudah seratus persen tegang.. masih merasa penasaran dengan suasana rumah kontrakan yang tadi sepi kulihat..

Akupun beranjak keluar rumahku.. kulihat suasananya masih sepi seperti tadi.. tidak nampak tanda-tanda kehidupan di setiap rumahnya.. hanya satu rumah saja yaitu rumah kakak beradik Lena dan Vivi saja yang menyala lampu di dalam rumahnya.

Aku melangkahkan kakiku ke area parkiran dan kulihat hanya satu mobil saja yang berada di sana yaitu mobilku.. mobil kakak-beradik Lena dan Vivipun tidak terlihat..

Dengan penasaran kudekati rumah mereka dan kutempelkan telingaku di pintu mereka.. berusaha untuk mendengarkan suara-suara dari dalam rumah.. sayup-sayup kudengar suara dari dalam rumah.. tapi tidak dapat kutangkap dengan jelas.. karena suara itu berasal dari ruangan belakang rumah mereka..

Aku lantas kembali ke dalam rumahku dan mengunci pintunya.. setelah itu aku melangkahkan kakiku keluar pintu belakangku.. kutengok ke arah rumahnya mbak Yanti.. tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumahnya.. kutengok juga rumah mbak Siti sama tidak ada gerakan apapun di dalam rumahnya.

Dengan nekat aku melangkahkan kakiku melompati tembok pembatas rumahku dengan rumahnya mbak Siti.. kuperhatikan sesaat keadaan rumah mbak Siti.. tidak ada suara dari dalam rumah mbak Siti dan tidak ada cahaya sedikitpun dari dalam rumahnya..

Akupun berjalan mendekati tembok pembatas rumah mbak Siti dengan rumahnya Lena..
Kulongokkan kepala untuk melihat keadaan rumahnya Lena.. kulihat cahaya lampu di ruangan santainya menyala..
sementara jendela belakangnya kulihat kain gordennya belum di tutup.. lampu dapurnya tidak dinyalakan..

Penerangan yang ada di dapur hanya mengandalkan cahaya lampu dari ruangan santainya lewat jendela belakangnya yang tidak tertutup kain gorden.. sementara pintu kamar mandinya kulihat dalam keadaan terbuka dan lampunya juga mati..
Saat melongkokkan kepalaku suara sayup-sayup yang kudengar tadi dari arah depan rumah ini kembali kudengar.

Akupun melompati tembok pembatas rumah mbak Siti dan Lena dengan perlahan.. dengan mengendap-ngendap kuhampiri jendela belakangnya.. suara sayup-sayup semakin jelas kudengar..

Aku tersenyum saat mengetahui suara sayup-sayup itu.. Itu adalah suara TV dan si empunya rumah ini sedang menyaksikan film BF.. karena yang kudengar adalah suara dalam bahasa Inggris yang sedang menikmati persetubuhan..

Semakin penasaran.. siapakah gerangan yang sedang menyaksikan film BF tersebut.. akupun mengintipnya lewat jendela belakangnya.

Aku terkejut bercampur senang saat melihat sesosok tubuh wanita terlentang di depan TV sedang menyaksikan film BF dan tubuh wanita tersebut tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.. alias telanjang bulat..

Kedua kakinya terlihat mengangkang.. sementara tangan kanan si wanita tersebut sedang memainkan sebatang dildo di belahan vaginanya.. sementara tangan kirinya sedang sibuk meremas-remas payudaranya.. matanya tertuju pada adegan TV.

Perlahan tapi pasti batang kemaluanku mulai kembali menggeliat melihat pemandangan tersebut.. perlahan-lahan kemaluanku mulai membesar dan mengeras melihat tubuh telanjang wanita tersebut.. nafasku mulai memburu seiring dengan nafsu birahiku yang mulai meninggi..

Sayup kudengar wanita itu melenguh saat tangan kanannya memasukkan dildo yang dipegangnya ke dalam lubang vaginanya..

Dengan perlahan-lahan tangannya mulai mendorong masuk sang dildo masuk ke dalam lubang senggamanya.. pantatnya terangkat saat sang dildo masuk lebih dalam di lubang vaginanya.. mulutnya mengeluarkan suara erangan.

Aku semakin bernafsu ingin segera menyetubuhi tubuh wanita tersebut.. dengan perlahan kucoba untuk membuka pintu belakang rumahnya.. sungguh beruntung pintu belakangnya ini tidak terkunci..

Dengan perlahan-lahan kubuka pintu tersebut dan dengan gesit aku menyelinapkan tubuhku ke dalam rumahnya.. lalu aku tutup kembali pintu tersebut dengan perlahan.

Wanita itu masih asyik mengeluar-masukkan dildonya di dalam lubang vaginanya tanpa menyadari kehadiranku di dalam rumahnya.. akupun segera melepaskan celana boxerku dan T-Shirtku.. sehingga aku sekarang ini telanjang bulat.. persis sama seperti wanita yang sedang asyik mengocok-ngocok dildonya..

Perlahan-lahan kudekati tubuh wanita yang sedang asyik itu.. ternyata wanita tersebut adalah Vivi sang adik..
Kupandangi tubuh telanjangnya.. kulihat kedua payudaranya yang mungil dihiasi dengan puting yang berwarna merah muda sungguh mengundang untuk diremas-remas dan diemut-emut..

Sementara di bagian selangkangannya kulihat belum terlalu banyak ditumbuhi bulu-bulu hitam dan tertata rapi juga..
Wihh.. kulihat juga liang vaginanya begitu ketat menempel di dildonya.. sehingga kulihat dinding vaginanya ikut tertarik keluar saat tangannya menarik keluar dildonya..

Hmm.. Memek yang sempurna.. pikirku.. Masih sempit dan rapat lubang vaginanya.. kulihat dildonya mengkilat oleh cairan pre-cumnya.

Dengan perlahan aku bersimpuh di dekat kepalanya.. sementara tangan kananku meluncur ke arah tangan kanannya yang masih asyik mengeluar-masukkan dildonya.. tangan kananku memegangi tangan kanannya dan membantu mengeluar-masukkan dildonya..

Vivipun kaget saat merasakan tangannya ada yang memegangi dan sedang membantunya mengeluar-masukkan dildonya.. dia lebih terperanjat lagi saat membuka matanya.. dia melihat batang kemaluanku yang besar dan panjang.

“Eeeehhhh.. kak.. Hendraaa.. kok ada di sini..!?” Katanya terpekik kaget setelah melihatku sambil matanya tak berkedip melihat batang kemaluanku yang sedang ngaceng itu.

“Hehehehe.. habis pintunya gak di kunci sich.. terus kulihat kamu lagi asyik mainin ini nich..” kataku sambil menggerakkan dildonya keluar-masuk di memeknya.

“Lagian kalau mau main seks.. kenapa gak panggil aku aja.. Kan lebih enak pakai yang beneran daripada pakai mainan karet seperti ini.. hehehehe..” lanjutku.

“Aaaacchhhh.. kak Hendra.. nakal.. aaachhh.. kak.. ini punyamu..besar sekali.. jauh lebih besar dari dildoku.. oohhh..” kata Vivi sambil kedua tangannya memegangi batang kemaluanku.

“Kamu suka gak sama kontolku ini.. Vi.. hehehehehe.. pasti enak kalau masuk di memekmu.. jauh lebih enak dari dildomu ini..” kataku lagi.

“Iyyaaaachh.. aaacchhh.. kak..Hendraaa.. oohh.. hhhhmm mmm.. sssllrrpppp.. hhhmmmmm.. sssllrrrrpppp.. besaaarr ..sekalii.. gak muat mulutku.. punya kak Hendra kebesaran nich.. oohhh.. hhhmmm.. ssllrrrppp.. hhhmmm.. sslrrrppp ..” Vivi melenguh sambil mulutnya sibuk mengemutin kontolku.

Mulutnya asyik mengulum-ngulum punyaku sementara kedua tangannya tidak mau ketinggalan bergerak-gerak naik turun di batang kemaluanku.. kepala kontolku sampai sebatas lehernya saja yang masuk di dalam mulutnya.. kadang-kadang lidahnya bermain menjilati helm kontolku dan juga lubang kencingku.. akupun meradang menikmati jilatan dan isapannya.

clip_image002.jpg
“Ooohh.. Viii.. pintar juga kamu mengoral seks kontolku.. ohh..teruss.. Viii..enak terusss.. aaahhh..” aku mengerang sambil tetap menggerakkan dildonya keluar-masuk di memeknya.

“Hhhmmmm.. ssllrrrppp.. hhhmmm.. ssllrrrppp.. gurih..kak.. c airan.. pre-cummu.. ini.. hhhmmm.. sssllrrrppp.. oohh.. teruss.. kaak.. terusss.. ko cok..dildoku..” Kata Vivi.

Aku melihat sang dildo sudah sangat mengkilat oleh cairan pre-cumnya Vivi.. nampaknya Vivi sudah sangat bernafsu sekali.. aku jadi ingin cepat-cepat memasukkan kontolku ke dalam lubang senggamanya.. aku ingin sekali merasakan memeknya menjepit kontolku yang sudah sangat tegang sekali ini.

“Viii.. aku masukkan kontolku ke dalam memekmu sekarang yach.. aku sudah pengen sekali mencobai memekmu menjepit kontolku ini.. oohh..” kataku.

“iyaachhh.. kak Hendra.. aku juga pengen sekali nyobain kontolmu yang besar ini.. ohh.. aku pengen memekku diterjang kontolmu yang panjang ini.. aaachhh.. ayo kak.. masukin sekarang..” kata Vivi sambil melepaskan pegangannya pada kontolku sementara kedua kakinya dia buka lebar-lebar.

Aku segera memposisikan diriku di hadapan selangkangannya yang sudah sangat basah itu.. kutarik dildonya keluar.. sehingga sang dildo terlepas dari jepitan memeknya dan aku melihat pemandangan yang luar biasa.
Bagian dalam memeknya yang sudah sangat merah sekali dan juga mengkilat.. kulihat dinding vaginanya berkedut-kedut.

Aku segera mengarahkan batang kemaluanku ke lubang memeknya.. Kepala kontolku terselip tepat di tengah-tengah lubang memeknya.
Sssleeeeeeppppp..! Aku merasakan nikmat sekali saat kepala kontolku itu terjepit oleh dinding vaginanya yang sedang berkedut-kedut..

Vivi melenguh panjang saat kepala kontolku mulai menyeruak masuk di lubang vaginanya.
“Oooooughh.. kaaakkk.. Henddrraaaaa.. aaaarrr ggghhhhh.. pelaaann.. kak..pelaaann.. aaarrgghhhh.. memekku.. robek.. kaaakkk..” Lenguh Vivi merasakan jejalan kepala kontolku di memeknya.

Dengan memegangi kedua pahanya dan menekannya ke bawah agar lubang memeknya tetap terbuka supaya memudahkan kontolku masuk lebih dalam lagi..

Aku mulai menekan kontolku masuk ke dalam memeknya dengan perlahan-lahan karena ketatnya dinding vagina Vivi yang menjepit erat kepala kontolku..
Bbbllleeeessssss.. perlahan-lahan kontolku mulai menyeruak masuk ke dalam lubang senggamanya.

“Ohhh.. kkaaaaakkk.. pelaan.. kaaakk.. pelaaa aann.. roobeek.. punyaku ooouuuggghhhhhh.. aaadduuuhhhh.. periiihhhh.. punyakuu ..periiihhh..” Vivi melenguh.

Aku tidak mempedulikan rintihan Vivi yang kesakitan saat diterobos oleh batang kemaluanku ini.. aku malah semakin bernafsu menekan lebih dalam lagi batang kemaluanku..

Bbleeeesssss.. batang kemaluanku kembali menerobos masuk lebih dalam di lubang memeknya..
Batang kemaluanku sudah lebih dari setengahnya terbenam di dalam lubang memeknya dan aku merasakan betapa eratnya dinding vaginanya menjepit batang kemaluanku..

Vivi kembali merintih kesakitan dan kembali aku tidak mempedulikan rintihannya itu..
Akupun kembali mendorong masuk kontolku..
Bbblllleeeeessssss.. akhirnya kontolku terbenam hampir seluruhnya di dalam lubang senggamanya yang masih sempit ini.

“Aaaaaccchhhh.. gilaaaaa.. Vi.. memekmu masih sempit sekali.. ooohhh.. kontolku kejepit betul nich sama memekmu.. ooooccchhhh.. enaaaakkknya..” akupun mengerang merasakan enak akan jepitan memeknya di batang kemaluanku.

“Aaaddduuuhhh.. peeriiihhh.. kak.. periiihh.. cabut.. kak. cabut..punyamu.. ooouuugghh saaakkkiiitt.. perrriiihhh.. punyaku.. aaadduuuhhhh.. ampppuunnn.. kak..” rintih Vivi.

“Tahan..Vi..taahhaan.. nanti juga gak akan sakit lagi..” Kataku

Akupun mendiamkan sejenak batang kemaluanku dalam relung senggamanya Vivi..
Aku memberikan kesempatan pada lubang senggamanya agar terbiasa dengan jejalan kontolku yang besar dan panjang ini..

Setelah mendiamkan sejenak akupun mulai menarik keluar kontolku dari jepitan memeknya ini.. tapi tidak sampai keluar semua batang kemaluanku ini.. setelah kurasakan bibir memeknya menjepit erat leher kontolku akupun melesakkan kembali kontolku itu menerobos lubang memeknya..

Sssssrrrrttttt.. bleeessss. ssssrrrrtttt.. bbbleeeessss.. sssrrttttt.. bbbllleeee ssss.. ssssrrrttttt.. bllleeessss.. sssrrrttttttt.. blleeeeeeessss.. ssrrrrtttttt.. bbblleeeeeessss..

Begitulah berulang-ulang gerakan keluar-masuk kontolku kulakukan di dalam lubang memeknya Vivi.. sehingga lama-lama memeknya mulai terbiasa dengan besarnya kontolku ini dan rintihan-rintihan kesakitan Vivi sudah tidak terdengar lagi.. yang kudengar dari mulut Vivi adalah desahan-desahan lirih..

Akupun semakin mudah mengeluar-masukkan kontolku di dalam lubang memeknya.. cairan pre-cumnya Vivi sudah sangat banjir membasahi lubang memeknya.. sehingga memudahkan pergerakan kontolku yang keluar-masuk di dalam lubangnya.

“Ohh.. aaaaccchhh.. ssshhhh.. aaaccchhhh.. o oohhh.. sssshhh..aaacchhhh.. ohh.. ssshhh.. ooohh.. hhhm mm.. ssshhhh.. ohh.. aacchhh.. ssshhhh.. ohhhh.. hhhmmmm .. sshhhh..”
Vivi mendesah lirih mulai merasakan enaknya kontolku yang sedang keluar-masuk di lubang vaginanya.

“Ennaaaakkk.. Vi.. enak..memekmu.. ini.. sempit.. rapet.. uuu ggghhhh.. asyik..enaknya ngentotin memekmuuu.. ini.. oohh.. Vii.. kontolkuuuuu.. enak.. tidak.. Mana..enak dibandingkan dengan dildomu.. ohh.. Vi..!?” Akupun melenguh merasakan nikmat.

Vivi tidak menjawab pertanyaanku tapi kedua pipinya merona merah.. mulutnya terbuka mengeluarkan desahan-desahan.. matanya terpejam..
Pantatnya terangkat saat aku mendorong masuk kontolku.. seolah-olah dia ingin menyambut kedatangan kontolku yang sedang menghujam dalam lubang memeknya..

Nampaknya Vivi betul-betul sudah dapat menikmati entotan kontolku ini.. kedua tangannya yang sekarang berada di punggungku sedang merabai punggungku.. kadang meremas punggungku saat kontolku menyeruak masuk ke dalam lubang memeknya.. kedua kakinya sudah melingkar di pinggangku.

Kedua tanganku merangsek masuk ke punggungnya.. sementara telapak tanganku kuletakkan menahan kepalanya dan dengan penuh nafsu kucumbu bibir mungilnya yang sedang terbuka mengeluarkan desahan-desahan itu..

Lidahku mulai menjulur memasuki rongga mulutnya mencari lidahnya.. lidah kami saling menari..
Kami berdua berciuman dengan penuh nafsu.. sambil berciuman dengan penuh nafsu aku tidak menghentikan gerakan keluar-masuk kontolku itu di lubang memeknya.

Ssssrrrttt.. bbllleesssss.. ssssrrrttttt.. bbblleees ss.. ssrrrtttt.. bblleeessss.. sssrrrttt.. bblleeeesss ..
Dengan perlahan tapi pasti kontolku keluar-masuk memeknya Vivi.. Vivi merintih-rintih menikmati sodokan-sodokan kontolku ini.

“Oohh.. kakk.. nikmaaattt..kaaakk.. enaaak.. kaakk.. oo ohhh..teruss.. kak.. ssshhhh.. aaachhh.. sssshhh.. ohh.. ss shhh.. aacchhh..” Vivi merintih keenakan.

“Enak kan Vi.. kontolku jauh lebih enak dari dildomu.. aaaahhh.. Vi.. memekmu juga enak sekali.. oohh.. sempit.. rapet.. kontolku kejepit sekali sama dinding memekmu.. aaahhhhh.. ternyata memek orang cina juga enak.. hehehhehe.. baru pertamakali ini aku merasakan sempitnya memek cina.. ooohh.. sedaaaappp..” aku mengerang nikmat.

“Oohh.. kaaaakkk.. enaaakk.. iyaaaccchh.. kontolmu.. ja uh.. lebih.. enak.. dari.. dildoku.. oohhhh.. Emangnya kak Hendra belum pernah ngelakuin sama orang keturunan chinese yach..? Sama dong.. aku juga belum pernah ngerasain kontolnya orang pribumi.. kontolmu jauh lebih enak dari kontolnya pacarku.. kak.. Hendraaa.. oohh.. puaskan aaakuuuu.. aaaachhh.. sshhh.. ooohh.. sshhh.. aachhh..” Vivi melenguh.

“Punya pacarmu besar seperti punyaku tidak Vi..? Oohh.. hhhmmmm.. ohh.. hhhmmmm..” Tanyaku sambil mencium bibirnya kembali.

“Hhhmmm.. ssslrrppp.. tidak..kaakkk.. kecil punya pacarku.. jauh sekali dibandingkan dengan.. punyamu.. ini.. ohh..sssshhh.. hhhmmm.. ssshhh ..ssslrrpppp.. hhhmmm.. oohh.. hhhmmmm.. sssllrrrrpp..” Vivi melenguh sambil membalas ciumanku.

“Kaaakkk.. Heeenndraaa.. ooohh.. sshhh.. ooohh.. sshhh.. aaachhh.. terusss.. kak.. terussss.. tekaaan.. yang lebih dalam lagi kaaak.. aaachhh.. ssshhh..ohh.. kak lebih cepat kaaaakkk.. ohh.. sshh.. aachhh.. kak..” lenguh Vivi terdengar kembali meminta aku untuk menekan kontolku lebih dalam lagi dan mempercepat gerakanku.

Akupun mengikuti kemauannya itu.. kontolku dengan gencar keluar-masuk dalam lubang memeknya dan saat menekan masuk kontolku..
Akupun menekan dalam-dalam kontolku itu sampai mentok ke dinding rahimnya..

Gerakan keluar-masuk kontolkupun semakin bertambah lancar karena semakin banyaknya cairan precum yang dikeluarkan oleh memeknya dan kontolku yang membuat lubangnya semakin banjir dan membuat kontolku menjadi licin dan mudah keluar-masuk di lubang senggamanya Vivi.

Mulustrasi Lena

clip_image004.jpg
Saat kami tengah asyik itu sesosok tubuh wanita yang melangkah masuk ke dalam rumah.. sosok tubuh tersebutpun mengunci pintu rumahnya.. lalu dia melangkahkan kakinya ke dalam.. setelah terlebih dahulu meletakkan tasnya dan melepaskan sepatunya di ruangan tamunya.. saat itu sang empunya tubuh menyadari ada suara erangan dan desahan dari arah belakang rumahnya..

Dia segera menghampiri ruangan belakang di mana kami sedang asyik masyuk bersetubuh.. kedua matanya terbelalak saat menyaksikan kedua tubuh telanjang kami yang sedang asyik bersenggama.. sang empunya tubuh itu ternyata adalah sang kakak.. Lena.

Lena melihat adiknya sedang mendesah-desah menerima hujaman-hujaman kontolku yang bertubi-tubi keluar-masuk di lubang memek adiknya..

Lena memang sudah bukan perawan lagi dan dia sudah sering melakukan hubungan seks.. baik dengan pacarnya ataupun dengan atasannya di kantor.. kadang-kadang dia juga melakukan sendiri menggunakan dildo.. persis seperti adiknya tadi yang menggunakan dildo dan dildo yang dipakai adiknya adlah dildo kepunyaannya..

Yang tidak dia duga adalah adiknya juga sudah bukan perawan lagi.. nampaknya adiknya juga sering melakukan hubungan seks seperti dirinya..
Dia melihat adiknya tidak menampakkan kesakitan tapi raut wajahnya menampakkan dia sedang menikmati rojokan-rojokan kontolku.

Sudah cukup lama juga Lena tidak mendapatkan sentuhan lelaki dan sodokan-sodokan di kemaluannya.. karena kesibukan kerjanya dan juga dia sedang ribut dengan pacarnya..

Sekarang dia melihat adiknya sedang menikmati kemaluan lelaki dan mendengar adiknya mendesah-desah keenakan.. membuat Lena menjadi terbangkit nafsu birahinya..

Dia mau marah kepada adiknya karena melakukan hubungan seks tanpa nikah tapi dia juga ingin merasakan kenikmatan yang sedang dirasakan adiknya itu..

Lena berpikir keras siapa gerangan lelaki yang sedang menyetubuhi adiknya ini..
Apakah ini pacar adiknya.. tapi dia tahu pacar adiknya itu dan dia hapal dengan bentuk tubuhnya..
Karena dia pernah melakukan hubungan seks dengan pacar adiknya itu.. dan cowok ini tubuhnya lebih kekar dan lebih tegap dari pacar adiknya itu..

Sambil otaknya berpikir keras menebak-nebak siapa gerangan cowok yang sedang bersetubuh dengan adiknya ini..
Tangan kanannya tanpa sadar meluncur ke bawah ke arah selangkangannya dan mulai mengusap-ngusap memeknya sendiri dari sebelah luar roknya.. sementara tangan kirinya mulai meremas-remas payudaranya yang masih tertutup oleh pakaiannya.

Semakin lama Lena semakin terangsang.. nafsu birahinya semakin meninggi.. Lenapun mulai melucuti pakaiannya sendiri.. sehingga tubuhnya tidak tertutupi oleh sehelai kainpun..
Kedua payudaranya yang lebih besar dari kepunyaan adiknya dan selangkangannya tertutup oleh semak hitam yang cukup lebat tapi tertata rapi.. jauh lebih lebat dari pada jembut adiknya.. sambil tetap mengelus-elus belahan vaginanya dan meremas-remas payudaranya..

Diapun menghampiri kami yang masih asyik bersenggama.. dia menghampiri belakang kami.. karena Lena juga penasaran ingin tahu kemaluan kami yang sedang beradu dan dia menjadi terperanjat saat melihat kemaluanku yang sedang keluar-masuk di memek adiknya itu..

Dia melihat betapa besarnya kontolku yang sedang menyodok-nyodok memek adiknya itu..
Dia terkesima melihat bentuk kontolku itu dan dia semakin penasaran ingin merasakan memeknya diaduk-aduk oleh kontolku yang besar itu.

Kami masih belum menyadari kehadiran Lena yang saat ini sedang berada di belakang kami dan sedang berjongkok menatap kontolku yang sedang gencarnya keluar-masuk di lubang senggama Vivi..

Kami masih asyik menikmati persetubuhan kami ini..
Vivi semakin sering merintih dan mendesah keenakan menikmati keluar-masuknya kontolku di lubang vaginanya..
Aku sendiripun sedang menikmati ketatnya jepitan memek Vivi di kontolku.

“Kkaaaakkk.. Hendraaa.. aaachh.. kak.. ooohh.. sshhh.. kaaakkk.. tekaaaannnn..yang dalam kaaakk.. aku mau keluaaarr.. aaahhhh..
Oohh.. kaakk.. Hendraaaa.. oooohh ssshhhh.. aaahhh.. yang dalaam.. kak.. yang kuaaatt.. aahhhh.. kaakkk.. aku keluuaarr ohh.. sshhhhh.. aaahhh.. kkaaakkk.. Hendraaaaa.. oohh .. nikmatnya kakkkk.. aakuu.. oohh..” Vivi melenguh panjang menyambut puncak kenikmatannya.

Sssrrrr.. ssrrrr.. ssrrr.. sssrrrrr.. sssrrrrr.. ssrrrr.. Memeknya menyemburkan lahar kenikmatannya bertepatan dengan kontolku yang menghujam dalam-dalam di lubang senggamanya itu..

Aku mendiamkan kontolku terbenam di dalam lubang memeknya Vivi untuk memberikan kesempatan pada dia menikmati puncak kenikmatannya yang berhasil dia raih dan aku merasakan batang kemaluanku hangat oleh siraman lahar kenikmatannya.

Vivi memeluk erat tubuhku dan kedua kakinya menekan pinggangku saat dia menyambut puncak orgasmenya itu.. nafasnya memburu.. aku merasakan dinding vaginanya berdenyut kuat seolah-olah sedang meremas-remas batang kemaluanku yang sedang terbenam di lubang vaginanya..

Lena mendengar adiknya ini melenguh panjang saat menyambut puncak orgasmenya dan dia melihat betapa adiknya memelukku erat dan dia juga baru mengetahui bahwa yang sedang menyetubuhi adiknya ini adalah Hendra.. tetangga rumahnya.

Tak lama berselang setelah Vivi tuntas melepaskan seluruh cairan kenikmatannya dan pada saat aku akan memulai memompanya lagi.. kami berdua kaget karena saat itu kami mendengar suara perempuan di belakang kami.

“Sudah Vi.. giliranku dong.. nyobain kontolnya Hendra.. masa aku dibiarin sendiri saja..” kata Lena mengejutkan kami berdua.

“Cici.. kamu sudah pulang..?” Kata Vivi kaget karena cicinya sudah berada di rumah.

“Eh.. Lena.. kapan kamu pulangnya..?” Akupun kaget.

“Sudah dari tadi.. sudah lumayan lama aku menyaksikan permainan kalian.. Sekarang giliranku.. aku juga pengen ngerasain kontolnya Hendra..” kata Lena lagi.

“Cici.. hihihihi.. udah gak sabar yach.. udah telanjang ajach.. cici.. punyanya Hendra enak lho ci.. jauh lebih enak daripada punya pacar-pacar kita..” kata Vivi nakal.

“Masa' sich.. memangnya kamu pernah nyobain pacar cici yach..?” Kata Lena sedikit heran dengan pernyataan adiknya ini.

“Hihihihihi.. sudah dong.. anggap saja balas dendam.. habis cici kan pernah nyobain pacarku sich..” kata Vivi lagi.

“Eeehhh.. kamu kurang ajar yach.. pacarku dicobain juga..” kata Lena kaget.

“Aaahh.. cici.. sudah ach.. kitakan impas.. lebih baik sekarang cici cobain aja nich kemaluannya Hendra.. pasti cici merem-melek dech.. dijamin.. aku aja pengen lagi.. cici mau gak..nich.. kalau cici gak mau..aku masih mau nich..” kata Vivi menggoda kakaknya.

“Sssssttt.. sudah ach berantem adik-kakaknya ini.. sekarang siapa nich yang mau aku entotin..
Kontolku masih ngaceng nich.. aku belon keluar nich..” kataku melerai adu mulut kakak beradik ini.

“Giliranku sekarang Hen.. gila kamu Hen.. kontolmu ini wuuiiihh.. gede sekali.. Fiuhh.. Kedua tanganku gak cukup buat menutupi panjangnya.. ini kepalanya masih nongol.. Hhhmmm sssllrrrrppp.. hhhmmm.. sssllrrrppp.. aaaaccchhh.. be sar sekali gak muat juga mulutku.. hhhmmm.. ssslrrrppp.. hhmmm.. sssllrrrppp..” kata Lena sambil mulai mengemut-emut kontolku dan menjilati kepala kontolku serta lubang kencingnya.

“Betul kan Ci.. besar dan panjang punyanya Hendra.. hihihihihi.. gurih gak Ci cairan memekku..” kata Vivi meledek kakaknya.

“Hhhmmm.. sssllrrrppp.. hhhmm.. sslrrrppp.. asin.. hihihih i.. nanti kamu juga rasain cairan memek cici yach..” kata Lena

“Hihihihi.. gak usah nanti sekarang aja yach Ci.. aku rasain cairan memekmu.. hihihihi asin gak.. sama seperti cairan memekku gak..” kata Vivi sambil menyelinap ke bawah Lena yang sedang jongkok.

Vivi mulai menjilati dan mengisap memek dan itil Lena.. tentu saja aksinya ini semakin membuat Lena bernafsu..
Vivi merasakan cairan memek Cicinya ini sudah mulai membanjiri lubang memeknya.. dia merasakan gurih dan asin..
Dengan penuh nafsu dia semakin gencar menjilati dan mengisap itil serta memek Lena.

“Ooohhh.. Vii.. aaapaaa..yang kamu lakukan.. ohh.. hhhmmm.. ssslllrrrp.. terus.. Vii.. oohh.. isap itilku.. aaaacchhh.. hhhmmm.. ssllrrrppp.. oooohh.. hhhmmm sslrrrppp.. ssshhh.. sssllrrrppp.. hhhmmm..” Lena melenguh panjang merasakan memek dan itilnya yand sedang diisap dan dijilati oleh Vivi sambil tetap menjilati dan mengisap kontolku.

Akupun tak mau ketinggalan oleh aksi kakak-beradik ini.. kedua tanganku mulai meremas-remas payudara Lena yang lumayan besar.. aku merasakan teteknya Lena sangat empuk dan masih lumayan mengkal juga..

Tak lupa kedua tanganku itu memilin-milin kedua putingnya yang berwarna merah muda.. kedua payudaranya yang lumayan besar itu tak muat oleh kedua telapak tanganku dan akupun meremas-remas dengan gemas kedua bukit kembar itu.. kedua putingnya kadang-kadang kutarik-tarik sambil kupilin-pilin.. kudengar Lena mendesah-desah keenakan.

“Aaauuuwwww.. ssshhh.. aaaahhh.. hhhmmm.. sslllrrppp.. ooou uggghhh.. hhhmmm.. ssslrrrppp.. ssshhh.. aaahhh.. hhhmmmm.. sssllrrrppp.. aaarrrggghh.. hhhmmm.. sssllrrrpppp.. oooo uuughhh.. aaaaahhh.. hhhmmm.. sssllrrrpppp..” Lena mendesah-desah keenakan dambil tetap mengulum-ngulum kontolku.

“Uuuuuggghhhh.. gilaaa.. kaliaaann.. suddaaahh.. aku.. sudah .. tidak tahan lagi.. Vi.. sudah.. ooooggghhh.. Hendraaaa.. ooooggghhh.. sudaaahhh .. aku..sudah pengen dientot oleh kontolmuuu.. ini.. aaaarrggghhhh..” erang Lena meminta Vivi untuk menghentikan aksinya di belahan vaginanya dan di itilnya.

“Hihihihihi.. Cici.. udah gak tahan pengen dientot oleh kontolmu tuch kak Hendra.. gatel tuch memeknya pengen digarukin.. hihihihihi..” kata Vivi sambil menyudahi aksinya.

“Kamu mau di atas atau di bawah Len..” kataku.

“Aku pengen di atas.. aku pengen ngentotin kontolmu..” kata Lena.

Aku lalu merebahkan tubuhku di atas karpet.. sementara itu Lena mulai mengangkangi tubuhku.. tangannya meraih batang kemaluanku dan membimbingnya ke arah vaginanya..

Kepala kontolkupun dia oles-oleskan di bibir vaginanya dan di kelentitnya.. membuat aku kegelian merasakan sentuhan bibir vaginanya dan itilnya yang sudah mencuat keluar di kepala kontolku itu..

Lena sendiri merasakan hal yang sama.. diapun melenguh saat kepala kontolku menyentuh kelentitnya yang sudah mencuat keluar itu dan bibir vaginanya.

“Ooooouuuggghhh.. kerasnya kontolmu ini Hen.. oooohhh..” Lenguh Lena.

Setelah beberapakali mengoles-oleskan kepala kontolku.. Lenapun mulai menyelipkan kepala kontolku ke dalam belahan vaginanya..

Sssllleeeepppppppp.. kepala kontolku terjepit bibir vaginanya.. Lagi-lagi Lena melenguh merasakan lesakan kepala kontolku di lubang senggamanya.

“Oooouuugghhhh.. besaaaaarrrrnyaaa.. kontolmu Hen.. ooouuugghhhh..” lenguh Lena.

“Memekmu sempit juga Len.. oohh.. kepala kontolku kegencet sama bibir memekmu..” akupun mengerang.

Dengan pelan-pelan Lena mulai menurunkan pantatnya ke bawah.. membuat kontolku perlahan mulai menerobos lubang senggamanya..

Bbllessepp..! Kontolku mulai terbenam sebagian di dalam lubang memeknya Lena..

Lenapun berdiam diri berusaha untuk menyesuaikan lubang memeknya dengan kontolku yang besar ini.. karena selama ini belum pernah dia mendapatkan batang kemaluan sebesar punyaku..

Setelah membiasakan diri dengan besarnya kontolku.. Lenapun mulai menurunkan kembali pantatnya.. kontolkupun meneruskan perjalanannya kembali masuk ke dalam lubang senggama Lena..
Bbbbbbllleeeeeesssssssss.. kontolku terbenam lebih dari setengah panjangnya di dalam relung kenikmatan Lena..

Lena melenguh panjang merasakan vaginanya yang penuh sesak oleh jejalan kontolku. “Oooooouuuggghhh.. Heennndraaaa.. gillaaaa.. kontol mu.. besaaar.. sekaliiiii.. ooooouuugghhhhh.. memekku penuh sesak dibuatnya.. oooouuggghhhh.. Hen.. Baru kali ini memekku diterobos kemaluan sebesar punyamu ini.. oohhh.. Hen.. agak sakiittt.. sedikit periihh.. tapii.. enaaaaakkk..” lenguh Lena.

“Uuuggghhh.. memekmu juga gak kalah sempit sama memeknya Vivi.. memek kalian berdua bener sempit.. ohh.. nikmat.. dijepit memek rapet seperti punya kalian ini..” akupun mengerang keenakan.

Kurasakan Lena mulai kembali menurunkan pantatnya.. sehingga membuat kontolku kembali menyeruak masuk ke dalam relung kenikmatannya.

Bblllessepp..! Kontolku amblas hampir seluruh panjangnya di dalam vagina Lena dan kembali kurasakan kepala kontolku mentok bersentuhan dengan dinding rahim perempuan.. pertama tadi kurasakan mentoknya kepala kontolku bersentuhan dengan dinding rahimnya Vivi sekarang ini kurasakan dinding rahim Lena bersentuhan dengan ujung kepala kontolku.

“Ooouuuggghhh.. Hendraaaa.. mentok punyamu.. oooohh.. panjang sekali punyamu hingga mentok di dinding rahimku.. oohhh..” Lena kembali melenguh saat dinding rahimnya tersentuh oleh kepala kontolku.

“Iyaaachhh.. aku juga merasakan punyaku mentok di rahimmu.. ooohh.. memekmu ketat sekali menjepit kontolku.. oohh..” akupun mengerang.

Lena mengubah posisinya.. dari berjongkok sekarang dia bersimpuh.. kedua pahanya bersentuhan dengan kedua pahaku.. pantatnya menduduki selangkanganku dengan kontolku yang terbenam di lubang senggamanya..

Kulihat dia terdiam dengan mata terpejam.. kutahu dia pasti sedang meresapi besarnya kemaluanku yang sedang berdenyut-denyut di dalam memeknya ini dan aku juga merasakan dinding memeknya berdenyut-denyut pelahan seolah sedang meremas-remas kontolku dengan lembutnya.

“Memekmu berdenyut Len.. oohhh.. enaaak.. kontolku seperti dipijat-pijat lembut aaacchhhhh.. nikmaaatt.. Len.. memekmu enaaaakk..” aku mengerang keenakan merasakan pijatan lembut pada batang kemaluanku.

“Punyamu juga besaaarr.. sekaliii.. Hennn.. oohhh.. penuh sesak memekku dibuatnya dan berkedut-kedut lagi batangnya.. ooohhh.. enaaakkk.. enaaak..sekali dientot kemaluan besar seperti punyamu..ini.. oohhh..” Lena melenguh nikmat.

Lena mulai menggerakkan pantatnya maju mundur perlahan-lahan.. sehingga kontolku mulai keluar-masuk di vaginanya dengan pelan dan Lena sendiri merasakan kelentitnya juga bergesekan dengan bulu-bulu di selangkanganku.. membuat dia semakin kegelian dan keenakan.. cairan pre-cumnya mulai mengalir keluar perlahan-lahan.. rangsangan yang dia terima akibat pergesekan dinding vaginanya dengan batang kemaluanku dan gesekan yang di terima oleh kelentitnya.. membuat dia mendesah-desah keenakan..

Vivi yang dari tadi menyaksikan aksi Cicinya ini.. mulai tertarik untuk ikut bergabung dengan kami.. dia mendekati cicinya yang sedang bergoyang di atas tubuhku ini.. dari arah belakang cicinya dia memeluk cicinya dan mulai meremas-remas payudara cicinya yang bergoyang-goyang lembut karena gerakan tubuhnya yang sedang maju mundur..

Remasan-remasan tangan Vivi di kedua payudaranya semakin membuat Lena merintih-rintih kenikmatan.
Kedua tangan Vivi meremas dan memutar kedua payudara Lena sambil kadang-kadang kedua putingnya ditarik-tarik sambil dipilin-pilin.. karuan saja aksi tangan Vivi ini semakin menambah Lena meradang dalam desahan kenikmatannya.

“Oooooouuugghhh.. Vivi.. oooouugghh.. kamu.. ooouugghhh .. terusss.. remas tetekku ooouuugghhhh.. Henddraaaaa.. kontolmu sungguh enaaakk.. besaar..panjang.. aaahhh aku pengen terus dientotin oleh kamu Hendraaaa.. aaachhhh.. ssshhhh.. oohh.. enak.. nikmat.. aaachhh.. sshhh.. oohh..” Lena merintih keenakan.

Mulut Lena tak hentinya mengeluarkan suara rintihan-rintihan keenakan.. pantatnyapun tak henti-hentinya bergerak maju-mundur.. kedua tangan Vivipun tak hentinya menyerang kedua payudara cicinya itu.. kulihat kedua payudara Lena mulai kemerahan bekas telapak tangan Vivi.. membuatku semakin gemas melihat kedua payudara tersebut..

Aku segera mengangkat tubuhku dan mulutku segera menyerbu salahsatu dari payudara.. kuisap-isap putingnya dan kujilati putingnya itu.. Vivi melepaskan tangannya di payudara yang sedang kuisap itu.. kuemut dengan kuat payudara tersebut seolah aku ingin memasukkan seluruh payudaranya ke dalam mulutku.. putingnya yang sedang berada dalam rongga mulutkupun kujilati..

Aksiku ini semakin membuat Lena merintih.. sementara itu Vivi beralih ke depan tubuh cicinya dan mulai menyerbu payudara yang satunya lagi.. diapun mulai mengisap-isap tetek tersebut.. Lena semakin merintih-rintih kenikmatan.

“Ooouughhhh.. aaahhh.. ssshhhh.. oohh.. terus.. enak.. ena aakkk.. teruuusss.. ohh.. isappp.. kenyot.. teruusss.. te tekkkuuu.. oohh.. sshhhh.. aaahhh.. ssshhh.. aaahhhh.. ni kmmaaaaatt.. aaaahhhh..” Lena merintih-rintih

Mataku berpandangan dengan mata Vivi.. sementara Lena memejamkan matanya menikmati serangan-serangan kami di kedua payudaranya dan menikmati kontolku yang semakin lancar keluar-masuk di vaginanya.. karena cairan pre-cumnya yang semakin banyak keluar dan karena semakin cepat Lena menggerakkan pantatnya maju-mundur..

Aku dan Vivi melepaskan kuluman kami di payudara Lena dan mulut kami berpagutan.. sementara tangan kananku meremas-remas tetek yang baru saja kuemut-emut.. tangan kiriku beraksi di tetek Vivi kuremas-remas teteknya yang mungil itu dan kupilin-pilin putingnya serta kutarik-tarik..

Vivi yang sedang membalas pagutankupun melenguh.. tangan kirinya sibuk dengan meremas-remas tetek cicinya yang tadi dia emut.. sementara tangan kanannya merabai dadaku dan memainkan putingnya.

“Hhhhmmm.. ssssllrrrpp.. hhhmm.. ssslllrpppp.. oohh.. hh hmmm.. aaahhh.. ssshhh.. hhhhmmmm.. ssshhh.. aaaachhh..” Vivi melenguh

“Hhhhmmm.. hhhhmmm.. hhhmmmm.. sssslllrpppp.. hhhmm .. hhhmmm..” akupun mendengus sambil mulutku sibuk menciumi mulut Vivi

“Aaahhhh.. ssshh.. aahhh.. ssshhh.. ooohh.. ssshhh..aaahhh.. s sshhh.. oohh..” Lena merintih-rintih keenakan.

Tiba-tiba Lena memelukku dengan erat.. sehingga ciumanku dengan Vivi terlepas dan kurasakan memeknya Lena berdenyut dengan kuat dan aku merasakan batang kemaluanku menjadi hangat,

“Ooooooughh.. Henndraaaaa.. akuuuu.. tidakk..t ahan.. lagi.. akuu.. keluaaar.. ooohhhh.. ssshhhh.. aaahhhh.. Hennddraaaa.. enaaaakkknyaaa.. dientot..kontolmu yang besaaar.. ohh.. ssshhhhh.. aaahhhhh..” Lena melenguh panjang menyambut puncak kenikmatan yang berhasil ia rengkuh.

Sssrrrrrr.. ssrrrrr.. sssrrrrr.. ssrrrrrrrr.. sssrrrr rrrrrr.. memeknya menyemburkan lahar kenikmatannya.. membasahi batang kemaluanku yang sedang berada di dalam lubang senggamanya dan kurasakan saat dia melepaskan lahar kenikmatannya itu Lena mendorong ke belakang pantatnya kuat-kuat lalu mendiamkannya.

Tubuh Lena bergetar dengan hebatnya.. kedua kakinya mengejang saat dia mencapai puncak orgasmenya itu.. pelukannya sangat kuat memeluk tubuhku.. memeknya berdenyut dengan sangat kuatnya seolah-olah sedang memijat-mijat batang kemaluanku..

Perlahan-lahan kedutan dinding vaginanya melemah.. pelukannya menjadi longgar.. tubuh dan kakinya sudah tidak mengejang lagi.. tetes terakhir cairan kenikmatannya sudah menyembur keluar dari lubang memeknya.. nafasnya sudah tidak terlalu memburu seperti tadi.

Aku segera mengangkat tubuhnya.. sehingga kontolku terlepas dari jepitan lubang memeknya.. Vivi yang melihat cicinya sudah mencapai orgasme dan dia melihat bahwa aku belum juga mencapai puncak kenikmatanku.. segera menyongsongku dengan tersenyum..

Aku segera menerkam tubuhnya dan memposisikan tubuhnya menungging.. dengan kepala yang menempel di atas karpet dan pantat yang menghadap ke atas.. kubuka lebar kedua kakinya.. sehingga lubang memeknya menganga.. lalu kuarahkan kontolku ke lubang senggamanya..

Untuk keduakalinya kontolku terjepit oleh vaginanya Vivi yang sempit ini.. Ssllleeepppppp.. kepala kontolku kembali terjepit oleh vaginanya.

“Ooughhh.. pppeelllaaaaannn.. kaaaak.. Hendr aaaa.. ingaaaatt.. kontolmu itu besar sekali.. oughhh..” Vivi mengerang saat kepala kontolku menyelinap di vaginanya.

Tanpa mempedulikan erangan Vivi.. aku menekan kontolku masuk ke dalam lubang senggamanya.. bbbbllllleeeeeeessssssss.. dengan sekali hentakan seluruh kontolku terbenam di dalam lubang senggamanya Vivi untuk kedua kalinya.

“Aaaaiiiiieeee.. kakk Heenndrraaa..aaaarrrgghhhhh.. kakk.. pelaaannn.. aaaarggghhh.. robeeekk.. memekkkuuu.. aaaahhh..” Vivi mengerang kembali.

Aku mulai menggenjot memek Vivi ini dengan posisi setengah berdiri.. kulihat kontolku begitu perkasanya sedang mengobrak-abrik memek Vivi yang kecil dan sempit ini.. memeknya yang sudah banjir memudahkan kontolku keluar-masuk.. kutarik kontolku sampai sebatas lehernya dan kuhujamkan sekaligus dalam-dalam di vaginanya..

Dengan berpegangan pada pinggangnya akupun memompa memeknya dengan cepat.. Vivipun merintih-rintih antara sakit dan enak merasakan hujaman-hujaman kontolku yang sedang bergerak dengan cepat dan dia juga merasakan betapa dinding rahimnya tersundul-sundul oleh kontolku dengan kuatnya.. Vivi merasakan sakit dan enak berbarengan.

“Oooouuugghhhhh.. kaakkk.. Hendrraaa..pellaannn.. sakiii tt.. kaakkk.. enaaakk.. kak.. ohhh.. kak..hendraaa.. pelan .. pelann.. aaarrrhhhgggg.. kak..Hendra.. ohh..yang dalam tekan lagi yang dalam.. aaarrrgggh.. pelan.. kak.. enaaakk.. saakkiitt..” Vivi mengerang antara sakit dan enak.

Aku tidak mempedulikan karena aku ingin secepatnya menuntaskan nafsu birahiku ini.. bukannya memperlambat gerakanku.. tapi aku malah menambah kecepatan keluar-masuk kontolku di memeknya.. dengan menambahi hujaman-hujaman yang dalam di relung kenikmatan Vivi.. saat menghujamkan kontolku itu aku menekannya kuat-kuat dan dalam di vagina Vivi.. sehingga tubuh Vivi selalu terdorong oleh hujaman-hujaman kontolku itu.. dinding rahimnya setiap saat selalu tersundul-sundul oleh kontolku.

Lama-lama Vivi mulai menikmati permainan cepatku ini.. diapun mulai merintih-rintih keenakan.. mulutnya mengeluarkan suara desahan-desahan nikmat.. aku merasakan memeknya semakin banjir saja oleh cairan precumnya yang semakin sering keluar..

Walaupun dalam keadaan cepat ini aku tetap saja merasakan bahwa dinding vaginanya Vivi juga berdenyut-denyut dengan kuatnya.. karena dinding vagina Vivi menempel ketat di batang kemaluanku.. akupun semakin terpacu untuk segera menuntaskan permainan ini.. aku ingin segera mencapai puncak orgasmeku.. kontolku ingin segera menuntaskan dengan menyemprotkan air maninya ke dalam rahimnya Vivi ini.

“Ooouugghhh..kak..Hendraa.. ooouugghhhh.. kak.. percepat kontolmu kaaakk.. aku ingin keluar lagi nich.. oooouugghhh.. semakin cepat kakak ngentot aku semakin cepat aku ingin keluar.. oooohh.. ssshhh.. aaahhh.. kak.. aaayooo.. kak.. c epatt.. kak..” Vivi mengerang.

“Aaagghhh.. memekmu.. rapet sekali..Viii.. aku juga pengen keluar.. ooohh.. aku juga sudah gak tahaan..lagi aku mau ngecret.. jugaaaa.. aaahhhh..” erang aku

“Kaaakkk.. Hennnndraaaaa.. akuu.. sudaaaahhh.. gakk.. kuaa att.. lagiii.. ohh.. cepat.. kkaaaakkkkk.. ceppaaatt.. oo ohhh.. aakuuu..mau.. keluaaaarrr..” Vivi mengerang

“Tahan.. Vi.. tahaanan.. aku.. juga mau keluaaar.. sebentaarrr..lagiii.. aaaahhhh..” kataku sambil mempercepat kontolku keluar-masuk di dalam lubang senggamanya.

“Oooooough.. Viivvviiiiiii.. sssseeekkaaaarraa aangggg.. aaakuuu.. keluaaarr.. aaaaacchhhh.. Viviii.. enaaaaakk.. sekaliiiii.. memekkkmuuu.. oohh.. aaakuu.. ngecretttt.. oohh.. Viviiiiiiiiii.. terimaaaa.. pejuhku uuuuuu.. aaaaaarggghhhhhhhh..” aku mengerang panjang menyambut orgasmeku ini.

“Iiyyaaaaccchhhh.. kakkk.. Hennddrraaaa.. akuuu.. jugaaaa .. kkeluaaaarr.. oohh.. kaaaakkk.. Henddraaaa.. aaaaa ahhhh.. nikmatnya dientot oleh kontolmu.. ohh.. kak Hendraaaa..” Vivi mengerang menyambut puncak kenikmatannya yang berhasil ia rengkuh berbarengan dengan orgasmeku.

Crrreeeetttttt.. ssssrrrrrr.. ccrreeeeettttt.. ssssrr rrrrr.. cccrreeeettttt.. ssssrrrrrr.. creeetttttt.. sssssrrrrrr.. kemaluan kami saling menembakkan cairan lahar kenikmatan kami..

Aku merasakan hangatnya lahar kenikmatan Vivi membasahi batang kemaluanku sementara Vivi merasakan dinding rahimnya menjadi hangat terkena tembakan spermaku..

Aku merasakan dinding vagina Vivi berdenyut sangat kuat saat menembakkan lahar kenikmatannya.. sementara Vivi sendiri merasakan batang kemaluanku berdenyut kuat dan semakin membesar saja saat menyemburkan spermaku itu.

Setelah kami tuntas melepaskan tetes terakhir lahar kenikmatan kami.. akupun ambruk ke atas karpet sambil menarik tubuh Vivi.. sementara kontolku yang masih membengkak masih terjepit di vagina Vivi.. aku memejamkan mataku menikmati sisa-sisa pergumulan kami ini..

Aku tersenyum karena malam ini kembali aku berhasil menyetubuhi tetanggaku..
Malam ini giliran kakak beradik Lena dan Vivi yang berhasil kunikmati tubuhnya..

Lena dan Vivipun tersenyum puas karena mereka dapat menikmati kemaluan lelaki yang besar dan panjang yang dapat memberikan kepuasan kepada mereka.. kepuasan yang hampir jarang mereka dari pasangan-pasangan mereka.. apalagi Vivi dia berhasil duakali puas mencapai puncaknya.. biasanya satukali saja susah dia raih.

Aku membayangkan selama liburan ini pasti aku akan puas menikmati tubuh kakak beradik amoi ini dan kontolku akan puas terjepit oleh memek mereka yang sempit-sempit ini. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
asiiik apdet lagi, :konak: :konak:

baru sebagian baca, enaknya cerita disini kebanyakan berdiri sendiri , baru baca awal2 bisa langsung baca apdetan terakhir

keep semprot suhu :beer:
 
Cerita 40 – Janda Hot

Mbak Atik


Mbak Atik adalah tetangga depan rumahku. Suaminya seorang sopir bus yang usianya terpaut jauh dengannya.
Suaminya meninggal secara mendadak.. mungkin karena serangan jantung akibat kebiasaannya minum minuman keras.

Sebulan setelah menjanda kami beberapa orang sedang duduk-duduk di depan rumah seorang teman yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Mbak Atik sambil bermain gitar.

Ketika kami asyik bermain gitar Mbak Atik kelihatan gelisah dan keluar-masuk rumahnya.
Dua anaknya yang masih kecil mungkin sudah tidur. Kadang ia duduk di bangku panjang di sudut rumahnya yang berseberangan dengan tempat kami nongkrong.
Matanya menerawang jauh.. mungkin setelah sebulan menjadi janda ia mulai merasakan sepinya tidur sendirian.

Usianya memang belum terlalu tua.. sekitar tigapuluhlima tahun. Usia dalam gejolak.. kata judul film tahun 80-an.
Usia yang lagi matang-matangnya dengan gairah yang bergejolak.
Punggungnya yang melengkung.. bongkok udang kata orang.. menimbulkan fantasi seksual yang luar biasa.

Mbak Atik merebahkan dirinya di atas bangku panjang yang didudukinya.
Kedua kakinya dinaikkan ke atas bangku. Kami saling memandang dan menyikut sambil tersenyum.

“Tuh sudah dikasih kode.. siapa berani duluan maju..?” Salah seorang menyeletuk pelan.

“Dia ingin menunjukkan badannya masih oke punya..” yang lain menimpali. Akibatnya acara main gitar jadi kacau berantakan.
Tak lama Mbak Atik masuk kembali ke dalam rumahnya. Akhirnya kamipun bubar pulang kembali ke rumah masing-masing.

Karena kebelet pipis.. aku memutar menuju ke sumur di belakang rumah Mbak Atik.
Baru saja kubuka ritsleting celanaku terdengar pintu belakang rumahnya dibuka. Buru-buru aku naikkan lagi ritsletingku.

“Eh Mbak Atik.. Belum tidur..? Maaf numpang buang air Mbak. Sudah nggak tahan nih..” kataku tersipu malu.

“Kalau mau kencing masuk aja ke dalam kamar mandi sana.. nanti kelihatan orang..” katanya.

“Ya Mbak.. maaf ya Mbak!”

Akupun lantas masuk ke dalam kamar mandi.. sementara Mbak Atik berdiri di dekat sumur. Kelihatannya ia juga ingin buang air kecil.
Sebentar kemudian akupun keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega.

Mbak Atik menggamit lenganku dan berkata.. “To.. Tolong tungguin aku sebentar.. aku mau pipis juga. Entah kenapa malam ini aku merasa agak takut”

Entah dengan terpaksa atau senang hati kuturuti permintaannya. Toh tidak memberatkan.
Srrrr.. Terdengar desisan air dan disusul dengan beberapakali guyuran air.

Aku sudah mulai dengan analisis situasi. Sekarang ini mungkin temanku yang rumahnya di samping ini belum tidur dan menungguku di depan.
Kupikir keadaan belum memungkinkan untuk beraksi.. namun kutunggu sampai Mbak Atik keluar dari kamar mandi untuk sekedar mengetahui sinyal atau tanda-tanda awal dari gerak tubuh dan sikapnya.

Mbak Atik keluar dari kamar mandi. Kuperhatikan sebentar.. ternyata tubuhnya memang masih oke.
Tingginya hampir sama denganku dengan bahu lebar dan kekar untuk seorang perempuan.
Rambutnya keriting papan tergerai sampai di bawah bahu. Ditunjang lagi dengan dadanya yang cukup besar.. mungkin 36.

“Terimakasih To sudah menungguiku..” katanya sambil sedikit mendorong tubuhku agar ia bisa lewat.

Aku baru sadar ternyata tempat aku berdiri memang di dekat tembok pembatas sumur yang sempit.. sehingga tidak bisa dilalui dua orang bersama-sama.

Dengan gerakan seolah-olah tanpa sengaja dadanya sengaja menggesek lenganku.
Kurasakan sebuah tekanan lembut pada lenganku. Sepertinya ia tidak mengenakan BH.

“Ya Mbak. Sama-sama. Mari Mbak saya mau pulang..” kataku sambil beranjak pergi.

Satu tanda telah kudapat.. tapi aku harus bersabar dulu. Tidak untuk malam ini.. gumamku dalam hati.

Mbak Atik masuk ke rumahnya lewat pintu belakang. Tapi kulihat pintunya belum tertutup dengan sempurna dan ada bayangan di balik pintu.
Rupanya ia mengintipku dan menunggu reaksiku.
Aku melihat ke arah pintu sambil tersenyum dan seolah-olah sedang membetulkan posisi burungku yang miring.

Beberapa hari kemudian aku sedang melintas di depan rumahnya tiba-tiba aku dipanggil.

“To.. Anto. Saya mau minta tolong sebentar. Tape saya suaranya tiba-tiba pecah. Boleh kan minta tolong sebentar.. .?” Katanya.
Ia mengenakan kulot biru dengan kaus kuning berkerah tanpa lengan. Aku berpikir sebentar.

Sebenarnya aku tidak punya latar belakang keahlian di bidang elektronika.. hanya sekedar tau sedikit saja.
Kupikir tidak ada salahnya mencoba menolongnya membetulkan tape-nya. Kalaupun tidak bisa pasti dia bisa memaklumi karena memang bukan bidangku.

Aku masuk ke dalam rumahnya.. kelihatan sepi karena anaknya masih sekolah.
Setelah menjanda Mbak Atik mencoba membuka usaha salon kecantikan di rumahnya.
Nampaknya usahanya berhasil dan mulai mendapatkan pelanggan tetap.

“Mana tape-nya Mbak.. biar saya lihat dulu..?” Tanyaku.

“Ada di kamar.. masuk saja ke kamar. Nggak apa-apa kok..” jawabnya.

Aku masuk ke dalam kamar dan kuambil tape-nya dan beberapa kaset untuk mencoba lalu kubawa keluar.
Setelah kuhubungkan dengan aliran listrik.. aku mencoba menghidupkannya.
Ternyata memang suaranya tidak sempurna. Analisaku headnya kotor atau kendor bautnya.

“Minta alkohol dan kapas Mbak..! Kalau ada obeng kecil sekalian..”
Aku yakin dia tidak punya head cleaner.. jadi biar kucoba bersihkan pakai alkohol saja.

Sebentar kemudian ia sudah kembali dengan membawa kapas.. sebuah botol plastik kecil dan obeng kecil.
“Ini To. Alkoholnya nggak ada tapi Bapaknya dulu kalau membersihkan tape biasanya pakai ini..” sambil mengangsurkan bawaannya.

Kuterima dan kuperhatikan.. ternyata dugaanku salah. Ia masih menyimpan head cleaner.
Kubersihkan head tape dan rodanya.. lalu kucoba menghidupkannya lagi.

Lumayan.. sekarang suaranya sudah mulai bening.. namun bas dan treblenya belum pas.
Kuambil obeng kecil dan mulai menyetel baut headnya. Beres.. suara tapenya kembali normal.

“Sudah Mbak. Beres.. kini tinggal upahnya saja..” kataku sambil tersenyum.

“Berapa..?” Balasnya.

“Nggak kok Mbak.. cuma bercanda. Bukan pekerjaan sulit atau mengeluarkan tenaga..”

“Jangan To. Keahlian seseorang kan harus dihargai. Apapun bentuk penghargaannya..”

Aku teringat sudah lama tidak creambath. Mumpung di sini sekalian creambath saja.
Aku bukan ingin creambath gratis untuk bantuanku tadi.. tapi memang sudah saatnya aku creambath.

“Aku mau creambath.. bisa sekarang Mbak..?” Tanyaku.

“Boleh. Duduk di kursi sana.. sebentar aku siapkan peralatannya..”

Aku lalu duduk di sebuah kursi putar di depan meja rias. Lumayan lengkap juga peralatannya.
Mbak Atik datang dengan membawa seember air dan gayung. Maklum saja ia belum memasang shower untuk keramas.

“Pindah di sini. Keramas dulu biar bersih..”

Akupun menurut saja dan duduk setengah berbaring telentang di bak keramas salon.
Mbak Atik kemudian menuangkan shampoo dan mengusapkannya dengan lembut di kepalaku.

Karena posisiku yang setengah telentang aku dapat menyaksikan muka dan dadanya yang berada di atas kepalaku.
Dadanya kemudian dimajukan tetap di atas mukaku hanya berjarak sekitar 20 cm. Aku mulai menjadi pusing dengan kondisi ini.

“Yuk kembali ke kursi tadi..!” perintahnya.

Kami kembali ke depan meja rias. Mbak Atik segera mengurut kepalaku dengan cream.
Sejam kemudian ia sudah menyelesaikan pekerjaannya. Kini rambutku dikeringkannya dengan hair dryer.

Sambil menyisir rambutku.. dadanya ditekankan ke tengkukku. Ahhh.. Terasa lembut namun sedikit kendor.
Penisku segera bereaksi dengan perlahan-lahan mulai membesar.

“Dari mana tadi.. pagi-pagi kok sudah rapi..?” Tanyanya.

“Jalan-jalan ke sawah di belakang kampung. Musim kemarau.. jadinya kurang air dan mungkin bisa jadi akan kekeringan..” jawabku.
Dari kaca meja rias kulihat mukanya agak merah mendengar kataku tadi.

Selesai menyisir rambut ia malah membuka dua kancing teratas kemejaku dan mengurut bahuku dengan sedikit body lotion.
Napasnya menyapu tengkukku.. terdengar berat dan agak terengah-engah. Entah karena mengeluarkan tenaga untuk memijatku atau menahan nafsu.

Aku terlena dengan pijatannya dan merasa nyaman sekali.. tidak terlalu kuat atau terlalu lemah.
Pas susunya.. karena dadanya selalu ikut memijat belakang kepalaku.

Melihat aku keenakan dipijat Mbak Atik menawariku untuk pijat badan.
“To.. mau badanmu dipijat..? Ayo ke dalam saja kalau mau kupijit.. biar seger badanmu..” katanya sambil menarik tanganku ke arah kamarnya.

Aku semakin pusing.. bukannya badan bertambah segar nanti malahan pegal yang akan kudapat.
Aku ragu dan melirik ke arah pintu.. takut kalau ada pelanggan lain yang masuk ke salonnya.
Tapi ia tak peduli dan terus menarikku ke dalam kamarnya. Aku menyerah. Que sera sera.. whatever will be will be.

Sampai di dalam kamar ia menyuruhku melepas baju dan berbaring tengkurap.
Celana panjangku tetap kupakai dan tergantung apa yang terjadi nanti. Kalau harus dibuka kenapa tidak..?

Mbak Atik keluar kamar dan kudengar pintu depan ditutup serta suara rel korden yang berderik.
Aku meluruskan posisi adik kecilku yang sedikit mengganjal.. agar nyaman dan tidak terlipat.
Berabe kan kalau patah akibat terlipat dan ditindih badanku.

Ia kembali dengan membawa handuk kecil.. body lotion.. piring kecil dan minyak kayu putih.
Dicampurnya minyak kayu putih.. body lotion dan sedikit cairan lain yang baunya sangat lembut.. antara jasmine dan rose.

Ia kemudian mulai mengurut punggungku dengan campuran tadi.
Ada rasa hangat minyak kayu putih dan harum mawar melati.. –semuanya indah..! –

Setelah itu kemudian tanganku diurut mulai dari lengan sampai jari. “Berbalik To..!” katanya lembut.

Aku berbalik dan segera tangannya mengurut bahu bagian depan dan dadaku.
Kini urutannya lebih tepat disebut usapan yang mempermainkan bulu dada.. puting dan tentu saja gairahku yang menggelora.

Bibirnya tersenyum kecil seolah-olah anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Padahal mainannya masih tertutup celana.

“Hhhh..” Ia menarik napas dalam dan mnegembuskannya kuat-kuat. Leher dan tangannya berpeluh setelah memijatku.
Disekanya dadaku dengan handuk basah yang sudah disiapkannya.

Aku berbalik agar ia bisa mengeringkan punggungku. Setelah mengeringkan punggungku ia berbaring di sampingku.
Aku kembali dalam posisi telentang.

“Kini giliranku yang meminta upah..” katanya sambil tersenyum lebar.

“Apa upahnya..?” pancingku.

“Kamu tadi berkata sawah di kampung kita kekurangan air. Aku ingin kamu mengairi sawahku yang juga sudah lama tidak disiram..” katanya manja dan langsung memeluk dan menciumku.

Que sera sera.. quo vadis.. eureka.. ereksi dan seterusnya aku tidak mengerti lagi.

Kupegang kedua bahunya dari belakang dan kupijit perlahan. Ia menggeliat dan mengusapkan pipinya pada lengan kananku.
Kuputar badannya.. sehingga kini kami saling berhadapan. Kupegang kepalanya dan kutengadahkan mukanya ke mukaku.

Ia menjatuhkan kepalanya ke dadaku. Kupegang bahunya dan kutempelkan pipiku ke pipinya.
Ia berbisik.. “Puaskan aku sekarang. Airi sawahku sampai becek dan berlumpur..”

Kupeluk dia dan ia semakin merapatkan kepalanya di dadaku.
Rambutnya yang keriting papan kusingkapkan ke atas. Kucium bulu halus di leher belakangnya.

“Sshhh.. kamu pandai membangkitkan gairah..” rintih Mbak Atik sambil memejamkan matanya.
Lidahku menerobos ke mulutnya dan menggelitik lidahnya. Mbak Atik membalas ciumanku dengan lembut.

Tanganku mulai bekerja di atas dadanya dan kuremas buah dadanya. Kurasakan payudaranya sudah agak kendor.
Jariku terus menjalar mulai dari dada.. perut.. pinggang terus ke bawah hingga pahanya. Mbak Atik makin sering menggeliat.

Lidahku beraksi di lubang telinganya dan gigiku menggigit daun telinganya. Tangannya meremas isi celanaku yang mulai memberontak.
Kusapukan bibirku ke lehernya dan kutarik pelan-pelan ke bawah sambil mencium dan menjilati lehernya yang mulus.
Mbak Atik mendongakkan kepala memberikan tempat bagi bibirku.

Tangannya memeluk leherku dan ia semakin merepatkan tubuhnya ke dadaku.. sehingga dadanya yang masih terbungkus kaus menekan dadaku.
Diusap-usapnya dadaku dan kemudian putingku dimainkan dengan jarinya. Kucium bibirnya dan kini ia membalas dengan lumatan ganas.

Kubuka kausnya dan kutarik celana kulotnya dan sekaligus celana dalamnya ke bawah.
Kulit yang mulus.. lembah yang indah dengan padang rumput yang cukup lebat terlihat di sela pahanya.

“Eehhngng..” Ia mendesah ketika lehernya kujilati.

Mbak Atik berguling dan menindih tubuhku. Tanganku bergerak punggungnya.

Ctikk..! Pengait bra-nya terbuka. Kunaikkan cup bra-nya. Kini buah dadanya terbuka di hadapanku.
Buah dadanya yang besar namun sudah sedikit kendor menggantung di atasku.

Putingnya yang berwarna coklat kemerahan mulai mengeras. Digesek-gesekkannya putingnya di atas dadaku.
Perlahan tanganku mengusap bahunya dan sekaligus menurunkan tali bra-nya.

Bibirnya kini semakin lincah menyusuri wajah.. bibir dan leherku.
Mbak Atik mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya.
Mbak Atik menggeserkan tubuhnya ke arah bagian atas tubuhku.. sehingga payudaranya tepat berada di depan mukaku.

Segera kulumat payudaranya dengan mulutku. Putingnya kuisap pelan dan kujilati.
“Aacchh.. Ayo Anto.. Lagi.. Teruskan Anto.. Nikmat.. Teruskan..” Rintihnya memelas. Kemaluanku semakin mengeras.

Kusedot payudaranya.. sehingga semuanya masuk ke dalam mulutku kuisap pelan namun dalam.. putingnya kujilat dan kumainkan dengan lidahku.
Dadanya bergerak kembang kempis dengan cepat detak jantungnya juga meningkat. Napasnya berat dan terputus-putus.

Tangannya menyusup di balik celanaku.. kemudian mengelus.. meremas dan mengocok kemaluanku dengan lembut.
Ia melepas ikat pinggang dan menarik ritsleting celanaku.

Pantatku kunaikkan dan dengan sekali tarikan.. maka celana panjang dan celana dalamku sekaligus sudah terlepas.
Kini kami dalam keadaan polos tanpa selembar benang.

Bibirnya mengarah ke leherku.. mengecup.. menjilatinya kemudian menggigit pundakku. Napasnya diembuskannya ke dalam lubang telingaku.
Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku sampai ke pinggangku.

Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupeluk pinggangnya erat-erat.
Tangan kiriku kuarahkan ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk sekitar satu ruas jari ke dalam lubang guanya.

Kuusap dan kutekan bagian depan dinding vaginanya dan kemudian jariku sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang.
Setiapkali aku memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya Mbak Atik mendesis.. “Huuhh.. Aauhh.. Engngnggnghhk..”

Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah.. menjilati perutku.
Tangannya masih mempermainkan penisku.. bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku.. semakin ke bawah.

Ia memandang sebentar kepala penisku yang mengkilat dan kemudian mengecup batang penisku.
Mbak Atik kembali bergerak ke atas.. tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak.

Kembali kami berciuman.
Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku.. sehingga dia mendesis perlahan dengan suara yang tidak jelas.

“Sshh.. Sshh.. Ngghh..” Perlahan lahan kemudian ia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya.

Kepala penisku dipegang dengan jemarinya.. kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya.
Terasa sudah licin berlendir. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam liang vaginanya.

Ketika sudah menyentuh lubang guanya.. maka kunaikkan pantatku perlahan.
Mbak Atik merenggangkan kedua pahanya dan pantatnya diturunkan.

Slebb.. Kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya. Kugesek-gesekkan di bibir vaginanya.
Mbak Atik merintih dan menekan pantatnya agar penisku segera masuk menerobos liang nikmatnya.

“Ayolah Anto.. Naikkan pantatmu.. Dorong sekarang. Ayo.. Masukkan batangmu.. Pleasse..!!”

Jlebbh..! "Nghhhh.." erangnya.
"Errgghh.." Hampir bersamaan dengan lenguhku.

Mbak Atik bergerak naik-turun dengan perlahan. Vaginanya terasa licin dan agak becek. Crekk.. slekk.. clekk.. slekk..
Kadang gerakan pantatku kubuat naik-turun dan memutar. Mbak Atik terus melakukan gerakan memutar pada pinggulnya.

Ketika kurasakan lendir yang membasahi vaginanya semakin banyak maka kupercepat gerakanku.
“Anto.. Ouhh.. Nikmat.. Oouuhh..” desisnya sambil menciumi leherku.

Kakinya menjepit pahaku. Dalam posisi ini gerakan naik-turunnya menjadi bebas.
Tangannya menekan dadaku. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung.
Kepalanya terangkat dan tanganku menarik rambutnya ke belakang.. sehingga kepalanya semakin terangkat.

Setelah kujilat dan kukecup lehernya.. maka kepalanya turun kembali dan bibirnya mencari-cari bibirku.
Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang panas.

Mbak Atik kemudian menggerakkan pantatnya maju-mundur sambil menekan ke bawah.. sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.
Rasanya seperti diurut dengan lembut namun bertenaga.

Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya. Desiran yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat.
“Mbak Atik.. Mbak.. Ouuhh..”

“Ouhh.. Sshh.. Akhh..!”
Desisannyapun semakin sering. Aku tau bahwa ia akan segera menggapai puncak kenikmatannya.

Kini penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot yang sudah terlatih oleh senam Kegel.
Ia merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku.. matanya berkejap-kejap dan bola matanya memutih.
Giginya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Akupun merasa tak tahan lagi dan akan segera memuntahkan laharku. Aku berguling dan kini aku berada di atas.
Kupompa vaginanya dengan cepat dan akhirnya beberapa saat kemudian..

“Anto.. Sekarang sayang.. Sekarang.. Hhuuaahh. Aku sampai..!” Ia memekik kecil.

Jleghh..! Kutekan pantatku sekuatnya menujahkan batang penisku setandasnya.
Rrrbbb.. rrbbb.. Terasa dinding vaginanya berdenyut kuat mengisap penisku.

Ia menaikkan pinggulnya. Bibirnya menciumiku dengan pagutan-pagutan ganas.
Desiran dan tekanan aliran lahar yang sangat kuat memancar lewat lubang kejantananku.

“Mbaakk.. Ouhh.. Aa.. Tikk..!” Cratt.. cratt.. cratt.. crott.. crott.. Pejuku muncrat di lubuk nikmat vaginanya

Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalaku di lehernya.
Napas yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya.

Denyutan demi denyutan di tubuh kami kemudian melemah. Aku berguling ke sampingnya.

Dikecupnya bibirku.. dan tanganya mengusap pipiku.
“Terimakasih To. Kamu luar biasa. Kamu sangat perkasa.. begitu nikmat dan indah. Kenikmatan yang sangat luar biasa. Thanks..” katanya lembut.

Karena kamar mandi ada di luar rumah.. maka aku tidak membersihkan diri ke kamar mandi.
“Kamu di sini saja.. nanti aku mandiin. Kalau keluar ke kamar mandi nanti kelihatan orang bisa berabe..”

Mbak Atik mengambil handuk yang dipakai untuk menyeka tubuhku tadi dan kini penisku yang disekanya sampai bersih.
Mbak Atik keluar ke kamar mandi dan kembali dengan seember air.

Setelah menyeka badanku sekali lagi.. aku kencing di dalam ember karena aku punya kebiasaan buang air kecil sehabis bercinta..
sementara itu ada risiko ketahuan tetangga jika aku harus ke kamar mandi di belakang rumahnya.

Kami berbaring berdampingan sambil berpelukan. Kepalanya diletakkan di atas dadaku.
Sejam telah berlalu dan kurasakan sebuah benda padat lunak menekan dadaku.

Kucium leher dan ketiaknya yang dicukur bersih. “Kamu mau lagi..?”
Kudaratkan sebuah kecupan pada bibirnya. Kuamat-amati tubuhnya yang lumayan aduhai.

Kulitnya kuning bersih dengan pantat besar dan menonjol ke belakang..
sementara di dadanya ada segunduk daging yang bulat dengan tonjolan coklat muda yang berdiri tegak.

Bibirnya mendarat di bibirku. Kali ini ia menciumiku dengan ganas.
Akupun membalas dengan tak kalah ganasnya. Kuremas buah dadanya dengan keras.

Beberapa saat kemudian kami sudah berpelukan dan bergulingan di atas ranjang besar yang empuk.
Aku menindih dan menjelajahi sekujur tubuhnya. Ia menggeliat-geliat hebat dan mengerang.

Mulutnya mendekat ke telingaku dan berbisik..
“Ouuhh.. Anto.. Terserah kamu. Lakukan sesukamu. Yang penting berikan aku kenikmatan puncak”

“Aku akan mengajakmu berpacu dalam birahi dan tenggelam dalam badai kenikmatan yang luar biasa..” kataku membalas bisikannya.

Dari dada.. lidahku pindah ke samping menyusuri pinggul dan pinggangnya.. ke arah perut dan pahanya.
Aku mencoba untuk mendekatkan hidungku ke sela pahanya Mbak Atik meronta hebat sewaktu tanganku memainkan puting buah dadanya.

Tangannya terlepas dan hidungku kutempelkan di bibir vaginanya. Tercium aroma yang harum dan segar.
Bulu kemaluannya cukup lebat. Meskipun kulitnya putih.. namun bibir vaginanya berwarna kehitaman dan ditumbuhi rambut agak jarang.

Kubuka bibir vaginanya dengan telunjuk dan ibu jari.. terlihat bagian dalam vaginanya yang kemerahan dan mulai basah oleh lendir yang melumasinya.

Kini lidahku menyusup ke dalam vaginanya. Kulebarkan pahanya dan aku semakin leluasa mempermainkan klitorisnya.
Mbak Atik meregang dan meronta menahan kenikmatan yang kuberikan.

“Ouhh To.. Ayo.. Teruskan.. Lagi. Sudah lama aku ingin merasakan hal ini..” ia mengerang.

Lidahku menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan bermain dengan dinding vagina.. klitoris dan lorong kenikmatannya.

Sementara bibirku menyapu bibir vaginanya.. maka lidahku menjilat klitorisnya dengan sentuhan ringan. Mbak Atik meremas rambutku dan memekik tertahan.. “Auww.. aku tak tahan lagi..”

Kurasakan klitorisnya sedikit membesar dan berkilat-kilat.
Kujepit klitorisnya dengan bibirku dan kukeraskan jepitanku. Pahanya semakin kuat menjepit kepalaku.

Ia mengerang.. “Please.. Ayo sekarang.. To. Aku tak tahan lagi.. Ayoo..!!”

Bibirku naik ke leher dan menjilatinya. Elusan tanganku pada pinggangnya membuat ia meronta kegelian.
Kuhentikan elusanku dan tanganku meremas lembut buah dadanya dari pangkal kemudian ke arah puting.

Kumainkan jemariku dari bagian bawah.. melingkari gundukannya dengan usapan ringan kemudian menuju ke arah putingnya.
Sampai batas puting sebelum menyentuhnya.. kuhentikan dan kembali mulai lagi dari bagian bawah.

Kugantikan jariku dengan bibirku.. tetap dengan cara yang sama kususuri buah dadanya tanpa berusaha mengenai putingnya.
Kini ia bergerak tidak karuan. Semakin bergerak semakin bergoyang buah dadanya dan membuat jilatanku makin ganas mengitari gundukan mulus itu.

Setelah sebuah gigitan kuberikan di belahan dadanya.. bibirku kuarahkan ke putingnya.. tapi kujilat dulu daerah sekitarnya yang berwarna merah.. sehingga membikin Mbak Atik menjerit penasaran dan gemas.

“To.. Jangan permainkan aku.. Cepat isap.. Isap sayy.. Antoo..” pintanya.

Aku masih ingin mempermainkan nafsunya dengan jilatan halus di putingnya yang makin mengeras itu.
Mbak Atik mendorong buah dadanya ke mulutku.. sehingga putingnya langsung masuk.. dan mulailah kukulum.. kugigit kecil serta kujilat bergantian.
Tanganku berpindah dari pinggang ke vaginanya yang semakin basah.

Jariku tengah kiriku kumasukkan ke dalam vaginanya dan tidak lama sudah menemukan apa yang kucari.
Lumatan bibirku di puting Mbak Atik makin ganas. Ia berusaha mengulingkan badanku tetapi kutahan.

“Aagh..” ia memekik-mekik. Kucium lagi bibir dan lehernya. Penisku makin membesar dan mengganjal tubuhku di atas perutnya.

Kupikir kini saatnya untuk penetrasi. Kuangkat pantatku sedikit dan iapun mengerti.
Dikangkangkan pahanya lebar-lebar. Kuarahkan penisku ke vaginanya dan.. “Masukan To.. Sekarang..!” Pintanya sambil melebarkan pahanya.

Blessepp..! Kudorong sekali dan berhasil. "Ughhh.." lenguh mbak Atik ketika batang penisku menghentak memasuki tubuhnya.
Slebb.. clebb.. slepp.. clepp.. slebb.. clepp.. slebb.. clepp.. Kugerakkan penisku pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat.

Vagina Mbak Atik makin lembab. Mbak Atik langsung mengerang hebat merasakan hujaman penisku yang keras dan bertubi-tubi.
Tangannya mencengkeram pinggulku. Gerakan maju-mundurku diimbanginya dengan memutar-mutarkan pinggulnya.. semakin lama gerakan kami semakin cepat. Cleb-slebb-clebb-slepp-clepp-slebb-clepp-slebb-clepp..

Kini ia semakin sering memekik dan mengerang. Tangannya kadang memukul-mukul punggungku.
Kepalanya mendongak ketika kutarik rambutnya dengan kasar dan kemudian kukecup lehernya dan kugigit bahunya.

“Ouhh.. Ehh.. Yyeesshh.. hhhh..!”

Setelah beberapa lama kuminta dia untuk di atas. Dengan cepat kami berguling.
Tak berapa lama kemudian penisku sudah terbenam di liang vaginanya.

Mbak Atik menaik-turunkan pantatnya dengan posisi jongkok. Tubuhnya bergerak naik-turun dengan cepat dan kuimbangi dengan putaran pinggulku.. sementara buah dadanya yang tegak menantang kuremas-remas dengan tanganku.

Gerakan kami makin cepat.. dan erangan Mbak Atik makin keras. Aku duduk dan memeluk pinggangnya.
Kami berciuman dalam posisi Mbak Atik duduk berhadapan di pangkuanku.

Aku bebas mengeksplorasi tubuhnya dengan tangan dan bibirku.
Kuangkat tubuhnya sambil berdiri.. kugendong dan kuturunkan sebelah kakinya sementara itu kaki yang satunya menjepit pahaku.
Kulipat lututku sedikit untuk mengambil posisi yang tepat. Kami bercinta sambil berdiri.

“Aagghh.. Anto.. Luar biasa.. kamu kuat sekali..” bisiknya.

“Mbak.. Mbak juga nikmat sekali..” balasku di sela hujaman batang penisku di liang vaginanya.

Kubawa tubuhnya kembali ke ranjang dan langsung kugenjot dengan menghentak-hentak.
Nafas kami semakin memburu. Kuganti pola gerakanku. Kucabut penisku dan kumasukkan kembali setengahnya.
Demikianlah kulakukan berulang-ulang sampai beberapa hitungan dan kemudian kuhempaskan pantatku dalam-dalam.

Mbak Atik setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepanasan.
Pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan yang terjadi akibat gesekan kulit kemaluan kami.

Lubang vaginanya yang licin diimbangi dengan gerakan memutar dari pinggulnya membuatku semakin bernafsu.
Ketika kuhujamkan seluruh penisku ke dalam vaginanya.. Mbak Atik pun menjerit tertahan dan wajahnya mendongak.

Aku menurunkan tempo dengan membiarkan penisku tertanam di dalam vaginanya tanpa menggerakkannya.
Kucoba memainkan otot kemaluanku. Terasa penisku mendesak dinding vaginanya dan sedetik kemudian ketika aku melepaskan kontraksiku.. kurasakan vaginanya meremas penisku.
Demikian saling berganti-ganti.

Permainan kami sudah berlangsung beberapa saat. Kedua kakinya kuangkat dan kunaikkan di atas pundakku.
Dengan setengah berdiri di atas lututku aku menggenjotnya. Kakinya kuusap dan kucium lipatan lututnya. Ia mengerang dan merintih-rintih.

“Ouhh Mbak.. Kita.. Ouuhh..!!”
Aku mengangguk dan memberi isyarat kepadanya untuk menutup permainan ini. Ia pun mengangguk setuju.

Kukembalikan dalam posisi normal.. misionaris..
Kamipun berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran.

Gerakan demi gerakan.. pekikan demi pekikan telah kami lalui. Cleb-slebb-clebb-slepp-clepp-slebb-clepp-slebb-clepp-srekk-clekk-clobb-slobb..
Aku semakin cepat menggerakkan pantat sampai pinggangku terasa sakit.. namun aku tetap bertahan untuk menyerangnya.

Mbak Atik meremas rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya.. betisnya segera menjepit erat pahaku.
Tubuhnya menggelepar-gelepar.. kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan.. tangannya semakin kuat menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih keras lagi.

Aku pun semakin liar memberikan kenikmatan kepada Mbak Atik yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang.

“Aahh.. Sshh.. Sshh..” Gerakan tubuh Mbak Atik semakin liar.

“Ouoohh nikmatnyaa.. Aku mau keluuarr.. Sampai..”

Aku merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kejantananku dan ingin keluar.
Sudah saatnya aku menghentikan permainan ini.

Aku mengangguk dan iapun mengangguk sambil memekik panjang.. ”Ouuwwhh..!”
Kuangkat pantatku.. berhenti sejenak mengencangkan ototnya dan.. Jleghh..! Segera menghujamkan penisku keras-keras ke dalam vaginanya.

"Nghhhh.." Nafasnya seolah-olah terhenti sejenak dan kemudian terdengarlah erangannya.
Tubuhnya mengejang dan jepitan kakinya diperketat.. pinggulnya naik menjambut penisku.

Crett..cratt.. cratt.. cratt..
Sejenak kemudian memancarlah spermaku di dalam vaginanya.. diiringi oleh jeritan tertahan dari mulut kami berdua.

“Aww.. Aduuh.. Hggkk..!”

Kami pun terkulai lemas dan tidak berapa lama sudah tidak ada suara apapun di dalam kamar kecuali desah napas yang berkejaran dan berangsur-angsur melemah.
Tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra.

Sebentar kemudian Mbak Atik kembali membersihkan penisku dan setelah itu kami mengenakan pakaian.
Akhirnya akupun berpamitan pulang setelah mengintip dari balik jendela dan yakin bahwa keadaan di luar aman-aman saja.

Sore hari kulihat anak-anaknya dijemput oleh neneknya.. karena memang besok hari libur.
Kesempatanku nanti malam untuk bergumul lagi dengan tubuh montok nan aduhai terbuka lebar.

Menjelang senja setelah mandi aku berpakaian rapi dengan parfum yang kupakai khusus pada saat tertentu saja.
Hanya saja aku tidak mengenakan celana dalam.

Adikku yang melihatku tampil rapi keheranan dan bertanya-tanya aku mau ke mana.
Aku sengaja tidak memberitahu Mbak Atik sebelumnya biar ada unsur pendadakan dan kejutan.
Seperti mau perang saja. Eh tapi ini perang juga kan..? Ada meriam.. amunisi.. gua perlindungan dan perkelahian satu lawan satu. Hehe..

Aku memutar lewat belakang rumahnya. Pintu belakang terbuka dan setelah kuamati Mbak Atik sedang memasak di dapur.
Badannya membungkuk sambil mengaduk sesuatu di dalam panci. Ia hanya mengenakan daster longgar.

Aku masuk.. menutup pintu dengan perlahan tanpa menimbulkan bunyi dan dengan berjingkat kudekati dia dari belakang.
Setelah dekat tiba-tiba kupeluk dari belakang.. tangan kiriku menutup mata dan tangan kananku menutup mulutnya.. takut nanti dia berteriak.

“Uuffpphh.. Uffpp..!?” Ia meronta-ronta dan berusaha membuka tanganku.

Kucium telinganya dan kubisikkan.. ”Tenang Mbak.. ini aku..”

Perlahan kulepaskan tanganku dari mata dan mulutnya.

Ia berbalik dan hendak memukulku dengan sendok sayur yang dipegangnya.
“Kamu ini.. bikin kaget saja. Kalau aku tadi teriak gimana..? Kamu masuk dari mana..?”

“Sorry Mbak.. pengen kasih kejutan saja. Kulihat tadi siang anak-anak dijemput neneknya kan..?
Pintu belakang terbuka.. makanya aku langsung masuk saja. Siapa tau pintu Mbak lainnya terbuka juga..” kataku lagi.

“Eh.. jangan kurang ajar kamu ya..! Emangnya saya apaan..!?” Katanya datar tanpa ekspresi marah.

“Hmm.. Masak apa Mbak..? Baunya harum sekali..”

“Lagi bikin rawon.. sudah lama nggak makan rawon. Kamu ini yang harum sekali.. mau pesiar ke mana..?”

“Lho.. malam ini saya mau mendaki dua gunung dan berenang di sebuah telaga.
Pakai parfum dong.. jadi kalau capek dan keringetan bau tubuhku tidak tercium..”

“Kamu sudah makan..? Kita makan dulu yok..!” Ajaknya.

Kamipun pergi ke ruang tengah untuk makan. Kami duduk berhadapan di meja makan.
Sambil makan kakiku mulai beraksi. Kuangkat dan kutumpangkan di pahanya.
Kusingkapkan ujung dasternya dengan ibu jari dan mulai menggesek-gesekkan telapak kakiku ke pahanya.

Mbak Atik hanya tersenyum saja dan membiarkan tingkahku.
Aku sengaja hanya beroperasi di sekitar paha atasnya saja.. tidak sampai masuk ke celah pahanya. Belum saatnya.

Setelah makan kami pindah ke ruang depan dan duduk di karpet menyandar ke sofa sambil nonton TV.
Udara malam terasa dingin. Dinginnya angin musim kemarau mulai menusuk kulit.
Bedhidhing.. mangsa katelu –musim ketiga..– menurut kalender Jawa.

Mbak Atik bersandar di bahuku. Tanganku dipegangnya dan didekapkan di payudaranya. Sesekali diciumnya leher dan pipiku.
Ia menguap.. berdiri dan berjalan ke ruang belakang.
Tak lama kemudian ia sudah kembali dengan membawa sloki dan sebotol anggur merah produk lokal.

“Kita minum sedikit ya. Ini sisa peninggalan almarhum. Selama ini kutaruh saja di dalam kulkas.. karena aku sendiri bukan peminum.
Tapi malam ini rasanya romantis sekali kalau kita minum berdua..” katanya sambil menuangkan anggur tadi ke sloki dan meminumnya dalam sekali teguk.

Ia menuang sekali lagi dan memberikan padaku. Kuterima sloki itu dan juga kuhabiskan dalam sekali teguk.
Terasa panas di tenggorokanku dan mukaku langsung memerah. Aku memang bukan peminum berat.. just social drinker.
Lampu ruangan dimatikannya.. sehingga kini hanya cahaya dari TV yang menerangi ruangan.

Sambil duduk dan nonton TV kami minum lagi. Aku sadar harus tetap bisa mengontrol diri agar tidak sampai mabuk.
Setelah tiga sloki masuk ke mulutku.. maka kusingkirkan botol ke meja kecil.
Kurasa acara pendahuluan sudah cukup dan kini menjelang acara inti.

Mbak Atik menggeser tubuhnya semakin merapat ke tubuhku. Mukanya merah akibat terkena pengaruh alkohol.
Tangannya mengusap pahaku dan berseser ke atas sampai mengenai penisku.
Tangannya bergerak-gerak di sekitar pangkal pahaku.. mungkin memastikan aku tidak memakai celana dalam.

Suasana mulai panas dan akhirnya dengan satu gerakan ia menarik ritsleting celanaku dan langsung menyusupkan tangannya ke dalam celanaku. Penisku yang mulai berdiri tegang langsung dipegang dan dipijitnya.

Akupun tidak sabar lagi ingin segera merasakan kehangatan tubuhnya. Kubuka dasternya dan tangannya membuka bajuku.
Aku berbaring di karpet dengan tetap memakai celana panjangku.

Mbak Atik yang tinggal memakai pakaian dalam naik dan menindih tubuhku.
Tangannya mengusap-usap bulu dadaku dan bibirnya menjelajahi leher.. dagu.. pipi dan kemudian berhenti di bibirku dengan sebuah ciuman yang panas.
Aku membalas ciumannya dengan penuh gairah.

Kubuka behanya dan kusambut kedua payudaranya dengan ciuman.. isapan.. rabaan dan remasan lembut.
Ia mengelinjang dan napasnya mulai terdengar tertahan. Tangannya kembali meraba dan meremas penisku.

Dibukanya ikat pinggangku dan dengan jari kakinya ia menarik dan melepaskan celanaku.
Aku sudah dalam keadaan bugil. Penisku berdiri tegak dalam genggaman tangannya.

Aku bergeser dan mencium tengkuknya. Kulepaskan badannya dari atasku ke samping dan kini ia berbaring dalam posisi tengkurap.
Kususupkan tanganku di bawah dadanya dan kuremas buah dadanya perlahan.

Kuciumi tengkuk.. leher belakang dan kujilati sekujur punggungnya.
Ia mendesis lirih.. kepalanya mendongak.. tangannya bergerak ke belakang dan meremas rambutku.

“Sebentar Mbak. Lepaskan dulu..” kataku samil berdiri dan menuju ruang yang dipakai untuk salon.

Kuambil botol body lotion dan kembali kepadanya. Ia keheranan dan menatapku dengan mata sayu.
Kucium bahunya dengan lembut dan kubisikkan.. “Aku mau mijitin Mbak dulu. Gantian.. tadi pagi aku sudah dipijit. Celananya dibuka saja Mbak..”
“Hmmhh..” katanya sambil menaikkan dan menggoyangkan pinggulnya memberi kode agar aku yang membukakannya.

Kuusap pinggulnya dan kutarik ban celana dalamnya perlahan-lahan. Kini ia menyusulku berbugil ria.
Aku menuangkan sedikit body lotion dan mulai mengurut punggungnya.

“Enak To. Kamu pintar mengurut juga..”
Kadang memang teman-teman kos-ku minta bantuanku untuk sekedar memijit punggung atau mengerik kalau masuk angin.

Tanganku mengurut sekujur punggung.. pantat.. kaki dan betisnya.
Kadang dengan nakal kugelincirkan tanganku ke samping dan memijit pangkal payudaranya. Mbak Atik hanya tersenyum dan mendesah saja.

Pada saat posisiku duduk di belakang pantatnya kukocok penisku sebentar sampai keras dan kusisipkan di celah pahanya.
Tangannya segera bergerak ke belakang dan mencoba membantu untuk memasukkan ke vaginanya.

Aku belum bermkasud untuk penetrasi.. hanya sekedar menghangatkan suasana saja.
Makanya begitu kepala penisku terasa sudah membuka bibir vaginanya aku menghentikannya.. dan cuma mengkontraksikannya beberapakali kemudian kucabut lagi.

Mbak Atik mau memprotes.. namun aku sudah mulai memijat punggungnya lagi.
“Sabar Mbak.. nanti juga kuberikan sampai habis..” kataku.

Setelah lima menit kemudian.. “Sudah Mbak.. berbalik..! Bagian depan depan mau dipijit atau tidak..?” Kataku.

Ia berguling membalikkan badannya. Glekk..! Aku menelan ludah melihat pemandangan di depanku.
Buah dadanya yang bulat besar.. pahanya yang mulus dengan hiasan padang rummput tebal mengelilingi sebuah telaga.

“Jangan melamun.. ayo pijit. Nanti saja upahnya. Pokoknya ditanggung beres dan puas..” Ia menarik tanganku ke buah dadanya.

Aku mulai melakukan pijatan-pijatan ringan dari pangkal payudaranya bergerak ke arah puting.. tetapi tanpa menyentuh putingnya.
Ia memejamkan mata dan menggigit bibirnya.

Aku sengaja tidak memakai body lotion lagi.. karena nanti sekujur perut.. dada dan leher akan menjadi sasaran lidahku.
Kubuat gerakan halus melingkar di sekitar pangkal payudaranya.

Kutangkupkan telapak tanganku di dadanya dan mulai meremasnya dengan gerakan memutar.
Mbak Atik menggoyangkan kepalanya.. kakinya perlahan membuka. Sebelah kakinya diangkat terlipat dan menekan karpet.

Ketika pijatanku bergeser ke arah pundaknya.. ia membuka matanya lalu menangkap tanganku dan memeluk leherku.
“Sudah To. Cukup. Aku tak sabar lagi..!”

Kuhentikan pijitanku dan langsung kutindih tubuhnya. Penisku yang tadinya sudah mulai kendor kini mengeras kembali.

“Aku akan memberikan upahmu sekarang..” katanya sambil menggulingkan badanku.

Mulutnya begerak mencium kening.. pipi.. ujung hidung.. mengecup bibir terus menyapu leher dan dadaku.
Putingku digelitik dengan ujung lidahnya. Aku merinding dan mengejang menahan geli sekaligus nikmatnya rangsangan di putingku.
Kuremas dan kuciumi rambutnya.

“Ouuhh Mbak. Aahh.. Enak.. Nikmat..”

Mbak Atik masih meneruskan aksi di kedua putingku silih berganti. Kini lidahnya bergerak turun ke perutku terus ke paha dalam.. lutut dan menggigitnya lembut.
Aku 'terpaksa' meremas karpet untuk menahan kenikmatan.

Tangannya memegang penisku dengan erat.. kemudian lidahnya mulai menjilat biji.. bergeser ke batang terus menuju kepala penisku.
Dikulumnya kepala penisku dan gerakan blow job dilakukannya dengan lincah.
Dibelahnya lubang kencingku dan dengan gerakan lincah ia menggelitik dengan ujung lidahnya.

“Mmbbaakk.. Ouhh.. Acchh..!!” Erangku menahan sejuta kenikmatan yang diberikannya.

Tubuhnya memutar.. sehingga kini selangkangannya sudah berada di mukaku.
Dengan perlahan kusibakkan rambut tebal yang ada di sana dan kususupkan lidahku masuk dan mulai menjilati daging kemerahan sebesar biji jagung.
Dinding vaginanya segera berdenyut merespon perlakuanku. Lidahku seakan-akan terjepit oleh dinding vaginanya.

“Sshhahh Anto. Terus To! Lakukan sesukamu To..!”

“Mbak sedaap. Uuhh..!”

Kami bergantian saling mendesis dan melenguh. Mbak Atik melepaskan kuluman pada penisku.

“Kita lakukan di sini saja To..” katanya sembari menghela napas.

Pantatnya bergeser ke arah selangkanganku. Dengan membelakangiku ia berjongkok dan mengatur posisi selangkangannya agar tepat berada di kepala penisku.

Ctap..! Diraihnya penisku dan digesekkannya di bibir vaginanya.
Mula-mula hanya kepala penisku saja yang menyusup di bibir vaginanya.

Selanjutnya.. dengan gerakan turun dan memutar pinggulnya maka.. blessepp.. peniskupun amblas ke dalam vaginanya yang lembab dan hangat.
Ia mulai menggerakkan pantatnya naik-turun.. maju-mundur dan berputar. Kupegang pinggulnya dari belakang dan kuimbangi irama gerakannya.

“Anto.. Anto.. Anto.. Aauwwhh..”

“Huuffpp.. Aatikk.. Mbakk..”

Kuangkat badanku dan dalam posisi duduk memangkunya kuremas buah dada dan kucium tengkuknya sampai berbekas merah.
Dengan perlahan kuangkat tubuhku dan iapun mengimbanginya dengan berdiri perlahan dengan membungkuk.. sehingga kelamin kami masih bertautan.

Kuarahkan ia bergerak ke arah sofa. Diangkatnya kaki kiri ke atas sofa dan kaki kanan berdiri di lantai.
Tangannya memengang sandaran sofa. Kupegang dan kuusap pantatnya lalu kuayunkan pantatku maju-mundur.

Kadang kubuat sudut dengan merendahkan lututku.. sehingga kulit penisku menggesek dinding vaginanya dengan kuat.
Bunyi paha beradu dengan pantat terdengar berirama.
Kujulurkan tanganku ke depan.. sehingga buah dadanya dapat kuraih dan selanjutnya kuremas serta kupilin putingnya.

Mbak Atik merem melek menahan gempuranku. Apalagi ketika penisku kukeraskan dan kutusukkan berulang-ulang dengan cepat.
Dadanya dibusungkan.. kepalanya mendongak dan bergoyang-goyang tak keruan.

Kugenjot semakin cepat dan iapun semakin kuat menggoyangkan kepalanya.
Pantatnya bergerak tak beraturan.. kadang maju-mundur.. kadang berputar.

Kuturunkan irama permainan.. tetapi kukeraskan penisku dan kusodok dengan pelan namun penuh tenaga.
Keringat mulai menitik di sekujur tubuhku.

Kucabut penisku dan kini ia telentang di sofa menunggu penisku untuk segera memasuki guanya.
Kepalanya diletakkan pada sandaran tangan. Kutumpukan berat badanku pada kedua lenganku.

Dengan perlahan kuambil posisi penetrasi dan dengan gerakan sangat lambat penisku kembali masuk dalam vaginanya.
Ketika sudah setengah batang masuk.. maka dengan cepat kuhentakkan sampai mentok di rahimnya.. Jleghh..!

“Heehhkk.. Oouhh..!” Ia menahan napas menahan hentakanku.

Slepp.. Kutarik lagi sampai keluar.. Jlebb..! kumasukkan dengan pelan sampai setengah dan kuhentakkan.
Ia sudah siap menahan napas untuk mengimbangi permainanku.

Beberapakali kulakukan variasi ini sampai tanganku terasa lelah tidak kuat lagi menahan berat badanku.

Kurapatkan badanku di atas badannya. Kupeluk punggungnya sementara itu ia memeluk leherku dengan erat.
Diciumnya bibirku dan disedotnya sampai berbunyi.

Gerakanku kini pelan dan ringan saja untuk sekedar memperoleh kesempatan sedikit untuk beristirahat.
Kaki kiriku menginjak lantai dan kaki kananku bertumpu pada lutut. Kedua kakinya menjepit pahaku dengan erat.

Kuangkat kedua kakinya ke atas bahuku dan dengan posisi kaki kanan berlutut kugenjot lagi.
Kurasakan penisku mentok di rahimnya setiapkali kuhentakkan. Kulipat kakinya sampai lututnya menempel di perutnya.
Vaginanya kelihatan semakin menonjol dan penisku semakin sering menyentuh dinding rahimnya.

“Aku capek.. ganti posisi To..” bisiknya meminta.

Aku belum tau posisi apa yang dia inginkan. Ia duduk di atas sandaran tangan dan merebahkan badannya.
Dengan posisi berdiri kumasukkan lagi penisku. Sambil kugenjot kujepit kakinya di ketiakku.
Sementara itu tangannya meremas rambutnya sendiri. Kakiku mulai goyah dan rasanya tidak kuat meneruskan posisi ini.

Kuangkat tubuhnya dan dengan berputar aku duduk di sofa memangku Mbak Atik.
Kini ia yang aktif bergerak. Aku beristirahat sebentar dan mengimbangi gerakannya.
Telapak kakinya memijak tepi sofa dan pantatnya bergerak maju-mundur agar vaginanya dapat menelan penisku.

“Ouhh Anto.. Aku tak tahan lagi. Ayo kita.. Aahh..!”

Kubaringkan badannya di atas karpet dan kuisap payudaranya dengan kuat. Kukunya kuat menghujam punggungku.
Kurapatkan kedua kakinya dan kujepit dengan kakiku.
Dalam posisi ini maka dengan sedikit tenaga aku dapat meraih kenikmatan maksimal dari gesekan penisku dengan vaginanya.

“Mbaakk.. Sebentar lagi mbaakk..”

“To cepat.. Lebih cepat lagi..!”

Aku semakin cepat bergerak. Kulihat bola matanya memutih dengan muka memerah.
Kini kurasa tiba saatnya untuk memberikan pukulan terakhirku.

Kubuka lagi kedua kakinya.. sehingga melilit betisku. Kugenjot dengan cepat dan bertenaga sampai lututku terasa pedih.
Namun tanggung kalau harus berhenti. Gerakanku kupercepat dan semakin cepat. Kami sudah tinggal sesaat lagi mencapai puncak.

“Sudah To.. Selesaikan sekarang. Arrcchh..!” ia meraung.

Punggungnya yang bongkok udang melengkung menjauhiku.. sementara selangkanngannya semakin merapat.

“Mbakk.. Ouhh..!!”

Aku mengambil ancang-ancang dengan menarik penis sampai tinggal ujung kepalanya yang bersentuhan dengan bibir vaginanya..
Lalu.. Jleghh..! Dengan satu hentakan yang sangat kuat kuhujamkan penisku sampai sedalam-dalamnya hingga pangkal penisku membentur tulang pubisnya.

“Antoo.. Yeahh..!” Pantatnya naik menyambut hujamanku dan tangannya meremas rambutku sekerasnya.
Vaginanya berdenyut kuat meremas penisku. Bibirnya mencari-cari bibirku dan kusambut dengan ciuman penuh gairah kepuasan.

Napas kami terengah-engah.. muka kami memerah karena lelah.. nikmat dan sedikit pengaruh alkohol.
Sampai beberapa detik denyutan demi denyutan masih kami rasakan.
Ketika penisku akan kucabut ia mengkontraksikan otot vaginanya.. sehingga penisku tidak bisa kucabut keluar.
Kubiarkan saja mengecil dan dengan sendirinya lepas dari vaginanya.

Aku berguling ke samping. “Mbak hebat sekali permainannya..” bisikku memuji.

“Sama. Kamupun hampir membuatku kewalahan. Nikmat sekali rasanya sampai kemaluanku ngilu kamu buat..” balas mbak Atik memujiku.

Beberapa saat kemudian napas kamipun kembali normal. Dengan berbalut handuk aku keluar mengikutinya ke kamar mandi.
Lampu kamar mandi sengaja dimatikan supaya tidak kelihatan dari luar.

Sambil membersihkan badan ia masih saja menciumiku dan mencumbuku mesra.
Aku menghindari cumbuannya. Bukan apa-apa. Setelah menggapai puncak rasanya badan capek sekali.. sehingga malas meladeni cumbuannya.

“Mbak.. Tunggu Mbak. Sudah dulu. Aku akan tidur di sini saja. Kita punya banyak waktu sampai pagi besok.
Aku akan puaskan Mbak sampai besok Mbak nggak bisa buka salon..” Kataku sambil melepaskan pelukan tangannya.

Kami kembali ke dalam rumah dan berbaring di ranjangnya yang empuk.
Nikmat sekali rasanya setelah pertempuran di lantai hanya beralaskan karpet..
Kini badanku rasanya ringan dan setelah ngobrol sebentar kamipun tertidur dalam keadaan telanjang bulat.

Sekitar dua jam kemudian kami kembali berenang mengarungi samudera kenikmatan bersama-sama.
Sampai pagi kami tidak bisa tidur.. dan akhirnya menjelang dinihari.. sekali lagi kami bermandi peluh kepuasan.
Keadaan ranjang seperti pantai yang habis diamuk badai.. berantakan tak keruan.

Hari masih gelap ketika aku keluar dari rumahnya.
“Nanti malam kutunggu kamu di sini.. jantanku..” sambil memberikan kecupan di bibirku.

Kita lihat saja nanti. Kalau tenagaku sudah pulih Oke saja. Kalau belum.. tak usah saja.. nanti malah dia kecewa.
Atau mungkin aku perlu pemeran pengganti untuk menggantikanku untuk sementara..? Haha.. (. ) ( .)
----------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Mantap suhu..
Nubie pernah baca cerita Anto ini juga suhu jaman msh SR dulu..Lanjutin suhu dengan kisah Anto yg lain..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd