--------------------------------------------------------------------------------
Cerita 158 – Skandal Terlarang
----------------------------------------------------
Episode 1 : Cintaku Adik Iparku
----------------------------------------------------
Perkenalkan sebelumnya.. aku adalah seorang pengusaha muda..
yang bergelut di bidang perkebunan, perikanan dan kontraktor.
Sebut saja namaku Wildan.. umurku saat ini 32 tahun.
Aku sudah berumah tangga.. memiliki seorang istri dan anak yang saat ini sudah berumur 6 tahun.
Istriku sebut saja namanya Kinanti.. wajahnya lumayan cantik.
Meski bodynya imut.. namun menurutku tergolong sexy dan sintal.
Kehidupan seks kami cukup berwarna. Hampir tiap hari kami melakukan hubungan seks.
Dan kehidupan berumah tangga kami juga cukup romantis.
Pada intinya tidak pernah ada masalah dan kendala dalam rumah tangga kami.
Istriku mempunyai seorang adik perempuan.. sebut saja nama Marissa.. nama panggilannya Ica.
Dia berumur 3 tahun lebih muda dari istriku.
Dia juga sudah berumah tangga.. suami dan mempunyai anak.
Sebut saja suaminya dengan nama Ikhsan.
Marissa bekerja pada sebuah perusahaan swasta.
Aku sudah mengenal Marissa sejak pertamakali berpacaran dengan Kinanti istriku.
Jarak perkawinan antara aku dan adik iparku hanya 1 tahunan.
Rumah kami letaknya berdekatan.. alias bertetangga.. sehingga kami tentu saja jadi sering sekali bertemu.
Kalau dari segi fisik.. istriku jauh lebih cantik dan sexy.. sedangkan Marissa menurutku biasa-biasa saja.
Badannya imut dan tergolong kurus. Ukuran Branya pun hanya 32 A.
–ukurannya aku ketahui ketika melihat behanya saat aku ML dengannya..–
Pantatnya pun biasa saja.
Pokoknya masih jauh kalah dari Kinanti istriku.. yang memiliki body yang sexy dan sintal.
Namun entah kenapa.. setiap bertemu Marissa darahku selalu berdesir dan bergejolak.
Aku sering bertandang ke rumah Marissa.. begitu pun Marissa sering bertandang ke rumahku.
Kalau aku bertandang ke rumah mereka untuk sekedar ngobrol dengan Ikhsan suaminya..
aku sering melirik-lirik ke arah Marissa.
Apalagi saat di rumahnya Marissa sering hanya menggunakan tank top longgar dan celana ketat.
Tak jarang Marissa tidak menggunakan Bra.. sehingga di balik tank topnya itu..
aku bisa melihat bayangan putingnya atau pun payudaranya di sela-sela ketiaknya.
Ketertarikanku berawal ketika aku masih pacaran dengan istriku.
Saat itu kami jalan bertiga.. dan entah di mana persisnya saat itu.. kami duduk bertiga di anak tangga rumah.
Aku duduk di anak tangga yang lebih tinggi di belakang Kinanti.. istriku.. –saat itu masih pacar..– dan Marissa.
Ketika sedang asyik ngobrol.. sekilas aku melihat belahan pantatnya yang membelakangiku.
Wuihh..!! Belahannya cukup terpampang di depanku.
Saat aku bicara dengan mereka.. aku pun ditakjubkan oleh belahan kedua payudara Marissa..
yang terlihat begitu menggoda dari selipan baju kaosnya saat itu.
Jadilah.. sejak itu aku begitu terobsesi dan sering melirik-lirik ke arahnya.
Nah.. beberapa saat lalu aku datang ke rumah Marissa untuk membantu suaminya Ikhsan..
merenovasi rumah. Saat itu sudah larut malam.
Pada saat itu aku dibuat kaget.. karena Marissa mengenakan tank top longgar dan tanpa menggunakan bra..
Sehingga tak pelak membuatku beberapakali melihat bayangan puting.. bahkan payudaranya.
Sungguh aku jadi salah tingkah.. sekaligus horny dan makin terobsesi.
Sejak saat itu aku semakin terobsesi dengan Marissa.. adik iparku itu.
Tak jarang aku sering main ke rumah Marissa di saat dia dan suaminya tidak ada di rumah..
–karena kebetulan memang aku dan istriku punya kunci cadangan rumah Marissa..–
Kalau sudah seperti itu.. aku paling sering masuk kamar Marissa.. untuk sekedar mencari daleman..
–CD & Bra-nya..–
Dan tak jarang aku mendapatkan daleman yang belum dicuci..
Ehmmm.. sehingga masih meninggalkan bau khas dari vaginanya.
Ahhh..!! Begitulah terobsesinya diriku dengan Marissa.. adik iparku sendiri.
Namun begitu.. aku tidak pernah berani menggoda atau mengajaknya lebih jauh..
Mengingat hubungan kami yang memang sangat dekat.
Hingga saat itu terjadi dan menjadi awal kisah perselingkuhan dan cinta kami.
Begini ceritanya..
Saat itu.. hari Selasa.. namun tanggalnya aku tidak terlalu ingat.. namun yang jelas di bulan Oktober 2011.
Hari itu aku ada janji dengan seorang kolegaku yang datang dari luar provinsi.
Rencananya hari itu aku dan kolega akan pergi keluar kota untuk melihat proyek kami.
Sekira jam 9 pagi aku berangkat dari rumah menuju hotel tempat kolegaku menginap.
Sesampainya di parkiran aku melihat sebuah motor matic yang parkir di sana.
Setelah-telah mengingat-ingat.. aku baru sadar kalau ternyata itu adalah motornya Marissa.. adik iparku.
Tapi hatiku bertanya.. ada apa dia ke hotel ini sepagi ini..?
Karena.. jarak hotel ini dan kantornya bisa dikatakan jauh sekali.
Namun kemudian aku acuh saja dan berlalu menuju restoran tempat aku janji bertemu dengan kolegaku.
Setelah sampai di restoran, aku duduk mengambil tempat sambil menunggu kolega turun dari kamarnya.
Tak lama hapeku berdering dan ternyata itu dari kolegaku.
Dia mengabarkan bahwa dia sedang keluar dari hotel dengan saudaranya..
dan minta aku menunggu saja di restoran untuk beberapa saat.
Akhirnya aku menunggu. Untuk menghilangkan bosan.. aku bergerak ke lobi hotel..
mencoba untuk mencari Koran dan bacaan lain sekedar penghilang suntuk.
Dalam perjalanan ke lobi.. aku terkejut melihat adik iparku Marissa tengah bergandengan tangan..
dengan seorang pria yang tidak kukenal.. bergerak dari lobi menuju lift.
Setelah kuperhatikan mereka masuk menuju lift. Aku terdiam dan coba mendekati lift..
Di pintu lift angka penghitung berhenti di angka 8.. menandakan dia menuju ke lantai 8.
Aku lantas mengambil inisiatif mengikutinya ke lantai 8..
Namun saat aku sampai di sana aku hanya melihat lorong dengan kamar di sisi kanan dan kiriku.
Aku semakin bertanya-tanya.. Wahhh.. ada apa nih..!?
Adik iparku Marissa masuk kamar dengan pria yang bukan suaminya..!?
Akhirnya aku kembali menuju ke restoran lagi. Otakku terus berpikir ada apa dengan Marissa..?
Apa dia selingkuh..?
Tak lama kemudian ada SMS masuk dari kolegaku..
mengatakan bahwa dia baru bisa kembali ke hotel sekitar 3 jam lagi.
Namun bukan itu yang jadi pikiranku sekarang.. melainkan Marissa. Apa dia selingkuh..?
Akhirnya.. untuk menjawab pertanyaan hatiku.. aku berinisiatif untuk meng-SMS dia.
Aku tulis di hapeku.. –Ca.. lagi di mana sekarang..?
Tadi abang liat kamu ada di hotel F dengan seorang Pria yang tidak abang kenal.
Kamu masuk ke lift menuju lantai 8 dengannya. Ngapain kamu..?–
SMS itu aku kirim ke dia. Tidak lama ada balasan dari Marissa..
–Bang Wildan ada di mana..? Marissa bisa jelaskan ke bang Wildan.. tapi jangan bilang sama Ikhsan.
Abang ada di mana..? Biar Marissa ke sana sekarang..?–
Aku balas lagi SMSnya.. –Abang di Restoran di lantai 1.. sedang menunggu kolega..–
Tak lama kemudian Marissa datang. Ia sendiri dan tak terlihat pria tadi yang bersamanya.
Marissa terlihat salah tingkah.. mukanya merah.. mungkin dia malu.
Aku lantas bertanya padanya.. “Kamu ngapain Marissa..?”
Dia terlihat menangis lantas memegang tangan kananku.
"Maafkan Marissa bang, tolong jangan bilang sama Ikhsan dan Kak Kinanti..” dia menangis terisak.
Aku menenangkannya dengan mengusap rambutnya. Aku tanya lagi..
“Kamu ngapain sama orang tadi..? Ngapain kamu cek in sama dia..? Kamu selingkuh ya..?”
Perlahan dia mengangguk lalu berkata.. “Maaf bang, tapi ini salahnya bang Ikhsan.. –suaminya–
Selama ini dia tidak pernah bisa jadi suami yang memuaskanku..”
Cukup kaget aku mendengar pengakuannya. Tanpa aku sadari, ternyata aku berada di ruangan umum.
Yaitu restoran dan ternyata ada orang yang melihatku dengan Marissa yang sedang menangis.
Malu juga rasanya.. takut dikira orang ada apa-apa.. sementara itu Marissa masih menangis.
Kemudian aku berkata pada Marissa.. “Ya udah, kita ngga usah ngobrol di sini.. banyak orang.
Abang ingin tau kenapa kamu sebenarnya..? Di mana kita bagusnya ngobrol yang ngga ada orang..?”
“Terserah bang Wildan saja..” katanya pasrah.
Karena bingung.. kemudian sejenak aku meninggalkannya dan aku berinisiatif menuju resepsionis..
untuk booking satu kamar.. biar aku bisa ngobrol dengan Marissa dengan leluasa.
Sampai sejauh ini tidak ada sedikit pun pikiran macam-macam di benakku.
Setelah menyelesaikan administrasi.. kemudian aku bergerak menuju restoran..
Lalu mengajak Marissa menuju kamar yang sudah kubooking tadi.
Sesampainya di kamar Marissa langsung duduk di sofa kamar..
aku berinisiatif mengambil beberapa minum soft drink dan kuberikan kepadanya.
Aku lantas duduk di sampingnya dan kemudian bertanya.. “Kenapa kamu begini..?”
Sambil terisak menangis dia minta maaf dan kemudian bercerita:
bahwa semenjak perkawinannya hingga sekarang.. –kurang lebih 6 tahun..–
dia tidak pernah dapat kepuasan seksual dari suaminya.
Dia bilang bahwa Ikhsan orangnya konservatif dan maunya menang sendiri kalau sudah di tempat tidur..
sehingga Marissa tidak pernah sekali pun merasakan kepuasan.
Wahh jadi begitu, yaa..!? Aku cukup kaget dengan jawabannya.
“Hmm.. sejak kapan kamu selingkuh dan berhubungan dengan pria lain..?” Kembali aku bertanya.
Marissa menuturkan bahwa hari ini adalah hari pertama dia mencoba selingkuh..
Itu pun karena terus digoda oleh teman prianya dia tadi.. yang ternyata teman/rekan kerjanya di kantor..
hingga akhirnya dia tidak tahan dan mau diajak berselingkuh.
Sejenak kulihat Marissa masih menangis dan berulang dia minta aku berjanji..
agar tidak membocorkan rahasia ini dengan Ikhsan suaminya.. atau pun dengan Kinanti kakaknya, yaitu istriku.
Aku mengiyakannya. Aku berusaha menenangkannya dengan memegang salahsatu tangannya..
Kemudian aku usap kepalanya dengan lembut. Dia lantas menyandarkan kepalanya di dadaku.
Masih terus menangis terisak.. dia melanjutkan curhatnya.
“Andai aja Ikhsan mau mengerti kebutuhanku, tentunya tidak akan jadi begini bang Wildan..”
Masih dengan niatan menenangkannya.. sambil memegang wajahnya aku berkata..
“Sudahlah Ca.. kamu tidak harus begitu untuk menyalurkan kebutuhanmu..”
Sejenak dia terdiam.. kedua wajah kami saling berhadapan dan menatap.
Dia menatapku lama sekali dan kemudian berkata.. “Tapi aku tidak bisa menahannya lagi bang.
Aku ingin seperti wanita lain yang bisa menikmati kepuasan kala berada di ranjang..”
Kami masih saling berpandangan.. “Jadi harusnya bagaimana abang bantu kamu Ca..?”
Tanpa kami sadari bibir kami bergerak maju..
Dan entah siapa yang mulai mendekat duluan kemudian kedua bibir kami bersentuhan.
Tanpa dia sadari dia mengecup lembut bibirku dan tanpa kusadari pula aku membalasnya.
Beberapa saat kemudian dia tersentak seperti tersadar.. “Bang, bolehkah ini..?”
Aku hanya diam.. dan kemudian dia mengulang mengecup bibirku sambil menutup matanya.
Sungguh romantis.. dia keliatan cantik sekali saat itu.
Sejenak kemudian aku membalas kecupannya, namun tanpa kusangka dia melumat bibirku.
Kejadian itu berlangsung beberapa saat lalu berhenti dengan sendirinya lantaran kehabisan udara.
“Bang.. sebenarnya sejak dahulu aku sudah menyukai abang sejak kita pertamakali bertemu..”
Lumayan kaget.. mungkin naluri saja..
tanpa kusadari tangannya menjangkau tanganku lantas melingkarkannya di tubuh mungilnya.
Sambil tetap menatapku dia berkata..
“Bang, tolong puaskan aku seperti abang memuaskan Kinanti.. Aku milikmu bang.. aku sayang abang..”
Setelah itu tanpa disadari kedua bibir kami bertemu dan saling berciuman.
Dia keliatan sangat bernafsu, sementara aku tidak tahu mesti ngapain.
Memang sudah sejak lama Marissa jadi objek sekssualitasku..
bahkan tatkala aku bercinta dengan Kinanti istriku.. wajah Marissalah yang ada di pikiranku.
Apakah aku harus lakukan ini..? Antara mencoba menolak tetapi aku menikmatinya.
Tidak kupercaya.. akhirnya Marissa yang selama ini kudambakan sekarang meminta kusetubuhi.
Akhirnya aku menyerah.. ya.. menyerah untuk terus melayani ciumannya. Haha..
Tak disadari sudah beberapa menit kedua bibir kami saling berciuman.
Bahkan sesekali kami saling memainkan lidah kami.
Aku semakin terbawa nafsu.. begitu juga Marissa.
Sambil berciuman Marissa mengarahkan kedua tanganku yang masih melingkar di pinggangnya ke arah pantatnya.
Dia mengarahkan tanganku untuk meremas kedua bongkah pantatnya yang menurutku kecil.. tapi lumayan padat.
Aku terima memainkan bibir dan lidahku di bibirnya.. sementara tanganku juga terus meremas lembut pantatnya.
Terdengar beberapakali suara lenguhan dari mulutnya.. menandakan dia sudah mulai bernafsu.
Tak lama setelah itu Marissa menghentikan ciumannya.
Kemudian dia berdiri dari sofa yang tadi jadi tempat bergumul kami.
Dia berdiri persis di depanku.. kemudian secara perlahan dia membuka kancing blus kerjanya..
satu per satu.. hingga akhirnya keliatanlah payudaranya yang masih berbalut bra hitam.
Setelah semua kancing baju terbuka.. dia membuka baju dan meletakkannya lantai.
Kemudian dia pegang tanganku menariknya ke arah tempat tidur.
Setelah sampai di tempat tidur dia duduk.. sementara itu aku masih berdiri di hadapannya.
Dia berinisiatif membuka baju yang kukenakan.. setelah terbuka dia melemparkannya ke lantai.
“Bang.. aku milik abang sekarang. Aku sayang dan cinta abang..
perlakukanlah sama Marissa dengan Kinanti istri abang. Aku mau jadi istri abang..”
ujarnya penuh kepasrahan dan ketulusan.
Marissa kemudian bergerak menuju tengah tempat tidur.. sambil duduk dia menarikku ke tempat tidur.
Sejenak aku terdiam, namun nafsuku bangkit dan kemudian melumat bibirnya.
Dia membalas.. Kami saling berciuman. Marissa mengarahkan tanganku ke payudaranya.
Sekaranglah saatnya apa yang selama ini kupendam jadi kenyataan.
Aku meremas lembut payudaranya dan sesekali jariku masuk ke branya dan memainkan putingnya.
Ahh..! Terasa putingnya menegang.. menandakan Marissa sudah berada di puncak nafsunya.
Sesekali pula lenguhan keluar dari mulut Marissa yang masih sibuk bergelumul dengan bibirku.
Aku melingkarkan tanganku di punggungnya untuk membuka kaitan branya..
Tak butuh waktu lama.. Ctass..! Tali pengait branya pun terlepas.
Dalam keadaan tetap bergumul.. Marissa membantuku untuk melepaskan bra dari tubuhnya..
Hingga akhirnya sekarang aku bisa melihat dua gundukan payudara yang tidak terlalu besar ukurannya..
Akan tetapi aku takjub dengan putingnya yang masih merah..
menandakan bahwa putingnya jarang diisap oleh Ikhsan suaminya.
Aku juga melihat putingnya yang sudah menegang.
Sungguh aku tidak percaya akhirnya aku bisa melihat semua ini.
Beberapa saat ciuman kami terhenti.. Marissa memintaku untuk tiduran.. dia lalu menghampiriku..
Dia mengecup lembut bibirku dan berkata.. “Bang, Marissa sayang abang. Milikilah aku bang.. aku rela..”
Kembali berciuman dan bergumul. Tanpa kusadari ternyata salahsatu tangan Marissa..
kini sudah mulai mengusap-usap penisku dari luar celana yang masih kukenakan.
Saat itu aku mengenakan celana kain.. sehingga elusannya cukup terasa dan membuat tegang penisku.
Tek lama ciuman Marissa turun ke arah leherku, kemudian terus ke puting.
Dia menjilat dan memainkan putingku. Aku jadi semakin bernafsu.
Ciumannya melanjut.. terus turun ke perutku dan terus ke bawah.
Pada saat tepat wajahnya ada di depan penisku dia kemudian memegang penisku yang sudah mulai menegang.
Diusapnya berkali-kali.. membuat gairahku kian mendidih.. semakin bernafsu.
Dengan penuh perasaan dia mencium penisku dari luar celana.. dan sesekali dia menggigitnya.
Ughhh.. sungguh sensasi yang belum pernah kurasakan dengan Kinanti istriku.
Tak lama.. Marissa membuka gesper dan kaitan celanaku..
Kemudian dia membuka celana dan celana dalam sekaligus..
Taraa..!! sehingga sekarang terpampanglah di hadapannya penis berukuran 18 cm milikku.
Sejenak dia terdiam, kemudian dia berkata..
“Bang, besar sekali punya abang, punya Ikhsan –suaminya– tidak sebesar ini.." katanya memuji.
"Hmm.. pantas Kinanti selalu cerita kalau dia puas dengan layanan abang..” lanjutnya seperti gumam.
–rupanya istriku pernah bercerita tentang hubungan kami di ranjang pada Marissa–
Marissa kemudian mengelus-elus penisku sambil dia menjilati telurku..
Oouughhh nikmati sekali.
Tak lama kemudian.. slrupp.. slrupp.. Marissa menjilat penisku..!!
Sesekali dia terlihat mengulum penisku.. nampak penisku begitu penuh di mulutnya yang kecil.
Dia terus mencium.. menjilat dan mengulum penisku sambil memejamkan matanya.
Penisku keliatan semakin tegang. Marissa semakin asyik memainkan penisku.
Terlihat dia menjilat kepala penisku sambil tangannya mengelus telur penisku, nikmat sekali.
Setelah lama akhirnya dia berhenti.. kemudian aku mengambil inisiatif.
Ini saatnya aku menunjukkan keahlianku. Kami lantas bertukar posisi.
Kali ini Marissa tiduran dan aku berada di atasnya.
Kulumat bibirnya.. kemudian aku meremas payudaranya dan memainkan putingnya.
Lenguhan demi lenguhan terdengar dari mulut Marissa. Ciumanku turun ke lehernya.
Aku menciumi leher hingga telinganya. Sesekali aku menjliati daun telinganya..
dan nampaknya nafsu Marissa semakin menjadi-jadi.
Ciumanku turun ke payudaranya.
Secara bergantian aku mencium.. menjilat dan mengulum payudara dan putingnya.
”Ouuuuggghhhh.. Bang.. akkhuuu sayang abang..” kata-kata itu terdengar dari mulutnya.
Setelah puas bermain di payudaranya, aku minta dia membuka setelan celana kantornya yang masih dipakai.
Aku menyengajakan celana dalamnya tetap terpasang karena aku tidak mau terburu-buru.
Akhirnya saat ini Marissa hanya mengenakan celana dalam hitam.
Kemudian aku menciumi kedua pahanya secara bergantian..
sementara itu kedua tanganku berada di pantatnya.. kuremas pantatnya tersebut dengan lembut.
Ciumanku kini kualihkan naik ke bawah perutnya. Aku ciumi dari luar celana dalamnya..
perlahan aku buka belahan kakinya.. sehingga tepat di wajahku.
Sekarang sudah ada bongkahan vagina yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam.
Kemudian aku menciumi memeknya dari luar celana dalam.
Nampak celana dalam Marissa sudah agak becek..
hingga mengeluarkan aroma khas yang selama ini kudapati dari celana dalamnya.
Aku terus menciumi memeknya dari luar celana dalamnya.
Marissa sepertinya semakin bernafsu.. ”Oooughhh bang.. enak bang..”
Setelah cukup lama aku menjilati vaginanya dari luar celana dalam..
akhirnya aku membuka celana dalamnya tersebut..
Marissa juga membantu untuk membukanya dengan menaikkan paha dan kakinya.
Marissa kini telah dalam keadaan bertelanjang bulat di hadapanku.
Sejenak kunikmati pemandangan indah nan mempesona tersebut.
Nampak Marissa merasa malu aku melihatnya dalam keadaan bugil..
sesekali dia mencoba menutupi bagian memeknya dengan telapak tangannya.
“Kenapa bang..?” Katanya.. dengan wajah bersemu malu-malu.
“Cantik..” balasku tanpa mengalihkan pandanganku dari tubuh indahnya.
Setelah puas memandangi, aku hadapkan wajahku ke memeknya..
Namun kemudian Marissa berkata.. “Abang mau apa..?” Tanyanya..
Nampaknya belum mengerti apa yang akan kulakukan.
“Abang mau jilati memek kamu Ca..”
“Jangan ah bang.. jorok. Apa abang ngga jijik..?”
–Ternyata Ikhsan suami Marissa tidak pernah menjilati memeknya..
Bahkan di lain waktu dia bercerita baru pertamakali dia mengoral penis, yaitu penisku..–
“Ca.. abang juga sayang Ica sejak lama. Sekarang biarkan abang menyayangi kamu ya.
Abang akan berikan kepuasan yang selama ini tidak pernah Ica rasakan. Ica benar sayang abang..?”
Ujarku sambil tersenyum memaklumi.
Akhirnya dia mengganguk dan berkata..
“Ica sayang bang Wildan.. lakukanlah apa yang mau abang lakukan, Ica rela bang”
Kemudian aku mendekati wajahku ke memeknya Marissa.
aku mulai menciumi memeknya dan kemudian aku menjilati memeknya tersebut.
“Oouuugghhh bang, enak bang..” kata-kata itu keluar dari mulut Marissa.
Aku teruskan menjilati memeknya.
Klitorisnya aku isap sehingga nampaknya Marissa semakin tidak tahan.
Sesekali lidahku aku masukkan ke dalam memeknya dan Marissa melenguh keras..
“Bang, Ica ngga tahan.. enak banget bang..”
Aku terus saja bermain di memeknya hingga Marissa sepertinya mengalami orgasme pertamanya..
“Oouuuugggghhh bang, Marissa sayang abang..” dia melenguh panjang..
Sementara kedua belah pahanya berusaha dirapatkan mengapit kepalaku.
Marissa mendapatkan orgame pertamanya dan mungkin juga itu yang pertama dalam hidupnya.
Setelah itu aku berbaring dan aku minta Marissa di atasku dengan posisi bertolak belakang –69..–
Aku minta dia memainkan penisku, dia menggenggam penisku..
“Bang.. andai aja penis ini milik Ica..” katanya seperti mendesah.
Kami saling bermain dengan posisi 69.
Aku menjilati dan memainkan memeknya dan dia memainkan penisku.
Sesekali aku memasukkan lidahku ke dalam memeknya dan dia melenguh..
“Ouughhh..” Marissa mendapatkan orgasme yang kedua.. dia menggenggam penisku..
Sementara mulutnya berada di pahaku sambil mengeluarkan erangan..
“Oouuughhh bang.. Marissa keluar lagi.. nikmatnya bang..”
Sejenak Nampak Marissa terkulai lemas di atas tubuhku.
Aku masih mengusap-usap pahanya dengan sesekai menciuminya.
Marissa kemudian turun dari tubuhku dan tergeletak di atas tempat tidur.
Aku berputar arah dan mendekatinya, saat ini aku tergolek di sampingnya.
Kemudian aku menciumi pipi Marissa sambil tanganku meremas lembut payudaranya..
dan kemudian memainkan putingnya.
Marissa tersenyum dan kemudian mengecup bibirku, dia berkata..
“Bang Wildan.. aku sayang abang.. jadikan aku milik abang. Aku mau ninggalkan Ikhsan dan jadi milik abang..”
Aku tersenyum dan berkata..
“Abang juga sayang Ca. Mulai saat ini abang juga milik kamu..”
“Benar bang..? Ngg.. Lalu bagaimana dengan Kinanti..?” Katanya lemas.
Aku tersenyum dan kemudian berkata..
“Untuk sementara jangan sampai dulu orang lain tau ya, sayang..”
Dia tersenyum dan kemudian mengecup bibirku.
“Mmhh.. terserah abang saja.. yang pasti aku sayang abang..”
Tak lama kami kembali berciuman. Kedua bibir kami saling bergumul.
Kami juga saling memainkan kedua lidah kami.
Marissa menutup kedua matanya tanda dia menikmati ciuman romantis kami.
Tanganku mengusap pahanya dan kemudian menjalar ke memeknya.
Aku elus lembut bibir memeknya.
Sementara itu Marissa juga tidak mau kalah.. dia ikut mengelus penisku yang sudah kembali menegang.
Ciuman kami masih terus berlanjut dan kami masih sesekali memainkan lidah kami di mulut masing-masing.
Tak lama berselang Marissa menghentikan permainan bibir kami..
“Bang, Ica ingin ini..” sambil melihat ke penisku yang masih ada di genggaman tangannya..
Aku tersenyum.. “Ambillah.. itu kan milikmu sayang..”
Setelah itu kami bangkit.. Marissa aku minta menggeserkan tubuhnya ke atas..
kemudian bersandar di bantal sementara itu aku berada di atasnya.
Setelah Marissa berada pada posisinya, aku arahkan penisku ke memeknya.
Sebelum masuk.. penisku aku gesekkan ke bibir memeknya, Marissa melenguh..
“Ouuughhhh… masukkan sayang, aku sudah ngga tahan, banghh.. HHHH..” rintihnya.
Aku tersenyum.. slebb.. perlahan kutekan penisku ke belahan liang memeknya..
"Ngghh.. Ahhhh..!!" Namun Marissa tertahan dan sedikit menjerit..
“Ouuuww sakit sayang, punya abang besar, pelan-pelan sayang..”
Karenanya kemudian perlahan aku masukkan penisku ke liang memeknya.
Awalnya agak susah karena liang memeknya terasa sempit banget..
–mungin karena menurut Marissa penis Ikhsan suaminya kecil.. jadi tidak terbiasa dengan penis yang lebih besar–
Setelah beberapakali berusaha akhirnya penisku mulai masuk juga..
Nampak Marissa meringis menahan sakit..
Kepalanya mendongak ke arah atas dan kedua tangannya menggenggam erat seprai.
Aku jadi kasihan.. baru setengah penisku masuk.. aku berhenti sejenak.
Aku mendekati wajah Marissa kemudian menciumi bibirnya..
“Sakit sayang..?”
“Ngga apa sayang.. teruskan, Ica mau melayani abang, Ica sayang abang, puaskan Icaa bang..”
Setelah mendengar Marissa berkata seperti itu.. akhirnya aku kembali bergerak..
Jlebb.. Blesskkk..! Kumasukkan penisku lebih dalam hingga akhirnya.. “Aaakkggghhhh..!!”
Marissa meringis menahan sakit dan nikmatnya.. ketika semua penisku sudah berada dalam liang memeknya.
Sejenak aku berhenti dan membiarkan penisku berada di dalam liang memeknya.
Ahhhh..!! Luar biasa.. liang memeknya terasa sempir sekali.. dan penisku terasa sesak di dalam.
Penisku terasa dibalut oleh daging lembut nan hangat di dalam memeknya.
Aku kembali mendekati wajahnya.. kemudian mengecup lembut bibirnya.
Namun Marissa menyambut kecupanku dengan bergairah.. hingga akhirnya kami bergumul.
Setelah cukup lama, akhirnya Marissa meminta aku memainkan penisku.
“Ayo pa, puaskan mama..”
–Marissa mulai memanggilku dengan sebutan papa.. biar lebih romantis.. katanya.. hehe..–
Aku tersenyum dan mulai menggerakkan penisku keluar-masuk liang memeknya.
“Aaauugggrrhhh nikmatnya pa.. punya papa besar sekali.. Ohh nikmati pa.
Ayo pa.. puaskan mama.. mama sayang papa..” ceracaunya mulai bergairah.
“Memeknya mama enak ma.. nikmat.. Papa juga sayang mama..”
bisikku sambil tetap memompa penisku di liang vaginanya.
Terus aku mainkan penisku di dalam memeknya.. keluar dan masuk.
Terasa gesekan lembut di penisku.
Sambil memainkan penisku, sesekali Ica meremas penisku..
Tendengar Marissa melenguh sambil kedua tangannya menggenggam kedua sisi tempat tidur.
“Ouugghh papa, enak pa, kenapa ngga dari dulu pa. terus sayang..”
Marissa meracau sambil menahan nikmat karena penisku yang berada di memeknya.
Tak lama Marissa meracau lagi.. “Pa, mama sampai pa, enak pa.. ooouuugghhh..”
Bersamaan dengan itu terasa kedutan di penisku yang berada di memeknya dan ..
“Oouugghhh.. cium Marissa bang..”
Marissa mendapatkan orgasme ketiganya dan kami beerciuman dengan romantisnya.
Setelah Marissa mendapatkan orgasme ketiganya.. aku berinisiatif mencabut penisku dari memeknya..
kemudian aku berbaring sambil memeluk dia dari belakang.
Aku memeluknya dengan erat dari belakang.. sembari kucium bahunya kemudian aku biilang..
“Abang sayang kamu Ca.. dan sudah lama jatuh cinta sama kamu..”
Kemudian dia berkata.. “Benar bang..?”
“Iya.. Ca..”
Kemudian dia membalas.. “Ica juga sayang abang..”
Lalu dia berkata.. “Trus gimana dengan kita bang..?”
“Hmm.. mulai hari ini kita selingkuhan dan kita simpan ini rapat-rapat..”
Dan dia berkata lagi.. “Tapi bang, boleh kan Marissa mendapatkan yang seperti ini kapan pun..?”
Aku jawab saja.. “Kapan pun sayang, abang siap..”
Dia tersenyum lalu mencium bibirku dengan mesranya. Kedua bibir kami berpagutan lama sekali.
Tak lama ciuman kami semakin panas. Kemudian dia berhenti dan bilang..
“Sekarang giliran Marissa memuaskan abang..”
Dia naik ke atas tubuhku dan mendaratkan memeknya tepat di atas penisku..
Digenggamnya penisku lalu mengarahkannya ke lepitan vaginanya.
Perlahan aku mendorong masuk penisku ke dalam memeknya sehingga .. blesskk..!!
“Nghhhh.. HHHHH..”Semua batang penisku sudah berada di dalam memeknya..
dibarengi Marissa melenguh menahan nikmat..
“Oouugghhh.. Nikmatnya sayang. Ayo sayang puaskan diri abang.. Ica siap jadi istri abang..”
Permainan semakin panas. Aku mulai memainkan penisku di dalam memeknya.
Tak terhitung beberapakali Marissa mendapatkan orgasme dan kami melakukan banyak gaya.
Tidak terasa sudah setengah jam kami bergumul.
Namun pada saat berada dalam posisi doggie style, aku merasakan akan orgasme.
Aku kemudian bertanya dengan Marissa.. “Mau keluarin di mana sayang..?”
Marissa menjawab.. “Keluarin di dalam aja sayang.. basahi memek Ica bang..
Aku rela punya anak dari abang.. buah cinta kita..”
Permainanku percepat dan Marissa nampaknya semakin bernafsu.
Sepertinya Marissa juga akan mendapatkan orgasmenya yang entah sudah kebeberapakalinya hari ini.
Hingga akhirnya.. “Ooooouuughhhh..” kami melenguh dan sama sama mendapatkan orgasme.
Crott.. Crrottt.. crotttt.. aku merasakan begitu banyak spermaku yang keluar menyiram rahim Marissa..
tidak seperti biasanya ketika berhubungan dengan Kinanti istriku.
Akhirnya aku terkulai lemas di sampingnya. Kami berpelukan dan saling berciuman.
Tak lama kami tertidur setelah pergumulan kami yang panjang.
Tidak terasa sudah 1 jam kami tertidur. Kemudian aku bangkit untuk mengambil minum.
Marissa terkejut dan juga terbangun.
Dia senyum dan kemudian mendekatiku dan memelukku dari belakang.
“Mulai sekarang bang Wildanlah suami Ica.. love U..”
“Mulai hari ini, kalo kita cuma berdua, Ica akan panggil abang SUAMI ya.. dan abang panggil Ica ISTRI..”
Aku tersenyum dan mengiyakan.
Kami berpelukan sebentar.
Kemudian tidak sadar kami berciuman dan tanpa kami sadari akhirnya nafsu itu bangkit lagi.
Akhirnya kami melakukan lagi hubungan badan.
Bukan hanya itu, setelah itu kami masih melanjutkan permainan terlarang kami di kamar mandi.
Tak terhitung beberapakali Marissa mendapatkan orgasme.
Pokoknya hari ini kami sangat berbahagia walau di hati kami masing-masing ada kecemasan.
----oOo----
Setelah puas bermain akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Marissa harus kembali ke kantor dan aku juga harus menemui klienku.
Sebelum berpisah di kamar kami sempat berciuman lama..
Marissa masih menyempatkan beberapakali mengoral penisku.. kemudian berkata pada penisku..
“Sampai jumpa ya.. nanti kamu akan masuk lagi ke memekku..!”
Aku hanya ketawa geli. Dan kemudian kami keluar kamar dan berpisah.
Sejak saat itu kami rutin berhubungan. Biasanya kami melakukan di hotel.
Tetapi.. tatkala di rumah kami berusaha seperti biasa..
Walau pun de,mikian.. di kala sedang berpapasan di rumah..
terkadang Marissa atau pun aku sering iseng saling raba dan remas.. hehehe..
Bahkan kami pernah ML tatkala istriku sedang mandi.. kami melakukannya di ruang tamu.
Begitulah kisah hubungan terlarang aku dengan adik iparku.
Nanti aku akan terus menceritakan bagaimana kisah kami hingga saat ini.. pada kesempatan selanjutnya. (. ) ( .)
----------------------------------------------oOo-------------------------------------------