Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 157 – Penisnya Menyentuh Rahimku

Aku seorang wanita biasa.. –sebut saja namaku Melati..– Umurku saat ini 30 tahun.
Perawakanku terbilang kecil dengan tinggi 156 cm dan berat 40kg.


Aku boleh dikatakan sangat menjaga diri..
Bahkan aku selalu mengenakan busana muslimah dengan rapat setiap keluar rumah.

Itulah sebabnya kulitku selalu kelihatan putih terawat..
meski pun aku tidak pernah melakukan perawatan diri ke salon kecantikan.
Bahkan teman-temanku mengatakan kalau wajahku masih seperti anak kuliahan.

Aku tinggal di dekat lingkungan pesantren di kota J.
Kejadian ini bermula tahun 2005..
ketika aku menikah dengan seorang yang telah beristri.. dan aku menjadi istri keduanya waktu itu.

Suamiku ini sebenarnya baik dan mencintai aku. Dan aku pun mencintai dia.
Akan tetapi kehidupan rumah tanggaku biasa-biasa saja.

Hal itu terjadi mungkin karena pernikahanku sejak awal tidak atas izin istri pertamanya.
Sehingga perjalanan rumah tanggaku banyak terjadi permasalahan dikarenakan hal itu.

Suamiku pun pada akhirnya dihadapkan pada pilihan yang sulit..
sehingga tidak bisa berlaku adil kepada istri-istrinya.

Bahkan buat diriku sangat jarang dia bisa bermalam bahkan hanya untuk satu malam saja.
Pertemuanku dengan suami sangat terbatas hanya pada siang hari saja..

Meski pun itu aku anggap cukup untuk merajut kemesraan bersamanya.
Akan tetapi lama kelamaan aku jadi sering merasa kesepian.

Hal itu cukup lama berjalan.. tapi aku tetap berusaha untuk sabar..
dan menerima semua ini sebagai sebuah takdir yang harus aku jalani.

Aku bertetangga dengan seorang wanita –sebut saja Marni..– yang suaminya mempunyai bisnis di luar jawa.
Marni kurang lebih sama seperti aku dalam hal pemahaman agama dan berbusana.

Awalnya kami sering bertemu dalam majelis pengajian di pesantren.
Akhirnya kami berkenalan dan kami merasa ada kecocokan.

Mengingat Marni ini juga ditinggal suaminya berbisnis di luar jawa..
sehingga dia di rumah hanya bersama ketiga anaknya yang masih kecil.

Itulah sebabnya aku sering bertandang ke rumahnya dan kami menjadi akrab.
Dia baik sama aku, suka membantu dan menolong.

Sampai suatu saat terjadilah musibah gempa bumi yang mengerikan di kotaku.
Musibah itu telah meluluhlantakkan hampir seluruh rumah dan bangunan di desaku.. termasuk rumahku.
Namun bersyukur.. aku selamat. Itulah awal dari persimpangan kisah hidupku.

Setelah musibah itu aku ditawari untuk tinggal di rumah Marni.. yang meski pun sederhana..
namun selamat dari kerusakan parah dan masih layak ditempati.

Setelah itu aku jalani hari-hariku di rumah keluarga ini.

Selang beberapa hari setelah musibah itu suami Marni.. –sebut saja Dahlan..– pulang..
dan akhirnya menutup usahanya di luar Jawa demi untuk bersama keluarganya yang sedang tertimpa musibah.

Di rumah Maarni itu.. aku menempati sebuah kamar yang sederhana.
Tempat tidur tanpa dipan dan ruang kamar itu tanpa pintu. Hanya ditutup kain korden.

Meski demikian aku sangat bersyukur..
dalam kondisi sulit seperti ini ada tetangga yang benar-benar tulus mau membantu.

Aku menjadi akrab dengan mereka dan anak-anaknya.
Setiap hari kami saling membantu membereskan rumah dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya..
serta juga ikut mengurus anak-anak Dahlan.

Dua minggu setelah musibah itu.. aku periksa ke bidan dan aku baru tau kalau ternyata aku hamil 2 bulan.
Pantas saja.. akhir-akhir ini badanku sering terasa capek dan malas untuk beraktivitas seperti biasa.

Tentu saja aku sangat gembira dengan kehamilan pertamaku ini.
Aku berharap semoga dengan kehamilanku ini bisa menambah perhatian suami terhadapku.

Aku pun menyampaikan kabar bahagia ini kepada suamiku.
----oOo----

Hari-hari berlalu.. Namun harapanku akan perhatian suamiku nampaknya harus aku pupus.
Suamiku masih bersikap seperti biasanya.

Dia masih lebih perhatian pada istri pertamanya..
sedangkan untuk diriku tidak lebih sebatas kebutuhan-kebutuhan lahiriah yang dipenuhinya.

Akan tetapi aku sedikit terhibur dengan keberadaanku di keluarga Dahlan ini.
Lama kelamaan kami menjadi seperti keluarga yang cukup akrab.

Keakrabanku dengan Dahlan dan keluarganya terkadang membuat batas di antara kami menjadi longgar.
Terlebih lagi memang rumah keluarga Dahlan ini tidak luas.

Terkadang aku kepergok Dahlan dalam kondisi aku tanpa jilbab.
Aku merasa risih sebenarnya, tapi mau gimana lagi..?

Hari-hari berlalu sejalan dengan keberadaanku di tengah-tengah keluarga mereka.
Suamiku seminggu sekali menjenguk aku di rumah Dahlan ini.

Terkadang kami keluar berdua.. dan sorenya aku dipulangkan ke rumah Dahlan.
Keadaan seperti itu berlangsung kira-kira sebulan.

Sampai suatu hari.. Dahlan menyatakan sesuatu kepadaku yang cukup membuat aku terkejut.
Yang intinya memberikan harapan padaku..

Bahwa dia bersedia menikahi aku jika saja aku mau bepisah dengan suamiku.
Aku terkejut bukan main atas niatnya itu. Awalnya aku menolak secara halus.

Tapi ketika dia mengatakan bahwa permasalahanku saat ini sudah dia konsultasikan dengan para Kyai..
–di pesantren..– Dan semua menyarankan:
Dalam kondisi suamiku yang tidak bisa lagi berbuat adil.. maka lebih baik berpisah saja.

Saat itu aku mulai gamang.. Antara ya dan tidak. Kadang aku merasa ada benarnya pendapat Dahlan itu..
Tapi aku juga takut jika harus berpisah dengan suamiku.. dan lalu menyandang predikat janda.

Aku.. Marni dan Dahlan terkadang mendiskusikan kondisiku saat itu.
Dan dari sekian argumen yang kami ajukan.. selalu berujung pada kesimpulan..
‘lebih baik berpisah daripada terdholimi terus’.

Akan tetapi sampai sejauh itu..
Marni belum tau jika Dahlan sudah mempunyai niat untuk menikahi aku nantinya.

Dahlan bilang kepadaku untuk sementara waktu menyimpan dulu hal itu..
Sampai nanti dia sendiri yang akan menyampaikan ke Marni kalau waktunya tepat.

Dari seringnya kami bertukar pikiran.. dan terkadang di situ ada saat saling curhat di antara kami..
Aku semakin merasa tentram.

Sedikit demi sedikit tanpa aku sadari aku merasa mendapat sandaran baru.
Sebuah sandaran yang bisa memberikan rasa tenang dan bisa menerima aku.

Sementara itu sandaran lamaku aku rasakan mulai usang..
dan menjadi hambar.. bahkan kadang menyakitkan.

Suatu malam.. ketika aku tertidur sangat lelap.. –mungkin karena kecapekan dan kondisi kehamilanku..–
Tiba-tiba aku merasakan ada sensasi hangat menjalar ke seluruh tubuhku.

Antara sadar dan tidak.. aku merasa suamiku mendatangi aku.
Aku pun menyambutnya dengan perasaan sangat bahagia..
Bagaikan orang yang telah lama tidak berjumpa dan memendam rindu yang sangat dalam..

Dia mulai mencumbuiku.. dari ujung kaki.. naik ke betis.. lalu paha..
Hingga akhirnya ke bagian yang paling sensitif di tubuhku.

Dia cumbui bagian itu dengan lembutnya.. sampai aku pun merasakan sensasi nikmat yang sangat..
Antara setengah sadar aku merespon semua itu dengan birahiku yang mulai memuncak.

Setelah itu aku rasakan dia melepas celana dalamku.. aku pun hanya pasrah.
Karena memang aku juga sudah sampai puncak birahi.

Dia mencumbui bagian itu sampai akhirnya dalam keadaan setengah sadar..
aku merasakan kenikmatan yang sangat.

Sampai ketika aku rasakan ada sesuatu yang mulai mendesak masuk ke kemaluanku.
Aku tersadar dan membuka mata. Dan alangkah terkejutnya aku..

Karena.. ternyata yang berada di atas tubuhku adalah.. Dahlan..!!
Kaget.. malu.. marah dan apalah namanya.. berkecamuk jadi satu.

Dia langsung membekap mulutku, sambil setengah mengancam dan berbisik.. ”Jangan teriak..!”
Aku langsung tersadar.. kalau aku tengah berada di rumahnya. Ya rumah Dahlan.

Aku langsung sadar bahwa kenikmatan yang barusan aku rasakan ternyata bukan mimpi.
Spontan aku teringat istri dan anak-anaknya.. ingat keluarganya yang selama ini sudah baik padaku.

Maka aku pun diam sejenak.. aku mencoba berpikir harus bagaimana.
Yang pasti aku tidak ingin terjadi masalah dengan keluarganya.

Lalu aku mencoba meronta.. akan tetapi tenaganya jauh lebih kuat dariku.
Dia menindih dengan kuat sambil membekap mulutku..

Aku mencoba menutup kedua pahaku.. tapi dengan posisi Dahlan yang sudah menindih..
dan berada di antara kedua pahaku.. aku mendapatkan kesulitan untuk itu.

Kedua kaki Dahlan telah berhasil mengunci kedua pahaku untuk terus terbuka.
Aku tetap mencoba mendorong tubuhnya.. akan tetapi tubuhku yang jauh lebih kecil..
nampaknya tidak memiliki cukup tenaga untuk mendorong tubuh Dahlan yang tinggi dan berotot itu.

Tangan kanannya terus membekap mulutku sedang tangan kirinya menekan tangan kananku.
Tangan kiriku mencoba untuk meronta.. tapi semua itu sia-sia. Dahlan terlalu kuat tenaganya.

Lama kelamaan aku lemas kehabisan tenaga..
Mungkin setelah dia rasa aku mulai lemah.. dia mulai mengendorkan bekapannya.

Aku hanya bisa merintih memelas.. ”Abang.. jangaaaann..” hibaku dengan suara rendah.
“Jangaaann bangg..!!” Aku terus memohon dengan memelas.

Akan tetapi rintihanku nampaknya sia-sia belaka. Dahlan tetap mempertahankan posisi itu..
Kemudian ia mulai membelai kepalaku serta mencoba mengecup bibirku..

Dikulumnya bibirku.. dan lidahnya berusaha menerobos masuk.
Aku bertahan.. berusaha mengatupkan kedua bibirku dengan kuat.

Perlahan-lahan tangan kirinya mulai meremas lembut payudaraku beberapa saat..
“Abang.. tolong lepas.. jangan abang..”
Aku terus memohon dengan rintihan yang pelan nyaris tak terdengar.

Bagaimana pun juga aku khawatir kalo aku sampai membangunkan Marni..
yang tentu akan memicu masalah yang lebih besar.
Namun dia tidak juga bergeming.. bahkan dia terus mempertahankan posisinya.

Setelah itu.. aku rasakan kemaluannya mulai mencari-cari jalan untuk menerobos liang senggamaku.
Seketika aku tersentak.. dan berusaha menghindarinya.

Akan tetapi dengan sisa-sisa tenagaku yang tidak seberapa.. usahaku sia-sia.
Akhirnya.. slebbb.. slebb.. jebb..!! Dengan dua atau tigakali dorongan..

Penisnya menemukan liang nikmatku itu.. Slebb..
Lalu ia mulai mendorong pelan kemaluannya.. masuk lebih dalam lagi dan lagi..

“Ahhhh.. Sakiiit abang..!!” Pekikku lirih.. menahan suaraku agar tak terdengar keras.
Aku merasakan agak perih ketika kepala kemaluan Dahlan mulai menerobos liang senggamaku.

Slebb..! Dia mendorong terus kemaluannya.. sampai akhirnya.. Jleghh..!
Aku rasakan semua batang kemaluannya tenggelam dalam liang senggamaku.

Ughhhh..!! Aku menahan nafas.. dan Dahlan menahan posisi itu beberapa saat.

Setelah dirasa aku agak tenang.. Dahlan meneruskan aksinya..
Dia memulainya dengan gerakan-gerakan yang lembut dan pelan-pelan..
sambil terus dibelainya kepalaku dan sesekali dikecupnya bibirku.

Ahhhh..!! Betapa kemaluannya terasa memenuhi seluruh ruang di liang senggamaku.
Sangat berbeda rasanya dengan punya suamiku.. ini terasa lebih besar dan padat..

Clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. crebb..
Dia terus menariknya.. kemudian mendorong dengan gerakan yang lembut dan teratur..

Terus.. berulang-ulang.. disertai bisikan-bisikan rayuannya di telingaku.
Pada awalnya aku merasakan perih di liang senggamaku..
barangkali karena keterkejutanku ketika aku tersadar membuat nafsuku spontan hilang.

Akan tetapi.. dengan kejadian yang sudah berlangsung seperti itu..
lama-lama aku rasakan senggamaku mulai bisa menerimanya.

Cairanku pelan-pelan mulai membasahi dinding-dindingnya..
dan otot-ototnya pun mulai merespon tanpa bisa aku tahan sedikitpun.

Jdutt..!! Jdutt..!! Beberapakali kepala kemaluan Dahlan terasa menyentuh mulut rahimku..!!
Uughhhh.. sedikit ngilu.. tapi nikmatnyaaaa bukan maiinnn..!!

Aku bingung.. malu.. takut.. bercampur jadi satu dengan sensasi aneh..
Yang pelan namun pasti mulai merasuki. Sensasi aneh yang membuat aku bingung.

Perlahan tapi pasti pula getar-getar rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh nadiku.
Entah syetan apa yang berperan.. lama kelamaan secara refleks..
tubuhku mulai mengimbanginya dengan gerakan-gerakan kecil pinggulku.

Aku tidak bisa lagi berpikir jernih.. Yang ada waktu itu hanya rasa malu..
bercampur bingung yang sudah tertutup rasa nikmat yang mulai menjalar.

Malu.. karena aku yang selama ini selalu menjaga diri dengan menutup rapat tubuhku..
malam ini tubuhku nyaris telanjang.. di depan laki-laki yang bukan suamiku.

Bingung.. mengapa getar-getar nikmat itu bisa ikut menjalar dalam kejadian seperti ini..??

Dahlan mulai mempermainkan temponya.. kadang dia percepat kemudian diperlambat.
Kadang dia benamkan dalam-dalam dan dia tahan.. sambil diputar-putarnya di dalam rongga senggamaku.

Duhhh..!! Sensasi yang aku rasakan pun semakin dahsyat.
Aku masih mencoba berpikir jernih bahwa pebuatan itu terlarang..

Akan tetapi gataran-getaran rasa nikmat itu seakan menepis semuanya..
“Abang.. aaaahhhhh..”

Tiba-tiba Dahlan mempercepat tempo permainannya beberapa saat.
Dan itu membuat aku tersentak terbelalak.. mencoba menahan sesuatu yang mendesak kuat dari dalam.

Akan tetapi tanpa bisa aku bendung.. desakan-desakan itu semakin menguat hingga..
“Abang.. bang..!! Aaaaccchhh..!!”

Seketika aku terbelalak.. tanganku meremas kuat kepala Dahlan..
Sedangkan kedua kakiku terangkat tinggi.. sambil pahaku menjepit kuat-kuat paha Dahlan.

Yaahh.. sampailah aku pada orgasmeku..!!
Betapa pun aku ingin menahannya.. kenyataannya aku tidak mampu.

Daguku mendongak dan lenguhan kecilku tidak bisa aku sembunyikan lagi.
Otot-otot senggamaku terasa berdenyut-denyut meremas batang kemaluan Dahlan..

Yang saat itu masih kokoh.. kejal dan keras.. tertanam dalam-dalam di liang senggamaku.
Dia tersenyum.. entah apa arti senyumannya itu. Sesaat kemudian aku terkulai lemas.

Mungkin karena dilihatnya aku mulai menikmati.. dia semakin berani meneruskan aksinya.
Dahlan memulai lagi mendorong dan menarik kemaluannya di liang senggamaku..

Kali ini langsung dengan tempo yang cepat. Clebb-clebb-crebb-crebb-crebb-crekk-crekk..
Ohhh.. aku yang sudah lemas dibuatnya terengah-engah menahan serangannya.

Dengan mata terpejam.. aku ikut menyambut gerakannya dengan goyangan pinggulku.
Dia pun semakin liar menyetubuhiku.

Sambil menggenjotku.. tangan Dahlan menjalar.. meremas kedua payudaraku dengan gemas.
Ditariknya penutup BH-ku ke atas.. sehingga payudaraku pun kini terbebas sempurna dari kekangan.

Kemudian.. dengan liarnya kedua payudaraku ikut bergoyang ke kiri ke kanan..
ke atas ke bawah seirama dengan goyangan dan genjotan Dahlan.

Dahlan semakin bernapsu.. sembari menggoyang tubuhku.. puting merah muda payudaraku..
yang jelas sudah berdiri dengan tegak.. dijepit-nya dengan jari-nya, dipilin dengan gemas.

Mulutnya juga bergerak.
Dikulum-nya kedua puting payudaraku.. dipermainkannya dengan lidah yang kasar.
Aku hanya bisa melenguh seperti anak sapi.. “Uuuuuugggghhhhhh.. ugggghhhhhh..”

Kemudian ditariknya tubuhku hingga sejajar dengan tubuhnya..
pahaku pun kemudian ditumpukannya di atas paha-nya.

Dengan posisi duduk seperti ini.. posisi clitorisku pun bergesekan langsung dengan batang kemaluannya.
Ahhh.. aku hanya bisa menggigit bibir bawahku.. untuk menahan sensasi yang timbul. Nikmat sekali rasanya.

Kupeluk kepala Dahlan dengan kedua tanganku..
Kini tanpa malu-malu lagi kupagut bibirnya dengan bibirku.

Lidah Dahlan pun bergerak lincah.. menerobos masuk ke dalam mulutku.. membelit lidahku dengan ganas.
Ughhh..!! Aku semakin 'terbang' ke awang-awang.. kenikmatan dunia.

Bersamaan dengan itu.. tangan Dahlan juga bergerak lincah.. diremasnya kedua payudaraku..
Dan tak ketinggalan putingnya dipelintir dengan jari-jari-nya.

Bibirnya bergerak perlahan.. menyusuri bagian belakang telinga.. kemudian bergerak ke bawah..
menyusuri leherku yang jenjang.. dan tiba-tiba.. bagian ular Cobra, giginya mematuk..

Crup.. cluph.. cruuphh..! Mulutnya mencupang leherku dengan keras.
“Ahhhh..!!” Aku hanya bisa menjerit lirih..

Tidak berselang lama.. tangan Dahlan memeluk tubuhku dengan erat..
puting payudaraku terasa bergesekan lembut dengan rambut di dada-nya.
Uuhh.. geli namun nikmat kurasakan.

Dirapatkannya kedua pahanya.. bongkahan pantatku dipegangnya dengan kedua tangan.
Dibantunya pergerakan naik turunku di atas pahanya.. semakin cepat dan cepat.

Bibirnya kembali mencari bibirku.. lidah kami berdua kembali bertaut.
Kemudian.. dengan tiba-tiba.. Jlegghh..!! Dibenamkan kemaluannya dalam-dalam..

Hingga ujung kepalanya terasa mentok di ujung rahimku.. kemudian menahannya sambil mengejan.
”Uuurrgg.. aaacchhhh.. saaayyyaaaang..” Lenguhan panjangnya tepat di telingaku..

Yang lebih pas menyerupai bisikan tanpa getaran pita suara. Rupanya dia mendapatkan orgasmenya.
Dapat kurasakan batang kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku..

Crettt.. crettt.. crett.. crettt.. terasa beberapakali semburan hangat benihnya di dalam rahimku.
Ya.. rahim yang saat itu sudah berisi janin dari suamiku.

Malam itu Dahlan menuntaskan hajatnya denganku.
Setelah selesai dia ke kamar mandi, lalu kembali ke kamarnya.

Aku termangu dan terkulai lemas di pembaringanku. Kulihat jam di hapeku menunjukkan pukul 2.48.
Setelah itu kesadaran dan akal sehatku mulai pulih.. Aku menangis.

Aku merasa sangat bersalah..! Bersalah pada suamiku. Bersalah pada Marni sahabatku.
Aku hanya bisa menangis dan terus menangis.. tak bisa tidur lagi sampe pagi.
----oOo----

Keesokan paginya Dahlan SMS ke hapeku.. ”Maaf ya.. aku khilaf tadi malam. Awalnya aku takut..
Tapi waktu aku lihat Melati juga menikmatinya.. jadi kebablasan deh..” katanya beralasan.

“Iya.. abang kok bisa gitu sih..? Jangan diulangi ya..!!” Jawabku membalas SMS.
Aku termangu sendiri.. berpikir mengapa itu bisa terjadi..?? Mengapa terjadi padaku..??

Dan parahnya lagi.. mengapa aku semalam bisa menikmatinya..??

Aku mulai berpikir.. apakah ini karena sebenarnya dalam alam bawah sadarku..
aku merindukan kehangatan dari suami..?

Memang selama ini urusan tempat tidurku dengan suami lebih banyak terasa hambar.
Mungkin karena banyaknya persoalan yang terpendam dan menumpuk..
aku selalu hampir tidak pernah mencapai puncak.

Apalagi setelah musibah gampa bumi, boleh dikatakan tidak pernah suamiku menyentuhku.
Sehingga semalam ketika terjadi peristiwa itu aku hampir bisa dikatakan pasrah..
Tanpa perlawanan yang berarti.

Bahkan barangkali alam bawah sadarku sebenarnya menginginkannya.
Ahh.. yang sudah terjadi biarlah berlalu.. pikirku.

Aku hanya takut kalo kejadian tadi malam diketahui Marni.. istrinya.
Mengingat Marni hanya tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamarku.

Setelah malam itu hari-hari berlalu dan aku berusaha bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Aku tidak ingin Marni.. istrinya tau peristiwa malam itu.

Begitu juga kepada suamiku. Aku simpan rapat-rapat peristiwa malam itu.
Waktu itu aku mulai berpikir, barangkali benar apa yang dikatakan para Kyai di Pesantren itu.

Barangkali memang sebaiknya aku berpisah dengan suamiku.
Bukankah dia tidak bisa lagi berlaku adil padaku..?

Bukankah aku juga punya hak yang sama dengan istri pertamanya..?
Bukankah Dahlan sudah membuka pintu harapan bagiku..?

Dan berbagai pernyataan batinku memenuhi benakku..
sekedar untuk mencari pembenaran atas pemikiranku.
----oOo----

Dua minggu setelah peristiwa malam itu.
Pagi-pagi Dahlan pamit mau ikut gotong royong memperbaiki rumah warga yang rusak karena gempa.

Memang waktu itu masih banyak rumah warga yang rusak.. dan kami di kampung itu..
menerapkan sistem gotong royong saling membantu untuk memperbaikinya.

Meski pun bantuan dari masyarakat luar desa juga ada.. akan tetapi..
kami selaku warga yang tinggal di desa itu merasa tidak bisa berpangku tangan.

Setelah Dahlan pergi.. Marni istrinya juga pamit mengantar anak-anaknya sekolah.
Anaknya yang paling tua kelas 2 SD.. kedua TK dan yang ketiga belum sekolah.

Sarana sekolah menjadi prioritas perbaikan di desa kami..
mengingat warga tidak bisa membiarkan anak-anak mereka berlama-lama tidak sekolah.

Jarak sekolah dari rumah Dahlan kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki.
Jam 7.30 Marni berangkat.. dan biasanya pulang sampai rumah sekitar jam 11.30..
karena Marni harus menunggu anaknya yang duduk di bangku TK.

Setelah Marni pergi maka aku mengerjakan tugas-tugas di rumah.. mencuci baju dan bersih-bersih.
Itung-itung aku harus ikut meringankan pekerjaan Marni.. mengingat aku sudah banyak dibantu selama ini.

Sangat tidak pantas rasanya kalau aku hanya berpangku tangan.. sementara mereka bekerja.
Aku berusaha mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik..

Dan siang itu kurang lebih jam 10 selesai sudah semua pekerjaan rumah.
Badanku terasa capek dan aku segera beristirahat di kamar.

Baru saja aku membaringkan badan.. tiba-tiba ada suara salam dan ketukan di pintu depan.
Aku terkejut.. karena itu suara Dahlan.

Aku segera mengenakan jilbab besarku.. dan belum sempurna aku mengenakannya..
aku dengar langkah kaki Dahlan sudah memasuki rumah.

Aku segera memberi tau kalo Marni belum pulang.
Maksudku supaya Dahlan tidak masuk rumah karena aku sendirian.
Sangat tidak enak kalo ada yang tau.. apalagi ini siang hari.

“Abang.. Marni belum pulang. Abang jangan masuk..!” Ujarku 'menegurnya'.
“Cuma mau ambil sekop kok, Dik. Sebentar aja..” Dahlan menjawab sambil berlalu.

Terdengar bebunyian gaduh Dahlan di belakang mencari-cari sekop.
Aku masih tetap di balik tirai kamar.. tidak berani keluar.

Meski ada rasa khawatir.. tapi jantungku mulai berdetak lebih kencang.
Bayangan-bayangan itu mulai muncul lagi. Ah.. enggak..! Jangan sampai..! Pikirku.

“Adik.. lihat sekop ga ya..? Kok ga ada di sini..?”
“Di belakang situ kayaknya..!” Jawabku

“Tolong bantu cari dong.. keburu mau dipake nih..” katanya lagi.

Dengan perasaan cemas dan jantung yang makin berdetak kencang aku keluar..
lalu menunjukkan posisi sekop yang tertindih barang-barang lain.

“Yups.. ini dia.. Makasih ya.. Adik udah makan belum..? Lhoh, kok keliatan pucat sih..?
Adik sakit ya..? Udah.. istirahat. Kasian kan kandungannya..”
“Ga pa pa kok..” jawabku.

Aku segera mengambil langkah untuk kembali masuk ke kamar melewati ruang tengah.
Tiba-tiba.. tanpa kuduga Dahlan mendekap perutku dari belakang.

Dia lingkarkan tangan kanannya ke perut sambil sedikit ditariknya badanku..
sehingga sekarang aku berada dalam dekapannya.

Belum hilang rasa kagetku.. dia langsung dongakkan wajahku dengan tangan kirinya..
sehingga wajahku menengadah dan berhadapan dengan wajahnya.

Seketika dia kulum bibirku sambil tangan kanannya mulai meraba ke atas.
“Jangan lagi Abang..!! Jangan..!” Aku memohon.

“Sebentar aja, Dik..” jawabnya sambil terus mendekapku dengan kuat.
“Jangan.. nanti Marni pulang lho.. Akh..jangan.. mmmhh..”

Dia terus mengulum bibirku sambil mengelus payudaraku. Birahiku pun perlahan mulai bangkit.
Ya.. sebuah rasa yang memang sudah agak lama tidak aku dapatkan.

Dari semenjak gempa.. perjumpaanku dengan suami sangatlah terbatas.
Kalau pun berjumpa tidak pernah bisa ada ruang dan waktu untuk privasi.

Sehingga ketika siang ini aku mendapatkan perasaan itu maka terasa sulit juga untuk mengelak.
Meski pun aku juga khawatir kalau Marni tiba-tiba datang.

Akan tetapi aku merasa sedikit tenang.. karena posisi ruang tengah ini tepat menghadap ke jalan..
Di mana jika Marni pulang.. maka 100 meter sebelum sampai pintu pasti terlihat dari ruang ini..

Hingga kami bisa segera menghindarkan diri dari penglihatan Marni.
Dahlan juga bisa segera keluar dari pintu belakang dan kembali bekerja bakti.

Aksi kami pun berlanjut. Dahlan semakin ganas mengulum bibir dan lidahku..
sambil diremasnya payudaraku dengan lembut.

Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah.. “Aaaahhh.. mmm.. abang..”
Dalam posisi masih bediri berhadapan.. Dahlan menarik bagian bawah jubahku.

Rupanya dia mau menggarap bagian senggamaku.
Aku memberikan jalan dengan agak melonggarkan kakiku..

Benar saja.. jari-jemari tangannya mulai menelusup menembus celana dalamku.
Dicarinya bagian clitorisku dan dielus-elus dengan lembutnya.

Clitorisku mulai terasa basah dan jari-jemarinya mulai terasa licin menelusuri permukaannya.
Nafasku mulai memburu dan aku mulai memekik kecil.. ”Uuuhh.. aaaa.. hhh..mmmhh..”

Ketika ujung jari telunjuk-nya menerobos masuk ke liang senggamaku.
Aku semakin menggelinjang dan aku jepit jari-jemarinya dengan pahaku..

“Dikkkk..” bisik Dahlan di telingaku. Srttt..!! Dahlan memelorotkan celana dalamku.
Tak lama dia pun membuka sedikit celananya sebatas turun ke lututnya.

Aku sedikit diangkatnya.. rupanya Dahlan menginginkan posisi sambil berdiri.
Aku hanya bisa pasrah..
Ketika kepala kemaluannya mulai menyeruak bibir senggamaku dari bawah.. lalu menekannya ke atas.

Slebbb.. Bleessskk..!! Seluruh batang kemaluannya langsung masuk ke senggamaku.
Liang senggamaku terasa penuh sesak.. dan kurasakan rahimku tertekan ke atas.

Sementara clitorisku langsung tertekan pangkal kemaluannya yang berbulu lebat.
“Aaacchhhh..!!” Aku mendesah.

Seluruh batang kemaluannya kini telah tertanam di liang senggamaku.
Kami berpelukan dalam posisi aku dalam gendongannya.

Dahlan tidak banyak bergerak.. rupanya dia paham kondisiku yang lagi hamil.
Dia menekan dengan kuat pantatku dengan tangannya.. kemudian memutar-mutar batang kemaluannya.

Ughhh..!! Seluruh dinding liang senggamaku pun terasa diaduk aduk.

Sertamerta clitorisku menerima gesekan-gesekan lembut dari pangkal kemaluannya.
Dan gerakan itu menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa..!!

Aku hanya terpejam menikmati permainan Dahlan ini.
Hasratku naik dengan cepatnya, aku memeluk lehernya dengan kuat.

Dan bibir kami pun beradu dengan beringas.
lidah kami saling beradu untuk membelit dan akhirnya..

“Aaaaahhh.. Mmmmhh.. abbaaaanng..!!”
Aku tak bisa membendung orgasmeku yang datang begitu cepatnya.

Aku remas kepala Dahlan dengan kuat untuk melepaskan energi yang besar itu.
Diputarnya tubuhku.. sehingga posisi Dahlan ada di belakangku.

Didorongnya tubuhku mendekati tembok..
diposisikannya kedua tanganku menempel ke tembok.

Diangkatnya kembali jubahku..
diposisikannya kembali kemaluannya di bongkahan pantatku..

Ah.. aku terkejut.. Aku pun sedikit berteriak..
“Jangan abang.. jangan dimasukkan ke lubang pantattttt..!!”

AH hanya tersenyum, dan hanya berkata..
“Nggaaaak, sayaaangg.. aku cuma peengiiiin dari belakang..”

Tak lama kemudain.. slebbb.. dengan perlahan..
kepala kemaluannya kembali menyeruak masuk ke bibir senggamaku.

Uhhh..! Rasanya menakjubkan.. nikmat bukan kepalang..
Ketika titik G-spot di dalam liang kemaluanku tersodok kepala kemaluannya yang besar.

Dahlan pun mulai menggoyang kembali tubuhku. Disingkapnya jubahku lebih ke atas..
Tangannya kemudian meremas kedua payudaraku dari belakang.

Meski masih tertutup BH.. tapi rasa geli akibat remasan tangan Dahlan..
cukup terasa di puting payudaraku yang sudah berdiri tegak.

Tidak berapa lama.. desakan orgasmeku yang kedua pun mulai muncul.
Kupeluk dan kutarik leher Dahlan ke arahku..

Aku ingin sekali orgasme sambil mencium bibir Dahlan.
Rupanya Dahlan tau keinginanku.. bibirnya pun segera mengulum bibirku..

Dan beberapa detik kemudian.. ohhhh.. terasa ledakan orgasmeku yang kedua.
“Aarggghhhhhhhhhhhhhhh..!! Rintihku agak terpekik melepas nikmat orgasmus.

Bersamaan dengan kejatan-kejatan tubuhku beberapakali.. lalu melemas.
Setelah itu dibaringkannya aku di sofa..

Dahlan melanjutkan aksinya dengan gerakan memompa dengan cepat.
Tak berselang lama Dahlan mengejan.. mendekap tubuhku merapat makin kuat.

Dia memejamkan matanya sambil melenguh.. “Aaaaccchhhhh..”
Dan kemudian.. liang senggamaku pun terasa mendapat kedutan-kedutan keras..

Yang berlanjut dengan rasa banjir lahar panas mengguyur di dalamnya.
Aaargggghhh.. aku pun mendapat orgasme yang ketiga.

Sesaat setelah itu, dia roboh ke sofa sambil nafasnya terengah-engah.
Batang kemaluannya terlepas dengan sendirinya dari kepitan liang senggamaku.

“Kamu luar biasa, Diiikkk.. hebat..” katanya dengan nada puas.. namun lemas.
Saat itu jam telah menunjukkan pukul 11.05.. Sudah dekat waktunya Marni pulang.

Maka aku minta Dahlan untuk segera keluar rumah sebelum Marni pulang.
Aku membersihkan sofa.. barangkali ada sisa-sisa sperma Dahlan yang tumpah.

Setelah itu aku mandi membersihkan diri dan memulihkan kesegaranku. CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------oOo---------------------------------------------
 
-----------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 157 – Penisnya Menyentuh Rahimku Part 2

Kurang lebih
2 bulan setelah itu aku benar-benar minta cerai dari suamiku..
hingga akhirnya kami pun bercerai.

Namun anehnya.. aku tidak merasa terlalu berduka dengan perceraian itu.

Waktu itu usia kandungankku sudah 6 bulan.
Berarti aku mempunyai masa idah selama kurang lebih 3 bulan sampai anakku lahir.

Suamiku memang orang yang bertanggungjawab.
Sebulan setelah perceraianku, dia menyewakanku sebuah rumah..
–yang cukup sederhana karena baru direnovasi seadanya setelah gempa..–

Rumah itu cukup mungil dan berada di pinggir desa.
Tepatnya agak terpisah dari desa dan berada di areal persawahan dan itu satu-satunya rumah di situ.

Tetangga terdekat berjarak sekitar 100 meter dari rumah itu dan kurang lebih 300 meter dari rumah Dahlan.
Aku menempati rumah itu seorang diri.

Terkadang aku masih bertandang ke rumah Marni untuk sekedar silaturahim.
Suamiku pun seminggu sekali masih datang menjengukku..
sekedar menanyakan dan memenuhi kebutuhan sehari-hariku.

Suatu malam, nada SMS di hape-ku berdering dan aku terkejut bangun karenanya.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 23.45. Ternyata dari Dahlan..!

”Adik.. belum tidur kan..?” Bunyi SMS-nya.
Aku tidak menjawabnya karena memang aku rasa sudah malam dan aku masih mengantuk.

Akan tetapi tidak berselang lama, nada panggilan berdering dari hape-ku. Dahlan misscall.
Akhirnya dengan agak malas aku jawab smsnya.

“Ada pa sih..? Dah malam ni..!”
Dia jawab lagi.. “Jangan tidur dulu ya.. 10 menit lagi aku datang..”

Deg.. aku terperanjat..! Gila juga ni orang..!! Tiba-tiba perasaanku campur aduk gak karuan.
Terbayang lagi peristiwa-peristiwa yang lalu.

Duh.. Mau ngapain ini orang..? Pikirku. Dah malam gini..
“Eh.. ngapain..!? Jangan gila Dahlan..!” Jawabku.

“Aku baru pulang dari Jakarta.. ada oleh-oleh buat Adik nih.. he he..”
“Ga enak kalo aku bawa pulang.. ntar ketauan Marni.. kan..?” Jawabnya.

Kurang lebih 15 menit berselang terdengar ketukan halus di pintu depanku.
Aku segera mengenakan jilbab hitam besarku.. dan berjalan mendekati pintu..
kemudian mengintip dari balik tirai.

Ternyata benar.. Dahlan yang datang. Nekat juga Dahlan ini..! Batinku.
Begitu slot kunci aku buka.. dia langsung nyelonong menerobos masuk rumah.

Aku merasa gak enak dan agak khawatir..
kalau ada orang yang mengetahui kedatangan Dahlan ke rumahku malam-malam begini.

“Ada apa sih..? Gak enak kalo ada yang tau..” kataku khawatir.
“Tenang.. aku dah survei keadaan.. aman. Tadi aku turun di ujung jalan dan jalan kaki ke sini..” jawabnya.

Dia lantas mengeluarkan bungkusan dari dalam tas kemudian memberikannya padaku.
Setelah aku buka.. ternyata 2 stel baju. Satu stel jubah hijau tua lengkap dengan jilbabnya..
Dan satu lagi gaun tidur warna biru yang sangat cantik.

“Makasih yaaa.. Udah, sana pulang..!” Aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraankku.
“Kok langsung disuruh pulang..? Abang pengen liat Adik pake dulu baju ini..” katanya meminta.

Aku mencoba menolak karena memang sudah malam..
dan aku benar-benar masih khawatir kalau ada orang yang tau.

Akan tetapi bukan Dahlan namanya kalau mudah menyerah. Akhirnya aku turuti permintaannya.
Aku ke kamar mandi dan berganti baju yang baru dibelikannya.

Keluar dari kamar mandi aku mengenakan baju jubah hijau dan jilbab besarnya.
Terasa pas banget di badanku.. seakan-akan baju ini memang dijahit untukku.

Aku melihat sudah ada 2 gelas teh panas di meja.
Rupanya selama aku di kamar mandi dia menyiapkan teh panas itu.
Hmmm.. dasar Dahlan..! Pikirku.

AH izin untuk mandi, karena dari perjalanan jauh badannya terasa capek dan berkeringat.
Aku pun mengizinkannya.
Dia lantas masuk ke kamar mandi sambil membawa air panas sisa membuat teh barusan.

Setelah selesai mandi Dahlan keluar dengan mengenakan kaos yang bersih dan badannya terlihat segar.
Kami terlibat obrolan-obrolan ringan sambil menikmati teh panas.

Obrolan kami berkisar cerita Dahlan yang baru merintis usaha baru di Jakarta..
sampai akhirnya ke kondisi kehamilanku yang waktu itu sudah memasuki usia 7 bulan.

Dia sangat perhatian padaku dan banyak memberi saran ini itu untuk kesehatanku dan kandunganku.
Diam-diam aku semakin merasa nyaman dan senang dengan perhatiannya.

Tanpa aku sadari tiba-tiba tangan kanan Dahlan sudah berada di kepalaku..
kemudian dibelainya jilbabku dengan lembut.

Aku mencoba mengelak.. tapi nampaknya Dahlan membaca kepura-puraanku.
Dielusnya dari atas ke bawah.. dan sampai di tengkuk..

Lalu dipijitnya dengan lembut dengan gerakan memutar ibu jarinya.
Lama kelamaan aku pun sangat menikmati pijatan demi pijatannya.

Karena malam itu badanku memang terasa kaku dan capek sekali..
akhirnya pijitannya turun ke lengan dan punggungku.

Agak lama dia pijat bagian tersebut dan aku pun semakin menikmatinya.
Entah berapa lama aksi itu berlangsung, tiba-tiba kurasakan embusan hawa hangat di leherku.

Ya.. Dahlan mencium bagian belakang leherku dari balik jilbabku.
Aku agak kaget.. tapi pasrah.

Mungkin karena suasana yang seperti itu membuat hasratku pelan-pelan bangkit.
Rupanya Dahlan faham akan hal itu.

Dia terus menciumi leherku dari belakang..
hingga akhirnya dibalikkannya tubuhku hingga kami berhadapan.

Aksinya pun dilanjutkan dengan ciumannya di bibirku.. Dilumatnya bibirku dengan lembutnya.
Dan aku pun meresponnya. Aku buka bibirku dan lidah kami pun beradu dengan beringasnya.

Untuk kesekiankalinya aku kehilangan akal sehatku. Tapi aku pikir sudah kepalang basah.
Bukankah aku sudah dicerai.. dan Dahlan pun sudah memberikan harapan untukku..?
Apalagi aku dalam kondisi hamil.. Jadi amanlah aku pikir.

Aksi kami pun berlanjut..
Sambil berciuman tangan Dahlan menelusup di balik jilbab dan meraba-raba dadaku.
Nafasku mulai memburu dan kuberanikan diri meraba selangkang Dahlan.

Terasa betapa kemaluannya sudah mengeras.. besar dan panjang.

Tak lama kemudian ia membuka resleting celananya..
untuk memberi jalan padaku supaya lebih leluasa memegang kemaluannya.

Deg..!! Ternyata kemaluannya sangat besar dan keras. Terasa dalam genggamanku.
Aku tidak berani melihat..
Akan tetapi aku rasakan ada cukup sisa panjang kemaluannya yang tersembul dari genggamanku.

Terdengar Dahlan berbisik.. “Adik.. tolong dikocok..”
Selama aku menikah, belum pernah sekali pun aku memegang kemaluan suamiku..
Apalagi kemudian mengocoknya.

Dengan rasa takut.. perlahan-lahan aku kocok batang kemaluan Dahlan..
Sementara itu mulut kami pun kembali saling beradu.

Tak berapa lama.. kurasakan batang kemaluan Dahlan semakin membesar dan mengeras.
Akhirnya kuberanikan diri untuk melirik kemaluan Dahlan.

Ahhhhhh..!! Tak kunyana tak kusangka.. kepala kemaluan Dahlan sangat besar..
Dan kini terlihat berkilap karena cairan mazi sudah mulai keluar dari celah di kepala kemaluannya.

Kembali terdengar Dahlan berbisik.. “Adik.. tolong dicium..!”
Aku kaget setengah mati mendengar permintaannya..

Lalu kujawab.. “Maaf, bang.. aku belum pernah.. aku takut..”
Namun cepat Dahlan pun menjawab.. “Ya sekarang dicoba, dong..”

Pundakku pun lalu ditekan kedua tangan Dahlan yang kekar ke bawah.
Kakiku bertumpu pada kedua lututku.. posisi kepalaku menjadi sejajar dengan kemaluan Dahlan.

Dan untuk pertamakalinya dalam hidupku..
aku melihat kemaluan seorang pria dewasa yang sedang terangsang.

Bentuknya aneh.. urat-uratnya terlihat jelas bagaikan akar yang mengelilingi batang pohon.
Rambut kemaluannya terlihat ikal dan cukup tebal.
Dan ternyata.. lebih aneh lagi pada saat kucium baunya..!

Tapi entah kenapa.. tiba-tiba aku semakin terangsang dengan kondisi itu.
Srrr..!! Kurasakan ada sedikit cairan yang menetes keluar dari liang senggamaku.

Dengan hati berdebar karena takut.. kucoba mendekatkan diri ke kepala kemaluan Dahlan.
Perlahan-lahan kujilat dengan ujung lidahku.. kemudian aku menengadah ke atas..

Kulihat muka Dahlan.. matanya terpejam menikmati sentuhan ujung lidahku.
Aku menjadi semakin bersemangat.. kujilat kembali kepala kemaluannya.

Berulang-ulang.. seperti anak kecil yang sedang menikmati permen lolipop.
Ujung lidahku pun bergerak menyelusuri batang kemaluannya..

Mereambat ke bawah.. dan terus ke bawah hingga pangkal-nya.
Kemudian kubalik arahnya.. kususuri dari pangkal hingga kepala.. berulang-ulang.
Mulut Dahlan pun tendengar melenguh dan mengerang nikmat.

Tiba-tiba, pada saat mulutku menjilat kepala kemaluan untuk yang kesekiankali..
kedua tangan Dahlan yang kekar memegang kepalaku.. dan ditariknya kepalaku ke depan..
Slopph..!! Masuklah kepala kemaluan Dahlan ke dalam mulutku..!

Tak pelak aku tersedak.. “Hueeekkksss..!!” Hampir muntah rasanya. Aku pun marah..
“Abang.. kenapa dimasukkan ke mulutku..!?”

Dia menjawab tenang.. “Aku sudah nggak tahan, dikkk.. tolong isap.. tolong..”
Aku segera bangkit berdiri.. aku marah sekali..
Kurapikan jubah yang kukenakan dan duduk di sofa membelakangi Dahlan.

Melihat aku marah.. Dahlan memelukku dari belakang.. dan berbisik di telingaku..
“Maafkan abang yahhhhh.. kamu jangan marah.. abang janji nggak akan mengulangi lagi..”

Diremasnya kedua payudaraku dengan lembut.. berulang-ulang..
Mulutnya pun menjilati bagian belakang telingaku.

Meski masih tertutup jilbab.. tapi perbuatan Dahlan di belakang telingaku..
membuat bulu kudukku meremang.. dan membuat menggelinjang menahan geli.

Mendapat perlakuan seperti itu.. aku pun luluh.
Kusambut mulut Dahlan yang ada di sampingku telingaku dengan ciuman yang ganas..

Lidah kami pun saling memagut satu dengan yang lain.
Kami lantas terlibat dalam percumbuan yang cukup dahsyat.
Masing-masing dari kami saling merangsang dengan hebatnya.

Aku sudah tidak peduli lagi apa yang akan terjadi selanjutnya..
saat Dahlan mengangkat tubuhku ke dalam kamar.
Dibaringkannya tubuhku di kasur dan kami melanjutkan percumbuan kami.

Dia semakin berani.. disibakkannya jilbab besar yang aku pakai..
sementara ciumannya kini mulai turun ke leher dan daerah payudara.

Aku pun semakin menggelinjang gak karuan.
Dahlan pun makin menggila.. dibukanya kancing jubah yang aku kenakan.. sekaligus celana dalamku.

Dan untuk pertamakalinya.. aku telanjang bulat di depan Dahlan.
Entah setan mana lagi yang meracuniku.. sampai rasa maluku malam itu benar-benar hilang.

Yang ada hanya hasrat yang memuncak dalam birahi.
Aku selalu menantikan aksi selanjutnya dari Dahlan.

Mulutnya kembali mengulum mulutku.. kemudian bergerak ke bawah..
Menelusuri leher-ku yang jenjang.. turun dan terus turun..
Dan secara perlahan dikecup-nya pangkal payudara-ku yang putih.

Tiba-tiba aku tersentak dan menjerit lirih.. ketika kecupan lembut Dahlan..
berubah menjadi cupangan dan gigitan yang terasa menyakitkan.

“Aah.. abang.. jangan digigit..!! Sakit..” protesku.
Dahlan hanya tersenyum dan menjawab.. “Maaf sayang.. aku gemas dengan payudaramu..”

Tak lama kemudian lidahnya kembali bergerak lincah.. puting payudaraku dipermainkannya.
Bergantian kiri dan kanan.. berulang-ulang entah berapakali.

Dan kembali aku tersentak dan hanya bisa menjerit lirih..
ketika mendadak puting payudaraku diisap Dahlan dengan keras.

“AAhhh.. abaaaaanngggg..!! Uuuggghhhh..” Di tengah nafsu yang melanda..
sulit sekali aku membedakan antara sakit dan nikmat akibat isapan itu.

Bosan bermain-main dengan dadaku, Dahlan pun mulai mencumbui bagian bawahku.
Lidahnya mulai menjilati rambut kemaluanku.

Dengan suara gemetar karena menahan nafsu, terdengar Dahlan berbisik..
“Adiik.. rambut kemaluanmu bagus.. rapiiii.. abang juga kangen dengan baunya.. harum..”

Aku hanya tersenyum malu, dan kedua tanganku pun meremas rambut kepala Dahlan dengan gemas.
Duh.. sudah tidak sabar rasanya merasakan clitorisku di oral oleh Dahlan.

Tidak berapa lama keinginanku pun terkabul, clitorisku mulai diisap-isap dan dijilat-jilatnya.
Aku menggelinjang sangat hebat sampai pantatku terangkat-angkat tidak karuan..

Lenguhan-lenguhan kecilku menambah panasnya ranjangku malam itu.
”Hhhh.. ssshhh.. aaachh.. abang.. aaahh.. mmmm..”

Dia bertahan beberapa saat di permainan itu sampai akhirnya aku setengah berteriak..
”Aaaaccchhh..!! Abaaanggg.. aaaaaaahhhhhh..” aku remas rambutnya dan kakiku menjepit kuat lehernya.

Yah.. aku orgasme.. Suatu kenikmatan yang aku jadi merindukannya.

Setelah beberapa saat aku terkulai lemas.. Dahlan menciumi wajah dan bibirku sambil tersenyum puas..
”Iiihhhh nikmat banget ya..?? Sampe gitu-gitunya..” selorohnya menggoda.
Aku hanya terpejam.. terpejam sambil tersenyum puas..

Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang telanjang bulat.
Bagaimana pun juga masih ada rasa malu ketika aku tau Dahlan melihat tubuhku tanpa busana seperti ini.

Beberapa saat setelah itu sambil aku masih terbaring berselimut Dahlan kembali mengurut kakiku.
Rupanya dia memahami kondisiku malam itu.

Badanku yang memang terasa letih makin lemas rasanya..
ketika harus meledakkan energi orgasme yang cukup dahsyat barusan.

Dia mulai memijit jari-jemari kakiku.. kemudian telapak kaki.
Dipijatnya dengan lembut bagian itu sampai aku benar-benar merasa cukup.

Kemudian pijatannya mulai naik ke betis dan di kanan kiri tulang keringku.. sampai ke lutut.
Setelah dirasa cukup.. mulai telapak tanganku dipijatnya merata sampai ke bahu.

Benar-benar relaksasi yang bisa mengendorkan seluruh syaraf dan otot tubuhku.
Aku sangat menikmati pijatannya, sampai akhirnya –barangkali..– aku tertidur.

Tiba-tiba aku merasakan birahiku merambat naik lagi.
Aku tersadar. Ternyata Dahlan mulai merangsangku lagi.

Kali ini dia langsung ke clitorisku. Pelan tapi pasti hasratku mulai memuncak lagi.
Aku mulai melenguh dan pantatku terangkat-angkat.

Digosoknya clitorisku yang sudah licin dengan jarinya..
dan sesekali dimasukkannya jarinya ke senggamaku dengan gerakan keluar masuk.

Aku terbelalak.. nafasku mulai memburu lagi dan tanganku mencari-cari kepalanya.
Aku tarik kepalanya dan refleks kami bercumbu lagi dengan hebatnya.

Lidahnya menyapu langit-langit mulutku dan itu membuat aku semakin beringas..
seakan mau menelan lidahnya bulat-bulat.

Setelah dia rasa aku cukup pemanasan.. dia membuka kakiku lalu memasang posisi siap beraksi..
“Gantian ya Dik.. abang belum dapat tadi..” bisiknya di telingaku.

Aku hanya terpejam.. “Hati-hati lho.. perutku udah besar..” bisikku.
“Tenang sayang, aku tau caranya kok.. nikmati saja ya.. coba kamu naik di atasku, sayang..”

Aku pun menuruti kemauannya. Aku segera naik ke atas tubuh Dahlan.
Dahlan mengelus pantatku sesaat.. lalu.. Slebb..
sebelum aku rasakan kemaluannya mulai menyeruak bibir senggamaku.

Mendesak masuk, pelan tapi pasti.. Agak susah masuknya..
barangkali dengan posisi itu liang senggamaku menjadi lebih rapat.

Dia terus mendorong dengan mantap.. Slebb.. slebb.. slebb.. Jlebb..!!
Sampai akhirnya seluruh batang kemaluannya tertanam di liangku.

Ughhh..!! Aku terbelalak.. Dahlan mulai meremas kedua payudaraku..
Dimainkannya kedua putingku dengan ujung jarinya.

Aku pun mengimbangi dengan gerakan naik turun..
kurasakan clitorisku menggesek rambut kemaluannya..

Uhhh..geli dan nikmat. Aku rasakan gesekan-gesekan kemaluan besarnya di dalam liang senggamaku..
seolah mengaduk-aduk.. kemudian menyentuh-nyentuh G-spotnya.

Aku mulai mendesah dan melenguh lagi..
kemudian pasrah dalam kenikmatan yang semakin lama semakin memuncak.

Tak selang lama, Dahlan melenguh panjang.. ”Uuuuuuggghhhh.. diiikkkkk..”
Rupanya dia sudah orgasme duluan.

Ditariknya pantatku kuat-kuat dan dibenamkan seluruh batang kemaluannya dalam-dalam.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!!

Kurasakan semburan benihnya amat banyak di dalam rongga senggamaku.
Sampai aku merasakan ada sebagian yang keluar mengalir turun di pahaku.

Setelah itu.. disuruhnya aku berbaring.. dan kembali kami berpelukan dengan eratnya..
melepaskan energi yang cukup besar itu.

Setelah nafasnya agak teratur.. Dahlan kembali memulai permainannya.
Sekarang posisi aku terlentang di bawah.. sedangkan Dahlan menopang badannya di atasku.

Slebb.. Jlebb..! Ia mulai memasukkan dan memainkan lagi kemaluannya di dalam senggamaku.
Clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb..! Luar biasa.. tahan lama juga rupanya..

Dia menopang badannya dengan kedua tangan.. sehingga perutku aman dari tekanan berat tubuhnya.
Dia permainkan kemaluannya di dalam liang senggamaku..
Diputar-putar dan ditarik keluar masuk perlahan-lahan.. kadang agak dipercepat.

Terdengar bunyi clot-crot.. berulang-ulang.. karena beradunya kelamin kami yang sudah sangat basah.
Dalam gerakan-gerakan dan gesekan antar kelamin yang penuh birahi itu..
tak lama kemudian aku mendapatkan lagi puncak orgasmeku.

Orgasme yang kedua, yang aku rasakan jauh lebih dahsyat dari orgasmeku yang pertama tadi.
Aku mengejan dan terbelalak.. “Uuuuaaaacchhh.. abaanggg.. aku sudah mau keluar..”

Dahlan membalas.. “Tahan sebentar ya.. aku juga sudah mau keluar.. kita bareng-bareng yah..”
Dipercepatnya gerakan keluar masuk batang kemaluannya.. cepat, cepat, cepat dan semakin cepat..

Hingga akhirnya tak tahan lagi.. aku berteriak.. “Aaaaahhhhhh..!! Aakhhh.. akhhhh..”
Seluruh otot di tubuhku serasa melepaskan beban yang sangat berat.

Aku peluk erat kepala Dahlan dan kakiku menjepit kuat pinggangnya untuk keduakalinya malam itu.
Dan Dahlan pun menyusul berteriak.. “Aaaahhhhhhhhhh..!!”

Dibenamkannya batang kemaluannya dalam-dalam di liang senggamaku..
Crett.. crett.. crett.. crett.. terasa cairan panas kembali memenuhi rahimku.

Tubuhnya menggelepar hebat di atas tubuhku.. tuntas sudah.
Nafas kami memburu beradu dengan nafasnya.

Ciuman kami beradu dengan kuatnya seakan tak mau kami lepaskan.
Kami sama-sama terengah-engah malam itu.. bermandikan keringat.

Setelah itu.. Dahlan memeluk tubuhku dengan lembut dari arah belakang..
lengannya yang kekar melingkar di leherku..

Dan kepalaku pun akhirnya disandarkannya di dadanya yang bidang.
Dikecupnya keningku.. kedua mataku.. kedua pipiku.. ujung hidung-ku.. dan mulutku.

Kupejamkan mataku.. damai sekali aku rasakan waktu itu..
rasanya aku sudah memiliki suami yang benar-benar bisa membuatku bahagia.

Kami pun akhirnya tertidur pulas. Sampai waktu terdengar adzan subuh kami terbangun.
Dan ternyata.. posisi kami masih belum berubah. Tubuhku masih ada di dalam pelukan tangannya.
----oOo----

Hari-hari selanjutnya kami sering melakukan hubungan layaknya suami istri di rumah itu.
Dan aku pun akhirnya berani melakukan oral sex ke Dahlan.

Bahkan.. Dahlan sengaja membawakan VCD porno untuk mengajariku bagaimana melakukan oral sex.
Sampai akhirnya kami berdua sering melakukan oral sex secara bersamaan.

Kedatangan Dahlan ke rumahku selalu malam hari.
Kadang langsung pulang dan terkadang tidur sampai pagi.
Jika sampai pagi.. biasanya Dahlan pas dalam perjalanan pulang dari luar kota.

Pernah suatu saat kami melakukannya di kawasan wisata di kota kami.
Dengan alasan kepada istrinya ada urusan bisnis di Jakarta.
Kami menginap selama 3 hari di kawasan pegunungan itu.

Nah,, dengan penampilanku yang seperti ini.. tidak ada orang yang curiga..
apalagi aku dalam kondisi hamil yang mulai besar.
Orang pasti mengira kami pasangan suami istri..

Sebenarnya aku sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar.
Akan tetapi aku selalu tidak mampu menolak rayuan Dahlan..
hingga aku selalu terjerumus lagi.. dan lagi..

Sampailah hari kelahiran anakku pada bulan Desember 2006.
Aku diantar suamiku ke rumah sakit untuk persalinan.
Dia menunggui dan mendampingi aku sampai anaknya benar-benar lahir.

Setelah kelahiran anakku.. maka berakhirlah masa iddahku.
Yang berarti aku benar-benar sudah lepas dari ikatan suamiku.

Tidak berselang lama.. Dahlan benar-benar menikahi aku..
setelah mendapat persetujuan dari Marni istrinya.

Akan tetapi ternyata pernikahanku dengan Dahlan tidak bertahan lama.
Karena aku baru tau sifat aslinya setelah aku menikah dengannya.

Memang dalam hal ranjang dia sangat memuaskan..
Akan tetapi.. tabiat aslinya yang amat kasar ternyata baru muncul setelah menikah.

Seringkali hanya karena permasalahan kecil.. aku harus menerima pukulan darinya.
Belum lagi caci maki yang sering keluar dari mulutnya.

Selama 3 bulan aku menikah dengannya.. akhirnya aku tidak kuat dengan perlakuannya.
Dan kembali aku minta cerai darinya..
Hingga akhirnya aku berpisah dengan Dahlan.. dalam kondisi aku hamil 1 bulan.

Sekarang anakku dari Dahlan sudah berumur 3 tahun..
Dan kini aku masih hidup menjanda bersama kedua anakku. (. ) ( .)
------------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Serangan Fajaaarrrrrrrr...!!! :perang:

:ceria: ..igaP dooG
Eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Cerita 157..

Sialkan dikenyot..:nenen: n KEEP SEMPROT..
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 157 – Penisnya Menyentuh Rahimku

Aku seorang wanita biasa.. –sebut saja namaku Melati..– Umurku saat ini 30 tahun.
Perawakanku terbilang kecil dengan tinggi 156 cm dan berat 40kg.


Aku boleh dikatakan sangat menjaga diri..
Bahkan aku selalu mengenakan busana muslimah dengan rapat setiap keluar rumah.

Itulah sebabnya kulitku selalu kelihatan putih terawat..
meski pun aku tidak pernah melakukan perawatan diri ke salon kecantikan.
Bahkan teman-temanku mengatakan kalau wajahku masih seperti anak kuliahan.

Aku tinggal di dekat lingkungan pesantren di kota J.
Kejadian ini bermula tahun 2005..
ketika aku menikah dengan seorang yang telah beristri.. dan aku menjadi istri keduanya waktu itu.

Suamiku ini sebenarnya baik dan mencintai aku. Dan aku pun mencintai dia.
Akan tetapi kehidupan rumah tanggaku biasa-biasa saja.

Hal itu terjadi mungkin karena pernikahanku sejak awal tidak atas izin istri pertamanya.
Sehingga perjalanan rumah tanggaku banyak terjadi permasalahan dikarenakan hal itu.

Suamiku pun pada akhirnya dihadapkan pada pilihan yang sulit..
sehingga tidak bisa berlaku adil kepada istri-istrinya.

Bahkan buat diriku sangat jarang dia bisa bermalam bahkan hanya untuk satu malam saja.
Pertemuanku dengan suami sangat terbatas hanya pada siang hari saja..

Meski pun itu aku anggap cukup untuk merajut kemesraan bersamanya.
Akan tetapi lama kelamaan aku jadi sering merasa kesepian.

Hal itu cukup lama berjalan.. tapi aku tetap berusaha untuk sabar..
dan menerima semua ini sebagai sebuah takdir yang harus aku jalani.

Aku bertetangga dengan seorang wanita –sebut saja Marni..– yang suaminya mempunyai bisnis di luar jawa.
Marni kurang lebih sama seperti aku dalam hal pemahaman agama dan berbusana.

Awalnya kami sering bertemu dalam majelis pengajian di pesantren.
Akhirnya kami berkenalan dan kami merasa ada kecocokan.

Mengingat Marni ini juga ditinggal suaminya berbisnis di luar jawa..
sehingga dia di rumah hanya bersama ketiga anaknya yang masih kecil.

Itulah sebabnya aku sering bertandang ke rumahnya dan kami menjadi akrab.
Dia baik sama aku, suka membantu dan menolong.

Sampai suatu saat terjadilah musibah gempa bumi yang mengerikan di kotaku.
Musibah itu telah meluluhlantakkan hampir seluruh rumah dan bangunan di desaku.. termasuk rumahku.
Namun bersyukur.. aku selamat. Itulah awal dari persimpangan kisah hidupku.

Setelah musibah itu aku ditawari untuk tinggal di rumah Marni.. yang meski pun sederhana..
namun selamat dari kerusakan parah dan masih layak ditempati.

Setelah itu aku jalani hari-hariku di rumah keluarga ini.

Selang beberapa hari setelah musibah itu suami Marni.. –sebut saja Dahlan..– pulang..
dan akhirnya menutup usahanya di luar Jawa demi untuk bersama keluarganya yang sedang tertimpa musibah.

Di rumah Maarni itu.. aku menempati sebuah kamar yang sederhana.
Tempat tidur tanpa dipan dan ruang kamar itu tanpa pintu. Hanya ditutup kain korden.

Meski demikian aku sangat bersyukur..
dalam kondisi sulit seperti ini ada tetangga yang benar-benar tulus mau membantu.

Aku menjadi akrab dengan mereka dan anak-anaknya.
Setiap hari kami saling membantu membereskan rumah dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya..
serta juga ikut mengurus anak-anak Dahlan.

Dua minggu setelah musibah itu.. aku periksa ke bidan dan aku baru tau kalau ternyata aku hamil 2 bulan.
Pantas saja.. akhir-akhir ini badanku sering terasa capek dan malas untuk beraktivitas seperti biasa.

Tentu saja aku sangat gembira dengan kehamilan pertamaku ini.
Aku berharap semoga dengan kehamilanku ini bisa menambah perhatian suami terhadapku.

Aku pun menyampaikan kabar bahagia ini kepada suamiku.
----oOo----

Hari-hari berlalu.. Namun harapanku akan perhatian suamiku nampaknya harus aku pupus.
Suamiku masih bersikap seperti biasanya.

Dia masih lebih perhatian pada istri pertamanya..
sedangkan untuk diriku tidak lebih sebatas kebutuhan-kebutuhan lahiriah yang dipenuhinya.

Akan tetapi aku sedikit terhibur dengan keberadaanku di keluarga Dahlan ini.
Lama kelamaan kami menjadi seperti keluarga yang cukup akrab.

Keakrabanku dengan Dahlan dan keluarganya terkadang membuat batas di antara kami menjadi longgar.
Terlebih lagi memang rumah keluarga Dahlan ini tidak luas.

Terkadang aku kepergok Dahlan dalam kondisi aku tanpa jilbab.
Aku merasa risih sebenarnya, tapi mau gimana lagi..?

Hari-hari berlalu sejalan dengan keberadaanku di tengah-tengah keluarga mereka.
Suamiku seminggu sekali menjenguk aku di rumah Dahlan ini.

Terkadang kami keluar berdua.. dan sorenya aku dipulangkan ke rumah Dahlan.
Keadaan seperti itu berlangsung kira-kira sebulan.

Sampai suatu hari.. Dahlan menyatakan sesuatu kepadaku yang cukup membuat aku terkejut.
Yang intinya memberikan harapan padaku..

Bahwa dia bersedia menikahi aku jika saja aku mau bepisah dengan suamiku.
Aku terkejut bukan main atas niatnya itu. Awalnya aku menolak secara halus.

Tapi ketika dia mengatakan bahwa permasalahanku saat ini sudah dia konsultasikan dengan para Kyai..
–di pesantren..– Dan semua menyarankan:
Dalam kondisi suamiku yang tidak bisa lagi berbuat adil.. maka lebih baik berpisah saja.

Saat itu aku mulai gamang.. Antara ya dan tidak. Kadang aku merasa ada benarnya pendapat Dahlan itu..
Tapi aku juga takut jika harus berpisah dengan suamiku.. dan lalu menyandang predikat janda.

Aku.. Marni dan Dahlan terkadang mendiskusikan kondisiku saat itu.
Dan dari sekian argumen yang kami ajukan.. selalu berujung pada kesimpulan..
‘lebih baik berpisah daripada terdholimi terus’.

Akan tetapi sampai sejauh itu..
Marni belum tau jika Dahlan sudah mempunyai niat untuk menikahi aku nantinya.

Dahlan bilang kepadaku untuk sementara waktu menyimpan dulu hal itu..
Sampai nanti dia sendiri yang akan menyampaikan ke Marni kalau waktunya tepat.

Dari seringnya kami bertukar pikiran.. dan terkadang di situ ada saat saling curhat di antara kami..
Aku semakin merasa tentram.

Sedikit demi sedikit tanpa aku sadari aku merasa mendapat sandaran baru.
Sebuah sandaran yang bisa memberikan rasa tenang dan bisa menerima aku.

Sementara itu sandaran lamaku aku rasakan mulai usang..
dan menjadi hambar.. bahkan kadang menyakitkan.

Suatu malam.. ketika aku tertidur sangat lelap.. –mungkin karena kecapekan dan kondisi kehamilanku..–
Tiba-tiba aku merasakan ada sensasi hangat menjalar ke seluruh tubuhku.

Antara sadar dan tidak.. aku merasa suamiku mendatangi aku.
Aku pun menyambutnya dengan perasaan sangat bahagia..
Bagaikan orang yang telah lama tidak berjumpa dan memendam rindu yang sangat dalam..

Dia mulai mencumbuiku.. dari ujung kaki.. naik ke betis.. lalu paha..
Hingga akhirnya ke bagian yang paling sensitif di tubuhku.

Dia cumbui bagian itu dengan lembutnya.. sampai aku pun merasakan sensasi nikmat yang sangat..
Antara setengah sadar aku merespon semua itu dengan birahiku yang mulai memuncak.

Setelah itu aku rasakan dia melepas celana dalamku.. aku pun hanya pasrah.
Karena memang aku juga sudah sampai puncak birahi.

Dia mencumbui bagian itu sampai akhirnya dalam keadaan setengah sadar..
aku merasakan kenikmatan yang sangat.

Sampai ketika aku rasakan ada sesuatu yang mulai mendesak masuk ke kemaluanku.
Aku tersadar dan membuka mata. Dan alangkah terkejutnya aku..

Karena.. ternyata yang berada di atas tubuhku adalah.. Dahlan..!!
Kaget.. malu.. marah dan apalah namanya.. berkecamuk jadi satu.

Dia langsung membekap mulutku, sambil setengah mengancam dan berbisik.. ”Jangan teriak..!”
Aku langsung tersadar.. kalau aku tengah berada di rumahnya. Ya rumah Dahlan.

Aku langsung sadar bahwa kenikmatan yang barusan aku rasakan ternyata bukan mimpi.
Spontan aku teringat istri dan anak-anaknya.. ingat keluarganya yang selama ini sudah baik padaku.

Maka aku pun diam sejenak.. aku mencoba berpikir harus bagaimana.
Yang pasti aku tidak ingin terjadi masalah dengan keluarganya.

Lalu aku mencoba meronta.. akan tetapi tenaganya jauh lebih kuat dariku.
Dia menindih dengan kuat sambil membekap mulutku..

Aku mencoba menutup kedua pahaku.. tapi dengan posisi Dahlan yang sudah menindih..
dan berada di antara kedua pahaku.. aku mendapatkan kesulitan untuk itu.

Kedua kaki Dahlan telah berhasil mengunci kedua pahaku untuk terus terbuka.
Aku tetap mencoba mendorong tubuhnya.. akan tetapi tubuhku yang jauh lebih kecil..
nampaknya tidak memiliki cukup tenaga untuk mendorong tubuh Dahlan yang tinggi dan berotot itu.

Tangan kanannya terus membekap mulutku sedang tangan kirinya menekan tangan kananku.
Tangan kiriku mencoba untuk meronta.. tapi semua itu sia-sia. Dahlan terlalu kuat tenaganya.

Lama kelamaan aku lemas kehabisan tenaga..
Mungkin setelah dia rasa aku mulai lemah.. dia mulai mengendorkan bekapannya.

Aku hanya bisa merintih memelas.. ”Abang.. jangaaaann..” hibaku dengan suara rendah.
“Jangaaann bangg..!!” Aku terus memohon dengan memelas.

Akan tetapi rintihanku nampaknya sia-sia belaka. Dahlan tetap mempertahankan posisi itu..
Kemudian ia mulai membelai kepalaku serta mencoba mengecup bibirku..

Dikulumnya bibirku.. dan lidahnya berusaha menerobos masuk.
Aku bertahan.. berusaha mengatupkan kedua bibirku dengan kuat.

Perlahan-lahan tangan kirinya mulai meremas lembut payudaraku beberapa saat..
“Abang.. tolong lepas.. jangan abang..”
Aku terus memohon dengan rintihan yang pelan nyaris tak terdengar.

Bagaimana pun juga aku khawatir kalo aku sampai membangunkan Marni..
yang tentu akan memicu masalah yang lebih besar.
Namun dia tidak juga bergeming.. bahkan dia terus mempertahankan posisinya.

Setelah itu.. aku rasakan kemaluannya mulai mencari-cari jalan untuk menerobos liang senggamaku.
Seketika aku tersentak.. dan berusaha menghindarinya.

Akan tetapi dengan sisa-sisa tenagaku yang tidak seberapa.. usahaku sia-sia.
Akhirnya.. slebbb.. slebb.. jebb..!! Dengan dua atau tigakali dorongan..

Penisnya menemukan liang nikmatku itu.. Slebb..
Lalu ia mulai mendorong pelan kemaluannya.. masuk lebih dalam lagi dan lagi..

“Ahhhh.. Sakiiit abang..!!” Pekikku lirih.. menahan suaraku agar tak terdengar keras.
Aku merasakan agak perih ketika kepala kemaluan Dahlan mulai menerobos liang senggamaku.

Slebb..! Dia mendorong terus kemaluannya.. sampai akhirnya.. Jleghh..!
Aku rasakan semua batang kemaluannya tenggelam dalam liang senggamaku.

Ughhhh..!! Aku menahan nafas.. dan Dahlan menahan posisi itu beberapa saat.

Setelah dirasa aku agak tenang.. Dahlan meneruskan aksinya..
Dia memulainya dengan gerakan-gerakan yang lembut dan pelan-pelan..
sambil terus dibelainya kepalaku dan sesekali dikecupnya bibirku.

Ahhhh..!! Betapa kemaluannya terasa memenuhi seluruh ruang di liang senggamaku.
Sangat berbeda rasanya dengan punya suamiku.. ini terasa lebih besar dan padat..

Clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. crebb..
Dia terus menariknya.. kemudian mendorong dengan gerakan yang lembut dan teratur..

Terus.. berulang-ulang.. disertai bisikan-bisikan rayuannya di telingaku.
Pada awalnya aku merasakan perih di liang senggamaku..
barangkali karena keterkejutanku ketika aku tersadar membuat nafsuku spontan hilang.

Akan tetapi.. dengan kejadian yang sudah berlangsung seperti itu..
lama-lama aku rasakan senggamaku mulai bisa menerimanya.

Cairanku pelan-pelan mulai membasahi dinding-dindingnya..
dan otot-ototnya pun mulai merespon tanpa bisa aku tahan sedikitpun.

Jdutt..!! Jdutt..!! Beberapakali kepala kemaluan Dahlan terasa menyentuh mulut rahimku..!!
Uughhhh.. sedikit ngilu.. tapi nikmatnyaaaa bukan maiinnn..!!

Aku bingung.. malu.. takut.. bercampur jadi satu dengan sensasi aneh..
Yang pelan namun pasti mulai merasuki. Sensasi aneh yang membuat aku bingung.

Perlahan tapi pasti pula getar-getar rasa nikmat mulai menjalar ke seluruh nadiku.
Entah syetan apa yang berperan.. lama kelamaan secara refleks..
tubuhku mulai mengimbanginya dengan gerakan-gerakan kecil pinggulku.

Aku tidak bisa lagi berpikir jernih.. Yang ada waktu itu hanya rasa malu..
bercampur bingung yang sudah tertutup rasa nikmat yang mulai menjalar.

Malu.. karena aku yang selama ini selalu menjaga diri dengan menutup rapat tubuhku..
malam ini tubuhku nyaris telanjang.. di depan laki-laki yang bukan suamiku.

Bingung.. mengapa getar-getar nikmat itu bisa ikut menjalar dalam kejadian seperti ini..??

Dahlan mulai mempermainkan temponya.. kadang dia percepat kemudian diperlambat.
Kadang dia benamkan dalam-dalam dan dia tahan.. sambil diputar-putarnya di dalam rongga senggamaku.

Duhhh..!! Sensasi yang aku rasakan pun semakin dahsyat.
Aku masih mencoba berpikir jernih bahwa pebuatan itu terlarang..

Akan tetapi gataran-getaran rasa nikmat itu seakan menepis semuanya..
“Abang.. aaaahhhhh..”

Tiba-tiba Dahlan mempercepat tempo permainannya beberapa saat.
Dan itu membuat aku tersentak terbelalak.. mencoba menahan sesuatu yang mendesak kuat dari dalam.

Akan tetapi tanpa bisa aku bendung.. desakan-desakan itu semakin menguat hingga..
“Abang.. bang..!! Aaaaccchhh..!!”

Seketika aku terbelalak.. tanganku meremas kuat kepala Dahlan..
Sedangkan kedua kakiku terangkat tinggi.. sambil pahaku menjepit kuat-kuat paha Dahlan.

Yaahh.. sampailah aku pada orgasmeku..!!
Betapa pun aku ingin menahannya.. kenyataannya aku tidak mampu.

Daguku mendongak dan lenguhan kecilku tidak bisa aku sembunyikan lagi.
Otot-otot senggamaku terasa berdenyut-denyut meremas batang kemaluan Dahlan..

Yang saat itu masih kokoh.. kejal dan keras.. tertanam dalam-dalam di liang senggamaku.
Dia tersenyum.. entah apa arti senyumannya itu. Sesaat kemudian aku terkulai lemas.

Mungkin karena dilihatnya aku mulai menikmati.. dia semakin berani meneruskan aksinya.
Dahlan memulai lagi mendorong dan menarik kemaluannya di liang senggamaku..

Kali ini langsung dengan tempo yang cepat. Clebb-clebb-crebb-crebb-crebb-crekk-crekk..
Ohhh.. aku yang sudah lemas dibuatnya terengah-engah menahan serangannya.

Dengan mata terpejam.. aku ikut menyambut gerakannya dengan goyangan pinggulku.
Dia pun semakin liar menyetubuhiku.

Sambil menggenjotku.. tangan Dahlan menjalar.. meremas kedua payudaraku dengan gemas.
Ditariknya penutup BH-ku ke atas.. sehingga payudaraku pun kini terbebas sempurna dari kekangan.

Kemudian.. dengan liarnya kedua payudaraku ikut bergoyang ke kiri ke kanan..
ke atas ke bawah seirama dengan goyangan dan genjotan Dahlan.

Dahlan semakin bernapsu.. sembari menggoyang tubuhku.. puting merah muda payudaraku..
yang jelas sudah berdiri dengan tegak.. dijepit-nya dengan jari-nya, dipilin dengan gemas.

Mulutnya juga bergerak.
Dikulum-nya kedua puting payudaraku.. dipermainkannya dengan lidah yang kasar.
Aku hanya bisa melenguh seperti anak sapi.. “Uuuuuugggghhhhhh.. ugggghhhhhh..”

Kemudian ditariknya tubuhku hingga sejajar dengan tubuhnya..
pahaku pun kemudian ditumpukannya di atas paha-nya.

Dengan posisi duduk seperti ini.. posisi clitorisku pun bergesekan langsung dengan batang kemaluannya.
Ahhh.. aku hanya bisa menggigit bibir bawahku.. untuk menahan sensasi yang timbul. Nikmat sekali rasanya.

Kupeluk kepala Dahlan dengan kedua tanganku..
Kini tanpa malu-malu lagi kupagut bibirnya dengan bibirku.

Lidah Dahlan pun bergerak lincah.. menerobos masuk ke dalam mulutku.. membelit lidahku dengan ganas.
Ughhh..!! Aku semakin 'terbang' ke awang-awang.. kenikmatan dunia.

Bersamaan dengan itu.. tangan Dahlan juga bergerak lincah.. diremasnya kedua payudaraku..
Dan tak ketinggalan putingnya dipelintir dengan jari-jari-nya.

Bibirnya bergerak perlahan.. menyusuri bagian belakang telinga.. kemudian bergerak ke bawah..
menyusuri leherku yang jenjang.. dan tiba-tiba.. bagian ular Cobra, giginya mematuk..

Crup.. cluph.. cruuphh..! Mulutnya mencupang leherku dengan keras.
“Ahhhh..!!” Aku hanya bisa menjerit lirih..

Tidak berselang lama.. tangan Dahlan memeluk tubuhku dengan erat..
puting payudaraku terasa bergesekan lembut dengan rambut di dada-nya.
Uuhh.. geli namun nikmat kurasakan.

Dirapatkannya kedua pahanya.. bongkahan pantatku dipegangnya dengan kedua tangan.
Dibantunya pergerakan naik turunku di atas pahanya.. semakin cepat dan cepat.

Bibirnya kembali mencari bibirku.. lidah kami berdua kembali bertaut.
Kemudian.. dengan tiba-tiba.. Jlegghh..!! Dibenamkan kemaluannya dalam-dalam..

Hingga ujung kepalanya terasa mentok di ujung rahimku.. kemudian menahannya sambil mengejan.
”Uuurrgg.. aaacchhhh.. saaayyyaaaang..” Lenguhan panjangnya tepat di telingaku..

Yang lebih pas menyerupai bisikan tanpa getaran pita suara. Rupanya dia mendapatkan orgasmenya.
Dapat kurasakan batang kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku..

Crettt.. crettt.. crett.. crettt.. terasa beberapakali semburan hangat benihnya di dalam rahimku.
Ya.. rahim yang saat itu sudah berisi janin dari suamiku.

Malam itu Dahlan menuntaskan hajatnya denganku.
Setelah selesai dia ke kamar mandi, lalu kembali ke kamarnya.

Aku termangu dan terkulai lemas di pembaringanku. Kulihat jam di hapeku menunjukkan pukul 2.48.
Setelah itu kesadaran dan akal sehatku mulai pulih.. Aku menangis.

Aku merasa sangat bersalah..! Bersalah pada suamiku. Bersalah pada Marni sahabatku.
Aku hanya bisa menangis dan terus menangis.. tak bisa tidur lagi sampe pagi.
----oOo----

Keesokan paginya Dahlan SMS ke hapeku.. ”Maaf ya.. aku khilaf tadi malam. Awalnya aku takut..
Tapi waktu aku lihat Melati juga menikmatinya.. jadi kebablasan deh..” katanya beralasan.

“Iya.. abang kok bisa gitu sih..? Jangan diulangi ya..!!” Jawabku membalas SMS.
Aku termangu sendiri.. berpikir mengapa itu bisa terjadi..?? Mengapa terjadi padaku..??

Dan parahnya lagi.. mengapa aku semalam bisa menikmatinya..??

Aku mulai berpikir.. apakah ini karena sebenarnya dalam alam bawah sadarku..
aku merindukan kehangatan dari suami..?

Memang selama ini urusan tempat tidurku dengan suami lebih banyak terasa hambar.
Mungkin karena banyaknya persoalan yang terpendam dan menumpuk..
aku selalu hampir tidak pernah mencapai puncak.

Apalagi setelah musibah gampa bumi, boleh dikatakan tidak pernah suamiku menyentuhku.
Sehingga semalam ketika terjadi peristiwa itu aku hampir bisa dikatakan pasrah..
Tanpa perlawanan yang berarti.

Bahkan barangkali alam bawah sadarku sebenarnya menginginkannya.
Ahh.. yang sudah terjadi biarlah berlalu.. pikirku.

Aku hanya takut kalo kejadian tadi malam diketahui Marni.. istrinya.
Mengingat Marni hanya tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamarku.

Setelah malam itu hari-hari berlalu dan aku berusaha bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Aku tidak ingin Marni.. istrinya tau peristiwa malam itu.

Begitu juga kepada suamiku. Aku simpan rapat-rapat peristiwa malam itu.
Waktu itu aku mulai berpikir, barangkali benar apa yang dikatakan para Kyai di Pesantren itu.

Barangkali memang sebaiknya aku berpisah dengan suamiku.
Bukankah dia tidak bisa lagi berlaku adil padaku..?

Bukankah aku juga punya hak yang sama dengan istri pertamanya..?
Bukankah Dahlan sudah membuka pintu harapan bagiku..?

Dan berbagai pernyataan batinku memenuhi benakku..
sekedar untuk mencari pembenaran atas pemikiranku.
----oOo----

Dua minggu setelah peristiwa malam itu.
Pagi-pagi Dahlan pamit mau ikut gotong royong memperbaiki rumah warga yang rusak karena gempa.

Memang waktu itu masih banyak rumah warga yang rusak.. dan kami di kampung itu..
menerapkan sistem gotong royong saling membantu untuk memperbaikinya.

Meski pun bantuan dari masyarakat luar desa juga ada.. akan tetapi..
kami selaku warga yang tinggal di desa itu merasa tidak bisa berpangku tangan.

Setelah Dahlan pergi.. Marni istrinya juga pamit mengantar anak-anaknya sekolah.
Anaknya yang paling tua kelas 2 SD.. kedua TK dan yang ketiga belum sekolah.

Sarana sekolah menjadi prioritas perbaikan di desa kami..
mengingat warga tidak bisa membiarkan anak-anak mereka berlama-lama tidak sekolah.

Jarak sekolah dari rumah Dahlan kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki.
Jam 7.30 Marni berangkat.. dan biasanya pulang sampai rumah sekitar jam 11.30..
karena Marni harus menunggu anaknya yang duduk di bangku TK.

Setelah Marni pergi maka aku mengerjakan tugas-tugas di rumah.. mencuci baju dan bersih-bersih.
Itung-itung aku harus ikut meringankan pekerjaan Marni.. mengingat aku sudah banyak dibantu selama ini.

Sangat tidak pantas rasanya kalau aku hanya berpangku tangan.. sementara mereka bekerja.
Aku berusaha mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik..

Dan siang itu kurang lebih jam 10 selesai sudah semua pekerjaan rumah.
Badanku terasa capek dan aku segera beristirahat di kamar.

Baru saja aku membaringkan badan.. tiba-tiba ada suara salam dan ketukan di pintu depan.
Aku terkejut.. karena itu suara Dahlan.

Aku segera mengenakan jilbab besarku.. dan belum sempurna aku mengenakannya..
aku dengar langkah kaki Dahlan sudah memasuki rumah.

Aku segera memberi tau kalo Marni belum pulang.
Maksudku supaya Dahlan tidak masuk rumah karena aku sendirian.
Sangat tidak enak kalo ada yang tau.. apalagi ini siang hari.

“Abang.. Marni belum pulang. Abang jangan masuk..!” Ujarku 'menegurnya'.
“Cuma mau ambil sekop kok, Dik. Sebentar aja..” Dahlan menjawab sambil berlalu.

Terdengar bebunyian gaduh Dahlan di belakang mencari-cari sekop.
Aku masih tetap di balik tirai kamar.. tidak berani keluar.

Meski ada rasa khawatir.. tapi jantungku mulai berdetak lebih kencang.
Bayangan-bayangan itu mulai muncul lagi. Ah.. enggak..! Jangan sampai..! Pikirku.

“Adik.. lihat sekop ga ya..? Kok ga ada di sini..?”
“Di belakang situ kayaknya..!” Jawabku

“Tolong bantu cari dong.. keburu mau dipake nih..” katanya lagi.

Dengan perasaan cemas dan jantung yang makin berdetak kencang aku keluar..
lalu menunjukkan posisi sekop yang tertindih barang-barang lain.

“Yups.. ini dia.. Makasih ya.. Adik udah makan belum..? Lhoh, kok keliatan pucat sih..?
Adik sakit ya..? Udah.. istirahat. Kasian kan kandungannya..”
“Ga pa pa kok..” jawabku.

Aku segera mengambil langkah untuk kembali masuk ke kamar melewati ruang tengah.
Tiba-tiba.. tanpa kuduga Dahlan mendekap perutku dari belakang.

Dia lingkarkan tangan kanannya ke perut sambil sedikit ditariknya badanku..
sehingga sekarang aku berada dalam dekapannya.

Belum hilang rasa kagetku.. dia langsung dongakkan wajahku dengan tangan kirinya..
sehingga wajahku menengadah dan berhadapan dengan wajahnya.

Seketika dia kulum bibirku sambil tangan kanannya mulai meraba ke atas.
“Jangan lagi Abang..!! Jangan..!” Aku memohon.

“Sebentar aja, Dik..” jawabnya sambil terus mendekapku dengan kuat.
“Jangan.. nanti Marni pulang lho.. Akh..jangan.. mmmhh..”

Dia terus mengulum bibirku sambil mengelus payudaraku. Birahiku pun perlahan mulai bangkit.
Ya.. sebuah rasa yang memang sudah agak lama tidak aku dapatkan.

Dari semenjak gempa.. perjumpaanku dengan suami sangatlah terbatas.
Kalau pun berjumpa tidak pernah bisa ada ruang dan waktu untuk privasi.

Sehingga ketika siang ini aku mendapatkan perasaan itu maka terasa sulit juga untuk mengelak.
Meski pun aku juga khawatir kalau Marni tiba-tiba datang.

Akan tetapi aku merasa sedikit tenang.. karena posisi ruang tengah ini tepat menghadap ke jalan..
Di mana jika Marni pulang.. maka 100 meter sebelum sampai pintu pasti terlihat dari ruang ini..

Hingga kami bisa segera menghindarkan diri dari penglihatan Marni.
Dahlan juga bisa segera keluar dari pintu belakang dan kembali bekerja bakti.

Aksi kami pun berlanjut. Dahlan semakin ganas mengulum bibir dan lidahku..
sambil diremasnya payudaraku dengan lembut.

Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah.. “Aaaahhh.. mmm.. abang..”
Dalam posisi masih bediri berhadapan.. Dahlan menarik bagian bawah jubahku.

Rupanya dia mau menggarap bagian senggamaku.
Aku memberikan jalan dengan agak melonggarkan kakiku..

Benar saja.. jari-jemari tangannya mulai menelusup menembus celana dalamku.
Dicarinya bagian clitorisku dan dielus-elus dengan lembutnya.

Clitorisku mulai terasa basah dan jari-jemarinya mulai terasa licin menelusuri permukaannya.
Nafasku mulai memburu dan aku mulai memekik kecil.. ”Uuuhh.. aaaa.. hhh..mmmhh..”

Ketika ujung jari telunjuk-nya menerobos masuk ke liang senggamaku.
Aku semakin menggelinjang dan aku jepit jari-jemarinya dengan pahaku..

“Dikkkk..” bisik Dahlan di telingaku. Srttt..!! Dahlan memelorotkan celana dalamku.
Tak lama dia pun membuka sedikit celananya sebatas turun ke lututnya.

Aku sedikit diangkatnya.. rupanya Dahlan menginginkan posisi sambil berdiri.
Aku hanya bisa pasrah..
Ketika kepala kemaluannya mulai menyeruak bibir senggamaku dari bawah.. lalu menekannya ke atas.

Slebbb.. Bleessskk..!! Seluruh batang kemaluannya langsung masuk ke senggamaku.
Liang senggamaku terasa penuh sesak.. dan kurasakan rahimku tertekan ke atas.

Sementara clitorisku langsung tertekan pangkal kemaluannya yang berbulu lebat.
“Aaacchhhh..!!” Aku mendesah.

Seluruh batang kemaluannya kini telah tertanam di liang senggamaku.
Kami berpelukan dalam posisi aku dalam gendongannya.

Dahlan tidak banyak bergerak.. rupanya dia paham kondisiku yang lagi hamil.
Dia menekan dengan kuat pantatku dengan tangannya.. kemudian memutar-mutar batang kemaluannya.

Ughhh..!! Seluruh dinding liang senggamaku pun terasa diaduk aduk.

Sertamerta clitorisku menerima gesekan-gesekan lembut dari pangkal kemaluannya.
Dan gerakan itu menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa..!!

Aku hanya terpejam menikmati permainan Dahlan ini.
Hasratku naik dengan cepatnya, aku memeluk lehernya dengan kuat.

Dan bibir kami pun beradu dengan beringas.
lidah kami saling beradu untuk membelit dan akhirnya..

“Aaaaahhh.. Mmmmhh.. abbaaaanng..!!”
Aku tak bisa membendung orgasmeku yang datang begitu cepatnya.

Aku remas kepala Dahlan dengan kuat untuk melepaskan energi yang besar itu.
Diputarnya tubuhku.. sehingga posisi Dahlan ada di belakangku.

Didorongnya tubuhku mendekati tembok..
diposisikannya kedua tanganku menempel ke tembok.

Diangkatnya kembali jubahku..
diposisikannya kembali kemaluannya di bongkahan pantatku..

Ah.. aku terkejut.. Aku pun sedikit berteriak..
“Jangan abang.. jangan dimasukkan ke lubang pantattttt..!!”

AH hanya tersenyum, dan hanya berkata..
“Nggaaaak, sayaaangg.. aku cuma peengiiiin dari belakang..”

Tak lama kemudain.. slebbb.. dengan perlahan..
kepala kemaluannya kembali menyeruak masuk ke bibir senggamaku.

Uhhh..! Rasanya menakjubkan.. nikmat bukan kepalang..
Ketika titik G-spot di dalam liang kemaluanku tersodok kepala kemaluannya yang besar.

Dahlan pun mulai menggoyang kembali tubuhku. Disingkapnya jubahku lebih ke atas..
Tangannya kemudian meremas kedua payudaraku dari belakang.

Meski masih tertutup BH.. tapi rasa geli akibat remasan tangan Dahlan..
cukup terasa di puting payudaraku yang sudah berdiri tegak.

Tidak berapa lama.. desakan orgasmeku yang kedua pun mulai muncul.
Kupeluk dan kutarik leher Dahlan ke arahku..

Aku ingin sekali orgasme sambil mencium bibir Dahlan.
Rupanya Dahlan tau keinginanku.. bibirnya pun segera mengulum bibirku..

Dan beberapa detik kemudian.. ohhhh.. terasa ledakan orgasmeku yang kedua.
“Aarggghhhhhhhhhhhhhhh..!! Rintihku agak terpekik melepas nikmat orgasmus.

Bersamaan dengan kejatan-kejatan tubuhku beberapakali.. lalu melemas.
Setelah itu dibaringkannya aku di sofa..

Dahlan melanjutkan aksinya dengan gerakan memompa dengan cepat.
Tak berselang lama Dahlan mengejan.. mendekap tubuhku merapat makin kuat.

Dia memejamkan matanya sambil melenguh.. “Aaaaccchhhhh..”
Dan kemudian.. liang senggamaku pun terasa mendapat kedutan-kedutan keras..

Yang berlanjut dengan rasa banjir lahar panas mengguyur di dalamnya.
Aaargggghhh.. aku pun mendapat orgasme yang ketiga.

Sesaat setelah itu, dia roboh ke sofa sambil nafasnya terengah-engah.
Batang kemaluannya terlepas dengan sendirinya dari kepitan liang senggamaku.

“Kamu luar biasa, Diiikkk.. hebat..” katanya dengan nada puas.. namun lemas.
Saat itu jam telah menunjukkan pukul 11.05.. Sudah dekat waktunya Marni pulang.

Maka aku minta Dahlan untuk segera keluar rumah sebelum Marni pulang.
Aku membersihkan sofa.. barangkali ada sisa-sisa sperma Dahlan yang tumpah.

Setelah itu aku mandi membersihkan diri dan memulihkan kesegaranku. CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------oOo---------------------------------------------
Ada lanjutannya g' suhu?
Mantul
 
:halo:.. eroS dooG
Eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Part 2 Cerita 157..
:kopi: Yuukk Ngupiii..!!

Sialkan dikenyot.. :nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
Bimabet
--------------------------------------------------------------------------------

Cerita 158 – Skandal Terlarang

----------------------------------------------------
Episode 1 : Cintaku Adik Iparku
----------------------------------------------------

Perkenalkan sebelumnya
.. aku adalah seorang pengusaha muda..
yang bergelut di bidang perkebunan, perikanan dan kontraktor.

Sebut saja namaku Wildan.. umurku saat ini 32 tahun.
Aku sudah berumah tangga.. memiliki seorang istri dan anak yang saat ini sudah berumur 6 tahun.

Istriku sebut saja namanya Kinanti.. wajahnya lumayan cantik.
Meski bodynya imut.. namun menurutku tergolong sexy dan sintal.

Kehidupan seks kami cukup berwarna. Hampir tiap hari kami melakukan hubungan seks.
Dan kehidupan berumah tangga kami juga cukup romantis.

Pada intinya tidak pernah ada masalah dan kendala dalam rumah tangga kami.
Istriku mempunyai seorang adik perempuan.. sebut saja nama Marissa.. nama panggilannya Ica.

Dia berumur 3 tahun lebih muda dari istriku.
Dia juga sudah berumah tangga.. suami dan mempunyai anak.
Sebut saja suaminya dengan nama Ikhsan.

Marissa bekerja pada sebuah perusahaan swasta.
Aku sudah mengenal Marissa sejak pertamakali berpacaran dengan Kinanti istriku.

Jarak perkawinan antara aku dan adik iparku hanya 1 tahunan.
Rumah kami letaknya berdekatan.. alias bertetangga.. sehingga kami tentu saja jadi sering sekali bertemu.

Kalau dari segi fisik.. istriku jauh lebih cantik dan sexy.. sedangkan Marissa menurutku biasa-biasa saja.
Badannya imut dan tergolong kurus. Ukuran Branya pun hanya 32 A.
–ukurannya aku ketahui ketika melihat behanya saat aku ML dengannya..–

Pantatnya pun biasa saja.
Pokoknya masih jauh kalah dari Kinanti istriku.. yang memiliki body yang sexy dan sintal.

Namun entah kenapa.. setiap bertemu Marissa darahku selalu berdesir dan bergejolak.
Aku sering bertandang ke rumah Marissa.. begitu pun Marissa sering bertandang ke rumahku.

Kalau aku bertandang ke rumah mereka untuk sekedar ngobrol dengan Ikhsan suaminya..
aku sering melirik-lirik ke arah Marissa.
Apalagi saat di rumahnya Marissa sering hanya menggunakan tank top longgar dan celana ketat.

Tak jarang Marissa tidak menggunakan Bra.. sehingga di balik tank topnya itu..
aku bisa melihat bayangan putingnya atau pun payudaranya di sela-sela ketiaknya.

Ketertarikanku berawal ketika aku masih pacaran dengan istriku.
Saat itu kami jalan bertiga.. dan entah di mana persisnya saat itu.. kami duduk bertiga di anak tangga rumah.

Aku duduk di anak tangga yang lebih tinggi di belakang Kinanti.. istriku.. –saat itu masih pacar..– dan Marissa.
Ketika sedang asyik ngobrol.. sekilas aku melihat belahan pantatnya yang membelakangiku.
Wuihh..!! Belahannya cukup terpampang di depanku.

Saat aku bicara dengan mereka.. aku pun ditakjubkan oleh belahan kedua payudara Marissa..
yang terlihat begitu menggoda dari selipan baju kaosnya saat itu.
Jadilah.. sejak itu aku begitu terobsesi dan sering melirik-lirik ke arahnya.

Nah.. beberapa saat lalu aku datang ke rumah Marissa untuk membantu suaminya Ikhsan..
merenovasi rumah. Saat itu sudah larut malam.

Pada saat itu aku dibuat kaget.. karena Marissa mengenakan tank top longgar dan tanpa menggunakan bra..
Sehingga tak pelak membuatku beberapakali melihat bayangan puting.. bahkan payudaranya.

Sungguh aku jadi salah tingkah.. sekaligus horny dan makin terobsesi.
Sejak saat itu aku semakin terobsesi dengan Marissa.. adik iparku itu.

Tak jarang aku sering main ke rumah Marissa di saat dia dan suaminya tidak ada di rumah..
–karena kebetulan memang aku dan istriku punya kunci cadangan rumah Marissa..–

Kalau sudah seperti itu.. aku paling sering masuk kamar Marissa.. untuk sekedar mencari daleman..
–CD & Bra-nya..–

Dan tak jarang aku mendapatkan daleman yang belum dicuci..
Ehmmm.. sehingga masih meninggalkan bau khas dari vaginanya.
Ahhh..!! Begitulah terobsesinya diriku dengan Marissa.. adik iparku sendiri.

Namun begitu.. aku tidak pernah berani menggoda atau mengajaknya lebih jauh..
Mengingat hubungan kami yang memang sangat dekat.

Hingga saat itu terjadi dan menjadi awal kisah perselingkuhan dan cinta kami.
Begini ceritanya..

Saat itu.. hari Selasa.. namun tanggalnya aku tidak terlalu ingat.. namun yang jelas di bulan Oktober 2011.
Hari itu aku ada janji dengan seorang kolegaku yang datang dari luar provinsi.

Rencananya hari itu aku dan kolega akan pergi keluar kota untuk melihat proyek kami.
Sekira jam 9 pagi aku berangkat dari rumah menuju hotel tempat kolegaku menginap.

Sesampainya di parkiran aku melihat sebuah motor matic yang parkir di sana.
Setelah-telah mengingat-ingat.. aku baru sadar kalau ternyata itu adalah motornya Marissa.. adik iparku.

Tapi hatiku bertanya.. ada apa dia ke hotel ini sepagi ini..?
Karena.. jarak hotel ini dan kantornya bisa dikatakan jauh sekali.

Namun kemudian aku acuh saja dan berlalu menuju restoran tempat aku janji bertemu dengan kolegaku.
Setelah sampai di restoran, aku duduk mengambil tempat sambil menunggu kolega turun dari kamarnya.

Tak lama hapeku berdering dan ternyata itu dari kolegaku.
Dia mengabarkan bahwa dia sedang keluar dari hotel dengan saudaranya..
dan minta aku menunggu saja di restoran untuk beberapa saat.

Akhirnya aku menunggu. Untuk menghilangkan bosan.. aku bergerak ke lobi hotel..
mencoba untuk mencari Koran dan bacaan lain sekedar penghilang suntuk.

Dalam perjalanan ke lobi.. aku terkejut melihat adik iparku Marissa tengah bergandengan tangan..
dengan seorang pria yang tidak kukenal.. bergerak dari lobi menuju lift.

Setelah kuperhatikan mereka masuk menuju lift. Aku terdiam dan coba mendekati lift..
Di pintu lift angka penghitung berhenti di angka 8.. menandakan dia menuju ke lantai 8.

Aku lantas mengambil inisiatif mengikutinya ke lantai 8..
Namun saat aku sampai di sana aku hanya melihat lorong dengan kamar di sisi kanan dan kiriku.

Aku semakin bertanya-tanya.. Wahhh.. ada apa nih..!?
Adik iparku Marissa masuk kamar dengan pria yang bukan suaminya..!?

Akhirnya aku kembali menuju ke restoran lagi. Otakku terus berpikir ada apa dengan Marissa..?
Apa dia selingkuh..?

Tak lama kemudian ada SMS masuk dari kolegaku..
mengatakan bahwa dia baru bisa kembali ke hotel sekitar 3 jam lagi.

Namun bukan itu yang jadi pikiranku sekarang.. melainkan Marissa. Apa dia selingkuh..?
Akhirnya.. untuk menjawab pertanyaan hatiku.. aku berinisiatif untuk meng-SMS dia.

Aku tulis di hapeku.. –Ca.. lagi di mana sekarang..?
Tadi abang liat kamu ada di hotel F dengan seorang Pria yang tidak abang kenal.
Kamu masuk ke lift menuju lantai 8 dengannya. Ngapain kamu..?–

SMS itu aku kirim ke dia. Tidak lama ada balasan dari Marissa..

–Bang Wildan ada di mana..? Marissa bisa jelaskan ke bang Wildan.. tapi jangan bilang sama Ikhsan.
Abang ada di mana..? Biar Marissa ke sana sekarang..?–

Aku balas lagi SMSnya.. –Abang di Restoran di lantai 1.. sedang menunggu kolega..–
Tak lama kemudian Marissa datang. Ia sendiri dan tak terlihat pria tadi yang bersamanya.
Marissa terlihat salah tingkah.. mukanya merah.. mungkin dia malu.

Aku lantas bertanya padanya.. “Kamu ngapain Marissa..?”
Dia terlihat menangis lantas memegang tangan kananku.
"Maafkan Marissa bang, tolong jangan bilang sama Ikhsan dan Kak Kinanti..” dia menangis terisak.

Aku menenangkannya dengan mengusap rambutnya. Aku tanya lagi..
“Kamu ngapain sama orang tadi..? Ngapain kamu cek in sama dia..? Kamu selingkuh ya..?”

Perlahan dia mengangguk lalu berkata.. “Maaf bang, tapi ini salahnya bang Ikhsan.. –suaminya–
Selama ini dia tidak pernah bisa jadi suami yang memuaskanku..”

Cukup kaget aku mendengar pengakuannya. Tanpa aku sadari, ternyata aku berada di ruangan umum.
Yaitu restoran dan ternyata ada orang yang melihatku dengan Marissa yang sedang menangis.
Malu juga rasanya.. takut dikira orang ada apa-apa.. sementara itu Marissa masih menangis.

Kemudian aku berkata pada Marissa.. “Ya udah, kita ngga usah ngobrol di sini.. banyak orang.
Abang ingin tau kenapa kamu sebenarnya..? Di mana kita bagusnya ngobrol yang ngga ada orang..?”
“Terserah bang Wildan saja..” katanya pasrah.

Karena bingung.. kemudian sejenak aku meninggalkannya dan aku berinisiatif menuju resepsionis..
untuk booking satu kamar.. biar aku bisa ngobrol dengan Marissa dengan leluasa.
Sampai sejauh ini tidak ada sedikit pun pikiran macam-macam di benakku.

Setelah menyelesaikan administrasi.. kemudian aku bergerak menuju restoran..
Lalu mengajak Marissa menuju kamar yang sudah kubooking tadi.

Sesampainya di kamar Marissa langsung duduk di sofa kamar..
aku berinisiatif mengambil beberapa minum soft drink dan kuberikan kepadanya.
Aku lantas duduk di sampingnya dan kemudian bertanya.. “Kenapa kamu begini..?”

Sambil terisak menangis dia minta maaf dan kemudian bercerita:
bahwa semenjak perkawinannya hingga sekarang.. –kurang lebih 6 tahun..–
dia tidak pernah dapat kepuasan seksual dari suaminya.

Dia bilang bahwa Ikhsan orangnya konservatif dan maunya menang sendiri kalau sudah di tempat tidur..
sehingga Marissa tidak pernah sekali pun merasakan kepuasan.

Wahh jadi begitu, yaa..!? Aku cukup kaget dengan jawabannya.
“Hmm.. sejak kapan kamu selingkuh dan berhubungan dengan pria lain..?” Kembali aku bertanya.

Marissa menuturkan bahwa hari ini adalah hari pertama dia mencoba selingkuh..
Itu pun karena terus digoda oleh teman prianya dia tadi.. yang ternyata teman/rekan kerjanya di kantor..
hingga akhirnya dia tidak tahan dan mau diajak berselingkuh.

Sejenak kulihat Marissa masih menangis dan berulang dia minta aku berjanji..
agar tidak membocorkan rahasia ini dengan Ikhsan suaminya.. atau pun dengan Kinanti kakaknya, yaitu istriku.

Aku mengiyakannya. Aku berusaha menenangkannya dengan memegang salahsatu tangannya..
Kemudian aku usap kepalanya dengan lembut. Dia lantas menyandarkan kepalanya di dadaku.

Masih terus menangis terisak.. dia melanjutkan curhatnya.
“Andai aja Ikhsan mau mengerti kebutuhanku, tentunya tidak akan jadi begini bang Wildan..”

Masih dengan niatan menenangkannya.. sambil memegang wajahnya aku berkata..
“Sudahlah Ca.. kamu tidak harus begitu untuk menyalurkan kebutuhanmu..”
Sejenak dia terdiam.. kedua wajah kami saling berhadapan dan menatap.

Dia menatapku lama sekali dan kemudian berkata.. “Tapi aku tidak bisa menahannya lagi bang.
Aku ingin seperti wanita lain yang bisa menikmati kepuasan kala berada di ranjang..”

Kami masih saling berpandangan.. “Jadi harusnya bagaimana abang bantu kamu Ca..?”
Tanpa kami sadari bibir kami bergerak maju..
Dan entah siapa yang mulai mendekat duluan kemudian kedua bibir kami bersentuhan.

Tanpa dia sadari dia mengecup lembut bibirku dan tanpa kusadari pula aku membalasnya.
Beberapa saat kemudian dia tersentak seperti tersadar.. “Bang, bolehkah ini..?”

Aku hanya diam.. dan kemudian dia mengulang mengecup bibirku sambil menutup matanya.
Sungguh romantis.. dia keliatan cantik sekali saat itu.

Sejenak kemudian aku membalas kecupannya, namun tanpa kusangka dia melumat bibirku.
Kejadian itu berlangsung beberapa saat lalu berhenti dengan sendirinya lantaran kehabisan udara.

“Bang.. sebenarnya sejak dahulu aku sudah menyukai abang sejak kita pertamakali bertemu..”
Lumayan kaget.. mungkin naluri saja..
tanpa kusadari tangannya menjangkau tanganku lantas melingkarkannya di tubuh mungilnya.

Sambil tetap menatapku dia berkata..
“Bang, tolong puaskan aku seperti abang memuaskan Kinanti.. Aku milikmu bang.. aku sayang abang..”

Setelah itu tanpa disadari kedua bibir kami bertemu dan saling berciuman.
Dia keliatan sangat bernafsu, sementara aku tidak tahu mesti ngapain.

Memang sudah sejak lama Marissa jadi objek sekssualitasku..
bahkan tatkala aku bercinta dengan Kinanti istriku.. wajah Marissalah yang ada di pikiranku.

Apakah aku harus lakukan ini..? Antara mencoba menolak tetapi aku menikmatinya.

Tidak kupercaya.. akhirnya Marissa yang selama ini kudambakan sekarang meminta kusetubuhi.
Akhirnya aku menyerah.. ya.. menyerah untuk terus melayani ciumannya. Haha..

Tak disadari sudah beberapa menit kedua bibir kami saling berciuman.
Bahkan sesekali kami saling memainkan lidah kami.

Aku semakin terbawa nafsu.. begitu juga Marissa.
Sambil berciuman Marissa mengarahkan kedua tanganku yang masih melingkar di pinggangnya ke arah pantatnya.

Dia mengarahkan tanganku untuk meremas kedua bongkah pantatnya yang menurutku kecil.. tapi lumayan padat.
Aku terima memainkan bibir dan lidahku di bibirnya.. sementara tanganku juga terus meremas lembut pantatnya.

Terdengar beberapakali suara lenguhan dari mulutnya.. menandakan dia sudah mulai bernafsu.
Tak lama setelah itu Marissa menghentikan ciumannya.

Kemudian dia berdiri dari sofa yang tadi jadi tempat bergumul kami.
Dia berdiri persis di depanku.. kemudian secara perlahan dia membuka kancing blus kerjanya..
satu per satu.. hingga akhirnya keliatanlah payudaranya yang masih berbalut bra hitam.

Setelah semua kancing baju terbuka.. dia membuka baju dan meletakkannya lantai.
Kemudian dia pegang tanganku menariknya ke arah tempat tidur.

Setelah sampai di tempat tidur dia duduk.. sementara itu aku masih berdiri di hadapannya.
Dia berinisiatif membuka baju yang kukenakan.. setelah terbuka dia melemparkannya ke lantai.

“Bang.. aku milik abang sekarang. Aku sayang dan cinta abang..
perlakukanlah sama Marissa dengan Kinanti istri abang. Aku mau jadi istri abang..”
ujarnya penuh kepasrahan dan ketulusan.

Marissa kemudian bergerak menuju tengah tempat tidur.. sambil duduk dia menarikku ke tempat tidur.
Sejenak aku terdiam, namun nafsuku bangkit dan kemudian melumat bibirnya.

Dia membalas.. Kami saling berciuman. Marissa mengarahkan tanganku ke payudaranya.
Sekaranglah saatnya apa yang selama ini kupendam jadi kenyataan.

Aku meremas lembut payudaranya dan sesekali jariku masuk ke branya dan memainkan putingnya.
Ahh..! Terasa putingnya menegang.. menandakan Marissa sudah berada di puncak nafsunya.

Sesekali pula lenguhan keluar dari mulut Marissa yang masih sibuk bergelumul dengan bibirku.
Aku melingkarkan tanganku di punggungnya untuk membuka kaitan branya..

Tak butuh waktu lama.. Ctass..! Tali pengait branya pun terlepas.
Dalam keadaan tetap bergumul.. Marissa membantuku untuk melepaskan bra dari tubuhnya..

Hingga akhirnya sekarang aku bisa melihat dua gundukan payudara yang tidak terlalu besar ukurannya..
Akan tetapi aku takjub dengan putingnya yang masih merah..
menandakan bahwa putingnya jarang diisap oleh Ikhsan suaminya.

Aku juga melihat putingnya yang sudah menegang.
Sungguh aku tidak percaya akhirnya aku bisa melihat semua ini.

Beberapa saat ciuman kami terhenti.. Marissa memintaku untuk tiduran.. dia lalu menghampiriku..
Dia mengecup lembut bibirku dan berkata.. “Bang, Marissa sayang abang. Milikilah aku bang.. aku rela..”

Kembali berciuman dan bergumul. Tanpa kusadari ternyata salahsatu tangan Marissa..
kini sudah mulai mengusap-usap penisku dari luar celana yang masih kukenakan.
Saat itu aku mengenakan celana kain.. sehingga elusannya cukup terasa dan membuat tegang penisku.

Tek lama ciuman Marissa turun ke arah leherku, kemudian terus ke puting.
Dia menjilat dan memainkan putingku. Aku jadi semakin bernafsu.

Ciumannya melanjut.. terus turun ke perutku dan terus ke bawah.
Pada saat tepat wajahnya ada di depan penisku dia kemudian memegang penisku yang sudah mulai menegang.

Diusapnya berkali-kali.. membuat gairahku kian mendidih.. semakin bernafsu.
Dengan penuh perasaan dia mencium penisku dari luar celana.. dan sesekali dia menggigitnya.
Ughhh.. sungguh sensasi yang belum pernah kurasakan dengan Kinanti istriku.

Tak lama.. Marissa membuka gesper dan kaitan celanaku..
Kemudian dia membuka celana dan celana dalam sekaligus..
Taraa..!! sehingga sekarang terpampanglah di hadapannya penis berukuran 18 cm milikku.

Sejenak dia terdiam, kemudian dia berkata..
“Bang, besar sekali punya abang, punya Ikhsan –suaminya– tidak sebesar ini.." katanya memuji.

"Hmm.. pantas Kinanti selalu cerita kalau dia puas dengan layanan abang..” lanjutnya seperti gumam.
–rupanya istriku pernah bercerita tentang hubungan kami di ranjang pada Marissa–

Marissa kemudian mengelus-elus penisku sambil dia menjilati telurku..
Oouughhh nikmati sekali.

Tak lama kemudian.. slrupp.. slrupp.. Marissa menjilat penisku..!!
Sesekali dia terlihat mengulum penisku.. nampak penisku begitu penuh di mulutnya yang kecil.

Dia terus mencium.. menjilat dan mengulum penisku sambil memejamkan matanya.
Penisku keliatan semakin tegang. Marissa semakin asyik memainkan penisku.

Terlihat dia menjilat kepala penisku sambil tangannya mengelus telur penisku, nikmat sekali.
Setelah lama akhirnya dia berhenti.. kemudian aku mengambil inisiatif.

Ini saatnya aku menunjukkan keahlianku. Kami lantas bertukar posisi.
Kali ini Marissa tiduran dan aku berada di atasnya.

Kulumat bibirnya.. kemudian aku meremas payudaranya dan memainkan putingnya.
Lenguhan demi lenguhan terdengar dari mulut Marissa. Ciumanku turun ke lehernya.

Aku menciumi leher hingga telinganya. Sesekali aku menjliati daun telinganya..
dan nampaknya nafsu Marissa semakin menjadi-jadi.

Ciumanku turun ke payudaranya.
Secara bergantian aku mencium.. menjilat dan mengulum payudara dan putingnya.

”Ouuuuggghhhh.. Bang.. akkhuuu sayang abang..” kata-kata itu terdengar dari mulutnya.

Setelah puas bermain di payudaranya, aku minta dia membuka setelan celana kantornya yang masih dipakai.
Aku menyengajakan celana dalamnya tetap terpasang karena aku tidak mau terburu-buru.
Akhirnya saat ini Marissa hanya mengenakan celana dalam hitam.

Kemudian aku menciumi kedua pahanya secara bergantian..
sementara itu kedua tanganku berada di pantatnya.. kuremas pantatnya tersebut dengan lembut.

Ciumanku kini kualihkan naik ke bawah perutnya. Aku ciumi dari luar celana dalamnya..
perlahan aku buka belahan kakinya.. sehingga tepat di wajahku.

Sekarang sudah ada bongkahan vagina yang masih tertutup celana dalam berwarna hitam.
Kemudian aku menciumi memeknya dari luar celana dalam.

Nampak celana dalam Marissa sudah agak becek..
hingga mengeluarkan aroma khas yang selama ini kudapati dari celana dalamnya.

Aku terus menciumi memeknya dari luar celana dalamnya.
Marissa sepertinya semakin bernafsu.. ”Oooughhh bang.. enak bang..”

Setelah cukup lama aku menjilati vaginanya dari luar celana dalam..
akhirnya aku membuka celana dalamnya tersebut..

Marissa juga membantu untuk membukanya dengan menaikkan paha dan kakinya.
Marissa kini telah dalam keadaan bertelanjang bulat di hadapanku.

Sejenak kunikmati pemandangan indah nan mempesona tersebut.
Nampak Marissa merasa malu aku melihatnya dalam keadaan bugil..
sesekali dia mencoba menutupi bagian memeknya dengan telapak tangannya.

“Kenapa bang..?” Katanya.. dengan wajah bersemu malu-malu.
“Cantik..” balasku tanpa mengalihkan pandanganku dari tubuh indahnya.

Setelah puas memandangi, aku hadapkan wajahku ke memeknya..
Namun kemudian Marissa berkata.. “Abang mau apa..?” Tanyanya..
Nampaknya belum mengerti apa yang akan kulakukan.

“Abang mau jilati memek kamu Ca..”
“Jangan ah bang.. jorok. Apa abang ngga jijik..?”

–Ternyata Ikhsan suami Marissa tidak pernah menjilati memeknya..
Bahkan di lain waktu dia bercerita baru pertamakali dia mengoral penis, yaitu penisku..–

“Ca.. abang juga sayang Ica sejak lama. Sekarang biarkan abang menyayangi kamu ya.
Abang akan berikan kepuasan yang selama ini tidak pernah Ica rasakan. Ica benar sayang abang..?”
Ujarku sambil tersenyum memaklumi.

Akhirnya dia mengganguk dan berkata..
“Ica sayang bang Wildan.. lakukanlah apa yang mau abang lakukan, Ica rela bang”

Kemudian aku mendekati wajahku ke memeknya Marissa.
aku mulai menciumi memeknya dan kemudian aku menjilati memeknya tersebut.

“Oouuugghhh bang, enak bang..” kata-kata itu keluar dari mulut Marissa.

Aku teruskan menjilati memeknya.
Klitorisnya aku isap sehingga nampaknya Marissa semakin tidak tahan.

Sesekali lidahku aku masukkan ke dalam memeknya dan Marissa melenguh keras..
“Bang, Ica ngga tahan.. enak banget bang..”

Aku terus saja bermain di memeknya hingga Marissa sepertinya mengalami orgasme pertamanya..
“Oouuuugggghhh bang, Marissa sayang abang..” dia melenguh panjang..

Sementara kedua belah pahanya berusaha dirapatkan mengapit kepalaku.
Marissa mendapatkan orgame pertamanya dan mungkin juga itu yang pertama dalam hidupnya.

Setelah itu aku berbaring dan aku minta Marissa di atasku dengan posisi bertolak belakang –69..–
Aku minta dia memainkan penisku, dia menggenggam penisku..

“Bang.. andai aja penis ini milik Ica..” katanya seperti mendesah.
Kami saling bermain dengan posisi 69.

Aku menjilati dan memainkan memeknya dan dia memainkan penisku.
Sesekali aku memasukkan lidahku ke dalam memeknya dan dia melenguh..

“Ouughhh..” Marissa mendapatkan orgasme yang kedua.. dia menggenggam penisku..
Sementara mulutnya berada di pahaku sambil mengeluarkan erangan..

“Oouuughhh bang.. Marissa keluar lagi.. nikmatnya bang..”
Sejenak Nampak Marissa terkulai lemas di atas tubuhku.

Aku masih mengusap-usap pahanya dengan sesekai menciuminya.
Marissa kemudian turun dari tubuhku dan tergeletak di atas tempat tidur.

Aku berputar arah dan mendekatinya, saat ini aku tergolek di sampingnya.
Kemudian aku menciumi pipi Marissa sambil tanganku meremas lembut payudaranya..
dan kemudian memainkan putingnya.

Marissa tersenyum dan kemudian mengecup bibirku, dia berkata..
“Bang Wildan.. aku sayang abang.. jadikan aku milik abang. Aku mau ninggalkan Ikhsan dan jadi milik abang..”

Aku tersenyum dan berkata..
“Abang juga sayang Ca. Mulai saat ini abang juga milik kamu..”
“Benar bang..? Ngg.. Lalu bagaimana dengan Kinanti..?” Katanya lemas.

Aku tersenyum dan kemudian berkata..
“Untuk sementara jangan sampai dulu orang lain tau ya, sayang..”

Dia tersenyum dan kemudian mengecup bibirku.
“Mmhh.. terserah abang saja.. yang pasti aku sayang abang..”

Tak lama kami kembali berciuman. Kedua bibir kami saling bergumul.
Kami juga saling memainkan kedua lidah kami.

Marissa menutup kedua matanya tanda dia menikmati ciuman romantis kami.
Tanganku mengusap pahanya dan kemudian menjalar ke memeknya.
Aku elus lembut bibir memeknya.

Sementara itu Marissa juga tidak mau kalah.. dia ikut mengelus penisku yang sudah kembali menegang.
Ciuman kami masih terus berlanjut dan kami masih sesekali memainkan lidah kami di mulut masing-masing.

Tak lama berselang Marissa menghentikan permainan bibir kami..
“Bang, Ica ingin ini..” sambil melihat ke penisku yang masih ada di genggaman tangannya..
Aku tersenyum.. “Ambillah.. itu kan milikmu sayang..”

Setelah itu kami bangkit.. Marissa aku minta menggeserkan tubuhnya ke atas..
kemudian bersandar di bantal sementara itu aku berada di atasnya.

Setelah Marissa berada pada posisinya, aku arahkan penisku ke memeknya.
Sebelum masuk.. penisku aku gesekkan ke bibir memeknya, Marissa melenguh..

“Ouuughhhh… masukkan sayang, aku sudah ngga tahan, banghh.. HHHH..” rintihnya.

Aku tersenyum.. slebb.. perlahan kutekan penisku ke belahan liang memeknya..
"Ngghh.. Ahhhh..!!" Namun Marissa tertahan dan sedikit menjerit..

“Ouuuww sakit sayang, punya abang besar, pelan-pelan sayang..”
Karenanya kemudian perlahan aku masukkan penisku ke liang memeknya.

Awalnya agak susah karena liang memeknya terasa sempit banget..
–mungin karena menurut Marissa penis Ikhsan suaminya kecil.. jadi tidak terbiasa dengan penis yang lebih besar–

Setelah beberapakali berusaha akhirnya penisku mulai masuk juga..
Nampak Marissa meringis menahan sakit..

Kepalanya mendongak ke arah atas dan kedua tangannya menggenggam erat seprai.
Aku jadi kasihan.. baru setengah penisku masuk.. aku berhenti sejenak.

Aku mendekati wajah Marissa kemudian menciumi bibirnya..
“Sakit sayang..?”
“Ngga apa sayang.. teruskan, Ica mau melayani abang, Ica sayang abang, puaskan Icaa bang..”

Setelah mendengar Marissa berkata seperti itu.. akhirnya aku kembali bergerak..
Jlebb.. Blesskkk..! Kumasukkan penisku lebih dalam hingga akhirnya.. “Aaakkggghhhh..!!”

Marissa meringis menahan sakit dan nikmatnya.. ketika semua penisku sudah berada dalam liang memeknya.
Sejenak aku berhenti dan membiarkan penisku berada di dalam liang memeknya.

Ahhhh..!! Luar biasa.. liang memeknya terasa sempir sekali.. dan penisku terasa sesak di dalam.
Penisku terasa dibalut oleh daging lembut nan hangat di dalam memeknya.

Aku kembali mendekati wajahnya.. kemudian mengecup lembut bibirnya.
Namun Marissa menyambut kecupanku dengan bergairah.. hingga akhirnya kami bergumul.

Setelah cukup lama, akhirnya Marissa meminta aku memainkan penisku.
“Ayo pa, puaskan mama..”
–Marissa mulai memanggilku dengan sebutan papa.. biar lebih romantis.. katanya.. hehe..–

Aku tersenyum dan mulai menggerakkan penisku keluar-masuk liang memeknya.
“Aaauugggrrhhh nikmatnya pa.. punya papa besar sekali.. Ohh nikmati pa.
Ayo pa.. puaskan mama.. mama sayang papa..” ceracaunya mulai bergairah.

“Memeknya mama enak ma.. nikmat.. Papa juga sayang mama..”
bisikku sambil tetap memompa penisku di liang vaginanya.

Terus aku mainkan penisku di dalam memeknya.. keluar dan masuk.
Terasa gesekan lembut di penisku.

Sambil memainkan penisku, sesekali Ica meremas penisku..
Tendengar Marissa melenguh sambil kedua tangannya menggenggam kedua sisi tempat tidur.

“Ouugghh papa, enak pa, kenapa ngga dari dulu pa. terus sayang..”
Marissa meracau sambil menahan nikmat karena penisku yang berada di memeknya.

Tak lama Marissa meracau lagi.. “Pa, mama sampai pa, enak pa.. ooouuugghhh..”
Bersamaan dengan itu terasa kedutan di penisku yang berada di memeknya dan ..

“Oouugghhh.. cium Marissa bang..”
Marissa mendapatkan orgasme ketiganya dan kami beerciuman dengan romantisnya.

Setelah Marissa mendapatkan orgasme ketiganya.. aku berinisiatif mencabut penisku dari memeknya..
kemudian aku berbaring sambil memeluk dia dari belakang.

Aku memeluknya dengan erat dari belakang.. sembari kucium bahunya kemudian aku biilang..
“Abang sayang kamu Ca.. dan sudah lama jatuh cinta sama kamu..”

Kemudian dia berkata.. “Benar bang..?”
“Iya.. Ca..”
Kemudian dia membalas.. “Ica juga sayang abang..”

Lalu dia berkata.. “Trus gimana dengan kita bang..?”
“Hmm.. mulai hari ini kita selingkuhan dan kita simpan ini rapat-rapat..”

Dan dia berkata lagi.. “Tapi bang, boleh kan Marissa mendapatkan yang seperti ini kapan pun..?”
Aku jawab saja.. “Kapan pun sayang, abang siap..”

Dia tersenyum lalu mencium bibirku dengan mesranya. Kedua bibir kami berpagutan lama sekali.
Tak lama ciuman kami semakin panas. Kemudian dia berhenti dan bilang..

“Sekarang giliran Marissa memuaskan abang..”
Dia naik ke atas tubuhku dan mendaratkan memeknya tepat di atas penisku..

Digenggamnya penisku lalu mengarahkannya ke lepitan vaginanya.
Perlahan aku mendorong masuk penisku ke dalam memeknya sehingga .. blesskk..!!

“Nghhhh.. HHHHH..”Semua batang penisku sudah berada di dalam memeknya..
dibarengi Marissa melenguh menahan nikmat..

“Oouugghhh.. Nikmatnya sayang. Ayo sayang puaskan diri abang.. Ica siap jadi istri abang..”
Permainan semakin panas. Aku mulai memainkan penisku di dalam memeknya.

Tak terhitung beberapakali Marissa mendapatkan orgasme dan kami melakukan banyak gaya.
Tidak terasa sudah setengah jam kami bergumul.

Namun pada saat berada dalam posisi doggie style, aku merasakan akan orgasme.
Aku kemudian bertanya dengan Marissa.. “Mau keluarin di mana sayang..?”

Marissa menjawab.. “Keluarin di dalam aja sayang.. basahi memek Ica bang..
Aku rela punya anak dari abang.. buah cinta kita..”

Permainanku percepat dan Marissa nampaknya semakin bernafsu.
Sepertinya Marissa juga akan mendapatkan orgasmenya yang entah sudah kebeberapakalinya hari ini.

Hingga akhirnya.. “Ooooouuughhhh..” kami melenguh dan sama sama mendapatkan orgasme.
Crott.. Crrottt.. crotttt.. aku merasakan begitu banyak spermaku yang keluar menyiram rahim Marissa..
tidak seperti biasanya ketika berhubungan dengan Kinanti istriku.

Akhirnya aku terkulai lemas di sampingnya. Kami berpelukan dan saling berciuman.
Tak lama kami tertidur setelah pergumulan kami yang panjang.

Tidak terasa sudah 1 jam kami tertidur. Kemudian aku bangkit untuk mengambil minum.
Marissa terkejut dan juga terbangun.

Dia senyum dan kemudian mendekatiku dan memelukku dari belakang.
“Mulai sekarang bang Wildanlah suami Ica.. love U..”

“Mulai hari ini, kalo kita cuma berdua, Ica akan panggil abang SUAMI ya.. dan abang panggil Ica ISTRI..”
Aku tersenyum dan mengiyakan.

Kami berpelukan sebentar.
Kemudian tidak sadar kami berciuman dan tanpa kami sadari akhirnya nafsu itu bangkit lagi.
Akhirnya kami melakukan lagi hubungan badan.

Bukan hanya itu, setelah itu kami masih melanjutkan permainan terlarang kami di kamar mandi.
Tak terhitung beberapakali Marissa mendapatkan orgasme.

Pokoknya hari ini kami sangat berbahagia walau di hati kami masing-masing ada kecemasan.
----oOo----

Setelah puas bermain akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Marissa harus kembali ke kantor dan aku juga harus menemui klienku.

Sebelum berpisah di kamar kami sempat berciuman lama..
Marissa masih menyempatkan beberapakali mengoral penisku.. kemudian berkata pada penisku..

“Sampai jumpa ya.. nanti kamu akan masuk lagi ke memekku..!”
Aku hanya ketawa geli. Dan kemudian kami keluar kamar dan berpisah.

Sejak saat itu kami rutin berhubungan. Biasanya kami melakukan di hotel.
Tetapi.. tatkala di rumah kami berusaha seperti biasa..

Walau pun de,mikian.. di kala sedang berpapasan di rumah..
terkadang Marissa atau pun aku sering iseng saling raba dan remas.. hehehe..
Bahkan kami pernah ML tatkala istriku sedang mandi.. kami melakukannya di ruang tamu.

Begitulah kisah hubungan terlarang aku dengan adik iparku.
Nanti aku akan terus menceritakan bagaimana kisah kami hingga saat ini.. pada kesempatan selanjutnya. (. ) ( .)
----------------------------------------------oOo-------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd