Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

ijin baca ceritanya
 
-----------------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------------

Cerita 117 – “Kenalkan, Istriku ..”

Milana

Peristiwa ini terjadi
kira-kira tahun 2008. Saat di mana Hape hanya bisa untuk SMS dan telepon saja.
Iseng saja aku pasang iklan di koran.

Mencari teman ngobrol asik..? 08129xxxxx. Hanya untuk Wanita Menikah.
SMS hanya pada jam kerja [08 – 17] .. Sabtu-Minggu off..


Tentu saja.. Dika bukan nama asliku. Dan nomer yang kupasang juga bukan nomer utamaku. Gila memang..
Aku yang sudah beristri dan punya dua anak ini nekat memasang iklan di koran untuk mencari kepuasan lain.

Aku bukannya tidak puas dengan pelayanan istriku selama ini.
Tapi entahlah.. ada kesenangan lain yang aku hendak dapat.
Ada kekosongan yang rasanya tidak bisa diisi oleh istriku selama ini.

Istriku cantik.. anak-anakku lucu. Tapi selama hampir 8 tahun pernikahanku.. aku sudah kehilangan gairah.
Rutinitas hampir membunuhku. Dan tiba-tiba saja.. ide itu muncul.
Entah darimana asalnya.. aku terpikir untuk memasang iklan itu.

Bukan.. selama pernikahanku aku tak pernah sama sekali selingkuh. Aku pria setia hanya dengan satu istri.
Tak pernah sekali pun terbersit untuk mencari selingkuhan. Sampai dengan saat ini.
-------ooOoo-------

Telepon itu berdering suatu sore. Aku masih di kantor dan sibuk dengan report yang belum selesai.
"Dika..?” Langsung tau orang itu telpon ke nomer yang aku iklankan di koran.
Aku memang hanya beli nomer itu untuk iklan. Namaku pun bukan Dika.

Suara itu lembut.
"Saya sendiri, bisa dibantu..?"

Suara itu sejenak ragu.
"Hallo..?”
"Dika, bisa ketemuan..?”
"Hari ini..? Bisa.. jam 7an. Maaf.. dengan siapa saya bicara..?”

Terdiam sesaat.. dan kemudian menjawab.. ”... Mila.."
Kami berjanji di sebuah coffeshop sepi. Aku tau tempat itu. Tempat yang jarang sekali dikunjungi orang.
-------ooOoo-------

Calon pelanggan pertamaku. Aku segera menelepon istriku dan bilang aku pulang agak malem.
Biasa.. tutup buku.. alasanku. Tepat pula.. karena ini akhir bulan.

Baru kali ini aku berbohong untuk seorang wanita lain. –Yang entah aku tak tau seperti apa wajahnya..–
Dan itu membuat jantungku berdebar ekstra keras.

Seperti biasa.. istriku tak banyak bertanya. Maklum dia dengan kondisiku ini.
Motorku meluncur dalam keramaian kota di malam itu.. hanya 3 kilometer dari kantorku.

Jantungku berdebar keras tatkala kakiku melangkahi tangga menuju coffeshop sepi itu.
Celingukan.. takut ada orang yang mengetahui keberadaanku di sini.. atau mengenalku, bahkan.
Jalan depan coffeshop di lantai 2 itu memang ramai sekali.

Sampai di dalam.. aku tak menemukan seorang pun menunggu. Rasanya aku memang terlalu tepat waktu.
Pesan Mochachino.. kemudian duduk sambil browsing di Optimus Oneku. SBY sebentar lagi menang, sepertinya.

Hmmm.. Wanita itu belum datang juga. Sudah setengah jam lebih aku menunggu.
Aku membayangkan beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama; wanita itu ragu-ragu datang.
Siapa sih yang engga..? Bahkan orang yang mau berselingkuh pun harus mikir-mikir.

Kemungkinan kedua; wanita itu iseng. Nah.. itu masalah.
Kemungkinan ketiga.. bannya bocor atau ada halangan di jalan.
Aku senyum-senyum sendiri memikirkan 3 skenario itu.

SMS itu kemudian datang. Dika, maaf aku ga jadi datang. Aku akan ganti ongkos makanmu di situ.
Kirimkan saja nomer rekeningmu
..

Kubalas SMS itu.. dengan jengkel. Ga papa mbak.. sudah sering saya ditipu orang seperti ini kok.
Ikhlas saya nunggu sejam sendiri di sini. Thks..
jawabku bohong.

Sambil menjawab itu, aku beranjak dan bergerak menuju kasir. "Dika ..” Suara itu ragu-ragu memanggilku.
Aku menoleh dan melihat seorang wanita berdiri tak jauh dari pintu masuk Coffeshop itu. Aku menengok.
-------ooOoo-------

"Maaf, aku sebenarnya ..” Entah kenapa aku paham sekali mengapa dia terpaksa berbohong.
"Mbak.. mbak ga perlu terangin panjang lebar kenapa mbak SMS seperti itu..” kataku menenangkan.

Mila.. nama wanita itu. Awalnya memang hendak pergi menemuiku..
Tapi begitu sampai di depan cofeeshop dia ragu-ragu.. dan duduk cukup lama di situ sambil menimbang-nimbang.

Aku menyilakannya duduk. Kupesankan dia Mochachino.. tidak usah katanya, tapi sudah terlanjur.
Dan aku sendiri pesan kentang goreng.

Kutaksir umurnya sekitar 40an. Berkulit sawo matang.. sedikit gemuk, tapi cukup tinggi.
Paling tidak setinggi istriku. Matanya kuyu seperti kurang tidur.. dan gurat ketuaan tampak jelas di matanya.

Bagaimana pun.. ada selintas kecantikan di sana.
Bibirnya tipis.. dengan kumis tipis dan tahi lalat kecil di atas kiri mulutnya.

Tanpa senyum pada awalnya.. tapi setelah kami mengobrol.. tampak ada senyuman kecil di sela-sela ucapannya.
Manis. Awalnya garing.. kami berdua saling kagok.

Tapi bukan aku namanya kalau tidak bisa mencairkan suasana dengan beberapa lawakan.
Aku tak mau banyak ngobrol tentang hubungan pribadinya.. karena biasanya orang keberatan dengan itu.

Pergaulanku bertahun-tahun dengan orang bule mengajarkanku mengenai menghargai privasi.
Dan kujaga benar itu. Ngobrol ngalor ngidul tepatnya.

20 menit dan kami bercerita panjang lebar mengenai arisan.. SBY.. dan bahkan asuransi..
–Juga karena Mila agen asuransi jiwa..–

Mila tampaknya suka didengarkan. Beberapakali dia bercerita panjang lebar.
Dan tampaknya menyukai ketika aku mendengarkan dia dengan seksama.

Sambil dia cerita.. mataku tak lekang melihat bibirnya. Ah.. gila juga, lama-lama kulihat dia semakin menarik.
Dan aku merasakan ada bagian tubuhku yang menegang.. dan membayangkan bibir tipis itu ..

Bajunya putih malam itu, agak tipis.. sehingga aku bisa melihat garis tali bra dan kontur cup branya.
Tidak terlalu besar memang dadanya, tapi aku rasa aku akan mencoba sejauh apa dia akan merespons tindakanku.

Aku belajar bahwa aku tak boleh memaksakan waktu ke setiap wanita.
Biarlah mereka menentukan lama dan tidaknya sebuah tindakan.. termasuk mengawali ke hubungan intim.

Dengan tenang dan tetap cair, aku selalu merespon percakapannya dengan santun.
"Jadi, apakah setiap gigolo sesopan kamu, Dik..?” Tanyanya.

Aku hanya tertawa. Dia memanggilku dik. Dia memang sempat menanyakan umurku, dan kujawab terus terang.
Dia sendiri mengaku umurnya 48 tahun.
"Aku ga tau, mbak, aku ga punya teman gigolo..” kataku sambil mulai berani untuk memegang tangannya.

Tangannya diam, tapi dari dinginnya tangan itu, aku tau dia masih gugup.. dan mungkin tak terbiasa dengan hal ini.
Aku pun begitu. Ini momen pertamaku juga sebagai seorang gigolo. Dia terdiam.

Dan kemudian menarik tangannya. "Dik, aku..” ujarnya seperti tersekat.
"Aku harus pergi. tak seharusnya aku..” Dia tak meneruskan perkataannya, dan berdiri beranjak pergi.
Aku hanya duduk saja dan memandangnya.

"Baik mbak..” kataku kalem. Dia bengong melihat jawabanku yang sepertinya tanpa beban.
"Maafkan aku Dik..” untuk kesekiankalinya dia meminta maaf.

Dia beranjak dan membayar di kasir.
-------ooOoo-------

Tubuh telanjang itu mendesah di bawah tubuhku.. menerima tusukan penisku berulang-ulang.. merajam vaginanya.
Desahan itu semakin lama semakin cepat.. hingga akhirnya berhenti..

Dan aku merasakan kedutan-kedutan vagina mencengkeram penisku. Istriku orgasme.
Dan selama itu pula aku membayangkan mbak Mila di benakku. Gila memang.

Entah kenapa.. pertemuan pertama itu begitu berkesan buat aku.
Dan kebetulan cuman dia yang sms ke nomer teleponku.

Dua hari kemudian aku mendapatkan SMS lagi ke nomor yang aku pasang di iklan.
Nomernya tak aku kenal. Bisa ketemuan..? Jam 1 siang di hotel ********? Tarif berapa..?

Maaf. Kebetulan full booked hari ini sampai jam 6 sore. Apakah jam 7 bisa..? Tarif pijat 100/jam.

Aku asal menjawab. Tak mungkin aku meninggalkan pekerjaan kantorku.

Oke. kamar 329.. Wow. Aku baru saja menerima order pertamaku.
Aku tau hotel itu. Agak Jauh dari kantorku, aku rasa aku bakal aman ke sana.

Sekitar 45 menit aku telah sampai di hotel itu. Deg-degan. Seperti apa orangnya..?
Apakah aku bakal nafsu atau tidak..? Pertanyaan itu terus muncul semenjak aku keluar kantor.

Aku mengetuk pintu kamar 329. Seorang perempuan membuka pintu kamar itu. Mbak Mila..!
"Kamu pasti kaget ya..?” Aku tersenyum dan kemudian masuk ke kamar.
"Terus terang iya mbak. Nomer mbak ganti ya..?”
"Itu nomer sekali pakai..”

Mbak Mila tampak sangat berbeda dari terakkhirkali aku lihat.
Dia berdandan rapi dan terus terang terlihat lebih manis. Baunya juga wangi.

Aku berinisiatif untuk memegang kedua tangannya. Dia tak menarik diri, tapi kurasakan dia gugup.
Tangannya dingin dan berkeringat. "Aku .. aku baru pertamakali..”

"Duduk dulu yuk mbak..” aku meraih tangannya dan kami berdua duduk di samping tempat tidur.
"Minum..?”

Sejujurnya aku sama gugupnya dengan dia.
Tapi entahlah, aku pikir aku harus berani untuk mengambil risiko ini.

Aku nekat mengambil air soda dari lemari es kamar hotel itu. Dia meminum sedikit.
"Aku harap kamu ga berpikir bahwa aku adalah semacam tante-tante girang yang suka ..”

Aku tersenyum. "Sejujurnya, mbak.. aku ga peduli siapa pun mbak.
Aku ke sini karena mbak menginginkannya. Jadi apakah mbak mau lanjut..?”

Dia kemudian menangis. Iya, dia menangis. Lelehan air mata itu tampak jelas walau pun tanpa isak.
"Dia selingkuh..” ujarnya seperti berbisik. "Brengsek.. anjing.. bajingan itu selingkuh..!”

"Mbak..” Aku merangkuh tubuhnya mendekat ke arahku. Isakan tangis itu akhirnya keluar.
Dia sesenggukan di dadaku. "Suami mbak..?” Dia mengangguk.

"Dan sekarang mbak memanggilku supaya skornya satu-satu..?”
Dia tak menjawab, tapi isak tangis tetap terdengar.

Aku berdiri dan menarik tubuhnya supaya dia ikut berdiri. Wajahnya bengong karena tak tau maksudku.
Dengan pelan aku meraba pipinya yang basah karena air mata.

"Mbak itu seksi..” kataku sambil kemudian menurunkan tanganku menuju bahunya.
Aku menelan ludah ketika tanganku sampai di depan buah dadanya yang tak terlalu besar itu.

Tangannya menahan kedua tanganku.. seakan masih melarang. Tapi lemah.
Aku tetap meremas kedua payudaranya yang masih tertutup baju dan BeHa.

Tanganku kemudian melepas kancing-kancing kemejanya. Tubuh mbak Mila masih kaku dan gugup.
Kulihat matanya tertutup.. tapi sudah tak ada lagi perlawanan dari dia.

Tangannya bahkan membantuku untuk melepas baju putih itu. BeHa-nya krem..
Maaf.. sederhana sekali. Tanpa motif.. tanpa renda. sedikit belahan nampak di tengah-tengahnya.
Iya.. dadanya memang tak terlalu besar.

Aku merangkulnya dan mencium leher dan bahunya dengan pelan. Aku tak terburu-buru memang.
Harum kulitnya kembali terhirup, semacam lotion berbau melati.

Pelan-pelan kugeser tali BeHanya.. dan kulanjutkan mencium bahunya yang tampak tegang itu.
Mbak Mila masih diam saja mematung.. dan aku tak memaksanya untuk bereaksi lebih jauh.

Biarkan saja dia begitu. Biarkan saja dia merasakan bahwa ada orang lain yang memuja tubuhnya.
Aku meraba pengait BeHanya yang ada di belakang, dan seketika itu BeHanya lepas.

Tangan mbak Mila otomatis menutup kedua payudara itu. "Dik..” katanya sambil gugup.
Aku pelan-pelan mengelus lengan atasnya. Bibirku kembali beraksi menyusuri bagian depan dadanya.

Aku sama sekali tak memaksa tangannya untuk turun dari menutupi payudaranya itu.
Aku tau dia butuh waktu.
Tanganku terus turun menyusuri pinggangnya, dan mendapati ritsleting samping rok spannya.

Segera kubuka dan kulorotkan rok span itu. Kurasakan tubuhnya bergetar.
Aku merasakan kulit pahanya merinding ketika tanganku mengelus kedua pahanya..
dan kemudian pelan berpindah ke bokongnya.

Celananya pun sama 'membosankannya' dengan BeHa-nya. Krem pucat yang polos.
Aku meremas lembut bokongnya dan pelan memelorotkan celana dalamnya..

Dengan jelas dan terasa tubuh mbak Mila pun menggelinjang.
Tangannya yang tadi menutupi kedua payudaranya pun menyerah.

Aku melepas kaosku sambil tetap memakai celanaku. Aku ingin dia yang punya inisiatif lebih.
Tangannya kemudian memelukku erat.

Dadanya yang tak terlalu besar itu menempel erat di dadaku yang telanjang.
Putingnya yang sudah menegang terasa sangat menggelikan di dadaku.

Kubaringkan kemudian tubuhnya ke atas kasur. "Mbak yakin mau terus..?”
Dia tak menjawab. Matanya terpejam dan tangannya masuk memelukku.

"Jika mbak bilang stop, aku akan segera stop dan kita bisa pergi keluar dari kamar ini..”
Dia menggeleng lemah. "Aku pengen ngen ..” Aku tertawa.
Dia juga tertawa malu, tak melanjutkan kalimatnya.

Ciumanku kembali ke mulutnya. Kali ini dia membalasnya dengan sungguh-sungguh.
Bibir kami berpagutan dan ternyata mbak Mila adalah seorang pencium yang handal.

Lidahnya bermain di bibirku, dan kemudian menyusuri rongga mulutku.
Ciumanku turun ke arah leher, dan kemudian kedua dadanya.

Putingnya yang sudah mengeras kujilat, kuemut.. dan buah dadanya yang sudah agak turun itu kuremas.
Tanganku turun menuju vaginanya yang sudah sangat basah. Kuelus klitoris dan labia mayoranya.

"Ngggghhhh..!" Dia mengerang pelan. Aku meneruskan ciuman di dadanya.
Dia kembali mengerang dan kemudian kurasakan tangannya turun menuju ikat pinggangku.

Dia melepas celanaku. Celana dalamku akhirnya melorot..
Dan dengan usaha minimal, aku berhasil melepasnya.

Tangannya dengan cepat meraba dan mengelus penisku yang sudah tegang.
"Dik, pelan-pelan, Mbak sudah lama banget ga..” aku mengangguk.

"Aku ga pake kondom mbak. Aku ambil sebentar ya..”
"Ga usah Dik..” katanya sambil memegang penis tegangku.

"Masukkan Dik, sekarang..”
"Mbak..” Dia mengangguk.. memastikan.

Tangannya membimbing penisku masuk ke dalam lubang vaginanya yang sudah kuyup itu. Pelan-pelan.
Slebbb.. Jlebbb..!! "Aaaaah..!!” Serunya tertahan ketika penisku masuk seluruhnya.

Aku berhenti sebentar menikmati basahnya vagina mbak Mila.
Clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb..!!

Dan kemudian kugoyangkan pinggulku. Pelan-pelan dan dalam.
Jlebb.. jlebb.. jlebb.. jlebb.. jlebb.. jlebb.. clebb.. crebb.. clebb.. clebb..!!

Pinggul mbak Mila pun seperti bergerak seirama dengan goyangan pinggulku.
Bibirku dan bibirnya saling bertaut tak lepas sedikit pun.

Kunikmati goyangan demi goyangan itu, sampai akhirnya kaki mbak Mila naik ke pahaku.
Aku paham bahwa mbak Mila butuh goyangan lebih cepat, karena hampir sampai.

Kupercepat goyanganku.. jlebb-crebb-crebb-clekk-jlebb-clekk-clekk-jlebb-jlebb-crebb..!!
Kupastikan bahwa seluruh batangku masuk ke dalam vagina dengan cepat, berkali-kali, keras.

Dan akhirnya yang ditunggu pun datanglah. Tubuh bagian bawah mbak Mila bergetar.
Aku merasakan pinggulnya bergerak menyongsong pinggulku.. jleghh..!!

Dan kubenamkan dalam-dalam.. –Kira-kira..– Seluruh batang penisku ke dalam liang vaginanya.
"Aagghhhh..!!!" Mbak Mila berteriak kecil.. dan kurasakan denyutan-denyutan vaginanya di penisku.

Pinggulnya bergerak-gerak menggesek pinggulku.
Aku berhenti dan menatap wajahnya yang sekarang tersenyum sambil menutup mata.

"Enak mbak..?” Tanyaku retoris.
"Bangeetttt..” jawabnya seperti mendesah.
Aku memberikan kesempatan kepadanya untuk menikmati orgasmenya.

"Kamu belum..?” Tanya mbak Mila.
"Sebentar lagi, mbak..” Kurasakan relung-relung vagina mbak Mila menggesek batang penisku.

Kembali kugenjot penisku keluar masuk vaginanya.. kini dengan kecepatan tinggi.
Clebb-crebb-crebb-crebb-crebb-clebb-crebb-crebb-crebb..!!

Kurasakan puncakku semakin dekat. Demikian pula dengan mbak Mila.
Desahan mbak Mila semakin kencang dan nafasnya semakin memburu.
Jlebb-jlebb-jlebb-jlebb-jlebb-jlebb..!!

Genjotanku semakin cepat dan dalam.. sampai akhirnya .. Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!!
Aku ejakulasi. Dalam-dalam. Beberapakali kurasakan semprotan itu menghujam rahimnya.
Nyutt.. nyutt.. nyutt.. nyutt..!! Vagina itu pun berdenyut-denyut kembali. Untuk keduakalinya.

"Kamu bukan gigolo kan Dik..?” Aku tak menjawab. bagaimana mungkin dia tau..?
"Aku yakin kamu bukan gigolo. Terlalu banyak perasaan..” katanya sendu. Aku tersenyum.

"Itu tak penting. Yang lebih penting mbak puas kan..?” Ujarku diplomatis.
"Berapa Dik tarifmu..? Tadi kamu belum jawab..” tanya mbak Mila lagi.
"Sesuka mbak kasih berapa..” jawabku santai. Karena memang uang yang jadi targetku.
-------ooOoo-------

"Ma, hari Sabtu minggu depan ada undangan family gathering kantor. Ikut sama anak-anak ya..!?”
Bosku.. pak Tri.. tiba-tiba punya ide untuk mengenal keluarga karyawannya.
Memang kantor kami tak besar.. hanya 25 orang dari mulai direktur sampai OB.

Acara team gathering akhirnya diusulkan HRD. Kami menyewa sebuah resort untuk acara seharian penuh.
Resort yang disewa itu benar-benar indah.

Istri dan kedua anakku tampak sangat gembira.. apalagi ada teman bermain.
Kebetulan memang beberapa dari kami punya anak yang sepantaran.

"Hallo teman-teman..! Maaf saya terlambat. Tadi belanja duren sebentar biar bisa pesta duren seharian..!"
Kata pak Tri tergopoh-gopoh dan disambut dengan tepuk tangan dan teriakan gembira.

Di belakangnya ada keluarganya yang membawa sekeranjang besar durian.
Kami segera mengerubungi keranjang itu.

Tiba-tiba punggungku ditepuk dari belakang. "Dik.. kenalkan, ini istriku.. Milana..” Jderrrrr..!!!! F(. )I( .)N
-----------------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------------
 
--------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------------

Cerita 118 – Klub Tukar Istri

[Part 01] Sebuah Krisis..!?


Namanya Fendi.. berusia 40 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Ia sudah menikah dengan istrinya.. Mona.. selama limabelas tahun.

Kehidupan seks mereka sudah sangat membosankan dan bisa dibilang terasa sangat hambar.
Mereka melakukan seks sekali dalam seminggu.. itu pun kalau ia tidak kelelahan sepulang kantor.

Mona juga tidak menyukai posisi yang macam-macam.. dan hanya mau melakukan posisi misionaris.
Mona sekarang berusia 38 tahun. Meski pun begitu.. ia masih tetap cantik dan elok.

Entah apa yang bisa membuat kehidupan seksual mereka begitu membosankan.
Padahal dulu sebelum menikah.. mereka selalu melakukannya setiap hari seusai kuliah dan pada saat weekend.

Pekerjaan Fendi di kantor pun selalu mandeg karena tidak ada hal yang baru.
Bekerja di dalam sebuah kubikel yang sempit..
Ia selalu merasa lelah setiapkali mendapatkan tugas dan assignment yang itu-itu saja.
Beruntung ia bersahabat dengan Yosua.. rekan sekantornya yang kini berusia dua tahun lebih tua.

Pada suatu hari.. mereka yang sedang makan siang bersama..
Tiba-tiba menemukan persamaan dalam kehidupan seksualitas mereka.

“Fen.. gue boleh curhat gak sama lo..?” Tanya Yosua.
“Boleh..? Emang kenapa.. Yos..?” Timpal Fendi.

“Istri gue nih. Entah kenapa sekarang-sekarang ini gue lagi hambar banget sama dia..” jelas Yosua.
“Maksud lo..?” Fendi tak mengerti.

“Iya.. gue cinta banget sama dia. Namun setelah menikah belasan tahun.. gue ngerasa hambar aja gitu..”
Mata Yosua menerawang. “Hambar dalam ..?” Fendi merasa penasaran.

“Dalam hubungan seks kami..” cetus Yosua. Fendi tersentak mendengar pernyataan ini.
Ia tidak menyangka bahwa krisis yang ia alami juga bisa dialami oleh sahabat dan koleganya tersebut.

“Gue udah susah banget bergairah kalau sama dia. Rasanya tuh.. biasa banget..” kata Yosua.
“Lo udah pernah tanya ke Sinta..?” Tanya Fendi. Yosua hanya menggeleng lemas.

“Gue udah tanya.. kenapa dia ogah-ogahan kalau gue ajak. Tapi dia nggak pernah ngasih jawaban yang jelas..”
Untuk beberapa kemudian mereka berdua lantas terdiam.

“Sabar ya bro.. gue juga ngalamin hal yang sama kok..” kata Fendi pada akhirnya.
“Loh..? Dan Mona..? Beneran..!?” Yosua bertanya tak percaya.

“Iya.. gue juga rasanya udah hambar banget setiapkali ML sama dia.
Udah nggak ada ‘spark’ lagi.. kayak pas kuliah dulu..” jelas Fendi.
“Iya ya.. kok bisa begitu. Gue jadi bingung..” Yosua mengedikkan bahunya.

“Lo udah berapa lama ngalamin ini..?” Tanya Fendi.
“Dari anak gue naek kelas 4 SD..” jawab Yosua.

“Udah lama dong..?” Sahut Fendi.
“Lumayan..” Yosua membenarkan.

“Lo pernah coba.. ehmm ..” Fendi tidak meneruskan kata-katanya.
“Maen ama pelacur..?” Yosua menjawab dengan sedikit ketus.

Fendi hanya mengangguk takut-takut.
Ia tidak ingin menyinggung perasaan sahabatnya yang sedang galau ini.
“Sori.. gue nggak maksud buat lo marah..” ia berkata.

“No problem kok. Gue juga pernah berpikiran gitu..” sahut Yosua.
“Trus..?” Fendi kembali penasaran.

“Gue nggak berani ambil risikonya.. takut penyakitan, gue..” jawab Yosua singkat.
Jrengg..! Tiba-tiba sebuah benak bulus terlesat di pikiran Fendi.

Ia pernah menonton sebuah film bokep.. mengenai pertukaran pasangan..
Yang menggairahkan pasangan yang sebenarnya.

Sontak ia jadi membayangkan tubuh molek dan perawakan Sinta yang cantik..
Dan itu membuat kemaluannya berdiri tegang.

“Gue punya rencana nih..” ia tersenyum pada Yosua.
“Rencana apa..?” Tanya Yosua tak mengerti.

“Lo belom ambil jatah cuti lo kan..?” Fendi balik bertanya.
“Belom..” Yosua menggeleng.

“Nah.. jadi suatu hari kita cuti bareng.
Kita pura-pura pergi kerja.. tapi gue maen ke rumah lo.. dan lo maen ke rumah gue..”
Fendi mengutarakan idenya.

“Terus..? Buat apa gue maen ke rumah lo..?” Yosua masih tak mengerti.
“Masa’ lo belom pernah sih ngebayangin begituan ama istri gue..?” Tanya Fendi dengan senyum licik.

“AH.. GILA LO..!” Sahut Yosua cepat.. ketika mulai ngerti ke mana arah omongan Fendi barusan.
“Eh.. dengerin dulu. Gue udah ngasih izin nih buat lo..
Sekarang tinggal lo aja. Rela nggak memberikan Sinta buat gue..?”

Tantang Fendi. Yosua terdiam mendengarkan rencana yang dibuat oleh Fendi.
Perlahan ia membayangkan istrinya yang cantik bersenggama dengan laki-laki lain.

Sontak Ia terkejut.. saat mendapati betapa angan-angannya itu ternyata membuatnya sangat terangsang.
“Hmm.. Kalo gue rela gimana..?” Tanya Yosua pada akhirnya.

“Ya udah.. kalau gitu.. kita ambil cuti besok. Dan lo maen ke rumah gue sekitar jam sembilan..
Abis nganterin anak lo sekolah. Istri gue biasanya udah selesai beres-beres jam segitu..” kata Fendi.

“Oke. Lo juga jam segituan ke rumah gue.
Besok jangan lupa cerita-cerita di kantor pas jam makan siang ya..” sahut Yosua
“Sip. Dan jangan sampai istri kita tau..” Fendi menyanggupi.

Mereka pun lantas berjabat tangan.. sambil menyunggingkan senyum lebar di bibir masing-masing.
-------ooOoo-------

Fendi – Kamis pukul 08.50


Fendi menunggu di dalam mobilnya yang diparkirkan tidak begitu jauh dari kediaman Yosua.
Ia sudah memikirkan masak-masak rencana ini dari kemarin siang.

Ia berusaha menutupi rasa semangatnya dari sang istri agar tidak dicurigai macam-macam.
Membayangkan istrinya Mona dicabuli oleh sahabatnya sendiri..
Uhhhh..!! Hal itu membawa sensasi gila yang amat sangat bagi dirinya.

Dan kini ia akan bersenggama dengan Sinta.. istri Yosua.. yang tidak kalah cantik dari Mona.
Sungguh tindakan gila..!

Fendi pun turun dari mobil dan berjalan pelan menuju pintu gerbang rumah Yosua yang dicat hitam tinggi.
Ia membunyikan bellnya dan menunggu Sinta keluar.

Perlahan ia mendengar suara langkah perempuan cantik itu..
Diselingi dengan desah nafasnya yang tersengal-sengal. “Lho.. mas Fendi. Tumben datang jam segini..?”

Sinta memakai celemek yang diikat ketat di belakang..
Memamerkan buah dadanya yang ranum dan terbentuk indah.

Di balik celemek itu.. Fendi bisa melihat tank top yang dipakai oleh Sinta..
Berwarna orange ketat dan memikat. Wanita itu juga memakai celana pendek berwarna hitam..
Dari sisi kanan dan kiri terlihat kulit pahanya yang kencang dan mulus.

“Ayo masuk.. silakan..” Sinta mempersilakan sambil tersenyum ramah.
“Terimakasih.. mbak Sinta..” Fendi mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah.

“Ada perlu apa.. mas..? Mas Yosua sudah pergi daritadi..” kata Sinta tanpa rasa curiga sedikit pun.
“Ini.. katanya Yosua ketinggalan berkas di ruang kerjanya.. tetapi ia sedang ada rapat penting..
Ya.. jadinya saya yang disuruh mengambil..” Fendi berbohong.

“Oh.. gitu. Silakan masuk.. mas. Di situ tempatnya..” Sinta menunjuk ruang kecil di bagian belakang rumah.
Fendi berjalan masuk ke sana mendahului Sinta yang sibuk menutup pintu depan.

Ia berjalan masuk melalui pintu belakang yang bertemu langsung dengan dapur..
ia kemudian bergerak cepat menuju ruang kerja Yosua.

Fendi berpura-pura mengambil satu dua buah berkas..
Tak lama kemudian kembali menuju ruang dapur di mana Sinta tampak sedang sibuk memasak.

“Masak apa toh.. mbak..?” Ia bertanya.
“Ayam goreng.. mas. Mas Yosua lagi demen sama makanan ini..” sahut Sinta tanpa menoleh.

“Wah.. rajinnya masak. Gimana mas Yosua enggak seneng..” Fendi mulai merayu.
“Ah.. mas bisa aja.. mbak Mona kan juga jago masak..” pipi bulat Sinta merona.

Dia kembali sibuk mengurusi ayamnya. Fendi memandanginya dari belakang..
Memperhatikan rambut panjang Sinta yang tergerai indah ke punggungnya.

Ia bisa melihat bra Sinta yang berwarna hitam dengan jelas sekarang.
Fendi meletakkan berkas di tangannya ke atas kulkas lantas bergerak mendekati perempuan cantik itu.

“Mbak Sinta kalau lagi keringetan tambah seksi ya..” godanya berani.
“Ah.. mas ngomong apa sih..?” Wajah Sinta makin merona.

“Ah.. MAASS..!!?” Ia menjerit keras saat dengan tiba-tiba Fendi menyergap tubuh sintalnya dari belakang..
Lantas dengan cepat memeluk punggungnya erat-erat.

Sinta berusaha melawan sekuat tenaga.. namun Fendi telah mengunci gerakannya.
“Ah.. mas..! Lepasin aku.. mas..! Ahh.. Ahh..” Ia terus menjerit dan memberontak meski tau itu cuma sia-sia.

“Mbak Sinta seksi banget. Aku enggak kuat loh.. mbak..” Tangan kanan Fendi bergerak naik..
untuk memainkan payudara Sinta.. yang tersembunyi di balik celemek dan tank topnya.

Tangan kirinya yang tidak mau kalah.. kini sibuk bergerak turun ke bawah..
untuk menekan-nekan memek Sinta yang masih ditutupi celana pendek dan celana dalam.

“Mas.. Jangan.. mas..! Mas kan sahabatnya mas Yosua.. Ohhh.. Mas.. Auuw..!” Sinta menjerit dan menggelinjang.
“Beneran jangan nih.. mbak..? Tapi kok mbak jadi basah begini sih..?” Timpal Fendi ketus.

“Ahh.. mas..! Ahhh..” Sinta kembali merintih saat Fendi membuka celemeknya..
Dengan cepat dan membukanya bersamaan dengan tank topnya.

Laki-laki itu dengan gemas memainkan tetek Sinta yang besar yang masih diselimuti bra putih tipis..
Tak lupa juga memek Sinta.. yang makin membasah dengan semakin ganas.

“Mas.. ouuuwh.. mas..!!” Sinta semakin merintih dan menggelinjang dibuatnya.
“Mbak udah jarang dapet jatah kan..? Aku tau.. mbak sudah lama pengen dibeginikan..”

Tangan kiri Fendi sudah mulai membuka kancing celana pendek Sinta..
Lalu dengan gerakan cepat ia menyelipkan tangannya ke balik celana dalam itu.

Betapa Ia bisa merasakan jembut Sinta yang sudah basah.. akibat memeknya yang terangsang hebat.
Fendi meremas payudara Sinta yang kini sudah terekspos dengan jelas..
Akibat bra yang menyangganya sudah terlepas.

Putingnya yang pink mencuat ke depan karena terangsang hebat.
Fendi memelintirnya berkali-kali dengan jepitan jari telunjuk dan jari tengahnya.

”Ehmm.. mas..! Oughh..” Sinta hanya bisa mengerang-erang lemas saat Fendi menciumi leher dan telinganya..
Sambil sibuk menggosok-gosokkan kontolnya yang sudah sangat keras ke belahan pantat perempuan cantik itu.

Fendi yang semakin bergairah.. kini memainkan payudara dan memek Sinta begitu keras..
Hingga keduanya menjadi benar-benar basah.

Mereka berdua mengerang-ngerang nikmat sambil melenguh-lenguh keenakan.
“Mas.. ahhhh.. jangan di sini.. mas..” Sinta akhirnya menyerah.

“Hmmm.. akhirnya.. Kenapa tidak daritadi.. mbak..?” Tanya Fendi menggoda.
”Ah.. mas..!!” Jawab Sinta dengan muka merah padam menahan gairah.

Fendi memutar tubuh Sinta secara paksa.. dan lantas menekannya ke meja dapur.
Piring berisi daging ayam fillet yang ada di atas meja pun terlempar keras ke lantai..
Akibat perbuatan bejat kedua manusia itu.

"Ehmmmffhh..!! Sinta melumat bibir Fendi dengan begitu beringas.. bagaikan anak kecil yang belum dikasih makan.
Lidahnya berputar-putar di dalam mulut Fendi.. menelusuri setiap inci bagian dalam mulut suami orang itu.

Fendi yang tidak mau kalah juga membalas ganas.. ikut memainkan lidahnya.
Ia memijat-mijat lidah istri nakal itu. Tangannya meremas pantat Sinta yang sudah basah akan keringat.

Fendi mengangkat pantat Sinta dan menaikkannya ke atas meja dapur.
Ia pun berjongkok.. sebentar ia mengendus-ngendus area selangkangan Sinta.

Aroma cairan memek yang membasahi celana dalam hitam yang dipakai Sinta membuat pikiran Fendi melayang tinggi.
“Kamu wangi banget loh.. Sin. Mas seneng banget..” kata Fendi terus terang.

“Ahh.. mas..! Ahh..” Sinta mengejang-ngejang nikmat sambil memainkan payudaranya sendiri.
“Diisap dong.. mas..! Ahhh.. jangan diciumin mulu..! Ahhh..” rintihnya makin bergairah.

Fendi menarik turun celana dalam Sinta untuk menemukan harta karun yang ia cari dari pagi tadi.
Memek Sinta bentuknya sangat indah.. dengan bulu lebat yang semakin meningkatkan hasrat.

Tanpa membuang waktu.. Fendi pun melahap habis memek itu dan memainkan lubang kenikmatannya dengan lidahnya.
Ia menekan-nekan lidahnya masuk untuk mencicipi kenikmatan duniawi yang amat memabukkan itu.

Tangan kanannya yang tidak mau kalah ikut memijit dan memainkan klitoris Sinta.
“Ahhh.. mas..! Ahhh.. enak banget.. mas..! Oooh.. emmmmh!..!!”

Sinta semakin ganas meraung-raung dan menggelinjang kesenangan.
Fendi melanjutkan kegiatannya memainkan memek Sinta..
sambil perlahan-lahan membuka baju kantornya yang sudah lepek akan keringat.

Ia melemparkan kemeja kerja dan dasinya ke lantai..
Lalu berdiri mendadak.. menghentikan kegiatannya memainkan vagina Sinta.

“Mas.. kenapa berhenti..?” Sinta bertanya tidak rela.
“Kamu cantik banget.. Sin.. nggak kalah sama Mona..”
Jawab Fendi sambil memainkan kembali tonjolan payudara Sinta yang membusung indah.

“Ahh.. mas..! Emmmh..” Sinta melumat bibir Fendi sambil turun dari meja dapur.
Ia meraba-raba punggung Fendi yang atletis.. menghirupi aroma tubuhnya yang membuatnya sangat terangsang.

Perlahan ia melepaskan ciumannya dan mulai membuka celana bahan yang Fendi pakai.
Selepasnya kancing itu terlepas.. Sinta menarik celana dalam putih Fendi ke bawah..

Toenk..! Kontol Fendi mencelat keluar..
Untuk beberapa jenak Sinta terkagum-kagum.. melihat perkakas Fendi yang sudah mengacung tinggi ke langit.

“Wow.. mas..! Besar banget..! Emmmh..” Clopp..!! Slrupp.. clrupp.. slrupp..!!
Sinta mengulum penis itu bagaikan anak kecil yang sibuk mengisap lolipop.

Ia melahap habis penis sepanjang 17 centimeter itu ke dalam mulutnya.
Aroma jantan khas laki-laki yang berbeda dengan yang dimiliki Yosua membuatnya sangat horny.

Sinta tidak pernah ditiduri atau bahkan menyepong penis laki-laki lain..
selain batang milik Yosua sejak mereka menikah.. dan itu sudah tujuhbelas tahun yang lalu.

“Ahhh.. Sinnhh..! Euuummh.. kuluman kamu nikmat banget..! Oooouuuwh..” rintih Fendi keenakan.
“Mas suka..?” Tanya Sinta gemas. Tangan kirinya sibuk mengusap-usap memeknya..
yang sudah basah sambil terus mengisap penis besar Fendi.

“Kamu mau yang lebih enak..?” Tanya Fendi penuh arti.
“Eummmh.. sebentar.. mas. Ini enak banget.. eummmh..!!” Balas Sinta masih asik dengan mainan barunya.

Sinta terus menyepong dan mengisap batang penis panjang yang memenuhi rongga mulutnya itu.
“Aku nggak mau buru-buru keluar.. Sin..” Fendi berkata.

“Tapi nanti mas Yosua marah loh kalau dokumennya nggak dikirim..” jawab Sinta menggoda.
“Bilang aja macet..” sahut Fendi enteng.

Dia kemudian melepas celana kerjanya yang nyangkut di kedua kakinya..
Sebentar kemudian menggendong tubuh Sinta.. bagaikan pasangan suami istri yang baru menikah..

Saat tubuh mereka sudah sama-sama telanjang.. mereka berdua melanjutkan ciuman mereka..
sambil bertelanjang ria tanpa mengenakan pakaian sehelai pun.

Fendi melemparkan Sinta ke atas kasur yang biasa Sinta tiduri bersama Yosua.. dan menutup pintu kamar mereka.
-------ooOoo-------

Yosua – Kamis pukul 09.30


"Nggghh.. nghhhhh.. ohhh ohhhh.. ahhhh....!!" Mona mengerang keenakan.
Ia berkali-kali harus berteriak sambil menutupi wajahnya dengan bantal..
akibat sensasi yang begitu nikmat yang ia rasakan.

Dengan posisi doggy style.. payudaranya yang berukuran lumayan besar bergoyang-goyang..
Seirama dengan gerakan pinggul Yosua yang bergerak maju dan mundur begitu cepat.

“Ahhh.. Yosua..! Ahhhh.. eumhhhhhh.. enak banget.. Euuumh.. kontolmu..! Ahhh..!!” Rintih Mona tanpa malu-malu.
“Memekmu juga enak banget.. Mon..! Eummmh.. sempit..!” Yosua menggoyangkan pinggulnya semakin kencang.

Tubuhnya tiba-tiba mengejang-ngejang dan berkontraksi. “Ahhh.. aku mau keluar! Eeummmh..!” Teriaknya parau.
“Jangan di dalem.. mas..! Ahhh..!!” Mona menarik keluar kontol Yosua dengan paksa..

Kemudian ia memasukkannya ke dalam mulutnya dengan begitu cepat.
Ia mengulumnya sekuat tenaga hingga Yosua tidak dapat menahannya lagi.

“Argggh..! Aku.. emmh.. keluar.. Ahhh.. oooh..!!” Dia merintih
CROOT..! CROOT..! CROOT..! Spermanya menyembur kencang dan banyak sekali.

Ceglug.. glug..!! Mona menelan semua peju putih yang Yosua keluarkan.
“Enak banget.. mas..” ia berkata pelan dengan mulut belepotan.

Tubuhnya yang lemas terhempas lelah ke atas kasur..
Yosua menyusul tak lama kemudian dengan rebah telentang di sampingnya.

“Tubuhmu enak banget.. Mon. Sinta kalah deh..”
Ujar Yosua sambil menusuk lubang vagina Mona dengan ujung jarinya.
Lorongnya yang sempit terasa begitu licin dan basah.

“Penis mas juga enak banget.. rasanya beda ama punya mas Fendi..”
Sahut Mona tak mau kalah.. ia meremas pelan kontol Yosua dan kembali mengocoknya lembut.

Yosua yang masih semangat akan sensasi baru dalam hidupnya..
belum berniat untuk mengakhiri petualangan seksualnya sekarang.

Ia mengangkat tangannya dan ganti meremas-remas payudara Mona.
“Payudara kamu lembut sekali..” bisiknya mesra.

“Ah.. mas..! Aku masih lemes.. mas..” kilah Mona saat tau Yosua ingin minta jatah lagi.
”Tapi aku masih pingin.. Mon..” Yosua memaksa.

“Kalau cuma kuisep nggak apa-apa kan..?” Tanyanya.
”Hmm.. bolehlah..” angguk Mona pelan.

Yosua kemudian memutar tubuhnya.. dan dengan rakus mengisap puting di payudara kanan Mona..
yang berwarna coklat kemerahan dan memancung karena horny.

Clruppp.. slropp.!! Ia mengisapnya keras-keras sambil sesekali mengigitnya gemas.
Sementara tangan kirinya ia gunakan untuk memainkan puting yang lain dengan tidak kalah bernafsu.

“Ahhh.. terus.. mas..! Netek ama aku.. mas..! Eeuuumh..” Mona pun melenguh keenakan.. Tanpa mengetahui..
Bahwa sang suami tercinta juga mengalami kenikmatan yang sama dengan dirinya.. bersama wanita lain.
-------ooOoo-------

Fendi – Kamis pukul 11.28


Fendi mengancingkan kancing kemejanya satu per satu dari bawah.
Sinta hanya bisa tersengal-sengal kelelahan karena melakukan tiga ronde tanpa istirahat sekalipun.

Ia bahkan tidak berusaha untuk menutupi auratnya.. terutama bagian vitalnya..
Yang terlihat sudah basah berlumuran sperma Fendi yang mengalir deras.

“Aku pergi dulu ya.. mbak Sinta. Sudah telat.. nanti aku bisa diomelin bos..” Fendi berbohong..
Tanpa memberitau bahwa sebenarnya ia dan Yosua.. suami Sinta.. sudah mengambil cuti untuk hari ini.

“Mas.. emmhh.. habis ini.. mas sering-sering main ya kalau mas Yosua lagi dinas keluar..”
Sinta merangkak maju menuju tepi kasur yang sepreinya sudah berantakan ke mana-mana.

Masih telanjang bulat.. ia menjulurkan tangannya.. minta dipeluk mesra oleh ‘mainan’ barunya.
“Tentu saja.. sayang..”
Fendi menciumnya dan melumat habis bibir merah milik Sinta yang terlihat begitu mengundang.

Tanpa Fendi sadari.. ia perlahan mendorong Sinta kembali ke kasur sambil terus berpelukan.
Tangannya mulai kembali memainkan payudara Sinta tanpa melepaskan ciuman penuh hasrat mereka.

“Ah.. mas..! Aku mau lagi.. mas..! Euuummh..” rengek Sinta.
“Sekali lagi aja yah..?” Tawar Fendi.
“Itu juga kalau mas nggak mau lagi.. hehe..” Sinta tersenyum centil.

Fendi melanjutkan ciumannya dan mulai membuka resleting celananya lagi.
Penisnya sudah kembali tegang dan mengacung maju ..
Minta cepat-cepat diselipkan di lubang yang baru saja ia jelajahi hari ini.

Sinta semakin bergairah mendapati putingnya bersentuhan dengan dada Fendi yang berbulu halus dan jantan.
Ia melenguh penuh nafsu sambil mengangkat kedua tangannya ke belakang..

Memamerkan kemaluannya yang sudah gatal pada Fendi.. yang asyik menciumi leher..
dan bagian belakang telinganya dengan ganas.. sambil perlahan-lahan mengarahkan penisnya.

Slephh.. blepphh.. “Ahhh.. massss.. euuummmh..”
Rengek Sinta saat kontol Fendi mulai menerobos pelan lubang kemaluannya.

“Sinta.. kamu seksi bangethh..! Uhh.. aku suka banget wangi tubuh kamu..! Euuummmhhh..”
Fendi mencucup dan menciumi puting payudara Sinta.

“Ahh.. mas..! Buruan dong.. mas..! Aku udah nggak kuat nih.. eummmh.. oooh..” ratap Sinta penuh nafsu.
Slebb.. jlebb..!! Dalam sekali sodokan kuat.. Fendi memasukkan semua batang kemaluannya.

Sodokan kuatnya diikuti erangan nikmat oleh Sinta. “Ahhh.. masshhh.. ooohhh..!!”
Pinggul Fendi mulai aktif.. bergoyang ke depan dan ke belakang sesuai irama tusukannya.

Clebb.. clebb.. jlebb.. jlebb.. crebb.. crebb..!! Ia memandangi wajah Sinta yang penuh kenikmatan.
Membayangkan istrinya memperoleh perlakuan yang sama oleh sang sahabat membuatnya semakin menggila.

Jlebb-jlebb-jrebb-jrebb-crebb..!! Ia mempercepat sodokannya hingga Sinta menjadi semakin terengah-engah.
Sinta mulai mengoceh tidak jelas sambil berusaha menahan rasa nikmat yang ia rasakan.

Tangannya semakin liar.. menarik-narik seprei kesayangannya yang terlihat semakin mengenaskan..
Seiringan dengan sodokan liar batang penis Fendi di kehangatan lorong liang vaginanya.

Tiba-tiba Fendi berhenti. Dengan segenap kekuatannya..
Ia langsung merenggut punggung Sinta dan mengangkatnya dari kasur.

Sinta mengerti posisi ini.. dari blue film yang diam-diam ia tonton bersama tetangganya Maria..
Ctapp..!! Dan dengan segera melingkarkan kakinya di punggung Fendi.

Bibirnya kembali berpagutan dengan Fendi yang sekarang membantu Sinta bermain enjot-enjotan.
“Cepet.. mas..! Ahhh.. emmmh.. aku mau.. emmmh.. nyampe..!!” rengek Sinta pilu.

“Aku juga.. Sin! Ooohh.. ahhh..” Fendi memekik saat spermanya meledak. Crttt.. crrtt.. crrttt.. crrtt..!!
“Mas..! Ooohhh.. aahhhh..!!” Jerit Sinta yang menerima guyuran cairan hangat pada lubang kemaluannya.
-------ooOoo-------

Yosua – Kamis pukul 12.34


Batang penisnya masih sedikit ngilu.. setelah melakukan vaginal seks dengan Mona sebanyak limakali berturut-turut.
Entah setan apa yang merasukinya hari itu.. namun ia seperti mendapatkan stamina baru.

Stamina mengagumkan.. di mana biasanya ia sudah lemas setelah berhubungan sekali saja dengan Sinta.
Ia masih bisa mencium aroma kencing Mona yang bercampur dengan cairan vagina dari memek dan jembutnya.
Aroma memabukkan itu yang membuatnya begitu ketagihan dan tidak bisa berhenti.

“Hai.. kawan..!” Fendi memanggilnya tiba-tiba dari belakang.
Yosua yang sedang berangan-angan.. terkejut dan berdiri secara refleks.
Mereka sudah berjanji untuk ketemu di sebuah kafe yang lumayan jauh dari lokasi kantor mereka.

Ia menyambut Fendi dengan pelukan hangat.. dan bisa mencium aroma yang khas dari tubuh laki-laki itu.
Aroma sabun mandi istrinya.

“Hai.. sobat..! Ayo duduk..!” Yosua menyambut dengan ramah.
“Oke..” Fendi tidak membuang waktu dan duduk di seberang Yosua.

Mereka berdua saling tersenyum lebar.
Selama beberapa detik kedepan.. tidak ada yang berkata apa-apa.

Mereka hanya tersenyum cengengesan mengetahui bahwa:
Sahabat mereka telah melakukan perbuatan bejat dan terlarang dengan istri mereka masing-masing.

Pada akhirnya.. Fendi memecahkan keheningan aneh di antara mereka berdua.
“Jadi.. bagaimana tadi..?” Tanyanya sedikit malu-malu.

CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------------
 
Bimabet
----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------

Cerita 118 – Klub Tukar Istri

[Part 02] – Arisan..!!

“Bagaimana ya..?”
Yosua tersenyum kikuk dan nakal.
“Menyenangkan pastinya..”

"Hahaha.. baguslah kalau begitu. Istrimu juga tidak kalah menyenangkan..” sahut Fendi.
Yosua mengangguk malu.. dan puas. Seakan-akan bangga istrinya dianggap ‘memuaskan’ oleh laki-laki lain.
Sahabatnya sendiri.

“Enggak kapok kan..?” Tanyanya kemudian.
“Apa yang harus dikapokin..? Kalau bisa sih .. kita lanjut lagi..” kata Fendi penuh semangat.

“Pastilah itu. Ini enggak akan kita selesaikan secepat itu.
Tapi yang pasti.. lo jangan tiba-tiba berhenti berhubungan sama Sinta. Biar istri kita juga nggak curiga..” ujar Yosua.
“Mengerti.. sobat..!” Fendi mengangguk.

“Ngomong-ngomong.. lo mulai jam berapa tadi..?” Tanyanya penasaran.
“Jam sembilan kali ya..? Pokoknya istri kamu baru selesai nyuci..” sahut Yosua.

“Dia gampang diajaknya..?” Tanya Fendi lagi.
Yosua tersenyum dan menjulurkan tubuhnya maju.. menandakan ia mau membisikkan sesuatu.

“Percaya atau enggak.. istri kamu tuh baru saja masturbasi di dekat tempat cucian..”
“Sumpah..!?” Fendi sedikit terkejut mendengar hal itu.

“Beneran..! Pas gue datang.. gue langsung sadar.. kok celana pendeknya rada basah-basah ya di bagian itu.
Dan dia juga lagi tersengal-sengal. Tinggal gue ungkit-ungkit dikit. Bless..!”

Yosua menunjukkan kode kontol yang nusuk memek dengan jari-jarinya.
Fendi merenung sedikit. Ia tidak pernah menyadari bahwa istrinya bisa sebegitu binalnya.

“Bagaimana dengan Sinta..?” Tanya Yosua kemudian.
“Hmm.. Awalnya dia sedikit melawan.. tapi pada akhirnya nyerah juga..” jawab Fendi.

“Nggak mungkin cuma satu ronde kan..? Tiga jam loh itu..” Yosua tersenyum.
“Masa’ cuma sekali.. eman-eman dong.
Lagian.. jarang-jarang rudalku ini bisa bangun lebih dari sekali setiap harinya..!” Sahut Fendi lagi.

“Jadi..?” Yosua mengejar.
“Ehmmm.. segini..!” Fendi menunjukkan angka empat dengan jarinya.

“Kalah lo..! Gue lima..!” Yosua menyombong.
“Pffft.. beneran..?” Fendi mendelik tak percaya.
“Beneranlah.. ngapain gue bo’ong..?” Yosua merasa menang.

“Mantaplah.. kawan..!” Fendi menyalami sahabatnya itu. Mereka berjabat tangan dengan begitu bersemangat..
Beberapa orang di sekitar mereka sampai kaget mendengar suara tangan mereka yang beradu begitu keras.

“Ngomong-ngomong.. habis dari sini.. bisa temani gue ke mangga dua..?” Tanya Yosua.
“Untuk apa..?” Tanya Fendi tak mengerti.

“Gue ada rencana..” Yosua tersenyum lebar dan mengedipkan matanya..
Mengisyaratkan rencana bejat lain yang terlintas di otaknya.
-------ooOoo-------

Fendi – Kamis pukul 8.49


Fendi bersikap sebiasa mungkin malam itu.
Ia duduk di ujung kasur sambil mendengar suara istrinya yang sedang menggosok gigi.

Anak laki-lakinya sudah tertidur lelap di kamar atas.
Ia sudah melakukan perintah Yosua dengan sebaik mungkin.

Sesuai harapannya.. ia meletakkan kamera camcorder itu di rak paling atas lemari kamar tidurnya.
Ia sudah mengecek dan beruntungnya.
Kamera itu menangkap semua gambar sesuai harapannya; Suasana kasur di kamar tidurnya..!

Mona bersikap biasa saja sepulang Fendi dari kantor.. meski pun Fendi tidak ke kantor hari itu.
Ia menyambut Fendi dengan ciuman di pipi dan mengambil jas kerja Fendi dengan telaten.

Suasana kamar tidur juga begitu rapi..
Fendi tidak pernah mengira Mona pernah bersenggama dengan Yosua selama lima ronde di atas kasur itu.

“Mas.. nggak gosok gigi..?” Tanya Mona saat keluar dari kamar mandi.
“Oh ya.. aku hampir lupa..” sahut Fendi cepat.

Mona melewatinya yang sedang setengah bengong menuju meja riasnya untuk memasang krim malam.
Fendi memperhatikannya sambil menyelinap masuk ke dalam kamar mandi.

Ia mulai menggosok gigi saat melihat beberapa bungkus kondom yang baru dipakai di dekat kloset.
Fendi bisa melihat jelas cairan sperma di dalam kondom itu yang masih basah oleh cairan vagina Mona.
Tiba-tiba.. ajaibnya.. alat kemaluannya berdiri untuk kelimakalinya hari itu.

Fendi mulai terangsang memandangi istrinya yang baru saja selesai memakai krim wajah dan merapikan rambut.
Wajah polos Mona yang begitu pandai menutupi ’perbuatan kejinya’ siang tadi membuat Fendi gemas..
Sedikit marah.. tapi sangat terangsang.

Selepas berkumur-kumur.. Fendi beralih ke kasur kemudian menyalakan lampu kamar tidurnya.
Mona ikut menyelinap masuk dan berbaring di sampingnya.

“Mona..?” Fendi memanggil.
“Iya.. mas..?” Mona menjawab mesra.

“Aku lagi mau nih..” bisik Fendi. Mona seperti sedikit terkejut mendengar pernyataan Fendi.
“Aku capek mas..” wanita itu berkata.

Capek. Capek..!? Jawaban Mona membuat Fendi sedikit marah.
Ia mengaku capek.. padahal kelelahan berhubungan seksual dengan Yosua siang tadi.
Ia marah Mona menolak dirinya dan beralasan capek.

“Ayo dong.. ma..! Papa lagi mau nih..!” Tangan Fendi bergerak secepat kilat..
Menyelinap masuk ke dalam celana dalam Mona. Malam itu Mona hanya memakai daster satin yang tipis.
Menunjukkan branya yang berwarna putih dan celana dalam tipisnya yang berwarna sama.

Fendi menekan-nekan memek Mona dengan lembut.. perlahan.. dan pelan-pelan untuk merangsangnya.
Bulu-bulu jembut Mona yang subur ia main-mainkan..
Dan klitorisnya yang terasa mengganjal ia tekan-tekan dengan gemas.

“Ahh.. mas..! Aku capek.. mas..! Beneran deh..” kilah Mona dengan sedikit menggeser tubuhnya.
Fendi yang tidak mau menerima alasan itu.. bangun dengan cepat..

Lantas membuka dengan paksa selimut yang mereka pakai.
Ia langsung menyerang memek Mona dengan penuh amarah..
Dengan menarik celana dalam putih perempuan cantik itu itu dalam sekali sentakan.

“Mas..! Mas apa-apaan sih..? Kok kayak gini..!?” Mona berteriak.
Fendi memaksa Mona mengangkang dan membuka paksa kedua pahanya.

Ia memandangi memek Mona yang sudah mulai basah.
Ia membayangkan sperma dan precum Yosua yang sudah menari-nari di dalam liang kenikmatan itu.

“Aku enggak kuat.. Mon. Aku mau memuaskan kamu..” Clrupp.. clrupp.. clrupp..!!
Fendi melahap habis memek Mona dan menjilat sisi-sisi memeknya dengan penuh semangat.

“Mas.. ahhh.. enak banget.. mas..! Ehmmmm..” rintih Mona kegelian.
“Enak kan..? Ehmm.. memek kamu juga.. ehmm.. lezat banget..!!” Balas Fendi.

“Mas beda dari biasanya deh..ahhhh.. emmmmhhh..!!”
Desis Mona saat lidah nakal Fendi menekan-nekan masuk ke dalam lubang kecilnya.

Lidah itu memelintir ke atas dan ke kiri.. sementara tangan Fendi asyik mengelus-ngelus paha mulusnya.
“Mas.. aaaah.. mas semangat banget sih..! Emmmh..” membuat Mona makin merintih dan menggelinjang dibuatnya.

Fendi melepaskan jilatannya dan memasukkan jari telunjuknya ke dalam memek Mona.
Ia menekan-nekan memek sang istri dengan penuh semangat.

Membayangkan Mona masturbasi selama mencuci membuatnya sedikit malu.
Sebegitu tidak jantankah dia.. sampai istrinya harus masturbasi sendiri..?

Fendi bertekad memuaskan Mona sebisa mungkin.. sama seperti perlakuannya kepada Sinta siang tadi.
“Mas.. ahhh.. jangan cepet-cepet.. mas..! Emmmh.. ahhhh.. oghhhh..” Mona merintih.

Fendi menjilat klitorisnya sambil terus mempercepat permainan tangannya.
Ia memasukkan jari tengahnya dan memandangi wajah Mona yang keenakan.. tanpa melepaskan jilatan mulutnya.

Tangannya semakin cepat bergerak ke depan dan ke belakang.
Memek Mona semakin basah dibuatnya.. Fendi bisa merasakan tubuh perempuan itu menggelinjang hebat.

“Ohhhh.. mas..! Mas..! Mas..!! Ahhhh..!! Ahhh.. Ahhh..!”
Mona menggelinjang hebat dan tubuhnya berkontraksi dahsyat.

Ia mengerang penuh nafsu saat cairan vaginanya berhamburan keluar melalui memeknya.
Fendi yang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan ganas menjilat habis semuanya.

Setiap teguk yang ia telan membuatnya semakin bergairah dan bersemangat.
“Ohhh.. mas.. Enak banget.. mas..!” Desah Mona dengan mata terpejam rapat.

“Kamu belum pernah digituin kan sama aku..?” Tanya Fendi. Mona hanya terdiam malu.
Reaksi diam mendadak yang dilakukan Mona menimbulkan tensi aneh secara mendadak di antara mereka berdua.

Mona menyembunyikan sesuatu.. bukan hanya hubungan seksual dengan Yosua tadi.. namun sesuatu yang lain.
Fendi yang tidak ingin membuang-buang waktu dengan berpikir panjang..
Mulai bergerak ke depan untuk mencium mulut manis sang istri.

Bibir mereka beradu dan terpaut begitu panas.
Fendi dengan gemas melumat bibir dan lidah Mona.. lalu mengisapnya dengan rakus.

“Hmpphhh.. ahhh..!!” Mona yang awalnya terkesan pasrah dan ogah-ogahan..
Dengan tiba-tiba ikut-ikutan menjadi aktif.. dengan menekan kepala Fendi menuju mulutnya.

Tangan kanannya mengacak-ngacak rambut Fendi dengan penuh semangat..
Sementara tangan kirinya mulai bergerak menuruni perut Fendi..

Berusaha mencapai batang kejantanan sang suami yang telah mendampinginya selama limabelas tahun ini.
Ia merindukan seks panas seperti ini yang sudah jarang ia dapatkan dari Fendi..

Meski pun seks yang ia lakukan siang ini tidak kalah merangsang dan hebatnya.
Tapi melihat suaminya tiba-tiba semangat seperti ini membuat Mona menjadi semakin bergairah dan penasaran.

“Aku masukin sekarang ya.. sayang..?” Tanya Fendi.
“Ahhh.. iya.. cepetan.. mas..! Emmmh..” erang Mona sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar.

Fendi segera mengarahkan penisnya yang sudah tegang mencuat secara sempurna menuju liang kemaluan sang istri.
Ia mulai menekan secara perlahan-lahan diikuti desah gelisah Mona. Slebbh.. clebbhh..!!

“Ahhh.. emmmh.. mas..! Ooooh.. emmh..!!” Mona menggigiti bibirnya penuh nafsu.
Ia memandangi Fendi yang sudah bercucuran keringat karena begitu bergairahnya.

Mona seakan-akan melihat Fendi sewaktu laki-laki itu masih menjadi pacarnya di SMA dulu.
Setiapkali mereka berhubungan.. semua begitu tabu dan menegangkan.. membuatnya sangat bergairah.

Mona merasakan sensasi itu lagi.. entah karena apa.
Seks panas yang ia damba-dambakan dengan sang suami selama delapan tahun terakhir datang kembali sudah..
Tepat setelah ia berselingkuh untuk pertamakalinya. Ohhh..!! Sungguh hari yang menyenangkan.

BLESSEPH..!! “AAAAAHHH..!! Emmmh.. ooooh.. sayang..! Ahhh.. tekan.. sayang..! Eemmmh.. tekan yang kuat..!”
Lirih Mona. Fendi mengabulkan permintaan wanita cantik itu. Jlebbb..!!

Ia tekan pinggulnya kuat-kuat hingga batang kontolnya amblas seluruhnya..
Kemudian tanpa membuang waktu lagi mulai memainkan pinggulnya maju-mundur..
Menggoyangnya ke depan dan ke belakang.

“Enak.. say..?” Tanya Fendi di sela-sela genjotan tubuhnya.
“Enak! Eemmmh.. enak banget.. sayangku..! Eemmmh.. oohhhh..!”
Desis Mona menikmati gesekan batang kelamin Fendi di liang senggamanya.

Slephh-clebhh-clebhh-clebhh-crebhh-crebhh..!! Fendi menghujamkan penisnya semakin menggila.
“Kamu hari ini enak banget..! Emmmh.. memekmu empuk.. sayang..! Eemmmh..”
Ia berbisik dan mencium mesra bibir tipis Mona.

“Ooohh.. Fen..! Ahhh.. cium aku..! Emmmh.. oooh.. cium aku.. Fen..!” Pinta Mona lirih.
Fendi segera melumat bibir perempuan cantik itu tanpa mengendurkan gerakan pinggulnya..
Yang menggenjot mulai tidak teratur akibat terlalu cepat menggoyang.

“Ahhhh.. oohhh..!!” membuat Mona makin merintih keenakan dibuatnya.
Fendi berbisik di telinga Mona.. “Diputar ya.. sayang.. tubuhnya..?”

Tanpa melepaskan tubuh Mona.. Fendi memutar tubuh sintal wanita berumur 38 tahun itu menjadi posisi menungging.
Clebhh-clebhh-clebhh-crebhh-crebhh..!! Ia melanjutkan tusukan penisnya dengan gaya doggy style..!
Sama persis seperti gaya yang Yosua berikan kepada Mona pagi ini.

“Ahhhhh.. kamu kasar banget.. Fen..! Eemmmh.. oooh..” desis Mona kegelian.
“Tapi.. mmmmh.. kamu suka kan..? Mmmmhhhh..” tanya Fendi sambil mempercepat tusukannya.

“Ahhhh.. Fen.. aku mau sampai lagi.. Fen! Mmmmh.. aaaahhhh.. Fen.. Fen..!” Mona meratap.
“Aku juga.. sayang.. ooooh..!” Fendi membalas tak kalah menggairahkan.

Dan tak lama.. CROOOT..! CROOOT..! CROOOT..!! Fendi melepaskan semua pejuhnya di dalam memek Mona.
Mereka mengerang lemas secara bersamaan. Fendi merebahkan tubuhnya di atas punggung Mona..
yang masih menungging dan menciumi leher sang istri yang basah kuyup oleh keringat.

“I love you.. honey..” bisiknya mesra.
“Hah.. hah.. I love you too..”
Mona menutup matanya.. berusaha mencerna kenikmatan bertubi-tubi yang ia rasakan hari ini.

Fendi menoleh ke belakang.. ke arah kamera camcorder yang ia sembunyikan dengan baik di dalam lemari pakaian.
Ia memandangi kamera itu tepat di tengah lensanya..!

Seakan-akan bisa melihat langsung mata Yosua yang sedang tersenyum lebar melihat aksi mereka berdua..
Dengan tangan penuh peju.. setelah ’berolahraga’ solo dengan adik kecilnya.
-------ooOoo-------

Jumat – Pukul 07.27


“Selamat pagi.. Pak Fendi. Bagaimana cutinya kemarin..?”
Seorang resepsionis manis berambut bob bernama Alia menyapanya ramah.

“Bagaimana ya.. Ehm.. sangat menyenangkan..!” jawab Fendi antusias. Alia tersenyum centil.
Entah mengapa setelah tiga tahun sekantor dengannya..
Fendi baru menyadari betapa menariknya penampilan Alia sebenarnya.

Kontak lensnya yang berwarna abu-abu terlihat cantik..
Terutama jika disandingkan dengan dada Alia yang berukuran jumbo. Hmm.. sekitar 36 B jika Fendi perkirakan.

“Tepat waktu.. kawan..?” Fendi mengenali suara itu.
Yosua berjalan di belakangnya dan merangkulnya tanpa ada aba-aba sama sekali.
Fendi hanya tertawa kikuk dan berjalan mengikuti irama langkah Yosua.

“Pertunjukkan hebat semalam.. bos..!” Kata Yosua.
“Bahagia lo ya..? Nonton di mana lo..?” Tanya Fendi.
“Di kamar kerja gue. Istri gue udah tidur duluan..” jawab Yosua.

“Hmm.. jadi kapan giliran gue..?” Fendi bertanya lagi.
“Malam ini dia ada arisan ama tetangganya..” jelas Yosua.
“Ah.. sialan..!” Umpat Fendi tak sabar.

“Denger dulu. Lo enggak tau kan apa yang gue denger kemarin..?” Bisik Yosua penuh teka-teki.
“Apa..? Lo denger apa..?” Tanya Fendi penasaran.

“Nanti pulang lo gue ajak ke rumah gue. Bilang ke Mona kalau lo mau gue ajak maen capsa..” jelas Yosua.
“Capsa..? Maksudnya apaan sih..?” Fendi masih tidak mengerti.

“Percaya ama gue. Sini hape lo. Gue yang minta izin ama Mona..” Yosua menengadahkan tangannya.
Fendi berusaha mengolah apa yang baru saja ia dengar dari Yosua.

Ia yang masih bingung mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong celana dan menyerahkannya kepada Yosua.
-------ooOoo-------

Jumat – pukul 6.40


“Mas Fendi.. Mas Yos.. aku pergi arisan dulu ya..!” Sinta berteriak dari ruang tamu.
“Oke.. silakan.. sayang..” Yosua berlagak malas-malasan menjawab.. dan fokus terhadap tayangan sepakbola di televisi.
Fendi sempat melirik dan menangkap Sinta yang mengedipkan mata ke arahnya dengan centil.

Setelah yakin Sinta telah keluar dari pagar luar rumah.. Fendi dengan tidak membuang waktu lagi..
Segera menanyakan apa maksud rencana Yosua pura-pura main capsa pagi ini.

“Eh.. jadi apa maksud lo ngajak gue main ke rumah lo hari ini..?”
“Dia udah beneran pergi..? Sini.. ayo lo ke kamar gue..” ajak Yosua.

Fendi mengikuti temannya itu dengan perlahan.. mereka berjalan beriringan memasuki kamar..
tempat di mana Fendi dan Sinta berhubungan badan kemarin pagi.

“Ada apa di sini..?” Tanya Fendi tidak mengerti.
“Lo liat ya..” Yosua lantas membuka laci di samping kiri kasurnya.
Di dalamnya terdapat berbagai obat-obatan dan barang-barang yang sepertinya tidak begitu penting.

“Ada apaan sih..? Cuma obat-obatan gitu..?” Tanya Fendi bingung.
“Sabar dulu.. mmmmh..!!”
Dalam sekali gerakan.. Yosua menarik lacinya kuat dengan sedikit dicondongkan ke atas.

Ia menarik keluar kabinet berisi obat-obatan itu..
Mengekspos sedikit celah gelap yang tersembunyi di dalam lemari..
lalu memasukkan tangannya dan mengeluarkan setumpuk Vcd.

“VCD apa..?” Tanya Fendi.
“Bokeplah..” jawab Yosua pede.
“Punya lo..?” Fendi bertanya lagi.
“Bukan.. punya Sinta..” sahut Yosua.

“Beneran..? Sejak kapan istri lo punya bokep..?” Tanya Fendi tak percaya.
“Dari arisannya..” jelas Yosua.
“Arisan..?” Fendi makin bingung sekarang. Yosua mengangguk dan tersenyum lebar.

Ia memasukkan kembali tumpukkan kaset bokep koleksi Sinta..
dan meletakkan kembali kabinet itu di laci samping kiri kasur.

“Lalu apa tujuan lo nunjukkin ini semua ke gue..?” Tanya Fendi tak mengerti.
“Mau yang nggak kalah seru sama yang kemarin..?” Tawar Yosua nakal.

Sebelum Fendi sempat menjawab.. ia mengisyaratkan sang sahabat agar mengikutinya keluar.
Yosua mulai menaiki tangga menuju lantai dua.. mengajak Fendi yang masih kebingungan menuju kamar anaknya.

“Anak gue lagi jalan-jalan ke mall.. jadi lo bisa lihat kegiatan mereka secara jelas..” jelas Yosua.
“Mereka..?” Fendi masih bingung saat Yosua mengajaknya melangkah masuk menuju balkon kamar.

“Lihat apaan, Yos..?” Tanyanya penuh rasa curiga.
“Lirik ke kiri bawah lo..” kata Yosua.

Fendi lalu melirik ke bawah.. dan bisa melihat dengan jelas kegiatan apa yang Yosua maksudkan.
Di sebuah taman yang terdapat di pekarangan tetangga Yosua.. terlihat tiga orang wanita;
Mulai dari ibu muda hingga setengah baya.. mereka tampak saling tertawa dan bergosip bersama.

“Apaan, Yos..? Cuma ibu-ibu lagi arisan gitu..!” Cetus Fendi.
“Lo liat tivi di pojoknya kan..?” Tanya Yosua.

“Iya.. liat. Emang kenapa..?” tanya Fendi.
“Tunggu aja apa yang bakal dipasang sebentar lagi..” Yosua menyahut.

Seorang wanita berambut panjang berjalan masuk.. disambut oleh pekikan hangat para ibu-ibu.
Fendi bisa melihat jelas bahwa wanita itu adalah Sinta.. terlihat dari bentuk tubuhnya yang seperti gitar spanyol.

Dari gerak-geriknya.. Fendi bisa melihat Sinta mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya;
Ya. Sebuah kaset VCD.

Tidak menunggu lama.. ia memasukkan video cd itu ke dalam DVD player.. lalu menyetelnya.
Kini jelaslah sudah apa yang sedang mereka tonton.
-------ooOoo-------

Sinta – Jumat pukul 07.34


“Ibu-ibu.. aku kemarin baru dapat jatah loh..” Sinta berpromosi.
“Iihh.. Sinta mah asik banget. Suami aku mana kuat lagi berdiri..?”
Wanita berusia paling matang di antara mereka menjawab dengan penuh antusias.

“Ah.. jeng Martha bisa aja. Emm.. tapi bukan dari suami aku..!” Jelas Sinta terus terang.
Semua langsung nyerocos secara bersamaan. “Ama siapa.. jeng..? Iihh.. nggak cerita-cerita..!”
Kata Maria.. sang pemilik rumah.. berusia sepantaran dengan Sinta namun rambutnya dicat pirang mentereng.

“Kamu kok beruntung banget sih bisa sering-sering..!? Suami aku mah sibuk melayar di laut sana..!”
Cetus Ratih yang berusia paling muda diantara mereka.. baru memasuki usia kepala tiga.

“Temen suami aku..” jelas Sinta sambil tersenyum riang.
”Padahal dia udah kawin juga loh.. tapi dia jago banget mainnya..! Enak banget deh.. jeng..!” Sinta terkikik.

“Ahhh.. aku jadi mulai horny nih..!” Maria sudah mulai mengelus-ngelus selangkangannya.
“Eh.. tunggu dulu..! DVd yang aku pesen dari forum asik itu baru dateng kemarin..” kata Sinta.
“Ayo cepetan dong dipasang, jeng..! Iiih.. kelamaan nih..!” Martha mulai membuka kancing dasternya.

Perlahan suara musik elektrik mulai terdengar. Di layar teve.. tampak dua orang wanita bertubuh seksi..
memasuki ruangan.. ditemani empat orang laki-laki macho yang batangnya sudah tegang semua.

Melihat adegan ini.. semua ibu-ibu itu dengan tidak membuang waktu lagi..
Langsung melucuti semua pakaian masing-masing hingga telanjang bulat.

Martha memiliki payudara yang paling besar meski sudah sedikit londoi.. lumayan menakjubkan..
dengan puting coklat yang mencuat keras.

Ia mulai menggesek-gesekkan tangannya ke atas memek penuh bulunya yang sudah basah.
Dari kursinya.. ia mulai melenguh-lenguh sambil memainkan payudaranya dengan tangan yang lain.

“Jeng Martha semangat banget deh.. sini aku bantu..!”
Kata tuan rumah hari itu.. Maria.. yang berusia sekitar 37 tahun.

Suaminya terlalu sibuk berpergian ke luar negeri hingga ia menemukan bahwa dirinya juga cukup terangsang..
dengan bermain bersama-sama sesama wanita.

Payudaranya yang lumayan besar dan memeknya yang terawat bersih dari bulu..
dijamin bakal membuat banyak laki-laki ngiler.

Ia mulai mengelus-ngelus payudara Martha sambil menggigiti leher tetangganya itu.
“Ooooh.. Mar.. Aku nggak pernah bosan deh kalau kamu gituin. Emmmh..” rintih Martha kegelian.

Maria semakin aktif dan mengajak Martha bagun dari kursinya.
Ia telah menyediakan matras besar di tengah kursi-kursi yang dipasang melingkar.

Dengan tangannya.. Maria mengisyaratkan agar Martha merebahkan diri di sana.
Bertindihan.. ia dengan leluasa bisa menciumi pentil coklat Martha..
dan menyedot-nyedot pentil yang sudah mancung karena horny berat itu.

Maria menggesek-gesekkan memeknya agar clitoris mereka berdua dapat bertemu.
“Ratih mau ikutan..?” Tanya Sinta pada wanita yang tersisa.
“Ehh.. ehmmh.. boleh.. mbak..” jawab Ratih malu-malu.

Ia menerima ajakan Sinta dengan melumat bibir wanita itu penuh nafsu.
Tangannya mulai sibuk memainkan payudara Sinta yang bundar dan mencubit-cubit putingnya.

Mereka mengambil posisi di sebelah Maria dan Martha.. keduanya tidak mau kalah sibuk.
Sinta dan Ratih mengubah posisi mereka menjadi 69 sekarang..
Kemudian mulai menjilati memek pasangan mereka masing-masing.

“Emmm.. memek kamu enak banget.. Rat..” bisik Sinta.
“Oooooh.. ahhhh.. mbak.. jangan di situ.. mbak..! Emmmh..” rintih Ratih kegelian.

Aroma jembut Ratih membuat nafsu Sinta semakin membara.
Ia mengemut dan mengisap-isap klitoris Ratih yang menyembul keluar dengan begitu semangat.

Sembari melakukan itu.. Sinta memasukkan tiga buah jarinya..
untuk mengobel-ngobel memek Ratih yang sempit dengan tidak kalah semangat.

Diserang seperti itu.. cairan vagina Ratih langsung mengalir keluar dengan deras..
diikuti dengan dengus nafasnya yang semakin tersengal-sengal.

“Ahhh.. mbak Sinta..! Emmmh.. aaaaahhhhhh..” desah Ratih keenakan.
Slroppp... slroppp..!! Ia membalas dengan mengisap memek Sinta tak kalah keras.

“Ah.. ya.. begitu..! Jilat terus mbak..! Ohhhh.. Enak banget..! Aku ketagihan sama jilatanmu, mbak..!
Emmmmh.. jilat terus punyaku.. mbak..” rintih Sinta. Ratih mengangguk cepat.
Kemudian mulai kembali sibuk mengisap-isap memek mulus Sinta.

Lidahnya ia sempilkan masuk ke dalam lubang kecil nan rapat itu..
Lalu dengan leluasa ia putar-putar dan ditekan-tekannya penuh nafsu.

Sambil tangan kanannya memainkan payudara Sinta yang lumayan besar..
Putingnya yang sudah mancung ia pilin sekeras mungkin.

CONTIECROTT..!!
----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd