Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Bimabet
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------

Cerita 116 – Ekspedisi Borneo

[Part 03]

Sophia mengalihkan pandang
ke arah Clara.. mengamati bahwa baju gadis itu sudah mulai basah oleh keringat.
Alhasil.. mencetak dengan jelas bentuk tubuhnya yang begitu sintal dan menggoda.

Rambutnya yang berwarna hitam gelap melekat pada bagian belakang kepalanya.
Celananya tampak kisut dan penuh noda tanah akibat perjalanan berat.

“Nikmatilah hutan ini..” Prayoga muncul tiba-tiba, mengagetkannya.
“Ini terakhir kali kita berada di tempat sejuk dan kering untuk waktu lama..”

“Menurutku, hutan ini cukup menyenangkan..” Sophia membalas.
“Ya, sangat menyenangkan..” Prayoga mengangguk dengan ekspresi janggal pada wajahnya yang tirus.

“Apa maksudmu..?” Sophia bertanya bingung.
“Lihat di sana..” Prayoga menunjuk ke puncak pepohonan.
“Apa itu..?” Tanya Sophia takjub.
“Orangutan..” jawab Prayoga.
“Orangutan pemakan tumbuhan.
Hampir sepanjang hari mereka makan terus; mereka binatang besar dan membutuhkan banyak makanan..”

Dalam sekejap Sophia segera mengaktifkan kameranya dan membidik tingkah laku binatang berbulu merah itu.
Selama beberapa menit mereka berhenti sambil membisu untuk memberi kesempatan bagi Sophia merekam filmnya.

Seperti semua primata yang lebih tinggi, Orangutan merupakan binatang sosial.
Mereka hidup dalam kelompok, dan merasa tidak nyaman –mau pun aman..– jika terpisah.

Sebagian besar pakar primata bahkan menduga kebutuhan akan kontak sosial..
dirasakan sama kuatnya dengan rasa lapar, haus, atau kelelahan.

Sementara Sophia merekam.. Erick memandang sekeliling dengan mimik muka sedih.
Hutan tropis adalah sumberdaya bumi yang jumlahnya terbatas.

Ia tak bisa dikelabui oleh vegetasi yang lebat dan rimbun..
Yang diketahuinya merupakan ekosistem yang luar biasa efisien di atas tanah gersang.

Namun Negara ini tidak memahaminya. Mereka memberi izin konservasi hutan secara sembarangan..
Dengan dalih untuk memperluas lahan pertanian.
Padahal siapa pun tau.. tanah di hutan tropis yang telah dibuka menghasilkan panen mengecewakan.

Meski demikian.. penebangan hutan terus berlangsung dengan laju mencengangkan.
Yaitu lebih dari duapuluh hektar per menit, siang dan malam.

Hutan tropis telah 60 juta tahun mengelilingi khatulistiwa bagaikan sabuk hijau..
– Tapi manusia hanya membutuhkan duapuluh tahun untuk meratakan semuanya.

Perusakan besar-besaran tersebut menimbulkan kecemasan..
Karena laju penebangan sebesar duapuluh hektar per menit..
berarti spesies-spesies tumbuhan dan binatang punah dengan laju satu spesies per jam.

Bentuk-bentuk kehidupan yang berkembang selama jutaan tahun kini dimusnahkan dalam beberapa menit saja.
Dan tak seorang pun mampu memperkirakan akibat-akibat laju penghancuran yang luar biasa ini.

Proses kepunahan spesies-spesies berlangsung lebih cepat dari yang disadari orang.
Dan hanya sebagian kecil tercantum dalam daftar spesies yang terancam punah.

Kenyataannya manusia menghancurkan ekosistem demi ekosistem tanpa peduli sedikitpun, tanpa menoleh ke belakang.
Padahal sebagian besar ekosistem tersebut masih diselubungi misteri dan belum benar-benar dipahami.

“Kita harus bergerak cepat..” kata Erick kepada Sophia.
“Kenapa..?” Balas Sophia.
“Daerah ini adalah lintasan gajah..” kata Erick.

“Jadi, ini lintasan binatang liar. Apakah kita akan melihat gajah..?” Tanya Clara antusias
“Mungkin ya, mungkin juga tidak..” ujar Erick.
“Moga-moga tidak. Mereka besar sekali, gajah itu..” kata Prayoga.
Clara tampak kaget. “Ah, baiklah..”

Erick tertawa dan menawarkan diri membawakan barang-barang yang disandang gadis itu.. tapi Clara menolak.
“Masih banyak yang bisa terjadi antara sini dan tempat tujuan kita. Jadi, ayo cepat. Kita berangkat..”

Di kejauhan terdengar bunyi gemuruh. Beberapa menit setelah itu mereka sudah terjebak hujan deras.
Hujannya begitu lebat.. hingga terasa nyeri di kulit.. dan berlangsung selama satu jam sebelum berhenti mendadak.

Mereka semua basah kuyup. Dan Sarah pun tidak memprotes ketika Erick memberi aba-aba berhenti untuk makan.
Markus menyiapkan hidangan berupa nasi dengan daging bumbu kari.

Erick dan Prayoga menyalakan rokok untuk membakar lintah-lintah yang menempel pada kaki mereka.
Lintah-lintah itu sudah gemuk-gemuk. “Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa..” ujar Miranda.
“Hujan membuat mereka lebih giat..” kata Erick.

Lalu menjelaskan kenapa lintah harus dilepaskan dengan cara dibakar.
Kalau dicabut begitu saja, sebagian kepala akan tertinggal di dalam luka dan menimbulkan infeksi.

Miranda menanggapi dengan anggukan samar dan mengedip pada Erick.
Kausnya yang longgar tampak basah.. menunjukkan goyangan dada yang sangat indah untuk dilihat.
Tanpa perlu diberitau.. Erick sudah bisa menebak kalau sama sekali tidak ada bra di bawah sana.

Kondisi Sarah tidak jauh berbeda. Goyangan payudaranya bahkan lebih jelas..
Dengan puting mungil yang menyodor keluar siap untuk dijilat.

Erick memberi mereka senyum kecil.. dan menyeringai saat ia beranjak pergi untuk mempersiapkan keberangkatan.
Tidak ada waktu untuk hal-hal seperti itu.

Satu jam kemudian.. mereka kembali melintasi hutan belantara di sebelah selatan pegunungan.
Semuanya murung, berdiam diri, dan terserang disentri akibat kehujanan.
Jalur ini akan membawa mereka ke barat, ke Sungai Kapuas.

Erick mengamati peta, sementara Miranda menatap layar hapenya;
Kedua-duanya mengerutkan kening setelah berunding. “Ada apa..?” Tanya Sarah.

“Tidak, tidak ada apa-apa..” jawab Erick.
Tapi Miranda segera memotong.. “Kita akan melanjutkan perjalanan sepanjang malam lewat sungai..”

“Tidak ada istirahat..?” Tanya Prof. Darmaji, yang terlihat mulai kelelahan.
“Mungkin hanya makan, tidak boleh tidur..” ujar Erick.

Sarah belum pernah mendengar seorang pemandu membawa rombongannya melewati daerah liar pada malam hari.
Ini sangat aneh. “O ya, kenapa..?” Tanyanya curiga.
“Sebab ..” balas Erick.. “Rintangan-rintangan di sebelah hilir lebih mudah diatasi pada malam hari..”

“Rintangan apa..?” Kejar Sarah.
“Nanti saja kita bicarakan..” kata Erick.. “Kalau kita sudah sampai di sana..”

”Hei..! Aku pemimpin rombongan di sini, jadi aku juga berhak tau..” sergah Sarah.
”Kami juga..!” Kata Clara dan Sophia hampir berbarengan.

Erick menghela napas berat.. namun tetap tidak ingin membicarakannya.
Kerahasiaan itu justru membuat hati semua orang berdebar kencang dan perasaan takut semakin membuncah.
Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan lebih banyak diam.

Menjelang senja.. mereka makan malam berupa kentang liar yang banyak tumbuh di hutan, serta beberapa jenis jamur.
Selain itu masih ada daging kura-kura yang berhasil dijerat oleh Prayoga.. dan beberapa kodok serta keong.

Makanan ini sebenarnya duakali lebih kaya protein dibandingkan daging sapi..
Tapi memang kurang cocok untuk perut orang yang belum terbiasa.

Satu setengah kilometer sebelum Sungai Kapuas, mereka mendengar bunyi air berderu-deru.
Clara langsung gelisah, tapi mau tak mau tetap harus menghadapi sungai itu, meski pun dicekam ketakutan.
Ia tidak bisa berenang..!

Namun ketika sampai di tepi sungai, mereka menyadari bahwa bunyi berderu-deru itu berasal dari jeram-jeram di atas.
Sungai berwarna bening di hadapan mereka, dan mengalir tenang.

“Kelihatannya tidak terlalu buruk..” Sarah berkomentar.
“Ya..” sahut Erick. “Kelihatannya begitu..!” Tapi ia paham betul mengenai Sungai Kapuas.

Sungai terpanjang di Indonesia itu bersifat unik dalam banyak hal.
Selain meliuk-liuk bagaikan ular raksasa.. ragam hayatinya juga begitu luar biasa.

Sungai itu merupakan rumah dari lebih 700 jenis ikan dengan sekitar 12 jenis ikan langka..
Dan 40 jenis ikan yang terancam punah. Akibat alurnya yang berliku-liku..
sungai Kapuas juga termasuk salahsatu sungai besar yang paling menyulitkan dalam pelayaran.

Perangainya dapat berubah dalam waktu singkat, tergantung pada curah hujan.
Sungai itu bisa memberikan pemandangan indah atau mimpi buruk mengerikan bagi setiap orang yang melewatinya.

Sebelum mengawali perjalanan lewat sungai.. Erick mengajak mereka untuk membersihkan diri sejenak.
Sementara Prayoga dan Markus memompa dua perahu karet..
Ia mengawal para wanita menuju tepian sungai yang cukup landai.

“Aku di sini saja..” Prof. Darmaji hanya mencelupkan kaki di bebatuan, dengan ditemani oleh Clara.
Sementara Sophia.. Sarah dan Miranda mengikuti Erick ke bagian sungai yang agak dalam, beriringan untuk berenang.

100 meter agak ke hilir, mereka menemukan sebuah ceruk kecil yang tampak tidak berbahaya.
Air mengalir perlahan-lahan sebelum masuk ke dalam jeram. Terlihat aman dan sangat menyenangkan.
Bebatuan dan pohon kecil yang menghalangi, membuat keberadaan mereka jadi tersamarkan.

Erick memutuskan mereka bisa mandi di sana. Dia segera melepas pakaiannya dan terjun untuk melihat dinginnya air.
Ternyata cukup hangat, malah terasa sedikit nyaman.

Sophia segera menyusul dengan mengenakan bikini bermotif kembang-kembang..
Yang memamerkan bentuk tubuhnya yang mengagumkan.
Bulatan payudaranya terlihat menantang dengan puting tersodor begitu indah.

Miranda menyusul berikutnya dengan beha dan cd merah muda yang sedikit pendek.
Putingnya juga tampak tembus pada atasannya yang menerawang.

Di belakangnya.. Sarah ikut meluncur ke air.
Penampilannya cukup berani dengan mengenakan beha tipis yang dipotong minim.
Punggulnya juga nampak indah.. karena seperti hanya ada sebentuk tali saja yang melingkar di sana.

Apa-apaan ini..!? Erick membatin dalam hati. Ia bagai Jaka Tarub yang dikelilingi oleh bidadari.
Bedanya.. kalau Jaka Tarub hanya mengintip.. ia kini benar-benar berenang bersama mereka.

“Awas ya, jangan coba-coba untuk berbuat nakal..”
Kata Sophia memperingatkan sambil membenahi bagian bawah cd-nya yang terlipat.
Erick tersenyum.. “Aku justru malah takut, kalianlah yang mulai nakal duluan..”

”Seperti ini..!?” Sarah bertanya polos sambil tangannya meraih ke bawah..
untuk memberikan remasan lembut pada pipi pantat Erick yang hanya tertutup celana kolor.

“Boleh juga..” Erick mengangguk.. “Asal tidak sampai merambat ke depan..!” Dia memperingatkan lagi.
“Ah, memang ada apa di depan situ..?” Kali ini Miranda yang bertanya..

Kemudian dengan cepat tangannya menyambar ujung celana Erick..
untuk kemudian meremas apa pun yang mulai tumbuh besar di sana.

“Kalian ini, benar-benar sialan..!!” Erick menggelinjang, dan ketiga wanita yang ada di sana tertawa gembira.
Sophia menyelam ke dalam air.
Saat muncul ke permukaan.. air terlihat mengalir dari rambut ke bahunya, membuatnya jadi semakin jelita.
“Ah, segar..!” Desahnya puas.

“Kalian cobalah..!” Erick menyerang Sarah dan Miranda..
Tapi kedua perempuan itu segera berenang menjauh secepat mungkin.
Mereka tertawa cekikikan. Erick menyelam ke bawah untuk menyusul.

Air yang jernih memungkinkannya untuk melihat lurus ke depan.
Tampak Sarah sudah berada dalam jangkauan, dan dia segera meraihnya.

Perempuan itu tertawa di dekat permukaan..
Tidak keberatan saat Erick meremas kuat payudaranya dalam usahanya untuk memeluk.

Mereka berdiri di sebuah batu besar yang tergeletak di bawah permukaan air..
Memungkinkan untuk terus berpelukan dengan pipi saling menempel erat.

“Dasar mesum..!” Seru Miranda yang berenang mendekat dan mendarat di batu di samping mereka.
Erick tertawa. Ia memeluk juga wanita itu dan memberinya kecupan ringan di pipi.
Hanya kepala mereka yang tampak.. sedangkan tubuh ketiganya tenggelam sepenuhnya di dalam air.

Sophia yang berdiri 10 meter jauhnya, tertawa melihat kejadian itu.
“Terlihat sangat nyaman dan hangat di sana..!” Teriaknya.

“Mau ikut bergabung..!?”
Tawar Miranda dengan payudara bergerak naik-turun di setiap napasnya yang terengah.
Air dingin telah membuat putingnya berdiri tegak.

”Hei.. apa yang kau lihat..?” Tanyanya pura-pura marah saat Erick menatapnya tanpa berkedip.
“Bagaimana menurutmu..?” Erick bertanya balik.

"Tidak masalah, asal tidak membuat matamu copot..” jawabnya sambil tertawa.
“Hei.. lihat di bawah..!” Sarah berbisik.

Dan dengan itu ia mengulurkan tangan untuk menarik turun celana Erick sampai ke lutut..
Hingga memperlihatkan alat kelaminnya yang sudah separuh tegak di air dingin.

“Arghh.. sialan kalian..!” Erick segera membungkuk untuk menarik kembali celananya.
Tapi Sarah menghalangi dengan mempergunakan tubuhnya yang sintal sebagai tameng.

Miranda membantu dengan menyelam ke bawah dan menarik celana itu sampai terlepas sepenuhnya.
Sophia tertawa terbahak-bahak saat melihat Miranda memamerkan barang rampasannya di atas kepala.

“Sini, lemparkan padaku..!?” Miranda berlari pergi dan Erick yang kini telanjang bulat.. segera mengejarnya.
Ia berhasil menyusul ketika mereka tiba di tepian sungai. Miranda masih mencoba berenang jauh..
Tapi pantat dan pahanya yang indah berada lurus di depan Erick ketika ia tertangkap.

“Kena kau..!” Seru Erick sambil merangkul erat pinggang Miranda.
Kulit ketatnya yang hangat terasa lembut saat diremas.
Miranda melambat dan mencoba memberontak untuk melepaskan diri.

Tapi Erick segera mengaitkan jari di bawah bulatan pantatnya.. berharap itu akan membuatnya berhenti.
Namun sebaliknya.. Miranda terus menggeliat dan akhirnya.. berhasil meluncur ke depan..
Meninggalkan Erick terbengong-bengong di dalam air sambil memegangi kain kancutnya yang copot..!

Gila..! Erick tidak ingin percaya.. tapi memang itulah yang terjadi.
Miranda pasti tau kalau dia telanjang dari pinggang ke bawah.. tetapi wanita itu tampak cuek saja.

Miranda membiarkan dirinya jadi tontonan.. dan Erick jadi tidak tahan.
Tidak ingin melewatkan kesempatan, segera ia menyelam dan berenang menyusul.

Dengan kepala berada di dalam air.. Erick mengagumi pantat cantik Miranda..
yang bergoyang-goyang indah ketika ia menggerakkan kaki.
Juga celah gelap liang vaginanya yang terlihat mengintip malu-malu di antara paha.

Terpepet oleh tebing.. Miranda akhirnya berhenti. Ia lalu berbalik menghadapi Erick.
”Ayo sini, kalau berani..!!” Tantangnya sambil tersenyum. Erick berhenti juga, sekitar enam meter darinya.

Payudara Miranda tampak bergerak naik-turun karena desah napasnya yang masih memburu.
Melalui air jernih.. ia bahkan bisa melihat segitiga gelap yang terlihat begitu mengundang di depan liang vaginanya.

Wanita itu tersenyum licik saat Erick mencoba untuk mendekat.
“Kita impas..” kata Miranda, merujuk pada celana mereka yang telah sama-sama terlepas.

”Tidak. Kamu masih pakai beha, sedangkan aku sudah telanjang..” sela Erick.
Miranda mengangkat alis.. ”Jadi.. kamu mau aku ikut telanjang juga..?” Tanyanya.
”Tentu saja..!” Erick tertawa.

Dan Miranda juga tertawa. “Tidak semudah itu..!!” Serunya sambil melayang telentang di permukaan air..
Memberi Erick pandangan yang fantastis pada lorong vaginanya. Bibir benda itu terlihat begitu jelas dan mengundang.

Entah karena air dingin atau tidak.. bayangan itu terlalu menggoda untuk ditolak.
Libido Erick pun perlahan membesar.

Apalagi saat Miranda terus berenang mengelilinginya.. dan sesekali mengulurkan tangan ke bawah air..
untuk meremas keras batang penisnya yang telanjang bulat.

“Wah.. sudah bangun rupanya..?” Wanita itu berbisik manja.
“Tentu..” kata Erick, dengan suara sedikit teredam.

”Berada di dekat perempuan cantik sepertimu, dengan vagina terbuka seperti itu.. siapa juga yang akan tahan..?”
Miranda memberinya senyum penuh teka-teki.

Ia merilis penis Erick dan berenang kembali ke tempat Sarah dan Sophia yang masih setia menunggu.
Kedua perempuan itu tampak terkejut melihat keadaan Miranda.. tapi hanya tertawa cekikikan menghadapinya.

Mereka melayang-layang ringan di dalam air ketika Erick berenang menghampiri.
Tanpa canggung keempatnya mengobrol sebentar..
Sambil saling memperhatikan bokong dan bulatan dada masing-masing yang menjuntai indah di dalam air.

“Ahh..” Erick mendesah memandang sekeliling..
Melihat tiga perempuan cantik yang terus berenang-renang di sekitarnya dan tertawa gembira.

”Selanjutnya apa..?” Dia bertanya.
Miranda tertawa dan memulai dengan menarik batang penis Erick menggunakan satu tangan.

”Bagaimana kalau begini..?”
”Hei..!!” Erick segera berbalik untuk memeluknya, tapi Miranda lekas berenang menjauh.

Satu lagi tangan datang dan menangkap batang penisnya.. menariknya ke bawah kuat-kuat.
Erick segera berbalik dan melihat Sarah yang tertawa-tawa menghindar. ”Ayo, tangkap aku..!” Kata perempuan itu.

Ketika ingin mengejarnya.. Sophia muncul dan ikut-ikutan meremas batangnya.
Erick berbalik mengejar gadis itu. Ia mulai kesal pada saat ini karena merasa terus dipermainkan.

Dengan penis mengambang bebas.. ia mengulurkan tangan untuk meraih pantat Sophia..
Tapi gadis itu mengelak dengan pintar hingga hanya punggungnya saja yang tergesek.

Namun itu pun sudah cukup bagi Erick untuk dapat menarik lepas tali behanya.
Benda tipis bermotif bunga itu pun melayang, mengambang dengan bebas di permukaan air.

“Auw..!!” Sophia memekik kaget dan lekas berbalik untuk mendapatkannya kembali.
Tak berkedip mata Erick ketika disuguhi pemandangan menawan payudara cantiknya..
Yang putingnya terlihat mungil berwarna merah muda.. kontras dengan kulitnya yang halus dan putih mulus.

Puting itu tampak tegak.. tersodor indah menjulang ke atas.
Sophia meraih behanya.. tapi tidak langsung mengenakannya kembali.

Selama beberapa saat ia tetap berdiri di sana dengan payudara bergoyang lembut di jernihnya air sungai.
Matanya melakukan perjalanan ke selangkangan Erick.. di mana penisnya masih terbuka dan menegang penuh.

Dengan keberadaan gadis cantik setengah telanjang di depannya.. Erick mulai kehilangan akal sehat.
Saat mata mereka bertemu, Sophia tersenyum perlahan. Sial.. dia menggodaku..! Pikir Erick. Gadis-gadis ini gila..!

Setelah mengenakan atasannya..
Sophia berenang dengan wanita-wanita lain ke tepi sungai dan beranjak keluar, masih tertawa.
Miranda juga sudah memakai cd-nya kembali.

Erick melayang di tengah-tengah sungai.. memercik-mercikkan air ke tepian..
saat mereka mulai mengumpulkan pakaian dan mengenakannya.

“Ayo.. kami sudah selesai..!!” Teriak Sarah sambil mulai meniti jalan setapak. Miranda dan Sophia mengikuti.
Keduanya melambaikan tangan pada Erick yang hanya bisa tertawa saat melihat kepergian mereka.

Meski pun mereka sudah berpakaian lengkap..
Tetapi dalam benaknya, Erick membayangkan kalau mereka sedang mendaki dengan tubuh telanjang.

Sial..! Itu malah membuat penisnya jadi bertambah ngilu. Mengocoknya sebentar.. tapi tidak sampai klimaks..
Erick akhirnya naik ke tepian dan berjalan kembali ke rombongan.

Kedua perahu karet sedang didorong ke tepi air dan diisi perlengkapan oleh Markus ketika ia tiba.
Semua sudah diikat kencang-kencang hingga ombak sebesar apa pun diperkirakan tidak dapat menjungkirkannya.

Prayoga mendekatinya untuk menyerahkan jaket pelampung berwarna jingga.. semua orang juga sudah mengenakannya.
“Sudah siap..?” Erick bertanya.
“Sudah..” Prayoga mengencangkan tali pengamannya.

Eric segera membagi anggota ekspedisi mereka menjadi dua kelompok.. masing-masing perahu berisi empat penumpang.
Erick naik perahu pertama bersama dengan Prof. Darmaji, Clara dan Sophia.

Sisanya ikut Prayoga di perahu kedua. Erick akan bertindak sebagai pemandu jalan.
Dengan demikian.. perahu kedua bisa ‘belajar dari kesalahannya’. Mereka berjalan zig-zag menyusuri sungai, tanpa suara.
Selama dua jam pertama di Sungai Kapuas.. tak ada yang membuat kesalahan.

Miranda merasa luar biasa tenteram ketika duduk di haluan perahu..
Memperhatikan hutan di kedua sisi sungai berlalu dalam suasana hening.
Pemandangannya indah, namun udaranya panas sekali.

Sarah membiarkan tangannya membelah air di samping perahu.. sampai Prayoga melarangnya.
“Di mana ada air, di situ ada buaya..” ia berkata sambil menunjuk ke tepi sungai yang berlumpur..

Tempat buaya-buaya sedang berjemur tanpa memedulikan kehadiran kedua perahu.
Sesekali salahsatu reptil raksasa itu menguap lebar.. tapi selebihnya mereka tampak lamban dan tidak tertarik.

Miranda agak kecewa. Ketika masih kecil, ia sering menonton film-film tentang hutan belantara.
Di mana buaya-buaya langsung meluncur ke air jika ada perahu mendekat.

“Kenapa mereka tidak mengganggu kita..?” Ia bertanya.
“Terlalu panas..” jawab Prayoga.
“Buaya tidur kecuali kalau sejuk.. dan makan pagi-pagi atau malam, bukan sekarang..”

“Kenapa Erick begitu khawatir..?” Sarah bertanya. “Karena buaya-buaya itu..?”
“Bukan..” balas Prayoga.
“Kalau begitu apa..?”
“Di depan ada ngarai kecil, sesudah itu ..” Prayoga berhenti.

Sarah tidak sempat bertanya lagi karena Sungai Kapuas kini membeIok.
Mereka meIewati sebuah tikungan dan mendengar bunyi gemuruh yang semakin keras.

Laju kedua perahu bertambah kencang. Prayoga berseru.. “Pegangan baik-baik, Dokter..!“
Kemudian mereka memasuki ngarai. Miranda tidak ingat persis apa saja yang terjadi.

Ia ingat air bergolak dan berbuih putih dalam cahaya matahari sore;
Ia ingat bagaimana perahunya terempas-empas liar..
Dan perahu Erick di depan tampak memberontak tak beraturan.. namun anehnya tak sampai terbalik.

Mereka melaju begitu kencang.. sehingga sukar memfokuskan perhatian pada dinding ngarai yang licin.
Pada udara panas dan air yang dingin yang menerjang-nerjang mereka sampai semuanya basah kuyup..

Juga pada golakan air yang seolah-olah mendidih di sekeliling batu-batu hitam yang menonjol dari permukaan..
Bagaikan kepala gundul orang-orang tenggelam.

Segala sesuatu terjadi begitu cepat. Berkali-kali perahu Erick di depan menghilang dari pandangan.
Kadang-kadang sampai bermenit-menit.. tersembunyi di balik gelombang raksasa yang diam di tempat.
Gemuruh air memantul pada tebing-tebing.. bergema; menjadi bagian yang terpisahkan dari dunia mereka.

Di dasar ngarai yang tak terjangkau cahaya matahari.. kedua perahu itu terseret arus menembus neraka..
Membentur-bentur dinding karang, berputar-putar.
Sementara para penumpang mengumpat dan menghalau tebing-tebing dengan dayung masing-masing.

Clara memegangi sisi perahu erat-erat.
Erick terus dihantui ketakutan bahwa gadis itu akan tenggeIam di tengah terjangan ombak.

Keadaan Sophia sama saja; ia terus bergumam.. “Ya Tuhan..! Ya Tuhan..! Ya Tuhan..!”
Sementara ombak-ombak tak henti-hentinya mempermainkan perahu mereka.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------
 
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------

Cerita 116 – Ekspedisi Borneo


[Part 04]

Dan bukan itu saja cobaan yang dihadirkan alam untuk mereka.
Kawanan nyamuk yang haus darah menyerupai awan hitam di dasar ngarai yang bergolak dan mengamuk.
Rasanya tidak masuk akal bahwa ada nyamuk di arus sungai yang berderu-deru, tapi nyatanya demikian.

Kedua perahu itu terempas-empas.. dan dalam kegelapan yang semakin pekat..
Para penumpang sibuk mengeluarkan air dari perahu sambil menepuk-nepuk nyamuk.

Sekonyong-konyong alur sungai melebar lagi.
Arus yang semula deras menjadi pelan.. dan dinding-dinding ngarai menjauh ke kiri-kanan.
Suasana kembali tenang.

Miranda kehabisan tenaga. Ia duduk bersandar, setengah berbaring..
Membiarkan sinar matahari yang sedang terbenam menerpa wajahnya..
Dan merasakan air mengalir di bawah perahu mereka.

“Kita selamat..” ia berkata.
“Untuk sementara..” balas Prayoga.
“Pepatah bilang.. tak ada yang selamat dari kehidupan. Jangan santai duIu, Dokter..!”
Miranda mendesah.. “Entah kenapa, aku percaya kamu benar..”

Mereka mengikuti arus selama satu jam lagi. Dinding-dinding karang di kedua sisi sungai semakin mundur..
Sampai mereka akhirnya kembali berada di tengah hutan tropis Kalimantan yang datar.
Sungai Kapuas kini mengalir perlahan, tampak keemasan dalam cahaya matahari sore.

Sarah membuka kemejanya yang basah kuyup dan mengenakan sweater.. sebab udara senja terasa dingin.
Tak dipedulikannya Prayoga dan Markus yang melirik dengan hati berdebar.

Miranda memeriksa peralatan elektroniknya.. untuk memastikan semuanya masih berfungsi dengan baik.
Ketika ia seIesai.. matahari sudah terbenam dan kegelapan mulai menyelubungi alam.

Prayoga masih sibuk dengan dayungnya ketika didengarnya kedua wanita tertawa cekikikan.
Sepertinya ada sesuatu yang lucu. Prayoga memandang mereka dan tersenyum. “Ada apa..?” Tanyanya.

Miranda tertawa dan berkata, “Ah, tidak. Kami hanya sedang bertaruh..”
“Bertaruh..?” Prayoga menurunkan nada suaranya.
“Yah..” kata Sarah.. “Bosan rasanya duduk terus di dalam perahu..”

Prayoga menganggukkan kepala. “Jadi, kalian mau apa..?”
“Tunggu sampai perahu Erick agak berada jauh di depan. Biarkan kita melambat sedikit..” kata Miranda.
“Dengan senang hati..!” Prayoga menjawab.

Ia membungkuk untuk menahan laju perahu menggunakan papan dayung..
Dan merasakan seseorang meremas penisnya dengan tiba-tiba.

Saat dia menoleh, dilihatnya Sarah dan Miranda tertawa cekikikan berdua. Entah siapa yang telah melakukannya.
“Aku tidak tau.. apa yang sebenarnya kalian inginkan..” Prayoga menggelengkan kepala heran.

“Sepertinya lebih besar punya Markus..” jawab Sarah.. yang tangannya telah meraba selangkangan si pembawa barang.
Markus hanya diam.. tapi tetap terlihat kalau penisnya kini telah berdiri tegak.

“Kamu menikmatinya..?” Tanya Miranda.
Dan saat pemuda kekar itu mengangguk malu-malu, semua langsung tertawa.

“Jadi begini..” Miranda berkata, dan kini duduk di samping Prayoga. Meski pun bajunya tebal dan panjang..
Payudaranya terlihat bergoyang lembut saat dia bergerak.
Menunjukkan kalau benda itu sungguh teramat empuk dan lunak.

“Ya..?” Prayoga berbalik.. meliriknya.
Di atas mereka.. bintang-bintang terlihat cerah dan dekut burung hantu terdengar samar berseru-seru di kanan-kiri.

“Aku tadi berkata pada Sarah kalau penismu pasti lebih besar daripada punya Markus..
Tapi dia tidak percaya..” Miranda menggumam.

“Ya, lalu..?” Prayoga bertanya ragu.. tak tau harus menanggapi bagaimana.
“Yah, daripada ribut.. lebih baik kita buktikan saja..” Miranda memegang tangan Prayoga dan menariknya mendekat.

Tangan itu terasa hangat dan lembut.. dan Prayoga merasa menyesal ketika Miranda melepaskannya.
Tapi ia lekas bersyukur ketika Miranda menggantinya dengan gesekan lembut bulatan payudaranya..
yang terasa menyenangkan di balik baju.

Dia juga menatap Prayoga.. ingin mengatakan sesuatu, tetapi urung.
Hingga akhirnya mereka semua hanya bisa terdiam membisu. Sarah tertawa untuk memecah keheningan.

“Bagaimana, kamu berani..? Menurutku.. punya Markus tetap lebih unggul..”
Miranda tersenyum. “Berapa besar penisnya..? Paling juga tidak lebih dari 15 cm..”

“Eh, jangan salah..” Sarah tertawa dan berkata..
“Bisa kupastikan kalau ini lebih dari 20 cm.. dan masih bisa berkembang lebih besar lagi..”

Miranda menatap Prayoga dengan senyum nakal di wajahnya yang cantik, dan berkata..
“Seberapa besar punyamu..?”
Sedikit malu.. Prayoga berkata.. “Um, eh.. a-aku tidak tau.. aku tidak pernah mengukurnya..”

“Hmm..” Miranda menjawab.. “Bagaimana kalau kita lakukan sekarang..?”
Lalu ia membungkuk untuk meraih tas ranselnya dan mengambil sebuah penggaris.

“Kamu pasti bercanda..!?” Seru Prayoga gugup.
“Tidak, aku serius..!” Kata Miranda sambil mengedipkan matanya.. yang membuat Sarah tertawa.
“Ayo..!!” Desaknya.. “Jangan merusak suasana..”
“Entahlah, aku ..” Prayoga bingung.

Di satu sisi.. ide itu sangat mempesona. Tapi di sisi lain, jujur ia agak malu juga.
Tapi semua menjadi gampang ketika secara perlahan Miranda membantunya melepaskan celana.

“I-ini.. tidak b-benar..” sanggah Prayoga untuk terakhirkali, tetapi gagal.
Ia duduk dan menatap Miranda yang menyeringai seperti seorang iblis.

“Apa kau gila..? Jangan..!” Katanya bingung.
“Kenapa, kamu tak suka..?” Rayu Miranda.
Prayoga menggeleng, tapi tetap mempertahankan kain celana dalamnya yang juga ingin dilepas.

Melihatnya masih ragu, Miranda akhirnya berkata.. “Begini saja. Jika kau menunjukkan milikmu..
Aku akan menunjukkan milikku. Bagaimana, adil bukan..!?”

“Miranda..!?” Sarah berseru kaget.
“Ssst.. tangani saja si Markus. Biarkan ini menjadi urusanku..” jawab Miranda.
“Iya, tapi ..”
“Ini akan menyenangkan!” potong Miranda.

Dan dengan itu ia menarik bajunya ke atas kepala dan menjatuhkannya di ransel yang tergeletak di sampingnya.
Celana panjangnya juga ia lepas pula. “Wow..!” Prayoga langsung berdecak kagum.

Payudara Miranda ternyata lebih indah daripada yang ia bayangkan sebelumnya. Benda itu terlihat besar dan padat..
Dengan puting coklat kemerahan yang mencuat..
Seolah-olah mengemis untuk diberi perhatian ketika Miranda juga melepas cup bh-nya.

Pandangan Prayoga ke bawah.. dan ia melihat bahwa Miranda mengenakan celana dalam putih yang sangat minim.
Bahkan hampir transparan karena ia bisa melihat serabut rambut gelap yang tumbuh di antara kedua kakinya.

Seperti ada tempat basah di celana dalam itu.
Mungkin saat ini bukan hanya dirinya satu-satunya orang terangsang.. Miranda ternyata juga telah mengalaminya..!

Miranda menatapnya tajam. “Jadi bagaimana..?” Dia menantang.
“Oke..” kata Prayoga pada akhirnya. “Jika memang itu maumu..”

Sambil berkata.. ia menarik lepas jaket dan kausnya dan meletakkannya begitu saja di lantai perahu.
“Sudah.. ini..!” Dia menjulurkan dada.. memamerkan tubuh bagian atasnya yang kini telah telanjang.

“Lihatlah sepuasmu..!” Katanya sambil tertawa.
“Sangat lucu..!” Balas Miranda, lalu mendorong Prayoga hingga selangkangan mereka bisa saling bersentuhan.

“Lihat..! Punyamu memang besar..”
Sambil berkata.. ia mengayunkan kedua payudaranya dengan lembut.. tepat di depan wajah Prayoga.

Lelaki itu tergoda untuk segera mencium dan meremas-remasnya..
Tetapi terganggu oleh suara Markus yang mendesah berat.
“Ya, lepas juga baju bu Sarah. Baru akan kutunjukkan punyaku..”

Rupanya, melihat kenekatan Miranda, memberinya ide agar dapat menelanjangi Sarah juga.
Cukup pintar dia..!
“Oke..!” Sarah menyahut ringan.. dan tanpa memprotes segera menarik baju sweaternya hingga terlepas.

Payudaranya tampak lebih cantik daripada milik Miranda,..
Padahal usianya jauh lebih tua, tapi dengan ukuran yang sedikit lebih kecil.

Aerola-nya juga lebih besar dan gelap.
Alhasil putingnya juga tampak lebih besar.. meski tidak tegak seperti milik Miranda.
Untuk bawahan.. Sarah mengenakan celana dalam biru tua untuk membungkus pinggulnya yang besar.

“Indahnya..” desah Markus, terdengar lebih bersemangat.
Dan dengan cepat menarik turun celana dalam Sarah hingga semuanya jadi lebih menarik sekarang.

Telanjang bulat.. Markus bisa melihat semak Sarah yang menutupi liang vaginanya saat ia duduk dengan kaki agak terpisah.
“Oke.. kita sudah telanjang. Jadi, mari lihat punyamu..!” Miranda menuntut.

“Tunggu, kamu masih pakai celana dalam..!” Tolak Prayoga.
“Tapi milikku transparan, kamu bisa melihat semuanya..!”
“Lebih enak kalau dilepas..”
“Yah..” kata Sarah. “Lepas saja, Mir..”

Tanpa mengatakan apa-apa.. Miranda menelusurkan jari-jari di bulatan buah dadanya..
Melingkari salahsatu putingnya dan kemudian turun ke bawah untuk melepas kain penutup tubuhnya.
Srettt..!! Pelan ia menariknya ke bawah.

Prayoga menatap tanpa berkedip, dinikmatinya tubuh telanjang Miranda yang kini telah terungkap semuanya.
Begitu indah. Bahkan cukup untuk membuatnya klimaks pada saat itu juga..!

“Ayo, giliranmu..!” Desak Miranda sambil meraih celana dalam Prayoga dan menariknya turun sedikit..
Memperlihatkan bagian atas penis yang telah membengkak dan berwarna merah muda.
Sedikit pre-cum tampak berkilauan di ujungnya yang tumpul.

“Ya Tuhan..!” Desah Miranda kagum. Ia meraupnya dengan tangan kanan dan mulai mengocoknya ringan.
Sedikit lambat, tapi pasti. Jemarinya terasa lembut dan hangat saat mengenggam.

Dan kocokannya membuat celana dalam Prayoga meluncur lebih ke bawah lagi..
Mengekspos lebih lebar batang panjang itu.
Tapi rupanya tetap tidak bisa mengalahkan milik Markus.. yang di saat yang sama juga telah terbuka.

“Ini sih bukan penis, tapi akar pohon..!” Sarah mengomentari bentuknya yang berurat dan terpilin-pilin mengagumkan.
“Hati-hati, pelan-pelan saja..!” Markus mengingatkan saat Sarah terlihat tak sabar.

Sementara perempuan itu menggenggamnya..
Dia menyelipkan tangan untuk menangkup kedua payudara Sarah yang menggantung indah.
Rasanya begitu nikmat.. lembut dan hangat, juga sangat kenyal hingga sanggup mengisi keseluruhan tangannya.

Markus menemukan putingnya dan dengan lembut menggosok benda mungil itu.
Ia menggulirkannya di antara dua jari dan menarik-nariknya lembut dikala sudah tak tahan.

“Ahh..” terdengar Sarah mengerang lembut.. dan mengocok batang penis Markus sedikit lebih keras.
Di depan perahu.. Prayoga juga sudah membelai dan menciumi payudara Miranda.

Membuat perempuan itu jadi sedikit terengah-engah. Mulutnya ternganga..
Sementara pandangannya turun menatap penis Prayoga yang sudah benar-benar tegak.

Kedua putingnya yang sepenuhnya mengencang menjadi santapan jari laki-laki itu.
Miranda mengulurkan tangan untuk meraih celana dalam Prayoga dan menariknya turun..

Lalu melemparkannya di lantai perahu. Berempat.. mereka sudah telanjang bulat sekarang.
Tampak tak peduli dengan dinginnya cuaca dan banyaknya nyamuk yang mengerumuni.

“Burung yang bagus..!” Miranda mengurut penis Prayoga.
Jemarinya menyikat di ujung, mengusap cairan pre-cumnya yang mengkilap lembut.

Lalu ia bangkit dan dengan penuh konsentrasi.. mulai membungkuk untuk mengambil penis Prayoga..
Kemudian menempatkannya di mulut. Miranda menciuminya..!
“Darimana kita harus mengukur..? Kupikir dari pangkal sini..” ia berkata.

Merasakan lumatan yang begitu fantastis dan nyaris tanpa jeda itu.. membuat Prayoga jadi benar-benar tak tahan.
Pelan ia mengulurkan tangan kiri untuk menangkup payudara kanan Miranda..
dan menyentuh-nyentuh putingnya yang tegak menantang.

“Ahh..” Suara Miranda tercekat.. dia menatap Prayoga dan membelai penisnya semakin cepat.
Lidahnya muncul di bibir ketika mulutnya sedikit terbuka dan mulai melahap batang panjang itu..
Tanpa rasa jijik sedikit pun, jika memang ada.

Sarah yang juga sedang berlutut di kaki Markus, menonton semuanya. Jarak mereka hanya sekitar dua meter.
Prayoga melihat dari sudut mata saat Sarah menyebarkan kakinya sedikit..

Memamerkan bibir vaginanya yang tampak begitu mengundang;
Berwarna merah muda.. dengan belahan kecil dan sangat berkilau, bahkan dalam cahaya lemah langit malam.

“Hanya limabelas centi..!” Miranda menyatakan, dengan nada sedikit mengejek.
Tampak tidak begitu puas. Prayoga hanya bisa menyeringai malu.
“Lumayan, tapi tidak begitu besar..” Sarah menambahkan.

“Punya Markus lebih dari duapuluh centi..!” Dia berteriak gembira.
“Berapa tepatnya..?” Tanya Miranda, sambil tangannya terus mengocok batang penis Prayoga.
“Hampir duapuluh tiga..!” Pekik Sarah.

“Dan diameternya juga cukup bagus, bisa sesak kalau misalnya masuk ke punyaku..”
Katanya serius sambil melingkari penis Markus dengan jari-jarinya.

“Coba saja..!” Miranda tertawa. Prayoga mengerang dan dia tersenyum nakal.
“Pejantanku lebih baik..” Sarah mengklaim.
“Ya, ya..” Miranda mengangguk. “Apalagi kalau bisa nambah menjadi duapuluh lima..!”

Sarah menatap Markus. “Ini masih bisa lebih besar lagi..?” Tanyanya penasaran.
“Mungkin..” katanya menenangkan.
“Tergantung pada usaha Ibu. Tapi kalau cuma dikocok-kocok gitu, seperti tidak bisa..”

“Jadi harus kuapakan..?” Tanya Sarah, meski sudah tau apa jawabannya.
“Emut, Bu..!” Markus meminta. Dan Sarah segera mengabulkannya.

Rasanya begitu nikmat saat dia mulai menjulurkan lidah untuk menjilatinya..
Sambil mengulurkan tangan menangkup kantung telur Markus yang mengencang kuat.

Laki-laki muda itu bersandar di tepian perahu dengan kaki terbuka lebar..
Kepalanya terkulai sambil tangannya tak henti-henti memegangi payudara Sarah yang menggantung indah.

Markus membelainya.. sesekali juga menjepit dan memilin-milin putingnya..
Hingga membuat Sarah mendesah lemas penuh kenikmatan.

“Bagaimana..? Sudah cukup apa masih kurang..?” Tanya Sarah.
“Lanjutkan terus..! Ahh.. enak, Bu..!!” Markus mengerang saat Sarah melarikan lidah di sepanjang batang penisnya..
Sebelum kemudian naik ke kepala dan menjilat lembut pre-cumnya yang menutup lengket di ujung.

Markus jadi mengerang kembali. “Ya Tuhan, nikmatnya..!!”
Sarah tersenyum dan memasukkan ujung tumpul itu ke dalam mulutnya. Markus jadi tambah mengerang.

Apalagi saat dengan lembut Sarah mengangguk-anggukkan kepala untuk mulai mengisapnya perlahan.
“Aduh, ohh.. enak sekali..!!” Hanya itu yang bisa ia katakan.

Markus membiarkan tangannya jatuh ke samping dan hanya berbaring di dasar perahu..
Sementara Sarah terus mengisap batang penisnya.
Sekarang benda itu sudah lebih merah daripada sebelumnya dan mengkilap penuh oleh air liur.

Sarah menatapnya. “Memang lebih besar.. tapi belum duapuluh lima centi. Kurasa aku harus mengulangi lagi..”
Di bawah tatapan senang Markus.. dia membungkuk dan mengisap kembali ujung penis itu.

Sarah melakukannya dengan perlahan.. mengambil sedikit benda panjang itu setiapkali mulutnya menelan.
Tubuhnya setengah terbaring.. hingga Markus bisa mengusapkan tangan di punggungnya..
Membelai di sepanjang tulang belakang, dan akhirnya berdiam di kedua bulatan pantatnya.

Markus membelainya lembut. “Hmmm..” Sarah menggumam dan mengangkat pantatnya ke atas..
Mengundang pemuda itu agar mengulurkan tangan lebih jauh lagi.

Markus menatap sejenak. Ketika Sarah memiringkan tubuh, ia bisa melihat bibir basah vagina perempuan cantik itu;
Tampak terbelah dan berkedut-kedut pelan.. serta seperti senyum yang terbalik.
Malah cenderung cemberut saat Sarah terus menggoyangkan pantatnya sambil tetap mengisap.

Markus mengulurkan tangan dan menelusurkan jarinya ke sana.
Terasa basah dan licin.. juga sangat hangat dan menyenangkan.

Ia menggerakkan jari-jarinya di sepanjang bibirnya yang menggelambir.. mengusapkannya dari atas ke bawah..
Hingga membuat Sarah mengerang dan mengisap sedikit lebih cepat.

“Auww..!” Perempuan itu memekik begitu Markus membelai kuat dan lebih dalam.
Satu jarinya menusuk dan kemudian disusul oleh jari kedua..
Semuanya masuk ke dalam vagina Sarah yang sudah benar-benar basah.

“Oh, yaa.. terus..!!” Markus menggumam.
Penisnya terus meluncur keluar-masuk di bibir tipis Sarah, dan sekarang terlihat lebih menjulang.
Kakinya tersebar luas saat merasakan tangan lain pada batang penisnya.

Ia melihat ke bawah, ternyata Miranda. Diliriknya Prayoga yang ada di depan.
Pemuda itu tampak sudah lemas karena habis orgasme.
Spermanya berceceran di lantai perahu, juga di mulut dan hidung Miranda.

Perempuan itu jadi kelihatan lucu saat ia memutar-mutar lidahnya bergantian dengan Sarah.
“Kok cepat..?” Tanya Sarah sambil melajukan hidung di sekitar kepala penis Markus.

Miranda menatapnya, tersenyum lebar. “Payah..! Baru kuisap sebentar, sudah langsung keluar..!”
Lalu ia menjilat ujung penis Markus seperti es krim.. kemudian menggigit-gigit batangnya dan turun ke skrotum..
sebelum kemudian menjilat perlahan kembali.

“Bener ‘kan, aku tidak salah pilih..” kata Sarah.
“Iya.. seharusnya aku sudah tau..” Miranda tertawa hingga payudaranya bergoyang.

Markus ingin memegangnya, tapi sayang tangannya cuma dua.
Padahal kini dua-duanya sudah terpakai..
Untuk mengobok-obok lorong vagina Sarah dan Miranda yang telah begitu basah.

Jadi.. ia hanya bisa melihat sambil merasakan cairan kental mulai menetes-netes di sepanjang lengannya.
Dan kemudian berubah menjadi aliran besar.

“Aughh..!!” Sarah membeku saat tiba-tiba klimaksnya datang menghampiri.
Ia menjerit sambil menjepitkan vaginanya di sekitar jari-jari Markus.

Kehangatan terasa membungkus dirinya begitu lebih banyak lagi cairannya yang mengalir.
Lagi dan lagi, hingga lorong vaginanya jadi seperti banjir.

Belum selesai dengan kejutan itu.. Markus kembali dibuat gelagapan..
saat merasakan Miranda melepaskan batang penisnya dan merosot merunduk.

Perempuan itu kemudian mengangkang dan meraih penisnya untuk dituntun masuk ke dalam dirinya.
Jlebb..!! “Eh..?” Markus tertegun. Dengan cepat alat kelamin mereka saling mengisi dan bertaut erat, nikmat sekali.

Lorong vagina Miranda yang meski tidak sempit-sempit amat.. namun tetap terasa menggigit.
Membuatnya jadi tak tahan dan mengerang lembut.

”Aghh..!!” Miranda juga turut mengerang.. karena dia juga merasa sangat keenakan.
Tak menunggu lama, dia mulai menggoyang. Lambat pada awalnya.. tapi kemudian mulai bergerak lebih cepat.

Markus mengulurkan tangan untuk menangkup payudara perempuan itu.
Ia membolak-balik putingnya, memilinnya dengan sangat gemas.

Payudara kiri Miranda terasa licin akibat dari sperma Prayoga yang menempel di sana.
Markus meratakannya, dan dia mulai merasakan tekanan besar.

Sepertinya klimaksnya akan segera datang.
Persetubuhan pertama selama hampir empat bulan menganggur membuatnya jadi tak bertahan lama.

Markus memandangi Miranda, yang menaruh tangan di antara kedua kakinya.. meraba dirinya sendiri.
Padahal sudah ada batang penis panjang yang memenuhi lorong vaginanya.

Mata perempuan itu setengah terpejam, jari-jarinya yang lentik melengkung di vagina, tepatnya ke biji klitorisnya.
“Ahh..!!” Markus menggeram. “Aku mau keluar..!”
Ia merasakan aliran air mani mulai bergerak menuju ujung penisnya.

“Semprotkan semua..! Penuhi aku dengan milikmu..!!”
Clebb.. Jlebb..!! Miranda menekan penis panjang Markus hingga jadi terbenam kuat.

Membungkuk dan meraih dada wanita itu, Markus menahan pinggulnya.
Pahanya menutup ketika cairan kental datang memenuhi celah kewanitaan Miranda. Cratt.. cratt.. crattt.. crattt..!!

Cairan itu terus menyembur, lagi dan lagi, sampai ia tak dapat lagi menghitung jumlahnya.
Yang jelas sangat banyak sekali. Sampai penisnya seakan mati rasa. Dan akhirnya berhenti, benar-benar berhenti.

“Hah.. hah..” berkeringat, Markus terduduk terengah-engah.
Tak satu pun dari mereka mengatakan apa-apa.. hanya terdengar desah napas berat yang saling bersahutan.

Miranda akhirnya meluncur turun dan duduk di samping Markus, meringkuk berpelukan lengan dengan Sarah.
Mereka tersenyum dan mencium Markus bergantian.

Laki-laki itu tampak sangat puas bisa memiliki dua perempuan cantik telanjang yang bisa melayani nafsunya.
Sepertinya mulai sekarang, mereka akan lebih sering lagi melakukannya.

Mereka duduk cukup lama untuk memulihkan napas dan tenaga.. sebelum kemudian kembali mengenakan pakaian.
Udara dingin dari aliran sungai membuat Sarah dan Miranda merasa tidak nyaman untuk terus bertelanjang tubuh.

“Sebenarnya.. aku ingin berbaring di sini sepanjang malam dan bercinta lagi dan lagi dengan kalian.
Tapi demi keamanan.. lebih baik kita tidak melakukannya..” kata Markus.

Sarah mengangguk. “Ya, kalau kita tak mau terjebak di jeram berbahaya..”
“Kita bisa melakukannya lagi besok..” dukung Miranda.

Sambil tersenyum.. Markus bangkit dan membungkuk untuk mengambil celana pendeknya.
Jari-jarinya masih gemetar saat ia memasangnya kembali, tapi ia berhasil.

“Kau..” kata Miranda kepada Prayoga.
“Berlatihlah lebih giat, atau kami tidak akan mengajakmu lagi..!” Lembut ia mencium bibir pemuda itu, dan tersenyum.

“Akan kuuusahakan..” Prayoga menjentik satu puting Miranda yang masih belum tertutup sempurna.
Lalu dengan hati-hati ia mengarahkan perahu agar dapat menyusul rombongan Erick yang sudah melaju menjauh.

Melihat sekeliling, ia mengeluarkan sepucuk senapan dan mengisinya dengan peluru-peluru gemuk pendek berwarna kuning.
Saat bersenang-senang telah berlalu, kini waktunya untuk kembali bersikap serius.

“Untuk apa itu..?” Tanya Miranda.
“Gajah..” jawab Prayoga.
“Apakah mereka berbahaya..?” Tanya Sarah.
“Kalau malam, mudah-mudahan tidak..” balas Prayoga. “Tapi biasanya, ya..”

Gajah adalah binatang terbesar di Kalimantan, mereka hidup dalam kelompok..
dengan delapan sampai empatbelas anggota, terdiri atas satu pejantan dewasa, beberapa betina, serta anak-anak.

Meski berbadan gemuk dan berpenampilan menggelikan.. gajah bertabiat kasar dan galak.
Gajah jantan dapat mencapai panjang 4,2 meter dan beratnya hampir lima ribu kilogram.

Tapi jika sedang menyerang.. ia sanggup berlari cukup kencang untuk ukuran binatang sebesar itu.
Kedua gadingnya amat tajam.. dan ia menyerang dengan cara menusuk.

Yaitu dengan menggerak-gerakkan mulutnya ke depan. Juga melilit dengan menggunakan belalainya yang panjang.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------------
 
:woot: .. irahiniD dooG
eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Part 3 n 4 Cerita 116..
Sialkan dikenyot.. nyott.. :nenen:
 
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------

Cerita 116 – Ekspedisi Borneo

[Part 05]

Pertarungan antara dua gajah
jantan sering berakhir dengan kematian akibat luka tusuk yang dalam.
Binatang itu juga berbahaya bagi manusia.

Di daerah yang dihuni kawanan gajah liar.. setengah dari kematian penduduk pribumi disebabkan oleh gajah.
Sisanya oleh buaya dan kucing pemangsa.

Orang yang berhadapan dengan gajah yang sedang berada di darat dan hendak ke sungai biasanya tidak selamat.
Namun gajah berperan besar dalam ekologi sungai Kapuas.

Tinjanya.. yang dihasilkan dalam jumlah besar. Merupakan pupuk bagi rerumputan sungai..
Dan ilalang ini menjadi tempat tinggal ikan dan makhluk-makhluk lain.
Tanpa gajah.. sungai-sungai di Kalimantan akan steril dan mati.

Selain ini.. masih ada satu hal yang diketahui.
Gajah termasuk binatang yang tidak mentolerir ancaman terhadap wilayah kekuasaannya.

Tanpa kecuali.. gajah jantan mempertahankan teritorinya terhadap setiap pengganggu.
Dan ini meliputi gajah-gajah lain.. binatang yang besarnya sama, dan orang-orang yang kebetulan lewat.
-------ooOoo-------

Erick mempunyai dua alasan untuk meneruskan perjalanan pada malam hari.
Pertama, ia berharap dapat mengejar waktu.

Melayari sungai di bawah cahaya bulan tidak membutuhkan usaha tambahan.
Mereka tidak perlu berhenti untuk tidur.

Istirahat bisa dilakukan di atas perahu, dan pada waktu fajar menyingsing..
Mereka telah menempuh jarak 75 sampai 90 kilometer, tanpa terasa.

Tapi yang lebih penting lagi.. Erick berharap dapat menghindari kawanan gajah di Sungai Kapuas..
yang dengan mudah bisa menghancurkan perahu-perahu karet mereka.

Pada siang hari.. kawanan gajah biasa berendam di kubangan di pinggir sungai..
dan para pejantan pasti akan menyerang setiap perahu yang lewat.

Pada malam hari.. saat udara sudah cukup dingin.. binatang-binatang itu akan mencari makan di darat.
Rombongan bisa mengelakkan konfrontasi dan lewat dengan aman.

Rencana Erick memang cerdik, namun terancam gagal.. karena aIasan yang sama sekali di luar dugaan..
– Mereka melaju terlalu kencang di sungai, sehingga terlalu cepat tiba di bagian yang dihuni kawanan gajah.

Pukul tujuh.. mereka sudah sampai di daerah itu; terlalu dini bagi gajah untuk naik ke darat.
Udara masih terlalu lembab.. binatang-binatang itu akan menyerang dalam kegelapan.

Sungai Kapuas meliuk-liuk bagaikan ular.
Dan di setiap tikungan terdapat kolam dangkal yang oleh Erick dikatakan sebagai tempat mandi gajah.

Ia juga menunjuk rerumputan di kedua tepi sungai yang tampak pendek, seolah-olah baru dipangkas.
“Sebentar lagi..” ia berkata. Mereka mendengar suara mendengkur rendah..
seperti orang tua yang hendak membuang dahak.

Erick langsung waspada. Arus sungai membawa mereka melewati satu tikungan lagi.
Perahu Prayoga memang sudah mendekat, tapi masih terpisah sekitar sepuluh meter.

Erick bersiap dengan senapan di tangan. Suara itu terdengar lagi, kali ini nadanya lebih tinggi.
Erick mengukur kedalaman sungai. Dayungnya masuk hanya semeter kurang sebelum membentur dasar.

“Dangkal..” ia berkata sambil menggelengkan kepala.
“Gawatkah ini..?” Tanya Prof. Darmaji.
“Ya, saya kira ini gawat..”
Mereka melewati tikungan berikut dan di tepi sungai.

Clara melihat setengah lusin batu hitam dengan sulur-sulur panjang yang menyemburkan air..
menyembul dari permukaan, berkilau-kilau dalam cahaya bulan.

Sekonyong-konyong salahsatu ‘batu’ terangkat, dan Clara melihat makhluk besar itu muncul dari air dangkal.
Serta-merta gajah itu menerjang perahu mereka. Erick menembakkan suar magnesium.

Dalam cahaya putih yang terang benderang.. Clara melihat mulut merah dengan dua gading tajam dan belalai lebar.
Sedetik kemudian, gajah itu telah terselubung awan gas berwarna kuning pucat.

Gas itu terbawa angin ke arah depan, membuat mata mereka perih. “Dia memakai gas air mata..” ujar Sophia.
Perahu Erick sudah.. lewat. Sambil mengaum kesakitan, gajah jantan itu menyelam dan menghilang dari pandangan.

Para penumpang perahu kedua berjaga-jaga sambil mengedip-ngedipkan mata.
Suar magnesium tadi mendesis dan menukik, menghasiIkan bayangan yang semakin lama semakin panjang.

“Mudah-mudahan binatang itu takut..” kata Miranda. Suasana hening, permukaan sungai pun tampak tenang.
Namun tiba-tiba haluan perahu terdorong ke atas, gajah itu meraung dan Miranda menjerit.

Prayoga terempas ke belakang. Senapannya meletus ke udara. Air bercipratan ke segala arah.
Markus cepat-cepat berdiri untuk memeriksa keadaan Sarah dan Miranda.

Ketika mengangkat kepala..
ia menatap ke dalam belalai raksasa yang melecut cepat dan merasakan embusan napas panas.

Belalai itu menghunjam sambil bergerak menyamping.
Dua gading merobek lambung perahu karet, dan seketika terdengar bunyi mendesis.

Belalai itu ingin menyambar lagi..
Tapi Prayoga sudah bangkit dan menembakkan awan gas yang menusuk-nusuk mata.
Gajah itu segera mundur dan kembali menyeIam.

Gerakan mendadak tersebut mengguncangkan perahu dan mendorongnya menjauh.
Seluruh sisi kanan perahu mengempis dengan cepat.

Markus mencoba menutupi lubang-lubang yang menganga dengan kedua tangan.. namun usahanya sia-sia.
Dalam waktu tak lebih dari satu menit, mereka akan tenggelam..!

Gajah jantan di belakang mereka terus mengejar.. membelah air bagaikan anak panah sambil menggeram murka.
“Pegangan.. pegangan..!” Prayoga berseru.. lalu kembali melepaskan tembakan.

Gajah itu hilang di balik awan gas, dan perahu mereka meIewati tikungan berikut.
Ketika awan gas menipis, binatang itu sudah lenyap.

Suar magnesium jatuh ke air, dan sungai kembali diselubungi kegelapan.
Sarah mencengkeram Miranda ketika perahu mereka tenggelam.. dan mereka berdiri di air berlumpur sedalam lutut.

Mereka berhasil menarik perahu ke tepi sungai yang gelap. Erick menyusul dengan perahu satunya.
Ia mengamati kerusakan yang terjadi.

“Tampaknya, kita harus menggunakan perahu cadangan agar dapat melanjutkan perjaIanan..”
Ia lalu menyuruh mereka beristirahat sebentar sebelum kemudian menyuruh Markus mempersiapkan semuanya.
----oOo----

Sophia menggigil. Ia merapatkan mantelnya dan menunggu sampai badai hujan berhenti.
Mereka meringkuk di bawah pohon-pohon raksasa pada ketinggian 2.400 meter di lereng pegunungan.

Saat itu pukul 10.00.. dan suhu udara sekitar 20°C.
Lima jam sebelumnya.. mereka meninggalkan sungai dan menembus hutan tropis yang Iembap dan bersuhu 38°C.

Clara duduk di samping Sophia.
Ia memperhatikan butir-butir air seukuran ujung pensil menerobos dedaunan dan jatuh ke rumput.

Semula ia sudah tak sabar untuk melepaskan diri dari udara panas hutan tropis..
Tapi setelah mulai mendaki lereng gunung, semangatnya segera terkikis habis.

“Ya ampun..” Clara mengeluh. “Semalam gajah, sekarang hujan sialan ini..”
Hujan mendadak berhenti, seakan-akan mendengar keluhan itu. “Oke..” ujar Erick. “Kita jalan lagi..”

Di ketinggian 1.700 meter, hutan cemara berakhir dan mereka melintasi padang-padang rumput..
Yang diselubungi kabut dingin. Udara lebih tipis, Clara dan Sophia berulangkali menuntut istirahat.

Namun Erick tidak memedulikan keluhan mereka.
“Apa yang kalian harapkan..?” ia berkomentar dengan ketus. “Ini gunung. Gunung memang tinggi..”

Ia bersikap keras.. terutama terhadap Sophia yang tampaknya paling cepat letih.
“Tapi aku capek..” gadis itu berkata dengan nada menantang.

“Kita bahkan belum sampai di bagian yang sulit. Perjalanannya baru muIai menarik setelah 2.300 meter.
Kalau berhenti sekarang.. kita takkan mencapai puncak sebelum malam.
Dan itu berarti kita kehilangan satu hari penuh..”

“Masa bodoh..!” Sophia menyahut, lalu menjatuhkan diri ke tanah. Napasnya tersengal-sengal.
“Dasar perempuan..” Erick mencibir, kemudian tersenyum ketika Clara mendeIik ke arahnya.

Tapi selain mengejek dan memarahi mereka, Erick juga pandai membesarkan hati..
– hingga entah bagaimana berhasil membuat mereka maju terus.

Di atas ketinggian 2.000 meter, rumput digantikan oIeh hamparan lumut.
Di sana-sini mereka menemui pohon-pohon rindang berdaun tebal..
yang tiba-tiba-saja muncul dari balik kabut keIabu.

Antara 2.000 meter dan puncak gunung tidak ada tempat berlindung..
Dan karena itulah Erick terus memacu mereka.

Matahari muncul ketika mereka mencapai ketinggian 2.300 meter.
Langit cerah dan berwarna biru tua..
Dan mereka menikmati pemandangan bagian seIatan barisan Pegunungan.

Tigaratus meter terakhir merupakan bagian perjalanan paling berat..
Terutama bagi Sophia yang seperti sudah benar-benar kehabisan tenaga.

Pukul 17.00 mereka tiba di puncak.. menatap cekungan selebar duabelas kilometer..
di tengah-tengah lembah gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi.

Miranda mendesah kecewa.. karena semuanya hanya berupa bebatuan dan padang rumput kelabu.
“Mana intannya..?” Ia bertanya.
“Tunggu sampai nanti malam..” ujar Prof. Darmaji.

Dan benar.. malam itu mereka melihat sinar dan cahaya biru menyelinap..
membara di celah-celah bebatuan yang retak-retak dan gelap.
Angin yang mendesis-desis semakin cemerlang warnanya ketika naik ke udara.

Di tepi lembah.. tenda-tenda mereka memantulkan cahaya biru yang terpancar ke langit, indah sekali.
Gugus awan di sebelah barat tampak keperakan..

Sementara hutan Kalimantan membentang berkilo-kilometer di bawahnya.
Jika semuanya berjalan lancar, besok mereka sudah mulai bisa menggali.

Dalam keadaan lelah luar biasa, mereka beranjak tidur.
Erick berjalan mengelilingi tenda untuk memastikan semua benar-benar aman.

Saat mendekati tenda para wanita.. ia melihat Sarah dan Miranda yang bersiap berbaring.
Mereka tersenyum aneh.. seperti ingin meledak Erick, sebelum kemudian menutup pintu tenda.

“Selamat malam..!” Erick melambaikan tangannya. Ia sudah akan berbalik ke tendanya..
ketika Clara menegurnya dengan suara yang sangat ceria dan mengedip malu-malu.

“Indah sekali malam ini..” kata gadis itu.
“Lho.. kamu tidak beristirahat..?” Tanya Erick heran.

Dan matanya langsung terpana begitu menatap pemandangan indah yang ada di depannya.
Malam itu Clara mengenakan kaus tebal yang cukup longgar..
Tapi goyangan dadanya menunjukkan bahwa sama sekali tidak ada bra di baliknya.

Kakinya yang panjang dan putih dibalut oleh celana pendek merah..
Yang pasti akan membuat ia menggigil di udara pegunungan yang cukup dingin ini.
“Sebentar lagi..” katanya menyeringai.

Erick segera mengikuti gadis itu yang sekarang melenggang ke menuju sisi jurang..
untuk menatap hamparan hutan gelap yang membentang luas di bawah mereka.

Erick harus mengakui bahwa ia masih merasa agak terangsang..
Setelah petualangan malam sebelumnya bersama Sophia.. Sarah dan Miranda saat mandi di sungai.

Dan kini.. duduk di sebelah Clara yang sendirian, perasaan itu entah kenapa jadi muncul kembali.
“Kamu tidak kedinginan..?” Tanya Erick.

Clara tertawa dan berkata dengan suara rendah.. “Kalau memang kedinginan, lalu kamu mau apa..?”
Erick ikut tertawa. “Jangan memancing. Aku bisa menyeretmu ke belakang semak sekarang..”

“Tidak mau ah..” Clara menggerutu.. “Di sana gatal. Aku lebih suka di sini, jika kau tau maksudku..”
Erick tertawa terbahak-bahak. “Nakal juga kau..” Clara menatap sayu, tapi tidak meneruskan kata-katanya.

Malam terasa semakin dingin dan serangga yang berdengung di pohon-pohon menambah suram suasana.
“Ayo balik..” Erick menyentuh lengan Clara.

Gadis itu menoleh kaget dan tiba-tiba.. dengan setengah membungkuk..
Lalu mencengkeram pergelangan tangan Erick dan menariknya ke dalam pelukan.

“Hei..!” Erick berbisik terkejut.. tapi langsung terdiam begitu tangan Clara berada di sekitar lehernya..
dan dia berkata.. dengan bibirnya yang lembut hanya berjarak beberapa centi dari telinga Erick.

“Aku sudah menunggu saat-saat ini lama sekali. Aku sengaja mengajakmu datang ke sini agar ..”
Bibirnya yang hangat terbuka dan lidahnya dengan nakal menyelinap menggelitik telinga Erick.

Tak membantah.. Erick menariknya lebih dekat dan memeluknya semakin erat.
Tubuh Clara terasa hangat, kulitnya halus seperti sutra.

Ia melingkarkan tangan di bawah tulang punggung gadis itu dan membelainya mesra.
Lalu pelan menyelipkan tangan ke dalam celananya yang pendek kemudian meremas-remas pantatnya..
Menjalankan jari di sepanjang celahnya yang curam.

“Ahh..!” Clara mengerang.. dan menahan selangkangannya terhadap milik Erick.
Erick bisa mencium bau harum dari tubuh gadis itu.. yang begitu membangkitkan gairah seksualnya.

Mereka berciuman dengan tergesa-gesa..
Tangan saling menjelajahi, membelai dan mengusap-usap satu sama lain.

Sedikit bersandar.. Clara meraih ke bawah untuk perlahan-lahan melepas celana Erick.
Penisnya yang sudah mengeras tampak berdiri bergetar.. berdenyut begitu keras..
dengan cairan bening menetes dari ujungnya yang tumpul.
“Oh, besarnya..!” Seru Clara meraihnya dengan dua tangan dan membelainya mesra.

Ia menggelitik telurnya menggunakan ujung jari.. sementara tangan yang lain bekerja di batangnya yang tebal.
Seperti ingin memerah lebih banyak ;agi cairan pre-cumnya.

Penis Erick membengkak lebih parah, mengubah warnanya dari merah keunguan menjadi lebih gelap.
“Auhh..!” Erick mengerang dan Clara tersenyum nakal.

Gadis itu mencondongkan badan ke depan..
Kemudian dengan sangat lembut melajukan lidahnya di sekitar ujung penis Erick.

Clara mengumpulkan cairan pre-cum ke dalam mulutnya, dan menelannya..!
Lalu ia menjilat bibirnya dan menatap Erick sambil tersenyum.. sebelum kemudian berdiri untuk menciumnya.
Lidah mereka menari, memutar-mutar, serta bergeser-geser.

“Hmm..” Erick mengulurkan tangan di sepanjang sisi tubuh Clara..
Mengagumi teksturnya yang halus sekaligus juga panas.

Meski udara teramat dingin.. tapi mereka berdua mulai berkeringat..
Yang mana itu malah membuat semuanya jadi lebih menarik.

Erick perlahan-lahan menarik celana Clara ke bawah. Gadis itu melenguh dan bersandar lemas..
saat Erick membenamkan wajah dan menjentikkan lidah di dalam liang vaginanya.

Clara balas mencengkeram batang penis Erick.. dan menggosokkan kepada dirinya seperti yang Erick lakukan.
Sungguh sensasi yang sangat menyenangkan bagi mereka berdua.

“Sebenarnya, kita tidak boleh melakukan ini..” Setengah berbalik, Erick berdiri dan bergeser ke belakang Clara.
“Ah, kenapa..?” Clara bergidik..
Merasakan batang penis Erick yang tertahan di pipi pantatnya dan bergerak ke atas dan ke bawah.

“Penjelajahan tidak boleh dicampuri dengan nafsu dan gairah, atau kita akan celaka..” jawab Erick dengan suara serak.
“Tapi aku sudah sangat panas, kau telah membuatku terangsang..” sahut Clara.

“Iya, tetapi ..” Erick mengerang bingung..
“Sudah, diamlah..!” Gumam Clara saat mereka terus saling bergesekan satu sama lain.

Tidak membantah lagi, Erick mengulurkan tangan ke pantat bulat Clara.
Lalu bergeser ke pinggul dan punggungnya, dan tanpa kesulitan melepas atasan gadis itu..
serta menjatuhkannya ke tanah untuk digunakan sebagai alas.

Erick memeluk mesra saat Clara bersandar ke tubuhnya.
Ia tangkup payudara gadis itu dan meremas-remasnya lembut. Rasanya begitu empuk dan kenyal..

Telapak tangannya terasa begitu menyenangkan saat menggenggam dan membelai-belai kedua putingnya.
“Ah.. cepat..! Setubuhi aku..!” Clara mulai mengerang.

Erick membalik tubuh gadis itu hingga sekarang mereka bersimpuh saling berhadapan.
Mereka berpelukan lagi.. lalu saling mencium dan menggosok tubuh secara bersama-sama.

Payudara Clara terasa hangat di dada Erick.. putingnya yang tegak menggesek lembut..
saat Clara menggerakkannya bolak-balik melintasi dada Erick.

“Oh, Tuhan..!” Erick mengerang.. dan segera mendesak maju..
Hingga Slebbbb..!! Perlahan batang penisnya meluncur ke dalam liang vagina Clara.

“Ahh..!!” Gadis itu ikut mengerang.. merasakan gelusuran batang kejal di liang vaginanya.
Kemudian.. masih duduk berpelukan di sana, perlahan-lahan mereka mulai saling menggoyang.

Sambil mendorong maju.. Erick merebahkan tubuh telanjang Clara di atas tanah, lalu menindihnya.
Alat kelamin mereka masih tetap saling bertaut erat.

Menguatkan diri dengan menggunakan tangan, Erick membungkuk dan mencium gadis itu.
Lidahnya menelusuri di sepanjang tenggorokan Clara.. lalu ke dadanya.. menggigit di antara kedua bulatannya.
Dan kemudian menyeret bibirnya di ujung putingnya yang mungil memerah.

“Ahh..!!” Clara menggeliat saat Erick mengisap putingnya, sambil pinggulnya terus menusuk semakin dalam.
Bibir vaginanya telah terkuak lebar, sementara liang tengahnya telah jadi begitu basah dan lengket.

Mereka berdua jadi sangat bersemangat sekarang.
Pompaan yang awalnya perlahan, telah berubah menjadi lebih cepat. Juga begitu dalam dan kuat.

Clara membungkuskan kaki-kaki jenjangnya di sekitar pinggul Erick..
Menekankan bagian belakang pantatnya hingga membuat tusukan laki-laki itu jadi lebih terasa.

Mereka melambat sedikit ketika Erick merasakan tekanan hangat di sekitar batang penisnya.
Clara mulai terkejang-kejang dan tubuh mulusnya melengkung ke belakang.

Dari liang vaginanya meluncur sebentuk cairan hangat. Ah.. gadis itu sudah orgasme rupanya. Cepat sekali.
Masih dengan penis menegang.. Erick menekan jauh di dalam liang vagina Clara.

Mereka berdua bergoyang dalam ekstasi..
Sampai akhirnya Clara menggelepar dan berbaring tak berdaya di bawah.
Napasnya terengah-engah, sementara tubuhnya penuh oleh keringat.

“Enak..?” Erick mencium bibir gadis itu.
Clara mengangguk dan mereka tetap berbaring di sana selama beberapa menit.

Penis Erick masih menancap dalam..
Dan kemudian dia mulai menggoyang lagi saat dilihatnya Clara mulai sedikit rileks.
Awalnya lambat karena Erick ingin menghidupkan kembali gairah putri konglomerat itu.

Mereka bergoyang perlahan-lahan.. dan kemudian berguling.. sehingga sekarang Clara yang berada di atas.
Erick tak berkedip menatapnya. Rambut Clara yang diikat ekor kuda terlihat basah oleh keringat.

Begitu juga dengan bahu dan gundukan payudaranya. Bukit kembar itu nampak mengkilap dan basah.
Bahkan satu tetesan keringat nampak mengalir menuruni putingnya..
Menggantung kaku di sana seperti setetes embun.

“Ahhm..” Erick membungkuk untuk menjilatnya.
Ia cicipi kekenyalan puting itu dengan ujung lidahnya; terasa asin tapi juga teramat menyenangkan.

Berikutnya.. mereka mulai bercinta lagi. Kembali Erick menikmati licinnya lubang lembab milik Clara.
Semakin ditusuk.. benda itu menjadi semakin basah.. dan akhirnya membanjir menuju orgasme berikutnya.

Tidak ingin ketinggalan, Erick pun segera menyusul.
Di saat Clara masih terkejang-kejang, ia ikut menyemburkan cairan maninya.

Crett.. crett.. crett.. crett..!! “Hmm.. ahh..!” Erick mendorong semuanya, mengurasnya hingga tetesan terakhir.
Setelah itu baru ia meluncur terpisah dan berbaring terengah-engah di samping Clara.

“Aku suka caramu dalam bercinta..!” Clara berkata.
Erick berguling dan menatapnya. “Kamu juga tidak buruk-buruk amat..”

Mereka tersenyum dan kemudian Erick berkata. “Sekarang.. kurasa sudah waktunya untuk balik ke tenda..”
“Iya, tapi kamu duluan..” kata Clara.

Erick segera memakai celananya kembali, juga mengambil kaus dan jaketnya..
Lalu memberi Clara ciuman dalam-dalam dan kemudian mengantar gadis itu ke tendanya.

Semua sudah terlelap.
Clara terpaksa harus menyelinap pelan dengan pakaian seadanya kalau tidak ingin membikin keributan.

Setelah menutup pintu tenda, Erick berjalan balik menuju rerumputan.
Dia sudah menghantarkan tikar parasut di sana.

Sementara yang lain tidur..
Ia harus tetap bersiaga untuk berjaga-jaga dari segala kemungkinan serangan binatang buas.

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------------
 
Bimabet
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------

Cerita 116 – Ekspedisi Borneo

[Part 06]

Paginya.. mereka sarapan dengan tenang..

Bahkan menyempatkan diri untuk sejenak bersantai di bawah sinar matahari.

Baru pada pukul 10.00 mereka mulai menuruni lereng ke arah cekungan lembah.
Berhubung lereng barat tak dapat dilewati karena terlampau curam, mereka harus memutar sejauh 750 meter.

Dari sana.. mereka bisa mencapai lengkungan alamiah setinggi 45 meter dengan sisi begitu licin..
sehingga tampak seperti dipoles.
Angin segar bertiup melalui lengkungan itu, dan di bawahnya mereka melihat hutan yang hijau.

Mereka berhenti untuk beristirahat sejenak.. dan Miranda segera memeriksa lengkungan tersebut.
Memang ada kandungan intan, tapi hanya sedikit. Sumber terbanyak tetap ada di bagian dasar lembah.

Dari situ, mereka turun dengan cepat dan memasuki daerah bekas aliran longsoran yang telah mengering.
Di sini mereka menemui lubang-lubang bercorak biru di lereng gunung..
dengan kedalaman antara 150 sampai 180 sentimeter.

Miranda langsung memasang peralatannya untuk menguji area tersebut.. ia tampak bersemangat sekali.
Sementara rombongan yang lain beristirahat.
Namun baru juga meletakkan punggung, mereka sudah dikejutkan oleh suara gemuruh yang memekakkan telinga.

“Suara Orangutan..” ujar Erick.
“Orangutan jantan yang hendak mengusir musuhnya..”

“Apa mereka tak mau kita di sini..?” Tanya Sarah.
“Kita harus jalan terus, kita sudah sampai di tempat ini..” Miranda berkata.

“Ya.. mereka memang tidak mau kita datang. Tapi asal tidak berlaku jahat, sepertinya tidak apa-apa..”
Erick berusaha menenangkan. Tapi Sarah menatapnya dengan pandangan kosong..
Lalu menggeleng-gelengkan kepala, seakan-akan tidak memahami maksudnya.

Mereka sedang melintasi lapangan terbuka di tengah-tengah lembah, ketika seekor Orangutan jantan muncul..
dari balik semak belukar dan berdiri di atas kedua kaki belakang..
sambil melenguh keras-keras untuk menggertak mereka.

Prayoga berada paling depan, sebab Erick pergi ke belakang untuk membantu Sophia dengan barang bawaannya.
Ia melihat enam Orangutan duduk di tepi lapangan.. sosok-sosok merah di depan corak kehijauan..
semuanya memperhatikan orang-orang yang mengusik ketenangan mereka.

Beberapa betina memiringkan kepala sambil merapatkan bibir untuk memperlihatkan ketidaksenangan.
Orangutan jantan tadi kembali melenguh. Ia berbadan besar dengan punggung berbulu perak.

Tinggi badannya lebih dari 180 sentimeter..
Dadanya yang bidang menunjukkan bahwa beratnya lebih dari dua ratus kilogram.

Ketika melihatnya.. Prayoga langsung paham kenapa para penjelajah Kalimantan zaman dulu..
menganggap Orangutan sebagai ‘orang berbulu'..
Sebab makhluk gagah itu memang menyerupai manusia raksasa, baik dari segi bentuk mau pun ukuran.

Prof. Darmaji, yang berada di belakang Prayoga, berbisik, “Apa yang harus kita lakukan..?”
“Tetap di belakang saya..” Prayoga berpesan.. “Dan jangan bergerak..”

Orangutan jantan itu kembali berjalan dengan keempat kaki..
lalu mengeluarkan suara ho-ho-ho yang bertambah keras sewaktu ia bangkit lagi sambil mencabut-cabut rumput.
Batang-batang rumput itu dilemparnya ke udara, kemudian ia mulai memukul-mukul dada dengan telapak tangan.

“Oh, gawat..” Prayoga bergumam.
Adegan itu berlangsung beberapa menit, kemudian Orangutan itu kembali merangkak. Ia berlari menyamping..
melintasi rumput sambil memukul daun-daun dan bertingkah seribut mungkin untuk menakut-nakuti para pengganggu.

Akhirnya ia kembali mengeluarkan suara ho-ho-ho.
Orangutan jantan itu menatap Prayoga, seakan-akan menyangka Prayoga akan kabur terbirit-birit.

Ketika melihat Prayoga diam saja, ia langsung bangkit, memukul-mukul dada, dan melenguh lebih keras lagi.
Kemudian ia menyerang..!! Sambil melolong ia menerjang ke arah Prayoga.

Prayoga mendengar Prof. Darmaji menahan napas di belakangnya. Ia ingin berbalik dan melarikan diri..
nalurinya pun mendorongnya berbuat demikian..
Namun ia memaksakan diri tidak bergerak dan menundukkan kepala.

Ketika menatap kakinya sambil mendengarkan Orangutan jantan itu menerobos semak-semak.
Prayoga mendadak waswas bahwa segala pengetahuan teoritis yang diperolehnya dari buku-buku ternyata keliru.
Bahwa segenap pengetahuan para ilmuwan mengenal Orangutan tidak benar.

Ia membayangkan binatang raksasa itu berlari menghampiri calon korbannya..
Orang yang begitu bodoh hingga mempercayai segala omong kosong ilmiah yang tercetak dalam buku-buku.

Suasana hening. Orangutan itu –yang tentunya sudah berada di dekat Prayoga..– mengeluarkan bunyi mendengus..
Dan Prayoga melihat bayangan binatang tersebut di rumput di hadapannya.
Tapi ia tetap berdiri dengan kepala tertunduk, sampai bayangan itu bergerak menjauh.

Baru kemudian Prayoga berani menoleh. Ia melihat Orangutan itu berjalan mundur ke tepi lapangan..
Lalu berbalik dan menggaruk-garuk kepala dengan bingung..
Seakan-akan heran gertakannya tidak berhasil mengusir para pengganggu.

Sekali lagi Orangutan itu memukul tanah, kemudian menghilang di tengah ilalang bersama kelompoknya.
Suasana di lapangan tetap sunyi, sampai Sarah ambruk ke pelukan Prayoga.

“Bagus sekali, kawan..!” Erick menghampiri mereka dan menepuk-nepuk lengan Prayoga.
“Tenang. Mereka takkan menyerang, kecuali kalau kita melarikan diri..” kata Prayoga kepada Sarah.

“Kalau kita kabur.. mereka akan menggigit pantat kita sebagai tanda.
Itulah cap untuk pengecut di kalangan kawanan Orangutan..”

Sarah terisak perlahan.. sementara lutut Prof. Darmaji tampak gemetaran; ia langsung terduduk lemas di tanah.
Semuanya terjadi begitu cepat..
Sehingga baru beberapa saat kemudian mereka sadar bahwa tanah di bawah kaki mereka berkersak-kersik ketika diinjak.

Mereka menyibakkan daun-daun dan melihat pecahan-pecahan tulang berwarna putih berserakan bagaikan karpet.
“Apa ini..?” Ujar Miranda.
Ia langsung melirik ke arah Erick untuk mengetahui reaksinya, namun laki-laki itu tampak sama-sama bingung.

Erick mengangkat kakinya dari pecahan-pecahan tulang yang tajam, lalu memberi isyarat..
“Kita datang ke tempat yang buruk..”
“Seburuk apa..?” Kejar Miranda.

“Ini tulang-belulang..!” Seru Erick yang sedang mengamati dasar hutan.
“Benar..” ujar Sarah cepat-cepat.. “Tapi bukan tulang manusia. Bukan begitu, Prof..?”

Prof. Darmaji pun memandang ke bawah. Ia melihat sisa tulang-belulang dari sejumlah spesies..
Meski pun tidak sanggup mengidentifikasi salahsatunya. “Tampaknya memang bukan..” ia sependapat.

Namun Erick mengabaikannya. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah bahwa..
sebagian besar tulang berasal itu berasal dari binatang-binatang yang relatif kecil:
Burung.. monyet, dan binatang pengerat.

Namun ada juga yang sesungguhnya merupakan retakan dari binatang yang lebih besar..
kendati sukar untuk memastikan seberapa besar. Barangkali monyet-monyet besar..
–hanya saja tak ada monyet besar di sekitar sini. Ini wilayah Orangutan, jadi ..

Erick melihat pecahan tulang tengkorak dengan tulang alis menonjol.
Ia memungutnya dan mengamatinya dari berbagai arah.
Tak salah lagi.. memang pecahan tengkorak Orangutan.

Ia meraba-raba tulang tebal itu. “Bagaimana menurutmu..?”
Miranda menyapanya dengan suara bernada tegang dan mendesak.. “Bukan tulang manusia ‘kan..?”

“Iya, bukan tulang manusia..” Erick menyahut sambil merenung.
Apa yang sanggup meremukkan tengkorak Orangutan..?
Kejadiannya tentu setelah Orangutan itu mati
.. ia berkata dalam hati.

Orangutan itu mati, dan bertahun-tahun kemudian tulang-belulangnya remuk karena satu atau lain hal.
Mustahil kepalanya remuk waktu ia masih hidup.

“Bukan tulang manusia..” Erick mengulangi sambil memandang ke bawah.
“Banyak tulang berserakan, tapi tak ada tulang manusia..”

Ia melirik ke arah Prayoga ketika berjalan melewatinya. Jangan katakan apa-apa.
Mereka sudah cukup sering berurusan dengan kematian..
sehingga mampu mengenali tulang-belulang manusia ketika melihatnya.

Pandangan Erick beralih pada sebuah tulang melengkung. Sepintas lalu mirip tulang belikat ayam kalkun..
Hanya saja jauh lebih besar dan lebar. Erick membungkuk dan memungutnya.

Tulang itu ternyata pecahan lengkungan zigomat dari tengkorak manusia. Tulang pipi, dari bawah mata.
Ia membolak-balik pecahan itu, lalu kembali menatap ke tanah..
dan memperhatikan sulur-sulur tumbuhan rambat yang menyebar di atas tulang-belulang.

Ia melihat banyak tulang yang sangat rapuh.. beberapa di antaranya begitu tipis, hingga tembus cahaya..
– tulang-belulang yang ia duga berasal dari binatang-binatang kecil.
Kini ia mulai ragu-ragu. Tulang-tulang rapuh, tembus cahaya, kecil. Tulang-tulang manusia..!!!

“Syukurlah ini bukan tulang-belulang manusia..” ujar Clara. Miranda mengangguk., lalu melirik ke arah Sarah.
Di belakang mereka.. Sophia terus sibuk merekam semuanya dengan menggunakan kameranya, dibantu oleh Markus.

“Tapi, udara di sini terasa pengap, tidak bagus untuk pernapasan..” kata Prof. Darmaji.
“Ayo kita jalan lagi..” Sarah memutuskan.

Erick mengajak Prayoga mendului yang lain. “Kita harus hati-hati. Jangan sampai mereka panik..” ia berkomentar.
“Pernah ada yang mati di situ..” jawab Prayoga.

“Ini lebih baik kita simpan di antara kita berdua saja..” ujar Erick sambil mengangguk serius.
“Tapi mereka tampaknya juga curiga.“

Di belakang mereka, para anggota rombongan berbaris satu per satu. Semuanya membisu.
“Apa yang terjadi di tempat itu..?” Tanya Clara saat Erick berjalan menjajarinya.

“Tulang-belulangnya banyak sekali..” kata Erick. “Ada tulang macan tutul, kera bekantan, tikus hutan..”
“Dan Orangutan..” Prayoga menimpali.

“Ya..” ujar Erick. “Orangutan..” Ia menggelengkan kepala. “Apa yang sanggup membunuh Orangutan..?”
Prayoga tak bisa menjawab.
Dalam diam, mereka melanjutkan perjalanan menembus hutan karena hari sudah mulai gelap.

Limabelas menit kemudian, mereka sampai di sebuah lapangan terbuka.
Mereka memandang ke atas dan melihat kerucut tempat berkemah semalam menjulang tinggi.

Samar-samar terlihat bongkahan-bongkahan batu besar yang tertutup lumut, setengah tersembunyi di balik dedaunan.
Erick menoleh untuk menatap Clara, tapi gadis itu telah menyingkir karena malu.
Itulah tempat percintaan mereka semalam.

“Sebaiknya kita dirikan kemah dulu..” ujar Prayoga sambil menatap arlojinya.
Hari sudah mulai gelap. Markus dengan cekatan segera memasang tenda-tenda, menyusunnya secara berdekatan.

Prof. Darmaji mengawasi pemasangan lampu-lampu inframerah..
Yang ditempatkan pada posisi menghadap ke luar perkemahan.. berfungsi sebagai pagar pengaman.

Apabila ada hewan yang melintasinya.. alat itu akan mengaktifkan listrik bertegangan 10.000 volt..
pada kawat yang dipasang melingkar mengelilingi seluruh perkemahan.
-------ooOoo-------

Hidangan malam itu berupa daging sapi yang diawetkan. Tapi karena sudah berumur terlalu lama..
Daging-daging itu jadi terasa seperti potongan kardus, namun tak seorang pun mengeluhkannya.

Mereka berada di rimba belantara sekarang, yang semakin lama semakin gelap di sekeliling mereka.
Jadi ini sudah lebih dari layak.

Erick menentukan jadwal jaga, ia sedikit agak lelah untuk berjaga sendirian.
Masing-masing akan bertugas selama empat jam.

Erick berkata bahwa ia.. Clara.. dan Sophia akan mengambil giliran pertama.
Selanjutnya Markus dan Miranda. Lalu ditutup oleh Prayoga, Sarah.. serta Prof. Darmaji.

Dengan kacamata malam.. mereka mulai memantau hutan di sekitar perkemahan.
Kacamata khusus itu memperkuat cahaya yang ada dan memproyeksikannya pada pemandangan yang ada..
sehingga semuanya tampak berpendar hijau.

Clara menganggapnya terlalu berat, sehingga setelah beberapa menit ia memutuskan untuk melepaskannya.
Namun ia langsung tercengang karena hutan di sekelilingnya ternyata gelap gulita.
Cepat-cepat Clara mengenakannya kembali.

Erick mengajak kedua perempuan itu untuk berdiam di dekat api unggun.
Malam ini Clara berpakaian lebih sopan. Sedangkan Sophia tampak jauh lebih berani.

Dengan payudara lebih besar dari Clara, ia sungguh teramat menggoda.
Dadanya bergoyang-goyang menyenangkan saat ia tertawa.

Sambil terus menceritakan lelucon-lelucon konyol, Erick meliriknya.
Ia tidak berani menatap terus terang karena ada Clara di sisinya.
Padahal Sophia terlihat tidak keberatan sama sekali.

Ah.. Erick jadi mengeluh. Kenapa ia menentukan urutan jaga seperti ini..?
Seandainya tidak ada Clara sekarang, ia dan Sophia pasti sudah ..

Sekali lagi Erick melirik.. dipandanginya tubuh Sophia yang terpahat begitu sempurna.
Montok.. tapi tidak terlalu berlebihan. Kalau Clara begitu segar dan seksi..

Entah bagaimana Sophia juga memiliki daya tarik tersendiri.
Ia seperti memancarkan keseksian dewasa yang begitu kuat.

Terus mengaguminya.. Erick perlahan-lahan menggerakkan tangannya.
Setelah memastikan kalau Clara tidak melihat, ia menggenggam pelan jari-jari lentik Sophia.

Gadis itu mendongak dan menatapnya. Erick nyengir..
Kemudian dengan kedipan mata ia meminta Sophia agar tetap diam. Gadis itu menurut.

Malam terus berlalu dan sama sekali tidak terjadi apa-apa.
Erick sudah kehabisan bahan obrolan.. sedangan Clara mulai terlihat mengantuk.

Melihat adanya kesempatan, Erick segera menyuruh gadis agar tidur duluan.
“Biar kami yang berjaga..” Sophia ikut mendukung. Tanpa membantah, Clara mmematuhinya.

Ia sama sekali tidak tau bahwa begitu ia menutup pintu tenda, Erick dan Sophia langsung berpelukan mesra.
“Sudah begitu lama aku menunggu saat-saat seperti ini..
Seolah-olah aku harus meminta agar mendapatkannya..” kata Sophia.

“Tidak perlu.. akan kupuaskan kau sekarang..” jawab Erick.
Sophia tersenyum malu-malu. “Kuharap begitu, karena Prof. Darmaji sama sekali tidak dapat diharapkan..”

Erick terpana. “Kamu sudah melakukannya.. dengan Profesor tua itu..?”
Sophia mengangguk dan tertawa. “Satukali, saat kami memeriksa peralatan pemancar bersama.
Hawa dingin membuatku gelap mata, tapi akhirnya aku malah kecewa..”

“Yakinlah. Denganku, kamu tidak akan kecewa..” Erick berkata.
“Ya, agar aku tidak cemburu lagi..”
“Kok bisa..?”

Sophia menghela napas. “Kemarin Sarah cerita, kalau ia dan Miranda sudah bermain dengan Markus.
Dan rupanya mereka puas sekali. Mungkin malam ini mereka akan mengulangi lagi, saat giliran jaga mereka tiba..”

“Seperti apa yang akan kita lakukan..?” Erick tersenyum menggoda.
“Kenapa tidak..!? Kita harus bersenang-senang selagi bisa. Perjalanan ini sangat berat dan menjemukan..
Jadi menurutku; sedikit hiburan tidak ada salahnya..”

“Oh, aku akan jadi pejantanmu malam ini..” sahut Erick. Tidak menjawab.. Sophia malah tertawa..
Kemudian menjangkaukan tangannya untuk mendorong tubuh Erick..
hingga mereka berguling-guling dengan posisi masih tetap berpelukan.

Ini memberi Erick ide dengan membelai lembut pantat bulat Sophia dari balik celana tipis yang ia kenakan..
saat mereka berbaring mesra bertindihan di atas tanah.

Ia menjalankan jari-jarinya.. mulai dari bagian bawah pantat hingga mencapai tepat di samping liang vagina Sophia.
“Auww..!” Gadis itu menjerit kecil saat Erick mencubitnya gemas. Ia bangkit dengan napas sedikit terengah-engah.

“Kamu cantik..!” Erick menatapnya.. juga memandang kedua puting Sophia yang terlihat mulai menegak pelan..
menekan pada kain kaus kuning cerah yang ia kenakan malam ini.

Entah bagaimana.. itu terlihat sangat menarik..
Dan tanpa sadar.. membuat Erick mengulurkan tangan untuk meremas lembut salahsatu gundukannya.

“Ehm..” Sophia memejamkan mata, seperti menikmati belaian itu.
Lalu berkata.. “Apa tidak ada yang melihat kita..?”
“Tidak, semua sudah tertidur pulas..”

Erick menekan yang satunya lagi, lalu dua-duanya, dan akhirnya mempermainkannya secara bersama-sama.
Erick terus membelai lembut, melarikan jari-jarinya melewati gundukan yang begitu empuk itu.

Sophia sedikit menahan napas saat Erick mengelus bolak-balik melintasi tonjolan putingnya..
Yang jelas bisa ia rasakan melalui kain tipis. Melenguh tertahan.. Sophia menyodorkan dadanya ke depan..

Berharap usapan jari-jari Erick terasa lebih nyata di sekitar payudaranya.
“Oh.. nikmatnya. Kau membuatku jadi benar-benar bergairah..!” Ia bergumam.

Erick bisa melihat bahwa puting gadis itu benar-benar terdorong keluar sekarang..
Dan Sophia juga bernapas lebih cepat serta lebih dalam. Matanya masih terpejam..
dengan kepala bersandar di bahu Erick.

Puas mengerjai dada, Erick menelusurkan jari-jarinya ke bawah. Ia pegang pantat bulat Sophia..
Yang masih terlindung oleh celana..
Diremas-remasnya sebentar sebelum kemudian dengan lembut memaksa jari-jarinya untuk masuk.

Karena celananya sedikit longgar, Erick jadi tidak mengalami hambatan.
Malahan dengan mudah ia melepasnya. Tampak bulu-bulu vagina Sophia mencuat di tepi bibir vaginanya.

Erick mengusap-usapnya sejenak, merasakan betapa hangat dan lembutnya benda sempit itu.
“Aihh..!!” Memekik tertahan.. Sophia mengulurkan tangan dan menarik celana dalamnya menyamping.

Karena kainnya melar, maka ia mampu menarik sepenuhnya hingga ke satu sisi. Ketika Erick membelai kembali..
Ia merasakan jari-jarinya meluncur di sepanjang belahan vagina Sophia yang sudah benar-benar terbuka.
Hangat dan licin, serta lipatannya sungguh sangat berair.

“Bagaimana, enak..?” Erick bertanya parau.
“Ah, iya..!” Sophia menjawab pelan.. “Jangan berhenti..!”

Maka Erick terus menggerakkan jari-jarinya; Lembut ia menusuk keluar-masuk di lorong vagina gadis itu..
Sambil sesekali menggosok bagian atas celahnya yang mungil dengan ibu jari..

Di mana di situ terdapat biji klitoris milik Sophia yang begitu resah dan gatal.
Dan Erick dengan senang hati menggelitiknya.

“Ini memang nikmat, tapi akan lebih nikmat lagi kalau memakai penisku..” desah Erick tak tahan.
“Aku ingin merasakan vaginamu yang ketat ini membungkus milikku..”

“Mmm, yah..!” Sambut Sophia. Dengan napas terengah-engah.. ia meraih ke bawah..
untuk meremas-remas batang penis Erick yang telah keras dan siap.

“Aku juga ingin sekali bercinta denganmu sekarang..” bisiknya sambil membuka kakinya lebih lebar.
Rambut vaginanya terlihat tercukur rapi, halus dan relatif jarang.
Sementara bibirnya yang merah muda terlihat jelas, bahkan dalam cahaya redup seperti malam ini.

Melihat semua itu membuat Erick menjadi gila, pikiran liar tiba-tiba datang merasuki jiwanya.
Ia pun menunduk dan menenggelamkan diri tepat di antara kedua kaki Sophia.
Liang vagina gadis itu tepat berada di depan wajahnya!

“Eh, apa yang kamu lakukan..?” Bisik Sophia, kaget.
“Aku mau mencicipinya dulu..” sahut Erick. “Kelihatannya enak..”

“Jangan..! Langsung masukkan saja,,!” Sophia mengeluh. Tapi Erick sama sekali tidak mendengarkannya.
Sambil memegangi paha mulus gadis itu..
Ia mulai menjalarkan lidahnya di sepanjang liang vagina Sophia yang terasa begitu hangat dan lezat.

Sebelum kemudian menerjunkan ke celahnya yang mungil.. dan sesekali juga menggelitik klitorisnya..
Yang terasa kini telah mencuat tajam.. hingga membuat Sophia mengerang sambil berjinjit-jinjit kuat.

“Ohh-hhh..!!” Dan itu adalah akhir dari nada protesnya.
Karena berikutnya gadis itu sudah sepenuhnya takluk kepada jilatan panas Erick.

Pelan Sophia menggoyangkan vaginanya ke wajah pemuda itu..
membuat liang vaginanya jadi terasa begitu menyenangkan. Sangat hangat dan licin.
Kontras dengan kesiur angin dingin yang melayang di sekitar mereka.

Setelah satu atau dua menit,, Erick turut menggunakan kedua tangannya..
untuk mulai membelai pantat bulat Sophia sementara mulutnya yang rakus terus menjilat dan mengisap.

Berturut-turut Erick melakukannya.. sampai akhirnya Sophia melengkungkan tubuh ke belakang.
Jari-jarinya meremas rambut Erick kuat-kuat saat merasakan kehangatan datang di dalam liang senggamanya.
Menyiram wajah laki-laki itu yang masih saja terus menggerakkan lidahnya.

Sophia merintih sambil menggeliat-geliat..
Sementara Erick menadahi semua cairan beningnya yang mengucur keluar.
Lidahnya menusuk dalam-dalam dan mengisap apa pun yang bisa ia dapatkan.

“Hmm.. hhh.. hhh..” Perlahan-lahan Sophia mulai sedikit tenang.
Klimaksnya sudah lewat.. cairan orgasmenya juga sudah berhenti mengalir.

Erick keluar dari himpitan kaki Sophia dan terduduk tegak.
Ia tersenyum saat melihat Sophia yang telanjang dari pinggang ke bawah.

Pantatnya terlihat begitu bulat dan menggairahkan.
Gadis itu meluncur dan menciumnya. Bibirnya terasa lembut dan hangat.

Erick segera menjulurkan lidah untuk mengajaknya menari bersama-sama.
Sambil melumat.. bisa ia rasakan payudara bulat Sophia menekan lembut di depan dadanya.

“Siap untuk yang berikutnya..?” Erick berkata.
“Dengan senang hati..” jawab Sophia tanpa ragu.

Erick segera melepas celananya, sementara Sophia melarikan tangan ke selangkangan pemuda itu..
Di mana tampak penis Erick yang sudah membengkak parah menuntut untuk diperhatikan.

Gemas Sophia membelai bentuk penis Erick yang tercetak jelas di balik celana dalam.
Panjang dan sangat besar sekali. Sophia menunduk untuk menciuminya.. lalu ia membungkuk..
Ia mengulurkan tangan dan mulai membuka kain celana dalam itu.

Begitu terlontar.. penis Erick tampak sudah sangat mengeras, kaku seperti batu, serta mendongak ke atas..
seperti menantang siapa pun yang mencoba-coba mengusiknya.

Dengan jari-jari gemetar.. Sophia menyentuhnya. “Penis seperti ini yang aku cari..” ia berbisik.
Erick mengerang dan tertawa pelan.
“Kalau begitu.. lakukan apa pun yang kamu suka..” sahutnya sambil membelai payudara Sophia dari luar baju.

Mengangguk.. gadis itu pun meluncur turun. Lembut ia memegangi penis Erick dengan jari-jari tangannya yang hangat.
Clokk.. clopp.. clopp.. clopp.. mengocoknya sebentar.. sebelum kemudian mulai mencucupi ujungnya yang tumpul.

Halus Sophia menjalankan lidahnya naik dan turun.. menjelajah di sepanjang batangnya..
sambil sesekali juga menjilat serta menciumi kedua telur milik Erick.

Bibir dan lidahnya terasa hangat dan lembut.. begitu nyaman membungkus pada batang Erick..
Yang kni terlihat semakin membengkak dan membesar penuh.

“Hmmm.. nikmat..” Erick mengerang.
“Lanjutkan, jangan berhenti..”

CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd