Pecah Utak
Pertapa Semprot
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------
Cerita 116 – Ekspedisi Borneo
[Part 03]
Sophia mengalihkan pandang ke arah Clara.. mengamati bahwa baju gadis itu sudah mulai basah oleh keringat.
Alhasil.. mencetak dengan jelas bentuk tubuhnya yang begitu sintal dan menggoda.
Rambutnya yang berwarna hitam gelap melekat pada bagian belakang kepalanya.
Celananya tampak kisut dan penuh noda tanah akibat perjalanan berat.
“Nikmatilah hutan ini..” Prayoga muncul tiba-tiba, mengagetkannya.
“Ini terakhir kali kita berada di tempat sejuk dan kering untuk waktu lama..”
“Menurutku, hutan ini cukup menyenangkan..” Sophia membalas.
“Ya, sangat menyenangkan..” Prayoga mengangguk dengan ekspresi janggal pada wajahnya yang tirus.
“Apa maksudmu..?” Sophia bertanya bingung.
“Lihat di sana..” Prayoga menunjuk ke puncak pepohonan.
“Apa itu..?” Tanya Sophia takjub.
“Orangutan..” jawab Prayoga.
“Orangutan pemakan tumbuhan.
Hampir sepanjang hari mereka makan terus; mereka binatang besar dan membutuhkan banyak makanan..”
Dalam sekejap Sophia segera mengaktifkan kameranya dan membidik tingkah laku binatang berbulu merah itu.
Selama beberapa menit mereka berhenti sambil membisu untuk memberi kesempatan bagi Sophia merekam filmnya.
Seperti semua primata yang lebih tinggi, Orangutan merupakan binatang sosial.
Mereka hidup dalam kelompok, dan merasa tidak nyaman –mau pun aman..– jika terpisah.
Sebagian besar pakar primata bahkan menduga kebutuhan akan kontak sosial..
dirasakan sama kuatnya dengan rasa lapar, haus, atau kelelahan.
Sementara Sophia merekam.. Erick memandang sekeliling dengan mimik muka sedih.
Hutan tropis adalah sumberdaya bumi yang jumlahnya terbatas.
Ia tak bisa dikelabui oleh vegetasi yang lebat dan rimbun..
Yang diketahuinya merupakan ekosistem yang luar biasa efisien di atas tanah gersang.
Namun Negara ini tidak memahaminya. Mereka memberi izin konservasi hutan secara sembarangan..
Dengan dalih untuk memperluas lahan pertanian.
Padahal siapa pun tau.. tanah di hutan tropis yang telah dibuka menghasilkan panen mengecewakan.
Meski demikian.. penebangan hutan terus berlangsung dengan laju mencengangkan.
Yaitu lebih dari duapuluh hektar per menit, siang dan malam.
Hutan tropis telah 60 juta tahun mengelilingi khatulistiwa bagaikan sabuk hijau..
– Tapi manusia hanya membutuhkan duapuluh tahun untuk meratakan semuanya.
Perusakan besar-besaran tersebut menimbulkan kecemasan..
Karena laju penebangan sebesar duapuluh hektar per menit..
berarti spesies-spesies tumbuhan dan binatang punah dengan laju satu spesies per jam.
Bentuk-bentuk kehidupan yang berkembang selama jutaan tahun kini dimusnahkan dalam beberapa menit saja.
Dan tak seorang pun mampu memperkirakan akibat-akibat laju penghancuran yang luar biasa ini.
Proses kepunahan spesies-spesies berlangsung lebih cepat dari yang disadari orang.
Dan hanya sebagian kecil tercantum dalam daftar spesies yang terancam punah.
Kenyataannya manusia menghancurkan ekosistem demi ekosistem tanpa peduli sedikitpun, tanpa menoleh ke belakang.
Padahal sebagian besar ekosistem tersebut masih diselubungi misteri dan belum benar-benar dipahami.
“Kita harus bergerak cepat..” kata Erick kepada Sophia.
“Kenapa..?” Balas Sophia.
“Daerah ini adalah lintasan gajah..” kata Erick.
“Jadi, ini lintasan binatang liar. Apakah kita akan melihat gajah..?” Tanya Clara antusias
“Mungkin ya, mungkin juga tidak..” ujar Erick.
“Moga-moga tidak. Mereka besar sekali, gajah itu..” kata Prayoga.
Clara tampak kaget. “Ah, baiklah..”
Erick tertawa dan menawarkan diri membawakan barang-barang yang disandang gadis itu.. tapi Clara menolak.
“Masih banyak yang bisa terjadi antara sini dan tempat tujuan kita. Jadi, ayo cepat. Kita berangkat..”
Di kejauhan terdengar bunyi gemuruh. Beberapa menit setelah itu mereka sudah terjebak hujan deras.
Hujannya begitu lebat.. hingga terasa nyeri di kulit.. dan berlangsung selama satu jam sebelum berhenti mendadak.
Mereka semua basah kuyup. Dan Sarah pun tidak memprotes ketika Erick memberi aba-aba berhenti untuk makan.
Markus menyiapkan hidangan berupa nasi dengan daging bumbu kari.
Erick dan Prayoga menyalakan rokok untuk membakar lintah-lintah yang menempel pada kaki mereka.
Lintah-lintah itu sudah gemuk-gemuk. “Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa..” ujar Miranda.
“Hujan membuat mereka lebih giat..” kata Erick.
Lalu menjelaskan kenapa lintah harus dilepaskan dengan cara dibakar.
Kalau dicabut begitu saja, sebagian kepala akan tertinggal di dalam luka dan menimbulkan infeksi.
Miranda menanggapi dengan anggukan samar dan mengedip pada Erick.
Kausnya yang longgar tampak basah.. menunjukkan goyangan dada yang sangat indah untuk dilihat.
Tanpa perlu diberitau.. Erick sudah bisa menebak kalau sama sekali tidak ada bra di bawah sana.
Kondisi Sarah tidak jauh berbeda. Goyangan payudaranya bahkan lebih jelas..
Dengan puting mungil yang menyodor keluar siap untuk dijilat.
Erick memberi mereka senyum kecil.. dan menyeringai saat ia beranjak pergi untuk mempersiapkan keberangkatan.
Tidak ada waktu untuk hal-hal seperti itu.
Satu jam kemudian.. mereka kembali melintasi hutan belantara di sebelah selatan pegunungan.
Semuanya murung, berdiam diri, dan terserang disentri akibat kehujanan.
Jalur ini akan membawa mereka ke barat, ke Sungai Kapuas.
Erick mengamati peta, sementara Miranda menatap layar hapenya;
Kedua-duanya mengerutkan kening setelah berunding. “Ada apa..?” Tanya Sarah.
“Tidak, tidak ada apa-apa..” jawab Erick.
Tapi Miranda segera memotong.. “Kita akan melanjutkan perjalanan sepanjang malam lewat sungai..”
“Tidak ada istirahat..?” Tanya Prof. Darmaji, yang terlihat mulai kelelahan.
“Mungkin hanya makan, tidak boleh tidur..” ujar Erick.
Sarah belum pernah mendengar seorang pemandu membawa rombongannya melewati daerah liar pada malam hari.
Ini sangat aneh. “O ya, kenapa..?” Tanyanya curiga.
“Sebab ..” balas Erick.. “Rintangan-rintangan di sebelah hilir lebih mudah diatasi pada malam hari..”
“Rintangan apa..?” Kejar Sarah.
“Nanti saja kita bicarakan..” kata Erick.. “Kalau kita sudah sampai di sana..”
”Hei..! Aku pemimpin rombongan di sini, jadi aku juga berhak tau..” sergah Sarah.
”Kami juga..!” Kata Clara dan Sophia hampir berbarengan.
Erick menghela napas berat.. namun tetap tidak ingin membicarakannya.
Kerahasiaan itu justru membuat hati semua orang berdebar kencang dan perasaan takut semakin membuncah.
Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan lebih banyak diam.
Menjelang senja.. mereka makan malam berupa kentang liar yang banyak tumbuh di hutan, serta beberapa jenis jamur.
Selain itu masih ada daging kura-kura yang berhasil dijerat oleh Prayoga.. dan beberapa kodok serta keong.
Makanan ini sebenarnya duakali lebih kaya protein dibandingkan daging sapi..
Tapi memang kurang cocok untuk perut orang yang belum terbiasa.
Satu setengah kilometer sebelum Sungai Kapuas, mereka mendengar bunyi air berderu-deru.
Clara langsung gelisah, tapi mau tak mau tetap harus menghadapi sungai itu, meski pun dicekam ketakutan.
Ia tidak bisa berenang..!
Namun ketika sampai di tepi sungai, mereka menyadari bahwa bunyi berderu-deru itu berasal dari jeram-jeram di atas.
Sungai berwarna bening di hadapan mereka, dan mengalir tenang.
“Kelihatannya tidak terlalu buruk..” Sarah berkomentar.
“Ya..” sahut Erick. “Kelihatannya begitu..!” Tapi ia paham betul mengenai Sungai Kapuas.
Sungai terpanjang di Indonesia itu bersifat unik dalam banyak hal.
Selain meliuk-liuk bagaikan ular raksasa.. ragam hayatinya juga begitu luar biasa.
Sungai itu merupakan rumah dari lebih 700 jenis ikan dengan sekitar 12 jenis ikan langka..
Dan 40 jenis ikan yang terancam punah. Akibat alurnya yang berliku-liku..
sungai Kapuas juga termasuk salahsatu sungai besar yang paling menyulitkan dalam pelayaran.
Perangainya dapat berubah dalam waktu singkat, tergantung pada curah hujan.
Sungai itu bisa memberikan pemandangan indah atau mimpi buruk mengerikan bagi setiap orang yang melewatinya.
Sebelum mengawali perjalanan lewat sungai.. Erick mengajak mereka untuk membersihkan diri sejenak.
Sementara Prayoga dan Markus memompa dua perahu karet..
Ia mengawal para wanita menuju tepian sungai yang cukup landai.
“Aku di sini saja..” Prof. Darmaji hanya mencelupkan kaki di bebatuan, dengan ditemani oleh Clara.
Sementara Sophia.. Sarah dan Miranda mengikuti Erick ke bagian sungai yang agak dalam, beriringan untuk berenang.
100 meter agak ke hilir, mereka menemukan sebuah ceruk kecil yang tampak tidak berbahaya.
Air mengalir perlahan-lahan sebelum masuk ke dalam jeram. Terlihat aman dan sangat menyenangkan.
Bebatuan dan pohon kecil yang menghalangi, membuat keberadaan mereka jadi tersamarkan.
Erick memutuskan mereka bisa mandi di sana. Dia segera melepas pakaiannya dan terjun untuk melihat dinginnya air.
Ternyata cukup hangat, malah terasa sedikit nyaman.
Sophia segera menyusul dengan mengenakan bikini bermotif kembang-kembang..
Yang memamerkan bentuk tubuhnya yang mengagumkan.
Bulatan payudaranya terlihat menantang dengan puting tersodor begitu indah.
Miranda menyusul berikutnya dengan beha dan cd merah muda yang sedikit pendek.
Putingnya juga tampak tembus pada atasannya yang menerawang.
Di belakangnya.. Sarah ikut meluncur ke air.
Penampilannya cukup berani dengan mengenakan beha tipis yang dipotong minim.
Punggulnya juga nampak indah.. karena seperti hanya ada sebentuk tali saja yang melingkar di sana.
Apa-apaan ini..!? Erick membatin dalam hati. Ia bagai Jaka Tarub yang dikelilingi oleh bidadari.
Bedanya.. kalau Jaka Tarub hanya mengintip.. ia kini benar-benar berenang bersama mereka.
“Awas ya, jangan coba-coba untuk berbuat nakal..”
Kata Sophia memperingatkan sambil membenahi bagian bawah cd-nya yang terlipat.
Erick tersenyum.. “Aku justru malah takut, kalianlah yang mulai nakal duluan..”
”Seperti ini..!?” Sarah bertanya polos sambil tangannya meraih ke bawah..
untuk memberikan remasan lembut pada pipi pantat Erick yang hanya tertutup celana kolor.
“Boleh juga..” Erick mengangguk.. “Asal tidak sampai merambat ke depan..!” Dia memperingatkan lagi.
“Ah, memang ada apa di depan situ..?” Kali ini Miranda yang bertanya..
Kemudian dengan cepat tangannya menyambar ujung celana Erick..
untuk kemudian meremas apa pun yang mulai tumbuh besar di sana.
“Kalian ini, benar-benar sialan..!!” Erick menggelinjang, dan ketiga wanita yang ada di sana tertawa gembira.
Sophia menyelam ke dalam air.
Saat muncul ke permukaan.. air terlihat mengalir dari rambut ke bahunya, membuatnya jadi semakin jelita.
“Ah, segar..!” Desahnya puas.
“Kalian cobalah..!” Erick menyerang Sarah dan Miranda..
Tapi kedua perempuan itu segera berenang menjauh secepat mungkin.
Mereka tertawa cekikikan. Erick menyelam ke bawah untuk menyusul.
Air yang jernih memungkinkannya untuk melihat lurus ke depan.
Tampak Sarah sudah berada dalam jangkauan, dan dia segera meraihnya.
Perempuan itu tertawa di dekat permukaan..
Tidak keberatan saat Erick meremas kuat payudaranya dalam usahanya untuk memeluk.
Mereka berdiri di sebuah batu besar yang tergeletak di bawah permukaan air..
Memungkinkan untuk terus berpelukan dengan pipi saling menempel erat.
“Dasar mesum..!” Seru Miranda yang berenang mendekat dan mendarat di batu di samping mereka.
Erick tertawa. Ia memeluk juga wanita itu dan memberinya kecupan ringan di pipi.
Hanya kepala mereka yang tampak.. sedangkan tubuh ketiganya tenggelam sepenuhnya di dalam air.
Sophia yang berdiri 10 meter jauhnya, tertawa melihat kejadian itu.
“Terlihat sangat nyaman dan hangat di sana..!” Teriaknya.
“Mau ikut bergabung..!?”
Tawar Miranda dengan payudara bergerak naik-turun di setiap napasnya yang terengah.
Air dingin telah membuat putingnya berdiri tegak.
”Hei.. apa yang kau lihat..?” Tanyanya pura-pura marah saat Erick menatapnya tanpa berkedip.
“Bagaimana menurutmu..?” Erick bertanya balik.
"Tidak masalah, asal tidak membuat matamu copot..” jawabnya sambil tertawa.
“Hei.. lihat di bawah..!” Sarah berbisik.
Dan dengan itu ia mengulurkan tangan untuk menarik turun celana Erick sampai ke lutut..
Hingga memperlihatkan alat kelaminnya yang sudah separuh tegak di air dingin.
“Arghh.. sialan kalian..!” Erick segera membungkuk untuk menarik kembali celananya.
Tapi Sarah menghalangi dengan mempergunakan tubuhnya yang sintal sebagai tameng.
Miranda membantu dengan menyelam ke bawah dan menarik celana itu sampai terlepas sepenuhnya.
Sophia tertawa terbahak-bahak saat melihat Miranda memamerkan barang rampasannya di atas kepala.
“Sini, lemparkan padaku..!?” Miranda berlari pergi dan Erick yang kini telanjang bulat.. segera mengejarnya.
Ia berhasil menyusul ketika mereka tiba di tepian sungai. Miranda masih mencoba berenang jauh..
Tapi pantat dan pahanya yang indah berada lurus di depan Erick ketika ia tertangkap.
“Kena kau..!” Seru Erick sambil merangkul erat pinggang Miranda.
Kulit ketatnya yang hangat terasa lembut saat diremas.
Miranda melambat dan mencoba memberontak untuk melepaskan diri.
Tapi Erick segera mengaitkan jari di bawah bulatan pantatnya.. berharap itu akan membuatnya berhenti.
Namun sebaliknya.. Miranda terus menggeliat dan akhirnya.. berhasil meluncur ke depan..
Meninggalkan Erick terbengong-bengong di dalam air sambil memegangi kain kancutnya yang copot..!
Gila..! Erick tidak ingin percaya.. tapi memang itulah yang terjadi.
Miranda pasti tau kalau dia telanjang dari pinggang ke bawah.. tetapi wanita itu tampak cuek saja.
Miranda membiarkan dirinya jadi tontonan.. dan Erick jadi tidak tahan.
Tidak ingin melewatkan kesempatan, segera ia menyelam dan berenang menyusul.
Dengan kepala berada di dalam air.. Erick mengagumi pantat cantik Miranda..
yang bergoyang-goyang indah ketika ia menggerakkan kaki.
Juga celah gelap liang vaginanya yang terlihat mengintip malu-malu di antara paha.
Terpepet oleh tebing.. Miranda akhirnya berhenti. Ia lalu berbalik menghadapi Erick.
”Ayo sini, kalau berani..!!” Tantangnya sambil tersenyum. Erick berhenti juga, sekitar enam meter darinya.
Payudara Miranda tampak bergerak naik-turun karena desah napasnya yang masih memburu.
Melalui air jernih.. ia bahkan bisa melihat segitiga gelap yang terlihat begitu mengundang di depan liang vaginanya.
Wanita itu tersenyum licik saat Erick mencoba untuk mendekat.
“Kita impas..” kata Miranda, merujuk pada celana mereka yang telah sama-sama terlepas.
”Tidak. Kamu masih pakai beha, sedangkan aku sudah telanjang..” sela Erick.
Miranda mengangkat alis.. ”Jadi.. kamu mau aku ikut telanjang juga..?” Tanyanya.
”Tentu saja..!” Erick tertawa.
Dan Miranda juga tertawa. “Tidak semudah itu..!!” Serunya sambil melayang telentang di permukaan air..
Memberi Erick pandangan yang fantastis pada lorong vaginanya. Bibir benda itu terlihat begitu jelas dan mengundang.
Entah karena air dingin atau tidak.. bayangan itu terlalu menggoda untuk ditolak.
Libido Erick pun perlahan membesar.
Apalagi saat Miranda terus berenang mengelilinginya.. dan sesekali mengulurkan tangan ke bawah air..
untuk meremas keras batang penisnya yang telanjang bulat.
“Wah.. sudah bangun rupanya..?” Wanita itu berbisik manja.
“Tentu..” kata Erick, dengan suara sedikit teredam.
”Berada di dekat perempuan cantik sepertimu, dengan vagina terbuka seperti itu.. siapa juga yang akan tahan..?”
Miranda memberinya senyum penuh teka-teki.
Ia merilis penis Erick dan berenang kembali ke tempat Sarah dan Sophia yang masih setia menunggu.
Kedua perempuan itu tampak terkejut melihat keadaan Miranda.. tapi hanya tertawa cekikikan menghadapinya.
Mereka melayang-layang ringan di dalam air ketika Erick berenang menghampiri.
Tanpa canggung keempatnya mengobrol sebentar..
Sambil saling memperhatikan bokong dan bulatan dada masing-masing yang menjuntai indah di dalam air.
“Ahh..” Erick mendesah memandang sekeliling..
Melihat tiga perempuan cantik yang terus berenang-renang di sekitarnya dan tertawa gembira.
”Selanjutnya apa..?” Dia bertanya.
Miranda tertawa dan memulai dengan menarik batang penis Erick menggunakan satu tangan.
”Bagaimana kalau begini..?”
”Hei..!!” Erick segera berbalik untuk memeluknya, tapi Miranda lekas berenang menjauh.
Satu lagi tangan datang dan menangkap batang penisnya.. menariknya ke bawah kuat-kuat.
Erick segera berbalik dan melihat Sarah yang tertawa-tawa menghindar. ”Ayo, tangkap aku..!” Kata perempuan itu.
Ketika ingin mengejarnya.. Sophia muncul dan ikut-ikutan meremas batangnya.
Erick berbalik mengejar gadis itu. Ia mulai kesal pada saat ini karena merasa terus dipermainkan.
Dengan penis mengambang bebas.. ia mengulurkan tangan untuk meraih pantat Sophia..
Tapi gadis itu mengelak dengan pintar hingga hanya punggungnya saja yang tergesek.
Namun itu pun sudah cukup bagi Erick untuk dapat menarik lepas tali behanya.
Benda tipis bermotif bunga itu pun melayang, mengambang dengan bebas di permukaan air.
“Auw..!!” Sophia memekik kaget dan lekas berbalik untuk mendapatkannya kembali.
Tak berkedip mata Erick ketika disuguhi pemandangan menawan payudara cantiknya..
Yang putingnya terlihat mungil berwarna merah muda.. kontras dengan kulitnya yang halus dan putih mulus.
Puting itu tampak tegak.. tersodor indah menjulang ke atas.
Sophia meraih behanya.. tapi tidak langsung mengenakannya kembali.
Selama beberapa saat ia tetap berdiri di sana dengan payudara bergoyang lembut di jernihnya air sungai.
Matanya melakukan perjalanan ke selangkangan Erick.. di mana penisnya masih terbuka dan menegang penuh.
Dengan keberadaan gadis cantik setengah telanjang di depannya.. Erick mulai kehilangan akal sehat.
Saat mata mereka bertemu, Sophia tersenyum perlahan. Sial.. dia menggodaku..! Pikir Erick. Gadis-gadis ini gila..!
Setelah mengenakan atasannya..
Sophia berenang dengan wanita-wanita lain ke tepi sungai dan beranjak keluar, masih tertawa.
Miranda juga sudah memakai cd-nya kembali.
Erick melayang di tengah-tengah sungai.. memercik-mercikkan air ke tepian..
saat mereka mulai mengumpulkan pakaian dan mengenakannya.
“Ayo.. kami sudah selesai..!!” Teriak Sarah sambil mulai meniti jalan setapak. Miranda dan Sophia mengikuti.
Keduanya melambaikan tangan pada Erick yang hanya bisa tertawa saat melihat kepergian mereka.
Meski pun mereka sudah berpakaian lengkap..
Tetapi dalam benaknya, Erick membayangkan kalau mereka sedang mendaki dengan tubuh telanjang.
Sial..! Itu malah membuat penisnya jadi bertambah ngilu. Mengocoknya sebentar.. tapi tidak sampai klimaks..
Erick akhirnya naik ke tepian dan berjalan kembali ke rombongan.
Kedua perahu karet sedang didorong ke tepi air dan diisi perlengkapan oleh Markus ketika ia tiba.
Semua sudah diikat kencang-kencang hingga ombak sebesar apa pun diperkirakan tidak dapat menjungkirkannya.
Prayoga mendekatinya untuk menyerahkan jaket pelampung berwarna jingga.. semua orang juga sudah mengenakannya.
“Sudah siap..?” Erick bertanya.
“Sudah..” Prayoga mengencangkan tali pengamannya.
Eric segera membagi anggota ekspedisi mereka menjadi dua kelompok.. masing-masing perahu berisi empat penumpang.
Erick naik perahu pertama bersama dengan Prof. Darmaji, Clara dan Sophia.
Sisanya ikut Prayoga di perahu kedua. Erick akan bertindak sebagai pemandu jalan.
Dengan demikian.. perahu kedua bisa ‘belajar dari kesalahannya’. Mereka berjalan zig-zag menyusuri sungai, tanpa suara.
Selama dua jam pertama di Sungai Kapuas.. tak ada yang membuat kesalahan.
Miranda merasa luar biasa tenteram ketika duduk di haluan perahu..
Memperhatikan hutan di kedua sisi sungai berlalu dalam suasana hening.
Pemandangannya indah, namun udaranya panas sekali.
Sarah membiarkan tangannya membelah air di samping perahu.. sampai Prayoga melarangnya.
“Di mana ada air, di situ ada buaya..” ia berkata sambil menunjuk ke tepi sungai yang berlumpur..
Tempat buaya-buaya sedang berjemur tanpa memedulikan kehadiran kedua perahu.
Sesekali salahsatu reptil raksasa itu menguap lebar.. tapi selebihnya mereka tampak lamban dan tidak tertarik.
Miranda agak kecewa. Ketika masih kecil, ia sering menonton film-film tentang hutan belantara.
Di mana buaya-buaya langsung meluncur ke air jika ada perahu mendekat.
“Kenapa mereka tidak mengganggu kita..?” Ia bertanya.
“Terlalu panas..” jawab Prayoga.
“Buaya tidur kecuali kalau sejuk.. dan makan pagi-pagi atau malam, bukan sekarang..”
“Kenapa Erick begitu khawatir..?” Sarah bertanya. “Karena buaya-buaya itu..?”
“Bukan..” balas Prayoga.
“Kalau begitu apa..?”
“Di depan ada ngarai kecil, sesudah itu ..” Prayoga berhenti.
Sarah tidak sempat bertanya lagi karena Sungai Kapuas kini membeIok.
Mereka meIewati sebuah tikungan dan mendengar bunyi gemuruh yang semakin keras.
Laju kedua perahu bertambah kencang. Prayoga berseru.. “Pegangan baik-baik, Dokter..!“
Kemudian mereka memasuki ngarai. Miranda tidak ingat persis apa saja yang terjadi.
Ia ingat air bergolak dan berbuih putih dalam cahaya matahari sore;
Ia ingat bagaimana perahunya terempas-empas liar..
Dan perahu Erick di depan tampak memberontak tak beraturan.. namun anehnya tak sampai terbalik.
Mereka melaju begitu kencang.. sehingga sukar memfokuskan perhatian pada dinding ngarai yang licin.
Pada udara panas dan air yang dingin yang menerjang-nerjang mereka sampai semuanya basah kuyup..
Juga pada golakan air yang seolah-olah mendidih di sekeliling batu-batu hitam yang menonjol dari permukaan..
Bagaikan kepala gundul orang-orang tenggelam.
Segala sesuatu terjadi begitu cepat. Berkali-kali perahu Erick di depan menghilang dari pandangan.
Kadang-kadang sampai bermenit-menit.. tersembunyi di balik gelombang raksasa yang diam di tempat.
Gemuruh air memantul pada tebing-tebing.. bergema; menjadi bagian yang terpisahkan dari dunia mereka.
Di dasar ngarai yang tak terjangkau cahaya matahari.. kedua perahu itu terseret arus menembus neraka..
Membentur-bentur dinding karang, berputar-putar.
Sementara para penumpang mengumpat dan menghalau tebing-tebing dengan dayung masing-masing.
Clara memegangi sisi perahu erat-erat.
Erick terus dihantui ketakutan bahwa gadis itu akan tenggeIam di tengah terjangan ombak.
Keadaan Sophia sama saja; ia terus bergumam.. “Ya Tuhan..! Ya Tuhan..! Ya Tuhan..!”
Sementara ombak-ombak tak henti-hentinya mempermainkan perahu mereka.
CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------
Cerita 116 – Ekspedisi Borneo
[Part 03]
Sophia mengalihkan pandang ke arah Clara.. mengamati bahwa baju gadis itu sudah mulai basah oleh keringat.
Alhasil.. mencetak dengan jelas bentuk tubuhnya yang begitu sintal dan menggoda.
Rambutnya yang berwarna hitam gelap melekat pada bagian belakang kepalanya.
Celananya tampak kisut dan penuh noda tanah akibat perjalanan berat.
“Nikmatilah hutan ini..” Prayoga muncul tiba-tiba, mengagetkannya.
“Ini terakhir kali kita berada di tempat sejuk dan kering untuk waktu lama..”
“Menurutku, hutan ini cukup menyenangkan..” Sophia membalas.
“Ya, sangat menyenangkan..” Prayoga mengangguk dengan ekspresi janggal pada wajahnya yang tirus.
“Apa maksudmu..?” Sophia bertanya bingung.
“Lihat di sana..” Prayoga menunjuk ke puncak pepohonan.
“Apa itu..?” Tanya Sophia takjub.
“Orangutan..” jawab Prayoga.
“Orangutan pemakan tumbuhan.
Hampir sepanjang hari mereka makan terus; mereka binatang besar dan membutuhkan banyak makanan..”
Dalam sekejap Sophia segera mengaktifkan kameranya dan membidik tingkah laku binatang berbulu merah itu.
Selama beberapa menit mereka berhenti sambil membisu untuk memberi kesempatan bagi Sophia merekam filmnya.
Seperti semua primata yang lebih tinggi, Orangutan merupakan binatang sosial.
Mereka hidup dalam kelompok, dan merasa tidak nyaman –mau pun aman..– jika terpisah.
Sebagian besar pakar primata bahkan menduga kebutuhan akan kontak sosial..
dirasakan sama kuatnya dengan rasa lapar, haus, atau kelelahan.
Sementara Sophia merekam.. Erick memandang sekeliling dengan mimik muka sedih.
Hutan tropis adalah sumberdaya bumi yang jumlahnya terbatas.
Ia tak bisa dikelabui oleh vegetasi yang lebat dan rimbun..
Yang diketahuinya merupakan ekosistem yang luar biasa efisien di atas tanah gersang.
Namun Negara ini tidak memahaminya. Mereka memberi izin konservasi hutan secara sembarangan..
Dengan dalih untuk memperluas lahan pertanian.
Padahal siapa pun tau.. tanah di hutan tropis yang telah dibuka menghasilkan panen mengecewakan.
Meski demikian.. penebangan hutan terus berlangsung dengan laju mencengangkan.
Yaitu lebih dari duapuluh hektar per menit, siang dan malam.
Hutan tropis telah 60 juta tahun mengelilingi khatulistiwa bagaikan sabuk hijau..
– Tapi manusia hanya membutuhkan duapuluh tahun untuk meratakan semuanya.
Perusakan besar-besaran tersebut menimbulkan kecemasan..
Karena laju penebangan sebesar duapuluh hektar per menit..
berarti spesies-spesies tumbuhan dan binatang punah dengan laju satu spesies per jam.
Bentuk-bentuk kehidupan yang berkembang selama jutaan tahun kini dimusnahkan dalam beberapa menit saja.
Dan tak seorang pun mampu memperkirakan akibat-akibat laju penghancuran yang luar biasa ini.
Proses kepunahan spesies-spesies berlangsung lebih cepat dari yang disadari orang.
Dan hanya sebagian kecil tercantum dalam daftar spesies yang terancam punah.
Kenyataannya manusia menghancurkan ekosistem demi ekosistem tanpa peduli sedikitpun, tanpa menoleh ke belakang.
Padahal sebagian besar ekosistem tersebut masih diselubungi misteri dan belum benar-benar dipahami.
“Kita harus bergerak cepat..” kata Erick kepada Sophia.
“Kenapa..?” Balas Sophia.
“Daerah ini adalah lintasan gajah..” kata Erick.
“Jadi, ini lintasan binatang liar. Apakah kita akan melihat gajah..?” Tanya Clara antusias
“Mungkin ya, mungkin juga tidak..” ujar Erick.
“Moga-moga tidak. Mereka besar sekali, gajah itu..” kata Prayoga.
Clara tampak kaget. “Ah, baiklah..”
Erick tertawa dan menawarkan diri membawakan barang-barang yang disandang gadis itu.. tapi Clara menolak.
“Masih banyak yang bisa terjadi antara sini dan tempat tujuan kita. Jadi, ayo cepat. Kita berangkat..”
Di kejauhan terdengar bunyi gemuruh. Beberapa menit setelah itu mereka sudah terjebak hujan deras.
Hujannya begitu lebat.. hingga terasa nyeri di kulit.. dan berlangsung selama satu jam sebelum berhenti mendadak.
Mereka semua basah kuyup. Dan Sarah pun tidak memprotes ketika Erick memberi aba-aba berhenti untuk makan.
Markus menyiapkan hidangan berupa nasi dengan daging bumbu kari.
Erick dan Prayoga menyalakan rokok untuk membakar lintah-lintah yang menempel pada kaki mereka.
Lintah-lintah itu sudah gemuk-gemuk. “Aku sama sekali tidak merasakan apa-apa..” ujar Miranda.
“Hujan membuat mereka lebih giat..” kata Erick.
Lalu menjelaskan kenapa lintah harus dilepaskan dengan cara dibakar.
Kalau dicabut begitu saja, sebagian kepala akan tertinggal di dalam luka dan menimbulkan infeksi.
Miranda menanggapi dengan anggukan samar dan mengedip pada Erick.
Kausnya yang longgar tampak basah.. menunjukkan goyangan dada yang sangat indah untuk dilihat.
Tanpa perlu diberitau.. Erick sudah bisa menebak kalau sama sekali tidak ada bra di bawah sana.
Kondisi Sarah tidak jauh berbeda. Goyangan payudaranya bahkan lebih jelas..
Dengan puting mungil yang menyodor keluar siap untuk dijilat.
Erick memberi mereka senyum kecil.. dan menyeringai saat ia beranjak pergi untuk mempersiapkan keberangkatan.
Tidak ada waktu untuk hal-hal seperti itu.
Satu jam kemudian.. mereka kembali melintasi hutan belantara di sebelah selatan pegunungan.
Semuanya murung, berdiam diri, dan terserang disentri akibat kehujanan.
Jalur ini akan membawa mereka ke barat, ke Sungai Kapuas.
Erick mengamati peta, sementara Miranda menatap layar hapenya;
Kedua-duanya mengerutkan kening setelah berunding. “Ada apa..?” Tanya Sarah.
“Tidak, tidak ada apa-apa..” jawab Erick.
Tapi Miranda segera memotong.. “Kita akan melanjutkan perjalanan sepanjang malam lewat sungai..”
“Tidak ada istirahat..?” Tanya Prof. Darmaji, yang terlihat mulai kelelahan.
“Mungkin hanya makan, tidak boleh tidur..” ujar Erick.
Sarah belum pernah mendengar seorang pemandu membawa rombongannya melewati daerah liar pada malam hari.
Ini sangat aneh. “O ya, kenapa..?” Tanyanya curiga.
“Sebab ..” balas Erick.. “Rintangan-rintangan di sebelah hilir lebih mudah diatasi pada malam hari..”
“Rintangan apa..?” Kejar Sarah.
“Nanti saja kita bicarakan..” kata Erick.. “Kalau kita sudah sampai di sana..”
”Hei..! Aku pemimpin rombongan di sini, jadi aku juga berhak tau..” sergah Sarah.
”Kami juga..!” Kata Clara dan Sophia hampir berbarengan.
Erick menghela napas berat.. namun tetap tidak ingin membicarakannya.
Kerahasiaan itu justru membuat hati semua orang berdebar kencang dan perasaan takut semakin membuncah.
Perjalanan selanjutnya dilakukan dengan lebih banyak diam.
Menjelang senja.. mereka makan malam berupa kentang liar yang banyak tumbuh di hutan, serta beberapa jenis jamur.
Selain itu masih ada daging kura-kura yang berhasil dijerat oleh Prayoga.. dan beberapa kodok serta keong.
Makanan ini sebenarnya duakali lebih kaya protein dibandingkan daging sapi..
Tapi memang kurang cocok untuk perut orang yang belum terbiasa.
Satu setengah kilometer sebelum Sungai Kapuas, mereka mendengar bunyi air berderu-deru.
Clara langsung gelisah, tapi mau tak mau tetap harus menghadapi sungai itu, meski pun dicekam ketakutan.
Ia tidak bisa berenang..!
Namun ketika sampai di tepi sungai, mereka menyadari bahwa bunyi berderu-deru itu berasal dari jeram-jeram di atas.
Sungai berwarna bening di hadapan mereka, dan mengalir tenang.
“Kelihatannya tidak terlalu buruk..” Sarah berkomentar.
“Ya..” sahut Erick. “Kelihatannya begitu..!” Tapi ia paham betul mengenai Sungai Kapuas.
Sungai terpanjang di Indonesia itu bersifat unik dalam banyak hal.
Selain meliuk-liuk bagaikan ular raksasa.. ragam hayatinya juga begitu luar biasa.
Sungai itu merupakan rumah dari lebih 700 jenis ikan dengan sekitar 12 jenis ikan langka..
Dan 40 jenis ikan yang terancam punah. Akibat alurnya yang berliku-liku..
sungai Kapuas juga termasuk salahsatu sungai besar yang paling menyulitkan dalam pelayaran.
Perangainya dapat berubah dalam waktu singkat, tergantung pada curah hujan.
Sungai itu bisa memberikan pemandangan indah atau mimpi buruk mengerikan bagi setiap orang yang melewatinya.
Sebelum mengawali perjalanan lewat sungai.. Erick mengajak mereka untuk membersihkan diri sejenak.
Sementara Prayoga dan Markus memompa dua perahu karet..
Ia mengawal para wanita menuju tepian sungai yang cukup landai.
“Aku di sini saja..” Prof. Darmaji hanya mencelupkan kaki di bebatuan, dengan ditemani oleh Clara.
Sementara Sophia.. Sarah dan Miranda mengikuti Erick ke bagian sungai yang agak dalam, beriringan untuk berenang.
100 meter agak ke hilir, mereka menemukan sebuah ceruk kecil yang tampak tidak berbahaya.
Air mengalir perlahan-lahan sebelum masuk ke dalam jeram. Terlihat aman dan sangat menyenangkan.
Bebatuan dan pohon kecil yang menghalangi, membuat keberadaan mereka jadi tersamarkan.
Erick memutuskan mereka bisa mandi di sana. Dia segera melepas pakaiannya dan terjun untuk melihat dinginnya air.
Ternyata cukup hangat, malah terasa sedikit nyaman.
Sophia segera menyusul dengan mengenakan bikini bermotif kembang-kembang..
Yang memamerkan bentuk tubuhnya yang mengagumkan.
Bulatan payudaranya terlihat menantang dengan puting tersodor begitu indah.
Miranda menyusul berikutnya dengan beha dan cd merah muda yang sedikit pendek.
Putingnya juga tampak tembus pada atasannya yang menerawang.
Di belakangnya.. Sarah ikut meluncur ke air.
Penampilannya cukup berani dengan mengenakan beha tipis yang dipotong minim.
Punggulnya juga nampak indah.. karena seperti hanya ada sebentuk tali saja yang melingkar di sana.
Apa-apaan ini..!? Erick membatin dalam hati. Ia bagai Jaka Tarub yang dikelilingi oleh bidadari.
Bedanya.. kalau Jaka Tarub hanya mengintip.. ia kini benar-benar berenang bersama mereka.
“Awas ya, jangan coba-coba untuk berbuat nakal..”
Kata Sophia memperingatkan sambil membenahi bagian bawah cd-nya yang terlipat.
Erick tersenyum.. “Aku justru malah takut, kalianlah yang mulai nakal duluan..”
”Seperti ini..!?” Sarah bertanya polos sambil tangannya meraih ke bawah..
untuk memberikan remasan lembut pada pipi pantat Erick yang hanya tertutup celana kolor.
“Boleh juga..” Erick mengangguk.. “Asal tidak sampai merambat ke depan..!” Dia memperingatkan lagi.
“Ah, memang ada apa di depan situ..?” Kali ini Miranda yang bertanya..
Kemudian dengan cepat tangannya menyambar ujung celana Erick..
untuk kemudian meremas apa pun yang mulai tumbuh besar di sana.
“Kalian ini, benar-benar sialan..!!” Erick menggelinjang, dan ketiga wanita yang ada di sana tertawa gembira.
Sophia menyelam ke dalam air.
Saat muncul ke permukaan.. air terlihat mengalir dari rambut ke bahunya, membuatnya jadi semakin jelita.
“Ah, segar..!” Desahnya puas.
“Kalian cobalah..!” Erick menyerang Sarah dan Miranda..
Tapi kedua perempuan itu segera berenang menjauh secepat mungkin.
Mereka tertawa cekikikan. Erick menyelam ke bawah untuk menyusul.
Air yang jernih memungkinkannya untuk melihat lurus ke depan.
Tampak Sarah sudah berada dalam jangkauan, dan dia segera meraihnya.
Perempuan itu tertawa di dekat permukaan..
Tidak keberatan saat Erick meremas kuat payudaranya dalam usahanya untuk memeluk.
Mereka berdiri di sebuah batu besar yang tergeletak di bawah permukaan air..
Memungkinkan untuk terus berpelukan dengan pipi saling menempel erat.
“Dasar mesum..!” Seru Miranda yang berenang mendekat dan mendarat di batu di samping mereka.
Erick tertawa. Ia memeluk juga wanita itu dan memberinya kecupan ringan di pipi.
Hanya kepala mereka yang tampak.. sedangkan tubuh ketiganya tenggelam sepenuhnya di dalam air.
Sophia yang berdiri 10 meter jauhnya, tertawa melihat kejadian itu.
“Terlihat sangat nyaman dan hangat di sana..!” Teriaknya.
“Mau ikut bergabung..!?”
Tawar Miranda dengan payudara bergerak naik-turun di setiap napasnya yang terengah.
Air dingin telah membuat putingnya berdiri tegak.
”Hei.. apa yang kau lihat..?” Tanyanya pura-pura marah saat Erick menatapnya tanpa berkedip.
“Bagaimana menurutmu..?” Erick bertanya balik.
"Tidak masalah, asal tidak membuat matamu copot..” jawabnya sambil tertawa.
“Hei.. lihat di bawah..!” Sarah berbisik.
Dan dengan itu ia mengulurkan tangan untuk menarik turun celana Erick sampai ke lutut..
Hingga memperlihatkan alat kelaminnya yang sudah separuh tegak di air dingin.
“Arghh.. sialan kalian..!” Erick segera membungkuk untuk menarik kembali celananya.
Tapi Sarah menghalangi dengan mempergunakan tubuhnya yang sintal sebagai tameng.
Miranda membantu dengan menyelam ke bawah dan menarik celana itu sampai terlepas sepenuhnya.
Sophia tertawa terbahak-bahak saat melihat Miranda memamerkan barang rampasannya di atas kepala.
“Sini, lemparkan padaku..!?” Miranda berlari pergi dan Erick yang kini telanjang bulat.. segera mengejarnya.
Ia berhasil menyusul ketika mereka tiba di tepian sungai. Miranda masih mencoba berenang jauh..
Tapi pantat dan pahanya yang indah berada lurus di depan Erick ketika ia tertangkap.
“Kena kau..!” Seru Erick sambil merangkul erat pinggang Miranda.
Kulit ketatnya yang hangat terasa lembut saat diremas.
Miranda melambat dan mencoba memberontak untuk melepaskan diri.
Tapi Erick segera mengaitkan jari di bawah bulatan pantatnya.. berharap itu akan membuatnya berhenti.
Namun sebaliknya.. Miranda terus menggeliat dan akhirnya.. berhasil meluncur ke depan..
Meninggalkan Erick terbengong-bengong di dalam air sambil memegangi kain kancutnya yang copot..!
Gila..! Erick tidak ingin percaya.. tapi memang itulah yang terjadi.
Miranda pasti tau kalau dia telanjang dari pinggang ke bawah.. tetapi wanita itu tampak cuek saja.
Miranda membiarkan dirinya jadi tontonan.. dan Erick jadi tidak tahan.
Tidak ingin melewatkan kesempatan, segera ia menyelam dan berenang menyusul.
Dengan kepala berada di dalam air.. Erick mengagumi pantat cantik Miranda..
yang bergoyang-goyang indah ketika ia menggerakkan kaki.
Juga celah gelap liang vaginanya yang terlihat mengintip malu-malu di antara paha.
Terpepet oleh tebing.. Miranda akhirnya berhenti. Ia lalu berbalik menghadapi Erick.
”Ayo sini, kalau berani..!!” Tantangnya sambil tersenyum. Erick berhenti juga, sekitar enam meter darinya.
Payudara Miranda tampak bergerak naik-turun karena desah napasnya yang masih memburu.
Melalui air jernih.. ia bahkan bisa melihat segitiga gelap yang terlihat begitu mengundang di depan liang vaginanya.
Wanita itu tersenyum licik saat Erick mencoba untuk mendekat.
“Kita impas..” kata Miranda, merujuk pada celana mereka yang telah sama-sama terlepas.
”Tidak. Kamu masih pakai beha, sedangkan aku sudah telanjang..” sela Erick.
Miranda mengangkat alis.. ”Jadi.. kamu mau aku ikut telanjang juga..?” Tanyanya.
”Tentu saja..!” Erick tertawa.
Dan Miranda juga tertawa. “Tidak semudah itu..!!” Serunya sambil melayang telentang di permukaan air..
Memberi Erick pandangan yang fantastis pada lorong vaginanya. Bibir benda itu terlihat begitu jelas dan mengundang.
Entah karena air dingin atau tidak.. bayangan itu terlalu menggoda untuk ditolak.
Libido Erick pun perlahan membesar.
Apalagi saat Miranda terus berenang mengelilinginya.. dan sesekali mengulurkan tangan ke bawah air..
untuk meremas keras batang penisnya yang telanjang bulat.
“Wah.. sudah bangun rupanya..?” Wanita itu berbisik manja.
“Tentu..” kata Erick, dengan suara sedikit teredam.
”Berada di dekat perempuan cantik sepertimu, dengan vagina terbuka seperti itu.. siapa juga yang akan tahan..?”
Miranda memberinya senyum penuh teka-teki.
Ia merilis penis Erick dan berenang kembali ke tempat Sarah dan Sophia yang masih setia menunggu.
Kedua perempuan itu tampak terkejut melihat keadaan Miranda.. tapi hanya tertawa cekikikan menghadapinya.
Mereka melayang-layang ringan di dalam air ketika Erick berenang menghampiri.
Tanpa canggung keempatnya mengobrol sebentar..
Sambil saling memperhatikan bokong dan bulatan dada masing-masing yang menjuntai indah di dalam air.
“Ahh..” Erick mendesah memandang sekeliling..
Melihat tiga perempuan cantik yang terus berenang-renang di sekitarnya dan tertawa gembira.
”Selanjutnya apa..?” Dia bertanya.
Miranda tertawa dan memulai dengan menarik batang penis Erick menggunakan satu tangan.
”Bagaimana kalau begini..?”
”Hei..!!” Erick segera berbalik untuk memeluknya, tapi Miranda lekas berenang menjauh.
Satu lagi tangan datang dan menangkap batang penisnya.. menariknya ke bawah kuat-kuat.
Erick segera berbalik dan melihat Sarah yang tertawa-tawa menghindar. ”Ayo, tangkap aku..!” Kata perempuan itu.
Ketika ingin mengejarnya.. Sophia muncul dan ikut-ikutan meremas batangnya.
Erick berbalik mengejar gadis itu. Ia mulai kesal pada saat ini karena merasa terus dipermainkan.
Dengan penis mengambang bebas.. ia mengulurkan tangan untuk meraih pantat Sophia..
Tapi gadis itu mengelak dengan pintar hingga hanya punggungnya saja yang tergesek.
Namun itu pun sudah cukup bagi Erick untuk dapat menarik lepas tali behanya.
Benda tipis bermotif bunga itu pun melayang, mengambang dengan bebas di permukaan air.
“Auw..!!” Sophia memekik kaget dan lekas berbalik untuk mendapatkannya kembali.
Tak berkedip mata Erick ketika disuguhi pemandangan menawan payudara cantiknya..
Yang putingnya terlihat mungil berwarna merah muda.. kontras dengan kulitnya yang halus dan putih mulus.
Puting itu tampak tegak.. tersodor indah menjulang ke atas.
Sophia meraih behanya.. tapi tidak langsung mengenakannya kembali.
Selama beberapa saat ia tetap berdiri di sana dengan payudara bergoyang lembut di jernihnya air sungai.
Matanya melakukan perjalanan ke selangkangan Erick.. di mana penisnya masih terbuka dan menegang penuh.
Dengan keberadaan gadis cantik setengah telanjang di depannya.. Erick mulai kehilangan akal sehat.
Saat mata mereka bertemu, Sophia tersenyum perlahan. Sial.. dia menggodaku..! Pikir Erick. Gadis-gadis ini gila..!
Setelah mengenakan atasannya..
Sophia berenang dengan wanita-wanita lain ke tepi sungai dan beranjak keluar, masih tertawa.
Miranda juga sudah memakai cd-nya kembali.
Erick melayang di tengah-tengah sungai.. memercik-mercikkan air ke tepian..
saat mereka mulai mengumpulkan pakaian dan mengenakannya.
“Ayo.. kami sudah selesai..!!” Teriak Sarah sambil mulai meniti jalan setapak. Miranda dan Sophia mengikuti.
Keduanya melambaikan tangan pada Erick yang hanya bisa tertawa saat melihat kepergian mereka.
Meski pun mereka sudah berpakaian lengkap..
Tetapi dalam benaknya, Erick membayangkan kalau mereka sedang mendaki dengan tubuh telanjang.
Sial..! Itu malah membuat penisnya jadi bertambah ngilu. Mengocoknya sebentar.. tapi tidak sampai klimaks..
Erick akhirnya naik ke tepian dan berjalan kembali ke rombongan.
Kedua perahu karet sedang didorong ke tepi air dan diisi perlengkapan oleh Markus ketika ia tiba.
Semua sudah diikat kencang-kencang hingga ombak sebesar apa pun diperkirakan tidak dapat menjungkirkannya.
Prayoga mendekatinya untuk menyerahkan jaket pelampung berwarna jingga.. semua orang juga sudah mengenakannya.
“Sudah siap..?” Erick bertanya.
“Sudah..” Prayoga mengencangkan tali pengamannya.
Eric segera membagi anggota ekspedisi mereka menjadi dua kelompok.. masing-masing perahu berisi empat penumpang.
Erick naik perahu pertama bersama dengan Prof. Darmaji, Clara dan Sophia.
Sisanya ikut Prayoga di perahu kedua. Erick akan bertindak sebagai pemandu jalan.
Dengan demikian.. perahu kedua bisa ‘belajar dari kesalahannya’. Mereka berjalan zig-zag menyusuri sungai, tanpa suara.
Selama dua jam pertama di Sungai Kapuas.. tak ada yang membuat kesalahan.
Miranda merasa luar biasa tenteram ketika duduk di haluan perahu..
Memperhatikan hutan di kedua sisi sungai berlalu dalam suasana hening.
Pemandangannya indah, namun udaranya panas sekali.
Sarah membiarkan tangannya membelah air di samping perahu.. sampai Prayoga melarangnya.
“Di mana ada air, di situ ada buaya..” ia berkata sambil menunjuk ke tepi sungai yang berlumpur..
Tempat buaya-buaya sedang berjemur tanpa memedulikan kehadiran kedua perahu.
Sesekali salahsatu reptil raksasa itu menguap lebar.. tapi selebihnya mereka tampak lamban dan tidak tertarik.
Miranda agak kecewa. Ketika masih kecil, ia sering menonton film-film tentang hutan belantara.
Di mana buaya-buaya langsung meluncur ke air jika ada perahu mendekat.
“Kenapa mereka tidak mengganggu kita..?” Ia bertanya.
“Terlalu panas..” jawab Prayoga.
“Buaya tidur kecuali kalau sejuk.. dan makan pagi-pagi atau malam, bukan sekarang..”
“Kenapa Erick begitu khawatir..?” Sarah bertanya. “Karena buaya-buaya itu..?”
“Bukan..” balas Prayoga.
“Kalau begitu apa..?”
“Di depan ada ngarai kecil, sesudah itu ..” Prayoga berhenti.
Sarah tidak sempat bertanya lagi karena Sungai Kapuas kini membeIok.
Mereka meIewati sebuah tikungan dan mendengar bunyi gemuruh yang semakin keras.
Laju kedua perahu bertambah kencang. Prayoga berseru.. “Pegangan baik-baik, Dokter..!“
Kemudian mereka memasuki ngarai. Miranda tidak ingat persis apa saja yang terjadi.
Ia ingat air bergolak dan berbuih putih dalam cahaya matahari sore;
Ia ingat bagaimana perahunya terempas-empas liar..
Dan perahu Erick di depan tampak memberontak tak beraturan.. namun anehnya tak sampai terbalik.
Mereka melaju begitu kencang.. sehingga sukar memfokuskan perhatian pada dinding ngarai yang licin.
Pada udara panas dan air yang dingin yang menerjang-nerjang mereka sampai semuanya basah kuyup..
Juga pada golakan air yang seolah-olah mendidih di sekeliling batu-batu hitam yang menonjol dari permukaan..
Bagaikan kepala gundul orang-orang tenggelam.
Segala sesuatu terjadi begitu cepat. Berkali-kali perahu Erick di depan menghilang dari pandangan.
Kadang-kadang sampai bermenit-menit.. tersembunyi di balik gelombang raksasa yang diam di tempat.
Gemuruh air memantul pada tebing-tebing.. bergema; menjadi bagian yang terpisahkan dari dunia mereka.
Di dasar ngarai yang tak terjangkau cahaya matahari.. kedua perahu itu terseret arus menembus neraka..
Membentur-bentur dinding karang, berputar-putar.
Sementara para penumpang mengumpat dan menghalau tebing-tebing dengan dayung masing-masing.
Clara memegangi sisi perahu erat-erat.
Erick terus dihantui ketakutan bahwa gadis itu akan tenggeIam di tengah terjangan ombak.
Keadaan Sophia sama saja; ia terus bergumam.. “Ya Tuhan..! Ya Tuhan..! Ya Tuhan..!”
Sementara ombak-ombak tak henti-hentinya mempermainkan perahu mereka.
CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------