Mumpung sudah sampai rumah....
Aku tambahin biar gk kentang...
Secara bertahap ibuku memegang kemaluanku karna ibuku itu mungil tingginya hanya 150 cm jadi tangan ibuku juga kecil. Sungguh nikmat sekali saat bunda memegang batang kemaluanku dan mulai mengelap kemaluanku dengan kain lap.
Bunda : " Azam kenapa tegang sekali ininya mana keras lagi, apa kamu bersyahwat nak? ". Ibuku mulai bertanya kepadaku.
Aku : " Maaf bunda tapi Azam baru kali ini kemaluan Azam dipegang oleh orang lain bunda jadi maafin Azam kalau Azam bersyahwat ". Aku mulai jujur kepada bunda.
Bunda : " Iya nak gpp tapi inget ini bunda nak, bukan orang lain, masa dengan ibu kandung kamu sendiri bersyahwat nak ". Ibuku yang mulai nyaman dengan itu semua bertanya kepadaku.
Aku : " Maaf bunda ". Aku terus meminta maaf lepada bunda.
Bunda : " Azam bunda mau tanya, kenapa Azam bengong waktu kejadian kran wastafel tadi, apa Azam melihatnya nak? ". Entah kenapa ibuku menanyakan kejadian itu.
Aku : " Maaf bunda Azam melihat semuanya dan baru kali ini Azam melihat emm... ". Aku yang tidak mampu meneruskan perkataanku karna malu dan takut ibuku marah.
Ibuku terus mengelap kemaluanku hingga bersih tapi entah kenapa setelah selesai mengelap kemaluanku ibuku memegangnya dan bertanya yang membuatku makin terangsang.
Bunda : " Azam asal kamu tau nak kemaluan kamu ini besar bahkan punya ayah kamu pun gk sebesar ini dan bersih tanpa adanya bulu, apa kamu selalu mencukur hingga gundul begini nak? ". Tanya ibuku yang masih memegang kemaluanku.
Aku : " Iya bunda seminggu sekali aku cukur, aku risih bunda kalau tumbuh bulu makanya aku cukur sampai gundul supaya nyaman ". Jawabku sambil menikmati kemaluanku dipegang oleh bunda. Duhhh bundaaa baru dipegang aja udah nikmat begini, apalagi aaaaahhhh otakku terus dipenuhi dengan hal-hal nikmat.
Bunda : " Iya nak bagus kalau begitu jadi bersih dan nyaman, kan kalau bersih begini dilihat juga enak, hmmm.... Azam bunda mau tanya nak tapi jawab jujur yaa, apa kamu pernah onani nak? ". Tanya bunda kepadaku.
Aku : " Belum pernah bunda ". Jawabku yang terus menikmati genggaman tangan ibuku pada kemaluanku.
Bunda : " Bagus dehh sayang, jangan lakukan itu yaa karna itu gk baik ". Terang ibuku yang masih memegang kemaluanku tanpa melakukan hal lebih.
Aduh bunda aku ingin lebih bunda, batinku berteriak. Tiba-tiba ibuku melakukan sesuatu yang inginku rasakan.
Bunda : " Aaa.. Aazzam bunda tau kalau kamu sangat terangsang, bunda akan melakukan sesuatu tapi bunda ingin kamu merahasiakannya ya jangan ceritakan semua ini kepada siapapun, janji nak ". Jelas bunda kepadaku yang pada saat itu aku sudah sangat terangsang.
Ibuku mulai ada pergerakan yaitu tangan ibuku mulai mengocok pelan kemaluanku pelan tapi pasti. Tanpa sengaja aku megerang karna nikmatnya kocokan ibuku.
Aku : " Egghh.... Bunda enak bunda, emmhh... Hmmm... ". Erangku tanpa sadar.
Bunda : " Iya sayang, rasakan kocokan bunda yaa, nikmati ya sayang ". Ibuku terus mengocok kemaluanku.
Bunda : " Azam kalau mau bilang, bilang aja apa yang ingin kamu katakan sayang , jangan malu ". Timpal bunda kepadaku.
Aku : " Iya bunda... Kocokan bunda enak... Ummmhh... Ahhhh.... Terus bunda.... Enak bunda.... Ohhhh.... Ssssshhhhh.... ". Aku yang saat itu melihat ibuku menyipitkan matanya dalam artian tersenyum karna perkataanku walaupun ibuku menggunakan cadar tapi aku tau kalau ibuku tersenyum.
Bunda : " Iya sayang, enak kan kocokan bunda... Hmmm... Kontol kamu pasti suka kalau bunda kocokin begini kan... Mau bunda kocokin terus sayang? ". Tanya bunda.
Aku terkejut dengan apa yang ibuku ucapkan. Karna setauku ibuku itu orang yang kalem, lembut, gk pernah mengucapkan kata-kata yang aneh-aneh, tapi ini.....
Aku : " Ahhhh.... Sssshhhh... Iy... Iya bunda... Kemaluan Azam enak bunda ". Jawabku.
Bunda : " Azam kan bunda udah bilang Azam gk usah malu kalau ingin bilang sesuatu kan, apalagi kalau bunda sedang ngocokin kontol kamu begini kamu bebas mau bilang apa aja ". Protes ibuku.
Aku : " Ahh.... Iya bunda.... Kontol Azam suka dikocokin bunda, tangan bunda sangat nikmat ngocokin kontol Azam ". Aku yang saat itu mulai berani mengucapkan kata-kata asing didalam hidupku.
Lalu tiba-tiba ibuku menghentikan kocokannya dan melepaskan genggamannya dari kemaluanku dan pergi keluar kamarku. Entahlahh. Saat itu aku hanya takut ibuku tersadar dan marah kepadaku.
Setelah 5 menit bunda kembali dengan tangannya membawa sesuatu seperti botol kecil entah apa itu aku kurang jelas melihatnya karna bunda menggenggam botol itu.
Bunda : " Sayang maaf ya bunda berhenti dan keluar kamarmu karna bunda ingin ambil ini sayang, ini adalah madu jadi bunda ingin ngocokin kontol kamu dengan ini supaya licin dan kontol kamu pasti tambah enak, tenang aja ini aman sayang jadi gk usah takut lecet atau luka ". Terang bunda sambil menuangkan madu itu kekemaluanku.
Bunda : " Nahh bunda lanjutin yaa, percaya dehh sama bunda pasti kontol kamu keenakan ". Sambung bunda.
Aku hanya menganggukan kepalaku dan ibuku melanjutkan dengan meratakan madu itu kekemaluanku hingga rata dan menggenggam kemaluanku lalu mulai mengocoknya kembali. Awalnya seret entah kenapa lama kelamaan jadi licin dan kenikmatan kocokan ibuku bertambah berkali kalilipat.
Bunda : " Gimana sayang, tambah enak kan kontol kamu, tambah nikmat kan sayang, hmmm... Bunda gemes sama kontol kamu sayang ". Tanya bunda.
Aku : " Iya bunda... Uhhh bunda kontol Azam suka dikocokin bunda... Ahhhh... Ssshhh.... ". Aku yang merasakan kocokan ibuku mulai gk bisa mikir apa-apa lagi selain nikmat, nikmat dan nikmat.
Lalu bunda merubah kocokannya kemeremas remas kepala kemaluanku dan jempol tangannya memainkan lobang kemaluanku. Rasanya aduhhhh aduh aku gk kuat. Coba kalian bayangkan wanita bercadar sedang mengocok kemaluan kalian gimana sih rasanya, yaa itu terjadi padaku.
Aku : " Oohhhh... Bunda Azam gk kuat bunda pengen pipis bunda haduhhh.... ". Aku yang udah benar-benar gk kuat lagi dengan kocokan ibukh.
Bukanya berhenti tapi ibuku semakin cepat memainkan kepala kemaluanku dan lobang kemaluanku.
Bunda : " Iya keluarin sayang, kontol kamu keenakan itu, keluarin yang banyak hmmmm.. Semorotin sayang semprotin bunda sayang, bunda pengen disemprotin peju kamu sayang, ayo sayang pejuhin bunda, jangan ditahan ". Ujar bunda yang menyemangatiku untuk mencapai puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan kecuali mimpi basah sih.
Aku : " Ohh bunda... Bunda... Aaahhhhh ". Tubuhku mengejang seluruh otot yang ada pada tubuhku kaku. Aku mengeluarkan sperma sangat banyak sampai-sampai cadar dan mata hingga kepala ibuku terkena semprotan spermaku. Itupun ibuku belum melepaskan tangannya dikemaluanku dan terus mengocok kemaluanku sampai berhenti mengeluarkan spermaku.
Setelah dirasa berhenti mengeluarkan spermaku baru ibuku melepaskan tangannya dari kemaluanku.
Bunda : " Nihh liat Zam peju kamu sampai nyemprotin muka bunda, nih liat, kan jadi kotor, uhhh bunda harus ganti lagi kan... Ummhh... Tapi bunda suka kok di pejuhin kontol kamu sayang... ". Sambil menunjukan ibuku menunjuk jari nya kemukanya.
Tapi bukanya lemas tapi malah keras kemaluanku melihat ibuku yang blepotan spermaku.
Aku : " Ehhh.... Emmm... Ma.. Maaf bunda Azam gk sengaja ". Jawabku yang merasa gk enak sama ibuku.
Tiba-tiba bunda diam menunduk dan sepertinya memikirkan sesuatu.
Aku : " Bunda kenapa... Apa bunda... "
Belum selesai aku mengucapkan kata-kata ibuku menjawab.
Bunda : " Bunda sebenernya bingung nak, disisi lain bunda takut akan dosa disisi lain juga bunda udah lama gk melihat kemaluan seorang laki-laki dan yang lebih buat bunda takut kenapa harus kamu nak darah dagingku sendiri, bukan hanya melihat tapi menggenggam dan melakukan hal yang gk boleh dilakukan oleh ibu dan anak". Jawab ibuku yang mulai menangis dengan perbuatanya. Saat itu aku mulai mengerti apa yang dirasakan ibuku.
Aku : " Bunda jangan merasa bersalah itu semua karna kecelakaan dan tanpa sengaja, biarkan kejadian ini mengalir seperti air bunda ". Aku langsung memeluk bunda tanpa risih karna badanku otomatis juga terkena cipratan spermaku yang masih basah dicadar ibuku.
Bunda : " Iya nak bunda mengerti ". Jawab bunda kepadaku setelah itu aku melepaskan pelukan ibuku dan ibuku berhenti menangis.
Aku : " Sekarang Azam mau tanya bunda sebenarnya bunda juga menginginkannya kan ". Tanyaku kepada bunda karna aku juga penasaran pada ibuku. Sambil menunduk ibuku menjawab.
Bunda : " Iya nak bunda sebenarnya menginginkannya, setelah lebih dari sepuluh tahun bunda menahannya dan gk melihat kemaluan laki-laki dan setelah melihat dan itu kemaluanmu yang ternyata lebih besar dan panjang dari ayahmu entah kenapa bunda menginginkannya nak, maafkan bunda nak karna bunda juga terangsang setelah melihat punyamu ". Jelas bunda.
Aku yang gk tega melihat bunda langsung memeluk bunda sekali lagi dan anehnya aku sudah gk merasakan pusing lagi malah tubuhku segar dan bersemangat lagi seperti biasanya.
Aku : " Iya bunda Azam mengerti dan Azam gk akan menceritakannya kepada siapapun, jika bunda ingin melihat kontol Azam lagi atau ingin memegang kontol Azam lagi, Azam akan memberikannya kepada bunda ". Jelasku kepada ibuku.
Bunda : " Azam kenapa kamu bilang kata-kata yang gk sopan begitu kepada bunda? ". Kata ibuku dengan nada marah.
Aku yang terkejut dan hanya bisa bengong lalu sepersekian detik aku pun tersadar kalau ibuku hanya mau bilang kata-kata itu kalau posisinya sedang terangsang.
Aku : " Maaf bunda maafkan Azam ". Aku langsung meminta maaf kepada ibuku dan takut kalau ibuku marah.
Bunda : " Yasudah sekarang kamu istirahat dulu agar cepat sembuh ". Sambil berdiri ibuku mengambil baskom berisikan air dan kain lap tidak lupa dengan madunya pergi meninggalkanku tapi sebelum pergi ibuku sempat melirik kekemaluanku dan tersenyum.
Huhhh bunda engkau memang sulit untuk difahami, batinku.
Akupun melanjutkan tidurku dengan perasaan puas senang nikmat mengingat kejadian tadi.
Okai.....
Aku ngelonin istri dulu ya.... Byeee....
Salam....