Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KEPUTUSANKU ( NO SARA )

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
mantaf sekali suhu, penasaran kenapa kak nisa tau kalau azam chat sama hera, harus di ceritain nih suhu
 
Berhubung sudah tutup toko maka lanjut ya......



Awal Kisah.

Saat itu adzan subuh baru berkumandang dan bunda mengetuk pintu kamarku.

Bunda : tok tok tok, "Zam, Azam bangun nak udah adzan subuh ini".

Bunda mencoba membangunkanku dluar pintu kamar.

Bunda : tok tok tok, "Azam bangun",
ceklek,kamarku jarang aku kunci soalnya.

Bunda : "nak bangun". Sambil mencoba menepuk nepuk kakiku.

Sebernya aku udah bangun tapi malas mw melek jadi aku diem aja, hehehehe

Aku hanya tidur memakai sarung aja yang melekat ditubuhku dan tanpa celana dalam, gerah soalnya. Sialnya ibuku menarik selimut yang aku gunakan dan terpampanglah tenda alam menjulang karna ukuran 15cm dan berdiameter 5cmn itu, setiap pagi pasti pakuku bangun gk tw kenapa.

Bunda : " Azam bang... Ehh... Astaghfirullah...". Lalu menutup tubuhku kembali dengan selimut dan terus membangunkanku.

Bunda : "A.. Azam bangun yuk nak udh subuh ini". Terus menepuk kakiku.

Akhirnya aku bangun juga karna kasihan melihat ibuku yang terus terusan membangunkanku. Dan kulihat ibuku sudah memakai mukena dan cadarnya.

Aku : " Iya bunda, aku bangun... Hoaamm... Udah subuh ya bunda".

Bunda : " Iya sayang udh cepet bangun kita sholat subuh kemasjid".

Aku : " Baik bunda ".

Akhirnya aku bangun dari tempat tidurku dan segera ambil air wudhu dan memakai gamisku ( ada lho gamis buat cowo hmm itu lhoo jubah2 itu lho) dan kopiahku lalu segera menghampiri ibuku.

Aku : " Ayo bunda keburu telat lho... " Karna jarak dari rumah kemasjid itu lumayan jauh dan rumahku paling pojok diantara rumah yang lain. Samping rumahku itu kebon pisang milik Pak RT.

Bunda : " Iya sayang sebentar bunda kunci pintu rumah dulu... Klik... Dah yukk " Sambil kita berjalan menuju kemasjid bersama.

Sepulang dari masjid aku dan ibuku langsung beberes rumah, yahh kebiasaan keluargaku kalau abis sholat subuh kemasjid gk tidur lagi tapi beres2 rumah. Ibuku memasak nasi dan sebagainya sedangkan aku bersih2 rumah, nyapu lantai rumah, ngepel, pokoknya beres2 rumahlah, sampai halaman depan. Rumahku rumah sederhana ada pintu pagar yg lumayan tinggi dan ditutup dengan plastik tebal buram entah itu apa namanya aku jg gk tw. Aku lanjutkan ke belakang rumah untuk menyapu, nah dibelakang rumah ini ibuku menanam banyak sayur2an dan buah kalo tempatnya lumayan lebar hmm yahh klo dibuat rumah sederhana lagi cukuplah malah sisa ruang buat halamannya. Ibuku sangat senang menanam sayur dan buah ada juga bunga2 entah bunga anggrek, mawar, kamboja, banyaklah pokoknya. Dan itu dipagar batu bata oleh ayahku dulu agar bisa nandain tanahnya ( yahh maklum tanah warisan dari kakek ).


Saat aku selesai, bunda memanggilku untuk sarapan.

Bunda : " Azam... Ayo nak kita sarapan udh matang semua ini ".

Aku : " Iya bunda, aku cuci2 dlu ".
Aku langsung cuci kaki cuci muka cuci tangan tentunya pake sabun karna biasakan hidup bersih, heheheh.

Aku : " Bunda kita sarapan apa pagi ini? ".

Bunda : " Telor dadar sama sayur oseng tempe nak ". Jawab bunda sambil duduk dtempat makan.

Oiya kami emang gk ada kursi di dapur atau ruang tamu, dan hanya dialasi dengan karpet beludru aja, bukanya gk beli tp emang kebiasaan kami lesehan dan itu sangat nyaman lho.

Aku : " Alhamdulillah baik bunda ".
Jujur aku gk pernah pilih2 dalam makanan karna itu adalah rejeki, msh untung bisa makan, kalau gk kan repot.

Aku langsung tancap gass aja ambil nasi sayur lauk lalu aku makan dengan lahap karna masakan ibu itu sebuah anugrah heheheh sangat2 enak. Hmmm...

Aku : " Alhamdulillah bunda ini enak banget bunda, masakan bunda bener2 enak, knp sih bunda kalau bunda masak itu pasti enak? ".

Bunda : " Alhamdulillah itu rejeki nak, enak atau gk nya itu asalkan kita mensyukuri apa yang telah diberikan kepada kita itu pasti enak ".

Aku : " Hmm... Iya ya bunda... Tp ini enak banget bunda, wahh selain bunda itu manis orangnya tapi bunda jg pandai memasak dan rajin, pantas aja ayah sangat sayang dan cinta sama bunda ". Tanpa sadar aku bilang yang menurutku itu kurang sopan untuk diucapkan dengan orang yang lebih tua.

Bunda : " Alhamdulillah... Udh makan dulu jangan sambil omong itu gk baik ".

Aku : " Baik bunda ".
Sambil merasa bersalah kepada ibuku dengan ucapanku barusan dan sepertinya ibuku gk memikirkan itu.

Selesai makan aku lalu membantu bunda cuci piring dan hal itupun terjadi, yang membuatku merasa panas dingin, yaa bisa dibilang klise sih kejadiannya tp itu memang terjadi saat itu.
Tanpa sengaja panci yang dicantolkan diatas keran wastafel tersenggol oleh tanganku pada saat aku ingin menaruh piring karna rak piring gantung diatas wastafel dan keran wastafel itu patah kejatuhan panci lalu air menyemprot dengan reflek tangan kiriku menutupi saluran air wastafel itu tp karna arus airnya kencang jadi menyemprot kearah kananku dan ibuku posisinya ada di sebelah kananku dan kesemprotlah ibuku sampai basah. Karna panik ibuku langsung menjerit.

Bunda : " Astaghfirullah... Aaaaa... Azam itu airnya... Ahhh.. Bunda kesemprot ini ".

Karna panik bunda membantuku menutupi saluran air di wastafel itu dengan tangannya.

Aku : astaghfirullah bunda... Bunda tolong tutupin kran air ini Azam mw nutup saluran air yang kearah wastafelnya ".

Bunda : " Baiklah nak... Tapi cepat karna ini nyemprot kemana-mana ".

Aku langsung ngacir aja keluar dapur menuju tangki air dekat sumur lalu menutup keran saluran air yang kearah wastafel. Selepas itu aku kembali kedapur untuk membantu bunda yang sedang menutupi keran air diwastafelnya.

Aku : " Sudah bunda ".

Lalu bunda melepas tangannya dan aku baru sadar kalau gamis, khimar dan cadar bunda basah oleh cipratan air itu.

Bunda : " Azam... Azam... Ehh malah bengong sih, ngapain ".

Aku : " Ehh iya bunda maaf ".
Karna aku melihat bunda basah kuyup dibagian depan maka telihatlah ceplakan tubuhnya. Ternyata susu bunda besar mungkin sebesar kepala bayi. Entahlah. Aku langsung tersadar. Astaghfirullah mikir apa aku ini, tapi memang besar sihh.

Bunda : " Azam cepat ganti baju ntar masuk angin lho, bunda jg mau ganti. Uhh basah semua baju bunda sampe kedalam". Sambil berjalan menuju kamarnya.

Aku hanya bisa bengong aja yaa baru kali ini aku liat ternyata susu bunda besar,. Karna selama ini tertutup gamis dan kerudung besarnya dan juga cadar jadi gk terlalu nampak, tapi ini sangat jelas nyeplak.. Huhh.
Lalu aku menuju kekamarku untuk sekalian mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian aku merasa aneh pada tubuhku. Yaa tubuhku terasa panas dan kepalaku pusing, cuma gara2 begitu aja sampai begini. Ya memang tapi perkataan bunda tadi itu menjadi kenyataan. Duhhh.

Aku langsung berbaring dikasurku sambil memakai selimut karna yang aku rasakan sekarang merasa dingin disekujur tubuhku tetapi panas bila kurasakan saat menyentuh keningku. Akhirnya aku tertidur karna merasa gk kuat lagi.


Berhubung ini cerita seru jadi aku sengaja tidak menceritakan sampai benar-benar detil ya suhu. Jadi nikmatin saja ya. Oiyaa jangan lupa kritik sarannya supaya aku juga tambah ilmu nulisnya. Hehehehe.....
Ini cerita fiktf apa bkn?
 
Mumpung sudah sampai rumah....

Aku tambahin biar gk kentang...



Secara bertahap ibuku memegang kemaluanku karna ibuku itu mungil tingginya hanya 150 cm jadi tangan ibuku juga kecil. Sungguh nikmat sekali saat bunda memegang batang kemaluanku dan mulai mengelap kemaluanku dengan kain lap.

Bunda : " Azam kenapa tegang sekali ininya mana keras lagi, apa kamu bersyahwat nak? ". Ibuku mulai bertanya kepadaku.

Aku : " Maaf bunda tapi Azam baru kali ini kemaluan Azam dipegang oleh orang lain bunda jadi maafin Azam kalau Azam bersyahwat ". Aku mulai jujur kepada bunda.

Bunda : " Iya nak gpp tapi inget ini bunda nak, bukan orang lain, masa dengan ibu kandung kamu sendiri bersyahwat nak ". Ibuku yang mulai nyaman dengan itu semua bertanya kepadaku.

Aku : " Maaf bunda ". Aku terus meminta maaf lepada bunda.

Bunda : " Azam bunda mau tanya, kenapa Azam bengong waktu kejadian kran wastafel tadi, apa Azam melihatnya nak? ". Entah kenapa ibuku menanyakan kejadian itu.

Aku : " Maaf bunda Azam melihat semuanya dan baru kali ini Azam melihat emm... ". Aku yang tidak mampu meneruskan perkataanku karna malu dan takut ibuku marah.

Ibuku terus mengelap kemaluanku hingga bersih tapi entah kenapa setelah selesai mengelap kemaluanku ibuku memegangnya dan bertanya yang membuatku makin terangsang.

Bunda : " Azam asal kamu tau nak kemaluan kamu ini besar bahkan punya ayah kamu pun gk sebesar ini dan bersih tanpa adanya bulu, apa kamu selalu mencukur hingga gundul begini nak? ". Tanya ibuku yang masih memegang kemaluanku.

Aku : " Iya bunda seminggu sekali aku cukur, aku risih bunda kalau tumbuh bulu makanya aku cukur sampai gundul supaya nyaman ". Jawabku sambil menikmati kemaluanku dipegang oleh bunda. Duhhh bundaaa baru dipegang aja udah nikmat begini, apalagi aaaaahhhh otakku terus dipenuhi dengan hal-hal nikmat.

Bunda : " Iya nak bagus kalau begitu jadi bersih dan nyaman, kan kalau bersih begini dilihat juga enak, hmmm.... Azam bunda mau tanya nak tapi jawab jujur yaa, apa kamu pernah onani nak? ". Tanya bunda kepadaku.

Aku : " Belum pernah bunda ". Jawabku yang terus menikmati genggaman tangan ibuku pada kemaluanku.

Bunda : " Bagus dehh sayang, jangan lakukan itu yaa karna itu gk baik ". Terang ibuku yang masih memegang kemaluanku tanpa melakukan hal lebih.

Aduh bunda aku ingin lebih bunda, batinku berteriak. Tiba-tiba ibuku melakukan sesuatu yang inginku rasakan.

Bunda : " Aaa.. Aazzam bunda tau kalau kamu sangat terangsang, bunda akan melakukan sesuatu tapi bunda ingin kamu merahasiakannya ya jangan ceritakan semua ini kepada siapapun, janji nak ". Jelas bunda kepadaku yang pada saat itu aku sudah sangat terangsang.

Ibuku mulai ada pergerakan yaitu tangan ibuku mulai mengocok pelan kemaluanku pelan tapi pasti. Tanpa sengaja aku megerang karna nikmatnya kocokan ibuku.

Aku : " Egghh.... Bunda enak bunda, emmhh... Hmmm... ". Erangku tanpa sadar.

Bunda : " Iya sayang, rasakan kocokan bunda yaa, nikmati ya sayang ". Ibuku terus mengocok kemaluanku.

Bunda : " Azam kalau mau bilang, bilang aja apa yang ingin kamu katakan sayang , jangan malu ". Timpal bunda kepadaku.

Aku : " Iya bunda... Kocokan bunda enak... Ummmhh... Ahhhh.... Terus bunda.... Enak bunda.... Ohhhh.... Ssssshhhhh.... ". Aku yang saat itu melihat ibuku menyipitkan matanya dalam artian tersenyum karna perkataanku walaupun ibuku menggunakan cadar tapi aku tau kalau ibuku tersenyum.

Bunda : " Iya sayang, enak kan kocokan bunda... Hmmm... Kontol kamu pasti suka kalau bunda kocokin begini kan... Mau bunda kocokin terus sayang? ". Tanya bunda.

Aku terkejut dengan apa yang ibuku ucapkan. Karna setauku ibuku itu orang yang kalem, lembut, gk pernah mengucapkan kata-kata yang aneh-aneh, tapi ini.....

Aku : " Ahhhh.... Sssshhhh... Iy... Iya bunda... Kemaluan Azam enak bunda ". Jawabku.

Bunda : " Azam kan bunda udah bilang Azam gk usah malu kalau ingin bilang sesuatu kan, apalagi kalau bunda sedang ngocokin kontol kamu begini kamu bebas mau bilang apa aja ". Protes ibuku.

Aku : " Ahh.... Iya bunda.... Kontol Azam suka dikocokin bunda, tangan bunda sangat nikmat ngocokin kontol Azam ". Aku yang saat itu mulai berani mengucapkan kata-kata asing didalam hidupku.

Lalu tiba-tiba ibuku menghentikan kocokannya dan melepaskan genggamannya dari kemaluanku dan pergi keluar kamarku. Entahlahh. Saat itu aku hanya takut ibuku tersadar dan marah kepadaku.
Setelah 5 menit bunda kembali dengan tangannya membawa sesuatu seperti botol kecil entah apa itu aku kurang jelas melihatnya karna bunda menggenggam botol itu.

Bunda : " Sayang maaf ya bunda berhenti dan keluar kamarmu karna bunda ingin ambil ini sayang, ini adalah madu jadi bunda ingin ngocokin kontol kamu dengan ini supaya licin dan kontol kamu pasti tambah enak, tenang aja ini aman sayang jadi gk usah takut lecet atau luka ". Terang bunda sambil menuangkan madu itu kekemaluanku.

Bunda : " Nahh bunda lanjutin yaa, percaya dehh sama bunda pasti kontol kamu keenakan ". Sambung bunda.

Aku hanya menganggukan kepalaku dan ibuku melanjutkan dengan meratakan madu itu kekemaluanku hingga rata dan menggenggam kemaluanku lalu mulai mengocoknya kembali. Awalnya seret entah kenapa lama kelamaan jadi licin dan kenikmatan kocokan ibuku bertambah berkali kalilipat.

Bunda : " Gimana sayang, tambah enak kan kontol kamu, tambah nikmat kan sayang, hmmm... Bunda gemes sama kontol kamu sayang ". Tanya bunda.

Aku : " Iya bunda... Uhhh bunda kontol Azam suka dikocokin bunda... Ahhhh... Ssshhh.... ". Aku yang merasakan kocokan ibuku mulai gk bisa mikir apa-apa lagi selain nikmat, nikmat dan nikmat.

Lalu bunda merubah kocokannya kemeremas remas kepala kemaluanku dan jempol tangannya memainkan lobang kemaluanku. Rasanya aduhhhh aduh aku gk kuat. Coba kalian bayangkan wanita bercadar sedang mengocok kemaluan kalian gimana sih rasanya, yaa itu terjadi padaku.

Aku : " Oohhhh... Bunda Azam gk kuat bunda pengen pipis bunda haduhhh.... ". Aku yang udah benar-benar gk kuat lagi dengan kocokan ibukh.

Bukanya berhenti tapi ibuku semakin cepat memainkan kepala kemaluanku dan lobang kemaluanku.

Bunda : " Iya keluarin sayang, kontol kamu keenakan itu, keluarin yang banyak hmmmm.. Semorotin sayang semprotin bunda sayang, bunda pengen disemprotin peju kamu sayang, ayo sayang pejuhin bunda, jangan ditahan ". Ujar bunda yang menyemangatiku untuk mencapai puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan kecuali mimpi basah sih.

Aku : " Ohh bunda... Bunda... Aaahhhhh ". Tubuhku mengejang seluruh otot yang ada pada tubuhku kaku. Aku mengeluarkan sperma sangat banyak sampai-sampai cadar dan mata hingga kepala ibuku terkena semprotan spermaku. Itupun ibuku belum melepaskan tangannya dikemaluanku dan terus mengocok kemaluanku sampai berhenti mengeluarkan spermaku.
Setelah dirasa berhenti mengeluarkan spermaku baru ibuku melepaskan tangannya dari kemaluanku.

Bunda : " Nihh liat Zam peju kamu sampai nyemprotin muka bunda, nih liat, kan jadi kotor, uhhh bunda harus ganti lagi kan... Ummhh... Tapi bunda suka kok di pejuhin kontol kamu sayang... ". Sambil menunjukan ibuku menunjuk jari nya kemukanya.
Tapi bukanya lemas tapi malah keras kemaluanku melihat ibuku yang blepotan spermaku.

Aku : " Ehhh.... Emmm... Ma.. Maaf bunda Azam gk sengaja ". Jawabku yang merasa gk enak sama ibuku.

Tiba-tiba bunda diam menunduk dan sepertinya memikirkan sesuatu.

Aku : " Bunda kenapa... Apa bunda... "
Belum selesai aku mengucapkan kata-kata ibuku menjawab.

Bunda : " Bunda sebenernya bingung nak, disisi lain bunda takut akan dosa disisi lain juga bunda udah lama gk melihat kemaluan seorang laki-laki dan yang lebih buat bunda takut kenapa harus kamu nak darah dagingku sendiri, bukan hanya melihat tapi menggenggam dan melakukan hal yang gk boleh dilakukan oleh ibu dan anak". Jawab ibuku yang mulai menangis dengan perbuatanya. Saat itu aku mulai mengerti apa yang dirasakan ibuku.

Aku : " Bunda jangan merasa bersalah itu semua karna kecelakaan dan tanpa sengaja, biarkan kejadian ini mengalir seperti air bunda ". Aku langsung memeluk bunda tanpa risih karna badanku otomatis juga terkena cipratan spermaku yang masih basah dicadar ibuku.

Bunda : " Iya nak bunda mengerti ". Jawab bunda kepadaku setelah itu aku melepaskan pelukan ibuku dan ibuku berhenti menangis.

Aku : " Sekarang Azam mau tanya bunda sebenarnya bunda juga menginginkannya kan ". Tanyaku kepada bunda karna aku juga penasaran pada ibuku. Sambil menunduk ibuku menjawab.

Bunda : " Iya nak bunda sebenarnya menginginkannya, setelah lebih dari sepuluh tahun bunda menahannya dan gk melihat kemaluan laki-laki dan setelah melihat dan itu kemaluanmu yang ternyata lebih besar dan panjang dari ayahmu entah kenapa bunda menginginkannya nak, maafkan bunda nak karna bunda juga terangsang setelah melihat punyamu ". Jelas bunda.

Aku yang gk tega melihat bunda langsung memeluk bunda sekali lagi dan anehnya aku sudah gk merasakan pusing lagi malah tubuhku segar dan bersemangat lagi seperti biasanya.

Aku : " Iya bunda Azam mengerti dan Azam gk akan menceritakannya kepada siapapun, jika bunda ingin melihat kontol Azam lagi atau ingin memegang kontol Azam lagi, Azam akan memberikannya kepada bunda ". Jelasku kepada ibuku.

Bunda : " Azam kenapa kamu bilang kata-kata yang gk sopan begitu kepada bunda? ". Kata ibuku dengan nada marah.

Aku yang terkejut dan hanya bisa bengong lalu sepersekian detik aku pun tersadar kalau ibuku hanya mau bilang kata-kata itu kalau posisinya sedang terangsang.

Aku : " Maaf bunda maafkan Azam ". Aku langsung meminta maaf kepada ibuku dan takut kalau ibuku marah.

Bunda : " Yasudah sekarang kamu istirahat dulu agar cepat sembuh ". Sambil berdiri ibuku mengambil baskom berisikan air dan kain lap tidak lupa dengan madunya pergi meninggalkanku tapi sebelum pergi ibuku sempat melirik kekemaluanku dan tersenyum.

Huhhh bunda engkau memang sulit untuk difahami, batinku.

Akupun melanjutkan tidurku dengan perasaan puas senang nikmat mengingat kejadian tadi.



Okai.....

Aku ngelonin istri dulu ya.... Byeee....


Salam....
Gokil nih,, tp aneh nya bundanya g kepanadan tuh pk cadar?
 
Lanjut ya....

Selamat membaca....



Tanpa terasa aku tertidur saat itu dan terbangun saat ibuku membangunkanku untuk sholat subuh.

Bunda : " Azam bangun nak sudah subuh ini, Zam bangun Azam ". Sambil menepuk kakiku.

Aku yang masih belum terkumpul semua nyawaku pun terkejut karna aku tidur dari habis maghrib sampai subuh.

Aku : " Astaghfirullah bunda beneran sudah subuh ini? Aduh aku juga belum sholat isya bunda ". Kataku sambil berjalan untuk mengambil gamis dan kopiahku.

Bunda : " Iya nak sudah subuh ini, bunda sudah coba bangunin kamu tapi gk bangun-bangun jadi ya bunda biarkan saja, lagipula kamu tidur sepertinya enak banget jadi bunda gk tega buat bangunin kamu lagi ". Jawab bunda.

Kulihat bunda sudah memakai mukena beserta cadarnya.

Aku : " Iya bunda, yaudah berangkat yuk bunda aku wudhu dimasjid aja ". Ajakku dan dianggukkan oleh ibuku.

Setelah kembalinya aku dan ibuku sholat subuh dimasjid aku seperti biasa bersih-bersih rumah seperti biasanya tanpa ada hal yang menarik.

Malam hari setelah aktifitas dirumah aku melanjutkan menghubungi kak Nissa melalui whattip. Kami video call saat itu dan bercerita aktifitas kami masing-masing. Saat itu kak Nisa menggunakan khimar berwarna coklat dan cadar tali nya yang berwarna merah. Lalu aku iseng-iseng aja bertanya pada kak Nissa.

Aku : " Kak hmm... Aku kangen liat wajah kakak, secara udah lama sekali aku tidak melihat wajah kakak, yaa siapa tahu berubah gitu ". Ujarku.

Kak Nissa : " Iihhh adek kenapa gitu? iya ya udah lama juga adek kakak ini gk liat wajah kakak, hihihi". Kata kak Nissa.

Duhh denger suaranya saja aku sudah gimana gitu padahal sering mengobrol lewat video call tapi entah kenapa suara kak Nissa kali ini sangat berbeda. Entah kak Nissa nya atau aku nya yang sedang aneh. Secara video call sama kak Nissa kali ini membuat pakuku mengeras, hmmm.

Aku : " Iya kali kak, orang kak Nissa saja kalau pulang juga tidak pernah buka cadar kakak kok, kok betah sih kak maksudku apa tidak gerah secara didalam rumah loh ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Yeee.... Secara kakak sudah terbiasa dari kecil kali dek, disini juga kakak gk pernah lepas cadar walaupun dikosan dek, rasanya malah aneh kalau lepas cadar ". Jawab kak Nissa.

Aku : " Apa jangan-jangan kakak kalau tidur juga pakai cadar ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Iya dek yaa kecuali mandi sihh, hihihi yaudah buat adek kakak yang sangaaatt kakak sayangi dan kakak cintai kakak lepas ini, hmm... Siap dek lihat wajah kakak, hmm, oke dehhh, satu.... Duaa.... Tigaa.... ". Jawab kakaku yang kulihat kak Nissa melepas cadarnya.

Kulihat wajah yang sangat manis dengan lesung pipit dikedua pipinya dan gingsul di kedua taringnya. Ahhh kakakku memang istimewa. Aku juga merasakan dibawah sana sekarang sangat keras karna melihat wajah kak Nissa.

Kak Nissa : " Nii udah kan dek kakak lepas cadar kakak, hihihi bagaimana dek apa ada perbedaannya? Hmm ". Tanya kak Nissa sambil bergaya imut dengan kedua tangannya ditempelkan dipipinya.

Aku melongo sesaat karna tidak percaya kalau kak Nissa sekarang sangat-sangat cantik dan manis.

Aku : " Masya Allah kak, kakak bukan hanya cantik dan manis saja tapi seperti bidadari, uhhhh cemburu aku kak secara betapa beruntungnya suami kakak kelak bisa memiliki kakak ". Kataku.

Entah kenapa aku cemburu kepada suami kakak besok, padahal calon saja belum punya tapi aku sangat cemburu. Aaarrggghhh aku tidak relaaaaa, teriakku dalam hati.

Kak Nissa : " Hihihi adek kenapa sih hmmm.... Adek cemburu yaa... Masa sama kakaknya sendiri cemburu sihhh hihihi, tenang aja kakak belum mikir sampai situ dek, kakak masih ingin belajar setinggi tingginya, hihihi calon saja kakak tidak punya kok, suer ". Canda kak Nissa.

Aku yang saat itu tidak tau harus berbuat apa hanya senyum saja. Lalu tiba-tiba kak Nissa diam dan menunduk, kudengar kak Nissa sepertinya menangis, aku saat itu juga merasakan tidak enak. Perasaanku yang campur aduk melihat kak Nissa menunduk.

Aku : " Kak, kakak kenapa menangis ". Tanyaku.

Setelah beberapa saat kak Nissa mulai berbicara kepadaku yang membuatku juga merasa sangat sedih.

Kak Nissa : " Dek, kakak sebenarnya sangat rindu denganmu dek juga dengan bunda, kakak ingin sekali pulang tapi kakak sedang skripsi dek, rasanya ingin kakak paksakan untuk pulang tapi tanggung. Secara empat tahun kakak tidak pulang dek. Kakak kangen banget sama kamu dan bunda dek, hiks hiks hiks ". Jawab kak Nissa sambil menangis.

Aku juga tak kuasa melihat kakakku menangis jadi ikut menangis juga. Benar juga kak Nissa sudah empat tahun tidak pulang.

Aku : " Kak, sudahlah kak jangan nangis aku juga ikutan nangis kan.... Nanti kakak tambah cantik loh kalau nangis terus ". Candaku.

Kak Nissa : " Hiks... Hiks.... Hiks.... Apaan sihh dek gombal mulu dari tadi ". Protes kak Nissa yang sudah mulai berhenti menangis.

Aku : " Nahh gitu dong kak, udah dong nangisnya, sekarang senyum dong kak agar manisnya nampak lebih manis lagi ". Candaku.

Kak Nissa : " Iiiihhhhh.... Adek..... kakak malu nihh ". Kak Nissa yang sudah mulai senyum-senyum.

Aku : " Hahaha ehh kak kalau kakak malu-malu gitu aku pengen banget cubit pipi kakak... Abisnya aku gemes sama kakak ". Kataku.

Kak Nissa : " Iihhh apaan sihh emang pipi kakak apaan dicubit cubit ". Protes kak Nissa.

Kak Nissa : " Ehhh dek emmm.... Itu... Kamu kok gk pake baju gitu sihh? ". Sambung kak Nissa yang hanya melihatku memakai sarung saja.

Karna hp aku letakan diatas bantal dan aku duduk didepannya otomatis kelihatan oleh kakakku.

Aku : " Gerah kali kak.... Emang kenapa kak? ". Tanyaku

Kak Nisa : " Gpp sih... Tapi aneh aja liat kamu telanjang dada begitu mana cuma pakai sarung lagi ". Jawab kak Nissa.

Aku : " Lahh ngapain juga kakak liat sampai situ ". Elakku.

Kak Nissa : " Gimana kakak tidak lihat orang kamunya duduknya didepan hp kamu gitu, otomatis kelihatan lah dek, hayo jangan-jangan... ". Kata kakaku.

Aku : " Jangan-jangan kenapa kak ". Tanyaku.

Aku penasaran dari kata-kata kak Nissa yang ngegantung itu. Apa jangan-jangan kak Nissa sadar ya kalau aku tidak pakai celana dalam, pikirku.

Kak Nissa : " Ehhh tidak kok dek ". Jawab kakaku.

Tapi aku lihat kak Nissa ingin mengatakan sesuatu tapi dia tahan. Hmmm... Apa aku kerjain sekalian aja ya, hihihi...

Aku : " Hayo kakak mikir apa.... Hmmm aku tau kakak mikir apa ". Kataku.

Kak Nissa : " Ihhh apaan sih... Memangnya kamu tau kakak mikir apa? ". Kata kak Nissa.

Aku : " Hayo kakak tadi mau bilang jangan-jangan adek tidak pakai celana dalam yaa, gitu kan ". Candaku.

Kak Nissa : " Iihhh apaan sih dek ". Protes kak Nissa sambil menunduk malu.

Aku : " Wahahhahaha..... Cieee bener kan kalau kakak mikir gitu hahahahah.... Sudah tenang saja kak, orang sama adek sendiri juga ". Kataku.

Aku tertawa ngakak melihat kak Nissa yang malu-malu begitu. Tapi gemas juga liat ekpresinya, duhhh mana malah bangun lagi ini paku, aaahhhhh, pikirku.

Kak Nissa : " Iiiiihhhhh adek.... Kenapa sihh suka banget ngerjain kakak ". Tanya kak Nissa.

Aku : " Ahahhahaha... Kenapa kak hihihi... Apa kakak mau lihat yang didalam sarung ini, hmm? ". Jawabku.

Aku sengaja mengatakan itu, aku ingin tau respon Kak Nissa itu bagaimana.

Kak Nissa : " Ehh... Gk... Gk... Iiiihhhh apaan sihhh ". Jawab Kak Nissa.

Aku melihat kalau Kak Nissa gelagapan menjawab pertanyaanku. Tapi juga aku melihat kalau Kak Nissa juga penasaran dengan itu. Aku jadi tertawa melihat ekpresi Kak Nissa.

Aku : " Wahahahhaa.... Ngakak aku kak lihat ekpresi kakak ahahahha... ". Kataku.

Kak Nissa : " Ihhh.... Adek... Tega banget sih ngerjain kakak, gk lucu tau dek, huft". Gerutu Kak Nissa.

Duhhh kak kalau kakak cemberut begitu aku jadi tambah gemas karna keimutanmu kak, batinku.

Aku : " Ahahahahaha.... ". Jawabku tertawa saja.

Kak Nissa : " Awas aja kalau kakak pulang, bakalan kakak balas ". Ancam Kak Nissa.

Aku hanya tertawa saja Kak Nissa mengancamku. Setelah lebih dari satu jam kami mengobrol lewat video call akhirnya Kak Nissa menutup video call kami karna Kak Nissa ingin melanjutkan mengetik makalah atau apalah itu namanya, tapi sebelum menutup video call kami Kak Nissa memakai cadarnya kembali.

Ahhhh kak, seandainya kakak bukan kakakku aku ingin menikah denganmu, pikirku. Entahlah aku juga tidak tau kenapa aku mempunyai perasaan begini kepada kakakku dan ibuku.
Aku pun akhirnya keluar dari kamar dan kulihat ibuku sedang menonton tv saat itu. Ibuku saat itu menggunakan gamis khimar dan cadar model tali warna hitam.

Aku : " Bunda, apa bunda tidak merasakan gerah secara malam ini cuaca terasa panas loh? ". Tanyaku kepada ibuku sambil duduk disamping ibuku.

Bunda : " Ehh Azam.... Iya nak bunda gerah makanya bunda nyalain kipas anginnya tuhh ". Jawab bunda sambil menunjuk kearah kipas angin disamping tv.

Aku : " Iya sihh, orang Azam saja cuma pakai sarung saja bunda, saking gerahnya ". Kataku.

Ibuku melihatku sesaat dan melanjutkan melihat acara ditv itu yang saat itu sedang menampilkan acara " Sapi jirwa ".

Aku : " Lahh nonton itu lagi, gk ada acara tv yang lain bunda ". Tanyaku.

Bunda : " Ada sih tapi bunda suka aja liat itu sayang, daripada nonton sinetron gk jelas kan mending nonton itu aja kan? ". Kata bunda.

Aku : " Iya sih ". Kataku singkat.

Lalu aku duduk disebelah kiri ibuku. Baru saja aku duduk tiba-tiba ibuku menyenderkan kepalanya dibahu kananku. Aku tidak tau kenapa ibuku berbuat seperti itu tapi aku biarkan saja. Mungkin ibu sedang merasakan sepi atau kurang nyaman makanya ibuku melakukan itu.

Aku : " Bunda kenapa sihh... Tidak biasanya bunda begini ". Tanyaku.

Bunda : " Tidak apa-apa sayang hanya saja bunda merasa sangat nyaman kalau didekat kamu nak ". Jawab ibuku.

Setelah lumayan lama ibuku menyandarkan kepalanya dibahu kananku ibuku bangkit dari posisinya dan meninggalkanku menuju kamarnya.

Aku sih tidak mau tau sebenarnya, ya mungkin bunda ingin istirahat, fikirku.
Tidak lama setelah itu ibuku keluar dari kamar dan berjalan kearahku. Kulihat ibuku hanya mengganti khimar dan cadarnya saja jadi khimar yang lebih pendek tapi masih panjang dan lebar dan cadar bandananya saja yang semula menggunakan cadar tali. Lalu ibuku duduk disampingku dan menyenderkan kepalanya dibahuku lagi. Aku yang saat itu bingung mau ngapain jadi aku hanya diam saja.

Bunda : " Azam, kenapa kamu diam saja? Dan juga kenapa jantungmu berdetak lebih cepat sayang? ". Tanya ibuku sambil menoleh kewajahku.

Entah kenapa saat itu ibuku terlihat sangat manja. Akupun menjadi gugup sendiri dengan tingkah ibuku.

Aku : " Ti... Tidak apa-apa bunda ". Jawabku.

Mulutku seakan terkunci susah sekali untuk berbicara. Duhh bunda wajah bunda kedeketan, batinku.

Bunda : " Hihihi... Azam kok gugup gitu sih sama bunda, kenapa sihh? ". Tanya ibuku.

Aku tidak tahu harus bilang apa lagi kepada ibuku karna gugup dan yang buat aku gk bisa ngomong itu wajah ibuku tepat berada di telinga kiriku dan jaraknya hanya sekitar 3 cm jadi nafas ibuku terasa ditelingaku walaupun ibuku menggunakan cadar.

Bunda : " Emm... Apa Azam masih penasaran sama belanjaan bunda dimall kemarin tidak? Hmm ". Dengan suara manja ibuku bertanya kepadaku.

Ahhh aku baru ingat belanjaan itu.

Aku : " Emm... Sebenarnya masih bunda entah kenapa Azam penasaran dengan itu bunda ". Jawabku.

Gugup, degdegan, keringat dingin, dan pakuku tegang dan keras.

Bunda : " Tapi ada syaratnya sayang ". Kata ibuku dengan suara pelan dan sangat manja.

Duhh kenapa bunda jadi begini ya? Apa jangan-jangan bunda.....? Ahhhh entahlah, ikut alur bunda saja lah, pikirku.

Aku : " Ap... Apa... Bunda ". Tanyaku.

Bunda : " Azam harus kontrol, trus tidak boleh cerita kesiapapun, tidak boleh pegang apapun kecuali bunda yang suruh, gimana sanggup sayang ". Jelas bunda.

Ya ampun bunda.... Batinku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku saja tanpa bersuara. Ibuku lalu tersenyum dan bangkit dari duduknya lalu berjalan tiga langkah didepanku, lalu..... Aku tak percaya dengan apa yang sedang aku lihat.
Saat itu ibuku mencopot cadarnya dengan senyuman manisnya ibuku melepas khimarnya dengan sangat pelan. Lalu ibuku menarik resleting yang ada pada gamisnya kebawah. Terlihatlah sedikit kulit dada ibuku, lalu ibuku membuka belahan gamis depannya dan menarik gamis itu kebawah hingga gamis itu merosot kebawah. Semua itu dilakukan dengan sangat pelan. Terlihatlah tubuh mulus dan sexy ibuku dipadukan dengan bra hitam berendranya dan celana dalam G-string yang hanya ada tali dan sedikit kain berbentuk segitiga untuk menutupi kemaluannya. Sepertinya bra dan celana dalam itu satu set karena terlihat dari kain yang sama.

Aku hanya melongo saat itu tanpa berkata-kata.

Bunda : " Sayang, gimana? Bagus gk bra dan celana dalam bunda? Hmm... Apa masih penasaran sayang? Ini yang bunda beli dimall kemarin ". Kata ibuku sambil berputar dan bergaya.

Aku melihat ibuku sangat-sangat manis dan sexy. Dengan tubuh mungilnya, kulit kuning langsat tanpa noda, payudara yang sebesar kepala bayi, perut yang rata dan sedikit lemak, dan celana dalam yang ahhhhhh pokoknya super sexy.

Lalu ibuku berjalan sampai satu langkah didepanku lalu duduk timpuh.

Bunda : " Hihihi sayang kok bengong sih, bagus tidak? Hihihi.... Sekarang bunda ingin melepas sarung kamu sayang, bunda ingin lihat kontol kamu yaa ". Kata bunda.

Aku hanya mengangguk-angguk saja saat itu dan mengingat perkataan bunda tadi. Ahhh bunda Azam ingin menubruk bunda..... Teriakku dalam hati.

Lalu tangan ibuku memegang sarungku dan melepasnya, maka terlihatlah kemaluanku yang tepat berada didepan ibuku.

Bunda : " Sayang... Bunda kangen kontol kamu... Bunda pegang ya kontol kamu... ". Tanya ibuku, aku hanya menganggukan kepalaku.

Lalu dipeganglah kemaluanku oleh ibuku dan rasanya aduhhhhhh nikmat....

Bunda : " Sayang, bunda ingin mengocok kontol kamu, bunda menginginkannya sayang, apa boleh kontol kamu jadi milik bunda? ". Tanya ibuku.

Aku : " Aahhhhh..... Iy... Iyaaa... Bunda... Kontol Azam milik bunda, terserah bunda mau diapain kontol Azam.... ". Kataku.

Kulihat ibuku tersenyum senang. Lalu ibuku mulai mengocok kemaluanku pelan.

Saat itu tanpa sengaja tanganku ingin meraih tubuh ibuku lalu ibuku memperingatkanku syarat-syarat tadi.

Bunda : " Azam sayang, ingat syarat yang bunda berikan tadi kan.... Pokoknya sayang diam saja ya... ". Protes ibuku dengan suara pelan dan manja.

Aku hanya mengangguk diam dan mengikuti arus yang akan ibuku berikan kepadaku.

Saat itu aku sangat menikmati kocokan tangan ibuku yang sangat pelan.
Setelah beberapa menit ibuku menaikan kocokannya menjadi lebih cepat.

Bunda : " Uhhhh... Sayang kelihatannya kontol kamu ini enak... Bunda sangat terangsang sayang ". Kata ibuku.

Aku hanya melihat ibuku mengocok kemaluanku saja tanpa bisa berbuat lebih. Lalu ibuku mengambil madu yang berada disampingku. Entah kapan ibuku membawanya aku tidak tau. Lalu mengoleskannya hingga rata dikemaluanku sampai menetes-netes madu tersebut.

Bunda : " Sayang kontol kamu jadi mengkilat bunda olesin madu ini.... Ahhh sayang bunda ingin ini ya sayang kasih kebunda yah? ". Rengek bunda dengan ekpresi memelas.

Aku : " Uhhh bunda kontol Azam kan udah jadi milik bunda... Terserah bunda aja deh ". Kataku

Bunda : " Makasih ya sayang, sekarang bunda servis kontol kamu ini yaa.... Nikmati ya sayang ". Kata ibuku.

Lalu aku merasakan hal yang sangat tidak aku duga dan sangat nikmat.

Kini tubuhku ditidurkan oleh ibuku lalu dengan pelan ibuku menundukan wajahnya sampai kemaluanku dan happ.... Ibuku melahap kemaluanku. Ahh rasanya sungguh nikmat sekali.

Aku : " Ahhhh bunda enak bunda... Shhhhh... Oohhhhh ". Erangku.

Kulihat ibuku mengemut kemaluanku hingga mentok pangkal kemaluanku lalu kepalanya naik turun mengoral kemaluanku. Lalu ibuku mengemut lagi kemaluanku dan kurasakan hal yang lebih nikmat lagi. Lidah ibuku menjilati kepala kemaluanku dan lubang kemaluanku.

Aku : " Oohhh bunda ini nikmat sekali bunda.... Ohhhh.... Ssshhhh ". Erangku pasrahh.

Setelah beberapa menit ibuku melepas mulutnya lalu berganti mengemut biji kemaluanku.

Aku : " Ahhhh bunda ngilu bunda... Ahhhh nikmat bunda ". Kataku.

Sampai ibuku menghisap-hisap biji kemaluanku. Uhhh rasanya ngilu enak nikmat ahhhh entahlahh.

Bunda : " Ahahhhhh..... Sssshhhhh... Azam sayang...Kontol kamu menikmatinya kan sayang bunda emutin kyak tadi? Hmmm.... Asal kamu tau sayang, kontol kamu ini sangat enak dan nikmat lohh... Emm.... Sepertinya bunda ketagihan emutin kontol kamu ini, hihihi ". Kata ibuku sambil mengocok kemaluanku.

Bunda : " Hihihi... Pokoknya sayang nikmatin aja ya servis bunda, hihihi". Kata ibuku.

Aku hanya mengangguk saja saat itu. Coba kalian bayangkan ibuku yang kesehariannya bercadar dan jarang membuka cadarnya walaupun didalam rumah dan seorang guru di madrasah yang dipanggil ustadzah oleh muridnya dan orang-orang, yang sekarang sedang mengocok, mengoral, dan mengemut kemaluan kalian gimana sih rasanya.

Lalu ibuku melanjutkan pekerjaannya.

Aku sangat menikmati servis ibuku saat itu. Yang ada hanya eranganku saja yang keluar dari mulutku.

Setelah sekian lama aku merasakan servis dari ibuku lalu aku merasakan ingin sampai pada orgasmeku.

Aku : " Oohhh bunda aku tidak kuat lagi bunda aku ingin keluar ". Teriakku pada ibuku.

Lalu ibuku menyudahi acara oralnya lalu berganti mengocok kemaluanku.

Bunda : " Uhhh iya sayang keluarin jangan ditahan.... Keluarin peju kamu sayang ayoo..... Ayo pejuhin bunda sayang pejuhin.... Bunda senang dipejuin kamu sayang... Pejuhin bunda nak pejuhin bunda ". Kata ibuku.

Akupun tidak sanggup lagi dan crot... Crot... Crot.... Menyemburlah pejuku sampai mengenai wajah dan dada ibuku. Setelah kemaluanku tidak lagi mengeluarkan laharnya ibuku baru berhenti mengocok kemaluanku.

Bunda : " Nihh lihat sayang.... Kontol kamu pejuhin bunda lagi... Nihh lihat.... Hihihi.... Tapi bunda suka dipejuhin kamu sayang.... Gmn sayang, kontol kamu sudah enakan kan". Kata ibuku.

Aku : " Huhhh... Iya bunda... Bunda hebat... Hampir saja aku tidak kontrol bunda.... Saking enaknya.... Makasih ya bunda ". Kataku.

Bunda : " Hihihi... Iya sayang... Sudah tidak penasaran lagi kan sayang.... Emmm apa sekarang kamu malah penasaran sama yang ada dibalik ini? ". Tanya ibuku sambil menunjuk ke susunya.

Aku : " Ehh.... Hehehe kalau bunda ijinin sihh... Ehh tapi bunda gimana? Kan gk adil yang enak cuma Azam saja ". Jawabku.

Bunda : " Hihihi maunyaa.... Udah ya sayang jangan lebih dari ini dulu yaa.... Bunda tidak apa-apa sayang... Percaya deh sama bunda ". Kata ibuku.

Aku : " Emm.... Iya deh bunda ". Kataku.

Bunda : " Yasudah sekarang sudah malam, tidur sana sayang ". Perintah ibuku.

Aku : " Baik bunda ". Kataku sambil berdiri dan berjalan kekamarku. Tapi sebelum itu aku mencium kening ibuku dan ibuku tersenyum kepadaku.

Lalu aku menjatuhkan tubuhku kekasur dan mengingat kejadian ini sambil tersenyum. Aku pun tidur dengan perasaan yang susah diucapkan.



Hehehehe sekian dulu yaa....
Sambungannya di halaman.....


Salam.....
Gile jd inget kisah pncabulan si herry wkwm
 
Lanjut yaa....

Update kali ini sengaja aku lebih ke fantasinya tanpa mengurangi RL nya... Menurutku lebih enak dan tidak selalu ke yang panas2 wkwkwkwk......

Monggo....






Aku terbangun karna terkejut nada dering hp ku. Kulihat saat itu pukul 01.23 WIB. Kulihat name di hp ku Kak Nissa.

Ngapain kakak video call jam segini ya, pikirku.

Lalu kuangkat panggilan video Kak Nissa.

Aku : " Assalamualaikum... Kak ngapain jam segini video call siihhh.... Ganggu orang tidur aja ". Gerutuku.

Kulihat Kak Nissa masih menggunakan pakaian yang tadi saat Kak Nissa video call denganku.

Kak Nissa : " Waalaikum salam... Maaf dek... Temenin kakak, kakak dikost sendirian dek, temen-temen kakak sudah pada mudik soalnya jadi kakak sendirian diblok kost kakak, kan kamar kakak dilantai dua nah itu kosong semua kecuali kamar kakak jadi temenin yahhh... Plissss... ". Kata kakaku.

Aku : " Hahh.... Iya iyaa ". Jawabku.

Aku juga baru sadar saat itu aku tidak menggunakan apa-apa alias telanjang karna kejadian bunda tadi makanya aku berjalan kekamarku dengan keadaan telanjang dan sarungku tertinggal diruang tv. Duhh sial bisa bahaya kalau sampai kakak tau ini, pikirku.

Kak Nissa : " Alhamdulillah makasih adekku sayang ". Kata Kak Nissa.

Kak Nissa : " Duhhh maaf yaa dek ganggu tidur kamu... Abisnya kakak juga takut kalau sendirian mana kamar kakak dipojokan lagi, kan serem dek ". Jelas Kak Nissa.

Aku : " Iya kakakku yang maniss..... Lagian mana aku tau kak kalau kamar kakak dipojokan, aku saja belum pernah kesitu kok ". Jawabku.

Memang betul saat itu aku belum pernah kesana.

Kak Nissa : " Iya juga ya dek, hihihi... Makanya besok waktu kakak wisuda kesini dong... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Insya Allah ya kak aku gk janji. Lagian ngapain juga kakak kuliah sampai sana mana jauh pula, 3 hari loh kak dari rumah kalau naik bus ". Protesku.

Kak Nissa : " Yee.... sudah alhamdulillah kakak dapat biasiswa dek jadi kakak bisa kuliah disini tanpa biaya, memangnya kamu merah terus nilainya ". Gerutu Kak Nissa.

Aku : " Hehehehe.... Ya mau gimana lagi kak, otakku gk sampai soalnya. Ini aja alhamdulillah bisa tamat SMK jadi mendinglahh, hehehe". Kataku.

Memang benar kalau aku tamat SMK aja dan tidak mau kuliah karna kalau aku kuliah ibuku akan sendirian dirumah. Berbeda dengan Kak Nissa yang nilainya dari SD sampai SMA ranking terus, malah selalu dapat ranking 1,dapat ranking 2 saja nangis kok, makanya Kak Nissa dapat beasiswa untuk kuliah disalah satu Universitas bergengsi di kota Y.

Kak Nissa : " Iya adekku sayang kakak faham kok, lagian nanti juga bunda sama siapa kalau kamu kuliah juga kan ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Iya kak ". Kataku singkat.

Kak Nissa : " Ehh dek kamu masih telanjang dada begitu apa gk dingin? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Gk kok kak... Gerah malah iya, lah kakak juga masih pake pakaian itu mana masih pakai cadar pula ". Jawabku.

Kak Nissa : " Dingin kali dek, disini hujan soalnya dari tadi pagi lohh belum berhenti, yaudah kakak lepas cadar ya ". Kata Kak Nissa sambil melepas cadarnya.

Terlihatlah wajah manis Kak Nisa yang selalu buat aku adem. Tapi entah kenapa kemaluanku jadi berdiri melihat wajah Kak Nissa.

Aku : " Duhh kak... Aku gk pernah bosan melihat wajah manis kakak. Selalu bikin aku adem kak ". Godaku.

Kak Nissa : " Hihihi apaan sih dek orang wajah kakak biasa aja kok ". Kata Kak Nissa.

Aku saat itu kelepasan bilang ke Kak Nissa yang menurutku itu tidak sopan.

Aku : " Biasa apaan sih kak, kalau ntar kakak pulang aku ciumin wajah kakak ". Kataku tanpa sadar.

Kak Nissa : " Iihhh adek kenapa bilang gitu sih... Emm... Ciumin aja dek hihihi kakak ikhlas kok ". Goda Kak Nissa.

Aku yang sedikit terkejut dengan kata-kata Kak Nissa malah membuat kemaluanku tambah keras. Ahhh.... bisa bahaya ini, pikirku.

Aku : " Beneran loh yaa... Aku ciumin semua yang ada diwajah kakak, hehehe ". Kataku.

Kak Nissa : " Hihihi iya adek... Apa sih yang gk buat adek kakak ini, hmm". Jawab Kak Nissa.

Lalu Kak Nissa berganti posisi yang awalnya duduk sekarang menjadi tiduran dikasurnya. Aku melihat Kak Nissa diposisi itu malah pikiranku kemana-mana. Gawat, pikirku.

Kak Nissa : " Adek kenapa kok bengong begitu? Hihihi lucu tau dek ekpresi kamu, memang kenapa sih? Ada yang salah kah sama kakak? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Ehhh... Emmm... Gk gk papa kak hehehe, hanya saja terpesona oleh kecantikan kakak aja ". Jawabku.

Kak Nissa : " Ihhh.... Adek mulai lagi dehh gombalin kakak. Emm... Ya untung nya saja kakak pakai cadar ya dek, jadi gk ada yang tau, hihihi ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Ahahahhaa.... Iya kak untung saja kakak bercadar kalau tidak bisa bahaya kak. Aku saja gk rela kalau wajah manis kakak dilihat yang bukan muhrimnya kok ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi iya dek... Untung aja adek muhrim kakak jadi bebas liat kakak gk pakai cadar, hihihi". Kata Kak Nissa.

Duhh senyumanmu kak..... Batinku.

Aku : " Hehehehe babas ciumin kakak juga kah? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Ehh... Hihihi iya lah dek... Emang mau cium yang mana dek... Hmmm ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Emmm... Semuanya kak... Mata, hidung, kening, pipi, dagu, bibir, ahhh semuanya ". Kataku.

Kak Nissa : " Lahh bibir juga dek? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Ehhh... Emmm... Maaf kak ". Kataku menyesal.

Kak Nissa : " Hihihi iya adek... Kalau adek mau, cium aja dek gk papa kok, hihihi". Kata Kak Nissa.

Aku : " Beneran kak ". Kataku terkejut dengan jawaban Kak Nissa.

Kak Nissa : " Dalam mimpimu ya, ahahhaha ". Kata Kak Nissa.

Walaupun aku kecewa dengan jawaban Kak Nissa tapi aku cukup senang bisa melihat Kak Nissa tertawa lepas seperti itu.

Kak Nissa : " Hahahahha... Adek kenapa sekarang jadi mesum gini sih, hihihi... Tuh liat muka kamu jadi aneh begitu, ahahahhaa, duhh adek perut kakak sakit karna ketawa ngakak liat muka kamu, ahahahah". Ejek Kak Nissa.

Aku hanya membalas ejekan Kak Nissa dengan senyuman saja karna dalam hatiku merasa lega dan bahagia melihat Kak Nissa bisa tertawa lepas.

Aku : " Kak... Aku bahagia bisa melihat kakak tertawa lepas seperti itu, dan aku senang bisa punya seorang kakak yang benar-benar sayang kepadaku dan bunda, mencintai aku dan bunda, aku janji kak kalau aku akan selalu buat kakak bahagia ". Kataku.

Tanpa terasa aku meneteskan air mata saat itu. Tidak tau mengapa rasanya saat itu ingin sekali menangis melihat Kak Nissa tertawa lepas seperti itu. Sebenarnya Kak Nissa itu orangnya tertutup dan jarang sekali tertawa, hanya senyum saja dibalik cadarnya dan baru kali ini aku melihat Kak Nissa tertawa lepas.

Kak Nissa langsung terdiam saat itu dan mengalihkan mukanya kesamping kanan dan meneteskan air mata.
Aku hanya diam saja melihat Kak Nissa seperti itu karna aku juga menangis saat itu.

Kak Nissa : " Dek... Kakak... Kakak... ". Hanya itu yang keluar dari mulut Kak Nissa.

Aku : " Kak, cepat selesaikan skripsi kakak dan cepatlah pulang, aku kangen... ". Kataku.

Dan Kak Nissa langsung menutup video call kami. Entahlah apa yang Kak Nissa menutup video call kami, aku juga tidak tau, yang aku tau sebelum Kak Nissa menutup video call kami Kak Nissa menangis.

Lalu ada pesan melalui wattip dari Kak Nissa. Aku langsung membukanya dan pesannya itu adalah.

Kak Nissa : " ADEK JAHAT ". Dengan huruf besar semua.

Aku yang tau maksud Kak Nissa hanya tersenyum dan aku juga tidak membalas pesan Kak Nissa lalu melanjutkan tidurku.

Tanpa terasa sudah tiga bulan setelah itu. Selama tiga bulan ini tidak ada aktifitas birahi yang ada aktifitas seperti biasanya. Aku juga mulai belajar untuk mengurusi toko warisan ayahku yang dipegang adik ayahku sementara.

Saat ini aku belajar untuk bagaimana cara penjualan atau pembukuan dan itu rasanya seperti kepalaku mau pecah. Bukan apa-apa tapi karna aku tidak punya basic untuk itu jadi benar-benar menguras tenaga dan fikiran. Berangkat pagi pulang malam terus seperti itu.

Tidak... Tidak... Aku tidak boleh menyerah karna aku sudah berjanji akan membahagiakan bunda dan kakak. Aku juga ingin mandiri dan bertanggung jawab, pikirku.

Aku ingat betul saat itu, disaat aku diperjalanan pulang dari toko saat itu sudah malam sekitar pukul 22.30 WIB karna akhir bulan jadi aku lembur untuk mengurus gaji para karyawan dibantu oleh adik ayahku yang aku panggil Abi Ihsan.

Saat diperjalanan pulang aku melaju cukup kencang saat itu menggunakan motorku. Tapi tiba di tikungan yang cukup tajam aku terlambat untuk mengerem motorku dan terjadilah kecelakaan tunggal. Yaa... Aku menabrak pohon saat itu. Setelah aku menabrak pohon aku sempat merasakan sakit yang teramat sangat di bagian kemaluanku karna aku ingat betul saat menabrak pohon kemaluanku terkena setang motorku. Karena saking sakitnya aku pun tidak sadarkan diri.

Entah berapa lama aku pingsan aku mulai tersadar kembali dan posisiku masih ditempat yang sama. Aku merasakan sakit yang luar biasa saat itu. Kulihat kanan dan kiriku hanya ada pohon sawit. Aku mencoba meminta tolong tapi tidak ada seorangpun yang melewati jalan itu. Jalan itu satu-satunya jalan menuju kekampungku dan jaraknya masih jauh sekitar 30 menit dari tempatku meminta tolong kekampungku.

Aku mencoba untuk bangkit dari tempatku pingsan tadi tapi tidak kuat. Aku terus saja memegangi kemaluanku karna sakit yang teramat sangat. Kulihat tanganku basah dan saat aku mencium ternyata bau darah. Aku mencoba untuk menahan rasa sakit itu tapi setelah tau kalau ada darah maka aku tidak sadar kembali.

Sayup-sayup aku mendengar ada orang yang sedang menangis tapi aku tidak tau siapa itu. Aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku tapi masih berat. Lalu aku mencoba menggerakan tanganku pelan dan berhasil. Aku mencoba untuk membuka mataku. Setelah aku berhasil membuka mataku ternyata aku berada disebuah ruangan. Aku melihat samping kananku yang sedari tadi aku mendengar suara menangis. Ya benar... Ternyata ibuku yang sedang menangis. Ibuku menyadari kalau aku sudah sadar dan segera memeluku. Karena aku merasakan sakit disekujur tubuhku terutama kemaluanku maka aku meringis kesakitan dan itu disadari oleh ibuku.

Bunda : " Alhamdulillah nak kamu sudah sadar, dua hari kamu gk sadar nak... Maaf sayang, masih sakit semua badan kamu ". Tanya ibuku sambil menyeka air matanya.

Aku hanya mengangguk saja saat itu. Mulutku kaku bukan karena sakit tapi melihat ibuku yang sedang menangis.

Setelah itu menceritakan semuanya saat dirasa aku mulai benar-benar sadar.

Ternyata waktu itu yang menolongku pertama kali adalah Ustadz Pawan dan juga istrinya saat sedang menuju kota P. Saat itu pukul 04.15 WIB Ustadz Pawan dan istrinya langsung membawaku kerumah sakit MP dan menghubungi ibuku.

pada saat ibuku sampai dirumah sakit aku sedang menjalani oprasi. Dan kata ibuku kalau aku sudah tidak bisa lagi mempunyai keturunan karena kantung sperma atau biji pelerku pecah. Jadi aku sudah tidak bisa lagi mempunyai keturunan.

Ibuku menjelaskan semua itu sambil terisak. Aku mendengar semua itu hanya bisa pasrah dan menerima karena bagaimanapun kondisinya harus diterima tanpa alasan.

Aku : " Bunda sudah jangan menangis lagi, soal keturunan mungkin sudah menjadi takdirku, Azam Insya Allah siap menerima semuanya bunda, kan masih ada Kak Nissa yang bisa memberikan bunda cucu kelak, jadi bunda tidak usah bersedih lagi, semuaakan baik-baik saja ". Kataku menenangkan ibuku.

Bunda : " Memang benar sayang tapi kamu laki-laki yang menjadi garis nashob ayah kamu nak, kalau kamu... ". Kata bunda.

Aku langsung memotong kata-kata ibuku karena aku tidak mau melihat ibuku yang bersedih.

Aku : " Bunda.... Sudah yaa.... Aku tidak apa-apa, semoga saja istriku kelak bisa menerima keadaanku yang seperti ini ". Kataku.

Bunda : " Amin Insya Allah sayang ". Jawab ibuku.

Kulihat ibuku memakai gamis berwarna biru sedangkan khimarnya berwarna hitam juga cadarnya.

Aku menyeka air mata ibuku dan menganggukan kepalaku supaya ibuku tenang. Ibuku menangis sampai cadarnya basah oleh air matanya.

Aku : " Bunda kapan aku boleh pulang yaa? ". Tanyaku.

Bunda : " Sabar ya sayang, yang terpenting kamu sembuh dulu ". Jawab ibuku.

Aku : " Bunda... Apa Kak Nissa sudah diberi tahu? ". Tanyaku.

Bunda : " Sudah sayang, kakak kamu menangis saat mendengar kalau kamu kecelakaan, asal kamu tahu kalau hari ini kakak kamu wisuda sayang ". Jawabku.

Sebenarnya aku tidak mau kalau Kak Nissa sampai tau tapi yasudahlah.

Setelah itu kami mengobrol ngalor ngidul untuk mengisi waktu luang. Saat sedang asik mengobrol hp ibuku berdering ternyata Kak Nissa yang menghubungi melalui video call.

Bunda : " Assalamualaikum Nissa... ". Salam ibuku kepada Kak Nissa.

Kak Nissa : " Waalaikum salam bunda... Gimana adek bunda, apa sudah sadar? ". Tanya Kak Nissa.

Bunda : " Emmm.... Tanya aja ma orangnya nihh ". Jawab bunda sambil menyerahkan hp nya kepadaku.

Kak Nissa : " Dek... ". Kata Kak Nissa.

Baru bilang seperti itu Kak Nissa langsung Menangis.

Aku : " Kak... Sudah acara wisudanya? Terus gimana kak apa kakak... ". Tanyaku yang dipotong olek Kak Nissa.

Kak Nissa : " Dek... Mana janji kamu untuk buat kakak bahagia? Manaa.... Yang ada malah buat kakak sedih... Hiks... Hikss... ". Tanya Kak Nissa.

Aku yang teringat janjiku malam itu langsung meminta maaf kepada Kak Nissa.

Aku : " Ma... Maaf kak ". Jawabku menundukkan kepala.

Kak Nissa : " Tapi kakak lega adek sudah siuman dan kakak lihat adek juga sudah baikan ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Makasih kak... Kak selamat yaa atas kelulusannya... Emm... Pasti kakak dapat nilai tertinggi? ". Kakakku.

Kak Nissa : " Hihihi iya adekku tersayang... Yang pasti kakak dapat beasiswa lagi loh ke Turkey ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Ohhh iya kak... Selamat ya ". Katakku.

Aku hanya bisa pasrah mendengar kata-kata Kak Nissa. Turkey yaa... Ahhh yang penting Kak Nissa bahagia, pikirku.

Aku melihat mata Kak Nissa berkaca-kaca lagi. Duhh kenapa lagi, pikirku.

Aku memberikan hpnya ke ibuku karna aku tidak tega melihat Kak Nissa meneteskan air mata.

Bunda : " Nissa lebih baik selesaikan urusanmu dulu lantas pulang.... Semuanya bisa difikirkan bersama mengenai beasiswa kamu... Ahhh iyaa sayang... Waalaikum salam ". Ibuku menutup video callnya dengan Kak Nissa.

Bunda : " Hahhh... Sebenarnya bunda tidak setuju kalau kakakmu kesana sayang tapi tau sendiri kakakmu kalau sudah punya kemauan pasti dikejar sampai dapat ". Kata ibuku.

Aku : " Iya bunda, entahlah aku juga bingung bunda, tapi ya selebihnya terserah kakak sih bunda, aku tidak mau menghalangi mimpinya ". Kataku.

Bunda : " Iya sihh padahal sudah S1 tapi yasudah lah terserah kakakmu saja ". Kata ibuku pasrah.

Aku skip ya gan....

Setelah seminggu aku berada dirumah sakit akhirnya aku bisa pulang juga. Rasanya dirumah sakit itu benar-benar tidak enak, susah mau ngapa-ngapain. Dan hari ini aku bisa pulang.

Aku dijemput oleh adik ayahku Abi Ikhsan dan istrinya Ummi Rani.

Abi : " Gimana nak rasanya seminggu dirumah sakit? ". Tanya Abi Ikhsan.

Aku : " Mending gk lagi lah bi.... Gk enak ". Jawabku.

Semua yang ada dimobil tertawa. Ohh iya Abi Ikhsan bertanya seperti itu didalam mobil saat perjalanan pulang kerumahku.

Abi : " Ahahahaha...... Tidak apa-apa, abi juga pernah ngerasain kok waktu kecelakaan dulu, masih mending kamu seminggu abi dulu hampir sebulan ". Kata Abi Ikhsan.

Iya memang benar kalau Abi Ikhsan dulu pernah kecelakaan ditabrak truk konteiner dan kondisinya parah. Tulang paha kanan patah, tulang rusuk patah 4, ahh pokoknya ngeri waktu itu.

Aku : " Ahhh iya bi... Aku melihat abi penuh perban waktu itu ". Kataku.

Abi : " Iya loh Zam... Alhamdulillah kamu cuma bagian itu kamu saja yang diperban ". Kata Abi Ikhsan.

Aku : " Iya bi alhamdulillah.... Walaupun efeknya seumur hidup tapi aku bersyukur bi karna masih bisa hidup sampai sekarang ". Kataku.

Abi : " Ahh... Iya Zam... Semoga lekas sembuh ya Zam. Insya Allah aset kamu gk sampai impoten walaupun bijinya sudak tidak ada lagi tapi kalau masih bisa ON kan alhamdulillah ". Kata Abi Ikhsan.

Karna beliau sudah tau jadi tidak masalah. Tapi saat itu aku malu karna didalam mobil ada aku, bunda, Abi ikhsan dan istrinya ummi Rani.

Aku : " Iya bi ". Kataku singkat.

Tanpa terasa sampai juga dirumah. Aku dipapah oleh Abi Ikhsan kekamar. Setelah itu aku mencoba untuk tidur karna lelah diperjalanan.

Saat aku membuka mata ternyata sudah malam. Aku melihat ibuku sedang duduk disampingku dengan wajah sedihnya.

Aku : " Bunda kenapa, apa bunda sudah makan? ". Tanyaku.

Bunda : " Tidak apa-apa nak hanya saja bunda sedih kalau kamu sakit begini, iya sayang, bunda sudah makan kok ". Jawab bunda.

Bunda : " Nak maafkan bunda yaa mungkin gara-gara kita me... ". Sambung ibuku tapi aku potong.

Aku : " Bunda... Azam begini bukan karena bunda tapi sudah takdirku begini bunda, bunda jangan menyalahkan diri sendiri, lagipula kalau aku tidak mempunyai keturunan kelak itu sudah garisku tapi aku hanya berdoa kalau ini masih berfungsi lagi bunda ". Kataku.

Bunda : " Amin sayang, kalau begitu bunda akan bantu sebisa bunda ya sayang ". Kata ibuku.

Aku : " Iya bunda makasih ". Kataku.

Ibuku tersenyum dibalik cadarnya dan keluar dari kamarku membiarkanku untuk istirahat.

Selama aku sakit ibuku selalu merawatku, sampai kontrol pun ibuku selalu ada disampingku.

Tanpa terasa sudah tiga bulan saat itu dan aku pun sudah sembuh total dan tidak diperban lagi kemaluanku. Aku juga sudah aktifitas seperti biasanya dan ketoko lagi. Aku juga melihat kemaluanku jadi aneh cuma ada batangnya saja untuk saat ini dan selamanya. Walaupun aku sudah sembuh total tapi masih belum bisa bangun juga. Aku sangat khawatir saat itu. Ibuku hanya mencoba menyemangatiku dan menyuruhku bersabar.

Bunda : " Azam... Besok sore Insya Allah kakakmu pulang sayang ". Kata ibuku.

Aku : " Ehh... Yang benar bunda? ". Tanyaku yang dijawab anggukan kepala oleh ibuku.

Ahhh aku tidak sabar untuk bertemu dengan Kak Nissa. Kangeeenn banget rasanya.

Akupun pamit sama bunda untuk bekerja kembali.



Sekian dulu yaa....
Sambung besok lagi...
Tenang aja udah aku siapin juga buat selanjutnya....

Salam.....
Genjotin nisaa nih
 
Lanjut ya....

Monggo...

Aku sangat gembira waktu itu dan dengan semangat untuk bekerja. Sampai waktu sudah malam dan toko pun tutup aku bersiap untuk pulang. Baru saja aku menyalakan motorku ternyata hujan deras dan petir. Maka aku urungkan niatku untuk pulang. Aku memberi kabar ibuku kalau aku tidak pulang karena hujan lebat dan petir.

Karena ditoko ada kamarnya maka akupun tidur disana. Tapi sampai pukul 22.30 WIB aku belum bisa tidur juga maka aku membuka layar hp ku niatku untuk wattipan dengan Kak Nissa tapi aku urungkan karna aku ingin bertemu dengannya bukan melalui pesan chat. Lalu timbul niat isengku untuk membuka forum. ( yaa saat itu aku sudah mengenal forum ini heehehe ). Maka aku membaca cerita-cerita dari salah satu suhu diforum ini.

Tanpa terasa aku mengantuk dan tertidur juga. Aku terbangun saat terdengar adzan subuh berkumandang saat kulihat jam itu puku 04.35 WIB maka cepat-cepat aku mengambil air wudhu dan melaksanakan ibadah sholat subuh.

Singkat cerita aku bekerja dengan semangat waktu itu. Rasanya senang sekali entah karena akan bertemu dengan Kak Nissa atau bagaimana aku tidak tau. Sampai pada saat aku melihat ada seorang akhwat bercadar masuk kedalam toko. Kulihat dia bingung sepertinya dia baru datang ke tokoku. Akupun langsung menyambutnya dibalik meja etalase yang terbuat dari kaca dan almunium.

Aku : " Assalamualaikum kak... Mau cari kitab atau busana muslim? ". Tanyaku.

Dia langsung menoleh kearahku dan mendekatiku serta menyerahkan selembar kertas yang kulihat ada judul kitab yang dia ingin beli. ( aku lupa kitab apa waktu itu tapi kitab itu begitu populer sampai sekarang ). Aku cukup terkejut waktu itu dan aku bertanya kepada akhwat bercadar itu.

Aku : " Maaf kak, apa kakak... ". Kataku sambil aku lanjutkan dengan bahasa isyarat.

Saat itu aku sedikit faham dengan bahasa isyarat karena pernah belajar dengan Kak Nissa.

Aku melihat dia tersenyum dibalik cadarnya dan mengangguk. Maka aku pun juga tersenyum dan langsung mengambilkan kitab yang dia cari. Setelah menemukan kitab tersebut aku langsung membungkusnya dan memberikannya kepada akhwat bercadar itu.

Aku : " Ini kak kitab yang kakak cari ". Kataku tapi dengan bahasa isyarat.

Akhwat : " Iya kak makasih, kalau begitu berapa ya kak harganya? ". Tanyanya tentunya dengan bahasa isyarat juga.

Aku : " Sekian kak ". Jawabku dengan bahasa isyarat.

Lalu dia mengambil dompetnya dari dalam ransel yang dia bawa lalu mengeluarkan sejumlah uang yang aku sebutkan tadi lalu menyerahkannya padaku.

Akhwat : " Ini kak uangnya dan kembaliannya ambil saja kak, kalau begitu aku permisi kak, assalamualaikum ". Katanya. Tentu dengan bahasa isyarat juga.

Aku : " Iya kak terima kasih, datang lagi ya... Waalaikumsalam ". Kataku dengan bahasa isyarat juga.

Lalu dia pun berjalan keluar toko dan menghilang dari pandanganku. Aku sangat ingat waktu itu dia memakai gamis abu-abu, menggunakan khimar yang sampai ke mata kaki di bagian belakang berwarna hitam dan cadar bandana berwarna abu-abu.

Entah kenapa aku merasa nyaman dengan dia dan nyambung saja dengan dia walaupun dia tuna wicara tapi aku merasakan berbeda dihatiku. Ahhh entahlahh, kerja-kerja dan kerja jangan mikir macam-macam, pikirku.

Tanpa terasa waktunya tutup toko. Aku pun bergegas untuk menyelesaikan pekerjaanku karena besok hari jumat maka toko tutup. Setelah selesai aku langsung menyalakan motorku dan pulang.

Sesampainya dirumah ternyata sudah pukul 21.30 WIB dan sangat sepi. Aku putuskan untuk segera mandi lalu istirahat karena lelahnya aktifitas hari ini. Saat itu aku malah lupa dengan Kak Nissa, yang ada malah teringat akhwat bercadar tadi. Entah kenapa aku kepikiran terus dengan dia. Apalagi tatapan matanya yang tajam itu.

Ahhh tau ahhh pusing, batinku. Lalu aku mencoba untuk tidur.

Sampai aku merasa ada yang memukul kakiku dengan cukup keras lalu aku terbangun dari tidurku. Aku kira saat itu adalah ibuku tapi ternyata....

Kak Nissa : " Hehhh tukang tidur cepat bangun sudah jam berapa ini sebentar lagi adzan subuh, cepat bangun ". Kata Kak Nissa.

Kulihat Kak Nissa memakai mukenanya dan cadar tali bersiap untuk pergi kemasjid. Dengan spontan aku bangun dari kasurku dan memeluk Kak Nissa dengan erat.

Aku : " Kakak... ". Kataku. Sambil memeluknya.

Kak Nissa : " Hmm... Iya dek... Ini kakak... Kakak kangen banget sama kamu dek ". Kata Kak Nissa sambil membalas pelukanku dan meneteskan air mata.

Aku hanya menangis dan tidak tau harus berbuat apa.

Kak Nissa : " Sudah dek sudah... Sekarang ke masjid dulu yuk, bunda sudah nungguin tuhh didepan kamar kamu tuh liat ". Kata Kak Nissa menunjukkan keberadaan ibuku.

Bunda : " Sudah sudah dilanjut nanti lagi sekarang ke masjid dulu yukk, sudah waktunya adzan subuh loh ". Kata ibuku.

" Baik bunda ". Kataku dan Kak Nissa berbarengan.

Tanpa aba-aba lagi aku mengganti sarungku dengan gamisku dan mengambil kopiah dan sajadahku lalu pergi ke masjid bersama Kak Nissa dan ibuku.

Setelah sekembalinya kami dari masjid untuk melaksanakan sholat subuh aku mengerjakan tugasku seperti biasa sedangkan Kak Nissa membantu ibuku mengurus dapur. Aku sempat melihat mereka sebentar, kulihat mereka sedang sibuk dengan aktifitas mereka. Aku segera menyelesaikan tugasku. Setelah selesai aku bergabung dengan mereka. Kulihat ibuku memakai pakaian serba hitamnya sedangkan Kak Nissa memakai gamis abu-abu khimar hitam dan cadar bandana berwarna hitam. Aku melihat Kak Nissa jadi teringat dengan akhwat bercadar kemarin saat membeli kitab. Tanpa sadar aku melamun teringat itu lalu dikagetkan dengan lemparan potongan wortel oleh Kak Nissa.

Kak Nissa : " Astaghfirullah dek pagi-pagi sudah melamun, melamunin apaan sih sampai dipanggil-panggil gk dijawab ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Ehh... Gk... Gk kok kak hanya saja badanku sedikit gk enak kak ". Kataku.

Bunda : " Kecapekan kali kamu Azam, secara kamu kerja terus dan hari jumat saat libur pun kamu pergi ketoko untuk mengurusi pembukuan kan, udah sana istirahat saja daripada kamu sakit lg ". Kata ibuku.

Aku : " Hmm... Tidak apa-apa bunda, Azam disini saja, heheheh ". Kataku.

Bunda : " Yasudah ". Jawab ibuku.

Kak Nissa : " Ehh dek kamu libur kan? Nanti temenin kakak ya ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Memang kakak mau kemana? ". Aku bertanya kembali.

Kak Nissa : " Dirumah lah memang mau kemana? Kan bunda habis ini pergi sama ustadzah Mina di kota P pulang mungkin sore ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Lohh beneran bunda? Kok aku tidak diberi tau sih ". Tanyaku kepada ibuku.

Bunda : " Iya sayang, subuh tadi Ustadzah Mina ngajak bunda waktu dimasjid ". Jawab ibuku.

Aku : " Oh gitu, okelah bunda ". Kataku.

Bunda : " Kamu temenin kakakmu saja dirumah ". Perintah ibuku.

Aku : " Baik bunda ". Jawabku.

Kak Nissa : " Yasudah sekarang sarapan dulu habis itu bunda pamit ya, baik-baik lho ya dirumah, jangan bertengkar lagi ". Perintah ibuku.

"Baik bunda ". Jawabku dan Kak Nissa berbarengan.

Setelah itu kami saparan dengan nasi lauk telur dadar dan orak arik tempe. Setelah sarapan selesai kami kembali membantu merapikan dapur.

Tanpa terasa sudah puku 09.03 WIB saat itu. Aku yang bingung karena tidak ada pekerjaan lagi aku putuskan untuk tiduran saja dikamar.

Baru saja aku meletakkan tubuh ini ke kasur Kak Nissa memanggil.

Kak Nissa : " Adek ". Panggil Kak Nissa.

Aku : " Iya kak, aku dikamar ". Jawabku.

Kak Nissa : " Elaahh ini anak jam segini malah tiduran mana dikasur pula ". Protes Kak Nissa yang sudah didepan kamarku.

Lalu Kak Nissa masuk ke kamarku dan duduk disebelahku. Saat itu Kak Nissa menggunakan gamis berwarna merah gelap, khimar berwarna hitam dan cadar bandana. Tapi ada yang berbeda dari Kak Nissa yaitu dia memakai sofline berwarna biru. Duhh jadi tambah cantik saja kakakku ini, pikirku.

Aku yang saat itu hanya berpakaian kaus warna abu-abu dan sarung berwarna putih polos tanpa celana dalam. Aku berpindah posisi dari posisi miring kekiri menghadap tembok menjadi telentang.

Aku : " Mau ngapain lagi sih kak, orang rumah juga sudah bersih semua gk ada kerjaan lagi kan ". Kataku.

Kak Nissa : " Iya sih dek, kakak biasanya jam segini dikampus sekarang dirumah saja ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Ohh jadi kakak pengen kuliah lagi? Yasudah sana kak ambil saja itu beasiswa S2 nya kak, adek tidak apa-apa kok dirumah sama bunda ". Kataku jengkel.

Baru kemarin sampai rumah Kak Nissa malah pengen pergi lagi, mana jauh pula di Turkey. Aku langsung saja beranjak dari tempat tidurku ingin sekali meninggalkan Kak Nissa di kamarku. Tapi baru saja berjalan dua langkah Kak Nissa memelukku dari belakang.

Kak Nissa : " Bukan seperti itu dek kakak kangen banget sama kamu dek ". Kata Kak Nissa sambil kepalanya ditempelkan dipunggungku.

Otomatis tubuh Kak Nissa menempel ke tubuhku. Aku juga bisa merasakan susunya menempel juga di punggungku karna posisinya sama-sama berdiri.

Aku : " Kak bukannya gimana-gimana... Tapi aku ingin kakak nemenin aku dan bunda disini, karena secara kemarin empat tahun kakak tidak pulang sama sekali dan sekarang kakak ingin pergi lagi? Tapi aku juga tidak mau melarang kakak mengejar mimpi kakak, semua terserah sama kakak saja ". Kataku panjang lebar.

Kak Nissa semakin memeluku erat dibelakangku.

Kak Nissa : " Tidak dek kakak tidak jadi ambil beasiswa itu dek sekarang kakak hanya ingin disini sama kamu dan bunda.... Hiks... Hikss.. ". Kata Kak Nissa sambil menangis.

Lalu aku melepaskan pelukan Kak Nissa dan membalikan tubuhku. Sekarang didepanku ada seorang akhwat bercadar yang sedang menangis sampai cadarnya basah oleh air matanya.

Aku lalu memeluk Kak Nissa dengan erat dan Kak Nissa membalas pelukanku. Setelah beberapa lama aku melepaskan pelukanku.

Aku : " Terima kasih kak terima kasih ". Kataku sambil mencium kening Kak Nissa.

Kak Nissa hanya diam saja aku cium keningnya. Lalu aku menghapus air matanya.

Aku : " Yasudah kak sekarang kakak mau apa insya allah aku turutin ". Tanyaku kepada Kak Nissa.

Kak Nissa : " Kakak ingin menagih janjimu dek, saat kita video call dulu adek bilang kalau kakak pulang adek akan mencium semua wajah kakak kan? ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Ehh... Emm... Iya kak... ". Kataku gelagapan.

Kak Nissa lalu menggandeng tanganku dan menuntunku ke kasurku kembali. Sekarang kami sama-sama duduk diatas kasurku.

Aku : " Kak ". Kataku.

Kak Nissa : " Hmm... Iya dek... Sebentar ya kakak buka cadar kakak ". Kata Kak Nissa.

Kak Nissa mulai membuka cadarnya. Setelah terbuka maka terlihatlah wajah manis Kak Nissa yang malu-malu. Duhh kak aku ingin menikahimu, batinku. Tapi tetap tidak akan bisa karena kami adalah saudara sedarah.

Aku : " Kak... Jika para bidadari disurga melihat wajah kakak pasti mereka akan sangat iri dengan kecantikan kakak ". Kataku tulus.

Mungkin kakakku tau kalau aku tulus mengatakan itu dan secara Kak Nissa adalah sarjana psikologi pasti sangat tau. Saat itu Kak Nissa tersenyum dan menunduk malu.

Aku lalu memegang dagu Kak Nissa dan mencium keningnya lama. Setelah keningnya aku mencium kedua matanya, kedua pipinya, hidungnya, dagunya, lalu aku ingin mencium bibirnya tapi ragu. Dan sepertinya Kak Nissa mengetahui keraguanku.

Kak Nissa : " Dek jangan ragu, kakak tidak apa-apa kok ". Kata Kak Nissa sambil menyentuh pipiku dengan tangan kanannya.

Maka aku memajukan kepalaku dan Kak Nissa pun memejamkan matanya. Saat bibirku dan bibir Kak Nissa bersentuhan aku melepaskannya sebentar lalu aku mencium bibir Kak Nissa lagi. Dan saat yang ketiga kalinya aku mengulangi hal itu aku mencium bibir Kak Nissa kembali tapi tidak aku lepaskan. Cukup lama aku melakukan itu entah terbawa suasana atau apa aku mulai memangut bibir Kak Nissa pelan dan yang membuat aku sedikit terkejut Kak Nissa membalas pangutanku. Lalu bibir kami saling memangut dan kedua tangan Kak Nissa memeluk kepalaku. Kami berciuman mesra saat itu. Setelah beberapa lama kami saling memangut aku memberanikan diri untuk memasukan lidahku kemulut Kak Nissa dan Kak Nissa pun menerimanya jadi lidah kami saling menjilat lidah. Setelah itu lidahku dihisap-hisap oleh Kak Nissa. Rasanya saat itu benar-benar merinding saat Kak Nissa menghisap lidahku bahkan ibuku saja belum pernah.

Aku sebenarnya sangat terangsang saat itu dan ingin sekali menyentuh susu milik Kak Nissa tapi aku urungkan niatku, aku takut kalau gara-gara itu Kak Nissa bakalan marah kepadaku dan aktifitas berciuman kami berhenti. Maka aku ikuti alur dari Kak Nissa saja karena sepertinya Kak Nissa sedang bersemangat untuk berciuman.

"Ssrruuppp.... Ssslllppp... Ummmhh... Eemmm... Ssslllppp... ". Bunyi ciuman kami saat itu.

Kami bergantian menghisap lidah kami. Dan Kak Nissa melepaskan ciuman kami.

Kak Nissa : " Hahh... Uummm... Dek... Kakak.... Tidak nyangka kalau kamu sampai buat kakak jadi begini ". Kata Kak Nissa mengatur nafasnya.

Aku : " Ahhh... Hmm... Kakak juga... Hmmm... Kak Apa Kakak pernah berciuman karena kakak sepertinya sudah lancar ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Belum... Dek... Ini pengalaman pertama kakak... Mungkin insting kakak dek.... ". Jawab kak Nissa.

Aku : " Hmm... Aku juga kak... Ini pengalaman pertamaku... Hufftt.... ". Kataku.

Kak Nissa : " Dek... Umm... Mulut kamu enak dek.... Manis dan tidak bau nafas kamu... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Kakak juga... ". Kataku.

Setelah itu suasana menjadi sunyi karena kami sama-sama terdiam larut dengan fikiran kami masing-masing. Aku juga merasakan kemaluanku tegang setegang tegangnya. Alhamdulillah kemaluanku on lagi, sudah lama sekali sejak terjadinya kecelakaan itu kemaluanku tidak tegang, batinku.

Saat itu aku tidak menyadari kalau sedari tadi Kak Nissa melihat kemaluanku yang sedang tegang, karna aku memakai sarung putih polos dan sampai membuat tenda walaupun posisiku sedang duduk jadi terlihat membayang.

Kak Nissa : " Dek... Ummm... Kamu tegang ya sampai-sampai itu kamu begitu ". Tanya Kak Nissa malu-malu.

Aku : " Ehh.... Umm... Maaf kak.... ". Jawabku malu.

Kak Nissa : " Hmm... Wajar kok dek... Emmm.... ". Kata Kak Nissa.

Aku yang saat itu langsung iseng saja menggoda Kak Nissa.

Aku : " Kenapa kak? ". Tanyaku.

Kak Nissa : ehh... Umm... ". Jawab Kak Nissa terpotong karna aku gemas dengannya aku langsung mencium bibirnya kembali dan Kak Nissa pun membalas ciumanku.

Lama aku mencium bibir Kak Nissa lalu aku melepaskan ciumanku.

Kak Nissa : " Iiihhh adek kenapa tiba-tiba gi.... ". Protes Kak Nissa terpotong lagi dengan ciumanku.

" Uumm... Sssllppp... Ssspppp... Uhhmmm... Mmmmhh ". Suara ciuman kami.

Aku melepas ciumanku kembali. Aku melihat mata Kak Nissa sangat sayu dan sepertinya Kak Nissa terangsang juga.

Aku : " Kak main yuk kemana gitu... Emm... Kalau tidak ikut aku yuk beli bakso diwarungnya Kak Hera... Udah buka loh jam segini ". Ajakku kepada Kak Nissa yang saat itu Kak Nissa hanya terbengong melihat tingkahku yang sengaja aku buat random. Karena walau bagaimanapun juga Kak Nissa adalah Kakak Kandungku jadi sebisa mungkin kontrol.

Kak Nissa : " Ehh.. Umm... Dek.. ". Kata Kak Nissa saat melihatku bangkit dan berdiri didepannya yang sedang duduk dikasurku.

Otomatis saat aku berdiri kemaluanku tepat berada didepan wajahnya hanya berjarak beberapa centimeter saja. Saat itu kemaluanku sangat tegang jadi sangat nampak tenda disarungku.

Hihihi enak juga ngerjain Kak Nissa walaupun aku juga menginginkan lebih tapi aku selalu kontrol jangan sampai lepas kontrol.

Lalu aku berjalan kearah pintu dan mengambil jaketku dibalik pintu kamarku dan berjalan keluar rumah sambil menyalakan motorku menunggu Kak Nissa keluar.

Setelah beberapa menit Kak Nissa keluar rumah tapi dengan gamis yang berbeda. Sekarang Kak Nissa menggunakan serba hitam.

Kak Nissa : " Jahat banget sihh dek ninggalin kakak ". Protes Kak Nissa.

Lalu Kak Nissa membonceng dibelakangku dan akupun mulai melajukan motorku. Saat dijalan aku bertanya kepada Kak Nissa.

Aku : " Kak kenapa kakak ganti pakaian kakak jadi seba hitam begini? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Iiihhh adek... kakak ganti pakaian kakak juga karena kamu ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Lah kok aku kak, memangnya aku salah apa ". Tanyaku penasaran.

Kak Nissa : " Kakak basah dek dan itu sampai tembus ke gamis kakak dan itu gara-gara kamu ". Jawab Kak Nissa dengan jengkel.

Dalam hati aku tertawa terbahak-bahak. Kasihan Kak Nissa jadi kentang, batinku.

Aku : " Lahh yang basah kakak kenapa aku yang disalahin sih, apa hubungannya juga kak sama aku ". Tanyaku sambil menahan tawa.

Kak Nissa : " Iihhh udah ahhh dek... Awas nanti kalau sudah sampai rumah ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Hahahaha.... Iya iya kak maaf tapi aku laper kak heheheh ". Kataku.

Kak Nissa : " Dek... Umm... Nanti lagi yukk? ". Ajak Kak Nissa.

Aku : " Lagi? Apaan kak? Aku gk faham kak ". Kataku pura-pura polos.

Kak Nissa : " Iihhhh adek... Udah ahhh terserah ". Kata Kak Nissa jengkel.

Aku : " Ahahahahaha..... Iya kakaku yang manis, Azam punya Kakak kok, jadi terserah kakak aja ". Kataku.

Kak Nissa tidak menjawabnya lagi akupun juga mulai fokus untuk menyetir motorku. Setelah beberapa meter akhirnya sampai di warung bakso milik Kak Hera. Aku langsung memesan bakso jumbo dan esteh lalu Kak Nissa memesan bakso kerikil dan teh hangat.

Kulihat Kak Hera memakai gamis berwarna coklat senada dengan khimar dan cadar bandana nya.

Kak Hera : " Eehhh Nissa kan? Apa kabar Niss, lama tidak ketemu yahh ". Tanya Kak Hera.

Jadi Kak Hera itu temannya Kak Nissa tapi dia sudah menikah dan sudah diberi momongan umur 2 tahun. Dan suaminya bekerja di kota jadi seminggu sekali pulang.

Dan mereka pun mengobrol ala ala cewek lah yang aku sendiri tidak mau tau.

Setelah menunggu beberapa lama akhirnya pesanan kami datang juga.

Kak Hera : " Aduhh Azam maaf ya lama... Sudah laper banget ya, hihihi". Tanya Kak Hera.

Aku : " Tidak kok kak, makasih Kak Hera ". Jawabku.

Lalu aku makan bakso dengan lahap dan nambah satu mangkok bakso jumbo lagi sampai Kak Nissa geleng-geleng kepala.

Setelah kenyang begitu pun juga Kak Nissa aku membayar pesanan kami dan meninggalkan warung bakso milik Kak Hera. Aku tidak langsung pulang kerumah tapi aku jalan-jalan dulu dengan Kak Nissa. Saat berboncengan pun Kak Nissa memelukku dari belakang sampai terasa sangat empuk dipunggungku. Aku sangat menikmati saat kami muter-muter kampung. Saling memberi salam kepada orang-orang.

Tidak usah heran kalau kalian berkunjung dikampungku karena mayoritas dikampungku itu orang-orang salaf jadi kalau kalian ingin melihat wanita sexy atau berpakaian terbuka itu mustahil yang ada malah bercadar semua, hehehe.

Setelah bosan maka kami memutuskan untuk pulang karena mengingat hari jumat maka sebentar lagi pasti ramai sekali di masjid untuk melaksanakan sholat jumaat.

Setelah sampai rumah aku segera mandi junub mengingat kejadian ciuman tadi karena walau bagaimanapun aku ingin suci kalau sedang beribadah.

Setelah melaksanakan sholat jumaat aku tiduran dikamarku, entah kenapa aku teringat akhwat tuna wicara itu. Sebenarnya dia itu siapa? Kenapa aku jadi teringat terus dengan dia. Apakah ada kaitannya denganku dikehidupanku kelak? Aaahhhh pusing, batinku.

Kak Nissa : " Adeeeekkkkkkk....... ". Teriak Kak Nissa memanggilku.

Duh.... Kenapa lagi.....


Sekian dulu yaa....
Yang jelas gimciknya menyusul wkwkwkwk.....

Salam....
Gemess g lngsg dibj aja
 
Bimabet
Lanjut lanjut.....









Kak Hera : " Assalamualaikum.... Azam... ". Salam Kak Hera.

Aku langsung saja menjawab salam darinya.

Aku : " Waalaikum salam.... Kak... Gimana Kak.... ". Jawabku.

Kak Hera : " Emmm... Azam maaf ya tadi aku tidak sadar kalau kamu sudah didepanku saat aku sedang... Emmm.. Menyusui Amir.... ". Kata Kak Hera.

Aku : " Ehhh... Emm... Iya kak tidak apa-apa.... ". Kataku.

Kak Hera : " Emm... Iya Zam... ". Kata Kak Hera.

" Sepertinya Kak Hera malu-malu... Apa aku isengin aja ya... Hehehe.... ". Pikirku.

Aku : " Hmmm.... Kak... Emmm... Aku boleh jujur tidak kak.... ". Tanyaku.

Kak Hera : " Boleh Zam.... Kenapa sih ". Jawab Kak Hera.

Aku : " Umm... Ternyata itu kakak indah banget ya.... Jujur kak... Aku baru pertama kali lihat itu kak... Jadi maaf kalau tadi aku sempat bengong sebentar... ". Kataku.

Kak Hera : " Astaghfirullah... Azam.... Duhhh.... Istighfar Zam... ". Kata Kak Hera.

Aku : " Emm... Maaf kak soalnya aku baru pertama kali melihat itu kak... Jadi sampai sekarang masih keingat itu terus sampai sekarang... Makanya aku tidak bisa tidur kak... Maaf banget kak.... Tapi itu kakak benar-benar indah... ". Kataku.

Setelah itu lama tidak ada balasan chat dari Kak Hera. Entah apa yang sedang dia lakukan atau pikirkan. Aku yang merasa " Embuh " Saat itu hanya bisa pasrah saja. Kalau memang Kak Hera mau bilang sama Kak Nissa juga aku pasrah.

Setelah menunggu lama akhirnya ada balasan dari Kak Hera yang posisinya saat itu aku sudah diambang sadarku untuk tertidur tapi setelah mendengar suara notif chat dan kulihat dari Kak Hera aku langsung membuka chat tersebut. Deg-degan juga saat itu takut kalau marah atau bagaimana. Tapi setelah membaca chat dari Kak Hera mataku yang tadinya mengantuk jadi melek lagi.

Kak Hera : " Beneran Zam apa yang kamu bilang tadi... ". Tanya Kak Hera.

" Duh ini orang labil banget sih... Dasar wanita... Tadi bilang apa sekarang malah bilang apa.... Duh... ". Pikirku.

Aku : " Iya kak... Beneran aku tidak bohong kak... Indah banget kak.... Kulit kakak yang kuning langsat dan mulus.... Apalagi itu kakak besar.... Terlihat empuk dan kenyal kak.... ". Kataku.

Entah apa yang aku pikirkan saat itu kenapa aku berani bilang seperti itu kepada Kak Hera.

Tidak lama setelah itu Kak Hera membalas chat dariku yang membuat kemaluanku merespon dan sedikit terbangun dari tidurnya.

Kak Hera : " Hihihi.... Iyalah Zam... Kan perawatan.... Aku jaga loh semua ini.... Hihihi.... Awas loh nanti ada yang bangun loh ". Kata Kak Hera.

Aku : " Lah kak... Memang sudah bangun kok dari tadi... ". Kataku.

Kak Hera : " Ehhh.... Serius.... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Iya kak... Masa aku bohong sih... ". Jawabku.

Kak Hera : " Ehh... Terus gimana itu Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Lah... Gimana apanya kak.... ". Kataku.

Kak Hera : " Ya itu Zam.... Suruh tidur lagi Zam.... ". Kata Kak Hera.

Saat itu aku tertawa membaca chat dari Kak Hera. Terlihat dewasa tapi sedikit polos.

Aku : " Elah kak.... Mana bisa segampang beli bakso kali kak... Terus kalau saat suami kakak itu nya bangun diapain kak supaya tidur lagi... ". Tanyaku.

Kak Hera : " Emm... Biasanya suami minta jatah sih Zam... ". Jawab Kak Hera.

Aku : " Lah jatah apa kak.... Penasaran... ". Tanyaku.

Kak Hera : " Jatah membajak sawah... Hihihi.... ". Jawab Kak Hera sambil memberikan emot tertawa.

Aku : " Wahhh enak dong kak.... Hehehhee... ". Kataku.

Kak Hera : " Iyalah.... Bisa gitu-gitu... Hihihi... ". Kata Kak Hera.

Aku : " Gitu-gitu apa sih kak.... Duhh kak... ". Kataku.

Kak Hera : " Ehh.... Kenapa Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Duh kak.... Malah makin tegang kak.... Sakit tau kak.... ". Jawabku.

Kak Hera : " Loh... Terus gimana dong Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku : " Entahlah kak... Mana udah tegang banget punyaku kak... ". Jawabku.

Kak Hera : " Masa sih Zam... ". Tanya Kak Hera.

Aku tertawa juga membaca chat dari Kak Hera. Duh gemes lama-lama.

Aku : " Iya kak.... Apa kakak mau lihat? Aku potoin nih kalau tidak percaya.... ". Jawabku.

Kak Hera : " Helehh... Paling juga kayak punya Amir.... Hihihi.... Astaghfirullah.... ". Jawab Kak Hera.

Saat itu aku tertawa ngakak membaca chat dari Kak Hera.

Aku : " Waduhh.... Kak... Dalem banget ngejeknya ihhh.... ". Balasku.

Kak Hera : " Hihihi... Tuh kan bener kayak punya amir..... Hihihi.... ". Balas Kak Hera.

Aku : " Duh kak orang belum lihat juga udah bilang kayak si Amir.... ". Balasku.

Kak Hera : " Hihihi.... Kan memang benar kan Zam.... Hihihi.... ". Balas Kak Hera.

Entah kenapa saat itu aku merasa seperti ditantang oleh Kak Hera. Maka dari itu aku putuskan untuk diam dan tidak membalas chat dari Kak Hera lagi. Biarlah Kak Hera merasa semakin penasaran saja. Hehehe.....

Setelah itu aku ingin buang air kecil. Buru-buru aku berjalan ke kamar mandi untuk buang hajatku. Setelah selesai aku berjalan ke kamarku.

" Merebahkan tubuhku di kasur memang yang terbaik.... ". Pikirku.

Aku juga mengecek hapeku yang ternyata ada 3 pesan chat dari Kak Hera.

Kak Hera : " Ehh.... Zam.... Ngambek ya..... ".

Kak Hera : " Zam.... Maaf deh.... Bikin kamu ngambek.... Abisnya kamu lucu Zam.... Hihihi.... ".

Kak Hera : " Emm... Mana Zam... Katanya mau kirim poto nya.... Kok tidak jadi sih.... ".

Saat itu aku tersenyum membaca chat dari Kak Hera.

Aku : " Maaf kak tadi kebelet pipis... ". Balasku.

Cukup lama aku menunggu balasan chat dari Kak Hera. Akhirnya Kak Hera membalas.

Kak Hera : " Kirain.... Ehh Zam... Mana potonya... Katanya mau kirim poto ". Balas Kak Hera.

Aku : " Hmm... Kenapa kak.... Hmmm... Mending lihat langsung aja kak.... Hehehehe.... ". Balasku.

Berani juga aku mengetik kalimat itu. Deg-degan....

Kak Hera : " Ihhh... Maunya... ". Balas Kak Hera.

Aku tertawa membaca balasan Chat Kak Hera.

Aku : " Lahh... Kalau lihat langsung kan enak kak... Kakak bisa tau bentuk aslinya juga.... ". Balasku.

Kak Hera : " Ihh.. Tidak ah Zam... Takut aku... ". Balas Kak Hera.

Aku : " Loh... Takut kenapa sih.... Cuma lihat doang kan... Lagipula aku juga tidak ngapa-ngapain... Kalau kak Hera mau sih tapi kalau tidak juga tidak apa-apa... Tapi jangan penasaran loh ya... Hahahaha.... ". Balasku.

Aku langsung menaruh hapeku dan khawatir kalau semua ini hanya pancingan Kak Hera saja. Lagipula mana mau Kak Hera untuk melakukan itu apalagi Kak Hera itu sesosok wanita yang kalem dan tidak aneh-aneh. Yang aku tahu Kak Hera sangat mencintai suaminya dan sangat setia.

" Cling " Nada notif pesan chat wattip di hapeku berbunyi. Aku langsung membukanya dan betapa terkejutnya aku membaca chat dari Kak Hera.

Kak Hera : " PINTU BELAKANG ". Balas Kak Hera dengan huruf besar semua.

" Edan ". Pikirku.

Antara percaya atau tidak, antara maju atau mundur. Ragu.... Itulah yang rasakan saat itu. Jika aku kesana, bagaimana kalau ini cuma pancingan saja agar bisa tau betapa jahiliyahnya aku tapi kalau tidak bagaimana dengan isi pesan chatku. Ibarat kata menelan ludah sendiri ketika sudah dibuang. Antara iya atau tidak.

" Ahh masa bodoh lah berangkat ajalah.... ". Pikirku.

Aku langsung berganti pakaianku dan tidak lupa memakai parfum. Setelah itu aku berjalan keluar dari kamarku.

Kak Nissa : " Dek... Mau kemana malam-malam begini.... ". Kata Kak Nissa yang sedang duduk di ruang tamu.

DEG......

" Duhh.... Kenapa kakak jam segini belum tidur.... Kenapa juga diruang tamu.... ". Pikirku.

Aku : " Ahhh.... Tidak kak.... ". Kataku gugup.

Kak Nissa : " Tidak apanya... Orang rapi begitu.... Pakai parfum pula.... Dek jawab jujur.... Mau kemana....". Tanya Kak Nissa.

Aku melihat mata Kak Nissa menatapku tajam.

Aku : " Tidak kemana mana kak... ". Jawabku.

Kak Nissa : " Masih kurang apa kamu sama bunda.... Sekarang mau cari yang lain lagi...? ". Tanya Kak Nissa.

Aku terkejut saat Kak Nissa mengatakan itu. Kenapa bisa kak Nissa tau...

Aku : " Ehh... Apaan sih kak... ". Jawabku.

Kak Nissa : " Kenapa... Heran kenapa bisa kakak tau.... Kamu mau ke tempat Hera kan... Jawab.... ". Kata Kak Nissa dengan penuh emosi.

Aku : " Aa... Aku.... Aku... ". Kataku gugup.

Mulutku kaku, deg-degan, keringat dingin, takut, campur aduk perasaanku saat itu.

" Plakk... ". Sebuah tamparan yang cukup keras dari tangan kanan Kak Nissa mendarat dipipi kiriku. Rasanya sangat pedih. Lebih pedih dari tamparan Kak Nissa saat ditoko beberapa waktu yang lalu.

Aku langsung memegangi pipi kiriku yang pedih akibat tamparan Kak Nissa.

Kak Nissa : " Apa ini adekku.... Apa ini Azam yang kakak kenal.... Azam yang kakak cintai... Azam yang kakak sayangi... ". Kata Kak Nissa dengan penuh emosi dan berlinang air mata.

Aku : " Kak.... Aku... ". Kataku terpotong oleh ucapan Kak Nissa.

Kak Nissa : " Kakak sudah diam saat kamu dengan bunda.... Bahkan kakak relain itu semua... Tapi... Kamu sangat keterlaluan... Kakak benci sama kamu.... ". Kata Kak Nissa.

Saat itu Kak Nissa ingin berjalan ke kamarnya tapi tangan kanannya aku tahan.

Aku : " Kak.... ". Kataku.

Kak Nissa : " Lepasin tidak.... Jangan panggil aku kakak lagi.... Lepasin.... Aku tidak mau punya adek yang seperti ini.... ". Kata Kak Nissa.

" Plakk.... ". Sebuah tamparan lagi di pipi kananku. Rasanya ngilu dan perih soalnya bibirku saat itu sedikit sobek dan mengeluarkan darah.

Lalu aku melepaskan tangan Kak Nissa.

Aku : " Kak... Maafin aku kak.... Maafin aku.... Aku salah... Kak aku... ". Kataku.

Kak Nissa : " Jangan panggil aku kakak lagi.... Aku tidak ingin punya adik seperti ini.... Lebih baik kamu pergi... Pergi... ". Kata Kak Nissa.

Aku juga saat itu terbawa emosi dan memutuskan untuk menuruti perkataan Kak Nissa.

Aku : " Oke... Oke... Kalau memang kakak ingin aku pergi... Aku akan pergi... Aku tidak akan ganggu kakak lagi... Lagipula kakak sudah tidak anggap aku sebagai adek kakak lagi, aku terima.... Tapi aku tetap anggap kakak sebagai kakakku... Dan sampai kapanpun kakak adalah kakakku... Tolong jaga bunda untukku... ". Kataku.

Setelah aku mengatakan itu aku pergi dari rumah. Tapi sebelum aku membuka pintu rumah aku mengatakan...

Aku : " Satu lagi kak.... Sampaikan salamku untuk evi.... Assalamualaikum... ". Kataku.

Setelah itu aku pergi meninggalkan rumah. Saat itu aku berjalan kaki. Rasa bersalahku terhadap Kak Nissa begitu besar sampai-sampai aku berjalan pun sambil meneteskan air mata. Aku sangat mengakui aku memang salah dan keterlaluan tapi yang membuatku meneteskan air mata adalah kalau Kak Nissa tidak mau bertemu denganku dan sudah tidak menganggapku sebagai adiknya lagi.

Perasaan tidak menentu dan campur aduk yang aku rasakan saat itu membuatku lelah dan pasrah.

Aku terus saja berjalan keluar dari kampungku. Kampung yang selalu membuatku nyaman dan penuh dengan kenangan. Walaupun aku tau kalau aku juga akan kembali lagi dikampung ini tapi tidak tau kapan. Yang pasti sekarang aku menjauh dulu dan terus melangkah. Aku juga sudah tidak bernafsu lagi.

Singkat cerita saat itu aku sudah tidak lagi dikotaku melainkan aku di kota yang cukup jauh dari kota asalku. Aku berada di kota Y.

Karena bantuan dari teman-temanku aku berada dikota Y. Kota dimana Kak Nissa menuntut ilmu bahkan sampai sarjana. Dikota Y ini aku bertemu dengan teman masa kecilku dan sangat banyak membantuku.

Toko warisan ayahku aku serahkan kembali ke Abi Ikhsan sementara dan hasilnya aku suruh Abi Ikhsan untuk membagikannya kepada ibuku dan Kak Nissa. Sedangkan aku juga mengatakan ingin mandiri. Sebenarnya Abi Ikhsan memarahiku tapi aku mengatakan ingin mandiri dan tidak mengatakan keberadaanku. Walaupun alot tapi Abi Iksan akhirnya mengerti.

Aku juga mengganti nomor hapeku dan wattipku juga. Aku juga memberi tahu ibuku keadaanku tapi tidak bilang aku pergi karena apa. Hanya ingin mandiri itulah alasanku menjelaskan kepada ibuku. Walaupun aku tidak tega namun tetap aku lakukan. Aku juga selalu memberi kabar kepada ibuku begitu juga sebaliknya tapi aku melarang keras untuk tidak memberi tahu nomorku kepada Kak Nissa dan apapun itu. Walaupun aku masih menyimpan nomor Kak Nissa tapi aku tidak pernah menghubunginya. Rasa bersalahku kepada Kak Nissa begitu besar. Bahkan sampai sekarang pun aku masih memiliki perasaan itu.

Sudah 1 tahun aku berada di kota Y. Dengan penuh perjuangan bisa sampai kota ini. Kalau tidak karena temanku mungkin aku tidak sampai dikota Y. Walaupun temanku itu bukan orang sepertiku tapi dia sangat baik terhadapku dan menganggapku seperti saudaranya sendiri.

Aku bekerja di salah satu resto dikota Y. Dengan penghasilan itu aku bisa hidup dikota Y. Sedangkan untuk tempat tinggal aku memilih kost bebas karena terkadang aku pulang bekerja larut malam.

Saat sedang santai dikost saat malam hari karena aku shift siang jadi pulang sore, tiba-tiba ibuku menelfonku. Dengan segera aku mengangkatnya.

Aku : " Assalamualaikum bunda.... ". Salamku.

Bunda : " Wa'alaikum salam.... Gimana Ma kabar kamu... Sehat kan.... Sudah makan belum.... ". Balas ibuku.

Aku juga menyuruh ibuku untuk memanggilku Maza karena aku tidak mau sampai Kak Nissa tau. Maza kebalikan dari Azam, hehehe....

Aku : " Alhamdulillah bunda.... Baik bunda.... Sudah kok bunda... Bunda sehatkan.... Kakak juga gimana bunda... ". Balasku.

Bunda : " Alhamdulillah... Sehat Ma... Nissa juga sehat tapi setelah kamu pergi kakakmu suka melamun... Sekarang juga jadi tambah tertutup Ma... Bunda juga belum pernah lihat kakakmu tersenyum.... Sebenarnya ada apa sih kamu sama kakakmu... Bunda yakin kalau kalian ini bermasalah.... ". Balas ibuku.

Aku : " Hmm... Tidak bunda.... Hanya Azam ingin mandiri saja.... Masa kakak saja yang dibolehin merantau sedangkan aku tidak.... ". Balasku.

Bunda : " Yasudah.... Bunda tidak mau memaksa kalian tapi pesan bunda jaga kesehatan jangan lupa sholat sama tadarusmu loh ya... Oh iya Ma kemarin kakakmu dilamar sama orang... Mereka datang kerumah... Orangnya juga ramah dan baik banget begitu juga keluarganya tapi kakakmu menolaknya.... Bunda sampai bingung sama kakakmu... ". Balas ibuku.

Aku : " Elah... Kakak memang terlalu tinggi bunda kalau soal jodoh... Entahlah Azam juga tidak tau pasti tapi yang Azam tau seleranya tinggi.... Hahahaha.... ". Balasku.

Bunda : " Hahh.... Bunda tidak mau memaksa kakakmu Ma kalau masalah jodoh tapi umurnya sudah 24 tahun lho.... Bunda saja menikah dengan ayah kamu saja umur 17 tahun... Itu pun ayahmu nekat kalau tidak sama bunda tidak mau menikah.... Gitu katanya dulu... Hihihi.... ". Bakas ibuku sambil tertawa.

Aku : " Lah.... Masa sih bunda... ". Balasku.

Bunda : " Iya Ma... Bahkan sampai ketahuan sama kakek kamu gara-gara ayahmu dulu diam-diam ngapelin bunda tapi bunda saat itu tidak mau dan menghindar terus.... Hihihi.... ". Balas ibuku.

Aku : " Hahahaha.... Ternyata ayah gigih juga ya bunda.... Hahahaha.... Terus kok bisa bunda mau sama ayah itu bagaimana bunda.... ". Bakasku.

Bunda : " Hmm... Waktu itu gara-gara kakekmu jengkel sama ayahmu gara-gara setiap hari ketahuan datang kerumah.... Hihihi.... Makanya kakekmu bilang suruh nikahin sekalian saja karena kakekmu risih lihatnya... Ya mau tidak mau bunda nurut sama kakekmu... Terus nikah deh... Hihihi... ". Balas ibuku.

Aku : " Lah... Gara-gara itu doang bunda....???? Terus bunda ada rasa sama ayah kapan bunda.... Hehehehe.... ". Balasku.

Bunda : " Hmm... Waktu ayahmu mengucapkan ikhrar saat ijab qobul... Hihihi.... Entah kenapa bunda bisa ada rasa sama ayahmu.... Hihihi.... Tapi ya waktu itu bunda masih malu-malu dan jaim jadi tidak bilang sama ayahmu dan kakekmu.... ". Balas ibuku.

Aku : " Elah.... Terus gimana itu bunda saat malam pertamanya.... Hehehehe... ". Balasku.

Bunda : " Idihhh kepo..... Hihihi.... Ayahmu dulu tidak memaksa bunda buat langsung berhubungan intim lagipula saat selesai ijab qobul bunda malah haid.... Hihihi.... ". Balas ibuku.

Aku : " Lah.... Hahahhaha.... Eh bunda... Kakak lagi apa bunda.... ". Balasku.

Bunda : " Entahlah Ma.... Sepertinya sedang dikamarnya.... Hmm... Sebentar bunda lihat dulu oiya jangan dimatiin biar tau kamunya.... ". Balas ibuku.

Saat itu terdengar suara ibuku dan Kak Nissa.

Bunda : " Nissa.... Bunda boleh masuk...? ". Kata ibuku.

Kak Nissa : " Iya bunda... ". Jawab Kak Nissa.

Bunda : " Niss.... Sudah makan belum... Kalau belum bunda ambilkan ya... Bunda suapin.... ". Tanya ibuku.

Kak Nissa : " Ehh.... Tidak bunda... Nissa masih kenyang kok... Nanti aja Nissa ambil sendiri kalau lapar.... ". Jawab Kak Nissa.

Bunda : " Niss.... Masih belum ada kabar dari adikmu....? ". Tanya ibuku.

Cukup lama Kak Nissa menjawab pertanyaan ibuku.

Kak Nissa : " Hiks.... Hiks.... Bund.... Bunda... ". Kata Kak Nissa.

Bunda : " Kenapa kamu nangis sayang... ". Tanya ibuku.

Aku yang mendengar suara Kak Nissa menangis jadi ikut menangis. Sesak dadaku saat itu.

Kak Nissa : " Se... Se... Seandainya saat itu Nissa bisa untuk menahan... Menahan emosi... Adek.... Adek masih... Masih... Disini sama kita bunda..... Huaaaa..... ". Ucap Kak Nissa sambil menangis.

Bunda : " Astaghfirullah.... Niss... Maksudnya apa sih... Bunda tidak faham... Jujur sama bunda... Sebenarnya kalian ini ada masalah apa.... ". Tanya ibuku.

Kak Nissa : " Sebenarnya... Nissa.... Nissa... Yang ngusir adek.... Bunda.... ". Jawab Kak Nissa.

Bunda : " Astaghfirullah... Nissa.... Astaghfirullah.... Astaghfirullah... ". Kata ibuku terkejut.

Kak Nissa : " Bunda.... Maafin Nissa.... Maafin Nissa bunda.... ". Kata Kak Nissa.

Bunda : " Astaghfirullah... Nissa... Baiklah Niss... Bunda tidak mau tau masalah kalian tapi kenapa sampai diusir... Dan... Dan... Astaghfirullah.... Terus sekarang kamu gimana Niss... ". Tanya ibuku.

Kak Nissa : " Bunda... Nissa sudah memaafkan adek dan Nissa sudah mencarinya... Nissa juga sudah bertanya kepada orang-orang yang mengenal adek tapi tidak ada yang tau... Bunda.... Nissa harus bagai mana... Nissa.... Nissa... ". Kata Kak Nissa.

Bunda : " Nissa... Yasudah... Doakan saja adekmu... ". Kata ibuku.

Kak Nissa : " Bunda... Maafin Nissa... ". Kata Kak Nissa.

Aku yang saat itu mendengar melalui telpon menangis dan merasa lega karena Kak Nissa sudah memaafkanku tapi dalam hatiku masih merasa bersalah. Lalu aku mematikan telpon dengan ibuku dan beristirahat.

Rasa yang selama ini mengganjal didalam hatiku hilang walaupun aku juga masih mempunyai rasa bersalah kepada Kak Nissa tapi setidaknya sudah merasa lega.

Hari-hariku selanjutnya aku lalui dengan semangat dan dengan perasaan lega. Aku juga terus melanjutkan hari-hariku dalam perantauan yang banyak sekali memberiku pelajaran dan kemandirian.

Dikota Y ini aku lebih untuk menutup diri dari orang-orang maupun teman-temanku bekerja. Tidak bermaksud apa-apa tapi lebih menjaga diri saja. Aku tidak mau orang-orang mengetahui aku yang sebenarnya. Selama aku dikota Y aku tidak memikirkan kemaluan ataupun selangkangan, aku hanya fokus saja pada pekerjaanku dan banyak belajar dari pengalaman.

Sudah 5 bulan setelah aku mendengar pengakuan dari Kak Nissa kepada ibuku atas kesalahannya mengusirku dari rumah. Akhirnya aku diangkat menjadi capten server ditempat aku bekerja. Saat aku sedang mengatur karyawan yang lain tiba-tiba aku melihat ada seorang akhwat bercadar masuk kedalam resto dan aku menyuruh salah satu karyawan untuk melayaninya dengan baik.

Aku lihat akhwat itu memakai serba hitam dan membawa ransel berwarna hitam serta kacamata hitam bulat yang cukup besar pula. Aku mengamati akhwat itu dari jauh dan sepertinya ransel itu tidak asing bagiku. Aku yang saat itu tidak ingin berfikir macam-macam aku melanjutkan pekerjaanku dengan semangat.

Disaat pesanan akhwat itu sudah siap karena karyawan yang lain sibuk dengan pekerjaan mereka maka aku yang mengantar pesanan akhwat bercadar itu.

Aku : " Assalamualaikum.... Maaf kak... Ini pesanan kakak sudah siap... ". Kataku sopan.

Hanya anggukan kepala saja untuk meresponku. Tapi saat aku ingin kembali....

? : " Dek.... ". Kata dia.

Deg.....

Tubuhku merinding, deg-degan, keringat dingin, perasaan bersalahku tiba-tiba muncul dan aku tidak sanggup untuk berbalik menghadap kebelakang.

Aku : " 2 jam lagi aku off... ". Kataku.

Lalu aku berjalan menjauh darinya. Aku tau kalau dia terus melihatku bahkan melihatku selama bekerja.

Setelah jam kerjaku habis dan setelah aku absen maka aku ingin sekali menemuinya tapi aku sangat malu dengannya. Rasa bersalahku kepadanya begitu dalam. Tapi aku harus menemuinya. Setelah aku sudah dekat dengannya tangannya memberiku isyarat untuk duduk. Maka saat itu aku duduk didepannya.

Aku : " Kita tidak bisa untuk berbicara disini kak.... ". Kataku sedikit gugup.

Ya.... Siapa lagi kalau bukan Kak Nissa. Tapi bagaimana Kak Nissa tau kalau aku disini.

Saat itu Kak Nissa diam saja. Aku yang melihat Kak Nissa diam begitu membuat rasa bersalahku semakin dalam. Tidak tahan dengan itu maka aku langsung saja memegang tangan kanan Kak Nissa dan mengajaknya untuk keluar resto tempatku bekerja. Aku ingin menyelesaikan masalah ini ditempat yang sepi dan privat. Maka aku membawa Kak Nissa kekost tempatku melepas lelah dan beristirahat.

Saat diperjalanan kami hanya saling diam tapi aku tetap memegang tangan kana Kak Nissa.

Setelah sampai kost karena hanya belakang tempatku bekerja jadi aku tidak perlu kendaraan untuk bekerja. Lagipula kost tempatku ngekost itu bebas jadi tidak masalah kalau aku membawa Kak Nissa bahkan teman-teman kost ada juga yang membawa pacarnya bahkan tinggal bersama dalam 1 kost.

Setelah aku dan Kak Nissa masuk ke dalam Kamar kost kami masih saja saling diam. Lalu aku terkejut saat Kak Nissa tiba-tiba memelukku dari belakang.

Kak Nissa : " Dek.... Kakak.... Kakak... ". Kata Kak Nissa sambil memelukku dan menangis.

Aku : " Huft.... Lanjutkan dulu nangisnya sampai puas.... Aku mau mandi dulu... Gerah soalnya... ". Kataku sambil melepas pelukan Kak Nissa.

Lalu aku mengambil handukku dan masuk kedalam kamar mandi. Karena kostku itu kamar mandi dalam jadi lebih praktis dan nyaman tanpa harus antri untuk menggunakan kamar mandi dengan penghuni kost yang lain.

Didalam kamar mandi aku segera menyalakan kran air dan saat itu juga aku menangis sesenggukan.

Cukup lama aku menangis didalam kamar mandi bahkan aku membuang banyak air karena luber diember tempatku menampung air untuk mandi. Sadar akan hal itu maka aku segera mandi. Setelah selesai disaat aku memakai handuk aku teringat kalau aku lupa membawa pakaian ganti.

" Astaghfirullah..... Kenapa aku jadi pikun gini.... Sial... ". Pikirku.

Mau tidak mau aku keluar dengan hanya memakai handuk untuk menutupi pusaka tunggal eka milikku.

Begitu aku keluar dari dalam kamar mandi aku melihat Kak Nissa tertidur dikasurku. Aku yang melihat itu menjadi kasihan dengannya. Jauh-jauh datang kemari untuk bertemu denganku pasti sangat lelah. Maka aku membiarkan Kak Nissa untuk tidur sedangkan aku segera memakai sarung berwarna hitam polos tanpa celana dalam dan kaos lengan pendek berwarna hitam polos juga.

Saat itu jam 10 malam aku yang tidak bisa tidur memutuskan untuk olah raga malam berupa push up saja. Sampai pada push up yang ke 20 aku mendengar bahwa Kak Nissa memanggilku dan bangun dari tidurnya.

Kak Nissa : " Dek.... ". Kata Kak Nissa.

Aku yang mendengar itu langsung menghentikan kegiatanku dan menoleh kepada Kak Nissa.

Aku : " Iya kak... Sudah bangun kak... Sebentar aku pesenin makan ya pasti kakak laper dan lelah.... Sekalian aku juga kak.... Sebentar ya... ". Kataku.

Tapi aku melihat Kak Nissa menggelengkan kepalanya.

Kak Nissa : " Tidak dek.... Dek.... Kakak... Kakak.... ". Kata Kak Nissa.

Aku melihat mata Kak Nissa berkaca-kaca dan menjatuhkan air mata maka aku langsung memeluk Kak Nissa yang posisi Kak Nissa sedang duduk dan aku memeluk Kak Nissa pada bagian perutnya. Aku juga saat itu menangis dan meminta maaf kepadanya.

Aku : " Kak.... Aku minta maaf kak.... Aku minta maaf.... Aku salah kak.... Aku salah... Kak.... Aku... Aku... Huaaaa..... ". Isakku.

Aku memeluk perut Kak Nissa sangat erat.








Lanjut kalau senggang lagi ya....


Salam....
Hiks...hiks..Kaka,jgn lama² update nya,..hatur
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd