Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KEPUTUSANKU ( NO SARA )

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mumpung sudah sampai rumah....

Aku tambahin biar gk kentang...



Secara bertahap ibuku memegang kemaluanku karna ibuku itu mungil tingginya hanya 150 cm jadi tangan ibuku juga kecil. Sungguh nikmat sekali saat bunda memegang batang kemaluanku dan mulai mengelap kemaluanku dengan kain lap.

Bunda : " Azam kenapa tegang sekali ininya mana keras lagi, apa kamu bersyahwat nak? ". Ibuku mulai bertanya kepadaku.

Aku : " Maaf bunda tapi Azam baru kali ini kemaluan Azam dipegang oleh orang lain bunda jadi maafin Azam kalau Azam bersyahwat ". Aku mulai jujur kepada bunda.

Bunda : " Iya nak gpp tapi inget ini bunda nak, bukan orang lain, masa dengan ibu kandung kamu sendiri bersyahwat nak ". Ibuku yang mulai nyaman dengan itu semua bertanya kepadaku.

Aku : " Maaf bunda ". Aku terus meminta maaf lepada bunda.

Bunda : " Azam bunda mau tanya, kenapa Azam bengong waktu kejadian kran wastafel tadi, apa Azam melihatnya nak? ". Entah kenapa ibuku menanyakan kejadian itu.

Aku : " Maaf bunda Azam melihat semuanya dan baru kali ini Azam melihat emm... ". Aku yang tidak mampu meneruskan perkataanku karna malu dan takut ibuku marah.

Ibuku terus mengelap kemaluanku hingga bersih tapi entah kenapa setelah selesai mengelap kemaluanku ibuku memegangnya dan bertanya yang membuatku makin terangsang.

Bunda : " Azam asal kamu tau nak kemaluan kamu ini besar bahkan punya ayah kamu pun gk sebesar ini dan bersih tanpa adanya bulu, apa kamu selalu mencukur hingga gundul begini nak? ". Tanya ibuku yang masih memegang kemaluanku.

Aku : " Iya bunda seminggu sekali aku cukur, aku risih bunda kalau tumbuh bulu makanya aku cukur sampai gundul supaya nyaman ". Jawabku sambil menikmati kemaluanku dipegang oleh bunda. Duhhh bundaaa baru dipegang aja udah nikmat begini, apalagi aaaaahhhh otakku terus dipenuhi dengan hal-hal nikmat.

Bunda : " Iya nak bagus kalau begitu jadi bersih dan nyaman, kan kalau bersih begini dilihat juga enak, hmmm.... Azam bunda mau tanya nak tapi jawab jujur yaa, apa kamu pernah onani nak? ". Tanya bunda kepadaku.

Aku : " Belum pernah bunda ". Jawabku yang terus menikmati genggaman tangan ibuku pada kemaluanku.

Bunda : " Bagus dehh sayang, jangan lakukan itu yaa karna itu gk baik ". Terang ibuku yang masih memegang kemaluanku tanpa melakukan hal lebih.

Aduh bunda aku ingin lebih bunda, batinku berteriak. Tiba-tiba ibuku melakukan sesuatu yang inginku rasakan.

Bunda : " Aaa.. Aazzam bunda tau kalau kamu sangat terangsang, bunda akan melakukan sesuatu tapi bunda ingin kamu merahasiakannya ya jangan ceritakan semua ini kepada siapapun, janji nak ". Jelas bunda kepadaku yang pada saat itu aku sudah sangat terangsang.

Ibuku mulai ada pergerakan yaitu tangan ibuku mulai mengocok pelan kemaluanku pelan tapi pasti. Tanpa sengaja aku megerang karna nikmatnya kocokan ibuku.

Aku : " Egghh.... Bunda enak bunda, emmhh... Hmmm... ". Erangku tanpa sadar.

Bunda : " Iya sayang, rasakan kocokan bunda yaa, nikmati ya sayang ". Ibuku terus mengocok kemaluanku.

Bunda : " Azam kalau mau bilang, bilang aja apa yang ingin kamu katakan sayang , jangan malu ". Timpal bunda kepadaku.

Aku : " Iya bunda... Kocokan bunda enak... Ummmhh... Ahhhh.... Terus bunda.... Enak bunda.... Ohhhh.... Ssssshhhhh.... ". Aku yang saat itu melihat ibuku menyipitkan matanya dalam artian tersenyum karna perkataanku walaupun ibuku menggunakan cadar tapi aku tau kalau ibuku tersenyum.

Bunda : " Iya sayang, enak kan kocokan bunda... Hmmm... Kontol kamu pasti suka kalau bunda kocokin begini kan... Mau bunda kocokin terus sayang? ". Tanya bunda.

Aku terkejut dengan apa yang ibuku ucapkan. Karna setauku ibuku itu orang yang kalem, lembut, gk pernah mengucapkan kata-kata yang aneh-aneh, tapi ini.....

Aku : " Ahhhh.... Sssshhhh... Iy... Iya bunda... Kemaluan Azam enak bunda ". Jawabku.

Bunda : " Azam kan bunda udah bilang Azam gk usah malu kalau ingin bilang sesuatu kan, apalagi kalau bunda sedang ngocokin kontol kamu begini kamu bebas mau bilang apa aja ". Protes ibuku.

Aku : " Ahh.... Iya bunda.... Kontol Azam suka dikocokin bunda, tangan bunda sangat nikmat ngocokin kontol Azam ". Aku yang saat itu mulai berani mengucapkan kata-kata asing didalam hidupku.

Lalu tiba-tiba ibuku menghentikan kocokannya dan melepaskan genggamannya dari kemaluanku dan pergi keluar kamarku. Entahlahh. Saat itu aku hanya takut ibuku tersadar dan marah kepadaku.
Setelah 5 menit bunda kembali dengan tangannya membawa sesuatu seperti botol kecil entah apa itu aku kurang jelas melihatnya karna bunda menggenggam botol itu.

Bunda : " Sayang maaf ya bunda berhenti dan keluar kamarmu karna bunda ingin ambil ini sayang, ini adalah madu jadi bunda ingin ngocokin kontol kamu dengan ini supaya licin dan kontol kamu pasti tambah enak, tenang aja ini aman sayang jadi gk usah takut lecet atau luka ". Terang bunda sambil menuangkan madu itu kekemaluanku.

Bunda : " Nahh bunda lanjutin yaa, percaya dehh sama bunda pasti kontol kamu keenakan ". Sambung bunda.

Aku hanya menganggukan kepalaku dan ibuku melanjutkan dengan meratakan madu itu kekemaluanku hingga rata dan menggenggam kemaluanku lalu mulai mengocoknya kembali. Awalnya seret entah kenapa lama kelamaan jadi licin dan kenikmatan kocokan ibuku bertambah berkali kalilipat.

Bunda : " Gimana sayang, tambah enak kan kontol kamu, tambah nikmat kan sayang, hmmm... Bunda gemes sama kontol kamu sayang ". Tanya bunda.

Aku : " Iya bunda... Uhhh bunda kontol Azam suka dikocokin bunda... Ahhhh... Ssshhh.... ". Aku yang merasakan kocokan ibuku mulai gk bisa mikir apa-apa lagi selain nikmat, nikmat dan nikmat.

Lalu bunda merubah kocokannya kemeremas remas kepala kemaluanku dan jempol tangannya memainkan lobang kemaluanku. Rasanya aduhhhh aduh aku gk kuat. Coba kalian bayangkan wanita bercadar sedang mengocok kemaluan kalian gimana sih rasanya, yaa itu terjadi padaku.

Aku : " Oohhhh... Bunda Azam gk kuat bunda pengen pipis bunda haduhhh.... ". Aku yang udah benar-benar gk kuat lagi dengan kocokan ibukh.

Bukanya berhenti tapi ibuku semakin cepat memainkan kepala kemaluanku dan lobang kemaluanku.

Bunda : " Iya keluarin sayang, kontol kamu keenakan itu, keluarin yang banyak hmmmm.. Semorotin sayang semprotin bunda sayang, bunda pengen disemprotin peju kamu sayang, ayo sayang pejuhin bunda, jangan ditahan ". Ujar bunda yang menyemangatiku untuk mencapai puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan kecuali mimpi basah sih.

Aku : " Ohh bunda... Bunda... Aaahhhhh ". Tubuhku mengejang seluruh otot yang ada pada tubuhku kaku. Aku mengeluarkan sperma sangat banyak sampai-sampai cadar dan mata hingga kepala ibuku terkena semprotan spermaku. Itupun ibuku belum melepaskan tangannya dikemaluanku dan terus mengocok kemaluanku sampai berhenti mengeluarkan spermaku.
Setelah dirasa berhenti mengeluarkan spermaku baru ibuku melepaskan tangannya dari kemaluanku.

Bunda : " Nihh liat Zam peju kamu sampai nyemprotin muka bunda, nih liat, kan jadi kotor, uhhh bunda harus ganti lagi kan... Ummhh... Tapi bunda suka kok di pejuhin kontol kamu sayang... ". Sambil menunjukan ibuku menunjuk jari nya kemukanya.
Tapi bukanya lemas tapi malah keras kemaluanku melihat ibuku yang blepotan spermaku.

Aku : " Ehhh.... Emmm... Ma.. Maaf bunda Azam gk sengaja ". Jawabku yang merasa gk enak sama ibuku.

Tiba-tiba bunda diam menunduk dan sepertinya memikirkan sesuatu.

Aku : " Bunda kenapa... Apa bunda... "
Belum selesai aku mengucapkan kata-kata ibuku menjawab.

Bunda : " Bunda sebenernya bingung nak, disisi lain bunda takut akan dosa disisi lain juga bunda udah lama gk melihat kemaluan seorang laki-laki dan yang lebih buat bunda takut kenapa harus kamu nak darah dagingku sendiri, bukan hanya melihat tapi menggenggam dan melakukan hal yang gk boleh dilakukan oleh ibu dan anak". Jawab ibuku yang mulai menangis dengan perbuatanya. Saat itu aku mulai mengerti apa yang dirasakan ibuku.

Aku : " Bunda jangan merasa bersalah itu semua karna kecelakaan dan tanpa sengaja, biarkan kejadian ini mengalir seperti air bunda ". Aku langsung memeluk bunda tanpa risih karna badanku otomatis juga terkena cipratan spermaku yang masih basah dicadar ibuku.

Bunda : " Iya nak bunda mengerti ". Jawab bunda kepadaku setelah itu aku melepaskan pelukan ibuku dan ibuku berhenti menangis.

Aku : " Sekarang Azam mau tanya bunda sebenarnya bunda juga menginginkannya kan ". Tanyaku kepada bunda karna aku juga penasaran pada ibuku. Sambil menunduk ibuku menjawab.

Bunda : " Iya nak bunda sebenarnya menginginkannya, setelah lebih dari sepuluh tahun bunda menahannya dan gk melihat kemaluan laki-laki dan setelah melihat dan itu kemaluanmu yang ternyata lebih besar dan panjang dari ayahmu entah kenapa bunda menginginkannya nak, maafkan bunda nak karna bunda juga terangsang setelah melihat punyamu ". Jelas bunda.

Aku yang gk tega melihat bunda langsung memeluk bunda sekali lagi dan anehnya aku sudah gk merasakan pusing lagi malah tubuhku segar dan bersemangat lagi seperti biasanya.

Aku : " Iya bunda Azam mengerti dan Azam gk akan menceritakannya kepada siapapun, jika bunda ingin melihat kontol Azam lagi atau ingin memegang kontol Azam lagi, Azam akan memberikannya kepada bunda ". Jelasku kepada ibuku.

Bunda : " Azam kenapa kamu bilang kata-kata yang gk sopan begitu kepada bunda? ". Kata ibuku dengan nada marah.

Aku yang terkejut dan hanya bisa bengong lalu sepersekian detik aku pun tersadar kalau ibuku hanya mau bilang kata-kata itu kalau posisinya sedang terangsang.

Aku : " Maaf bunda maafkan Azam ". Aku langsung meminta maaf kepada ibuku dan takut kalau ibuku marah.

Bunda : " Yasudah sekarang kamu istirahat dulu agar cepat sembuh ". Sambil berdiri ibuku mengambil baskom berisikan air dan kain lap tidak lupa dengan madunya pergi meninggalkanku tapi sebelum pergi ibuku sempat melirik kekemaluanku dan tersenyum.

Huhhh bunda engkau memang sulit untuk difahami, batinku.

Akupun melanjutkan tidurku dengan perasaan puas senang nikmat mengingat kejadian tadi.



Okai.....

Aku ngelonin istri dulu ya.... Byeee....


Salam....
3 mantappppp
 
Lanjut ya....

Selamat membaca....



Tanpa terasa aku tertidur saat itu dan terbangun saat ibuku membangunkanku untuk sholat subuh.

Bunda : " Azam bangun nak sudah subuh ini, Zam bangun Azam ". Sambil menepuk kakiku.

Aku yang masih belum terkumpul semua nyawaku pun terkejut karna aku tidur dari habis maghrib sampai subuh.

Aku : " Astaghfirullah bunda beneran sudah subuh ini? Aduh aku juga belum sholat isya bunda ". Kataku sambil berjalan untuk mengambil gamis dan kopiahku.

Bunda : " Iya nak sudah subuh ini, bunda sudah coba bangunin kamu tapi gk bangun-bangun jadi ya bunda biarkan saja, lagipula kamu tidur sepertinya enak banget jadi bunda gk tega buat bangunin kamu lagi ". Jawab bunda.

Kulihat bunda sudah memakai mukena beserta cadarnya.

Aku : " Iya bunda, yaudah berangkat yuk bunda aku wudhu dimasjid aja ". Ajakku dan dianggukkan oleh ibuku.

Setelah kembalinya aku dan ibuku sholat subuh dimasjid aku seperti biasa bersih-bersih rumah seperti biasanya tanpa ada hal yang menarik.

Malam hari setelah aktifitas dirumah aku melanjutkan menghubungi kak Nissa melalui whattip. Kami video call saat itu dan bercerita aktifitas kami masing-masing. Saat itu kak Nisa menggunakan khimar berwarna coklat dan cadar tali nya yang berwarna merah. Lalu aku iseng-iseng aja bertanya pada kak Nissa.

Aku : " Kak hmm... Aku kangen liat wajah kakak, secara udah lama sekali aku tidak melihat wajah kakak, yaa siapa tahu berubah gitu ". Ujarku.

Kak Nissa : " Iihhh adek kenapa gitu? iya ya udah lama juga adek kakak ini gk liat wajah kakak, hihihi". Kata kak Nissa.

Duhh denger suaranya saja aku sudah gimana gitu padahal sering mengobrol lewat video call tapi entah kenapa suara kak Nissa kali ini sangat berbeda. Entah kak Nissa nya atau aku nya yang sedang aneh. Secara video call sama kak Nissa kali ini membuat pakuku mengeras, hmmm.

Aku : " Iya kali kak, orang kak Nissa saja kalau pulang juga tidak pernah buka cadar kakak kok, kok betah sih kak maksudku apa tidak gerah secara didalam rumah loh ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Yeee.... Secara kakak sudah terbiasa dari kecil kali dek, disini juga kakak gk pernah lepas cadar walaupun dikosan dek, rasanya malah aneh kalau lepas cadar ". Jawab kak Nissa.

Aku : " Apa jangan-jangan kakak kalau tidur juga pakai cadar ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Iya dek yaa kecuali mandi sihh, hihihi yaudah buat adek kakak yang sangaaatt kakak sayangi dan kakak cintai kakak lepas ini, hmm... Siap dek lihat wajah kakak, hmm, oke dehhh, satu.... Duaa.... Tigaa.... ". Jawab kakaku yang kulihat kak Nissa melepas cadarnya.

Kulihat wajah yang sangat manis dengan lesung pipit dikedua pipinya dan gingsul di kedua taringnya. Ahhh kakakku memang istimewa. Aku juga merasakan dibawah sana sekarang sangat keras karna melihat wajah kak Nissa.

Kak Nissa : " Nii udah kan dek kakak lepas cadar kakak, hihihi bagaimana dek apa ada perbedaannya? Hmm ". Tanya kak Nissa sambil bergaya imut dengan kedua tangannya ditempelkan dipipinya.

Aku melongo sesaat karna tidak percaya kalau kak Nissa sekarang sangat-sangat cantik dan manis.

Aku : " Masya Allah kak, kakak bukan hanya cantik dan manis saja tapi seperti bidadari, uhhhh cemburu aku kak secara betapa beruntungnya suami kakak kelak bisa memiliki kakak ". Kataku.

Entah kenapa aku cemburu kepada suami kakak besok, padahal calon saja belum punya tapi aku sangat cemburu. Aaarrggghhh aku tidak relaaaaa, teriakku dalam hati.

Kak Nissa : " Hihihi adek kenapa sih hmmm.... Adek cemburu yaa... Masa sama kakaknya sendiri cemburu sihhh hihihi, tenang aja kakak belum mikir sampai situ dek, kakak masih ingin belajar setinggi tingginya, hihihi calon saja kakak tidak punya kok, suer ". Canda kak Nissa.

Aku yang saat itu tidak tau harus berbuat apa hanya senyum saja. Lalu tiba-tiba kak Nissa diam dan menunduk, kudengar kak Nissa sepertinya menangis, aku saat itu juga merasakan tidak enak. Perasaanku yang campur aduk melihat kak Nissa menunduk.

Aku : " Kak, kakak kenapa menangis ". Tanyaku.

Setelah beberapa saat kak Nissa mulai berbicara kepadaku yang membuatku juga merasa sangat sedih.

Kak Nissa : " Dek, kakak sebenarnya sangat rindu denganmu dek juga dengan bunda, kakak ingin sekali pulang tapi kakak sedang skripsi dek, rasanya ingin kakak paksakan untuk pulang tapi tanggung. Secara empat tahun kakak tidak pulang dek. Kakak kangen banget sama kamu dan bunda dek, hiks hiks hiks ". Jawab kak Nissa sambil menangis.

Aku juga tak kuasa melihat kakakku menangis jadi ikut menangis juga. Benar juga kak Nissa sudah empat tahun tidak pulang.

Aku : " Kak, sudahlah kak jangan nangis aku juga ikutan nangis kan.... Nanti kakak tambah cantik loh kalau nangis terus ". Candaku.

Kak Nissa : " Hiks... Hiks.... Hiks.... Apaan sihh dek gombal mulu dari tadi ". Protes kak Nissa yang sudah mulai berhenti menangis.

Aku : " Nahh gitu dong kak, udah dong nangisnya, sekarang senyum dong kak agar manisnya nampak lebih manis lagi ". Candaku.

Kak Nissa : " Iiiihhhhh.... Adek..... kakak malu nihh ". Kak Nissa yang sudah mulai senyum-senyum.

Aku : " Hahaha ehh kak kalau kakak malu-malu gitu aku pengen banget cubit pipi kakak... Abisnya aku gemes sama kakak ". Kataku.

Kak Nissa : " Iihhh apaan sihh emang pipi kakak apaan dicubit cubit ". Protes kak Nissa.

Kak Nissa : " Ehhh dek emmm.... Itu... Kamu kok gk pake baju gitu sihh? ". Sambung kak Nissa yang hanya melihatku memakai sarung saja.

Karna hp aku letakan diatas bantal dan aku duduk didepannya otomatis kelihatan oleh kakakku.

Aku : " Gerah kali kak.... Emang kenapa kak? ". Tanyaku

Kak Nisa : " Gpp sih... Tapi aneh aja liat kamu telanjang dada begitu mana cuma pakai sarung lagi ". Jawab kak Nissa.

Aku : " Lahh ngapain juga kakak liat sampai situ ". Elakku.

Kak Nissa : " Gimana kakak tidak lihat orang kamunya duduknya didepan hp kamu gitu, otomatis kelihatan lah dek, hayo jangan-jangan... ". Kata kakaku.

Aku : " Jangan-jangan kenapa kak ". Tanyaku.

Aku penasaran dari kata-kata kak Nissa yang ngegantung itu. Apa jangan-jangan kak Nissa sadar ya kalau aku tidak pakai celana dalam, pikirku.

Kak Nissa : " Ehhh tidak kok dek ". Jawab kakaku.

Tapi aku lihat kak Nissa ingin mengatakan sesuatu tapi dia tahan. Hmmm... Apa aku kerjain sekalian aja ya, hihihi...

Aku : " Hayo kakak mikir apa.... Hmmm aku tau kakak mikir apa ". Kataku.

Kak Nissa : " Ihhh apaan sih... Memangnya kamu tau kakak mikir apa? ". Kata kak Nissa.

Aku : " Hayo kakak tadi mau bilang jangan-jangan adek tidak pakai celana dalam yaa, gitu kan ". Candaku.

Kak Nissa : " Iihhh apaan sih dek ". Protes kak Nissa sambil menunduk malu.

Aku : " Wahahhahaha..... Cieee bener kan kalau kakak mikir gitu hahahahah.... Sudah tenang saja kak, orang sama adek sendiri juga ". Kataku.

Aku tertawa ngakak melihat kak Nissa yang malu-malu begitu. Tapi gemas juga liat ekpresinya, duhhh mana malah bangun lagi ini paku, aaahhhhh, pikirku.

Kak Nissa : " Iiiiihhhhh adek.... Kenapa sihh suka banget ngerjain kakak ". Tanya kak Nissa.

Aku : " Ahahhahaha... Kenapa kak hihihi... Apa kakak mau lihat yang didalam sarung ini, hmm? ". Jawabku.

Aku sengaja mengatakan itu, aku ingin tau respon Kak Nissa itu bagaimana.

Kak Nissa : " Ehh... Gk... Gk... Iiiihhhh apaan sihhh ". Jawab Kak Nissa.

Aku melihat kalau Kak Nissa gelagapan menjawab pertanyaanku. Tapi juga aku melihat kalau Kak Nissa juga penasaran dengan itu. Aku jadi tertawa melihat ekpresi Kak Nissa.

Aku : " Wahahahhaa.... Ngakak aku kak lihat ekpresi kakak ahahahha... ". Kataku.

Kak Nissa : " Ihhh.... Adek... Tega banget sih ngerjain kakak, gk lucu tau dek, huft". Gerutu Kak Nissa.

Duhhh kak kalau kakak cemberut begitu aku jadi tambah gemas karna keimutanmu kak, batinku.

Aku : " Ahahahahaha.... ". Jawabku tertawa saja.

Kak Nissa : " Awas aja kalau kakak pulang, bakalan kakak balas ". Ancam Kak Nissa.

Aku hanya tertawa saja Kak Nissa mengancamku. Setelah lebih dari satu jam kami mengobrol lewat video call akhirnya Kak Nissa menutup video call kami karna Kak Nissa ingin melanjutkan mengetik makalah atau apalah itu namanya, tapi sebelum menutup video call kami Kak Nissa memakai cadarnya kembali.

Ahhhh kak, seandainya kakak bukan kakakku aku ingin menikah denganmu, pikirku. Entahlah aku juga tidak tau kenapa aku mempunyai perasaan begini kepada kakakku dan ibuku.
Aku pun akhirnya keluar dari kamar dan kulihat ibuku sedang menonton tv saat itu. Ibuku saat itu menggunakan gamis khimar dan cadar model tali warna hitam.

Aku : " Bunda, apa bunda tidak merasakan gerah secara malam ini cuaca terasa panas loh? ". Tanyaku kepada ibuku sambil duduk disamping ibuku.

Bunda : " Ehh Azam.... Iya nak bunda gerah makanya bunda nyalain kipas anginnya tuhh ". Jawab bunda sambil menunjuk kearah kipas angin disamping tv.

Aku : " Iya sihh, orang Azam saja cuma pakai sarung saja bunda, saking gerahnya ". Kataku.

Ibuku melihatku sesaat dan melanjutkan melihat acara ditv itu yang saat itu sedang menampilkan acara " Sapi jirwa ".

Aku : " Lahh nonton itu lagi, gk ada acara tv yang lain bunda ". Tanyaku.

Bunda : " Ada sih tapi bunda suka aja liat itu sayang, daripada nonton sinetron gk jelas kan mending nonton itu aja kan? ". Kata bunda.

Aku : " Iya sih ". Kataku singkat.

Lalu aku duduk disebelah kiri ibuku. Baru saja aku duduk tiba-tiba ibuku menyenderkan kepalanya dibahu kananku. Aku tidak tau kenapa ibuku berbuat seperti itu tapi aku biarkan saja. Mungkin ibu sedang merasakan sepi atau kurang nyaman makanya ibuku melakukan itu.

Aku : " Bunda kenapa sihh... Tidak biasanya bunda begini ". Tanyaku.

Bunda : " Tidak apa-apa sayang hanya saja bunda merasa sangat nyaman kalau didekat kamu nak ". Jawab ibuku.

Setelah lumayan lama ibuku menyandarkan kepalanya dibahu kananku ibuku bangkit dari posisinya dan meninggalkanku menuju kamarnya.

Aku sih tidak mau tau sebenarnya, ya mungkin bunda ingin istirahat, fikirku.
Tidak lama setelah itu ibuku keluar dari kamar dan berjalan kearahku. Kulihat ibuku hanya mengganti khimar dan cadarnya saja jadi khimar yang lebih pendek tapi masih panjang dan lebar dan cadar bandananya saja yang semula menggunakan cadar tali. Lalu ibuku duduk disampingku dan menyenderkan kepalanya dibahuku lagi. Aku yang saat itu bingung mau ngapain jadi aku hanya diam saja.

Bunda : " Azam, kenapa kamu diam saja? Dan juga kenapa jantungmu berdetak lebih cepat sayang? ". Tanya ibuku sambil menoleh kewajahku.

Entah kenapa saat itu ibuku terlihat sangat manja. Akupun menjadi gugup sendiri dengan tingkah ibuku.

Aku : " Ti... Tidak apa-apa bunda ". Jawabku.

Mulutku seakan terkunci susah sekali untuk berbicara. Duhh bunda wajah bunda kedeketan, batinku.

Bunda : " Hihihi... Azam kok gugup gitu sih sama bunda, kenapa sihh? ". Tanya ibuku.

Aku tidak tahu harus bilang apa lagi kepada ibuku karna gugup dan yang buat aku gk bisa ngomong itu wajah ibuku tepat berada di telinga kiriku dan jaraknya hanya sekitar 3 cm jadi nafas ibuku terasa ditelingaku walaupun ibuku menggunakan cadar.

Bunda : " Emm... Apa Azam masih penasaran sama belanjaan bunda dimall kemarin tidak? Hmm ". Dengan suara manja ibuku bertanya kepadaku.

Ahhh aku baru ingat belanjaan itu.

Aku : " Emm... Sebenarnya masih bunda entah kenapa Azam penasaran dengan itu bunda ". Jawabku.

Gugup, degdegan, keringat dingin, dan pakuku tegang dan keras.

Bunda : " Tapi ada syaratnya sayang ". Kata ibuku dengan suara pelan dan sangat manja.

Duhh kenapa bunda jadi begini ya? Apa jangan-jangan bunda.....? Ahhhh entahlah, ikut alur bunda saja lah, pikirku.

Aku : " Ap... Apa... Bunda ". Tanyaku.

Bunda : " Azam harus kontrol, trus tidak boleh cerita kesiapapun, tidak boleh pegang apapun kecuali bunda yang suruh, gimana sanggup sayang ". Jelas bunda.

Ya ampun bunda.... Batinku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku saja tanpa bersuara. Ibuku lalu tersenyum dan bangkit dari duduknya lalu berjalan tiga langkah didepanku, lalu..... Aku tak percaya dengan apa yang sedang aku lihat.
Saat itu ibuku mencopot cadarnya dengan senyuman manisnya ibuku melepas khimarnya dengan sangat pelan. Lalu ibuku menarik resleting yang ada pada gamisnya kebawah. Terlihatlah sedikit kulit dada ibuku, lalu ibuku membuka belahan gamis depannya dan menarik gamis itu kebawah hingga gamis itu merosot kebawah. Semua itu dilakukan dengan sangat pelan. Terlihatlah tubuh mulus dan sexy ibuku dipadukan dengan bra hitam berendranya dan celana dalam G-string yang hanya ada tali dan sedikit kain berbentuk segitiga untuk menutupi kemaluannya. Sepertinya bra dan celana dalam itu satu set karena terlihat dari kain yang sama.

Aku hanya melongo saat itu tanpa berkata-kata.

Bunda : " Sayang, gimana? Bagus gk bra dan celana dalam bunda? Hmm... Apa masih penasaran sayang? Ini yang bunda beli dimall kemarin ". Kata ibuku sambil berputar dan bergaya.

Aku melihat ibuku sangat-sangat manis dan sexy. Dengan tubuh mungilnya, kulit kuning langsat tanpa noda, payudara yang sebesar kepala bayi, perut yang rata dan sedikit lemak, dan celana dalam yang ahhhhhh pokoknya super sexy.

Lalu ibuku berjalan sampai satu langkah didepanku lalu duduk timpuh.

Bunda : " Hihihi sayang kok bengong sih, bagus tidak? Hihihi.... Sekarang bunda ingin melepas sarung kamu sayang, bunda ingin lihat kontol kamu yaa ". Kata bunda.

Aku hanya mengangguk-angguk saja saat itu dan mengingat perkataan bunda tadi. Ahhh bunda Azam ingin menubruk bunda..... Teriakku dalam hati.

Lalu tangan ibuku memegang sarungku dan melepasnya, maka terlihatlah kemaluanku yang tepat berada didepan ibuku.

Bunda : " Sayang... Bunda kangen kontol kamu... Bunda pegang ya kontol kamu... ". Tanya ibuku, aku hanya menganggukan kepalaku.

Lalu dipeganglah kemaluanku oleh ibuku dan rasanya aduhhhhhh nikmat....

Bunda : " Sayang, bunda ingin mengocok kontol kamu, bunda menginginkannya sayang, apa boleh kontol kamu jadi milik bunda? ". Tanya ibuku.

Aku : " Aahhhhh..... Iy... Iyaaa... Bunda... Kontol Azam milik bunda, terserah bunda mau diapain kontol Azam.... ". Kataku.

Kulihat ibuku tersenyum senang. Lalu ibuku mulai mengocok kemaluanku pelan.

Saat itu tanpa sengaja tanganku ingin meraih tubuh ibuku lalu ibuku memperingatkanku syarat-syarat tadi.

Bunda : " Azam sayang, ingat syarat yang bunda berikan tadi kan.... Pokoknya sayang diam saja ya... ". Protes ibuku dengan suara pelan dan manja.

Aku hanya mengangguk diam dan mengikuti arus yang akan ibuku berikan kepadaku.

Saat itu aku sangat menikmati kocokan tangan ibuku yang sangat pelan.
Setelah beberapa menit ibuku menaikan kocokannya menjadi lebih cepat.

Bunda : " Uhhhh... Sayang kelihatannya kontol kamu ini enak... Bunda sangat terangsang sayang ". Kata ibuku.

Aku hanya melihat ibuku mengocok kemaluanku saja tanpa bisa berbuat lebih. Lalu ibuku mengambil madu yang berada disampingku. Entah kapan ibuku membawanya aku tidak tau. Lalu mengoleskannya hingga rata dikemaluanku sampai menetes-netes madu tersebut.

Bunda : " Sayang kontol kamu jadi mengkilat bunda olesin madu ini.... Ahhh sayang bunda ingin ini ya sayang kasih kebunda yah? ". Rengek bunda dengan ekpresi memelas.

Aku : " Uhhh bunda kontol Azam kan udah jadi milik bunda... Terserah bunda aja deh ". Kataku

Bunda : " Makasih ya sayang, sekarang bunda servis kontol kamu ini yaa.... Nikmati ya sayang ". Kata ibuku.

Lalu aku merasakan hal yang sangat tidak aku duga dan sangat nikmat.

Kini tubuhku ditidurkan oleh ibuku lalu dengan pelan ibuku menundukan wajahnya sampai kemaluanku dan happ.... Ibuku melahap kemaluanku. Ahh rasanya sungguh nikmat sekali.

Aku : " Ahhhh bunda enak bunda... Shhhhh... Oohhhhh ". Erangku.

Kulihat ibuku mengemut kemaluanku hingga mentok pangkal kemaluanku lalu kepalanya naik turun mengoral kemaluanku. Lalu ibuku mengemut lagi kemaluanku dan kurasakan hal yang lebih nikmat lagi. Lidah ibuku menjilati kepala kemaluanku dan lubang kemaluanku.

Aku : " Oohhh bunda ini nikmat sekali bunda.... Ohhhh.... Ssshhhh ". Erangku pasrahh.

Setelah beberapa menit ibuku melepas mulutnya lalu berganti mengemut biji kemaluanku.

Aku : " Ahhhh bunda ngilu bunda... Ahhhh nikmat bunda ". Kataku.

Sampai ibuku menghisap-hisap biji kemaluanku. Uhhh rasanya ngilu enak nikmat ahhhh entahlahh.

Bunda : " Ahahhhhh..... Sssshhhhh... Azam sayang...Kontol kamu menikmatinya kan sayang bunda emutin kyak tadi? Hmmm.... Asal kamu tau sayang, kontol kamu ini sangat enak dan nikmat lohh... Emm.... Sepertinya bunda ketagihan emutin kontol kamu ini, hihihi ". Kata ibuku sambil mengocok kemaluanku.

Bunda : " Hihihi... Pokoknya sayang nikmatin aja ya servis bunda, hihihi". Kata ibuku.

Aku hanya mengangguk saja saat itu. Coba kalian bayangkan ibuku yang kesehariannya bercadar dan jarang membuka cadarnya walaupun didalam rumah dan seorang guru di madrasah yang dipanggil ustadzah oleh muridnya dan orang-orang, yang sekarang sedang mengocok, mengoral, dan mengemut kemaluan kalian gimana sih rasanya.

Lalu ibuku melanjutkan pekerjaannya.

Aku sangat menikmati servis ibuku saat itu. Yang ada hanya eranganku saja yang keluar dari mulutku.

Setelah sekian lama aku merasakan servis dari ibuku lalu aku merasakan ingin sampai pada orgasmeku.

Aku : " Oohhh bunda aku tidak kuat lagi bunda aku ingin keluar ". Teriakku pada ibuku.

Lalu ibuku menyudahi acara oralnya lalu berganti mengocok kemaluanku.

Bunda : " Uhhh iya sayang keluarin jangan ditahan.... Keluarin peju kamu sayang ayoo..... Ayo pejuhin bunda sayang pejuhin.... Bunda senang dipejuin kamu sayang... Pejuhin bunda nak pejuhin bunda ". Kata ibuku.

Akupun tidak sanggup lagi dan crot... Crot... Crot.... Menyemburlah pejuku sampai mengenai wajah dan dada ibuku. Setelah kemaluanku tidak lagi mengeluarkan laharnya ibuku baru berhenti mengocok kemaluanku.

Bunda : " Nihh lihat sayang.... Kontol kamu pejuhin bunda lagi... Nihh lihat.... Hihihi.... Tapi bunda suka dipejuhin kamu sayang.... Gmn sayang, kontol kamu sudah enakan kan". Kata ibuku.

Aku : " Huhhh... Iya bunda... Bunda hebat... Hampir saja aku tidak kontrol bunda.... Saking enaknya.... Makasih ya bunda ". Kataku.

Bunda : " Hihihi... Iya sayang... Sudah tidak penasaran lagi kan sayang.... Emmm apa sekarang kamu malah penasaran sama yang ada dibalik ini? ". Tanya ibuku sambil menunjuk ke susunya.

Aku : " Ehh.... Hehehe kalau bunda ijinin sihh... Ehh tapi bunda gimana? Kan gk adil yang enak cuma Azam saja ". Jawabku.

Bunda : " Hihihi maunyaa.... Udah ya sayang jangan lebih dari ini dulu yaa.... Bunda tidak apa-apa sayang... Percaya deh sama bunda ". Kata ibuku.

Aku : " Emm.... Iya deh bunda ". Kataku.

Bunda : " Yasudah sekarang sudah malam, tidur sana sayang ". Perintah ibuku.

Aku : " Baik bunda ". Kataku sambil berdiri dan berjalan kekamarku. Tapi sebelum itu aku mencium kening ibuku dan ibuku tersenyum kepadaku.

Lalu aku menjatuhkan tubuhku kekasur dan mengingat kejadian ini sambil tersenyum. Aku pun tidur dengan perasaan yang susah diucapkan.



Hehehehe sekian dulu yaa....
Sambungannya di halaman.....


Salam.....
keten bgt masterr
 
m
Lanjut ya....

Monggo....






Kak Nissa : " Adeeeekkkkkkk....... ". Teriak Kak Nissa memanggilku.

Duhh... Kenapa lagi....

Aku : " Iya aku dikamar kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Adek anterin kakak yuk ". Kata Kak Nissa masuk kekamarku.

Aku : " Kemana kak? ". Tanyaku.

Lalu Kak Nissa duduk disampingku yang sedang tiduran.

Kak Nissa : " Kakak mau anterin ini nih dek buat temen kakak, gk jauh kok cuma di ujung jalan kampung kita ". Jawab Kak Nissa.

Kulihat sebuah kotak lumayan besar yang dibawa oleh Kak Nissa. Aku tidak tau apa isinya, mungkin itu oleh-oleh dari kota Y untuk teman Kak Nissa.

Aku : " Okei kak, bentar". Kataku.

Aku bangun dari kasurku dan segera memakai jaketku.

Aku : " Ayo kak ihhh malah bengong ". Kataku.

Kak Nissa : " Ehh iya dek, yuk temen kakak sudah nungguin disana ". Kata Kak Nissa.

Diperjalanan kami, aku bertanya kepada Kak Nissa.

Aku : " Kak, temen kakak laki-laki atau perempuan? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Perempuanlah dek, emang kenapa sih dek tanya kok begitu? ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Ya tidak apa-apa kak ". Kataku singkat.

Kak Nissa : " Jangan-jangan cemburu ya dek ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Apaan sih kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi... Tenang saja dek, kakak masih milik kamu kok hihihi ". Kata Kak Nissa sambil cekikikan.

Aku tidak membalas omongan Kak Nissa lagi karena sudah hampir sampai di tujuan. Dan benar ternyata dibawah gapura kampungku ada seorang akhwat bercadar. Dia memakai jubah gamis berwarna abu-abu dan hitam yang sewarna dengan khimar dan cadarnya.

Aku berhenti dua langkah disampingnya dan Kak Nissa turun dari motorku dan menghampiri akhwat itu.

Aku terkejut saat Kak Nissa memberi salam kepadanya tapi dijawab olehnya dengan bahasa isyarat. Jantungku langsung berdenyut kencang serta keringat dingin keluar dari tubuhku. Dan saat akhwat itu menengok kearahku aku langsung mengetahui siapa dia. Saat mata kami saling memandang aku semakin yakin kalau akhwat itu... Ya... Akhwat tuna wicara yang pernah datang ketokoku.

Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak tau karena bahasa isyaratnya yang saat itu belum aku kuasai karena rumit. Setelah beberapa menit akhwat itu pergi meninggalkan kami dengan motornya. Dan Kak Nissa pun menghampiriku.

Kak Nissa : " Dah yuk dek kita pulang sebentar lagi sore ini ". Ajak Kak Nissa.

Aku : " Baik kak ". Jawabku.

Saat perjalanan pulang Kak Nissa menceritakan kalau akhwat tadi bernama Evi dia adalah yatim piatu yang diasuh oleh ustadz Pawan dari kecil dan dia sekolah dikota sampai kuliah dan ternyata umurnya sama seperti Kak Nissa. Kak Nissa mengenalnya dari madrasah aliyah dulu dikota yang mana satu kelas dengannya. Saat kelulusan Kak Nissa lebih memilih untuk mengambil beasiswa dikota Y dan dia memilih beasiswa di universitas di kotaku. Kak Nissa juga bercerita kalau dia sudah lulus dan bekerja sebagai guru diyayasan khusus tuna wicara dikotaku. Dan yang membuat aku terkejut kalau dia mengenalku saat ditokoku dan mengira kalau aku adalah suami Kak Nissa.

Kak Nissa : " Emang bener yah dek kalau kalian pernah bertemu? ". Tanya Kak Nissa.

Aku menceritakannya kepada Kak Nissa saat pertama kali aku dan dia bertemu.

Kak Nissa : " Gimana menurutmu dek temen kakak yang itu? Ya walaupun dia tuna wicara tapi dia itu orangnya baik banget loh trus ramah suka bersedekah tidak sombong pengertian pokoknya nilainya 100 kalau buat dia dek, hihihi". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Apaan sih kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi... Dia juga cantik loh dek orangnya emmm.... Lebih tepatnya manis dek dia juga punya gingsul di giginya sama seperti kakak tapi tidak punya lesung pipit seperti kakak, hihihi kalau adek mau sama dia kakak langsung bilang SAH, hihihi ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Iihhh apaan sihh aku belum kepikiran itu kak ". Kataku berbohong.

Kak Nissa : " Hihihi sudah tidak usah bohong sama kakak dek, kakak tau kok kalau adek suka kan sama dia trus nihh ya dek kakak liat insya allah kalau dia juga suka loh sama kamu dek, makanya tadi saat kakak bilang kalau adek bukan suamiku tapi adikku ekspresinya berubah dek apalagi matanya yang tajam itu dek hihihi seperti orang senang begitu dek, hihihi ". Kata Kak Nissa panjang lebar.

Aku : " Apaan sih kak jangan buat aku malu kak, lagipula aku hanya mau menikah kalau aku sudah bisa melihat kakak bahagia dengan orang pilihan kakak". Protesku.

Dan Kak Nissa langsung diam saat itu, entahlah Kak Nissa kenapa aku juga tidak tau.

Aku : " Tapi yang jelas untuk saat ini kakak milikku dan bunda ". Sambungku.

Lalu Kak Nissa memeluk punggungku erat karena kami masih diperjalanan untuk pulang.

Kak Nissa : " Makasih dek makasih.... Iya dek untuk sekarang kakak juga milikmu dan bunda dek ". Kata Kak Nissa.

Aku tidak menjawab lagi kata-kata Kak Nissa karena saat itu sudah sampai rumah. Baru saja kami masuk kedalam rumah ibuku menelfon Kak Nissa.

Kak Nissa langsung mengangkat telefon ibuku.

Kak Nissa : " Assalamualaikum bunda.... Ahh iya ini adek disebelah Nissa.... Alhamdulillah sudah bunda.... Emm... Yasudah tidak apa-apa bunda... Iyaa.... Baik bunda.... Bunda juga ya.... Waalaikumsalam ". Kata Kak Nissa mengangkat telefon ibuku.

Aku : " Bunda kenapa kak? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Bunda tidak pulang dek dia dan rombongannya menginap dihotel karena besok pagi ustazah ceramah lagi dan bunda juga jadi pendampingnya ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Yasudah kak tidak apa-apa ". Kataku.

Aku langsung masuk kekamarku begitu juga Kak Nissa.

Pukul 20.08 WIB saat itu aku sedang menonton tv sedangkan Kak Nissa didalam kamar dan diluar hujan lebat. Sudah beberapa hari ini tidak turun hujan udara menjadi dingin saat itu.

Terdengar suara pintu kamar Kak Nissa " Ceklek " Dan kulihat Kak Nissa tidak keluar kamar hanya membuka pintu kamarnya. Aku melanjutkan menonton tv yang acara tv saat itu menayangkan pencarian bakat bernyanyi. Lalu aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku dan pada saat aku menengok sumber suara itu aku terbengong. Saat itu aku melihat Kak Nissa menggunakan seragam sekolahnya dulu saat di madrasah aliyah. Putih abu-abu dengan khimar putih beserta cadar bandana hitamnya. Saat itu aku melihat Kak Nissa sangat anggun mengingat jaman sekolahnya dulu.

Kak Nissa : " Gimana dek? Kakak masih pantas kan jadi anak sekolahan? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Ehhh.... Iy... Iya kak... ". Jawabku

Kak Nissa : " Hihihi... Kangen tau dek pake seragam ini.... Emm... Ehh sebentar ya dek ". Kata Kak Nissa masuk kekamarnya kembali.

Saat itu aku bingung, kenapa Kak Nissa jadi begitu ya?. Pikirku.

Tidak lama setelah itu Kak Nissa keluar dari kamarnya dan pakaian Kak Nissa masih sama dengan yang tadi tapi yang membedakan atasannya. Saat itu Kak Nissa tidak lagi menggunakan khimar dan cadarnya tapi menggunakan kerudung putih polos biasa yang dipakai anak sekolahan jaman now. Kerudung segi empat pendek dan hanya menutupi bagian dada saja dan bagian belakang tidak sampai pinggang. Aku terpesona dengan penampilan Kak Nissa saat itu. Disamping wajah Kak Nissa yang manis tapi juga body Kak Nissa juga luar biasa. Walaupun pakaiannya agak longgar tapi tidak bisa menutupi keindahan tubuhnya apalagi dada yang membusung bulat padat dan pantat terlihat sangat bulat kencang dan terlihat sangat empuk. Baru kali ini aku melihat Kak Nissa berpenampilan aduhai dan menggoda. Seketika kemaluanku menjadi tegang dan keras dibalik sarungku.

Kak Nissa : " Gimana dek... Udah kaya anak SMA jaman sekarangkan? Hihihi ". Tanya Kak Nissa sambil berputar dan bergaya.

Aku : " Iy... Iya kak... Ka.. Kakak benar-benar sangat cantik, lebih cantikan kakak dari pada anak SMA jaman sekarang ". Jawabku gugup.

Kak Nissa : " Hihihi... Tapi kakak sudah 23 tahun lho dek hihihi ". Jelas Kak Nissa mendekatiku dan duduk bersila di depanku.

Aku : " Emm... Yahh walaupun kakak sudah 23 tahun tapi kakak seperti umur 17 tahun kak, sumpah". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi... Dek kok gugup gitu sih, ini kan kakak bukan orang lain ". Jelas Kak Nissa.

Aku : " Gimana aku tidak gugup kak, aku yang terbiasa melihat kakak tertutup dan bercadar sekarang aku melihat kakak berpenampilan begini ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi iya adek sayang, kakak begini juga sama kamu aja dek, emm... Dek... Kakak sebenarnya, kakak... ". Kata Kak Nissa yang nanggung.

Aku saat itu tau apa maksud Kak Nissa.

Aku : " Kak... Begitu juga aku kak... Andai saja kakak bukan kakak kandungku aku pasti sudah nikahin... Emm... Kak kalau gitu jalanin aja ya kak... Sampai kakak mendapatkan pendamping sejati kakak... Karena walau bagaimana pun kita tidak bisa bersatu kak karena darah yang mengalir dalam tubuh kita itu dari orang yang sama ". Kataku sambil mengelus pipi Kak Nissa.

Kak Nissa : " Hikss... Hikss.. Makasih dek... Makasih... Iya dek kakak ngerti, begitu juga adek, tapi kakak hanya setuju kalau adek sama Evi ". Kata Kak Nissa tersenyum sambil mengusap air matanya.

Aku : " Eh... Kok gitu sih kak ". Kataku protes.

Kak Nissa : " Karena kakak bisa melihat kalau kalian itu saling suka, hihihi". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Gimana ya kak, tau ahh kak ". Kataku pasrah.

Memang benar sih waktu itu aku selalu dibayang-bayangi olehnya. Tapi demi membuat kakak bahagia aku akan melakukannya.

Kak Nissa : " Hihihi... Dek... Umm... Kakak kan sudah berpakaian seperti ini, umm... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Hmm... Kenapa sih kak ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Umm... Kakak... Hmmm... Pingin... Umm... Kita... Umm... Kayak tadi pagi dek ". Jawab Kak Nissa malu-malu.

Aku : " Lah... Emang kenapa kak tadi pagi? ". Tanyaku.

Aku saat itu ingin sekali menggoda Kak Nissa. Rasanya itu gemes kalau lihat ekspresi Kak Nissa kalau malu-malu begini.

Kak Nissa : " Umm... Itu... Emm... Ber... Berciuman dek ". Jawab Kak Nissa malu-malu.

Aku : " Hmm... Memang apanya kak yang ingin dicium? ". Tanyaku lagi.

Kak Nissa : " Umm... Itu... Aaahhhh adek... Udah dong jangan godain kakak mulu.... ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Ihhh apaan sih kak orang ditanya jugaa... ". Kataku.

Kak Nissa : " Habis nya adek godain kakak mulu... Kakakkan jadi ma... ". Belum sempat Kak Nissa menyelesaikan kata-katanya aku langsung mencium bibirnya.

" Ummm... Ssspp... Uunnhhh... Mmmm.. Sssllllppp". Suara kami berciuman.

Tangan Kak Nissa langsung memeluk kepalaku. Dan saat itu kami berciuman sangat panas ditambah hujan diluar lebar jadi cuaca menjadi dingin. Tapi tidak dengan kami, tubuh kami terasa panas karena posisi kami yang sedang dimabuk nafsu.

Kami saling melumat, saling menghisap lidah kami. Tanpa sadar aku memeluk Kak Nissa dan tanganku mengelus elus punggung Kak Nissa. Lalu Kak Nissa melepaskan ciuman kami dan berkata.

Kak Nissa : " Dek pindah kamar kakak aja yuk, tolong matikan juga lampu-lampu rumah yahh dek... ". Kata Kak Nissa.

Aku langsung saja beranjak dari tempatku duduk dan berjalan untuk mematikan lampu ruang tv, ruang tamu dan dapur. Kak Nissa berjalan ke kamarnya. Setelah selesai mematikan lampu aku menyusul Kak Nissa ke kamarnya. Kulihat Kak Nissa sedang duduk dikasurnya sambil tersenyum. Lalu aku menutup pintu kamar Kak Nissa dan menguncinya. Aku berjalan mendekati Kak Nissa. Setelah sampai aku duduk didepan Kak Nissa dan langsung melumat bibir Kak Nissa dengan penuh kasih sayang. Begitu juga dengan Kak Nissa. Kak Nissa membalas lumatanku. Tangan Kak Nissa memeluk kepalaku. Kami berciuman dengan mesra dan kasih sayang.

" Ssppp.. Ahhh... Uummmhh... Ssslllppp.. Ahhhh... Ummmm... Hmmmm... ". Suara kami berciuman.

Tanganku memeluk tubuh Kak Nissa dan mengelus punggung Kak Nissa.

Kak Nissa : " Umm.. Dek... Hah
.. Hahh.. Hah... ". Kata Kak Nissa ngos-ngosan.

Aku langsung memeluk Kak Nissa erat begitu juga dengan Kak Nissa. Tiba-tiba hp Kak Nissa berdering, Kak Nissa langsung mengambil hp nya dan ternyata ibuku yang menelpon.

Kak Nissa : waalaikum salam bunda.... Hah... Iya... Iya bunda sebentar ". Kata Kak Nissa panik.

Aku : " Kenapa kak? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Bunda dek udah didepan pintu suruh bukain, bunda tidak jadi mendampingi Ustadzah besok karena acaranya diundur dek, tidak tau kenapa, udah sekarang adek bukain pintu dulu,bunda udah nungguin". Kata Kak Nissa

Aku : " Iya kak ". Kataku singkat dan bergegas menuju pintu utama.

Aku langsung membukakan pintu dan bunda langsung masuk, setelah itu aku menutup pintu dan menguncinya lagi.

Aku : " Kenapa bunda? Katanya besok baru pulang, mana diluar hujannya lebat banget lohh ". Kataku.

Bunda : " Iya sayang acaranya diundur karena ketua panitianya tidak bisa sayang, ibunya meninggal dunia ". Kata ibuku.

Aku : " Innalillahi.... Iya bunda, sebentar Azam buatkan teh hangat dulu bunda ". Kataku sambil berlari kedapur.

Setelah jadi aku langsung membawanya keruang tv tempat ibuku beristirahat. Kulihat Kak Nissa juga sudah disana dan sudah berganti dengan gamis khimar dan cadarnya.

Kak Nissa : " Lohh kakak mana dek? ". Kata Kak Nissa.

Aku tidak menjawab dan langsung kearah dapur lagi. Aku membuat teh untuk Kak Nissa dan aku sendiri. Lalu kubawa semua keruang tv untuk menemani mereka.

Kak Nissa : " Uhh... Makasih adekku sayang ". Kata Kak Nissa yang kujawab dengan anggukan kepala dan senyum.

Bunda : " Azam... Gimana keadaanmu nak apa masih sakit atau tidak, terus gimana? Apa masih belum bangun juga? ". Tanya ibuku.

Aku yang terkejut karena ibuku bertanya seperti itu maka aku malu untuk mengatakannya karena ada Kak Nissa.

Kak Nissa : " Apa sih bunda orang adek sehat-sehat saja bunda, memang bangun-bangun apa sihh bunda ". Tanya Kak Nissa.

Bunda : " Gini Niss bunda jelaskan dan bunda ingin kamu mengerti keadaan Azam, jadi setelah kecelakaan itu keadaan Azam menjadi kurang Niss. Bunda sudah kasih tau kan kalau Azam operasi umm... Testisnya karena rusak dan itu diangkat jadi Azam sudah tidak punya testis lagi dan kamu tau kan artinya apa? Untuk masa depannya kelak ketika berumah tangga? ". Jawab ibuku panjang lebar.

Seketika itu Kak Nissa memandangku dan aku bisa melihat air mata yang keluar dari matanya.

Kak Nissa : " Jadi adek? ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Iya kak sekarang aku cacat kak dan aku tidak bisa mem... ". Kataku.

Belum sempat selesai kata-kataku Kak Nissa langsung memelukku dengan erat dan menangis.

Kak Nissa : " Kenapa dek.... Kenapa kamu tidak bilang dek... Kenapa". Kata Kak Nissa sambil menangis dalam pelukanku.

Ibuku yang saat itu duduk langsung beranjak dari duduknya dan memelukku juga disamping kiriku karena Kak Nissa memeluku disamping kananku.

Setelah itu ibuku melepaskan pelukannya begitu juga dengan Kak Nissa.

Bunda : " Sudah-sudah yang terpenting sekarang kesembuhan Azam dulu, terus gimana sayang, apa sudah bisa bangun lagi seperti semula? ". Tanya ibuku.

Aku menganggukkan kepalaku.

Aku : " Alhamdulillah sudah bunda, paling tidak sekarang sudah bisa bangun lagi walaupun masih sedikit sakit tapi tidak masalah ". Sambungku.

Bunda : " Alhamdulillah... Paling tidak kamu masih bisa memberikan nafkah batin untuk istrimu kelak ". Kata ibuku.

Aku : " Iya bunda ". Kataku.

Kak Nissa : " Dek... ". Kata Kak Nissa masih menangis.

Aku langsung memeluk Kak Nissa yang sepertinya belum bisa menerima keadaanku saat itu.

Aku : " Kak sudah ya... Aku baik-baik saja kak... Sudah-sudah ". Kataku sambil memeluk Kak Nissa.

Bunda : " Yasudah bunda ingin istirahat dulu... Kalian jangan malam-malam tidurnya ". Kata ibuku sambil beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamarnya.

Kak Nissa : " Dek maafin kakak... Kakak tidak tau kalau kamu... Hiks... Hikss... Adeeeekkk ". Kata Kak Nissa.

Aku memeluk Kak Nissa erat sampai berhenti menangis.

Aku : " Kak... Percaya deh sama aku, semua akan baik-baik saja, lagipula sudah bisa bangun lagi kok dan itu berkat Kakak maaf kak tadi pagi aku sangat terangsang jadi bisa bangun lagi, makasih ya kak ". Kataku menenangkan Kak Nissa yang mulai berhenti menangis.

Kak Nissa : " Ihhh adek... Nafsu ko sama kakak sih, ingat dek kita sedarah loh ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Yeee... Kakak juga kok, siapa yang bilang tadi kalau basah sampai tembus ke gamis dan berganti gamis lagi ". Kataku tak mau kalah.

Kak Nissa : " Ihhh apaan sihh dek... ". Kata Kak Nissa malu-malu.

Aku : " Ehhh kak tadi waktu kita ciuman lagi kakak basah lagi tidak? ". Tanyaku sambil menahan tawa.

Kak Nissa : " Apaan sih dek... Udah ahh... Kakak mau tidur ". Kata Kak Nissa sambil beranjak dan berjalan masuk ke kamarnya.

Lalu aku juga beranjak dan masuk ke kamarku. Setelah sampai aku langsung merebahkan tubuhku ke kasurku dan tidur.

Aku ingat betul saat itu waktu tengah malam aku terbangun dan rasanya sangat haus, lalu aku keluar dari kamarku dan ternyata Kak Nissa pun sama ingin minum juga. Karena cuaca saat itu sangat dingin aku yang biasanya hanya tidur dengan sarung saja yang melekat pada tubuhku kini aku menggunakan kaos dan sarung.

Aku : " Lah... Kak... Bangun juga? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Iya dek kakak haus pengen minum ". Jawab Kak Nissa.

Lalu kami berjalan bersama ke dapur. Lalu saat kami melewati kamar ibuku kami mendengar suara-suara aneh. Seperti desahan dan erangan dari kamar ibu. Lalu aku dan Kak Nissa berhenti di depan kamar ibu. Aku dan Kak Nissa saling berpandangan dalam diam. Dan mendengarkan karena suaranya cukup keras

Aku : " Kak masa sih bunda yang begitu? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Tidak tau juga dek ". Jawab Kak Nissa.

Lalu aku terkejut dengan erangan ibuku begitu juga dengan Kak Nissa.

" Uuhhh... Ssshhh... Azam... Enak sayang.... Terus sayang.... Hhmmm... Ayo sayang... Genjot yang kenceng memek bunda... Kontolin memek bunda.... Ahhhh iya begitu... Uuhhh.... Ssshhh... Hisap juga susu bunda sayang.... Ahhh kontol kamu enak sayang... Ohh... Azam kontol kamu besar nak... Bunda ketagihan kontol kamu... Ahhhh... Sshhhh.... ". Erang bunda.

Aku yang mendengarkan erangan ibuku menjadi merinding.

Kak Nissa : " Adek masa sih bunda sedang itu? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Aku juga tidak tau kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Tapi kenapa kamu dek yang jadi fantasi bunda? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Entah kak ". Jawabku.

Entah yang difikirkan Kak Nissa saat itu tiba-tiba Kak Nissa menyentuh knop pintu dan membukanya. Ternyata tidak dikunci oleh ibuku. Aku yang bingung dengan kelakuan Kak Nissa sampai terkejut. Setelah terbuka aku melihat kalau ibuku sangat terkejut. Aku bisa melihat kalau ibuku yang telanjang saat itu menampilkan susu yang besar dengan puting kecoklatan, dan kemaluan ibuku yang bersih dari bulu kemaluan dan terlihat sangat-sangat menggoda. Ibuku yang terkejut langsung meraih selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.

Kak Nissa : "astaghfirullah Bunda.... "






Sudah sudah lanjut besok lagi ya...

Selimutin dulu burung nya biar bobok lagi.....

Wahahahhahaa.....


Salam....
mantappp keren huuyu
 
Lanjut ya....





Aku : " Emm... Ummi... Apa Ummi ingin melihat punya Azam? ". Tanyaku.

Ummi : " Ehhh.... Eee... Itu... Emm... ". Jawab Ummi yang cukup terkejut karena pertanyaanku.

Aku semakin gemas dengan kelakuan Ummi yang malu-malu begitu.

Aku : " Hmm... Yasudah kalau Ummi tidak mau juga tidak apa-apa, tapi jangan salahkan Azam kalau Ummi nanti pena... ". Kataku yang terpotong oleh kata-kata Ummi.

Ummi : " Iyaa... Ummi mau melihatnya... ". Kata Ummi.

Aku yang saat itu juga terkejut juga sempat ragu tapi aku melihat Ummi yang entah kenapa nafasnya seperti orang yang sedang menarik nafas panjang.

Lalu aku buka sarungku, setelah aku buka maka terlihatlah kemaluanku yang mengeras dan sangat tegang. Sedangkan Ummi langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Aku : " Sudah tidak penasaran lagi kan Ummi? Hmm... Aku tutup lagi yaa Ummi soalnya punya Azam kedinginan kalau terbuka seperti ini terus Ummi ". Kataku sambil ingin menutup lagi tapi tiba-tiba tangan Ummi memegang tanganku dan menatap mataku. Aku heran kenapa tatapan Ummi jadi tajam tapi sayu seperti itu.

Ummi : " Kalau punya Azam ini kedinginan maka Ummi yang akan menghangatkannya ". Kata Ummi.

Aku tidak menyangka dengan apa yang sedang Ummi lakukan karena Ummi tiba-tiba menundukan kepalanya dan menyingkap cadarnya lalu.... Happp.... Ahhh..... Enaaaaakkkkk, batinku.

Saat itu Ummi langsung melahap kemaluanku. Dikulumnya, dikocok pakai mulutnya, dan tangannya menahan badannya. Mungkin merasa kurang nyaman lalu Ummi melepas emutannya dan berkata.

Ummi : " Azam... Kontol kamu sangat enak dan tidak bau apalagi bersih begini, berbeda dengan kontol Abi. Azam kamu tiduran saja yaa... Ummi akan menghangatkan kontol kamu, pasti kontol kamu suka ". Kata Ummi.

Aku langsung saja tiduran dilincak sedangkan Ummi melanjutkan mengemut kemaluanku lagi.

Aku : " Ahhh... Ummi... Enak Ummi... Jadikan fantasi Ummi jadi kenyataan Ummi ". Kataku.

Ummi langsung melepaskan kemaluanku dari mulutnya dan berkata yang membuatku merinding.

Ummi : " Azam... Ummi ingin kontol ini.... Buat Ummi ya sayang... Ummi sudah tidak kuat lagi menahannya sayang... Buat Ummi yaa.... ". Rengek Ummi.

Aku : " Iya Ummi lampiasin semua fantasi Ummi kepada Azam.... ". Kataku sambil tersenyum.

Tanpa aku duga saat itu Ummi langsung naik diatas lincak lalu menarik gamisnya sampai pahanya lalu menurunkan tubuhnya dan kemaluanku seperti menempel pada sesuatu yang sangat hangat basah dan licin lalu Ummi menggerakan pinggulnya maju-mundur.

" Ahhh..... ". Suara erangan kami.

Ummi terus menggesekan kemaluannya ke kemaluanku dengan cepat.

Ummi : " Ahhh.... Ssshhhh. .. Sayang... Ahhh.... Enak.... Oohhh.... Baru... Diginiin saja... Ummi keenakan.... Oohhhh.... Ssshhh.... ". Erang Ummi.

Aku : " Ahhh... Iya... Ummi... Terus Ummi... Ahhh.... ". Erangku.

Ummi : " Ahhh... Iya sayang... Ummi dapet.... Ummi dapet.... Aaahhhh.... Ummi.... Aaahhhhhhh". Erang Ummi yang langsung ambruk diatasku dengan nafas ngos-ngosan.

Aku merasakan seperti ada air hangat yang mengalir dikemaluanku. Sedangkan Ummi masih ngos-ngosan di atasku. Aku langsung memeluk Ummi dan mengelus punggungnya. Saat itu Ummi langsung menoleh kearah wajahku dan tersenyum. Aku langsung mencium kening Ummi dengan penuh kasih sayang. Lalu Ummi memajukan pinggulnya sedikit keatas lalu memundurkannya lagi dan tanpa ada halangan lagi kemaluanku memasuki lobang surga milik Ummi.

" Ahhh... Sshhhh... ". Erang kami.

Ummi : " Uuhhh... Sayang kontol kamu masuk ke memek Ummi... Rasanya penuh sekali sayang... ". Kata Ummi.

Aku : " Iya Ummi... Memek Ummi sempit sekali... ". Kataku.

Ummi : " Hmmm.... Bukan sempit sayang tapi kontol kamu yang kegedean... Aahhhh... Enaknyaaa kontol kamu sayang... Ahhhh... ". Erang Ummi saat menggerakan pinggulnya.

Aku : " Ahhh... Iya... Ummi... Uuhhh.... Memek Ummi juga sangat enak.... Ahhhh.... ". Erangku.

Ummi : " Aahhh... Sssshhhh... Sayang... Ohhh.... Ummi... Mau... Kok ja... Ahhhhh... Wadah... Kontol... Kamu.... Ahhhh... Enak.... ". Erang Ummi yang mulai lepas kendali.

Aku yang gemas dengan kata-kata binal Ummi langsung saja menggenjot kencang cari bawah.

Ummi : " Ahhh... Iyaa... Gitu... Ahhh.... Ahhhhh..... Ssshhhhh.... Oohhhh.... Sayang... Ini en.... Aaakkk.... Aaahhhhh.... Ssssshhhhh.... ". Erang Ummi.

Aku : " Ahhhh.... Enak... Kann... Ummi... Ummi... Mau kan... Dientot Azam.... Terus.... Uhhhh.... Pokoknya.... Azam pengen.... Ummi jadi wadah kontol Azam.... Dan Abi..... Ahhhh.... ". Erangku.

Ummi : " Aahhhh.... Ssshhhh.... Iyyaaa... Ummi... Mau.. Jadi... Wadah... Kontol... Kamu... Dan Abi... Aahhhh.... Memek Ummi... Keenakan... Ahhhhh.... ". Erang Ummi.

Aku : " Ahhh... Tapi Ummi itu... Ustadzah lho... Kok mau... Sihhh... Dikontolin begini... Ohhhh ". Erangku.

Ummi : " Aaahhhh.... Sayang... Eennnaaakkk.... Ummi... Ustadzah binal.... Ahhh... Ustadzah.... Lacur... Lonte.... Buat... Azam... Dan abi.... Aahhhh... Ummi... Ummi.... Aaaaaahhhhhh.... Azaaaaaammmm ". Erang Ummi yang seluruh badannya menegang dan bergetar hebat saat itu.

Kemaluanku seperti tersiram oleh air hangat lagi. Kemaluan Ummi seperti meremas remas kemaluanku. Rasanya sangat nikmat dan bikin nagih.

Aku : " Gimana Ummi? Sudah keluar yaa.... Enakkah? ". Tanyaku.

Ummi : " Hah... Hah.... Ummi... Tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya sayang tapi kamu belum keluar yaa.... Kok lama banget ". Tanya Ummi.

Aku : " Belum Ummi... Azam belum merasakan tanda-tanda untuk keluar, entahlah Ummi ". Jawabku.

Ummi : " Iihhh kok gitu... Padahal Ummi sudah 2 kali loh.... Kuat banget kamu sayang ". Kata Ummi sambil menoel hidungku dan tersenyum.

Aku : " Aku juga tidak tau Ummi... Emmm.... Ummi kecapekan... Secara tadi sudah sama Abi juga kan... Sudah Ummi istirahat juga... Kasihan Abi tidur sendirian di kamar ". Kataku.

Ummi : " Tapi kamu gimana sayang.... Sebenernya Ummi pengen banget sampai kamu juga keluar tapi badan Ummi sudah tidak kuat secara sudah 3 kali ummi keluar.... Maaf yaa sayang ". Kata Ummi.

Aku : " Iya Ummi.... Istirahat sana ". Kataku.

Ummi : " Iya sayang... Uhhh ". Kata Ummi sambil melepaskan kemaluanku dan kemaluannya. Setelah itu Ummi berdiri dan mencium keningku sambil tersenyum dan mencium kepala kemaluanku.

Ummi : " Besok lagi yaa ngontolin memekku... Memekku pasti suka kalau dikontolin kamu lagi, hihihi". Kata Ummi.

Lalu Ummi masuk ke dalam rumah sedangkan aku masih tidak menyangka kalau aku sampai bermain dengan Ummi Rani yaitu bibiku sendiri, dan melepas keperjakaanku dengannya yang aku mengira aku akan melepasnya dengan ibuku atau Kak Nissa. Sedangkan hujan masih mengguyur deras dan lebat. Tidak ada yang mendengar erangan-erangan kami karena tersamar suara hujan. Malam itu aku yang belum keluar memutuskan untuk tidur saja dilincak teras belakang rumah. Tak lama setelah itu aku tertidur pulas.

Karena hari itu adalah hari jumaat maka toko tutup. Aku, ibuku, Kak Nissa, Abi dan Ummi memutuskan untuk berlibur dikota. Karena di kota tidak ada tempat wisata maka kami memutuskan untuk pergi ke mall menggunakan mobil Abi. Diperjalanan kami mengobrol ngalor ngidul dan bercerita mengingat perjalanan yang lumayan jauh. Lalu abi bertanya mengenai asetku.

Abi : " Gimana Zam... Apa asetmu belum bisa bangun? ". Tanya Abi.

Aku yang sempat tekejut oleh pertanyaan abi menjawab dengan gugup.

Aku : " Ehhh.... Ummm... Su... Sudah kok bi ". Jawabku singkat.

Abi : " Ahahahah tidak usah gugup begitu Zam, disini sudah pada dewasa semua kok, lagipula bagus dong kalau sudah bisa bangun lagi ". Kata Abi.

Aku hanya tersenyum saja menjawab Abi. Karena tidak mungkin juga aku mengatakan kalau semalam aku bermain dengan istrinya kan.

Setelah perjalanan yang lumayan lama akhirnya kami sampai juga dimall yang kami tuju. Kami keluar dari mobil milik Abi. Lalu berjalan kedalam mall tersebut. Saat itu Abi menggandeng tangan istrinya sedangkan aku diapit oleh ibu dan Kak Nissa di kanan kiriku. Kami bekeliling di dalam mall. Sempat juga kami bermain di time zone. Aku ingat saat itu aku berjalan dengan Abi dan mengobrol ringan, kami tiba-tiba seperti tersadar kalau Ummi, ibuku dan Kak Nissa menghilang entah kemana.

Abi : " Astaghfirullah.... Azam ini pada kemana sihh ". Tanya Abi.

Aku : " Azam juga tidak tau Bi... Mungkin juga mereka pergi ke toko pakaian atau apa gitu Bi ". Jawabku.

Lalu Abi menelfon istrinya. Setelah selesai menelfon ternyata benar kalau mereka pergi ke toko pakaian yang laki-laki tidak boleh masuk. Lalu kami memutuskan untuk menunggu mereka di Qu*** resto tempat dimana dulu aku menunggu ibuku saat ibuku masuk ditoko pakaian itu.

Kami langsung memilih tempat duduk dan memesan makanan dan teh hangat. Karena aku lapar jadi aku pesan nasi goreng ayam 2 porsi, heehehhe. Abi juga memesan nasi goreng ayam seporsi dan teh hangat. Tidak lama setelah itu pesanan kami datang dan akupun langsung makan dengan lahap begitu juga dengan Abi karena menurutku nasi goreng disini itu enak rasanya. Sampai kami selesai makan pun mereka belum juga kembali dari toko pakaian itu. Padahal kami sudah memberi tahu mereka kalau kami tunggu disini.

Abi : " Itu sebenarnya toko pakaian apa sih Zam kok laki-laki tidak boleh masuk? ". Tanya Abi.

Aku : " Azam kurang tau bi soalnya Azam juga belum pernah masuk... Tapi kalau kata bunda yang sudah pernah masuk itu toko pakaian dalam wanita bi ". Jawabku.

Aku melihat Abi tersenyum, entah karena apa aku juga tidak tau.

Aku : " Kenapa bi? ". Tanyaku.

Abi : " Ahh.... Tidak apa-apa Zam.... Apa mereka sedang beli pakaian dalam? ". Jawab Abi.

Aku : " Mungkin bi... Memang kenapa sih bi? Kok senyum-senyum aneh begitu? ". Tanyaku.

Abi : " Ahhh tidak Zam... Ya biasalah Zam... Kamu nanti juga tau sendiri kalau sudah menikah... ". Jawab Abi.

Aku : " Iya bi ". Kataku singkat.

Walau bagaimanapun aku tidak memberitahukan kejadian semalam dengan Abi karena bisa perang dunia. Walaupun aku belum tau seperti apa tubuh Ummi tapi paling tidak aku pernah merasakan enaknya jepitan merahnya, hehehehe.

Setelah kami mengobrol lama akhirnya mereka menyusul kami.

Ummi : " Maaf ya bi lama... Oiya abi sama azam sudah makan? ". Tanya Ummi.

Abi : " Sudah ummi... Tinggal kalian saja yang belum makan jadi kalian pesan sendiri saja ya ". Jawab Abi.

Lalu mereka memesan makanan dan minuman. Tapi tidak dengan Kak Nissa. Malahan Kak Nissa mengajakku ke toko buku untuk membeli buku yang ingin dibeli.

Kak Nissa : " Temenin sebentar ya disini kakak gabut kalau sendirian ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Memang kakak mau beli buku apaan sih, bukanya makan malah kesini ". Kataku.

Kak Nissa : " Hehehe mau nyari buku ini ni dek, sudah lama kakak pengen buku ini ". Kata Kak Nissa.

Sambil memperlihatkan buku filosofi apalah itu aku tidak terlalu menggubrisnya.

Aku : " Oooo... Ehh... Kak kenapa tadi lama sekali sih ditoko pakaian itu... ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Hihihi... Penasaran yaaaa.... Nanti ya dirumah kakak kasih lihat... Ummm... Bunda beli juga loh dek hihihi katanya bunda beli buat kamu dek, hihihi". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Hahhhhhh..... Serah kakak saja lah ". Kataku.

Lalu setelah kami membeli buku itu aku dan Kak Nissa kembali ke resto, katanya Kak Nissa laper. Dasar wanita, umpatku.

Setelah kami semua kenyang kami segera membayar pesanan kami dan keluar dari mall. Seharian kami berkeliling didalam mall membuatku capek juga. Dan kami memutuskan untuk kembali kerumah. Abi dan Ummi mengantarkan kami sampai rumah dan mereka langsung pulang mengingat rumah mereka cukup jauh.

Setelah melaksanakan sholat isya di masjid aku bertemu teman masa kecilku. Dan disitu kami mengobrol lumayan lama sampai temanku bernama Abdul mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut karena dia berniat untuk taaruf dengan Kak Nissa. Aku yang saat itu merasakan cemburu tapi aku mencoba untuk menahannya.

Abdul : " Gimana Zam... Kira-kira kakakmu mau terima tidak ya Zam ". Tanya Abdul.

Aku : " Gini Dul bukanya aku mau menghalangimu tapi lebih baik kamu bertanya sendiri dengan kakak, kalau soal diterima atau tidaknya aku tidak tau karena aku sangat tau bagaimana kakak itu... Dan bukannya gimana mana Dul tapi memangnya kamu sudah hafal berapa Juzz dan berapa ribu Hadist ". Jawabku.

Dan saat itu Abdul hanya menunduk, aku sebenarnya tidak tega tapi itu harus aku lakukan mengingat aku ingin kalau Kak Nissa mendapatkan laki-laki yang benar-benar bisa untuk menjadi imamnya dan mendidiknya seperti sosok ayahku dulu, tegas tapi lembut, keras tapi penyayang. Itulah yang selama ini aku pegang dari ayah. Lagipula aku mengatakan itu agar Abdul juga ada motivasi dari kata-kataku.

Setelah itu aku pamit dengannya dan kembali kerumah. Setelah itu aku berganti pakaianku dengan hanya menggunakan sarung saja yang melekat ditubuhku. Setelah itu aku membuka ponselku ternyata ada wattip dari Ummi.

Ummi : " Assalamualaikum nak... ". Salam Ummi.

Aku : " Waalaikum salam Ummi ". Jawabku.

Tak lama setelah aku membalas salam Ummi, Ummi membalas lagi.

Ummi : " Lagi apa nak? ". Tanya Ummi.

Aku : " Tiduran aja Ummi, capek seharian jalan-jalan Ummi ". Jawabku.

Ummi : " Duhh kasihan... Tapi punya Ummi tidak apa-apakan? ". Tanya Ummi.

Aku terkejut saat membaca chat Ummi saat itu. Kenapa Ummi jadi binal seperti ini? Apa Ummi lupa kalau Ummi itu seorang ustadzah? Entahlah.

Aku : " Iya tidak apa-apa Ummi, inget Ummi itu Ustadzah lho ". Jawabku sambil menggodanya.

Ummi : " Hihihi.... Iya yaa.... Tapi Ummi kan lonte nya Azam sama Abi jadi tidak apa-apa dong kalau Ummi bilang kayak gini, hihihi ". Jawab Ummi.

Edan, pikirku. Kemaluanku pun juga ikut terpengaruh oleh kata-kata Ummi. Duhh, mana keras lagi, pikirku.

Aku : " Ihhh... Kok gitu Mi.... Awas nanti Abi curiga lho Mi ". Kataku.

Ummi : " Hihihi, tenang saja sayang.... Abi sudah tidur kok.... Kecapekan nyetir dia ". Kata Ummi.

Aku membaca chat ummi menjadi lega tapi juga khawatir.

Aku : " Duhh ummi... Awas saja besok kalau ketemu lagi aku bikin ummi tidak bisa berjalan lagi ". Godaku.

Ummi : " Uhhh... Mau dong... Hihihi". Jawab ummi.

Ini ustadzah benar-benar liar, pikirku. Lalu aku tidak membalasnya lagi karena aku juga merasakan capek dan tertidur.

Aku terbangun karena Kak Nissa membangunkanku dan kulihat saat itu pukul 22.20 WIB.

Aku : " Duhhh.... Kenapa sih kak... Ganggu orang tidur aja... ". Umpatku.

Kak Nissa : " Ihhh adek.... Cepetan bangun.... ". Kata Kak Nissa sambil menggoyangkan tubuhku.

Aku : " Duh... Iyaa.... Iyaaa.... ". Kataku sambil duduk.

Kak Nissa : " Umm.... Dek... Temenin kakak yuk.... Kakak tidak bisa tidur dek ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Kirain ada apa kak... Kenapa tidak bisa tidur kak... Perasaan tadi kakak pulang dari mall langsung masuk kamar... Azam kira kakak tidur ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Iya sih dek tapi kakak kebangun dek.... Laper.... Yuk temenin kakak makan dek.... Ayok dek ayok... ". Jawab Kak Nissa sambil menggandeng tanganku kedapur.

Begitu sampai kedapur ternyata lupa kalau masak cuma buat sarapan saja dan makan terakhir juga di mall. Aku juga melihat kalau tidak ada apa-apa untuk dimakan. Duhh mana aku juga tiba-tiba jadi lapar lagi, batinku.

Kak Nissa : " Astaghfirullah dek kakak lupa kalau tadi masak cuma buat sarapan aja dan tadi juga makan di mall... Gimana ya dek... Kakaklaper banget dek... ". Kata Kak Nissa sambil duduk di dapur.

Aku : " Umm... Kak kalau gitu aku beli makanan saja ya diluar siapa tahu ada warung yang masih buka walaupun itu mie instan kak ". Kataku.

Kak Nissa : " Tapi ini sudah malam dek... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Tidak apa-apa kak.... Bentar yaa... ". Kataku.

Aku langsung mengambil jaketku dan langsung mencari warung yang masih buka dengan motorku. Saat itu aku berkeliling kampung dan tidak menemukan adanya warung yang masih buka. Sampai dikampung sebelah pun juga sama. Lalu aku putuskan untuk pulang saja mengingat sudah malam. Aku sangat ingat waktu hendak pulang aku dicegat oleh seseorang yang aku kenal, dan orang itu adalah mas Hamid. Mas Hamid ini adalah suami Kak Hera yang punya warung bakso langgananku.

Aku : " Assalamualaikum mas... ". Salamku.

Mas Hamid : " Waalaikum salam... Ehhh... Zam... Masya Allah lama tidak bertemu ". Jawab Mas Hamid.

Aku : " Iya mas... Kapan pulangnya mas ". Tanyaku.

Mas Hamid : " Iya Zam tadi pagi Zam... Ini mau kemana malam-malam begini? ". Tanya mas Hamid.

Aku : " Ini mas mau cari warung yang masih buka mas siapa tau ada.... Cari mie instan mas hehehehe laper ". Jawabku.

Mas Hamid : " Masya Allah... Kenapa tidak bilang dari tadi, sudah yuk masuk kebetulan baksonya masih ada yuk Zam ". Ajak mas Hamid masuk kerumahnya.

Kebetulan warung dan rumahnya jadi satu jadi aku masuk ke dalam rumahnya. Baru kali ini aku masuk kerumah mas Hamid ternyata sangat rapi dan bersih.

Lalu mas Hamid memanggil istrinya Kak Hera.

Mas Hamid : " Dek.... Bisa bungkusin bakso sayang... Ini ada Azam cari-cari warung yang masih buka tapi sudah pada tutup semua ". Kata mas Hamid.

Kak Hera : " Iya mas sebentar ". Jawab Kak Hera.

Mas Hamid : " Gimana Zam kabar bunda dan kakakmu... ". Tanya mas Hamid.

Aku : " Alhamdulillah mas baik semua... ". Jawabku.

Aku dan mas Hamid mengobrol sampai Kak Hera menemui kami sambil menyerahkan bungkusan bakso kepada mas Hamid.

Kak Hera : " Ini mas... Maaf ya Zam lama... Ini nanti kamu panasin dulu ya soalnya sudah dingin ". Kata Kak Hera.

Aku sempet terkejut sebentar karena Kak Hera tidak memakai cadarnya menemui kami dan hanya memakai gamis biasa yang lumayan tipis dan kerudung pendek biasa yang tidak sampai menutupi dada. Aku melihat kalau Kak Hera tidak memakai bra karena tercetak jelas puting susunya menonjol dibalik gamisnya. Wajah Kak Hera ternyata cantik dengan alis yang tebal hidung yang mancung serta bibir yang tipis. Duhh kemaluanku jangan bangun dulu, batinku.

Mas Hamid : " Ini Zam... Jangan lupa pesan kakakmu Hera ya tadi jangan asal makan aja.... ". Kata mas Hamid sambil tertawa.

Aku : " Ehh... Iya mas... Kalau begitu ini berapa ya mas ". Tanyaku.

Mas Hamid : " Udah bawa aja lagian warung juga udah tutup ngapain bayar ". Jawab Mas Hamid.

Kak Hera : " Iya Zam bawa aja yaa kan bisa buat sarapan besok juga ". Kata Kak Hera.

Aku : " Umm.... Iya deh... Makasih banyak ya mas... Kak... ". Kataku.

" Iya... ". Kata mereka.

Lalu aku keluar dari rumah mereka dan menyalakan motorku.

Aku : " Assalamualaikum... ". Salamku.

" Waalaikum salam... ". Jawab mereka.

Aku langsung saja pulang kerumah. Setelah sampai rumah aku langsung ke dapur untuk memanaskan baksonya. Aku terkejut tiba-tiba ibuku memanggilku.

Bunda : " Azam kamu ngapain? ". Tanya ibuku.

Aku : " Astaghfirullah bunda.... Duhh... Kaget... ". Jawabku yang terkejut oleh suara ibuku dan pakaiannya.

Saat itu ibuku hanya memakai daster tanpa lengan berwarna ungu ada motif bunga-bunganya berwarna merah. Daster ibuku hanya sampai setengah pahanya saja. Dengan kulit yang kuning langsat tanpa noda jadi sangat kontras dengan daster yang sedang dipakai ibuku.

Bunda : " Malah bengong.... Kenapa nak? ". Tanya ibuku sambil duduk lesehan yang otomatis dasternya sedikit tersingkap karena ibuku duduk bersila.

Aku : " Ehhh... Tidak bunda.... Ini bunda Azam sedang manasin bakso bunda ". Jawabku.

Bunda : " Bakso? Dapat dari mana Zam? ". Tanya ibuku.

Aku : " Emm.... Jadi gini bunda tadi Azam kebangun bunda karena lapar begitu juga dengan kakak tapi Azam lihat di dapur tidak ada makanan jadi Azam keluar bunda siapa tau ada warung yang masih buka tapi ternyata sudah tutup semua sampai kampung sebelah, dan saat pulang Azam bertemu mas Hamid dan diberi bakso ini bunda mana banyak begini ". Jelasku.

Bunda : " Masya Allah nak.... Maaf yaa nak tadi bunda juga capek jadi bunda langsung tidur tidak sempat masak ". Kata ibuku.

Aku : " Tidak apa-apa bunda... ". Kataku.

Aku : " Bunda... Kenapa pakai daster bunda? ". Tanyaku.

Bunda : " Ohh... Iya nak... Pengen aja bunda pakai ini, hihihi gimana sayang? Bagus tidak? ". Jawab ibuku.

Aku : " Bagus sih bunda tapi aneh aja bunda... Selama ini Azam liat bunda selalu tertutup bahkan memakai cadar tapi kali ini... ". Kataku menggantung.

Bunda : " Hihihi.... Iya sayang... Emm... Kali ini kenapa sayang? ". Tanya ibuku.

Aku : " Umm.... Terlihat... Sexy... Ups.. Maaf bunda ". Jawabku gugup.

Bunda : " Hihihi.... Tidak apa-apa sayang, oiya sudah panas belum sayang? Kamu bangunin kakakmu saja sana nanti bunda siapin ". Kata ibuku.

Aku : " Belum bunda... Baik bunda ". Kataku.

Lalu aku berjalan ke kamar Kak Nissa. Disaat sampai ternyata pintu kamarnya tidak dikunci, lalu aku membuka pintu kamar Kak Nissa. Aku mendapati Kak Nissa sedang tertidur di kasurnya. Ingin sekali aku membangunkannya tapi aku melihat tidurnya sangat pulas jadi aku biarkan saja Kak Nissa tertidur.

Aku kembali ke dapur dan mengatakan kepada ibuku kalau Kak Nissa sudah tidur pulas.

Bunda : " Yasudah sini bunda temenin kamu makan yaa... Bunda lapar juga, hihihi". Kata ibuku.

Aku : " Baik bunda ". Jawabku singkat.

Lalu aku makan dengan ibuku. Bakso buatan Kak Hera benar-benar enak. Tetapi aku juga makan sambil melihat ibuku yang berpakaian seperti itu menjadikan kemaluanku terbangun. Aku makan tapi tidak fokus makan tetapi malah fokus melihat ibuku.

Bunda : " Makan dulu nak... Jangan lihatin yang lain ". Kata ibuku.

Aku langsung saja fokus makan. Setelah selesai dan mencuci semua piring dan teman-temannya, aku ke teras belakang rumah karena aku sangat gerah apalagi habis makan, keringatan.

Sangat damai kalau malam-malam begini di teras belakang rumah, apalagi cuaca malam itu dingin tapi tidak hujan dan langit hanya mendung saja. Melihat pohon-pohon dan bunga-bunga yang ditanam ibuku dan ayahku dulu. Kebun yang lumayan luas menambah rasa damai dan tentram. Angin yang sepoi-sepoi, suara alam yang saling bersahutan, ahh.... Tenangnyaa.... Pikirku.

Tidak lama aku merasa tenang ibu menyusulku duduk dilincak.

Bunda : " Adem banget ya sayang suasananya.... ". Tanya ibuku.

Aku : " Iya bunda ". Jawabku.

Bunda : " Dulu ayah kamu kalau malam-malam begini pasti duduk disini... Bunda jadi ingat itu nak ". Kata ibuku.

Aku : " Iya kah bunda? ". Tanyaku.

Bunda : " Iya sayang... Dulu dibawah pohon rambutan itu ada seperti gubuk nak, dulu kalau waktu siang ayahmu sering duduk disitu kalau hari libur, karena pohon itu kan sangat rindang kan makanya ayahmu buat gubuk kecil disitu ". Jawab ibuku.

Aku : " Tapi kenapa sekarang tidak ada bunda? ". Tanyaku lagi.

Bunda : " Dibongkar sayang karena sudah lapuk takutnya kalau kamu atau kakakmu main disana bisa keruntuhan kan bahaya ". Jawab ibuku sambil tersenyum.

Lalu kepala ibuku menyender di bahu kiriku. Aku sempat melirik ibuku dan melihat belahan dada ibuku. Lalu tangan kiriku digenggam oleh ibuku lalu mencium bahu tanganku. Aku yang saat itu merasakan merinding dan kemaluanku terbangun. Lalu aku memeluk ibuku dengan tangan kiriku yang ibuku cium tadi dan mencium ubun-ubun ibuku. Lalu ibuku melihat kearahku sambil tersenyum sangat manis.

Setelah itu tangan kiri ibuku meraih kepalaku dan menundukanku dan bibirku pun menyentuh bibir ibuku. Lalu aku melepaskan ciumanku ke bibir ibuku. Dan ibuku pun tersenyum lagi.

Aku : " Bunda kenapa? ". Tanyaku dengan nada lembut.

Bunda : " Tidak apa-apa sayang ". Jawab ibuku sambil mengelus-elus pipi kananku dengan tangan kirinya.

Lalu aku mencium bibir ibuku lagi. Ibuku pun langsung memejamkan matanya dan membalas ciuman dariku. Dan kali ini aku memberanikan diri untuk melumat bibirnya dan ternyata ibuku membalas lumatanku. Kami saling melumat dan lidahku pun aku masukan ke mulut ibuku dan disambut oleh ibuku dan menghisap lidahku, begitu juga dengan ku membalas hisapan lidah ibuku. Saat itu kami berciuman dengan sangat panas.

" Cupp.... Ummhhh... Ssslllpppp.. Sssppppp.. Aahhhhh... Ummmm.... Sssshhhh..... ". Suara kami berciuman.

Setelah beberapa menit aku melepas lumatanku dari bibir ibuku.

Bunda : " Sayang... ". Kata ibuku dengan suara pelan dan tatapan mata yang sayu.

Aku : " Hmm... ". Kataku.

Lalu ibuku memelukku erat.

Bunda : " Sayang... Ada yang ingin bunda tunjukan.... Yukk ikut ke kamar bunda ". Ajak ibuku sambil menggandeng tanganku.

Kami berjalan ke kamar ibuku tapi tepat setelah sampai didepan kamar ibuku, ibuku melarangku untuk masuk.

Bunda : " Stop... Kamu jangan masuk dulu ya sayang... Tunggu bunda panggil dulu baru kamu boleh masuk ". Perintah ibuku.

Yaa ampun bunda......




Huaahhhh.... Maaf ya suhu kalau melenceng incerannya tapi mau bagai mana lagi yang memang kejadiannya seperti itu....

Udah ahh ngantuk aku ngelonin istri dulu yaa....

Update udah aku siapin buat besok wahahahahaha jadi aman kok....

Byee byeee....

Salam.....
mmmantappppp suhuuuu
 
umiii ko
Lanjut ya....









Bunda : " Stop... Kamu jangan masuk dulu ya sayang... Tunggu bunda panggil dulu baru kamu boleh masuk ". Perintah ibuku.

Saat itu aku menunggu cukup lama. Tapi tiba-tiba Kak Nissa keluar dari kamar dan menoleh kearahku dengan tajam. Aku yang saat itu panik langsung saja menyapa Kak Nissa dengan suara yang cukup keras supaya ibuku tidak keluar dan tetap didalam kamarnya.

Aku : " Ehh... Kak.... ". Kataku.

Kak Nissa : " Dek.... Ngapain di depan kamar bunda? Terus gimana dapat tidak mie instannya? Kakak laper banget ini ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Tidak kak.... Tapi aku dapat bakso kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Lah... Yaudah tidak apa-apa.... Kakak laper dek.... Yuk temenin kakak makan ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Iya aku temenin saja ya kak soalnya aku sudah makan tadi ". Kataku.

Kak Nissa : " Ihhh... Kok gitu... Kenapa tidak bangunin kakak... Jahat banget sih ". Kata Kak Nissa.

Setelah itu aku menemani Kak Nissa makan dengan lahap.

Aku : " Kak... Jangan makan bakso banyak-banyak yaa ". Kataku.

Kak Nissa : " Henafa ? ". Tanya Kak Nissa sambil makan.

Aku : " Heheheh.... Nanti gendutan lho ". Jawabku.

Tanpa sadar aku dilempar tisu 1 box yang ada di sampingnya.

Kak Nissa : " Nyebelin banget sih ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Ahahahaha.... ". Tawaku.

Bunda : " Azam jangan ganngu orang lagi makan.... Nanti kalau kesedak gimana ". Omel ibuku.

Tentu saja aku dan Kak Nissa terkejut oleh kehadiran bunda yang tanpa aba-aba itu.

Kak Nissa : " Tau tu bunda.... Ngeselin aja ". Kata Kak Nissa sambil membereskan mangkok baksonya yang sudah habis dan mencucinya.

Bunda : " Ehh... Tapi beneran loh Niss.... Kamu sekarang agak gendutan loh... Emmm.... Jadi lebih berisi badannya ". Kata ibuku sambil duduk lesehan disampingku.

Aku melihat ibuku memakai gamis ungu polos tanpa khimar.

Aku : " Nahh bener kan jadi tidak cuma aku aja kan yang liat kakak kalau kakak sekarang gendutan, ahahahahah ". Kataku.

Kak Nissa : " Iihhhh nyebelin banget sih... ". Kata Kak Nissa sambil cemberut.

Bunda : " Tapi kamu terlihat lebih bagus begini lho Niss... Pas sama tinggi badanmu yang mungil, hihihihi ". Kata ibuku.

Kak Nissa : " Iihhh... Bunda... ". Kata Kak Nissa sambil duduk didepanku.

Aku : " Oiya bunda laper juga? ". Tanyaku berakting.

Bunda : " Tidak sayang bunda masih kenyang kok, bunda cuma kebangun aja ". Jawab ibuku sambil tersenyum.

Setelah itu kami mengobrol hingga larut malam dan Kak Nissa pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya. Tinggal aku dan ibuku saja kini yang berada di dapur.

Bunda : " Untung kamu langsung kode ke bunda.... Kalau tidak bisa panjang urusannya walaupun dari kejadian kemarin kakakmu sudah tidak mempermasalahkannya lagi tapi bunda tetap saja masih takut ". Kata ibuku.

Aku : " Aku saja kaget bunda tiba-tiba kakak keluar kamar jadi ya reflek saja ". Kataku.

Bunda : " Yasudah kamu tidur lagi nak... Besok kerja kan ". Perintah ibuku.

Aku : " Ehhh... Tapi bunda.... ". Jawabku terpotong oleh ibuku.

Bunda : " Lain kali saja yaa... Bunda juga sudah ngantuk banget ini... Hoaammm... Bunda tinggal ya sayang... ". Kata ibuku.

Setelah kulihat ibuku masuk ke kamar dan aku yang sendirian didapur lama-lama mengantuk juga. Aku putuskan untuk kembali ke kamar untuk tidur.

Hari-hari selanjutnya pun tidak terjadi apa-apa. Jikalau aku membaca cerita-cerita setelah terjadi sesuatu yang enak-enak pasti hampir setiap hari melakukannya tapi tidak denganku. Aku menjalani kehidupanku yang biasanya tanpa adanya sesuatu yang enak-enak. Aktifitas pun juga sama seperti biasanya.

Setelah sekitar 1 bulan, saat aku hendak pulang bekerja tiba-tiba Abi memberi tahuku kalau Abi mau berangkat ke luar kota selama 3 hari karena ada keperluan yang sangat penting. Dan Abi juga menyuruhku untuk menjaga rumahnya yang tidak jauh dari toko. Aku pun menyanggupinya mengingat ibuku sudah ada Kak Nissa jadi tidak tinggal di rumah sendirian. Maka aku langsung menelpon ibuku untuk memberitahukan perkara ini dan ibuku pun mengijinkan.

" Hah... Alamat 3 hari sendirian ini, yasudahlah... ". Umpatku.

Lalu aku mulai membereskan peralatan kerjaku karena ditoko ada pakaianku yang sengaja aku bawa kalau ada hal yang mendadak jadi akupun mengemasinya. Lalu Abi menyerahkan kunci rumahnya karena langsung berangkat dan sudah ditunggu rombongannya. Akupun juga bersiap untuk pulang kerumah Abi.

Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumah Abi jadi sedikit lupa jalannya. Setelah berputar- putar di jalan akhirnya sampai juga di rumah Abi. Rumah Abi Ikhsan tidak terlalu besar halaman nya pun juga dan ada gerbang besi yang ditutupi oleh mika jadi kalau dari depan gerbang tidak akan nampak rumahnya dan itu setinggi 2 meter begitu juga kalau dari dalam tidak bisa melihat keluar. Tapi ada cctv nya jadi bisa melihat siapa saja yang berkunjung atau didepan rumah. Duhh ribet pokoknya.

Setelah sampai aku membuka pintu pagar rumah Abi dan memasukkan motorku. Kulihat tidak jauh berbeda saat terakhir kali aku kesini. Oiya rumah abi ini tingkat 3 jadi lantai bawah untuk ruang tamu dan ruang keluarga beserta kamar tamu lalu lantai 2 terdapat 6 kamar untuk Abi dan istrinya begitu juga dengan anak-anaknya walaupun anaknya hanya ada 3 dan semuanya di pesantren jadi yang tinggal disini hanya Abi dan Ummi saja. Lalu lantai atas itu untuk jemuran dan untuk keperluan lainnya. Cukup unik kalau dilantai atas karena di tengah bangunan itu tidak ada atapnya jadi bisa melihat langit nah itu yang untuk jemuran.

Baru saja aku ingin masuk rumah tapi pintu rumah terbuka dan kulihat Ummi berdiri dipintu. Saat itu Ummi memakai pakaian serba hitamnya dari gamis khimar sampai cadar.

Aku : " Ehhh... Assalamualaikum Ummi ". Salamku.

Ummi : " Waalaikum salam sini cepat masuk... ". Jawab Ummi menyuruhku masuk.

Aku mengira bakalan sendirian disini tapi malah ada Ummi. Apa Ummi tidak ikut ya, pikirku.

Aku masuk kedalam rumah Abi yang kulihat semuanya terlihat rapi dan harum aroma terapi lavender. Lantas aku duduk di kursi sofa. Hmm.... Nyamannya, batinku.

Ummi : " Mau minum apa nak? ". Tanya Ummi.

Aku : " Tidak usah mi... Nanti Azam ambil sendiri saja ". Jawabku.

Ummi pun langsung ikut duduk di sofa.

Ummi : " Azam, nanti kamu tidur di kamar paling pojok kanan ya... Ummi sudah siapin.... Nanti soal pakaian bisa pakai punya Abi... Kayaknya ada yang sudah tidak dipakai sama Abi karena kekecilan dan kayaknya pas buat kamu nak ". Jelas Ummi.

Aku : " Hmm... Oke Ummi tapi Azam bawa pakaian ganti kok yang dari toko sengaja Azam bawa kalau pas lagi darurat ". Kataku.

Ummi : " Oh begitu... Baiklah... Makan dulu sana... Ummi sudah siapin semua kok... Tenang saja, hihihi". Kata Ummi.

Aku : " Heheheh tau aja kalau Azam laper.... Alhamdulillah... Tapi Azam mau mandi dulu mi... Gerah soalnya ". Kataku sambil beranjak.

Ummi : " Yasudah... Pakai air panas saja nak.... Handuknya di lemari ya di dalam kamar mandi.... Ummi mau selesaikan kerjaan Ummi dulu ". Kata Ummi.

Memang Ummi Rani ini sebenarnya seorang arsitek tentu saja dibantu sama Abi karena Abi juga seorang arsitek disamping itu Ummi juga seorang Ustadzah. Biasanya arsitek itu laki-laki tapi tidak bagi Ummi. Banyak proyek yang sudah Ummi urus dari partai kecil sampai partai besar. Mungkin suhu-suhu ini ada yang tau... Kalau ada yang tau diam saja ya, hehehehe......

Aku : " Baik Ummi ". Kataku sambil melangkah ke kamar mandi.

Setelah mandi air hangat badanku serasa segar kembali, seperti beban dipundakku serasa hilang. Setelah itu aku kedapur untuk makan. Ternyata menu nya sangat menggugah selera yaitu sambal goreng krecek dan tempe. Ini menu favoritku. Aku makan dengan lahap sampai nambah lagi.

" Alhamdulillah... ". Ucapku setelah makan.

Setelah itu aku pergi ke lantai dua. Tentu saja sesudah mencuci semua alat makanku. Setelah itu aku menuju ke kamar yang Ummi katakan tadi. Setelah sampai didepan pintu kamar aku segera membuka pintu kamar tersebut dan kulihat sebuah kamar yang lumayan luas dan sangat rapi. Kasur spring bet ukuran king size jadi sangat besar untukku yang biasanya hanya kasur busa kecil. Aku mencoba berbaring di kasur tersebut dan rasanya sangat nyaman dan empuk. Lalu aku segera membereskan bawaanku tadi dan kutaruh di lemari. Setelah selesai aku melihat lagi kamar ini. Ternyata ada kamar mandi dalamnya. Lalu ada jendela yang langsung bisa melihat depan rumah.

Setelah lama aku beristirahat maka aku cari Ummi dan kutemukan Ummi sedang di sebuah kamar yang terbuat dari kaca hitam dan ada tulisan pada pintu masuknya "kantor". Apa ini ya ruangan kerja Abi dan Ummi? Pikirku.

Maka aku ketuk pintu tersebut. Kulihat Ummi menguruhku masuk dengan lambaian tangannya. Setelah masuk aku melihat ruang kerjanya sangat rapi dan wangi. Semuanya tertata rapi sedangkan Ummi sedang duduk di depan komputernya. Kulihat Ummi sedang menggambar sesuatu yang aku sendiri tidak mengerti. Lalu aku mendekat ke Ummi.

Aku : " Ummi itu gambar apa? Kenapa sangat rumit dan penuh dengan angka? ". Tanyaku polos.

Ummi : " Hihihi.... Mana ngerti kamu nak, inilah kerjaan Ummi sama Abi. Jadi kalau Abi ditoko itu cuma sampingan saja.... Ini semua harus ada rincian dan ukurannya nak ". Kata Ummi.

Aku : " Duhh Ummi... Azam tidak ngerti jadi percuma juga dijelasin begitu, hehehe". Kataku.

Ummi : " Hihihi... Bener kan.... Yaudah istirahat dulu sana nak ". Kata Ummi.

Aku : " Hehehehe.... Iya Ummi tapi Azam pengen nemenin Ummi dulu... Oiya sebentar, Azam buatkan minuman dulu... Ummi mau minum apa? ". Tanyaku.

Ummi : " Hmm.... Kopi item saja nak tapi tanpa gula ya ". Jawab Ummi.

Tanpa berlama-lama aku segera ke dapur untuk membuatkan kopi untuk Ummi. Setelah selesai aku kembali ke kantor Ummi dan menyerahkan kopi tersebut.

Aku : " Ini Ummi kopinya ". Kataku sambil menyerahkan cangkir berisi kopi.

Ummi : " Makasih nak... Lah kamu tidak buat sekalian? ". Tanya Ummi.

Aku : " Tidak Ummi... Soalnya Azam tidak suka kopi ". Jawabku

Saat itu memang aku tidak suka kopi tapi sekarang bisa dikatakan penggemar kopi, heheheh.

Ummi : " Hihihi... Aneh biasanya laki-laki suka kopi tapi kamu tidak... ". Kata Ummi.

Aku : " Hehehe.... Yasudah Ummi Azam ke kamar dulu ya ". Kataku.

Ummi : " Umm.... Iya nak... Ummi juga sebentar lagi kok ". Kata Ummi.

Lalu aku segera beranjak dan berjalan ke kamar. Aku membaringkan tubuhku ke kasur dan kulihat hapeku. Kulihat ada chat dari Kak Nissa dan aku membalasnya. Tanpa diduga aku tertidur dengan cepat karena ngantuk lelah dan nyaman.

Aku terbangun pukul 02.04 WIB karena kepelet pipis. Setelah selesai aku teringat ummi. Lalu aku menengok Ummi di ruang kerjanya. Saat kulihat ternyata Ummi masih mengerjakan tugasnya. Aku pun masuk ke ruangan tersebut.

Aku : " Masya Allah ummi, udah hampir pagi loh ini ". Kataku.

Ummi : " Ehhh.... Iya nak... Ini juga ummi mau udahan... ". Kata ummi.

Aku : " Iya Ummi... Ummi juga harus istirahat nanti kalau sakit gimana? ". Tanyaku.

Ummi : " Iyaa nak... Nah sudah... Yasudah yuk tidur nak ". Jawab ummi.

Kami pun berjalan ke kamar masing-masing dan aku juga melanjutkan tidurku.

Aku terbangun saat adzan subuh berkumandang. Dan aku langsung saja mengambil air wudhu dan melakukan ibadah sholat subuh di kamar. Setelah selesai aku mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Lalu membukanya. Kulihat ummi yang masih menggunakan mukenanya dan cadarnya.

Ummi : " Sudah sholat nak? ". Tanya Ummi.

Aku : " Alhamdulillah sudah Ummi ". Jawabku.

Ummi : " Yasudah kalau begitu... Ummi juga ". Kata ummi.

Lalu Ummi pun berlalu. Aku yang masih memakai pakaian ibadahku pun segera berganti menggunakan pakaian biasa. Setelah itu turun ke lantai bawah. Aku melihat Ummi sedang memasak.

Aku : " Ummi mau masak apa ". Tanyaku.

Ummi : " Tidak masak nak cuma manasin sayur ini saja kok kan sayang masih banyak soalnya ". Jawab Ummi.

Kulihat ummi sudah berhanti pakaian serba hitamnya.

Ummi : " Mau sarapan nak? ". Tanya Ummi.

Aku : " Ahh... Tidak Ummi Azam masih kenyang kok ". Jawabku.

Ummi : " Okelah kalau begitu.... Oiya nanti berangkat jam berapa nak? ". Tanya Ummi.

Aku : " Hmm... Sekitar jam 8 Ummi ". Jawabku.

Ummi : " Hmm... Jangan lupa sarapan lho ya ". Kata Ummi.

Aku : " Iya Ummi ". Jawabku.

Lalu aku beranjak menuju kamarku lagi. Karena masih jam 5 pagi maka aku putuskan untuk bersantai dulu dikamar. Karena waktu itu tiba-tiba mengantuk jadi aku tertidur lagi. Saat itu aku terbangun karena mendengar suara orang sedang berbicara. Kulihat jam ternyata masih jam 6 pagi. Lalu aku beranjak dan melihat siapa yang sedang berbicara. Ternyata Ummi yang sedang berbicara di telpon dengan abi. Setelah selesai Ummi memanggilku untuk sarapan.

Ummi : " Azaaaamm.... Turun naak... Ayo sarapan dulu.... ". Teriak Ummi.

Aku : " Baik Ummi ". Jawabku.

Tanpa menunggu lama aku segera turun dan mendapati Ummi sedang duduk di meja makan dan telah siap semua.

Ummi : " Astaghfirullah.... Kamu tidur lagi nak? ". Tanya Ummi.

Aku : " Hehehe ketiduran Ummi.... Habisnya kasurnya nyaman banget ". Jawabku.

Ummi : " Besok lagi jangan tidur lagi ya nak... Tidak baik soalnya.... ". Tegur Ummi.

Aku : " Iya Ummi... Maaf". Jawabku.

Lalu aku mulai sarapan dengan menu seadanya. Jujur masakan Ummi itu enak walaupun masih enakan masakan ibuku tapi ini juga enak. Setelah selesai sarapan aku membereskan alat makanku.

Ummi : " Sudah nak taruh disitu saja nanti Ummi yang bereskan ". Kata Ummi.

Aku : " Tidak Ummi... Kan ini bekas makan Azam jadi Azam harus membersihkannya sendiri.... Tenang saja Ummi Azam sudah terbiasa kok ". Kataku.

Ummi : " Yasudah.... Oiya nak... Tadi Abi telpon kalau kamu tidak usah berangkat tidak apa-apa karena sudah ada mas Dul yang urus kan ". Kata Ummi.

Jadi mas Dul ini orang kepercayaan Abi dan aku untuk mengelola semuanya. Tapi walaupun begitu aku terkadang tidak enak juga sama mas Dul ini disamping beliau orang yang baik, orang yang jujur dan tegas. Makanya beliau selalu bisa diandalkan.

Aku : " Tapi Ummi aku tidak enak sama mas Dul ". Kataku.

Ummi : " Tidak apa-apa nak lagipula tadi abi juga bilang selama kamu disini kamu tidak usah berangkat... Abi juga sudah kasih tau mas Dul kok... Sepertinya abi sudah wattip kamu deh ". Kata Ummi.

Aku : " Hmm... Baiklah kalau begitu Ummi... Kalau gitu Azam mandi dulu ya Ummi ". Kataku yang dijawab anggukan kepala oleh Ummi.

Siang harinya karena bosan aku pergi ke lantai 3 untuk sekedar bersantai. Duduk lesehan sambil bermain game di hape.

Ummi : " Duhh.... Santainyaa.... Hihihi ". Kata Ummi.

Aku terkejut waktu itu karena tiba-tiba saja Ummi duduk disampingku.

Aku : " Ehh... Astaghfirullah Ummi.... Ngagetin aja ". Kataku.

Ummi : " Hihihi... Abisnya kamu serius banget main game nya sampai Ummi kesini dan duduk pun kamu fokus sama game ". Kata Ummi.

Aku : " Hehehe.... Maaf Ummi ". Kataku.

Saat itu aku menggunakan sarung dan kaos saja tanpa celana dalam dan Ummi memakai gamis berwarna pink khimar hitam begitu juga dengan cadar bandananya. Aku sendiri pun sudah lupa bagaimana wajah Ummi karena sudah lama sekali aku tidak melihatnya.

Kami saling diam karena entah kenapa aku malah teringat dengan kejadian malam itu. Padahal sebenarnya aku sudah lupa. Ingat betapa binalnya Ummi, betapa liarnya Ummi, betapa sempitnya kemaluan Ummi dan itu secara berlahan membuat kemaluanku mulai bangkit. Aku langsung merubah posisi dudukku. Entah Ummi sadar atau tidak yang penting sekarang sudah tidak terlihat lagi, pikirku.

Sialnya Ummi menyadari itu.

Ummi : " Hihihi... Kenapa nak? Hayoo.... Pasti teringat kejadian malam itu ya.... Hihihi ". Tanya Ummi.

Aku : " Ehh.... Umm... Maaf Ummi... ". Jawabku salah tingkah.

Ummi : " Hihihi.... Tidak apa-apa nak... Ummi sebenarnya juga kok dari semalam malah tapi Ummi tahan saja karena Ummi pengen kamu ingat sendiri tanpa ummi yang bilang... Hihihi". Kata Ummi.

Aku : " Hehehe... Iya Ummi... Padahal Azam udah lupa tentang itu tapi malah keinget lagi ". Kataku polos.

Ummi : " Iihhhh.... Jahat banget sih.... Pahadal kamu lho yang buat Ummi keluar 2 kali malam itu... Kamu ini yaa... ". Kata Ummi.

Dengan gemas Ummi mengacak acak rambutku. Setelah itu memelukku. Kepalaku ditaruh di dadanya yang otomatis aku bisa merasakan kenyalnya susu Ummi.

Aku : " Aduh miii... Aku tidak bisa nafas ini ". Kataku.

Ummi : " Ehhh... Maaf yaa sayang ". Kata Ummi.

Lalu Ummi melepaskan kepalaku. Kulihat mata Ummi sayu dan melihat ke arah tenda di sarungku. Maka aku godain saja Ummi.

Aku bangkit dari dudukku dan otomatis kemaluanku yang sudah bangun berada di depan muka Ummi. Lalu aku sengaja menoel wajah Ummi dengan kemaluanku yang sudah keras lalu aku berjalan ke kamarku. Aku ingin tau bagaimana reaksi Ummi. Saat itu Ummi hanya diam saja dan menarik nafas panjang saat melihatku berjalan meninggalkannya.

Saat sudah sampai di kamar aku merebahkan tubuhku di kasur. Tidak lama setelah itu Ummi datang dan langsung masuk ke kamarku. Lalu menutup pintu kamar dan menguncinya. Aku tersenyum melihat tingkah Ummi.

Ummi : " Nakal ya sekarang.... ". Kata Ummi.

Aku : " Hmm... Ummi... Kok dikunci? ". Tanyaku.

Ummi berjalan kearahku. Setelah sampai di depanku kira-kira dua langkah didepanku.

Ummi : " Sekarang Ummi ingin kasih sesuatu buat kamu... Apa kamu ingat saat kita ke mall? ". Tanya Ummi.

Aku : " Hmm.... Jangan bilang kalau ummi beli sesuatu di toko itu...? ". Jawabku.

Ummi hanya membalas dengan senyuman. Lalu ummi membuka cadarnya. Baru aku lihat wajah ummi yang selama ini tertutup oleh cadarnya. Aku sama sekali belum pernah melihat wajah Ummi selama ini. Sungguh cantik, dengan wajah yang keibuan, hidung yang mancung bibir yang tipis dan ternyata ada lesung pipitnya. Saat Ummi tersenyum terlihat sedikit gigi putih yang rapi dengan janggut yang membelah. Tanpa menunggu lama kemaluanku telah siap untuk digunakan.

Lalu Ummi membuka khimarnya maka terlihatlah rambut panjang Ummi yang ternyata di cat warna coklat kemerahan. Ummi pun tersenyum lagi sambil menurunkan resleting gamisnya kebawah sampai ke pusarnya lalu Ummi membuka gamis tersebut. Dengan senyuman yang menggoda ummi melepas gamisnya. Terlihatlah sudah tubuh putih mulus ummi. Bra model tali yang digantungkan dileher berwarna hitam dan saat kulihat kebawah ternyata celana dalam ummi yaitu G-string hitam yang sepertinya satu set dengan bra yang digunakan Ummi. Setelah aku terbengong beberapa saat maka Ummi mendekatkan diri kepadaku sampai tepat di depanku. Karena posisiku duduk di pinggir kasur maka wajahku tepat didepan susu Ummi yang ukurannya 36D kalau tidak salah.

Ummi : " Sekarang giliranmu sayang... Buka pakaian kamu ". Kata Ummi.

Tanpa berlama lama aku langsung membuka semua pakaianku sampai telanjang. Lalu ummi melihat ke arah kemaluanku dan ummi langsung berlutut diddepanku.

Tergenggam lah sudah kemaluanku di tangan ummi. Lalu ummi seperti menghirup bau kemaluanku dalam-dalam.

Ummi : " Kamu tau... Aku selalu merindukanmu... Apa lagi mulutku yang selalu rindu untuk mengulummu... Dan mulut bawahku yang selalu mengeluarkan liur nya saat merindukanmu.... Kamu mau kan memasuki semua mulutku? Dan memuaskannya? Tanya Ummi pada kemaluanku.

Edan pikirku. Seorang ustadzah yang sangat dikagumi dan digemari oleh orang-orang ternyata mempunyai sisi liar dan sangat binal kalau urusan perlendiran.

Aku : " Ahhh... Ummi... Puaskan dahaga birahi ummi... Kontolku selalu siap untuk ummi.... ". Kataku sambil mengelus rambut Ummi.

Tanpa menunggu lama ummi langsung saja mengulum kemaluanku dengan pelan dan penuh penghayatan. Dikulum sampai mentok ke pangkal kemaluanku lalu dikeluarkan lagi. Dijilat-jilat batang kemaluanku sampai kepala kemaluanku. Aku yang merasakan kuluman dan jilatan ummi benar-benar merem melek dibuatnya. Setelah itu ummi menjilati lubang kemaluanku dengan pelan seakan akan itu adalah sebuah permen. Lalu dikulumnya lagi kemaluanku sampai mentok pangkal kemaluanku.

Setelah beberapa menit aku yang gemas dengan ummi pun berdiri dan menyuruh ummi untuk berdiri juga. Lalu aku lumat habis bibirnya, sedangkan Ummi langsung menyambut dan membalas lumatanku.

Kami saling melumat dengan panas. Lalu tanganku membuka kaitan bra Ummi. Setelah terlepas ummi semakin menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Aku juga berusaha melepas G-string milik Ummi dengan menarik kaitan tali yang berada di sisi kanan maka terlepas sudah dan kami sama-sama telanjang.

Karena aku sangat gemas pada ummi maka aku dorong tubuh ummi ke kasur sampai ummi pun terjatuh di kasur dengan telentang. Maka terlihatlah tubuh polos ummi yang tanpa cacat itu.

Aku : " Hmm.... Sangatlah indah tubuh ummi.... ". Kataku.

Ummi : " Uhhh... Sayang... Jangan dilihat terus seperti itu... Ummi malu ". Kata ummi malu-malu.

Maka aku pun merangkak diatas tubuh ummi kutatap kedua bola matanya sambil tersenyum. Dan ummi pun juga membalas dengan senyuman.

Ummi : " Sayang... Selama kamu disini tubuh ummi milikmu... ". Kata Ummi.

Aku : " Apa selama disini saja ummi? Kalau Azam sudah tidak disini berarti sudah tidak milik Azam lagi dong ". Kataku sambil tersenyum dan megelus pipi kiri ummi menggunakan tangan kiriku.

Ummi : " Uhhh... Sayang... Tidak sayang walaupun kamu tidak disini juga tubuhku tetap milikmu.... ". Kata ummi.

Aku : " Lalu bagaimana dengan abi... Hmm...? ". Kataku menggoda ummi.

Ummi : " Ahh... Iya sayang... Tubuhku juga milik abi.... Tubuhku milikmu dan abi... ". Kata ummi.

Aku : " Hmm... Berarti kalau gitu ummi itu... ". Kataku menggantung.

Ummi : " Iyaah sayang.... Ummi itu pelacur... Ummi itu lonte... Ummi itu wadah kontol buat kamu dan abi ". Kata ummi tersenyum.

Aku : " Apa ummi tidak ingat... Kalau ummi itu ustadzah... ". Kataku lagi.

Ummi : " Iya sayang... Ummi ustadzah binal... Haus kontol... Pelacur... Lonte... Wadah kontol buat kamu dan abi ". Kata ummi memejamkan matanya.

Aku : " Kalau begitu.... ". Kataku terpotong karena ummi menarik kepalaku dan langsung melumat bibirku.

" Umm... Ssslllppp... Sssspppp... Ahhhh... Ummm... Hmmm.... Ssshhhh... Ahhhh.... ". Suara lumatan bibir kami.

Setelah beberapa menit kami saling melumat aku menciumi semua wajah ummi dan menjilatinya. Lalu jilatanku turun ke lehernya. Aku cium dan jolat leher putih ummi dengan penuh penghayatan.

Ummi : " Aaahhh.... Iyaa... Iyaaa.... Ahhhh.... Oohhhh... Gelii.... Ahhhh.... En.... Aaakkkk.... Ohhh... Ssshhhhh... ". Erang ummi.

Lama aku menjilati leher ummi yang mulus aku menurunkan jilatanku sampai dadanya. Aku jilat aku cium dada atas ummi.

" Sslllppp.... Ssssppppp.... Hhhlllllllmmmm.... ". Suara jilatanku.

Sampai pada susu ummi pun sama. Aku sengaja melewatkan bagian puting ummi yang kecoklatan itu untuk nanti.

Ummi : " Ahhh sayang... Oohhh.... Ssshhh... Enak sayang.... Ssshhhh... Kenapa.... Kamu.... Tidak.... Ahhhhh.... Hhmmmm ". Racau ummi.

Aku tidak menghiraukan erangan ummi. Yang jelas aku ingin menikmati momen ini dengan slow dan indah.

Setelah lama lidahku bermain disusu ummi kecuali puting aku turun lagi jilatanku pada pusar ummi. Semakin dalam aku menjilati pusar ummi semakin keras pula erangan ummi.

Ummi : " Aahhhh sayang... Jangan... Ahhhh... Disitu... Ohhh.... Ssshhh..... Ummi... Ummmi.... Aaaaahhhhhhh.... Azzzzaaaaaaaaammmmm... ". Erang ummii.


Tubuh ummi mengejang dan menggigil. Lalu tiba-tiba dadaku seperti disemprot air hangat yang ternyata ummi sampai pada puncaknya tanpa aku menyentuh kemaluannya.

Ummi : " Aahhhh.... Haaahhh... Kamu tega sekali sayang.... Itu daerah sensitif ummi... Malah kamuu.... Aaahhhhh.... Jangan lagi... Ooohhhh.... Sshhhh... Ummi... Bisa.... Kel..... Aaaahhhh.... Ummi... Ummiiii.... Aaaaahhhhhh.... Zaaaaaaaammmmmmmm ". Erang ummi lagi saat aku jilat pusarnya lagi sampai dalam.

Aku heran belum ada 1 menit keluar ummi sudah keluar lagi sampai squirt seperti ini. Wahhh menarik ini, batinku.

Aku lalu menurunkan lagi jilatanku sampai pada atas kemaluannya. Ternyata kemaluan ummi juga tidak ada bulunya. Sangaaat mulus dan wangi.

Ummi yang masih tergeletak lemas aku kangkangin kakinya lalu dengan pelan aku cium bibir kemaluan ummi. Saat itu aku tidak peduli dengan banjirnya kemaluan ummi. Setelah puas aku buka kemaluan ummi. Terlihatlah sudah pintu lobang surga milik ummi yang berwarna merah jambu itu. Dan aku melihat seperti ada yang keluar diatas lubang surga milik ummi. Karena baru pertama kali aku melihat yang namanya kemaluan wanita maka aku juga penasaran bagaimana kalau aku cium dan jilat daging yang keluar itu. Tanpa menunggu lama aku langsung mencium daging itu dengan pelan lalu aku jilatin daging kecil itu.

Ummi : " Oohhh... Sayang.... Itu.... Aahhhh.... Ssshhhh.... Jang... Aannn.... Siksa.... Ummmi.... Ohhhhh.... Ssshhhhh.... Enak.... Enak... Oohhhh ". Erang ummi yang mulai bangkit lagi setelah multi orgasme nya.

Aku terus memainkan kemaluan ummi sangat pelan. Setelah lama aku memainkan kemaluan ummi tiba-tiba tubuh ummi mengejang lagi.

Ummi : " Oohhhh.... Sayang... Kamu.... Pintar... Sekali... Oohhhhhh.... Ssshhhh.... Aaaaahhhhh... Ummi... Ummi..... Oooohhh.... Aaaakkkhhhhh......... Aaaaaahhhhhhhh..... ". Erang ummi.

Wajahku basah karena semprotan squirt ummi. Lalu aku berhenti memainkan kemaluan ummi dan mengambil tissu di meja samping kanan kasurku. Setelah bersih aku tiduran disamping ummi. Untuk memberikan waktu istirahat. Karena ummi sudah 3 kali keluar bahkan sampai squirt.

Aku : " Gimana ummi... Enak? ". Tanyaku.

Ummi : " Bukan enak lagi sayang tapi ummi bener-bener puas... Padahal belum masuk loh tapi ummi sudah 3 kali bagai mana kalau sudah masuk.... Bisa pingsan ummi ". Jawab ummi sambil mengatur nafasnya.

Aku melihat ummi yang tergeletak lemas malah membuatku kasihan. Lalu aku mencium kening ummi dengan penuh kasih sayang.

Ummi : " Kamu belum ya sayang.... Hah... Sebentar yaa.... Ummi masih lemas sekali... ". Kata ummi.

Aku : " Melihat ummi puas saja membuatku ikut merasakan puas ummi... Jadi jangan dipaksakan ". Kataku.

Ummi : " Sayang.... Kamu terlalu baik.... Bahkan kamu tidak egois.... Ummi sangat senang... Makanya dulu ummi punya fantasi denganmu karena sifat-sifatmu... Sampai ummi rela menyerahkan tubuh ummi sama kamu pun ummi tidak menyesal atau sedih justru ummi bahagia ". Kata ummi.

Aku langsung mencium kening ummi setelah mendengar ummi berkata seperti itu.

Setelah beberapa menit kami istirahat dan kemaluanku pun tidak mau tidur, ummi pun bangkit dan merangkak diatas tubuhku.

Ummi : " Sekarang giliran ummi yang bikin lemas kamu sayang... ". Kata ummi.

Aku : " Kalau ummi bisa ". Kataku menantang ummi sambil tersenyum.

Ummi yang merasa tertantang langsung melumat bibirku. Kami saling melumat dengan penuh perasaan. Tidak tergesa-gesa dan kami melakukannya dengan pelan tapi pasti.

Setelah merasa puas dengan lumatan di bibir kami, ummi melanjutkan dengan menjilati telingaku dan leherku. Aahhhh rasanya sungguh geli tapi nikmat. Puas dengan itu ummi turun lagi menghisap putingku. Aahhhh rasanya sungguh membuatku merinding. Dengan telaten ummi menjilati putingku. Setelah beberapa menit ummi menjilati putingku ummi menurunkan jilatannya. Dan sampai pada kemaluanku, ummi mengatakan sesuatu lagi pada kemaluanku.

Ummi : " Kamu sudah siap kan buat ngontolin memekku... Hihihi.... Kamu suka kan sama memek ustadzah ini? Hmmm.... Memek ustadzah pengen banget lho dikontolin kamu lagi... Hihihi ". Kata ummi.

Saat itu aku bingung dengan ummi. Kenapa ummi suka sekali ngajakin bicara kemaluanku dan bahasa ummi benar-benar membuatku merinding. Sungguh binal sekali ummi Rani ini.

Lalu ummi mulai bangkit dan mulai berjongkok. Tepat saat kemaluanku menyentuh kemaluan ummi tangan kanan ummi memegang kemaluanku dan diarahkan ke lobang surganya. Setelah dirasa sudah tepat maka ummi langsung memasukan kemaluanku pada lobang surga miliknya.

" Ahhhh " Kata aku dan ummi berbarengan.

Kemaluanku yang amblas sempurna termakan oleh mulut merah merekah milik Ummi.

Ummi : " Uhhhh... Sssshhhh.... Dalem banget sayang.... Kontol kamu tebel panjang besar sampai mentok ke rahim ummi... Uuhhh.... Ssshhhh ". Kata ummi mulai menggoyangkan pinggulnya maju-mundur.

Memang benar ujung kemaluanku seperti menyentuh sesuatu yang kenyal dan empuk. Apalagi kemaluan Ummi yang sempit membuat kemaluanku seperti diremas-remas.

Aku : " Ahhh.... Iya Ummi.... Memek Ummi sangat enak.... Ohhhh... Ssshhh ". Kataku.

Aku yang gemas melihat susu Ummi bergoyang goyang maka aku langsung meremas remas susu ummi dengan pelan.

Ummi : " Oohhh.... Sssshhh... Iyaa..... Gitu.... Oohhhhh... Enaknyaa kontol kamu sayang..... Ooohh ". Erang Ummi.

Aku yang mendengar Ummi mengerang keenakan seperti itu membuat jiwa laki-laki ku tertantang. Maka aku langsung membalikkan tubuh Ummi. Sekarang posisiku diatas Ummi. Aku menggerakan pinggulku maju-mundur secara berlahan. Setelah kurasa cukup aku mengggerakan pinggulku semakin cepat dan cepat. Sampai-sampai keringatku menetes ke tubuh sexy ummi.

Ummi : " Oohhhh... Oohhhh... Azam.... Zammmm.... Zaa.... Jangan.... Ohhhhh.... Kenceng.... Ken.... Aaahhhh..... Ummii..... Ummmiiii.... Aaaazzzaaaaammmm ". Erang Ummi yang mencapai orgasme nya yang ke 4.

Tubuh Ummi langsung menegang dan kejang. Mata Ummi menjadi putih semua. Dan kemaluan Ummi seperti menghisap kemaluanku. Tapi aku yang penuh dengan semangat terus saja aku genjot kemaluan Ummi.

Ummi : " Ohhh... Oohhhh... Azam.... Aaahhhh... Berhenti... Dul.... Aaahhhg.... Memek.... Ummi... Ngilu.... Aaahhhh.... Azaa..... Mmmmm.... ". Erang Ummi.

Aku : " Tidak... Ahhhh... Ummi.... Azam.. Tidak... Mau ber... Henti.... Aaahhhh.... Sebelum... Memek.... Ustadzah.... Rani..... Menyerah... Oohhhh.... Enaknya... Memek.... Ustadzah.... Aaahhhh". Kataku terus menggenjot memek Ummi dengan tempo cepat.

Karena aku tidak merokok dan selalu bangun pagi jadi nafasku tidak terlalu terengah engah. Lagi pula aku dari dulu minum vitamin ya walaupun hanya vitamin biasa tapi itu cukup membantu untuk tubuhku.

Setelah aku bosan dengan posisi itu aku balikkan tubuh ummi menjadi posisi DS. Oiya aku mengenal istilah posisi berhubungan badan karena aku sering membaca cerita-cerita dari para suhu disini, hehehehe.

Setelah ummi nungging baru aku masukan lagi kemaluanku ke lubang surga milik Ummi. Aku langsung genjot lagi dengan kencang dan aku tampar-tampar pantat ummi yang bulat itu.

Ummi : " Ohhh... Oohhhh.... Sayang.... Oohhhh... Ini.... Enak... Banget.... Uhhh... Sssshhhh... Terus..... Yang kenceng.... Oohhhhh..... Ssshhhhh..... Oohhhh.... ". Erang Ummi keenakan.

Aku : " Gimana Ummi.... Ahhhhh.... Enakkan memek umi..... Ahhhh... Dikontolin kontol.... Azam.... Aahhhhh..... ". Tanyaku sambil terus menggenjot lubang surganya.

Ummi : " Oohhhh.... Iya... Iyaaa.... Enak... Banget.... Ooohhhh..... ". Erang Ummi.

Aku : " Ummi... Mau... Aku... Kontolin... Kayak... Gini lagi?.... Ohhhh ". Tanyaku lagi.


Ummi : " Iyaa.... Ahhhh... Sssshhhh..... Kontolin.... Ummi... Azam... Aaahhhh.... ". Erang Ummi.

Aku : " Hah.... Aaaahhh.... Kenapa... Ummi... Mau dikontolin Azam kayak gini ". Tanyaku lagi.

Aku sengaja bertanya terus kepada Ummi karena aku ingin melihat sejauh mana kebinalan Ummi. Jahat banget ya aku, hehehehe.

Ummi : " Aaahhhh... Enak.... Enak.... Oohhhh.... Kontol... Azam... Enak.... Ohhhh... Ssshhhhh ". Erangnya.

Aku : " Ahhh... Tapi... Ummi itu ustadzah loh... Masa pengen dikontolin keponakanya sendiri sih... ". Tanyaku.

Ummi : " Ohhhh.... Ummi... Ustadzah... Nakal.... Binal... Oohhhh.... Wadah... Kontol ponakan Ummi.... Aaahhhh.... Ummi... Pelacur.... Ahhhh... Lonte.... Perek.... Pecun.... Ustadzah..... Haus.... Kontollllll.... Aaaaaahhhhhhh...... Azaaaaaammmmm... Ummi.... Umm..... Aaaaaaaaahhhhhhhhh ". Erang ummi.

Tubuh ummi menegang lagi dan kejang. Semua tubuhnya menggigil. Aku yang tidak tega melihat ummi saat itu, aku lepaskan kemaluanku di lubang surga milik ummi dan tiduran disamping kiri ummi. Sedangkan ummi langsung jatuh tengkurap. Nafasnya terengah-engah.

Lama aku menunggu ummi beristirahat. Setelah itu aku coba untuk memeluk ummi tapi sama sekali tidak bergerak. Aku sangat ingat waktu itu aku sangat panik dan bingung. Lalu aku membalikkan tubuh ummi menjadi telentang dan aku melihat dengan teliti. Masih ada nafas detak jantung masih ada begitu juga nadi.

Saat itu entah perasaan apa yang muncul karena melihat Ummi pingsan karena mencapai puncak orgasme nya yang ke 5. Aku tersenyum saat melihat ummi pingsan gara-gara itu. Tapi aku juga heran kenapa aku tidak merasakan tanda-tanda akan keluar seperti waktu ibuku mengocok kemaluanku. Aneh, pikirku.

Karena lama menunggu ummi sadar aku pun beranjak dari kasurku dan memakai sarungku saja. Lalu keluar kamar dan turun ke lantai dasar untuk pergi ke dapur. Perutku terasa sangat lapar setelah beradu kelaminku dan Ummi.

Setelah sampai dapur aku melihat ternyata Ummi memasak banyak masakan. Ayam goreng, semur ati ampela, ikan nila, telur ceplok dan masih banyak lagi. Begitu juga dengan sayurnya. Aku yang bingung untuk memilih makanan apa yang mau aku makan akhirnya aku memilih semur ati ampela sayurnya daun singkong lalu aku mengambil sambal hijau dan nasi. Aku makan dengan lahap karena peraduan tadi menjadikan perut keroncongan.

Setelah makan aku ke ruang keluarga. Disana terdapat sebuah tv besar lengkap dengan spiker sambo besar pula yang tertata di samping kanan kiri tv tersebut. Aku juga melihat ada sebuah Play Station 3 lengkap dengan stick nya. Sebenarnya aku ingin main Play Station tersebut tapi aku tidak bisa memainkannya. Memang aku dikampung tidak mengenal mainan seperti itu. Akhirnya aku hanya menonton tv saja waktu itu.

Sudah lama aku menonton tv dan aku melihat jam yang saat itu pukul 16.12 WIB. Tidak terasa sudah 2 jam aku menonton tv yang acaranya saat itu aku lupa judulnya yang jelas itu seperti movie comedy indonesia. Akhirnya aku bangkit dari dudukku dan naik ke lantai 2 untuk mengecek Ummi Rani dikamarku. Saat sudah sampai dikamar ternyata Ummi sudah sadar dan duduk di kasurku.

Aku : " Ummi sudah sadar? ". Tanyaku.

Ummi : " Duhh... Maaf yaa sayang ummi tadi pingsan.... Ummi tidak kuat sayang... Badan ummi lemas sekali ". Jawab Ummi sambil mencoba untuk bangkit tapi masih belum bisa.

Aku : " Sudah Ummi tiduran saja... Badan Ummi masih lemes kan.... ". Tanyaku yang dijawab oleh Ummi dengan anggukan kepala saja.

Aku yang melihat tubuh Ummi yang masih telanjang membuat libidoku naik kembali tapi aku sangat kasihan dengan Ummi jadi aku putuskan untuk mengambil gamis Ummi yang terjatuh dilantai kamarku. Aku juga memakaikan gamis itu ke tubuh ummi tapi tidak untuk bra dan cd nya karena ribet.

Aku : " Kalau sudah pakai pakaian begini kan aman Ummi ". Kataku.

Ummi : " Makasih ya sayang.... Emang aman kenapa? ". Tanya Ummi.

Aku : " Aman dari ular kasur ". Jawabku berbisik di telinga kanan Ummi.

Ummi hanya tersenyum saat itu dan mengelus pipi kananku dengan tangan kanannya.

Ummi : " Makasih ya sayang... Tapi Ummi belum bisa membuat kamu keluar sayang... Emmm.... Maaf ya ". Kata Ummi.

Aku : " Hehehe.... Tidak apa-apa Ummi.... Kan masih banyak waktu jadi tidak usah dipaksakan.... Azam ambilkan makan dan minum dulu ya... Laper pasti kan... Tuh perut Ummi sampai bunyi ". Kataku sambil mendengar suara perut Ummi yang lapar.

Ummi : " Iya sayang.... Maaf yaa ngrepotin kamu ". Kata Ummi yang kujawab dengan senyuman.

Aku langsung mengambil makan dan minum di lantai dasar untuk ummi. Aku mengambil ayam goreng sayur lodeh dan nasi untuk minumannya aku mengambilkan teh hangat dan air putih. Setelah aku taruh semua di nampan aku segera naik ke lantai 2 untuk menyerahkan makanan dan minuman ini.

Sesampainya dikamar Ummi tersenyum melihatku. Aku yang saat itu merasa kasihan maka aku menyuapi Ummi. Awalnya Ummi menolak tapi aku paksa untuk mau dan akhirnya mau juga aku suapin. Selama aku menyiapi Ummi aku tidak berbicara sama sekali begitu juga dengan Ummi. Hanya mata kami saja yang berbicara.

Setelah makanan Ummi habis aku langsung membereskan peralatan makan ke dapur dan mencucinya sekalian. Aku yang terbiasa dengan rumah yang bersih melihat rumah Ummi yang menurutku kurang enak dipandang maka aku langsung saja membersihkan dan menata yang memang harus ditata.

Tidak terasa adzan maghrib berkumandang. Aku bergegas untuk mandi. Setelah mandi aku naik ke lantai 2 untuk berganti pakaian. Saat aku masuk ke dalam kamar kulihat tidak ada siapapun dikamar. Aku hanya mendengar suara keran air di kamar mandi kamarku. Bikin kaget saja, pikirku. Karena aku sangat takut kalau Ummi kenapa-kenapa.

Setelah kami selesai mandi kami kembali ke dapur untuk makan malam. Ummi juga sudah memakai pakaian seperti biasanya. Gamis, khimar dan cadar berwarna ungu. Kami juga makan malam dengan tenang. Tidak ada pembahasan yang telah terjadi seolah olah tidak terjadi apa-apa. Setelah makan malam pun sama. Aku menonton tv dan ummi kembali ke ruang kerja nya. Siapa yang bilang setelah melakukan perkelahian diatas ranjang kami akan melakukannya secara terus menerus. Apalagi setelah melihat ummi pingsan tadi siang aku merasa kasihan. Mungkin kalau ummi sedikit lebih muda tidak akan pingsan tapi mengingat umur ummi yang menginjak usia 40an kurasa itu juga menjadi pemicu. Tapi semua kembali kepada individu setiap orang karena setiap orang memiliki porsi yang berbeda beda.

Aku melihat jam diatas tv kulihat sudah pukul 22.22 WIB. Aku mematikan tv dan melihat ummi di ruang kerjanya. Saat kulihat ternyata ummi ketiduran dikursi. Niatku untuk membangunkan ummi untuk pindah di kamarnya tapi aku urungkan niatku itu. Dengan sigap aku gendong tubuh ummi yang tidak terlalu berat itu ke kamarnya. Setelah itu aku baringkan tubuh ummi di kasurnya serta tidak lupa untuk menyelimutinya dengan selimutnya. Aku juga menyetel ac dikamar ummi dengan suhu sedang. Setelah itu aku keluar kamar ummi tidak lupa dengan menutup pintu kamarnya.

Aku juga kembali ke kamarku untuk tidur. Tapi lama aku mencoba untuk tidur tidak kunjung tidur juga. Entah kenapa aku malah kefikiran dengan Evi. Akhwat bercadar yang membeli kitab ditokoku yang ternyata teman sekolah Kak Nissa. Ingin aku minta no wattipnya melalui Kak Nissa tapi pasti Kak Nissa tanya-tanya yang merepotkan.

Yang aku rasakan saat itu adalah ingin sekali bertemu dengannya lagi. Aku juga entah kenapa merasa khawatir dengannya. Entahlah yang jelas saat itu aku merasa perasaanku tidak enak kepadanya. Rasanya ingin sekali untuk bertemu dan mengobrol dengannya walaupun menggunakan bahasa isyarat tapi itu tidak jadi masalah. Lama aku memikirkannya dan tanpa sadar aku tidur juga.

Pagi hari setelah aku melaksanakan sholat subuh entah kenapa rasa khawatir itu muncul lagi. Dan semakin bertambah. Sampai-sampai Ummi menegurku karena aku yang terus melamun.

Ummi : " Azam.... Kamu kenapa nak? Apa kamu merasa tidak enak badan? ". Tanya Ummi.

Aku : " Ahhh.... Maaf Ummi.... Tapi aku baik-baik saja... Hanya saja entah kenapa perasaanku tidak enak Ummi... Seperti ada rasa kekhawatiran yang berlebihan ". Jawabku.

Lalu ummi mendekat kepadaku dan memelukku. Aku merasa nyaman dipeluk oleh ummi. Walau bagaimana pun keluarga ummi itu sudah seperti keluarga sendiri yahh walaupun aku sudah merasakan betapa liarnya ummi kalau urusan ranjang tapi saat itu aku tidak ada nafsu dengan siapapun karena rasa yang aku rasakan.

Ummi : " Nak... Istighfar nak... Mungkin itu hanya perasaanmu saja ". Kata Ummi yang masih memelukku.

Lantas aku beristighfar sebanyak mungkin.

Ummi : " Ummi buatkan teh hangat ya supaya lebih tenang ". Kata ummi sambil berjalan ke dapur.

" Ada apa ini.... Kenapa aku merasa sangat khawatir... Baru kali ini aku merasakan hal seperti ini... Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya ". Kataku lirih.

Aku melihat ummi berjalan dari dapur kearahku sambil membawa nampan yang berisi 2 cangkir teh. Lalu memberikan teh hangat kepadaku. Aku pun langsung meminumnya. Setelah aku meminum teh buatan ummi aku merasa lebih enakan walaupun rasa itu masih ada.

Ummi : " Gimana nak.... Udah enakan? ". Tanya ummi.

Aku : " Alhamdulillah ummi ". Jawabku.






Sudah sudah masukin lagi burungnya biar bobok lagi....

Oiya mungkin untuk beberapa hari ini belum bisa update ya.... Banyak kerjaan juga soalnya.... Maaf yaa suhu.....


Salam.....
ntolin azammm
 
Lanjut ya....




Aku melihat ummi berjalan dari dapur kearahku sambil membawa nampan yang berisi 2 cangkir teh. Lalu memberikan teh hangat kepadaku. Aku pun langsung meminumnya. Setelah aku meminum teh buatan ummi aku merasa lebih enakan walaupun rasa itu masih ada.

Ummi : " Gimana nak.... Udah enakan? ". Tanya ummi.

Aku : " Alhamdulillah ummi ". Jawabku.

Aku melihat saat itu pukul 05.30 WIB. Aku masih terduduk di ruang tv dengan Ummi. Aku juga melihat kalau ummi diam menunduk. Entah apa yang difikirkan ummi aku tidak tau. Sampai terdengar nada dering dari hapeku berbunyi. Aku langsung mengambil hapeku dan melihat siapa yang menelponku pagi-pagi begini. Aku melihat layar hapeku ternyata Kak Nissa yang menelponku. Segera aku mengangkat telpon Kak Nissa.

Aku : " Assalamualaikum kak.... Ada apa kak ". Salamku.

Kak Nissa : " Waalaikum salam... Aa.. Ddeeekkk.... Hiks... Hikkssss.... ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Ehh... Sebentar.... Kenapa kakak nangis... Ada apa kak... ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Ee... Evi... Evi dek... Eevv.... Hiks.... Hiks... ". Jawab Kak Nissa.

Aku : " Kak... Kenapa sama Kak Evi kak... Kenapa ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Evi... Kec.... Kecelakaan... Dek.... Huaaaa..... Huaaaaa...... ". Jawab Kak Nissa.

Saat itu badanku langsung lemas dan terduduk dilantai. Ternyata ini jawaban dari semua yang aku rasakan dari semalam. Aku terkejut saat suara ibuku memanggilku lewat telpon.

Bunda : " Azam... Sekarang kamu ke rumah sakit MP ya... Bunda sama kakakmu juga mau kesana... Disana sudah ada ustadz Pawan sama ustadzah Mina... Azam.... Kamu dengar kan?.... Azam.... Hahhh..... Yasudah bunda tutup telponnya.... Assalamualaikum ". Kata ibuku.

Aku hanya diam saja saat ibuku berkata. Aku menunduk dan entah kenapa aku merasakan sesak didadaku. Padahal dia bukan siapa-siapaku. Saudara juga bukan. Tapi aku merasakan kalau aku sangat dekat dengannya. Apa benar yang Kak Nissa katakan dulu kalau aku ada rasa dengannya begitu juga dengan dia?. Entahlah....

Setelah aku merasa lebih enakan aku langsung bangkit dan berganti pakaianku. Setelah itu aku pamit dengan ummi kalau aku mau ke rumah sakit untuk menjenguk kawanku yang kecelakaan. Setelah itu aku langsung saja menuju ke rumah sakit MP tempatku dirawat dulu juga karena kecelakaan sampai hilangnya aset berhargaku.

Selama aku di perjalanan aku berusaha untuk fokus dalam berkendara tapi tetap pikiranku kemana mana. Serasa sangat jauh jarak antara rumah Abi Ikhsan dengan rumah sakit MP. Padahal hanya 15 menit saja.

Setelah perjalanan yang kurasa jauh tapi hanya 15 menit aku akhirnya sampai di rumah sakit MP. Aku langsung memarkirkan motorku setelah itu aku masuk kedalam rumah sakit itu. Karena aku tidak tau bangsal apa aku telpon ustadz Pawan. Ustadz Pawan mengatakan kalau belum bisa ke bangsal dan masih di kamar ICU. aku langsung segera ke sana.

Setelah aku melihat Ustadz Pawan dan istrinya aku bergegas untuk menyusulnya.

Aku : " Assalamualaikum.... ". Salamku.

" Waalaikum salam... ". Jawab ustadz Pawan dan istrinya Ustadzah Mina.

Ustadz Pawan langsung memelukku. Aku juga langsung membalas pelukannya. Setelah itu aku melepaskan pelukan Ustadz Pawan dan bertanya.

Aku : " Gimana Ustadz keadaan Kak Evi? ". Tanyaku.

Ustadz Pawan : " Alhamdulillah Zam... Tapi masih kritis ". Jawab Ustadz Pawan.

Lalu Ustadz Pawan menceritakan kronologi kecelakaan itu.

Jadi Kak Evi itu pulang dari mengajar di yayasan tuna wicara. Pada saat hendak menyebrang jalan raya dari arah barat ada truk muatan kelapa sawit yang melaju cukup kencang dan tidak kontrol setelah itu karena jarak antara truk dan Kak Evi sangat dekat maka truk tersebut tidak sempat untuk mengerem dan terjadilah kecelakaan itu. Diduga sopir truk tersebut mengantuk karena kecapekan bekerja. Menurut saksi mata Kak Evi terpental beberapa meter dan saat terpental Kak Evi menabrak tiang listrik setelah itu para warga setempat langsung menolong Kak Evi yang tergeletak dibawah tiang listrik dengan banyak darah yang keluar dari tubuhnya. Ada saksi mata juga yang bilang kalau Kak Evi pada saat terpental dan menabrak tiang listrik itu tepat pada perutnya.

Lalu untuk sopir truk itu dibawa ke polres setempat untuk dimintai keterangan dan juga beberapa saksi.

Dan untuk Kak Evi juga langsung dibawa ke rumah sakit MP oleh warga setempat.

Saat Ustadz Pawan menerima kabar langsung saja ke rumah sakit MP bersama istrinya. Disaat mereka tiba ternyata kondisi Kak Evi benar-benar sangat kritis dan dokter begitu tau bahwa orang tua dari Kak Evi sudah datang langsung memberitahu bahwa Kak Evi harus menjalani oprasi karena beberapa tulang rusuk patah dan yang lebih membuat Ustadz Pawan merasa sangat terpukul atas kejadian itu adalah Kak Evi mengalami benturan yang cukup hebat pada bagian perut bawah sehinga rahimnya mengalami cidera parah dan harus segera diangkat karena bisa membahayakan nyawanya.

Ustadz Pawan mendengar itu langsung lemas begitu juga dengan istrinya Ustadzah Mina. Mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi selain pasrah. Lalu setelah mereka sedikit tenang mereka langsung pergi ke mushola untuk melakukan sholat istikharah dan hajad.

Setelah selesai dan mereka merasa lebih baik mereka langsung menemui dokter yang menangani Kak Evi dan mereka memutuskan untuk segera melakukan operasi pengangkatan rahim.

Setelah itu dokter langsung bersiap-siap untuk melakukan operasi tersebut beserta beberapa ahli dokter bedah lainnya.

Mereka hanya bisa berdoa untuk Kak Evi agar diberi keselamatan dan jalan yang terang.

Setelah menunggu lebih dari 6 jam akhirnya dokter pun keluar dari operasi dan mengatakan kalau pengangkatan rahim Kak Evi telah berhasil dilakukan dan berhubung kondisi Kak Evi masih kritis maka dipindah dari ruang operasi ke ruang ICU.

Aku mendengar itu semua langsung lemas dan tidak tau harus berbuat apa. Tanpa sadar aku meneteskan air mata karena aku sangat tau bagaimana kalau seseorang kehilangan aset berharga mereka pasti akan depresi kalau tidak kuat dan ikhlas.

Ustadz Pawan juga tau kalau aku mengalami hal serupa yaitu kehilangan aset berhargaku karena beliau dan istrinya menemani ibuku pada saat aku menjalani operasi pengangkatan testisku.

Aku menghela nafas panjang dan mencoba untuk tidak larut dengan kesedihan.

Aku : " Ustadz... Ustadz tau kan kalau aku juga mengalami hal serupa dengan Kak Evi yaitu kehilangan aset berharganya jadi aku menyarankan untuk tetap berada didekatnya karena walau bagaimanapun Kak Evi harus tau hal ini dan beri pengertian terhadapnya jangan sampai gara-gara hal ini Kak Evi jadi depresi yang berlebihan ". Kataku sambil menahan air mataku.

Ustadz Pawan : " Iya Zam itu pasti... Entahlah Zam bagaimana nasibnya besok ketika sudah sehat dan beraktifitas lagi... Apakah ada yang mau menerima apa adanya atau tidak karena walau bagaimanapun itu juga sangat berpengaruh dengan mentalnya juga dan itu tidak akan bisa diapakan lagi... ". Jelas Ustadz Pawan sambil menahan air matanya.

Aku : " Ustadz... Jika Ustadz berbicara seperti itu lalu bagaimana juga denganku? ". Kataku.

Aku sangat mengerti dan faham apa yang dirasakan beliau.

Ustadz Pawan : " Ehh... Astaghfirullah... Astaghfirullah... Astaghfirullah... ". Kata Ustadz Pawan.

Ustadz Pawan langsung beristighfar setelah aku berkata seperti itu karena beliau juga tahu keadaanku. Aku sangat mengerti kenapa beliau berkata seperti itu karena walau bagaimanapun sebagai orang tua walaupun itu orang tua angkat tidak mau kalau anak-anak mereka mengalami hal semacam itu.

Ustadz Pawan : " Maaf Azam saya tidak bermaksud berkata seperti itu ". Kata Ustadz Pawan.

Aku : " Tidak apa-apa ustadz... Azam faham apa yang ustadz rasakan... ". Kataku.

Setelah itu kami semua terdiam. Terhanyut dengan pikiran kami masing-masing.

Aku terkejut saat nada dering di hapeku berbunyi. Ternyata Kak Nissa sudah sampai dan menanyakan keberadaanku. Aku beri tahu kepada Kak Nissa kalau diruang ICU maka mereka langsung menyusul kami.

Begitu Kak Nissa sampai Kak Nissa langsung memeluk ustadzah Mina dengan erat dan menangis. Begitu juga dengan Ustadzah Mina. Lalu ibuku mendekatiku serta mengelus elus pundakku. Aku langsung memeluk ibuku dan ibuku berbisik kepadaku.

Bunda : " Sabar ya sayang... Bunda sudah tau semuanya... Apapun yang Azam pilih bunda akan selalu mendukungmu ". Kata ibuku.

Seketika aku memeluk ibuku dengan erat. Karena walaupun aku masih ragu dengan perasaanku dengan Kak Evi tapi melihat situasi dan kondisi yang seperti ini membuatku merasa sangat sedih.

Setelah itu kami semua terdiam dengan pikiran kami masing-masing. Hanya Ustadzah Mina dan Kak Evi saja yang masih menangis. Sementara itu aku dan Ustadz Pawan keluar dari ruang tunggu dan duduk di taman rumah sakit. Aku melihat betapa sedihnya Ustadz Pawan memikirkan ini semua. Tampak raut wajah yang sangat lelah, penat, sedih bercampur aduk. Aku hanya diam saja saat itu karena aku juga sangat mengerti keadaan mereka apalagi besok disaat Kak Evi sudah sadar dan mengetahui semuanya, pasti benar-benar sangat terpukul dan depresi.

Lalu Ustadz Pawan menghela nafas panjang dan terus beristighfar.

Aku : " Ustadz... ". Kataku.

Mulutku serasa kaku untuk berbicara.

Ustadz Pawan : " Maaf Zam kalau saya benar-benar larut dengan kesedihan... Saya hanya memikirkan masa depannya.... Saya mengasuh Evi ketika masih bayi sampai sekarang... Dia adalah anak yang saya angkat dari saudaraku yang ada di jawa dan saudaraku itu sudah tiada karena kecelakaan juga... Saat itu hanya Evi saja yang hidup karena pada saat itu dia tidak ikut orang tuanya karena masih sangat kecil dan dititipkan ke neneknya yaitu orang tuaku... Saya sangat menyayanginya Zam... saya tidak membeda bedakan dia dengan anak-anak kandungku... ". Jelas Ustadz Pawan sambil menahan air matanya.

Aku : " Apakah Kak Evi tau dengan statusnya ustadz? ". Tanyaku.

Ustadz Pawan : " Iya Zam dia tau saat masih kecil awalnya dia itu bisa bicara Zam tapi karena mengetahui kalau orang tua kandung sudah tiada pada saat dia masih bayi makanya dia menangis dan teriak-teriak sampai pita suaranya rusak dan muntah darah... ". Jawab ustadz Pawan.

Aku : " Tapi ustadz apa pita suaranya bisa kembali lagi seperti semula? ". Tanyaku.

Ustadz Pawan : " Sebenarnya bisa Zam dengan terapi tapi karena dia tidak mau untuk terapi dan selalu teriak-teriak karena depresi makanya dokter juga sudah angkat tangan Zam... Sering sekali dia muntah darah sampai istriku trauma karena saking banyaknya mengeluarkan darah karena selalu teriak makanya sampai sekarang dia kesulitan untuk mengeluarkan suara ya karena itu Zam rusaknya pita suaranya ". Jawab Ustadz Pawan.

Aku baru tau kalau Kak Evi itu tipe orang yang sangat sensitif dan gampang drop mentalnya.

Aku : " Tapi sekarang bagaimana ustadz apa Kak Evi masih belum ikhlas atas kepergian orang tuanya? ". Tanyaku.

Ustadz Pawan : " Tidak Zam... Dia bisa menerima semuanya itu pada saat umur 12 tahun... Selama itu juga dia tidak pernah tertawa dan selalu merenung dikamarnya... Keluar dari kamar itu hanya untuk bersekolah, makan, sholat, mandi... Cuma itu saja... Tapi setelah menginjak 12 tahun dia sudah mulai untuk berkumpul dengan saudara sepupunya yaitu anak-anakku walaupun dia berinteraksi dengan menggunakan bahasa isyarat atau dia menulis kata-kata yang ingin dia sampaikan... Dan itu sampai sekarang... Makanya saya sangat takut Zam kalau sampai dia depresi seperti dulu lagi dan saya juga takut kalau tidak ada yang ingin menikahinya karena dia sudah tidak punya rahim... ". Jawab Ustadz Pawan sambil menangis.

Aku mendengar Ustadz Pawan bercerita tentang perjalanan hidupnya Kak Evi jadi ikut prihatin. Apalagi sekarang Kak Evi sudah tidak punya rahim lagi. Sangat membuatku sedih.

Aku : " Sabar ya ustadz... Kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya... Yang jelas untuk sekarang kesembuhannya dulu... Insya Allah semua akan baik-baik saja ". Kataku.

Aku bingung mau bilang apa lagi kepada Ustadz Pawan atas kejadian ini dan kekhawatirannya.

Ustadz Pawan : " Iya Zam insya Allah.... Makasih ya Zam ". Kata Ustadz Pawan.

Aku hanya tersenyum saja saat itu. Setelah itu Ustadz Pawan mengajakku untuk kembali ke ruang tunggu kamar ICU.

Setelah sampai aku melihat Ustadzah Mina dan Kak Nissa sudah tidak menangis lagi dan mereka sudah mengobrol dengan ibuku juga.

Lantas aku dan Ustadz Pawan kembali bergabung kembali dengan mereka. Kami menghibur Ustadz Pawan dan Ustadzah Mina agar tidak larut dengan kesedihan yang sedang mereka alami. Begitu juga dengan Kak Nissa. Entah apa yang Kak Nissa pikirkan aku tidak tau.

Karena aku melihat Kak Nissa sangat bersedih aku mengajak Kak Nissa untuk pergi ke taman rumah sakit. Sesampainya disana aku dan Kak Nissa duduk disebuah bangku panjang.

Aku : " Kak... ". Kataku sambil memegang tangannya yang memakai kaos tangan berwarna hitam.

Kak Nissa langsung menengok kearahku dan memelukku dengan erat serta pecah lagi tangisan Kak Nissa. Aku hanya bisa membalas pelukannya sambil mengelus pundaknya.

Aku : " Sudah kak sudah... Jangan sampai kakak terlalu dalam kak karena sedih ". Kataku.

Lalu Kak Nissa melepas pelukannya.

Kak Nissa : " Dek... Kakak... Kakak... ". Kata Kak Nissa.

Aku melihat Kak Nissa yang seperti kaku untuk berbicara langsung memegang tangannya kembali kemudian aku mencium kening Kak Nissa.

Setelah beberapa detik aku melepaskan ciumanku di kening Kak Nissa dan lalu menggenggam tangannya.

Mungkin Kak Nissa merasa nyaman dengan apa yang aku lakukan kepadanya. Kak Nissa pun akhirnya berhenti menangis.

Kak Nissa : " Dek... Kakak.. Ti... Tidak menyangka kalau sampai seperti ini ". Kata Kak Nissa sambil menahan air matanya.

Aku : " Kak... Aku tau bagaimana rasanya kak... Kehilangan aset berharganya itu benar-benar seperti tertimpa sesuatu yang besar tapi semua ini adalah ujian dan cobaan kak... Kita tidak bisa mengingkari dan menghindari itu semua... Apa kakak lupa kalau aku juga mengalami apa yang Kak Evi alami sekarang ". Jelasku.

Kak Nissa langsung memelukku dengan erat lagi.

Setelah lama kami berpelukan Kak Nissa melepaskan pelukannya.

Kak Nissa : " Maaf dek... Kakak lupa dek... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Tidak apa-apa... Kak yang penting sekarang tenang dulu setelah itu kesembuhan Kak Evi dulu... Entah itu fisik maupun mentalnya.... Yang aku takutkan adalah depresi yang berkepanjangan ". Kataku.

Kak Nissa : " Kamu benar dek.... Adek kalau misalnya Evi tidak ada yang mau menerimanya apa adek mau menerimanya? ". Tanya Kak Nissa.

Aku yang saat itu masih ragu dengan perasaanku jadi bingung. Memang benar aku juga kehilangan asetku tapi kalau urusan ini benar-benar membuatku merasakan tekanan yang cukup berat.

Kak Nissa : " Demi kakak dek ". Kata Kak Nissa.

Deg.... Kali ini Kak Nissa benar-benar serius. Aku sangat tau bagaimana Kak Nissa kalau sudah serius itu bagaimana.

Aku : " Insya Allah kak... Tapi aku minta syarat kepada kakak ". Kataku.

Kak Nissa : " Syarat? Keadaanya begini adek masih minta syarat? Jangan bercanda dek ". Kata Kak Nissa.

Aku bisa melihat Kak Nissa menahan emosi nya saat aku meminta syarat kepadanya.

Aku : " Iya kak.... Hanya satu saja syarat yang aku berikan kepada kakak ". Kataku.

Kak Nissa : " Hahh.... Baiklah.... Apa syaratnya ". Kata Kak Nissa.

Aku langsung menatap mata Kak Nissa. Memberi isyarat kalau aku juga serius. Dan kedua tangan Kak Nissa pun aku genggam kuat.

Aku : " Syaratnya aku mau melakukannya setelah kakak mendapatkan laki-laki yang pantas jadi imam kakak dan hidup bahagia dengannya ". Kataku.

Aku melihat Kak Nissa menunduk. Entah apa yang dipikirkannya aku tidak tau. Yang jelas sebelum aku melihat Kak Nissa bahagia dengan laki-laki sejatinya aku tidak mau melakukannya.

Kak Nissa : " Dek... Kenapa selalu kakak yang kamu dahulukan... Kenapa harus kakak yang selalu kamu pentingkan daripada diri kamu sendiri.... Kenapa dek ". Tanya Kak Nissa.

Aku tidak tega melihat Kak Nissa menangis seperti ini lagi. Maka aku berdiri dan berkata.

Aku : " Kak... Aku masih ingat apa yang ayah katakan dulu... Walaupun saat itu aku masih umur 9 tahun tapi sampai sekarang aku masih mengingatnya... ". Jawabku.

Kak Nissa : " Apa dek ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Ayah bilang * Zam jangan pernah kamu mendahului kakakmu... Prioritaskan kakakmu dan bundamu sebelum kamu prioritaskan dirimu sendiri... Jangan pernah melangkahi kakakmu... Jangan pernah melawan bundamu... Walau dalam segi derajat kita sebagai laki-laki lebih unggul tapi mereka adalah wanita yang lebih mulia dari kita sebagai laki-laki... Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab dan jangan pernah kamu mengingkari apa yang sudah di tetapkan * itu yang dikatakan ayah kepadaku... ". Jawabku.

Aku masih ingat kata-kata ayahku dulu sampai sekarang dan aku juga tulis kata-kata itu di balik pintu lemari pakaianku. Kata-kata itu selalu aku kenang dan aku jadikan sebagai motivasiku.

Setelah aku mengatakannya aku berjalan meninggalkan Kak Nissa. Dan Kak Nissa pun terus memanggilku tapi aku tidak menghiraukannya.

Setelah sampai aku di ruang tunggu ruang ICU aku mengobrol dengan Ustadz Pawan dan istrinya begitu juga dengan ibuku.

Tidak lama setelah itu Kak Nissa juga menyusulku dan ikut bergabung dengan kami. Tidak ada lagi kata-kata Kak Nissa yang menyinggung masalah tadi yang ada hanya obrolan ringan untuk mengisi waktu luang kami dan kami sama-sama menghibur diri kami sendiri melalui obrolan dengan begitu kami tidak larut dengan kesedihan.

Aku melihat Ustadz Pawan dan istrinya sudah lebih baik dan sudah terhibur. Sudah bisa tertawa dalam kekhawatiran akan tertimpanya ujian dan cobaan yang mereka terima.

Aku lega melihat semua itu hanya saja aku masih sangat khawatir dengan Kak Evi kalau mengetahui semuanya.

Tanpa terasa kami menemani mereka sampai sore hari dan kami memutuskan untuk pulang mengingat jarak tempuh yang lumayan jauh.

Ibuku menyuruhku untuk tetap dirumah Ummi Rani untuk menemaninya. Aku pun menyanggupinya.

Kami berpisah dipersimpangan jalan raya. Ibu dan Kak Nissa mengambil jalur timur sedangkan aku ambil jalur barat.

Sesampainya aku dirumah Abi Ikhsan aku langsung membersihkan badanku. Setelah selesai aku segera memakai pakaianku dan mencari Ummi Rani yang ternyata diruang kerjanya. Lantas aku masuk diruang kerjanya.

Aku : " Assalamualaikum Ummi... ". Salamku.

Ummi : " Waalaikum salam... Udah pulang nak? Gimana tadi nak... ". Tanya Ummi sambil berdiri dari bangku kerjanya dan berjalan kearahku yang sedang duduk disofa ruang kerjanya.

Aku : " Kritis Ummi... ". Jawabku.

Aku menundukan kepalaku karena aku tidak mau kalau ummi sampai tau aku sedang menahan air mataku.

Ummi : " Innalillahi... Trus gimana nak? ". Tanya Ummi.

Mungkin ummi menyadari kesedihanku lalu ummi mendekat kepadaku dan sekarang posisi ummi duduk disebelah kananku.

Aku : " ICU ummi... Dan menjalani operasi pengangkatan rahim karena benturan hebat sampai rahimnya cidera parah dan harus diangkat ". Jawabku menunduk.

Lalu Ummi memelukku erat.

Ummi : " Sabar ya nak.... Sabar ya.... ". Kata Ummi.

Aku hanya diam saja saat itu karen bingung mau berkata apa lagi. Tapi aku tetap menahan air mataku.

Setelah itu terdengar adzan maghrib. Ummi melepaskan pelukannya dan menyuruhku untuk segera sholat maghrib maka aku pun melakukannya.

Beberapa hari sudah aku lewati tanpa adanya pergumulan dengan Ummi Rani. Ummi juga mengetahui kondisiku yang banyak pikiran jadi ummi lebih sering menghiburku dan aku pun juga sudah kembali ke rumahku dikampung.

Aku tetap menghubungi Ustadz Pawan untuk sekedar bertanya keadaan Kak Evi. Dan alhamdulillah Kak Evi sudah membaik dan dirawat di bangsal. Ustadz Pawan juga mengatakan kalau Kak Evi sudah sadar dan sudah mulai berinteraksi lagi walaupun keadaannya masih lemah tapi sudah mulai membaik dari waktu ke waktu.

Setelah 1 minggu dan itu hari jumat karena toko tutup maka aku dan Kak Nissa ingin sekali menjenguk Kak Evi dirumah sakit MP.

Kak Nissa : " Ihh... Adek... Ayok cepat kakak sudah siap nih ". Kata Kak Nissa.

Aku yang tinggal memakai jaketku pun segera menemui Kak Nissa yang sudah menunggu di ruang tamu.









Sudah dulu ya lanjut kalau kerjaan sudah kelar.... Masih banyak kerjaan soalnya...



Salam.....
lanjutkan masterrt keren ceritanya
 
Lanjut ya mumpung lagi sedikit senggang hehehehe.....




Setelah 1 minggu dan itu hari jumat karena toko tutup maka aku dan Kak Nissa ingin sekali menjenguk Kak Evi dirumah sakit MP.

Kak Nissa : " Ihh... Adek... Ayok cepat kakak sudah siap nih ". Kata Kak Nissa.

Aku yang tinggal memakai jaketku pun segera menemui Kak Nissa yang sudah menunggu di ruang tamu.

Aku melihat Kak Nissa memakai gamis khimar dan cadar bandana nya berwarna hitam. Duhh... Kak mau pakai apa saja kakak tetap anggun, pikirku.

Kak Nissa : " Ihhh... Malah bengong... Astaghfirullah... Adek.... Iihhhh.... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Ih... Apaan sih kak... Ayo.... Bunda berangkat dulu yaa.... ". Kataku pamit kepada ibuku yang juga duduk di ruang tamu.

Kak Nissa : " Bunda berangkat dulu ya... ". Kata Kak Nissa.

Bunda : " Iya nak... Azam jaga kakakmu jangan sampai kurang loh ya ". Kata ibuku.

" Ihh... Apaan sih bunda... ". Kataku dan Kak Nissa barengan.

Lalu aku dan Kak Nissa saling berpandangan.

Bunda : " Hihihi... ". Tawa ibuku.

" Assalamualaikum.... ". Salamku dan Kak Nissa barengan lagi.

Bunda : " Waalaikum salam.... ". Jawab ibuku.

Setelah itu aku dan Kak Nissa mulai perjalanan ke rumah sakit MP.

Saat diperjalanan kami tidak mengobrol hanya fokus pada pikiran kami masing-masing. Entah apa yang dipikirkan Kak Nissa aku juga tidak tau sedangkan aku fokus menyetir motorku.

Setelah perjalanan yang cukup jauh akhirnya kami sampai di rumah sakit MP. Kami langsung saja masuk dan mencari bangsal dimana kamar Kak Evi dirawat. Sebelumnya aku sudah menghubungi Ustadz Pawan untuk bertanya letak bangsal yang menjadi kamar Kak Evi dirawat.

Akhirnya kami menemukan bangsal tersebut dan Kak Nissa mengetuk pintu kamar itu.

Kak Nissa : " Assalamualaikum... ". Salam Kak Nissa sambil membuka pintu kamar bangsal.

Kulihat disana hanya ada Ustadzah Mina dan Kak Evi sedangkan Ustadz Pawan entah dimana.

Ustadzah Mina : " Waalaikum salam... Ehh Nissa, Azam... Sini masuk ". Kata Ustadzah Mina.

Kami langsung saja masuk dan kulihat Kak Evi sedang makan dan.... Deg.... Jantungku langsung berdetak kencang, tubuhku serasa panas dingin dan mengeluarkan keringat dingin.

Aku melihat kalau Kak Evi sedang berbaring dan kasurnya ditekuk jadi terlihat seperti orang sedang duduk bersandar. Kak Evi saat itu menggunakan pakaian rumah sakit seperti pakaian tidur dengan lengan panjang berwarna biru dan menggunakan khimar berwarna hitam dan yang membuatku memalingkan mukaku karena saat itu dia tidak menggunakan cadarnya karena dia masih menggunakan selang oksigen yang dipasangkan di hidungnya.

Saat itu aku benar-benar terpana dengan wajahnya yang sangat manis dan itu 11:12 dengan Kak Nissa. Saat sebelum aku memalingkan wajahku Kak Evi melihatku dan saat mata kami saling memandang disitu aku melihat kalau Kak Evi tersenyum kepadaku dan senyuman itu adalah senyuman paling indah yang pernah aku lihat kecuali Kak Nissa dan Ibuku.

Dengan wajah oval dan sedikit cubby di pipinya, kulit kuning langsat serta aku juga melihat seperti ada guratan urat-urat yang nampak membayang berwarna biru kehijauan serta sedikit kemerah-merahan nampak dipipinya, alis yang membentuk dan tidak tebal dan tidak tipis serta menyatu diantara kedua alisnya, hidung yang mancung, mata yang nampak jernih yang indah saat dipandang dan tajam bila melihat sesuatu, bibir mungil berwarna sedikit kemerah-merahan yang tidak tebal dan tidak juga tipis, janggutnya yang sedikit lancip seperti Kak Nissa dan ibuku, dan apa yang Kak Nissa katakan dulu benar kalau Kak Evi memiliki gingsul dikedua gigi taringnya.

Aku benar-benar terpana oleh wajah manisnya saat itu. Maka dari itu aku memalingkan mukaku karena aku saat itu juga sangat malu dengannya. Dan sialnya Kak Nissa mengetahui hal ini maka aku dapat melihat alis Kak Nissa naik turun seperti menggodaku dan guratan senyum mengejek dimatanya.

Kak Nissa : " Masya Allah Evi.... ". Kata Kak Nissa langsung memeluk Kak Evi setelah itu mencium kening Kak Evi dan Kak Evi pun juga langsung membalas pelukan Kak Nissa serta tersenyum saat setelah keningnya dicium oleh Kak Nissa.

Saat itu aku melihatnya sekilas dan memalingkan mukaku lagi ke arah kananku dan melihat Ustadzah Mina yang tersenyum dibalik cadarnya saat aku melihatnya. Entah beliau tau atau tidak aku tidak tau. Sepertinya Usradzah Mina mengetahui maksudku memalingkan mukaku. Aku juga melihat kalau tangan Ustadzah Mina berbicara menggunakan bahasa isyarat kalau beliau mengatakan " Tetapkan hatimu dan jangan pernah ragu, Insya Allah dia tulang rusukmu ". Aku yang saat itu mengerti maksud ustadzah Mina langsung menundukan wajahku serta berfikir. Kenapa Ustadzah Mina tau apa yang aku rasakan dan kenapa bisa tau sedetail ini? Apa mungkin Kak Nissa dan ibuku pernah membicarakan masalah ini?, pikirku.

Entahlah... Yang jelas saat itu aku benar-benar dibuat bingung dan sangat sungkan. Aku hanya bisa duduk diam selagi melihat Kak Nissa, Kak Evi serta Ustadzah Mina mengobrol dengan bahasa isyarat mereka dan tertawa saling menghibur diri.

Entah berapa lama mereka mengobrol saat itu Ustadz Pawan datang sambil membawa makanan yang cukup banyak karena beliau tau kalau aku dan Kak Nissa mau datang menjenguk.

Ustadz Pawan : " Assalamualaikum.... Wah sudah datang ya... ". Salam Ustadz Pawan.

" Waalaikum salam... ". Kami semua menjawab salam Ustadz Pawan yang baru datang.

Ustadzah Mina : " Subhanallah.... Bi... Itu kenapa banyak banget bawa makanan.... ". Tanya Ustadzah Mina kepada Ustadz Pawan.

Ustad Pawan : " Iya mi... Kan Azam sama Nissa datang kan menjenguk Evi, makanya Abi bawa banyak makanan apalagi Azam kan makannya banyak ". Jawab Ustadz Pawan.

Aku yang saat itu sedang duduk di kursi langsung menutup mukaku menggunakan kedua telapak tanganku karena malu. Rasanya seperti disambar petir..... Duarrrr...... Tapi memang benar sih kalau aku terkenal dengan makan banyak tapi tidak gemuk-gemuk bahkan sampai sekarang. Ahahahaha.....

Otomatis pada tertawa semua orang-orang yang ada disana. Sungguh malu aku saat itu.

Setelah itu kami mengobrol untuk sekedar saling menghibur Kak Evi. Akan tetapi aku tidak berani untuk menatap e arah wajah Kak Evi. Entahlah saat itu aku benar-benar dibuat sangat sungkan dengannya. Padahal Kak Evi juga sepertinya biasa saja. Kak Nissa juga sepertinya sangat senang bisa menjenguk sahabat lamanya begitu juga dengan Ustadz Pawan dan istrinya.

Setelah lama aku dan Kak Nissa disana dan hari juga sudah siang maka kami memutuskan untuk pulang. Setelah kami berpamitan kami segera keluar dari rumah sakit dan melakukan perjalanan kembali untuk pulang.

Saat dijalan Kak Evi bercerita tentang Kak Evi. Karena saat aku disana aku banyak mengobrol dengan Ustadz Pawan.

Kak Nissa : " Dek... Kakak senang melihat kondisi Evi sekarang... Sudah lebih baik tapi juga sedih melihat kondisinya yang sekarang... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Aku juga kak... Tapi aku sangat khawatir dengan kondisi mentalnya kak kalau Kak Evi mengetahui soal rahimnya ". Kataku.

Kak Nissa : " Iya sih dek... Kakak juga bisa melihat kondisinya dek... Dan sebenarnya dia sedang drop dek mentalnya karena dia sudah mengetahui soal itu ". Kata Kak Nissa.

Aku saat itu terkejut sampai aku sedikit oleng menyetir motorku.

Kak Nissa : " Astaghfirullah adek... Hati-hati dong dek... Masya Allah... ". Kata Kak Nissa panik.

Aku : " Ehh.. Astaghfirullah.... Maaf kak... Aku kaget kak.... Maaf.... Tapi beneran kak kalau Kak Evi sudah tau semuanya? ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Ihhh adek.... Hmm.... Iya dek... Tadi dia sempat menangis kan.... Tapi dia bilang ingin mengikhlaskannya dek... Walau bagaimanapun itu sudah tidak bisa dirubah lagi kan... Tadi kakak juga cerita tentang kamu juga dek kalau kamu senasib sama dia dan dia mengerti hal itu... Maaf ya dek kakak tadi cerita tentang kamu juga ". Jelas Kak Nissa.

Aku yang saat itu merasa sedikit jengkel tapi aku juga berfikir kalau itu juga bisa buat memotivasi Kak Evi untuk lebih semangat lagi dalam menjalani hidup.

Aku : " Hah... Yasudah kak tidak apa-apa... Yang penting dia sembuh ". Kataku.

Kak Nissa : " Hmmm... Dek... Kakak mau tanya... Apa kamu masih ragu dengan evi? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Hmm... Aku sebenarnya bukannya ragu kak tapi entah kenapa seperti belum siap saja kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Belum siap apanya dek... ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Kak... Bukankah aku sudah bilang aku tidak mau melangkahi kakak? Memang benar itu tidak ada sangkut pautnya tapi aku hanya ingin melakukan apa yang sudah ayah katakan kepadaku... ". Jawabku.

Kak Nissa hanya terdiam saat itu. Lalu entah kenapa aku merasa kasihan kepada Kak Nissa. Mungkin Kak Nissa menganggap beban tapi aku sama sekali tidak berfikiran seperti itu.

Kak Nissa : " Dek... Maafin kakak ya... ". Kata Kak Nissa.

Lalu Kak Nissa mengeratkan pelukannya. Tidak tau yang ada difikiran Kak Nissa yang jelas itu.... Itu..... Ahhhh nyamannyaa..... Empuk..... Kenyal.... Ohhhh..... Pikirku.

Aku tidak menyaut omongan Kak Nissa lagi karena perjalanan masih lumayan jauh maka aku fokus menyetir sambil merasakan dan menikmati gencetan empuk-empuk dipunggungku.


Setelah perjalanan yang lumayan jauh akhirnya kami sampai rumah. Aku langsung masuk kekamarku begitu juga dengan Kak Nissa. Segera aku mengganti pakaianku dengan sarung tanpa celana dalam dan kaos biasa.

Malam hari sekitar jam 20.20 WIB aku sedang menonton tv bersama dengan ibuku. Sedangkan Kak Nissa dikamarnya entah apa yang dikerjakannya aku tidak tau.

Bunda : " Azam... Itu kakakmu kok dari abis maghrib tidak keluar kamar kenapa... Coba kamu lihat... Bunda takut kalau kakakmu sakit... Soalnya tidak biasanya kakakmu begitu ". Kata ibuku.

Aku : " Ehh.... Hmm... Baiklah bunda ". Kataku.

Memang benar tidak biasanya Kak Nissa begitu soalnya biasanya kalau jam segini pasti ikut nonton tv bersama sambil ngemil. Akhir-akhir ini Kak Nissa memang suka ngemil makanya badannya sedikit berisi.

Lantas aku beranjak dan berjalan ke kamar Kak Nissa. Disaat sampai didepan pintu kamarnya aku coba untuk membuka pintu tersebut. Ternyata tidak dikunci. Langsung saja aku masuk dan kulihat Kak Nissa sedang tiduran sambil main hp nya. Saat itu Kak Nissa menggunakan gamis merah marun khimar abu-abu dan cadar bandana hitam.

Kak Nissa begitu melihatku masuk langsung menyapaku.

Kak Nissa : " Kenapa dek... ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Tidak kak... Tumben aja kakak tidak nonton tv... Kakak lagi ngapain sih kayaknya sibuk banget ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hehehe kakak lagi main game dek.... Eh.. Dek sini deh... Seru lho kakak main game ini ". Kata Kak Nissa.

Lantas aku berjalan ke kasur Kak Nissa dan duduk disamping Kak Nissa. Kulihat ternyata Kak Nissa sedang main game Mobile Legend dan rank nya sudah MG. Aku langsung menaikan alisku karena terkejut rank Kak Nissa sudah setinggi itu.

Aku : " Ihh... Kak kenapa kakak tidak bilang kalau main game itu mana rank nya udah MG pula... ". Kataku.

Kak Nissa : " Lah... Memang kenapa dek... Kamu juga main game ini? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Hehe iya kak tapi masih Legend hehehe... Jarang main soalnya kak ". Jawabku.

Kak Nissa : " Kakak juga kok dek... Lagi pengen main aja... Oiya dek... Bunda dimana dek ? ". Tanya Kak Nissa.

Aku : " Itu nonton tv kak.... Makanya tadi bunda nanyain kakak kok tumben jam segini tidak keluar kamar soalnya tidak biasanya kakak seperti ini kan.... Bunda khawatir kalau kakak sakit ". Jawabku.

Kak Nissa : " Hihihi... Alhamdulillah kakak baik-baik saja dek... ". Kata Kak Nissa.

Aku : " Yasudah kak aku mau nemenin bunda dulu kasihan kalau sendirian nonton tv nya ". Kataku sambil beranjak dari dudukku.

Kak Nissa : " Ehhh... Bentar dek ". Kata Kak Nissa.

Saat itu Kak Nissa ikut berdiri. Aku menoleh ke belakang karena Kak Nissa dibelakangku.

Aku : " Kenap.... ". Kataku terpotong oleh Kak Nissa.

Saat itu Kak Nissa langsung merangkul kepalaku dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menyibakkan cadarnya lalu.... Cup.... Kak Nissa langsung mencium bibirku dan memangutnya. Aku terkejut dengan kelakuan Kak Nissa karena posisinya aku tidak siap saat itu tapi aku mencoba untuk mengikuti naluriku dan membalas ciuman dan pangutan Kak Nissa.

" Ummm... Cuuppp... Ssspppp.. Hmmmm... Ahhmmm... Ummmm... Ehhmmm.... Hmmmm ". Suara ciuman kami.

Setelah beberapa detik aku melepaskan ciuman kami. Kulihat Kak Nissa melihatku dengan senyuman diwajahnya.

Aku : " Kak... Ada bunda lho... Lagian kenapa kakak tiba-tiba menciumku ". Kataku berbisik.

Kak Nissa : " Kakak kangen kamu dek ". Kata Kak Nissa yang langsung memelukku.

Akupun juga langsung membalas pelukan Kak Nissa. Sambil mengelus punggungnya.

Setelah beberapa lama aku melepaskan pelukanku dan tersenyum dan kembali menyusul ibuku yang sedang menonton tv. Tak lama Kak Nissa pun menyusul ikut menonton tv juga.

Aku yang duduk diam sambil menonton tv tiba-tiba ibuku menyenderkan kepalanya ke bahu kananku. Aku langsung menoleh kearah ibuku dan kulihat ibuku hanya fokus dengan acara tv nya maka aku biarkan saja saat itu. Karena posisiku ditengah maka sebelah kiriku ada Kak Nissa yang fokus menonton tv juga.

Tidak lama setelah itu Kak Nissa menoleh kearahku dan mengetahui kalau ibuku menyenderkan kepalanya dibahu kananku maka Kak Nissa tersenyum dan melakukan hal yang sama dengan ibuku menyenderkan kepalanya di bahu kiriku. Saat itu aku hanya memaklumi kelakuan mereka dan tidak berpikiran yang aneh-aneh.

Karena lama-lama aku juga merasa pegal maka aku memundurkan badanku ke tembok dan sekarang posisi tubuhku menyender ke tembok yang otomatis ibuku dan Kak Nissa menoleh kearahku lalu mereka duduk seperti biasa.

Aku mengira kalau mereka tau kalau aku merasa pegal. Setelah beberapa menit mereka duduk seperti biasa lalu ibuku tiduran dan bahaku yang dijadikan bantalnya dan begitu juga dengan Kak Nissa.

Aku yang posisinya saat itu heran dan bingung dengan kelakuan mereka llu bertanya.

Aku : " Bunda sama kakak ini kenapa sih... ". Tanyaku.

Kak Nissa : " Udah deh dek kamu diem aja kakak lagi pewe nih udah nonton tv aja jangan ribut ". Jawab Kak Nissa.

Bunda : " Hihihi iya lho Zam... Udah kamu diam saja ya... ". Jawab ibuku.

Aku : " Hah.... Terserah kalian saja lah ". Kataku.

Maka setelah itu kami diam dan hanya suara tv saja. Karena posisiku duduk bersila dan paha kanan kiriku dijadikan bantal aku merasakan kesemutan tapi aku tahan untuk mereka yang sedang pewe.

Lama dengan posisi itu tiba-tiba ibuku meraih tangan kananku dan setelah itu tangan kananku diletakan diatas dadanya dan ibuku juga menutupi telapak tangan kananku dengan cadarnya. Aku hanya diam saja saat itu karena aku tidak pikiran yang macam-macam.

Aku bisa merasakan kalau jantung ibuku berdetak kencang dan juga aku merasakan empuk dan kenyal saat itu. Lalu ibuku menaikkan telapak tanganku dan tepat saat jari telunjukku menyentuh bibir ibuku lalu ibuku mencium jari telunjukku lalu setelah itu aku merasakan merinding. Tiba-tiba ibuku memasukan jari telunjukku kedalam mulutnya dan mengemutnya. Dihisap hisap jari telunjukku dan yang membuat aku semakin merinding ternyata lidah ibuku menggelitiki jari telunjukku.

Ohh... Rasanya benar-benar campur aduk antara senang, geli, enak, nikmat, merinding tapi takut karena Kak Nissa juga sedang tiduran berbantalkan paha kiriku. Takut kalau Kak Nissa mengetahui kelakuan ibuku dan marah atas kelakuan ibuku.

Saat itu aku hanya menikmati apa yang ibuku lakukan saja tanpa bergerak dan sialnya kemaluanku semakin lama semakin terbangun juga dan yang membuatku benar-benar salah tingkah kemaluanku menyundul kepala Kak Nissa karena Kak Nissa posisi kepalanya sedikit keatas.

Hal yang aku takutkan pun terjadi. Kak Nissa saat itu sadar kalau kemaluanku yang sedang bangun menyundul kepalanya. Lalu Kak Nissa menoleh kearahku dan posisi badannya telentang dan sialnya lagi kemaluanku menyundul matanya. Aku saat itu sangat takut kalau Kak Nissa marah atau apalah tapi aku melihat Kak Nissa hanya diam saja. Entah apa yang dipikirkannya aku tidak tau.

Lalu Kak Nissa mengangkat kedua tangannya dan berbicara menggunakan bahasa isyarat.

Kak Nissa : " Ihh... Adek... Ini nya dek... Nyodok-nyodok kakak ". Kata Kak Nissa menggunakan bahasa isyarat.

Aku yang saat itu membalas bahasa isyarat Kak Nissa tapi tangan kananku sedang dimainin oleh ibuku jadi aku hanya menggunakan tangan kiriku saja.

Aku : " Ma... Maaf... Ka... Kak... ". Kataku menggunakan bahasa isyarat.

Lalu aku melihat kalau Kak Nissa tersenyum dibalik cadarnya. Lalu mengatakan dalam bahasa isyarat.

Kak Nissa : " Tidak apa-apa dek... Kakak tidak marah kok... Hihihi ". Kata Kak Nissa.

Syukurlah kalau Kak Nissa tidak marah. Setelah Kak Nissa mengatakan itu Kak Nissa kembali menghadap ke arah tv dan menonton tv dan menarik tangan kiriku dan memasukannya kedalam cadarnya serta jari telunjukku dicium cium. Setelah cukup lama Kak Nissa menciumi jari telunjuk tangan kiriku lalu Kak Nissa memasukan jari telunjukku kedalam mulutnya. Mengemut, menghisap, menjilati.

Ampun sudah.... Ini kenapa bunda dan kakak jadi begini sih.... Pikirku.

Aku saat itu hanya menikmati acara pengemutan jari telunjuk saja dan tidak konsen di acara tv dan anehnya kulihat mereka tetap fokus pada layar tv.

Kemaluanku pun juga tidak mau tidur dan malah benar-benar terbangun.

Ahhh.... Seandainya aku melakukannya dengan mereka seperti apa yang sudah aku lakukan kepada Ummi Rani... Ahhh.... Tidak-tidak.... Mereka ibu dan kakak kandungku... Tidak boleh.... Tapi acara pengemutan jari ini benar-benar sangat nikmat.... Emutan mereka sangat halus.... Penuh penghayatan.... Penuh perasaan sampai-sampai sangat terasa dikemaluanku.... Ahh... Tidaaaaaaaakkkk..... Aku harus kontrol.... Kontrol.... Jangan lebih jangan lebih.... Kontrol..... Saat itu aku benar-benar dibuat dilema.

Akhirnya aku hanya menikmati saja kelakuan mereka. Bukannya aku tidak bisa untuk agresif atau memulai suatu pergulatan dengan mereka, hanya saja aku sebisa mungkin untuk kontrol. Walau bagaimanapun juga mereka ibu dan kakak kandungku.

Cukup lama aku dibuat panas dingin oleh ibuku dan Kak Nissa. Setelah acara tv mereka selesai mereka menyudahi acara emut-emut jari jari telunjukku dan mereka duduk.

Kak Nissa : " Bunda... Adek... Nissa ngantuk.... Nissa tidur dulu yaa.... ". Kata Kak Nissa sambil beranjak dari duduknya lalu berjalan ke arah kamarnya.

Setelah itu terdengar suara pintu ditutup dan dikunci. Hanya tinggal aku dan ibuku saja yang masih druang tv. Saat itu ibuku berpindah duduknya disamping kananku serta ikut menyenderkan badannya ke tembok.

Aku : " Bunda kenapa... ". Tanyaku.

Bunda : " Tidak apa-apa sayang.... ". Jawab ibuku.

Saat itu ibuku melirik ke kemaluanku dan melihat tenda pada sarungku.

Bunda : " Sayang.... Kenapa ininya bangun? ". Tanya ibuku.

Aku : " Ihhhh... Bunda kan yang buat bangun kan bunda ". Jawabku.

Bunda : " Ehhh... Kok bunda.... ". Tanya ibuku.

Aku : " Iya bunda.... Tadi kenapa juga bunda emutin jariku.... Kan jadi bangun bunda.... Abisnya rasanya enak sampe ke sini ". Jawabku sambil menunjuk ke tenda pada sarungku.

Bunda : " Hihihi.... Masa cuma digituin sampai bangun sih sayang... Hihihi bunda cuma iseng aja syg.... ". Kata ibuku.

Aku : " Hah... Iseng kok begitu sih bunda... ". Kataku.

Saat itu ibuku tidak menjawab lagi dan malah beranjak dan berjalan ke kamarnya. Aku yang sendirian diruang tv juga bosan. Acara tv juga jelek-jelek saat itu. Akhirnya aku mematikan tv dan berjalan untuk mematikan semua lampu dirumahku kecuali lampu teras.

Setelah selesai aku masuk ke kamarku dan meletakkan tubuhku dikasurku. Saat itu hanya tiduran saja karena aku belum merasa mengantuk. Tiba-tiba terdengar suara tanda chat dihapeku. Maka aku mengambilnya dan membuka pesan chat itu.

? : " Assamualaikum... ". Salamnya.

Aku yang saat itu malas sekali untuk membalas chat dari orang yang tidak aku kenal dan nomor asing maka aku diamkan saja. Aku hanya membalas salamnya lewat lisanku.

Tanpa terasa aku tertidur. Aku terbangun karena kasurku terasa sempit seperti ada yang sedang tidur disampingku. Perlahan aku membuka mataku dan melihat siapa yang tidur disampingku. Ternyata yang tidur disampingku adalah ibuku.

Aku terkejut melihat ibuku tidur dikamarku bahkan memelukku. Saking kagetnya sampai aku bersuara yang membangunkan ibuku.






Lanjut kalau senggang lagi ya....


Salam.....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd