Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Istana Pasir Milik Sang Ayah

Bimabet
wih bisa puitis juga suhu kita :beer: keren banget suhu - lanjut lagi y
 
wih bisa puitis juga suhu kita :beer: keren banget suhu - lanjut lagi y

Selamat siang agan 'bun4r',

hidup ini ruwet
pikiran tambah mumet
jangan nulis yang jelimet
mendingan cari selamet

he-he-he...!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Om McD, jangan cari selamet, udah banyak yang nyari belum ketemu juga...
Udah tanya mbah soleman juga lho...
 
Keren bnget...serasa trbwa suasana...lanjut kan suhu

Terimakasih agan 'arif archi', intermezzo... dikit gan, biar hati yang gundah... tidak semakin gundah lagi, he-he-he... btw McD sebentar lagi mau nge-post lagi... tidak terlalu panjang sih, ya... semampunya McD. Tungguin ya... nggak lama kok...
 
Om McD, jangan cari selamet, udah banyak yang nyari belum ketemu juga...
Udah tanya mbah soleman juga lho...

Selamat malam agan 'Cazzo', oh gitu toh gan... alamat palsu dong! McD cari si Memet aje deh, he-he-he....! Sebentar lagi McD mau nge-post update-annya mohon agan jangan kecewa ya... agak pendek... maklum deh semampu McD saja gitu...
 
Terimakasih agan 'arif archi', intermezzo... dikit gan, biar hati yang gundah... tidak semakin gundah lagi, he-he-he... btw McD sebentar lagi mau nge-post lagi... tidak terlalu panjang sih, ya... semampunya McD. Tungguin ya... nggak lama kok...

ditunggu biarpun sapei pagi.makasih mcd
 
Bagian 12 - Kesepakatan Bersama

<Tenggg...!> dentang lonceng jam antik berbunyi satu kali, suaranya bergaung didalam ruang tamu yang besar ini dengan ketinggian langit-langitnya lebih dari 4 m, maklum saja namanya juga rumah besar yang kuno...

Ivonne terjaga oleh gema suara dentangan satu kali dari jam antik yang berdiri tegak dan sangat gagah... bak seorang punggawa yang berjaga... diatas lantai keramik putih susu tanpa motif di ruangan tamu.

'Bener-bener serasi... rumah kuno dan jam antik...!', kata Ivonne sembari mau bangkit dan duduk dari baringnya diatas tempat tidur besar itu. Baguslah dia tidak mengetahui seluk-beluk jam antik itu... antik-nya... 'fake', modern-nya... 'hi-tech'!

Ivonne memandang ke sekeliling dalam ruang tidur utama yang besar itu... 'Kemana si opa...?', tanyanya dalam hati. Ivonne sudah duduk dipinggir tempat tidur, disampingnya ada baju atas dan stretch jeans-nya yang terlipat rapi dan... sehelai handuk bersih yang juga terlipat rapi. Diambilnya pakaiannya beserta handuk baru itu, segera menuju kamar mandi yang ada dipojokan seberang... dalam kamar tidur utama ini, untuk membersihkan diri.

5 menit kemudian, gadis yang bertubuh sintal lumayan tinggi dan semampai ini, bergegas melangkah keluar kamar dan celingukan memandang keselilingnya. 'Kok sepi sih... pada kemana semuanya...?!'. Untuk berteriak memanggil... bukanlah kebiasaan gadis muda yang santun ini.

Didengarnya ada suara-suara orang sibuk bekerja di dapur... dibelakang sana. Dengan langkah mantap dan memberanikan diri, Ivonne menuju ke dapur, disana dilihatnya ada seorang mbak STW yang sibuk mencuci peralatan dapur yang dipakai untuk memasak sebelumnya. Khawatir mengagetkan mbak ini, Ivonne berdehem kecil memberitahu kehadirannya di ruang dapur. Si mbak yang tak lain dan tak bukan adalah mbak Surti yang hampir tuntas mengerjakan tugasnya. Makan siang sudah tertata rapi diatas meja makan besar yang berada di ruang makan... tinggal sedikit lagi perabotan dapur yang harus dibersihkannya.

Mbak Surti mendengar dengan jelas deheman itu, segera menoleh kebelakang kearah datangnya suara deheman tapi... tak urung masih juga tersentak kaget. "Aduuh... biung...!".

Buru-buru Ivonne menenangkan mbak STW ini, "Ehh... maaf mbak! Kan aku sudah berdehem lho... jangan kaget dong... aku jadi ikut-ikutan kaget juga nih jadinya...", kata Ivonne dengan lembut.

"Maaf... apa... ya? Eh... iya... maaf non! Mbak bukannya kaget non... cuma kagum saja gitu... hi-hi-hi... kalau boleh mbak tahu... wajah cantik si enon boleh dapet beli dimana sih...? Hi-hi-hi... non pasti pacarnya den Diro kan... hi-hi-hi...!", kata mbak Surti sedikit nyerocos... terkesima sekali dengan kecantikan orientalis Ivonne, yang... memang sih cantik!

"Kok mbak tahu sih, kalau aku sama mas Diro... pacaran...?", kata Ivonne ramah sambil mengulurkan tangannya yang mulus mengajak mbak Surti berjabatan tangan... bersalaman kenal.

Buru-buru mbak Surti mengeringkan tangannya dengan serbet bersih yang selalu disandangkan di bahunya kalau dia sedang bekerja di dapur.

"Ivonne... mbak...", kata Ivonne ramah.

"Kalau mbak sih... panggil aja mbak Surti, gitu...", kata mbak Surti yang masih saja memandang dengan kagum wajah cantik Ivonne.

"Tahu dari mana mbak... tentang Ivonne dan mas Diro...", tanya Ivonne yang langsung disela saja oleh mbak Surti dengan berkata.

"Aah.. itu sih... nggak usah heran non, ibu-nya... maksudnya mbak... bu Daniati yang baik hati itu suka iseng-iseng menemani mbak kerja di dapur ini... biasa deh... kayak non Ivonne nggak cewek aja lagi... hi-hi-hi... maaf ya non... mbak sukanya guyon... biar nggak cepet tua gitu... hi-hi-hi...", kata mbak Surti sambil tertawa geli sendiri.

"Hi-hi-hi... gitu toh... mbak...", jawab ramah Ivonne diawali dengan tawanya yang merdu. "Pada kemana nih semuanya... mbak tahu nggak...?", tanya Ivonne ingin segera tahu.

"Lha non sendiri... dari mana...? Yang mbak tahu sih... pak Darso udah dari tadi pagi ke kantor perkebunan... biasa non... rutin gitu! Kalau yang lainnya sih... mana mbak tahu? Mungkin masih didalam kamarnya masing- masing... kan non dengar barusan... bunyi 'teng' satu kali, itu tanda... mulai makan siang... non! Sebentar lagi juga pada ke ruang makan. Ayo non... mangga... duduk di kursi... kayaknya non sudah cukup tinggi deh badannya... kelamaan berdiri... entar malah tambah tinggi lagi... hi-hi-hi...", kata mbak Surti buru-buru menarik kursi dekat meja dapur yang kecil didepannya... untuk diduduki Ivonne.

"Terimakasih mbak...", kata Ivonne pendek saja sambil duduk di kursi yang ditawarkan itu.

Yang tidak diduga Ivonne saat ini adalah... Diro dan Daniati... lagi 'nanggung...' didalam kamar tidur sang ibunda... lagi asyik bercengkerama... uugghhh... sangat seru sekali...!

***

Sebenarnya pada ML tadi pagi antara Diro bersama ibu kandungnya... memang sih... lumayan hampir sama waktunya dengan ML pak Darso dengan Ivonne, yaitu kurang lebih 30 menitan, tapi dilanjutkan dengan 'acara' tidur segala... sama halnya dengan Ivonne seorang tanpa pak Darso tentunya, sebab... seperti kata mbak Surti tadi di dapur... pak Darso langsung ke kantor perkebunan.

Diro tertidur kelelahan karena telah mengenderai mobilnya selama 2 jam 30 menit dengan konsentrasi tinggi dan kalau Daniati memang kurang tidur gara-gara kegiatan seks-nya dengan ayah kandungnya tadi malam, yang... menghadiahkannya beberapa kali orgasme. Mereka berdua tertidur nyenyak non-stop sampai mendusin bangun sekitar jam 12.55. Dan segera melanjutkan lagi 'ronde cinta' yang sempat rehat cukup lama... hampir 4 jam lamanya!

Diro yang pertama kali mendusin bangun, dan tanpa permisi lagi langsung menindih tubuh indah ibu kandungnya yang sama-sama bertelanjang bulat. Mencium lembut bibir sexy ibunya, lalu bergeser kebawah melalui leher jenjang sang ibunda yang cantik jelita dan... ngetem pada puncak bukit indah pada buahdada yang montok 36B yang kanan, sama besar ukurannya dengan yang dimiliki oleh kekasih hati, Ivonne... bahkan bentuk putingnya juga sama, cuma yamg membedakannya adalah warna yang khas dari dua pasang puting indah milik mereka masing-masing. Kalau puting milik Daniati, ibu kandung Diro adalah berwarna maroon muda dengan warna areola-nya berwarna sama tapi lebih terang sedikit. Dan puting milik Ivonne, kekasih hatinya adalah berwarna pink muda dan warna areola-nya lebih terang sedikit dari warna putingnya sendiri.

Daniati mencoba menggeliat, tapi... terasa berat. Segera membukakan mata indahnya memandang wajah ganteng maskulin yang sedang menindihnya dan tengah asyik bermain-main dengan buahdada beserta putingnya.

"Bener-bener deh...! Doyanan amat sih... begitu bangun langsung nyambung! Belum lama saat setengah sadar ingin bangun, mama kayaknya... mendengar bunyi dentang jam antik satu kali... bener nggak Dir...?", tanya Daniati yang kesadarannya mulai kembali normal seutuhnya.

Mana sempat dijawab Diro, yang... lagi sibuk-sibuknya, malah dengan bantuan tangan kirinya menempatkan palkon-nya ditambah tekanan kebawah pinggul kekarnya... membuat penis tegang langsung masuk dan palkon-nya itu terhenti dimuka pintu masuk mulut gua nikmatnya dalam vagina Daniati yang mulai tergugah birahi-nya itu.

Daniati yang merasa keki karena pertanyaannya tidak digubris sama sekali oleh Diro... langsung mendorong pinggulnya keatas dengan keras, dan... <bleeesss...!> masuk sudah palkon Diro berikut dengan seluruh batang penis yang keras... langsung saja sekujur penis Diro itu... 'dipiting' erat oleh otot-otot kuat dalam lorong nikmat yang cengkeramannya sungguh hebat... ditambah dengan goyangan memutar dari pinggul Daniati yang menggeliat-geliat... mengundang reaksi keras dari Diro, putera tunggal semata wayangnya...

"Eh-eh... ma! Jangan dicengkeram kuat-kuat dong... penis Diro nggak bisa bergerak nih...", protes Diro tapi masih bisa merasakan nikmatnya 'aksi' ibunya ini. 'Kalau begini caranya, aku bisa langsung... muncrat nih tanpa diberi kesempatan ngenjotin mama...!'.

Daniati masih saja melakukan aksinya tanpa perduli protes dari Diro. 'Sapa suruh... nggak ngejawab pertanyaanku yang sederhana itu... biar tahu rasa...', tekad Daniati dalam hatinya.

Diro berusaha melakukan perlawanan dari cengkeraman erat otot-otot kuat dalam lorong-lorong nikmat itu dengan mulai akan menarik pinggulnya keatas, tapi... telat! Daniati yang lebih berpengalaman sudah tahu niat gerak Diro ini... sudah mengunci mati dengan tautan kedua telapak kakinya pada pinggul kekar Diro beberapa detik lebih awal!

Diro yang tahu gelagat yang sangat gawat, langsung berkata agak keras. "Ma...! Mama-ku sayang... Diro nggak bisa menggenjot nih... Mama! Entar penis Diro... muncrat beneran nih...!".

Daniati menjawab dengan santai saja, "Kalau mau muncat... ya muncrat saja sana...! Muncratin yang banyak... biar cepat selesai... mana perut mama sudah laper lagi... nggak malu apa kamu... kita sekarang sedang ditunggu sama opa-mu dan Ivonne di meja makan... tahu!". Sambil semakin mempercepat goyangan memutar pantatnya dan mengetatkan cengkeraman otot-otot dalam vagina-nya dengan lebih hebat lagi. Aksinya ini sungguh membutuhkan energi sangat banyak dan akan sangat melelahkannya kalau berlangsung terlalu lama. Tapi Daniati sangat yakin... ulah aksinya ini tidak perlu menunggu beberapa menit kedepan... paling dalam hitungan detik juga akan menghasilkan sesuatu yang diharapkannya...

"Aaahh mama... nikmatnya tapi... sadis amat...! Aahhh...", Diro tidak sanggup meneruskan perkataannya...

<Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!> <Crottt...!>

Semprotan sperma kuat yang keluar dari 'mata tunggal' palkon Diro muncrat kencang silih-berganti... memenuhi lorong-lorong vagina Daniati dengan sperma kental yang sangat potensial itu... beruntung Daniati sudah lama mamakai IUD dan melakukan kontrol secara teratur... kalau tidak...??!

Daniati segera melepaskan kuncian kuat kaki-kakinya pada pinggul Diro, serta melemaskan kembali semua otot-otot didalam vagina dan diam terlentang sejenak... diam tanpa kata... sebentar saja, paling sekitar 15 detikan saja. Mendorong tubuh Diro yang kekar tapi lemas bergulir kesamping kiri tubuh telanjang Daniati, dan terlepas sudah tautan penis Diro dari vagina-nya itu.

Buru-buru Daniati turun dari tempat tidurnya dan bergegas masuk kedalam kamar mandi sambil menadahkan dengan kedua telapak tangan dibawah vagina-nya... khawatir sperma yang tadi disemprotkan sangat banyak oleh Diro tadi... meleleh jatuh tercecer keatas lantai keramik.

***

10 menit kemudian, kedua ibu-anak ini sambil bergandengan pinggang sangat mesra tampaknya, berjalan melangkahkan kaki-kaki mereka... pelan saja... menuju meja makan yang besar, dan disana telah menunggu... pak Darso yang duduk diujung meja ditemani Ivonne yang duduk disebelah kirinya.

Begitu ibu-anak itu semakin mendekat... langsung disambut dengan seruan Ivonne. "Wowww...! Mesra sekali mama dengan mas Diro...!", lalu menoleh minta dukungan suara dari pak Darso, opanya Diro. "Iya kan opa...? Hi-hi-hi".

Pak Darso yang mendengar pertanyaan Ivonne ini, hanya menjawab pelan saja... tapi cuma Ivonne seorang yang dapat mendengarkannya secara jelas. "Iya juga sih... tapi rasanya masih lebih mesra kita berdua deh...", kata pak Darso meyakinkan hati Ivonne dan langsung disambung dengan tertawa kerasnya yang terbahak-bahak, "Ha-ha-ha...!". "Hi-hi-hi...!", Ivonne ikut-ikutan tertawa mengiringi suara tawa opa-nya Diro ini.

Suatu paduan tawa yang merdu dan indah... bagi semua telinga yang mendengarkannya...

(bersambung...)
 
Terakhir diubah:
mantap suhu, udah apdet lagi kaya striping aja lagi mood ya suhu?

Selamat dini hari agan 'kopral jonno', kalau soal mood... nggak juga gan... cuma nggak enak hati aja, habis banyak yang menanti update-an... asal jangan kecewa saja... soalnya update-annya jadi tidak terlalu panjang gitu...
 
Selamat dini hari agan 'kopral jonno', kalau soal mood... nggak juga gan... cuma nggak enak hati aja, habis banyak yang menanti update-an... asal jangan kecewa saja... soalnya update-annya jadi tidak terlalu panjang gitu...

justru ane seneng suhu, apdetan cepet tapi kualitas cerita tidak alakadarnya
pokonamah, mantap suhu.........
 
Bener kata agan kopral jono...biar update nya cepet tapi kualitas tetep no.1...ky suhu jay.s yg pensiun...hikss.hiks...setiap update selalu berkualitas...ane bukan menyamakan agan mcd sm suhu jay.s....tapi kl menurut ane sich hmpir sama ky suhu jay.s setiap update wlw cm sedikit tp ttp berkualitas...lanjut trs agan mcd....
 
anak baru nongol numpank :baca:
baru x ini ada pembuat bisa dialog ma si peran....
klw sinetron wajar lah ini.....:jempol:
 
Bener kata agan kopral jono...biar update nya cepet tapi kualitas tetep no.1...ky suhu jay.s yg pensiun...hikss.hiks...setiap update selalu berkualitas...ane bukan menyamakan agan mcd sm suhu jay.s....tapi kl menurut ane sich hmpir sama ky suhu jay.s setiap update wlw cm sedikit tp ttp berkualitas...lanjut trs agan mcd....

Terimakasih agan 'Vegilover', yang agan sebutkan itu adalah penulis senior btw mendingan McD update lagi aja deh. Mohon ditunggu sebentar lagi kok...
 
anak baru nongol numpank :baca:
baru x ini ada pembuat bisa dialog ma si peran....
klw sinetron wajar lah ini.....:jempol:

Salam kenal agan 'afeira69'... tapi asyik kan gan... biar nggak terlalu serius banget... gitu lho! Kan ini bacaan ringan... ya nggak...?

(Diro says: nggak...!)

btw tungguin update-annya sebentar lagi... mohon jangan kecewa setelah membacanya...
 
Bimabet
Sambungan dari: ... bagi semua telinga yang mendengarkannya...


Mereka menikmati makan-siang ini dengan diam tanpa suara, tumben pada makan-siang kali ini... justru pak Darso lebih dahulu selesai... maklum saja, dia siang ini hanya makan sedikit saja. Pak Darso berpamitan pada semua yang lagi asyik menyantap hidangan makan siang masing-masing. Dan menoleh pada Ivonne yang duduk disebelah kirinya sambil berkata, "Maafkan opa ya Ivonne... kalau sudah selesai 'tuntas' semuanya... opa tunggu diruang kerja opa...". Kemudian pak Darso melangkah ke ruang kerjanya tanpa menengok lagi.

Sementara menunggu mereka bertiga tengah asyik menikmati makan-siang mereka...

***

'Kilas balik'

Seputar almarhumah isteri tercinta dari pak Darso, yang bernama Novi... almarhumah ibu kandung-nya Daniati... almarhumah oma-nya Diro, yang tidak pernah dikenalnya apalagi melihat wajah oma-nya itu.

Darso saat berumur 19 tahun menikah dengan Novi yang berumur 17 tahun saat itu, setahun mendatang lahirlah Daniati, calon wanita yang cantik-jelita... kelak kemudian hari.

Novi... yang berwajah ayu-kemayu, almarhumah isteri Darso, meninggsl pada usia 28 tahun pada saat Daniati, berumur 10 tahun, yang adalah puteri tunggal pasangan Darso & Novi. Beliau meninggal karena 'didera' kanker payudara yang super ganas yang tak terdeteksi... karena lalai secara rutin memeriksakan kondisi kesehatannya... mungkin karena malu untuk melakukannya... maklum saja keilmuan kedokteran di bidang ini... lebih banyak diminati oleh kaum pria yang calon dokter pada 'tempo doeloe' (nggak tahu ya... pada masa sekarang...?).

***

Ketika bertiga (Daniati, Diro dan Ivonne) baru saja selesai menuntaskan makan siang yang nikmat ini... hasil olahan juru masak... mbak Surti yang berpengalaman itu. Tiba-tiba Daniati dan Diro dikejutkan oleh Ivonne yang berkata agak keras.

"Maaf mama... maaf mas Diro... Ivonne ingin mengungkapkan usulan dari opa... tapi sebelumnya harap mama melihat kedua benda ini... yang juga merupakan permintaan opa agar mama dan mas Diro mau meluangkan waktu barang sejenak... untuk memperhatikan dengan seksama... pada potret yang agak usang... karena selalu dibawa didalam dompet opa... kemanapun opa bepergian... selama berpuluh tahun dan melihat dengan seksama pada gambar yang tersimpan pada BB-nya opa ini...". Lalu Ivonne dengan hormat memberikan potret lama berukuran 5 cm X 7 cm... dan BB-nya pak Darso pada Daniati untuk disimak...

Daniati dengan penuh minat menerima kedua benda itu. Pertama yang diperhatikan Daniati adalah sehelai potret lama itu... "Ini sih... potretnya mama-nya mama... potret oma-nya Diro yang tidak pernah dikenalnya sama sekali...!". Kemudian perhatian Daniati beralih pada gambar 'full-color' yang ada pada BB-nya ayah kandungnya (pak Darso) ini. "Wah... hebat! Ini juga potret mama-nya mama, persis sama gambarnya dengan potret usang ini... malahan potret dalam BB ini lebih nyata sekali...! Apa beliau telah menemukan teknologi... yang bisa meng-konversi-kan gambar lama dari potret usang menjadi gambar 'fully colorful' yang sangat indah ini!". Ada sebuah senyuman yang indah... milik dari seseorang... nun... entah dimana... yang penuh rona keibuan yang terpancar dari bibir sexy Ivonne... senyum penuh misteri... sangat keibuan sekali dan pasti akan mengharu-birukan perasaan Daniati bila melihatnya... sayangnya mata Daniati masih terfokus pada gambar pada BB itu dengan sangat kagum.

Suara Ivonne... memecah fokus Daniati pada gambar indah itu. "Maafkan Ivonne... mama... gambar itu adalah hasil 'shooting'... gambar dari diri Ivonne sendiri yang dipotret opa...", Ivonne dengan lembut menjelaskan pada calon mertua-nya ini.

"Apa! Yang bener... kamu tidak lagi bercanda dengan mama kan...?!", kata Daniati sangat terperanjat sekali... gambar itu sangat mirip sekali. Itu adalah hasil pemotretan atas diri Ivonne yang diambil dari tampak sisi kanan Ivonne yang memandang lurus kedepan...

Pantas saja... pada saat Ivonne melangkahkan kakinya untuk pertama kalinya... masuk kedalam ruang tamu rumah besar kuno ini... pas bersamaan ketika pak Darso yang membawa thermos panas berisi minuman coklat... pak Darso sangat terkejut sekali saat menatap keseluruhan diri Ivonne dari sisi kanan Ivonne... yang sedang memandang lurus kedepan...

Daniati segera berdiri dari duduknya, dan meminta Ivonne berdiri tegak dan memandang lurus kedepan... sehingga Daniati bisa dengan leluasa memperhatikan keseluruhan diri Ivonne dari tampak sisi kanan. Memang benar mirip... malah sangat mirip sekali! Pada saat dipandang pada posisi ini... nuansa orientalis wajah Ivonne seperti sirna saja... berganti nuansa wajah cantik yang... ayu-kemayu...! Sangat mirip... 'bagai pinang dibelah dua' dengan wajah ibu kandung Daniati yang telah lama... tiada...

"Tunggu-tunggu... diam pada posisi itu ya sayang...! Mama mau ambil BB mama yang ditaruh diatas meja tamu...", segera Daniati bergegas, melangkahkan kaki-kakinya dengan cepat... tak lama kemudian Daniati kembali dengan BB ditangannya... siap beraksi untuk memotret diri Ivonne pada posisi itu... dan... melihat hasilnya... "Hebat... sungguh sangat sulit dipercaya... sangat mirip sekali! Nih lihat Diro... kalau kamu tidak percaya...!", kata Daniati sangat kagum dan berusaha meyakinkan anak kandung semata wayangnya yang tidak mengenal dan belum pernah melihat wajah cantik almarhumah oma-nya itu. "Sekarang saatnya... kamu bisa melihat wajah oma-mu yang cantik itu", kata Daniati sambil menyerahkan BB-nya untuk disimak oleh Diro dengan seksama...

Diro dengan sangat antusias sekali... menerima dengan hati-hati BB ibunya dan memperhatikan gambar itu dengan seksama. 'Gambar potretnya sih... bagus, tapi mirip dengan siapa...? Harus ada gambar pembandingnya dong...!'. Diro lalu mengambil potret usang itu melihatnya dengan seksama gambar pada potret itu... segera mengalihkan pandangan matanya pada gambar pada BB ibunya. Terus begitu... menoleh pada potret, lalu menoleh pada BB... balik lagi menoleh pada potret... semakin sering dilihat semakin mirip...! 'Kok jadi telmi sih... seharusnya begini cara lihatnya... dari tadi... kenapa', menyindir kebodohan dirinya sendiri. Ditaruhnya potret usang itu didepannya, lalu ditaruh BB ibunya disebelah kiri dari dari potret usang tadi. 'He-he-he... kan jadi tidak bolak-balik menolehkan kepalaku ke kiri dan ke kanan... bodohnya kamu... Diro... he-he-he....!', Diro mencemoohkan dirinya didalam hati, sambil menertawakan juga... dirinya sendiri.

(NB: telmi = telat mikir)

"Iya bener ma! Mirip sekali... bukan main... oh... ini yang dimaksud opa, agar kita melihatnya dengan seksama...! Apa? Dengan seksama...?!", segera mengambil dan memegang dengan hati-hati helai potret usang itu... tatkala Diro membalikkan potret usang itu pada sisi belakangnya tertulis masih sangat jelas untuk membacanya... dibuat dengan tulisan-tangan oleh Darso muda... 39 tahun yang lalu...

NOVI... MY BELOVED WIFE

Diro terus membaca berulang-ulang tulisan opa-nya tatkala masih muda... mungkin seusia dengan dirinya sekarang... terakhir Diro fokus pada nama oma-nya saja:

"Novi... Novi... Novi... N... O... V... I...!", tanpa sengaja, seakan... ada yang menyuruhnya dengan sangat lembut... jauh didalam lubuk hati... untuk mengeja nama itu dari belakang...
"OMG! Ivon...! Oh...!", ternyata pernyataan dengan 'seksama itu' adalah yang dimaksudkan dengan kata 'Ivon' yang kalau dilafalkan sama bunyinya dengan melafalkan kata 'Ivonne' yaitu [I-v-o-n]... pantesan saja... saat ingin membeli voucher, nomor baru BB-nya dengan langkah mantap dan pasti menuju ke toko milik Ivonne, seakan... ada suara yang menuntunnya... jauh dari dalam lubuk hatinya...

"Sekarang aku mengerti opa! IVON adalah titisan NOVI...! OMG!", kata Diro terhenyak duduknya langsung menyandarkan punggungnya kebelakang.

Ivonne yang sedari tadi mengikuti gerak-gerik kekasih hatinya itu... agak kaget ketika 'nama'-nya disebut berulang-ulang, dan mendekati Diro dan mendekap mesra tubuh kekasihnya. "Ada apa mas... kok nama Ivonne disebut-sebut berulang-ulang kali... sih...?", tanya Ivonne dengan sangat lembut dan penuh kemesraan.

Diro hanya menjawabnya dengan memeluk dan mendekap balik tubuh sintal semampai kekasihnya dan berbisik pada Ivonne dengan penuh kepastian. "Aku menyetujui semua usulan opa... memang kalau kita pulang... besok-besok kan kalau kita mau dan mampu... bisa ML terus-terusan... tanpa batas...!".

Ternganga mulut sexy Ivonne, mendengarkan jawaban atas usulan dari opa-nya sendiri... tapi dia kan belum memberitahukan isi usulan itu...

"Kok mas Diro sudah tahu sih... usulan opa itu? Apa ada yang sudah memberitahukannya lebih dulu...?", tanya Ivonne pelan dan berhati-hati.

"Ya benar dugaanmu ini... sayang... aku sudah diberitahukan, dengan... melihat potret lama ini... sana sayang... opa menunggumu diruang kerjanya... berbaik hatilah dengan opa kita ini... sayang...!".

Ivonne lalu mendekati Daniati dan mengecup mesra pipi kanan calon mertua-nya ini dan berkata, "Ivonne ingin ke ruang kerja opa ya mama...".

Daniati menjawab mesra penuh kasih-sayang seorang ibu, "Silahkan sayang... opa telah menunggumu agak lama... jangan lupa membawa potret dan BB opa-mu ini...!".

Memang Daniati ingin berduaan saja dengan Diro... membahas kejadian yang dianggapnya sudah masuk kategori 'super-natural' ini.

***

Ivonne mengetuk pintu kamar ruang-kerja pak Darso, yang langsung dijawab seketika, "Masuk saja... sayang! Tidak dikunci...!".

Ivonne segera menekan handel pintu kebawah dan mendorong pelan daun pintu kamar ruang-kerja itu... dengan tenaga dorongan yang pelan saja pintu membuka... lalu Ivonne masuk kedalam... dan didalam sudah berdiri pak Darso yang menunggu dari sisi kiri dirinya dan seketika wajah mulus gadis muda yang cantik ini memandang lurus kedepan, pada... lukisan besar yang terpampang pada tembok didepannya... Sebuah lukisan yang beraliran seni-lukis yang 'natural' dari seorang wanita yang cantik semampai berwajah ayu-kemayu yang dilukis dengan posisi menatap ke kiri...

'Kok... sepertinya... kayak aku melihat diriku sendiri saja pada cermin yang besar... ya?!', pikir Ivonne kagum campur keheranan.

Pak Darso yang memandang diri Ivonne yang menatap lurus pada lukisan itu... bagi pak Darso justru seakan sedang memandang diri isterinya yang dikasihinya yang telah lama tiada... Terlontar tak disengaja kata-kata. "Terimakasih... sayangku... 'Novi my beloved wife'...". Yang disambut Ivonne tanpa mengerti dengan pelukan mesra pada tubuh tinggi yang gagah opa-nya Diro ini.

"Iiihhh... opa! Romantis banget sih... sama Ivonne... terimakasih ya opa... orgasme yang didapat dari opa... langsung menghapus perspektif negatif Ivonne terhadap pria yang lebih tua...", sambil tetap mendekap mesra tubuh pria tua yang masih gagah ini.

Kata-kata Ivonne langsung menggugah kesadarannya atas lamunannya pada 'Novi my beloved wife' dan tertawa.

"Ha-ha-ha... Ivonne-Ivonne... bilang saja... ingin dicium opa kan...?", kata pak Darso menggoda gadis muda ini.

"Sapa... takut...!", sambut Ivonne menegakkan tubuhnya kembali sambil menengadahkan wajahnya dengan pelupuk mata terpejam pasrah serta mulut sexy-nya yang agak terbuka sedikit itu.

Pak Darso segera menutup mulut sexy yang 'menantang' dengan bibir klimis (maklum kumis tipisnya baru saja dicukur licin)... saling bertautan seru... dengan lidahnya yang telah menerobos masuk, dan... 'merangkul' mesra lidah Ivonne yang pasrah menunggu...

'Ini sih... bukan ciuman yang biasa...", pikir Ivonne mengikuti saja ulah nakal lidah pak Darso... tidak terlalu lama.... Pak Darso yang 'tahu diri' khawatir oleh ulah nakalnya... membuat sesak napas gadis muda ini. Terlepas sudah tautan bibir yang hot... itu.

Sambil rada megap-megap dan napas agak sedikit tersengal, Ivonne memberitahu tentang apa yang disebut pak Darso dengan 'ciuman' ini. "Opa-opa... hi-hi-hi... ini namanya bukan kasih ciuman lagi... hi-hi-hi... bilang aja pengen ngajakin Ivonnne... ber-'French Kissing' gitu... hi-hi-hi...!". Yang dijawab kalem saja pak Darso.

"Opa tahu kok... opa kan pernah muda... dan jangan lupa... 'French kissing' sudah lama ada... malah sering dipertontonkan... dan diperkenalkan pada dunia... lewat film-film tua dahulu...!".

"Ooh begitu toh opa...? Kalau begitu Ivonne minta maaf ya opa... habis Ivonne... kayaknya... sok tahu deh... hi-hi-hi...!".

"Hayoo... buruan... sayang...?", ajak pak Darso.

"Apa...? Gituan lagi... opa?! Emangnya... sapa yang takut... lagi hi-hi-hi...!", jawab Ivonne mulai 'pasang badan'.

"Ha-ha-ha... Ivonne-Ivonne... ingatnya begituan saja! Itu nanti kita lakukan diatas tempat tidur menjelang tidur di malam hari nanti... sekarang hayo bersama opa... jalan-jalan mumpung cuaca masih terang sangat cerah... melihat-lihat tanaman melon merah yang langka yang sedang panen atau melihat tanaman 'buah naga' yang juga berbuah lebat malah ada yang matang luput dipetik oleh pekerja tani atau melihat pohon coklat yang berbuah lebat juga... ada 2 jenis... berbuah kuning cerah dan berwarna oranye kemerah-merahan yang menyala...", yang langsung dipotong oleh suara Ivonne bagai anak perempuan ABG yang amat senang...

"Ooh... senangnya... bilang saja opa... 'wisata buah' gitu lho... nanti Ivonne boleh ambil dan bawa sebagai oleh-oleh untuk mama dan mas Diro... ya opa... hi-hi-hi...!", kata Ivonne dengan sangat senang dan merapat ke badan pak Darso sambil menarik kebawah lengan yang kekar itu kebawah... pak Darso yang paham apa yang dikehendaki Ivonne... segera menundukkan kepalanya untuk menerima bisikan 'rahasia' dari gadis muda cantik jelita ini. "Apa kita melakukan 'quickie' sekali saja...? OK?!".

(NB: guickie = ML yang dilakukan dengan cepat saja)

"Ha-ha-ha... tidak-tidak... sayang... nanti cuaca keburu gelap! Kalau memang kamu udah ngebet... nanti setelah 'wisata buah' yang kamu maksudkan tadi selesai... kita akan mampir ke ruang kerja opa yang berada di kantor perkebunan sana... jangan khawatir disitu ada tempat tidur yang cukup memadai, untuk... kita melakukan ML... tapi asal kamu jangan sampai ketiduran saja seperti tadi pagi... enak nggak...? Tadi pagi opa tinggal sendirian... ha-ha-ha...!", kata pak Darso sambil menggoda Ivonne yang langsung mengambil sikap dengan wajah cemberut tapi manja...

(bersambung...)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd