Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG I'm not a Loser

BAB VIII


Sesampainya di rumah Katsia, Karna menghela napas lega. Untunglah, Katsia sudah tertidur. Sehingga dia tidak perlu menjelaskan kejadian malam itu kepada Katsia. Malam itu, berbagai pikiran berkecamuk di kepala Karna. Dia yakin seratus persen bahwa obat yang dicampurkan ke minuman Agnes adalah obat yang sama dengan yang diminum oleh Katsia pada malam saat mereka bertemu.

Kenapa obat perangsang seperti itu bisa beredar bebas? Apakah serangan kepada Katsia merupakan serangan random? Ataukah serangan itu memang ditujukan kepada keluarga Katsia? Roy Sangaji, kepala preman/mafia daerah itu sepertinya tidak tahu apa2 tentang obat tadi. Apakah dia hanya pura2?

Keesokan harinya, mereka bertiga sarapan bersama. Agnes terlihat sedikit malu dan awkward terhadap Karna, namun, melihat reaksi Katsia, Karna merasa aman. Sepertinya, Agnes jg tidak menceritakan apa-apa tentang kejadian malam itu. Mereka terlihat mengobrol ringan pada pagi itu.

"Karna, kamu udah siap untuk meeting hari ini?" tanya Katsia.

"OOhhh, meeting vendor itu hari ini ya? Aku udah pelajarin dokumen yg kamu kasih. Ada beberapa pertanyaan yg masih gantung nih. Nanti aku tanyain pas di meeting aja kali ya?"

"Hmmm.. Okeee... Agnes, kamu hari ini kemana?"

"Aku mau cari kos2an Ce, semoga langsung dapet ya" jawab Agnes.

"Siiip.. Nanti klo butuh apa2, minta Mbak Warti temenin ya"

----
Keesokan Paginya

Pagi itu, di ruang meeting, hampir semua eksekutif Beauty Lab telah tiba, siap untuk meeting terkait vendor perusahaan. Ronald Sumargo dan Devina Lin ikut terlihat disana, bersama para pimpinan lainnya yang kini sedang melakukan persiapan akhir untuk meeting tersebut. Setelah semua orang tiba, Ronald mengumumkan dimulainya meeting tersebut. Namun, Katsia menghentikannya,"Tunggu sebentar, ada satu orang yang belum hadir."

"Ada yang belum hadir?", Ronald melihat sekelilingnya dan tidak menemakn siapapun yang belum datang. Dia akhirnya melihat ke Katsia dengan tatapan bingung. Ketika katsia ingin menjelaskan lebih lanjut, dengan langkah tergesa-gesa Karna muncul.

"Maaf saya sedikit terlambat, karena masih belum terlalu familiar dengan area kantor ini"

"Gpp, kita belum memulai meetingnya. Silahkan duduk." kata Katsia.

Karna pun masuk dan duduk tepat di sebelah Katsia tanpa ragu sedikit pun. Melihat itu, Devina tersenyum sedikit, namun seluruh pimpinan lainnya memandangnya dengan bingung, terutama Ronald.

"Ibu Katsia, mengapa dia datang untuk pertemuan yang begitu penting ini?", Ronald tampak sangat bingung, dan bahkan menatap Karna dengan marah.

Namun, Katsia hanya menjawab dengan dingin,"Saya yang mengundangnya. Baiklah, karena semua sudah hadir, mari kita mulai meeting hari ini". Karena boss mereka sudah mengatakannya, maka pimpinan lainnya hanya bisa menyingkirkan keraguan mereka dan memulai meeting hari itu.

Tujuan meeting hari itu adalah untuk membahas calon vendor perusahaan bagi Beauty Lab tahun depan. Sebagai perusahaan kosmetik dan kecantikan, supplier yang terlibat sangat penting. Jika vendornya tepat, maka kualitas produksi Beauty Lab akan terjamin, dan meningkatkan posisi mereka di pasaran. Vendor ini terdiri dari supplier bahan baku, hingga pabrik makloon untuk produk-produk baru yang belum bisa mereka kembangkan sendiri. Meeting dimulai dengan pengenalan informasi spesifik tentang masing-masing vendor, spesialisasi produknya, MOQ dan kapasitas maksimal produksinya, hingga term of payment yang akan mempengaruhi arus kas bagi Beauty Lab.

Setelah memperkenalkan situasi spesifik dari berbagai vendor yang berbeda, berikutnya adalah bagian terpenting dari meeting tersebut. Para pimpinan akan membahas dan memutuskan vendor mana dan berapa banyak vendor yang akan dipilih untuk bernegosiasi dan bekerjasama. Kini, para petinggi dari berbagai departemen berdiri satu persatu dan mulai memberikan pendapatnya masing-masing. Katsia mendengarkan dengan serius, terkadang dia mencatat beberapa informasi di buku catatannya. Adapun, Karna setelah mendengarkan semua orang, dia merasa hampir semua orang benar, karena masing-masing vendor memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun, Karna merasa bingung, di dokumen yang dia terima dari Katsia, maupun penjelasan masing-masing kepala departemen, tidak ada satupun yang menyebutkan Mustika Raja, padahal, menurut informasi yang Karna baca, Mustika Raja merupakan pabrik berukuran besar dan memiliki kualitas produk yang sangat baik.

Dengan pemikiran ini, Karna akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya kepada Katsia,"Bu Katsia, mengapa tidak ada yang mempresentasikan Pabrik Mustika Raja? Bukankah kondisi mereka cukup bagus?"

Keheningan tiba-tiba terjadi di ruang meeting, menyebabkan semua orang mendengarnya. Untuk sesaat, semua orang melihat ke arah Karna. Ronald mencibirnya dan berkata, "Tampaknya Bapak Karna tidak mempersiapkan diri sebelum datang ke meeting ini. Dia bahkan tidak tahu hal-hal yang mendasar dalam dunia bisnis"

Mengabaikan sarkasme Ronald, Karna tetap tenang dan berkata,"Saya akui, saya tidak tahu banyak tentang dunia bisnis. Oleh karena itu, Pak Ronald, mengapa kita tidak memilih Mustika Raja?"

Ronald melihat sekeliling pimpinan perusahaan Beauty Lab, dan akhirnya kembali memandang Karna. Dengan arogan dia berkata,"Baiklah, akan saya jelaskan. Dalam hal kualitas tentunya Mustika Raja adalah pilihan yang terbaik. Skala pabriknya juga merupakan salahsatu yang terbesar di Indonesia. Dengan kondisi ini, tentu mereka merupakan pilihan yang sangat bagus. Tapi, Anda telah melupakan hal yang paling penting. Produk mereka terutama dipasok untuk merek mereka sendiri, atau bahkan merek terkenal dari luar negeri. Bahkan, bahan mentah mereka terjual habis setelah diproduksi. Tidak mungkin mereka bersedia menjadi supplier bagi perusahaan kita. Jadi untuk apa kita membahas perusahaan yang tidak mungkin kita ajak bernegosiasi?"

Saat Ronald mengakhiri pidatonya, Ronald memandang Karna dengan sombong. Karna tampak tetap tenang. Dia mengangguk dan berkata,"Jika memang begitu, masuk akal"

"Tentu saja! Apakah menurut Anda kami disini bodoh?" cibir Ronald.

Karna mengabaikannya, dan berkata kepada Katsia, "Ibu Katsia, jika ada kesempatan untuk bernegosiasi dengan Mustika Raja, apakah akan sangat bermanfaat bagi perusahaan?"

"Tentu saja. Tapi-", Katsia berbisik. Percakapan ini didengar oleh Ronald, yang kemudian berkata, "Bekerja sama dengan Mustika Raja? Hah, apakah Anda pikir negosiasi itu hal sederhana, sesederhana pola pikir Anda?"

"Perusahaan telah menghabiskan waktu tiga tahun, untuk menawarkan harga yang 30% lebih tinggi kepada Mustika Raja untuk mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan mereka. Tapi, mereka bahkan tidak mau memberikan samplenya kepada kita. Saya ingin bertanya, menurut Anda bagaimana Anda bisa bernegosiasi dengan Mustika Raja? Dengan mengandalkan mulut anda? Hahahahahaha". Begitu Ronald selesai berbicara, dia tertawa terbahak-bahak dan diikuti dengan pimpinan lainnya.

Situasi seperti itu membuat Katsia mengerutkan kening. Dia ingin menghentikan semua orang. Saat itu, Karna menahannya dan berbisik, "Tidak apa-apa".

Kemudian, Karna berdiri dan beranjak untuk meninggalkan ruangan meeting. Melihat itu, Ronald mengerutkan kening dan berteriak, "Apa yang anda lakukan?"

"Mengandalkan mulut saya untuk bernegosiasi dengan Mustika Raja", jawab Karna sambil tersenyum tenang.

"Heh! Apakah Anda bercanda dengan saya?" Ronald berkata dengan dingin, "Lelucon Anda sama sekali tidak lucu!"

Katsia juga sedikit terkejut. Dia memandang Karna dan berkata, "Karna, kamu-"

Karna menatapnya meyakinkan dan kemudian berkata, "Jangan khawatir, saya akan segera kembali." Tepat setelah itu, Karna menatap Ronald dan langsung keluar dari ruangan meeting. Ketika Karna sudah tidak ada di ruangan, Ronald mencibir dan dengan sinis berkata, "Seperti nya dia malu dan tahu diri untuk tidak bergabung dalam meeting ini. Baik, mari kita lanjutkan meeting hari ini. Bagi yang belum berbicara, silahkan berdiri dan suarakan pendapat anda."

Meeting dilanjutkan di dalam ruangan. Di luar ruangan, Karna mengeluarkan kartu nama yang diberikan Ivonne beberapa hari lalu. Arief Gunawan, CEO dari Mustika Raja, adalah suami Ivonne. Seharusnya dia bersedia membantuku, pikir Karna. Kemudian Karna menelepon nomor yang ada di kartu nama tersebut. Beberapa menit kemudian, Karna mengakhiri telepon itu dan kembali ke ruangan meeting.

Ketika Karna masuk kedalam ruangan, Ronald segera menoleh dan berkata dengan sinis,"Apakah ada barang Anda yang tertinggal? Atau jangan-jangan Anda sudah berhasil bernegosiasi dengan Mustika Raja?" Seisi ruangan tertawa terbahak-bahak.

Mata Karna memandang Ronald acuh tak acuh dan dia berkata dengan datar, "Pada dasarnya, ya!"

"Apa?" Ronald tercengang, dan dia kemudian menatap Karna dengan heran dan tertawa langsung di wajahnya, "Saya hanya bercanda. Berhentilah berpura-pura!"

Pimpinan lainnya juga terkejut dan kemudian mereka mulai menertawakan Karna dengan nada mengejek. Jelas, mereka tidak percaya apa yang dikatakan Karna. Bahkan ekspresi Katsia pun berubah. Dia menatap Karna dan mengingatkannya, "Jangan terpancing dengan Pak Ronald."

Karna ingin menjelaskan, tetapi ketika dia melihat Katsia melambaikan tangannya untuk melanjutkan meeting, Karna tahu lebih baik untuk tidak mengganggu meeting dan memutuskan untuk mendengarkan dengan tenang. Meeting pun dilanjutkan. Beberapa kepala departemen mengemukakan pendapat mereka dan memilih vendor yang menurut mereka tepat. Akhirnya, setelah semua orang berbicara, Ronald meluruskan dasinya dan berdiri dengan tersenyum. "Ibu Katsia, serta bapak ibu sekalian. Pilihan saya adalah Pabrik Mutiara Cantik, yang berlokasi di PIK. Dari segi harga, kualitas, stabilitas pasokan , dan seterusnya, perusahaan ini berada di posisi menengah ke atas. Saya sedang menjalin komunikasi yang positif dengan pabrik tersebut, dan saya yakin hal ini akan membawa perusahaan kita menuju posisi yang lebih baik".

Saat Ronald menyelesaikan kata-katanya, tepuk tangan meriah diberikan kepada Ronald di ruang meeting. Banyak eksekutif bahkan angkat bicara dan mendukung Ronald saat itu. Mendengarkan semua orang memuji Ronald, Karna merasa jijik. Dia dapat melihat bahwa banyak dari orang-orang yang menyanjung Ronald ini hanya menjilat. Tampaknya, Ronald benar-benar melakukan banyak "persiapan" sebelum meeting.

Setelah berpikir demikian, Karna memandang Katsia. Sebagai CEO perusahaan, Katsia seharusnya mengerti bahwa kondisi ini disiapkan oleh Ronald. Namun, sebaliknya, dia mengangguk pada Ronald sambil tersenyum dan berkata,"Point yang bagus Pak Ronald! Saya rasa, Pabrik Mutiara Cantik adalah pilihan yang terbaik untuk saat ini."

Setelah mendengar ini, Ronald tersenyum penuh kemenangan, meninggalkan Karna yang cemberut disebelah Katsia. Karna, dengan lembut menyenggol Katsia dan mengingatkannya dengan suara rendah,"Katsia, menurutku itu bukan pilihan yang baik."

"Bukan pilihan baik?" Katsia memandang Karna dengan heran dan sedikit bingung.

Mendengar itu, wajah Ronald langsung berubah, dia memelototi Karna dan berkata dengan tajam. "Pak Karna, apa maksud Anda?"

Karna dengan tegas berkata,"Saya tetap berpegang pada pendirian saya, bahwa Mustika Raja adalah pilihan terbaik. Saat ini, saya hampir mencapai kesepakatan dengan mereka."

"Hahahahha, apa yang Anda bicarakan? Anda hampir menyelesaikan negosiasi dengan Mustika Raja?" Cibir Ronald

Dari perspektif rasional dan profesional, Pabrik Mutiara Cantik adalah pilihan yang paling masuk akal untuk diajak bekerja sama. Terlebih, Beauty Lab masih merupakan perusahaan berkembang. Namun, Katsia memiliki rasa percaya yang tidak dapat dia jelaskan terhadap Karna, yang membuatnya sangat sulit untuk memutuskan perusahaan mana yang akan diajak bekerja sama.

Setelah berpikir beberapa menit, Katsia melanjutkan meeting dengan berkata, "Baiklah. Karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda, maka, Pak Ronald, Pak Karna, silahkan masing-masing bernegosiasi dengan vendornya. Tiga hari lagi, kita akan kembali ke ruangan ini untuk memutuskan hasil kontraknya".

"Tidak masalah." Karna langsung setuju dan dia jelas dipenuhi dengan keyakinan.

Ronald sedikit mengernyit tetapi segera menyetujui saran itu, "Saya juga setuju."

Ronald kemudian menambahkan, "Namun, Bu Katsia, saya ingin menyarankan sebuah konsekuensi, apabila salah satu pihak tidak berhasil mendapatkan kontrak dalam tiga hari. Ini sebagai bentuk preventif, supaya setiap karyawan di perusahaan ini memiliki tanggung jawab atas perkataannya."

"Tidak masalah. Jika saya tidak bisa membawa kontrak dengan Mustika Raja dalam tiga hari, saya bersedia menerima hukuman apa pun", Karna tidak takut sama sekali.

"Walaupun hukumannya dipecat dan keluar dari perusahaan?" Ronald memandang Karna, sambil menggertakkan giginya.

Ekspresi Karna tetap tidak berubah. "Tidak masalah."

"Baiklah, semua orang di ruangan ini adalah saksinya", Ronald tersenyum jahat.

Karna tetap tenang, kemudian dia menatap kembali ke Ronald dan berkata "Bagaimana jika Anda yang gagal?"

"Huh, jika saya gagal, maka saya akan keluar dari perusahaan.", Ronald menjawab dengan percaya diri.

"Ok Deal!" Karna tersenyum.

"Baiklah, karena kita telah mencapai kesepakatan. Meeting hari ini sampai disini. Kita akan kembali meeting dalam tiga hari", kata Katsia menutup meeting hari itu.

"Baik bu!", seluruh eksekutif menjawab, dan kemudian meninggalkan ruang meeting.

Ronal dengan sengaja tetap tinggal. Dia memelototi Karna, dan berkata "Tiga hari lagi, anda akan meninggalkan tempat ini!"

Karna mengabaikan ucapan Ronald, dan meninggalkan ruangan Konferensi.

-----
POV Arief Gunawan


Banyak orang yang iri pada kehidupanku. Memiliki sebuah perusahaan yang besar, keluarga yang terhormat, dan istri yang sangat cantik. Ya, tidak ada yang kurang dalam hidupku. Namun, ada sebuah pengalaman masa lalu yang tidak bisa kulupakan. Pengalaman yang masih terngiang hingga saat ini.

Masih lekat diingatanku, ketika Elena Kuznetsova mengaku dosa padaku. Saat itu, dia mengaku berselingkuh dengan sahabatku Dito, saat kami berkuliah di Amerika dulu. Dan gilanya, dia mengajakku untuk bergabung menikmati indahnya threesome, di malam terakhir sebelum aku pulang ke Indonesia. Rasa cemburu di dadaku berbaur dengan kenikmatan seks yang luar biasa. Pada akhirnya, aku memang tidak bisa melanjutkan hubunganku dengan Elena. Namun, kenangan itu terus melekat di batinku.

Kenangan ini sudah pernah kuceritakan secara jujur ke Ivonne. Dia adalah seorang istri yang baik. Pada awalnya, tentu dia sangat kaget karena aku rela membiarkan pacarku dinikmati oleh sahabatku sendiri. Namun, setelah kujelaskan bahwa itu adalah variasi seks yang lazim di Amerika, dia tidak berkomentar lebih jauh lagi. Namun, kenangan itu terus melekat di kepalaku, dan kini berkembang, membayangkan seandainya istriku yang berada diposisi Elena.

Ivonne kupersunting saat aku mulai melanjutkan usaha keluargaku, Mustika Raja. Dibalik parasnya yang cantik dan pakaiannya yang menggoda, pengalaman seks Ivonne tidak banyak. Keperawannya diberikan padaku saat kami pacaran dulu. Sebelum menikah, dia hanya pernah mengoral para mantannya. Seksi namun kolot. Tapi, hal itu jg yang membuatku mempersuntingnya. Kehidupan pernikahan kami sangat bahagia. Untuk membuat kehidupan seks kami lebih bervariasi, kami sering menonton film porno bersama-sama. Nah, disinilah akar permasalahannya timbul.

Belakangan ini, aku merasa gairah seksualku menurun. Meskipun memiliki istri yang cantik dan seksi, aku merasa tidak terangsang melihatnya. Gairahku baru terbakar saat kami bersama2 menonton film porno dengan genre MMF, Swinger, Gangbang dan sejenisnya. Kenanganku bersama Elena kembali terbayang. Saat kusampaikan fantasiku pada Ivonne, dia marah-marah. Dia berpikir, aku ingin berselingkuh, dan karena itu aku ingin dia tidur dengan pria lain.

Namun, aku yang masih dikuasai fantasiku, menemukan penyaluran lain. Saat aku browsing di internet, akhirnya ak menemukan forum ini. Di forum ini, dengan anonim ku bagikan foto2 seksi dan telanjang istriku. Membaca komen-komen para anggota forum terhadap tubuh istriku membuatku sangat terangsang. Tidak tahan, akhirnya aku memutuskan untuk jujur dengan istriku.

Pagi ini, aku siapkan cara mengakses forum, lengkap beserta user ID dan passwordku. Sambil berangkat ke kantor, kubisiki Ivonne," Sayang, kamu coba akses situs ini ya. Kamu buka dan pelajari isinya".

Sepanjang pagi hingga siang ini, aku deg-degan menunggu reaksi Ivonne, melihat tubuh indahnya aku pamerkan di forum. Walau, sebenernya akupun bingung bagaimana cara mewujudkan fantasiku. Aku tidak berani mengajak anggota forum untuk bertemu secara langsung, karena reputasi dan kondisiku yang merupakan sebuah pemimpin perusahaan ternama. Namun, telepon yang masuk siang ini memberikan ide yang sangat bagus bagiku!

Ketika jam makan siang, Ivonne menghampiri ruanganku.

"Sayang, aku udah buka forum yang kamu kasih itu"

"Serius? Kamu udah buka thread yang aku buat?"

"Kamu gila ya? Memamerkan foto2 kita ke orang lain? Kamu ga jealous?" tanya Ivonne.

"Rasa jealous ya ada sayang, tapi aku lebih ke rasa bangga. Bangga kecantikan istriku dipuji oleh orang lain", kataku.

"Ternyata... Banyak juga ya suami-suami yang memamerkan istrinya?" kata Ivonne.

Ak menghampiri Ivonne yang sedang berdiri dan mengambil minum dari lemari di kantor. Hari ini, Ivonne terlihat sangat seksi dengan tanktop merahnya. Diluar, dia menggunakan Blazer, tapi saat diruanganku, dia melepaskan blazernya.


"Iya sayang.. Jadi, bukan aku yang ga normal kan?", kataku sambil memijat ringan bahunya, dan menciumi tengkuknya.

"Kamu.. Terangsang gak waktu baca thread-thread di forum itu?", lanjutku sambil mulai memeluk pinggangnya. Kini, ciuman-ciuman kuarahkan ke lehernya. Aku sudah merasa terangsang sejak membayangkan Ivonne membaca kisah-kisah yang ada di forum itu.

"Sshh.. Ahh.. Iyaahh.. Aku terangsang banget... Bayangin dua orang cowok..awhhh... Kamu gak marah kan?", nafas Ivonne mulai tidak beraturan saat ak meloloskan tali tanktopnya dan mulai bermain di kedua payudaranya.

"Kenapa harus marah? Kan semua itu aku yang mulai.. Aku udah lama mengkhayalkannya.."

"Ahhh.. Terusin yang..", Ivonne mulai tidak fokus dengan percakapan kami, saat aku mulai menjilati putingnya. Kugigit kecil putingnya dan kucupang payudaranya.

Kini, aku mulai membaringkan Ivonne di sofa yang ada di ruangan kantorku. Kulepaskan celana jeans yang masih melekat, dan kujilati vaginanya dengan liar.

"Aaakkh... Yangg... Terusss... Eeehh Kok km berhenti?"

"Kamu mau aku lanjutin yang?" godaku.

"Lanjutin dong sayang, aku terangsang banget nih..." rengek Ivonne.

Aku kini mengelus bibir vaginanya, dan jariku mulai bermain di klitorisnya. Sambil melakukan itu, aku melanjutkan pertanyaanku, "Hmmm.. Jadi, aku udah boleh ngajak orang lain untuk menikmati tubuhmu?"

"Sshhh.. Ahhhh..Aku bingung yang....Sshhhh.... Aku takut akibatnya, atau takut orang itu minta macem2 dari kita...Aahhhh.... Lagian, emang siapa yang mau kamu ajak?"

"Ada satu nama yang terlintas dikepalaku. Orangnya sepertinya baik, jujur, dan sopan. Dia bukan orang urakan. Dan kamu juga udah kenal sama dia, terlebih, dia pernah berjasa untuk kamu". Kataku sambil melepaskan celana kerjaku. Penisku menegang sempurna. Membayangkan apabila fantasi ini terwujud.

"Hah? Siapa?" Tanya Ivonne kebingungan.

"Karna Radeya"

-------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd