Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Judul part update nya apa?
Apa yang baru aja dilakuin MU pas lawan Juve?
Judul part adalah doa
*Sorry lho, Sam :pandaketawa:

Oh iya, kemaren tim merah yang satunya ngapain ya?
(Sombong dulu mumpung masih bisa)
*Sorry lho, Raf :pandaketawa:

#EdisiDibajakAdrian
 
Judul part update nya apa?
Apa yang baru aja dilakuin MU pas lawan Juve?
Judul part adalah doa
*Sorry lho, Sam :pandaketawa:

Oh iya, kemaren tim merah yang satunya ngapain ya?
(Sombong dulu mumpung masih bisa)
*Sorry lho, Raf :pandaketawa:

#EdisiDibajakAdrian
Udah ganti judul aja, tak kira dah up taunya cuma kisikisi
 
nah ini baru update tadi pagi ane kena prank
nice update hu ditunggu kelanjutannya.
wah andrian ketemu manda kemungkinan jadi makin bingung nih si andrian
jadi makin penasaran aja
 
Judul part update nya apa?
Apa yang baru aja dilakuin MU pas lawan Juve?
Judul part adalah doa
*Sorry lho, Sam :pandaketawa:

Oh iya, kemaren tim merah yang satunya ngapain ya?
(Sombong dulu mumpung masih bisa)
*Sorry lho, Raf :pandaketawa:

#EdisiDibajakAdrian
Merendah untuk meroket anjjj, gpp lhh namanya juga drama ada yg kalah ada yg menang. Btw epic kombek mang ujang gegara gol bundir cukk. Namun tetap laa gg untuk di tonton.

Makasih huu apdednya mantull, ternyata percintaan adrian terlalu amburadul untuk dicerna tedi wkwkwk.
#ynwa #moukidistay
 
Terakhir diubah:
Judul part update nya apa?
Apa yang baru aja dilakuin MU pas lawan Juve?
Judul part adalah doa
*Sorry lho, Sam :pandaketawa:

Oh iya, kemaren tim merah yang satunya ngapain ya?
(Sombong dulu mumpung masih bisa)
*Sorry lho, Raf :pandaketawa:

#EdisiDibajakAdrian

Sombongnya...

Tapi sama sekali belum bisa nebak siapa yang Adrian pilih. Soalnya cerita ente penuh dengan kejutan. Terimakasih update nya, mantap.
 
Udah ganti judul aja, tak kira dah up taunya cuma kisikisi

Udah up kok

nah ini baru update tadi pagi ane kena prank
nice update hu ditunggu kelanjutannya.
wah andrian ketemu manda kemungkinan jadi makin bingung nih si andrian
jadi makin penasaran aja

Emang iya itu Manda?
Alias ADRIAN woi bukan ANDRIAN

Merendah untuk meroket anjjj, gpp lhh namanya juga drama ada yg kalah ada yg menang. Btw epic kombek mang ujang gegara gol bundir cukk. Namun tetap laa gg untuk di tonton.

Makasih huu apdednya mantull, ternyata percintaan adrian terlalu amburadul untuk dicerna tedi wkwkwk.
#ynwa #moukidistay

Sombongnya...

Tapi sama sekali belum bisa nebak siapa yang Adrian pilih. Soalnya cerita ente penuh dengan kejutan. Terimakasih update nya, mantap.

Hai duo merah yang sama kayak Rafli
Masa masih belum bisa nebak, kan udah ada 2 petunjuk
1. Inisialnya S
2. Total huruf di nama lengkapnya 16

Kasih petunjuk baru deh

3. Perempuan (Ya iya lah)







BTW, si pebulu tangkis itu gimana kabarnya?
Hah? Kalah lagi?
Kebanyakan iklan sih

Jadi makin semangat buat nulis season 2 (karna di season 2, Adrian bakal membully si pebulu tangkis itu. Hehehe *ketawajahat)
 
Hai duo merah yang sama kayak Rafli
Masa masih belum bisa nebak, kan udah ada 2 petunjuk
1. Inisialnya S
2. Total huruf di nama lengkapnya 16

Kasih petunjuk baru deh

3. Perempuan (Ya iya lah)
kok gw ngerasa jawaban lu kyk scene kantin di story tapi lu diposisi adrian, gw di posisi si rafli dah hu(?)

"kampret lu huu" ucapku.

Btw cuss kejogja gak nih dri?, uas mah biarin aje kan lu udh strong kek alucrot wkwkwk
 
Hai duo merah yang sama kayak Rafli
Masa masih belum bisa nebak, kan udah ada 2 petunjuk
1. Inisialnya S
2. Total huruf di nama lengkapnya 16

Kasih petunjuk baru deh

3. Perempuan (Ya iya lah)

Nama lengkap kan? For sure yg itu, soalnya kalo yg satu lagi nama lengkapnya lebih dari 16 huruf ehehehe
 
Udah up kok



Emang iya itu Manda?
Alias ADRIAN woi bukan ANDRIAN





Hai duo merah yang sama kayak Rafli
Masa masih belum bisa nebak, kan udah ada 2 petunjuk
1. Inisialnya S
2. Total huruf di nama lengkapnya 16

Kasih petunjuk baru deh

3. Perempuan (Ya iya lah)







BTW, si pebulu tangkis itu gimana kabarnya?
Hah? Kalah lagi?
Kebanyakan iklan sih

Jadi makin semangat buat nulis season 2 (karna di season 2, Adrian bakal membully si pebulu tangkis itu. Hehehe *ketawajahat)

Shani & Shania total huruf nama lengkapnya sama-sama 16, iya itu sebuah petunjuk. Tapi, petunjuk yang tidak menggambarkan siapa yang dipilih.

Lu ke Jogja nggak liat pengumuman pemilihan RT?
 
kok gw ngerasa jawaban lu kyk scene kantin di story tapi lu diposisi adrian, gw di posisi si rafli dah hu(?)

"kampret lu huu" ucapku.

Btw cuss kejogja gak nih dri?, uas mah biarin aje kan lu udh strong kek alucrot wkwkwk

Ke Jogja?
Masalahnya di timeline story nya, circus jogja itu udah lewat tapi di rl, saat ini, Adrian emang lagi siap-siap ke Jogja.

Lagian Adrian mau pulang ke rumah kok malah disuruh ke Jogja, udah ada yang nungguin Adrian di rumahnya ups, keceplosan.

Kira-kira siapa hayo yang lagi nungguin Adrian di rumahnya?
Shani kan ke Jogja

Nama lengkap kan? For sure yg itu, soalnya kalo yg satu lagi nama lengkapnya lebih dari 16 huruf ehehehe

:bingung::bingung:

Shani & Shania total huruf nama lengkapnya sama-sama 16, iya itu sebuah petunjuk. Tapi, petunjuk yang tidak menggambarkan siapa yang dipilih.

Lu ke Jogja nggak liat pengumuman pemilihan RT?

Timeline story nya masih bulan Julie eh, juli

adrian kenap jebakan betmen lg ama shania kasian shani ckkkckcck

Jebakan apa?








*Update?
Next Page
 
Terakhir diubah:
Part 26: Promise

IMG-20181107-030820.jpg


"Iya. Hiks... Aku tau, aku ngerti kok, hiks.... Aku paham...." kata Shani yang mulai menangis.

"Shan,.."

"Meskipun kita udah kenal waktu kecil, tapi aku tetep merasa kayak 'orang baru' di hidup kamu. Kehadiran aku yang 'cuma sebentar' gak mungkin bisa ngalahin kedekatan kamu sama kak Shania selama beberapa tahun terakhir" tambah Shani sambil berusaha menghapus air matanya yang masih mengalir dengan kedua tangannya. "Iya kan"


*Beberapa jam sebelumnya

"Ikut aku sebentar ya" kataku lagi.

"A-apa sih, gak bisa apa ngomong disini aja?"

Aku tidak menjawabnya, aku berbalik dan hendak berjalan pergi sambil berharap Shania mau mengikutiku.

"Ian! Tunggu!" teriak Shania menyusulku.
.
.
.
"Ini kita mau kemana sih? Jangan jauh-jauh" kata Shania dari belakangku.

"Sabar. Aku lagi nyari tempat yang sepi" jawabku.

"Tempat sepi? Jangan bilang kalo lo mau,..." Shania tidak meneruskan kata-katanya.

Sepertinya disini cukup sepi, batinku.

Aku berbalik arah dan berjalan mendekatinya. Shania mundur sampai dia bersandar di dinding.

"Lo mau ngelakuin disini?" tanyanya.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"T-tapi kan..."

Shania lagi-lagi tidak meneruskan kata-katanya setelah kuletakkan satu tanganku ke dinding di samping wajahnya.

"Ian,..." kata Shania lirih.

Kudekatkan wajahku ke wajahnya, Shania memejamkan matanya dan,...

"Nia,.. gak bagus kalo kayak gini terus. Aku tahu apa yang kamu rasain, tapi kalo dilanjutin dan suatu hari nanti berakhir, semuanya bakal ilang. Termasuk 'kedekatan' kita. Itu yang paling aku takutin" bisikku pelan.

Aku kemudian sedikit mundur dan berjalan kembali ke tempat dimana para member berada.

"Ayok, Nia! Kita balik, yang lain pasti udah nungguin" kataku tanpa menoleh ke arahnya.
.
.
.
"Gimana? Gimana?"

"Diterima gak?"

"Pasti diterima kan"

"Jangan lupa pajak jadiannya dong, kak"

Begitu sampai, aku langsung disambut berbagai macam pertanyaan oleh para member.

"Tapi kalo diterima kok baliknya sendiri?" tanya Stefi tiba-tiba.

"Ehh,... sebenernya... Gue tadi,..."

Beberapa member tiba-tiba melangkah mundur saat aku ingin menjelaskan.

Tiba-tiba aku merasa bahuku ditepuk seseorang dan firasat ku menjadi tidak enak.
Aku berbalik dan,...

BUGH..!!

"Ayo, kita masuk dulu" ajak seseorang yang dari suaranya sepertinya itu mbak Vero.

Shania langsung berjalan melewatiku yang masih memegangi perut, dia diikuti beberapa member untuk masuk kedalam pesawat.

"Adrian, kamu kenapa?" tanya mbak Vero.

Aku tidak menjawabnya, harusnya dia sudah bisa menebak apa yang terjadi.

"Vero, kau atur anak-anak" perintah bang Kenzo.

Kenapa?
Kalian masih bertanya apa yang terjadi?
Orang yang tadi menepuk bahuku adalah Shania. Dan tidak hanya menepuk bahuku, begitu aku berbalik, dia langsung meninju perutku dengan sangat keras seperti sedang melampiaskan kekesalannya.

"Lo apain sih gebetan gue?" tanya Saktia, entah itu dia sedang serius atau bercanda.

"Saktia, ikut dengan yang lain" perintah bang Kenzo.

"Ap-"

"Gue harus gimana sih, bang?" tanyaku sebelum bang Kenzo menyelesaikan kalimatnya. "Ngomong jujur, salah. Ngomong gak jujur, makin salah. Gak ngomong, bisa nambah masalah"

"Kau seharusnya tidak menanyakan hal itu padaku. Jika aku tahu jawabannya, aku pasti sudah punya pasangan"

Dia berusaha melucu atau bagaimana.
.
.
.
.
.
.
.
Sial!! Sial!!!! Sial!!!!!!!

Suasana di pesawat ini sungguh tidak nyaman sama sekali, sangat bertolak belakang dengan saat di bus tadi.
Jika di bus tadi suasananya ceria dengan kami yang bisa mengobrol santai bahkan sampai bernyanyi-nyanyi.
Sekarang disini, jangankan bernyanyi. Para member semuanya diam, seperti canggung satu sama lain.
Selain itu, kursi pesawat ini juga tidak begitu nyaman untuk diduduki.

Aku jadi sedikit menyesal.
Bukan. Tidak.
Aku tidak menyesal dengan apa yang sudah kukatakan pada Shania. Aku sudah mengambil keputusan, aku tidak boleh menyesalinya.
Aku hanya menyesal karena menciptakan suasana canggung ini.

Apa harus aku yang memulai obrolan?, pikirku.

Tapi dengan siapa?
Bang Kenzo di sebelahku sepertinya sedang istirahat, aku tidak enak jika harus membangunkannya.

Mengobrol dengan member?
Tapi dengan siapa?
Aku tidak begitu dekat juga dengan mereka.
Hanya satu orang, tapi tidak mungkin aku bisa mengobrol dengannya saat ini. Setelah apa yang kukatakan padanya tadi, dan setelah melihat dia bereaksi, aku harus menunggu sampai emosinya stabil dulu.

Maafin aku, Nia, batinku.

Shania berdiri?
Dia berjalan ke arahku?
Apakah,....?

Tidak.
Shania hanya melewati tempatku duduk.
Mungkin dia hanya ingin ke toilet.

"Hoaaamm..... Sudah sampai mana kita?" tanya bang Kenzo yang sudah bangun.

"Palingan bentar lagi kita sampe, bang" jawabku.

"Aku boleh tanya sesuatu?" tanya bang Kenzo tiba-tiba.

"Lo udah nanya, bang. Ngapain pake ijin segala" balasku.

Tunggu, apa bang Kenzo akan menanyakan tentang apa yang kukatakan pada Shania tadi?
Aku harus menjawab apa?

"Kalo boleh jujur, awalnya aku juga tidak percaya padamu waktu itu" kata bang Kenzo.

Tunggu, ini bukan pembahasan soal aku dan Shania.
Ini,....

"Maksudku, mana mungkin ada staff yang melakukan hal seperti itu. Tapi, saat kau memberikan bukti yang kau serahkan pada Aris, kami semua langsung percaya"

"Trus,.. Lo sebenernya mau nanya apa bang?" tanyaku.

"Kenapa kau menyerahkan bukti itu pada Aris? Waktu itu kau dan dia belum begitu dekat kan. Kenapa kau bisa percaya kalau dia tidak akan menyalahgunakan bukti itu untuk keuntungan pribadinya?"

"Bukannya udah disalahgunakan ya, bang?" tanyaku menyindir keadaan saat ini yang bang Aris memacari salah satu member.

"Itu beda cerita. Jadi, kenapa kau bisa percaya pada Aris?" tanya bang Kenzo lagi.

"Jawabnya ada di ujung langit, bang" kataku bercanda.

"Kau jangan berc-"

"Tapi karna sekarang kita lagi ada dilangit, jadi bakal gue jawab, bang" potongku.

Bang Kenzo diam menunggu aku melanjutkan perkataanku.

"Jawabannya cuma satu, firasat" tambahku.

"Ya sudah lah, terserah. Firasat mu memang tidak pernah salah" kata bang Kenzo akhirnya.

Sebenarnya bukan karena firasat ku mengatakan aku harus mempercayai bang Aris, tapi karena sebuah amanah yang mengharuskanku mempercayai bang Aris.
Dan firasat ku mengatakan aku harus melaksanakan amanah tersebut.

Pertanyaannya adalah, siapa yang mengirimkan 'bukti' itu padaku?
Kenapa tiba-tiba ada paket yang dikirim ke rumahku dan mengharuskanku menyerahkan 'bukti' itu pada bang Aris?

"Oh iya, aku lupa bertanya. Kau mendapat bukti itu darimana?" tanya bang Kenzo tiba-tiba.

"Kalau soal itu,..."

TAP TAP TAP

Aku tidak melanjutkan kata-kataku karena aku mendengar suara langkah kaki seseorang. Dan jika firasat ku benar, pemilik langkah kaki ini adalah....

"Aku juga"

Aku juga?
Apa maksudnya?
Shania, apa maksudmu?
.
.
.
.
.
Akhirnya aku sampai juga disini, di Jakarta.
Yang orang bilang adalah sebuah ibukota yang kejam.
Sebenarnya yang bilang seperti itu hanyalah orang-orang berpemikiran pendek. Mereka mengira dengan merantau ke Jakarta lalu mereka akan sukses?
Tentu tidak. Kesuksesan bisa didapatkan dimana saja asal kita berusaha, karena usaha tidak akan menghianati hasil.

Ditambah 'kelebihan' dari Jakarta dibanding kota yang lain, yaitu....
Macet, (Gimana gak mau macet? Pusat hiburan dan pusat pemerintahan ada disini, beruntung pusat pariwisata tidak ada disini juga, tapi di Bali) panas, (Ya, meskipun panas tapi aku betah. Karena sejujurnya tubuhku lebih tahan dengan udara panas daripada udara dingin, mungkin karena aku sudah terbiasa tinggal disini).
Dan lagi, disini juga ada seseorang yang menungguku kembali, seseorang yang menungguku untuk menepati janjiku padanya.
Ku harap dia tidak 'kabur' lagi.

"Ya udah, kita pisah disini ya" kata bang Kenzo saat kami sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta.

"Iya, bang. Makasih" jawabku singkat sambil sedikit membungkukkan badan.

"Hati-hati ya, kak Adrian" kata beberapa member.

Aku hanya mengangguk pelan menanggapinya.
Cuma Shania yang hanya berdiam diri dan tidak mengatakan apapun padaku. Bahkan dia tidak melihat sedikitpun ke arahku.

"Suara hati kak Shania" kata Yupi seperti memberi aba-aba.

Tiba-tiba Yupi, Michelle dan Feni menyanyikan sebuah penggalan lirik lagu.

"Hentikan!
Janganlah melihatku seperti itu.
Soalnya, aku tidak tertarik sama kamu~"

Kampret! Jadi mereka ngira gue ditolak?, batinku.

"Ha,.. Ha,... Ya udah ya, dah~" balasku tertawa garing lalu pamit.

"Kak Adrian!" tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.

Aku menoleh dan,...

"Jangan lupa hubungin aku ya, aku tunggu" kata Michelle.

Tunggu,....
Apa itu artinya di bus tadi dia tidak sedang bercanda?

"Kak!" kali ini Yupi yang memanggilku.

Mau apa lagi sih?, batinku.

"Meskipun tampang aku gini, aku udah cukup umur lho buat pacaran" kata Yupi lagi.

Tunggu, tunggu.
Ini serius?
Aku kira mereka hanya sedang menggodaku dan Shania saja.

"Kalo sisi 'lucu' aku gak ngaruh ke kakak, mungkin sisi 'dewasa' aku bisa berpengaruh. Jadi aku tunggu" tambah Yupi.

"Masih sempet-sempetnya tebar pesona" celetuk Stefi.

"Apa sih?" balasku sambil sedikit merapikan rambut dan menutup nya kembali menggunakan topi.

"Tuh kan" kata Stefi lagi.

Bodo amat lah.

"Dah~" kataku pamit sambil melambaikan tangan pada mereka dan berbalik badan berjalan menjauh.
.
.
.
Aku sudah mengambil keputusan dan ini keputusanku sendiri. Bahkan disaat kami jauh, tanpa kehadirannya sekalipun disisiku, aku tetap memilihnya.

Shan, aku pulang.
.
.
.
.
.
.
.
"Ini gue dateng gak disambut apa gimana ya?" gumamku saat sudah sampai di depan rumahku dan turun dari Gojek.

Ya, mungkin dia tidak mengira kalau aku pulang lebih cepat karena naik pesawat.

Aku membuka pagar dan masuk ke halaman rumah. Saat sudah mencapai pintu depan, aku yang awalnya berniat mengetuk pintu akhirnya lebih memilih untuk langsung membuka pintu dan masuk kedalam.

"Assalamualaikum. Shan, aku pulang" kataku memberi salam.

Tidak ada jawaban.
Apa tidak ada orang?
Tapi pintu dan pagar tidak dikunci.

Tunggu dulu, rumah ini,....
Rumah ini tidak berubah sama sekali sejak terakhir aku pergi, tetap bersih dan rapi.
Tidak ada debu, tidak ada piring kotor yang menumpuk, barang-barang nya juga tertata rapi.

Lalu apa masalahnya?
Jelas tidak ada masalah, justru itu sangat bagus.
Artinya aku tidak salah dalam melakukan pilihan.

"Bener-bener gak ada debu sama sekali" gumamku.

Tunggu, aku melihat sesuatu dari sudut mataku.
Bukan. Bukan sesuatu, tapi seseorang.
Dan itu Shani, dia sedang berdiri di ujung tangga dengan wajah sedih.

"Aku pulang kok gak disambut sih?" kataku menyapanya.

Shani hanya diam tidak membalas perkataanku.

"Sini dong, aku mau ngomong sesuatu sama kamu" kataku memintanya untuk mendekat.

Shani melangkah perlahan dengan malas.

"Kamu kenapa sih? Kamu gak seneng aku pulang?" tanyaku padanya begitu dia sudah berada di dekatku.

Shani masih tidak mau menjawab dan hanya menatapku sebentar kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Aku tau, diam itu emas. Tapi suara kamu itu berlian, Shan. Itu lebih berharga" kataku sambil menjawil hidungnya.

Itu membuatnya sedikit tersenyum.

"Nah, gitu dong. Senyum dikit" kataku sambil mengelus rambutnya.

"Jadi,.... gimana?" tanya Shani yang akhirnya mau bicara.

"Aku ceritain ya,... tapi...."

"Iya. Hiks... Aku tau, aku ngerti kok, hiks.... Aku paham...." kata Shani yang mulai menangis.

"Shan,.."

"Meskipun kita udah kenal waktu kecil, tapi aku tetep merasa kayak 'orang baru' di hidup kamu. Kehadiran aku yang 'cuma sebentar' gak mungkin bisa ngalahin kedekatan kamu sama kak Shania selama beberapa tahun terakhir" tambah Shani sambil berusaha menghapus air matanya yang masih mengalir dengan kedua tangannya. "Iya kan"

"Kok udah nangis sih? Jangan nangis dulu dong, aku belum selesai ceritanya" jawabku sambil memegang kedua tangannya.

Shani berusaha menahan agar air matanya tidak mengalir lagi, ekspresinya sungguh menggemaskan.

"Pada akhirnya, aku gak bisa ngomong ke Shania soal hubungan kita. Tap-"

"Aaaaaahhhh,..... tuh, kan" kata Shani merajuk seperti anak kecil dengan menggoyang-goyangkan kedua tangannya dan menggerakkan kakinya seperti jalan di tempat.

"Hei, aku belum selesai cerita" kataku berusaha menenangkannya.

Shani jadi sedikit tenang, tapi ada sedikit air mata yang mengalir di sudut matanya.

Jangan nangis dong, batinku.

"Aku emang gak ngomong ke Shania soal hubungan kita, jujur aku gak bisa. Tapi aku udah tegesin ke Shania, kalo aku cuma mau sahabatan sama dia" jelasku.

"Jadi,....?" tanyanya ingin memastikan.

"Jadi, intinya aku pilih kamu Shani Indira Natio" jawabku.

"Aaaaaahhhhh,....... kamu mah" balasnya lalu memelukku sambil menangis lebih keras.

"Udah dong, kok malah makin kenceng nangisnya?" kataku.

"Kamu sih. Hobi banget bikin aku nangis" balasnya sambil mempererat pelukannya.

"Kok hobi sih?" tanyaku.

"Ya habisnya,... kamu...."

"Setiap kali aku tau kamu sedih, aku juga ngerasa sakit tau" balasku sambil membalas pelukannya. "Udah dong jangan nangis terus, masa center nya JKT48 cengeng. Udah, jangan nangis lagi"

Karna setiap kali kamu nangis, aku selalu dibully, batinku.

"Biarin! Gapapa aku nangis-nangisan dulu sekarang, biar nanti sisanya kita ketawa-ketawa terus" balasnya.

"Uuuuhhh..... Tayang tayang" kataku sambil mempererat pelukan.

"Aku kangen tau, kangen banget" kata Shani manja.

"Aku tau" balasku sambil mengelus-elus rambutnya.

"Aku sayang kamu, Adrian" kata Shani tegas.

"Aku tau" balasku lagi.

Aku juga, Shan.
Aku juga sayang sama kamu.
Kamu pasti tahu itu.

Seharusnya itu yang aku katakan, tapi aku lebih memilih untuk diam.

Karena untuk saat ini, aku hanya ingin memeluknya, sebagai tanda aku tidak mau kehilangannya lagi. Dan semoga momen ini-

"Cek cek e'hem"

Ya ampun. Nih anak belum pulang ya ternyata, batinku.

Kalian pasti tahu kan itu suara siapa.

"Greee! Kamu jangan rusak momennya dong" kata Shani memarahi Gracia.

"Lo kenapa selalu ganggu sih? Cemburu? Pengen dipeluk juga?" tanyaku. "Ya udah, sini!" ajakku sambil merentangkan tangan. "Aduh!"

"Gak usah macem-macem" kata Shani setelah mencubitku.

"Apa sih? Nanti ada yang nangis terus kabur lagi lho" kata Gracia menyindir Shani.

Shani hanya membalas sindiran Gracia dengan kembali memelukku.

"Orang aku mau nagih oleh-oleh" tambah Gracia. "Ada oleh-oleh kan, kak Ads"

"Gak ada, gue gak sempet beli oleh-oleh" jawabku sambil membalas pelukan Shani. "Sorry ya"

"Ihh,... Gak asyik!" kata Gracia sambil memasang wajah cemberut.

Aku dan Shani tidak menanggapi Gracia dan lebih memilih untuk melanjutkan pelukan kami.

"Ini seriusan? Kalian masih mau ngelanjutin mesra-mesraan nya? Masih ada aku lho disini" kata Gracia.

"Emang kenapa? Gak boleh? Ini kan bukan di rumah kamu Gre" balas Shani.

"Lagian bukannya lo ini cuma 'pengamat', ya kan" tambahku.

"Tapi,..."

"Ya udah, sini!" kataku menyuruhnya mendekat. "Kamu mau oleh-oleh kan"

"Eh, ternyata ada ya. Kak Ads baik deh, jadi makin sayang" balas Gracia.

"Hah? Apa tadi?" tanyaku.

"Gak gapapa" balasnya gugup sambil menutup matanya dan menjulurkan kedua tangannya meminta oleh-oleh.

Aku melepaskan topiku dan menaruh kepala bagian depannya sehingga menutupi sebagian wajahnya juga.

"Eh, apa ini?" tanya Gracia.

"Oleh-oleh buat lo. Udah, jangan ganggu ya" kataku.

Aku menoleh kearah Shani dan dia sedang memasang wajah sedih seakan iri, dan seolah mengatakan 'oleh-oleh buat aku mana?'.

"Aku juga punya sesuatu buat kamu kok" kataku hingga membuat Shani tersenyum. "Tapi tutup matanya dulu" tambahku.

"Eh, kalian mau ciuman ya? Aku,... A-aku,.... Aku balik badan dulu deh" kata Gracia sedikit panik.

Kenapa dia jadi panik, batinku.

Lagipula bukannya dia sudah sering melihat video,...
Kenapa melihat orang berciuman saja dia jadi panik?

Kulihat Shani masih membuka matanya.

"Kok masih belum merem sih?" tanyaku.

"Kamu mau nyium aku?" tanya Shani balik.

"Tutup mata aja dulu" pintaku.

Shani langsung mengangguk dan menutup matanya. Sedangkan Gracia meskipun sudah berbalik badan, tapi dia masih sesekali mengintip ke arahku dan Shani.
Sudahlah, aku juga tidak mempermasalahkan jika dia ingin melihat apa yang aku lakukan pada Shani.

Aku melepas tas-ku kemudian membukanya, lalu aku mengambil sesuatu untuk Shani.

"Sekarang kamu boleh buka mata" kataku pada Shani.

Shani langsung melihat apa yang aku pegang lalu menatapku bingung.

"Aku boleh pulang kan?" tanyaku memastikan.

Shani yang mengerti apa yang ku maksudkan lalu menutup mulutnya seakan tidak percaya. Setelah itu, tiba-tiba dia langsung memelukku.

"Hei, pertanyaanku belum kamu jawab" kataku mengingatkannya.

"Ya boleh lah. Ini kan rumah kamu" jawab Shani dengan suara serak menandakan dia menangis lagi.

"Ini rumah kita, Shan" kataku membenarkan.

"Iya. Itu maksud aku" balasnya.

"Udah dong, kok malah nangis lagi. Aku balik ke kamu kan, sesuai janji aku" kataku sambil menempelkan keningku ke keningnya.

"Aku terharu tauk. Aku kira kamu bakal nyium aku, tapi ternyata kamu lebih milih buat nepatin janji kamu"

"Oh, aku paham!!" kata Gracia tiba-tiba.

Oh iya, ada Gracia ya disini.

"Lagian kalo aku nyium kamu, pas udah deket bakal di 'ekhem' lagi nanti" sindirku.

"Hehe" balas Gracia cengengesan. "Kak Ads romantis banget sih, jadi pengen meluk juga deh" kata Gracia lagi sambil memelukku juga tanpa minta ijin dulu.

"Gree...."

"Sesekali lah, ci"

Shani memasang ekspresi seakan marah pada Gracia yang dibalas Gracia dengan senyuman manis.

"Udah-udah" kataku melerai debat singkat mereka sambil melepaskan pelukan dari keduanya. "Aku masih capek, mau tidur dulu. Jangan berantem ya" tambahku bercanda sambil mengelus kepala mereka berdua.

Kemudian aku berjalan kearah tangga hendak naik ke kamarku.

"Inget lho, jangan berantem! Apalagi sampe cakar-cakaran" kataku lagi.

Emang ini lagi promo film, batinku.

Aku emang gak salah udah milih kamu, Shan.

Aku membuka pintu kamarku dan,...

"Adrian!! Tunggu!"

"Tunggu, kak Ads!!"

Shani dan Gracia berteriak memanggilku, mencegahku untuk masuk kamar tapi terlambat.

"Kalian apa'in kamar aku?" tanyaku sambil menyilangkan tangan di depan dadaku.

"Itu salahnya Gracia!!" jawab Shani cepat lalu masuk ke kamarnya.

"Eh, kok gitu sih? Ci Shan kan juga ikutan" balas Gracia yang kemudian menyusul Shani.

Aku sedikit tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

"I Love You, My Aphrodite" gumamku pelan.

IMG-20181006-123919.jpg






















-Udah, Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Catatan Penulis:



Ya iya lah gak salah milih, orang milih Shani dapet bonus Gracia.
Bagi gue satu kenapa, Dri.
Lagian, topi dapet gratis malah dikasih ke orang lain.
BTW itu tadi pd banget ya, seakan-akan udah yakin banget kalo bakal #Shani2Periode


Siapa yang kangen Shani?
Siapa yang kangen si pengamat alay?
Siapa yang kangen Shani nangis?
Siapa yang kangen 'gangguan' dari si pengamat alay?







Makasih.
• TTD H4N53N








*Oh iya, kalian tau gak kira-kira 'oleh-oleh' dari Adrian buat Shani itu apa?

Sebenernya bodo amat sama hasilnya MU karna dari awal rencana saya update nya sekalian penutupan voting. Meskipun sebenernya telat beberapa menit.

Jadi tahu kan, topinya dari siapa :pandaketawa:
IMG-20181115-011048.jpg
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd