Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Wah mantep, satu universe sama trit sebelah

Lah tp di sebelah bukannya Cinhap bukan member Jeketi ya
 
Catatan Penulis:


Hehe. Siapa yang waktu itu nanya Adrian pulang ke Jakarta lewat mana.
Adrian pulangnya bareng member. :pandaketawa:

Di catatan penulis kali ini, saya cuma mau ngucapin terimakasih buat suhu @BlueTitan yang udah ngasih ijin buat pinjem Dimas nya sebentar.

Udah pada tahu kan ya, Adrian pilih siapa. Kalo gitu ya udah.


Makasih.
• TTD H4N53N








*Update selanjutnya bulan depan.
Kalian sih gak peka, saya kan mau update nungguin next page dulu.

Tapi bisa lebih cepat kok.
Tergantung kalian, bisa mecahin hi-score nya Adrian apa gak

Screenshot-2018-10-22-14-33-50.jpg

Dan kalian bisa nebak gak intro yang diulang-ulang Adrian tadi itu lagu apa?

Tinggal upload



Situ pake pc anjir, Adrian pake HP

Tapi gapapa lah, saya update lebih cepat nanti.
Karena part selanjutnya adalah part 25, jadi update tgl......
Iya iya 25



















25 desember ya, sekalian hari natal :pandaketawa:


Lah kok tanggal 25 desember si hu bukannya udah ada yang mecahin score andrian kan masih penanasaran sama inisial "S" yang dikatakan andrian jadi segera lah update hu btw nice update hu dan semangat nulis nya hu
 
Asal jangan 25 Desember 3018

Silahkan ditunggu ya

Lu apded telat kyk kemaren aje udh nyiksa huu, ini makin-makin malah tgl 25 jangan sampe beneran desember makin nyelekit rindu ini sama ci shani dan pengamat alay. Jangan kelamaan yak huu apdednya..
#YNWA

Kapan telat?
Emang yang kemaren telat ya?
Kan saya gak ngasih tgl pasti
#GGMU

serah kak ads deh :(

Woi! Woi!
Cuma pengamat alay yang boleh manggil kayak gitu

Wah mantep, satu universe sama trit sebelah

Lah tp di sebelah bukannya Cinhap bukan member Jeketi ya

Gak satu universe kok, saya masukin Dimas cuma perlu sama kata-kata 'as elegant as aurora' nya aja sebenernya
Tapi intinya, di universe mana aja, Cindy cintanya sama Dimas

'Cie~ cie~'

Alias kapan update suhu?

Colek juga ah, @BlueTitan

Siapa tau kalo dicolek mau update juga :pandapeace:

Nerbener finding oshi, bertaburan oshinya

Kok banyak?
Adrian belum punya oshi kok
Tauk tuh orang, bukannya nyari oshi malah nyari calon istri

Lah kok tanggal 25 desember si hu bukannya udah ada yang mecahin score andrian kan masih penanasaran sama inisial "S" yang dikatakan andrian jadi segera lah update hu btw nice update hu dan semangat nulis nya hu

Inisial 'S' adalah,..... Siapa hayo?











*Mungkin update bisa lebih cepat, karena MU menang dan merah yang satu nya pfffft ha..ha.. ha.. ha..ha.. ha..ha.. hahahahaha :pandaketawa: #ModeKetawaJahat #JanganBaper #Peace :pandapeace:
 
*Mungkin update bisa lebih cepat, karena MU menang dan merah yang satu nya pfffft ha..ha.. ha.. ha..ha.. ha..ha.. hahahahaha :pandaketawa: #ModeKetawaJahat #JanganBaper #Peace :pandapeace:
Masih unbeaten huu sans, itu aturan jiga goal yg dianulir gak offside yak picek bat hakim garis kimakkk:sendiri:
 
Part 25: Comeback

FERSBLOD!

MENIAK!!

TURETDESTROI!!!

YUHAFSLEIN!!!

SOTDAWN!!

ENEMIKIL!

Itulah suara-suara yang umum terdengar jika kita sedang bermain game MOBA touchscreen. Tapi itu kalau kita bermain bersama orang-orang normal.
Nah, lain cerita jika bermain bersama orang-orang 'diatas normal' seperti yang ku alami saat ini. Maka suara yang terdengar adalah,...

"Lo jangan cuma jaga tower aja, kampret!!"

"Ted, ini bukan Harvest Moon! Jangan farming melulu!!"

"Raf, cover!"

"Dri,.... Gak jadi. Lo gak bikin kesalahan apapun. Belum"

Dsb.

Ya, aku memang sedang bermain game MOBA touchscreen bersama teman-temanku di rooftop kampus. Dan suara-suara teriakan tadi berasal dari Samuel.
Entah kenapa dia sepertinya 'stres' hari ini, apa karena UAS tadi?
Aku rasa tidak. Samuel anaknya cukup pintar.
Oh, mungkin karena,....

Hah? Kenapa?
Kenapa aku malah santai-santai di rooftop sambil bermain game MOBA touchscreen bersama teman-temanku?

Memangnya tidak boleh?
Kami baru selesai UAS, jadi otak kami butuh refreshing. Ya, meskipun masih hari pertama sih.

Apa?
Soal siapa yang kupilih?
Kalian baca atau tidak sih?
Masa belum jelas.
Perasaan sudah sangat jelas.

Ya sudah, nanti akan aku jelaskan lagi. Sekarang aku sedang sibuk.

"Nyantai dong, Sam" kata Jose mengingatkan Samuel.

"Gimana bisa santai? Kita belum menang daritadi" jawab Samuel. "Lo juga jangan angkat telfon lagi"

"Gue angkat telfon dari bokap" balas Jose.

"Gak usah bo'ong lo. Telfon dari Dinda kan" kata Samuel.

"Slow ae kali" balas Rafli santai.

"Lo juga, Raf. Lo tadi angkat telfon dari Sarah kan. Pake alasan dari nyokap"

"Rafli kan tadi bilang 'dari mama' bukan 'dari nyokap' iya kan" kali ini Tedi yang ikut bicara.

"Kan emang panggilan mereka 'Papa-Mama' iya kan" kataku menyindir Rafli sambil menendangnya pelan.

"Apa'an? Gak. Kampret lo!" balas Rafli.

Ya, memang pasti bukan dari ibu nya. Ibu Rafli sudah tidak ada.
Dan sekarang kalian sudah tahu bukan penyebab Samuel emosi daritadi, karena ditengah-tengah permainan Jose dan Rafli malah afk dengan mengangkat mengangkat telfon dari pacarnya masing-masing. Ditambah Tedi yang mainnya tidak jelas.
Hah? Kenapa?
Iya Rafli sudah punya pacar, namanya Sarah. Maka dari itu beberapa hari yang lalu dia mencariku, hanya sekedar untuk pamer kalau dia sudah punya pacar.

Kampret nih orang emang.

Tapi syukurin tuh.
Niat mau pamer, begitu dia sampai dirumahku dan bertemu dua sosok yang tak terduga, dia langsung minder dan tidak jadi pamer. Niat awalnya udah jelek sih.

Ya, Rafli sudah berubah. Dia sudah tidak 'takut' lagi kalau sedang berhadapan dengan cewek tapi kalau dengan member masih sama sih.
Perubahan Rafli itu berkat bantuan Jose. Ada gunanya juga ternyata tuh anak.

"Udah lah, pokoknya jangan ada yang angkat telfon lag-"


Sudah berakhir
Wahai sayangku~


"Lo angkat, gue hajar lo ya" kata Samuel mengancamku.

"Suaranya masih itu aja, bukannya lu udah tanya Jose cara gantinya" kata Tedi.

"Udah gue kasih tau kok caranya" kata Jose.

"Setelah gue pikir, lagu ini enak juga. Jadinya,... ya gak jadi gue ganti" jawabku.

"Yang di Jogja lagi kangen ya" kata Rafli menyindirku.

"Tau aja lo" balasku. "Nyokap gue yang telfon" kataku sambil memperlihatkan layar HP-ku.

"Beneran?" tanya Samuel.

"Iya, Sam" jawabku. Gue angkat dulu ya"

"Ya udah, cepetan"

"Jangan pada gangguin lo ya. Lo gangguin, gue lempar satu-satu lo" kataku sambil berdiri dan berjalan menjauh.
.
.
.
Untuk apa ibuku menelfon?
Kenapa firasat ku tidak enak.

"Halo, assalamualaikum bu" sapaku saat mengangkat telfon.

"Wa'alaikumsalam"

Tumben gak ngomel, berarti firasatku tadi salah, batinku.

"Ada ap-"

"KAMU GAK KE JOGJA?!" tanya ibuku sambil berteriak.

Waduh, ngegas.
Firasat ku ternyata tidak salah.
Sepertinya tadi ibuku hanya menarik nafas sebentar sebelum mengomeliku.

"Enggak. Kan ak-"

"KAMU INI GIMANA SIH?! SHANI LAGI DI JOGJA TAPI KOK GAK KAMU TEMENIN?!!"

"Minggu ini aku lagi ada UAS, jadi gak bisa ke Jogja"

Sebenarnya aku juga ingin melihat circus K3. Tapi mau bagaimana lagi.

"Jangan alasan!"

"Beneran, bu. Shani juga udah aku kasih tau kok sebelumnya" balasku. "Ya udah, aku tutup ya. Aku gak bisa lama-lama. Assalamualaikum" kataku lagi sambil menutup telfon.

Bukan karena aku takut diomeli Samuel dan yang lain karena menelfon terlalu lama, tapi aku malas saja diomeli ibuku.
.
.
.
"Gimana?" tanyaku setelah kembali duduk di dekat teman-temanku.

Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab. Mereka hanya diam.

"Woi, kampret! Ini apa-apaan?" kataku saat melihat layar HP yang menunjukkan kalau tim kami dalam keadaan tertinggal. "Gue tinggal bentar kenapa jadi kayak gini? Sam? Raf?" tanyaku.

"Ngatur dua orang ini susah, Dri" kata Rafli.

"Dua orang ini makin lama makin gak jelas mainnya" kata Samuel.

"Oi, lo berdua jangan asal main maju aja" kataku sambil menendang Jose dan Tedi.

"Tadi gua cuma farming dimarahin, sekarang ikut nyerang juga masih dimarahin"

"Tadi gue cuma jaga tower dimarahin, sekarang ikut nyerang juga masih dimarahin"

"Ah udah lah, ikutin instruksi gue!" kataku.
.
.
.
.
.
"Wuhu,... Comeback Is Real!" teriak Tedi saat kami akhirnya menang dengan susah payah.

Ralat, hanya aku, Samuel, dan Rafli yang bersusah payah, dua makhluk lainnya tidak berkontribusi.

"Real? Bisa apa ditinggal Ronaldo?" ejek Jose yang tiba-tiba menyambungkan topik pembicaraan kearah persepakbolaan.

"Emangnya Barca, masih ngandelin Messi aja? Lagian siapa yang butuh Ronaldo?" kata Tedi dengan nada sombong.

"G*blok lo" kataku pada Tedi. "Ditinggal pemain yang setiap musimnya nyetak minimal 40 gol, kok malah seneng. Lagian meskipun Ronaldo gak nyetak gol di satu pertandingan, kehadirannya di lapangan itu udah bikin tim lawan takut"

"Pindahnya kemana?" tanya Samuel menyombongkan diri sambil menaik-naikkan alisnya.

"Tapi keren ya Juve, selama ini isu kepindahan Ronaldo kan kalo gak ke PSG ya ke MU. Eh, ini baru ada kabar sekali kalo pindah ke Juve eh, pindah beneran" kata Jose.

"Kalo kata gue, yang pinter Ronaldo-nya. Kalo main di PSG susah, terlalu banyak bintangnya, apalagi ada Neymar. Rusuh nanti. Kalo balik ke MU, susah juga. Keadaan MU sekarang kayak gitu. Uji coba lawan Ac Milan aja masa harus sampe adu penalti? Gattuso pengalaman ngelatihnya seberapa sih?" kataku.

"Dan daripada dia main di liga China kan. Mendingan liga Italia, masih di Eropa" tambah Rafli.

"Ronaldo pinter milih Juve, Dinda yang gak pinter" kata Tedi. "Berharap dapet Adrian, malah dapet Jose"

Ini arah pembicaraannya mau kemana sih?, batinku.

Oh iya, aku belum menjelaskan bagaimana Rafli bisa mendapatkan pacar. Itu karena Double Date yang direncanakan Jose.

"Ah, kampret lo" kata Jose. "Itu namanya strategi. Kalo gue bilang ada Rafli, pasti mereka ngira Adrian bakal ikut juga"

"Sialan lo. Modusin cewek pake nama gue" kataku.

"Alah, sesekali bantuan temen lah" kata Jose lagi.

"Lo enak dapet cewek. Lah, keuntungan buat gue apa?" balasku.

"Ya udah, pacaran sama Tedi aja sono. Lo berdua kan sama-sama jomblo"

Tedi tiba-tiba melihat ke arahku.

"Apa'an lo!" kataku pada Tedi.

"Adrian kalo homo pilih-pilih kali, Ted. Lo gak usah ngarep, ya kan Dri" kata Samuel.

"Kalo gue bisa milih, ya gue milih normal lah daripada homo" balasku.

"Gua juga normal kali" kata Tedi. "Cuma belum ada yang mau aja, yang perlu dipertanyakan itu Adrian. Kok masih jomblo"

Oh iya, apa kalian menyadari satu hal?
Ya, teman-temanku sekarang memanggil ku 'Dri' atau 'Adrian' bukan lagi 'Ian'. Aku yang meminta mereka untuk begitu, dengan alasan 'kalau hanya Rafli yang memanggilku 'Dri' rasanya agak aneh'.
Tapi alasan sebenarnya bukan itu, kalian pasti sudah bisa menebaknya bukan.

"Tapi bener juga kata kribo, kenapa lo masih jomblo sih? Apa susahnya buat lo nyari cewek?" tanya Samuel.

"Gue cuma lagi nyari seseorang yang tepat aja. Dan sebenernya udah nemu kok, cuma,...." kataku sedikit menggantung.

"Siapa?" tanya Rafli yang paling penasaran.

"Gua doain biar gak jadi, biar gua gak jomblo sendirian" kata Tedi.

"Sialan lo" kataku.

"Nyari seseorang yang tepat? Bahasa lo ketinggian, kampret!" kata Jose.

"Ya,.. setelah putus dari Manda, gue harus cari pengganti yang lebih baik kan" kataku.

"Itu alasannya lo dulu deketin cewek-cewek di 'TOP TEN'?" tanya Rafli.

Aku langsung mengangguk.

"Tapi kenapa akhirnya gak ada yang jadi pacar lo?" tanya Samuel.

"Ya gapapa, gak ada cocok aja. Lagian gue udah dapet 'untung' dari mereka juga" kataku yang ku akhiri dengan sebuah senyuman.

Mereka berempat yang mengerti apa yang ku maksudkan langsung mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya tidak layak dikonsumsi publik. Tapi aku akan coba memperhalusnya.

"Brengsek lo!!!"

"Kampret emang!!"

"Gue tau lo sedih waktu putus dari Manda, tapi gak gitu juga kali"

"Bedebah!!!"

Aku hanya tertawa menanggapi ledekan mereka.

"Tapi bisa jelasin gak sih alasan lu gak jadi sama salah satu dari mereka?" tanya Tedi.

"Kenapa? Lo pada pengen tau banget?" tanyaku balik.

"Gak juga sih, buat ngisi kekosongan aja" balas Tedi.

"Ya udah, gue jelasin satu-satu ya" kataku akhirnya.

Sebenarnya aku agak malas untuk bercerita mengenai hal ini, tidak penting juga untuk diceritakan. Tapi karena alasan 'biar tulisannya kelihatan banyak'. Jadi, aku akan menceritakannya

"Pertama Elsa, cewek pertama dari 'TOP TEN' yang coba gue deketin" kataku. "Alasan kenapa gue akhirnya gak jadi sama Elsa adalah,..."

Mereka mulai mendengarkan dengan serius.

"Lo pada tau kan, Elsa itu gimana? Cantik, cerdas dan,..." kataku.

"Matre" sambung mereka berempat.

"Gue lebih suka nyebutnya licik sih. Karna dia cerdas, dia jadi tau kalo dirinya itu cantik, itu yang ngebuat dia jadi licik gitu" jelasku. "Dia cerdas dengan memanfaatkan kecantikannya"

"Maksudnya gimana sih?" tanya Tedi

"Mantan terakhir Elsa siapa? Iwan. Cowok paling kaya nomor dua di kampus. Yang bisa ngalahin dia soal kekayaan siapa? Bos nya dia, Danial" kataku.

"Si 'tangan kirinya' Danial" kata Jose.

"Tangan kiri? Buat cebok dong? Emang Danial masih minta dicebokin?" tanya Tedi.

"Itu kiasan doang, Ted" kata Rafli.

"Trus?" tanya Samuel.

"Setelah putus dari Iwan, pastinya Elsa bakal nyari cowok yang lebih tajir daripada mantannya itu kan"

"Jadi,..."

"Ya, gue berhenti deketin Elsa lah. Punya gebetan yang mantannya tajir itu gak enak. Sumpah, gak enak!" kataku.

"Iya juga sih" kata Jose.

"Masalahnya gak sampe disitu. Setelah itu, setiap kali gue ngeliat Iwan di kampus, gue pengen ngomong sesuatu tepat didepan mukanya dia" kataku setengah emosi.

"Yaitu...?" tanya mereka berempat bersamaan.

"BANGSAT LO ANJING. Kenapa harus dia yang jadi mantannya Elsa waktu itu sih?"

"Ya udah. Lanjut lagi aja kalo gitu" kata Tedi.

"Lanjut ya, yang kedua itu Silvi"

"Kalo ini kayaknya gue tau sih" kata Samuel. "Dulu gue juga pernah coba deketin soalnya"

"Ya udah, lo aja yang cerita, Sam" kataku.

"Gapapa nih?" tanya Samuel.

Aku hanya mengangguk mengiyakan.

"Gue cerita ya" kata Samuel. "Silvi itu kalo lagi shopping, lo bakal berasa kayak naik haji. Lo harus muterin mall dulu sebanyak 7 kali yang pada akhirnya, dia beli barang di toko yang pertama kali dia datengin waktu pertama masuk mall"

Aku langsung mengangguk lagi karena apa yang diceritakan Samuel memang benar.

"Lanjut lanjut" kata Tedi.

"Ini gapapa nih lanjut?" tanyaku pada Samuel. "Lo aja yang cerita deh, Sam"

"Kenapa Samuel lagi?" tanya Tedi.

"Lo gak tau, Ted? Pacarnya Samuel yang sekarang itu kan 'TOP TEN' juga, yang pastinya pernah dideketin Adrian juga" kata Jose. "Yang artinya, Samuel dapet bekasnya Adrian"

"Iya. Dan ini bukannya apa-apa lho, Sam. Tapi dari semua cewek dari 'TOP TEN' yang gue deketin, Mia itu paling gampang buat diajak-"

"Ah..... Udah! Udah! Udah! Gak usah dilanjutin" kata Samuel.

"Tapi gue kasih tau ya, Mia kalo udah sayang sama seseorang, bakal bener-bener dijaga sama dia. Dan seberapapun rasa sayang lo sama dia, bakal dibales dua kali lipat" balasku.

Mungkin itu yang menyebabkan Mia begitu mudah untuk ku ajak... Eh, berarti Mia sebenarnya,....

"Tapi itu juga berlaku kebalikannya, kalo ada yang gak suka sama dia, ya dia balas gak suka dua kali lipat juga. Jadi ati-ati lo pacaran sama dia" nasehatku pada Samuel.

"Ini mau di lanjut gak nih?" tanya Tedi tiba-tiba.

"Kata Samuel tadi gak usah dilanjutin" kataku.

"Lo cerita manggung amat. Lanjutin, kampret!" kata Jose.

"Ya udah iya, berikutnya siapa sih?" tanyaku pada diri sendiri. "Elsa, Silvi, Mia,.... oh, Sasha"

"Kenapa lo gak jadi sama dia?" tanya Samuel.

"Dari nama aja udah kayak duta micin gitu" jawabku.

"Lah, anjir. Masa cuma gara-gara itu?" tanya Rafli.

"Gak sih, gara-gara sifatnya sebenernya" kataku.

"Emang sifatnya gimana? Kayak kebanyakan micin gitu?" tanya Jose.

"Gak lah" bantahku. "Kalo lo pengen tau? Coba aja lo deketin tuh Sasha"

"Oke, lanjut~" kata Tedi menirukan aksen seorang vokalis dari suatu band ternama di Indonesia.

Aku, Samuel, Rafli, dan Jose langsung memandang jijik kearah Tedi.

"Kenapa? Dilanjut kan ini, kurang dua lagi lho" kata Tedi.

"Kurang satu kok" balasku.

"Kok kurang satu?" tanya Tedi bingung sambil menghitung dengan jarinya.

"Ya udah lah, lanjutin aja" kata Rafli. "Nanggung juga kan"

"Yang terakhir,... Setelah gue deketin Sasha itu,..... Dilla"

"Dilla 1990?" tanya Tedi.

"MATAMU!"

"Aldilla" kata Rafli menjelaskan.

"Ini yang paling seru nih" kata Samuel.

"Dia kan 'perfect'. Bego lo gak jadi sama dia" kata Jose.

"Bukannya jadi ya" kata Rafli.

"Oke gue jelasin ya" kataku akhirnya. "Dilla itu,... Setelah gue deketin dia ternyata,.... Dilla itu..."

"Apa? Apa?! APA?!" tanya Tedi.

"Dilla itu lebih 'polos' dari apa yang gue kira" kataku.

"Bajingan.." kata Jose

"Maksud lo, Dilla masih,...." kata Samuel menggantung.

"Dan lo yang udah ngambil,..." kata Rafli.

"Apa sih?" tanya Tedi, satu-satunya yang tidak mengerti dengan apa yang kumaksud.

"Itu juga alasan kenapa gue gak 'ngelanjutin' buat deketin Aisyah setelah gak jadi sama Dilla. Gue gak PD buat deketin Aisyah waktu itu, karna selain gue masih merasa bersalah ke Dilla, gue juga ngerasa gak enak aja. Aisyah sama Dilla kan sepupuan"

"Lo udah merawanin Dilla tapi gak jadi sama dia? Bajingan lo" kata Jose.

"Bentar-bentar, kayak ada yang aneh disini. Bukannya lo udah pacaran sama Dilla ya?" tanya Samuel.

"Iya. Setahu gue juga gitu" tambah Rafli.

"Gimana gue ceritanya ya? Gini, gue gak pernah nembak Dilla. Tapi setelah kejadian itu, gue ama Dilla emang deket kayak udah pacaran, tapi cuma bentar doang. Setelah itu, dia tiba-tiba ngejauhin gue. Dan gak ada kata 'putus' karna emang kita belum pernah jadian. Pas gue tanya kenapa dia ngejauhin gue, dia nya gak mau jawab"

"Ooohh,.... kalo itu gue kayaknya tau penyebabnya" kata Samuel.

"Maksud lo?" tanyaku.

"Banyak yang gak suka Dilla deket sama lo. Dan kayak yang lo bilang tadi, Dilla itu kan 'polos', dia gak kuat sama anceman yang dia didapetin" jelas Samuel.

"Trus hubungan lo sama Dilla sekarang gimana?" tanya Jose.

"Masih baik kok" jawabku.

"Gak cuma sama Dilla, sama bokapnya Dilla hubungannya juga masih baik kan" sindir Rafli.

"Ah, sialan!" umpat Jose kesal. "Gue jadi gak bisa deketin Dilla" tambahnya.

"Harusnya lo bersyukur, ada cewek yang khilaf lagi. Jangan sok mau jadi playboy" kataku.

"Hubungan gue ama Dinda lagi gak bagus" balas Jose.

"Kenapa?" tanya Rafli.

"Dia gak suka sama hobi motoran gue. Dibilangnya gue lebih perhatian ama motor" jelas Jose.

"Gampang aja. Kalo dia protes, lo bilang aja 'Lo bisa gak minum pertamax?' Gitu aja kok susah" kataku memberi saran. "Lagian lo gak usah coba-coba kayak Samuel deh"

"Apa'an?" tanya Samuel.

"Lo pikir kita gak tau? Sebelum lo putus dari Vita, lo udah deketin Mia duluan kan" kataku.

"Ya kan gue harus jaga-jaga buat kemungkinan terburuk, kan waktu itu gue ada masalah sama Vita" balas Samuel.

"Gue juga ada masalah nih sama Sarah, dia itu ternyata terlalu cewek banget. Kalo dijemput, dandannya lama. Gue mau protes tapi gak enak" kata Rafli.

"Itu alasan gue putus dari dia dulu" kata Samuel.

"Hahaha. Samuel dapet Mia yang bekasnya Adrian, Rafli dapet Sarah yang bekasnya Samuel" ledek Jose.

"Tunggu dulu, Raf. Lo masih,... atau udah,..."

"Gue udah ngelakuin ama Sarah. Itu pertama kalinya buat gue, tapi bukan pertama kali buat Sarah" kata Rafli.

"Ya iya lah. Sarah pertama ngelakuin kan sama gue" kata Samuel dengan nada meledek.

"G*blok lo, ANJIR!" kataku. "Lo pertama kali ngelakuin itu sama cewek yang udah gak perawan? Rugi lo, G*BLOK!"

"Lo sendiri ngelakuin pertama kali sama siapa?" tanya Rafli.

"Sama Man-"

Sial!
Seharusnya aku tidak mengatakannya.

"Maksud lo waktu itu Manda masih,..."

"Jadi lo yang ngambil,..."

"Impas dong. Gue ngambil perawan dia, dia juga ngambil perjaka gue" balasku.

"Kalo Danial tau, bakal dibunuh lo" kata Samuel.

"Kalo emang Danial ada niatan gitu, lo pikir gue bakal diem aja?" kataku.

"Ini kenapa kita malah jadi ngebahas cewek-cewek itu sih?" tanya Tedi.

"Lo yang pertama kali mulai, Kampret!" kata kami berempat bersamaan.

"Gak gitu, gua ngerasa kita kayak anak-anak SMA yang suka bikin geng-gengan, trus ngumpul buat ngomongin cewek-cewek" kata Tedi.

"Kayaknya geng-geng di SMA gak ada yang ngelakuin itu deh, dan gak ada satupun geng di SMA yang kayak kita kali. Yang ganteng, kumpul sama yang ganteng. Yang cantik, kumpul sama yang cantik. Yang jelek, kumpul sama yang jelek. Ini juga, udah tau jelek pake ngumpul. Ngapain coba, liat orang jelek satu aja udah bikin pusing ya kan" kataku.

"Makanya, Ted. Lo kalo jadi banyak, jangan ngumpul ya" kata Rafli.

"Berarti lo kalo liat Tedi jadi pusing dong" kata Samuel.

"Maksudnya?" tanya Tedi bingung.

"Maksudnya lo jelek, Ted" kata Jose.

"Sialan lu"

"Makanya, kita gak pernah ngebiarin kalian duduk sebelahan. Biar gak ngumpul" kata Samuel pada Jose dan Tedi.

"Sialan lo, Sam" kata Jose.

"Itulah, alasan kenapa Samuel selalu mau bareng sama lo" kata Rafli sambil menunjuk Jose.

"Biar dia kelihatan tambah ganteng" tambahku.

Sebenarnya Jose ini tidak terlalu jelek. Hanya saja, karena dia sering bersama Samuel, ditambah dia berteman denganku dan Rafli. Jadi agak jomplang.

"Udah lah, lanjut main lagi aja deh" ajak Jose.

Kami berempat tidak perlu menjawab, dan langsung mengambil HP masing-masing.
.
.
.
.
.
"Sam, gue make Mia ya" kata Jose.

"Pake aja" jawab Samuel.

"Oke" kata Jose sambil bangkit berdiri.

"Mau kemana lo?" tanya Tedi.

"Make Mia, kan tadi udah di ijinin Samuel" kata Jose lagi.

"Bangsat! Gue kira hero Miya, malah pacar gue" kata Samuel sedikit emosi. "Duduk! Gue hajar lo"

"Dri, lo seneng banget sih pake Mikasa?" tanya Rafli.

"Mikasa?" tanya Tedi.

"Fanny" jawabku.

"Move on kali" kata Jose gak nyambung.

"Fanny. F-A-N-N-Y Bukan F-A-N-I" balasku.

"Siapa lagi nih?" tanya Samuel.

"Mantannya Adrian di SMA. Mantan terindah, karena perlu perjuangan buat ngedapetinnya" jelas Jose.

"Emang secantik apa?" tanya Tedi.

"Sebenernya gak cantik-cantik banget, masih cantikan yang udah disebut tadi, Elsa, Silvi, Mia, Sasha. Masih cantik mereka, apalagi kalo dibandingin sama Dilla. Jauh" jawab Jose.

Ini kenapa jadi bahas cewek lagi ya?, batinku.

"Emang sih Fani itu cewek paling cantik di SMA-nya gue sama Adrian, tapi dia alay"

"Kok alay sih? Wajar kan kalo dia suka korea-koreaan" kataku. "Lagian kalo emang dia alay, ya gak salah juga kan. Semua orang juga pasti mengalami masa alay. Kan udah ada di proses pertumbuhan manusia, dari bayi, anak-anak, remaja, alay, dewasa. Tapi ada juga sih yang, bayi, anak-anak, remaja, alay, gak dewasa-dewasa"

"Trus kenapa lo putusin?" tanya Tedi padaku.

"Eh,..." aku sedikit ragu untuk menjawabnya.

"Adrian yang diputusin. Pertama kali dalam sejarah, seorang Adrian diputusin"

"Cewek paling cantik di sekolah kan, ya wajar sih" kata Samuel.

Sialan nih orang. Awas aja, gue bales lo nanti, batinku.

"Tapi kenapa Adrian diputusin?" tanya Tedi lagi.

"Kayak sinetron ceritanya, Fani dijodohin secara paksa sama orang tuanya. Gara-gara orang tuanya punya utang sama orang" kata Jose lagi.

"Tunggu, dijodohin? Jangan bilang kalo si Fani itu akhirnya sama om-om?" tanya Tedi.

"Imajinasi lo terlalu liar. Fani dijodohin sama anak cowok dari orang itu" kata Jose. "Masalahnya, si cowok itu kepribadiannya bertolak belakang dari Adrian"

"Bagus dong. Cowok baik-baik berarti" kata Samuel.

Aku langsung melirik kearah Samuel dengan tatapan seakan mengatakan 'lo ngomong lagi gue hajar lo ya'.
Maksud dia apa?
Memangnya aku bukan cowok baik-baik?

"Ini kita ngomongin Adrian masa SMA. Waktu dia masih cowok baik-baik" kata Jose.

"WOI!" kataku tidak terima.

"Tunggu, kenapa jadi lo yang cerita?" tanya Rafli pada Jose

"Biarin lah, gue juga males ceritanya" kataku.

"Trus sekarang gimana? Si Fani itu? Masih sama si cowok itu?" tanya Tedi.

"Udah enggak lah" jawabku cepat.

"Soalnya Fani udah meninggal" kata Rafli. "Gue juga tau ceritanya"

"Wah, sorry ya, Dri" kata Samuel.

"Gapapa. Udah mantan gue ini"

"Kalo boleh tau meninggalnya kenapa?" tanya Tedi.

"Kecelakaan" jawab Rafli singkat.

"Gara-gara dibonceng cowok itu" tambahku.

"Trus si cowok itu gimana nasibnya?" tanya Samuel.

"Masih hidup sampe sekarang" jawabku. "Bangsat kan ya, kok gak dia aja yang mati?"

"Sebenernya si cowok itu sampe detik ini masih di rumah sakit" kata Jose.

"Koma? Atau gimana?" tanya Samuel.

"Rumah sakit jiwa" tambahku. "Dia stres"

"Gara-gara Fani meninggal?" tanya Samuel lagi.

"Bukan, tapi...."

"Gara-gara dua kakinya harus diamputasi setelah kecelakaan itu" kataku menyambung perkataan Jose yang menggantung.

"K-kok jadi suram gini sih suasananya? Kita lanjut main lagi aja ya" ajak Tedi.
.
.
.
"Kita perlu tank, anjir! Lo berempat jangan pake assassin semua" kata Samuel.

"Lo seneng banget sih pake Mikasa, Dri?" tanya Rafli.

Jangan ngulang dialog dong, batinku.

"Kayak wibu lo. Mikasa Mikasa" ledek Jose.

"Bola voli kali" celetuk Samuel.

"Temen lo tuh yang wibu. Lo tanya deh kenapa dia sering pake Layla" kataku.

"Karna mirip hatsune miku" jawab Samuel sambil tertawa.

"Gue pake apa ya?" tanya Tedi.

"Akai aja akai" kata Rafli. "Kan sama. Hahaha"

"Maksudnya?" tanya Tedi. "Gue lebih mirip Lancelot tau" kata Tedi sambil berpose menirukan Lancelot.

Sumpah, itu pose yang menjijikan. Apalagi kalau Tedi yang melakukannya.

"Gue pake Mia ya" kata Jose.

"Ngomong lagi, gue hajar lo" balas Samuel.

"Ya udah, gue pake Johnson aja" kata Jose lagi.

"Lo udah kuliah masih aja pake Johnson" balas Rafli.

"Bukan. Bukan Johnson yang itu, gimana gue ngebenerinnya ya? Itu kan merk" balasku.

"Hahaha. Gue pake Natalia ya" kata Rafli.

"Mesum lo, anjir" balasku.

"Ha? Oh, hahaha" Rafli akhirnya tertawa setelah sempat tidak mengerti dengan perkataanku sebelumnya.

"Lu berdua punya dunia sendiri apa gimana sih?" tanya Tedi bingung.

"Ah, udah lah. Udah milih semua kan, strategi apa ini kita, Dri?" tanya Samuel.

"Spartan aja" jawabku singkat.

"Itu yang,..."

"Kita berlima sama-sama nyerang ke tengah ngepung 1 pemain, trus kalo dia udah mati, baru kita nyebar" kataku menjelaskan.

"Siap!"
.
.
.
.
.
"Nah, gini kan enak" kata Samuel ditengah permainan. "Pokoknya jangan ada yang angkat telfon lagi ya, dari siapapun itu"


Hime hime~
Suki suki daisuki~


"SI-A-PA-PUN" kataku mengingatkan.

"Tolonglah, ibu negara ini yang telfon. Kalo gak gue angkat,...." kata Samuel menggantung.

Ya, itu tadi bunyi HP Samuel. Sangat wibu bukan.

"Yang bilang lo gak boleh ngangkat siapa?" tanyaku.

"Halo, Mia" sapa Samuel yang langsung mengangkat telfon setelah aku bicara.

"Ikkeh ikkeh!"

"POK!! POK!! POK!!"

"Aaaahhh..... Kamu Jahat!!"

"POK!! POK!! POK!!"

"Aaahh,.... Yamete!"

"POK!! POK!! POK!!"

"Dame! Dame!!"

"POK!! POK!! POK!!"

"Onegai Iipai"

"POK!! POK!! POK!!"

"Kimochi!!!"

"POK!! POK!! POK!!"

"Ah,... ah,.. ampun, mas. Ampun, jangan. Ampun!! Tapi,... tapi enak, aahhh....!!"

Jose langsung menoyor kepala Tedi.

"Udah! Lo menghayati banget" kata Jose.

"Hahahahaha"

Ya, sesuai dugaan kalian. Suara-suara tadi adalah suara kami berempat yang sedang menganggu Samuel yang sedang telfonan.
Itu resiko jika mengangkat telfon tapi tidak mau menjauh dulu.
Untuk suara terakhir jangan dibayangkan, karena itu suara Tedi.

"Udah! Udah! Ayo!" kata Samuel sambil mengarahkan HP-nya mengajak foto.

Aku dan Rafli langsung mengambil pose 'fusion' ala Dragonball.
Jose membentuk 'LOVE' besar dengan kedua tangannya diatas kepala.
Sedangkan Tedi berpose 'Love Sign' ala Korea.

"Ted, lo jangan sok imut kenapa. Jijik gue" kata Samuel saat melihat hasil foto kami. "Lo juga, Dri. Jangan centil dong"

Anjir, gue dikata centil, batinku.

"Kalo Mia jadi suka lagi sama lo kan gue yang repot" kata Samuel lagi.

Aku hanya diam tidak menanggapi Samuel karena aku tidak merasa bersalah sama sekali.

"Kenapa setiap kali lu habis telfonan sama Mia, lu selalu ngajakin foto bareng sih?" tanya Tedi.

"Itulah alasan Adrian gak jadi pacaran sama Mia" kata Jose.

"Posesif" kata Rafli.

"Udah lah, gue mau ke perpus dulu" kata Samuel.

"Eh, lanjutin dulu dong mainnya" kata Tedi.

"Kita udah kalah kok" balas Samuel.

"Iya, sekitar 38 detik yang lalu kita udah kalah" tambahku. "Gue tadi denger suaranya"

"Eh, beneran kita udah kalah?" tanya Tedi tidak percaya saat melihat layar HP-nya.

"Ya gimana gak mau kalah, satu tim afk" kata Rafli.

"Uninstall aja lah, apa'an gua main ini udah lama tapi gak pernah mythic" keluh Tedi.

"Jangankan mythic, legend aja gak pernah lo sentuh" ledek Jose. "Lagian diantara kita emang gak pernah ada yang sampe mythic kan"

"Ada kok" kata Samuel. "Tuh!" katanya sambil menunjuk ke arahku.

Oh iya, aku sudah pernah mythic. Kurang lebih sebulan yang lalu, karena keseringan diajak mabar Henry, aku tidak sadar tiba-tiba sudah Mythic.

"Kok lo tau?" tanyaku.

"Gue pernah lihat" jawab Samuel.

"Uninstall aja ya. Ganti game buat mabar" kata Tedi.

"Ganti apa?" tanya Jose.

"AOV" jawab Tedi singkat.

"Sama aja, KAMPRET!" kata kami berempat kompak.

"Slow dong" kata Tedi menenangkan. "Lagian kalian pernah mikir gak sih? Kenapa setiap kali kita main, kita selalu di tim biru gak pernah di tim merah" kata Tedi. "Gua kan pengen ngerasain ada di tim merah"

Sumpah ini pernyataan tidak penting. Untuk apa dia memikirkan hal itu.

"Kalo PUBG?" kata Samuel. "Gue udah install game nya sih"

"Gue juga" kata Rafli.

"Ya udah PUBG aja" tambahku.

"Oke, nanti gua install juga" kata Tedi.

"Tapi gue saranin, kalo pertama kali main PUBG, jangan pilih karakter yang sangar" kata Rafli lagi.

"Kenapa?" tanya Jose.

"Soalnya kalo pertama kali main, karakter lo belum pake baju" jawab Rafli. "Lo mau liat orang tampang sangar, badan keker, lari-lari cuma pake kolor" tambahnya.

"Udah kayak iklan L-Men dong" tambahku.

"Anjir, bener juga sih. Iklannya kan cowok keker lari-lari di pinggir jalan cuma pake kolor" kata Rafli.

"Pikirannya dimana coba yang bikin iklan kayak gitu" kataku.

"Ya udah, gue ke perpus dulu ya" kata Samuel lagi.

"Jangan lupa bikinin gue contekan buat besok ya, Sam" kata Jose.

"Kok lo gak ikut ke perpus aja? Belajar disana, daripada nyotek" kataku.

"Bukan gitu, gue mau...." Jose melanjutkan kata-katanya dengan menggerakkan dua jari di depan bibirnya mengisyaratkan ingin merokok.

"Gua juga" kata Tedi yang sudah mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api dari dalam tasnya.

"Ya udah, tapi beresin sampahnya nanti ya" kataku.

"Beres. Kalo perlu sekalian Tedi juga gue buang nanti"

"Sialan lu" kata Tedi.

"Buatin gue contekan juga dong, Dri" kata Rafli.

"Lo gimana sih? Punya pacar malah males belajar" kataku pada Rafli.

"Trus gua yang buatin contekan siapa?" tanya Tedi.

Bodo amat, batinku

Dan mungkin 3 orang lainnya juga membatin hal yang sama.

"Lagian lo yakin besok mau nyontek? Dimarahin dosen kayak tadi baru tau rasa lo" kataku pada Rafli.

"Eh iya, jam berapa ini?" tanya Rafli sambil melihat jam dilenganku.

"Lo kan pake jam tangan sendiri" kataku.

"Mahalan jam tangan lo. Lagian jam tangan gue sebenernya mati, udah gak nyala. Gue pake cuma buat gaya-gayaan doang" balas Rafli. "Anjir, udah jam segini. Gue cabut juga deh" kata Rafli setelah melihat jam tanganku.

"Gue juga cabut lah, pusing gue nanti liat lo berdua" kataku menyindir Jose dan Tedi.

"Sialan!!"
.
.
.
.
.
.
.
Ting~ Ting~ Ting~

Ting~ Ting~ Ting~

Ting~ Ting~ Ting~

Ini anak dua ditinggal sebentar udah ribut aja, batinku.

"Ini apa sih maksudnya?" tanya Rafli.

"El classico udah mulai" jawab Samuel.

"Gue tau mereka ribut. Tapi masalahnya apa?" tanya Rafli lagi.

"Tedi minta cola-nya Jose" kata Samuel.

"Trus? Bukannya Jose orangnya gak pelit, masalahnya dimana?" tanya Rafli lagi.

"Itu kayaknya cuma Adrian yang paham, kelihatan dari chat '@adrian ternyata seru juga'. Jelasin, Dri" kata Samuel.

Baiklah, sepertinya aku memang harus menjelaskannya. Tapi, pertama aku akan menjelaskan kepada kalian terlebih dahulu. Jadi, bunyi tang ting tang ting tadi adalah bunyi dari HP kami bertiga. 'El Classico' yang dimaksud bukanlah pertandingan antara Barcelona dan Real Madrid, tapi perselisihan antara fans dua klub bola tersebut. Jose (Barcelona) dan Tedi (Real Madrid). Kalau klub bola favorit Samuel adalah Juventus, maka dari itu tadi dia menyombongkan diri saat kami membahas soal transfer Ronaldo.
Rafli?
Kalau klub bola favorit Rafli sih,.... jika aku menjelaskannya mungkin kalian tidak akan percaya kalau aku dan Rafli berteman baik selama ini.
Kalian sudah tahu bukan klub bola favoritku apa? Manchester United.
Nah, kalau Rafli itu fans dari klub merah yang satunya. Tapi karena hobi ngidol, kami tidak terlalu memperdulikan hal itu. Ngidol mempersatukan segalanya.
Kenapa aku malah menjelaskan soal klub bola favorit kami?
Seharusnya aku menjelaskan soal perselisihan antara Jose dan Tedi.

Jose dan Tedi saling mengirim pesan di grup chat, tapi bukan grup chat yang berisi kami berlima.
Jika Jose mengirim ke grup 'ARSY' (grup yang tidak ada Tedi didalamnya), sedangkan Tedi mengirim ke grup 'STAR' (grup yang tidak ada Jose didalamnya).
Kegunaan dibuatnya grup seperti itu tentunya untuk membicarakan orang yang tidak ada di dalam grup tersebut. Pencetus idenya adalah,...
Aku. Hehehe.
Berikut nama-nama grupnya, yang didalam kurung adalah nama orang yang tidak ada didalam di grup.

- TYRA (Samuel)
- STAY (Rafli)
- ARSY (Tedi)
- STAR (Jose)

*Tahu kan kira-kira nama grup yang tidak ada aku didalamnya.

"Jelasin, Dri" kata Samuel lagi.

"Ya udah gue jelasin" balasku. "Tedi minta cola ke Jose kan, sama Jose dikasih, disodorin botolnya kearah mukanya Tedi. Nah habis itu, sama Jose dimasukin sesuatu ke botol cola itu yang bikin cola nya keluar nyembur mukanya Tedi"

"Emang dimasukin apa?" tanya Rafli.

"Mentos" jawab Samuel. "Ya kan"

Aku hanya mengangguk.

"Tapi kenapa lo bisa tau detail gitu?" tanya Samuel.

"Dulu di SMA, Jose sering gue gituin soalnya" jawabku sambil tertawa.

"Pantesan" kata Rafli.

"Makanya dari tadi gue nahan haus meskipun ada cola disana tadi" kataku. "Gue tau Jose punya maksud terselubung"

"Firasat lo bilang gitu?" tanya Rafli menyindir.

Bruk!!

Rasain lo! Pake nyindir gue terus sih daritadi, jadian sono sama yang lo tabrak, batinku saat melihat Rafli menabrak seseorang yang baru keluar dari perpustakaan.

"Aduh, sorry-sorry" kata Rafli. "Eh! Tangan kanan?" kata Rafli lagi saat melihat siapa yang baru ditabraknya.

"Hai, Kev" sapa Samuel.

"Hai" balasnya

"Hai, Kev" sapaku.

Dia hanya mengangguk menanggapinya kemudian berlalu pergi.

"Sombong banget, anjir" kata Rafli.

"Kok lo yang sewot? Kan Adrian yang 'dicuekin' tadi" kata Samuel.

"Kok bisa ya? Anak paling cerdas di kampus, temenan sama anak paling nyebelin di kampus" tanya Rafli bingung.

"Gak tau, padahal dulu dia gak gitu" kataku.

"Ya, pasti karna dia disuruh sama Danial lah" jawab Samuel.

Ya, orang yang ditabrak Rafli tadi adalah Kevin. Jika tadi diceritakan Iwan adalah 'Tangan Kiri' dari Danial.
Nah, Kevin ini adalah 'Tangan Kanan', sekaligus pemegang puncak 'TOP TEN'.

*Penjelasan mengenai 'TOP TEN'.

Daritadi kalian membaca kata 'TOP TEN' tanpa tahu itu artinya apa bukan.
Nah, sekarang aku akan sedikit menjelaskannya.
Yang dimaksud bukanlah jajanan 'TOP TEN'.
TOP TEN adalah sebutan untuk 10 mahasiswa yang mendapatkan nilai tertinggi di ujian masuk kampus pada generasi kami.
Entahlah siapa yang menyebutnya begitu pertama kali.
Tapi alasan disebut begitu karena katanya generasi kami adalah 'Generasi Emas'.
Generasi dengan nilai rata-rata ujian masuk tertinggi sepanjang sejarah kampus.
Berikut daftarnya.

1. Kevin Abraham
2. Aisyah Nur Hasanah
3. Aldilla Fatmawati
4. Adriansyah
5. Sasha Meyliana
6. Mia Oktavia
7. Samuel Collins
8. Silviana Agustin
9. Elsa Angelista
10. Danial Fubuki

Ya, aku dan Samuel juga masuk dalam TOP TEN. Dan untuk nomor 10, aku menulis nama lengkapnya disana untuk formalitas saja.
Keuntungan berada di TOP TEN?
Tidak Ada!

"Cuma peringkat 1 aja sombong, gue yang peringkat 19 biasa a-"

"91" potongku. "Lo jangan suka dibalik-balik, Raf. Waktu itu nama orang dibolak-balik juga, harusnya Nin-"

"Ah, sialan" potong Rafli.

Lagipula bukankah itu adalah hal yang wajar. Tidak ada salahnya jika Kevin sombong, dia anak paling cerdas di kampus pada generasi kami.
Lalu, orang-orang yang tidak masuk 'TOP TEN' apa yang mau disombongkan?
Seperti Rafli, dia hanya peringkat 91. Meskipun selama ini dia mengakunya 19.
Peringkat Jose dan Tedi?
Jangan ditanya, karena peringkat mereka,.......
Ratusan.

"Lo kok gak masuk, Sam?" tanya Rafli kemudian.

"Gue emang gak mau masuk, gue-"

"Dia janjian sama Mia didepan perpus" potongku.

"Tau darimana lo?" tanya Samuel.

"Gue dulu juga sering janjian sama Mia di depan perpus" jawabku sambil tersenyum kearah Samuel.

"Kamp-"

"Sammy~"

"Tuh, udah dateng tuh" kataku.

"Sam, kita jadi jalan kan?" tanya Mia.

"Jadi dong" jawab Samuel.

"Eh, ada Adrian. Apa kabar?" tanya Mia begitu melihatku.

Saatnya membalas Samuel, batinku.

"Aku baik kok. Kamu gimana?" tanyaku balik berusaha 'memanas-manasi' Samuel.

"Aku baik juga" jawab Mia. "Ngomong-ngomong, kamu tadi lucu deh posenya"

"Udah! Udah! Udah" kata Samuel yang mulai sedikit terbawa emosi.

"Ih, cemburu ya" kata Mia.

"Gak usah posesif gitu, Sam" sindirku.

"Kan yang posesif biasanya- Aduh! Lo kenapa nendang gue?" protes Rafli

"Pengen nendang aja" jawabku tanpa beban.

"Ya udah, gue cabut ya" kata Samuel.

"Dadah, Rafli. Dadah Adrian~" kata Mia sambil melambaikan tangan.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk menanggapinya.

"Lo jangan gitu, Raf" kataku saat Samuel dan Mia sudah jauh.

"Apa'an?" tanyanya tidak mengerti.

"Jangan bilang kalo Mia posesif di depan orangnya langsung, bisa ngamuk dia. Nanti Mia ngira Samuel cerita-cerita ke kita" kataku menjelaskan.

Ya, meskipun sebenarnya memang diceritakan sih

"Oh, gitu ya?"

"Ya udah, gue juga cabut ya. Mau pulang" kataku sambil berjalan pergi.

Tapi baru berjalan beberapa langkah, Rafli menarik hoodie-ku.

"Lo mau kemana?" tanya Rafli.

"Budeg apa gimana sih, lo? Gue mau pulang" jawabku santai.

"Lo masih punya utang cerita ke gue!"

"Cerita apa?" tanyaku sok polos.

"Minggu kemaren ngapain lo ke Malang? Kenapa bisa ada Shani sama Gracia di rumah lo?" tanya Rafli beruntut.

"Lo bukannya harus nemuin pak Hadi ya?" tanyaku balik.

"Anjir!! Gue lupa! Ya udah, lo tungguin gue di kantin" kata Rafli sambil melepaskan hoodie-ku dan berjalan pergi.

Sip lah, gue bisa pulang, batinku.

"Awas lo sampe pulang duluan!" teriak Rafli dari kejauhan.

"Haduuh.... nyusahin aja nih orang" gumamku.

Tapi aku malas ke kantin. Bisa-bisa ada 'interview mendadak' dari para cewek-cewek disana jika melihatku sendirian berada di kantin.

Balik ke rooftop juga males, bisa pusing gue liat 'orang jelek ngumpul', pikirku.

"Ya udah lah, ke kantin aja. Haus juga gue" kataku sambil berjalan santai kearah kantin.

Aku juga masih ada keperluan lain dengan Rafli.
.
.
.
.
.
Ah, sial!!
Firasat ku tidak enak.
Aku langsung sedikit menunduk.

"Kampret! Kenapa lo ngehindar?" tanya Rafli.

"Siapa yang gak bakal ngehindar kalo tau kepalanya mau digeplak orang dari belakang" balasku. "Kok lo cepet? Biasanya lama. Emang lo gak dikasih kultum?" tanyaku kemudian karena Rafli sudah menyusulku saat aku baru sampai di kantin, bahkan aku belum duduk.

"Gak" jawab Rafli. "Pak Hadi cuma nitip pesen buat lo. Katanya lo gak usah takut besok, pak Hadi udah ngejamin kalo pak Joko gak akan ngusir lo gara-gara rambut lo"

"Wih, kok bisa? Tapi kok gak ngomong langsung ke gue ya?" tanyaku lagi.

"Gak tau" jawab Rafli. "Lagian kenapa sekarang lo malah kesannya mamerin warna rambut asli lo"

"Ya gapapa. Kan gue udah cerita, gue males buat nyemir" jawabku lagi. "Eh, tapi beneran kan. Lo gak lagi ngerjain gue kan?" tanyaku.

"Bener!" jawab Rafli mencoba meyakinkan.

Ya udah. Bagus deh, batinku.

"Padahal gue tadi udah takut dimarahin, tau nya cuma nitip pesen" kata Rafli lagi.

"Salah lo sendiri, UAS malah telat" kataku.

"Iya, padahal gue udah nyoba jurus moon walk tapi gagal"

"Ya iya lah. Jurus itu cuma bisa dipake kalo dosen lagi jelasin di depan kelas sambil liat papan tulis, ini dosen lagi duduk lo malah mundur-mundur gak jelas gitu masuk kelasnya"

Ini saran saja tapi tidak untuk ditiru. Jika kalian terlambat masuk kelas dan sudah ada dosen dikelas kalian, cobalah masuk kelas dengan melangkah mundur. Tapi pastikan dulu dosen kalian tidak sedang melihat kearah pintu masuk atau kearah ruangan kelas. Pastikan dosen kalian sedang menghadap kearah papan, jika membelakangi pintu masuk itu lebih baik.
Nah, jika sukses kalian akan disuruh duduk karena kalian tidak dianggap terlambat, tapi kalian akan dikira mau keluar kelas.

Ingat! Saran diatas bukan untuk ditiru, jadi....
Jangan membiasakan diri untuk terlambat.
.
.
.
.
.
"Ceritain, kampret" bentak Rafli.

"Kalo gue gak mau?" balasku lalu melanjutkan meminum es jeruk.

Rafli kemudian membuka tas nya dan mengeluarkan sebungkus Cheetos dan diletakkannya di depanku.

"Lo pikir ini doang cukup?" tanyaku.

"Kalo lo mau cerita, gue traktir Cheetos seminggu penuh" jawabnya.

Aku hanya diam tidak menanggapinya.

"Sebulan deh" katanya lagi

"Sampe akhir tahun" balasku.

"Eeehh,...." Rafli seperti sedikit ragu untuk menyetujuinya.

"Ya udah, sampe sebulan aja"

Rafli langsung tersenyum setelah aku berkata begitu.

"Tapi,...."

Senyuman Rafli langsung hilang setelah aku berkata 'tapi'.

"Sampe akhir tahun nanti, setiap ada photopack edisi baru, lo harus traktir gue" kataku lagi.

"Ya udah deh" kata Rafli akhirnya.

"Deal ya?" tanyaku sambil mengulurkan tangan.

"Deal" jawabnya sambil menjabat tanganku dan bersalaman.

Hehehe, batinku tertawa.

"Eh tunggu, maksudnya sampe akhir tahun apa?" tanyanya.

"Setiap kali JOT ngeluarin photopack baru, lo traktir gue"

"Kampret! Untung banyak dong lo" katanya.

"Udah deal kan kita" kataku mengingatkannya.

"Ya udah iya. Sekarang cerita!"

"Sampe gue dapet photopack oshi gue ya"

"Maruk lo, anjir" balas Rafli. "Gue traktir Cheetos sampe akhir tahun aja" tawarnya.

"Ogah, gak bagus kebanyakan micin" tolakku.

"Ya tapi jangan gitu dong, bisa-bisa uang jajan gue habis buat nraktir lo photopack doang"

"Oh iya, lo udah punya pacar ya" balasku. "Salah lo sendiri"

"Lagian kayak lo punya oshi aja"

"Belum sih, tapi-"

"Udah" potong Rafli. "Kapan lo mulai ceritanya?"

"Lo yakin nih? Bisa lama lho kalo gue ceritain semua, bisa 3 jam. Belum lagi kalo gue kebelet, harus ke wc dulu. Belum kalo gue-"

"Yakin!" potongnya lagi.

"Ya udah, gue ceritain"

Ini sedikit sulit, tidak mungkin aku menceritakan detail pada Rafli. Aku harus sedikit menghilangkan beberapa bagian, terutama bagian ena2 saat menceritakannya pada Rafli.
.
.
.
.
.
.
.
"Berarti yang waktu itu lo bilang, habis 'nganterin sepupu', itu maksudnya lo habis nganterin Shani? Pantesan lo gak mau ngenalin ke gue"

"Lah, kan lo udah kenal"
.
.
.
.
.
"Jadi intinya pilihan lo bukan Shani atau Stefi? Tapi Shani atau Shania?" kata Rafli.

"Mau lo apa sih? Daritadi gue cerita disela mulu"
.
.
.
.
.
"Jadi lo ke Malang karna di suruh Shani? Tapi kenapa dia nyuruh gitu?"

"Cerita gue lo sela lagi, gue hajar lo"

Rafli langsung diam.
.
.
.
.
.
"Ini lo gak ada oleh-oleh buat gue dari Malang?"

Aku hanya diam sambil menatapnya tajam.

"Sorry sorry, lanjutin"
.
.
.
.
.
"Lo tau gak? Pas gue ke rumah lo, pertama gue kira gue nyasar, salah alamat. Soalnya malah ketemu Gracia. Besoknya gue balik lagi, malah ada Shani juga di rumah lo"

"Trus?" tanyaku polos.

"Bertahun-tahun gue kenal sama lo, baru kali itu gue pengen banget mukul lo" kata Rafli.

"Tapi lo malah nampar pipi lo sendiri kan" sindirku.

"Tau darimana lo?" tanyanya

"Ada yang 'laporan' sama gue"
.
.
.
.
.
"Oke, bersambung"

"Bersambung apa'an, kampret!" protesnya.

"Habisnya gue cerita, lo sela mulu daritadi. Males gue. Lagian udah jelas juga kan, pertanyaan lo tadi udah kejawab semua kan. Kenapa gue ke Malang, kenapa Shani sama Gracia ada dirumah gue. Udah jelas semua kan"

"Ya tapi kan-"

"Udah jam segini, gue mau pulang" potongku. "Lo gak pulang?" tanyaku kemudian.

"Nanti aja, masih panas. Nanti gue kena sinar UVA, UVB"

"Manja lo, kampret!"

"Eh, seengaknya lo kasih tau lah, lo pilih siapa? Shani atau Shania?"

"Gue pilih,..."

"Siapa?"

"Yang inisialnya 'S'. Udah, gue laper, mau pulang"

"Makan disini aja, gue traktir deh"

"Gak. Lo bayarin minuman gue aja"

"Ah, pelit lo!"

"Hai, Sarah"

Rafli langsung menoleh kearah belakangnya.

"Mana? Gak ad-. Woi lo jangan kabur!" teriak Rafli sambil menarik hoodie-ku lagi.

"Jangan lo tarik-tarik, kampret!"

"Mentang-mentang jaket baru, jaket RE:Boost lagi. Jaket lama lo mana? Gonta-ganti jaket terus lo"

"Ya iya lah. Emangnya Dilan jaketnya itu-itu aja. Apek"

"Gitu-gitu panglima tempur lho"

"Panglima tempur kok cungkring gitu. Gue kalo ketemu geng motor yang dipimpin orang kayak gitu, bukannya takut malah kasihan gue. Pengen gue ketawain"

"Lo terlalu jujur, anjir"

"Lah, emang gak pantes kok. Gak sesuai sama novelnya"

"Tap-"

"Rafli~"

"Tuh, gue gak bohong kan. Ada Sarah"

Terlihat Sarah, majik... pacar Rafli, datang bersama Dinda, majikan eh, pacar Jose.
Sarah dan Dinda ini memang satu paket, hampir dimana saja mereka selalu bersama.
Meskipun sifat mereka sedikit bertolak belakang. Sarah yang sedikit, ralat. Sarah yang banyak bicara alias cerewet. Sedangkan Dinda lebih pendiam.

"Lagi ngobrolin apa? Seru banget keliatannya" tanya Sarah.

"Ini, Sar. Ngomongin cewek, diajakin Rafli tadi" jawabku.

"Raf...."

"Eh, itu Sar. Anu,.... itu,... apa,...."

"Apa? Mau alasan apa kamu?" tanya Sarah memojokkan Rafli.

Aku hanya bisa menahan tawa melihat Rafli yang kebingungan. Tiba-tiba ada yang menyolek bahuku.

"Adrian, Jose dimana ya?" tanya Dinda.

"Gue gak tau tuh" jawabku sedikit berbohong.

"Apa'an. Orang tadi Jose ada di-"

Aku langsung membungkam mulut Rafli dan membisikkan sesuatu di telinganya,..

"Jangan ngomong kalo Jose ngerokok di rooftop, Jose tadi cerita kan kalo mereka ada masalah. Dinda bisa makin marah sama Jose nanti"

Rafli langsung mengangguk paham.

"Kalian bisik-bisik apa?" tanya Sarah. "Dan kamu juga belum jawab pertanyaan aku lho, Raf. Kamu udah punya aku, masih ngobrolin cewek lain?"

"Itu,... anu,..."

"Anu apa anu?!" tanya Sarah lagi.

"Silahkan dilanjut ya drama remaja nya, gue mau pulang dulu"

"Eh, Adrian mau pulang? Gak takut kena sinar UVA, UVB?" tanya Sarah.

"Enggak" jawabku singkat.

Emangnya gue kayak pacar lo, batinku.

"Kalo aku males. Nanti kena sinar UVA, UVB. Keringetan, make up aku nanti luntur. Dandannya kan gak sebentar" kata Sarah lagi.

Rafli disebelah Sarah hanya menggerakan bibirnya tanpa bersuara seolah berkata,

"Dandannya lama banget!"

Ternyata Rafli sudah dipengaruhi oleh gadis ini. Pantas saja tadi dia sedikit cerewet dan takut panas.

"Lah, kan Rafli bawa mobil"

"Tetep aja, perjalanan ke parkiran kan panas juga" jawab Sarah.

Parah sih ini, batinku.

"Ya udah, gue pulang ya"

"Eh, jangan main kabur aja lo. Jelasin dulu ini" kata Rafli.

"Jelasin apa?" tanyaku polos. "Lo jelasin sendiri lah, cewek lo ini"

"Jadi gini, Sarah. Aku sama Adrian tadi emang lagi ngomongin cewek,..."

Sarah langsung melotot kearah Rafli.

"Tunggu dulu dong, aku belum selesai cerita. Cewek yang kita omongin tadi itu gebetannya Adrian"

"Pertanyaannya adalah, kenapa lo pengen tau banget soal gebetan gue?" tanyaku berusaha membuat Rafli kembali dimarahi Sarah.

Dan itu berhasil, Sarah kembali mempelototi Rafli lagi.

"Adrian punya gebetan? Siapa?" tanya Dinda.

"Eh,... itu...."

"Gak mau jawab dia, masih dirahasiain. Tapi katanya sih, inisialnya S" kata Rafli.

"S? Sarah?" tanya Sarah seperti mengajukan diri.

"Lo hari ini kenapa sih? Kok godain pacar sahabat lo terus daritadi?" tanya Rafli padaku.

Aku hanya menatap bingung kearah Rafli.

"Tadi Mia lo godain, sekarang Sarah" tambah Rafli.

"Lo tau sendiri, gue tadi bercanda doang. Dan lo juga tau kan kalo inisial S itu bukan Sarah" balasku.

"Yah, aku kecewa" kata Sarah dengan memasang ekspresi wajah sedih.

"Tuh, liat sendiri. Pacar lo aja yang emang pengen bikin lo cemburu" kataku.

"Oh, kamu gitu ya. Pengen bikin aku cemburu? Iya? Iya?" kata Rafli menggoda Sarah.

Hiii,........ Jijik!, batinku.

"Trus inisial S itu siapa? Silvi? Sasha?" tanya Sarah lagi.

"Tauk, Samuel kali" kata Rafli dengan nada sinis.

"Ya kali, Raf. Kalo pacarnya Samuel, gapapa deh. Biar nanti Samuel balikan sama,...." balasku asal sambil melirik Sarah

"Enak aja, rugi di gue dong" ancam Rafli.

"Bercanda kali"

"Atau jangan-jangan,... pak Syamsuri" kata Dinda.

Ini cewek daritadi diem, tapi sekali ngomong ngaco ya, batinku.

"Hahaha. Iya kali" tambah Rafli.

"Maksud aku anaknya, anaknya pak Syamsuri. Si A-"

"STOP! STOP!" potongku. "Gue mau pulang malah gak jadi jadi. Gue pulang dulu ya" kataku pamit.

Saat aku sudah berjalan beberapa langkah, aku teringat sesuatu dan kembali lagi.

"Pinjem HP lo bentar, Raf" kataku.

"Buat apa?" tanyanya.

"Nyalain SHAREit-nya, kirimin PUBG" jawabku.

"Oh, bentar. Eh, tapi kasih tau dulu lo pilih siapa?"

"Gampang lah itu"

"Jangan cuma jawab inisial S lagi"

"Iya, iya, kelamaan lo"

"Oke, sip"
.
.
.
"Jadi siapa?" tanya Rafli saat selesai mengirim file.

"Karna disini ada Sarah sama Dinda, gue gak bisa nyebutin nama. Gue kasih petunjuk aja"

"Curang lo"

"Total huruf di nama lengkapnya ada 16. Udah, gue pamit ya" kataku sambil pergi.

Rafli sibuk menghitung dengan jarinya.

"Sama aja, kampret!" teriak Rafli dari kejauhan.
.
.
.
.
.
.
.
"Eh, itu siapa ya? Kok kayak kenal. Tapi ngapain disini?" gumamku saat melihat seorang gadis yang sepertinya aku kenal.

Kenapa aku bingung?
Masalahnya adalah, gadis itu bukanlah mahasiswi di kampus ini.
Aku mendekat ke arahnya, memastikan penglihatanku salah atau tidak.
.
.
.
"Tuh, kan. Bener" kataku saat sudah berada di dekatnya.

Gadis itu langsung menoleh ke arahku dan langsung memasang ekspresi kaget begitu melihatku.

"K-kak Adrian? K-kok ada disini?" tanyanya.

"Gue yang harusnya nanya, orang gue kuliah disini. Lo ngapain disini?" tanyaku balik.

"Kak Adrian kuliah disini?" tanyanya seakan tidak percaya.

"Iya" jawabku singkat. "Oh, gue tau. Lo lagi liat-liat kampus kan" kataku menebak tujuannya.

"I-iya, t-tapi...."

"Mau gue temenin keliling liat-liat?" kataku menawarkan diri.

"G-gak usah, kak. A-ku udah mau pulang kok. Iya. Aku mau pulang" tolaknya. "Permisi" katanya pamit lalu pergi.

"Dia kenapa sih?" tanyaku pada diri sendiri.

Kenapa saat bicara tadi dia terlihat gugup?
Padahal kan aku punya niatan baik.

Oh, aku tahu.
Pasti dia merasa tidak enak karena dulu dia pernah melaporkan pada Shania kalau aku sempat handshake dengan Stefi.

Kenapa?
Kalian masih tidak tahu siapa gadis tadi?
Itu tadi Devi, member team T.
Nama lengkapnya siapa sih?
Gak hafal gue.
Ya udah lah, bodo amat.

Padahal aku sudah tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, apalagi sekarang aku dan Shania-


Sudah berakhir~


Jangan kesannya kayak disambungin gitu dong, batinku.

"Siapa juga ini yang nelfon?" gumamku.

Aku melihat layar HP-ku dan nama yang muncul disana adalah,...

Okta?

Mau apa lagi sih nih anak, batinku.

"Halo, Ta" sapaku saat mengangkat telfon.

"Kenapa lo gak milih gue sih?" tanya Okta tiba-tiba.

"Lo apa'an sih? Nelfon-nelfon tiba-tiba nanya gitu?" tanyaku balik.

"Kenapa lo gak pernah nyoba nengok kearah gue? Sekali aja" tanyanya lagi.

"Kalo ada yang lebih baik, kenapa gue harus milih yang 'Jelee'?" balasku bercanda.

"Gue serius"

"Gue juga serius. Ini kalo gak penting, gue tutup aja ya" balasku lagi.

"Lo gak pengen tau alasan ci Shani ngijinin lo ke Malang?" tanya Okta berusaha mencegahku menutup telfon.

"Biar gue ngomong ke Shania kan" jawabku.

"Itu cuma alasan tambahan aja" kata Okta.

"Maksudnya?" tanyaku bingung.

"Ini sebenernya gue gak tau boleh ngomong apa gak ya, tapi gue ngerasa gak enak aja sama lo kalo harus nyembuiin ini" jawabnya.

"Maksud lo apa sih?" tanyaku lagi yang semakin bingung.

"Alasan utama kenapa ci Shani ngijinin lo ke Malang adalah karena dia gak mau kalo sampe Manda nemuin lo" jawabnya.

"Manda? Maksudnya?"

"Lo inget gak, waktu gue sama Thacil ke rumah lo. Gue mau ngomong sesuatu tapi gak jadi karna lo harus angkat telfon kan" jelasnya.

"Iya. Trus?"

"Waktu lo mau tanya apa yang mau gue omongin, gue gak jawab kan"

Oh iya, kenapa waktu itu Okta tidak jadi bicara.

"Itu karna gue gak dibolehin ngomong sama ci Shani" tambahnya.

"Langsung intinya aja deh, Ta"

"Manda selama ini ngilang kan"

"Itu gue udah tau" potongku. "Dia liburan kan"

"Eh, lo tau darimana?" tanyanya.

"Udah lah, lo lanjutin aja ceritanya"

"Nah, sehari sebelum gue sama Thacil kerumah lo, kita berdua ngeliat Manda. Yang artinya Manda udah balik dari liburannya" kata Okta menjelaskan.

"Trus kenapa?" tanyaku lagi.

"Ci Shani takut kalo Manda nanti dateng kerumah lo, terus nemuin lo. Makanya lo disuruh pergi ke Malang, gitu" tambahnya.

"Udah?" tanyaku. "Gue tutup ya"

Aku sudah tidak terlalu peduli lagi soal Manda.

"Dan ketakutan ci Shani itu bener. Beberapa menit setelah lo berangkat, Manda dateng kerumah lo"

Tunggu!
Manda datang ke rumahku?
Kenapa itu tidak ada didalam 'laporan'?
Kenapa mereka tidak jujur?
Aku disuruh untuk jujur, tapi mereka sendiri,...
Apa mereka berusaha menutupinya?
Tapi kenapa?

"Gimana? Gimana?" tanyaku mulai penasaran.

"Gue gak tau detailnya, soalnya yang nemuin Manda itu Gracia. Dia juga cerita nya pas gue ama Thacil mau pulang dari rumah lo" jelas Okta. "Dia bilang 'oh iya, Manda tadi kesini lho', gitu" kata Okta menirukan gaya alay dan centil ala Gracia.

Sumpah, lo gak pantes kalo niru-niruin orang lain gitu, Ta, batinku.

Hmm,... Pasti dia lupa untuk melaporkannya.
Benar-benar Gracia sekali.
Pantas saja tidak diceritakan.
Aku sudah su'udzon saja tadi.

"Oh iya, waktu gue ama Thacil ngeliat Manda, dia lagi sama cowok lho" tambah Okta. "Gue kasihan deh sama Manda,... Iya sih, cowok yang sama dia emang ganteng. Tapi menurut gue masih gantengan lo"

Bodo amat, batinku.

"Eh, ngomong-ngomong,.... Ini beneran gue gak ada kesempatan gitu jadi pacar lo?" tanya Okta lagi.

Ya ampun, masih ngarep aja nih anak, batinku.

"Ada syaratnya" balasku.

"Apa?" tanyanya antusias.

"Lo berani angkat poni gak?"

"Eh?! I-itu,...."

"Gak kan. Ya udah, bye~" kataku sambil menutup telfon dan berlanjut kearah parkiran.
.
.
.
.
.
.
.
Manda sudah punya pacar?
Tunggu, Manda hanya terlihat bersama cowok lain. Belum tentu itu pacarnya kan.

Tunggu, kenapa aku seperti merasa terganggu dengan hal ini?
Memangnya kenapa kalau Manda sudah punya pacar?
Bukankah harusnya aku merelakannya.

Ya, aku sudah merelakannya.
Aku sudah merelakan Manda.
Dan dengan merelakan Manda, aku mendapatkan pengganti yang lebih baik kan. Jauh, jauh lebih baik.

TIIINNN!!

Sialan, gara-gara terlalu memikirkan Manda aku hampir tertabrak mobil.

Eh, bukannya mobil itu.....
Eh, yang didalam mobil itu,... itu Manda?

"Ah, pasti aku salah lihat" gumamku.

Tidak mungkin Manda ada disini, di parkiran kampusku.
Gara-gara terlalu memikirkan Manda, aku sampai melihat orang lain seperti Manda.
Kacau. Kacau.

"Tapi kalo yang tadi itu beneran Manda gimana ya?"




















-Tuh kan, Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:

Ha.. Ha.Ha.. Ha.. Ha.Ha.. Ha.. Hahahahaha............ :pandajahat:

Baca aja sambil nungguin MU yang nanti bakal..... :sendirian:
Akhir pekan ketemu 'Tetangga Berisik' lagi :sendirian: :sendirian:

Jadi,.... sekarang kalian tahu kan alasan Devi milih kuliah di Bali karena siapa :pandaketawa:

Dan ternyata Adrian selama ini dibohongi GreShan?
Apa perlu dihukum? :pandajahat:

Tapi apa ini?
Manda is back?
Gak tau ya, baca aja lanjutannya
(Kalo ada)

Oh iya, mau saya kasih tahu beberapa rahasia gak?
Sebenernya update sebelumnya, mau MU menang atau kalah, saya tetep akan update bulan November :pandaketawa: :pandaketawa: :pandaketawa:

Itu yang pertama. Yang kedua, sebenernya kalian gak perlu mecahin hi-score nya Adrian, karena saya udah nyiapin hi-score lain :pandaketawa: :pandaketawa: :pandaketawa:

Tapi itu juga ngebuat saya jadi tau, seberapa pengennya kalian untuk baca lanjutannya. Lanjutan yang banyak penjelasannya, tapi sebenernya gak ngejelasin apa-apa :pandaketawa:
Gak ngejelasin apa yang kalian mau.
Itu salahnya Rafli, kalo ceritanya Adrian gak di sela terus, mungkin Adrian bakal ceritain juga siapa itu inisial S.
Oke gitu aja,..




Makasih.
• TTD H4N53N

*Masih belum tahu Adrian pilih siapa?
Astaga. Kalian baca gak sih?



















Tunggu, tunggu,...
Sepertinya ada satu detail kecil yang terlewat,......
Adrian mau main PUBG?
Mau mabar sama siapa nanti?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd