Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Part 24: Best Friend

Sluuurrp.... sluuuurrp..... sluuurrp....

Ini apa sih? Anget-anget enak, pikirku yang masih dalam keadaan setengah sadar.

Sluuurrp.... sluuuurrp..... sluuurrp....

Aku membuka mataku dengan sedikit malas.

G-Gracia?
Apa yang Gracia lakukan disini?
Kenapa tiba-tiba dia mengulum penisku?

Tunggu dulu,
Tidak! Itu bukan Gracia.
Itu,...

"Stef, ngapain sih? Masih pagi juga" kataku sambil mengucek mata dan melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul 6 kurang.

IMG-20180709-173429.jpg


"Habisnya aku bingung gimana caranya biar kamu bangun" balas Stefi sambil melepaskan penisku dari mulutnya dan bangkit berdiri.

"Mau kemana?" tanyaku.

"Balik ke kamar. Kamu langsung mandi gih!" perintahnya. "Katanya hari ini mau ngungkapin perasaan" tambahnya.

Oh iya. Sekarang ini udah besok ya, pikirku.

"Kamu gak mau mandi bareng?" tanyaku menggodanya.

"Aku udah mandi kok" jawab Stefi.

"Gak mau mandi lagi?"

"Gak"

"Kalo aku buat kamu harus mandi lagi gimana?"

"Ya ampun, beb. Ini masih pagi"

"Jangan panggil aku kayak gitu, Stef. Please!"

"Trus? Kamu mau aku panggil apa?"

"Terserah. Pokoknya jangan itu. Itu ngingetin aku sama...."

"Adri. Aku panggil kamu 'Adri' aja ya"

Aku membalasnya dengan tersenyum dan mengangguk.

"Eh, ini beneran kamu gak mau?" tanyaku saat melihat Stefi seperti mau keluar kamar.

"Gak! Nafsuan banget sih, lagian semalem kan udah,.... Badan aku sampe banyak bekas cupangan kamu nih" tolaknya lagi sambil memeluk tubuhnya sendiri seakan berusaha melindungi tubuhnya.

Gerakan itu mengingatkanku pada,....

"Liar banget sih" tambahnya pelan.

Sendirinya juga liar, batinku.

"Ya wajar dong, cowok kalo pagi kan.... Lagian kamu juga kan yang bikin gini" kataku sambil menunjuk penisku yang masih mengacung dengan tegak.

"Inget perjanjian kita. Lagian kalo keseringan feel-nya itu gak dapet"

"Ya..... seenggaknya tuntasin dulu dong, Stef" rengekku dengan memasang wajah memelas.

Huft,~
Stefi sedikit menghela nafas.

"Ya udah, tapi ada syaratnya" katanya.

"Apapun" jawabku cepat.

"Bener ya!" katanya sambil menunjuk wajahku. "Syaratnya, tangan kamu gak boleh kemana -mana"

Aku sedikit ragu untuk menyetujuinya. Maksudku kuluman Stefi begitu menakjubkan, aku sepertinya tidak bisa menahan tanganku hanya untuk sekedar mengelus kepalanya sebagai 'tanda terima kasih'.

"Gimana?" tanyanya dengan senyuman mengejek.

"Siap, bu!" jawabku sambil memberi hormat.

"Apa'an sih" balasnya. "Syarat kedua, kasih tau aku, kamu milih siapa"

"Kan aku udah bilang kamu akan tau dengan sendirinya" balasku.

"Penasaran"

"Ya udah, tapi lakuin dulu" perintahku.

Stefi langsung berjongkok didepanku dan sedikit menelan ludah saat melihat penisku dari dekat. Mungkin dia masih tidak percaya kalau semalam, benda inilah yang sudah sukses mengacak-acak vaginanya.
Diraih dan digenggamnya penisku dengan lembut dan mulai menggerakkan tangan kanannya mengocok penisku dan jari jemari tangan kirinya juga mulai membelai-belai buah zakarku, itu membuatku sesekali mendengus dan mengerang nikmat. Mataku merem melek menikmati pelayanannya padahal baru hanya dengan tangan saja, sepertinya semakin hari teknik pelayanan dari Stefi semakin meningkat.

"Masukin mulut kamu dong, Stef. Diemut-emut kayak semalem" pintaku padanya.

IMG-20180926-014655.jpg


Saat Stefi hendak melaksanakan permintaanku, aku pun berinisiatif ingin menyibakkan rambutnya agar tidak menghalangi.

"Mau ngapain kamu?" tanyanya sambil melotot.

"Rambut kamu nanti nutupin, Stef"

Stefi kemudian merogoh sakunya mengambil ikat rambut untuk mengikat rambutnya.

Sial!
Dia jadi semakin cantik kalau rambutnya diikat.
Apa nanti aku benar-benar bisa puas hanya dengan pelayanan mulutnya?

Setelah mengikat rambutnya, tanpa peringatan Stefi langsung memasukkan penisku kedalam mulutnya, sampai terasa mentok di tenggorokannya.

Sialan!
Aku harus bisa bertahan lebih lama! Jika beruntung, siapa tau aku bisa merasakan paket komplit dari Stefi versi rambut dikuncir.

Didalam mulutnya, lidahnya mulai menjilati penisku. Saat mulutnya mulai mengulum penisku, tangannya juga mengelus-elus buah zakarku. Aku dibuatnya terus mengerang nikmat karena pelayanannya, tanganku meremas sprei saking nikmatnya.

Cukup lama Stefi mengulum prnisku, sampai pada akhirnya....

"Kamu dari tadi nahan ya?" tanyanya curiga dengan wajah cemberut.

Aku hanya mendongakkan kepalaku pura-pura tidak mendengarnya.

"Mulut aku capek tau" katanya lagi.

Aku hanya tersenyum menanggapi nya.

Stefi kemudian menatap penisku lalu berkata,...

"Kamu harus muntah di mulut aku" katanya lalu menepuk-nepukkan penisku ke wajahnya.

Aku berusaha menahan agar eranganku tidak terlalu keras karena ini sudah pagi dan mungkin para penghuni hotel yang lain juga sudah bangun.

Dijilatinya perlahan seluruh penisku mulai dari buah zakarku naik ke batang penisku lalu ke leher penisku kemudian berlanjut ke kepala penisku dan yang terakhir, lidahnya menggelitiki lubang kencingku dengan ujung lidahnya. Setelah menjilati setiap inchi penisku, kembali Stefi memasukkan penisku kedalam mulutnya dan mulai mengulum lagi.

Stefi mulai menaik turunkan kepalanya, melayani penisku tanpa menggunakan tangan, sama persis seperti semalam. Sesaat kemudian Stefi mengeluarkan penisku dari mulutnya dan tetap dengan tanpa memegangnya, Stefi menjilati penisku sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya lagi penisku dengan bernafsu.

Semakin lama, kuluman Stefi semakin liar, aku sepertinya tidak bisa menahan lebih lama lagi.

"Hehuhahin haha" gumamnya disela-sela kesibukannya melayani penisku

Gerakan kepalanya makin kencang, dan akhirnya,...

"Arrghh......" erangku saat menyemprotkan spermaku didalam mulutnya.

Entah berapa semprotan yang kukeluarkan, yang pasti jumlahnya banyak. Stefi nampak kaget dan gelagapan saat spermaku memenuhi mulutnya.

Setelah melepaskan penisku, Stefi yang masih membuka mulutnya seakan menunjukkan volume spermaku yang tertampung didalam sana kemudian dia menutup mulutnya dan menelan spermaku secara perlahan seperti ingin memperlihatkan kalau dia benar-benar menelan semua spermaku dan sangat menikmatinya.

Aku hanya diam tidak bereaksi apapun setelah Stefi melakukan hal tersebut, karena dia masih harus menyelesaikan tugas terakhirnya yang sangat penting. Stefi yang mengerti langsung menjilati penisku membersihkan sisa-sisa sperma diujungnya. Setelah dirasa sudah benar-benar bersih, Stefi mencium kepala penisku kemudian menatap mataku.

"Udah puas?" tanyanya sambil menyeka spermaku di sudut bibirnya dan menjilatnya.

"Emang kalo aku jawab 'belum' kamu masih mau?" tanyaku balik.

"Sekarang kasih tau, kamu milih siapa?" tanyanya.

Aku tidak menjawabnya dan kembali berbaring karena masih menikmati sisa-sisa sensasi kehangatan mulut Stefi.

"Jangan tidur lagi" katanya mengingatkan.

"Bikin bangun lagi dong" kataku kembali menggodanya.

"Apanya nih?" tanyanya sambil tersenyum.

Aku tidak menjawabnya hanya menaik-naikkan kedua alisku dan melirik kebawah.

"Boleh, tapi kasih tau dulu" katanya menggodaku

"Gak ah, kalo keseringan nanti feel-nya gak dapet" balasku menirukan kata-katanya.

Stefi langsung memasang wajah cemberut lalu melangkah hendak pergi.

"Ya udah, aku kasih tau" kataku mencegahnya pergi.

Stefi langsung menghentikan langkahnya.

"Inisialnya 'S'. Hehehe"

"Nyebelin! Iihhh,......" balasnya sambil pergi keluar kamar.

IMG-20180709-173438.jpg


Sepertinya keputusanku semalam memang tepat, pikirku.

Kemudian aku bangkit berdiri dan berjalan kearah kamar mandi.

Tapi, tunggu!
Sepertinya ada yang salah.
Kenapa diawal tadi aku sempat membayangkan Gracia?!
.
.
.
.
.
"Oke, udah beres semua" gumamku setelah selesai packing.

Nah, sekarang pake jak...

Tunggu.
Sepertinya ini bukan jaketku.
Benar. Ini bukan jaketku, ini jaket Stefi. Tercium aroma Stefi disini. Maksudku aroma parfumnya.
Mungkin dia salah mengambil tadi. Ya, nanti saja aku tukarkan lagi padanya.

Sekarang iket jaketnya dipinggang, pake topi, pasang earphone.

Nah, udah kayak pemain film 'Step Up' kan. Tinggal nyalain musik, terus nari-nari di pinggir jalan.
Kalau dilihatin orang gimana? Apa tidak malu?
Bodo amat. Kenal juga enggak.
Lagipula belum tentu juga aku akan bertemu orang-orang itu lagi.
Dan sebenarnya aku juga tidak benar-benar berniat menari di pinggir jalan.
Ngapain coba.
Kurang kerjaan banget.
.
.
.
.
.


Ku ingin menjadi bintang diatas langit.
Yang tak berbuat apapun namun tetap bersinar~
Hatiku menggelap bersama malam gelap.
(Kesepian dan kewalahan)
Tiada yang memelukkku~

Musik jazz yang ku putar ini, tak sesuai dengan suasana hati.
Ku basah kuyup oleh musik ini, bergema dari telinga hingga kaki.
Berhati-hatilah netizen,
Jangan memposting sebuah 'omong kosong'.
Dari hatimu yang kosong, jangan menanggapinya dengan emosi~


Eits, stop dulu, pikirku sambil menghentikan langkahku.

TAP TAP TAP

Tuh, kan. Firasat ku benar, ada orang lewat.
Untung saja aku segera menghentikan langkahku, kalau tidak aku akan menabrak seseorang lagi.
Kalau tabrakannya sama member lagi seperti waktu itu, tidak apa-apa. Tapi yang tadi lewat adalah seorang bapak-bapak, ya kali tabrakan sama bapak-bapak.

Oke lanjut, pikirku setelah orang tadi lewat lalu aku masuk kedalam lift.
.
.
.
.
.
Udah check out, sekarang cari sarapan dulu, batinku.

Nyalain lagi musiknya.


Ku harap ini bukan lagu terakhir dariku untukmu~
Ku harap ini bukan surat terakhir untukmu~
Bukan terakhir kali aku melihatmu~
Ku berdoa, berharap ini tidak nyata~

Ku harap ini terakhir kali kau menangis karena ku~
Ku harap ini terakhir kali kita jauh~
Ku berharap, semuanya baik-baik saja~
Aku Rindu!
Aku Rindu!
Aku Rindu!
Aku Rindu!
I Miss You So Bad!!!!!


Ya elah, pantesan kok gak enak gue jalannya, pikirku saat menyadari kalau tali sepatuku terlepas.

Aku berjongkok untuk mengikat kembali tali sepatuku.

DUG!!

"Kampret!" umpatku reflek.

Ini siapa sih yang nendang-nendang? Pagi pagi udah nyari ribut aja, batinku.

Aku menengok keatas untuk melihat siapa yang baru saja menendangku. Dan ternyata,....

"Kalo gak nendang gak bisa?" tanyaku padanya.

"Ya habisnya, gue mau nepuk bahu lo, lo nya malah jongkok" balasnya.

"Ya gak nendang juga caranya, Shan" balasku sambil kembali membenarkan tali sepatu.

"Sorry" kata Shania pelan.

Ya, orang yang menendangku barusan adalah Shania.

Alasannya tadi apa'an coba?
Gak bisa gitu pake cara yang lebih lembut apa? Manggil atau apa gitu.

Kalo mau dapet perhatian gue gak perlu gitu juga kali Shan, batinku.

"Trus,... ada perlu apa?" tanyaku yang sudah selesai mengikat tali sepatu dan kembali berdiri.

"Pulang ke Jakarta bareng gue!" jawabnya.

"HAAAHH?!!"

"No Repeat!" katanya lagi sambil menarik tanganku.

Sialan!
Kali ini dia yang menirukan kalimatku setelah kemarin aku menirukan kalimatnya.

"Cie,.... Shania. Pake gandengan tangan segala, emang udah resmi?" ledek salah satu member, Frieska. Saat kami sudah berada di dekat rombongan para staff dan member.

Shania yang baru menyadari kalau dia masih memegang tanganku langsung menyentakkan tanganku.

Apa'an sih, batinku.

Catatan saja, yang berani meledek Shania seperti yang dilakukan adiknya Melody barusan hanyalah member-member generasi 1 saja. Ya,.... ada beberapa yang dari member generasi 2 juga sih, tapi selebihnya mereka tidak berani. Perlu kuingatkan lagi ya, Shania galak. Mungkin itu alasannya mereka tidak berani.

"Kau nginap disini juga? Kenapa tidak bilang?" tanya bang Kenzo.

"Lo gak nanya bang" jawabku.

Bang Kenzo langsung melirik kearah Stefi seperti ingin menanyakan sesuatu.

"Kemarin. Kemarin nya lagi sih, aku sempet liat Adrian nabrak Julie di hotel ini. Makanya aku tau kalo Adrian nginep di hotel ini juga" kata Stefi.

Oh, jadi itu alasannya.
Mungkin Stefi melihatku semenjak aku keluar kamar, jadi dia bisa tahu kamarku.

"Tuh, kan, Jul. Lo gue bilangin gak percaya. Temennya kak Shania kan" kata salah satu orang sambil menyenggol bahu orang disampingnya.

Ya, aku baru tahu. Mereka berdua adalah Julie dan Diani. Aku tahu gara-gara semalam saat menonton mini live.

IMG-20180725-095107.jpg


"Hai, kak. Sekali lagi maaf ya" kata Julie.

"Ah, iya. Enggak. Gapapa kok" balasku.

Tiba-tiba Shania langsung mengapit leherku dengan satu lengannya.

"Lo apain hah?" tanya Shania.

"Apa'an sih?" tanyaku balik.

"Udah lo apa in aja anggota gue?" tanya Shania lagi sambil mempererat apitan lengannya.

"Orang cuma nabrak doang kok, itupun gak sengaja" kataku sambil melepaskan lengan Shania. "Belum gue apa-apain" tambahku.

"HAAAHH?!!"

"Aku gapapa kok kak" kata Julie membelaku. "Waktu aku mau jatuh, kak Adrian langsung nahan badan aku kok. Jadi aku gak luka sedikitpun" tambahnya.

"Tuh dengerin" kataku.

Tapi sepertinya tadi aku memang salah bicara, batinku.

"Aku gak di apa-apain kok kak" kata Julie lagi masih membelaku.

"Ah..... Ya. Itu maksudnya" kataku lagi.

"Shania lebay deh, cuma tabrakan aja bukan berarti nanti mereka jadian. Emang ini ftv" kata Gaby.

"Tuh dengerin lagi" kataku.

Lagipula tidak mungkin juga hanya tabrakan bisa jadian, itu hanya ada di ftv dan sinetron.
Memangnya ada orang di dunia nyata yang berfikir seperti itu?

"Adrian juga sih gak peka banget, Shania tadi itu sebenernya bukan mau nyekik tapi minta dirangkul" kata Gaby lagi.

"Kalo peka, dari dulu udah jadian kali" tambah bang Aris.

"Ya elah lo, bang" balasku. "Gimana? Udah bisa ngelewatin hi-score gue?" tanyaku dengan pandangan mengejek.

"Ah, sialan. Bukannya tambah bagus, malah tambah jelek nilai gue" balasnya. "Paling bagus cuma seribu berapa gitu" tambahnya.

"Udah udah, ayo ke bus" perintah bang Kenzo yang langsung dituruti oleh semua member dan staff. "Kau ikut kita" katanya lagi sambil menunjukku.

"Tap-"

Tunggu, ini kesempatan bagus.
Aku bisa langsung mengungkapkannya pada Shania nanti, tidak perlu menunggu lebih lama lagi.

"Kenapa?"

"Gak. Gapapa. Numpang sampe stasiun ya" kataku lalu berjalan kearah bus.

Tapi tiba-tiba bang Kenzo menahanku.

"Oh iya, kenapa kau minta tolong sama Stefi kemarin?" tanyanya.

"Minta tolong apa?" tanyaku balik.

"Soal tas-mu. Kau minta tolong sama Stefi buat ngambilin kan"

Sial!
Jadi, semalam Stefi membohongiku?
Dia bercerita, kalau dia 'kebetulan' lewat. Tapi ternyata.....
Hmm,..... itu jadi membuatku berfikir.
Kejutan apa lagi yang akan diberikan Stefi nantinya?

"Oh, soal itu. Iya bang kan sekalian" balasku.

"Sekalian apa?" tanyanya.

"Lah, kan kemarin lo bilang kalo gue harus nolak dia" kataku lagi.

Ya, kemarin aku memang 'menolaknya' kan.

"Oh. Bagus kalau begitu" katanya lagi lalu berjalan kearah bus.

Aku mengikutinya dari belakang.
Didalam bus aku sedikit melirik sinis saat melewati tempat Stefi duduk yang dibalasnya dengan tawa yang ditahannya. Sepertinya dia bisa menebak apa yang tadi aku bicarakan dengan bang Kenzo.

"Maksudnya apa?" tanyaku pada Stefi lewat chat.

"Apa?" balasnya.

"Gak usah pura-pura gak ngerti deh"

"Yang penting kita gak ngelewatin malem dengan dingin-dinginan kan"

"Eh, ini jaket kita ketuker lho" balasku lagi.

"Emang sengaja" balasnya cepat. "Biar aku berasa dipeluk kamu. Hihihi" tambahnya.

"Terserahlah" balasku akhirnya.

"Gimana aroma jaket aku? Kamu suka?" tanyanya yang tidak kubalas. "Inisial 'S' itu maksudnya bukan aku kan?"

IMG-20180415-011411.jpg

.
.
.
.
.
.
.
"Eh, ini gak ngarah ke stasiun kan" kataku saat menyadari jalan yang kami lalui tidak mengarah ke stasiun.

"Kau pulang sama kami. Naik pesawat" kata bang Kenzo.

"Tapi, bang...."

"Tiketnya sudah aku pesankan" katanya lagi. "Tenang. Aku yang bayar kok"

"Tapi kita sarapan dulu kan, Kenzo-san" kata Yupi.

34813358-901363276737330-2965647069320052736-o.jpg


"Iya" jawab bang Kenzo cepat.

"HOREEEE!!!!"

Ya sudahlah, lebih baik aku tidur dulu. Aku masih sedikit mengantuk.
.
.
.
.
.
TIDAK BISA!!
AKU TIDAK BISA TIDUR!

Ini mereka berisik sekali, sumpah!
Cewek-cewek kalau sudah berkumpul memang selalu berisik seperti ini ya?
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bang Kenzo dan staff yang lain yang harus menjalani ini hampir setiap hari.
.
.
.
.
.
"Nah kita sudah sampai. Turun dulu, kita sarapan" kata bang Kenzo.

"Gue disini aja, bang. Ngantuk. Mau tidur" kataku sambil mulai menutup mata.

"Kau gak sarapan?" tanya bang Kenzo.

"Males. Pengen merem" balasku masih dengan mata tertutup.

"Ya udah"
.
.
.
.
.
Aku tetap tidak bisa tidur!
Seperti ada yang mengganjal, mungkin aku tidak diijinkan tidur sebelum aku menyelesaikan masalahku dulu.

"Ngapain ya? Kalo nyusulin, ya gengsi juga. Tadi udah bilang gak mau makan" gumamku.

Dengerin musik?
Ah enggak.
Tadi udah, pikirku.

Oh iya, di tas-ku ini kalau tidak salah ada,....

Aku membuka tas-ku dan memeriksa bagian belakangnya.

Ternyata emang masih disini, batinku.
.
.
.
.
.
Tunggu! Kenapa aku malah menggambar....
Dari tadi kenapa yang ada di kepalaku wajahnya,....

"Semalem gue mimpi apa sih?" tanyaku pada diri sendiri.

Udah udah, lanjut gambar di halaman selanjutnya aja.
.
.
.
.
.
"Wih, bagus banget kak" kata suara dibelakangku yang ternyata adalah Michelle.

"Eh, Michelle. Makasih" jawabku. "Lho, udah selesai makannya?" tanyaku kemudian.

23270109-2018581811756062-4037492303498368192-o.jpg


"Itu mau gambar siapa kak?" tanyanya.

Aku langsung menutup buku sketsa ku dan memasukkannya kembali ke dalam tas.

"Dari matanya, kayak ci Sha-"

"Ci Shania?" tanya Stefi memotong perkataan Michelle.

"I-iya mungkin. Gak yakin juga sih aku" balas Michelle.

Stefi langsung mengangguk mengerti dan bibirnya seperti berkata 'Oke' tanpa suara.

"Wiiiiihh,..... sampe gambar mukanya Shania. Berarti udah hafal mukanya Shania ya. Gak pake liat orangnya tapi tetep bisa gambar" ledek Frieska.

"Iya. Udah hafal" balasku.

"Tapi bisa lihat fotonya kan" celetuk Feni.

"Tapi kak Adrian tadi gak lihat HP kok" balas Michelle.

"Gue emang hafal kok" kataku. "Gue merem aja yang kebayang ya wajahnya...."

Perkataanku membuat Shania yang terlihat seperti ingin marah langsung terkejut dan diam.
.
.
.
.
.
.
.
"Ini lagunya Sinka ya?" tanyaku.

"Ehh,.... kok aku?" tanya Sinka.

"Iya kan. 'Hit you with that Du Dut Du Dut Dut~'. Hehehe" balasku sambil tertawa.

"Hahaha"
.
.
.
.
.


Don't cry.~
Don't be shy.~
Kamu cantik apa adanya.

"Sadari~ Syamsuri~"

"Kok Syamsuri kak? Syamsuri itu siapa?" tanya Yupi padaku.

"Oh, itu nama penjual mi ayam di kantin kampus gue. Gatau, tiba-tiba kepikiran aja. Kangen kali gue,...." balasku. ".....atau mungkin gue laper ya" tambahku pelan.

"Nih!" kata bang Kenzo sambil memberikan kantong kresek.

"Apa nih, bang?" tanyaku sambil melihat isi kantung kresek tersebut yang ternyata berisi makanan.

"Kau nyebelin kalau lagi laper. Makan!" perintahnya.

"Siap, bang. Makasih ya" balasku.

Hmm,.... tidak ada sendoknya.
Oh iya, aku kan ada sendok sendiri.

Saat aku hendak mulai makan, aku merasakan banyak pasang mata menatapku.
Aku balas menatap mereka satu persatu dengan tatapan bingung.

Nungguin apa sih?, batinku.

"Unch gemeeess~" kata beberapa member secara kompak saat aku mulai makan.

Apa'an sih, pikirku.
.
.
.
.
.


Kau menghapuskan,
Setiap luka~
Mengingatkanku tentang
Mimpi terpendam~
Agar semua,....

"Kan menjadi nyata~" teriak Della melanjutkan lirik lagu yang diputar.

"Satukan hati dan tersenyum,
Yang ada hanya ceria.
Genggam tanganku,
Yakin bisa,
Menaklukkan dunia"

Kenapa gue ngelanjutin juga ya?, pikirku.

Ya udah lah, enak juga kok lagunya, batinku.
.
.
.
.
.


Gak. Gak. Gak kuat.
Gak. Gak. Gak kuat.~
Aku gak kuat,.....

"Sama PLAYBOY! PLAYBOY!!"

"Apa sih?" kataku tidak terima.

"Kenapa? Kakak ngerasa playboy?" tanya Feni.

"Ya enggak. Tapi ini pake nunjuk-nunjuk gue tadi" balasku sambil menujuk Yupi.

Ini bukannya aku suudzon atau apa ya, tapi barusan Yupi memang menunjukku saat menyanyikan lirik 'Playboy'.

IMG-20180724-191205.jpg


"Emang kakak bukan playboy?" tanya Yupi.

"Jangan manggil gue 'kak'! Tua'an lo, pendek" balasku.

"Ihh,.... tapi aku kan-"

"Dan jangan sok imut depan gue!" potongku. "Gak ngaruh" tambahku pelan. "Pindah team sih" tambahku lagi.

"Playboy!" celetuk Yupi.

"Gue bukan playboy" jawabku. "Pacar aja gak punya" tambahku.

"Makanya, cepetan ditembak dong itu kak Shania nya" kata Yupi lagi.

IMG-20180724-190919.jpg


"Kalo playboy sejati emang gitu, bilangnya gak punya pacar. Biar bisa deketin banyak cewek" celetuk Stefi.

Stef, mau lo apa sih?, batinku.

Gara-gara perkataan Stefi barusan para member langsung melihat ke arahku dengan tatapan curiga. Dan bisa kulihat Stefi sedang menahan tawa setelah mengatakan hal tersebut.

"Udah udah. Gara-gara lagu jadi gini" kata bang Kenzo berusaha membelaku. "Matiin aja" tambahnya.

Baguslah, aku juga sudah mulai lelah mendengarkan lagu-lagu tersebut. Bingung juga, mereka tidak memutar lagu mereka sendiri.

"Aris, kau ambil gitar!" kata bang Kenzo pada bang Aris yang sedang asyik bermain game.

Pantas saja bang Aris tidak ikut meledekku tadi. Ternyata dia sedang asyik main game 'Jumping T-Rex'.

"Udah, berhenti dulu kau main game nya" kata bang Kenzo lagi.

Bang Aris langsung berhenti bermain game dan berjalan kearah belakang bus untuk mengambil gitar.

"Berapa bang?" tanyaku saat bang Aris melewati tempat dudukku.

"1115" balasnya.

"Hi-score gue yang baru" kataku sambil menunjukkan layar HP-ku.

"Sialan" celetuknya.

Bang Aris lalu pergi kearah belakang dan mengambil gitar kemudian diserahkannya pada bang Kenzo, tapi langsung dicegah.

"Berikan pada Adrian" kata bang Kenzo.

Bang Aris langsung menyerahkan gitar itu padaku.

"Eh?"

"Mainkan!" perintah bang Kenzo.

"EEH?!"

"Kau kan kemarin udah belajar gitar, sekarang coba praktekan" kata bang Kenzo lagi.

1512067349857.jpg


"Bukannya lo udah mahir main gitar ya. Lo kan dulu ikut ekskul band" kata Shania. "Ngapain pake belajar lagi?"

"Lo temen gue apa bukan sih?" tanyaku pada Shania. "Gue gak pernah ikutan ekskul band ya. Gue ikut band karna diajakin senior doang"

"Oh ya? Bukan karna Wanda yang jadi vokalisnya?" tanya Shania dengan nada menyindir.

"Uuuhh,..... cemburu tuh" ledek Della.

IMG-20180831-001507.jpg


"Udah, Shan. Ama gue aja" kata Saktia.

IMG-20180907-WA0125.jpg


"Terusin kak Shania, biar kita semua tau masa lalunya Adrian" tambah Stefi.

"Terserah lo deh, Shan" balasku. "Lagian lo itu ikut JKT48 Band kan, harusnya lo bisa bedain, mana gitar, mana bass"

"Oh pemain bass. Berarti kayak kak Ver-"

Gaby tidak menyelesaikan kata-katanya setelah aku melotot ke arahnya.

"Gak usah ngeluarin aura kayak mau ngebunuh gitu" kata bang Aris sambil menepuk bahuku.

Aku beralih melotot ke arah bang Aris.

"Udah?" tanya bang Kenzo dengan nada mengancam dan melotot ke arahku.

"Sorry, bang" balasku.

"Ayo, mainkan!" kata bang Kenzo lagi sambil menyerahkan gitar.

"Gue udah hafal gerakan jari sama bunyinya sih, bang" kataku saat menerima gitar. "Tapi kalo sambil liat chord gitar gue masih bingung, gerakan ini namanya kunci apa, gerakan itu namanya kunci apa" tambahku.

"Lo tanya aja, gerakan jari yang gimana, nanti gue jawab" kata bang Aris.

"Hmm,.... Oke!"
.
.
.
.
.
"Gimana udah?" tanya bang Kenzo.

"Udah dong bang" balasku penuh kepercayaan diri.

"Ya udah, mainin!" katanya lagi.

Aku langsung memainkan intro lagu dari sebuah band ternama di Indonesia.

C G Am Em F C Am G
C G Am Em F C Am G
C G Am Em F C Am G
C G Am Em F C Am G
C G Am Em F C Am G
C G Am Em F C Am G

"Kapan nyanyinya? Diulang terus bagian intro nya" kata bang Kenzo.

"Hehehe. Kalo sambil nyanyi gak bisa bang" jawabku. "Bagi konsentrasinya susah. Lagian kan tadi suruh main gitar doang gak sambil nyanyi" kataku membela diri.

Bang Aris hanya tertawa melihatku diomeli bang Kenzo.

"Ya udah, coba kau yang nyanyi" kata bang Kenzo sambil menunjuk bang Aris yang langsung berhenti tertawa.

"Ayo, bang!" ajakku pada bang Aris sambil bangkit berdiri.

Bang Aris berdiri mengikutiku dengan malas.

"Ya, bertemu lagi dengan kami, pengamen jalanan yang berusaha bertahan hidup dari kerasnya Ibukota. Kali ini, kamiakanmenyanyikansebuahlaguuntukmenemaniperjalananbapak-ibusekalianagartidakmerasadikalakemacetanyangmelanda" kataku sambil menirukan logat pengamen metromini.

Semua orang di bus langsung tertawa mendengar perkataanku. Termasuk si supir bus.

Ya elah ini supir, konsentrasi nyetir aja kenapa sih, batinku.

"Yang dengerin, saya doakan dilancarkan rejekinya. Yang gak dengerin, saya doain biar gak bisa denger seterusnya. Oke, langsung aja. Lagu pertama..."

"Eh! Kok gitu kak Adrian" protes beberapa member.

Aku diam sejenak sambil berfikir mulai main di kunci apa.

"Lagu pertama lagu apa bang?" tanyaku pada bang Aris.

"Gak tau. Kan gak janjian dulu tadi" jawab bang Aris.

Oh iya, benar juga, pikirku.

"Lagu yang tadi lo latihan aja" balas bang Aris.

Aku langsung mengangguk mengerti.

"Oke, lagu pertama. Surat Cinta Untuk Lid-"

Bang Aris langsung membungkam mulutku sebelum aku menyelesaikan kata-kataku.

"Gak usah disebut! Orangnya gak ada disini" kata bang Aris sambil melepas bungkaman tangannya.

"Ya elah, bang. Semua yang disini juga udah pada tau kali" balasku.

"Udah?" tanya bang Kenzo. "Banyak ngobrolnya kalian"

Aku dan bang Aris langsung diam dan kembali bersiap untuk 'mengamen'.

"Jangan main intro nya doang lagi" kata bang Aris mengingatkan.

Yah, ketahuan, batinku.

"Eh, coba Adrian aja yang nyanyi" kata bang Kenzo lagi.

"Banyak maunya lo, bang" balasku.

"Emang kau tidak mau nyanyi buat Shania?" tanya bang Kenzo.

"M-mau sih" jawabku.

Shania langsung melihat ke arahku seakan tidak percaya dengan apa yang baru kukatakan.

"Ya udah, siniin gitarnya" kata bang Aris meminta gitar.

"Buat lagu ini, gue aja yang main bang"

"Wih, seru nih" kata Frieska.

"Ssstt,......" aku mengisyaratkan pada semua orang di bus untuk diam sebentar.

Setelah kurasa sudah cukup tenang, aku langsung memainkan gitar.

"Jreeng~"

"Kau cantik hari ini~"

Hampir semua orang di bus bertepuk tangan.
Shania menatapku dalam-dalam menunggu aku melanjutkan lirik selanjutnya.

"Dan aku,...... Bohong~"

"Yah, antiklimaks banget" kata Yupi.

"Bercanda. Lo cantik kok Shan" kataku sambil menatapnya.

Shania balas menatapku, menunggu kalimat apa yang akan aku ucapkan setelah ini.

"Kan cewek. Masa ganteng" tambahku.

"Kak Adrian gak romantis banget. Pantesan jomblo" ledek Feni.

"Ya elah, bercanda doang" balasku.

"Kau tidak ada lagu untuk Shania apa?" tanya bang Kenzo.

"A......Ada sih,..... tapi......"

"Tapi apa?"

"Tapi sebelum itu,... Bang Ken, gue mau nanya. Lagu-lagu semalem, siapa yang ngatur susunannya? Terutama di unit song nya?" tanyaku pada bang Kenzo.

Seketika suasana langsung kembali hening.

"Ternyata Adrian orang yang peka ya" kata Gaby.

"Lewat lagu ini, bakal ketahuan siapa sebenernya yang selama ini gak peka" balasku. "Lagu yang gambarin gimana perasaan gue ke Shania"

"Ya udah, nyanyikan!" kata bang Kenzo.

"Bang Aris, sekarang lo yang main gitar ya. Lagunya agak up beat soalnya" kataku lagi.

"Ya udah, gue bantuin" balas bang Aris.

Aku langsung memberikan gitar pada bang Aris dan mengambil HP-ku di saku celana.

"Lagu apa sih?" tanya bang Aris.

"Bentar, gue browsing chord-nya dulu" jawabku.

Setelah aku menemukan chord gitar untuk lagu yang kumaksud, aku memberikan HP-ku pada bang Aris.

"Lo yakin mau nyanyi lagu ini?" tanya bang Aris memastikan setelah melihat layar HP-ku.

"Yakin" jawabku. "Shan, dengerin ya" kataku pada Shania.

Shania menanti lagu apa yang akan aku nyanyikan untuknya.

Bang Aris mulai memainkan intro lagu tersebut. Aku pun mulai bernyanyi saat bagian intro sudah habis.


"Ku dengar malam itu, suaramu tak menentu.
Sesuatu terjadi padamu~
Kau bilang, kau bertengkar dengan kekasihmu.
Dan kau ingin ku menghiburmu~"

Baru sampai bagian itu, wajah Shania langsung memerah dan salah tingkah. Pasti dia langsung mengerti apa yang aku maksudkan.

"Ku tahu aku orang yang sangat bodoh.
Yang tak mampu pergi tapi tak mau mendekat.
Saat kulihat kau tertawa bersamanya,
Ku hanya bisa tersenyum menghibur diriku~

Karna kau terlalu cantik tuk jadi sekedar teman biasa~

A iya ya.. jika kau hanya mimpiku,
Mimpi yang indah, juga menyedihkan.
Why iya ya.. dengan suara indahmu
Kau mengatakan,
'You are my best friend'~"

Lirik terakhir yang kunyanyikan langsung membuat gaduh seisi bus.

"Wuih, kode keras"

"Yah, kasihan kak Adrian cuma jadi sekedar best friend"

"Parah, Shania"

Celetuk-celetukan seperti itu yang keluar entah dari member maupun staff tidak begitu aku pedulikan, aku lebih memilih melanjutkan bernyanyi dan membuat Shania semakin salah tingkah.

1512067348424.jpg


"Wohohohoho...
Ku kan selalu ada,
Saat kau membutuhkan~
Wohohohoho...
Entah sampai kapankah?
You are my best friend~

Hatiku ini, andai bisa ku kendalikan
Tak akan ada penyesalan
I'm talking about you and me~
Saat ku coba mendekat,
Kenapa kau malah pergi menjauh?
Kau tidak perlu lakukan itu,
Perasaanku padamu buatku malu.
Kenapa kau jadi cantik begitu,
Jika akhirnya kau tak jadi milikku~

Tiap malam perasaan ku jadi gelisah.
Memikirkan dirimu membuatku resah.
Apakah mencintaimu sebuah dosa?
Ku sudah lelah tuk memendam rasa.~

Karna kau terlalu cantik tuk jadi sekedar teman biasa~.

A iya ya.. jika kau hanya mimpiku,
Mimpi yang indah, juga menyedihkan.
Why iya ya.. dengan suara indahmu
Kau mengatakan,
'You are my best friend'~"

Tanpa diberi instruksi, semua member kecuali Shania meneriakkan 'You are my best friend' mengikutiku.

Wohohohoho...
Ku kan selalu ada, saat kau membutuhkan~
Wohohohoho...
Entah sampai kapankah?
You are my best friend~

Jika suatu saat nanti dia pergi,
Maukah kau melihatku?~
Harimu kan lebih berwarna,
Jika kau mau menggenggam tanganku~

Ku kan teriak sekuat tenaga,
'Hey, girl you know I love you so'~
Kan ku pastikan, kau mendengarnya,
'Hey, Shan you know I love you so'~

Shania.. jika kau hanya mimpiku,
Mimpi yang indah, juga menyedihkan.
Mengapa.. dengan suara indahmu
Kau mengatakan,
'You are my best friend'~

Wohohohoho...
Ku kan selalu ada, saat kau membutuhkan~
Wohohohoho...
Entah sampai kapankah?
You are my best friend~"


Setelah aku selesai bernyanyi, seluruh orang didalam bus bertepuk tangan, bahkan ada beberapa member yang meneteskan air mata.

Eh, itu supir bus jangan pake atraksi dong. Masa nyetir bus sambil tepuk tangan.

"Jadi,..... itu pilihan kamu?" tanya Stefi yang tak kujawab.

"Terharu gue. Kalo gini,.... gue mundur aja deh. Biar buat Adrian aja" kata Saktia.

"Ya kali. Gue aja kalo disuruh milih, ya pasti lebih milih Adrian lah" balas Della.

"Lagian saingan sama Adrian itu berat. Aku gak akan kuat" kata Saktia lagi.

Mereka berdua ini kenapa sih?, batinku.

IMG-20180907-WA0092.jpg


"Sekarang udah jelas siapa 'tokoh antagonis'-nya" celetuk Frieska.

"Hubungan kalian dari dulu itu gak ada perkembangan?" tanya Gaby.

"Ada kok. Dulu cuma temen sekarang udah naik level jadi sahabat" jawabku.

"Gak mau naik level lagi?" tanya Frieska.

"Jadi apa? Sahabat level 2?" balasku bercanda.

"Kalo kak Shania gak mau sama kak Adrian, aku mau kok sama kak Adrian" kata Feni.

44253206-1007434169463573-2336190337594163200-n.jpg


"Kak Adrian! Kalo ditolak sama kak Shania, hubungin aku aja" tambah Michelle.

IMG-20180822-191347.jpg


"Aku juga mau kok sama kak Adrian" kali ini Yupi yang bicara.

IMG-20180813-WA0040.jpg


Ini trio bocah juga pake ikut-ikutan segala, batinku.

IMG-20180724-191026.jpg


"Jangan panggil gue 'kak', Yup" balasku. "Tua'an lo" tambahku.

"Buah durian, buah salak.
Jangan lupa pake pelampung"

"Cakep!"

Cakep apa'an?!!
Apa urusannya dari buah-buahan tiba-tiba ke alat renang?, batinku.

"Kalo Adrian nanti ditolak
Member yang lain siap menampung"

Aku hanya tersenyum kecut setelah mendengar isi pantun Ikha.

"Suaranya keren, kak" puji Aya.

"Makasih" balasku.

"Aya kok boleh manggil, 'kak'? Aku kok gak boleh?" protes Yupi dengan wajah cemberut.

"Loh, emang Aya.....?"

IMG-20180910-WA0095.jpg


Aya langsung menjawabku dengan menggerakkan tangannya membentuk angka 2 dan 0.

Eh, ternyata tua'an dia ya, batinku.

"Padahal kan wajahnya imutan aku" protes Yupi lagi.

Nih bocah ngapa yak?, batinku.

"Aku kira itu lagunya buat aku, soalnya 'Aiyaya' tadi" kata Aya lagi.

"Intro Kokoro no Placard" balasku singkat.

"Aya ya ya ya"

"Trus apa hubungannya?" tanya Stefi.

"Center nya siapa?" tanyaku balik.

Semua member dan staff langsung mengangguk-angguk mengerti.

"Kak Adrian, aku boleh request lagu?" tanya Cindy tiba-tiba.

"Lah, emang gue radio?" balasku.

IMG-20180927-WA0036.jpg


"Bukan gitu, kak. Habis suara kakak bagus" puji Cindy.

"Ya udah, mau request lagu apa?" tanyaku.

"As Elegant As Aurora" jawab Cindy.

Aku berfikir sejenak.

"Gue gak tau liriknya" jawabku. "Lo tau chord-nya gak bang?" tanyaku pada bang Aris.

Bang Aris hanya menggeleng sambil memainkan gitar dengan tempo lambat.

"Lagunya yang kayak gimana sih?" tanyaku pada Cindy.

"Ah, itu.... Gak... Gak jadi deh, kak" jawab Cindy.

"Lah kok gak jadi? Lagunya siapa sih emang?" tanyaku yang mulai penasaran.

Cindy kelihatan bingung harus menjawab apa, disitu tiba-tiba Aya menyebutkan satu nama sambil seperti pura-pura batuk.

"Uhuk! Dimas Putra. Uhuk!"

"Inget! Golden rules!" kata salah satu staff.

"Kak Vero gak asik nih, Kenzo-san aja ngijinin kok" kata Aya.

"Kalau cowoknya kayak Adrian yang tidak suka 'pamer', aku kasih ijin" kata bang Kenzo.

"Kak Aris?" tanya Yupi.

"Coba aja kalau berani pamer" jawab bang Kenzo.

Bang Aris langsung memainkan gitar dengan tempo cepat setelah mendengar perkataan bang Kenzo seperti merasa terancam.

Aku tidak begitu memperhatikan 'perdebatan' mereka setelah itu karena aku sedang memikirkan satu hal yang masih membuatku penasaran.

As Elegant As Aurora?, pikirku.

"Artinya,.... 'Seanggun Aurora....'?" gumamku pelan. "Itu bukannya jiko-"

Jiko?

"Semanis Coklat, Selembut Sutra" celetukku pelan.

Sial!
Aku keceplosan.
Sepertinya aku salah bicara.
Sekarang seluruh orang di bus memberikan tatapan penuh tanya padaku.

Eh, itu supir bus jangan ikut ngeliatin gue dong, batinku.

Bukannya aku takut dilihat olehnya, tapi kalau ini bus kecelakaan kan gak lucu.

Tapi yang terpenting sekarang adalah, aku harus mencari cara untuk lepas dari situasi ini.

"Seanggun aurora.
Semanis coklat.
Selembut sutra.
Sebening embun.
Seputih kapas"

Bang Aris langsung menendang kursiku setelah aku bicara begitu.

"Malah kayak sms broadcast buat lebaran" kata bang Aris sambil tertawa.
.
.
.
.
.
.
.
"Lho ini gak semuanya balik ke Jakarta?" tanyaku.

"Iya, ini sebagian staff langsung ke Semarang" jawab bang Kenzo. "Cuma aku dan Vero, staff yang ke Jakarta dulu"

"Ohh,...... berarti bang Aris nungguin pacarnya langsung di Semarang ya. Titip salam ya bang" kataku pada bang Aris.

Bang Aris langsung memberikan kepalan tangan menanggapi perkataanku.

"Lo sendiri, jauh-jauh ke Malang masa gak dapet hasil apa-apa?" tanyanya menyindir.

"Tunggu kabar terbaru aja, bang" balasku sambil tersenyum kemudian melirik kearah Shania.

Dan ternyata, Shania juga sedang melirik ke arahku. Seketika wajah Shania kembali memerah.
.
.
.
.
.
Inilah saatnya. Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat, pikirku.

Aku menghampiri Shania yang sedang duduk sambil mengobrol dengan beberapa member lain.

"Nia, aku mau ngomong sebentar sama kamu" kataku.

"A-aku? K-kamu? G-ak..... Gak usah pake trik itu lagi" balasnya.

"Ikut aku sebentar ya" kataku lagi.

"A-apa sih, gak bisa apa ngomong disini aja?"

Aku tidak menjawabnya, aku berbalik dan hendak berjalan pergi sambil berharap Shania mau mengikutiku.

"Ian! Tunggu!" teriak Shania menyusulku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
1520445778749.jpg















-To Be...rsambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Hehe. Siapa yang waktu itu nanya Adrian pulang ke Jakarta lewat mana.
Adrian pulangnya bareng member. :pandaketawa:

Di catatan penulis kali ini, saya cuma mau ngucapin terimakasih buat suhu @BlueTitan yang udah ngasih ijin buat pinjem Dimas nya sebentar.

Udah pada tahu kan ya, Adrian pilih siapa. Kalo gitu ya udah.


Makasih.
• TTD H4N53N








*Update selanjutnya bulan depan.
Kalian sih gak peka, saya kan mau update nungguin next page dulu.

Tapi bisa lebih cepat kok.
Tergantung kalian, bisa mecahin hi-score nya Adrian apa gak

Screenshot-2018-10-22-14-33-50.jpg

Dan kalian bisa nebak gak intro yang diulang-ulang Adrian tadi itu lagu apa?
 
Dari cerita diatas Adrian seakan memilih Shania, tapi belum tentu juga karena belum menyatakan perasaannya. Suhu yang satu ini kan kalau nulis penuh dengan kejutan. Mungkin episode selanjutnya bakal lebih jelas siapa yang dipilih.
Kan bener yang bagian Gre cuman mimpi, sama kayak yang sebelah kebawa mimpi mulu :pandaketawa:
 
Terakhir diubah:
Ini ngapa pada rebutan Adrian yak :stress: bagi" bisa kali alias kampret!
Ku kangen GRE :hua:


Nice update suhu, mau bilang ini udah bulan depan tapi di post nya tanggal 1 alias masih lama dong :(
 
Catatan Penulis:
Dan kalian bisa nebak gak intro yang diulang-ulang Adrian tadi itu lagu apa?
Mantap ini mah, peterpan kalo gk salah yg liriknya "ada cerita tentang aku dan dia" judulnya semua tentang kita apa tentang kita doang(?) lupa gw wkwkwk.

Gw belajar fingerstyle pake lagu ini gg pars.
 
Cara nya upload pic gmn dah? Blm pernah nyoba, gua kalahin nih hi score lu suhu, hahahaha
 
Catatan Penulis:


Hehe. Siapa yang waktu itu nanya Adrian pulang ke Jakarta lewat mana.
Adrian pulangnya bareng member. :pandaketawa:

Di catatan penulis kali ini, saya cuma mau ngucapin terimakasih buat suhu @BlueTitan yang udah ngasih ijin buat pinjem Dimas nya sebentar.

Udah pada tahu kan ya, Adrian pilih siapa. Kalo gitu ya udah.


Makasih.
• TTD H4N53N








*Update selanjutnya bulan depan.
Kalian sih gak peka, saya kan mau update nungguin next page dulu.

Tapi bisa lebih cepat kok.
Tergantung kalian, bisa mecahin hi-score nya Adrian apa gak

b2b0631016473084

Dan kalian bisa nebak gak intro yang diulang-ulang Adrian tadi itu lagu apa?

Sorry bro, high score ente nggak ada apa-apanya sama gua :pandaketawa:

Dq5ycetUUAEgjMu.jpg:large
 
Terakhir diubah:
Dari cerita diatas Adrian seakan memilih Shania, tapi belum tentu juga karena belum menyatakan perasaannya. Suhu yang satu ini kan kalau nulis penuh dengan kejutan. Mungkin episode selanjutnya bakal lebih jelas siapa yang dipilih.
Kan bener yang bagian Gre cuman mimpi, sama kayak yang sebelah kebawa mimpi mulu :pandaketawa:

Emang iya?
Bukannya yang penuh kejutan itu Stefi?
Episode selanjutnya?
Part selanjutnya maksudnya?
Tunggu bulan depan ya

Ini ngapa pada rebutan Adrian yak :stress: bagi" bisa kali alias kampret!
Ku kangen GRE :hua:


Nice update suhu, mau bilang ini udah bulan depan tapi di post nya tanggal 1 alias masih lama dong :(

Kan kalo pacaran sama Adrian udah pasti dikasih ijin

Ini member2 pada disebutin mau disikat semua? Busetttt

Satu bus masa gak disebutin

Cih...penipuan berkedok Gracia.

Kok penipuan?
Gini nih tipe pembaca setia tapi tsundere

Kalian aja yang terlalu percaya
Coba pikir, Adrian masih di Malang, Gracia ada di Jakarta
Gak mungkin mereka ena2 (untuk saat ini)

Mantap ini mah, peterpan kalo gk salah yg liriknya "ada cerita tentang aku dan dia" judulnya semua tentang kita apa tentang kita doang(?) lupa gw wkwkwk.

Gw belajar fingerstyle pake lagu ini gg pars.

Nah, udah ada yang bisa nebak. Tinggal pecahin hi-score nya Adrian aja

Yg chord ini kan huu?

Btw makasih huu nice update!
#ynwa

Iya. Chord itu
Makasih juga dan sama-sama
#GGMU

Semanis Coklat, Selembut Sutra. Kurang apa lagi, Adrian?

Kurang Sebening Embun, Seputih Kapas

Baru kali ini ada feni di cerita kaya gini di semua cerita ttg jeketi:)

Oh ya?

Pemainnya makin banyak Anin woy Anin mantap lah updatenya:adek::tegang:

Haduuuhh,.....
Iya deh iya, kalo udah balik ke Jakarta ya

Cara nya upload pic gmn dah? Blm pernah nyoba, gua kalahin nih hi score lu suhu, hahahaha

Tinggal upload

Sorry bro, high score ente nggak ada apa-apanya sama gua :pandaketawa:

Dq5ycetUUAEgjMu.jpg:large

Situ pake pc anjir, Adrian pake HP

Tapi gapapa lah, saya update lebih cepat nanti.
Karena part selanjutnya adalah part 25, jadi update tgl......
Iya iya 25



















25 desember ya, sekalian hari natal :pandaketawa:
 
Situ pake pc anjir, Adrian pake HP

Tapi gapapa lah, saya update lebih cepat nanti.
Karena part selanjutnya adalah part 25, jadi update tgl......
Iya iya 25



















25 desember ya, sekalian hari natal :pandaketawa:


Asal jangan 25 Desember 3018
 
Bimabet
25 desember ya, sekalian hari natal :pandaketawa:
Lu apded telat kyk kemaren aje udh nyiksa huu, ini makin-makin malah tgl 25 jangan sampe beneran desember makin nyelekit rindu ini sama ci shani dan pengamat alay. Jangan kelamaan yak huu apdednya..
#YNWA
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd