Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Bimabet
Oh iya, kelupaan. Saya mau curhat, plot cerita season 2 akan sedikit berubah karna gak jadi #Shani2Periode tapi seiring berjalannya waktu nanti, akan saya pikirkan kok bagaimana nantinya.


Saya ingatkan lagi ya, update part 26 itu cuma flashback sebentar buat ngasih tau aja siapa yang dipilih Adrian
Jadi update selanjutnya nanti, balik ke masa dimana Adrian yang pulang dari kampus ke rumahnya






















Alias,.....
Kampret!! Gue harus mikir ulang plot ceritanya dari awal lagi

Seperti adrian akan memilih si yupi karena juara 1 dan shani jadi yang kedua  karena ngak jadi 2 periode :D:D:D:D
Next di tunggu updatenya hu
 
Oh iya, kelupaan. Saya mau curhat, plot cerita season 2 akan sedikit berubah karna gak jadi #Shani2Periode tapi seiring berjalannya waktu nanti, akan saya pikirkan kok bagaimana nantinya.


Saya ingatkan lagi ya, update part 26 itu cuma flashback sebentar buat ngasih tau aja siapa yang dipilih Adrian
Jadi update selanjutnya nanti, balik ke masa dimana Adrian yang pulang dari kampus ke rumahnya






















Alias,.....
Kampret!! Gue harus mikir ulang plot ceritanya dari awal lagi




Stefi peringkat #7?
Kok,... firasat jadi agak.....
Mudah-mudahan enggak

Rentang jumlah votenya juga jauh banget.

Buat season 2-nya, Semangat bro...
 
Shanju dan naomi grad, request cerita ttg mereka dong, digangbang sama fans
 
Oh iya, kelupaan. Saya mau curhat, plot cerita season 2 akan sedikit berubah karna gak jadi #Shani2Periode tapi seiring berjalannya waktu nanti, akan saya pikirkan kok bagaimana nantinya.


Saya ingatkan lagi ya, update part 26 itu cuma flashback sebentar buat ngasih tau aja siapa yang dipilih Adrian
Jadi update selanjutnya nanti, balik ke masa dimana Adrian yang pulang dari kampus ke rumahnya






















Alias,.....
Kampret!! Gue harus mikir ulang plot ceritanya dari awal lagi




Stefi peringkat #7?
Kok,... firasat jadi agak.....
Mudah-mudahan enggak
Bedanya 20rb votenya gila, itu fansnya dapet apaan yak. Adrian aj yg kaga ngevote menang banyak wkwkwk.

Mangat huu nasib si adrian ada ditanganmu, makin ditunggu apdednya!
 
Ini sebenernya siapa yang pertama kali ngasih julukan 'kampret' buat para tokoh utama cowok di setiap cerita sih?

Maap dong, kan awalnya gue juga gak nyangka julukan Kampret bakal setenar ini:galau:


tapi tenang, Adrian beda kok! karena saya senang dia pilih Shani, jadi dia bukan Kampret. kecuali kalo bikin Shani nangis, baru deh, julukannya Kacrut.:pandajahat:
 
Part 27: New Partner

Jadi gitu ceritanya.

(Apa'an, kampret!! Baru mulai udah 'jadi gitu ceritanya' aja)

Ya ampun, baca update sebelumnya gak sih?
Itu ceritanya, itu pilihanku.

(Oh. Gitu)

Ya iya lah, orang milih Shani dapet bonus Gracia kan. Hehe. (Bercanda deng)

Ini ngomong-ngomong mobil di depan kok jalannya kayak gak enak gitu ya, pikirku.

Oh, pantesan, batinku.

Aku sedikit mempercepat laju motorku hingga sejajar dengan mobil itu.

"Pak! Pak!!" panggilku pada si pemilik mobil.

Tapi si pemilik mobil itu tidak menghiraukan panggilanku dan malah mempercepat laju mobilnya.

Aku tidak pantang menyerah, karena jika dibiarkan bisa berbahaya.

"Pak!! Ban mobilnya kempes!" kataku memberitahunya.

Tak lama akhirnya bapak pemilik mobil itu menghentikan mobilnya dan keluar lalu memeriksa ban mobilnya. Aku juga ikut memberhentikan motorku dan meminggirkannya.

"Oh, pantesan kok gak enak tadi jalannya. Makasih ya, dek" katanya setelah memeriksa ban mobilnya. "Maaf juga, saya kira tadi adeknya cuma modus begal. Hahaha" tambahnya sambil tertawa.

Lah, emang muka gue ada tampang kriminalnya ya?, pikirku.

"Terkadang wajah bisa menipu soalnya" kata bapak itu lagi seperti mengetahui apa yang kupikirkan.

Di cerita ini karakter bapak-bapaknya gak ada yang bener apa gimana sih?, batinku.

"I-iya pak. Saya cuma mau ngingetin aja, bahaya soalnya. Ya udah, saya permisi ya pak" kataku pamit.

"Eh, tunggu dek" kata bapak itu mencegahku.

"Iya pak? Kenapa?" tanyaku.

"Ini, kalo boleh saya mau minta tolong,.... Tolong bantuin gantiin ban mobil saya"

Kampret! Udah tadi ngira gue begal, sekarang malah ngelunjak, batinku.

"Boleh sih, pak. Saya gak lagi buru-buru kok, ada dongkrak sama ban serep nya kan" jawabku.

"Ya ada dong, masa gak ada" balasnya

Ya, seenggaknya bisa buat nambah pahala lah. Bantuin aja, asal ikhlas, pikirku..
.
.
.
.
.
"Makasih ya, dek" kata bapak itu berterimakasih setelah aku membantunya memasang ban.

"Sama-sama pak" jawabku sambil merapikan peralatan. "Ya udah. Saya permisi ya, pak" kataku pamit.

"Eh, tunggu dek!" cegahnya lagi.

Aku yang sudah menaiki motor pun jadi menoleh ke arahnya.

"Ini. Ada sedikit buat-"

"Oh gak usah pak" potongku saat bapak itu ingin memberikan imbalan. "Saya ikhlas nolongin kok. Justru saya yang harusnya makasih, bapak udah ngasih kesempatan saya buat nambah pahala. Biar yang diatas yang bales" tambahku.

"Wah, makasih banyak ya dek" kata bapak itu berterimakasih sekali lagi.
.
.
.
.
.
.
.
Setelah sampai dirumah, aku langsung memarkirkan motor dan mencuci tangan.

Tunggu, ini kok kayak ada yang aneh ya, pikirku saat akan membuka pintu rumahku.

Pagar tadi tidak tergembok. Tidak aneh sih, memang biasanya tidak ku gembok.
Tapi pintu rumah, kenapa tidak terkunci juga?
Apa mungkin aku lupa?

Aku langsung membuka pintu rumah dan masuk kedalam.

Memang ada yang aneh, TV masih menyala. Atau ada yang menyalakan? Atau aku lupa mematikan?

Tunggu, tadi pagi aku tidak menyalakan TV, pikirku.

Tiba-tiba ada sesosok makhluk berambut panjang tapi dikuncir yang bangkit dari sofa dan kemudian dia menoleh ke arahku.

"Eh Adri, kamu udah pulang? Kok gak ngucapin salam sih?" tanyanya.

Oke, itu bukan sesosok makhluk. Tapi seorang gadis. Dia sudah menungguku pulang?

"Kamu kok bisa ada disini?" tanyaku balik.

"Kamu mau mandi dulu, atau langsung makan? Atau kamu mau aku?" tanyanya dengan nada menggoda.

"Kamu kok-"

Pengulangan pertanyaanku terpotong karena dia menunjukkan sesuatu ditangannya.

"Lho? Itu kan,... Kok bisa ada di...."

"Sini! Duduk dulu, aku jelasin" ajaknya menyuruhku duduk.

Aku pun menurutinya dan langsung duduk disebelahnya.

"Jelasin, Stef! Kok bisa kuncinya Shani ada di kamu?" tanyaku.

46405264-745287149170727-8401861474506506240-o.jpg


Ya, gadis yang sedang ada di rumahku ini adalah Stefi dan sesuatu yang dia tunjukkan di tangannya tadi adalah kunci cadangan rumahku yang seharusnya dipegang oleh Shani.
Tapi sekarang kenapa bisa berada di Stefi?

"Kok bisa kuncinya Shan-"

"Tunggu" potong Stefi. "Sebelum itu, aku punya sesuatu buat kamu" kata Stefi sambil memberikan sesuatu padaku.

"Dalam rangka apa?" tanyaku.

"Pengen ngasih aja, habisnya aku gemes liat warna rambut kamu" jawabnya.

"Makasih ya" balasku. "Ini kamu bikin sendiri?" tanyaku lagi.

"Enggak" jawabnya. "Aku bisanya jahit, bukan ngerajut. Itu aku beli tadi"

"Oh,.... Sekali lagi makasih ya" balasku. "Eh, kok malah jadi bahas ini sih. Pertanyaan aku masih belum kamu jawab" kataku mengingatkannya.

"Pertanyaan apa ya?" tanyanya balik dengan menaikkan salah satu alisnya dan sedikit tersenyum yang menandakan kalau sebenarnya dia tahu apa pertanyaanku.

"Kenapa kuncinya... mmpphhh"

Pertanyaanku lagi-lagi terpotong karena Stefi tiba-tiba menciumku.

"Aku kangen" katanya lirih.

"Stef,.... Kamu seharusnya gak..."

"Aku gak kebawa perasaan kok, aku cuma lagi pengen aja" potongnya. "Atau jangan-jangan kamu yang mulai kebawa perasaan" tuduhnya sambil menunjuk hidungku.

"Ah enggak" bantahku sambil menepis jarinya dari depan hidungku.

"Lagian kan kita udah lama gak gituan, terakhir ya waktu di Malang itu" kata Stefi dengan nada memelas.

Nah, sekarang kalian tahu kan kenapa judul part nya seperti itu.
Ya, aku dan Stefi melakukan sebuah 'perjanjian' saat kami di Malang. Dan hasil dari perjanjian itu adalah,....
Stefi menjadi partner baru ku.
Partner apa?
Pengganti posisi yang ditinggalkan Vanka.
Tidak perlu kujelaskan lebih detail kan. Kalian pasti mengerti dengan apa yang kumaksudkan.

"Ya, tapi kan perjanjiannya kalo kita berdua sama-sama lagi pengen aja" balasku.

"Ya gampang. Aku tinggal buat kamu pengen juga aja" balasnya santai.

"Eh, emang boleh kayak gitu?" tanyaku.

"Gak ada larangan tentang itu kan di perjanjian kita" balasnya cepat. "Lagian, apa perlu aku cari cowok lain buat-"

"Jangan!!" potongku. "Gak usah cari cowok lain. Ya udah aku mau, anggep aja ini sebagai rasa terima kasih aku atas hadiah dari kamu ini" kataku yang akhirnya mengalah.

Ini bukan berarti aku egois dan hanya ingin 'menguasai' Stefi sendirian ya. Tapi aku hanya tidak mau dia jatuh ke tangan laki-laki yang salah. Maksudku Stefi itu sedikit 'liar'. Jika dia sampai dimanfaatkan, aku tidak bisa membayangkannya, aku tidak mau. Jadi lebih baik kalau aku saja yang 'menangani' keliarannya itu.
Apa itu berarti aku laki-laki yang benar?
Silahkan kalian nilai sendiri.

Lagipula aku yang secara tidak langsung membuat Stefi menjadi liar, jadi aku yang harus bertanggung jawab. Aku harus melindunginya.
Oh iya, soal hubunganku dengan Stefi ini,..... Shani tidak mengetahuinya. Jadi tolong kalian diam ya, Ssstt.......

"Nah, gitu dong. Lagian aku juga gak mungkin cari cowok lain kok, secara aku udah ketagihan sama punya kamu" kata Stefi menggoda lalu naik ke pangkuanku.

"Tapi sebelum itu, jawab dulu pertanyaanku" kataku memberi syarat.

"Ribet banget sih, diajak enak juga"

"Tinggal jawab kan"

Jual mahal dikit lah, jaga gengsi dong, batinku.

"Ya udah, aku jawab. Jadi,... Sebelum Ci Shani pergi circus K3, dia-"


Sudah berakhir~


Siapa lagi sih?
Banyak banget perasaan yang nelfonin gue hari ini, pikirku.

Nomernya siapa nih?, batinku saat melihat layar HP-ku menunjukkan nomor tidak dikenal.

Tiba-tiba Stefi merebut HP-ku dan melihat layarnya.

"Gak sopan banget sih!" kataku dengan nada sedikit marah.

Ya, sedikit marah.
Aku tidak bisa benar-benar marah pada Stefi. Entah kenapa.

Setelah melihat layar HP-ku, tiba-tiba Stefi tersenyum dan kemudian, senyumannya beralih padaku.

Ya ampun, senyumannya itu lho.

"Kamu jawab aja dulu" kata Stefi kemudian sambil menyerahkan HP-ku kembali.

"Hah? Oh. I-iya" balasku sedikit gugup.

Sial, aku sempat melamun sebentar tadi karena melihat senyumannya.

"Moshi Mosshhh~" sapaku saat mengangkat telfon.

"Wa'alaikumsalam Adrian" jawab suara di seberang.

"Sh-Shani?" tanyaku memastikan.

"Iya" jawabnya.

"Kamu ganti nomor?" tanyaku lagi.

"Enggak kok. HP aku lowbat, ini aku pake,...." Shani seperti ragu untuk meneruskan kalimatnya.

"Halo kak Ads~. Ini nomer aku, di save ya" sapa suara yang berbeda, yang aku sekarang sudah hafal sekali dengan suaranya.

Ya, itu suara si pengamat kesayangan kalian.

"Iiihh, Gre.... Aku belum selesai ngomong sama Adrian" samar-samar kudengar suara Shani juga.

Tunggu, sepertinya ada yang aneh.
Kenapa Stefi tiba-tiba sudah berlutut di depan selangkanganku?

Aku sedikit menjauhkan HP-ku dan menekan tombol mute.

"Kamu jangan aneh-aneh, aku lagi telfonan sama Shani. Kalo dia curiga gimana?" kataku memperingatkan Stefi.

Stefi hanya membalasku dengan senyuman mengejek.

"Aku bisa aja bilang kalo aku dipaksa kamu lho. Dia bisa marah dan jadi benci sama kamu" kataku lagi.

"Gak usah sok ngancem" kali ini Stefi membalas perkataanku. "Kamu pikir aku gak bisa ngancem juga" tambahnya sambil memegang sesuatu ditangannya.

Tunggu, sejak kapan dia mengambilnya dari tas-ku?

"Kamu pikir, ci Shani lebih percaya mana,... kamu yang 'terpaksa' buat ena2 sama aku atau kamu yang ternyata diem-diem jajan Cheetos. Menurut kamu yang mana?" tanyanya.

Sial! Seharusnya tadi aku langsung memakannya saja.

"Itu aku gak beli, Stef. Tapi dikasih" kataku membela diri.

"Terserah" balas Stefi cuek.

"Tolonglah, Stef" pintaku memelas.

Tentu saja. Apapun pilihannya, Shani tetap bisa marah padaku. Lagipula aku juga tidak mungkin mengatakan pada Shani kalau aku sedang ena2 dengan Stefi. Selain Shani yang bisa jadi marah padaku, aku juga tidak mau harga diri Stefi jadi turun.

"Halo Adrian,... Halo" suara Shani memanggilku dari seberang telfon.

"Ah, iya, Shan iya. Kenapa?" tanyaku setelah menekan kembali tombol mute untuk menonaktifkannya.

"Ini aku mau cerita. Jadi kunci aku, aku titipin ke Stefi" balas Shani.

"Oh ya? Kenapa?" tanyaku.

Kulihat Stefi sudah mulai membuka retsleting celanaku sambil senyum-senyum sendiri.

Aneh-aneh aja nih anak, batinku.
Untung sayang.

"Biar ada yang 'ngawasin' kamu selama kita jauh" jawab Shani.

Tapi kenapa harus Stefi?, batinku.

Dan seperti tahu isi hatiku, Shani melanjutkan perkataannya,...

"Sebenernya, awalnya aku mau minta tolong ke kak Shania buat ngawasin kamu. Tapi,....."

Shani seperti ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Tapi, setelah aku denger kabar tentang kalian waktu di Malang....." Shani lagi-lagi ragu untuk melanjutkan kalimatnya. "Maaf ya gara-gara milih aku, hubungan kamu sama kak Shania jadi,..."

"Udah lah, gak usah kamu pikirin soal itu. Semua pilihan emang udah ada resikonya" balasku.

"Iya. Nanti aku bantu deh biar kamu sama kak Shania baikan lagi, aku gak enak soalnya"

"Iya, makasih ya. Tapi ngomong-ngomong,... kenapa harus-"

"Tapi kenapa harus Stefi?" kata Shani memotong perkataanku. "Kan kamu pernah cerita, kalo Stefi yang bantuin kamu buat nentuin pilihan. Jadi aku pikir Stefi orang yang bisa dipercaya"

"Tapi kan,..."

Aku tidak melanjutkan kalimatku, seperti ada yang salah disini.
Benar, aku melakukan kesalahan. Aku lupa menceritakan pada Shani kalau aku dan Stefi juga pernah melakukan hal itu. Jika waktu itu aku menceritakannya saat dirumah Gracia, mungkin Shani tidak akan menitipkan kuncinya pada Stefi dan menyuruhnya mengawasiku.
Aku benar-benar melakukan kesalahan.

"Tapi kenapa?" tanya Shani.

"Gak gapapa" jawabku. "Eehhhmmmmm...."

Sial, aku hampir mendesah tadi.
Stefi sudah mulai melakukan keahliannya. Dia yang daritadi hanya menjilat dan mencium penisku, sekarang mulai memasukkan penisku kedalam mulutnya.
Ini bisa gawat, aku harus mengakhiri telfon.

"Kamu kenapa?" tanya Shani lagi.

"Gapapa, tenggorokanku agak kering aja. Udah dulu ya" balasku.

"Eh, tunggu!" cegah Shani.

Duh, apalagi sih, Shan, batinku.

Bukannya aku tidak mau untuk berbicara dengannya lebih lama lagi, tapi kan.....

"Stefi udah kerumah kamu belum sih?" tanya Shani. "Dia bilangnya dia mulai ngawasin kamu mulai hari senin ini"

"U-udah kok udah. Ini lagi sama aku" jawabku jujur. "Kenapa? Kamu mau ngobrol sama dia?" tawarku.

Sebenarnya aku menawarkan hal tersebut agar Stefi bisa menghentikan 'kenakalannya' pada penisku.
Tapi apa? Dengan mulut yang masih tersumpal penisku, dia menggeleng pelan sebagai tanda dia tidak mau berbicara di telfon dan lebih memilih melanjutkan kegiatannya.
Apalagi sekarang Stefi memutar-mutarkan lidahnya di kepala penisku.

Aku menjauhkan HP-ku dan berbicara pada Stefi,..

"Kamu bisa berhenti dulu gak sih?"

Stefi hanya membalasku dengan sedikit senyum kemudian dia malah memainkan lubang kencingku dengan ujung lidahnya.

"Nanti aku pake asal-asalan ya kamu" ancamku menanggapi perlakuannya.

Stefi malah membalas ancamanku dengan menggerakkan bibirnya seperti berbicara tapi tanpa suara, dia seolah berkata,...

"Mau dong!"

"Adrian...! Adrian...!!" panggil Shani dari ujung telfon.

"Ah iya, Shan" jawabku berusaha tenang.

"Gimana? Aku bisa ngomong sama Stefi?" tanya Shani.

"Eehhhh,... dianya lagi sibuk gak mau diganggu" jawabku.

"Emang dia lagi ngapain?" tanya Shani lagi.

"Dia lagi,...."

Aku sedikit bingung memikirkan jawaban sambil melihat Stefi yang masih asyik dengan penisku.
Tidak mungkin kan aku menjawab 'Oh, Stefi lagi ngisep punya aku, Shan'. Bagaimana reaksi Shani nanti?

Stefi menatapku seperti menunggu juga apa jawabanku untuk pertanyaan Shani tadi. Tapi lidahnya masih berkutat membelai-belai penisku.

"Dia lagi makan es krim" jawabku sekenanya.

Jawabanku membuat Stefi menahan tawa dengan menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Itu membuatnya melepaskan penisku sejenak.

"Tau sendiri kan, dia suka banget makanan manis" tambahku.

Aku menarik kepala Stefi kearah penisku dan,...

"Terusin!" perintahku dengan hanya menggerakan bibirku tanpa bersuara.

Bukannya langsung menuruti perintahku, Stefi malah memukul pahaku pelan.
Kemudian dia bangkit dan duduk di sebelahku lalu mengambil HP-ku.

"Halo, ci Shan" sapa Stefi.

Dia berbicara di telfon dengan satu tangan yang masih sibuk mengocok penisku.

"Udah selesai kok aku makan es krim nya. Iya, aku bakal ngawasin Adrian kok. Tenang aja, percaya deh sama aku" kata Stefi lagi.

Berikutnya aku tidak terlalu memperhatikan percakapan Stefi karena terlalu menikmati kocokan tangan Stefi.
Tapi aku masih bisa sedikit mendengar jawaban "Iya", "Iya iya", "Ho'oh", dan "Oke".

"Nih!"kata Stefi tiba-tiba sambil mengembalikan HP-ku membuatku sedikit kaget.

Aku meminta Stefi untuk melanjutkan mengulum penisku, tapi Stefi menolaknya dengan menggelengkan kepalanya dan sedikit memeletkan lidahnya.

Sialan!, batinku.

"Halo, Shan" sapaku.

"Aku kangen!" kata Shani manja.

"Aku tau, karna aku sendiri juga kangen sama kamu" balasku.

"Ayo, ci! Giliran aku kapan? Kan pake HP aku!"

Terdengar suara Gracia lagi. Sepertinya mereka sedikit berdebat karena aku (lagi).
Membayangkan cara mereka berdebat membuatku sedikit tersenyum.

"Iihhh,... bentar dong, Gre"

"Kak Ads~ aku kangen! Jangan lupa di save ya nomor aku, biar nanti kita bisa telfonan" kali ini suara Gracia terdengar jelas, mungkin dia berhasil 'merebut' HP-nya dari Shani.

Kemudian samar-samar aku mendengar perdebatan mereka.

"Cici kok egois sih? Gantian dong"

"Greee..!!! Aku masih ngomong sama Adrian!" terdengar suara Shani yang sepertinya sedikit berteriak.

"Udah dulu ya kak Ads, ada mamsky dateng. Dah~" kata Gracia.

Hah? Mamsky?
Kalau tidak salah itu,....

"Udah dulu ya Adrian, ada mamah. Takutnya nanti dia curiga. Dah~" kali ini Shani yang bicara.

Bersamaan dengan itu, Shani memutus sambungan telfon.

Akhirnya selesai juga, batinku.

Sekarang saatnya untuk,...

Kenapa dia malah asyik memakan Cheetos milikku dan,... menghabiskannya?

"Stef...." panggilku.

Stefi hanya melirikku sedikit sambil mengemut jarinya menikmati sisa-sisa bumbu yang menempel disana.

"Aku udah gak mood ah" katanya dengan nada mengejek.

"Aku gak peduli ya sama mood kamu. Tapi aku paling gak suka kalo ada yang makan Cheetos aku, apalagi tanpa seijin aku" balasku dengan menatap tajam ke arahnya.

"Eehhh,.... kok kamu ngeliatinnya kayak gitu?" tanya Stefi curiga.

"Kamu tadi bilang mau 'dipake asal-asalan' kan" balasku.

"Yeee..... emang tadi aku ngomong gitu?" tanya Stefi sambil bangkit berdiri dan melangkah mundur menjauh.

"Stef...."

Dia perlahan semakin mundur menjauh sambil memasang ekspresi ketakutan.

"STEFI!!" teriakku yang membuatnya berbalik dan berlari menuju tangga dan naik keatas.

Aku menyusulnya keatas. Sesampainya diatas, aku melihat dia berdiri didepan kamarku menatapku sambil tersenyum lalu kemudian masuk kedalam kamarku.

Ada bakat akting juga ternyata, batinku.

46488348-745287299170712-4174544186910965760-o.jpg

.
.
.
"Haduh, aku harus kabur kemana ya?" tanyanya sendiri seperti kebingungan

"Bisa berhenti gak aktingnya? Sekarang saatnya kamu nerima 'hukuman'!" balasku.

"Duh, baru kali ini lho aku seneng banget waktu tau kalo bakal dihukum" balasnya sambil tersenyum menggoda.

"Bagus dong"

"Aaahhhhhhhh,....." teriak Stefi saat aku menerkamnya sampai tubuhnya jatuh ke ranjang.

Kuciumi wajah cantiknya. Kali ini aku berniat untuk memperlakukannya dengan sedikit 'kasar', tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Kenapa?
Tentu saja karena ini adalah sesi hukuman.

Kuciumi seluruh bagian wajahnya. Tak kulewatkan setiap inchi wajahnya.

"Eeehhhhhhhhhhhh,......." desahan Stefi terdengar begitu merdu ditelingaku.

"Eeehhhhhh.... mmmppphh,..." kini suaranya berubah karena bibirnya sedang kukunci.

Bibirku melumat habis bibirnya yang seksi itu. Yang terdengar hanya suara kecapan dari bibir kami.

Setelah itu aku beralih mengecupi lehernya yang putih mulus. Kuhisap kuat-kuat sampai meninggalkan bekas kemerahan.

"Eeehhhh... Eeehhhhhhh.... Eeeehhhhhh....."

Stefi mendesah-desah nikmat saat kulit lehernya kukecup-kecup dan kusedot-sedot. Sementara itu, kedua tanganku masuk ke dalam kaos Stefi yang bergambar Snoopy itu.

Kini aku mulai merasakan halusnya kulit tubuhnya. Kuraba-rabanya perutnya, dan secara perlahan tanganku bergerak ke atas, sampai menyentuh bra-nya. Kupegang dan remas-remas dengan gemas untuk merasakan kekenyalannya.

"Eehhhhh,.... eeeehhhhhhh..." Stefi semakin mendesah tak karuan.

Tapi hal itu tak berlangsung lama, karena setelah itu kududukkan Stefi lalu lepaskan kaosnya dan melemparkannya kebelakangku. Terlihat bra berwarna biru tua yang menutup payudara Stefi.
Lalu kubuka retsleting roknya, kemudian kupelorotkan rok itu sampai terlepas dari tubuhnya. Sehingga kini ia duduk di hadapanku hanya memakai pakaian dalamnya saja. Bra biru tua yang dipakainya itu terlihat begitu kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Bagian atas belahan payudaranya yang tak tertutup oleh bra itu juga terlihat begitu sempurna membentuk celah lekukan yang sungguh menggairahkan. Celana dalamnya yang juga berwarna biru tua menambah keseksian paha putih mulusnya.

Kuciumi kembali bibirnya yang indah itu sambil mengelus pahanya. Bibir yang daritadi memberikan senyuman manis padaku saat dia menggodaku tadi.
Setelah puas menciumnya, tanganku meraih tali pengait bra-nya yang ternyata sekarang berada di punggungnya.

"Hihihi. Yang ini modelnya lain" katanya menggoda.

Perkataannya itu membuatku sedikit menggelengkan kepalaku.

Kulepaskan pengait bra itu hanya dengan satu tangan. Dan terlihatlah payudara Stefi di depan mataku. Aku tidak pernah bosan mengagumi keindahan payudaranya yang sedang menggantung dengan bebasnya itu. Apalagi ditambah dengan kedua putingnya yang berwarna kemerahan, membuatnya sungguh terlihat menggairahkan.
Sejenak aku memandangi keindahan di hadapanku ini tanpa berbuat apapun.

"Udah, iihhhh...!!" kata Stefi menyadarkanku. "Kayak baru pertama kali liat aja" tambahnya dengan pipi yang memerah menandakan dia sedang tersipu malu.

Itu membuatku semakin gemas. Namun aku akan tetap menjalankan rencanaku untuk menghukumnya. Tapi sebelum itu, aku akan benar-benar menelanjanginya dulu.

Sementara Stefi hanya pasrah saja atas semua perlakuanku terhadapnya, karena memang dari awal inilah yang dia inginkan bukan.
Aku dengan cepat melepaskan cd-nya hingga kini Stefi betul-betul tak menggunakan selembar kain pun untuk menutupi tubuhnya yang mulus dan seksi.

Kini aku menyuruh Steffi untuk gantian melepaskan pakaianku, dengan cekatan dan seperti sedikit terburu-buru dia melepaskan pakaianku. Sepertinya dia sendiri sudah tidak sabar mendapat hukuman dariku.

Saat Stefi sibuk melepaskan pakaianku, sesekali aku mencuri-curi untuk meremas sepasang payudaranya yang menggairahkan itu dengan kedua tanganku. Saat pakaianku sudah terlepas semua, tangan halus Stefi langsung mengelus-elus penisku yang sudah berdiri tegak daritadi.

Sementara, tanganku sendiri masih merasakan kekenyalan dari payudara Stefi yang padat berisi. Kuciumi leher Stefi dan menghisapnya kuat-kuat sampai meninggalkan bekas lagi.

"Jangan banyak-banyak!" kata Stefi mengingatkan.

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Kemudian kembali kufokuskan untuk meremas sepasang payudaranya yang indah itu. Kurasakan kedua putingnya yang menonjol menyentuh telapak tanganku.

Sementara kedua tangan Stefi juga tak kalah sibuknya. Tangan kirinya mengelus-elus buah zakarku dan tangan kanannya mengocok-ngocok batang penisku dan mengusap-usap kepalanya dengan jari-jarinya. Hal itu sukses membuat penisku menegang dengan sempurna dan sepenuhnya berada dalam genggaman kedua tangan Stefi yang lembut.
Setelah itu kami berpelukan sejenak. Kedua tanganku memeluk erat punggung Stefi. Membuat tubuh gadis itu menempel erat ke tubuhku. Payudara Stefi menempel di dadaku yang bidang. Perut menempel dengan perut. Paha menempel dengan paha. Penisku yang mengacung ke atas menempel di bulu vagina dan perut Stefi. Bulu-bulu kemaluan kamipun saling bertemu. Dan kedua tangan Stefi juga memeluk erat pinggangku. Kami saling berciuman bibir dengan penuh nafsu. Lidah bertemu dengan lidah. Setelah itu kedua tanganku memegang pinggul Stefi dan meremas-remasnya gemas.

Kemudian kudorong tubuh Stefi hingga dia berbaring di ranjangku lalu mengangkang dia atas dadanya dan menodong wajahnya dengan penisku. Stefi dengan memasang ekspresi polos memandang ke arahku. Hal itu membuatku gemas dan semakin kudekatkan penisku ke wajah Stefi.
Sehingga kini Stefi mau tak mau jadi mengulum penisku, meskipun aku yakin kalau dia memang mau. Dipegangnya pangkal penisku dengan tangan kanannya. Sementara kepalanya maju-mundur mengemut penisku. Aku sekarang bisa berkonsentrasi menikmati pelayanan Stefi pada penisku tapi ini belum membuatku puas. Masih ada hukuman lain yang nanti akan kuberikan padanya.

Sementara itu kuluman Stefi benar-benar terasa sangat nikmat. Stefi juga menggunakan ujung lidahnya memutari kepala penisku yang berada di dalam mulutnya. Aku menahan kepalanya, tidak memberikannya ijin untuk berhenti mengulum penisku sebelum aku benar-benar puas. Hal ini membuatku semakin bernafsu dimana Aku yang seorang fans memberikan hukuman untuk salah satu gadis idola dan hukumannya adalah dengan menyuruh gadis idola itu telanjang bulat dan mengulum penisku.

Setelah cukup puas 'menghukum' Stefi dengan cara itu, kini aku akan meneruskan dengan hukuman yang lain.

"Eeehhhhhhhhhh,...." teriak Stefi.

Kutindih Stefi dan kuciumi bibirnya dengan buas dan penuh nafsu. Kuciumi lehernya yang putih mulus itu. Kukecup-kecup seluruh bagian leher dan bahunya yang putih mulus. Aku bisa mencium bau harum semerbak aroma khas dari tubuh seorang gadis yang telanjang bulat itu.

"Jangan ninggalin bekas lagi lho" kata Stefi manja.

Ciumanku turun ke bawah, kali ini yang menjadi sasaran adalah dada Stefi yang putih menggairahkan itu. Kuciumi dadanya yang putih dan padat menggairahkan itu. Kuciumi seluruh bagian dadanya. Lidahku bergerak menjilat-jilat dan menghisap putingnya. Saat mulutku sibuk dengan salah satu payudaranya, payudara yang satunya tidak dibiarkan bebas begitu saja. Tangan kananku meraih payudara yang satunya lagi, meraba-rabanya, mengusap-usapnya, meremas-remasnya. Stefi hanya bisa merintih-rintih keenakan. Setelah itu, aku berganti menjilati dan menghisap payudara yang satunya. Kujilati puting kemerahan yang segar dan sangat menggairahkannya itu. Ujung lidahku melingkar-lingkar mengelilingi puting kemerahan yang mencuat menonjol itu.

"Eehhh,.. Eehhhhh,...." Stefi tak sedikitpun berusaha menahan desahannya.

Itu membuatku semakin bersemangat mengerjai payudaranya.

"Eehhhhh,.. Eehhhhh,.... Eehhhhh.. Eehhhhh.... Eeehhhh.... Eeehhhh.... Eeeehhhhh......"

Desahan Stefi yang semakin menjadi, terdengar begitu merdu di telingaku. Aku ingin membuatnya mendesah terus-menerus.

Stefi yang sudah sangat terangsang oleh permainan lidahku, terus memdesah tanpa henti. Aku sendiri juga menikmati saat melakukan. Sungguh puas hatiku saat itu karena bisa membuat Stefi menjadi semakin takluk oleh perbuatanku.

Setelah puas memainkan dan menikmati payudara Stefi, kini mulutku bergeser ke bawah. Kucium dan kukecup perut, pinggang, paha, dan selangkangannya. Lalu jari-jariku meraba-raba dan mengusap-usap bulu-bulu vaginanya. Kugesek-gesekkan jariku di pangkal paha Stefi dan juga di liang vaginanya. Setelah itu kubentangkan kedua kaki Stefi lebar-lebar. Sekarang aku mulai menjilati pangkal paha dan daerah sekeliling vaginanya hingga membuat Stefi menggeliat kegelian. Lalu aku mulai menjilat-jilati mengelilingi vaginanya sambil sesekali menjilati secara vertikal mengikuti lipatan liang vaginanya.

"Oohhhh... Oohhhhh....."

Kini aku mulai merasakan adanya lendir yang keluar dari vaginanya. Tak puas dengan itu, kubuka lipatan liang vagina Stefi dengan jariku. Lalu kumasukkan lidahku dan kujilati.

"Ooohhhh,... Ooohhhhhhh,..... Ooooohhhhhhhhh,......"

Tak lama kemudian vagina Stefi menjadi basah berlendir.

Kini giliran klitorisnya yang kujilat-jilat. Tanpa bisa dicegah lagi Stefi langsung mendesah-desah sambil tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan.

"Oooh! Adrian!! Adrian!! Ooohh!!"

Tangannya meremas rambutku, sementara kedua pahanya menjepit kepalaku. Seolah tidak rela jika sampai aku berhenti memuaskannya.

Setelah kurasa cukup, kuhentikan kegiatanku tersebut. Kini giliran penisku melaksanakan tugasnya, memporakporandakan vagina Stefi.

Kudekatkan penisku yang menegang keras di depan liang vagina Stefi. Lalu dengan satu gerakan mendorong ke depan,...

"Ahhhh..!!!"

Kami mendesah bersamaan ketika penisku dengan sukses masuk seluruhnya ke dalam vagina Stefi. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku langsung memaju-mundurkan penisku di dalam vagina Stefi.

Dapat kurasakan vagina Stefi yang sempit menjepit penisku membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Apalagi mengingat gadis yang kusetubuhi ini bukanlah gadis biasa.

"Ahhhh!! Ahhhh!!! Stefi! Ahhhh!!"

Akhirnya salah satu keinginanku saat di Malang terwujud, yaitu menyetubuhi Stefi versi rambut dikuncir.

Wajah cantik Stefi langsung mengeluarkan suara mendesah-desah begitu penisku menghujam-hujam di dalam vaginanya. Seluruh tubuhnya bergoyang-goyang mengikuti gerakanku. Terutama payudaranya yang terguncang-guncang dan berputar-putar.

Mendengar desahan Stefi itu, aku semakin bersemangat mengocok penisku di dalam vaginanya. Stefi terlihat sangat puas saat kusetubuhi. Malah kini Stefi mendesah-desah tak karuan.

"Aaahhhhh,..... harusnya daritadi, Adri.... Aaahh!!"

Melihat payudara ranum yang bergerak-gerak itu seolah menantang diriku, aku tak tahan untuk tidak meremasnya dengan kedua tanganku. Begitu berada dalam genggamannya, payudara Stefi segera kuremas-remas cukup kasar.

"Aaahhhh!!"

Setelah itu kukeluarkan penisku. Kuubah posisi Stefi, kuangkat kaki kirinya dan kutahan dengan tanganku, kemudian kembali kusodok-sodok vagina Stefi dengan penisku yang masih perkasa. Tapi tak lama aku mengeluarkan penisku lagi dan memiringkan tubuh Stefi yang tidur di atas ranjang. Lalu aku tidur di sebelahnya menempel ke tubuh Stefi. Kuciumi punggungnya yang putih mulus itu. Mulai dari leher, dan karena rambutnya diikat ke atas, jadi terlihat jelas kulitnya yang putih, lalu turun ke bahu, punggung, pinggang, dan pinggulnya. Kujelajahi seluruh jengkal tubuhnya, tak ada yang ingin aku lewatkan.
Kutempelkan penisku diantara kedua pinggul Stefi yang putih. Lalu kususupkan tanganku di tengah-tengah kedua paha Stefi. Kini tanganku kembali memainkan vagina Stefi dan meraba-raba bulu halus vaginanya. Kemudian kususupkan penisku diantara kedua kakinya, dan,..

"Aahhhh! Aahhhh..!! Aaahhhh...!! Ahhhh..!!!"

Kusetubuhi kembali Stefi dalam posisi miring begitu. Sementara satu tanganku memegang bagian depan tubuh Stefi. Memainkan dan meremas-remasnya payudara Stefi. Kuciumi dan kujilati tengkuknya yang putih dan bagian belakang telinganya. Aku sungguh berniat menikmati seluruh bagian tubuh Stefi semaksimal mungkin.

Stefi sendiri terlihat begitu menikmati kusetubuhi dalam posisi begitu. Apalagi miring begitu, sensasinya memang sangat berbeda. Sementara tanganku masih terus menerus merangsang payudaranya. Ciuman dan lidahku menggelitik tengkuk dan bagian belakang telinganya tanpa henti. Apalagi daritadi penisku tak henti-hentinya menghantam-hantam di dalam tubuh Stefi. Akhirnya, setelah kuhujam-hujam begini terus menerus, sampailah titik dimana Stefi tidak dapat menahan lagi.

"Aaaaaahhhhhhhhh....!!"
"Aaaaaahhhhhhhhh....!!"
"Aaaaaahhhhhhhhh....!!"

Saat itulah Stefi mengalami orgasme, sementara aku masih sibuk menghujam-hujamkan penisku di dalam tubuh Stefi untuk melampiaskan seluruh nafsuku padanya.

Dan pada saat itu, penisku seperti disiram oleh air hangat.

"Aaaaahhhhhhhh...... Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhh......"

Stefi terlihat begitu puas setelah mendapatkan orgasmenya tersebut.

"Kamu hebat deh" puji Stefi.

Sepertinya keperkasaanku sudah benar-benar membuatnya bertekuk lutut.

Tapu aku masih meneruskan gerakan pinggulku karena aku masih jauh dari kata selesai tapi dengan tempo yang sedikit lambat. Aku masih belum puas menikmati gadis ini, yang sungguh menggairahkan dan merangsang sekaligus menggemaskan itu. Sengaja aku tidak cepat-cepat mengubah posisi, untuk membiarkan Stefi menikmati orgasmenya dan menenangkan dirinya.

Setelah Stefi mulai tenang, aku kembali melanjutkan aksiku. Sekarang aku ingin berganti posisi. Kini Stefi kuposisikan dalam posisi menungging menghadap cermin dikamarku. Dengan begini, aku bisa melihat ekspresinya nanti. Kemudian aku mengorek vaginanya untuk mengambil cairan orgasmenya.

"Kamu mau dipake asal-asalan kan" bisikku di dekat telinganya.

"Terserah" jawabnya pasrah.

Setelah jemariku sudah basah oleh cairannya, aku mengoleskannya pada anus Stefi.

"Eeh?!"

Stefi terkaget dan sepertinya mengetahui niatku.

"Aku belum pernah" kata Stefi memelas.

"Selalu ada yang pertama, Stef" balasku.

"Tapi,..."

"Meskipun gak kamu ijinin, aku tetep akan masukin kok"

"Masukin aja,... kasarin aku, pake aku sesuka kam- Aaarrggghh!!"

Kalimat Stefi terpotong oleh jeritannya sendiri saat aku secara tiba-tiba menghunuskan penisku ke dalam vaginanya.

"Kok kesana? Katanya mau pake yang belakang?" tanyanya.

"Ngambil pelumas dulu, Stef" jawabku.

Setelah itu, aku sedikit menggerakkan pinggulku agar penisku benar-benar mendapatkan 'pelumasnya'.

"Aaahh... Enak banget! Aaaah.... Pake yang didepan aja ya, Adri... Aaahh...." pinta Stefi yang sedang keenakan.

Tapi permintaannya itu tidak kuturuti, aku segera mencabut penisku dan langsung memposisikannya didepan anusnya.

"Pelan-pelan ya,... Aaarrgggh!!"

Stefi kembali menjerit karena penetrasiku yang cukup kasar. Baru kepala penisku yang masuk.

Gila! Sempit banget, batinku.

Tapi justru karena sempitnya itu yang membuatku semakin penasaran untuk merasakannya.

"Sakit?" tanyaku sambil melihat cermin menyaksikan wajah Stefi yang sekarang menjadi kemerahan.

Stefi hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

Aku mencoba memasukkan penisku lagi dengan mendorong pinggulku kedepan. Bisa kulihat Stefi menggigit bibirnya menahan rasa sakit.

"Sakit?" tanyaku lagi.

Kali ini Stefi tidak menjawab. Itu membuatku sedikit gemas, aku kuremas pantatnya sebentar lalu kutampar cukup keras pantatnya sampai menjadi sedikit kemerahan.

"Aauuwh... Sakit! Tapi, demi kamu.... Aku rela kok, aku juga mulai ngerasa enak. Sakit tapi enak!" balas Stefi.

Lalu Stefi mendorong pantatnya kebelakang seperti berusaha memasukkan seluruh penisku ke dalam anusnya.

"Gak sabar ya" godaku yang dibalas Stefi dengan senyuman cemberut.

Dengan bertumpu pada pinggulnya, aku kembali mendorong penisku kedepan. Dan secara perlahan tapi pasti, penisku tertelan masuk kedalam tubuhnya.

"Udaaahh!!" teriak Stefi tiba-tiba.

"Tapi belum masuk semua, Stef"

"Tapi udah mentok!"

"Ya udah langsung aku mulai ya"

"Kapanpun kamu mau"

Akupun mulai menggenjot anus Stefi dengan penisku dari belakang dalam posisi doggy style. Aku kembali menghujam-hujamkan penisku di dalam tubuh Stefi, Tapi kali ini lewat lubang belakangnya, menghentak-hentakkan tubuhnya dengan kuat. Membuat seluruh tubuh Stefi bergetar-getar, payudaranya bergguncang-guncang mengikuti irama genjotanku. Sampai-sampai ranjangku juga ikut bergetar-getar dan sedikit berderit. Kedua tanganku menggoyang-goyang, meremas-remas, dan menepuk-nepuk payudara Stefi dengan gemas. Dan tak lupa juga kuciumi tengkuknya, sambil meremas payudaranya, salah satu tanganku turun kebawah dan mengorek-ngorek vagina Stefi.

"Aaaahhhh,....." Stefi mendesah karena nikmat yang kuberikan.

Tapi, itu tidak berlangsung lama karena aku akan mulai untuk memakai dia secara 'asal-asalan'.

"Waktunya kamu aku pake asal-asalan, Stef" bisikku pelan.

"Eeehhhmmm...... Bukannya udah?"

Aku lalu menarik kedua tangan Steffi kebelakang. Dan kembali menggenjotnya secara kasar dan kuat. Aku menggenjotnya seperti seorang koboi yang sedang berusaha menjinakkan kuda liar. Ya Stefi adalah kuda liar ku, kuda yang sangat liar. Seakan aku tidak peduli dengan keadaannya, yang penting aku puas.

"Aaahh,... Aaaahhh,..... Aaaahhhh,..... Adrian!!" teriak Stefi saat kembali mendapatkan orgasmenya.

Kali ini aku tiduran telentang, dan Stefi kuposisikan duduk diatas tubuhku tanpa melepas penisku dari anusnya. Sekarang giliran Stefi yang 'berolahraga'. Hebatnya Stefi langsung menaik turunkan tubuhnya tanpa kusuruh meskipun dia baru mendapatkan orgasmenya. Seluruh tubuhnya bergerak-gerak. Rambutnya juga. Apalagi payudara yang tergantung bebas itu, juga bergerak naik turun seiring dengan irama gerakan tubuhnya.

"Aaahhh,... aaahhhh,... oooohhh,.... ooohhhh..."

Semakin lama gerakan Stefi semakin liar yang menandakan kalau nafsunya sudah kembali sehabis orgasme tadi. Sementara itu aku juga sangat menikmati gerakan-gerakan tubuh Stefi yang membuat penisku terjepit di dalam anusnya dan dikocok-kocok. Sambil sesekali kuremas-remas payudaranya itu.

Setelah cukup puas, aku melepas penisku dari anusnya,..

"PLOP!!"

...dan menyuruhnya kembali telentang di ranjangku. Kedua kakinya kutekuk ke atas. Lalu penisku kembali masuk menembus vagina Stefi yang terbuka bebas.

"Eeehhh,.... Eeeehhh,.... Eeeehhhh...."

Kembali Stefi mendesah-desah nikmat.

Aku menggenjot Stefi sambil memegangi kedua kakinya. Aku mengubah-ubah irama genjotanku, kadang cepat, kadang lambat. Hingga membuat Stefi menggigit bibir bawahnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya yang menandakan dia sedang keenakan. Namun setelah itu aku menggenjotnya dengan irama konstan, sambil menjilati payudara Stefi terutama bagian putingnya.

"Aku seneng kenal kamu, Stef" kataku merayunya disela-sela genjotanku

"Aaahh,... Aku juga,.. aku juga seneng.... Aaaahhh....." balas Stefi. "Apalagi kalo lagi dideket kamu... Aaahh..." tambahnya sambil mendesah.

"Oh ya? Kenapa?" tanyaku.

"Kalo lagi sama kamu,... Aaahh.... Aku.... Aaahh...."

"Apa? Malah 'Aah Aah' doang" godaku.

"Habisnya,... ssshh,..."

"Jawab dong"

"Kalo lagi sama kamu,... ssshh...."

"Sekarang malah 'ssh ssh'. Gimana sih?"

"Aaahh,.... Aku ngerasa kayak terlindungi" lanjut Stefi.

"Ooh"

"Kalo kamu?" tanyanya.

"Yaa,... aku seneng soalnya bisa gini" jawabku sambil menggerakkan pinggulku dengan kuat.

"Eeehh.... Nakal ya"

Lama-lama aku tidak tahan juga untuk menahan semburan spermaku, aku mulai mempercepat genjotanku. Dan Stefi yang mengetahui gelagat langsung melingkarkan kedua kakinya di pinggulku.

"Stef,..."

"Jangan dicabut. Aaaahhh...." pintanya. "Aku juga mau dapet lagi,...."

"Tapi..."

"Aku masih aman kok"

Siap!, batinku.

Aku langsung mempercepat genjotanku dan tak lama kemudian,.....

"Aaaaaaaahhhhhh,........" desah kami bersamaan.

"Crrooottt!! Crroooottt!! Crrrooottt!! Crroooottt!! Crroootttt!! Crroooottt!! Crroooottt...!!!!!"

Tujuh semburan spermaku meluncur deras kedalam rahimnya yang dibalas oleh semburan cairan hangat dari vaginanya.

Kudiamkan sejenak penisku didalam vagina Stefi sebelum mencabutnya. Setelah aku mencabut penisku, aku tiduran disebelah Stefi.

Sementara Stefi malah bangkit duduk dan segera mengulum penisku yang basah mengkilap itu. Dikulumnya penisku di dalam mulutnya. Kepala Stefi mengangguk-angguk saat menyepong penisku di dalam mulutnya. Sementara satu tanganku memegang belakang kepala Stefi menyuruhnya untuk terus memberikan 'cleaning service'nya. Dan di dalam mulutnya, Stefi menggunakan lidahnya untuk menjelajahi seluruh bagian kepala dan leher penisku. Sepertinya Stefi sungguh-sungguh menyayangi penisku dan ingin terus memanjakannya.

"Udah dong, Stef!" kataku sambil menariknya ke arahku agar melepaskan penisku. "Kalo nanti bangun lagi, kamu yang repot lho"

"Lho, ini udah lemes?" tanyanya seakan tidak percaya.

Aku tidak menjawabnya dan langsung menariknya agar tiduran disebelahku, mengistirahatkan tubuhnya.

"Capek banget" katanya saat tiduran disebelahku dan berusaha mengatur nafasnya yang berantakan.

"Tapi-"

"Iya-iya" potongnya. "Capek tapi puas kok"

"Aku mau jujur, Stef" kataku tiba-tiba.

"Apa? Eeh! Jangan bilang kalo,..."

"Itu tadi juga pertama kali buat aku" tambahku.

"Maksudnya?" tanyanya tidak mengerti. "Oohh,... Eehh.... nakal ya" katanya lagi setelah mengerti apa yang kumaksudkan.

"Hehehe" balasku tertawa.

"Emang dulu sama Mand-"

"Gak pernah" potongku. "Aku sebenernya penasaran sih. Aku pernah coba mancing dia dengan ngajak dia nonton bokep yang ada adegan analnya, tapi langsung ditolak sama dia pas kita nonton itu. 'Kamu jangan coba-coba ya, aku gak mau jalanku jadi aneh gara-gara kamu' gitu katanya" kataku menceritakan pengalamanku dengan Manda dulu.

"Berarti aku yang pertama ya" balas Stefi sambil tersenyum.

Aduh, senyumannya lho. Jangan sering-sering kenapa sih, batinku.

"Kamu laper gak?" tanyaku.

"Laper sih, aku belum makan siang. Tapi masih capek"

"Ya udah. Kamu tiduran dulu! Aku nyiapin makanan ya" balasku.

"Jangan!" cegahnya. "Temenin aku disini dulu" pintanya manja.

"Ya udah iya" balasku lalu mencium keningnya.

Stefi kembali tersenyum.

"Bisa jangan sering-sering senyum gak" kataku akhirnya.

"Kamu maunya aku jutekin?" tanyanya.

"Bukan gitu,..." jawabku.

Tapi aku gak rela kalo senyuman kamu suatu hari nanti berubah jadi air mata, Stef, batinku.

Stefi memejamkan matanya lalu berkata,..

"Aku mau tidur bentar ya"

Aku menjawabnya dengan mencium keningnya lagi. Kemudian aku memandangi wajah cantiknya yang sedang tertidur.

13392191-719574648181037-6575404119319475344-o.jpg







-Waduh, Bersambung-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Secara gak langsung, Shani ngasih ijin kan. Jadi Adrian gak sepenuhnya salah ya.
Tapi akibat dari pilihan Adrian sebelumnya,... hubungan Adrian dan Shania sekarang jadi,... :sendirian:
Hubungan Ian & Nia sekarang jadi,.... :sendirian: :sendirian:
Ditambah, Nia kemaren ngumumin,.... :sendirian: :sendirian: :sendirian: :sendirian:





Maaf ya, sempet ketunda.
Habisnya waktu revisi kemaren, saya 'tergoda' untuk melihat Jennie dkk :pandaketawa:

"Hit you with that Du Dut Du Dut Dut~"

(Lho kok dudut lagi?)

"Ya gapapa, dudut kan big 3"

Terus habis itu, entah kenapa saya mager. Mungkin karena 'bintang utamanya' muncul duluan. Ibarat makanan, kita disuguhkan main course nya dulu, baru appetizer dan dessert. Penyelenggara acaranya bodoh ya :pandaketawa:

Tapi kebangetan ya ketunda nya. (Sebenernya ini cari alesan aja)
Kalian gak marah kan?
Kalo marah ya bodo amat juga. Hehehe :pandaketawa:


Oh iya, selain itu.....
Di catatan penulis kali ini, saya mau 'sedikit' ngebahas soal SSK kemaren.
Tapi sebelum itu, saya mau makasih dulu buat semua yang udah ngasih saya semangat buat nulis, bahkan ada yang inbox saya cuma buat ngasih semangat (padahal sebenernya gak ada, biar kesannya keren aja).
Ya udah, yuk kita mulai pembahasannya.

Pertama ada sedikit rasa syukur dari tidak terwujudnya #Shani2Periode. Karna ada kemungkinan kalian nagih update saat itu juga.

Kedua, ini sedikit ganggu pikiran saya, saya bingung mau diungkapin apa enggak tapi akhirnya saya ungkapin aja. Soal Yupi yang jadi center tahun ini, itu mungkin karna 'kemarahan' para fans nya. Secara dari 19 single JKT sebelumnya, Yupi gak pernah sekalipun jadi center (maksudnya gak ada yang bener-bener dari awal emang dia center nya), memang sih Yupi itu 'kurang cocok' di beberapa lagu karna image anak kecilnya, bahkan ada beberapa lagu yang jadinya kayak 'kurang' kalo Yupi yang jadi center nya. Contohnya ya kemaren pas bawain Hanya Lihat Ke Depan, tapi untuk single everyday kachuusa kemaren, saya sebenarnya lebih prefer kalo Yupi yang jadi center nya daripada 'si anak emas' JOT.

Selanjutnya, soal single untuk Senbatsu dan UG. Entah kenapa, selalu lagu ug terasa lebih bagus dari lagu Senbatsu (bukan berarti lagu Senbatsu gak bagus, tapi yang kita bahas disini adalah kalo 2 lagu itu 'dibandingkan').

Kemudian, 'High Tension' ya.... kayaknya lagu ini emang cocok kalo Yupi center nya, karna lagunya itu lagu yang musiknya enerjik (inget! musiknya lho, bukan dance nya). Tapi tergantung 'translate' nya juga sih.

Dan terakhir, kan konsepnya 'RE:Boost' emang cocok sih kalo center nya 'baru'.
Tapi seriusan apa itu kemaren, perbedaan vote 20k lebih, jumlah perbedaan itu sendiri bisa bikin seorang member masuk Senbatsu lho.
Jadi penasaran, dapet duit darimana sih fans nya Yupi?
Jualan *****? Perdagangan senjata? Atau menang judi Online? Atau jangan-jangan penipuan berkedok paket haji murah? (Kok saya kesannya jadi su'udzon ya. Hehehe #Peace)

Pertanyaannya sekarang adalah,...
Apakah Yupi lebih terbebani daripada Shani di tahun kemarin?
Terbebani itu pasti, tapi konteksnya beda.
Shani tahun kemarin terbebani oleh amanah, harus meneruskan 'tongkat estafet' dari 'si bidadari theater' yang merupakan ratu SSK 2 periode berturut.
Sedangkan Yupi sekarang, terbebani oleh 'ekspektasi' para fans yang mendukungnya.
Lihat aja jumlah vote nya, kalo mengecewakan,..... No comment deh.

Tapi kayaknya percuma jadi center SSK kalo yang di push malah yang peringkat #32, yang kesannya malah kayak 'dipaksain' biar masuk (liat aja jumlah vote nya).
Contoh center yang gak terlalu di push, Sinka yang jadi center waktu janken. Padahal Sinka itu disukai banyak fans (termasuk fans yang bukan fans dia)

Emang cuma 'si bidadari theater' aja ya yang bisa 2 periode, ya kan.

"AKU PADAMU, VERAANNDDAAAAA"


Nah, sekarang bahas center UG (padahal tadi katanya yang tadi itu terakhir). Aaaaaahhhhhhhh........
Dede Bule, My Little Thalia jadi center,.... (cuma center UG sih, tapi gapapa) Saya jadi bingung lagi buat nentuin pilihan eh, Adrian yang bingung maksudnya.


Terakhir, kata hati para fans Yupi,....

"#Shani2Periode? Haha,.... Tidak semudah itu, Yamada"

Dan dibalas Yamada (Yamaha & Honda)

"Uangku habis, Ferguson eh, Fergoso. Tidak bisa 'semakin di depan' tapi selalu 'one heart' kok"


(Ngapain Ferguson dibawa-bawa?)


Okelah, jangan terlalu dianggep serius ya.





Makasih.
• TTD H4N53N





*Tuh, kan makanya diawal tadi saya ngetik kata 'sedikit' (pake tanda kutip) karna jadinya malah panjang kan.


Dan untuk Stefi, selamat ulang tahun.
Hentikanlah 'kutukan' peringkat #7 disini.

#Stef18irtday



Oh iya, tambahan lagi.
Sejujurnya, saya kemaren itu terharu lho dengan speech nya Shani.
Waktu pengumuman, dia minta maaf sama fans-nya. Besoknya pas HS, dia speech lagi, ngomong ke fans-nya,...

"Jangan minta maaf mention ke aku karena tidak menjadi nomor 1, justru aku bangga kita sudah berjuang bersama demi hasil yang terbaik"


Dia minta maaf ke fans-nya, tapi gak ngebolehin fans-nya minta maaf ke dia.

Disitu, saya ngerasa kayak mau maju dan ngomong sama dia,....

"Kamu gak salah, Shan. Gak ada yang salah disini. Kamu gak perlu minta maaf. Jadikan ini pelajaran biar kamu jadi pribadi yang lebih baik kedepannya. Mempertahankan itu memang lebih susah daripada meraihnya"























"Tunggu, Tunggu!
Kata hati gue belum"

"Ya udah, sok... Cepetan"

"Kata hati 'Tunangan Shani'. Hehe"

"Apa'an sih. Cepetan, udah kepanjangan ini"

"SSK berikutnya oshi gue gak jadi center,.... pensi gue :pandaketawa: "

"Setuju gue, gue juga pensi nanti kalo bukan dia yang jadi center (atau seenggaknya jadi center dipilih JOT juga gapapa sih, tapi lagunya harus cocok) "

"Ya iya lah lo setuju, oshi gue kan-"

"Jangan spoiler, kampret!"

"Nanti juga bakal ketahuan kan"

"Ah udah lah,... Kita udahin aja, dadah dadah dulu ke pembaca!"

"Dadah~"

"Eh, tunggu. Kok lo ke catatan penulis lagi sih?"

"Hehe"

"Kampret lo, Dri!"
 
Terakhir diubah:
Update di page selanjutnya, tapi gak menutup kemungkinan di page ini juga.
(Padahal ini sebenernya reserved. Mungkin)


Kasih spoiler dikit,.....

Hmm, ada yang baru ulang tahun ya.....

(Tahu kan apa maksudnya, sebenernya mau saya tutup-tutupin dulu, tapi kayaknya gak usahlah)

Page selanjutnya update kan hu?
Oke oke mari kita spam thread ini
:haha:

*ditimpukmimin :bata:
 
Oh iya, ada yang request Shanju & Naomi ya.
Gangbang? Jujur, saya masih belum bisa nulis adegan gangbang. Threesome aja masih ngulang terus (lah spoiler lagi).


Karna udah banyak spoiler, sekalian lah.

*Naomi akan muncul di season 2 (udah saya pikirin dari jauh,...jauh......jauh.....jaauuuuuuuhhhhhhhhh hari)


Kurang baik apa coba saya, udah ngasih spoiler banyak.



*Tuh kan, reserved.
Boleh juga tuh sebelum mereka keluar,
#TeamNia
 
Update di page selanjutnya, tapi gak menutup kemungkinan di page ini juga.
(Padahal ini sebenernya reserved. Mungkin)


Kasih spoiler dikit,.....

Hmm, ada yang baru ulang tahun ya.....

(Tahu kan apa maksudnya, sebenernya mau saya tutup-tutupin dulu, tapi kayaknya gak usahlah)


ini yang ulangtahun ada stefi sama devi nih.... jadi milih yang mana?.....
 
Ini yang baru ultah 2 hu devi dan stefi

Tapi kalau part selanjutnya lanjutan dari 25 maka kemungkinan si devi nih hu jadi makin penasaran nih dengan lanjutan ceritanya ditunggu updatenya hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd