Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Bimabet
Tinggal cek ombak sama Adibah, setelah itu buat keputusan, atau mungkin ada tokoh baru yang menyelip?
 
suhu2 sekalian yang nanya bahkan ada beberapa hingga Japri.....

please.... kita ini hidup di jaman modern dan setengah hedon gaya hidup anak muda.....

jadi biarlah kita serahkan ke Aslan dan Rani, mereka berdua yang tahu apa Rani masih perawan atau tidak.....

ngga penting lah masa lalu itu.... masa depan yang terpenting.... wkwkwkwkwkwk.....

hamba mengerti memang cerita ini karena dibuat sequel, sosok Aslan sebagai true gentlemen memang selalu menarik untuk dicek bahkan kita sampai menempatkan dia sebagai sosok "malaikat", padahal Aslan pun manusia biasa yang bisa khilaf dan ngaceng..... wkwkkwkwk

so, mari kita tunggu next and next chapter..... kalau langsung dibocorkan, pasti ngga seru lagi ceritanya.... wkwkwkkkw......
 
PART XVIII



Prasangka diawal sebuah Rasa



Status whatsapp Hardian yang sedang makan malam di Vong Kitchen dengan beberapa koleganya, muncul di layar ponsel Adiba. Dia hanya tersenyum dan memilih untuk melihat foto yang pertama dan kedua saja, karena baginya tidak penting melihat keseluruhan foto dari Hardian kali ini.

Dia tahu kalau Hardian agak kecewa dengan dirinya yang sering menolak ajakan Hardian. Karena dia tahu Hardian cenderung liberal dalam menjalani hubungan, dan meski Adiba bukanlah sosok yang fanatik, namun situasinya saat ini dengan anak 2, dan dirinya seorang janda, baginya bukan alasan kalau dia harus ikut apa maunya Hardian juga.

Mulai trip ke luar negeri, hingga yang dekat-dekat saja, bahkan ajakan ke apartemen nya hanya ingin berduaan dengan dirinya pun dia tolak dengan halus. Adiba masih seperti belum siap membuka dirinya seterang itu ke pria lain, meski dia akui Hardian sosok yang menarik hatinya.

Namun trauma lama, dan ketakutan nya jika mereka terlanjur intim lalu Hardian lari karena tidak kunjung direstuin anaknya, selalu jadi ketakutan terbesar dalam diri Adiba. Dia tidak siap dengan kondisi itu, dan juga dia tidak ingin dianggap sama dengan wanita yang pernah dekat atau pernah pacaran dengan Hardian, yang dengan mudahnya diajak ke mana mana.

Hingga beberapa hari yang lalu mereka sempat sedikit bersitegang karena ajakan touring ke kawasan Bromo untuk club Mercy, ditolak oleh Adiba, karena dia masih enggan meninggalkan anak-anaknya, meski ada umi dan abah di rumah

“kalau sama pamannya saja pasti kamu ikut…..” celetuk Hardian

Omongan Hardian jelas membuat Adiba marah.

“aslan itu paman mereka dan aku anggap seperti adik sendiri yah…..”

Tak ayal omongan Hardian seperti mencurigainya, membuat Adiba emosi dan marah. Dia tidak terima dianggap menomorsatukan Aslan hanya karena menolak ajakan Hardian untuk ikut touring.

Berhari hari pun merela tidak saling bicara dan whastapp, hingga kemarin Hardian menyapanya, dan dia pun membalas sekedarnya saja. Termasuk hari ini. Acara ini sebenarnya sudah lama dibicarakan oleh Hardian, dan bahkan hari ini Adiba sedianya berpikir dia akan diajak ke sana, dan berharap Hardian berubah pikiran dan turun emosinya, lalu mengajaknya bersama, namun meski sudah dengan pakaian baru yang terbaiknya, Hardian malah memamerkan fotonya dengan kawan-kawan di sana, tanpa ada ajakan untuk dirinya.

Shit, men will be men..... always



****************************

Kekesalan Adiba kembali memuncak

Kali ini ke Aslan.

Aslan itu sudah berjanji akan datang hari Jumat ini bahkan anak-anaknya dan semua keluarga sudah tahu. Namun hingga mereka mau berangkat bersama ke puncak, yang juga nenek-nya anak-anak, Ulfa dan Linda juga ikut, Aslan tidak muncul ke Bekasi.

Alasan Aslan ialah adanya permasalahan kerusakan cargo yang mereka tangani di Konawe Utara, sehingga kehadirannya diperlukan. Meski dia bisa memaklumi, namun anak-anaknya ini yang sulit untuk memahami kenapa ayahnya tidak datang.

Acara yang seru di vila agak hambar jadinya tanpa ayahnya anak-anak. Meski Adiba memahami, karena dia tahu tanggungjawab Aslan dalam kerja, sehingga dia mencoba menghibur anak-anaknya untuk ikut main dan ramai-ramai bersama keluarga besarnya selama dua hari di vila milik kakek mereka ini.

Meski seru, semua kumpul, namun tetap saja setiap nama Aslan disebut, serasa ada yang hilang di tengah keluarga mereka. Padahal Aslan hanyalah bekas menantu bisa dibilang begitu, dan bukan anak atau punya ikatan darah langsung, namun karena perhatian dan sayangnya ke Nafia dan keponakan nya, serta hormat nya ke orangtuanya, semua jadi sangat terkesan dengan dirinya.

Hadirnya Ulfa dan Linda pun tetap dirasa kurang oleh keluarga mereka. Dan meski Aslan sering video call dengan anak-anak, bahkan dengan keluarag besar yang ada, Adiba masih tetap kurang rasa bahagianya, karena Arvind dan Ravi meski bahagia, selalu saja ada keluhan di bibir mereka dengan tidak hadirnya Aslan.

Dan yang membuat bara api agak meletup ialah, saat vidiocall dari Konawe, dia melihat lokasi tempat vidio call Aslan, dan dia sempat mengecek secara cepat, akun instagram Rani. Dan yang membuat Adiba sedikit murka ialah lokasi Aslan melakukan vidio cal dengan anak-anak dan dirinya, backgroudnnya juga ada di foto terbaru Rani.

Setan nih bocah yah…. anak-anak sampai pada sedih nungguin dia di sini, malah sempat-sempatnya ajak tuh wanita kesana bersama dia.

Adiba jadi berpikir bahwa Rani sepertinya lebih penting dibanding acara keluarga mereka, dan perasaan anak-anaknya yang bertanya tanya kenapa ayahnya tidak datang, malah seperti diacuhkan oleh Aslan, dia lebih memilih mengajak wanita itu kesana untuk menemaninya, meski itu kerja, tapi apa ngga bisa dia saja sendirian dan staff nya dari kantor, sampai harus ada wanita itu.

Asyik dong kerja bawa yang hangat2 disana….

Whatsapp dari Adiba membuat Aslan dengan cepat menelpon

“Ka….”

“kenapa lu??”

Diam Aslan

“bisa lu yah…..”

“kenapa Ka..??”

“kenapa lagi…..”

Aslan tahu apa penyebabnya

“aku minta maaf….”

“iya, maaf emang gampang lu…..”

Nada kesal Adiba terdengar

“ lu tau ngga, anak-anak pada nanya, nungguin lu…. semua keluarag sampe bosan gue jawab lu dimana….”

Aslan diam sambil matanya beredar melihat Rani yang berdiri tidak jauh dari dirinya

“ kebetulan aja Ka….”

“kebetulan?? lu nyebrang sampe 9 jam, belum lagi jalan darat….. trus lu bilang kebetulan??”

Waduh, kacau ini pikir Aslan

“sekarang masih untung anak-anak belum pada punya IG…. sampe mereka punya dan lihat lu sama dia…. gue harus jawab apa sekarang??”

Aslan terdiam, dia bingung

“udahlah… harusnya emang gue yang salah… ngebiarin anak-anak terlalu dekat ama lu…. jadi ketergantungan semua ama lu kan…. sampe kayak begini, mau acara keluarga ngga ada lu semua nanya ke gue…. bini bukan, kaka lu juga bukan, malah gue yang ketempuan….”

Alur bicara Adiba sudah mulai keluar jalur

“maaf Ka….. aku juga ngga bisa nolak juga…..”

“ia emang lu ngga bisa nolak…. kerjaan pun lu ngga bisa nolak…. tapi setidak nya jaga perasaan anak-anak…. yang kata lu sendiri lu cinta banget….”

Aslan bingung

“iya emang Ka….”

“iya emang… trus kenapa juga lu tenteng dia kesana??”

“aku minta maaf Ka…..”

“eh, jangan lu pikr aneh-aneh yah, gue cuma mikir perasaan anak-anak aja….”

Diam Aslan

“maksud gue, kalo emang lu ngga bisa kesini, yah ngga apa-apa, tapi jangan juga lu bela-belain kerjaan, sekalian juga lu ajak dia ke sana…. sedangkan di sini anak-anak sibuk nanyain lu, lu nya sendiri asyik di sana ama dia……”

“iya Ka, aku minta maaf…”

“udah ah….”

“Ka….”

Ponselnya dimatikan

Asalan mencoba menelepon kembali, tapi tidak diangkat oleh Adiba. Bahkan meski dia telepon dan bicara dengan anak-anak dan meminta agar disambungkan ke Adiba, dia ahnya bilang nanti akan ditelepon balik.

Meski dia tahu kekesalan Adiba karena dia sudah janji akan datang, tidak jadi datang malah jalan keluar Makasar dalam rangka kerja dan Rani pun ikut, dia merasa wajar saja mereka marah, karena psikologis anak memang sudah jadi komitmen dia dan Adiba untuk saling jaga dan tidak akan membuat anak-anak itu kecewa.

Dia tahu, Adiba marah mungkin dia kesal karena ditanya banyak orang di-acara keluarga, sedangkan dia tidak hadir, dan memang kehadiran Lingga Maharani sudah disampaikan sebelumnya oleh Adiba, bahwa akan ada tantangan berat dari anak-anaknya, dan sangat tidak mudah untuk mereka bisa terima Rani.

Adiba sendiri juga heran kenapa dia bisa sekesal itu ke Aslan. Kekesalan karena pertanyaan banyak orang, belum lagi anak-anaknya, ditambah dengan situasi hatinya belakangan ini yang sedang tidak bagus akibat konfliknya dengan Hardian, membuat semua kekesalan Adiba jadi tumpah ke Aslan.

Padahal, kenapa juga dia harus marah??

Aslan mau jalan sama siapa saja kan hak dia??

Tapi kan Aslan milik anak-anakku juga! Kenapa dia bukannya mementingkan anak-anak, malah sempat-sempatnya membawa wanita itu sedangkan di-sini kita semua mempertanyakan kehadirannya??

Semua hal dan isi kepalanya saling bertabrakan membuat suasana hati Adiba makin kesal jadinya. Sepanjang sore hingga mau kembali ke Bekasi, roman mukanya bagaikan wajah wanita yang kesal dengan suami, manyun dan terlihat kekesalannya di raut wajah cantik-nya itu.



***************************

Urusan itu ternyata berbuntut panjang.

Senin, Selasa, hingga Rabu, semua whatsapp dari Aslan hanya dibaca dan dijawab seadanya oleh Adiba. Dan Aslan akhirnya hanya bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya saja, dengan Adiba sepertinya masih menyimpan kekesalan ke dirinya.

Namun di hari kamis, suasana hati Adiba sudah membaik.

Telepon dari Aslan akhirnya mau dijawab. Mereka pun sepakat untuk berbaikan, dan Aslan tetap meminta maaf.

“ngga ada maksud apa-apa Ka…..”

“Iya, aku juga minta maaf… ngga seharusnya marah sama kamu, kan kamu juga wajar aja kali bawa dia ke sana….”

“ia Ka, tapi aku minta maaf sekali lagi…. aku ngga ada niat mau lukain hati anak-anak kok…”

“iya ngga apa-apa, aku yang minta maaf….”

Aslan tersenyum

“kemarin kesel dan emosi, ditanya mulu, padahal suami bukan, apa juga bukan, kok kamu terus yang ditanya, dan aku yang jadi sasaran pertanyaan, padahal ada nyokap, ada Linda disitu…..”

Aslan memakluminya

“makanya aku minta maaf…”

“iya… sudah ah….”

Agak malu juga Adiba mengingat emosinya dia kemarin minggu itu

“nanti kamu tebus ke anak-anak lah….”

Aslan tertawa

“ia Ka…. makanya dari kemarin mau telepon Kaka mau bahas itu…”

“oh gitu…. bahas apa?”

“aku Jumat pagi ke Jakarta….”

“ke-sini? Besok jumat??”Adiba kaget

“iya, tapi mau lanjut Lembang….”

“lanjut Lembang ngga ketemu anak-anak dong….”

“makanya itu, mau diskusi sama Kaka gimana bagusnya….”

Adiba bingung

“kamu gimana dulu acaranya …..”

“gini Ka… kan saya Jumat pagi ke Lembang, maksud saya anak-anak mau saya ajak sekalian awalnya… “

“trus?”

“cuma kan jumat saya masih ada kegiatan di-sana sampai Sabtu pagi… jam 10 kita selesai…..”

“kamu ada kerjaan malah mau ajak anak-anak….”

Aslan garuk kepala mendengarnya

“nanti ngga ajak anak-anak salah lagi…”

“ya salah kalo kamu ajak dia juga…..” sela Adiba sambil tertawa

Aslan bingung

“yah, ngga mungkin juga kali aku ajak dia…..”

“kali aja, lu khilaf…..”

“kaka yah…. orang aku serius juga….”

Adiba tersenyum

“makanya mau nanya Kaka gimana bagusnya? Apa nanti Sabtu aku balik Bekasi baru jalan sama anak-anak?”

Adiba berpikir sejenak

“sabtu balik kamu nyampe sore, minggu sudah jalan pulang, cuma sebentar nanti ngambek si Ade…..”

Itu juga yah, pikir Aslan

“kalau kamu ajak Jumat nanti mereka sama siapa?”

Makin bingung Aslan. Kalau dia ajak anak-anak dan dia ada acara di jumat dan sabtu pagi masa iya anak-anaknya ditinggal dikamar?

“ kalo kaka ikut juga gimana?”usul Aslan tiba-tiba

Adiba kaget mendengarnya

“ya, kalo kaka ngga ada acara maksud aku… “ Aslan mencoba menetralisir

“aku juga ikut??”

“ya…. kalo kaka ngga keberatan sih…..” galau dan bingung nada suara Aslan

Mereka memang sering jalan bersama, namun jalan sampai menginap seperti kondisi sekarang yang diajak Aslan, rasanya baru kali ini saja mereka bersama. Makanya jadi bingung semuanya

“gimana yah……”

Aslan bingung, Adiba bingung

“aku nyusul kesana gitu?”

“ya kalo kaka ngga keberatan….”

“aduh, kalau pun bisa, kan Jumat Ravi masih ada ujian kalo ngga salah……”

Aslan tersadar seketika, si abang masih ada satu mata pelajaran di hari Jumat

Diam sesaat, lalu

“gini aja, selesai anak-anak ujian, kaka nyusul…..”

“bawa mobil sendiri kesana??”

“pake sopir….”

“trus baliknya? Sama sopir lagi……”

Aslan terdiam dan bingung, kalau ada sopir anak-anak pasti jadi tidak leluasa nanti

Mereka bingung sesaat, lalu

“udah gini aja…. aku nyusul sama anak-anak, kalo ngga jumat sore, sabtu pagi deh…..”

“iya gitu aja Ka…..”

“di Bandung kan?”

“ Lembang Ka…. “

“iya….. “

Lalu masih agak bingung

“kamu jam berapa nyampe Jakarta?”

“pagi Ka…..”

“gini aja…. kamu mampir di kantor, bawa mobil aku ke Bandung, kita sama anak-anak nanti minta diantarin sopir pake mobil abah…..”

Aslan senang mendengarnya

“iya Ka gitu aja, nanti pulang kita berempat…..”

“iya, gitu lebih bagus…..”

Kemudian

“kamu acara sampai jam 10 kan?”

“iya Ka…..”

“ya sudah, sabtu pagi aja kita jalan, subuh dari sini biar sampai di sana kamu juga selesai acara….. biar fokus sama anak-anak nantinya…”

Aslan membenarkan

“oke Ka…. “

“hotel kamu yang pesan atau?”

“iya Ka…. ada vila dengan beberapa kamar, bisa dan cocok untuk kita…..”

“oke…..”

“ya sudah……”

“jumpa hari Jumat yah…..”

“iya…..”

“bye Ka….”

“bye Aslan……”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd